TEORI DASAR
dan gas. Batuan reservoir harus mempunyai porositas yang memberikan kemampuan
minyak bumi itu. Jadi, dapat disebutkan bahwa reservoir harus berongga-rongga atau
Core adalah sampel atau contoh batuan yang diambil dari bawah permukaan
dengan suatu metode tertentu. Data core merupakan data yang paling baik untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan, tapi karena panjangnya terbatas, maka dituntut
untuk mengambil data-data yang ada secara maksimal. Data yang diambil meliputi jenis
batuan, tekstur, struktur sedimen dan sifat fisik batuan itu sendiri. Selain itu juga dapat
mengetahui harga porositas, permeabilitas, dan saturasi fluida yang terkandung dalan
batuan tersebut. Tekstur dan struktur batuan sedimen dapat menggambarkan sejarah
Pada deskripsi core yang dilakukan adalah mendeskripsi core setiap 5cm dengan data core
17
sebanyak 17 kotak, yang setiap kotak mempunyai panjang 1m, adapun yang di deskripsi
adalah kenampakan yang ada pada core meliputi tekstur dan struktur
Adapun tujuan pengambilan data core secara primer adalah untuk mendapatkan data
antara lain:
Kalibrasi log gamma ray dan pergeseran kedalaman antara kedalaman log dan
permukaan
Analisa rutin menentykan sifat-sifat fisik batuan yang umum untuk menentukan
permeabilitas terhadap udara dan permeabilitas horizontal dan vertikal, berat jenis butiran.
18
3.3 Komponen Batuan Sedimen
Batupasir adalah batuan sedimen klastik yang sebagian besar butiranya berukuran
pasir (0,125 – 2 mm, skala wenwort). Ada yang disebut sebagai batupasir murni dan ada
yang disebut batupasir tidak murni. Pengertian ini erat kaitanya dengan jumlah matrik
berukuran lempung dan lanau pada batupasir tersebut. Pembentukan batupasir tidak
b. Matriks (matrix)
c. Semen (cement)
19
3.4 Tekstur Batuan Sedimen
golongan besar tekstur pada batuan sedimen yaitu bertekstur klastik dan sedimen
Tekstur Klastik
Tekstur klastik adalah tekstur yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang
sudah ada sebelumnya. Komponen batuan sedimen klastik terdiri dari butiran, massa dasar
dan semen. Beberapa parameter dasar yang digunakan untuk mendeterminasi karakteristik
a. Besar Butir
Besar butir adalah ukuran/diameter butiran, yang merupakan unsur utama dari
batuan sedimen klastik, yang berhubungan dengan tingkat energi pada saat transportasi
dan pengendapan. Klasifikasi besar butir menggunakan skala Wentworth (Tabel dibawah
ini). Diktat Praktikum Petrologi – Arif Susanto. Besar butir ditentukan oleh :
Jenis transportasi
Waktu/jarak transportasi
Resistensi
20
Gambar 3.2 Klasifikasi besar butir (Skala Wentworth)
b. Pemilahan (sortasi)
Pemilahan adalah cara penyebaran bebagai macam besar butir. Pemilahan yang
baik adalah apabila batuan terdiri dari besar butir yang hampir seragam. Jika pemilah
sangat buruk, batuan akan terdiri dari butir-butir dengan berbagai ukuran. Dengan
demikian rongga yang terdapat diantara butiran besar akan terisi oleh butiran yang lebih
21
c. Kebundaran (roundness)
Kebundaran adalah tingkat kebundaran atau ketajaman sudut butir, dimana tingkat
kebundaran tersebut mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi dan dapat juga
faktor, diantaranya komposisi butir, besar butir, jenis transportasi, jarak transportasi dan
resistensi butir. Istilah-istilah yang dipakai dalam kebundaran adalah sebagai berikut: very
angular (sangat menyudut), angular (menyudut), sub angular (menyudut tanggung), sub
d. Penyusunan ( packing )
Penyusunan adalah pengaturan kepadatan dari butiran satu terhadap yang lainnya.
