Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH SEMINAR

PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK


MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan air dari sumur sering terkontaminasi senyawa lain seperti
terdapatnya ion logam seperti besi dalam air. Kandungan Fe dan Mn dalam air
menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa
saat kontak dengan udara. Disamping mengganggu kesehatan juga menimbulkan
warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian serta
bau yang tidak sedap. Besi terdapat pada buangan limbah industri dan limbah
domestik. Pada konsentrasi rendah sekitar 1,8 mg/L keberadaan besi dapat
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan pada manusia. Pada konsentrasi yang
lebih besar dapat menyebakan kerusakan pada organ.
Penyisihan logam dalam air umumnya dilakukan menggunakan teknologi
memberan, adsorbsi, ion exchange dan presipitasi. Teknologi lain yang
digunakan adalah dengan ekstraksi fluida pada kondisi superkritikal,
bioremediasi dan oksidasi. Namun kesemua teknologi tersebut pada umumnya
sangat mahal, dan membutuhkan peralatan penunjang dengan teknologi tinggi,
sehingga tidak efektif dilakukan dalam pengolahan air. Metode umum yang
sering digunakan adalah dengan menggunakan proses adsorbsi. Metode ini
mudah dilakukan, efektivitasnya tinggi dan murah. Banyak adsorben yang
digunakan sepeti alumina, karbon aktif, silika gel dan zeolit. Salah satu adsorben
yang digunakan dalam penyisihan logam besi adalah kaolin.
Kaolin merupakan bagian dari mineral alami dari kelompok silika yang
berbentuk kristal dengan struktur berlapis. Kaolin sendiri dikelompokkan dalam
penukar ion anorganik yang secara alami dapat melakukan proses pertukaran ion
yang berasal dari luar dengan adanya pengaruh air. Kaolin merupakan salah satu
jenis silikat yang memiliki kemampuan sebagai adsorben dan kapasitasnya
mencapai 20 kali kemampuan alumina (jenis silikat lain). Beberapa pengaktifan

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100) 1
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

kaolin dapat dilakukan dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan


kaolin dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum
diaktivasi.
Aktivator adalah zat (larutan) yang dapat mengurangi pembentukan pengotor
dan produk samping suatu bahan. HCl dan H2SO4 merupakan salah satu asam
kuat yang dapat digunakan sebagai aktivator kaolin. Penggunaan asam kuat
tersebut untuk menghilangkan oksida-oksida logam dalam kaolin yang menutupi
pori karena sifat asam dapat merusak jaringan sehingga dapat memperbesar pori
pada saat terjadinya adsorpsi.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai
jenis asam kuat terhadap optimalisasi kaolin terhadap penyerapan kandungan zat
besi dalam air sumur.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara kaolin dapat mengurangi kandungan zat besi dalam air
sumur?
2. Bagaimana pengaruh variasi asam kuat,waktu pengambilan sample,dan
kecepatan yang digunakan terhadap optimalisasi kaolin dalam mengurangi
kandungan zat besi dalam air sumur?

1.4 Manfaat Penelitian


1. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi kandungan zat besi yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia khususnya jika dikonsumsi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas air sumur sehingga
dapat aman dikonsumsi masyarakat.

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
2
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

1.5 Tinjauan Pustaka


1.6.1 Adsorbsi
Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan bahan dari suatu komponen gas atau
cair dimana bahan yang akan dipisahkan ditarik oleh permukaan zat padat. Bahan
penyerap berupa zat padat, penyerap hanya dipermukaan zat penyerap. Pada peristiwa
adsorbsi, komponen akan berada di daerah antar muka, tetapi tidak masuk ke dalam
fase. Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat
terjadinya penyerapan disebut adsorben (substrate). Ada dua jenis adsorbsi
berdasarkan penyerapannya, yaitu:

1.6.1.1 Adsorbsi fisika

Adsorbsi jenis ini bersifat reversible, berlangsung secara cepat dengan


penyerapan kalor kecil, interaksi dianggap hanya menghasilkan gaya van der waals
dan terjadi pada semua proses adsorbsi serta berlangsung pada temperature rendah.
Reaksi kesetimbangan dinamis dapat terjadi bila reaksi yang terjadi merupakan reaksi
bolak-balik. Reaksi ditulis dengan dua anak panah yang berlawanan. Reaksi
berlangsung dari dua arah, yaitu dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri, zat hasil
reaksi dapat dikembalikan seperti zat mula-mula. Reaksi tidak pernah berhenti karena
komponen zat tidak pernah habis.

1.6.1.2 Adsorbsi kimia


Adsorpsi yang terjadi karena terbentuknya ikatan kovalen dan ion antara
molekul-molekul adsorbat dengan adsorben. Terjadi dalam bentuk reaksi kimia,
membutuhkan energi aktivasi. Waktu penyerapan lebih lama dari adsorbsi fisika dan
sulit diregenerasi. Pada peristiwa reaksi satu arah, zat-zat hasil reaksi tidak dapat
bereaksi kembali membentuk zat pereaksi. Reaksi berlangsung satu arah dari kiri ke
kanan. Zat hasil reaksi tidak dapat dikembalikan seperti zat mula-mula. Reaksi baru
berhenti apabila salah satu atau semua reaktan habis. Perbedaan antara adsorbsi fisika
dan kimia dapat dilihat pada tabel 1.1. (kipling,1965)

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
3
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Tabel 1.1. Perbedaan Adsorbsi Fisika dan Kimia

Adsorbsi Fisika Adsorbsi Kimia


- Molekul terikat pada adsorben - Molekul terikat pada adsorben
oleh gaya van der Waals oleh ikatan kimia
- Mempunyai entalpi reaksi – 4 - Mempunyai entalpi reaksi – 40
sampai – 40 kJ/mol sampai – 800 kJ/mol
- Dapat membentuk lapisan - Membentuk lapisan monolayer
multilayer - Adsorpsi dapat terjadi pada suhu
- Adsorpsi hanya terjadi pada tinggi
suhu di bawah titik didih - Jumlah adsorpsi pada
adsorbat permukaan merupakan
- Jumlah adsorpsi pada karakteristik adsorben dan
permukaan merupakan fungsi adsorbat
adsorbat - Melibatkan energi aktifasi
- Tidak melibatkan energi aktifasi tertentu
tertentu
- Bersifat tidak spesifik - Bersifat sangat spesifik

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
4
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Gambar 1.1. Adsorpsi

1.6.2 Mekanisme Adsorbsi

Proses adsorbsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan


larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimia dan fisika. Proses
adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat atom/molekul yang
diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Pada proses adsorpsi terbagi menjadi 4
tahap yaitu :

1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan film yang
mengelilingi adsorben.
2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion process).
3. Difusi zat terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben (pore
diffusion process).
4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan
adsorben (proses adsorpsi sebenarnya), (Reynolds, 1982).

