Anda di halaman 1dari 41

Dr.

Asep Yusup Saptari


Sub Topik :
1) Metode Hitungan Luas : Grafis, Numeris
2) Metode Hitungan Volume : End Area, Kontur, Grid

Buku Referensi :
1) Ilmu Ukur Tanah ; 1992, Soetomo Wongsotjitro, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
2) Ilmu Ukur Tanah ; 1962, Jacub Rais, Penerbit Informatika
Bandung
Luas yang dimaksud adalah luas di bidang datar
Penentuan luas dapat ditentukan langsung di lapangan atau dari peta

Penentuan luas dapat dilakukan dengan :


1. Cara numeris
Menggunakan angka ukur yang di dapat di lapangan (bila datanya
dari peta disebut cara grafis numeris).
Angka ukur dapat pula berupa koordinat dari titik batas daerah
yang bersangkutan.

2. Cara grafis
Luas ditentukan dari peta dengan bantuan alat kertas transparan
yang berkotak-kotak atau bergaris sejajar.
Biasanya digunakan planimeter dan cara ini disebut cara grafis
mekanis.
Luas suatu objek (tanah, bangunan, dll) di peta merupakan luas pada
bidang datar (X,Y). Dengan demikian luas objek yang dimiliki di
lapangan hasilnya akan lebih kecil dibandingkan hasil hitungan
dengan peta.

Pada peta proyeksi yang digunakan adalah proyeksi tegak sehingga


objek yang terletak pada bidang miring sebelum digambar di peta
objek tersebut harus diproyeksikan terlebih dahulu pada bidang datar.

Dengan demikian panjang objek di bidang miring tersebut setelah


diproyeksikan akan menjadi lebih pendek dibandingkan kenyataan di
lapangan. Konsekuensinya luas objek yang dihasilkan lebih kecil
dari luas sebenarnya di lapangan. Sebagai gambaran dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Metode yang paling sederhana untuk menghitung luas daerah adalah
dengan metode grafis yaitu dengan bantuan bujur sangkar (kertas
grafik mm) dan segitiga.

Suatu daerah yang akan ditentukan luasnya, dapat merupakan daerah


yang beraturan (dibatasi garis-garis lurus) dan dapat pula berupa daerah
yang tak beraturan (dibatasi garis-garis lengkung).

Bila dibatasi oleh garis-garis lurus maka


bentuk yang dipakai sebagai dasar hitungan
luas adalah bentuk segitiga dan/atau
trapesium.
- Bujur Sangkar (Kertas mm)
Dari gambar terlihat ada tiga jenis
bujur sangkar yang digunakan yaitu
misalkan yang besar dengan sisi 1
cm, sedang dengan sisi 5 mm dan
kecil 1 mm.

Dengan mengalikan skala peta yang ada dengan luas bujur sangkar
bujursangkar tersebut maka luas daerah tersebut akan dengan mudah
dihitung, yaitu dengan menjumlahkan seluruh luas bujursangkar yang
melingkupi daerah tersebut. Semakin kecil bujur sangkar yang
digunakan dan semakin besar skala peta yang digunakan maka
semakin teliti hasil yang diperoleh.
- Segitiga

Untuk menentukan luas suatu daerah dengan metoda segitiga maka daerah
tersebut dibagi menjadi bentuk-bentuk segitiga, kemudian dijumlahkan luas
segitiga yang terbentuk tersebut.
Bila diukur semua sisi-sisi segitiga tersebut maka masing-masing segitiga
ditentukan luasnya dengan rumus :

𝑳= 𝒔 𝒔 − 𝒂 𝒔 − 𝒃 (𝒔 − 𝒄)

dimana : a, b dan c adalah sisi-sisi masing-masing segitiga

𝒂+𝒃+𝒄
𝒔=
𝟐
Metoda ini dikenal juga dengan istilah metoda jarak
Metode numerik secara harfiah berarti cara yang menggunakan angka-
angka, sehingga secara luas metode numerik dapat diartikan sebagai suatu
teknik yang digunakan untuk memformulasikan masalah matematik agar
mereka dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan / aritmetika ( +, -, *,
/ ).

