NIM : 24030120140115
2. Metode Evaporasi
Pada metode ini dilakukan penetapan zat dengan cara
penguapan dengan pemanasan.
3. Metode Penyaringan
Pada metode ini dilakukan penetapan zat dengan
menggunakan pelarut spesifik kemudian residu yang didapatkan
diuapkan sampai diperoleh massa tetap.
4. Metode Elektrogravimetri
Elektrogravimetri merupakan sebuah metode untuk
menentukan jumlah atau kadar ion atau sebuah unsur
berdasarkan besar massa endapan zat yang terdapat pada
elektroda.
(Khopkar 1990)
II.3. Stoikiometri Analisis Gravimetri
Dalam analisis gravimetri, pengukuran endapan serta
perhitungan persentase analit menggunakan rumus :
bobot A
%Analit = x 100%
bobot sampel
Bobot A diperoleh dari bobot P x factor gravimetri, sehingga :
bobot P x faktor gravimetri
%A =
bobot sampel
(Day & Underwood 1999)
II.4. Pengertian Ksp
Ks = [Am+]vA x [Bn-]vB
Contoh reaksi :
(Petrucci 1985)
II.6. Pencucian Endapan
Pencucian endapan dilakukan agar kemurnian endapan
dapat ditingkatkan. Pencucian dilaksanakan beberapa kali sampai
jumlah zat pengotor berkurang sehingga zat kontaminan pada
endapan sedikit (Khopkar 1990).
Contoh reaksi :
(Sandya 1995)
II.9. Analisa Bahan
2.9.1. CuSO4.5H2O
Sifat Fisik :
Memiliki berat molekul sebesar 249,6 g/mol
Berwujud pada dan warnanya biru tanpa bau
Titik lebur pada suhu 147℃
Densitas sebeear 2,284 g/cm3 pada suhu 20℃
Sifat Kimia :
Sifat Kimia :
Sifat Kimia :
Sifat Kimia :
(Smart-Lab 2017)
2.9.5. Aquades
Sifat Fisik :
Sifat Kimia :
Sifat Kimia :
Sifat Kimia :
Sifat Kimia :
(Smart-Lab 2019)
III. Metodologi Percobaan
III.1. Alat
1. Neraca listrik
2. Botol penyimpanan
3. Gelas ukur
4. Gelas beker
5. Corong gelas
6. Kertas saring
7. Pipet volume
8. Pipet tetes
9. Pengaduk
10. Pemanas
III.2. Bahan
1. CuSO4.5H2O
2. Besi (III) ammonium sulfat
3. HCl encer
4. H2SO4 1 M
5. Aquades
6. HNO3 pekat
7. Aseton
8. Zn
III.3. Skema Kerja
3.3.1. Penentuan Cu dalam CuSO4.5H2O
2 gram CuSO4.5H2O
Gelas Beker
- Penambahan 50 ml H2SO4 1M
- Pemanasan perlahan
- Pengadukan
Larutan CuSO4.5H2O
Gelas Beker
- Penambahan 2 ml HCl
- Pengadukan dan pemanasan
- Pendekatiran
Logam Cu Filtrat
Gelas beker
Filtrat Endapan
Gelas beker
Hasil
3.3.2. Menentukan Besi sebagai Besi (III) oksida
Filtrat Endapan
Gelas beker
- Pencucian
- Pengeringan
- Penimbangan
Hasil
IV. Data Pengamatan
No Pengamatan Hasil
.
