21
produksi maximum tanpa kepasiran berbanding langsung dengan kekuatan
formasi. Dengan kata lain jika produksi menyebabkan tekanan kelengkungan pasir
lebih besar dari kekuatan formasi, maka butiran pasir formasi akan mulai ikut
bergerak.
Untuk menentukan laju produksi kritis yang diperkenankan atau maximum
sand free flow rate dari suatu formasi batuan.
22
Ketika eritical range telah dicapai, bridge tidak terbentuk kembali.
Strength struktur telah terlampaui dan produksi pasir akan berlanjut pada laju
aliran yang lebih tinggi. Laju produksi kemudian dikurangi sampai di bawah
eritical range untuk memberi kesempatan agar bridge terbentuk kembali,
kemudian rate dapat ditambah tetapi masih dibawah range.
Prosedur ini disebut “Bean-up Technique”, yang secara cermat dilakukan
dalam periode beberapa bulan dan efektif untuk menetapkan laju produksi
maksimum suatu sumur tanpa kepasiran yang berlebihan.
Gambar 4.1.
Hubungan Antara Produksi Pasir vs Laju Aliran 1)
23
Untuk menentukan besar celah yang diperlukan, dibutuhkan data
distribusi ukuran pasir, ukuran besar butir pasir, keseragaman butir pasir dan
tingkat pemilahan butiran. Core merupakan contoh yang paling baik untuk
menentukan distribusi ukuran pasir, terutama full size core.
Sampel pasir yang diambil dari dasar sumur adalah sampel yang tidak
baik, karena sampel yang terendapkan di dasar sumur tersebut merupakan
sebagian dari pasir yang terlepas dari formasi yang relatif berukuran lebih besar.
Dengan demikian, data pasir yang diambil dari dasar sumur hanya merupakan
sebagian ukuran pasir saja, sedangkan yang berukuran kecil (fine sand) tidak
tercatat.
Pertimbangan utama untuk mendesain gravel dan screen antara lain :
1. Ukuran gravel optimum yang sesuai dengan ukuran butiran pasir
2. Luas optimum dari screen slot untuk menahan gravel dan jika tidak dapat
memakai gravel, maka harus sesuai dengan ukuran butiran pasir.
3. Teknik penempatan yang efektif pada kemungkinan yang paling penting.
Metode sieve analysis merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menentukan keseragaman butiran pasir, dengan cara mengayak sampel yang
telah dibersihkan dengan menggunakan beberapa tingkatan saringan yang
mempunyai ukuran (skala mesh) dan mempunyai ukuran bukan saringan
(sieve opening) tertentu, seperti terlihat pada Tabel IV-I.
Untuk menentukan keseragaman butiran pasir digunakan metode sieve
analysis. Dalam metode ini sampel yang digunakan adalah yang representatif
karena penyebaran ukuran butiran pasir yang bervariasi dari satu zona ke zona
yang lain. Dilapangan biasanya digunakan sieve jenis U. S. Standard Sieve Series
(ASTM Spec. E1170) dan hasil pengamatan biasanya dinyatakan dalam inchi atau
milimeter.
24
Tabel IV-I
Ukuran Pembukaan Saringan (Sieve Opening) 7
)
Mesh Sieve Opening
U. S. std Tyler Inches mm or micron
2½ 0.3150 8.000 mm
2½ 0.3120 7.925 mm
3 0.2650 6.730 mm
3 0.2630 6.680 mm
3½ 0.2230 5.660 mm
3½ 0.2210 5.613 mm
4 0.1870 4.760 mm
4 0.1850 4.699 mm
5 0.1570 4.000 mm
5 0.1560 3.962 mm
6 0.1320 3.360 mm
6 0.1310 3.327 mm
7 0.1110 2.830 mm
7 0.1100 2.794 mm
8 0.0937 2.380 mm
8 0.0930 2.362 mm
10 0.0787 2.000 mm
9 0.0780 1.981 mm
12 0.0661 1.680 mm
10 0.0650 1.651 mm
14 0.0553 1.410 mm
12 0.0550 1.397 mm
16 0.0469 1.190 mm
14 0.0460 1.108 mm
18 0.0394 1.000 mm
16 0.0390 991 microns
20 0.0331 840 microns
20 0.0328 833 microns
25 0.0280 710 microns
24 0.0276 701 microns
30 28 0.0232 589 microns
35 0.0197 500 microns
32 0.0195 495 microns
40 0.0165 420 microns
35 0.0164 417 microns
45 42 0.0138 351 microns
50 0.0117 297 microns
48 0.0116 295 microns
60 0.0098 250 microns
60 0.0097 246 microns
70 0.0083 210 microns
65 0.0082 208 microns
80 0.0070 177 microns
80 0.0069 175 microns
100 0.0059 149 microns
100 0.0058 147 microns
120 115 0.0049 124 microns
140 150 0.0041 104 microns
170 170 0.0035 88 microns
200 200 0.0029 74 microns
230 250 0.0024 62 microns
270 270 0.0021 53 microns
325 325 0.0017 44 microns
400 400 0.0005 37 microns
25
Pertama-tama sampel dibersihkan, dipisah-pisahkan butirannya, ditumbuk
dan dilakukan pencucian, kemudian dikeringkan. Sieve merupakan susunan
screen vertikal, dimana ukuran saringan terbesar diletakkan paling atas, dan
seterusnya kebawah makin kecil. Sampel formasi ditempatkan pada bagian atas
(ukuran lubang screen terbesar), kemudian diletakkan pada alat pengguncang.
