Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

PERCOBAAN 2
REAKSI KIMIA I: KINETIKA KIMIA

Disusun Oleh:
Nama : Ali Musa
NIM : 24030120130077
Kelompok :2
Hari, Tanggal : Senin, 1 Maret 2021
Asisten : Shalsabila Jihan R

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
ABSTRAK

Percobaan ini berjudul “Reaksi Kimia : Kinetika Kimia”. Tujuan percobaan ini
adalah untuk mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia, dan mampu menentukan
laju dan orde reaksi. Percobaan ini menggunakan prinsip mekanisme suatu reaksi
kimia, sedangkan metodenya adalah metode pencampuran, pengenceran dan titrasi.
Ketika logam Mg direaksikan dengan HCl, muncul gelembung-gelembung gas
hydrogen, hal ini dikarenakan terjadi reaksi pembentukan gas. Selain itu terjadi juga
reaksi reduksi- oksidasi, sedangkan kinetika reaksi ion permanganate dengan asam
oksalat akan menghasilkan larutan asam oksalat yang semula bening akan berubah
menjadi ungu, kemudian lama kelamaan akan menjadi kuning kecoklatan setelah
digojog. Terjadi juga reaksi reduksi-oksidasi dalam percobaan ini.

Kata kunci : Kinetika, Pencampuran, Titrasi, Pengenceran, Redoks


I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia


2. Mampu menentukan laju dan orde reaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kinetika Kimia
Kinetika kimia seingkali digunakan untuk melakukan pengukuran dan
prediksi kecepatan suatu reaksi kimia. Informasi kecepatan reaksi ini akan
digunakan kembali untuk mengetahui tahap-tahap mekanisme reaksi (Hill dan
Petrucci, 2002).
2.2 Reaksi Kimia
Reaksi kimia dapat diartikan sebagai berubahnya pereaksi menjadi
hasil reaksi atau produk. Reaksi kimia ini dapat berjalan dengan laju tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi bisa saja dikendalikan apabila kita
menginginkan perbandingan laju reaksi dari berbagai macam reaksi-reaksi
yang terjadi (Masel, 2001).
2.3 Macam-macam Reaksi Kimia

2.3.1 Reaksi Redoks


Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan kehilangan elektron
dalam zat, sedangkan reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan
menarik elektron dalam zat. Apabila zat mengalami reaksi oksidasi maka bisa
dikatakan zat itu memiliki sifat pereduksi, sebaliknya apabila zat mengalami
reduksi maka bisa dikatakan zat itu memiliki sifat pengoksidasi. Tahap reduksi atau
oksidasi yang melibatkan pelepasan atau penerimaan elektron disebut reaksi
setengah sel. Contoh reaksi redoks :

Cu (s) + 2Ag+ (aq) → Cu2+ ( aq) + 2Ag (s)

(Vogel, 1990)
2.3.2 Reaksi Netralisasi
Reaksi netralisasi merupakan reaksi penetralan asam dan basa.
Contohnya :

HCl (aq) + NaOH (aq) + NaCl (aq) + H2O (l)

(Petrucci, 1987)

2.3.3 Reaksi Pengendapan


Reaksi pengendapan merupakan sebuah reaksi yang membentuk
padatan dalam sebuah larutan tertentu. Padatan tersebut nantinya dapat
diambil karena tidak larut dalam larutan. Ketika zat yang terbentuk tersebut
mencapai ksp, maka akan segera mengendap terlebih dahulu. Contoh reaksi
pengendapan:

2Na3PO4 (g) + BaCl2 (aq) → Ba3(PO4)2 (s) + 6NaCl (aq)

(Petrucci, 1987)

2.3.4 Reaksi Pembentukan Gas


Reaksi pembentukan gas biasanya terjadi apabila logam direaksikan
dengan asam keras encer. Reaksi ini juga disebut dengan rekasi pendesakan
logam karena logam dipaksa untuk berada disebelah kiri H dalam deret volta.
Asam yang digunakan biasanya adalah HCl. Contoh reaksinya :

2Al (s) + 6HCl (aq) + 2AlCl3 (aq) + 3H2 (g)

(Petrucci, 1987)

2.4 Laju Reaksi

Laju reaksi adalah sebuah kecepatan atau laju berkurangnya


konsentrasi pereaksi dalam membentuk produk ataupun sebaliknya dalam satuan
waktu. Konsentrasi suatu produk atau reaktan biasanya dinyatakan dalam mol/liter,
tetapi untuk gas, satuannya dapat berbeda misalnya atmosfer atau pascal.
Sedangkan satuan waktunya dapat berupa detik, menit, jam, hari, minggu,
bulan ataupun tahun tergantung reaksinya cepat atau sangat lambat (Keenan,
Charles, 1992).