Penentuan Cu dalam CuSO4.5H2O
Penimbangan CuSO4.5H2O Massa CuSO4.5H2O 2 g
2 g CuSO4.5H2O + 50 mL H2SO4 1M Larutan berwarna biru
(Pemanasan)
+ 1,2 g logam Zn Larutan biru dan timbul
(Penutupan dengan gelas arloji) gelembung, ada endapan
(Pengadukan) kemerahan, lalu larutan
berubah bening
+ 2 mL HCl encer Gelembung menghilang,
(Pengadukan dan pemanasan) larutan bening agak cokelat
kemerahan
Pendekantiran Endapan terpisah dari larutan
1
Pencucian (dengan 25 mL aquades) Endapan berwarna kemerahan
(pengadukan)
(pendekantiran)
Pencucian (dengan 15 mL aseton) Endapan berwarna kemerahan
(pendekantiran)
+ 1 mL HCl Endapan kering berwarna
(pengevaporasi) kemerahan, timbul uap
Penimbangan endapan Massa Cu nyata 0,471 gr
Perhitungan massa Cu teoritis dan Massa Cu teoritis 0,508368 gr,
rendemen rendemen persentase 92,64%
Menentukan besi sebagai besi (III) oksida
0,8 g FeSO4(NH4)SO4.6H2O + 10 mL Larutan berwarna kuning
HCl + 1 mL HNO3 kecokelatan
Pendidihan Larutan menjadi kuning
Pengenceran sampai 200 mL Larutan menjadi kuning jernih
(Pendidihan)
Penambahan NH3 Terbentuk endapan cokelat
Penyaringan Endapan cokelat dan gravimet
2 Pencucian endapan (dengan aquades) bening
Pendekantiran
Pengeringan endapan Endapan kering berwarna
cokelat
Penimbangan endapan Massa Fe2O3 nyata 0,23 gram
Perhitungan massa Fe teoritis dan Massa Fe2O3 teoritis 0,32 gr,
rendemen rendemen persentase 71,8%
V. Hipotesis
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Percobaan 4 :
Analisis Gravimetri” dengan tujuan memahami prosedur, syarat,
dan aplikasi metoda Gravimetri pada penerapan teknik analisis
serta menentukan kandungan logam dalam suatu senyawa kimia
seperti Cu dalam Tembaga sulfat pentahidrat dan Fe sebagai
Fe(III) oksida. Prinsip percobaan yang digunakan yakni reaksi
redoks. Reaksi Reduksi-Oksidasi ialah reaksi ketika bilangan
oksidasi mengalami perubahan. Reduksi ialah ketika zat melepas
elektron, sedangkan oksidasi ialah ketika zat mendapatkan
elektron. Zat yang melakukan oksidasi disebut reduktor, sedangkan
zat yang melakukan reduksi disebut oksidator (Sandya 1995).
Metode percobaan yang digunakan yakni pengendapan dan
penguapan. Pada metode pengendapan dilakukan penetapan zat
dengan mengukur kadarnya, lalu dilakukan pelarutan dan
dilakukan pengendapan dengan bantuan pereaksi tertentu.
Pengendapan dapat terjadi apabila nilai Qc lebih besar dari Ksp
serta pada metode penguapan dilakukan penetapan zat dengan cara
penguapan dengan pemanasan (Khopkar 1990). Hasil yang
mungkin terjadi yakni terbentuk endapan Cu berwarna merah bata
pada CuSO4 dan terbentuk endapan Fe berwarna cokelat
kemerahan.
VI. Pembahasan
Cu : [Ar] 3d 4s 🡪
29
9 2
3d 4s
Cu : [Ar] 3d 4s 🡪
2+ 9 0
3d 4s
(Svehla 1985)
(Svehla 1985)
(Svehla 1985)
Reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks. Pada reaksi redoks
tersebut Zn mengalami oksidasi menjadi Zn2+, sedangkan Cu2+ mengalami
reduksi menjadi Cu. Pada reaksi tersebut Zn bertindak sebagai reduktor
karena mengalami oksidasi, sedangkan Cu bertindak sebagai oksidator
karena mengalami reduksi. Proses reduksi yang terjadi disebabkan oleh
nilai potensial reduksi Zn sebesar -0,76V sedangkan nilai potensial reduksi
Cu sebesar +0,34 V. Berdasarkan nilai potensial reduksi dapat diketahui
bahwa nilai potensial reduksi Cu lebih besar dari nilai potensial reduksi Zn
sehingga Cu lebih mudah mengalami reduksi dan Zn yang bertindak
sebagai reduktor dapat mendesak ion Cu2+.
Penggunaan logam Zn dapat diganti dengan logam lain yang memiliki
kesamaan sifat dengan Zn yakni mereduksi ion Cu 2+ menjadi Cu seperti
logam Mg, Fe, Al, dan Sn.