Pasir formasi akan terpisah berdasarkan ukuran butirannya.
Butiran pasir yang tertinggal pada masing-masing ukuran saringan itu lalu
ditimbang dan ditentukan persen berat kumulatifnya. Setelah itu diplot antara
berat kumulatif terhadap diameter batuan, seperti terlihat pada Gambar 4.2.
Apabila suatu sampel makin seragam atau baik pemilahannya, maka bentuk kurva
akan cenderung semakin tegak.
Gambar 4.2.
Kurva Hubungan Diameter Butiran Pasir vs Prosen Kumulatif 1)
..........................................................................................................(4-1)
26
Dimana :
D40 = Diameter ukuran pasir pada 40 percentile point
D90 = Diameter ukuran pasir pada 40 percentile point
C = Koefisien keseragaman (uniform coefficient)
Schwartz menyatakan bahwa pengertian uniform coefficient merupakan
tingkat keseragaman dari butiran pasir yang kemudian dapat menunjukkan baik
atau buruknya pemilahan butiran (sortasi). Harga C ini bervariasi dan setiap harga
menunjukkan tingkat keseragaman dari tiap butiran pasir, yaitu :
Jika C < 3 maka pasir seragam dan berukuran D10
Jika C > 5 maka pasir tidak seragam dan berukuran D40
Jika C > 10 maka pasir sangat tidak seragam dan berukuran D70
27
Untuk menahan formasi pasir yang tidak seragam, dimana butiran sulit
untuk ditahan atau sering terjadi perubahan kcepatan aliran, atau : W = D10.
Liner completion dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan cara pemasangan
linernya, yaitu : screen-liner completion dan perforated liner completion.
28
29
Gambar 4.3. Screen And Liner Completion 7)
Gambar 4.4.
Jenis-jenis Screen Pengontrol Pasir 9)
30
2. Interpretasi log kritis, karena perlu dilakukan gama ray log agar tidak salah
memilih lapisan pasir dan menghindari zona submargine pada saat akan
dilakukan perforasi.
3. Penyemenan liner sulit dilakukan.
4. Ada tambahan biaya untuk perforasi, penyemenan dan rig time.
Gambar 4.5.
Perforated Liner Completion 9)
31
Pencampuran partikel-partikel ini dapat terjadi pada saat operasi gravel packing
sedang berjalan maupun sesudahnya.
Pendekatan analitik dari gravel pack yang digunakan adalah berdasarkan
pada pori-pori antara butiran-butiran gravel. Secara teoritis packing yang paling
longgar, yang dibentuk dari partikel-partikel bulat dengan ukuran seragam adalah
cubic packing. Dengan susunan tersebut, partikel yang dapat melewati ruangan
antara partikel tersebut berukuran 0.4142 x diameter partikel yang membentuk
packing.
Sedangkan packing yang paling rapat adalah berbentuk hexagonal dan
partikel yang dapat melewati ruangan antar partikel tersebut berukuran 0.1545 x
diameter yang membentuk packing. Dari percobaan, ternyata bentuk packing yang
terjadi mendekati hexagonal packing. Dengan demikian ukuran gravel yang
digunakan harus lebih kecil atau sama dengan 6.64 x diameter pasir formasi yang
terkecil.
Tetapi, ternyata butiran-butiran pasir yang halus dapat membentuk bridge
yang stabil di muka celah-celah ini tidak lebih besar dari tiga kali ukuran partikel.
Berdasarkan hal ini, Coberly dan Wagner mengusulkan ukuran gravel yang
digunakan sama dengan 10 kali d10, dimana d10 adalah 10 percentile dari hasil sieve
analysis.
Untuk menentukan ukuran gravel, beberapa ahli lain memberikan saran
atau pendapat sebagai berikut :
a. Saucier : D50 = 5 sampai 6 d50
b. Sparlin : D50 = 4 sampai 8 d50
c. Tausch-Coberly : 6 d50 ≥ D ≥ 4 d10
d. Schwartz : untuk C < 3 D10 = 6 d10
untuk C < 3 D40 = 6 d40
Schwartz, memberikan pendekatan dalam menentukan gravel, yaitu
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Analisis butiran air formasi
Setelah diperoleh kurva distribusi ukuran butir pasir formasi produktif, maka
kurva tersebut digunakan untuk perhitungan selanjutnya.
