http://aryadhani.blogspot.com/2009/05/geologi-
foto.html
Minggu, 31 Mei 2009
geologi foto
Pendapat lain mengenai Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau
fenomena yang dikaji. (Lillesand & Kiefer, 1994)
Dalam penginderaan jauh di dapat masukkan data atau hasil observasi yang disebut
citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang
sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai
contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu merupakan
citra bunga tersebut. Lihat gambar 2.2.
Hasil foto secara horizontal tampak sangat berbeda (lihat gambar 2.2)
dibandingkan dengan hasil pemotretan dari atas atau udara. Lihat gambar 2.3.
dibawah ini.
(a) (b)
Gambar 2.3. Perubahan dari foto udara (a) menjadi sebuah peta (b) dengan skala yang
tetap.
Menurut Hornby (1974) Citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau alat
sensor lain. Sedangkan menurut Simonett, dkk (1983) Citra adalah gambar rekaman
suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik,
electrooptik, optik-mekanik, atau electromekanik.
Di dalam bahasa Inggris terdapat dua istilah yang berarti citra dalam bahasa
Indonesia, yaitu “image” dan “imagery”, akan tetapi imagery dirasa lebih tepat
penggunaannya (Sutanto, 1986). Agar dapat dimanfaatkan maka citra tersebut harus
diinterprestasikan atau diterjemahkan/ ditafsirkan terlebih dahulu.
2.Jenis Citra
Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographyc image) atau foto udara dan citra
non foto (non-photograpyc image).
1. Citra Foto
Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra
foto dapat dibedakan atas beberapa dasar yaitu:
4) Foto infra merah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum infra merah dekat hingga panjang gelombang 0,9 – 1,2
mikrometer yang dibuat secara khusus. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun,
sehingga rona pada foto infra merah tidak ditentukan warna daun tetapi oleh sifat
jaringannya. Baik untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman termasuk tanaman yang
sehat atau yang sakit.
5) Foto infra merah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan
sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau. Dalam
foto ini obyek tidak segelap dengan film infra merah sebenarnya, sehingga dapat
dibedakan dengan air.
3. Wahana
Komponen dan interaksi antar komponen dalam sistem penginderaan jauh dapat
diuraikan secara ringkas sebagai berikut:
Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor buatan, untuk itu diperlukan tenaga penghubung yang
membawa data tentang obyek ke sensor. Data tersebut dikumpulkan dan direkam
dengan 3 cara dengan variasi sebagai berikut:
Potret udara tidak seperti potret terestris biasa tetapi harus memenuhi
persyaratan khusus dan baku, antara lain : (1). Dibuat dalam bentuk potret tegak
(vertikal). Dalam hal tertentu pemotretan kadang dibuat dalam posisi miring (oblique)
yang menghasilkan gambar seperti dapat dilihat pada gambar 2.6. Namun demikian
pada umumnya potret udara dibuat dalam bentuk potret tegak (vertikal)
(2). Dibuat dengan sistim tumpang tindih (overlap) antara satu potret dengan potret
berikutnya. Cara demikian dilakukan untuk mendapatkan kenampakan 3 dimensi dan
untuk keperluan pembuatan peta topografi. Tumpang tindih ke arah samping juga
dibuat dalam jarak lebih pendek, sehingga seluruh daerah yang dipotret tidak ada
yang terlewat. Gambar 5 memperlihatkan bentuk pemotretan yang biasa dilakukan.
Gambar 2.7. Pelaksanaan pemotretan udara
Kamera udara dapat berupa kamera tunggal atau majemuk, pada umumnya diletakkan
di perut pesawat, di masa lalu diletakkan di luar badan pesawat seperti pada gambar
6. Untuk mendapatkan potret yang sesuai dengan keperluan dasar pemotretaan
dipertahankan pada posisi mendatar serta diatur selang pengambilannya secara tetap.
• deteksi
• identifikasi
• analisis
Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak maupun yang
tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu obyek. Misalnya obyek
berupa savana.
• Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra yang
dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat stereoskop.
a. Unsur dasar Interprestasi Geologi
2. Pola penyaluran
4. Tetumbuhan
1. Relief
Relief merupakan beda tingi antara puncak timbulan dan dasar lekukan, juga curam
landainya lereng-lereng yang ada didaerah tersebut. Dilihat dari kenampakan foto
udara dengan menggunakan stereoskop. Biasanya topografi pada batuan yang lebih
keras maka akan tampak batuan yang lebih menonjol daripada batuan yang
strukturnya lunak disekitarnya. Beberapa batuan yang memiliki relief tinggi antara
lain konglomerat, breksi, batuan beku intrusi, batupasir dan batuan metamorf.
