Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


MATA PRAKTIKUM PERCOBAAN IV
ANALISIS GRAVIMETRI

Praktikan : Syaira Adelia Putri

NIM : 24030120140115

Hari Praktikum : Rabu

Tanggal Praktikum : 20 Oktober 2021

Asisten : Dandy Andhika F.

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Percobaan 4 : Analisis
Gravimetri” dengan tujuan memahami prosedur, syarat, dan aplikasi metoda
Gravimetri pada penerapan teknik analisis serta menentukan kandungan logam
dalam suatu senyawa kimia seperti Cu dalam Tembaga sulfat pentahidrat dan Fe
sebagai Fe(III) oksida. Prinsip percobaan yang digunakan yakni reaksi redoks.
Reaksi Reduksi-Oksidasi ialah reaksi ketika bilangan oksidasi mengalami
perubahan. Reduksi ialah ketika zat melepas elektron, sedangkan oksidasi ialah
ketika zat mendapatkan elektron. Zat yang melakukan oksidasi disebut reduktor,
sedangkan zat yang melakukan reduksi disebut oksidator (Sandya 1995). Metode
percobaan yang digunakan yakni pengendapan dan penguapan. Pada metode
pengendapan dilakukan penetapan zat dengan mengukur kadarnya, lalu dilakukan
pelarutan dan dilakukan pengendapan dengan bantuan pereaksi tertentu.
Pengendapan dapat terjadi apabila nilai Qc lebih besar dari Ksp serta pada metode
penguapan dilakukan penetapan zat dengan cara penguapan dengan pemanasan
(Khopkar 1990). Hasil yang diperoleh pada penentuan kadar Cu yakni diperoleh
endapan kering berwarna kemerahan serta timbul uap. Massa nyata dari endapan
Cu yakni 0,471 gram. Juga di dapatkan massa Cu teoritis sebesar 0,508368 gram
dan rendemen persentasenya sebesar 92,64%. Hasil yang diperoleh pada
penentuan besi sebagai besi (III) oksida yakni endapan Fe yang diperoleh
berwarna cokelat kemerahan. Massa nyata Fe2O3 yakni 0,23 gram. Juga diperoleh
massa Fe2O3 teoritis sebesar 0,32 gram dan rendemen persentasenya sebesar
71,8%.
Keywords : Analisis Gravimetri. Redoks, Pengendapan, Penguapan
.
PERCOBAAN 4
ANALISIS GRAVIMETRI
I. Tujuan
I.1. Memahami prosedur, syarat, dan aplikasi metoda Gravimetri pada
penerapan teknik analisis.
I.2. Menentukan kandungan logam dalam suatu senyawa kimia seperti
Cu dalam Tembaga sulfat pentahidrat dan Fe sebagai Fe(III) oksida
II. Tinjauan Pustaka
II.1. Pengertian Analisis Gravimetri
Analisis gravimetri merupakan analisis kuantitatif yang
memiliki tujuan mengetahui jumlah suatu zat dengan mereaksikan
analit dengan hasil reaksi kemudian dilakukan penimbangan agar
dapat diperoleh jumlah zat yang diperlukan (Harjadi 1986).
II.2. Metode-metode Analisis Gravimetri
Berikut metode-metode analisis gravimetri :
1. Metode Pengendapan

Pada metode ini dilakukan penetapan zat dengan mengukur


kadarnya, lalu dilakukan pelarutan dan dilakukan pengendapan
dengan bantuan pereaksi tertentu. Pengendapan dapat terjadi
apabila nilai Qc lebih besar dari Ksp.

