Anda di halaman 1dari 13

LAJU REAKSI

MAKALAH

(diajukan untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah Kimia Umum II)

oleh :

Lina Melinda

Putra Nando Silalahi

Rahadian Noor Madany

Raka Al-Farisy Setiadi

Reza Faisal Abdillah

Widya Dwi Annisa

PRODI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2018
Laju Reaksi
Dalam reaksi kimia terdapat perbedaan laju reaksi antara reaksi yang satu dengan reaksi
yang lain. Misalnya ketika kita membakar kertas, reaksi berlangsung begitu cepat sedangkan reaksi
pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang sangat lama. Dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa reaksi kimia memiliki laju reaksi yang berbeda.
Dalam ilmu kimia laju reaksi kimia dipelajari dalam kinetika kimia. Kinetika kimia adalah
bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang laju reaksi kimia, bagaimana cara menghitung
laju suatu reaksi kimia dan berbagai hal yang mempengaruhinya.
Cepat lambatnya suatu reaksi kimia yang berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk per satuan waktu. Konsentrasi
biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas, satuan konsentrasi dapat
diganti dengan satuan tekanan seperti atmosfer, millimeter merkurium, atau pascal. Satuan waktu
yang digunakan dapat berupa detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun bergantung pada reaksi
tersebut berjalan cepat atau lambat.
Laju reaksi = Perubahan konsentrasi
Satuan waktu
Untuk mengukur laju reaksi, perlu dilakukan analisis secara langsung maupun tak langsung
tak langsung banyaknya, produk yang terbentuk atau banyaknya reaksi yang tersisa setelah
penggal waktu tertentu.
Contoh :
2 NO2 (g) N2 (g) + 2 O2 (g)
Laju reaksi kimia dapat dinyatakan sebagai laju penguraian konsentrasi molar NO2 atau Laju
pertambahankonsentrasi molar N2 dan O2.

Sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya, laju pembentukan O2 adalah setengah dari
laju pengurangan NO2, yaitu :
Ada beberapa cara menentukan laju reaksi, salah satunya itu ditentukan melalui percobaan,
yaitu dengan mengukur konsentrasi salah satu reaksi salah satu produk pada selang waktu yang
berlangsung lambat ini dapat ditentukan dengan cara mengeluarkan sampel dari campuran reaksi
lalu menganalisanya dengan contoh sebagai berikut :

CH3 COOHs + H2O → CH2 COOH + C2H5OH

(Etil asesat) (Air) (Asam Asesat) (Etanol)


Reaksi tersebut sangat lambat berlangsungnya sehingga konsentrasi asam asetat yang
dihasilkan dengan mudah dapat ditentukan dengan menggunakan suau larutan asam basa.
Cara yang lebih umum adalah dengan menggunakan suatu alat yang dapat menunjukkan
secara kontinu suatu perubahan yang menyertai reaksi. Untuk reaksi gas yang disertai perubahan
mol, alat dirancang dapat mengukur perubahan bahan tekanan gas, contohnya sebagai berikut :
2NaO5 (g) ® 4NO2 (g) + O2
Reaksi tersebut disertai pertambahan jumlah mol gas yang menyebabkan pertambahan
tekanan yang dapat dibaca dengan mometer semakin banyak N2O5 yang terurai semakin besar
tekanannya, jika reaksi berlangsung pada volume dan suhu yang tetap maka pertambahan tekanan
dapat dikatakan dengan tambahan mol dengan demikian laju penguraian NaO5 dapat ditentukan.
Suatu reaksi dapat terjadi bila antar zat-zat yang terlibat reaksi saling bertumbukan (terjadi
kontak fisik antara yang satu dengan yang lain), namun tidak semua tumbukan tersebut
menghasilkan reaksi, sebab partikel-partikel yang bertumbukan harus mempunyai energi yang
cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan.
Energi Aktivasi (Ea) adalah adalah energi minimum yang diperlukan untuk
melangsungkan terjadinya suatu reaksi. Contohnya dalam reaksi endoterm dan eksoterm di bawah
ini :

