Anda di halaman 1dari 11

PENCAPAN KAIN POLIESTER

DENGAN ZAT WARNA DISPERSI

I. MAKSUD DAN TUJUAN


 Mewarnai bahan tekstil dari serat poliester sesuai motif yang
ditentukan sehingga diperoleh warna yang permanen.
 Mengetahui prinsip pengerjaan pencapan zat warna dispersi pada
kain poliester.

II. TEORI DASAR


Serat poliester adalah serat hidrofob sehingga dalam proses
pencapannya digunakan zat warna yang hidrofob pula. Zat warna yang
paling sesuai untuk poliester ini adalah zat warna dispersi yang merupakan
zat warna yang tidak larut.
Zat warna ini dalam penggunaannya harus didispersikan terlebih
dahulu dengan suatu zat pendispersi sehingga partikel zat warna dalam
larutan menjadi kecil sehingga mudah masuk ke dalam serat.
Metode fiksasi untuk zat warna ini ada beberapa macam yaitu :
 Pengukusan Tekanan Normal
 Pengukusan tekanan tinggi
 Pengukusan suhu tinggi
 Udaera panas / Termofiksasi
Pada metoda pengukusan suhu tinggi ( steam ), kondensat uap
mengenai kain sehingga terjadi penggelembungan film pengental, tapi
pengental tidak terbakar seperti dalam metoda termofiksasi.
Pada metode termofiksasi bahan yang telah dicap dipanggang dalam
ruang panas mendekati suhu lelehnya. Dalam kondisi ini pori-pori serat
akan terbuka dan zat warna yang digunakan menyublim. Zat warna yang
telah berubah ke fasa gas ini kemudian masuk ke dalam serat. Segera
setelah kain keluar dari mesin stenter yang digunakan untuk proses fiksasi,
pori-pori serat akan tertutup kembali dan zat warna yang telah masuk
terjerembab dalam serat.
2.1. POLIESTER
Poliester terbentuk secara kondensasi menghasilkan polietilen
tereftalat yang merupakan suatu ester dari komponen dasar asam dan
alkohol yaitu asam tereftalat dan etilena glikol.

nHOOC COOH + nHO(CH2)2OH


( Asam Tereftalat ) ( Etilena Glikol )

OH OC COO(CH2)2O H + (2n1)H2O
n

Sifat-sifat polyester :
1. Kekuatan dan mulur 4.5 gram/denier dan 25% sampai 7.5
gram/denier dan 7.5% tergantung pada jenisnya.
2. Elastisitas baik sehingga kain polyester tahan kusut
3. Moisture regain 0.4% (keadaan standar) dan 0.6 – 0.8 % dalam
RH
4. Berat jenis polyester 1.38
5. Morfologi polyester berbentuk silinder dengan penampang
lintang bulat
6. Tahan asam lemah pada suhu didih dan tahan asam kuat dingin
7. Tahan basa lemah tetapi kurang tahan basa kuat
8. Tahan serangga, jamur, dan bakteri
9. Titik leleh 250 C di udara dan tidak menguning pada suhu
tinggi
10. Kekuatan berkurang dalam penyinaran yang lama.
11. Tahan terhadap zat oksidasi, alkohol, keton, sabun dan zat – zat
untuk pencucian kering.
2.2 ZAT WARNA DISPERSI
Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat
secara sintetik. Kelarutaanyya dalam air kecil sekali dan larutan
yang terjadi merupakan terdispersi atau partikel-partikel zat warna
yang melayang dalam air.
Sifat-sifat umum zat warna dispersi :
 Zat warna dispersi mempunyai berat molekul yang relatif kecil
( partikel 0,5-2 )
 Bersifat non ionik walaupun terdapat gugus-gugus fungsionl
seperti –NH2, -NHR, dan –OH. Gugus-gugus tersebut bersifat
agak polar sehingga menyebabkan zat warna sedikit larut
dalam air
 Kelarutan zat warna dispersi sangat kecil yaitu 0,1 mg/l pada
suhu 80 0C
 Tidak mengalami perubahn kimia selama proses pencelupan
berlangsung
Berdasarkan ketahaan sublimasinya, zat warna dispersi
dikelompokan menjadi empat golongan yaitu :
 Golongan A
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai berat molekul
kecil sehingga sifat pencelupannya baik karena mudah
terdispersi dan mudah masuk kedalam serat. Sedangkan
ketahanan sublimasinya rendah,yattu tersublim penuh pada
suhu 100 0C. Pada umumnya zat warna dispersi golongan ini
digunakan untuk pencelupan serat rayon asetat dan poliamida,
tetapi dapat juga digunakan untuk pencelupan poliester pada
suhu 100 0C tanpa penambahan zat pengemban.
 Golongan B
Zat warna dispersi golongan ini memiliki sifat pencelupan yang
baik dengan ketahanan sublimasi cukup, yaitu tersublim penuh
pada suhu 1900C. Sangat baik untuk pencelupan poliester, baik
pencelupan dengan cara carrier zat pengemban pada suhu didih
(1000C) maupun cara pencelupan suhu tinggi (130 0C).
 Golongan C
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai sifat pencelupan
cukup dengan ketahanan sublimasi tinggi, yaitu tersublim
penuh pada suhu 200 0C. Bisa digunakan untuk pencelupan
dengan cara carrier, suhu tinggi maupun termosol dengan hasil
yang baik.
 Golongan D
Zat warna golongan ini mempunyai berat molekul yang paling
besar diantara keempat golongan lainnya sehingga mempunyai
sifat pencelupan paling jelek karena sukar terdispersi dalam
larutan dan sukar masuk ke dalam serat. Akan tetapi memiliki
ketahanan sublimasi paling tinggi, yaitu tersublim penuh pada
suhu 220 0C. Sangat baik untuk dipergunakan untuk cara
pencelupan suhu tinggii dan cara termosol.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1. Alat
1. Screen Printing
2. Meja printing
3. Rakel
4. Mesin Stenter
5. Mesin Steamer
6. Alat bantu : mixer, pengaduk, neraca, gelar ukur, bak (panic) .
3.2. Bahan
1. Pengental alginate dan CMC
2. Zat warna dispersi
3. Natrium hidrosulfit
4. Natrium karbonat
5. Teepol
6. Bahan kain yang akan dicap dari serat poliester
IV. RESEP
A. Pengental Induk
Alginat 5 % : bagian
CMC : bagian
B. Pencapan Dispersi
Zat warna dispersi : g
Pengental : g
Glyserin : g
Asam sitrat : g
Pendispersi : g
Balance : g
g
B. Pencucian Reduksi
Na2S2O4 : g/l
Na2CO3 : g/l
Suhu : ºC
C. Pencucian Sabun
Teepol : cc/l
Na2CO3 : g/l
Suhu : ºC

