Anda di halaman 1dari 14

I.

JUDUL

Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin Variasi NaCl
Metode Exhaust.

II. MAKSUD

Maksud dari praktikum ini adalah untuk melakukan proses pencelupan


kain kapas menggunakan zat warna reaktif dingin metode exhaust dan
melakukan evaluasi ketuaan dan kerataan warna.

III. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi


NaCl terhadap proses pencelupan kain kapas dengan zat warna reaktif
dingin.

IV. DASAR TEORI

IV.1 Serat Kapas


Serat selulosa merupaka serat yang bersifat hidrofil yang
strukturnya berupa polimer selulosa, dengan derajat polimerisasi yang
bervariasi. Makin rendah DP maka daya serap serat makin besar contoh :
(MR) rayon 11-13% dan kapas 7-8%.

Struktur serat selulosa adalah sebagai berikut,

Gambar Struktur molekul selulosa

Gugus hidroksil primer pada selulosa merupakan gugus fungsi


yang berperan untuk mengadakan ikatan dengan zat warna direk berupa
ikatan hidrogen. Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang
tahan asam, sehingga pengerjaan proses persiapan penyempurnaan dan
pencelupannya lazim dilakukan dalam suasana netral atau alkali. Bahan
yang akan dicelup biasanya sudah melalui proses pre-treatment. Sifat-
sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia selulosa, yaitu :
a. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
b. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
c. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam
encer.
d. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang
menyebabkan penggelembungan serat.
e. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan
hangat.
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu
menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu
menarik gugus hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat yang
memiliki banyak gugus hidroksil akan lebih mudah menyerap air. Maka
akan dengan mudahnya molekul-molekul air terserap kedalam serat dan
hal tersebut akan menyebabkan serat mudah dicelup. Alkali mempunyai
sedikit pengaruh pada kapas kecuali alkali kuat akan dengan konsentrasi
tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat.

IV.2 Zat Warna Reaktif Dingin


Zat warna reaktif dingin merupakan zat warna yang larut dalam air
dan berikatan dengan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan
luntur warna hasil celupnya baik. Contoh strukturnya sebagai berikut :
Yang termasuk zat warna reaktif dingin adalah Procion M dengan
system reaktif diklorotriazin (DCT) dan drimarene K dengan system
reaktif difluoro- monokloro-pirimidin.Keduanya termasuk zat warna
reaktif yang bereaksi dengan serat melalui mekanisme substitusi
nukleofilik. Kereaktifan zat warna reaktif dingin sangat tinggi sehingga
proses pencelupannya dapat dilakukan pada suhu 30 oC – 40oC, oleh
karena itu kromogen zat warna reaktif dingin relative kecil sehingga
warnanya lebih cerah dari zat warna reaktif panas.
Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam proses pencelupannya
adalah zat warnanya sangat kurang stabil, sangat mudah rusak
terhidrolisis, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha guna mengurangi
terjadinya reaksi hidrolisis. Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya
hidrolisis zat warna reaktif dingin adalah pada proses persiapan larutan
celup, persiapan larutan alkali dan zat warna dipisah pada tangki yang
berbeda, dari resep pencelupan biasanya dibuat dengan perbandingan 1 :
4 dan keduanya baru dicampurkan sesaat ketika hendak dipakai.
Dibanding zat warna reaktif panas, karna lebih reaktif maka pemakaian
alkali untuk zat warna reaktif dingin lebih sedikit (hamper setengahnya
dari jumlah alkali untuk zat warna reaktif panas), selain itu kecerahan zat
warna reaktif dingin lebih cerah dari zat warna reaktif panas karena
kromogennya (D) lebih kecil dari kromogen zat warna reaktif panas.