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

a.) Konsentrasi

Konsentrasi pereaktan sangat berpengaruh besar pada laju reaksi


pembentukan produk, terutama pada reaksi yang bersifat homogen. Reaksi
homogen adalah reaksi yang terjadi hanya pada satu fase saja misalnya pada
fase gas saja. Dalam reaksi homogen, konsentrasi pereaksi dapat ditambahkan
dengan menambah tekanan pada fase gas, dan mengurangi pelarut pada fase
cairan (Sastrohamidjojo, 2001).

b.) Jenis reaktan

Jenis reaktan juga berpengaruh pada laju reaksi terutama apabila


pereaksi merupakan zat yang reaktif, maka lajunya pun akan semakin cepat,
dan apabila zat pereaksi tidak reaktif maka reaksi pun akan lambat
(Brocks,1959)

c.) Suhu

Suhu yang tinggi diperlukan untuk menaikkan laju reaksi. Dengan


suhu yang tinggi, maka akan semakin banyak molekul yang bertumbukan didalam
suatu system dan dapat menumbuk lebih besar daripada energi aktivasi. Jika
tumbukan semakin efektif, maka laju reaksi juga akan semakin cepat
(Miller,1987)

d.) Katalis

Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat suatu laju reaksi
tetapi ia tidak ikut bereaksi dalam system. Proses ini seringkali disebut dengan
katalisasi. Katalis dapat mempengaruhi kecepatan reaksi dengan jalan
pembentukan senyawa-senyawa (katalis homogen) ataupun absorbs (katalis
heterogen) (Keenan, 1992).

e.) Luas permukaan

Luas permukaan sangat berpengaruh pada kelajuan reaksi. Apabila


luas permukaan suatu zat pereaksi luas, maka reaksi juga akan berlangsung lebih
cepat dan sebaliknya. Untuk memperluas luas permukaan, biasanya dilakukan
dengan menghaluskan atau memperkecil ukuran zat tersebut (Keenan, 1992).

2.6 Persamaan Laju Reaksi

Dengan mengetahui persamaan laju reaksi, kita dapat pula mengetahui


pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi. Ini sangat
penting dikarenakan pengetahuan ini digunakan dalam mengontrol laju reaksi
yang diharapkan, yaitu dengan mengatur konsentrasi pereaksi (Syukri, 1999).

2.7 Orde Reaksi

Orde reaksi merupakan jumlah dari semua komponen dari konsentrasi


persamaan laju reaksi. Nilai orde suatu reaksi ditentukan dengan percobaan
dan tidak akan dapat diturunkan secara teori, meskipun telah diketahui
stoikiometri reaksinya. Orde reaksi dapat berupa bilangan bulat atau pangkat

(Keenan, 1992).

Ada 3 jenis orde reaksi, yaitu :

a.) Orde reaksi nol

Orde reaksi nol berarti reaski tidak terpengaruh dengan konsentrasi


sama sekali. Pada orde reaksi nol ini reaksi berlangsung dengan laju tetap
Laju reaksi = k = tetap

b.) Orde reaksi pertama

Orde reaksi pertama adalah reaksi yang memiliki laju berbanding


langsung dengan konsentrasi pereaktan. Data yang digunakan dalam orde
reaksi pertama ini tidak perlu selalu menggunakan molar, cukup dengan masa
pereaksi atau fraksi pereaksi yang terkonsumsi

c.) Orde reaksi kedua

Reaksi orde kedua terjadi apabila laju dalam reaksi berbanding lurus
dengan kuadrat konsentrasi reaktan.