Jadi baik dalam reaksi endoterm (menyerap kalor) maupun eksoterm (melepas kalor) tetap
butuh energi aktivasi. Semakin rendah energi aktivasinya maka semakin mudah reksi dapat
berlangsung. Jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang lebih rendah dari energi
aktivasi, maka tidak akan terjadi reaksi. Mereka akan kembali ke keadaan semula. Bayangkanlah
energi aktivasi sebagai tembok dari reaksi. Hanya tumbukan yang memiliki energi sama atau lebih
besar dari aktivasi energi yang dapat menghasilkan terjadinya reaksi.
Di dalam reaksi kimia, untuk mencerai-beraikan ikatan kimia dibutuhkan energi dan untuk
membentuk ikatan-ikatan baru dilepaskan energi. Umumnya, ikatan-ikatan harus diceraikan
sebelum ikatan-ikatan yang baru terbentuk. Maka baik dalam reaksi endoterm maupun eksoterm
tetap dibutuhkan energi untuk mencerai-beraikan ikatan-ikatan kimia untuk memulai terjadinya
suatu reaksi. Energi yang dibutuhkan inilah yang disebut sebagai energi aktivasi (Ea). Ketika
tumbukan-tumbukan tersebut relatif lemah, dan tidak cukup energi untuk memulai proses
penceraian ikatan. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak bereaksi.

Faktor-faktor yang Mempercepat Reaksi

1. Memperluas permukaan zat padat.


2. Memperbesar konsentrasi (kepekatan) larutan.
3. Memperbesar tekanan (memampatkan volume wadah) gas.
4. Menaikkan suhu (memperbesar energi kinetiknya).
5. Menambahkan katalis (menurunkan energi aktivasi).

Efek dari Luas Permukaan pada Laju Reaksi

Semakin zat padat terbagi menjadi bagian kecil-kecil, semakin cepat reaksi berlangsung.
Bubuk zat padat biasanya menghasilkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan sebuah bongkah zat
padat dengan massa yang sama. Karena bubuk padat memiliki luas permukaan yang lebih besar
daripada sebuah bungkah zat padat. Semakin luas permukaan suatu zat maka semakin besar
kemungkinan terjadinya tumbukan.
Efek dari Perubahan Konsenterasi Zat pada Laju Reaksi

Agar suatu reaksi dapat berlangsung, partikel zat-zat yang bereaksi pertama-tama haruslah
bertumbukan. Jika konsentrasinya tinggi maka semakin mudah bertumbukan, sehingga laju
reaksinya akan bertambah.

Efek dari Perubahan Tekanan pada Laju Reaksi

Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan gas pereaksi akan meningkatan laju
reaksi. Perubahaan tekanan pada suatu reaksi yang melibatkan hanya zat padat maupun zat cair
tidak memberikan perubahaan apapun pada laju reaksi. Peningkatan tekanan dari gas akan
berpengaruh pada peningkatan konsentrasi. Jika Anda memilki gas dalam massa tertentu, semakin
Anda meningkatkan tekanan maka semakin kecil juga volumenya. Dan jika volumenya kecil
sedangkan massanya sama maka semakin tinggi konsentrasinya.

Efek dari Perubahan Suhu pada Laju Reaksi

Ketika Anda meningkatkan temperatur maka laju reaksinya akan meningkat. Laju reaksi
akan berlipatganda setiap kenaikan suhu tertentu. Dan angka dari derajat suhu yang diperlukan
untuk melipatgandakan laju reaksi akan berubah secara bertahap seiring dengan meningkatnya
temperatur. Jika Anda memanaskan suatu benda, maka partikel-partikelnya akan bergerak lebih
cepat (energi kinetiknya akan naik) sehingga frekuensi terjadinya tumbukan juga akan meningkat.
Jika suhu dinaikkan a0C maka reaksi terjadi b kali lebih cepat (dalam soal nilai a biasanya = 100C
dan nilai b = 2 kali). Laju reaksi saat suhunya dinaikkan dari T1 menjadi T2 (∆T) menjadi :
Keterangan :

Waktu (t) yang diperlukan untuk terjadinya suatu reaksi berbanding terbalik dengan
peningkatan kecepatan. Atau dengan kata lain semakin meningkat suhu maka waktu yang
diperlukan juga semakin singkat :