IV.3 Zat Pembantu Pencelupan Selulosa dengan Zat Warna Reaktif


Dingin
Zat pembantu yang perlu ditambahkan pada larutan celup antara
lain elektrolit (Na2SO4, NaCl), Na2CO3, dan pembasah. Selain itu
dapat jaga ditambahkan zat pelunak air, zat anti crease mark dan zat
antireduksi. Setiap zat pembantu tekstil mempunyai fungsi masing-
masing yang dapat memperlancar proses pencelupan. Adapun
mekanisme pencelupan terdiri dari tiga tahap yaitu :
a) Difusi
Molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak pada
temperatur tinggi pergerakan tersebut lebih cepat. Kemudian bahan
tekstil dimasukan kedalam larutan celup.
b) Adsorpsi
Kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga yang cukup besar
dapat mengatasi gaya-gaya tolak dari permukaan serat, sehingga
molekul zat warna dapat terserap menempel pada permukaan serat.
c) Fiksasi
Penyerapan atau difusi zat warna dari permukaan serat ke pusat serat
secara bersamaan, sehingga zat warna yang terserap dapat menyebar
secara merata. Gugusan hidroksil dalam molekul selulosa memegang
peranan penting pada pencelupan dengan zat warna direk. Apabila
atom hydrogen dari gugusan hidroksil tersebut diganti dengan
gugusan asetil maka serat tak dapat mencelup zat warna direk lagi.
Hal tersebut disebabkan karena gugusan hidroksil dalam molekul
selulosa dapat mengadakan ikatan hydrogen dengan gugusan-
gugusan hidroksil, amina dan azo dalam molekul zat warna.

IV.4 Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Pencelupan


1. Pengaruh elektrolit
Pengaruh elektrolit akan memperbesar jumlah zat warna yang
terserap oleh zat warna, meskipun zat warna mempunyai kepekaan
yang berbeda. Elektrolit yang digunakan adalah garam dapur (NaCl).
Zat warna dengan gugus sulfonat yang banyak akan lebih mudah
ditolak oleh serat dari pada yang sedikit, sehingga perlu ditambahkan
elektrolit.
2. Pengaruh Temperatur
Pada umumnya termasuk proses pencelupan eksotermis yang
pada keadaan setimbang jika temperaturnya tinggi penyerapannya
akan rendah dibanding pada temperatur rendah. Oleh karena itu
pencelupan zat warna direk ini diperlukan temperatur yang tinggi
untuk mempercepat reaksi. Sehingga apabila temperaturnya tinggi,
maka jumlah zat warna yang terserap lebih besar, kemudian
berkurang kembali.
3. Pengaruh pH
Zat warna direk digunakan dalam suasana netral. Apabila
dilakukan penambahan alkali, maka akan memperhambat
penyerapan. Sehingga sering ditambahkan abu soda 3% untuk
mengurangi kesadahan air atau untuk mempervaiki kelarutan zat
warna.
4. Pengaruh Perbandingan Larutan

Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya


larutan terhadap berat bahan tekstil yang di proses. Dalam kurva
isoterm terlihat bahwa kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan
akan menambah besarnya penyerapan. Pada dasarnya dilakukan
untuk memperkecil zat warna yang terbuang atau hilang. Sehingga
dapat mengurangi pemborosan dalam pemakaian zat warna. Dan
hanya mempergunakan larutan simpan bekas celupan dengan
menambahkan zat warna baru pada larutan tersebut, maka dapat
diperoleh larutan celup dengan konsentrasi seperti semula. Maka
untuk mencelup warna-warna tua di usahakan untuk memakai
perbandingan laruta celup yang kecil sehingga zat warna yang
terbuang hanya sedikit.

