Oleh:
Feriando Kurniawan
101216129
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Dosen Pembimbing
NIP : 116021
Menyetujui,
Universitas Pertamina - 2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................................2
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................................4
DAFTAR TABEL..............................................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................7
I.1. Latar Belakang...................................................................................................................7
I.3. Tujuan.................................................................................................................................8
IV.2. Pemasukan........................................................................................................................32
Universitas Pertamina - 3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Daerah penelitian dilihat dari kenampakan citra satelit (Google Earth), yang ditumpang-
tindih dengan peta geologi lembar Bali dan Nusa Tenggara (Purbo-Hadiwidjojo et al., 1998). ....... 9
Gambar 2. Peta tektonik Kepulaun Sunda Kecil atau Lesser Sunda Islands (Darman, 2012a). ...... 11
Gambar 3. Diagram blok bagian selatan Pulau Lombok (Darman, 2012a), dengan kotak biru yang
menunjukkan daerah penelitian termasuk di dalam busur dalam vulkanik (inner – arc volcanic)... 12
Gambar 4. Profil seismik – refleksi di sepanjang gunung berapi Bali-Lombok, diperoleh oleh R. V.
Robbert Conrad cruise (Hamilton, 1979), dengan kotak biru menunjukkan daerah penelitian
termasuk di dalam punggungan Gunungapi Bali – Lombok. ........................................................... 13
Gambar 5. Peta geologi Pulau Bali (Darman, 2012b; simplified after Purbo-Hadiwidjojo et al., 1998),
dengan kotak biru menunjukkan daerah penelitian terdiri dari batugamping berumur Miosen –
Pliosen. ............................................................................................................................................. 13
Gambar 6. Stratigrafi regional Pulau Bali berdasarkan Purbo-Hadiwidjojo et al. (1998) yang telah
dimodifikasi (Darman, 2012b), dengan kotak biru menunjukkan formasi pada daerah penelitian.. 14
Gambar 7. Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan Dunham (1962), Embry & Klovan (1971), dan
Wright (1992). .................................................................................................................................. 19
Gambar 8. Parameter pengumpulan data dengan menggunakan media drone yang disederhanakan
(Nesbit et al., 2018). ......................................................................................................................... 21
Gambar 9. Digital outcrop model (DOM) dengan alur kerja geomodelling (Rohmana et al., 2018).
.......................................................................................................................................................... 23
Gambar 10. Ekstraksi digital outcrop model (DOM) menunjukkan paparan singkapan sebagai input
ke perangkat lunak VRGS (Rohmana et al., 2018). ......................................................................... 24
Gambar 11. Singkapan menggunakan atribut intensitas pada perangkat VRGS (Rohmana et al., 2018).
.......................................................................................................................................................... 25
Gambar 12. Profil batuan atau sedimentary log pada digital outcrop model (DOM) (Rohmana et al.,
2018). ............................................................................................................................................... 25
Gambar 13. Interpretasi horizon menggunakan (a) atribut intensitas singkapan, dan (b) permukaan
stratigrafi yang dihasilkan dari interpretasi horizon dan proses gridding (Rohmana et al., 2018). .. 26
Gambar 14. (a) Hasil zonasi berdasarkan pemodelan 3D geoseluler dan dibatasi oleh permukaan
stratigrafi utama, (b) klasifikasi dari zona menjadi sub – zona, (c) sub – zona disaring oleh permukaan
singkapan untuk menjaga konsistensi dan akurasi dengan model yang sebenarnya (Rohmana et al.,
2018). ............................................................................................................................................... 27
Gambar 15. Pemodelan lithofacies pada digital outcrop model (DOM), disaring oleh permukaan
stratigrafi, (b) diagram pagar dari pemodelan lithofacies yang dihasilkan dari irisan vertikal 3D
geoseluler (Rohmana et al., 2018). ................................................................................................... 28
Universitas Pertamina - 4
Gambar 16. Perbandingan model fasies dengan singkapan yang sebenarnya. Terlihat bahwa kedua
model ini memiliki pola yang sama, yang berarti bahwa model ini cocok dengan singkapan yang
sebenarnya (Rohmana et al., 2018). ................................................................................................. 29
Gambar 17. Diagram alir metode tugas akhir. ................................................................................. 30
Universitas Pertamina - 5
DAFTAR TABEL
Universitas Pertamina - 6
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tugas akhir adalah mata kuliah wajib dan syarat lulus dalam pendidikan tingkat sarjana (S1)
di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi, Universitas
Pertamina dengan bobot SKS sebanyak 5 Satuan Kredit Semester (SKS). Tugas Akhir tersebut
berupa penelitian studi khusus dan pemetaan yang dilakukan oleh mahasiswa.