2. Metode Evaporasi
Pada metode ini dilakukan penetapan zat dengan cara
penguapan dengan pemanasan.
3. Metode Penyaringan
Pada metode ini dilakukan penetapan zat dengan
menggunakan pelarut spesifik kemudian residu yang didapatkan
diuapkan sampai diperoleh massa tetap.
4. Metode Elektrogravimetri
Elektrogravimetri merupakan sebuah metode untuk
menentukan jumlah atau kadar ion atau sebuah unsur
berdasarkan besar massa endapan zat yang terdapat pada
elektroda.
(Khopkar 1990)
II.3. Stoikiometri Analisis Gravimetri
Dalam analisis gravimetri, pengukuran endapan serta
perhitungan persentase analit menggunakan rumus :
bobot A
%Analit = x 100%
bobot sampel
Bobot A diperoleh dari bobot P x factor gravimetri, sehingga :
bobot P x faktor gravimetri
%A =
bobot sampel
(Day & Underwood 1999)
II.4. Pengertian Ksp

Hasil kali kelarutan dapat ditulisan sebagai berikut :

Ks = [Am+]vA x [Bn-]vB

Hal tersebut menunjukkan bahwa pada larutan yang jenuh


sebuah elektrolit akan sukar larut dan hasil kali dari konsentrasi ion
pembentuk pada setiap temperatur selalu konstan. Dengan
memangkatkan konsentrasi ion sebanyak jumlah ion yang
berhubungan dan diperoleh dari disosiasi elektrolit (Svehla 1985).

II.5. Proses Pengendapan

Reaksi pengendapan adalah proses dimana larutan mengalami


kesetimbangan yang membentuk zat tidak larut atau berupa
endapan.

Contoh reaksi :

AgNO 3(aq) + KCl (aq ) → AgCl (s) + KNO 3(aq)

(Petrucci 1985)
II.6. Pencucian Endapan
Pencucian endapan dilakukan agar kemurnian endapan
dapat ditingkatkan. Pencucian dilaksanakan beberapa kali sampai
jumlah zat pengotor berkurang sehingga zat kontaminan pada
endapan sedikit (Khopkar 1990).

II.7. Pembakaran Endapan


Pembakaran endapan dilakukan dengan tujuan untuk
meminimalisir kandungan air dalam endapan sehingga dapat
diperoleh endapan yang murni (Widyabudinngsih & Widiastuti
2015).
II.8. Reaksi Redoks

Reaksi Reduksi-Oksidasi ialah reaksi ketika bilangan


oksidasi mengalami perubahan. Reduksi ialah ketika zat melepas
elektron, sedangkan oksidasi ialah ketika zat mendapatkan
elektron. Zat yang melakukan oksidasi disebut reduktor, sedangkan
zat yang melakukan reduksi disebut oksidator.

Contoh reaksi :

Zn → Zn2+¿¿ + 2e (Zn melakukan oksidasi)

Cu2+¿ ¿ + 2e → Cu (Cu melakukan reduksi)

Zn + Cu2+¿ ¿ → Zn2+¿¿ + Cu (mengalami reaksi redoks)

(Sandya 1995)
II.9. Analisa Bahan
2.9.1. CuSO4.5H2O
Sifat Fisik :
 Memiliki berat molekul sebesar 249,6 g/mol
 Berwujud pada dan warnanya biru tanpa bau
 Titik lebur pada suhu 147℃
 Densitas sebeear 2,284 g/cm3 pada suhu 20℃
Sifat Kimia :

 Stabil pada temperatur ruang


 Apabila bereaksi dengan oksidator kuat, magnesium dan
hydroxylamine akan bereaksi secara eksotermis
 Bersifat toxic akut
(Smart-Lab 2019a)
2.9.2. Besi (III) ammonium sulfat
Sifat Fisika :
 Memiliki berat molekul sebesar 428,19 g/mol
 Berwujud kristal berwarna ungu
 Titik leleh pada rentang suhu 39-41℃

Sifat Kimia :

 Stabil pada temperatur ruang


 Tidak dapat direaksikan dengan senyawa oksidator kuat
 Akan menghasilkan produk dekomposisi yang berbahaya
apabila direaksikan dengan NOx, sulphur oxide dan iron
oxide
(Smart-Lab 2017)
2.9.3. HCl encer
Sifat Fisika :
 Memiliki nerat molekul sebesar 36,46 g/mol
 Berwujud cair tanpa warna dan bau
 pH sbeesar 1,2 pada suhu 20℃
 Memiliki densitas sebesar 1,00 g/cm3

Sifat Kimia :

