Anda di halaman 1dari 29

BAB III

TEORI DASAR

3.1 Batuan Sedimen

Pettijohn (1975) membagi batuan sedimen berdasar teksturnya menjadi dua

kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan sedimen non-klastika.

Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen

yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang

sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan

kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah

air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai

akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau

terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika.

Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai

hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu).

Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi

/organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan

terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 èCaCO3. Secara organik

adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai

contoh pembentukan terumbu, terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau

terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.

17

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Yang akan dibahas dalam penelitian kali ini adalah batuan sedimen klastik

berupa batupasir , dimana batupasir ini digunakan sebagai reservoar untuk

hidrokarbon.

3.2 Sifat Fisik Batuan

Batuan sedimen, dalam hal ini batupasir mempunyai sifat – sifat fisik yang

umumnya dideskripsi oleh seorang geologis, seperti warna, ukuran butir (fragmen dan

matriks), bentuk butir, pemilahan, kemas, kekompakan, semen dan komposisi mineral.

Tetapi untuk perhitungan petrofisik, hal yang umumnya ditinjau adalah porositas dan

permeabilitas.

3.2.1 Warna

Dalam hal ini adalah warna yang mendominasi dari suatu batuan. Pada

umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning atau abu-

abu terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abugelap

sampai hitam, serta merah dan coklat. Dengan demikian warna batuan sedimen

sangat bervariasi, terutama sangat tergantung pada komposisi bahan

penyusunnya (Gambar 3.1).

18

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Gambar 3.1 Klasifikasi Batupasir menurut Pettijohn (1975)

3.2.2 Ukuran Butir

Butiran dalam suatu batuan sedimen dapat berupa fragmen ataupun

matriks, yang membedakannya adalah ukurannya di dalam suatu massa batuan

tersebut. Fragmen mempunyai ukuran butir yang lebih besar dibandingkan

dengan matriks. Ukuran butir yang biasa digunakan didasarkan pada skala

Wentworth.

3.2.3 Bentuk Butir

Butiran – butiran di dalam suatu massa batuan sedimen mempunyai bentuk

yang berbeda – beda, ini didasarkan pada tingkat kebundaran dankebulatan

dari butiran tersebut. Untuk tingkat kebundaran, butiran dapat berupa

19

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
angularataupun rounded. Sedangkan berdasarkan tingkat kebulatan, butiran

dapat berupa high sphericity atau low sphericity (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Ukuran butir didasarkan pada Skala Wentworth (Uden Wentworth, 1922)

Butiran – butiran di dalam batuan yang terbentuk umumnya bermacam –

macam yang tergantung dari jarak tertransportasinya butiran penyusun batuan,

sehingga semakin jauh tertransportasi maka semakin bundar dan bulat butiran

penyusun batuan tersebut. Dan begitu pula sebaliknya, semakin dekat butiran

penyusun batuan terserbut tertransport, maka butiran penyusun batuan tersebut

semakin menyudut dan kurang bulat.

Tingkat kebundaran dan tingkat kebulatan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi besar kecilnya suatu porositas. Semakin tinggi tingkat

kebundaran dari butiran pada batuan, maka semakin tinggi pula porositas dari

suatu batuan, dan semakin rendah tingkat kebundaran dari butiran pada batuan,

maka semakin rendah pula porositasnya.

20

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Semakin tinggi tingkat kebulatan dari butiran pada batuan, maka semakin

tinggi pula porositas dari suatu batuan, dan semakin rendah tingkat kebundaran

dari butiran pada batuan, maka semakin rendah pula porositasnya (Gambar 3.2).

Gambar 3.2 Skema yang memperlihatkan perbedaan bentuk butir. Dua parameter
diperlihatkan dalam hal ini, tingkat kebulatan (secara vertikal), dan tingkat
kebundaran (secara horizontal) (Powers, 1953)

3.2.4 Pemilahan (Sortasi)

Sortasi atau pemilahan merupakan suatu keseragaman antar butir di dalam

suatu massa batuan. Sortasi ini terjadi akibat dari energi saat sedimentasi, jika

energi saat sedimentasi itu tinggi, maka ukuran butir yang terbentuk cenderung

bermacam – macam , atau menghasilkan sortasi yang buruk, sedangkan jika

energi sasat sedimentasi itu rendah, maka ukuran butir yang terbentuk cenderung

seragam, atau menghasilkan sortasi yang baik.Gambar 3.3 memperlihatkan

tingkatan sortasi, dimana pemilahan yang paling baik berada pada bagian kiri

atas, dan yang paling buruk pada bagian kanan bawah.