Proposal tugas akhir dibuat dengan tujuan untuk membuat peta geologi, serta merekonstruksi
sejarah pengendapan melalui pembuatan penampang, dan analisa kolom stratigrafi, berdasarkan studi
literatur dari berbagai referensi. Selain itu, untuk memahami hal-hal terkait pengambilan data
lapangan dan interpretasi geologi, seperti pembuatan peta geologi, interpretasi geomorfologi,
interpretasi struktur, dan pembuatan kolom stratigrafi daerah penelitian.
Data – data yang diperoleh dari hasil pemetaan geologi berupa data litologi, data kedudukan,
jenis struktur geologi, dan keadaan geomorfologi menjadi acuan utama di dalam merekonstruksi
sejarah pengendapan. Namun, rekonstruksi singkapan menggunakan metode digital outcrop model
(DOM) dalam pemodelan geologi mewakili informasi penting untuk lebih memahami gaya arsitektur,
hubungan antar fasies, dan distribusi properti melalui sandbodies (Bellian, Kerans, & Jennette, 2005).
Pada kegiatan ini, Nusapenida, Kabupaten Klungkung, Bali dipilih sebagai daerah penelitian.
Pada daerah ini tersingkap batuan karbonat dengan kondisi sangat baik, dan memiliki pelamparan
yang luas. Menurut (Darman, 2012b), berdasarkan peta geologi lembar Bali dan Nusa Tenggara
(Purbo-Hadiwidjojo et al., 1998), Nusapenida, Kabupaten Klungkung, Bali memuat Formasi Selatan
yang berumur Miosen. Kompleks batuan karbonat yang tersingkap pada Formasi Selatan memiliki
perbedaan lithofacies sebagai penciri adanya perbedaan lingkungan pengendapan. Kondisi singkapan
berupa tebing, yang meliputi dimensi singkapan yang cukup besar, tidak terlalu banyak vegetasi, dan
kualitas yang baik, merupakan salah satu faktor utama dilakukannya rekontruksi singkapan dengan
metode digital outcrop model (DOM). Beberapa pernyataan di atas membuat saya tertarik untuk
melakukan penelitian di daerah Nusapenida, Kabupaten Klungkung, Bali.
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pembahasan masalah umum geologi pada daerah
penelitian. Permasalahan umum pada daerah penelitian ini dibatasi oleh empat masalah:
1. Geomorfologi daerah penelitian, yang meliputi satuan geomorfologi berdasarkan penjelasan
morfologi umum, analisis topografi, analisis pola aliran sungai, serta analisis pola kelurusan.
Universitas Pertamina - 7
2. Geologi daerah penelitian, yang meliputi pengenalan urutan satuan geologi, ciri litologi tiap
satuan, umur tiap satuan, serta pembahasan mengenai masalah-masalah geologi lain yang
masih berhubungan dan menarik untuk dipelajari.
3. Struktur geologi daerah penelitian, yang meliputi struktur geologi yang terbentuk.
4. Rekonstruksi singkapan menggunakan metode digital outcrop model (DOM), yang meliputi
kondisi singkapan, berupa tebing dengan dimensi yang tinggi sehingga pengambilan data
menjadi terbatas pada daerah atau ketinggian tertentu yang tidak dapat diakses dengan alasan
keselamatan.
I.3. Tujuan
Universitas Pertamina - 8
Tabel 1. Koordinat batas daerah penelitian.
Terlihat pada Gambar 1, daerah penelitian memiliki luas kurang lebih 40 km2 yang berbentuk persegi
panjang. Daerah penelitian termuat di peta geologi lembar Bali dan Nusa Tenggara (Purbo-
Hadiwidjojo, Samodra, & Amin, 1998).
Tmps 3
2
Tmps
Keterangan:
Tmwl
Tmps : Formasi Selatan 1
Gambar 1. Daerah penelitian dilihat dari kenampakan citra satelit (Google Earth), yang ditumpang-
tindih dengan peta geologi lembar Bali dan Nusa Tenggara (Purbo-Hadiwidjojo et al., 1998).