 Stabil apda temperatur ruang


 Jika bereaksi dengan logam akan menimbulkan gas
berbahaya
(Smart-Lab 2017)
2.9.4. H2SO4 1 M
Sifat Fisik :
 Memiliki berat molekul sebesar 98,08 g/mol
 Berwujud cair tanpa warna
 Titik lebur -20℃
 Densitas sebesar 1,84 g/cm3 pada suhu 20℃

Sifat Kimia :

 Bersifat korosif terhadap logam


 Bersifat korosif terhadap kulit
 Merupakan zat pengoksidasi yang kuat
 Stabil pada temperatur ruang

(Smart-Lab 2017)

2.9.5. Aquades

Sifat Fisik :

 Memiliki berat molekul sebesar 18,02 g/mol


 Berwujud cair tanpa warna dan bau
 Titik lebur pada suhu 0℃
 Titik didih pada suhu 100℃
 Densitas sebesar 1,00 g/cm3 pada suhu 20℃
(Smart-Lab 2017)

Sifat Kimia :

 Memiliki nilai kalor penguapan yang cukup tinggi


 Tersusun oleh satu oksigen dan dua atom hydrogen yang
terhubung oleh ikatan kovalen serta berperan sebagai
pelarut universal
(Schroeder 1977)
2.9.6. HNO3 pekat
Sifat Fisik :
 Memiliki berat molekul sebesar 63,01 g/mol
 Berwujud cair tanpa warna
 Titik lebur -41℃
 Titik didih pada temperatur 122℃
 Densitas sebesar 1,41 g/cm3 pada suhu 20℃

Sifat Kimia :

 Memiliki sifat korosif


 Termasuk zat pengoksidasi yang kuat
 Stabil pada temperatur ruang
 Mudah meledak apabila bereaksi dengan aseton, aniline,
alcohol
(Smart-Lab 2017)
2.9.7. Aseton
Sifat Fisik :
 Mempunyai berat molekul sebesar 58,08 g/mol
 Berwujud cair tanpa warna
 Titik lebur pada suhu -95,4℃
 Titik didih pada suhu 56,2 ℃
 Densitas 0,79 g/cm3 pada suhu 20℃

Sifat Kimia :

 Campuran yang timbul dari uap aseton mudah meledak


 Stabil pada temperatur ruang
 Akan berekasi secara eksotermik dengan Bromin, logam
basa, oksiklorida fosfor
(Smart-Lab 2017b)
2.9.8. Zn
Sifat Fisika :
 Memiliki berat molekul sebesar 65,39 g/mol
 Berwujud padat berwarna abu-abu metalik
 Titik lebur pada suhu 420℃
 Titik didih pada suhu 908 ℃
 Memiliki densitas sebesar 7,14 g/cm3 pada 20℃

Sifat Kimia :

 Stabil pada temperatur ruang


 Apabila direaksikan dengan senyawa halogen akan terjadi
reaksi secara eksotermik
 Apabila direaksikan dengan azides, ammonium, chlorates
akan terjadi ledakan

(Smart-Lab 2019)
III. Metodologi Percobaan
III.1. Alat
1. Neraca listrik
2. Botol penyimpanan
3. Gelas ukur
4. Gelas beker
5. Corong gelas
6. Kertas saring
7. Pipet volume
8. Pipet tetes
9. Pengaduk
10. Pemanas
III.2. Bahan
1. CuSO4.5H2O
2. Besi (III) ammonium sulfat
3. HCl encer
4. H2SO4 1 M
5. Aquades
6. HNO3 pekat
7. Aseton
8. Zn
III.3. Skema Kerja
3.3.1. Penentuan Cu dalam CuSO4.5H2O

2 gram CuSO4.5H2O
Gelas Beker

- Penambahan 50 ml H2SO4 1M
- Pemanasan perlahan
- Pengadukan

Larutan CuSO4.5H2O
Gelas Beker

- Penambahan 1,2 gram logam Zn


- Penutupan dengan kaca arloji
- Pengadukan tiap beberapa menit
- Pengamatan

Larutan menjadi bening


Gelas Beker

- Penambahan 2 ml HCl
- Pengadukan dan pemanasan
- Pendekatiran

Logam Cu Filtrat
Gelas beker

- Pencucian dengan aquades


- Pendekantiran

Filtrat Endapan
Gelas beker

- Pencucian dengan aseton


- Penambahan HCl
- Pendekantiran
- Penguapan
- Penimbangan

Hasil
3.3.2. Menentukan Besi sebagai Besi (III) oksida

0,8 gram FeSO4(NH4)SO4. 6H2O


Gelas Beker

- Penambahan 10 ml HCl (1:1)


