Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL

PENYEMPURNAAN RESIN ANTI KUSUT PADA KAIN KAPAS, RAYON, DAN T/C

Dosen
M. Widodo, AT, M.Tech.,P.hD
Hardianto, S.S.T, M.Eng.
Desiriana

Disusun Oleh
Sabine Marianne Simbolone 13050017
Andri Ariya Lesmana 13050020
Sri Farida 13050024

POLITEKNIK STT TEKSTIL

BANDUNG

2015
Penyempurnaan Anti Kusut Pada Kain Kapas, T/C Dan Rayon Menggunakan Resin

I. MAKSUD DAN TUJUAN


A. MAKSUD
Melakukan penyempurnaan anti kusut pada kain serta kestabilan dimensi dengan
menggunakan variasi jumlah resin dengan suhu curing , dan membuat hasil
penyempurnaan berdasarkan kekuatan tarik dan sudut kembali dari kekusutannya.

B. TUJUAN
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyempurnaan anti kusut pada kain
kapas.
2. Menganalisis hasil praktikum
3. Mengetahui proses penyempurnaan anti kusut pada kain kapas, seperti mempersiapkan
bahan untuk melakukan evaluasi kusut.

II. TEORI DASAR


A. Serat Kapas
Serat kapas merupakan jenis kain yang terbuat dari serat selulosa. Serat selulosa
merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selubiosa, dengan derajat
polimerisasi (DP) bervariasi. Diantara sifat-sifat kapas adalah :
 Kekuatan kering 3-4 g/d dan kekuatan basahnya 3,3-6,4 g/d dengan berat molekul
kapas 1,50-1,56.
 Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
 Rusak oleh beberapa indikator dan penghidrolisa.
 Rusak oleh asam kuat pekat dan encer.
 Terpengaruhnya sedikit oleh alkali .
 Mudah diserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.

Asam kuat akan menghidrolisa serat dan menyerang jembatan oksigen sehingga serat
terpotong dan DP menurun. Alkali Pekat akan menggelembungkan serat pada dinding
sekunder, sehingga penampang melintang serat membulat, menyebabkan kilau serat
dan kekuatan bertambah karena terpilin atau menggelembung.
Kapas terdiri dari lapisan – lapisan antara lain :
 Kutikula yang berfungsi untuk melindungi serat dari oksidasi atmosfir dan komponen
ultraviolet.
 Dinding primer yang biasa disebut miofibril yang merupakan lapisan yang tersusun
sebagai lapisan benang – benang halus.
 Dinding sekunder merupakan lapisan yang terdiri dari fibril – fibril yang bergabung
membentuk spiral yang mengelilingi sumbu serat. fibril – fibril ini arah puntirannya
berubah – ubah dengan selang tertentu sepanjang sumbu serat yaitu sebagian kearah S
dan disambung oleh fibril yang kearah Z..
 Lumen merupakan lubang ditengah serat yang ukurannya sesuai dengan kedewasaan
serat. lumen berisi cairan protoplasma yang akan menguap pada saat buah terbuka,
sehingga ukuran lumen mengecil dan mengkerut membentuk seperti ginjal.
 Struktur kimia kapas merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi molekul-
molekul  anhidro glukosa yang dihubungkan dengan jembatan oksigen
CH CH2OH H OH CH2OH
OH
O H O O
H H O H
OH H OH H H
OH H (S) (S)
H (S) OH H
(S)
H
(S) OH H
O H O O H
H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH

Struktur Kimia Rantai selulosa

( S. Suprijono, Serat-Serat tekstil, Tahun 1974, hal 84 )


Gambar.2.1 strutur kimia selulosa

Dari gambar terlihat pada masing-masing unit glukosa terdapat tiga gugus hidroksil,satu
gugus hidroksil primer dan dua gugus hidroksil sekunder. Gugus-gugus ini yang
memegang peranan penting dalam proses pencelupan dan penyempurnaan.