Universitas Pertamina - 9
I.5. Waktu Pelaksanaan
Persiapan
akomodasi,
tempat tinggal,
dll.
Pemetaan geologi
Analisis
petrografi
Analisis
mikropaleontologi
Rekonstruksi
singkapan dengan
metode Digital
outcrop modelling
(DOM)
Konsultasi
laporan
Penyusunan
laporan akhir
Presentasi
Keterangan: Waktu Pelaksanaan dapat disesuaikan dengan kondisi dan kesepakatan dengan dosen
pembimbing dan koordinator mata kuliah.
Universitas Pertamina - 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan struktur dan stratigrafi Pulau Bali, daerah penelitian (Gambar 2) masuk di
dalam bagian dari busur vulkanik Sunda (Volcanic Sunda arc) yang melengkung dari Barat ke
Selatan Indonesia. Bagian Barat busur vulkanik Sunda didominasi oleh pulau – pulau besar yaitu
Pulau Jawa dan Pulau Sumatra, atau yang biasa disebut dengan busur besar Sunda (Greater Sunda
Arc). Bagian timur busur vulkanik Sunda ditandai dengan pulau vulkanik yang lebih kecil, atau yang
lebih dikenal sebagai Kepulauan Sunda Kecil (Lesser Sunda Islands). Pulau Bali terletak di ujung
barat Kepulauan Sunda Kecil, dan sebagian besar pulau di Kepulauan Sunda Kecil terbentuk karena
aktivitas gunungapi aktif (Darman, 2016).
Gambar 2. Peta tektonik Kepulaun Sunda Kecil atau Lesser Sunda Islands (Darman, 2012a).
Universitas Pertamina - 11
Kepulaun Sunda Kecil (Lesser Sunda Islands) merupakan zona transisi dari subduksi
lempeng samudra menjadi kolisi busur benua dengan busur pulau (continent – island arc collision).
Busur Sunda telah lama dianggap sebagai sistem margin akresi klasik dimana lempeng samudra Indo
– Australia berada dibawah benua Asia, yang aktif sejak Oligosen Akhir (Hamilton, 1979). Terlihat
pada Gambar 2, di ujung timur busur sunda terdapat perubahan sistem konvergen dari subduksi
lempeng samudra menjadi kolisi busur benua dengan busur pulau (continent – island arc collision)
dari Tinggian Scott, yang merupakan bagian dari Benua Australia yang bertabrakan diantara busur
Pulau Banda dan Pulau Sumba (Darman, 2012a).
Gambar 3. Diagram blok bagian selatan Pulau Lombok (Darman, 2012a), dengan kotak biru yang
menunjukkan daerah penelitian termasuk di dalam busur dalam vulkanik (inner – arc volcanic).
Menurut Darman (2012a), Kepulauan Sunda Kecil (Lesser Sunda Islands), juga disebut
busur dalam pulau (inner – arc islands). Terlihat pada Gambar 4, Pulau Bali termasuk di dalam busur
dalam vulkanik (inner – arc volcanic), Busur dalam vulkanik merupakan kompleks struktur geologi
sederhana. Busur kepulauan (islands arc) merupakan rantai pulau vulkanik yang berumur relatif
muda, dan sering dikelilingi oleh batugamping atau piroklastik, serta detritus dari kerucut gunungapi.
Menurut Monk, de Fretes, & Lilley (1997), umur kerucut gunungapi menjadi semakin muda dari
barat ke timur, mengikuti evolusi busur Banda (Banda Arc) ke arah timur dari patahan Sumba
(Sumba Fracture).
Universitas Pertamina - 12
Gambar 4. Profil seismik – refleksi di sepanjang gunung berapi Bali-Lombok, diperoleh oleh R. V.
Robbert Conrad cruise (Hamilton, 1979), dengan kotak biru menunjukkan daerah penelitian
termasuk di dalam punggungan Gunungapi Bali – Lombok.
Terlihat pada Gambar 5, bagian utara Pulau Bali didominasi oleh endapan vulkanik dan lahar
yang berumur Pliosen. Terdapat 2 gunungapi aktif di Pulau Bali, yaitu Gunung Batur dan Gunung
Agung yang membentuk tinggian tertinggi di Pulau Bali. Gunungapi ini merupakan hasil dari ektrusi
magma, dari zona subduksi lempeng Samudra Hindia (Indian oceanic plate) dengan lempeng Benua
Sunda (Sunda continental plate). Bagian selatan Pulau Bali, atau yang disebut Semenanjung Badung
didominasi oleh batugamping Formasi Selatan yang berumur Miosen hingga Pliosen (Darman,
2012b).