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
5
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Operasi dari proses adsorpsi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Proses adsorpsi dilakukan dalam bak dengan sistem pengadukan, dimana


penyerap yang biasanya berbentuk serbuk dibubuhkan, dicampur dan diaduk
dengan air dalam suatu bangunan sehingga terjadi penolakan antara partikel
penyerap dengan fluida.
2. Proses adsorpsi yang dijalankan dalam bejana dengan sistem filtrasi, bejana yang
berisi media penjerap di alirkan air dengan model pengaliran gravitasi. Jenis
media penyerap sering digunakan dalam bentuk bongkahan atau butiran/granular
dan proses adsorpsi biasanya terjadi selama air berada di dalam media penyerap
(Reynold, 1982).

1.6.3 Gaya Van Der Waals

Gaya van der waals merupakan gaya tarik menarik listrik yang relatif lemah
akibat kepolaran molekul yang permanen atau terinduksi (tidak permanen).
Kepolaran permanen terjadi akibat kepolaran ikatan dalam molekulnya, sedangkan
kepolaran tidak permanen terjadi akibat molekulnya terinduksi oleh partikel lain yang
bermuatan sehingga molekul bersifat polar sesaat secara spontan. Akibat adanya
gaya- gaya yang bekerja antara adsorbat dan adsorben menyebabkan proses adsorpsi
dapat terjadi. Adsorpsi ini relatif berlangsung cepat dan bersifat reversible. Adsorbat
yang terikat secara lemah pada permukaan adsorben, dapat bergerak dari suatu bagian
permukaan ke permukaan lain.

1.6.4 Gaya Elektrostatik

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
6
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Gaya elekrostatik merupakan gaya yang diperankan oleh ion antara adsorbat
dan permukaan adsorben. Ion akan terkonsentrasi dipermukaan adsorben sebagai
hasil tarikan elektrostatik ke tempat ion yang bermuatan berlawanan.

1.6.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Adsorbsi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorbsi, yaitu:

1.6.5.1. Agitation (Pengadukan)

Tingkat adsorbsi dikontrol baik oleh difusi film maupun difusi pori,
tergantung pada tingkat pengadukan pada sistem.

1.6.5.2. Karakteristik Adsorban (Karbon Aktif)

Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik penting karbon


aktif sesuai dengan fungsinya sebagai adsorban. Ukuran partikel karbon
mempengaruhi tingkat adsorbsi, tingkat adsorbsi naik dengan adanya penurunan
ukuran partikel. Oleh karena itu adsorbsi menggunakan karbon PAC (Powdered
Acivated Carbon) lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan karbon GAC
(Granular Acivated Carbon). Kapasitas total adsorbsi karbon tergantung pada luas
permukaannya. Ukuran partikel karbon tidak mempengaruhi luas permukaanya. Oleh
sebab itu GAC atau PAC dengan berat yang sama memiliki kapasitas adsorbs yang
sama.

1.6.5.3. Kelarutan Adsorbat

Senyawa terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya


sehingga lebih sulit diadsorbsi dibandingkan senyawa tidak larut.

1.6.5.4. Ukuran Molekul Adsorbat

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
7
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Tingkat adsorbsi pada aliphatic, aldehyde, atau alkohol biasanya naik diikuti
dengan kenaikan ukuran molekul. Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa
gaya tarik antara karbon dan molekul akan semakin besar ketika ukuran molekul
semakin mendekati ukuran pori karbon. Tingkat adsorbsi tertinggi terjadi jika pori
karbon cukup besar untuk dilewati oleh molekul.

1.6.5.5. pH

Asam organik lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbsi


basa organik efektif pada pH tinggi.

1.6.5.6. Temperatur

Tingkat adsorbsi naik diikuti dengan kenaikan temperatur dan turun diikuti
dengan penurunan temperatur. (Benefield, 1982)

1.6.6 Adsorben

Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari
suatu fase fluida. Kebanyakan adsorben adalah bahan – bahan yang sangat berpori
dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding – dinding pori atau pada letak – letak
tertentu didalam partikel

1.6.7 Karakteristik Adsorben

Kemampuan kerja alat menghasilkan suhu yang rendah sangat dipengaruhi oleh
jenis adsorben. Dimana penyerapan adsorben dipengaruhi oleh volume yang dipakai,
dan luas spesifik.

Karakteristik adsorben yang dibutuhkan untuk adsrobsi yang baik :

1.6.7.1. Luas permukaan adsorben. Semakin besar luas permukaan maka semakin
besar pula daya adsorbsinya, karena proses adsorbsi terjadi pada permukaan
adsorben.

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
8
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

1.6.7.2. Tidak ada perubahan volume berarti selama proses adsorbsi dan desorbsi.

1.6.7.3. Kemurnian adsorben. Adsorben yang memiliki tingkat kemurnian tinggi,daya


adsorbsinya lebih baik.

1.6.7.4. Jenis/gugus fungsi atom yang ada pada permukaan adsorben. Sifat-sifat atom
di permukaan berkaitan dengan interaksi molekuler antara adsorba dan adsorben yang
lebih besar pada adsorbat tertentu.

1.6.8 Macam-macam adsorben yang umum digunakan

Untuk proses adsorbsi dan desorpsi ada 3 jenis adsorben yang baisa dipakai yaitu :

1.6.8.1. Silika gel

Silika gel cenderung mengikat adsorbat dengan energi yang relative lebih
kecil dan membutuhkan temperatur yang rendah untuk proses desorpsinya,
dibandingkan jika menggunakan adsorben lain seperti karbon atau zeolit.
Kemampuan desorpsi silika gel meningkat dengan meningkatnya temperatur. Silika
gel terbuat dari silika dengan ikatan kimia mengandung air kurang lebih 5%. Pada
umumnya temperatur kerja silika gel sampai pada 200°C, jika dioperasikan lebih dari
batas temperatur kerjanya maka kandungan air dalam silika gel akan hilang dan
menyebabkan kemampuan adsorpsinya hilang.

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
9
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Gambar 1.2 Gambar silica gel

1.6.8.2. Aktif Karbon

Aktif karbon dapat dibuat dari batu bara, kayu, dan tempurung kelapa melalui
proses pyrolizing dan carburizing pada temperatur 700 sampai 800 °C. Hampir semua
adsorbat dapat diserap oleh karbon aktif kecuali air. Aktif karbon dapat ditemukan
dalam bentuk bubuk dan granular. Pada umumnya karbon aktif dapat mengadsorpsi
metanol atau amonia sampai dengan 30%, bahkan karbon aktif super dapat
mengadsorpsi sampai dua kalinya.