Sortasi itu sendiri juga dapat mempengaruhi porositas yang terdapat pada

batuan, karena akibat sortasi yang buruk, maka pori – pori yang umumnya

21

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
terbentuk antar partikel yang berukuran sama, cenderung tidak ada akibat

tertutup oleh partikel yang lebih kecil yang mengisi di sekitar partikel yang lebih

besar (Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Pemilahan butiran dalam batuan sedimen klastik. (Simpson, 1995)

3.2.5 Kemas

Kemas dalam hal ini adalah hubungan antar butiran dalam suatu massa

batuan. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling

bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast

supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil),

maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga

macam atau lebih maka disebut polymodal clast supported.

22

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di

antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matriks.

3.2.6 Kekompakan

Setiap jenis batuan dapat menunjukkan variasi kekompakan. Variasi ini

adalah hasil dari sejumlah faktor, yang meliputi porositas, ukuran butir, bentuk

butir, arah orientasi dari butiran, komposisi mineral, dan kadar air didalamnya.

Pada kebanyakan batuan, faktor utama yang mengendalikan kekompakan batuan

adalah porositas, ukuran butir dan bentuk butir. Ketiga faktor ini mempengaruhi

luas permukaan dari kekuatan ikatan antar butiran. Pada kebanyakan batuan,

semakin besar luas permukaan butiran terhadap kontak butiran, semakin kompak

batuan tersebut, contohnya : 1) Penurunan porositas pada batuan meningkatkan

luas permukaan kontak antar butiran; 2) Penurunan ukuran butir pada batuan

menyebabkan meningkatnya kontak antar butiran; dan 3) Luas permukaan

butiran yang sama besar akan lebih besar dibandingkan dengan luas permukaan

butiran yang bersudut.

Batuan sedimen umumnya memiliki porositas yang tinggi, ini merupakan

cerminan dari proses pembentukan dan sifat dari penyemenan. Akibatnya batuan

sedimen mempunyai kekompakan batuan yang lebih rendah dibandingkan

batuan beku atau metamorf.

3.2.7 Semen

Semen adalah material pengisi serta rongga pengikat antar butir pada

batuan sedimen, dapat berbentuk amorf atau kristalin. Semen, material halus

yang berperan sebagai pengikat. Semen diendapkan setelah fragmen dan matrik.

23

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Semen umumnya berupa silika, kalsit, sulfat, atau oksida besi. Semen terdiri dari

material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga pori yang

diendapkan setelah fragmen dan matriks.

3.2.8 Porositas

Porositas merupakan suatu hal yang penting di dalam batuan, karena

dengan adanya porositas yang tinggi, maka kemungkinan suatu batuan untuk

mengandung hidrokarbon juga semakin besar.

Porositas itu sendiri dapat didefinisikan sebagai kuantitas dari rongga pori

ataupun bagian dari batuan yang kosong (pori).

Porositas itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu porositas primer, porositas

yang terbentuk langsung saat pengendapan, umumnya berupa intergranular

ataupun intragranular untuk batupasir, dan yang satu lagi berupa porositas

sekunder, porositas yang terbentuk setelah pengendapan, terbentuk karena akibat

proses geologi, biasanya berupa rekahan, ataupun hasil pelarutan seperti

vuggy atau moldic (Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Porositas yang dipengaruhi oleh sortasi batuan, yaitu sortasi baik (Kiri)
dan sortasi buruk (Kanan) (Halliburton, 2001)

Porositas dari suatu batuan dapat berbeda – beda tergantung faktor

pembentuknya, faktor - faktor tersebut yaitu :

24

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
 Tingkat kebundaran dan kebulatan dari butiran pada batuan

 Cara penyusunan dari butiran pada batuan (packing)

 Sortasi

 Kontak antar partikel di dalam batuan

Cara penyusunan dari butiran pada batuan juga mempengaruhi tinggi

rendahnya porositas dari suatu batuan, karena penyusunan tertentu dapat

menyebabkan tertutupnya rongga dari batuan sehingga porositasnya semakin

kecil.

Dibawah ini terdapat gambar yang memperlihatkan cara penyusunan dari

partikel batuan dan dianggap partikel batuan tersebut berupa bulat sempurna.

Dan diberi anggapan bahwa ukuran butiran sama besar untuk semua butiran yang

ada di dalam massa batuan tersebut (Gambar 3.5 dan 3.6).