Efek dari Katalis pada Laju Reaksi


Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi dengan cara memberikan jalan
lain terjadinya reaksi yang memiliki energi aktivasi yang lebih rendah sehingga reaksi tersebut
lebih mudah terjadi. Namun zat katalis struktur kimianya pada akhir reaksi tidak mengalami
perubahan. Selain itu ketika reaksi selesai, kita akan mendapatkan massa katalasis yang sama
sesuai dengan massa awalnya ketika zat tersebut ditambahkan. Sehingga katalis dianggap tidak
bereaksi. Zat-zat yang sering digunakan sebagai katalis adalah logam-logam golongan transisi atau
senyawa-senyawanya. Otokatalis adalah katalis yang dihasilkan oleh reaksi itu sendiri.
Ingat, katalais hanya mempengaruhi laju pencapaian kesetimbangan, bukan posisi keseimbangan
(misalnya : membalikkan reaksi). Katalis tidak menggangu gugat hasil suatu reaksi
kesetimbangan.

Orde Reaksi dan Persamaan Laju

Mengukur laju reaksi


Laju reaksi biasanya diukur dengan melihat seberapa cepat konsentrasi suatu
reaktan/pereaksi berkurang pada waktu tertentu. Atau dengan mengamati seberapa cepat
konsentrasi suatu produk/hasil reaksi bertambah pada waktu tertentu. Berarti satuan laju reaksi
adalah M/s (molaritas/sekon).

Orde Reaksi
Orde reaksi selalu ditemukan melalui percobaan. Kita tidak dapat menentukan apapun
tentang orde reaksi dengan hanya mengamati persamaan dari suatu reaksi. Dalam percobaan
tersebut kita mengamati pengaruh penambahan konsentrasi tiap-tiap reaktan/pereaksi terhadap laju
reaksi. Jika konsentrasi salah satu zat dinakkan menjadi a kali dan ternyata laju reaksinya menjadi
b kali, maka :

[a]orde = b

Dari pengambaran di atas, orde reaksi berupa bilangan pangkat dari konsentrasi zat-zat yang
bereaksi. Jadi andaikan kita telah melakukan beberapa percobaan untuk menyelidiki apa yang
terjadi dengan laju reaksi dimana konsentrasi dari satu reaktan,misal namanya A, berubah,
Beberapa hal-hal yang akan kita temui adalah :

a. laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi A


Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A, laju reaksi akan berlipat ganda pula. JIka
kita meningkatkan konsentrasi A menjadi dua kali lipat maka laju reaksi pun akan menjadi 2 kali
lipat. Yang berarti orde reaksi terhadap A sama dengan satu.

b. laju reaksi berbanding lurus dengan kuadrat konsentrasi A


Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A, laju reaksi akan berlipat menjadi kuadrat
konsentrasi tersebut. JIka kita meningkatkan konsentrasi A menjadi dua kali lipat maka laju reaksi
pun akan menjadi 22 = 4 kali lipat. Yang berarti orde reaksi terhadap A sama dengan dua.

c. Laju reaksi tidak terpengaruh dengan konsentrasi A


Hal ini berarti laju reaksi tidak terpengaruh oleh penambahan konsentrasi A. Yang berarti orde
reaksi terhadap A sama dengan nol (0).

Jika reaksi yang terjadi melibatkan dua reaktan atau lebih maka tiap-tiap reaktan kita cari orde
reaksinya, kemuduan orde reaksi total merupakan hasil penjumlahan orde reaksi dari tiap-tiap
reaktan.
Persamaan Laju Reaksi
Pemahaman tentang orde reaksi akan lebih jelas dalam bentuk persamaan reaksi. Misialnya terjadi
reaksi anrata zat A dan zat B sebagai berikut :

Maka bentuk persamaan reaksinya adalah :

Keterangan :
v = laju reaksi (M/s)
k = ketetapan laju reaksi
[A] = konsentrasi zat A (M)
[B] = konsentrasi zat B (M)
m = orde reaksi terhadap zat A
n = orde reaksi terhadap zat B