Gambar 5. Peta geologi Pulau Bali (Darman, 2012b; simplified after Purbo-Hadiwidjojo et al., 1998),
dengan kotak biru menunjukkan daerah penelitian terdiri dari batugamping berumur Miosen –
Pliosen.
Universitas Pertamina - 13
II.2. Stratigrafi regional
Berdasarkan Darman (2012b), daerah Pantai Atuh, termasuk di dalam stratigrafi regional
Pulau Bali. Terlihat pada Gambar 5, stratigrafi regional Pulau Bali terdiri dari 6 formasi, yaitu
Formasi Ulakan, Formasi Selatan, Formasi Asah, Formasi Bujan – Bratan dan Batur, Formasi
Prapatagung, dan Endapan Aluvium. Menurut (Darman, 2012b), berdasarkan peta geologi lembar
Bali dan Nusa Tenggara (Purbo-Hadiwidjojo et al., 1998), Pantai Atuh memuat Formasi Selatan yang
berumur Miosen.
Gambar 6. Stratigrafi regional Pulau Bali berdasarkan Purbo-Hadiwidjojo et al. (1998) yang telah
dimodifikasi (Darman, 2012b), dengan kotak biru menunjukkan formasi pada daerah penelitian.
Universitas Pertamina - 14
Menurut Darman (2012b), stratigrafi regional Pulau Bali terdiri dari 6 Formasi, yaitu:
1. Formasi Ulakan
2. Formasi Selatan
1. Backreef- reef flat dengan ciri berlapis, dominasi matriks pasiran, floatstone,
fosil Pelecypoda, Gastropoda dan terdapat branching coral secara setempat-
setempat yang berselingan dengan rudstone.
2. Reef crest – reef front dengan ciri didominasi oleh koloni coral berbentuk pipih
(platy), branching coral secara setempat, fosil Pelecypoda, berlapis, bioherm
dan matriks berupa pasir kasar.
3. Reef front - fore reef mempunyai ciri didominasi oleh branching coral
berselingan dengan rudstone, beberapa fragmen pecahan branching coral,
berlapis dengan dimensi lapisan yang cukup tebal.
Universitas Pertamina - 15
3. Formasi Asah
Menurut Darman (2012b), Formasi Asah terendapkan secara selaras di atas Formasi
Selatan. Formasi Asah terdiri dari breksi yang memiliki komponen kepingan batuan
bersifat basal, lava, obsidian dan sementasi karbonatan. Dibagian atas tedapat lava yang
menunjukan rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan umumnya berbutir
halus (K.M Ejasta, 1995). Menurut Purbohadiwidjoyo (1974) dan Sandberg (1909),
Periode Kuarter di Pulau Bali didominasi oleh batuan basal dari kegiatan gunungapi,
tetapi sebagian terbesar bersifat andesit, semua batuan volkanik tersebut dirangkum ke
dalam Batuan Gunungapi Jemberana. Berdasarkan kedudukannya terdapat sedimen
yang mengalasinya, maka didapatkan umur Kuarter Bawah, seluruhnya merupakan
kegiatan gunungapi daratan. Pada Formasi Asah sering kali ditemukannya struktur lava
bantal, sehingga memungkinkan Formasi Asah terendapkan di lingkungan laut
(Purbohadiwidjoyo, 1974).
Menurut Darman (2012b), Formasi Bujan – Bratan dan Batur terendapkan secara
selaras di atas Formasi Asah. Formasi Bujan – Bratan dan Batur terdiri dari batuan tufa dan
endapan lahar Bujan – Bratan dan Batur, batuan Gunungapi Batur, batuan Gunungapi
Agung, batuan Gunungapi Batukaru, lava dari Gunung Pawon, dan batuan gunungapi dari
kerucut – kerucut Sub – Resen Gunung Pohen, Gunung Sangiang, serta Gunung Lesung
(Purbohadiwidjoyo, 1974). Menurut Astawa et al. (2016), Formasi Bujan – Bratan dan Batur
tersingkap di Pantai Lebih, Kusamba dan Candi Dasa. Formasi Bujan – Bratan diperkirakan
berumur Kuarter Awal atau Pleistosen (Darman, 2012b). Gunungapi yang masih aktif hingga
sekarang Gunung Agung dan Gunung Batur (Purbohadiwidjoyo, 1974).