Selanjutnya jenis batuan yang berelief rendah yaitu batulempung / clay, dan
batulanau / shale.
2. Pola penyaluran
Pola penyaluran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai macam tanah, batuan
induk, dan struktur geologi pada setiap daerah. Pola penyaluran ini dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian pola dasar dan pola termodifikasi (ubahan)
yaitu :
a. Pola penyaluran, merupakan suatu kumpulan dari suatu pola pengaliran dan
penyaluran, tidak mempertimbangkan permanen atau tidak.
b. Pola dasar, memilki ciri yang dapat dibedakan dengan yang lain.
c. Pola termodifikasi, pola penyaluran yang berbeda dengan tipe pola dasar pada
beberapa aspek regional, tetapi masih memiliki ciri-ciri pola dasar tersebut.
a. Sawah, biasa dikelola oleh manusia didataran alivial, tanah residual atau didataran
gunung api
b. Waduk atau Bendungan, dibuat orang pada batuan kedap air utuk menampung air.
Digunakan sebagai irigasi dan sumber mata air
c. Hutan buatan, dibuat oleh manusia untuk mencegah adanya longsor dan gerak
tanah pada lereng yang terjal, sehingga dapat mencegah ataupun mengurangi.
d. Pemukiman, biasanya berkembang pada daerah yang mengandung cukup air.
4. Tetumbuhan
Pada setiap foto udara pasti mengandung vegetasi yang dari setiap daerah itu berbeda,
walaupun tidak semuanya nampak begitu jelas. Vegetasi dari setiap foto, memberikan
kondisi berupa kondisi geologi suatu daerah, misalnya :
a. Tumbuhan berpola sistematik akan memperlihatkan kondisi geologi dari foto udara
berupa struktur geologi.
b. Tumbuhan berpola sejajar dan melengkung akan memperlihatkan kondisi geologi
dari foto udara berupa antiklin.
Bentang alam vulkanik merupakan suatu bentuk lahan yang didefisinikan sebagai
kerak bumi yang menonjol ke permukaan lebih dari 600 meter diatas permukaan
laut.Bentang alam vulkanik adalah bentuk lahan yang proses pembentukannya
dikontrol oleh aktivitas vulakanisme,yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi
membentuk suatu lapisan yang nantinya akan menjadi suatu material penyusun kulit
bumi,serta tempat munculnya vulkanik lepas sebagai aktivitas magma di dalam
bumi.Bentang alam vulkanik selalu dihubungkan dengan adanya gerak-gerak
tektonik.Proses-proses yang membentuk system vulkanisme ini disebut Orogenesa.
Analisa morfologi dilakukan untuk :
b. Mengetahui hubungan antara satuan morfologi gunung api baik secara individu
maupun kelompok.
b. Hillocks, merupakan rangkaian perbukitan dari hasil endapan letusan gunung api.
Antiklinorium, merupakan rangkaian perbukitan hasil longsoran yang dijumpai pada
kaki gunung api.
2. Bentuk Lahan Struktural
Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh
struktur geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur
yang terbentuk setelah batuan itu ada.
Struktur sekunder biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yang bekerja
adalah proses tektonik. Proses ini mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran,
patahan dan lipatan yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas.
Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian.
Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan
disintergrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan,
aliran, rebahan atau jatuhan).
Beberapa kenampakan pada peta topografi yang dapat digunakan dalam penafsiran
bentang alam struktural adalah :
a. Pola pengaliran. Variasi pola pengaliran biasanya dipengaruhi oleh variasi struktur
geologi dan litologi pada daerah tersebut.
Bentang alam fluvial merupakan satuan geomorfologi yang erat hubungannya dengan
proses fluviatil. Sebelum lebih jauh membahas tentang bentang alam fluviatil lebih
dahulu dibahas pengertian tentang proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua
proses yang terjadi di alam, baik fisika maupun kimia yang mengakibatkan adanya
perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan. Di sini
yang dominan adalah air yang mengalir secara terpadu/terkonsentrasi (sungai) dan air
yang tidak terkonsentrasi (sheet water).Tetapi alur-alur ada di lereng bukit atau
gunung dan terisi air bila terjadi hujan bukan termasuk bagian dari bentang alam
fluviatil, karena alur-alur tersebut berisi air sesaat setelah terjadinya hujan (ephemeral
stream). Sebagaimana dengan proses geomorfik yang lain, proses fluviatil akan
menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai tingkah laku air yang mengalir
di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun
karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan.
