Anda di halaman 1dari 38

Zat warna Direk (Direct Dyes)

• Z.w. direk : z.w. yang dapat mencelup serat


selulosa karena mempunyai afinitas yang kuat
terhadap selulosa. Juga dikenal sebagai z.w.
substantif karena terserap baik oleh selulosa
• Kebanyakan z.w. direk merupakan senyawa
azo yang mengandung gugusan sulfonat
sebagai pelarut. Dapat merupakan senyawa
monoazo, di-azo, tri-azo atau tetrakis azo
Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup selulosa secara
langsung tanpa bantuan suatu mordan, disebut juga zat warna substantif
karena dapat terserap baik oleh selulosa atau zat
warna garam karena dalam pencelupannya selalu harus ditambah garam
untuk memperbesar penyerapan. Beberapa zat warna direk dapat
mencelup serat protein. Zat warna direk yang pertama dikenal adalah
Congo Red, ditemukan oleh Bottiger tahun 1884.1.Struktur Molekul Zat
Warna Direk tersusun oleh tiga unsur pokok yaitu :
a. Guguspembawa warna.
Gugus pembawa warna mempunyai sistim ikatan rangkap dan tunggal
berselang seling secara bergantian. Kebanyakan dalam zat warna direk
berbentuk Azo seperti mono azo,diazo, triazo dan tetra azo.
b.Gugus yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat. Menurut
F.L.Rose gugus ini terbagi dalam dua bagian yaitu: 1. Gugus
yang mempunyai elektron “Lonepair” dan berbentuk pemberi
elektron.contoh : -N=N- , H-O- , NH2, NHR.
2.Gugus yang mengandung hidrogen dan dapat mengadakan ikatan
hidrogen dengan serat. Gugus ini bertindak sebagai pemberi hidrogen.

Lonepair : pasangan tunggal


c. Gugus pelarut

Gugus Pelarut inilah yang menyebabkan zat warna larut


dalam suatu zat pelarut tertentu, misalnya dalam air.
contoh : SO3Na , COONa. Disamping memiliki gugus-gugus
tersebut di atas, zat warna direk harus mempunyai
persyaratan-persyaratan lainnya agar substantif terhadap
serat. Syarat-syarat yang dimaksudkan itu ialah :
1.Inti-inti aromatiknya harus terletak dalam satu bidang.
2.Molekul-molekul harus berbentuk linier.
3.Ada sistim konjugasi ganda yang dengan resonansi akan
mempermudah terbentuknya susunan “coplanar”, sehingga
mengakibatkan mempermudah terjadinya ikatan
hidrogen pada ujung sistim konjugasi.
Penggolongan Zat Warna
Direk Menurut Society of Dryer and Colourist zat
warna
Z.W. direk dapat digolongkan dalam tiga
golongan yaitu:
Golongan A, Yakni zat warna yang tanpa
penambahan garam mempunyai daya serap yang
baik dan daya perataan yang tinggi.
Pada permulaan pencelupan
mungkin diperoleh hasil yang tidak rata, tetapi ha
sil ini dapat diperbaiki dengan pendidihan.
Contoh dalam tabel berikut adalah zat warna
direk golongan A yang dipakai mencelup rayon
30 menit, suhu 90 C dan perbandingan larutan
1:10
Beranil F.Bordeau , CholorarolF.Black BKS,
Diazo BrillOrange , G.R Peramine E Red F

Sumber : Whittaker & Wilcock, Dyeing with


coaltar Dyestuff. Halaman 239

TUGAS : PER-GROUP, CARI KATALOG


(COLOR INDEX – CI) DIRECT DYES YANG
BERBEDA NAMA PRODUCT-NYA.
Golongan B, Yakni zat warna tanpa garam mempunyai
daya serap dan daya perata yang rendah.
Penambahan garam dalam pencelupan dengan zat war
na ini harus dilakukan berhati-
hati, sebab penambahan garam yang terlalu cepat akan
menghasilkan celupan yang tidak rata. Bila pada
permulan pencelupan diperoleh warna yang tidak rata,
akan sukar untuk diperbaiki.
Tabel berikut menunjukkan contoh zat warna direk golo
ngan B yang dipakai dalam pencelupan rayon seperti
contoh golongan A
Contoh zat warna direk golongan B :
Zat Warna BenzanilF. Brown , Cholorarol
Blue Diphenil BlueM2B 300
Sumber : Whittaker & Wilcock, Dyeing
with coaltar Dyestuff. Halaman 240