32
2. Harga perbandingan gravel terhadap pasir formasi atau G – S ratio.
G – S ratio adalah perbandingan antara ukuran butiran gravel dengan ukuran
butir pasir formasi. G – S ratio sangat penting hubungannya dengan pemilahan
ukuran gravel.
Beberapa bentuk persamaan yang diberikan oleh para ahli, adalah sebagai
berikut :
a. Comberly, Hill, Wagner, Gumpertz menyatakan :
Ukuran Gravel Terbesar
G – S Ratio =
Ukuran Pasir 10 Percantile
b. Saucier menyatakan :
50 Percentile Gravel
G – S Ratio =
50 Percentile Sand
c. Schwartz menyatakan :
10 Percentile Gravel
G – S Ratio = atau
10 Percentile Sand
40 Percentile Gravel
G – S Ratio =
40 Percentile Sand
d. Maly menyatakan :
Ukuran Gravel Terkecil
G – S Ratio =
10 Percentile Ukuran Pasir
33
Gambar 4.6.
Pengaruh dari Gravel Sand Ratio Pada Permeabilitas Gravel Pack 1)
34
3. Keseragaman pasir Formasi
Distribusi ukuran gravel yang seragam akan mampu menahan butiran pasir
formasi Yang tidak seragam. Pada harga G – S ratio mendekati 6 disebut
dengan titik perencanaan atau ukuran butir kritis (critical size).
Berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa :
a. Untuk pasir dengan ukuran butir seragam ( C < 5 ), maka titik d 10 merupakan
design point dengan G-S ratio adalah D10 = 6 d10.
b. Untuk pasir dengan ukuran butir tidak seragam ( C > 5 ), maka titik d 40
merupakan design piont dengan G-S ratio adalah D40 = 6 d40.
Tabel IV – 2.
Efek G-S Ratio Terhadap Pressure Drop 9
)
Median Gravel Size Flow Rate Pressure Drop
Median Sand Size (BPD) (Psi)
6,2 16
60 14.0 30
8.2 16
7.7 54
8.5 13.0 180
7.7 94
6.3 160
12.8 11.2 97
8.2 270
35
b. Untuk pasir tidak seragam ( C > 5 ) dan kecepatan aliran lebih besar dari0.05
fps, maka G-S ratio adalah D40 gravel = 6 d40 pasir.
c. Untuk pasir sangat tidak seragam ( C > 10 ) dan kecepatan aliran lebih besar
atau sama dengan 0.1 fps, maka harga G-S ratio adalah D 70 gravel = 6 d70
pasir.
Kecepatan aliran dapat dihitung de/ngan menggunakan persamaan :
Laju Produksi, Cuft/sec
Kecepatan aliran = 50% luasslot yang terbuka, ft 2
36
a. Coberly-Wagner :
W ≤ D100
b. Tauch-Corley :
W = D50c.
c. H. J. Ayre :
D1 Ds
W = 2 Ds
2
Dimana :
D50 = diameter butir pada titik 50 % berat kumulatif pada kurva sieve analysis,
in
Ds = diameter gravel terkecil, in
D1 = diameter gravel terbesar, in
Dalam prakteknya, lebar celah screen yang sering digunakan adalah : 0,5
in ≤ W ≤ d20. Ukuran lebar celah screen 0.05 in merupakan ukuran minimum yang
dapat mencegah tersumbatnya celah tersebut. Untuk menentukan ukuran screen
yang digunakan sesuai dengan ukuran range yang tersedia, dapat ditunjukkan pada
Tabel IV – 3.
Tabel IV – 3
Ukuran Screen yang Digunakan Berdasarkan Ukuran Range Gravel 9
)
Gravel Size Gravel Size Screen Gauge Screen Gauge
(U. S. Mesh) (Inch) (Inch)
40 / 60 0.0165 – 0.0098 0.008 8
30 / 50 0.0230 – 0.012 0.010 10
20 / 40 0.0330 – 0.0165 0.012 12
16 / 30 0.0470 – 0.0230 0.016 16
12 / 20 0.0660 – 0.0330 0.020 20
8 / 16 0.0940 – 0.0470 0.028 28
37
Pada open hole gravel pack, digunakan slotted liner atau wire wrapped
liner dan sebelum pemasangan liner dan penempatan gravel, pada dasar sumur
diperbesar diameternya. Gravel pack ditempatkan antara formasi dan liner. Open
hole gravel pack ini baik digunakan pada sumur-sumur yang produktivity indekx-
nya tidak mengalami penurunan yang besar selama produksi.