Gambar 1.3. Bentuk Butiran Karbon Aktif


1.6.8.3. Zeolit

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
10
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Zeolit mengandung kristal zeolit yaitu mineral aluminosilicate yang disebut


sebagai penyaring molekul. Mineral aluminosilicate ini terbentuk secara alami. Zeolit
buatan dibuat dan dikembangkan untuk tujuan khusus, diantaranya 4A, 5A, 10X, dan
13X yang memiliki volume rongga antara 0.05 sampai 0.30 cm3 /gram dan dapat
dipanaskan sampai 500 °C tanpa harus kehilangan mampu adsorpsi dan
regenerasinya. Zeolit 4A (NaA) digunakan untuk mengeringkan dan memisahkan
campuran hydrocarbon. Zeolit 5A (CaA) digunakan untuk memisahakan paraffins
dan beberapa Cyclic hydrocarbon. Zeolit 10X (CaX) dan 13X (NaX) memiliki
diameter pori yang lebih besar sehingga dapat mengadsorpsi adsorbat pada umumnya.

Gambar 1.4. Bentuk Butiran Aktif Zeolit


1.6.9 Aktivasi Adsorben

Aktivasi adsorben dapat dilakukan dengan aktivasi fisika maupun kimia.

Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa


organic dengan bantuan panas, uap dan CO2 (Sembiring, dkk, 2003). Metode aktivasi
secara fisika antara lain dengan menggunakan uap air, gas karbon dioksida, oksigen,
dan nitrogen. Gas-gas tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga yang
ada pada arang sehingga memperluas permukaannya, menghilangkan konstituen yang
mudah menguap dan membuang produksi tar atau hidrokarbon-hidrokarbon pengotor
yang ada pada adsorben. Kenaikan temperatur aktivasi pada kisaran 450°C-700°C
dapat meningkatkan luas permukaan spesifik dari adsorben (Raharjo, 1997).

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
11
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa


organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia (Sembiring, dkk, 2003). Aktivasi
secara kimia biasanya menggunakan bahan-bahan pengaktif seperti garam kalsium
klorida (CaCl2), magnesium klorida (MgCl2), seng klorida (ZnCl2), natrium
hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium klorida (NaCl). Bahan-
bahan pengaktif tersebut berfungsi untuk mendegradasi atau penghidrasi molekul
organik selama proses karbonisasi, membatasi pembentukan tar, membantu
dekomposisi senyawa organik pada aktivasi berikutnya, dehidrasi air yang terjebak
dalam rongga-rongga karbon, membantu menghilangkan endapan hidrokarbon yang
dihasilkan saat proses karbonisasi dan melindungi permukaan karbon sehingga
kemungkinan terjadinya oksidasi dapat dikurangi (Manocha, 2003).

1.6.10 Adsorbat

Adsorbat yang biasa digunakan untuk pendinginan adalah air, metanol, dan ammonia.

1.6.10.1. Air

Merupakan adsorbat yang ideal karena memiliki kalor laten spesifik terbesar,
mudah didapat, murah, dan tidak beracun. Air dapat dijadikan pasangan zeolit, dan
silika gel. Tekanan penguapan air yang rendah merupakan keterbatasan air sebagai
adsorbat, sehingga menyebabkan:

- Temperatur penguapan rendah (100 °C), sehingga penggunaan air terbatas hanya
untuk air-conditioning dan chilling.

- Tekanan sistem selalu dibawah tekanan normal (1 atm). Sistem harus memiliki
instalasi yang tidak bocor agar udara tidak masuk.

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
12
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

- Rendahnya tekanan penguapan air menyebabkan rendahnya tekanan proses adsorpsi


di batasi oleh transfer massa.
1.6.10.2. Metanol

Di banyak hal kemampuan atau performa metanol berada diantara air dan
ammonia. Metanol memiliki tekanan penguapan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan air (meskipun pada tekanan 1 atm), sehingga sangat cocok untuk membuat es.
Meskipun demikian pada temperatur lebih dari

120 °C, tekanan menjadi tidak stabil. Untuk temperatur aplikasi lebih dari 200
°C adsorben yang biasa digunakan adalah karbon aktif, silika gel, dan zeolit.

1.6.10.3. Ammonia

Besarnya panas laten spesifik ammonia adalah setengah lebih rendah dari
panas laten spesifik air, pada temperatur 0°C dan memiliki tekanan penguapan yang
tinggi. Ammonia memiliki keuntungan yang ramah lingkungan dan dapat digunakan
sebagai refrigeran sampai -40 °C, dan dapat dipanaskan sampai 200 °C. Kerugian dari
ammonia :

- Beracun, sehingga penggunaannya dibatasi.

- Tidak dapat ditampung pada instalasi yang terbuat dari tembaga atau campurannya

1.6.11 Kaolin

Kaolin merupakan jenis mineral dengan masa batuan yang tersusun dari
bahan-bahan tanah lempung dengan kualitas tinggi, berbentuk serbuk dan berwarna
putih, putih abu-abu, kuning, jingga atau kemerahan. Kaolin mempunyai komposisi
kimia utama aluminium silikat hidrat (2SiO2.Al2O3.2H2O) dengan disertai sejumlah
impuritis lainnya. Mineral yang terdapat didalam kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit,
halloysit, dan lain-lain. Kaolinit merupakan mineral terbesar yang terkandung di
dalam kaolin. Sifat-sifat kaolin antara lain memiliki kekerasan 2– 2,5 mohs, berat

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
13
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

jenis 2,6–2,63 g/ml, berat molekul 258,16 g, plastis, berdaya hantar panas dan listrik
rendah, serta pH bervariasi. Kaolin banyak ditemukan di Indonesia, tersebar di Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bangka dan Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, dan Sulawesi Utara. Kaolin telah banyak digunakan secara luas di Indonesia
dalam berbagai kegiatan industri proses, diantaranya industri keramik, kertas, karet,
kosmetik, plastik dan cat. Menurut Furqon dan Nurjannah (2016), komposisi kimia
kaolin yang berasal dari Belitung disajikan dalam Tabel 1.2. Berdasarkan komposisi
kaolin Belitung pada Tabel 1.2, kaolin dapat digunakan sebagai sumber silika (SiO2)
dan alumina (Al2O3) untuk sintesis ASA (A Corma, 1992) karena memiliki silika
dan alumina dengan persentase tinggi, di mana silika dan alumina merupakan
komponen penyusun ASA.

1.6.12 Aktivasi Kaolin

Kaolin bersifat tidak aktif dan inert, sehingga harus diaktifkan untuk
membentuk fasa kaolin aktif yang mengandung SiO2 dan Al2O3 aktif sebagai bahan
baku sintesis ASA. Dalam sintesis ASA dari kaolin, banyak peneliti menggunakan
cara pengaktifan kaolin melalui kalsinasi pada satu temperatur tertentu dan
mempelajari pengaruh temperatur terhadap hasil sintesis (Feng dkk., 2009;
Mohammed dkk., 2010).