V. ALAT DAN BAHAN


V.1Alat
 Gelas kimia 500 mL
 Batang pengaduk
 Timbangan digital
 Kasa + kaki tiga
 Bunsen
 Gelas ukur 100 mL
 Pipet ukur
 Mesin stenter
V.2Bahan
 Zat warna reaktif dingin
 Air
 Zat Pembasah
 NaCl

 Na2CO3

VI. RESEP

VI.1 Resep Pencelupan


Zat warna reaktif dingin : 1% owf
Zat pembasah : 1 ml/L
Na2CO3 : 10 g/L
NaCl : (0-20-40-60-80) g/L
Vlot : 1:20
Suhu : 30oC (suhu kamar)
Waktu : 30 menit

VI.2 Resep Pencucian


Zat pembasah : 1 ml/L

Na2CO3 : 1 g/L

Vlot : 1:20

Suhu : 80oC

Waktu : 15 menit

VII. SKEMA

Zat
NaCl Na2CO3
waarnaPe
mbasah
30oC

(oC)
5’ 15’ 30’ (menit)
VIII. DIAGRAM ALIR

Persiapan Larutan
Celup Proses Pencelupan Proses Pencucian

IX. FUNGSI ZAT


- Na2CO3 berfungsi untuk fiksasi zat warna.
- Pembasah berfungsi untuk meratakan dan mempercepat proses
pembasahan kain.
- NaCl berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna
- Sabun digunakan untuk proses pencucian setelah proses pencelupan
guna menghilangkan zat warna reaktif yang terhidrolisis yang ada dalam
kain hasil celupan.
- Zat Warna Reaktif Dingin berfungsi untuk memberikan warna pada kain
yang dicelup.

X. PERHITUNGAN RESEP

Larutan induk zat warna direk 1% : 1 gram zat warna direk diencerkan
dengan 100 mL air sebagai faktor pengenceran.
1. Resep I
 Berat bahan : 5,14 gram
 Kebutuhan larutan : Vlot x Berat bahan
: 20 x 5,14
: 102,8 mL
1
 Zat warna direk 1% : × Berat bahan
100
1
: × 5,14
100
: 0,05 gram
Kebutuhan zat warna : zat warna yang ditimbang x faktor
pengenceran
: 0,05 x 100
: 5 mL
1
 Pembasah : ×102,8
1000
: 0,1 mL
10
 Na2CO3 : × 102,8
1000
: 1,028 gram
 Kebutuhan air :kebutuhan larutan-(zat warna + pembasah)
: 102,8 – (5 + 0,1)
: 97,7 mL
2. Resep II
 Berat bahan : 5 gram
 Kebutuhan larutan : Vlot x Berat bahan
: 20 x 5
: 100 mL
1
 Zat warna direk 1% : × Berat bahan
100
1
: ×5
100
: 0,05 gram
Kebutuhan zat warna : zat warna yang ditimbang x faktor
pengenceran
: 0,05 x 100
: 5 mL
1
 Pembasah : ×100
1000
: 0,1 mL
10
 Na2CO3 : × 100
1000
: 1 gram
20
 NaCl : × 100
1000
: 2 gram
 Kebutuhan air :kebutuhan larutan-(zat warna + pembasah)
: 100 – (5 + 0,1)
: 95 mL
3. Resep III
 Berat bahan : 4,85 gram
 Kebutuhan larutan : Vlot x Berat bahan
: 20 x 4,85
: 97 mL
1
 Zat warna direk 1% : × Berat bahan
100
1
: × 4,85
100
: 0,048 gram
Kebutuhan zat warna : zat warna yang ditimbang x faktor
pengenceran
: 0,048 x 100
: 4,8 mL
1
 Pembasah : ×97
1000
: 0,1 mL
10
 Na2CO3 : × 97
1000
: 0,97 gram
40
 NaCl : × 97
1000
: 3,8 gram
 Kebutuhan air :kebutuhan larutan-(zat warna + pembasah)
: 97 – (4,8 + 0,1)
: 92,1 mL
4. Resep IV
 Berat bahan : 4,97 gram
 Kebutuhan larutan : Vlot x Berat bahan
: 20 x 4,97
: 99,4 mL
1
 Zat warna direk 1% : × Berat bahan
100
1
: × 4,97
100
: 0,0497 gram
Kebutuhan zat warna : zat warna yang ditimbang x faktor
pengenceran
: 0,0497 x 100
: 4,9 mL
1
 Pembasah : × 99,4
1000
: 0,1 mL
10
 Na2CO3 : ×99,4
1000
: 1 gram
60
 NaCl : × 99,4
1000
: 6 gram
 Kebutuhan air :kebutuhan larutan-(zat warna + pembasah)
: 99,4 – (4,9 + 0,1)
: 94 mL
5. Resep V
 Berat bahan : 4,89 gram
 Kebutuhan larutan : Vlot x Berat bahan
: 20 x 4,89
: 97,8 mL
1
 Zat warna direk 1% : × Berat bahan
100
1
: × 4,89
100
: 0,0489 gram
Kebutuhan zat warna : zat warna yang ditimbang x faktor
pengenceran
: 0,0489 x 100
: 4,9 mL
1
 Pembasah : × 97,8
1000
: 0,1 mL
10
 Na2CO3 : × 97,8
1000
: 0,97 gram
80
 NaCl : × 97,8
1000
: 7,8 gram
 Kebutuhan air :kebutuhan larutan-(zat warna + pembasah)
: 97,8 – (4,9 + 0,1)
: 93 mL