A = k[A]2

(Petrucci, 1992)

2.8 Hukum Laju dan Konstanta Laju

Hukum laju reaksi adalah suatu bentuk persamaan yang mana


menyatakan laju reaksi adalah fungsi dari konsentrasi semua spesi yang ada di
dalam system termasuk produk-produk yang dihasilkan dari reaksi tersebut.
Hukum laju reaksi ini memiliki dua penerapan utama, yakni penerapan
teroritis dan penerapan praktis. Penerapan teoritis merupakan pemandu dalam
mekanisme reaksi, sedangkan penerapan praktik akan dilakukan setelah
mengetahui hukum laju reaksi dan konstanta lajunya (Atkins, 1996)

aA +bB → cC+ dD

Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah :

v=k [ A]m [B]n

Dengan:

v = Laju reaksi

k = Konstanta laju reaksi

[A] = Konsentrasi zat A

[B] = Konsentrasi zat B

m = Orde terhadap zat A

n = Orde terhadap zat B

(Atkins, 1996)

2.9 Teori Tumbukan

Molekul-molekul pereaksi akan selalu bertumbukan, ketika


bertumbukan molekul akan memiliki energi kinetic yang tinggi. Apabila
molekul mempunyai energi yang lebih tinggi daripada energi rata-rata dalam
system, maka molekul tersebut dapat bereaksi. Selisih tenaga inilah yang
disebut dengan energi aktivasi. Dengan adanya teori tumbukan, maka ini juga
menjelaskan bahwa ada factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi seperti
peningkatan suhu menyebabkan banyak molekul yang bertumbukan, adanya
katalis yang menurunkan energi aktivasi, tingginya konsentrasi yang membuat
molekul bertumbuk semakin banyak dan semakin luas bidang permukaan
sentuh maka semakin banyak molekul yang mengalami pertumbukan
(Petrucci, 1992).
2.10 Kecepatan Reaksi

Apabila kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi yang


memiliki satu atau dua pengikut berpangkat dua, maka akan disebutkan sesuai
jumlah pangkat. Reaksi dapat dibilang bertingkat tiga apabila kecepatan
reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi pangkat tiga. Biasanya laju
reaksi ini tidak bergantung pada orde reaksi. Apabila sutu reaksi
menggunakan proses satu tahap, maka didefinisikan dengan berdasarkan reaksinya
yaitu reaksi dasar (Petrucci, 1987).

2.11 Energi Aktivasi

Energi aktivasi adalah jenis energi yang menjelaskan panas minimal


yang harus dimiliki oleh molekul-molekul untuk dapat bereaksi. Mengacu
pada teori tumbukan, sebelum terjadi reaksi, molekul-molekul ini ahrus saling
bertumbuk. Pada tumbukan ayng terjadi, sebagian molekul akan membentuk
molekul-molekul yang aktif. Molekul-molekul ini kemudian akan berubah
menjadi hasil reaksi agar pereaksi dapat membentuk kompleks yang aktif.
Molekul-molekul ini ahrus memiliki energi minimum yang disebut dengan
energi aktivasi (Oxtoby, 2001).

2.12 Analisa Bahan

2.12.1 Magnesium

a.) Sifat Fisika

 Berbentuk padat
 Berwarna putih
 Titik lebur : 6510 ℃

b.) Sifat Kimia


 Susah larut dalam air
 Sulit untuk ditempa karena stabil

(HAM, Mulyono, 2001)

2.12.2 HCL

a.) Sifat Fisika

 Bentuk : Cairan tidak berwarna


 Titik Didih : -85 ℃
 Titik leleh : -111℃

b. Sifat kimia

 Mudah larut dalam air


 Bersifat asam kuat
(Perry, 1997)

2.12.3 Asam Oksalat

a.) Sifat Fisika

 Berat molekul : 126,07 kg/kmol


 Densitas : 1,653 g/ml
 Titik lebur : 101-102 ℃
b.) Sifat Kimia
 Mudah larut dalam air
 Termasuk jenis asam kuat
 Dapat melapisi besi untuk mencegah perkaratan
(Kirk dan Orthmer, 1981)
2.12.4 KMnO4
a.) Sifat Fisika
 Massa molar : 158,034 g/mol
 Titik lebur : 240℃
 Tidak berbau
 Berbentuk jarum abu perunggu keunguan dalam bentuk padat

b.) Sifat Kimia


 Larut dalam air
 Digunakan dalam volumetric dan agen oksida
(Bird, 1987)
2.12.5 Akuades

a.) Sifat Fisika

 Tidak berwarna
 Titik beku : 0℃
 Titik didih ; 100℃
 Rumus molekul : H2O
 Kapasitas kalor sebesar 1 g-1 ℃-
b.) Sifat Kimia

