Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KOMPUTASI GEOFISIKA

ANALISIS DATA WELL LOG

ASISTEN PEMBIMBING :
Ulin Nuha Abduh
Muhammad Faiz Nugraha
DISUSUN OLEH :

Salsabillah Pradistya (5017231014)

Muhammad Sheva De Nardo Hariawan (5017231036)

Muhammad Rangga Ardi Firmansyah (5017231048)

Agevanno Ardhy (5017231051)

Willy Gokroha Jonathan Marbun (5017231054)

Alif Putra Zidanto (5017231060)

Zakky Maulana Yudha (5017231064)

Rozenia Trimaulidya Putri (5017231080)


DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Well logging dan analisis jenis batuan adalah dua langkah penting dalam suatu
eksplorasi, yang menggambarkan tentang geologi, stratigrafi, sifat petrofisika, dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan distribusi reservoir dan volumenya,
sehingga mempermudah dalam eksploitasi. Tujuan utama dalam laporan ini adalah
menentukan potensi reservoir, menghitung porositas, saturasi air dan volume of
shale.

Pengolahan data well log menjadi sangat penting jika berbicara mengenai sifat
sifat reservoir dan litologi yang memiliki potensi. Dalam eksplorasi minyak dan gas
analisis well log diperlukan untuk menentukan keberadaan zona yang mengandung
hidrokarbon dan pemahaman mengenai struktur litologi kompleks di sekitar sumur
bor. Dengan pemanfaatan beberapa parameter log seperti gamma ray, resistivitas,
porositas, dan densitas, dapat memberi pemahaman yang mendalam mengenai
struktur dan sifat fisik dari formasi batuan yang diteliti. Identifikasi porositas
menjadi indikator yang memungkinkan adanya reservoir hidrokarbon. Dari nilai -
nilai porositas yang tercatat, maka identifikasi dan pemetaan zona reservoir yang
berpotensi dapat dilakukan.

Dengan ekstraksi informasi dari data well log memiliki manfaat yang sangat
luas, engineer dan ahli ilmu geologi dapat mengidentifikasi sumber daya alam yang
memiliki potensi produksi, dan diketahui persediaan pasokan energi untuk
kebutuhan transportasi, listrik, dan kebutuhan dalam kehidupan manusia untuk
mempertahankan kenyamanan dan keberlanjutan kualitas hidup. Jadi, dalam
pengolahan data well log, selain mendapat informasi dan pemahaman mendalam
mengenai minyak dan gas, namun juga memiliki relevansi yang kuat dalam
kehidupan manusia. Mengenali struktur geologi sumur akan berdampak dalam
mitigasi risiko eksplorasi dan produksi, dan juga identifikasi potensi ladang yang
lebih tepat. Dengan pemahaman dari kompleksitas data well log perencanaan
strategi pengeboran yang lebih efektif dan efisien dapat dilakukan oleh suatu pihak,
karena dapat mengurangi risiko secara lingkungan maupun finansial mengenai
pengekstraksian sumber daya alam.

1.2 Rumusan Masalah

Pada analisis data well log, Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja parameter yang digunakan dalam analisis data well log
2. Bagaimana cara untuk menentukan litologi marker

3. Bagaimana porositas total dan efektif dari data


4. Bagaimana menentukan zona reservoir serta kandungan hidrokarbon di dalamnya
1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah,Adapun tujuan yang didapat seperti :


1. Mengetahui parameter yang digunakan dalam analisis data well log
2. Menentukan litologi marker dan deskripsi melalui metode Qualitative serta
Quantitative
3. Mengetahui Porositas total dan efektif
4. Dapat menentukan Zona reservoir beserta kandungan hidrokarbon di dalamnya
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Analisis Kualitatif


2.1.1 Lithology Marker

Lithology Marker adalah tanda atau ciri fisik yang digunakan dalam geologi atau
geofisika untuk mengidentifikasi jenis batuan atau lapisan batuan yang berbeda di
dalam sebuah formasi geologi. Ini bisa termasuk warna, tekstur, komposisi mineral,
struktur lapisan, atau tanda-tanda lain yang membantu geologis mengklasifikasikan dan
memahami lapisan batuan yang berbeda dalam lingkungan geologi. Lithology marker
juga digunakan dalam pemetaan dan interpretasi struktur geologi dan sejarah
lingkungan geologi suatu daerah. Adapun beberapa penanda litologi dalam jenis batuan
di penelitian ini seperti Limestone, Sandstone, dan Shalestone .