XI. DATA PENGAMATAN

Kain ke- 1 2 3 4 5

Rangking 5 Rangking 4
Rangking 3
Ketuaan (Paling (Cukup Ranking 2 Ranking 1
(Muda)
Warna muda) muda) (Cukup tua) (Paling tua)

Ranking 1 Ranking 5
Rangking 4
Kerataan Rangking 3 Rangking 2 (Paling rata) (Paling
(Tidak rata)
Warna (Cukup rata) (rata) tidak rata)

XII. DISKUSI
Pada praktikum kali ini, dilakukan pencelupan kain kapas menggunakan
zat warna reaktif dingin dengan metode exhaust. Pencelupan ini dilakukan
pada suhu kamar. Variasi resep yang digunakan adalah jumlah NaCl yang
ditambahkan, yaitu 0-20-40-60-80 g/L. NaCl sendiri merupakan senyawa
elektrolit yang berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna sehingga
jumlah zat warna yang diserap oleh serat semakin besar. Prinsip kerja NaCl
dalam proses pencelupan yaitu dengan mengurangi muatan negative pada
serat sehingga afinitas zat warna terhadap serat semakin besar namun
penggunaan NaCl lebih diutamakan untuk zat warna yang memiliki ukuran
molekul yang kecil seperti pada zat warna reaktif sedangkan apabila
ditambahkan pada zat warna yang memiliki ukuran molekul besar dapat
menyebabkan kemungkinan resiko belang.
Penambahan NaCl dilakukan diawal proses yakni pada waktu 5 menit, hal
ini menjadikan zat warna memiliki substantifitas yang tinggi, sehingga
seluruh zat warna dapat masuk kedalam serat. Oleh karena itu substantifitas
akan meningkat dengan naiknya pemakaian NaCl. Dimana yang dimaksud
dengan substantifitas disini adalah ukuran kemampuan penyerapan secara
kualitatif. Bagian struktur zat warna reaktif yang sangat berpengaruh
terhadap substantifitas zat warna adalah bagian kromogennya. Penggunaan
suhu tinggi akan menurunkan substantifitas, maka dari itu pada pencelupan
ini dilakukan pada suhu kamar.
Pengaruh penggunaan NaCl terhadap ketuaan warna hasil proses
pencelupan yakni semakin banyak penggunaan NaCl semakin banyak juga
zat warna yang dapat masuk kedalam serat, hal inilah yang menyebabkan
warna hasil pencelupannya semakin tua. Kondisi ini terbukti pada kain
kapas yang diberi variasi NaCl dengan konsentrasi 80 g/L. Sedangkan untuk
kain kapas yang diberi variasi NaCl 0 g/L, 20 g/L, 40 g/L dan 60 g/L warna
yang dihasilkannya lebih muda dari variasi NaCl 80 g/L. Maka dari itu,
dapat dikatakan bahwa semakin besar konsentrasi NaCl yang ditambahkan
sampai konsentrasi optimum maka akan semakin besar pula penyerapan zat
warna dan nilai ketuaan warnapun akan semakin besar. Namun semakin
besar konsentrasi yang ditambahkan tidak selalu mengahsilkan warna yang
paling tua, sebab kelarutan NaCl didalam air tidak begitu besar sehingga
potensial kimia yang dihasilkan tidak begitu banyak. Maka dari itu
pemakaian NaCl dalam jumlah banyak juga dapat mengakibatkan zat warna