Untuk besar butir yang seragam maka porositas hanya tergantung pada cara penyusunan
22
e. Kemas
Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau diantara
semennya, dimana berfungsi sebagai orientasi butir dan packing. Istilah yang dipakai ialah
grain supported (bila butiran tidak saling bersentuhan) dan mud supported (bila butiran
saling bersentuhan). Kemas secara umum dapat menceritakan tentang arah aliran dalam
sedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan. Berikut ini adalah gambar
Kontak antar butiran secara umum akan menggambarkan tingkat kompaksi batuan
bergerigi (suture).
23
Gambar 3.6 Jenis-jenis kontak antar butir (Pettijohn, dkk.,1987).
g. Porositas
volume total batuan yang dinyatakan dalam persen. Porositas dapat diketahui dengan
meneteskan air ke permukaan batuan. Istilah - istilah yang dipakai ialah porositas baik
(batuan menyerap air), porositas sedang (di antara baik-buruk), dan porositas buruk
24
Gambar 3.7 Jenis-jenis porositas (Choquette & Pray, 1970)
h. Warna
Warna pada batuan sedimen mempunyai arti yang penting karena mencerminkan
i. Kekompakan
Kekompakan adalah sifat fisik dari batuan. Beberapa istilah yang dipakai dalam
25
Medium hard : agak keras tetapi masih dapat digores dengan jarum baja
Spongy : berongga
Ada banyak klasfikasi batuan menurut beberapa ahli peneliti sebelumnya namun
penulis pada penelitian ini menggunakan 3 klasifikasi yaitu klasifikasi Dott (1964) dan
Shepard, (1954). klasifikasi batupasir menurut Folk, (1974) menggunakan pola plot QRF
atau QFL, dimana kuarsa ( Q ), feldspar ( F ) dan fragmen batuan ( R/L ) diplot pada
masing – masing kutub pada klasifikasi segitiga ( Gambar 3.7 ). Namun pada klasifikasi
26
Gambar 3.9 Klasifikasi batupasir menurut Shepard, ( 1954 ).
Klasifikasi batupasir ini dilakukan dengan cara mengamati sifat-sifat yang dimiliki
masing- masing mineral dan fragmen batuan, dan baru kemudian diplotkan pada diagram
tadi sehingga nama dan golongan batuan batupairnya dapat diketahui. Perlu diketahui
bahwa persentase kehadiran material penyusun yang dihitung adalah komponen butiranya
saja.
3.6 Fasies
Fasies adalah suatu kenampakan lapisan atau kumpulan dari suatu lapisan batuan
dengan sekitarnya (Boggs, 1987). Selley (1985) juga menyebutkan bahwa fasies adalah
istilah yang digunakan apabila batuan yang sama diendapkan di tempat yang berbeda, atau
apabila batuan yang berbeda diendapkan di tempat yang sama pada waktu berbeda, atau
apabila batuan yang berbeda diendapkan ditempat yang berbeda pada waktu yang sama.
27
Penentuan fasies dapat ditinjau dari beberapa karakteristik yang berbeda seperti litologi,
kandungan biogenic atau berdasarkan metode tertentu yang dipakai sebagai cara
Lingkungan pengendapan adalah bagian dari permukaan bumi dimana proses fisik, kimia
dan biologi berbeda dengan daerah yang berbatasan dengannya (Selley, 1988). Sedangkan
menurut Boggs (1995) lingkungan pengendapan adalah karakteristik dari suatu tatanan
geomorfik dimana proses fisik, kimia dan biologi berlangsung yang menghasilkan suatu
jenis endapan sedimen tertentu. Nichols (1999) menambahkan yang dimaksud dengan
proses tersebut adalah proses yang berlangsung selama proses pembentukan, transportasi
dan pengendapan sedimen. Perbedaan fisik dapat berupa elemen statis ataupun dinamis.
Elemen statis antara lain geometri cekungan, material endapan, kedalaman air dan suhu,
sedangkan elemen dinamis adalah energi, kecepatan dan arah pengendapan serta variasi
angin, ombak dan air. Termasuk dalam perbedaan kimia adalah komposisi dari cairan
pembawa sedimen, geokimia dari batuan asal di daerah tangkapan air (oksidasi dan
reduksi (Eh), keasaman (Ph), kadar garam, kandungan karbon dioksida dan oksigen dari
air, presipitasi dan solusi mineral). Sedangkan perbedaan biologi tentu saja perbedaan
pada fauna dan flora di tempat sedimen diendapkan maupun daerah sepanjang
Permukaan bumi mempunyai morfologi yang sangat beragam, mulai dari pegunungan,
lembah sungai, pedataran, padang pasir, delta sampai ke laut. Dengan analogi pembagian
ini, lingkungan pengendapan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni
darat (misalnya sungai, danau dan gurun), peralihan (atau daerah transisi antara darat dan
28
laut; seperti delta, lagun dan daerah pasang surut) dan laut. Banyak pengarang membagi
membagi lingkungan pengendapan menjadi 3 bagian besar: darat, peralihan dan laut.
Sedangkan fasies pengendapan yang merupakan kenampakan suatu tubuh batuan sedimen
yang memiliki kekhasan sifat fisik, kimia dan biologi sebagai suatu hasil atau produk dari
suatu lingkungan pengendapn tertentu, dinyatakan sebagai suatu respon atau effect
(Selley, 1985). Dalam konsep analisis fasies, dinayatakan bahwa suatu hasil pengukuran
penampang stratigrafi dapat dipisahkan menjadi unit-unit fasies yang berbeda, dimana
karakteristik bersifat deskriptif, meliputi jenis litologi, struktur sedimen ataupun aspek
biologinya (Walker dan James, 1992). Kombinasi fasies yang memiliki hubungan satu
29
sama lain, kemudian membentuk asosiasi fasies. Dengan mengindentifikasi fasies dan
kekelok (meandering).
Sungai lurus umumnya berada pada daerah bertopografi terjal mempunyai energi
aliran kuat atau deras. Energi yang kuat ini berdampak pada intensitas erosi vertikal yang
tinggi, jauh lebih besar dibandingkan erosi mendatarnya. Kondisi seperti itu membuat
sungai jenis ini mempunyai kemampuan pengendapan sedimen kecil, sehingga alirannya
lurusnya tidak berbelok-belok atau low sinuosity. Karena kemampuan sedimentasi yang
kecil inilah maka sungai tipe ini jarang yang meninggalakan endapan tebal. Sungai tipe
ini biasanya dijumpai pada daerah pegunungan, yang mempunyai topografi tajam.
30
Sedimen sungai lurus ini sangat jarang dijumpai dan biasanya dijumpai pada jarak yang
sangat pendek.
Pada sungai tipe ini erosi secara umum lemah sehingga pengendapan sedimen kuat. Erosi
horisontalnya lebih besar dibandingkan erosi vertikal, perbedaan ini semakin besar pada
waktu banjir. Hal ini menyebabkan aliran sungai sering berpindah tempat secara
mendatar. Ini terjadi karena adanya pengikisan horisontal pada tepi sungai oleh aliran air
utama yang pada daerah kelokan sungai pinggir luar dan pengendapan pada kelokan tepi
dalam. Kalau proses ini berlangsung lama akan mengakibatkan aliran sungai semakin
bengkok. Pada kondisi tertentu bengkokan ini terputus, sehingga terjadinya danau bekas
aliran sungai yang berbentuk tapal kuda atau oxbow lake. Pada tipe sungai kekelok proses
pengendapan terakumulasi pada 5 (lima) bagian yang berbeda, yaitu : saluran utama (Main
Channel dan channel fills), gosong (point bar), tanggul alam (natural levee), dataran banjir
Sedimen yang diendapkan pada saluran utama terdiri dari material yang umumnya
berbutiran lebih kasar yang dapat berpindah hanya oleh aliran sungai dengan kecepatan
maximum pada saat puncak banjir (peak flood). Butiran suspensi seperti lempung dan
lanau terbawa lebih cepat dan diendapkan pada daerah floodplain. Endapan pada saluran
utama terdiri dari reruntuhan dinding sungai yang roboh akibat pengikisan oleh aliran arus
(Walker dan Cant, 1979 dalam Walker, 1992), yang lebih dikenal dengan lag
31
deposits. Karena saluran utama ini selalu bergerak (berpindah) dan pada dasar sungai
selalu diendapkan butiran yang lebih kasar maka endapan ini merupakan dasar dari suatu
gosong.