Tabel 1.2 Komposisi Kaolin Belitung


Komposisi Kandungan (%)
SiO2 48,082
Al2O3 36,129
MgO 0,016
Na2O 0,041
K2O 0,329
CaO 0,014
TiO2 0,256
Fe2O3 0,648
Ig-Loss 13,261

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
14
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Proses aktivasi kaolin bertujuan untuk mengaktifkan komponen SiO2 dan


Al2O3 menjadi komponen aktif melalui transformasi fasa kaolin menjadi fasa amorf
yang dapat dihasilkan dengan proses kalsinasi. Metakaolin adalah salah satu produk
hasil kalsinasi kaolin yang terbentuk saat proses berlangsung secara endoterm. Kaolin
dikonversi menjadi metakaolin dengan memutus ikatan pada ruang antar lapis silika
alumina dan melepaskan molekul air. Dekomposisi kaolin dilakukan dengan cara
kalsinasi pada temperatur tinggi untuk mengubah kaolin menjadi fasa amorf
metakaolin melalui proses dehidroksilasi. (Utami, Irawati, 2013)

Perlakuan panas pada kaolin mengakibatkan terjadinya transfromasi struktur


kaolin. Menurut Zheng (2005), Proses transfromasi diawali dengan terjadinya
dehidrasi kaolin pada temperatur kurang dari sama dengan 100oC, dilanjutkan dengan
dehidroksilasi pada temperatur 550–650oC dengan menghasilkan metakaolin
Al2Si2O7. Pada temperatur 900-950oC hidroksil (OH- ) dalam metakaolin terlepas
untuk membentuk fasa spinel dan silika amorf. Pada temperatur 1100 oC, fasa spinel
mengalami nukleasi dan bertransformasi membentuk mullite, 3Al2O3·2SiO2, dan
kristal kristobalite SiO2. Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses kalsinasi tersebut
ditampilkan oleh Persamaan 2.1, 2.2, dan 2.3.

1.6.13 Spektrofotometer

Spektrofotometri adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi


dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
15
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan
diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang diserap
sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-


beam dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer
tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya
melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan
yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer double-beam,
nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam
satu kali proses yang sama.

Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer. Bila cahaya


monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel
(Io). Persyaratan hukum LambertBeer antara lain : Radiasi yang digunakan harus
monokromatik, energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi
kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi flouresensi
atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi
larutan harus pekat (tidak encer). Adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi
dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang
lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis
spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan lebih
dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami
pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada single-beam,
ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat
fluktuasi voltase.

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
16
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat untuk mengukur transmitansi dan


absorbansi suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer
berfungsi untuk menghasilkan sinar dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang diabsorbsi. Absorbansi dan
transmitansi dalam spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk analisis
kualitatis dan kuantitatif suatu zat kimia.

Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi dapat ditentukan hukum


LambertBeer, dengan syarat bahwa sinar yang digunakan harus monokromatik.
Pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis akan menghasilakan spektrum,
sehingga dapat diketahui absorbansi (serapan) dari sampel.

Hubungan antara absorbansi dan konsentrasi ini kemudian dimasukan ke


dalam persamaan hukum Lambert-Beer seperti persamaan (1)

A = ε b C (1)

dengan A adalah absorbansi, ε adalah absorptivitas molar (M-1cm-1), b adalah tebal


kuvet (cm) dan C adalah konsentrasi larutan (M). (Youngster Physics Journal, 2013)

1.6.14 Logam Besi

Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna keperakan, liat dan dapat
dibentuk. Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir di setiap
tempat di bumi pada semua lapisan-lapisan geologis, namun besi juga merupakan
salah satu logam berat yang berbahaya apabila kadarnya melebihi ambang batas.Besi
adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di
bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang
ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+(fero) atau Fe3+ (feri); tersuspensi
sebagai butir koloidal (diameter <1 μm) atau lebih besar, seperti Fe2O3, FeO,

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
17
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Fe(OH)2, Fe(OH)3 dan sebagainya; tergabung dengan zat organik atau zat
padat yang inorganik (seperti tanah liat). Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe
lebih besar dari 1 mg/L, tetapi di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi.
Konsentrasi Fe yang tinggi ini dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas
dapur.

Besi dapat larut pada pH rendah. Kadar besi dalam air tidak boleh melebihi
1,0 mg/L, karena dapat menimbulkan rasa, bau dan dapat menyebabkan air yang
berwarna kekuningan, menimbulkan noda pada pakaian dan tempat biaknya bakteri
Creonothrinx yaitu bakteri besi.28 Besi (Fe) berada dalam tanah dan batuan sebagai
ferioksida (Fe2O3) dan ferihidroksida (Fe(OH)3). Dalam air, besi berbentuk
ferobikarbonat (Fe(HCO3)2), ferohidroksida (Fe(OH)2), ferosulfat (FeSO4) dan besi
organic kompleks. Air tanah mengandung besi terlarut berbentuk ferro (Fe2+). Jika air
tanah dipompakan keluar dan kontak dengan udara (oksigen) maka besi (Fe2+) akan
teroksidasi menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihidroksida dapat mengendap dan
berwarna kuning kecoklatan. Hal ini dapat menodai peralatan porselen dan cucian.
Bakteri besi (Crenothrix dan Gallionella) memanfaatkan besi fero (Fe 2+) sebagai
sumber energi untuk pertumbuhannya dan mengendapkan ferrihidroksida.
Pertumbuhan bakteri besi yang terlalu cepat (karena adanya besi ferro) menyebabkan
diameter pipa berkurang dan lama kelamaan pipa akan tersumbat.

Sifat Fisis dan Kimia Besi (Fe)

Besi atau ferrum (Fe) adalah salah satu logam yang paling banyak dijumpai di
kerak bumi, metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di alam didapat
sebagai hematite.

Secara kimia besi merupakan logam yang cukup aktif, hal ini karena besi
dapat bersenyawa dengan unsur-unsur lain. Salah satu kegunaan besi adalah sebagai
campuran untuk membuat paduan logam, misalnya untuk membuat baja, besi tempa,

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
18
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

besi tuang dan lain-lain yang banyak digunakan sebagai bahan bangunan, peralatan-
peralatan logam, rangka kenderaan dan lainnya

Kekurangan dan kelebihan zat besi bagi manusia

Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Perkiraan


minimum kebutuhan harian akan besi tergantung pada usia, jenis kelamin, status fisik
serta metabolisme besi dan kebutuhan berkisar 10-50 mg/hari. Sekalipun besi
diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus.
Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Debu juga dapat
diakumulasi di dalam alveoli, dan menyebabkan Pneumoconiosis (penyakit paru-
paru).