beragregasi, sehingga dapat menyebabkan difusi zat warna kedalam serat
terhambat, hal ini dapat menyebabkan ketuaan warna berkurang.
Pengaruh penggunaan NaCl terhadap kerataan warna yakni kerataan warna
menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi NaCl diatas 60 g/L.
Penambahan NaCl yang berlebih menyebabkan penyerapan zat warna
kedalam serat terlalu cepat sehingga zat warna tidak bermigrasi secara
merata kedalam serat hal inilah yang dapat menyebabkan warna hasil
pencelupannya tidak rata. Selain itu juga NaCl mempunyai sifat agregasi
yang tinggi, jika pada saat proses pencelupan agregasi terlalu tinggi, maka
NaCl dapat menumpuk pada permukaan serat yang bisa menghambat
penyerapat zat warna. Apabila penyerapan zat warna terganggu maka zat
warna yang masuk kedalam serat tidak sama, sehingga warna celupan tidak
rata. Namun lain halnya dengan kain yang diberi variasi NaCl 60 g/L,
memiliki kerataan yang baik. Kerataan hasil pencelupan ini didapatkan
karena elektrolit berupa NaCl pada saat proses pencelupan dapat
menetralkan ion negative pada selulosa, sehingga zat warna dapat berikatan
dengan serat secara merata. Berikut adalah reaksi penetralan ion pada
selulosa:
(Cell – O- + H+) + (Na+ + Cl-) Cell – ONa
Cell – Ona + Reactive dye Cell – O – Reactive dye
Cell-O-Reactive dye menunjukkan ikatan antara selulosa dengan zat warna
reaktif dingin yang terikat secara merata di seluruh permukaan kain dengan
bantuan ion-ion yang ada pada zat elektrolit NaCl.

XIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
NaCl berpengaruh terhadap ketuaan dan kerataan warna. Konsentrasi NaCl
yang optimum untuk menghasilkan kain dengan nilai ketuaan warna paling
besar adalah 80 g/L sedangkan untuk menghasilkan nilai kerataan yang
paling baik adalah pada konsentrasi 60 g/L.
DAFTAR PUSTAKA

Indriarti, Datih. 2003. Penggantian Na2SO4 dengan NaCl Pada Pencelupan Kain
Rajut Kapas Menggunakan Zat Warna Reaktif Panas (Procion Orange
H-ER) sebagai Upaya Untuk Menurunkan Biaya Produksi. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Prodi Kimia Tekstil. Politeknik STTT Bandung: Bandung.

Karyana Dede, Elly K. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan I. Bandung:


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Kemal, Noerati. 2012. SERAT-SERAT TEKSTIL I . Bandung : Sekolah Tinggi


Teknologi Tekstil.

Saputra, Dyan Pramesti. 2014. Pengaruh Penggunaan Komposisi Natrium


Klorida (NaCl) dan Natrium Sulfat (Na2SO4) Pada Proses Pencelupan
Kain Kapas Menggunakan Zat Warna Reaktif Sistem Kontinyu Metode
Pad Steam. Skripsi. Tidak diterbitkan. Prodi Kimia Tekstil. Politeknik
STTT Bandung: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai