Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TOPONIMI KARTOGRAFI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kartografi

Dosen Pengampu : Hana Sugiastu Firdaus, S.T.,M.T

Disusun oleh :

Kelompok 9B

1. Fahmi Fadhila (21110120130141)


2. Iqbal Ahmad Maulana (21110120130066)
3. Nabila Nahdatul Husna (21110120140049)
4. Pandu Dwi Parasetiyo (21110120130071)
5. Retno Puji Wijayanti (21110120120003)
6. Rifki Izza Saputra (21110120140134)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kartografi
yang disusun berdasarkan pengalaman pratikum kuliah dan sumbangan pemikiran dari
pembimbing dosen Kartografi dan serta beberapa teman.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat
dalam proses penyusunan Laporan Kartografi ini, terkhusus kepada :

1. Dr. Yudo Prasetyo., S.T., MT selaku ketua Program Studi Teknik Geodesi Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro..
2. Hana Sugiastu Firdaus., S.T., MT selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Ukur Tanah
1 yang telah membimbing penyusun dalam penyusunan laporan ini.
3. Fakhri Dimas Salahuddin selaku asisten dosen kartografi yang telah membimbing
penyusun dalam pelaksanaan Laporan
4. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan Kartografi

Penyusun sadar bahwa laporan ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari hasil pengukuran yang dilakukan. Semua ini murni didasari
oleh keterbatasan yang dimiliki. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas dikemudian hari.

Semarang, April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

LAPORAN TOPONIMI KARTOGRAFI...................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL......................................................................................................................................... 5
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 6
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 7
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 8
1.4 Manfaat ......................................................................................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................... 9
2.1 Kartografi....................................................................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian dan Konsep Kartografi ........................................................................................... 9
2.1.2 Kaidah Kartografi .................................................................................................................. 10
2.2 Menetapkan Nama-Nama Unsur Geografi.................................................................................... 11
2.3 Pentingnya Pembakuan Nama Geografis ...................................................................................... 12
2.4 Peta ............................................................................................................................................. 12
2.4.1 Pengertian Peta dan Unsur Kelengkapannya ......................................................................... 12
2.4.2 Skala Peta ............................................................................................................................. 14
2.4.3 Fungsi Peta ........................................................................................................................... 14
2.4.4 Syarat Peta ............................................................................................................................ 15
2.4.5 Tujuan Pembuatan Peta ........................................................................................................ 16
2.4.6 Jenis Peta .............................................................................................................................. 16
2.4.7 Macam Peta .......................................................................................................................... 17
2.5 Toponimi ..................................................................................................................................... 19
2.5.1 Peran Toponimi dalam Kartografi .......................................................................................... 19
2.5.2 Peran Toponimi Non-Kartografi ............................................................................................. 19
2.5.3 Prinsip Toponimi ................................................................................................................... 19
2.6 Software ArcGIS ........................................................................................................................... 20
2.7 Ruang Lingkup Pratikum .............................................................................................................. 21
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Toponimi adalah pengetahuan tentang asal usul nama tempat. Toponimi
merupakan bagian dari onomastik. Lebih jelasnya sebagai berikut. Pengetahuan tentang
nama itu disebut dengan onomastik. Onomastik terdiri atas dua cabang yang sudah
menjadi kajian tersendiri. Cabang pertama adalah antroponimi, yaitu pengetahuan yang
mengkaji riwayat atau asal-usul nama orang atau yang diorangkan. Cabang kedua adalah
toponimi, yaitu pengetahuan yang mengkaji riwayat atau asal-usul nama tempat
(Ayatrohaedi, 1993, p. 10).

Toponimi yang dalam bahasa Inggris disebut toponym berasal dari “topos” dan
“nym”. Topos berarti “tempat” atau “permukaan” seperti “topografi” adalah gambaran
tentang permukaan atau tempat-tempat di bumi. “Nym” berasal dari “onyma” yang
berarti “nama”. Secara harfiah, toponim diartikan nama tempat di muka bumi. Dalam
bahasa Inggris toponym terkadang disebut “geographical names” (nama geografis) atau
“place names” (nama tempat). Sementara itu, dalam bahasa Indonesia digunakan istilah
“nama unsur geografi” atau “nama geografis” atau “nama rupabumi” (Rais et al., 2008,
pp. 4-5). Toponimi menurut Raper dalam Rais et al. (2008) memiliki dua pengertian.
Pengertian pertama, toponim adalah ilmu yang mempunyai objek studi tentang toponim
pada umumnya dan tentang nama geografis khususnya. Pengertian kedua, toponim adalah
totalitas dari toponim dalam suatu region (p. 5).