Dengan metode numerik, kita hanya memperoleh solusi yang


menghampiri atau mendekati solusi eksak, sehingga dinamakan solusi
hampiran (approximation) atau solusi pendekatan. Solusi pendekatan tidak
sama dengan solusi eksak sehingga ada selisih antara solusi eksak dengan
solusi hampiran. Selisih ini yang disebut dengan galat (error
Pada contoh berikut, daerah yang dibatasi oleh titik ABCDEA akan
ditentukan luasnya dan karena daerah tersebut cukup luas maka dipakai titik
penolong T di tengah daerah tersebut. Selanjutnya diukur jarak mendatar AB,
BC, CD, DE, EA, TA, TB, TC, TD dan TE
E D Luas masing-masing
segitiga ditentukan
dengan rumus :
β2
β1 β3 2L = ac sin β
T
β5 β4 dimana : β adalah sudut
A yang diapit oleh sisi a
C dan c
Metoda ini dikenal juga
dengan istilah metoda
radial

B
Daerah tersebut dapat juga ditentukan luasnya dengan metoda segitiga yang
lain, misalnya dengan mengukur jarak mendatar TA, TB, TC, TD dan TE serta
sudut mendatar yang diapitnya ( β1, β2, β3, β4 dan β5 )
Contoh lain, metoda segitiga dikombinasikan dengan metoda trapesium

A B’
F’ C’
E’ D

B
C

B’, C’, E’ dan F’ adalah proyeksi titik B, C, E dan F

Diukur jarak mendatar AF’, F’E’, E’D, AB’, B’C’, C’D, BB’, CC’, EE’ dan FF’
Luas daerah tersebut akan diperoleh dengan menjumlahkan luas
segitiga dan luas trapesium berikut :
2 x luas segitiga AB’B = AB’ x BB’
2 x luas trapesium BCC’B’ = ( BB’ + CC’ ) x B’C’
2 x luas segitiga CDC’ = DC’ x CC’
2 x luas segitiga DEE’ = DE’ x EE’
2 x luas trapesium EE’F’F = ( EE’ + FF’ ) x E’F’
2 x luas segitiga AFF’ = AF’ x FF’
Metoda yang mana yang dipilih tergantung dari peralatan yang
tersedia dan keadaan lapangan

Yang penting adalah diusahakan agar jumlah ukuran sesedikit


mungkin
- Metode Koordinat
Diketahui polygon tertutup dengan koordinat masing-masing titik
polygon dikethaui seperti gambar berikut ini:
- Metode Koordinat
Diketahui polygon tertutup dengan koordinat masing-masing titik
polygon dikethaui seperti gambar berikut ini:

Untuk menghitung luas polygon 12345 diatas dapat dilakukan dengan


menjumlahkan luas trapezoid yang ada 12ca1, 23ec2, 34de3, 45bd4,
dan 51ab5.
Secara umum formula untuk menghitung poligon dengan n titik poligon
yang diketahui koordinatnya dapat dituliskan sebagai berikut:
- Metode Koordinat
Diketahui polygon tertutup dengan koordinat masing-masing titik
polygon dikethaui seperti gambar berikut ini:

Keterangan : Tanda absolut untuk menghindari hasil luas negatif karena


luas hasilnya selalu positf
Metoda koordinat
Y
B

X
A’ B’ C’

2 x luas trapesium A’B’BA = ( YA + YB ) ( XB – XA )


2 x luas trapesium B’C’CB = ( YB + YC ) ( XC – XB )
- 2 x luas trapesium A’C’CA = ( YC + YA ) ( XA – XC )
+
2 x luas segitiga ABC = ( YA XB + YB XC + YC XA ) – ( XA YB + XB YC +
XC YA )
Secara umum : 2L = ΣXi (Yi-1 – Yi+1)
Bila sumbu Y yang menjadi basis trapesium maka akan diperoleh
rumus umum :
2L = ΣYi (Xi+1 – Xi-1)
Rumus di atas berlaku bila urutan koordinat secara geometrik
dimasukkan searah dengan perputaran jarum jam
Bila kedua rumus di atas diuraikan lebih lanjut maka akan
menghasilkan rumus yang sama yaitu :
2L = | Σ(XiYi+1) – Σ(Xi+1Yi) |