Gambar 3.5 Kenampakan penyusunan dari butiran pada batuan yang membentuk
suatu bentukan kubus, porositas yang terbentuk kurang
lebih sebesar 48 % (Selley, 2000)

25

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Gambar 3.6 Kenampakan penyusunan dari butiran pada batuan yang membentuk
suatu bentukan rhombik, porositas yang terbentuk kurang
lebih sebesar 27 % (Selley, 2000)

Dari kedua gambar diatas dapat terlihat bahwa untuk cara penyusunan

butiran pada batuan berukuran sama, cara penyusunan kubus mempunyai

porositas yang lebih besar dibandingkan dengan cara penyusunan rhombik, hal

ini disebabkan karena pada cara penyusunan rhombik, pori – pori yang ada pada

cara penyusunan kubus tertutup, sehingga porositas semakin kecil.

Kontak antar partikel di dalam batuan dapat mempengaruhi porositas yang

ada di dalam batuan itu sendiri, misal batuan dengan point contact akan

mempunyai porositas yang berbeda dengan batuan yang didalamnya mempunyai

kontak antar partikel berupa long contact, karena semakin besar bidang sentuhan

antar partikel batuan, maka semakin kecil pula pori antar butiran yang dapat

terbentuk (Gambar 3.7).

26

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Gambar 3.7 Kenampakan penyusunan dari dua partikel batuan yang berbeda
ukuran, membentuk suatu bentukan kubus, porositas kurang
lebih sebesar 14 % (Selley, 2000)

3.3 Seismik

Gelombang diartikan sebagai usikan atau gangguan yang merambat. Gangguan

ini merupakan salah satu bentuk energy. Maka dari itu gelombang merupakan

fenomena perambatan energy. Gelombang seismic adalah suatu rambatan energy yang

disebabkan karena adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan

atau ledakan. Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam

oleh seismometer.

Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang

dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan

menggunakan sumber seismik (palu, ledakan, dll). Setelah getaran diberikan, terjadi

gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang memiliki hukum hukum

elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat

munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian pada jarak tertentu gerakan partikel

tersebut direkam sebagai fungsi waktu. Berdasarkan data rekaman ilmiah dapat

diperkirakan bentuk lapisan/struktur di dalam tanah.

27

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Penyelidikan seismik dilakukan dengan memberikan getaran dari suatu sumber

getaran. Getaran tersebut merambat ke segala arah di bawah permukaan sebagai

gelombang getar. Gelombang yang datang mengenai lapisan-lapisan batuan akan

mengalami pemantulan, pembiasan dan penyerapan. Respon batuan terhadap

gelombang yang datang akan berbeda-beda tergantung sifat fisik batuan yang meliputi

densitas, porositas, umur batuan, kepadatan dan kedalaman batuan. Gelombang yang

akan dipantulkan akan ditangkap oleh geophone di permukan dan diteruskan ke

instrument untuk direkam. Hasil rekaman tersebut akan menghasilkan penampang

seismic (Gambar 3.8)

Gambar 3.8 Ilustrasi penjalaran gelombang seismik dalam eksplorasi


minyak dan gas bumi (Sandler 1982).

Di dalam suatu eksplorasi seismic dikenal mempunyai 2 (dua) macam metode

antara lain :

28

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
 Metode Seismik Bias (Refraksi)

Seismik refraksi atau seismik bias dihitung berdasarkan waktu jalar

gelombang pada tanah / batuan dari posisi sumber ke penerima pada berbagai

jarak tertentu. Pada metode ini gelombang yang terjadi setelah gangguan

pertama diabaikan sehingga sebenarnya hanya data gangguan pertama saja

yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh

cepat rambt gelombang dalam medium. Kecepatan tersebut dikontrol oleh

sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material dan dikenal sebagai

parameter elastisitas batuan.

 Metode Seismik Pantul (Refleksi)

Seismik refleksi adalah metode geofisika dengan menggunakan

gelombang elastis yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang biasanya

berupa ledakan dinamit (pada umumnya digunakan di darat sedangkan di laut

menggunakan sumber getar (pada media air menggunakan sumber getar berupa

air gun, boomer atau sparker). Gelombang bunyi yang dihasilkan dari ledakan

tersebut menembus sekelompok batuan di bawah permukaan yang nantinya

akan dipantulkan kembali ke atas permukaan melalui bidang reflector yang

berupa batas lapisan batuan. Gelombang yang dipantulkan ke permukaan ini

diterima dan direkam oleh alat perekam yang disebut geophone (di darat) atau

Hydrophone (di laut), (Bradley, 1985). Refleksi dari suatu horizon geologi

mirip dengan gema pada suatu muka tebing atau jurang. Metode seismik

refleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan eksporasi perminyakan,

penentuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah. Seismik

29

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
pantul atau refleksi ini hanya mengamati gelombang pantul yang dating dari

batas – batas formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa

jenis gelombang yaitu : Gelombang – P , Gelombang – S, Gelombang Stoneley,

dan Gelombang Love.