Definisi unsur rupabumi adalah bagian permukaan bumi yang berada di atas
daratan dan permukaan laut serta di bawah permukaan laut yang dapat dikenali
identitasnya sebagai unsur alamat dan/atau unsur buatan manusia (Rais et al., 2008, p.
87). Unsur rupabumi terdiri dari enam kategori, yaitu:

1. Unsur bentang alami (natural landscape features), seperti gunung, bukit, sungai,
danau, laut, selat, pulau, termasuk unsur-unsur bawah laut seperti palung, cekungan,
gunung bawah laut, dan sebagainya.
2. Tempat-tempat berpenduduk dan unsur lokalitas (populated places and localities).
Sebagai contoh unsur-unsur lokal misalnya bangunan bersejarah, makam pahlawan,
mesjid, gereja, stasiun bis, kereta api, dan sebagainya.
3. Pembagian administratif/politis dari negara (civil/political subdivisions of a country)
seperti Provinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan, distrik pemilu, dan sebagainya.
4. Kawasan administrasi (administrative area) seperti taman nasional, hutan lindung,
daerah konservasi, cagar alam, kawasan margasatwa, lahan basah, dan sebagainya.
5. Rute transportasi (transportation route) seperti jalan, jalan tol, jalan setapak, dan
sebagainya.
6. Unsur-unsur yang dibangun/dikonstruksi lainnya (other constructed features) seperti
bandara, dam, monumen, kanal, pelabuhan, mercusuar, dan sebagainya.

Kajian toponimi dengan melakukan penelusuran nama-nama unsur geografis yang


diberikan oleh manusia yang bermukim di suatu wilayah dapat dipakai untuk menelusuri
suatu bangsa/kelompok etnik yang mendiami suatu wilayah di masa lalu (Rais et al.,
2008, p. 7). Selain itu, penelusuran tersebut juga terkait dengan sejarah permukiman
manusia (Rais et al., 2008, p. 9). Sejarah ini dapat dilacak melalui penemuan peta-peta di
masa silam di atas daun papyrus (di zaman peradaban Mesir kuno) atau peta tablet tanah
liat di lembah sungai Eufrat dan Tigris (Moore (1983) dalam (Rais et al., 2008, p. 7)).
Selain sejarah manusia, kajian ini juga berguna untuk melacak sejarah geografi (Rais et
al., 2008, p. 55). Di samping itu, pemertahanan nama-nama unsur rupa bumi dapat
melestarikan bahasa dan budaya setempat (Rais et al., 2008, p. 85).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana data sebaran toponimi fasilitas umum di Kelurahan Srondol Kulon RW 9?


2. Apa saja simbologi yang digunakan untuk objek/unsur di Kelurahan Srondol Kulon
RW 9?
3. Bagaimana output peta dari sebaran fasilitas umum di Kelurahan Srondol Kulon RW
9?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penyusunan laporan ini
adalah:

1. Mengetahui informasi detail tentang persebaran fasilitas umum di Kelurahan Srondol


Kulon RW 9 dengan menggunakan data citra.
2. Menjelaskan simbologi yang digunakan untuk objek/unsur yang sesuai dengan syarat
dalam simbolisasi.
3. Memahami pembuatan peta beserta komponen-komponennya tentang persebaran
fasilitas umum Kelurahan Srondol Kulon RW 9 sebagai hasil dari kegiatan survei
toponomi ini.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan ini yaitu :

1. Bagi penulis, laporan ini bermanfaat sebagai tolak ukur pemehaman tentang toponimi.
2. Bagi pembaca, laporan ini dapat memberikan informasi detail mengenai persebaran
fasilitas Kelurahan Srondol Kulon RW 09 seperti nama jalan, kos-kosan, batas jalan,
tempat ibadah, tempat usaha dll.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kartografi
2.1.1 Pengertian dan Konsep Kartografi
Kartografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu karto = carto yang berarti
permukaan dan grafi yang berarti gambaran bentuk, kartografi = gambaran
permukaan. Maka diartikan, kartografi adalah sebagai ilmu membuat peta.
Arti istilah kartografi telah berubah secara fundamental sejak tahun 1960.
Kartografi yang tadinya hanya didefinisikan sebagai pembuatan peta, saat ini
didefinisikan sebagai penyampaian informari geospasial dalam bentuk peta (Menno-
Jan Kraak dan Ferjan Ormeling, 2007: 37). Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
kartografi telah dikelompokkan dalam ilmu pengetahuan komunikasi dan hadirnya
teknologi komputer. Hal tersebut tentunya menghasilkan pandangan bahwa
kartografi tidak hanya sebagai pembuatan peta semata, tetapi penggunaan peta juga
termasuk pada bidang kartografi. Menurut Ayono Prihandito (1989:1) Kartografi
adalah ilmu yang mempelajari peta, dimulai dari pengumpulan data di Lapangan,
pengolahan data, simbolisasi, penggambaran, analisa peta, serta interprestasi peta.
Menurut Robinson dkk.(1985 dan 1995), kartografi meliputi lima konsep berikut :
1. Konsep geometrik yang merupakan dasar untuk pengembangan sistem referensi
lokasi, seperti lintang, dan bujur, serta berbagai jenis grid rektangular, dan
mengantar kepada akurasi pemetaan pada umumnya.
2. Konsep teknologi, karena kartografi diterima sebagai teknologi untuk
memproduksi peta, dan peta diterima sebagai media untuk menyimpan informasi
keruangan. Konsep ini memandang kartografi sebagai sebuah rangkaian proses
koleksi data, desain peta, produksi, dan reproduksinya. Penekanan konsep berada
pada teknologi berkomputer.
3. Konsep penyajian, konsep ini dilatarbelakangi oleh kepentingan tentang apa yang
dilakukan dalam bidang kartografi dan hubungannya dengan disiplin pemetaan
dan disiplin terkait lainnya. Desain peta merupakan fokus sentral dengan sasaran
ada pada efisiensi pemetaan.
4. Konsep artistik, konsep ini dimaksudkan terutama untuk menerapkan pengertian
tentang kualitas visual (seperti warna, keseimbangan, kontras, pola, karakter garis,
seleksi, eksagerasi, dan karakter grafis lainnya) untuk menciptakan bentuk dan
hubungan yang dapat menanamkan kesan dan sensasi yang sesuai setepat-
tepatnya, yaitu kesan yang realistik atas lingkungan yang dipetakan.
5. Konsep komunikasi, konsep ini menunjukkan tugas pokok kartografi sebagai
sarana komunikasi yang efektif melalui penggunaan peta. Dasarnya adalah
keyakinan bahwa grafik atau gambar (termasuk peta) memainkan peran penting
bagi manusia dalam berpikir dan berkomunikasi.

2.1.2 Kaidah Kartografi


Kaidah kartografi merupakan aturan atau ketentuan yang menjadi dasar dan
acuan dalam desain dan visualisasi peta agar memberikan hasil yang baik dan efektif.
Menurut Kraak dan Ormeling (1996) menyebut kaidah kartografi dengan istilah
cartographic grammar atau cartographic rule, dan bermanfaat untuk memperbaiki
transfer informasi dengan menggunakan karakteristik murni berbagai karakteristik
simbol grafis. Berfungsi atau tidaknya suatu peta sangat tergantung pada desain D-
18 kartografi peta yang dibuat, menuntut pembuat peta mampu menciptakan peta
untuk para pemakai peta yang tidak tahu mengenai kartografi dengan menyajikan
atau memvisualisasikan unsur-unsur muka bumi pada sebuah lembar peta secara jelas
dan mudah dibaca oleh para pengguna peta.
Dalam kaidah kartografis terdapat simbol kartogrfis yang di dalamnya
terdapat Semiologi kartografis, yaitu pemikiran teoretis tentang simbol kartografis,
yaitu hubungan simbol dengan fenomena yang disajikan dan keefektifannya dalam
mengkomunikasikan informasi kepada pengguna peta (Boss, 1977 dalam Handoyo
2009)). Simbol kartografis memiliki dua kategori dasar, yaitu elemen grafis dan
variabel grafis. Elemen grafis terdiri atas simbol titik, simbol garis dan simbol luasan
(area). Dalam penerapannya, elemen grafis dikombinasikan dengan variabel grafis
yang di antaranya adalah unsur bentuk, dimensi (ukuran), warna, nilai (value),
orientasi, dan kerapatan. Kombinasi-kombinasi ini digunakan untuk simbolisasi
fenomena kualitatif dan kuantitatif. Agar perbedaan simbol dipersepsi hanya sebagai
perbedaan kualitatif, maka harus dipersepsi sebagai memiliki nilai sama. Pada saat
membicarakan karakteristik persepsi sebagai deretan tanda-tanda grafis, kita
berhadapan dengan berbagai perbadaan mendasar dalam sifat-sifat simbol grafis
yang kita beda-bedakan. Semua perbedaan yang bisa diimajinasikan antara simbol,
dapat disimpulkan sebagai kasus enam variabel grafis (Bertin, 1983 dalam Menno
dan Ferjan, 2007). Enam variabel tersebut sebagai berikut:
1. Perbedaan ukuran
2. Perbedaan kecerahan (lightness) atau nilai (warna)
3. Perbedaan dalam tekstur
4. Perbedaan dalam bayangan warna
5. Perbedaan orientasi
6. Perbedaan bentuk