Besi Dalam Air

Sifat kimia perairan dari besi adalah sifat redoks, pembentukan kompleks dan
metabolisme oleh mikroorganisme. Besi dengan bilangan oksidasi rendah, yaitu Fe
(II) umum ditemukan dalam air tanah dibandingkan Fe (III) karena air tanah tidak
berhubungan dengan oksigen dari atmosfer, konsumsi oksigen bahan organik dalam
media mikroorganisme sehingga menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah.

Air tanah yang mengandung besi (II) mempunyai sifat unik. Dalam kondisi
tidak ada oksigen air tanah yang mengandung besi (II) jernih, begitu mengalami
oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion
ferri dengan reaksi sebagai berikut : 4Fe2+ + O2 + 10H2O 4Fe(OH)3 8H+ dan air
menjadi keruh. Pada pembentukan besi (III) oksidasi terhidrat yang tidak larut
menyebabkan air berubah menjadi abuabu.

1.7 Landasan Teori

Aktivasi kaolin menggunakan asam akan menghasilkan kaolin dengan situs


aktif lebih besar dan keasaman permukaan yang lebih besar, sehingga akan dihasilkan

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
19
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

lempung dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum


diaktivasi sedangkan aktivasi dengan pemanasan (kalsinasi) yang dilakukan pada
lempung akan menyebabkan bertambah besarnya ukuran pori dengan bentuk kristal
yang lebih baik, karena dengan pemanasan pada suhu tinggi dan dalam waktu yang
lama lempung cenderung mengalami rekristalisasi, menghasilkan kristal yang lebih
baik dengan poripori yang lebih besar (Notodarmojo, 1994).

Proses aktivasi merupakan proses yang terpenting karena sangat menentukan


kualitas kaolin yang dihasilkan baik luas area permukan maupun daya adsorpsinya.
Luas permukaan berhubungan erat dengan aktivitas karena reaksi berlangsung dalam
permukaan. Luas permukaan yang besar akan menyebabkan semakin banyak pula
molekul-molekul zat pereaksi teradsorbsi pada permukaan sehingga aktivitasnya akan
bertambah besar. Proses aktivasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu aktivasi
fisika dan aktivasi kimia. Aktivasi fisika disebut juga aktivasi termal. Pemanasan
diatas temperatur 500oC sampai 700oC menyebabkan proses pengeluaran molekul-
molekul air dari rangka kristal (framework), dimana dua gugus –OH yang berdekatan
melepaskan satu molekul air. Pemanasan lebih lanjut terhadap montmorillonit
menghasilkan perubahan yang sama dengan kaolinit, dimana bisa terbentuk
kristoballit, mullit dan glass (Susana, 2006).

Hasil dari proses aktivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain laju
kenaikan suhu, laju aliran inert gas, suhu proses, activating agent, lama proses
aktivasi dan alat yang digunakan pada penelitian tersebut (Marsh et all, 2006).
Perlakuan pemanasan dengan temperatur yang berbeda akan mengakibatkan jumlah
asam atau basa yang teradsorbsi pada permukaan montmorillonit akan berbeda pula.
Hal ini terjadi karena pada proses pemanasan ditemukan adanya perubahan struktur
padatan yang akan mengubah sifat kimia maupun sifat fisiknya pula (Susana, 2006).
Teng Hsisheng (1996) melakukan penelitian pembuatan karbon aktif dari tiga jenis
batubara antracit pada suhu aktivasi 900ºC dengan variasi waktu sampai 200 menit
dan menggunakan CO sebagai activating agent. Diperoleh bahwa semakin lama

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
20
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

proses aktivasi dilakukan maka semakin besar kandungan batubara yang berkurang
dan menghasilkan luas permukaan yang semakin besar.

Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul


meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat akibat ikatan kimia dan
fisika. Adsorpsi dibagi menjadi dua yaitu adsoprsi fisik dan adsorpsi kimia (Reynold,
1982). Adsorpsi fisik terjadi terutama karena adanya gaya Van der Walls. Apabila
gayatarik antar molekul zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari pada gaya tarik
antara molekul dengan pelarutnya maka zat terlarut tersebut akan diadsorbsi. Ikatan
tersebut sangat lemah, sehingga mudah untuk diputuskan apabila konsentrasi zat
terlarut yang teradsorbsi diubah. Jadi proses ini berlangsung bolak-balik sedangkan
dalam proses adsorpsi kimia ikatan antara zat terlarut yang teradsorbsi dan adsorben
sangat kuat, sehingga sulit untuk dilepaskan dan proses hampir tidak mungkin untuk
bolak-balik.

Persyaratan bagi masing-masing standar kualitas air masih perlu ditentukan


oleh 4 (empat) aspek yaitu: persyaratan fisis, kimia, biologis, radiologis. Persyaratan
fisis ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan, warna, bau maupun rasa. Persyaratan
kimia ditentukan oleh konsentrasi bahan-bahan kimia seperti Arsen, Clhor, Tembaga,
Cyanida, Besi dan sebagainya. Persyaratan biologis ditentukan baik oleh
mikroorganisme yang pathogen, maupun yang nonpathogen (Yuliana, 2009). Air
sumur bor merupakan salah satu jalan yang ditempuh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, namun tingginya kadar ion Fe (Fe 2+, Fe3+) yaitu 5–7 mg/L
mengakibatkan harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dipergunakan,
karena telah melebihi standar yang telah di tetapkan oleh Departemen Kesehatan di
dalam Permenkes No.416/Per/Menkes/IX/ 1990 tentang air bersih yaitu sebesar 1,0
mg/l. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar besi (Fe2+,Fe3+)
dalam air adalah dengan cara aerasi. Teknologi ini juga dapat kombinasikan
dengansedimentasi dan filtrasi (Yuliana, 2009).