Orde Reaksi = m + n

Berikut ini disajikan beberapa contoh kasus yang dapat terjadi :


a. Orde reaksi A = 1 dan B = 1, berarti ordereaksi totalnya = 2 dan bentuk persamaannya :

b. Orde reaksi A = 2 dan B = 1, berarti ordereaksi totalnya = 3 dan bentuk persamaannya :

c. Orde reaksi A = 2 dan B = 0, berarti ordereaksi totalnya = 2 dan bentuk persamaannya :

Dengan mengetahui orde reaksi zat A dan B beserta konsentrasi tiap-tiap zat tersebut dan
kecepatan reaksinya kita dapan menentukan nilai dari ketetapan laju reaksi (k) tersebut.
Ketetapan laju sebenarnya tidak benar-benar konstan. Ketetapan ini dapat berubah-ubah, sebagai
contoh, jika kita mengubah temperatur dari reaksi, menambahkan katalis atau merubah katalis.
Jadi tetapan laju akan konstan untuk reaksi yang diberikan hanya apabila kita mengganti
konsentrasi dari reaksi tersebut sedangkan temperatur dan tekanannya tidak berubah/konstan.

Cara Menentukan Orde Reaksi


Orde reaksi dari suatu reaksi dapat ditentukan melalui eksperimen. Eksperimen dilakukan
dengan mengubah-ubah konsentrasi salah satu zat yang bereaksi dengan cara
menaikkan/menurunkan konsentrasinya sedangkan konsentrasi zat-zat lain dibuat tetap. Tiap-tiap
perubahan konsentrasi yang terjadi kita amati perubahan laju reaksinya atau waktu reaksinya.
Misalnya data eksperimen laju reaksi sebagai berikut :

Untuk mencari orde reaksi zat A kita perlu membandingkan dua data percobaan yang
konsentrasi zat B nya tetap. Yakni kita pilih dua diantara percobaan 1, 4 dan 5. Tujuan dari
pemilihan konsentrasi B yang sama adalah agar perbandingan zat B nya sama dengan 1 : 1,
sehingga berapapun nilai orde reaksi B tetap perbandingan zat B nya 1 : 1. Ingat angka satu
dipangkatkan berapapun nilainya tetap satu. Dalam contoh kali ini saya menggunakan percobaan
ke 1 dan 4, maka perbandingan kedua percobaan tersebut adalah :
Dengan cara yang sama kita dapat mencari besarnya orde reaksi zat B. misalnya menggunakan
data percobaan 1 dan 2 maka orde reaksi B = 1.

Terkadang data percobaan tidak terbentuk perbandingan yang pas misalnya besar v1 tidak
sama dengan 6 melainkan 6,13 sedangkan v4 tidak sama dengan 24 melainkan 24,49. Maka harus
kita bulatkan sehingga perbandingan akhirnya tetap 1 : 4.
Terkadang data percobaan yang ada terbatas. Misalnya data percobaan 1 dan 2 tidak ada,
maka untuk mencari orde reaksi A kita tidak mengalami kesulitan karena kita bisa menggunakan
data percobaan 4 dan 5 yang mempunyai nilai konsentrasi B yang sama.
Lalu….bagaimana jika kita mau mencari orde reaksi B ??
Yang terpenting untuk mencari orde reaksi B adalah harus menggunakan data percobaan
yang nilai konsentrasi B nya tidak sama. Yaitu data percobaan 3 dan 4.
Terkadang juga data yang diketahui bukanlah kecepatan reaksi melainkan waktu reaksinya.
Maka kita harus menggunakan perbandingan terbalik. Misalnya kita ingin mencari orde reaksi
A dengan menggunakan data percobaan 1 dan 4 maka bentuk perbandingannnya :

Jadi persamaan reaksi di atas adalah :

Dengan menggunakan salah satu data percobaan kita dapat memperoleh besarnya nilai ketapannya
(k), misalnya data percobaan 1 :
6 = k.[0,1]2.[0,1]
k=6
sehingga persamaan reaksinya menjadi :
v = 6.[A]2.[B]

Anda mungkin juga menyukai