Sungai merupakan aliran air yang dibatasi suatu alur yang mengalir ke tempat /
lembah yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi. Sungai termasuk sungai besar,
sungai kecil maupun anak sungai.
Berdasarkan kedua definisi diatas maka dapat ditetapkan suatu pengertian tentang
topografi karst yaitu : “Suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi
berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran yang
tidak teratur, aliran sungainya secara tiba-tiba masuk kedalam tanah dan
meninggalkan lembah kering untuk kemudian keluar ditempat lain sebagai mata air
yang besar”.
Bentang alam eolian merupakan bentang alam yang dibentuk karena aktivitas angin.
Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir. Gurun pasir sendiri lebih
diakibatkan adanya pengaruh iklim. Gurun pasir diartikan sebagai daerah yang
mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 26 cm/tahun. Gurun pasir tropik terletak
pada daerah antara 350 LU sampai 350 LS, yaitu pada daerah yang mempunyai
tekanan udara tinggi dengan udara sangat panas dan kering. Gurun pasir lintang
rendah terdapat di tengah-tengah benua yang terletak jauh dari laut atau terlindung
oleh gunung-gunung dari tiupan angin laut yang lembab sehingga udar yang melewati
gunung dan sampai pada daerah tersebut adalah udara yang kering.
Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup jauh, akan
mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar seragam.
Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan pelepasan
material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai proses
erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari degradasi adalah agradasi, yaitu berbagai
proses eksogenik yang menyebabkab bertambahnya elevasi permukaan bumi karena
proses pengendapan material hasil proses degradasi.
Delta merupakan daerah yang penting untuk penduduk yang berfungsi untuk tempat
tinggal, daerah pertanian dan perikanan. Istilah delta pertama kali digunakan oleh
Herodotus (sejarawan Yunani) pada 490 SM yang melihat bahwa bentuk endapan
Sungai Nil di Mesir menyerupai huruf D (atau Delta dalam bahasa Yunani).Delta
berkaitan sekali dengan bencana banjir di pesisir, gelombang air laut, erosi
gelombang air laut dan badai angin menuju ke laut. Selain itu ada beberapa faktor
yang mempengaruhi terbentuknya delta yaitu : iklim, debit air, produk sedimen,
energi gelombang, proses pasang surut, arus pantai, kelerengan paparan dan bentuk
cekunan penerima dan proses tektonik.
Pantai adalah jalur atau bidang yang memanjang, tinggi serta lebarnya dipengaruhi
oleh pasang surut dari air laut, yang terletak antara daratan dan lautan (Thornbury,
1969). Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk morfologi pantai tersebut antara lain
adalah pengaruh diatropisme, tipe batuan, stuktur geologi, pengaruh perubahan naik
turunnya muka air laut, serta pengendapan sediment asal daratan / sungai, erosi
daratan dan angin.
Pada daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan menjadi 3
(tiga), yaitu :
a. Beach (daerah pantai), yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut dan
selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.
b. Shore Line (garis pantai), yaitu jalur pemisah yang relative berbentuk baris dan
relative merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak bisa.
Anda tahu pada saat ini, pemanfaatan penginderaan jauh sebagai salah satu sumber
informasi telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Beberapa alasan
mengapa pemanfaatan penginderaan jauh mengalami peningkatan antara lain:
1. Melalui penggunaan citra akan diperoleh gambaran objek permukaan bumi dengan
wujud dan posisi yang mirip dengan kenyataannya, relatif lengkap, dan dapat meliput
wilayah yang luas.
2. Dengan adanya teknologi, objek yang terekam dalam foto udara memiliki kesan 3
dimensi.
3. Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi seperti
kandungan sumber daya mineral suatu daerah, jenis batuan, dan lain-lain dengan
cepat, yaitu melalui citra yang menggunakan sinar infra merah.
4. Citra dapat dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh
pengamatan langsung (lapangan). Contohnya satu lembar foto udara meliputi luas
132 km2 direkam dalam waktu kurang 1 detik.
5. Dapat menggambarkan atau memetakan daerah bencana alam dalam waktu yang
cepat seperti daerah yang terkena gempa, wilayah banjir, dan sebagainya.
6. Melalui penginderaan jauh dapat diperoleh data atau informasi yang cepat, tepat
dan akurat.
• Pengamatan DAS.
• Dan lain-lain.
• Analisis cuaca.
• Dan lain-lain.
4. Manfaat dalam bidang sumber daya bumi dan lingkungan (landsat, Soyuz,
SPOT)
• Pemetaan penggunaan lahan.
• Dan lain-lain.
• Dan lain-lain.
http://dc151.4shared.com/doc/QF86_EAN/preview.html
PRINSIP DASAR PENGINDERAAN JAUH
DAN PENGGUNAANNYA DI BIDANG KEBUMIAN
1. PENDAHULUAN
Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi
pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat
potret udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua,
sehingga cara ini dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah
penginderaan jauh (remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia
pemetaan .
Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain
diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi
tinggi mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai gejala
dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya.
Teknologi pemotretan dan perekaman permukaan bumi berkembang lebih
lanjut dengan menggunakan berbagai sistim perekam data seperti kamera
majemuk, multispectral scanner, vidicon, radiometer, spectrometer yang
berlangsung sampai sekarang. Bahkan dalam waktu terakhir ini alat GPS
(Global Positioning System) dimanfaatkan pula untuk merekam peta ketinggian
dalam bentuk DEM (Digital Elevation Model).
Pada tahun 1972 satelit Earth Resource Technology Satellite - 1 (ERTS-1),
sekarang dikenal dengan Landsat, untuk pertama kali diorbitkan Amerika
Serikat. Satelit ini dikenal sebagai satelit sumber alam karena fungsinya adalah
untuk memetakan potensi sumber alam dan memantau kondisi lingkungan.
Para praktisi dari berbagai bidang ilmu mencoba memanfaatkan data Landsat
untuk menunjang program pemetaan, yang dalam waktu pendek disimpulkan
bahwa data satelit tersebut potensial untuk menunjang program pemetaan
dalam lingkup area yang sangat luas. Sukes program Landsat diikuti oleh
negara-negara lain dengan diorbitkannya berbagai satelit sejenis seperti SPOT
oleh Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh Jepang, ERS-1 oleh
MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada. Pada sekitar
tahun 2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis sensor
untuk mata-mata/intellegence telah pula dipakai untuk keperluan sipil dan
diorbitkan melalui satelit-satelit Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek
kecil di permukaan bumi dapat pula direkam.
Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak
dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi
mineral dan energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan
dalam bidang kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai
kendala, diantaranya data satelit cukup mahal, memerlukan software khusus
dan paling utama adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil
sangat terbatas.
Dalam pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan
teknologi penginderaan jauh tanpa membahas prinsip dasarnya secara
mendalam, selain itu membahas mengenai prospek penggunaannya untuk
bidang geologi secara umum.
2. PRINSIP DASAR
Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu metoda untuk mengenal dan
menentukan obyek dipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan
obyek tersebut.
Banyak pakar memberi batasan, penginderaan jauh hanya mencakup
pemanfaatan gelombang elektromaknetik saja, sedangkan penginderaan yang
memanfaatkan sifat fisik bumi seperti kemaknitan, gaya berat dan seismik tidak
termasuk dalam klasifikasi ini. Namun sebagian pakar memasukkan
pengukuran sifat fisik bumi ke dalam lingkup penginderaan jauh.
Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh adalah
suatu teknologi yang merekam interaksi sinar/berkas cahaya yang berasal dari
sinar matahari dan benda/obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar matahari
dari benda/obyek di permukaan bumi ditangkap oleh kamera/sensor, tiap
benda/obyek memberikan nilai pantul yang berbeda sesuai dengan sifatnya.
Pada pemotretan udara rekaman dilakukan dengan media seluloid/film,
sedangkan penginderaan jauh melalui media pita magnetik dalam bentuk
sinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya batasan tersebut menjadi tidak
jelas karena rekaman potret udarapun seringkali dilakukan dalam bentuk digital
pula.
Sejarah pemotretan udara telah berjalan cukup lama sejak awal abad 19 tetapi
pada pertengahan sampai akhir abad penggunaan semakin meningkat, seperti
diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
1839
Photography was invented
1858
Parisian Photographer, Gaspard Felix Tournachon used a
balloon to ascend to a height of 80m to obtain the
photograph over Bievre, France
1882
Kites were used for photography
1909
Airplanes were used as a platform for photography
1910-
20
World War I. Aerial reconnaissance: Beginning of photo
interpretation
1920-
50
Aerial photogrammetry was developed
1934
American Society of Photogrammetry was established.
Radar development for military use started
1940's
Color photography was invented
1940's
Non-visible portions of electromagnetic spectrum, mainly
near-infrared, training of photo-interpretation
1950-
1970
Further development of non-visible photography, multi-
camera photography, color-infrared photography, and non-
photographic sensors. Satellite sensor development - Very
High Resolution Radiometer (VHRR), Launch of weather
satellites such as Nimbus and TIROS
1962
The term "Remote Sensing" first appeared
1972
The launch of Landsat-1, originally ERTS-1,Remote sensing
has been extensively investigated and applied since then
1982
Second generation of Landsat sensor: Thematic Mapper
1986
French SPOT-1 High Resolution Visible sensors MSS, TM,
HRV have been the major sensors for data collection for
large areas all over the world. Such data have been widely
used in natural resources inventory and mapping. Major
areas include agriculture, forest, wet land, mineral
exploration, mining, etc.
1980-
90
Earth-Resources Satellite from other countries such as India,
Japan, and USSR. Japan's Marine Observing Satellite (MOS
- 1)
1986-
A new type of sensor called an imaging spectrometer, has
been developed.
•
developers: JPL, Moniteq,ITRES and CCRS.
•
Products: AIS, AVIRIS, FLI, CASI, SFSI, etc. A more
detailed description of this subject can be found in Staenz
(1992).
1990-
Proposed EOS aiming at providing data for global change
monitoring. Various sensors have been proposed.
•
Japan's JERS-1 SAR,
•
European ERS Remote Sensing Satellite SAR,
•
Canada's Radarsat
•
Radar and imaging spectrometer data will be the major
theme of this decade and probably next decade as well
Awal tahun 2000 satelit –satelit dengan resolusi tinggi ( 1 – 5 meter) telah
masuk ke dalam pasar untuk kepentingan sipil.
Di bawah ini akan disinggung secara singkat mengenai teknologi pemotretan
udara dan penginderaan jauh, khususnya yang melalui wahana satelit.
2.1. Gelombang elektromaknit
Di dalam pemotretan udara dan penginderaan jauh sinar matahari dijadikan
sumber energi yang dimanfaatkan dalam “pemotretan” muka bumi. Sinar
matahari yang dipancarkan ke permukaan bumi sebagian dipantulkan kembali
ke angkasa, besarnya nilai pantul ditangkap/direkam oleh kamera/scanner/alat
perekam lain dalam bentuk sinyal energi. Benda – benda di permukaan bumi
yang berbeda sifatnya akan memantulkan nilai (prosentase) pantulan yang
berbeda dan direkam dalam bentuk sinyal analog (potret) dan sinyal digital
(angka) yang selanjutnya divisualisasikan dalam bentuk gambar (citra).
Perbedaan nilai pantul ini yang antara lain digunakan untuk membedakan satu
benda dengan benda lain pada potret/citra (Gambar 1).
Gambar 1. Skema umum sistim penginderaan jauh
Sinar matahari disusun oleh berbagai berkas cahaya (gelombang
elektromaknit) mulai dari berkas cahaya gamma yang mempunyai panjang
gelombang pendek sampai gelombang radio yang mempunyai panjang
gelombang panjang seperti dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Selang panjang gelombang elektromagnet
Hanya sebagian kecil dari berkas cahaya dapat dilihat oleh mata manusia,
yaitu yang dikenal sebagai gelombang tampak (visible spectrum) yang dapat
dilihat pada warna pelangi. Berkas cahaya lain tidak kasat mata tapi dapat
direkam dalam bentuk citra.
Perjalanan berkas cahaya matahari ke permukaan bumi juga tidak mulus
semua karena diganggu oleh gas – gas yang terdapat di atmosfera. Sebagian
berkas cahaya akan dipantulkan kembali, sebagian diserap sehingga tidak
sampai ke bumi. Berkas cahaya yang ditransmisi menembus atmosfera dan
sampai ke bumi hanya terdapat pada selang cahaya tertentu, zona ini disebut
sebagai jendela atmosfera (atmospheric windows). Zona inilah yang
dimanfaatkan dalam teknologi pemotretan dan penginderaan jauh (Gambar 3)
Gambar 3. Proses yang berlangsung di atmosfir
selama gelombang menjalar ke permukaan bumi
Pada dasarnya perekaman permukaan bumi untuk keperluan pemetaan dapat
ditempuh dengan dua cara, yaitu dengan jalan pemotretan udara dan
perekaman digital melalui wahana udara atau satelit. Kedua cara ini pada
dasarnya berbeda, walaupun demikian dalam perkembangannya yang terakhir
kedua perbedaan tersebut menjadi makin kecil.