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
21
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian kali ini kami melakukan kaolin sebagai adsorben untuk
menurunkan kadar zat besi dalam air sumur, kami meggunakan metode adsorbsi
untuk menyisihkan logam dalam air,adsorbsi dipilih karena efektivitasnya tinggi,
mudah, dan murah dengan kaolin sebagai adsorben, alasan menggunakan kaolin
adalah karena selain mudah didapatkan, kaolin juga memiliki kemampuan kapasitas
yang mencapai 20 kali kemampuan alumina (jenis silikat lain). Variable yang
digunakan pada penelitian ini adalah penggunaan HCL dan H 2SO4 sebagai zat untuk
mengaktivasi kaolin yang nantinya akan digunakan untuk mengadsorbsi kandungan
logam besi yang terdapat pada sampel air sumur dengan menggunakan

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
22
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

spektrofotometer sebagai alat penguji. Dengan membandingkan kedua asam kuat


tersebut dan beberapa faktor lain seperti kecepatan dan waktu pengadukan maka
dapat diketahui asam yang paling optimal dalam mengaktivasi kaolin untuk
mengadsorbsi kandungan logam Fe pada air sumur.
2.1 Bahan dan Alat
2.1.1 Bahan
1. Kaolin
Kaolin berasal dari Sukabumi, kaolin dari sukabumi memiliki spesifikasi
sebagai berikut.
Tabel 2.1 Spesifikasi Kaolin Sukabumi

Items Content (%)


SiO2 65-72
Na2O 0.3-0.65
K2O 2.3-3.5
Al2O3 12-10
Fe2O3 0.8-1.9
Sumber : tokopedia.com

2. Aquades
3. Sampel Air Sumur
Sampel air sumur berasal dari sumur warga yang berada di RT 02 RW
43,Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta
4. HCl 2N dan H2SO4 2N
Untuk mengubah normalias suatu zat adalah dengan menggunakan rumus
V1.N1 = V2.N2 , dengan demikian jika memiliki HCL dan H2SO4 yang
mempunyai normalitas selain 2N dapat diubah normalitasnya menjadi 2N.
5. FerroVer Reagent Iron
Untuk mengetahui seberapa besar nilai yang dapat diperoleh sampel
tersebut dalam pengujian alat spektrofotometer
2.1.2 Alat
1. Motor Pengaduk

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
23
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

2. Gelas Beker 500mL


3. Neraca Ohaus Digital
Salah satu jenis neraca ohaus digital adalah timbangan elektronik portable
Ohaus Scout Pro. Kapasitas maksimal jenis timbangan ini adalah 200 gram
dengan tingkat ketelitian 0,01 gram.

4. Gelas Alroji ukuran 100mm


5. Gelas Ukur 500mL
6. Stopwatch
7. Ayakan Ukuran 100 mesh
8. Pipet Tetes
9. Corong
10. Kertas Saring Bebas Abu
Kertas saring yang digunakan adalah jenis MN 640 w atau setara dengan
whatman no.41 dengan diameter 110 mm, kertas saring ini memiliki
ketebalan 0.2 mm, dengan berat 85 g/m2 dan kecepatan filtrasi 9 detik.
11. Vacuum Oven
Oven pengeringan vakum sering digunakan untuk proses pengeringan yang
halus,seperti mengeringkan bagian-bagian kecil. Oven vakum standart
dapat beroperasi hingga suhu 200 sampai 250oC

Gambar 2.1 Vacuum Oven

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
24
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

12. Alat Penguji Spektrofotometer

Gambar 2.2 Alat Spektrofotometer


Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian
dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai
absorbansi dari cahaya yang dilserap sebanding dengan konsentrasi larutan
di dalam kuvet.

2.2 Pelaksanaan Percobaan

2.2.1 Aktivasi Kaolin

1. Kaolin dipanaskan dengan oven pada suhu 100oC sampai kering. Hal ini
dilakukan pada lempung akan menyebabkan bertambah besarnya ukuran pori
dengan bentuk kristal yang lebih baik, karena dengan pemanasan pada suhu
tinggi dan dalam waktu yang lama lempung cenderung mengalami
rekristalisasi, menghasilkan kristal yang lebih baik dengan pori-pori yang
lebih besar.

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
25
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

2. kemudian ditumbuk dan dihaluskan dengan ukuran 100 mesh menjadi bubuk.
ukuran 100 mesh sebelum dilakukan proses aktivasi awal. Pengambilan
ukuran 100 mesh didasarkan pada penelitian sebelumnya dimana kondisi
terbaik pada ukuran tersebut (Nelly,2010).

3. Setelah itu bubuk kaolin ditimbang sebanyak 40 gram dan dimasukkan dalam
500mL gelas beker dan ditambahkan asam ( HCl atau H2SO4) sebanyak
400mL. Takaran tersebut dilakukan agar perbandingan antara kaolin dengan
asam kuat 10 gram padatan per 100mL larutan asam. Untuk aktivasi kimia
dengan menggunakan penambahan HCl dan H2SO4 bertujuan untuk membuat
permukaan kaolin menjadi asam sehingga kapasitas adsorpsi kaolin tersebut
menjadi lebih besar untuk menyerap ion besi. Senyawa HCl dan H 2SO4
merupakan senyawa yang cocok dan efektif untuk membuang zat-zat pengotor
pada permukaan kaolin dan membuat permukaan kaolin tersebut menjadi
asam, karena nilai konduktivitas pada kaolin akan meningkat dengan
pengaruh suasana yang asam.

4. Kemudian di aduk dengan kecepatan 250 rpm dengan waktu 60 menit. Hal ini
dilakukan agar larutan menjadi homogen,sehingga proses aktivasi kaolin
secara kimia dapat berjalan dengan baik.

5. Kemudian kaolin dipisahkan dari larutan asam (HCl atau H 2SO4) dengan cara
disaring menggunakan kertas saring bebas abu. Tahap ini dilakukan untuk
memisahkan antara larutan asam kuat dengan tanah kaolin yang sudah
diaktivasi dengan asam kuat.

6. Kaolin pada kertas saring dicuci dengan aquadest dan di oven sampai kering.
Pencucian dengan aquadest bermaksud untuk menghilangkan zat-zat pengotor
yang masih tersisa pada kaolin,kemudian kaolin tersebut dimasukkan dalam

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
26
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

oven untuk memperoleh hasil tanah kaolin yang sudah kering untuk
selanjutnya dapat digunakan untuk percobaan mengadsorbsi zat besi dalam air
sumur.
2.2.2 Pengujian dengan Air Sumur
1. Kaolin yang sudah sudah teraktivasi kemudian diayak lagi dengan ayakan 100
mesh, kemudian ditimbang sebanyak 10 gram dan memasukkan ke gelas
beker 500mL,kemudian menambahkan sampel air sumur sebanyak 400mL.
Hal ini dilakukan untuk memastikan kembali ukuran bubuk kaolin dan
mengambil 10 gram untuk diuji kemampuannya untuk mengadsorbsi zat besi
dalam air sumur sebanyak 400mL.