Pada Limestone, penanda litologi yang berguna untuk mengenali batuan ini adalah:

 Tekstur: Batuan kapur memiliki tekstur yang khas dengan butiran-butiran yang
halus hingga sangat halus. Teksturnya bisa berupa batuan kapur berbutiran kasar
(coarse-grained) atau berbutiran halus (fine-grained).
 Warna: Warna batuan kapur bervariasi, tetapi biasanya berkisar dari putih
hingga abu-abu atau coklat muda. Batuan kapur yang mengandung mineral-
mineral seperti sedimen organik dapat memiliki warna yang lebih gelap.
 Struktur: Batuan kapur seringkali mengandung struktur-struktur khas, seperti
fosil-fosil atau laminasi yang menunjukkan sedimen berlapis. Struktur-struktur
ini dapat membantu dalam mengidentifikasi batuan kapur.

Pada Sandstone, penanda litologi yang berguna untuk mengenali batuan ini adalah:

 Tekstur: Batuan sandstone memiliki tekstur kasar hingga halus, tergantung pada
ukuran butiran pasir yang dominan di dalamnya. Tekstur kasar menunjukkan
butiran pasir yang lebih besar, sedangkan tekstur halus menunjukkan butiran
pasir yang lebih kecil.
 Warna: Warna batuan sandstone bervariasi, tetapi cenderung berkisar dari
merah, kuning, oranye, coklat, hingga abu-abu. Warna batuan ini sering
mencerminkan komposisi mineral butiran pasirnya.
 Struktur: Sandstone dapat menunjukkan berbagai struktur yang penting dalam
pengidentifikasian, seperti lamina, laminasi berselang-seling, struktur saluran air
(cross-bedding), dan struktur sedimentasi lainnya.

Pada Shalestone, penanda litologi yang berguna untuk mengenali batuan ini adalah:

 Tekstur: Shalestone memiliki tekstur yang sangat halus hingga lembut, dengan
butiran lempung yang sangat kecil. Karena teksturnya yang halus, shalestone
seringkali memiliki permukaan yang rata dan halus.
 Warna: Warna shalestone cenderung beragam dan dapat berkisar dari abu-abu
hingga hitam, namun warna umumnya lebih gelap dibandingkan dengan batuan
pasir atau batuan kapur. Warna dapat berubah tergantung pada komposisi
mineral dan kondisi geologi setempat.
 Struktur: Struktur Shalestone seringkali menunjukkan laminasi yang jelas, yang
merupakan lapisan tipis yang terbentuk selama pengendapan. Laminasi ini dapat
memberikan petunjuk tentang arah sedimentasi dan kondisi lingkungan pada
saat pembentukan.

2.1.2 Lithology Description

Litologi suatu batuan merupakan gambaran sifat fisiknya yang terlihat pada
singkapan, sampel (in hand) atau sampel inti (core), atau dengan mikroskop perbesaran
rendah. Ciri fisik meliputi warna, tekstur, ukuran butir, dan komposisi. Litologi dapat
merujuk pada penjelasan rinci tentang karakteristik ini, atau ringkasan karakter fisik
kasar suatu batuan. Contoh litologi dalam pengertian kedua antara lain Sandstone, atau
Limestone (Bates, Jackson, 1984). Litologi memiliki pengaruh besar terhadap efisiensi
injeksi air pada reservoir tertentu. Litologi reservoir dan sifat batuan yang
mempengaruhi kemampuan dan keberhasilan banjir adalah (Thomas, 1989):

• Porositas

• Permeabilitas

• Kandungan tanah liat (Clay)

• Ketebalan bersih (Net Thickness)

Dalam beberapa sistem reservoir yang kompleks, hanya sebagian kecil dari total
porositas, seperti porositas rekahan, yang mempunyai permeabilitas yang cukup agar
efektif dalam operasi injeksi air. Dalam kasus ini, program injeksi air hanya akan
berdampak kecil pada porositas matriks, yang mungkin bersifat kristalin, granular, atau
vugular. Meskipun bukti menunjukkan bahwa mineral lempung yang ada di beberapa
pasir dapat menyumbat pori-pori karena pembengkakan dan deflokulasi ketika
digunakan waterflooding, tidak ada data pasti yang tersedia mengenai sejauh mana hal
ini dapat terjadi. Reservoir yang rapat (permeabilitasnya rendah) atau reservoir dengan
ketebalan jaring yang tipis mempunyai masalah dalam penginjeksian air dalam hal laju
atau tekanan penginjeksian air yang diinginkan. Perhatikan bahwa laju dan tekanan
injeksi air secara kasar berhubungan dengan persamaan berikut (Ahmed, 2018) :

P = i hk
inj w

dimana,

P = tekanan injeksi air


inj

i =
w rata-rata injeksi air
i= net thickness

k= permeabilitas absolut

Hubungan di atas menunjukkan bahwa untuk memberikan laju injeksi harian


yang diinginkan sebesar i dalam reservoir yang rapat atau tipis, tekanan injeksi yang
w

diperlukan mungkin melebihi tekanan rekahan formasi (Ahmed, 2018).

Sandstone

Sandstone adalah batuan sedimen klastik yang sebagian besar terdiri dari butiran
silikat berukuran pasir (0,0625 hingga 2 mm). Sandstones mencakup sekitar 20-25%
dari seluruh batuan sedimen (Boggs, 2006). Sebagian besar Sandstones tersusun dari
kuarsa atau feldspar (keduanya silikat) karena merupakan mineral yang paling tahan
terhadap proses pelapukan di permukaan bumi. Seperti pasir yang tidak disemen,
batupasir bisa berwarna apa saja karena kotoran di dalam mineralnya, tetapi warna yang
paling umum adalah coklat, kuning, merah, abu-abu, merah muda, putih, dan hitam.
Karena lapisan Sandstones sering kali membentuk tebing yang sangat terlihat dan fitur
topografi lainnya, warna batupasir tertentu telah teridentifikasi dengan kuat di wilayah
tertentu (Swanson, 2006 dan Bjørlykke, 2010).

Formasi batuan yang terutama terdiri dari Sandstones biasanya memungkinkan


perkolasi air dan cairan lainnya dan cukup berpori untuk menyimpan sejumlah besar,
menjadikannya akuifer dan reservoir minyak bumi yang berharga. Sandstones yang
mengandung kuarsa dapat diubah menjadi kuarsit melalui metamorfisme, biasanya
terkait dengan kompresi tektonik di dalam sabuk orogenik.

Limestone

Limestone (kalsium karbonat CaCO3) merupakan salah satu jenis batuan


sedimen karbonat yang merupakan sumber utama bahan kapur. Ini sebagian besar terdiri
dari mineral kalsit dan aragonit, yang merupakan bentuk kristal CaCO3 yang berbeda.
Limestone terbentuk ketika mineral-mineral ini mengendap dari air yang mengandung
kalsium terlarut. Hal ini dapat terjadi melalui proses biologis dan nonbiologis, meskipun
proses biologis, seperti akumulasi karang dan cangkang di laut, kemungkinan besar
menjadi hal yang lebih penting dalam 540 juta tahun terakhir (Boggs, 2006). Limestone
seringkali mengandung fosil yang memberikan para ilmuwan informasi tentang
lingkungan purba dan evolusi kehidupan.

Sekitar 20% hingga 25% batuan sedimen adalah batuan karbonat, dan sebagian
besar adalah Limestone Batuan karbonat yang tersisa sebagian besar berupa dolomit,
batuan yang berkerabat dekat, yang mengandung mineral dolomit, CaMg(CO3)2 dalam
persentase tinggi. Limestone Magnesia adalah istilah usang dan tidak jelas yang
digunakan secara beragam untuk dolomit, untuk Limestone yang mengandung banyak
dolomit (Limestone dolomite), atau untuk Limestone lainnya yang mengandung
persentase magnesium yang signifikan. l/Sebagian besar Limestone terbentuk di
lingkungan laut dangkal, seperti landas kontinen atau platform, meskipun jumlah yang
lebih kecil terbentuk di banyak lingkungan lainnya. Sebagian besar dolomit merupakan
dolomit sekunder, yang dibentuk oleh perubahan kimiawi Limestone. Limestone
tersingkap di sebagian besar wilayah permukaan bumi, dan karena Limestone sedikit
larut dalam air hujan, paparan ini sering kali terkikis menjadi lanskap karst. Sebagian
besar sistem gua ditemukan di batuan dasar Limestone.

Limestone mempunyai banyak kegunaan: sebagai bahan baku kimia untuk


produksi kapur yang digunakan untuk semen (komponen penting dari beton), sebagai
agregat untuk dasar jalan, sebagai pigmen putih atau pengisi dalam produk seperti pasta
gigi atau cat, sebagai kondisioner tanah. , dan sebagai tambahan dekoratif yang populer
untuk taman batu. Formasi Limestone mengandung sekitar 30% cadangan minyak bumi
dunia.

