Disamping ikatan hidrogen, dapat pula terjadi ikatan ” Van der Waals ”.Ikatan
”Van der Waals” antara selulosa dengan zat warna telah diteliti oleh deal, yaitu
karena adanya ikatan rangkap yang berkonyugasi dimana ujung dari ikatan
rangkap yang berkonyugasi saling tarik menarik dengan gugus hidroksil selulosa
Pengaruh NaCl terhadap Pencelupan serat kapas dengan Zat WarnaDirek
Adanya NaCl dalam larutan celup akan memperbesar penyerapan zat warna
oleh selulosa. Selulosa didalam larutan mempunyai muatan negatif dan akan
menolak anion zat warna. Adanya elektrolit akan mengurangi muatan negatif tersebut,
sehingga butir zat warna akan tertarik oleh serat karena gaya-gay Van der Waal atau ikatan
hidrogen telah bekerja dengan baik. Disamping itu NaCl akan mengurangi ionisasi butir zat
warna, sehingga diharapkan larutan celup lebih banyak mengandung butir zat warna yang
membentuk molekul tunggal atau agregat, karena yang terserap selulosa adalah butir zat
warna yang berbentuk seperti tersebut diatas. Dengan adanya NaCl tersebut maka
disamping mempercepat penyerapan juga akan memperbesar jumlah zat warna yang
terserap, sehingga diperoleh warna yang lebih tua. Zat warna golongan A dan C tidak begitu
peka terhadap garam. Pencelupan dengan zat warna ini dapat mencelup tua tanpa adanya
garam. Zat warna B sangat peka terhadap garam. Pencelupan dengan zat warna golongan
ini akan memberikan warna yang sangat muda tanpa adanya garam. Zat warna dengan
gugus sulfonat sedikit dapat mencelup selulosa dengan
warna tua tanpa garam. Zat warna dengan gugus sulfonat banyak hanya memberikan noda
tanpa adanya garam
REVIEW
Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung
dengan tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan.
Zat warna direk tersebut juga zat warna substantive karena dapat terserap baik oleh
selulosa, atau zat warna garam dalam pencelupannya. Beberapa jenis zat warna direk
dapat mencelup serat-serap protein.
Congo Red yang yang ditemukan oleh Bottiger pada tahun 1884, merupakan zat warna
direk yang pertama kali dikenal orang. Sebelum tahun 1884 serat selulosa dicelup dengan
zat warna mordan atau indigo dan zat warna lainnya yang sejenis.
Cara pemakaian kedua zat warna tersebut diatas, rumit dan mahal, sedangkan zat warna
direk, murah dan mudah pemakaiannya, meskpun ketahanan terhadap cucian, sinar, akali
dan lain-lainnya bernilai kurang.
Struktur kimia zat warna direk
Kebanyakan zat-zat warna golongan ini merupakan senyawa azo yang mengandung
gugusan sulfonat sebagai gugusan pelarut.
Zat warna direk, dapat merupakan senyawa mono-azo, di-azo, tri-azo atau tetraktis-azo.
Diamazine Scarlet B
(C.I Direct Red 118)
Dalam tahun 1887 Green membuat primulin
yang merupakan zat warna direk dengan inti
tiazol. Inti zat warna direk lain yang penting
adalah ftalosianin yang pada umumnya akan
memberikan warna biru kehijau-hijauan.
Teori pencelupan dengan zat warna direk
Pada umumnya zat warna direk merupakan senyawa diazo yang mengandung beberapa
gugusan sulfonat. Oleh Meyer dikemukakan bahwa substantivitas zat warna direk hanya
terdapat pada molekul-molekul yang berbentuk memanjang sehingga dapat terletak
lurus di permukaan serat. Peristiwa dikhroisma merupakan salah satu bukti bahwa zat
warna direk memang terletak pada permukaan molekul-molekul serat yang terorientasi
sejajar dengan sumbu serat.
Maka senyawa azo yang berbentuk trans lebih substantive dari pada senyawa cis.
Kemudian Hodgson dan Mardsen menambahkan, selain molekul tersebut harus linear,
maka inti-inti aromatiknya harus pula terletak pada satu bidang. Misalnya senyawa
Benzopur-purin 4B adalah substantive, tetapi senyawa isomernya dengan inti dimetil,
benzidina tidak substantive.
Cis
Trans
Shcirm berpendapat bahwa substantivitas
disebabkan oleh suatu sistem ikatan rangkap
yang berkonyugasi yang kemudian oleh
Hodgson dan Marsden dengan teori resonansi
dimana inti-inti aromatiknya harus terletak
pada suatu bidang.
Golongan B :
Yakni zat warna yang mempunyai daya perata yang rendah, sehingga
penyerapan harus diatur dengan penambahan suatu elektrolit. Bila pada
permulaan pencelupan zat warna memberikan hasil celupan yang tidak rata,
maka sukar akan memperbaikinya.
Golongan C :
Yakni zat warna dengan daya perata yang rendah tetapi mempunyai daya
tembus yang baik meskipun tidak dengan penambahan sesuatu elektrolit.
Penetrasinya dapat diatur dengan menaikan suhu larutan celup.
Cara pemakaian zat warna direk
Tabel 12
CONTOH ZAT-ZAT WARNA GOLONGAN 2
Dalam pemakaian golongan ini, larutkan celup harus dijaga agar tetap netral. Oleh
karena itu sebaiknya digunakan ammonium sulfat sebagai penyangga sebanyak 0,5 kg
setiap 500 ltr. Larutan.
Golongan 3 :
Yaitu zat warna direk yang rusak pada suhu celup yang
tinggi dalam suasana netral atau alkali.
Contoh zat-zat warna direk golongan ini dapat dilihat
pada table berikut :
Tabel 13
CONTOH ZAT-ZAT WARNA DIREK GOLONGAN 3
For cellulosic fibres, a long planar molecule is required, as in I dan II, as well as one or more
anionic sulubilising groups, usually –SO3Na, but sometimes –COONa.
Tugas ke 2
• How to dye cotton with Direct Dyes
• References are better in English, but paper in
Bahasa Indonesia
• Each one different for paper (50 papers)
• The dyeing included: Dyes, auxciliaries agent,
method, temperature, time and dyeing diagrams
• Nilai: sempurna English bhs Ind (90), bhs Ind
(60), Sama persis semuanya (30)
• Duration for paper making : one week