2.2 Menetapkan Nama-Nama Unsur Geografi


Pemberian nama pada unsur-unsur geografis untuk orientasi atau penegasan letak
titik. Saat ini masih ada ribuan pulau-pulau di wilayah Nusantara maupun internasional
yang belum mempunyai nama dan ribuan selat, teluk, tanjung, gunung dan lain-lain juga.
Terdapat penamaan unsur geografi yang asing perlu dipikirkan apakah perlu dirubah,
bukan karena nama asingnya, tetapi keterkaitannya dengan masyarakat setempat. Tidak
ada gunanya nama unsur geografi yang hanya diketahui oleh beberapa orang
terdidik(pembuat nama unsur geografi) yang dimana tempat tinggal jauh dari unsur
geografi tersebut sedangkan orang setempat tidak pernah mendengar tentang nama yang
diberikan pada unsur geografi di wilayahnya. Ada juga nama-nama unsur geografi yang
berasal dari nama asing, tetapi sudah dikenal oleh masyarakat setempat, tetapi penulisan
dan pengucapannya masih menjadi masalah yang cukup serius, misalnya Glenmore Glen
Nevis Bergen, Pegunungan Schwaner dan Pegunungan Cycloops. Oleh karena itu,
penetapan nama unsur-unsur geografi ini adalah kegiatan yang besar yang harus
dilaksanakan dengan cermat, penuh kebijaksanaan dan adanya pihak-pihak yang
berwenang dalam penetapaan nama unsur geografi.
2.3 Pentingnya Pembakuan Nama Geografis
Pemberian dan pembakuan nama geografis terhadap unsur di permukaan bumi
merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting untuk dilakukan,terutama sejak peta
difungsikan sebagai salah satu media komunikasi baik secaranasional maupun
internasional, sehingga tuntutan terhadap unifikasi atau keseragaman penulisan nama-
nama geografis semakin meningkat. Dengan demikian, akan dapat tercapai tertib
administrasi pemerintahan yang lebih baik. Nama geografis atau nama rupabumi dikenal
juga dengan nama tempat atau pula toponim merupakan informasi dasar yang melekat
pada obyek atau fenomena geografis. Pembakuan nama rupabumi di Indonesia
dilaksanakan oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi (TNPNR) yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2006 88 tentang
Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Daftar nama rupa bumi yang dikenal dengan
gasetir, kini mengalami pergeseran paradigma menjadi spatial identifier yang merupakan
akses intuitif ke berbagai informasi lainnya. Ketersediaan nama rupabumi yang telah
dibakukan diharapkan dapat menjadi acuan resmi dan terwujudnya Gasetir Nasional
sebagai informasi dasar bagi pembangunan dan geostrategis NKRI.