Rumus yang terakhir ini yang sering dipakai dengan ketentuan ;

1. Urutan nomor titik berdasarkan geometris


2. Diawali dan diakhiri pada titik yang sama
3. Perputaran bebas
Contoh :
A B

XA YA

XB YB
YA.XB XA.YB
C D XD YD
YB.XD XB.YD
XC YC
YD.XC XD.YC
XA YA
Luas = | kanan - kiri | : 2 YC.XA XC.YA
kiri kanan
Trapezoid
Dengan offset yang sama Metode Trapezoid biasanya digunakan
untuk menghitung luas dengan daerah yang tidak teratur seperti
gambar dibawah ini.

Untuk menghitung luas ABCD diatas maka dapat dihitung masing-


masing luas A1, A2, A3, A4 dan A5 dengan jarak offset yang sama
(L).
Maka luas total ABCD

Secara umum untuk menghitung luas daerah yang tidak berarturan


(bisa juga digunakan untuk daerah yang teratur) dengan pembagian
sejumlah n bagian luas maka formulanya dapat disederhanakan
sebagai berikut:
Dengan offset yang berlainan Untuk menghitung luas ABCD diatas
maka dapat dihitung masing-masing luas A1, A2, A3, A4 dan A5 dengan
jarak offset yang berlainan (L1, L2, L3, L4, dan L5)
Maka luas total ABCD

Secara umum untuk menghitung luas daerah yang tidak berarturan


(bias juga digunakan untuk daerah yang teratur) dengan pembagian
sejumlah n bagian luas maka formulanya dapat disederhanakan sebagai
berikut:
MENGHITUNG VOLUME
Secara prinsip ada tiga sistem yang biasa digunakan dalam penentuan
volume :
1) Metode Cross Section
2) Metode satuan luas
3) Metode Kontur

Metode Cross Section (penampang melintang) lebih banyak digunakan


dalam penentuan volume pada pekerjaan konstruksi seperti pembuatan
jalan raya, rel, saluran. Penampang melintang diambil pada permukaan
Bumi dengan interval tertentu.
MENGHITUNG VOLUME
MENGHITUNG VOLUME

Ada beberapa jenis penampang yang disesuaikan dengan bentuk


permukaan Bumi.
A. Permukaan Bumi Datar.
MENGHITUNG VOLUME

B. Permukaan Agak Bergelombang (Three Level Section).


MENGHITUNG VOLUME

C. Permukaan Agak Bergelombang (Five Level Section).


MENGHITUNG VOLUME

A D

V = { D x ( LA + LB ) } : 2
D = Jarak antara 2 Penampang Melintang (Cross Section)
LA = Luas Penampang Melintang A
LB = Luas Penampang Melintang B
Average-End-Area
Gambar memperlihatkan
prinsip penghitungan volume
menggunakan metode avrage-
endarea (rata-rata ujung area).
Suatu area yang dibatasi oleh
dua penampang melintang
dengan jarak L. Volume antara
kedua kedua penampang
melintang tersebut sama
𝑨𝟏+𝑨𝟐 dengan rata – rata luas kedua
Volume = 𝒙 𝑳 (m3)
𝟐 penampang (A1 dan A2)
melintang dikalikan dengan
jarak datarnya (L).
Average-End-Area
Luas dari masing masing penampang melintang dapat dihitung dengan
metode koordinat. Koordinat dari setiap titik pada penampang dihitung
dari sistem sumbu koordinat (dalam hal ini O ). Dalam hitungan
koordinat, jarak ke arah kanan dari centerline dianggap positif
sedangkan jarak ke arah kiri dianggap negatif.