5. Formasi Prapatagung
Universitas Pertamina - 16
6. Endapan Aluvium
Universitas Pertamina - 17
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Metode
Kelengkapan dari tahap ini sangat diutamakan agar data yang diambil di lapangan,
analisis di laboratorium, pembuatan laporan, dan peta sesuai dengan maksud dan tujuan dari
penelitian.
b. Tahap pendahuluan
Tahap pendahuluan dilakukan dengan observasi daerah penelitian dan survei terkait
akomodasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengenal secara langsung daerah yang akan diteliti,
sehingga dapat diketahui gambaran tentang kondisi medan yang akan ditempuh dan kondisi
lapangan sebagai pertimbangan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Survei dan
observasi dilakukan berdasarkan perencanaan peta lintasan pada tahap sebelumnya, sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perubahan lintasan atau
improvisasi lapangan. Tahapan ini juga dilakukan pengurusan surat perizinan ke instansi-
Universitas Pertamina - 18
instansi yang terkait agar tidak terjadi kendala administratif ketika pengambilan data di
lapangan.
c. Tahap pengambilan data
Tahapan ini meliputi:
1. Pemetaan geologi
Tahap pengambilan data mencakup kegiatan observasi, pengamatan geomorfologi,
deskripsi singkapan batuan, pengukuran kedudukan batuan, pengukuran penampang
stratigrafi, pengukuran struktur geologi, pengambilan contoh batuan, dan pengambilan foto
singkapan batuan.
Tahapan yang dilakukan untuk pemetaan ini merupakan pemetaan fasies
batugamping yang terdapat di area studi. Fasies batuan merupakan karakter tubuh batuan
atas dasar kombinasi litologi, struktur sedimen dan struktur biologi pada batuan yang dapat
mempengaruhi aspek pembeda antar batuan (Walker dan James, 1992). Penentuan fasies
pada endapan batugamping didasari oleh komponen penyusun batugamping (biota, mikrit,
dan semen) serta tekstur batuan. Hasil pengamatan tersebut akan dikonkluksikan
berdasarkan klasifikasi Dunham (1962), Embry & Klovan (1971), maupun Wright (1992)
(Gambar 7).
Gambar 7. Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan Dunham (1962), Embry & Klovan (1971), dan
Wright (1992).
Universitas Pertamina - 19
Pengukuran penampang stratigrafi dilakukan dengan metode Jacob Staff dan
pengukuran struktur geologi dilakukan dengan mengukur kedudukan sayap lipatan, sesar,
kekar, dan unsur–unsur struktur yang termuat di dalamnya. Tahap ini membutuhkan
beberapa alat dan bahan, yaitu:
Kompas 1
HCl 1
Plastik sampel 10
GPS 1
Peta lintasan 1
Jacob staff 1
Buku lapangan 1
Universitas Pertamina - 20
Gambar 8. Parameter pengumpulan data dengan menggunakan media drone yang
disederhanakan (Nesbit et al., 2018).
Terlihat pada gambar 8, pengambilan data berupa foto dilakukan dengan ketentuan
90% tumpang tindih antara gambar yang berurutan (persegi panjang biru di bagian
kiri), 75% sidelap antara garis penerbangan drone (persegi panjang biru di bagian
atas), dan penerbangan kedua (garis abu-abu) tegak lurus dari penerbangan 1 (garis
hitam). Dikarenakan pengambilan foto menggunakan drone DJI Mavic, pencatatan
koordinat setiap foto secara otomatis telah tersimpan. Sampel batuan pun diambil
pada setiap lithofacies yang berbeda untuk mendetailkan data ukuran butir.
Pengambilan data litologi serta kedudukan, pembuatan profil batuan, dan
pengambilan sampel batuan dilakukan langsung di lapangan dengan membuat sketsa
picking agar terdokumentasikan dengan baik (Rohmana et al., 2018).