2.1.3 Reservoir Marker

Reservoir merupakan tempat akumulasi fluida hidrokarbon yang dapat berupa


gas, minyak dan air yang telah bermigrasi dari batuan induk. Reservoir memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, hal yang mempengaruhi perbedaan karakteristik ini
diantaranya ialah jenis komposisi yang terbentuk, temperatur serta tekanan tempat atau
daerah terjadinya akumulasi hidrokarbon yang terkandung didalamnya. Suatu reservoir
yang mengandung minyak dan gas bumi memiliki beberapa syarat yang terdiri dari
beberapa unsur, yaitu:

A. Batuan reservoir (reservoir rock), merupakan wadah yang terisi dan dipenuhi
oleh minyak ataupun gas. Pada batuan reservoir memiliki struktur lapisan yang
berongga atau berpori-pori.
B. Lapisan penutup (sealing cap rock), merupakan lapisan yang berfungsi sebagai
penahan ataupun pelindung fluida yang terkandung didalamnya agar tidak
mudah mengalir keluar atau biasa disebut sebagai lapisan impermeable,
sehingga minyak dan gas dapat tetap terakumulasi dalam reservoar dengan baik.
C. Batuan induk (source rock), merupakan batuan yang berasal dari organisme
makhluk hidup yang telah lama tertimbun dengan kondisi tekanan dan
temperatur tertentu sehingga mengakibatkan perubahan organisme tersebut
menjadi minyak ataupun gas bumi, yang kemudian bermigrasi dan terperangkap
pada batuan berpori sehingga menjadi batuan reservoir.

2.13 Batuan Reservoir

Batuan reservoir merupakan wadah yang terisi dan dipenuhi oleh minyak
ataupun gas. Struktur ruang penyimpanan minyak dalam reservoir berupa rongga-
rongga atau berpori-pori, umumnya batuan reservoir ini sangat berpengaruh terhadap
besarnya porositas yang merupakan perbandingan antara volume pori-pori terhadap
keseluruhan suatu volume batuan dan permeabilitas yang merupakan kemampuan dari
medium berongga atau berpori untuk mengalirkan kandungan suatu batuan. Sehingga
hal ini mengakibatkan batuan reservoir memiliki kemampuan untuk menyimpan serta
melepaskan minyak bumi.

2.13.1 Batupasir (Sandstone)

Batupasir merupakan batuan sedimen utama yang terdiri dari mineral yang
berukuran butir-butir atau biasa yang disebut dengan pasir yang berasal dari pecahan
batuan-batuan lainnya. Batuan ini terbentuk akibat adanya sedimentasi yang terjadi
ketika pasir terlepas dari suspensi sehingga batuan terseret atau menggelinding hingga
terakumulasi. Ketika telah berakumulasi, pasir berubah menjadi batu pasir yang
kompaksi oleh tekanan dan endapan diatasnya serta disementasi oleh presipitasi mineral
di dalam pori-pori antar butiran. Menurut Pettijohn, batupasir dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu:

A. Orthoquarzites, merupakan kelompok jenis batuan sedimen yang terbentuk dari


proses yang menghasilkan unsur silica yang tinggi, dengan tidak mengalami
metamorfosa dan kepadatan, terutama pada mineral kuarsa atas (quartz) dan
mineral lainnya yang stabil. Material pengikatnya berupa semen yang
merupakan bahan dasar utama yang terdiri atas karbonat dan silica.
B. Graywacke, merupakan jenis kelompok batu pasir yang tersusun dari unsur-
unsur mineral yang berbutir besar, terutama pada kuarsa dan feldspar serta
fragmen-fragmen batuan. Material pengikat pada jenis kelompok batuan ini
yaitu berupa clay dan karbonat.
C. Arkose, merupakan jenis kelompok batupasir yang biasanya tersusun dari quartz
sebagai mineral yang dominan. Meskipun pada umumnya mineral arkose
feldspar jumlahnya lebih banyak daripada quartz (Ananda Reggy,2021).

2.2 Analisis Kuantitatif


2.2.1 Volume Shale
Volume of Shale (Vsh) menyatakan jumlah kandungan lempung pada suatu interval
yang dinyatakan dalam persentase volume shale terhadap volume keseluruhan batuan.
Perhitungan volume of shale pada suatu zona penampang log sumur, dapat diidentifikasi
zona-zona reservoar berdasarkan nilai ambang (cut off) volume of shale yang
ditentukan. Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengestimasi nilai Vsh,
yaitu :
Pendekatan linear :
Vsh = IGR
Pendekatan Larionov untuk older rocks :
𝑉𝑠ℎ = 0.33(2 21𝐼𝐺𝑅−1 )
Pendekatan Larionov untuk tertiary rocks :
𝑉𝑠ℎ = 0.083(2 3.71𝐼𝐺𝑅−1 )
Dengan IGR
GRlog−GRmin
IGR=
GRmax−GRmin
IGR = Indeks Gamma Ray
GRlog = Pembacaan Gamma Ray pada log
GRmin = Pembacaan nilai Gamma Ray minimum
GRmax = Pembacaan nilai Gamma Ray maksimum

2.2.2 Effective Porosity

Porositas adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam batuan
(menggambarkan persentase dari total ruang yang tersedia untuk ditempati oleh fluida).
Porositas juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-pori
batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu. Porositas batuan
reservoir dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ( Adi Harsono, 1997) :

a) Sudut kemiringan batuan


b) Bentuk / ukuran butiran
c) Komposisi mineral pembentuk batuan

Berdasarkan proses pembentukannya :

a) Porositas Primer, Porositas yang terjadi bersamaan dengan proses pengendapan


batuan.
b) Porositas Sekunder, Porositas yang terjadi setelah proses pengendapan batuan
terjadi. Porositas sekunder dapat terjadi antara lain akibat aksi pelarutan air
tanah atau akibat rekahan (hydraulic fracturing). Besarnya harga porositas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

2.2.3 Saturation Water

Dalam perhitungan saturasi air, terdapat dua metode yang berbeda, yaitu :

1. Saturasi Air Metode Simandoux

Metode Simandoux menggunakan log densitas dan log neutron untuk


menentukan porositas. Dalam bentuk yang berbeda dan pada reservoir
yang terdiri dari batupasir, persamaan diatas dapat dituliskan pada
persamaan (2.4) (Dewan, J. T., 1983).

2. Saturasi Air Formasi Metode Indonesia

Dalam metode ini, hubungan konduktivitas antara Rt dan Sw merupakan


hasil dari konduktivitas lempung, air formasi dan konduktivitas lainnya
yang diakibatkan interaksi antara kedua konduktivitas model tersebut.
Berikut ini adalah hubungan empiris dari penjelasan diatas (Poupon &
Leveaux, 1971).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Data
Setelah dilakukan proses coding menggunakan aplikasi MATLAB, didapatkan
data berupa gambar sebagai berikut:

Berdasarkan grafik tersebut, sumbu y adalah variabel kedalaman dengan satuan


feet (kaki). Sedangkan 5 variabel yang membentuk sumbu x dalam 3 diagram tersebut
adalah, GR (Gamma Ray), crossplot ILD (Deep Induction Standard Processed
Resistivity) dan LLD (Latero-log Deep), serta crossplot antara NPHI (neutron porosity)
dan RHOB (Bulk Density). Perlu diketahui bahwa data NPHI memiliki sumbu x yang
terbalik. Hal tersebut dilakukan agar grafiknya menghasilkan garis yang memiliki titik
potong/bersinggungan.

.
3.2 Alur Kerja
Dari permulaan hingga akhir proyek yang telah kami lakukan, berikut
merupakan Work Flow dari kelompok sepuluh:

Demikianlah alur kerja secara runtut yang telah dilakukan oleh kelompok
sepuluh dalam kurun waktu dua minggu.

3.3 Deskripsi Alur Kerja

Alur kerja ini sesuai dengan proses pengerjaan yang telah dilakukan. Dimulai
dari perancangan ide dan konsep sampai pada akhirnya penyelesaian laporan ini.
Berikut adalah rinciannya.

1. Merancang ide beserta konsep mengenai keberlanjutan dan pengelolaan


pengerjaan well log project.
2. Melakukan research mengenai materi yang berkorelasi dalam pengerjaan well
log project.
3. Mencari referensi mengenai pengolahan data las.
4. Melengkapi kepustakaan material yang mendukung pengolahan data dan dasar
teori mengenai subjek yang dibahas.
5. Mengadaptasi data kami dengan referensi yang diacu, dan meng kustomisasi
sebagian detail.
6. Penggabungan dasar teori dan penyusunan isi dari laporan.
7. Output dari pengolahan data .las merupakan visualisasi grafik dari data tersebut,
yang kemudian di analisis potensi hidrokarbonnya.
8. Dari analisa yang dilakukan akan dijelaskan secara kualitatif dan kuantitatif, dan
faktor-faktor yang berpengaruh.
9. Mengambil konklusi berupa pemecahan masalah dan langkah langkah hingga
final.
10. Finalisasi data dan memastikan kekonkritan laporan.
11. Briefing mengenai teknis presentasi dan evaluasi.

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data


Berikut adalah hasil analisis data yang telah dilakukan melalui program MATLAB:
4.2 Pembahasan

Analisis data log yang dilakukan berupa evaluasi formasi untuk mengetahui
karakteristik formasi pada lapangan penelitian berdasarkan data las. Dalam setiap data
las terdapat data log berikut ini:

 Kurva Gamma Ray Log (GR)


 Kurva Density Log (RHOB)
 Kurva Neutron Log (NPHI)
 Kurva Resistivity Log (LLD dan ILD).

GR merupakan singkatan dari gamma ray, yang bertujuan untuk menentukan


jenis lapisan batuan antara shale dan sand. Gamma ray adalah radiasi gamma alami
yang dipancarkan oleh radioaktif isotop dari elemen-elemen seperti uranium, thorium,
dan potassium yang menyebabkan nilai sinar gamma tertinggi untuk jenis lapisan
batuan shales. Hal ini menyebabkan defleksi GR ke arah kanan karena memiliki
kandungan elemen radioaktif yang tinggi. Sedangkan jenis lapisan batuan sand memiliki
defleksi GR ke arah kiri dikarenakan sand relatif terbentuk dari unsur radioaktif yang
sedikit.

Log density adalah kurva yang menunjukkan besarnya densitas (bulk density)
dari batuan yang ditembus dari lubang bor. Dari besaran densitas batuan ini sangat
berguna untuk menentukan besarnya porositas. Di samping itu log density mempunyai
kegunaan yang lain yaitu dapat mendeteksi adanya Hydrocarbon dan air bersamaan
dengan log neutron, menentukan densitas hydrocarbon (h) dan membantu dalam
evaluasi lapisan shale.
Pengukuran Neutron Porosity (NPHI) pada evaluasi formasi ditujukan untuk
mengukur indeks hydrogen yang terdapat pada formasi batuan. Indeks hydrogen
didefinisikan sebagai rasio dari konsentrasi atom hydrogen setiap cm batuan terhadap
3

kandungan air murni pada suhu 75⁰F. Jadi, Neutron Porosity log tidaklah mengukur
porositas sesungguhnya dari batuan, melainkan yang diukur adalah kandungan hidrogen
yang terdapat pada pori-pori batuan. Secara sederhana, semakin berpori batuan semakin
banyak kandungan hydrogen dan semakin tinggi indeks hydrogen. Sehingga, shale yang
banyak mengandung hydrogen dapat ditafsirkan memiliki porositas yang tinggi pula.

Induction Deep Log ( ILD ), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan
fresh water base mud ( air tawar ) sedangkan Lateral Deep Log ( LLD ), digunakan jika
lumpur yang digunakan salt water mud ( air asin ). Kegunaan log resistivitas adalah
untuk membedakan zona hidrokarbon dan air (hydrocarbon-water bearing), menentukan
zona yang permeabel dan menentukan porositas resistivitas. Matriks dan butiran dalam
batuan dianggap sebagai insolator atau non konduktif (buruk dalam mengalirkan arus
listrik), sehingga kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan listrik sangat
berhubungan dengan jumlah air (konduktif) dalam pori. Semakin banyak jumlah air
yang terdapat dalam pori maka semakin kecil resistivitas yang terhitung. Sebaliknya,
semakin banyak jumlah hidrokarbon yang terdapat dalam pori maka semakin besar
resistivitas yang terhitung. Hal ini dikarenakan hidrokarbon merupakan insolator atau
non konduktif seperti halnya matriks dan butiran.

Dari analisis data yang telah dilakukan, pada kurva gamma ray (GR) dapat
diketahui bahwa sisi sebelah kiri dari cut off line (garis hitam) merupakan zona yang
berpotensi menjadi reservoar yaitu berupa sandstone dan limestone. Sedangkan di
sebelah kanan dari cut off line adalah batuan non reservoar yang berupa shalestone.
Batuan yang terdapat diantara garis hijau merupakan jenis batuan shalestone yang
dimana tidak berpotensi menjadi zona reservoar. Dari gambar…dapat diketahui bahwa
semakin tinggi nilai dari gamma ray (GR) maka potensi reservoarnya semakin kecil atau
bahkan tidak berpotensi sama sekali. Limestone dan sandstone mengandung sedikit
unsur radioaktif, sehingga kurva gamma ray (GR) mengarah ke kiri (defleksi negatif).
Sedangkan shalestone mengandung unsur radioaktif yang tinggi, sehingga kurva
gamma ray (GR) mengarah ke kanan (defleksi positif).

Data gamma ray ini perlu dimasukkan ke dalam rumus V shale sehingga lapisan
batuan dapat ditentukan. V shale dapat ditentukan melalui indeks gamma ray yang
dirumuskan sebagai berikut.

V = GR Index = (GR - GRmin) / (GRmax - GRmin)


sh

Dimana:
IGR = Gamma ray dalam kedalaman spesifik
GRmin = Nilai minimum gamma ray
GRmax = Nilai maksimum gamma ray

Maka, dengan persamaan tersebut, dapat diperoleh contoh hasilnya.

GR Index = (34,464-16,863) / (120,315-16,863) = 17,01%


Salah satu contohnya di kedalaman 2838m, nilai GR yang didapatkan adalah
34,464 API. Kemudian terlihat bahwa nilai densitasnya adalah 2,247 g/cc. Hal ini
mengindikasikan bahwa lapisan batuan di kedalaman ini adalah sandstone yang
memiliki permeabilitas yang tinggi karena nilai indeks GR yang rendah (17%).