2.4 Peta
2.4.1 Pengertian Peta dan Unsur Kelengkapannya
Istilah “peta” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “mappa” yang berarti taplak
atau kain penutup meja. Maka secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh
atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan
menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu
ruang tiga dimensi. Dalam sebuah peta juga terdapat beberapa simbol-simbol yang
menunjukan letak tanah, laut, sungai, ataupun gunung. Hal ini memudahkan sebagai
penunjuk atah dan tahu secara lebih mendetail. Pada umumnya, peta bisa disajikan
dalam berbagai macam cara yang berbeda dimulai dari peta konvensional yang
tercetak hingga peta digital yang ditampilkan dalam layar komputer maupun gawai
yang sering dipakai sehari-hari seperti “google maps”.
Kelengkapan peta berguna untuk mempermudah membaca peta. Kelengkapan peta,
antara lain sebagai berikut:
1. Judul Peta.
Judul peta ditulis di bagian atas peta. Pada umumnya ditulis dengan huruf besar.
Judul peta berfungsi memberikan kejelasan isi peta.
2. Skala.
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan keadaan sebenarnya.
Misalnya, peta Kalimantan memiliki skala 1:100.000. Artinya, 1 cm di peta sama
dengan 100,000 cm keadaan sebenarnya. Ada dua macam jenis skala, yaitu skala
angka dan skala garis.
3. Simbol.
Simbol peta adalah bentuk atau tanda yang melambangkan penjelasan tertentu
pada peta. Simbol digunakan untuk mewakili objek tertentu. Simbol dalam peta
dapat berbentuk simbol titik, garis, dan warna. Simbol warna, contohnya:
a) Hijau menggambarkan dataran rendah
b) Kuning menggambarkan dataran tinggi
c) Coklat menggambarkan pegunungan/gunung
d) Putih menggambarkan puncak salju
e) Biru menggambarkan perairan.
4. Keterangan/legenda.
Keterangan/legenda adalah kumpulan beberapa simbol yang digunakan pada
peta. Keterangan/legenda berada pada bagian yang kosong. Legenda harus
dipahami oleh pembaca peta. Dengan demikian, pembaca mengetahui tujuan
pembuatan peta.
5. Arah mata angin.
Arah mata angin merupakan petunjuk arah pada peta. Arah mata angin berguna
untuk mempermudah membaca peta, Arah mata angin ada delapan, antara lain
utara (U), timur laut (TL), timur (T), tenggara (TG), selatan(S), barat daya (BD),
barat (B), dan barat laut (BL). Pada peta, arah utara selalu berada di atas.
Sementara itu, arah selatan berada di bawah.
6. Indeks.
Indeks adalah daftar nama pada atlas. Daftar nama pada indeks disusun
berdasarkan abjad. Fungsi indeks memberi keterangan halaman, kode tempat
dan nama. Contoh, Pemalang, 40 P4, Artinya, kota Pemalang berada di halaman
40, kode P menunjukkan kolom P. Adapun kode 4 menunjukkan lajur 4.
7. Garis tepi peta.
Garis tepi peta adalah batas-batas pinggir gambar peta, Fungsi garis tepi untuk
menulis angka-angka derajat astronomis.
8. Garis astronomis.
Garis-garis yang tegak disebut garis bujur. Sementara yang garis-garis yang
mendatar disebut garis lintang. Garis astronomis berguna untuk menentukan
letak suatu tempat atau wilayah. Misalnya, letak Provinsi DKI Jakarta itu di
antara 106°22′ sampai 106°58’ Bujur Timur (BT) dan 5°19′ sampai
6°24″Lintang Selatan (LS).
2.4.2 Skala Peta
Skala adalah perbandingan jarak pada gambar dengan jarak aslinya. Biasanya,
ini dapat ditemui dalam gambar peta sehingga bisa mewakili keadaan sesungguhnya
dari suatu daerah. Skala pada peta ada dua yaitu skala angka dan skala garis.
1. Skala angka. Skala angka merupakan perbandingan jarak pada peta dengan
keadaan yang sebenarnya. Skala dinyatakan dengan angka.
2. Skala garis. Skala garis adalah skala yang menunjukkan perbandingan jarak pada
peta dengan keadaan yang sebenarnya berbentuk garis.
2.4.3 Fungsi Peta
Fungsi dari sebuah peta sebagai berikut:
1. Memberikan informasi posisi atau letak daerah tertentu di permukaan bumi.
Dengan membaca peta kita dapat mengetahui lokasi relative suatu wilayah yang
kita lihat.
2. Menunjukan informasi tentang ukuran dan arah suatu tempat di permukaan
bumi.
3. Memberikan informasi tentang bentuk-bentuk permukaan bumi seperti negara,
benua, gunung, sungai dan lainnya, sehingga dimensi dapat terlihat dalam peta.
4. Menyajikan data tentang potensi suatu daerah misalnya pulau Kalimantan
memiliki banyak daerah tambang, dan pulau Jawa memiliki banyak persawahan.
5. Mempermudah peneliti menganalisis kondisi daerah yang akan diteliti sebelum
melakukan penelitiannya. Diantaranya untuk mengetahui ketinggian suatu
wilayah, pola curah hujan, dan kelembapan suatu daerah.
6. Sebagai alat untuk mempelajari fenomena alam, peristiwa sosial, atau gejala
geografi di permukaan bumi.
Kondisi fisik non-fisik suatu daerah misalnya kepadatan, jumlah penduduk,
persebaran dan lain-lain.