TUGAS : PER-GROUP, CARI KATALOG


(COLOR INDEX – CI) DIRECT DYES YANG
BERBEDA NAMA PRODUCT-NYA.
Golongan C, Yakni zat warna yang tanpa garam
mempunyai daya serap yang baik tapi daya
peratanya rendah.Pencelupan dengan zat warna
golongan ini harus dilakukan
dengan pengontrolan temperatur. Tabel berikut
ini menunjukkan contoh zat warnadirek
golongan C yang dipakai dalam pencelupan
rayon seperti golongan A

Contoh:Benzo Purpurin 4B180, Diphenil Brill


Blue FF 165, Paramine Black BH240
TUGAS : PER-GROUP, CARI KATALOG (COLOR INDEX – CI)
DIRECT DYES YANG BERBEDA NAMA PRODUCT-NYA.
Mekanisme Pencelupan

Menurut teori pencelupan, perpindahan zat warna dari larutan ke


dalam serat terjadi secara bertahap :
1.Difusi zat warna dalam larutan

Didalam larutan zat warna direk berbentuk molekul tunggal dan


beragregat. Molekul-molekul ini dalam keadaan gerak dan tidak
mempunyai arah tertentu. Gerakan secara terarah akan terjadi
jika ada gaya penggeraknya. Gaya penggerak ini dapat disebabkan
karena adanya gradien konsentrasi dalam larutan
atau perbedaan pontensial elektro statik dibagian-
bagian tertentu didalam larutan. Gerakan yang ditimbulkan oleh
adanya perbedaan konsentrasi tersebut disebut difusi. Difusi
merupakan proses pemindahan, dengan adanya proses difusi
maka akan terjadi proses pemindahan zat warna dari bagian
larutan yang berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi
rendah.
2. Adsorpsi zat warna ke permukaan serat

Serat dalam larutan cenderung bermuatan negatif, demikian pula


zatwarna direk dalam larutan juga bermuatan negatif. Dengan demi
kian akan terjadi gaya tolak menolak antara zat warna dengan serat.
Agar zat warna dapat menempel pada permukaan serat, maka zat
warna harus dapat melampaui beberapa rintangan, yaitu :
a.Rintangan muatan adalah rintangan yang dialami oleh butir
zatwarna direk untuk melekat pada permukaan serat karena adanya
gaya tolak menolak antara butir zat warna dengan
serat. b.Rintangan entropi adalah rintangan yang dialami oleh butir
zatwarna direk untuk melekat pada permukaan serat karena pengar
ahan molekul zat warna kurang. Posisi butir zat warna direk
dipermukaan serat harus sejajar dengan sumbu serat.
3.Difusi zat warna ke dalam serat

Adsorpsi zat warna pada permukaan serat menyebabkan konsentrasi


dipermukaan serat menjadi tinggi, sedangkan di dalam serat konsentrasi
mula-mula adalah nol. Apabila butir-
butir zat warna tersebut mempunyai energi untuk masuk ke dalam serat
maka akan terjadi proses pemindahan zat warna dari permukaan serat ke
dalam serat. Mula-mula butir zat warna dalam bentuk molekul tunggal atau
agregat kecil masuk ke dalam serat melalui daerah amorf. Dengan bantuan
panas serta mengembangnya kapas, maka butir-butir zat warna akan masuk
lebih cepat dan bermigrasi ke bagian kristalin lewat antar molekul selulosa.