Gosong (point bar) terakumulasi pada sisi dalam kelokan sungai, umumnya terjadi
ketika material di sisi luar bank tererosi. Pada bagian gosong, endapan yang terbentuk
umumnya menghalus ke atas, dengan struktur silang siur dan “dunes” yang berkembang
baik. Pada sungai kekelok tua kadang-kadang gosong yang telah terbentuk terpotong
kembali oleh aliran akibat lekukan aliran yang sangat besar yang terjadi saat banjir. Hal
ini bisa terjasi pada gosong yang mempunyai kemiringan lereng rendah dan mempunyai
32
Tanggul alam (natural levee) adalah tanggul di kanan kiri sungai yang membatasi
aliran sungai. Tanggul alam ini terbentuk bersamaan dengan terbentuknya aliran itu
sendiri. Tanggul terbentuk selama banjir sedang yang hanya mencapai ketinggian sama
terendapkanlah sedimen di sepanjang tebing sungai tersebut. Pada saat banjir berikutnya
endapan baru akan terus terbentuk di atas tebing ini dan membentuk tanggul alam
sehingga tanggul ini semakin lama semakin tinggi. Tinggi maksimum yang dibentuk oleh
tanggul alam mengindikasikan permukaan air maksimum yang terjadi pada saat banjir.
Pada umumnya endapan berbutir halus. Arus sewaktu banjir, juga akan menyebabkan
terkikisnya endapan yang telah terbentuk pada gosong atau bahkan mengerosi tanggul
alam dan memutuskannya. Sehingga air akan melimpah ke dataran bajir di kiri-kanan
aliran sungai dan akan membentuk crevasse splays deposites. Crevasse ini akan
membentuk pola dan sistem saluran tersendiri. Struktur sedimen yang berkembang antara
dan bentuk dari dataran banjir ini sangat tergantung dari sejarah perkembangan banji,
dataran banjir ini didominasi oleh endapan suspensi seperti lanau dan lumpur, meskipun
kadang-kadang muncul batupasir halus yang terendapkan oleh arus yang lebih kuat pada
saat puncak banjir. Kecepatan pengendapannya pada umumnya sangat rendah, berkisar
antara 1 dan 2 cm lapisan lanau-lempung per periode banjir (Reineck dan Singh, 1980).
33
Endapannya mengisi daerah relatif datar pada sisi luar sungai dan kadang-kadang
Akibat proses pengikisan mendatar pada belokan sungai dan pengendapan yang
terjadi di sisi lain mengakibatkan suatu saat dua buah kelokan aliran meander saling
bertemu. Akibat dari peristiwa ini menyebabkan terjadinya aliran yang terputus yang
Gambar 3.13 Penampang Vertikal Dari Endapan Sungai Meandering (Boggs, 1995)
Penampang vertikal dari endapan sungai kekelok dicirikan oleh runtunan batuan
sedimen dalam setiap sekuen mempunyai besar butir menghalus ke arah atas. Dasar atau
alas setiap sekuen merupakan bidang erosi yang kemudian ditindih oleh lapisan yang
berbutir kasar-sangat kasar. Pada bagian bawahnya (di atas bidang erosi) sangat umum
dijumpai lag deposits tadi. Fragmen dari lag deposits ini umumnya terdiri atas
batulempung atau batuserpih yang merupakan hasil runtuhan tebing sungai. Pada bagian
34
bawah sekuen ini sering terbentuk silang siur mangkok dan kemudian berubah jadi planar
ke arah atas. Bagian atasnya terdiri atas batuan berbutir halus (batuserpih, batulanau atau
batulempung) dengan sisipan tipis batupasir. Struktur sedimen yang dijumpai umumnya
berukuran kecil seperti laminasi, silang siur dan ripple mark. Bagian bawah dari sekuen
yang berupa endapan berbutir kasar-sangat kasar merupakan hasil endapkan pada alur
sungai, sedangkan endapan halus umumnya merupakan hasil endapan di daerah dataran
banjir. Sisipan tipis batupasir pada bagian atas sekuen merupakan endapan limpahan
Sungai teranyam umumnya terdapat pada daerah datar dengan energi arus
alirannya lemah dan batuan di sekitarnya lunak. Sungai tipe ini bercirikan debit air dan
pengendapan sedimen tinggi. Daerah yang rata menyebabkan aliran dengan mudah belok
Tipe sungai teranyam dapat dibedakan dari sungai kekelok dengan sedikitnya
jumlah lengkungan sungai, dan banyaknya pulau-pulau kecil di tengah sungai yang
disebut gosong. Sungai teranyam akan terbentuk dalam kondisi dimana sungai
mempunyai fluktuasi dischard besar dan cepat, kecepatan pasokan sedimen yang tinggi
yang umumnya berbutir kasar, tebing mudah tererosi dan tidak kohesif (Cant, 1982).
Biasanya tipe sungai teranyam ini diapit oleh bukit di kiri dan kanannya. Endapannya
selain berasal dari material sungai juga berasal dari hasil erosi pada bukit-bukit yang
mengapitnya yang kemudian terbawa masuk ke dalam sungai. Runtunan endapan sungai
35
teranyam ini biasanya dengan pemilahan dan kelulusan yang baik, sehingga bagus sekali
berbagai ukuran yang dibentuk oleh pasir dan krikil. Pola aliran sungai teranyam
terkonsentrasi pada zona aliran utama. Jika sedang banjir sungai ini banyak material yang
terbawa terhambat pada tengah sungai baik berupa batang pepohonan ataupun ranting-
ranting pepohonan. Akibat sering terjadinya banjir maka di sepanjang bantaran sungai
Struktur sedimen yang umum terbentuk adalah silang siur, gelembur gelombang
dan ripple cross-lamination. Pada saat air surut terjadi silang siur dengan perkembangan
pada gelembur gelombang dan perarian sejajar. Hal ini terjadi pula pada permukaan bar.
Pola pengendapan pada sungai teranyam pada skala kecil tidak terlihat pada beberapa
pembacaan well log, karena saluran dan bar dapat berubah-ubah, pengendapan akan
terlihat dengan secara acak dalam ukuran yang besar dan distribusi lateral isi dari fragmen
Jika sungai sedang tidak dalam keadaan banjir maka yang terendapkan adalah
butiran halus dengan laminasi di bagian atas dari kerikil. Sedangkan lempung banyak
terbentuk pada bagian tanggul dari sungai. Diagram dari sungai teranyam, yang
memperlihatkan jika semakin rendah energi arus aliran, maka terbentuklah gelembur
gelombang (ripple) halus pada batuan pasir yang melaminasi di bagian atas.
Pada umumnya sungai teranyam dicirikan bar yang banyak dan besar pada sungai
36
Gambar 3.14 Struktur Bar Sungai Teranyam (Boggs, 2001)
Bar longitudinal atau di Indonesia disebut gosong adalah pulau ditengah sungai
yang mempunyai sumbu panjang sejajar dengan arah aliran sungai. Endapan yang berbutir
kasar biasanya tersebar di sekitar sumbu dan bagian bawah dari gosong. Besar butir
endapan ini mengecil ke arah atas dan bawah dari gosong. Struktur sedimen yang
umumnya terdapat pada gosong adalah lapisan mendatar yang tebal yang diendapkan
Linguiod dan tranverse bars berada pada sudut garis potong ke arah alur sungai,
keistimewaan karakteristik pasir pada aliran teranyam. Bentuk lobate atau rhombic
Linguoid bars, dengan penurunan ketinggian paras muka sungai. Untuk transverse
bars muncul akibat adanya riak air sungai yang besar sehingga dapat mengakibatkan
banjir. Lateral bars, terdapat pada beberapa panjang tepi sungai, karena proses
pengendapan dan erosi dan banjir pada setiap kali musim banjir yang ditimbulkan
37
Gambar 3.15 Penampang Tegak Sungai Teranyam (Selley, 1976)
Pada sungai teranyam cenderung membentuk variasi kedalaman dari lebar sungai
dan karena arah aliran dan energi sungai membentuk lag deposit pada lantai dasar sungai,
pasir teralirkan padabedload system. Kedalaman sungai teranyam berkisar 3 meter atau
adanya Flood stage dapat gosong membentuk channels beds, preserving flood stage
sedimentary structure. Pada muka arus penampang sungai terjadi ripple lapisan pasir
dengan gradasi mendatar pada lapisan atas sungai. Karena kaya akan mineral makanan
maka pada sebagian bantaran sungai dan juga bekas luapan-luapan banjir maka akan
38
4. Sungai Anastomasing
Sungai anastomasing terjadi karena adanya dua aliran sungai yang bercabang-
cabang, dimana cabang yang satu dengan cabang yang lain bertemu kembali pada titik
dan kemudian bersatu kembali pada titik yang lain membentuk satu aliran. Energi alir
sungai tipe ini rendah. Ada perbedaan yang jelas antara sungai teranyam dan sungai
anastomosing. Pada sungai teranyam, aliran sungai menyebar dan kemudian bersatu
kembali menyatu masih dalam lembah sungai tersebut yang lebar. Sedangkan untuk
sungai anastomasing adalah beberapa sungai yang terbagi menjadi beberapa cabang
sungai kecil dan bertemu kembali pada induk sungai pada jarak tertentu. Pada daerah
onggokan sungai sering diendapkan material halus dan biasanya ditutupi oleh vegetasi.
39
3.8 Diagenesa
dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang
mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras (Pettjohn, 1975). Perubahan ini secara
nyata terlihat dengan adanya perubahan tekstur dan komposisi sedimen. Umumnya
perubahan- perubahan diagenesa terjadi pada temperature kurang dari 3000 C dan tekanan
antara 1-2 kb. Sebagian besar diagenesa terjadi setelah sedimen mengalami pengendapan.
Namun demikian, pada saat batuan sediemen terangkat dan tersingkap kembali ke
permukaan, diagenesa masih tetap berlangsung. Oleh sebab itu diagenesa dibagi menjasi
Eodiagenetic (dekat permukaan) adalah proses diagenesa yang terjadi pada daerah
dekat permukaan.
Mesodiagenetik (burial) adalah proses diagenesa yang terjadi selama burial jauh
di bawah permukaan
yang berhubungan dengan pengangatan dan umumnya dihasilkan dari fluida dekat
permukaan.
40
Gambar 3.17 Diagenesa (Choquette & Pray, 1970)
Kualitas reservoar batuan sedimen silisiklastik dalam hal ini adalah batupasir, merupakan
fungsi dari porositas dan permeabilitas awal yang sangat dikontrol oleh tekstur
batupasir pada kedalam lebih dari besar dari 200 m, kualitas lebih banyak dipengaruhi
Sangatlah penting untuk mengetahui geometri pori batuan reservoar seperti bentuk,
ukuran dan penyebaran pori karena hal ini berpengaruh terhadap tipe, jumlah, dan tingkat
produksi hidrokarbon.
41
3.10 Analisis Petrografi
untuk mnyelidiki dan menjawab segala persoalan mengenai batuan sedimen, namun
analisis petrografi masih diakui sebagai teknik utama yang dapat menghasilkan informasi
yang bernilai. Melalui studi petrografi dapat dievaluasi hubungan antara fasies
pengendapan, komposisi dan geometri sistem pori batuan, diagenesis serta kualitas
reservoir sehingga dihasilkan pemahaman yang baik dan dapat dijadikan suatu model pada
batuan reservoir lainnya dengan karakter yang relatif sama (Hadi Prasetyo, 2009).
matriksnya.