Universitas Pertamina - 21
d. Tahap pengolahan dan analisis data lapangan
Tahap ini dilakukan setelah semua data dari tahap pengambilan data terkumpul. Pada
tahap ini terdiri dari tahapan laboratorium dan tahapan studio:
a. Tahapan studio
Tahapan ini meliputi:
1. Pembuatan peta-peta, berupa peta geologi, peta geomorfologi, penampang
geologi, dan penjelasan sejarah geologi untuk dapat menceritakan urut-urutan
kejadian pada daerah tersebut.
2. Analisis struktur geologi, dengan mengolah data struktur yang diperoleh
dari kegiatan pemetaan, menggunakan perangkat lunak komputer (StereoNet).
Sehingga analisis kinematika dari struktur geologi yang terbentuk pada daerah
penelitian dapat ditentukan.
3. Analisis kolom stratigrafi, pembuatan kolom stratigrafi dari data
pengukuran pada sungai yang ada di daerah penelitian.
b. Tahapan laboratorium
Tahapan ini meliputi:
1. Analisis petrografi, yaitu analisis sayatan tipis di bawah mikroskop
polarisasi untuk mengetahui komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan. Sampel
batuan yang akan dianalisis, dikirim ke laboratorium ITB untuk dilakukan preparasi
sayatan tipis. Jumlah sampel batuan yang akan dilakukan analisis petrografi kurang
lebih 5 sampel berdasarkan jumlah dari satuan batuan yang tersedia di daerah
penelitian.
2. Analisis mikropaleontologi, yaitu analisis mikrofosil untuk mengetahui fosil
indeks yang digunakan sebagai penentu umur relatif batuan, serta lingkungan
pengendapan batuan. Analisis mikropaleontologi akan dilakukan di laboratorium
mikropaleontologi Universitas Pertamina. Alat yang digunakan untuk melakukan
analisis mikropaleontologi, telah tersedia dengan melakukan peminjaman pada
laboratorium Universitas Pertamina berupa mikroskop stereo, cawan, jarum,
plastisin, serta saringan (mesh) dengan ukuran 30, 80, dan 100. Adapun alat dan
bahan yang harus disiapkan berupa preparat dan hidrogen peroksida.
3. Rekonstruksi singkapan dengan metode digital outcrop model (DOM), yaitu
memodelkan geologi singkapan secara tiga dimensi yang berguna untuk mengetahui
ukuran butir dan geometri dari singkapan. Dalam pembuatan model geologi
singkapan, diperlukan data lapangan (profil batuan atau sedimentary log, data
kedudukan) sebagai substitusi data bawah permukaan. Oleh karena itu, semakin
Universitas Pertamina - 22
banyak data dengan resolusi dan laju sampling yang lebih tinggi akan meningkatkan
akurasi analisis dan mengurangi ketidakpastian.
Pembuatan model geologi singkapan diperlukan dua jenis data yang berbeda, yaitu
stratigrafi permukaan (stratigraphic surface) dan data properti (properties data).
Gambar 9. Digital outcrop model (DOM) dengan alur kerja geomodelling (Rohmana et al., 2018).
Universitas Pertamina - 23
Langkah – langkah dalam pembuatan model geologi singkapan (Rohmana et al., 2018):
1. Menggabungkan semua foto singkapan dengan masing – masing koordinat dalam perangkat
lunak VRGS (Virtual Reality Geological Studio), menghasilkan model point clouds dengan
format XYZ (Gambar 10).
Gambar 10. Ekstraksi digital outcrop model (DOM) menunjukkan paparan singkapan sebagai input
ke perangkat lunak VRGS (Rohmana et al., 2018).
2. Point clouds dimasukkan ke dalam VRGS untuk menghasilkan atribut intensitas singkapan, dan
gridding mesh segitiga untuk mengekstraksi permukaan singkapan. Atribut intensitas singkapan
disaring menjadi warna tekstur singkapan, yang membantu dalam interpretasi horizon dan
distribusi butiran. Meningkatkan gambar singkapan menggunakan atribut intensitas berguna
untuk menyoroti perbedaan litologi dan distribusi lateral (Gambar 11).
Universitas Pertamina - 24
Gambar 11. Singkapan menggunakan atribut intensitas pada perangkat VRGS (Rohmana et al.,
2018).
3. Interpretasi dari permukaan stratigrafi dalam 3D dense clouds sebagai polyline dengan
menggunakan perangkat lunak VRGS (Gambar 12). Interpretasi horizon stratigrafi berdasarkan
dari pengamatan singkapan di lapangan.
