Anda di halaman 1dari 1

Pembentukan Terumbu

Organisme utama pembentuk terumbu adalah: bioklas atau fragmen-fragmen lainnya, seperti
foraminifera terutama foram besar dan moluska yang biasanya merupakan kerangka tersendiri seperti
Ostrea; Bryzoa; Crinoid, terutama pada Paleozoik (Devon); Ganggang antara lain Halimeda (termasuk
family Codicea) dan Lithothamnism (termasuk Corallinaceae), Lithophyllum, Coniophyllum, Penicillus
(Codideae), Acialaria dan Meomen (Pascycladoceae, Amphiro), yang umumnya merupakan ganggang
yang memiliki struktur berlapis halus, berombak, dan sebagai pengikat atau mengisi kerangka
organisme. Organisme penyusun utama koral adalah: porites, meandrina, acropora, siderastrea, dan
rudits (lamellibranches, terutama pada zaman Kapur).

Terumbu tumbuh di lingkungan laut yang tidak begitu dalam, berair jernih sehingga sinar matahari
dapat menembus kedalaman laut.

Batas kedalaman dimana terumbu dapat tumbuh tergantung turbulensi air dan banyaknya plankton
atau material mengambang lain yang mempengaruhi dalamnya penetrasi sinar matahari.

Kedalaman yang umum adalah berkisar antara 50m hingga 65m, tetapi pada air laut yang sangat
jernih ditemukan kehidupan terumbu pada kedalaman hingga 450m. Sartono (1954) menyatakan
bahwa terumbu dapat tumbuh subur pada kedalaman 40m hingga 45m dari permukaan air laut. Suhu
air laut dimana terumbu dapat hidup dan tumbuh harus hangat, suhu terendah berkisar 18°C, dan
tidak boleh lebih dari 30°C.

Sedangkan kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan terumbu adalah berkisar antara 25 - 29°C.
Kadar garam air laut normal merupakan kondisi yang menunjang pertumbuhan reef. Kadar garam yang
baik untuk pertumbuhan terumbu adalah berkisar antara 35 - 38%. Sirkulasi atau agitasi air sangat
diperlukan, karena koral yang umumnya sebagai organisme utama pembentuk terumbu makanannya
tergantung pada arus air laut yang membawa plankton. Jumlah oksigen dalam air laut dipengaruhi oleh
sirkulasi air atau ombak. Pertumbuhan terumbu memerlukan batuan dasar yang kokoh dan tidak
berlumpur. Kuenen (1933) dan Umbgrove (1947) menyebutkan bahwa bioherm dapat memulai
pertumbuhannya pada lantai dasar yang stabil, berlumpur, dan lunak. Adanya perubahan permukaan air
laut juga berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu terumbu.

Konsep transgresi dan regresi suatu terumbu pada dasarnya membentuk pola pertumbuhan dan migrasi
organisme pembentuk terumbu selaras dengan berubahnya permukaan air laut. Keadaan ini
menyebabkan munculnya pertumbuhan terumbu secara berulang dari tipe terumbu genang laut dan
terumbu susut laut dengan ciri-ciri yang berbeda.

Partikel tanah liat yang sangat halus, biasanya coklat atau merah, turun melalui kolom air dengan
sangat lambat. Endapan lempung pelagis terjadi di daerah lautan terbuka yang terpencil, di mana
hanya terdapat sedikit akumulasi plankton.

Anda mungkin juga menyukai