Dengan demikian dapat ditentukan pengelompokkan nilai V sebanyak 13


sh

kelompok dengan 7 area adalah sandstone dan 6 area berupa shalestone . Beberapa
contohnya adalah dari kedalaman 2727ft - 3066ft (Area 1) yang memiliki nilai V antara
sh

0%-30%. Kemudian dari kedalaman 3066.5ft - 3070.5 ft memiliki kisaran nilai V sh

antara 30%-70%. Dikarenakan tingkat persentase V yang tinggi, maka di kedalaman


sh

ini, merupakan lapisan batuan shale. Selanjutnya dari kedalaman 3071ft - 3115 ft
memilki kisaran nilai V antara 20%-50% yang termasuk ke jenis lapisan batupasir.
sh

Area 1 sampai 7 merupakan area sandstone yang memiliki permeabilitas rendah


sehingga berpotensi sebagai zona reservoir.

ILD dan LLD bertujuan untuk menentukan lokasi reservoir atau area yang
memiliki kandungan hidrokarbon. Nilai sinar gamma yang tinggi sering kali
berhubungan dengan formasi shale atau tanah liat, yang biasanya memiliki resistivitas
lebih rendah. Shale dan tanah liat mengandung lebih banyak unsur radioaktif, sehingga
menghasilkan pembacaan sinar gamma yang lebih tinggi. Nilai sinar gamma yang
rendah sering dikaitkan dengan formasi bersih non-serpih, seperti sandstone atau
batugamping, yang cenderung memiliki resistivitas lebih tinggi. Sedangkan, Jika
terdapat zona dalam log sumur dengan pembacaan sinar gamma yang tinggi
(menunjukkan serpih) dan resistivitas rendah (menunjukkan konduktivitas),
kemungkinan besar lapisan batuan tersebut adalah formasi serpih.

Berdasarkan gambar, antara batas 1 dan batas 2 memiliki nilai resistivitas ILD
dan LLD yang sangat tinggi. Hal tersebut memperbesar potensi adanya hidrokarbon
yang termasuk ke dalam zona reservoir. Lalu, antara batas 2 dan 3 juga memiliki nilai
resistivitas yang cukup tinggi sehingga memungkinkan adanya zona reservoir yang
mengandung hidrokarbon. Sedangkan, Jika dilihat dari hasil analisis data maka pada
kedalaman 2835.5 ft - 3277 ft (batas 3 sampai akhir) menunjukkan nilai resistivitas
rendah yang dapat menandakan adanya fluida konduktif, atau memiliki kandungan air.

NPHI dan reversed RHOB dapat menjadi standar dalam menentukan jenis
hidrokarbon yakni gas atau minyak di reservoir tersebut. Cross plot dari dua hal ini
ditunjukkan untuk mengetahui porositas efektif menggunakan Neutron-Density Log.
Korelasi invers antara RHOB dan NPHI dapat menunjukkan potensi adanya reservoir
hidrokarbon. Dalam reservoir hidrokarbon, saturasi hidrokarbon biasanya menyebabkan
penurunan densitas batuan dan peningkatan porositas efektif (effective porosity), yang
tercermin dalam plot dengan RHOB yang lebih rendah dan NPHI yang lebih tinggi.

Pada analisis data NPHI dan reserved RHOB diperkirakan zona reservoar
terdapat pada kedalaman 2727 ft - 2827 ft (antara batas 1 dan 2). Hal ini dikarenakan
pada kedalaman tersebut terdapat separasi pada nilai RHOB berada di sebelah kiri dari
nilai NPHI. Dikarenakan perbedaan nilai NPHI dan RHOB yang tinggi atau separasi
crossovernya bernilai besar, maka pada zona tersebut diperkirakan mengandung gas.
Sedangkan pada batas 2 sampai 3, separasi pada nilai RHOB dan NPHI terlihat bernilai
kecil sehingga berpotensi mengandung hidrokarbon berupa minyak, kecuali pada
kedalaman 2902 ft dan 2922 ft yang memiliki nilai separasi besar yang berarti
mengandung hidrokarbon gas.

Pada batas 3 sampai 4, terlihat bahwa nilai NPHI berada di sebelah kiri dan
RHOB berada di sebelah kanan. Hal tersebut mengindikasikan formasi tersebut
mengandung fluida cair (biasanya air) yang memiliki densitas lebih rendah
dibandingkan dengan batuan padat di sekitarnya. NPHI adalah neutron porosity, yang
mengukur porositas efektif dalam batuan, sedangkan RHOB adalah densitas batuan.
Dengan kata lain, terdapat perbedaan densitas antara fluida dalam pori-pori formasi dan
batuan padat.