2.2. Pemotretan udara
Pemotretan udara pada umumnya menggunakan kamera dan film, dan
menghasilkan potret (data analog). Secara garis besar, pemotretan udara dan
hasil ikutannya dalam bentuk peta merupakan bidang kegiatan ilmu geodesi
yang dikenal dengan bidang fotogrametri. Bidang ini meliputi : (1).
Perencanaan pemotretan yang meliputi pemilihan kamera udara, disain
pemotretan, pemilihan film dan cara pemotretan. (2). Pemrosesan
laboratorium, meliputi pencetakan, penyusunan, pengarsipan potret. (3).
Pengolahan dan pemanfaatan seperti penggabungan potret (mosaik),
pembuatan peta topografi.
Potret udara tidak seperti potret terestris biasa tetapi harus memenuhi
persyaratan khusus dan baku, antara lain : (1). Dibuat dalam bentuk potret
tegak (vertikal). Dalam hal tertentu pemotretan kadang dibuat dalam posisi
miring (oblique) yang menghasilkan gambar seperti dapat dilihat pada gambar
4. Namun demikian pada umumnya potret udara dibuat dalam bentuk potret
tegak (vertikal)
Gambar 4. Jenis potret udara tegak dan miring (oblique)
(2). Dibuat dengan sistim tumpang tindih (overlap) antara satu potret dengan
potret berikutnya. Cara demikian dilakukan untuk mendapatkan kenampakan 3
dimensi dan untuk keperluan pembuatan peta topografi. Tumpang tindih ke
arah samping juga dibuat dalam jarak lebih pendek, sehingga seluruh daerah
yang dipotret tidak ada yang terlewat. Gambar 5 memperlihatkan bentuk
pemotretan yang biasa dilakukan.
Gambar 5. Pelaksanaan pemotretan udara
Kamera udara dapat berupa kamera tunggal atau majemuk, pada umumnya
diletakkan di perut pesawat, di masa lalu diletakkan di luar badan pesawat
seperti pada gambar 6. Untuk mendapatkan potret yang sesuai dengan
keperluan dasar pemotretaan dipertahankan pada posisi mendatar serta diatur
selang pengambilannya secara tetap.
Gambar 6. Kamera udara dalam pesawat terbang
Pemotretan udara menggunakan jenis kamera tunggal, kadang – kadang
kamera ganda atau kamera majemuk dan film yang dipakai dalam pemotretan
pada umumnya dari jenis pankromatik hitam putih dan warna, inframerah hitam
putih dan warna, namun umumnya adalah film pankromatik hitam putih.
Beberapa bentuk potret yang dihasilkan diperlihatkan pada gambar 7 di bawah
ini.
Gambar 7. Produk potret udara yang dihasilkan
2.2.1. Kegunaan potret udara
Potret udara pada umumnya digunakan untuk dua hal : (1). Untuk membuat
peta topografi dengan menggunakan peralatan yang khusus dibuat untuk itu.
Pekerjaan ini termasuk dalam bidang fotogrametri, yang tidak dibahas dalam
makalah ini. (2). Untuk pemetaan sumberdaya alam seperti geologi,
kehutanan, pertanian, sumberdaya air, bencana alam dan sebagainya (peta-
peta tematik). Peta tematik dibuat dengan cara menafsirkan kenampakan pada
potret udara sesuai dengan tujuannya melalui pengenalan tanda-tanda yang
khas dari obyek yang diamati. Ilmu ini dikenal dengan penafsiran/interpretasi
potret udara. Orang yang dapat menafsirkan potret udara disebut sebagai
penafsir potret udara atau photo interpreter. Sebagai contoh kita bisa
mengenal gunungapi karena bentuknya yang seperti kerucut, adanya
kepundan dipuncaknya, torehan air/sungai berbentuk radial dan sebagainya.
Kriteria penafsiran yang umum terhadap obyek/gejala alam antara lain : (1).
Bentuk dan ukuran obyek, (2). Pola dan susunan obyek, (3). Tekstur dari
obyek, (4). Hubungan/asosiasi dengan obyek disampingnya, (4). Struktur dari