2. Kemudian dikontakkan dengan waktu 30 menit,dan 60 menit dengan


kecepatan (180rpm, 220rpm,dan 260rpm). Hal ini dilakukan untuk
mengetahui perbandingan tingkat efisiensi zat besi dalam air sumur yang
dapat di adsorbsi oleh kaolin dengan berbagai variasi kecepatan pengadukan
dan waktu pengadukan.
3. Kaolin dipisahkan dari sampel air sumur dengan cara disaring menggunakan
kertas saring. Hal ini bertujuan untuk memisahkan kaolin dari air sumur yang
nantinya dapat diketahui seberapa besar kaolin dapat mengambil zat besi
dalam air sumur tersebut .
4. Sebelum proses pengujian terlebih dahulu ditambahkan fero reagent iron, hal
ini dimaksudkan agar dapat mengetahui seberapa besar nilai yang dapat
diperoleh sampel tersebut dalam pengujian alat spektrofotometer
5. Menguji kadar zat besi dalam air sumur dengan menggunakan alat
spektrofotometer.
Pengujian logam besi dilakukan menggunakan Spektrofotometer, dengan
cara menyalakan spektofotometer dan tunggu hingga 5 menit. Kemudian,
melakukan pengaturan pada spektofotometer dengan cara menekan tombol
set dan atur sesuai panjang gelombang yang diinginkan dan tekan tombol set

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
27
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

sekali lagi untuk menyimpan hasil settingan. Masukkan kuvet yang berisi
aquadest ke dalam spektofotometer dan tekan tombol blank, maka panjang
gelombang akan terstandardisasi. Keluarkan kembali kuvet yang berisi air
tersebut, kemudian masukkan kuvet yang berisi sampel yang berupa sampel
air sumur .Tunggu hingga pembacaan gelombang pada layar penunjuk
berhenti dan menunjukkan angka yang tetap.

2.3 Diagram Cara Kerja

Aktivasi kaolin menggunakan asam

Pemanasan
Kaolin Padat
100oC

Penghalusan dengan
ayakan 100 mesh

Kaolin (40 gram)


HCl atau H2SO4 Pencampuran
(400mL)
Pengadukan t= 60 menit
v= 250rpm

Penyaringan

Pengeringan

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
28
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Pengujian dengan air sumur

Sampel air sumur


Pencampuran
(400mL)
Kaolin (10 gram)
Pengadukan t= 30,60 menit
v= 180,220,260 rpm

Penyaringan

Fero reagent iron Pengujian oleh alat


Spektrofotometer

Nilai adsorbansi
air sumur

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Variabel dengan Menggunakan H2SO4 Sebagai Aktivator


Tabel 3.1.1 Variasi dengan waktu pengadukan 30 menit
Kecepatan pengadukan Data
Rata rata
(rpm) 1 2 3
180 0.223 0.231 0.234 0.2293
220 0.134 0.151 0.142 0.1423
260 0.122 0.115 0.118 0.1183

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
29
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

H2SO4 (30 Menit)


0.25

0.2
Nilai Absorbansi

0.15

0.1

0.05

0
160 180 200 220 240 260 280
Kecepatan Pengadukan (rpm)

Gambar 3.1.1 Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap nilai absorbansi

Tabel 3.1.2 Variabel dengan waktu pengadukan 60 menit

Kecepatan pengadukan Data


Rata-rata
(rpm) 1 2 3
180 0.431 0.41 0.415 0.4186
220 0.355 0.361 0.361 0.359
260 0.156 0.156 0.155 0.1556

H2SO4 (60 Menit)


0.45
0.4
0.35
Nilai Absorbansi

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
160 180 200 220 240 260 280
Kecepatan Pengadukan (rpm)

Gambar 3.1.2 Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap nilai absorbansi

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
30
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Pada gambar 3.1.1 dan 3.1.2 jika berdasarkan teori pengaruh waktu
pengadukan ,semakin lama waktu pengadukan maka kandungan Fe dalam air sumur
semakin sedikit. Sedangkan untuk kecepatan pengadukan, semakin cepat pengadukan
maka efisiensi penyisihan kandungan Fe dalam air sumur semakin meningkat. Namun
pada penelitian yang kami lakukan memperoleh hasil waktu pengadukan 30 menit
lebih efisien menyingkirkan kandungan Fe dalam air sumur dibandingkan dengan
waktu pengadukan 60 menit dikarenakan beberapa faktor ,salah satunya saat
melakukan penyaringan terdapat kaolin yang lolos masuk ke sampel atau air sumur.

Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa nilai adsorbansi terendah yang


berarti memiliki konsentrasi Fe yang rendah didapatkan pada saat pengadukan
dengan waktu 30 menit dan kecepatan pengadukan 260rpm. Nilai adsorbansi terendah
pada waktu 30 menit diduga karena itu adalah batas optimum adsorbsi kaolin yang
diaktivasi dengan H2SO4 sehingga pada percobaan pada waktu 60 menit, ada ion Fe
yang lepas dari ikatan dan kembali larut dalam air.

1.2 Variabel dengan Menggunakan HCl Sebagai Aktivator


Tabel 3.2.1 Variabel dengan waktu pengadukan 30 menit

Data Rata-rata
Kecepatan Pengadukan
(rpm) 1 2 3
180 0.388 0.402 0.391 0.3936
220 0.339 0.32 0.34 0.333
260 0.097 0.087 0.085 0.0896

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
31
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

HCL (30 Menit)


0.45
0.4
0.35
Nilai Absorbansi

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
160 180 200 220 240 260 280
Kecepatan Pengadukan (rpm)

Gambar 3.2.1 Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap nilai absorbansi

Tabel 3.2.2 Variabel dengan waktu pengadukan 60 menit


Kecepatan pengadukan Data Rata rata
(rpm) 1 2 3
180 0.094 0.105 0.098 0.099
220 0.062 0.074 0.06 0.0653
260 0.053 0.049 0.049 0.0503

HCL (60 Menit)


0.12

0.1
Nilai Absorbansi

0.08

0.06

0.04

0.02

0
160 180 200 220 240 260 280
Kecepatan Pengadukan (rpm)

Gambar 3.2.2 Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap nilai absorbansi

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
32
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Pada gambar 3.2.1 dan 3.2.2 menunjukan bahwa konsentrasi Fe semakin


menurun sebanding dengan lamanya waktu pengadukan dan meningkatnya kecepatan
pengadukan. Pada percobaan yang menggunakan HCl sebagai aktivator ini nilai
absorbansi yang diperoleh pada waktu pengadukan 60 menit lebih rendah
dibandingkan dengan waktu pengadukan 30 menit yang artinya konsentrasi Fe dalam
sampel lebih sedikit. Pada penggunaan HCl sebagai aktivator, nilai konsentrasi Fe
yang paling rendah didapatkan pada waktu pengadukan 60 menit dengan kecepatan
pengadukan 260 rpm. Hal ini diduga karena kemampuan adsorbsi optimum dari
kaolin yang diaktivasi menggunakan HCl berada pada waktu pengadukan ≥ 60 menit
sehingga hasil adsorbsi kaolin semakin membaik.