4.Ikatan zat warna dengan serat


Setelah berada dalam serat, kemudian zat warna tersebut mengadakan
ikatan hidrogen dengan serat. Ikatan hidrogen terjadi antara gugus-gugus
yang bertindak sebagai pemberi elektron atau gugus-
gugus yang mengandung
hidrogen dan dapat mengadakan ikatan hidrogen dalam zat warna dengan
gugus-gugus hidroksil didalam serat. Ikatan hidrogen antara serat dengan zat
warna terjadi dalam dua bentuk,
yaitu:
a.Bentuk ikatan antara gugus hidroksil serat dengan gugus pemberi
elektron dalam zat warna. Dalam hal ini gugus hidroksil serat akan bertindak
sebagai pemberi hidrogen.
b.Bentuk ikatan antara gugus hidroksil serat dengan gugus yang
mengandung hidrogen dan dapat mengadakan ikatan hidrogen yang terdapat
pada zatwarna. Dalam hal ini unsur oksigen dari gugus hidroksil serat
akan bertindak sebagai pemberi elektron dan gugus zat warna sebagai pembe
ri hidrogen.

R - N - H --< O - Sel R - N  H O sel


│ │ │∕
H H N

Disamping ikatan hidrogen, dapat pula terjadi ikatan ” Van der Waals ”.Ikatan
”Van der Waals” antara selulosa dengan zat warna telah diteliti oleh deal, yaitu
karena adanya ikatan rangkap yang berkonyugasi dimana ujung dari ikatan
rangkap yang berkonyugasi saling tarik menarik dengan gugus hidroksil selulosa
Pengaruh NaCl terhadap Pencelupan serat kapas dengan Zat WarnaDirek

Adanya NaCl dalam larutan celup akan memperbesar penyerapan zat warna
oleh selulosa. Selulosa didalam larutan mempunyai muatan negatif dan akan
menolak anion zat warna. Adanya elektrolit akan mengurangi muatan negatif tersebut,
sehingga butir zat warna akan tertarik oleh serat karena gaya-gay Van der Waal atau ikatan
hidrogen telah bekerja dengan baik. Disamping itu NaCl akan mengurangi ionisasi butir zat
warna, sehingga diharapkan larutan celup lebih banyak mengandung butir zat warna yang
membentuk molekul tunggal atau agregat, karena yang terserap selulosa adalah butir zat
warna yang berbentuk seperti tersebut diatas. Dengan adanya NaCl tersebut maka
disamping mempercepat penyerapan juga akan memperbesar jumlah zat warna yang
terserap, sehingga diperoleh warna yang lebih tua. Zat warna golongan A dan C tidak begitu
peka terhadap garam. Pencelupan dengan zat warna ini dapat mencelup tua tanpa adanya
garam. Zat warna B sangat peka terhadap garam. Pencelupan dengan zat warna golongan
ini akan memberikan warna yang sangat muda tanpa adanya garam. Zat warna dengan
gugus sulfonat sedikit dapat mencelup selulosa dengan
warna tua tanpa garam. Zat warna dengan gugus sulfonat banyak hanya memberikan noda
tanpa adanya garam
REVIEW
Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung
dengan tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan.
Zat warna direk tersebut juga zat warna substantive karena dapat terserap baik oleh
selulosa, atau zat warna garam dalam pencelupannya. Beberapa jenis zat warna direk
dapat mencelup serat-serap protein.
Congo Red yang yang ditemukan oleh Bottiger pada tahun 1884, merupakan zat warna
direk yang pertama kali dikenal orang. Sebelum tahun 1884 serat selulosa dicelup dengan
zat warna mordan atau indigo dan zat warna lainnya yang sejenis.
Cara pemakaian kedua zat warna tersebut diatas, rumit dan mahal, sedangkan zat warna
direk, murah dan mudah pemakaiannya, meskpun ketahanan terhadap cucian, sinar, akali
dan lain-lainnya bernilai kurang.
Struktur kimia zat warna direk
Kebanyakan zat-zat warna golongan ini merupakan senyawa azo yang mengandung
gugusan sulfonat sebagai gugusan pelarut.
Zat warna direk, dapat merupakan senyawa mono-azo, di-azo, tri-azo atau tetraktis-azo.
Diamazine Scarlet B
(C.I Direct Red 118)
Dalam tahun 1887 Green membuat primulin
yang merupakan zat warna direk dengan inti
tiazol. Inti zat warna direk lain yang penting
adalah ftalosianin yang pada umumnya akan
memberikan warna biru kehijau-hijauan.
Teori pencelupan dengan zat warna direk

Gugusan hidroksil dalam molekul selulosa memegang peranan penting pada


pencelupan dengan zat warna direk. Apabila atom, hydrogen dari gugusan hidroksil
tersebut diganti dengan gugusan asetil (CH3COCl), maka serat tak dapat dicelup dengan
zat warna direk lagi. Hal tersebut disebabkan karena gugusan hidroksil dalam molekul
selulosa dapat mengadakan ikatan hidrogen dengan gugusan-gugusan hidroksil ; amina
dan azo dalam molekul zat warna.

Pada umumnya zat warna direk merupakan senyawa diazo yang mengandung beberapa
gugusan sulfonat. Oleh Meyer dikemukakan bahwa substantivitas zat warna direk hanya
terdapat pada molekul-molekul yang berbentuk memanjang sehingga dapat terletak
lurus di permukaan serat. Peristiwa dikhroisma merupakan salah satu bukti bahwa zat
warna direk memang terletak pada permukaan molekul-molekul serat yang terorientasi
sejajar dengan sumbu serat.

Maka senyawa azo yang berbentuk trans lebih substantive dari pada senyawa cis.
Kemudian Hodgson dan Mardsen menambahkan, selain molekul tersebut harus linear,
maka inti-inti aromatiknya harus pula terletak pada satu bidang. Misalnya senyawa
Benzopur-purin 4B adalah substantive, tetapi senyawa isomernya dengan inti dimetil,
benzidina tidak substantive.
Cis
Trans
Shcirm berpendapat bahwa substantivitas
disebabkan oleh suatu sistem ikatan rangkap
yang berkonyugasi yang kemudian oleh
Hodgson dan Marsden dengan teori resonansi
dimana inti-inti aromatiknya harus terletak
pada suatu bidang.

Peter dan sumber menegaskan bahwa substantivitas tidak hanya


disebabkan oleh terjadinya ikatan hydrogen antara zat warna dan selulosa,
tetapi jenis ikatan Van der Waals juga memegang peranan penting. Lead
menguatkan teori diatas dengan menyimpulkan bahwa afinitas ditimbulkan
oleh reaksi bolak-balik antara elektron-elektron di dalam sistem konyugasi
lanjut dengan atom-atom hydrogen dari gugusan hidroksi molekul selulosa.
Isoterm zat warna direk  SANGAT PENTING
Afinitas sesuatu zat warna direk mudah diamati
dengan menggambarkan kurva isotherm penyerapan,
yakni kurva yang melukiskan perbandingan antar zat
warna yang tercelup didalam serat dengan zat warna di
dalam larutan pada berbagai konsentrasi, diukur pada
suhu yang sama. Apabila isotherm tersebut merupakan
larutan sesuatu zat dalam sistem cairan dua fasa, maka
akan diperoleh isotherm garis lurus menurut rumus
Nernst.
Jenis isotherm yang kedua isotherm langmuir, yaitu yang kerap kali
dipergunakan dalam peristiwa pencelupan dimana serat-serat tekstil
dianggap mempunyai tempat-tempat tertentu yang aktif dan terbatas yang
dapat ditempati oleh molekul-molekul zat warna. Apabila tempat-tempat
tersebut telah terisi, maka penyerapan zat warna akan berhenti meskipun
konsentrasinya dalam larutan ditambah.
Jenis isotherm yang kedua isotherm langmuir,
yaitu yang kerap kali dipergunakan dalam
peristiwa pencelupan dimana serat-serat
tekstil dianggap mempunyai tempat-tempat
tertentu yang aktif dan terbatas yang dapat
ditempati oleh molekul-molekul zat warna.
Apabila tempat-tempat tersebut telah terisi,
maka penyerapan zat warna akan berhenti
meskipun konsentrasinya dalam larutan
ditambah.
KURVA ISOTERM LANGMUIR
Ds = Konsentrasi zat warna dalam larutan (gr/liter)
Df = Konsentrasi zat warna dalam serat (gr / kg).
Kemudian isotherm yang ketiga yang juga banyak
dipergunakan dalam pencelupan dalam isotherm
Freundlich. Isotherm tersebut tidak mempunyai
batas penempatan molekul-molekul zat warna dalam
molekul serat, dan dapat dituliskan dalam suatu
rumus atau bentuk kurva seperti pada gambar 28.
Beberapa zat warna direk akan mengikuti isotherm Freundlich, karena
ikatan hydrogen dan Van der Waals yang memungkinkan zat warna direk
terserap oleh selulosa secara praktis tidak terbatas jumlahnya.
Pengaruh elektrolit
Pada pokoknya penambahan elektrolit kedalam larutan
celup zat warna direk adalah memperbesar jumlah zat
warna yang terserap oleh serat, meskipun beraneka zat
warna akan mempunyai kesepakatan yang berbeda.
KURVA PENGARUH ELEKTROLIT
Zat warna direk A kurang peka terhadap elektrolit dari pada zat warna
B. selulosa di dalam larutan mempunyai muatan negatif pada
permukaannya, sehingga anion zat warna direk akan tertolak.
Elektrolit yang ditambahkan berfungsi akan mengurangi atau
menghilangkan muatan negatif, tersebut, hingga pada jarak yang
cukup dekat molekul-molekul zat warna akan teratrik karena gaya-
gaya Van deer Wals atau ikatan hydrogen yang telah dapat bekerja
dengan baik. Maka dapat disimpulkan bahwa zat-zat warna dengan
gugusan sulfonat yang banyak akan lebih mudah ditolak serat dari
pada yang sedikit.
Chricodine G akan tercelup tua meskipun tidak dengan penambahan
elektrolit, sedangkan pada Chlorazol Sky Blue FF akan hanya
memberikan penodaan saja. Tetapi apabila kita tambahkan garam
kedalam larutan celup maka chlorazol Sky Blue FF juga akan
memberikan celupan dengan warna tua.
Pengaruh Suhu

Pada umumnya peristiwa pencelupan adalah eksotermis. Maka dalam


keadaan setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi akan
lebih sedikit bila dibandingkan penyerapan pada suhu yang rendah. Akan
tetapi dalam praktek keadaan setimbang tersebut sukar dapat dicapai
hingga pada umumnya dalam pencelupan memerlukan pemanasan
untuk mempercepat reaksi.
Apabila suhu dinaikkan maka jumlah zat warna yang terserap pada
waktu singkat akan besar sehingga mencapai harga tertentu, kemudian
berkurang kembali
KURVA PENGARUH SUHU
Peristiwa tersebut akan menyebabkan perubahan ketusan warna bila
pencelupan dilakukan pada suhu mendidih kemudian larutan dibiarkan
mendingin kembali.
Pengaruh perbandingan larutan

Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara


besarnya larutan terhadap berat bahan tekstil yang diproses.
Dalam kurva isotherm terlihat bahwa kenaikan konsentrasi zat
warna dalam larutan akan menambah besarnya penyerapan.
Maka untuk mencelup warna-warna tua diusahakan untuk
memakai perbandingan larutan celup yang kecil, sehingga zat
warna yang terbuang atau hilang hanya sedikit. Untuk
mengurangi pemborosan dalam pemakaian zat warna dapat
mempergunakan larutan simpan bekas (standing bath)
celupan.
Dengan menambahkan zat warna baru pada larutan bekas
tadi maka dapat diperoleh larutan celup dengan konsentrasi
seperti semula.
Pengaruh pH
Zat warna direk biasa dipergunakan dalam
larutan netral.
Penambahan alkali mempunyai pengaruh
menambah penyerapan. Meskipun demikian
kerap kali dipergunakan soda abu hingga 3 % dan
untuk mengurangi kesadahan air yang dipakai
atau untuk memperbaiki ke larutan zat warna.
Ketahanan dan Sifat-sifat Zat Warna Direk
Zat warna direk pada umumnya mempunyai
ketahanan yang kurang baik terhadap
pencucian sedangkan ketahanannya terhadap
sinar adalah sedang, kecuali ada beberapa
yang mempunyai nilai cukup atau baik.
Demikian pula zat warna direk kurang tahan
terhadap oksidasi dan akan rusak oleh reduksi.
Zat warna direk mempunyai sifat yang
berbeda-beda didalam kerataan pada waktu
pencelupan.
Golongan A :
Yakni zat warna yang mudah bermigrasi : maka akan mempunyai daya perata
yang tinggi. Pada permulaan pencelupan mungkin diperoleh pencelupan yang
tidak rata. Tetapi hal ini mudah diatas yaitu dengan pndidihan yang lebih lama.

Golongan B :
Yakni zat warna yang mempunyai daya perata yang rendah, sehingga
penyerapan harus diatur dengan penambahan suatu elektrolit. Bila pada
permulaan pencelupan zat warna memberikan hasil celupan yang tidak rata,
maka sukar akan memperbaikinya.

Golongan C :
Yakni zat warna dengan daya perata yang rendah tetapi mempunyai daya
tembus yang baik meskipun tidak dengan penambahan sesuatu elektrolit.
Penetrasinya dapat diatur dengan menaikan suhu larutan celup.
Cara pemakaian zat warna direk

Zat warna direk golongan A


Pertama-tama zat warna dipestakan dengan air dingin dan zat pembahasa nonion atau
anipn; kemudian ditambahkan air yang mendidih sambil diaduk. Sebelum dituang ke
bejana celup yang berisi air, larutan induk disaring lebih dahulu.
Apabila air agak sadah maka dapat ditambahkan kedalamnya zat penghilang kesadahan
misalnya calgon atau soda abu sebanyak 1 – 3% dari berat bahan. Penambahan garam
dapur kedalam larutan celup untuk warna muda memerlukan 5 % garam dapur dari
berat bahan, warna sedang memerlukan 10% sedangkan warna tua memerlukan 20%.
Bahan dari selulosa setelah mengalami proses pengelantangan, dimasukan kedalam
larutan celup pada suhu 40 – 500C.
Kemudian suhu dinaikkan hingga mendidih dalam waktu 30 – 40 menit, dan diteruskan
dalam pendidihan selama 1 jam. Pad aumumnya pencelupan rata ; apabila belum rata
pencelupan dapat diteruskan dalam pendidihan selama beberapa menit.
Zat warna direk golongan B
Cara pencelupan zat warna golongan ini seperti pada zat warna golongan A, hanya
penambahan elektrolit diberikan bagian per bagian. Zat-zat aktif permukaan
misalnya Lyogen DK dapat ditambahkan untuk mengurangi kepekaan zat warna
terhadpa elektrolit dan membantu mengatur kecepatan penyerapan.

Zat warna direk golongan C


Pencelupan zat warna golongan ini harus dimulai pada suhu yang rendah dan tidak
dengan penambahan elektrolit. Penaikan suhu harus idlakukan dengan perlahan-
perlahan kemudian diteruskan dalam pendidihan selama 1 jam. Penambahan
elektrolit mempengaruhi sedikit ke-tuaan warna dan ditambahkan setelah larutan
celup mendidih.
Untuk tandingan warna hendaknya dipilih zat warna dari golongan yang sama dan
mempunyai kecepatan penyerapan yang sama pula.
Kurva dari suhu dan penyerapan akan membantu dalam tandingan warna ini.
Cara pemakaian zat warna direk pada suhu tinggi
Pencelupan zat warna direk dengan suhu yang tinggi akan memperbaiki daya
migrasi zat-zat warna direkgolongan B dan C, meskipun tidak dengan penambahan
elektrolit.
Beberpaa zat warna direk akan rusak dalam pendidihan yang lama, oleh karena sifat
mereduksi molekul-molekul selulosa terutama pada suasana alkali.
Oleh Butterworth zat warna direk ini digolongkan menurut kepekaannya terhadpa
suhu pencelupan yang tinggi sebagai berikut :
Golongan 1 :
Yaitu zat warna direk yang stabil pada suhu celup antara 1200C – 1300C dalam
suasana netral dan tahan pula terhadpa suasana alkali.

CONTOH ZAT-ZAT WARNA GOLONGAN 1

Nama Zat Warna Colour Index :


Durazol Yellow 6 GChorazol Orange C.1. Direct Yellow 46C.1. Direct Orange
POBenzo Purpurine 4 BDurazol Blue 8 1C.1. Direct Red 2C.1. Direct Blue 86
G
Golongan 2 :
Yaitu zatwarna direk yang stabil pada suhu tinggi dalam suasana
netral, tetapi akan rusak dalam suasana alkali.

Tabel 12
CONTOH ZAT-ZAT WARNA GOLONGAN 2

Nama Zat Warna Colour Index


ChrysophenineDurazol Orange RIcyl C.1. Direct Yellow 12C.1. Direct Orange
Brown GChlorazol Fast Red FDurazol 48C.1. Direct Brown 3C.1. Direct Red
Blue 4 RChilorazol Green GChlorazol 1C.1. Direct Blue 67C.1. Direct Green
Black RF 8C.1. Direct Black 4

Dalam pemakaian golongan ini, larutkan celup harus dijaga agar tetap netral. Oleh
karena itu sebaiknya digunakan ammonium sulfat sebagai penyangga sebanyak 0,5 kg
setiap 500 ltr. Larutan.
Golongan 3 :
Yaitu zat warna direk yang rusak pada suhu celup yang
tinggi dalam suasana netral atau alkali.
Contoh zat-zat warna direk golongan ini dapat dilihat
pada table berikut :
Tabel 13
CONTOH ZAT-ZAT WARNA DIREK GOLONGAN 3

Nama Zat Warna Colour Index :


Chlorazol Fast Orange RDirazol C.1. Direct Orange 26C.1. Direct Red
Brilliant Red BChlorazol Diazo Blue 3 80C.1. Direct Blue 138C.1. Black 51
GDurazol Grey BG

Kebanyakan zat-zat warna direk mempunyai penyerapan maksimum di bawah 1000C


dan afinitasnya pada suhu tersebut sudah kecil lebih-lebih pada suhu diatas 1000C.
Untuk memperoleh warna yang lebih tua dan rata maka bahan setelah dicelup pada
suhu diatas 1000C, hendaknya larutan dibiarkan mendingin hingga suhu 85 – 900C
untuk menambah besarnya penyerapan.
(II) C.I. Direct Blue 10 (C.I. 24340)

Source : The Theory of Coloration of Textiles, edited by C.L. Bird

For cellulosic fibres, a long planar molecule is required, as in I dan II, as well as one or more
anionic sulubilising groups, usually –SO3Na, but sometimes –COONa.
Tugas ke 2
• How to dye cotton with Direct Dyes
• References are better in English, but paper in
Bahasa Indonesia
• Each one different for paper (50 papers)
• The dyeing included: Dyes, auxciliaries agent,
method, temperature, time and dyeing diagrams
• Nilai: sempurna English  bhs Ind (90), bhs Ind
(60), Sama persis semuanya (30)
• Duration for paper making : one week

Anda mungkin juga menyukai