- Penambahan 1 ml HNO3 pekat
- Pendidihan

Larutan berwarna kuning jernih


Gelas Beker

- Pengenceran sampai 200 ml


- Pendidihan
- Penambahan NH3 tetes demi tetes
- Penyaringan

Filtrat Endapan
Gelas beker

- Pencucian
- Pengeringan
- Penimbangan

Hasil
IV. Data Pengamatan

No Pengamatan Hasil
.
Penentuan Cu dalam CuSO4.5H2O
Penimbangan CuSO4.5H2O Massa CuSO4.5H2O 2 g
2 g CuSO4.5H2O + 50 mL H2SO4 1M Larutan berwarna biru
(Pemanasan)
+ 1,2 g logam Zn Larutan biru dan timbul
(Penutupan dengan gelas arloji) gelembung, ada endapan
(Pengadukan) kemerahan, lalu larutan
berubah bening
+ 2 mL HCl encer Gelembung menghilang,
(Pengadukan dan pemanasan) larutan bening agak cokelat
kemerahan
Pendekantiran Endapan terpisah dari larutan
1
Pencucian (dengan 25 mL aquades) Endapan berwarna kemerahan
(pengadukan)
(pendekantiran)
Pencucian (dengan 15 mL aseton) Endapan berwarna kemerahan
(pendekantiran)
+ 1 mL HCl Endapan kering berwarna
(pengevaporasi) kemerahan, timbul uap
Penimbangan endapan Massa Cu nyata 0,471 gr
Perhitungan massa Cu teoritis dan Massa Cu teoritis 0,508368 gr,
rendemen rendemen persentase 92,64%
Menentukan besi sebagai besi (III) oksida
0,8 g FeSO4(NH4)SO4.6H2O + 10 mL Larutan berwarna kuning
HCl + 1 mL HNO3 kecokelatan
Pendidihan Larutan menjadi kuning
Pengenceran sampai 200 mL Larutan menjadi kuning jernih
(Pendidihan)
Penambahan NH3 Terbentuk endapan cokelat
Penyaringan Endapan cokelat dan gravimet
2 Pencucian endapan (dengan aquades) bening
Pendekantiran
Pengeringan endapan Endapan kering berwarna
cokelat
Penimbangan endapan Massa Fe2O3 nyata 0,23 gram
Perhitungan massa Fe teoritis dan Massa Fe2O3 teoritis 0,32 gr,
rendemen rendemen persentase 71,8%
V. Hipotesis
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Percobaan 4 :
Analisis Gravimetri” dengan tujuan memahami prosedur, syarat,
dan aplikasi metoda Gravimetri pada penerapan teknik analisis
serta menentukan kandungan logam dalam suatu senyawa kimia
seperti Cu dalam Tembaga sulfat pentahidrat dan Fe sebagai
Fe(III) oksida. Prinsip percobaan yang digunakan yakni reaksi
redoks. Reaksi Reduksi-Oksidasi ialah reaksi ketika bilangan
oksidasi mengalami perubahan. Reduksi ialah ketika zat melepas
elektron, sedangkan oksidasi ialah ketika zat mendapatkan
elektron. Zat yang melakukan oksidasi disebut reduktor, sedangkan
zat yang melakukan reduksi disebut oksidator (Sandya 1995).
Metode percobaan yang digunakan yakni pengendapan dan
penguapan. Pada metode pengendapan dilakukan penetapan zat
dengan mengukur kadarnya, lalu dilakukan pelarutan dan
dilakukan pengendapan dengan bantuan pereaksi tertentu.
Pengendapan dapat terjadi apabila nilai Qc lebih besar dari Ksp
serta pada metode penguapan dilakukan penetapan zat dengan cara
penguapan dengan pemanasan (Khopkar 1990). Hasil yang
mungkin terjadi yakni terbentuk endapan Cu berwarna merah bata
pada CuSO4 dan terbentuk endapan Fe berwarna cokelat
kemerahan.
VI. Pembahasan