Posisi RHOB yang lebih ke sebelah kiri daripada nilai NPHI pada batas 4
sampai dengan batas 5 menunjukkan bahwa terdapat potensi zona reservoir. Kemudian,
karena separasi nya yang bernilai kecil, ada kemungkinan bahwa hidrokarbon yang
terkandung di dalamnya merupakan minyak. Namun, jika disesuaikan dengan nilai
resistivitas ILD dan LLD yang bernilai kecil, semakin kecil adanya kemungkinan pada
zona tersebut mengandung hidrokarbon.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis data serta pembahasan yang telah didapat, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa potensi zona reservoar berada di bagian kiri dari cut off line pada
kurva gamma ray (GR). Semakin kecil unsur radioaktif, maka semakin besar
kemungkinan adanya minyak bumi. Selain itu, semakin tinggi kandungan hidrokarbon
maka semakin tinggi pula potensi ditemukannya zona reservoar minyak bumi. Maka,
dari hasil yang telah diperoleh, zona reservoir dengan kandungan hidrokarbon gas
berpotensi di kedalaman 2373 ft - 2839.5 feet, zona reservoir dengan kandungan
hidrokarbon minyak berpotensi di kedalaman 2839.5 ft - 2975 feet, dan zona reservoir
yang berpotensi mengandung air berada di kedalaman 3252.5 ft sampai 3280.5 ft.
5.2 Saran
Pemahaman yang penuh tentang analisis data sangat dibutuhkan. Seperti dalam
pemahaman kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan dalam menentukan zona reservoir
maka diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang matang untuk memahami setiap
alur analisis dan juga proses pengkodingan data well log menggunakan program
MATLAB. Sebaiknya, sebelum mengolah data well log dan melakukan analisis yang
mendalam, perlu dilakukan beberapa sesi yang dilaksanakan secara formal sebagai
dasar dari proses mengolah dan menginterpretasikan data well log. Jika tidak memiliki
dasar, tentu akan sulit untuk melakukan pengolahan data dan bahkan
menginterpretasikannya. Dengan demikian, sangat disarankan untuk memberikan
pengenalan dan dasar-dasar dari suatu well log secara formal (bukan individual)
sehingga dapat memahami setiap parameter well log dengan baik dan akhirnya mampu
menganalisis serta melakukan interpretasi yang baik dari data well log.
1.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Tarek. Reservoir engineering handbook. Gulf professional publishing, 2018.

Bates, R. J.; Jackson, J. A., eds. Dictionary of Geological Terms (3 ed.). American Geological
Institute, 1984.

Bjørlykke, Knut; Jahren, Jens. Sandstones and Sandstone Reservoirs. Petroleum Geoscience,
2010.

Boggs, Sam. Principles of sedimentology and stratigraphy (4th ed.). Upper Saddle River, N.J.:
Pearson Prentice Hall, 2006.

Dewan, J. T. Open Hole Log Interpretation. Oklahoma: PennWell Publishing Company, 1983

Dr.Ir. Jarot Setyowiyoto, M.Sc. Universitas Gadjah Mada, 2015.

Evans, I.S. Geomorphometry Landform Mapping: What is a Landform?: Journal of


Geomorphology, 2011.

Swanson, Susan K.; Bahr, Jean M.; Bradbury, Kenneth R.; Anderson, Kristin M. Evidence for
preferential flow through sandstone aquifers in Southern Wisconsin. Sedimentary
Geology. 184 (3–4), 2006.

Thomas, C. E., Mahoney, C. F., and Winter, G. W., Petroleum Engineering Handbook. Dallas:
Society of Petroleum Engineers, 1989.
LAMPIRAN
Mencari Referensi Jurnal dan coding
ACTIVITIES
matlab
Memerlukan penyesuaian dan beberapa
PROBLEMS
materi belum lengkap
Melengkapi materi dan melakukan
SOLUTIONS
penyesuaian
1 Friday, 13 Oct 2023

PHOTOS

Sunday, 15 Oct
2023 ACTIVITIES Diskusi dasar teori dan coding matlab
ZOOM

Masih belum menemukan dasar teori


PROBLEMS
sepenuhnya

2 SOLUTIONS Mencoba melengkapi

PHOTOS

3
Menyelesaikan dan melengkapi
19 - 22 Oct 2023 ACTIVITIES
kepustakaan dan pengkodingan

Beberapa hal masih belum jelas, file


PROBLEMS
masih berantakan

Mencari informasi lebih banyak dan


SOLUTIONS
merapikan laporan

PHOTOS -
4
Monday, 23 Oct
2023 ACTIVITIES Finalisasi Proyek dan Laporan
ZOOM

PROBLEMS Beberapa belum terselesaikan

Menyelesaikan hal yang belum


SOLUTIONS
terselesaikan

PHOTOS -

Anda mungkin juga menyukai