 Merupakan pelarut yang sangat baik


(Petrucci, 1992)
III. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

a.) Alat

 Erlenmeyer
 Cawan Petri
 Pipet ukur
 Stopwatch
 Pipa kapiler
b.) Bahan
 Pita Mg 2cm
 HCL 2M
 Asam Oksalat 0,7 M
 KMnO4 0,1 M
 Akuades
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCL

HCL 2M
Gelas Beker 50 ml

 Potong pita Mg dengan Panjang 0,5 cm sebanyak 8 potong


 Pengenceran HCL 1.8 M, 1.6 M, 1.4 M, 1.2 M, 1.0 M, 0.8 M,
0.6 M masing-masing 50 mL

Hasil

10 mL HCL 1,8 M
Gelas Beker 50 ml

 Penambahan pita Mg 1 potong


 Pencatatan waktu reaksi
 Ulangi percobaan 2 kali

Hasil

10 mL HCL 1,6 M
Gelas Beker 50 ml

 Penambahan pita Mg 1 potong


 Pencatatan waktu reaksi
 Ulangi percobaan 2-3 kali

Hasil
10 mL HCL 1,4 M
Gelas Beker 50 ml

 Penambahan pita Mg 1 potong


 Pencatatan waktu reaksi
 Ulangi percobaan 2-3 kali

Hasil

10 mL HCL 1,2 M
Gelas Beker 50 ml

 Penambahan pita Mg 1 potong


 Pencatatan waktu reaksi
 Ulangi percobaan 2-3 kali

Hasil

10 mL HCL 1,0 M
Gelas Beker 50 ml

 Penambahan pita Mg 1 potong


 Pencatatan waktu reaksi
 Ulangi percobaan 2-3 kali

Hasil
10 mL HCL 0,8 M
Gelas Beker 50 ml

 Penambahan pita Mg 1 potong


 Pencatatan waktu reaksi
 Ulangi percobaan 2-3 kali

Hasil

10 mL HCL 0,6 M
Gelas Beker 50 ml

 Penambahan pita Mg 1 potong


 Pencatatan waktu reaksi
 Ulangi percobaan 2-3 kali

Hasil
3.2.2 Kinetika Reaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat

 Erlenmeyer 1

10 mL H2C2O4 + 12 mL Akuades
Erlenmeyer 50 mL

 Penyiapan buret yang berisi KMnO4 0,1 M


 Penggoyangan campuran hingga homogen
 Penambahan 2 mL KMnO4
 Pencatatan waktu sampai terjadi perubahan
warna
 Pengamatan
 Ulangi percobaan sebanyak 3 kali

Hasil

 Erlenmeyer 2

20 mL H2C2O4 + 2 mL Akuades
Erlenmeyer 50 mL

 Penyiapan buret yang berisi H2C2O4 0,7 M


 Penggoyangan campuran hingga homogen
 Penambahan 2 mL KMnO4
 Pencatatan waktu sampai terjadi perubahan
warna
 Pengamatan
 Ulangi percobaan sebanyak 2-3 kali

Hasil
 Erlenmeyer 3

10 mL H2C2O4 + 10 mL Akuades
Erlenmeyer 50 mL

 Penyiapan buret yang berisi akuades


 Penggoyangan campuran hingga homogen
 Penambahan 4 mL KMnO4
 Pencatatan waktu sampai terjadi perubahan
warna
Hasil
 Pengam
Hasil atan
 Ulangi
percobaan sebanyak 2-3 kali
IV. DATA PENGAMATAN

4.1 Logam Mg dengan HCL

HCL Pita Mg Pengulangan 1 Pengulangan 2 Keterangan


(M) (cm) t(s) t(s)
2,0 0,5 43 34
1,8 0,5 56 43
1,6 0,5 67 70 Muncul
1,4 0,5 81 90 gelembung
1,2 0,5 105 108 gas H2
1,0 0,5 158 141
0,8 0,5 230 238
0,6 0,5 493 491