Analisis Scanning Electron Microscope (SEM) adalah suatu analisis dengan sebuah
mikroskop elektron yang didesain untuk menyelidiki permukaan dari objek solid secara
resolusi sebesar 1 – 10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth of field yang
besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui komposisi dan informasi
42
kristalografi membuat SEM banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan industri.
Adapun fungsi utama dari SEM antara lain dapat digunakan untuk mengetahui informasi-
informasi mengenai:
Validasi mendetail dan akurat jenis mineralogi, porositas, dan permeabilitas dari
Scanning Elctron Microscope (SEM) terdiri dari kolom optik electron dan perangkat
elektronik. Sampel SEM yang telah dilapisi ditempatkan pada ruang sampel, di dalam
kolom optik elektron dan dsimpan pada kondisi hampa (sekitar 2 x 10-6 torr). Prinsip kerja
atau skematik sistem SEM (Gambar 3.11) yaitu bermula dari electron beam yang
dihasilkan oleh sebuah filamen pada electron gun. Pada umumnya electron gun yang
digunakan adalah tungsten hairpin gun dengan filamen berupa lilitan tungsten yang
terjadinya pemanasan. Anoda kemudian akan membentuk gaya yang dapat menarik
43
Gambar 3.18 Skematik yang menggambarkan sistem SEM / EDX (modifikasi Beck,
Kemudian electron beam difokuskan ke suatu titik pada permukaan sampel dengan
menggunakan dua buah condenser lens. Condenser lens kedua (atau biasa disebut dengan
lensa objektif) memfokuskan beam dengan diameter yang sangat kecil, yaitu sekitar 10-
20 nm. Hamburan elektron, baik Secondary Electron (SE) atau Back Scattered Electron
dimunculkan dalam bentuk gambar pada layar CRT. SEM memiliki beberapa detektor
yang berfungsi untuk menangkap hamburan elektron dan memberikan informasi yang
berbeda-beda. Pada SEM, terdapat sistem vakum pada electron-optical column dan
44
Menghilangkan efek pergerakan elektron yang tidak beraturan karena adanya
Meminimalisasi gas yang dapat bereaksi dengan sampel atau mengendap pada
sampel, baik gas yang berasal dari sampel atau pun mikroskop. Karena apabila hal
tersebut terjadi, maka akan menurunkan kontras dan membuat gelap detail pada
gambar.
Difraksi sinar X atau X-ray diffraction (XRD) adalah suatu metode analisa yang
digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara menentukan
parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel. Profil XRD juga dapat
memberikan data kualitatif dan semi kuantitatif pada padatan atau sampel. Difraksi sinar
Difraksi sinar-X terjadi karena pada hamburan elastis foton-foton sinar- X oleh
atom dalam sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut
45
Alat XRD terdiri dari tabung sinar X, tempat sampel dan detektor. Tabung sinar X
Sebuah sampel yang berbentuk serbuk ditaruh ditempat sampel. Sampel dikenakan
sinar X dari sudut ᾱ sebesar 0-90°. Setiap sinar yang mengenai sampel akan didifraksi dan
ditangkap oleh detektor. Oleh detektor sinar-sinar diubah menjadi hasil dalam bentuk
gelombang-gelombang.
Intensitas sinar X dari scan sampel diplotkan dengan sudut ᾱ (biasanya dinyatakan
dalam 2ᾱ). Selain untuk menunjukkan tingkat kristalitas suatu padatan, difraksi sinar x
juga dapat digunakan untuk mengetahui diameter kristal. Ukuran kristal yang mungkin
diukur adalah 3-50nm. Ukuran kristal yang diperoleh merupakan diameter rata-rata volum
berat. (Nelson, 2010 dalam Analisa Pola-Pola Difraksi Sinar-X Pada Material Serbuk
46