Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI

SEDIAAN CAIR SEMI PADAT

PERCOBAAN 1

SUSPENSI BAHAN AKTIF KIMIA SINTESIS

Disusun oleh:

1. Qorina Dzatul Himmah 1041911116


2. Rafika Primadona 1041911117
3. Ragilda Wibisono 1041911118

KELOMPOK K-3

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIFAR “YAYASAN PHARMASI SEMARANG”

SEMARANG

2021
A. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI IBUPROFE
(netto 60 mL)

1. Data pH

Replikasi nilai pH
1 4,22
2 4,21
3 3,99
4 3,98
5 3,99

2. Data Percobaan Bobot Jenis (pengukuran pada suhu 25oC)


Bobot piknometer dan air = 43,3551 gram
Bobot piknometer kosong = 33,7534 gram
Kerapatan air pada suhu 25oC adalah 0,99707 gram/mL

Replikasi Bobot piknometer dan suspensi


1 44,2871 gram
2 44,2005 gram
3 44,2188 gram
4 44,2998 gram
5 44,2001 gram

3. Data Percobaan Viskositas dengan Viskosimeter Stormer

Replikasi Cps
1 50,20
2 50,01
3 49,07
4 49,93
5 49,91

4. Data Percobaan Volume Sedimentasi


Vo = 10 mL

Vu (mL), hari ke-


Replikasi
1 3 7 10 20 30
1 10 9,8 9,6 9,6 9,5 9,5
2 10 9,8 9,7 9,6 9,6 9,5
3 10 9,7 9,7 9,5 9,5 9,5
4 10 9,9 9,6 9,6 9,6 9,5
5 10 9,9 9,8 9,6 9,6 9,5

5. Kemampuan Redispersi

Replikasi Waktu (detik)


1 8,16
2 8,25
3 8,26
4 8,20
5 8,17

6. Ukuran Partikel Terdispersi

Replikasi Diameter (µm)


1 50,20
2 50,01
3 49,07
4 49,93
5 49,91

B. PERHITUNGAN
1. Data pH
pH (R 1+ R 2+ R 3+ R 4 + R 5)
Rerata pH =
5
pH (4,22+4,21+3,99+3,98+ 3,99)
=
5
20,39
=
5
Rerata pH = 4,08
2. Data Percobaan Bobot Jenis (pengukuran pada suhu 25oC)
 Pikno + air = 43,3551 g
Pikno kosong = 33,7534 g
Massa air = 9,6017 g

massa air
 Volume air =
kerapatan air
9,6017 gram
= gr = 9,6299 ml ~ 9,63 ml
0,99707
ml
a) Replikasi 1
 Pikno + suspensi = 44,2871 g
Pikno kosong = 33,7534 g
Massa suspensi = 10,5337 g
massa suspensi 10,5337 gram gr
 ρ suspensi = = = 1,09384
vol . pikno 9,63 ml ml
b) Replikasi 2
 Pikno + suspensi = 44,2005 g
Pikno kosong = 33,7534 g
Massa suspensi = 10,4471 g
massa suspensi 10,4471 gram gr
 ρ suspensi = = = 1,08485
vol . pikno 9,63ml ml
c) Replikasi 3
 Pikno + suspensi = 44,2188 g
Pikno kosong = 33,7534 g
Massa suspensi = 10,4654 g
massa suspensi 10,4654 gram gr
 ρ suspensi = = = 1,08675
vol . pikno 9,63 ml ml
d) Replikasi 4
 Pikno + suspensi = 44,2998 g
Pikno kosong = 33,7534 g
Massa suspensi = 10,5464 g
massa suspensi 10,5464 gram gr
 ρ suspensi = = = 1,09516
vol . pikno 9,63 ml ml
e) Replikasi 5
 Pikno + suspensi = 44,2001 g
Pikno kosong = 33,7534 g
Massa suspensi = 10,4467 g
massa suspensi 10,4467 gram gr
 ρ suspensi = = = 1,08481
vol . pikno 9,63 ml ml
 Perhitungan BJ
gr
1,09384
ρ sirup ml
 BJ Replikasi 1 = = = 1,09705 ~ 1,0971
ρ air 25 ℃ gr
0,99707
ml
gr
1,08485
ρ sirup ml
 BJ Replikasi 2 = = = 1,08804 ~ 1,0880
ρ air 25 ℃ gr
0,99707
ml
gr
1,08675
ρ sirup ml
 BJ Replikasi 3 = = = 1,08994 ~ 1,0899
ρ air 25 ℃ gr
0,99707
ml
gr
1,09516
ρ sirup ml
 BJ Replikasi 4 = = = 1,09516 ~ 1,0952
ρ air 25 ℃ gr
0,99707
ml
gr
1,08481
ρ sirup ml
 BJ Replikasi 5 = = = 1,08800 ~ 1,0880
ρ air 25 ℃ gr
0,99707
ml

1,0971+1,0880+1,0899+ 1,0952+1,0880 5,4582


Rata – rata BJ suspensi = = =
5 5
1,0916

3. Data Percobaan Viskositas dengan Viskosimeter Stormer


Viskositas yang paling rendah ke tinggi dalam satuan Cps menurut data
pengamatan adalah :
R3 (49,07)  R5 (49,91)  R4 (49,93)  R2 (50,01)R1(50,20)
4. Data Percobaan Volume Sedimentasi
Vo = 10 ml

VOL. akhir ( vu )
Rumus F=
VOL. awal ( Vo )

Volume akhir (Vu) didapatkan volume yang sama dari R1 sampai R5 yaitu sebesar
9,5 ml pada hari ke-30, maka :
vol . akhir ( Vu )
F=
vol .awal ( Vo )
9,5 ml
F=
10 ml
F = 0,95 ml

5. Kemampuan Redispersi
R 1+ R 2+ R 3+ R 4 + R 5
Rerata Redispersi =
5
8,16+8,25+8,26 +8,20+8,17
=
5
41,04
=
5
Rerata redispersi = 8,21 detik

6. Ukuran Partikel Terdispersi

Replikasi Diameter (µm) Anti Log


1 50,20 1,7007
2 50,01 1,6991
3 49,07 1,6908
4 49,93 1,6984
5 49,91 1,6982

Nilai SD: 0,0039


Nilai Anti-log SD : 1,01

C. PEMBAHASAN
Suspensi merupakan salah satu contoh sediaan obat yang berbentuk cair terdiri
atas bahan padat tidak larut namun dapat tersebar merata ke dalam pembawanya.
Menurut Anonim (1979), suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang
terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan–
lahan, endapan harus terdispersi kembali. Beberapa ditambahkan zat tambahan untuk
menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan
mudah dikocok dan dituang.
Pada penelitian ini diformulasikan ibuprofen dalam bentuk sediaan suspensi.
Kemajuan ilmu teknologi dalam bidang farmasi sangat berpengaruh dalam
meningkatkan mutu sediaan obat. Bahanbahan yang akan digunakan harus
tercampurkan satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan suatu produk obat yang
stabil. Obat-obatan yang kelarutannya kecil dalam air merupakan suatu permasalahan
besar dalam industri farmasi. Salah satu obat yang yang praktis tidak larut dalam air
adalah ibuprofen. Oleh karena ibuprofen praktis tidak larut dalam air, maka dapat
dibuat dalam bentuk suspensi jika diinginkan dalam sediaan bentuk cair (Ansel,
2008).
Kestabilan fisik suspensi adalah hambatan utama dalam memformulasikan
suspensi karena masalah yang sering terjadi meliputi kecepatan sedimentasi yang
tinggi maupun kemampuan redispersi yang buruk. Oleh karena itu diperlukan
penggunaan suspending agent untuk meningkatkan kestabilan fisik suspensi. .
Menurut Anggreini (2013), pemilihan suspending agent didasarkan pada karakteristik
suspending agent yaitu dapat meningkatkan kekentalan untuk membentuk suspensi
yang ideal, bersifat kompatibel dengan eksipien lain, dan tidak toksik.
Berdasarkan hasil pengukuran pH yang ditunjukkan, dapat diketahui bahwa
pH kelima replikasi suspensi memenuhi syarat uji pH suspensi ibuprofen yaitu berada
pada rentang 3,5-5,0 (Gowan, 1994). Semakin lama waktu penyimpanan, akan
mengakibatkan penurunan pH sediaan. Hal ini dapat diakibatkan oleh tidak
tersedianya buffer sebagai penyangga pH suspensi. Sediaan cair yang mengandung
natrosol HBR dengan pH kurang dari 5 cenderung kurang stabil dan sering kali terjadi
hidrolisis (Rowe, 2009) .
Pada evaluasi bobot jenis, jika pembawa yang digunakan adalah air, maka
bobot jenis yang dihasilkan umumnya lebih besar daripada bobot jenis pembawanya.
Bobot jenis untuk sediaan dengan pembawa air harus lebih > dari 1,00 g/mL, karena
air memiliki bobot jenis 1,00 g/mL (Wahyuni, 2017). Diketahui bahwa kelima
replikasi suspensi ibuprofen telah memenuhi syarat bobot jenis suspensi yaitu >1,00
g/mL karena pada sediaan suspensi ibuprofen ini pembawa yang digunakan berupa
air.
Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar konsistensi
sediaan dan menunjukkan kekentalan dari suatu sediaan. Viskositas yang terlalu
tinggi tidak diharapkan karena dapat menyebabkan masalah penuangan suspensi dari
wadah dan sulitnya sediaan untuk terdispersi kembali. Viskositas yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan masalah penuangan suspensi dari wadah dan sulitnya sediaan
untuk terdispersi kembali (Wahyuni, 2017). Viskositas yang terlalu rendah dapat
mengganggu homogenitas campuran tidak stabil sehingga hal itu akan mengganggu
jumlah dosis yang digunakan (Prayogo, 2010). Nilai viskositas suspensi menurut SNI
adalah 37cP-396 cP, pada formula memiliki rata-rata viskositas 49,82 sehingga
viskositas sediaan masuk rentang.
Tujuan dilakukan Uji volume sedimentasi untuk mengetahui rasio
pengendapan yang terjadi selama penyimpanann dalam waktu tertentu (Wahyuni,
2017). Sedimentasi diuji selama 30 hari dimana pengendapan bertambah seiring
bertambahnya lama waktu penyimpanan, karena semakin besar konsentrasi partikel
makin besar terjadinya endapan. Pengujian volume sedimentasi suspensi yang baik
memilki harga < 1 atau > 1 (Wahyuni, 2017). Volume sedimentasi yang terbentuk
0,95 yaitu < dari 1. Volume sedimentasi dari kelima replikasi sesuai persyaratan
evalusi sediaan suspensi.
Uji redispersi dilakukan untuk mengetahui kemampuan suspensi untuk dapat
terdispersi kembali secara homogen dengan pengocokan ringan. Redispersi
dipengaruhi oleh viskositas dari sediaan, dimana semakin tinggi viskositas maka
redispersibilitas yang dihasilkan semakin rendah. Redispersi juga dipengaruhi oleh
partikel yang terbentuk dalam suatu sistem suspensi, apabila terjadi caking pada
suspensi, maka akan sulit terdispersi kembali. Sedangkan pada partikel yang
membentuk flok, sediaan masih dapat terdispersi secara homogen (Wahyuni, 2017).
Resdipers yang baik ≤ 30 detik, dari hasil pengamatan didapatkan rerata kemampuan
redisper 8,21 detik maka masuk dalam persyaratan redispers yang baik karena kurang
dari 30 detik.
Ukuran partikel suspensi ibuprofen meningkat seiring dengan bertambahnya
waktu penyimpanannya. Hal ini dapat diakibatkan adanya pertumbuhan kristal.
Fenomena ini lebih dikenal dengan nama nama Ostwald Ripening yaitu berubahnya
partikel kecil menjadi partikel besar yang diakibatkan oleh adanya perubahan
temperatur penyimpanan. Peristiwa ini merupakan proses yang tidak dapat dihindari
oleh suspensi yang dibuat dengan metode dispersi. Jika terjadi perubahan pada
partikel-partikel obat seperti yang telah disebutkan, maka kemungkinan besar akan
berpengaruh pada efek terapeutik yang dihasilkan serta kestabilan fisik dari sediaan
tersebut (Jain, 2011). Sistem disebut polidispers jika harga antilog SD lebih dari sama
dengan 1,2 dan jumlah partikel yang dihitung adalah >1000. Sedangkan disebut
monodispers jika harga antilog SD kurang dari 1,2 dan jumlah partikel yang dihitung
adalah >500. Dari data didapatkan hasil nilai simpangan baku sebesar 0,0039 dan
anti-log SD sebesar 1,01. Sehingga dapat dikatakan sediaan menganut kategori
monodispers.

D. KESIMPULAN
 Kestabilan fisik suspensi adalah hambatan utama dalam memformulasikan suspensi
karena masalah yang sering terjadi meliputi kecepatan sedimentasi yang tinggi
maupun kemampuan redispersi yang buruk.
 pH kelima replikasi suspensi memenuhi syarat uji pH suspensi ibuprofen yaitu berada
pada rentang 3,5-5,0.
 Diketahui bahwa kelima replikasi suspensi ibuprofen telah memenuhi syarat bobot
jenis suspensi yaitu >1,00 g/mL karena pada sediaan suspensi ibuprofen ini pembawa
yang digunakan berupa air.
 Nilai viskositas suspensi menurut SNI adalah 37cP-396 cP, pada formula memiliki
rata-rata viskositas 49,82 sehingga viskositas sediaan masuk rentang.
 Volume sedimentasi yang terbentuk 0,95 yaitu < dari 1. Volume sedimentasi dari
kelima replikasi sesuai persyaratan evalusi sediaan suspensi.
 Redispersi dipengaruhi oleh viskositas dari sediaan, dari hasil pengamatan didapatkan
rerata kemampuan redisper 8,21 detik maka masuk dalam persyaratan redispers yang
baik karena kurang dari 30 detik.
 Dari data didapatkan hasil nilai simpangan baku sebesar 0,0039 dan anti-log SD
sebesar 1,01. Sehingga dapat dikatakan sediaan menganut kategori monodispers.

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 32,
96, 271, 567, 591.
2. Ansel, H.C. (2008). Pengantar bentuk sediaan farmasi. (Edisi IV). Penerjemah: Parida
ibrahim. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
3. Anggreini DB, 2013, Optimasi Formula Suspensi Siprofloksasin Menggunakan
Kombinasi Pulvis Gummi Arabici (Pga) Dan Hydroxypropyl Methylcellulose (Hpmc)
Dengan Metode Desain Faktorial, Skripsi tidak dipublikasikan, Pontianak, Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.
4. Gowan, W.G., 1994. Aqueous pharmaceutical suspension for substantially water
insoluble pharmaceutical actives
5. Jain, G., Khar,R.K., dan Ahmad, F.J., 2011. Theory and Practice of Physical
Pharmacy, London: Elsevier, Hal.459-470
6. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Cook, W.G., dan Fenton, M.E., 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th Edition, Pharmaceutical Press, London, Hal. 311, 641
7. Wahyuni Rina, Syofyan, Septa Yunalti. (2017). Formulasi dan Evaluasi Stabilitas
Fisik Suspensi Ibuprofen Menggunakan Kombinasi Polimer Serbuk Gom Arab dan
Natrium Karboksimetiselulosa. Fakultas Farmasi Universitas Padang. STIFARM
Padang.

Anda mungkin juga menyukai