4. Memasukkan data profil batuan atau sedimentary log dengan menggunakan perangkat lunak
VRGS (Gambar 12). Dalam memasukkan data profil batuan, harus menggunakan georefensi
(GPS) untuk menghindari penempatan yang salah, sebelum menjalankan surface gridding.
Kontrol kualitas dilakukan dengan melakukan penyesuaian pada horizon stratigrafi dengan
penanda kunci (data strike/dip), dan informasi sedimentologis (litofasies, ukuran butir, arus
purba) ke dalam model. Hasil akhirnya berupa badan geoseluler, lalu diekspor ke perangkat
lunak pemodelan (Petrel) dalam format ASCII.
Gambar 12. Profil batuan atau sedimentary log pada digital outcrop model (DOM) (Rohmana et al.,
2018).
Universitas Pertamina - 25
5. Membuat permukaan stratigrafi (stratigraphic surface) dan grid zonasi atau zonation gridding
(Gambar 13). Horizon polylines diekstrak ke dalam perangkat lunak pemodelan (Petrel), untuk
menghasilkan permukaan stratigrafi 3D. Gridding berhasil dan selaras secara geologis dengan
data aktual di lapangan. Secara konseptual cocok dengan model geologi di daerah penelitian,
sehingga meningkatkan akurasi, rasio keberhasilan, dan tingkat kepercayaan.
Gambar 13. Interpretasi horizon menggunakan (a) atribut intensitas singkapan, dan (b) permukaan
stratigrafi yang dihasilkan dari interpretasi horizon dan proses gridding (Rohmana et al., 2018).
Universitas Pertamina - 26
6. Menghasilkan tubuh geoseluler (geocellular body) secara 3D (Gambar 14).
Gambar 14. (a) Hasil zonasi berdasarkan pemodelan 3D geoseluler dan dibatasi oleh permukaan
stratigrafi utama, (b) klasifikasi dari zona menjadi sub – zona, (c) sub – zona disaring oleh permukaan
singkapan untuk menjaga konsistensi dan akurasi dengan model yang sebenarnya (Rohmana et al.,
2018).
Universitas Pertamina - 27
7. Menghasilkan populasi properti atau properties population (fasies, ukuran butir) di dalam tubuh
geoseluler (Gambar 15). Model fasies dibangun menggunakan teknik pemodelan Sequential
Indicator Simulation (SIS) untuk mendapatkan bentuk aktual dan dimensi detail setiap
lithofacies. SIS memungkinkan distribusi stokastik properti, menggunakan histogram yang telah
ditentukan.
Gambar 15. Pemodelan lithofacies pada digital outcrop model (DOM), disaring oleh permukaan
stratigrafi, (b) diagram pagar dari pemodelan lithofacies yang dihasilkan dari irisan vertikal 3D
geoseluler (Rohmana et al., 2018).
Universitas Pertamina - 28
8. Menghasilkan fasies model pada digital outcrop model (DOM), sehingga dapat mengamati
heterogenitas dalam satu singkapan (Gambar 16).
Gambar 16. Perbandingan model fasies dengan singkapan yang sebenarnya. Terlihat bahwa kedua
model ini memiliki pola yang sama, yang berarti bahwa model ini cocok dengan singkapan yang
sebenarnya (Rohmana et al., 2018).
e. Tahap konsultasi
Pada tahap ini dilakukannya diskusi data yang diperoleh di lapangan dan hasil
pengolahan data, serta analisis lanjut dengan dosen pembimbing. Hal ini dimaksudkan
sebagai acuan untuk merekonstruksi kondisi tektonik dan sejarah geologi terbentuknya
daerah Banyumeneng yang kemudian digunakan dalam pembuatan laporan.
f. Tahap penyusunan laporan
Kegiatan pada tahap ini berupa penyusunan sebuah laporan dari hasil tahap
pengambilan data, tahap pengolahan data, dan tahap analisis atau penelitian lanjut yang telah
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
g. Tahap presentasi laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian pengerjaan tugas akhir.
Pada tahap ini laporan yang telah disusun, dipresentasikan dalam bentuk poster atau power
point dan akan diuji di hadapan dosen penguji.
Universitas Pertamina - 29
Secara garis besar,tahapan dari metode penelitian dirangkum dalam diagram alir Gambar 8.