4.2 Reaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat

Erlenmeyer H2C2O4 KMnO4 H2O t(s) t rata


(ml) (ml) (ml) rata
10 2 12 261
1 10 2 12 278 253,33
10 2 12 221
20 2 2 165
2 20 2 2 170 168,67
20 2 2 171
10 4 10 220
3 10 4 10 261 257,67
10 4 10 292
V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Reaksi Kimia 1 : Kinetika Kimia”.
Yang bertujuan untuk mampiu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia dan mampu
menentukan laju dan orde reaksi. Percobaan kali ini menggunakan prinsip mekanisme
suatu reaksi kimia dan metodenya adalah metode pencampuran , pengenceran dan
titrasi.
5.1 Kinetika reaksi logam Mg dengan HCL
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari
konsentrasi HCL terhadap Mg. Percobaan dilakukan dengan memotong pita
Mg sama panjang, kemudian membuat larutan HCL yang lebih encer dan
bervariasi. Fungsi HCL yang bervariasi adalah untuk mengetahui
bagaimanapengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi dengan logam Mg.
Kemudian tuangkan masing-masing HCL encer kedalam gelas beker yang
berbeda. Setelah itu tambahkan logam Mg masing-masing 1 potong kedalam
gelas beker ayng berisi HCL. Kemudian mencatat waktu reaksi yg terjadi
antara HCL dengan Mg persis saat logam Mg dicelupkan. Kemudian ulangi
percobaan ini sebanyak 2 kali agar didapatkan hasil yang lebih akurat.

Persamaan reaksi yang terjadi :

2HCl(aq) + Mg(s) → MgCl2 (aq) + H2 (g)

0 +2
Oksidasi
+1 0
Reduksi
( Rosenberg, 1989 )

Setelah logam Mg ditambahkan kedalam larutan HCl, muncul


gelembung-gelembung pada permukaan tabung reaksi dan logam Mg semakin
habis terlarut. Selain itu, warna larutan juga menjadi keruh. Dari peristiwa ini,
maka dapat disimpulkan bahwa reaksi yang terjadi adalahreaksi pembentukan
gas. Melalui persamaan reaksi diatas, dapat diketahui bahwa gelembung-
gelembung yang muncul adalah berasal dari gas H2. Selain itu terjadi juga
reaksi redoks dimana logam Mg akan teroksidasi menjadi MgCl2. Logam Mg
yang semula biloksnya bernilai nol, menjadi +2 dan atom H yang berada pada
HCL yang semula biloksnya +1 akan tereduksi menjadi H 2 yang biloksnya
bernilai nol.

Grafik Log [HCl] vs log 1/t


0
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4
-0.5

-1

-1.5
f(x) = 2.01 x − 2.21
R² = 0.99 -2

-2.5

-3

Berdasarkan grafik, apabila semakin besar konsentrasiHCl,makawaktu


yang dibutuhkan untuk logam Mg bereaksi dengan HCl pun semakin
cepat, begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan semakin banyak zat yang
dapat bertumbukan apabila konsentrasi HCl lebih besar. Didapatkan
persamaan linier y = 2,0137x – 2,2067, dengan nilai R2 = 0,9934. Nilai R2
menandakan keakuratan hasil perhitungan grafik. Nilai R2 mendekati angka 1 maka
persamaan dan grafik yang dihasilkan akurat.

5.3 Kinetika reaksi ion permanganate dengan asam oksalat

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan tingkat reaksi


asam okslat dengan KMnO4. Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah titrasi asam basa dan prinsip percobaan yang digunakan adalah
mekanisme suatu reaksi kimia
Percobaan dilakukan dengan membuat larutan asam oksalat terlebih
dahulu dimana larutan asam oksalat akan dibuat variasi dengan 3 variasi
konsentrasi asam oksalat. Variasi dibuat agar dapat mengetahui pengaruh
konsentrasi terhadap suatu mekanisme reaksi. Semua variasi tadi dimasukan
ke dalam masing-masing Erlenmeyer yang berbeda dan jangan lupa untuk
menggojog larutan agar menjadi homogen. Selanjutnya, memasukkan KMnO4
kedalam Erlenmeyer yang berisi asam oksalat dengan konsentrasi yang
berbeda. Penambahan KMnO4 agar ion permanganate dalam KMnO4 dapat
tereduksi ketika bereaksi dengan asam oksalat Selanjutnya mencatat waktu
yang diperlukan untuk seluruh asam oksalat dan KMnO4 dapat bereaksi.
Penghitungan dilakukan tepat setelah KMnO4 dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Ulangi percobaan ini sebanyak 3 kali agar didapatkan hasil
yang lebih akurat.

