kondisi struktur geologi, sifat-sifat fisik dan mekanik material pembentuk lereng dan
tekanan air tanah. Dari ke-empat parameter tersebut, struktur geologi merupakan
parameter yang paling dominan dalam mengontrol kemantapan lereng batuan baik
dievaluasi dengan metoda analitik dan empirik. Walaupun metoda analitik sudah
banyak diterima oleh kalangan akademik dan praktisi, metoda ini masih mempunyai
isotropik
elastik
brittle
beban yang bekerja hanya beban gravitasi, setelah material runtuh segmen bidang
Maka jelas disini bahwa metoda analitik tidak memperhatikan parameter massa
batuan yang sebetulnya berubah secara vertika dan horizontal. Dalam upaya
massa batuan, klasifikasi massa batuan yang sudah banyak dipakai dalam
peracangan kestabilan lubang bukaan bawah juga sudah mulai diadopsi pada
Klasifikasi massa batuan yang terdiri dari beberapa parameter sangat cocok untuk
mewakili karakteristik massa batuan, khususnya sifat-sifat bidang lemah atau kekar
dan derajat pelapukan massa batuan. Atas dasar ini sudah banyak usulan atau
parameter sudut kemantapan lereng dengan bobot klasifikasi massa batuan untuk
berbagai tinggi lereng. Romana (1985 & 1991) menekankan deskripsi detil dari kekar
kemantapan lereng.
Pembuatan klasifikasi massa batuan untuk kemantapan lereng didasarkan atas studi
kasus di Afrika Selatan, Selandia Baru, Antartika, Scotlandia dan Spanyol dan hanya
batuan.
Membagi formasi massa batuan kedalam grup yang mempunyai perilaku sama
batuan.
lokasi lainnya.
Memberikan dasar umum untuk kemudahan komunikasi diantara para insinyur dan
geologiwan.
Agar dapat dipergunakan dengan baik dan cepat maka klasifikasi massa batuan
Dengan menggunakan klasifikasi massa batuan akan diperoleh paling tidak tiga
Penilaian rekayasa dapat lebih baik dan komunikasi lebih efektif pada suatu
prooyek.
Beberapa klasifikasi massa batuan yang banyak dipakai atau modifikasi untuk
Rock Mass Rating (RMR) disebut juga Geomechanics Classification dibuat oleh
Bieniawski (1973). Klasifikasi ini sudah dimodifikasi beberapa kali sesuai dengan
adanya data baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan sesuai
dengan
standard
Internasional.
RMR
terdiri
dari
enam
parameter
untuk
mengklasifikasi massa batuan (lihat Tabel 1) yaitu, UCS, RQD, jarak kekar
Tabel 1
Gunakan
nilai UCS
5- 1-5 <1
25
2 1 0
< 25
3
Jarak kekar
>2m
0.6-2 m
0.2-0.6 m
0.06-0.2
< 0.06 m
m
Bobot
20
15
10
8
5
4
Kondisi kekar
muka muka agak muka agak muka gouge lunak
sgt
kasar
kasar
slikenside > 5 mm
kasar, pemisahan pemisahan d gouge < pemisahan
tak
< 1 mm,
< 1 mm,
5 mm,
> 5 mm,
menerus dinding
dinding pemisaha menerus
, tak agak lapuk sangat n 1-5 mm,
terpisah,
lapuk
menerus
dinding
tak lapuk
Bobot
30
25
20
10
0
Aliran per kosong
< 10
10 - 25
25 - 125
> 125
10 m
panjang
singkapan
(Lt/men)
5 Air
Tekanan
0
< 0.1
0.1 - 0.2 0.2 - 0.5
> 0.5
tanah air/teganga
n utama
major
Kondisi
Kering
Lembab
Basah
Netes
Mengalir
umum
Bobot
15
10
7
4
0
60 - 41
III
40 - 21
IV
< 20
V
Deskripsi
Batu
sangat baik
Batu
baik
Batu
sedang
Batu
buruk
Batu
sangat buruk
beberapa parameter tidak mempunyai kepentingan yang sama terhadap bobot total
dari RMR, maka pembobotan untuk setiap parameter berbeda. Bobot tinggi
Karena isian kekar bisa terdiri dari kuarsa, lempung, karbonat, kaolin, khlorit atau
sedimen dan kekasarannya juga berbeda maka evaluasi kondisi kekar harus
mengikuti standard yang sudah ada, yang diberikan oleh ISRM (1981) seperti
Gambar 1
Kondisi air tanah yang ditemukan pada survey kekar harus diidentifikasi sesuai
dengan penjelasan pada Tabel 1 yaitu, kering (completely dry), lembab (damp),
basah (wet), menetes (dripping) dan mengalir (flowing). Pengaruh orientasi kekar
terhadap arah penggalian dievaluasi dengan cara mencari arahan umum kekar pada
1.
Rock Mass Rating (RMR) disebut juga Geomechanics Classification dibuat oleh
Bieniawski (1973). Klasifikasi ini sudah dimodifikasi beberapa kali sesuai dengan
adanya data baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan sesuai
dengan
standard
Internasional.
RMR
terdiri
dari
enam
parameter
untuk
mengklasifikasi massa batuan (lihat Tabel 1) yaitu, UCS, RQD, jarak kekar
(discontinuity), kondisi kekar, kondisi air tanah dan orientasi kekar
Tabel 1
Selang pembobotan
4 - 10
2-4
1-2
Gunakan
nilai UCS
50 - 100
7
50 - 75
13
0.2-0.6 m
25 - 50
5- 1-5 <1
25
2 1 0
< 25
3
< 0.06 m
4
25 - 50
8
0.06-0.2
m
Bobot
20
15
10
8
5
4
Kondisi kekar
muka muka agak muka agak muka gouge lunak
sgt
kasar
kasar
slikenside > 5 mm
kasar, pemisahan pemisahan d gouge < pemisahan
tak
< 1 mm,
< 1 mm,
5 mm,
> 5 mm,
menerus dinding
dinding pemisaha menerus
, tak agak lapuk sangat n 1-5 mm,
terpisah,
lapuk
menerus
dinding
tak lapuk
Bobot
30
25
20
10
0
Aliran per kosong
< 10
10 - 25
25 - 125
> 125
10 m
panjang
singkapan
(Lt/men)
5 Air
Tekanan
0
< 0.1
0.1 - 0.2 0.2 - 0.5
> 0.5
tanah air/teganga
n utama
major
Kondisi
Kering
Lembab
Basah
Netes
Mengalir
umum
Bobot
15
10
7
4
0
B. Penyesuaian bobot untuk orientasi kekar
Strike & dip
Sangat
Menguntung Sedan
Tak
Sangat tak
menguntungka
-kan
g
menguntungka menguntungkan
n
n
Tunne
0
-2
-5
- 10
- 12
l
Bobo Fon0
-2
-7
- 15
- 25
t
dasi
Le0
-5
- 25
- 50
- 60
reng
60 - 41
III
Batu
sedang
40 - 21
< 20
IV
V
Batu
Batu
buruk sangat buruk
Gambar 1
Kondisi air tanah yang ditemukan pada survey kekar harus diidentifikasi sesuai
dengan penjelasan pada Tabel 1 yaitu, kering (completely dry), lembab (damp),
basah (wet), menetes (dripping) dan mengalir (flowing). Pengaruh orientasi kekar
terhadap arah penggalian dievaluasi dengan cara mencari arahan umum kekar pada
proyeksi stereonet dan pembobotannya disesuaikan dengan penjelasan pada Tabel
1.