V. FUNGSI ZAT
Zat warna dispersi : Mewarnai bahan dari serat poliester
Zat Pendispersi : Zat untuk mendispersikan zat warna.
Na2S2O4 : Dalam suasana alkali sebagai zat reduktor untuk
menghilangkan zat warna yang tidak terdispersi
Alginat dan CMC : Sebagai zat pengental
Gliserin :Membantu mempermudah proses pendispersian zw
VI. DIAGRAM ALIR PROSES

PENCAPAN Bahan dicap dengan pasta zat warna dispersi

DRYING Bahan dikeringkan pada suhu 100 ˚C, 2 mnt

STEAM THERMO
FIKSASI
Pengukusan suhu 180 ºC, 5 mnt Stenter suhu 180 ºC selama 60 detik

CUCI DINGIN Melunakkan pasta cap yang digunakan

CUCI PANAS Melepaskan pasta cap yang digunakan

CUCI REDUKSI
Mereduksi sisa zat warna yang menempel
agar mudah dihilangkan

Pembilasan menghilangkan sisa sabun


PENYABUNAN
Kemudian bahan dikeringkan.

BILAS DAN Menghilangkan sisa zat yang digunakan


KERINGKAN

VII. CARA KERJA


1. Persiapan Alat dan Bahan
2. Pembuatan Pengental
a. Alginat dan CMC bubuk ditimbang sesuai kebutuhan,
sementara air hangat untuk pembuat pengental disiapkan
sesuai kebutuhan. ( dibuat secara terpisah )
b. Ke dalam air hangat, bubuk pengental dimasukkan sedikit
demi sedikit sambil dikocok dengan mixer sampai terbentuk
larutan yang kental.
c. Setelah keduanya jadi, campurkan 1 bagian alginate dengan 2
bagian CMC.
3. Pelarutan Zat warna
Zat warna dispersi ditambahkan air hangat dan zat pendispersi sambil
diaduk sampai zat warna terdispersi.
4. Pembatan Pasta cap
Pengental sesuai kebutuhan ditakar, kemudian zat warna yang
didiseprsikan dimasukkan ke dalam pengental sedikit demi sedikit
sampai merata. Bila perlu dilakukan pengadukan dengan mixer.
5. Proses Pencapan
a. Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi
terbuka sempurna dan konstan pada meja cap.
b. Screen diletakkan tepat berada pada bahan yang akan dicap
c. Dengan bantuan rakel, pasta cap ditaburkan pada screen pada
bagian pinggir kasa (tidak mengenai motif) secara merata
pada seluruh permukaan.
d. Frame ditahan agar mengepres pada bahan, kemudian
dilakukan proses pencapan dengan cara memoles screen
dengan pasta cap menggunakan rakel.
e. Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan
menekan ke bawah agar dapat mendorong zat warna masuk
ke motif.
f. screen dilepaskan ke atas.
g. Untuk screen ke dua (jenis naftol berbedaberbeda), screen
dipasangkan dengan mempaskan posisi motif , agar kedua
motif dapat berimpit dengan tepat.
h. Dilakukan proses pencapan seperti point di atas.
i. Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit mongering
kemudian angkat secara hati-hati
6. Setelah dicap dengan pasta cap, bahan dikeringkan pada mesin stenter
7. - Bahan I ditermofiksasi pada suhu 180 ºC selama 60 detik
- Bahan II disteam pada suhu 180 ºC selama 5 menit.
8. Bahan dicuci dingin, kemudian cuci panas.
9. – Bahan A di-RC , kemudian disabun
- Bahan B langsung disabun
10. Bahan dikeringkan.
VIII. DISKUSI
IX. KESIMPULAN
X. DAFTAR PUSTAKA
Arifin Lubis, S. Teks, dkk, Teknologi Pencapan Tekstil, STTT, 1998
Serat-Serat Tekstil, ITT, 1983

Anda mungkin juga menyukai