Seismik refleksi ini, dikosentrasikan pada energy yang diterima setelah

getaran awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah gelombang –

gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar lapisan di bawah

permukaan. Analisis yang digunakan dapat disamakan dengan echo sounding

pada teknologi bawah air, kapal dan sistem radar. Informasi tentang medium

juga dapat diekstrak dari bentuk dan amplitudo gelombang refleksi yang

direkam. Struktur bawah permukaan dapat cukup kompleks, tetapi analisis

yang dilakukan masih sama dengan seismik refraksi atau bias, yaitu analisis

berdasarkan kontras parameter elastisitas medium.

Seismik refleksi umumnya dipakai untuk penyelidikan suatu industri

hidrokarbon. Biasanya metode seismik refleksi ini dipadukan dengan metode

geofisika lainnya, misalnya metode gravitasi, magnetic dan lain – lain. Namun

metode seismik refleksi adalah yang paling mudah memberikan informasi

paling akurat terhadap gambaran atau model geologi bawah permukaan

dikarenakan data yang diperoleh lebih baik atau akurat.

30

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Gambar 3.9 Unsur dasar metode seismik (Sukmono, 1999).

Pada umumnya metode seismik refleksi terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu:

1. Pengumpulan data seismik (akusisi data seismik) yaitu semua kegiatan yang

berkaitan dengan pengumpulan data sejak survei pendahuluan dengan survei

detail.

2. Pengolahan data seismik (processing data seismik) yaitu kegiatan untuk

mengolah data rekaman di lapangan (raw data) dan diubah ke bentuk

penampang seismik migrasi.

3. Interpretasi data seismik merupakan kegiatan yang dimulai dengan

penelusuran horizon, pembacaan waktu, dan plotting pada penampang seismik

yang hasilnya disajikan atau dipetakan pada peta dasar yang berguna untuk

mengetahui struktur atau model geologi bawah permukaan.

Jenis-jenis seismik, adalah :

 Seismik 2D

Ini dikenal sejak lama sebagai ‘seismic section’. Berupa semua

penampang bawah permukaan yang diperoleh dengan cara ‘menembakkan’

getaran seismik ke dalam bumi, kemudian ditangkap dengan geophone di

31

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
permukaan. Hasil yang diperoleh berupa penampang bawah permukaan, baik

penampang struktur geologi maupun penampang stratigrafi bawah permukaan

serta termasuk parameter batuan lainnya (densitas dan turunannya seperti

porositas, saturasi, dll).

 Seismik 3D

Seismik 3D ini adalah seismik 2D dengan kerapatan spasinya sangat

tinggi (12,5 meter sampai 25 meter) yang diperoleh dari tubuh bawah

permukaan. Missal bentuk dari jebakan atau perangkap, bentuk konfigurasi

patahan, bentuk tubuh sedimen, dll. Seismik 2D menggunakan lebih dari 2

streamer (dalam laut) dan lebih bertujuan sebagai data untuk melakukan

drilling decision. Shooting interval bias 12,5 m , 18,75 m dan 25 m dimana

semakin rapat maka data akan semakin baik yang didapat. Panjang kabel harus

bergantung pada target kedalaman yang diinginkan. Banyaknya streamer

bergantung dari efisiensi yang diinginkan dana tau juga kedekatan engan near

group centre dari titik pusat kapal sangat mempengaruhi banyaknya streamer

yang akan digunakan. Shooting line sangat bergantung terhadap patahan yang

ada di bawah permukaan. Bentuk data dalam domain kedalaman dan waktu.

Inti dari metode seismik 3D berada pada pengumpulan data rill diikuti

oleh pemrosesan dan interpretasi volume data yang sangat rapat. Resolusi

vertikal maupun horizontalnya semakin baik. Kumpulan data seismik yang

rapat memungkinkan pengolahan dari data 3D.

Data volume seismik 3D mengandung susunan orthogonal berspasi

teratur dari titik data yang didefinisikan dari geometri pengambilan data. Tiga

32

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
arah utama susunan tersebut menentukan tiga set potongan orthogonal yang

dapat dibuat melalui volume terkait. Potongan vertikal pada arah pergerakan

lintasan disebut inline, titik spasi antar inline disebut line. Sedangkan potongan

vertikal tegak lurus terhadap lintasan disebut crossline atau xline titik spasi

antar crossline disebut trace.