Telah dilakukan percobaan dengan judul “Percobaan 4 : Analisis


Gravimetri” dengan tujuan memahami prosedur, syarat, dan aplikasi
metoda Gravimetri pada penerapan teknik analisis serta menentukan
kandungan logam dalam suatu senyawa kimia seperti Cu dalam Tembaga
sulfat pentahidrat dan Fe sebagai Fe(III) oksida. Prinsip percobaan yang
digunakan yakni reaksi redoks. Reaksi Reduksi-Oksidasi ialah reaksi
ketika bilangan oksidasi mengalami perubahan. Reduksi ialah ketika zat
melepas elektron, sedangkan oksidasi ialah ketika zat mendapatkan
elektron. Zat yang melakukan oksidasi disebut reduktor, sedangkan zat
yang melakukan reduksi disebut oksidator(Sandya 1995). Metode
percobaan yang digunakan yakni metode gravimetri cara pengendapan dan
penguapan. Pada metode pengendapan dilakukan penetapan zat dengan
mengukur kadarnya, lalu dilakukan pelarutan dan dilakukan pengendapan
dengan bantuan pereaksi tertentu. Pengendapan dapat terjadi apabila nilai
Qc lebih besar dari Ksp serta pada metode penguapan dilakukan penetapan
zat dengan cara penguapan dengan pemanasan (Khopkar 1990).

VI.1. Penentuan logam Cu dalam CuSO4.5H2O

Telah dilakukan percobaan dengan tujuan menentukan kadar logam Cu


dalam CuSO4.5H2O. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah
metode gravimetri dengan cara penguapan. metode penguapan dilakukan
penetapan zat dengan cara penguapan dengan pemanasan (Khopkar 1990).
Pada percobaan ini digunakan CuSO4.5H2O yang memiliki 5 molekul H2O
yang mana keempat molekul terikat oleh ikatan kovalen koordinasi dan
sisanya terikat oleh ikatan hydrogen dengan H2O kompleks. Berikut
konfigurasi electron dari Cu :

Cu : [Ar] 3d 4s 🡪
29
9 2

3d 4s
Cu : [Ar] 3d 4s 🡪
2+ 9 0

3d 4s

(Svehla 1985)

Langkah yang perlu dilakukan dalam percobaan ini yakni penimbangan


gelas beaker yang digunakan, kemudian menimbang sebanyak 2 gram
CuSO4.5H2O. Kemudian ditambahkan H2SO4 1M ke dalam gelas beaker
dan dilakukan pemanasan secara perlahan. Penambahan H 2SO4 memiliki
tujun untuk mempercepat kelarutan Cu. Sebab H2SO4 termasuk asam kuat
yang korosif terhadap logam sehingga Cu dapat mengalami oksidasi
menjadi Cu2+ (Svehla 1985). Dilakukannya pemanasan agar kecepatan
laju reaksi meningkat, sebab semakin meningkatkan temperatur akan
meningkatkan efektivitas tumbukan antar partikel zat. Pada tahap ini
warna larutannya biru.

Reaksi yang terjadi :

CuSO4. 5H2O(s) + H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + SO2(g) ↑ + H2O(aq)

(Svehla 1985)

Kemudian dilakukan penambahan logam Zn dan penutupan dengan


gelas arloji. Penambahan logam Zn bertujuan untuk merubah ion tembaga
menjadi logam tembaga. Reaksi yang terjadi :