2.4.4 Syarat Peta


Sebagai alat informasi dan komunikasi yang baik maka peta harus
memenuhi beberapa syarat yaitu :
a. Peta tidak boleh membingungkan.
Peta yang baik adalah peta yang mampu menyampaikan isi peta terhadap
pembacanya tanpa menimbulkan kebingungan atau ambiguitas. Oleh karena
itu sebuah peta harus memenuhi unsur-unsur peta secara lengkap agar tidak
rancu.
b. Peta harus mudah di tangkap maknanya oleh si pembaca peta.
Peta harus mudah di mengerti dan ditangkap maknanya karena peta
sebenarnya berfungsi untuk mempermudah penyajiaan data atau angka-angka
yang nampak rumit bagi pembacanya.
c. Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya.
Ini berarti peta dituntut agar dapat menyatakan ketelitiannya baik terhadap
ukurannya dari segi skala maupun dari segi tujuan penyajiaanya.
d. Peta harus artistik.
Salah satu karakteristik peta adalah merupakan karya seni dan akan di nilai
lewat mata. Oleh karena itu peta harus indah, rapih, dan bersih. Namun
walaupun demikian segala sesuatu yang di bubuhkan dalam peta tetap harus
mengikuti aturan penulisan yang ada.
2.4.5 Tujuan Pembuatan Peta
Adapun tujuan di dibuatnya peta yaitu sebagai berikut :
a. Untuk media penyimpanan data-data yang ada di permukaan bumi.
b. Untuk menganalisi data spasial, contohnya seperti memperhitungkan volume.
c. Untuk menyampaikan informasi dalam perencanaan tat kota kota dan
permukiman.
d. Untuk menyampaikan informasi mengenai ruang yang bersifat alami, baik
manusia maupun budaya.
e. Untuk mempermudah dalam pembuatan suatu desain dan perencanaan.
f. Dan masih banyak lagi tujuan peta lainnya, tergantung dengan alasan kenapa
peta tersebut dibuat.

2.4.6 Jenis Peta


a. Berdasarkan sifatnya
1) Peta Topografi
Peta topografi merupakan peta yang memperlihatkan posisi horizontal serta
vertikal dari unsur alam dan unsur buatan manusia dalam suatu bentuk
tertentu, dengan memperhatikan system proyeksi peta yang digunakan serta
skala peta. Umumnya peta topografi dibuat untuk keperluan perencanaan
pembangunan, karena pada peta topografi disajikan unsur-unsur permukaan
bumi yang sesuai dengan kondisi pada saat pembuatan petanya.
2) Peta Tematik
Peta tematik adalah peta yang menyajikan unsur-unsur tertentu dari
permukaan bumi sesuai dengan topic atau tema dari peta bersangkutan.
Umumnya peta ini digunakan sebagai data analisis dari beberapa unsur
permukaan bumi didalam pengambilan suatu keputusan.
b. Berdasarkan macamnya
1) Peta Garis atau Vektor
Kenampakan permukaan bumi pada peta disajikan oleh garis, baik hitam
putih maupun berwarna, dan area yang dilengkapi dengan teks sebagai
tambahan informasi. Unsur yang terdapat di permukaan disajikan dengan
symbol atau batas. Dengan kata lain, peta garis adalah peta yang memiliki
jarak dan arah.
2) Peta Citra atau Foto
Kenampakan permukaan bumi disajikan dalam bentuk citra (sekumpulan
informasi yang berasal dari sensor, perolehan tidak secara kontak langsung
dengan obyek permukaan bumi ditempat pengamatan). Bayangan permukaan
bumi dapat diperoleh melalui foto udara, radar, serta sensor airborne lainnya
dan citra satelit.
c. Berdasarkan skalanya
1) Peta Skala Kecil
Peta dengan skala 1:100.000, 1:500.000, 1:1000.000, dst serta mencakup
wilayah yang luas.
2) Peta Skala Sedang
Peta dengan skala 1:10.000, 1:25.000, 1:50.000, dst serta mencakup wilayah
yang sedang.
3) Peta Skala Besar
Peta dengan skala 1:100, 1:1000, 1:10.000, dst serta mencakup wilayah yang
sempit.