Data seismic 3D sangat umum digunakan dalam interpretasi area

prospek petroleum. Perkembangan pesat pada riset dan data seismik 3D dan

sistem pengolahannya telah mempengaruhi tingkat kesuksesan eksplorasi

hidrokarbon, naiknya tingkat produksi, control dan pengembangan lapangan

migas, hingga peningkatan recovery factor.

3.4 Log Sumur

Data log sumur dapat digunakan untuk menganalisis secara kuantitatif

kandungan fluida dan komposisi mineral dalam reservoir yang potensial serta

mengidentifikasi batas batas litostratigrafinya. Log seperti gamma ray, SP, resistivity,

dan neutron-density adalah jenis wireline logs yang sering digunakan karena

mempunyai karakteristik yang khas untuk mencirikan lingkungan pengendapan

tertentu.

3.4.1 Log Gamma Ray

Log gamma ray merupakan log radiaktif dengan tingkat perekaman radiasi

alami sinar gamma dari suatu lapisan yang diakibatkan oleh unsur unsur radioaktif

yang ada dalam bumi dengan unsur uranium, thorium, potasium dan radium

(Harsono, 1997). Tingkat radioaktivitas pada lempung dan serpih lebih tinggi

dibandingkan dengan batuan lain, seperti pasir, batubara maupun batugamping.

33

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Hal ini dikarenakan unsur radioaktif cenderung mengendap di lapisan lempung dan

serpih yg tidak permeable, sehingga respon gamma ray (GR) akan tinggi pada

batuan lempung dan serpih yang umumnya bertekstur halus dan

impermeable¸sebaliknya akan lebih rendah pada batuan yang bertekstur kasar dan

permeable.

Adapun fungsi dari log GR adalah:

1. Evaluasi lapisan dengan potensi radioaktif besar berupa shale.

2. Korelasi log antar sumur.

3. Penentuan lapisan permeable dan tidak permeable dengan penebalan

karakteristik log.

4. Evaluasi kandungan serpih

3.4.2 Log Resistivitas

Secara garis besar log resistivitas dapat digunakan untuk interpretasi pintas

deteksi hidrokarbon. Resistivitas formasi sebenarnya tergantung dari jenis

kandungan fluidanya, arus listrik dapat mengalir akibat adanya air sedangkan

minyak dan gas tidak mengalirkan arus sehingga parameter terbatas pada air yang

dikandungnya. Resistivitas tergantung dari resistivitas air formasi yang

dikandungnya, jumlah air formasi yang ada dan struktur geometri pori-pori.

Tujuan log resistivitas adalah :

 Menentukan kandungan fluida dalam reservoir.

 Mengidentifikasi zona permeable.

 Menentukan porositas dan menunjukkan litologi batuan

34

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
3.4.3 Log Neutron (NPHI)

Log neutron pada dasarnya membaca hydrogen index di dalam batuan yang

dihubungkan dengan jumlah fluida pada tempat tersebut. Pada batuan yang

berukuran halus log neutron akan menunjukkan pembacaan yang besar ke kiri

karena pada umumnya batuan yang berukuran halus ini mempunyai kandungan

atom hidrogen yang besar, baik hidrogen bebas maupun hidrogen yang terikat

pada mineral-mineral lempung di dalam batuan tersebut. Semakin berpori batuan

semakin banyak kandungan hidrogen dan semakin tinggi hydrogen index.

3.4.4 Log Densitas (RHOB)

Log densitas adalah kurva yang menunjukkan besarnya densitas bulk

density (RHOB) dari batuan yang ditembus oleh lubang bor. Pada prinsipnya log

densitas mengukur densitas elektron pada formasi yang dinyatakan dalam satuan

gram/cc. Log densitas digunakan untuk mengukur densitas semua formasi dengan

sinar gamma yang tinggi dan mengukur jumlah sinar gamma rendah yang kembali

ke detektor. Proses ini merupakan fungsi dari jumlah elektron yang dikandung

pada suatu formasi. Secara kuantitatif log densitas digunakan untuk menghitung

porositas dan secara tidak langsung untuk menentukan densitas hidrokarbon. Dan

log ini juga dapat membantu perhitungan impedansi akustik dalam kalibrasi pada

seismik. Secara kualitatif log ini berguna sebagai indikator penentuan litologi yang

dapat digunakan untuk mengidentifikasi densitas mineral –mineral dan lebih jauh

lagi dapat memperkirakan kandungan organik dari source rock dan dapat

mengidentifikasi overpressure dan fracture porosity.

35

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Penggabungan log neutron dan log densitas sangat berguna untuk

mendeteksi zona gas dalam reservoir. Zona gas ditunjukkan dengan cross-over

antara neutron dan densitas.