1. Peta lintasan
3. Peta geomorfologi
4. Peta geologi
5. Penampang geologi
Universitas Pertamina - 31
BAB IV
Rencana Keuangan
IV.1. Pengeluaran
Tabel 4. Rincian biaya pengeluaran.
Harga Harga
No Uraian Jumlah Satuan
Satuan per-orang
1 Pesawat 2 Tiket 650.000 1.300.000
2 Kapal 2 Tiket 100.000 200.000
3 Kos 1 Bulan 600.000 600.000
4 Motor 30 Hari 65.000 1.950.000
5 Bensin 30 Liter 10.000 300.000
6 Konsumsi 30 Hari 50.000 1.500.000
7 Pencetakan Peta 10 Buah 3000 30.000
Analisis petrografi
8
(preparasi sayatan tipis) 5 Sampel 50.000 250.000
Analisis mikropaleontologi
1. Pembelian hidrogen 1 Liter 30.000 30.000
9 peroksida
2. Patungan pembelian kaca 1 Dus 20.000 20.000
preparat
Jumlah 6.180.000
IV.2. Pemasukan
Universitas Pertamina - 32
DAFTAR PUSTAKA
Agastya, I. B. O. A., & Sugiarto, S. (2014). Studi Fasies Karbonat Formasi Selatan Daerah Badung
Provinsi Bali. Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014.
Astawa, I. N., Setyabudhi, A., & Kusnida, D. (2016). Stratigrafi Seismik Perairan Kelungkung-
Karangasem dan Sekitarnya Propinsi Bali. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi
Kelautan.
Bellian, J. A., Kerans, C., & Jennette, D. C. (2005). Digital Outcrop Models: Applications of
Terrestrial Scanning Lidar Technology in Stratigraphic Modeling. Journal of Sedimentary
Research, Vol. 75, No.2, p. 166-176.
Darman, H. (2012a). Seismic Expression of Tectonic Features in the Lesser Sunda Islands, Indonesia.
The Indonesian Sedimentologists Forum (FOSI) The Sedimentology Commission - The
Indonesian Association of Geologists (IAGI).
Darman, H. (2012b). Short Course : Sedimentology of Bali Touristic Locations- Tanah Lot and
Uluwatu. The Indonesian Sedimentologists Forum (FOSI) The Sedimentology Commission -
The Indonesian Association of Geologists (IAGI).
Darman, H. (2016). Short Note : New Carbonate Outcrops in the Badung Peninsula, Southern Bali.
The Indonesian Sedimentologists Forum (FOSI) The Sedimentology Commission - The
Indonesian Association of Geologists (IAGI).
Fr, E. K. (2014). Analisis Petrogenesis Formasi Ulakan untuk Menentukan Lingkungan Tektonik
Pulau Bali.
Hamilton, W. (1979). Tectonics of the Indonesian region. US Geo. Survey Prof. Pap. 1078, 1-345.
Monk, A., de Fretes, Y., & Lilley, G. R. (1997). The ecology of Nusa Tenggara & Maluku. Periplus
Edition.
Mursitantyo, A., Suarbawa, K. N., & Septiadhi, A. (2011). Analisis Efek Tapak Lokal dari Geologi
Tanah di Badung Selatan dan Kota Denpasar Dengan Survei Mikrotremor.
Nesbit, P. R., Durkin, P. R., Hugenholtz, Christopher H. Hubbard, S. M., & Kucharczyk, M. (2018).
3-D stratigraphic mapping using a digital outcrop model derived from UAV images and
structure-from-motion photogrammetry. GEOSPHERE; v. 14, No. 6.
Universitas Pertamina - 33
Purbo-Hadiwidjojo, M. M., Samodra, H., & Amin, T. C. (1998). Peta Geologi Lembar Bali, Nusa
Tenggara.
Rohmana, R. C., Fardiansyah, I., Taufani, L., Budiman, A., & Gunawan, A. (2018). Digital Outcrop
Model (DOM) And High-Resolution Sedimentology of Balikpapan Deltaic Sandstone:
Perspective of Heterogeneities in Thin-Bed Reservoir. In Proceeding, Indonesian Petroleum
Association Fortieth Annual Convention & Exhibition, May 2016.
https://doi.org/10.29118/ipa.0.16.243.g
Universitas Pertamina - 34
LAMPIRAN
Universitas Pertamina - 35