(Svehla 1985)
Reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks. Pada reaksi redoks
tersebut Zn mengalami oksidasi menjadi Zn2+, sedangkan Cu2+ mengalami
reduksi menjadi Cu. Pada reaksi tersebut Zn bertindak sebagai reduktor
karena mengalami oksidasi, sedangkan Cu bertindak sebagai oksidator
karena mengalami reduksi. Proses reduksi yang terjadi disebabkan oleh
nilai potensial reduksi Zn sebesar -0,76V sedangkan nilai potensial reduksi
Cu sebesar +0,34 V. Berdasarkan nilai potensial reduksi dapat diketahui
bahwa nilai potensial reduksi Cu lebih besar dari nilai potensial reduksi Zn
sehingga Cu lebih mudah mengalami reduksi dan Zn yang bertindak
sebagai reduktor dapat mendesak ion Cu2+.
Penggunaan logam Zn dapat diganti dengan logam lain yang memiliki
kesamaan sifat dengan Zn yakni mereduksi ion Cu 2+ menjadi Cu seperti
logam Mg, Fe, Al, dan Sn.
Reaksi :

Mg + CuSO4 ↔ MgSO4 + Cu
0 2+ 2+ 0

reduksi
Fe + CuSO 4 ↔ FeSO4 + Cu
Oksidasi
0 2+ 2+ 0

reduksi
CuSO4 ↔ Al2(SO4)3 + Cu
Al +Oksidasi
0 2+ 6+ 0

reduksi
Sn + CuSO4 ↔ SnSO4 + Cu
Oksidasi
0 2+ 2+ 0

reduksi
(Svehla 1985)
Oksidasi
Setelah penambahan logam Zn larutan dilakukan pengadukan selama
beberapa menit kemudian diamati perubahan yang terjadi. Pengadukan
dilakukan agar efektivitas tumbukan partikel semakin meningkat. Dari
proses ini larutan mengalami perubahan warna menjadi bening. Kemudian
dilakukan penambahan HCl dan dilakukan pengadukan agar homogen dan
pemanasan agar laju reaksi berlangsung cepat. Penambahan HCl bertujuan
agar gas yang dihasilkan selama proses dapat dilepas. Proses pemanasan
dilaksanakan sampai larutan menjadi tanpa warna, tidak terdapat logam Zn
dalam larutan dan timbul endapan merah bata yang menunjukkan adanya
logam Cu yang masih tercampur dengan logam Zn. Setelah itu dilakukan
dekantasi agar larutan dan endapannya dapat terpisah. Endapan yang
diperoleh kemudian dicuci menggunakan aquades agar zat pengotor yang
bersifat polar seperti Cl dan SO42- dapat dihilangkan. Kemudian dilakukan
dekantasi kembali sehingga diperoleh filtrat dan residu.
Residu berupa endapan yang diperoleh kemudian dicuci menggunakan
aseton untuk menghilangkan zat pengotor yang bersifat non polar. Setelah
itu dilakukan penambahan HCl kembali dengan tujuan untuk melepas gas-
gas yang terbentuk sehingga dapat diperoleh kemurnian sampel. Setelah
itu dilakukan pendekantiran, lalu penguapan atau evaporasi dengan tujuan
untuk menguapkan larutan yang masih tersisa agar endapan yang
diperoleh benar-benar murni. Hasil dari penambahan HCl dan penguapan
yakni diperoleh endapan kering berwarna kemerahan serta timbul uap.
Kemudian dilakukan penimbangan. Massa nyata dari endapan Cu yakni
0,471 gram. Juga di dapatkan massa Cu teoritis sebesar 0,508368 gram
dan rendemen persentasenya sebesar 92,64%.

VI.2. Menentukan Besi sebagai Besi (III) Oksida

Telah dilakukan percobaan dengan tujuan menentukan kadar besi


sebagai Besi (III) Oksida dalam Besi (III) ammonium sulfat. Pada
percobaan ini menggunakan metode gravimetri cara pengendapan.
Langkah yang perlu dilakukan yakni sebanyak 0,8 gram Besi (III)
ammonium sulfat dalam gelas beaker ditambahkan HCl dengan
perbandingan 1:1. Tujuan penambahan HCl adalah agar besi (II) terlarut
beserta gas hidrogennya.

Reaksi :

Fe(s) + 2H+ → Fe2+ + H2(g)


Fe(s) + 2HCl(aq) → Fe2+ +2Cl- +H2(g) ↑
(Svehla 1990)

Setelah itu dilakukan penambahan HNO3 pekat dengan tujuan


melarutkan besi (Fe) melalui pembentukan gas nitrogen dan ion besi.
Penambahan HNO3 juga agar Fe mengalami oksidasi menjadi Fe2+.

Reaksi :

Fe(s) + HNO3(aq) 3H+ → Fe3+ +NO(aq) ↑ + 2H2O(aq)

(Svehla 1990)

Setelah itu dilakukan pendidihan hingga diperoleh larutan berwarna


kuning jernih. Kemudian dilakukan pengenceran untuk meningkatkan
volume dan memperkecil konsentrasi. Setelah itu dilakukan pendidihan
dengan tujuan agar terbentuk endapan yang sempurna. Lalu ditambahkan
NH3 tetes demi tetes agar proses pengendapan besi (III) hidroksida
sempurna. Penambahan NH3 bertujuan untuk memperoleh endapan Fe (III)
serta memisahkan Fe dalam wujud endapan merah bata sebagai petunjuk
adanya logam Fe. Sebab penambahan NH3 bertujuan untuk memperoleh
ion OH- yang bereksi dengan Fe2+ dan terbentuk endapan. NH3 dapat
digantikan dengan NaOH karena sama-sama senyawa bersifat basa.
Kemudian dilakukan penyaringan sehingga diperoleh filtrat dan endapan.
Endapan yang diperoleh dicuci dengan aquades agar zat pengotor yang
bersifat polar dapat dihilangkan. Kemudian pencucian dengan aseton
untuk menghilangkan zat pengotor yang bersifat non polar. Setelah itu
dikeringkan dan hasil yang diperoleh ditimbang. Endapan Fe yang
diperoleh berwarna cokelat kemerahan. Massa nyata Fe2O3 yakni 0,23
gram. Juga diperoleh massa Fe2O3 teoritis sebesar 0,32 gram dan rendemen
persentasenya sebesar 71,8%.

Reaksi :

Fe2+ +2OH- → Fe(OH)3

Fe(OH)3 → Fe2O3(s) + 3H2O(aq)

(Svehla 1990)
VII. Penutup
VII.1. Kesimpulan
1. Hasil yang diperoleh pada penentuan kadar Cu yakni diperoleh
endapan kering berwarna kemerahan serta timbul uap. Massa nyata
dari endapan Cu yakni 0,471 gram. Juga di dapatkan massa Cu
teoritis sebesar 0,508368 gram dan rendemen persentasenya
sebesar 92,64%.
2. Hasil yang diperoleh pada penentuan besi sebagai besi (III) oksida
yakni endapan Fe yang diperoleh berwarna cokelat kemerahan.
Massa nyata Fe2O3 yakni 0,23 gram. Juga diperoleh massa Fe2O3
teoritis sebesar 0,32 gram dan rendemen persentasenya sebesar
71,8%.
VII.2. Saran

1. Penggunaan logam Zn dalam penentuan kadar Cu dalam


CuSO4.5H2O dapat digantikan dengan logam lain seperti Mg, Al,
Fe dan Sn
2. NH3 dapat digantikan dengan NaOH karena sama-sama senyawa
bersifat basa
Daftar Pustaka

Day, R.A.; Underwood, L. A. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.


Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Pt. Gramedia.
Khopkar, S. M. 1990. Basic Concepts Of Analytical Chemistry. New Delhi: New
Age International Publishers.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Jilid 1: Prinsip Dan Terapan Modern.
Jakarta: Erlangga.
Sandya. 1995. Kimia Dasar I. Jakarta: Erlangga.
Schroeder, Edward D. 1977. “Water and Wastewater Treatment.” 370.
Smart-Lab, PT. 2017. “LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN :
AMMONIUM FERRIC SULPHATE DODECAHYDRATE (IRON III).”
Smart-Lab, PT. 2017. “LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
ACETONE.”
Smart-Lab, PT. 2017. “LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
AQUADEST.”
Smart-Lab, PT. 2017. “Lembar Data Keselamatan Bahan HCl.” (1907):316–28.
Smart-Lab, PT. 2017. “LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN NITRIC
ACID.”
Smart-Lab, PT. 2017. “LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
SULPHURIC ACID.”
Smart-Lab, PT. 2019. “LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN COPPER
SULPHATE PENTAHYDRATE.”
Smart-Lab, PT. 2019. “Lembar Data Keselamatan Bahan Zinc.”
Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan
Semimikro Edisi Kelima Bagian 1. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro.
5th ed. Jakarta: Media Pustaka.
Widyabudinngsih, Dewi; Widiastuti, Endang. 2015. “STUDI AWAL
PENGAMBILAN KEMBALI ALUMINIUM DARI LIMBAH KEMASAN
SEBAGAI ALUMINA.” Jurnal Fluida 11:40–44.
Lembar Pengesahan