3.4.5 Log Checkshot

Data checkshot memiliki proses fungsi penting dalam proses interpretasi

seismik. Data ini memberikan korelasi antara data two-way time yang dimiliki oleh

gelombang seismik dengan data kedalaman, baik true vertical depth maupun

measured depth. Umumnya data checkshot ini ditampilkan dalam bentuk kurva

logaritmik atau time to depth curve. Dalam proses interpretasi seismik, data

checkshot diperlukan untuk mengkonversikan dari dimensi waktu menjadi

kedalaman ataupun sebaliknya. Konversi ini memiliki dua tujuan. Pertama adalah

menkonversi dari data kedalaman menjadi waktu, yaitu untuk mengetahui marker

seismik dalam two-way time. Kedua adalah sebagai tools untuk proses depth

conversion, yaitu mengkonversikan peta struktur waktu menjadi peta struktur

kedalaman sehingga menyempurnakan hasil interpretasi seismik. Beberapa fungsi

lain dari data checkshot diantaranya untuk mengkalibrasikan log sonic dan untuk

analisis kecepatan pada pengolahan data seismik permukaan.

3.4.6 Log Sonic

Log sonic disebut juga dengan log kecepatan, merupakan log yang bekerja

yang berdasarkan kecepatan rambat gelombang suara. Gelombang suara yang

dipancarkan ke dalam suatu sumur pemboran akan direspon berbeda beda pada

tiap-tiap formasi tergantung pada litologi penyusunnya. Log sonic dimanfaatkan

36

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
untuk menentukan porositas batuan, menentukan koefisien refleksi (KR) dan

bersama log lain untuk menentukan litologi. Pada batuan yang memilik kerapatan

besar maka kurva log kecepatan akan bernilai besar, apabila batuan memiliki

kecepatan kecil, maka kurva log kecepatan akan bernilai kecil.

3.5 Well Seismic Tie

Well-seismic tie atau pengikatan data seismik dan sumur dilakukan untuk

meletakkan horizon seismik dalam skala waktu pada posisi kedalaman sebenarnya

agar data seismik dapat dikorelasikan dengan data geologi lainnya yang diplot pada

skala kedalaman. Ada banyak teknik pengikatan, tetapi yang umum digunakan adalah

dengan memanfaatkan seismogram sintetik.

3.6 Seismogram Sintetik

Seismogram sintetik adalah data seismik buatan yang dibuat dari data sumur

yaitu log kecepatan, densitas dan wavelet dari data seismik. Dengan mengalikan

kecepatan dengan densitas maka akan diperoleh deret koefisien refleksi. Koefisien

refleksi ini kemudian dikonvolusikan dengan wavelet sehingga akan didapatkan

seismogram sintetik pada daerah sumur tersebut. Konvolusi adalah cara untuk

mengkombinasikan dua buah deret angka yang menghasilkan deret angka yang ketiga.

Pada seismik, deret-deret angka tersebut adalah wavelet sumber gelombang,

reflektivitas bumi dan rekaman seismik.

Seismogram sintetik dibuat untuk mengkorelasikan antara informasi sumur

(litologi, sumur, kedalaman, dan sifat-sifat fisis lainnya) terhadap tras seismik untuk

memperoleh informasi yang lebih lengkap (Gambar 3.10)

37

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Gambar 3.10 Seismogram sintetik (Dutch Thompson, Landmark Graphics
Corporation,2003).

3.7 Analisis Petrofisika

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Hidrokarbon yang ditemukan di dalam

batuan reservoar, memiliki porositas (salah satu properti reservoar) yang dapat

digambarkan seperti sebuah spons menyimpan air di dalam dirinya sendiri.

Namun ternyata dalam suatu lapisan batuan reservoar memiliki

ketidakseragaman dalam sifat fisik tersebut. Kondisi ini memerlukan suatu studi dari

sifat fisik dari batuan yang dinamakan Petrofisika.

Petrofisika berasal dari bahasa latin yaitu petro yang berarti batuan dan fisika

yang berarti suatu imu yang mempelajari tentang sifat fisika suatu benda, sehingga

Petrofisika dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat- sifat fisika dari

suatubatuan. Analisis petrofisika ini yang nantinya akan menafsikan ketidakseragaman

sifat fisik batuan pada suatu lapisan batuan reservoar yang sangat berguna dalam

eksplorasi hidrokarbon. Analisa Petrofisika dibagi menjadi Analisa Kualitatif dan

Analisa Kuantitatif.