Pada inside gravel pack, liner dipasang dalam casing yang diperforasi dan
gravel ditempatkan antara liner dengan casing. Keuntungan inside gravel pack ini
adalah sederhana dan relatif lebih murah.
38
didapat bahwa compresive strength berkisar antara 3000 – 7000 psi. Sedangkan
permeabilitasnya berkurang menjadi 50 – 90 % dari semula. Penurunan
permeabilitas 30 % hanya mengakibatkan penurunan produktivitas sebesar 10 %.
Semakin besar compresive strength, maka semakin kecil permeabilitas yang
terjadi, dan sebaliknya.
Sistem pasir terkonsolidasi dan berkurang kekuatannya bila bersentuhan
dengan air garam. Pengaruh air garam ini dapat diperkecil dengan penggunaan
coupling-agent, yang dapat membantu ikatan butir pasir dengan resin.
Dua masalah utama yang timbul dalam konsoldasi pasir adalah
penempatan resin kedalam formasi secara sempurna serta kandungan clay atau
shale dalam formasi. Pada penempatan resin di dalam formasi, dikenal beberapa
proses, yaitu :
a. Pemisahan fasa
Pada proses ini resin dilarutkan dalam hidrokarbon. Dikombinasikan dengan
suatu aktivator,fasa Cair dari resin akan memisahkan diri dari zat pelarut
setelah beberapa waktu dan kemudian memadat. Setelah terjadi pemisahan,
namun masih dalam keadaan cair, resin akan menempel titik singgung antara
butir-butir pasir karena gaya kapiler.
b. Overflush
Disini larutan resin diinjeksikan diikuti oleh fluida lain, yang bertugas
mendorong resin dan membersihkan sisa-sisa resin, tetapi masih
meninggalkan residual resin saturation pada titik kontak antar butir-butir.
Overflush dibuat untuk mengontrol ketebalan lapisan plastik, compresive
strength dan permeabilitas. Overflush yang bisa digunakan adalah
hidrokarbon, tetapi dapat pula air. Untuk mempertinggi efek penyapuan
digunakan fluida yang viscous.
c. Preflush
Pada proses ini air garam diperkecil konsentrasinya dengan injeksi
hidrokarbon, sedangkan air conate didorong atau dipindahkan dengan
isoprophyl dan surfactant atau mutual solvent. Bila air garam tidak
39
dihilangkan, maka compresive strength yang tercapai hanya berkisar antara
20-40 % dari yang seharusnya.
Kekuatan batuan terkonsolidasi sangat dipengaruhi oleh kandungan shale
atau clay dalam formasi. Pada pasir yang kotor, diperlukan larutan dengan resin
berkonsentrasi tinggi guna mengatasi luas permukaan butiran silt dan lempung.
Sistim pemisahan fasa tidak sesuai untuk pasir kotor, karena akan terbentuk gel
pada konsentrasi resin lebih dari 30 %. Pada pasir kotor, kadar shale lebih dari 30
%, sehingga lebihb baik digunakan overflush.
Jumlah resin yang digunakan tergantung pada porositas, penetrasi dan
panjang interval. Penambahan volume sebesar 50 % diperlukan untuk mengatasi
migrasi fluida di atas dan di bawah interval produktif. Tekanan injeksi resin harus
lebih kecil dari tekanan rekah formasi, untuk mendapatkan penetrasi yang
seragam keseluruh interval.
Konsolidasi pasir sangat baik dilakukan untuk kondisi sumur sebagai
berikut :
1. Interval treatment kurang dari 10 ft
2. Tanpa produksi pasir sebelumnya, karena bahan-bahan kimia sukar
didistribusikan secara merata pada formasi yang berongga-rongga.
3. Zona paling atas dari sumur komplesi ganda, dimana tidak terdapat peralatan
mekanik yang ditinggalkan dalam lubang bor.
4. Tekanan reservoir tinggi.
5. Kecenderungan produksi pasir terbatas.
6. Pasir berkualitas baik dengan permeabilitas vertikal cukup tinggi.
40
Selanjutnya gravel yang tersisa dari lubang bor dibor kembali dan dikeluarkan
lagi.
Metode ini kadang-kadang digunakan pada zona bagian atas karena tidak
memerlukan peralatan mekanik khusus. Metoda ini lebih mengguntungkan
dibandingkan metode gravel pack, karena ikatan gravel yang kuat, sehingga tidak
mungkin masuk kedalam formasi. Dalam kondisi dimana terjadi produksi pasir
dalam jumlah banyak dan casing mengalami kerusakan, maka dapat dilakukan
sgueeze gravel terkonsolidasi dan memasang gravel pack dibelakang casing.
Kebanyakan operasi gravelterkonsolidasi menggunakan fluida pembawa
yang viscous dengan konsentrasi gravel yang tinggi untuk memperkecil terjadinya
pencampuran dengan pasir formasi.
41