Reaksi yang terjadi :

3H2C2O4(l) + 2K+ + 2 MnO4-(l) → 6 CO2 (g) + 2K+ + 2OH-(l) + 2H2(g) + 2 MnO2(aq)

+3 +4
Oksidasi

+7 +4
Reduksi
(Rosenberg, 1989)

Hasilnya, larutan asam oksalat yang semula bening akan berubah


menjadi ungu, kemudian lama kelamaan akan menjadi kuning kecoklatan
setelah digojog. Penggojogan dilakukan agar semakin banyak molekul yang
bertumbukan dan reaksi semakin cepat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi
redoks dimana ion permanganate yang semula nilai biloksnya +7 akan
tereduksi menjadi MnO2 yang biloksnya +4. Lalu untuk atom C yang ada di
asam oksalat semula biloksnya bernilai +3 akan teroksidasi menjadi CO 2 yang
biloks C nya menjadi +4. Keadaan ion permanganate yang belum tereduksi
berwarna ungu, sedangkan kalau sudah tereduksi, maka akan berubah menjadi
kuning kecoklatan. Inilah penyebab dari warna larutan yang berubah.

Berikut adalah grafik dari log [H2C2O4] vs log 1/t

Grafik log [H2C2O4] vs log 1/t


-2.1
-0.55 -0.5 -0.45 -0.4 -0.35 -0.3 -0.25 -0.2 -0.15
-2.15
-2.2

f(x) = 0.63 x − 2.11 -2.25


-2.3
-2.35
-2.4
-2.45

Berdasarkan perhitungan metode grafik, didapatkan persamaan linier


y = 2,3028x – 1,788

Berikut adalah grafik dari log [KMnO4] vs log 1/t

Grafik log [KMnO4]


vs log 1/t (y)
-2.1
-1.9 -1.8 -1.7 -1.6 -1.5 -1.4 -1.3 -1.2
-2.15

-2.2

f(x) = 0.33 x − 1.8 -2.25

-2.3

-2.35

-2.4

-2.45

Berdasarkan perhitungan metode grafik, didapatkan persamaan linier y = 1,1909x


-0,6783
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa konsentrasi sangat berpenagruh
terhadap waktu reaksi. Ssemakin besar konsentrasinya, maka semakin cepat
pula waktu yang diperlukan untuk mengubah warna larutan menjadi kuning
kecoklatan

HIPOTESIS

Pada dasarnya percobaan kinetika kimia bertujuan untuk menjelaskan tanda-tanda


reaksi kimia serta mampu menentukan laju dan orde reaksi sehingga ada beberapa
factor yang mempengaruhi laju reaksi pada praktikum ini, diantaranya:
• Pada percobaan ke-1 Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl Adanya variasi
konsentrasi HCl yang digunakan untuk melarutkan pita Mg berpengaruh pada
lamanya waktu pita Mg bereaksi larut di dalam HCl. Semakin besar konsentrasi HCl,
maka semakin cepat pita Mg bereaksi dan dapat larut.
• Pada percobaan ke-2 Kinetika Reaksi ion Permanganat dengan Asam
OksalatAdanya variasi volume pada KMNO4 dan H2C2O4 untuk mengetahui
adanya pengaruh konsentrasi pada laju reaksi, sebab semakin besar volume , semakin
besar juga konsentrasi maka laju reaksi semakin cepat.
VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

 Dapat dijelaskan tanda-tanda terjadinya reaksi kimia yaitu adanya perubahan-


perubahan yang terjadi di dalam specimen seperti pada percobaan kali ini
tanda-tandanya yaitu munculnya gelembung gas dan tejadi perubahan warna
larutan
 Setelah melakukan percobaan, dapat ditentukan laju reaksi dan orde reaksinya

6.2 Saran
 larutan HCL bisa diganti dengan HBr
 Dapat menggunakan percobaan Pb(CH3COO)2 direaksikan dengan HCl untuk
lebih mengenal orde reaksi dan laju reaksi
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W., 1996. Kimia Fisik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Bird,T., 1987, “Kimia untuk Universitas”, Gramedia , Jakarta.

Brocks. 1959. Kimia Dasar Jilid I. Erlangga : Jakarta

HAM, Mulyono. 2001. Ilmu kimia jilid 2 untuk kelas 2 SMU/MA. Bandung:
Acarya Media Utama.