38

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Adapun parameter-parameter fisik dari Reservoar yang dapat dihitung dan

dianalisa pada daerah peneletian ini ialah kelimpahan jumlah shale, porositas,

saturation water.

3.7.1 Analisa Kualitatif

Interpretasi secara kualitatif bertujuan untuk identifikasi lapisan batuan

reservoar, lapisan hidrokarbon, serta perkiraaan jenis hidrokarbon. Untuk suatu

interpretasi yang baik, maka harus dilakukan dengan cara menggabungkan

beberapa log.

Untuk mengidentifikasi litologi, maka dapat dilakukan interpretasi dari log

GR atau log SP. Apabila defleksi kurva GRnya ke kiri atau minimum,

kemungkinan litologinya menunjukkan batupasir, batugamping atau batubara,

sedangkan untuk litologi shale atau organic shale, maka defleksi kurva GRnya

ke kanan atau maksimum.

Batugamping mempunyai porositas yang kecil, sehingga pembacaan

RHOB-nya besar, dan harga NPHI-nya kecil, sedangkan untuk litologi batubara

menunjukkan pembacaan sebaliknya.

Di dalam mengidentifikasi kandungan fluida pada formasi dapat

diinterpretasikan dari log resitivity, serta di dukung log density dan log neutron.

Separasi yang terbentuk pada density – neutron log menunjukkan adanya

kandungan hidrokarbon yang terkandung dalam formasi. Bisa kandungannya

berupa minyak, gas, ataupun air, tergantung besar kecilnya separasi. Apabila

kandungan dalam suatu formasi itu gas, maka separasi yang terbentuk besar,

sedangkan untuk air dan minyak separasi yang terbentuk lebih kecil.

39

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Kandungan hidrokarbon dengan air pada suatu formasi dapat dibedakan dari

harga resistivitinya yang sangat besar, untuk yang mengandung hidrokarbon

harga tahanannya besar, dan untuk yang mengandung air harga tahanannya kecil.

3.7.2 Analisa Kuantitatif

Setelah dilakukan analisis log secara kualitatif, kemudian dilanjutkan dengan

analisis log secara kuantitatif. Analisis log secara kuantitatif ini dilakukan untuk

menghitung harga tebal batupasir (net sand), sand shale ratio (SSR), kandungan

shale (Vsh), porositas (φ), dan harga kejenuhan air (Sw).

a. Ketebalan Batupasir (Net Sand)

Ketebalan batupasir (net sand) merupakan ketebalan batupasir bersih (tanpa

kandungan shale) dalam suatu formasi.

b. Sand Shale Ratio (SSR)

Sand Shale Ratio (SSR) merupakan nilai rasio perbandingan antara ketebalan

pasir bersih dengan kandungan shale.

c. Kelimpahan Shale (Vsh)

Volume Shale (Vsh) diperlukan dalam analisis terhadap reservoar yang

mengandung Shale, guna mengkoreksi porositas dan resistivitas hingga

kejenuhan air sebenarnya dapat diketahui.

40

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
d. Porositas

Porositas suatu medium merupakan perbandingan volum rongga-ronga pori

terhadap volum total seluruh batuan (Tabel 3.2). Perbandingan ini biasanya

dinyatakan dalam persen.

Penentuan nilai porositas dapat ditentukan dengan berbagai cara, yaitu :

 Analisa Laboratorium, dengan menggunakan alat porosimeter yang

didasarkan dengan hukum Boyle; gas digunakan sebagai pengganti cairan

untuk menentukan volum pori tersebut,

 Dari data Log (SP, Sonic, Gamma Ray)

 Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopis

Prosentase besarnya nilai porositas batuan yang dianggap baik ialah yang

memiliki nilai porositas diatas 15 % (Tabel 3.2).

Tabel 3.2 Klasifikasi pemerian porositas ( Koesoemadinata, 1978)

Prosentase
Keterangan
Porositas
0% – 5% Dapat diabaikan (Negligible)

5% – 10% Buruk (Poor)

10% – 15% Cukup (Fair)

15% – 20% Baik (Good)

20% – 25% Sangat Baik (Very Good)

> 25% Istimewa (Excellent)

e. Kejenuhan air (SW)

Kejenuhan air atau yang dikenal dengan istilah saturation water adalah fraksi

atau persen dari volume pori batuan yang terisi oleh air. Diasumsikan bahwa

41

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
bila suatu batuan tidak terisi oleh air maka batuan tersebut terisi oleh

hidrokarbon.

Persamaan-persamaan untuk menghitung saturasi air terdiri dari bermacam-

macam persamaan antara lain Archie, Simandoux, Indonesian Equation (Poupon-

Leveaux), dll. Dalam pemilihan persamaan yang dipakai pada suatu lapangan

bergantung pada karakteristik batuan pada lapangan tersebut.