2.4.7 Macam Peta


Ada banyak sekali macam-macam peta diantaranya adalah :
a. Peta Planimetrik
Peta yang menyajikan informasi tentang beberapa tipe unsur permukaan bumi,
pada peta ini informasi ketinggian tidak disajikan.
b. Peta Teknik
Peta yang menyajikan detail permukaan bumi untuk keperluan proyek rekayasa
(jalan, dam), dan juga untuk keperluan estimasi biaya konstruksi.
c. Peta Pendaftaran Tanah/Kadaster
Peta yang menyajikan data mengenai garis kepemilikan tanah berikut sudut dan
panjangnya, pemilik, ukuran persil, serta beberapa informasi lainnya.
d. Peta Bathimetrik
Peta yang menyajikan kedalaman air dan konfigurasi topografi bawah laut,
umumnya mempunyai system koordinat yang bereferensi pada system koordinat
peta topografi.
e. Peta Diagram
Pada peta diagram, dua atau lebih subyek tematik yang berelasi disajikan dalam
bentuk diagram yang proporsional. Diagram yang disajikan dapat dalam bentuk
diagram batang, lingkaran, empat persegi panjang, dan diagram kurva, misalnya
peta industri.
f. Peta Distribusi
Peta tematik yang menggunakan symbol titik untuk menyajikan suatu data yang
spesifik, serta mempunyai kuantitas yang pasti dari sejumlah variabel, misalnya
peta sebaran penduduk.
g. Peta Choropleth
Peta tematik yang menyajikan ringkasan distribusi kuantitatif dengan basis
deliminasi area batas administrasi, misal peta kepadatan.
h. Peta Dasymetrik
Peta tematik sejenis choropleth, tetapi biasanya bukan pada batas administrasi,
melainkan pada batas dari area yang disurvey.
i. Peta Chorochromatik
Peta tematik yang memperlihatkan distribusi kualitatif dari fenomena spesifik
dan relasinya, misal peta tanah.
j. Peta Isoline
Peta tematik yang memperlihatkan harga numeric untuk distribusi yang kontinu,
dalam bentuk garis-garis yang terhubung pada suatu harga yang sama, misal peta
isobar.
k. Peta Alir
Peta tematik yang menyajikan informasi dalam bentuk garis tebal atau warna
untuk memperlihatkan arah atau frekuensi pergerakan, misal peta frekuensi
transportasi.
l. Chart
Peta tematik yang bersifat khusus. Chart merupakan peta yang menyajikan data
dan informasi yang berhubungan dengan unsur navigasi atau keselamatan
perhubungan. Jenis chart yang dikenal adalah Peta Navigasi Laut (Nautical
Chart) dan Peta Navigasi Udara (Aero Nautical Chart).

2.5 Toponimi
2.5.1 Peran Toponimi dalam Kartografi
Peran toponimi dalam kartografi yaitu sebagai penamaan dari unsur
geografiknya. Hal ini bertujuan agar peta dapat mudah diidentifikasi unsur-unsurnya.
Toponimi di peta yang terdiri atas peta dasar, peta turunan, peta foto dan peta citra.
Sedangkan gasetir terdiri atas gasetir ringkas (concise gazetter) dan gasetir lengkap
(complete gazetter).
Gasetir adalah daftar nama rupabumi yang dilengkapi dengan informasi tentang
jenis unsur, posisi, lokasi dalam wilayah administratif, dan informasi lain yang
diperlukan. Gasetir Nasional adalah daftar nama rupabumi yang telah dibakukan
secara nasional.

2.5.2 Peran Toponimi Non-Kartografi


Toponimi sangat erat kaitannya dengan bidang ilmu lain terutama pemetaan,
kartografi, antrologi, geografi, sejarah dan kebudayaan maka Toponimi alias
penamaan suatu tempat memiliki peran penting untuk membangun suatu bangsa
karena penamaan tempat memiliki nilai tinggi berkaitan dengan jatidiri bangsa
melalui bukti tahapan migrasi penduduk dan sejarah di suatu wilayah. Pengekalan
jatidiri ini juga berkaitan dengan pengakuan publik terkait tempat pada suatu negara.
Toponimi menjadi salah satu unsur utama untuk berkoordinasi dan
berkomunikasi antarbangsa. Toponimi membantu penetapan batas administrasi
untuk mengurangi konflik antarbangsa serta memudahkan pemerintah dalam
melakukan pelayanan publik, seperti pengumpulan pajak, penanggulangan bencana,
pengelolaan gedung, pemilihan umum, dan pengaturan transportasi.
2.5.3 Prinsip Toponimi
Prinsip penamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (1) meliputi:


a. menggunakan Bahasa lndonesia yang baik dan benar atau bahasa daerah;
b. menggunakan abjad romawi;
c. menggunakan satu nama resmi untuk satu unsur rupabumi;
d. menggunakan nama lokal;
e. menghormati keberadaan suku, agama, ras, dan golongan;
f. menghindari penggunaan nama diri atau nama orang yang masih hidup; dan
g. menghindari penggunaan simbol matematika.

2.6 Software ArcGIS


ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment
Science & Research Institute) yang merupakan kompilasi. fungsi-fungsi dari berbagai
macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS berbasis web.
Software ini mulai dirilis oleh ESRI pada tahun 2000. Produk utama dari ArcGIS adalah
ArcGIS desktop, dimana ArcGIS desktop merupakan software GIS professional yang
komprehensif dan dikelompokkan atas tiga komponen yaitu : ArcView (komponen yang
fokus ke penggunaan data yang komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (lebih
fokus ke arah editing data spasial) dan ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-
fungsi GIS termasuk untuk keperluan analisis geoprosesing).

ESRI (Environmental System Research Institute) yang berpusat di Redlands,


California, adalah salah satu perusahaan yang mapan dalam pengembangan perangkat
lunak untuk GIS. Memulai debutnya dengan produk ArcInfo 2.0 pada awal 1990 an, ESRI
terus memperbaiki produknya untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Produk yang paling terkenal dan hingga
saat ini masih banyak digunakan oleh pengguna GIS adalah Arc/Info 3.51 dan ArcView
3.3. Kedua produk ini masih digunakan karena sifatnya yang ringan, tidak haus memory
dan kelengkapan fasilitasnya cukup memadai. Saat ini, produk terakhir ESRI adalah
ArcGIS versi 10 yang dirilis pada 28 Juni 2010 yang lalu. Dengan bervariasinya kalangan
pengguna GIS, software ArcGIS yang diproduksi oleh ESRI mencakup penggunaan GIS
pada berbagai skala:
1. ArcGIS Desktop, ditujukan untuk pengguna GIS profesional (perorangan maupun
institusi)
2. ArcObjects, dibuat untuk para developer yang selalu ingin membuat inovasi dan
pengembangan
3. Server GIS (ArcIMS, ArcSDE, lokal), dibuat bagi pengguna awam yang
mengumpulkan data spasial melalui aplikasi di internet
4. Mobile GIS, diciptakan bagi pengguna GIS yang dinamis, software ini mengumpulkan
data lapangan.

2.7 Ruang Lingkup Pratikum


Menurut Multamia, ruang lingkup kajian toponimi meliputi penginventarisasian
dan kajian nama tempat tidak hanya terbatas pada unsur-unsur yang berada di permukaan
tanah dan laut. Kajian Toponimi juga mencakup nama pada unsur bawah tanah, bawah
laut hingga unsur luar angkasa. Proses pembakuan nama unsur geografi, lanjutnya, harus
mengikuti ketetapan PBB yang mewajibkan penamaan menggunakan bahasa lokal/daerah
untuk mengekalkan sejarah migrasi penduduk dan jatidiri penduduk setempat. Nama
unsur geografi sangat sentral dalam Gasetir Nasional karena berfungsi sebagai acuan
tunggal, terutama ketepatan penulisan nama yang sangat berkaitan nama yang berupa
unsur generik dari bahasa daerah. Nama tempat (toponimi) memiliki nilai tinggi karena
dapat mengekalkan jatidiri melalui bukti tahapan migrasi penduduk dan sejarah
permukiman di suatu wilayah, walaupun semua bukti telah tergerus oleh waktu. Selain
membantu membantu penulisan nama yang tepat di peta dan gasetir, toponim juga
membantu penetapan batas administrasi untuk mengurangi konflik, serta berperan
meningkatkan efisiensi kehidupan masyarakat perkotaan modern dalam berkomunikasi
dan berkoordinasi. Ruang lingkup praktikum toponimi kelompok 9B adalah RW 09
Kelurahan Srondol Kulon, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

Anda mungkin juga menyukai