Hill, J.W., & Petrucci, R.H., (2002), General chemistry: An integrated approach, 3rd
edition, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Keenan, Charles, W. 1992. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta

Kirk, K. E., dan Orthmer, D. F. 1981. Encyclopedia of Chemical Technology 3rd


Edition. John Willey and Sons, Inc : New York

Massel, R. I. 2001. Chemical Kinetics and Catalysis. John Willey & Sons Inc. Pub

Miller. 1987. Chemistry A Basic Introduction 4th edition. Wasorth Publishing


Company: California

Oxtoby, David W. dkk, Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Ed. Ke4. Jilid. 1, Jakarta:
Erlangga, 2001

Perry, R. H. and Green, D.W., 1997, Perry’s Chemical Engineers Handbook , 7th

Edition. McGraww-Hill Book Company : New York

Petrucci, Ralph, H. 1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga : Jakarta

Petrucci, Ralph, H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat.
Erlangga : Jakarta

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. UGM Press : Yogyakarta

Syukri.1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB


Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT. Kalman
Media Pustaka : Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 07 Maret 2021

Mengetahui,

Asisten Praktikan

(Shalsabila Jihan R) (Ali Musa)

24030118130060 24030120130077
LAMPIRAN PERHITUNGAN

M1 . V1 = M2 . V2

2,0 . V1 = 1,8 . 50

V1 = 1,8 x 50

2,0

= 45 ml

M1 .V1 = M2 .V2

2,0 . V1 = 1,6 . 50

V1 = 1,6 x 50

2,0

= 40 ml

M1 .V1 = M2 . V2

2,0 . V1 = 1,4 . 50

V1 = 1,4 x 50

2,0

= 35 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2,0 . V1 = 1,2 . 50

V1 = 1,2 x 50

2,0

= 30 ml
M1 . V1 = M2 . V2

2,0 . V1 = 1,0 . 50

V1 = 1,0 x 50

2,0

= 25 ml

M1 . V1 = M2 .V2

2,0 . V1 = 0,8 . 50

V1 = 0,8 x 50

2,0

= 20 ml

M1 . V1 = M2 .V2

2,0 . V1 = 0,6 . 50

V1 = 0,6 x 50

2,0

= 15 ml

pengukuran [HCl] log [HCl] log 1/t


ke- M 1/t (x) (y) x.y x2
0,0259740 - 0,09061
1 2 3 0,30103 1,58546 -0,47727 9
0,0202020 0,2552725 - 0,06516
2 1,8 2 1 1,69461 -0,43259 4
0,0145985 0,2041199 - 0,04166
3 1,6 4 8 1,83569 -0,3747 5
0,0116959 0,1461280 - 0,02135
4 1,4 1 4 1,93197 -0,28231 3
5 1,2 0,0093896 0,0791812 - -0,16053 0,00627
7 5 2,02735
0,0066889 -
6 1 6 0 2,17464 0 0
- 0,22960 0,00939
7 0,8 0,0042735 -0,09691 2,36922 1 2
0,0020325 - 0,59720 0,04921
8 0,6 2 -0,2218487 2,69197 9 7
0,0948551 -
jumlah 10,4 5 0,666973 16,3109 -0,90059 0,28368

n ∑ x . y−∑ x. ∑ y
m = n ∑ x 2 −(∑ x)2

= 8(-0,90059) – (0,666973)( -16,3109)

8(0,28368)-( 0,666973)2

= -7,20472 + 10,87892991

2,26944 - 0,4448529827

= 3,67420991

1,8245870173

= 2,013

y = mx + c

y = 2,013 x + c

-2,03886 = 2,013 (0,0833372) + c

c = -2,03886 – 0,1677577836

c = -2,2066177836

maka persamaannya menjadi y = 2,013 x – 2,2066177836


Nilai K

V = k[A]m [B]n

Log 1/t = log k + m log [A] + n log [B]

log 1/t = log k + m log [A]

-2,03886= log k + 2,013 log [1,3]

-2,03886= log k + 2,013 (0,113943)