3.8 Peta Bawah Permukaan

Peta bawah permukaan merupakan peta yang menggambarkan bentuk maupun

kondisi geologi di bawah permukaan dan menjadi dasar dalam suatu kegiatan

eksplorasi hidrokarbon. Peta bawah permukaan dibuat untuk mengetahui kondisi

bawah permukaan mendekati kondisi sebenarnya, baik berupa ketebalan, kedalaman

maupun presentase ketebalan.

3.9 Peta Struktur Waktu

Peta struktur waktu diperoleh dari hasil picking horizon dan picking fault.

Pembuatan peta ini mempunyai tujuan antara lain untuk melihat kondisi bawah

permukaan dengan domain berupa waktu.

3.10 Peta Struktur Kedalaman

Peta struktur kedalaman ini dibuat untuk mengetahui kondisi geologi bawah

permukaan. Peta struktur kedalaman ini dibuat dengan melakukan operasi aritmatika

peta yaitu perkalian antara peta struktur waktu dengan kecepatan interval. Pembuatan

kecepatan interval dilakukan dengan menganalisis kecepatan gelombang seismic yang

42

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
bergerak dari permukaan sampai batas atas dan bawah formasi berdasarkan data

checkshot

3.11 Peta Isopach

Peta isopach ini merupakan peta yang menggambarkan ketebalan lapisan dari

suatu daerah. Peta ini menggambarkan ketebalan sesungguhnya dan mampu

memperlihatkan ketebalan lapisan suatu reservoir.

3.12 Perhitungan Volume Cadangan

Cadangan hidrokarbon adalah jumlah ( volume ) minyak dan suatu gas yang ada

dalam suatu reservoar yang telah ditemukan . Cadangan mempunyai dua pengertian

yaitu cadangan terhitung dan nyata terdapat dalam reservoar yang dikenal sebagai

oil in place ( OIP ) atau gas in place ( GIP ).

Untuk menghitung besarnya cadangan ini digunakan metode Volumetrik

adapun data yang diperlukan adalah porositas, kejenuhan air (SW) . dan ketebalan

lapisan reservoar .

Perhitungan cadangan hidrokarbon yang terkandung di dalam suatu batuan

reservoar ini dilakukan pada tahapan eksplorasi hidrokarbon, dimana perhitungan

cadangan ini berdasarkan evaluasi formasi berdasarkan data sumur (wirreline log)

untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari batuan tersebut. Dan diperrlukan juga data

seismik untuk mengetahui bentukan bawah permukaan dan penyebaran reservoar

tersebut. Perhitungan cadangan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dari cadangan

hidrokarbon yang dapat dieksploitasi sehingga dapat bersifat ekonomis.

43

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Pengklasifikasian reservoar ini dipengaruhi oleh kondisi tekanan (P) dan

temperatur (T) dari masing-masing reservoar dan komposisi kimia dari fluida

hidrokarbon yang dikandungnya.

Pada penelitian ini untuk perhitungan cadangan hidrokarbon, menggunakan

Metode Volumetris. Metode volumetris adalah perhitungan yang sangat awal untuk

perencanaan pengembangan suatu lapangan migas. Terdapat beberapa hukum

perhitungan volume yang mencakup beberapa metode, yakni pada (Gambar 3.11 dan

Gambar 3.12).

Gambar 3.11 Metode Trapezoidal

Gambar 3.12 Metode Pyramidal

44

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo
Penulis menggunakan metode Trapezoidal pada (Gambar 3.11) dalam

perhitungan Bulk Volume (Vb) . Metode volumetris menggunakan data Netpay yang

sudah dihitung secara volumetris (Bulk Volume) yang dikalikan dengan porositas

rata-rata dan Oil Saturation (1-SW), kemudian dibagi oleh Faktor Volume Formasi

(Boi). Rumus perhitungan dasar :

VB x ∅ x (1 − SW)
𝑆𝑇𝑂𝐼𝐼𝑃 = 7758 (
Boi

STOIIP : Stock Tank Oil Initianally In Place atau jumlah minyak awal
ditempat
VB : Volume batuan reservoir yang mengandung minyak atau gas
Ф : Porositas
SW : Saturasi air rata-rata
Boi : Faktor volume formasi

45

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon pada Lapisan Batupasir Berdasarkan Data Seismik 3D dan Log pada Lapangan
"Herawati" Formasi Balikpapan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur
Bimo Priyambodo

Anda mungkin juga menyukai