1.3 Perbandingan Nilai Efisiensi antara HCl dengan H2SO4

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
33
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Perbandigan Nilai Efisiensi HCl dan H2SO4


100
90
Efisiensi penyisihan Fe (%)

80
70
H2SO4 30 menit
60
H2SO4 60 menit
50
40 HCl 30 menit
30 HCl 60 menit
20
10
0
180 220 260
Kecepatan Pengadukan (rpm)

Gambar 3.3.1 Perbandingan nilai efisiensi HCl dengan H2SO4

Berdasarkan penelitian sebelumnya, aktivasi dengan asam klorida lebih dapat


melarutkan pengotor sehingga pori-pori lebih banyak terbentuk dan proses
penyerapan adsorbat menjadi lebih maksimal,dibandingkan dengan aktivasi
menggunakan H2SO4 yang lebih sedikit jumlah pori-porinya. Hal ini dikarenakan
dinding struktur dari karbon aktif tersebut dapat dirusak oleh H2SO4 yang bersifat
destruktif. (Sitti Arung,dkk. 2013)

Pada Gambar 3.3.1 dapat dilihat bahwa kemampuan kaolin dalam


mengadsorpsi atau menyerap ion besi (Fe) dalam air sumur sangat baik dibandingkan
dengan hasil uji awal tanpa perlakuan. Hal ini dikarenakan kaolin umumnya
didominasi oleh SiO2 sekitar 50% dimana berupa padatan amorf dan berpori serta

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
34
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

mempunyai sifat inert, netral, luas permukaannya besar sehingga memiliki sifat daya
adsorpsi yang besar. Selain itu di dalam kaolin juga didominasi oleh Al2O3 sekitar
36% dimana alumina dapat mengadsorpsi kation maupun anion. (Utari,1994).

Untuk aktivasi kaolin dengan menggunakan HCl dan H2SO4 bertujuan untuk
membuat permukaan kaolin menjadi asam sehingga kapasitas adsorpsi kaolin tersebut
menjadi lebih besar untuk menyerap ion besi. Meskipun kaolin tanpa perlakuan
mampu untuk adsorpsi, namun kemampuan adsorpsinya terbatas. Kelemahan tersebut
dapat diatasi melalui proses
aktivasi menggunakan asam (HCl dan H2SO4) sehingga dihasilkan kaolin dengan
kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi . Asam klorida merupakan asam yang
memiliki bilangan ekivalen H+ yang tinggi. Aktivasi kaolin menggunakan asam akan
menghasilkan kaolin dengan situs aktif lebih besar dan keasamaan permukaan yang
lebih besar, sehingga akan dihasilkan kaolin dengan
kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum diaktivasi.
Dari hasil adsorbsi Fe yang diperoleh ternyata aktivasi kaolin menggunakan
HCl paling bagus dibandingkan jenis aktivasi yang lain yaitu dapat menghilangkan
kandungan Fe pada air sumur sebesar 91% . Hal ini dapat dijelaskan dimana untuk
perlakuan aktivasi kaolin dari hasil reaksi yang terjadi karena adanya penambahan
HCl yang dapat lebih melarutkan pengotor sehingga banyak pori-por terbentuk lebih
banyak, dengan adanya penambahan asam klorida luas permukaan kaolin lebih besar
diperoleh dibandingkan dengan adanya penambahan asam sulfat.

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
35
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Aktivasi kaolin menggunakan HCl lebih efisien dibandingkan dengan
menggunakan H2SO4.
2. Hasil maksimal yang dapat diperoleh Kaolin untuk mengadsorbsi Fe
dalam air sumur menggunakan asam sulfat yaitu pada waktu pengadukan
30 menit dan kecepatan pengadukan 260 rpm.
3. Hasil Maksimal yang dapat diperoleh Kaolin untuk mengadsorbsi Fe
dalam air sumur menggunakan asam klorida yaitu pada waktu pengadukan
60 menit dan kecepatan pengadukan 260 rpm.
4. Tingkat efisiensi yang paling tinggi mencapai 91% yaitu saat
menggunakan Asam Klorida dengan kecepatan pengadukan 260 rpm dan
waktu pengadukan 60 menit.
4.2 Saran
Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, maka disarankan untuk:
1. Perlu dilakukan aktivasi kaolin menggunakan basa sehingga dapat
diperoleh perbandingan yang lebih beragam antara asam dan basa sebagai
activator.
2. Membuat larutan standar untuk digunakan dalam pembuatan kurva
kalibrasi sehingga dapat diketahui nilai kadar Fe dalam satuan mg/L.

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
36
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

DAFTAR PUSTAKA

Benefield,L.D.,Judkins,J.F.,Jr & Weand,B.L (1982). Process Chemistry for Water


and Wastewater Treatment. Pretice-Hall Inc., Engelwoods Cliffs, New York.

Dilla Sistesya dan Heri Sutanto. 2013. Sifat Optis Lapisan Zno:Ag Yang
Dideposisi Di Atas Substrat Kaca Menggunakan Metode Chemical Solution
Deposition (Csd) Dan Aplikasinya Pada Degradasi Zat Warna Methylene
Blue. Youngster Physics Journal Vol. 1, No. 4, Juli 2013, hal 71- 80.
Universitas Diponegoro Semarang.

Manocha, S. M., 2003, "Porous Carbons." Sadhana Vol. 28 bagian 1&2.

Raharjo,S. 1997. Pembuaan Karbon Akif dari Serbuk Gergajian Pohon Jati dengan
NaCl sebagai Bahan Pengaktif.Skripsi Tidak Dierbitkan.Malang: Jurusan
Kimia Fakulas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Brawijaya.

Reynolds. 1982. Unit Operation and Processes in Environmental Engineering,


Texas A&M University, Brook/Cole Engineering Division, California.

Sembiring dkk. (2003). Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatan). Diakses
dari www.library.ac.id. Diakses pada Agustus 2019.

Sitti Arung,dkk. 2013. Pengaruh Konsentrasi Aktivator Asam Klorida terhadap


Kapasitas Adsorbsi Arang Aktif Kulit Buah Kakao pad Zat Warna Metahnil
Yellow. Jurnal hal 52-63 Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Allaudin Makassar.

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
37
MAKALAH SEMINAR
PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENURUNKAN KADAR ZAT BESI DALAM AIR SUMUR

Sriyanti dan Taslimah. 2003. Kinetika Adsorpsi Besi(III) dalam Medium Air pada
Zeolit Alam Termodifikasi 2-merkaptobenzotiasol. Universitas Diponegoro,
Semarang.

T. Karthikeyan, S. Rajgopal and Lima Rose Miranda, Chromium(VI) Adsorption


from Aqueous Solution by Hevea Brasilinesis Sawdust Activated Carbon,
Journal of Hazardous Materials, B124, (2005) 192-199.

Ahmad Yusuf K.R (121160103)


Muhammad Irfan Putra (121160100)
38

Anda mungkin juga menyukai