Semarang, 20 Oktober 2021

Mengetahui, Praktikan
Asisten

Dandy Andhika F. Syaira Adelia Putri


NIM 24030118140066 NIM 24030120140115
Lampiran Perhitungan

3. Penentuan logam Cu dalam CuSO4.5H2O


Diketahui :
Massa gelas beaker + endapan =126,359 gram
Massa gelas beaker =125,888 gram
Massa endapan Cu nyata = 0,471 gram
Massa sampel CuSO4.5H2O = 2 gram
Massa Zn = 1,2 gram
BM CuSO4.5H2O = 249,55 g/mol
Ar Cu = 63,546 g/mol
Ar Zn = 65 g/mol
Ditanya : a) Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O ?
b) Persentase rendemen?
Jawab :

Mencari kadar Cu

massaCu nyata
Kadar = x 100%
massa CuSO 4 .5 H 2O
0,471 gram
Kadar = x 100%
2 gram
Kadar = 23,55 %
Mencari Persentase Rendemen Cu
1. Mencari mol masing-masing
massa CuSO 4 .5 H 2O
n CuSO4.5H2O =
BM CuSO 4 .5 H 2 O
2 gram
=
249,55 g /mol
= 0,008 mol

massa Zn
n Zn =
BM Zn
1,2 gram
=
65 g /mol
= 0,018 mol
2. Mencari MRS (Mula-mula, Reaksi, Sisa)
CuSO4.5H2O + Zn(s) → Cu(s) + ZnSO4(aq)
m : 0,008 mol 0,018 mol
r: 0,008 mol 0,008 mol 0,008 mol 0,008 mol
s: 0 0,001 mol 0,008 mol 0,008 mol

3. Mencari massa Cu teoritis


Massa Cu teoritis = mol Cu x Ar Cu
= 0,008 mol x 63,546 g/mol
= 0,508368 gram
4. Mencari % rendemen
Massa Cu nyata
% Rendemen = x 100%
MassaCu teoritis
0,471 gram
= x 100%
0,508368 gram
= 92,64 %
4. Penentuan Besi sebagai Besi (III) Oksida

Diketahui :

Massa kertas saring = 0,38 gram

Massa kertas saring + endapan =0,61 gram gram

Massa endapan Fe2O3 nyata = 0,23 gram

Massa sampel (NH)2Fe(SO4)2. 6H2O = 0,8 gram

BM (NH)2Fe(SO4)2. 6H2O = 392,014 g/mol

BM Fe2O3 = 159,69 G/MOL g/mol

Ar Fe = 56 g/mol

Ditanya : a) Kadar Fe dalam Fe2O3?

b) Persentase rendemen?
Jawab :
1. Kadar Fe dalam Fe2O3
2 x Ar Fe
m Fe = x m Fe2O3
Mr Fe 2 O 3
2 x 56 g /mol
= x 0,23 gram
159.69 g /mol
= 0,1613 gram
m Fe
Kadar Fe dalam Fe2O3 = x 100%
m Fe2 O 3
0,1613 gram
= x 100%
0,23 gram
= 70,13 %
2. Rendemen persentase
BM Fe2 O3
Massa Fe2O3 teoritis = x Massa sampel
BM ( NH ¿ ¿ 4) Fe ¿ ¿ ¿ ¿
159,69 g /mol
= x 0,8 gram
392,014 g /mol
= 0,32 gram
m Fe2 O 3 nyata
% Rendemen = x 100%
m Fe2 O 3 teoritis
0,23 gram
= x 100%
0,32 gram
= 71,8 %

Anda mungkin juga menyukai