Dimulai dari titik kemudian searah jarum jam mengitari gambar,


koordinat yang dihitung ditabulasi dalam bentuk tabel.
Average-End-Area
Hitungan diulangi dari titik O sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
Average-End-Area
KONTUR
Penghitungan volume dari kontur dapat dilakukan pada peta topografi
yang mempunyai layer / thema kontur. Untuk peta topografi 3 dimensi
digital penentuan volume dapat dilakukan secara langsung oleh
software, namun bila peta topografi bersifar 2 dimensi penentuan
volume dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti planimeter,
kemudian menggunakan persamaan average ebdarea untuk menentukan
volumenya. Bentuk penampang melintang dapat digambarkan terlebih
dahulu melalui irisan melintang pada peta topografi.

Penentuan volume dengan metode kontur umumnya dilakukan untuk


area yang luas sebagai contoh adalah volume genangan air yang akan
dihitung dalam pembangunan sebuah waduk.
KONTUR
GRID
Setelah area dibagi2 dalam bentuk
kotak, titik – titik elevasi
ditentukan pada tiap perpotongan
grid. Titik elevasi dapat ditentukan
pada tempat tertentu.

Penomoran titik didasarkan pada


perpotingan grid-nya seperti A1,
C4, D2.
Untuk setiap kotak ditentukan tinggi rata – rata dari setiap empat sudut grid
dan dikalikan dengan luasan hingga didapatkan nilai volume.
Untuk menyederhanakan penghitungan, jumlah dari tiap kolom dibagi
empat kemudian dikalikan dengan luas wilayah seperti rumusan berikut :
GRID
𝐴
V =  (hi,j n) ( )
4

Dimana hi,j adalah tinggi tiap sudut perpotongan antara baris i dan kolom j,
dan n adalah nomor kotak yang menjadi milik, sebagai contoh C4 menjadi
milik hanya satu kotak, D2 menjadi milik 2 kotak, D1 milik 3 kotak dan C1
milik 4 kotak. Sigma adalah summasi dari perkalian ketinggian dan jumlah
kotak yang menjadi milik, dan A adalah luas dari satu kotak.
BORROW PIT
Adalah volume yang diambil dari luar jalur.
Pada daerah di luar jalur tsb, perlu dilakukan pengukuran tinggi
titik2 yang dipasang di daerah tsb dan membentuk kisi-kisi (grid)
ber jarak sama panjang.

Jarak antara titik2 = a


Diukur tinggi titik2 kisi,
Misalkan titik2 tsb 1 s/d 9
(lihat gbr) dgn tinggi T1 s/d T9

Jika daerah tsb akan di gali pada


ketinggian Tg, berapa Volume galian
tsb?
BORROW PIT
Vg= [A (Σh1 + 2Σh2 + 3Σh3 +4Σh4)] / 4

A = a . a = Luas segi empat kisi (m² )

Dalam menghitung volume maka:


h1 = beda tinggi yg digunakan satu kali, yaitu titik 1, titik 3, titik 9 dan titik 7
h2 = beda tinggi yg digunakan dua kali, yaitu titik 2, titik 6, titik 8 dan titik 4
h3 = beda tinggi yang digunakan tiga kali,….tidak ada
h4 = beda tinggi yang digunakan empat kali, yaitu titik 5

Yg termasuk h1 : Yg termasuk h2 : Yg termasuk h3 : Yg termasuk h4 :


T1 – Tg =…. T2 – Tg =…. ___________ + T5 – Tg =….
T3 – Tg =…. T6 – Tg =…. Σ h3 = ........ ___________ +
T9 – Tg =… T8 – Tg =… 3 Σ h3 = ........ Σ h4 = ……
T7 – Tg =…. T4 – Tg =…. 4 Σ h4 =…
___________ + ___________ +
Σ h1 = …… Σ h2 = ……
1 Σ h1 =… 2 Σ h2 =…

Anda mungkin juga menyukai