-2,03886= log k + 0,229367259

Log k = - 0,229367259 -2,03886

Log k = -2,268227259

k = 5,39228 x 10-3

Laju Reaksi

V = k [HCl]m

= 5,39228 x 10-3 [HCl]2

= 5,683442009 x 10-3 [1,3]2

pengukura log log 1/t log


n ke- [HCl] M 1/t [HCl] (x) (y) x.y x2 [HCl]2 [HCl]2
0,02597
1 2 4 0,30103 -1,58546 -0,47727 0,090619 4 0,60206
0,02020
2 1,8 2 0,255273 -1,69461 -0,43259 0,065164 3,24 0,510545
0,01459
3 1,6 9 0,20412 -1,83569 -0,3747 0,041665 2,56 0,40824
0,01169
4 1,4 6 0,146128 -1,93197 -0,28231 0,021353 1,96 0,292256
5 1,2 0,00939 0,079181 -2,02735 -0,16053 0,00627 1,44 0,158362
0,00668
6 1 9 0 -2,17464 0 0 1 0
7 0,8 0,00427 -0,09691 -2,36922 0,22960 0,009392 0,64 -0,19382
4 1
0,00203 0,59720
8 0,6 3 -0,22185 -2,69197 9 0,049217 0,36 -0,4437
0,09485
jumlah 10,4 5 0,666973 -16,3109 -0,90059 0,28368 15,2 1,333946
= 9,60502 x 10-3

2. Kinetika reaksi ion permanganat dengan asam oksalat

M1 adalah [H2C2O4] mula-mula yaitu 0,7 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,7 . 10 = M2 . 22

7
M2 = 22

= 0,32 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,7 . 20 = M2 . 22

14
M2 = 22

= 0,64 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,7 . 10 = M2 . 20

7
M2 = 20
= 0,35 M

log
H2C2O4 H2C2O4
pengukuran (M) 1/t (x) log 1/t (y) x.y x2
1,18986
0,24487
9
1 0,32 0,00394 -0,49485 -2,40450 7
0,43176 0,03756
2 0,64 0,00592 -0,19382 -2,22768 9 6
1,09932
0,20787
9
3 0,35 0,00388 -0,455932 -2,41117 4
2,72096
0,49031
0,01374 6
jumlah 1,31 -1,144602 -7,04335 7

n ∑ x . y−∑ x. ∑ y
m = n ∑ x 2 −(∑ x)2

= 3(2,720966) – (-1,144602)( -7,04335)

3(0,490317)-( -1,144602)2

= 8,162898 – 8,061832497

1,470951 – 1,310113738

= 0,101065503

0,160837262

= 0,628

y = mx + c

y = 0,628 x + c
-2,34778 = 0,628 (-0,38153) + c
c = -2,34778 + 0,23960084

c = -2,10817916

maka persamaannya menjadi y = 0,628 x – 2,10817916

Nilai K

V = k[A]m [B]n

Log 1/t = log k + m log [A] + n log [B]

Log 1/t = log k + m log[A]

-2,34778 = log k + 0,628 log [0,437]

-2,34778 = log k + 0,628 (-0,359519)

-2,34778 = log k – 0,225777932

Log k = 0,225777932 - 2,34778

Log k = -2,122002068

k = 7,55089 x 10-3

M1 adalah [KMnO4] mula-mula yaitu 0,1 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,1 . 2 = M2 . 14

0,2
M2 = 14

= 0,014 M

M1 . V1 = M2 . V2
0,1 . 2 = M2 . 4

0,2
M2 = 4

= 0,05 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,1 . 2 = M2 . 14

0,2
M2 = 14

= 0,014 M

log
[KMnO4]
[KMnO4] log 1/t
(M)
pengukuran 1/t x (y) x.y x2
0,00394 -2,4045 4,457642
0,014 -1,853872 3,436841
0,05 0,00592 -1,30103 -2,22768 2,898276 1,692679
0,00388 -2,41117 4,469997
0,014 -1,853872 3,436841
0,01374 -7,04335 11,82592
jumlah 0,078 -5,008774 8,566362
n ∑ x . y−∑ x. ∑ y
m = n ∑ x 2 −(∑ x)2

= 3(11,82592) – (-5,008774)( -7,04335)

3(8,566362)-( -5,008774)2

= 35,47776 – 35,27854835

25,699086 – 25,08781698

= 0,198905165
0,61126902

= 0,325

y = mx + c

y = 0,325 x + c

-2,34778 = 0,325 (-1,66959) + c


c = -2,34778 + 0,54261675

c = -1,80516325

maka persamaannya menjadi y = 0,325 x – 1,80516325

Nilai K

V = k[A]m [B]n

Log 1/t = log k + m log [A] + n log [B]

Log 1/t = log k + m log [A]

-2,34778 = log k + 0,325 log [0,026]

-2,34778 = log k + 0,325 (-1,58503)

-2,34778 = log k – 0,51513475

Log k = 0,51513475 - 2,34778

Log k = -1,83264525

k = 1,47013 x 10-3

Anda mungkin juga menyukai