Reaksi :
Mg + CuSO4 ↔ MgSO4 + Cu
0 2+ 2+ 0
reduksi
Fe + CuSO 4 ↔ FeSO4 + Cu
Oksidasi
0 2+ 2+ 0
reduksi
CuSO4 ↔ Al2(SO4)3 + Cu
Al +Oksidasi
0 2+ 6+ 0
reduksi
Sn + CuSO4 ↔ SnSO4 + Cu
Oksidasi
0 2+ 2+ 0
reduksi
(Svehla 1985)
Oksidasi
Setelah penambahan logam Zn larutan dilakukan pengadukan selama
beberapa menit kemudian diamati perubahan yang terjadi. Pengadukan
dilakukan agar efektivitas tumbukan partikel semakin meningkat. Dari
proses ini larutan mengalami perubahan warna menjadi bening. Kemudian
dilakukan penambahan HCl dan dilakukan pengadukan agar homogen dan
pemanasan agar laju reaksi berlangsung cepat. Penambahan HCl bertujuan
agar gas yang dihasilkan selama proses dapat dilepas. Proses pemanasan
dilaksanakan sampai larutan menjadi tanpa warna, tidak terdapat logam Zn
dalam larutan dan timbul endapan merah bata yang menunjukkan adanya
logam Cu yang masih tercampur dengan logam Zn. Setelah itu dilakukan
dekantasi agar larutan dan endapannya dapat terpisah. Endapan yang
diperoleh kemudian dicuci menggunakan aquades agar zat pengotor yang
bersifat polar seperti Cl dan SO42- dapat dihilangkan. Kemudian dilakukan
dekantasi kembali sehingga diperoleh filtrat dan residu.
Residu berupa endapan yang diperoleh kemudian dicuci menggunakan
aseton untuk menghilangkan zat pengotor yang bersifat non polar. Setelah
itu dilakukan penambahan HCl kembali dengan tujuan untuk melepas gas-
gas yang terbentuk sehingga dapat diperoleh kemurnian sampel. Setelah
itu dilakukan pendekantiran, lalu penguapan atau evaporasi dengan tujuan
untuk menguapkan larutan yang masih tersisa agar endapan yang
diperoleh benar-benar murni. Hasil dari penambahan HCl dan penguapan
yakni diperoleh endapan kering berwarna kemerahan serta timbul uap.
Kemudian dilakukan penimbangan. Massa nyata dari endapan Cu yakni
0,471 gram. Juga di dapatkan massa Cu teoritis sebesar 0,508368 gram
dan rendemen persentasenya sebesar 92,64%.
Reaksi :
Reaksi :
(Svehla 1990)
Reaksi :
(Svehla 1990)
VII. Penutup
VII.1. Kesimpulan
1. Hasil yang diperoleh pada penentuan kadar Cu yakni diperoleh
endapan kering berwarna kemerahan serta timbul uap. Massa nyata
dari endapan Cu yakni 0,471 gram. Juga di dapatkan massa Cu
teoritis sebesar 0,508368 gram dan rendemen persentasenya
sebesar 92,64%.
2. Hasil yang diperoleh pada penentuan besi sebagai besi (III) oksida
yakni endapan Fe yang diperoleh berwarna cokelat kemerahan.
Massa nyata Fe2O3 yakni 0,23 gram. Juga diperoleh massa Fe2O3
teoritis sebesar 0,32 gram dan rendemen persentasenya sebesar
71,8%.
VII.2. Saran
Mengetahui, Praktikan
Asisten
Mencari kadar Cu
massaCu nyata
Kadar = x 100%
massa CuSO 4 .5 H 2O
0,471 gram
Kadar = x 100%
2 gram
Kadar = 23,55 %
Mencari Persentase Rendemen Cu
1. Mencari mol masing-masing
massa CuSO 4 .5 H 2O
n CuSO4.5H2O =
BM CuSO 4 .5 H 2 O
2 gram
=
249,55 g /mol
= 0,008 mol
massa Zn
n Zn =
BM Zn
1,2 gram
=
65 g /mol
= 0,018 mol
2. Mencari MRS (Mula-mula, Reaksi, Sisa)
CuSO4.5H2O + Zn(s) → Cu(s) + ZnSO4(aq)
m : 0,008 mol 0,018 mol
r: 0,008 mol 0,008 mol 0,008 mol 0,008 mol
s: 0 0,001 mol 0,008 mol 0,008 mol
Diketahui :
Ar Fe = 56 g/mol
b) Persentase rendemen?
Jawab :
1. Kadar Fe dalam Fe2O3
2 x Ar Fe
m Fe = x m Fe2O3
Mr Fe 2 O 3
2 x 56 g /mol
= x 0,23 gram
159.69 g /mol
= 0,1613 gram
m Fe
Kadar Fe dalam Fe2O3 = x 100%
m Fe2 O 3
0,1613 gram
= x 100%
0,23 gram
= 70,13 %
2. Rendemen persentase
BM Fe2 O3
Massa Fe2O3 teoritis = x Massa sampel
BM ( NH ¿ ¿ 4) Fe ¿ ¿ ¿ ¿
159,69 g /mol
= x 0,8 gram
392,014 g /mol
= 0,32 gram
m Fe2 O 3 nyata
% Rendemen = x 100%
m Fe2 O 3 teoritis
0,23 gram
= x 100%
0,32 gram
= 71,8 %