Anda di halaman 1dari 4

Adapun yang perlu diperhatikan dalam pemerian nama batuan sedimen klastik, yaitu:

1. Warna
Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning atau abu-
abu terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu gelap sampai hitam, serta
merah dan coklat. Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
a. Warna mineral pembentukkan batuan sedimen
b. Warna massa dasar atau matrik atau warna semen
c. Warna material yang menyelubungi (coating material)
d. Derajat kehalusan butir penyusunnya. Jika semakin halus ukuran butir maka warnanya
cenderung akan lebih gelap.
Dengan demikian warna batuan sedimen sangat bervariasi, terutama sangat tergantung pada
komposisi bahan penyusunnya. Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
pengendapan, jika kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap
dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak kandungan material
organic (organic matter) mempunyai warna yang lebih gelap (Susanto, A. 2008).
2. Struktur Batuan Sedimen
Struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar,
merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen dan diakibatkan oleh proses
pengendapan dan keadaan energi pembentuknya baik pada waktu pengendapan maupun setelah
pengendapan. Dalam Tim Asisten (2018) struktur batuan sedimen secara umum terbagi atas
dua, yaitu berlapis (stratified) dan struktur tidak berlapis (non stratified). Struktur berlapis
terbentuk karena adanya perbedaan antara warna batuan sedimen, ukuran butir, kompaksi
mineral, serta sifat fisika dan kimianya (Tim Asisten, 2018).
Secara umum, struktur batuan sedimen berlapis diantaranya:
a. Laminasi, yaitu struktur yang batuan sedimen yang memperlihatkan adanya perlapisan
dengan tebal < 1 cm.
b. Lapisan silang (Cross Bedding), yaitu strktur primer yang membentuk struktur menyilang
suatu lapisan terhadap lapisan yang lainnya.
c. Lapisan bersusun (Graded Bedding), yaitu perlapisan batuan yang dibentuk oleh gradasi
butir yang makin halus ke arah atas (normal graded bedding) atau gradasi butir yang makin
kasar ke arah atas (reverse graded bedding). Normal graded bedding dapat dipakai untuk
menentukan top atau bottom lapisan batuan.
d. Gelembur gelombang (current ripple), yaitu bentuk permukaan perlapisan bergelombang
karena adanya arus sedimentasi.
e. Mud crack, yaitu bentuk retakan poligonal pada permukaan lapisan lumpur (mud).
f. Rain mark, yaitu kenampakan pada permukaan sedimen karena tetesan air hujan.
g. Load cast, yaitu struktur sedimen terbentuk pada permukaan lapisan akibat pengaruh beban
sedimen di atasnya.
h. Convolute Bedding, yaitu bentuk liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi.
i. Struktur organic yang terbentuk karena aktivitas organisme. Terbagi atas dua struktur, yaitu:
1) Struktur Eksternal, merupakan bioherm dan biostroms. Bioherm yaitu struktur yang
terbrntuk dari akumulasi binatang primitive invetebrata dan tumbuhan. Biostroms yaitu
salah satu bentuk dari bioherm dalam bentuk lapisan pada kedudukan vertikal.
2) Struktur Internal, merupakan fosil yakni struktur yang terbentuk oleh akumulasi fosil.
j. Mold and Cast, Mold sendiri adalah cetakan yang terbentuk apabila cangkang suatu
organisme menekan sedimen yang belum membatu. Apabila yang tercetak adalah bagian
luar disebut tapak (eksternal mold) Sedangkan yang tercetak adalah bagian dalam disebut
tuangan (internal mold). Cast adalah hasil cetakan rongga antara eksternal mold dan
internal mold yang terisi zat lain membentuk jiplakan fosil aslinya.
3. Tekstur
Tekstur yang dicirikan dalam batuan sedimen, yaitu:
a. Ukuran
Pemerian ukuran butir didasarkan pada klasifikasi ukuran butir sedimen menurut
Wentworth, 1922.
Tabel 3.1. Pemerian Ukuran Butir Batuan Sedimen, Wentworth (1992)

b. Kebundaran (Roundness)
Kebundaran adalah tingkat atau bentuk kebundaran dari butiran material sedimen yang
meliputi seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Derajat Kebundaran Butiran

c. Sortasi

Sortasi adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan sedimen. Dalam sortasi
dipergunakan pengelompokan sebagai berikut:
1) Sortasi baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam. Hal ini
biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2) Sortasi sedang, bila ukuran besar butir didalam batuan sedimen ada yang seragam dan
ada yang tidak seragam.
3) Sortasi buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam, dari halus
hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas terbuka.
d. Kemas (Fabric)
Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen batuan. Kemas pada
batuan sedimen ada 2, yaitu: Kemas Terbuka, yaitu hubungan antara masa dasar dan
fragmen butiran yang kontras sehingga terlihat fragmen butiran mengambang diatas masa
dasar batuan. Kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang relatif seragam,
sehingga menyebabkan masa dasar tidak terlihat (Noor, 2012).
4. Komposisi Batuan Sedimen
Sedimen klastik dicirikan dengan adanya fragmen, matrik (masa dasar) serta semen
(Yuskar, Y., & Choanji, T. 2016).
a. Fragmen
Batuan yang ukurannya lebih besar dari pada pasir. Fragmen juga diartikan sebagai
klastika butiran lebih besar yang tertanam didalam butiran yang lebih kecil atau matriks.
Matriks mungkin berbutir lempung sampai dengan pasir, atau bahkan granule. Sedangkan
fragmen berbutir pebble sampai boulder. Mineral utama penyusun batuan silisiklastika
adalah mineral silika (kuarsa, opal dan kalsedon), felspar serta mineral lempung. Sebagai
mineral tambahan adalah mineral berat (turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan
mika. Untuk batuan klastika gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca gunungapi.
Selain mineral, maka di dalam batuan sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil
binatang dan fosil tumbuh-tumbuhan.
b. Matrik
Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan diendapkan bersama-sama
dengan fragmen.
c. Semen
Material halus yang menjadi pengikat dan diendapkan setelah fragmen dan matrik.
Semen umumnya berupa silika, karbonat, sulfat atau oksida besi. Semen karbonat dicirikan
oleh bereaksinya dengan cairan HCl. Semen oksida besi, selain tidak bereaksi dengan
HCl secara khas berwarna coklat, semen silika umumnya tidak berwarna, tidak bereaksi
dengan HCl dan batuan yang terbentuk sangat keras.
5. Porositas dan Permeabilitas
Porositas adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume keseluruhan
dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah-istilah kualitatif yang merupakan fungsi
daya serap batuan terhadap cairan. Sedangkan Permeabilitas adalah kemampuan batuan
untuk meloloskan air. Porositas dan permeabilitas ini dapat diuji dengan meneteskan cairan
pada batuan. Istilah-istilah yang dipakai adalah Porositas dan permeabilitas yakni baik
(good), sedang (fair), dan buruk (poor) (Susanto, A. 2008).

Anda mungkin juga menyukai