B. Serat Poliester
Pada praktikum kali ini digunakan bahan kain dari campuran antara serat poliester dan
kapas. Cara pencampurannya sendiri sepertinya dilakukan pada saat proses pemintalan
benangnya. Karena sifat keduanya yang saling mendukung, seperti kekuatan maupun
pegangannya, kedua jenis serat ini sering dicampurkan untuk dapat menutupi sifat-sifat
yang kurang baik bila kain terdiri dari satu jenis serat saja.
Poliester dibuat dari reaksi antara senyawa asam tereftalat dengan etilena glikol. Berikut
ini skema pembuatan serat tersebut :

Gambar 3.2
Struktur molekul serat poliester
(P. Soeprijono S.Teks, dkk, Serat Serat Tekstil, ITT, Bandung, 1974)
Gambar.2.2 struktur molekul poliester

Skema diatas memperlihatkan pembuatannya yang menggunakan asam tereftalat sebagai


bahan baku yang membuat sifat poliester memiliki titik didih yang lebih tinggi.
Sedangkan penggunaan etilena glikol, dapat membentuk ester menjadi lebih kuat karena
suhu reaksi yang lebih tinggi. Proses polimerisasi asam tereftalat dan etilena glikol ini
dilakukan dalam kondisi suhu tinggi dan hampa udara. Serat poliester ini memiliki
kristalinitas yang tinggi dan tidak memiliki gugus yang aktif sehingga sangat sukar
ditembus oleh molekul yang berukuran besar atau tidak bereaksi dengan zat warna anion
maupun kation.

Struktur fisika serat poliester ini pada penampang melintangnya berbentuk bulat. Bentuk
seperti ini memberikan pantulan cahaya yang diberikan lebih sempurna dan membuat
warna terlihat lebih brilian (mengkilap). Sifat elastisitasnya sangat baik seperti serat
termoplastik lainnya, sehingga dalam keadaan normal, kain dari poliester memiliki
ketahanan kusut yang sangat baik. Karena titik lelehnya yang sangat tinggi, maka kain
dari serat poliester ini pun cukup tahan terhadap sinar matahari langsung, dan tidak
mudah menguning bila disimpan dalam waktu yang cukup lama.

C. Serat Rayon
Rayon viskosa adalah serat selulosa diregenerasi sehingga strukturnya sama dengan serat
selulosa yang lain, kecuali derajat polimerisasinya lebih rendah karena terjadinya
degradasi rantai polimer selama pembuatan seratnya.
Sebagai bahan dasar adalah kayu yang dimurnikan dan dengan natrium hidroksida
dirubah menjadi selulosa alkali. Kemudian dengan karbon disulfida dirubah menjadi
natrium selulosa xantat dan selanjutnya dilarutkan di dalam larutan natrium hidroksida
encer. Larutan ini kemudian diperam dan akhirnya dipintal dengan cara pemintalan basah
menggunakan larutan asam.

Sifat-sifat serat rayon viskosa :

 Kekuatan dan mulur. Kekuatan serat rayon viskosa kira-kira 2,6 gram per denier dalam
keadaan kering dan kekuatan basahnya kira-kira 1,4 gram per denier. Mulurnya kira-
kira 15 % dalam keadaan kering dan 25 % dalam keadaan basah.
 Moisture. Moisture regain serat rayon viskosa dalam kondisi standar ialah 12-13 %.
 Elastisitas. Elastisitasnya jelek. Apabila dalam pertenunan benagnya mendapat suatu
tarikan mendadak kemungkinan benangnya tetap mulur dan tidak mudah kembali lagi.
 Berat jenis. Berat jenisnya adalah 1,52.
 Sifat listrik. Dalam keadaan kering rayon viskosa merupakan isolator listrik yang baik
tetapi uap air yang diserap oleh rayon akan mengurangi daya isolasinya.
 Sinar. Dalam penyinaran kekuatannya berkurang.
 Panas. Rayon viskosa tahan terhadap penyetrikaan tetapi pemanasan dalam waktu lama
menyebabkan rayon berubah menjadi kuning.
 Sifat kimia. Rayon viskosa lebih cepat rusak oleh asam dibandingkan dengan kapas
terutama dalam keadaan panas. Pengerjaan dengan asam encer dingin dalam waktu
singkat biasanya tidak berpengaruh, tetapi suhu tinggi akan merusak serat rayon
viskosa. Rayon viskosa tahan pelarut-pelarut untuk pencucian kering.
 Sifat biologi. Jamur akan menyebabkan rayon viskosa berkurang kekuatannya serta
berwarna.
 Morfologi. Bentuk memanjang serat rayon viskosa seperti silinder bergaris dan
penampang lintangnya bergerigi
D. Kain T/C
Tetron Cotton (TC) atau biasa disebut katun TC adalah kain yang terbuat dari dua bahan
yang berbeda: Tetron (65%) dan Cotton (35%). Tetron merupakan bahan turunan dari
polyester, bahan dasar dari material ini adalah biji plastik, bukan kapas seperti pada katun.
Baju yang terbuat dari bahan TC tidak akan menyusut jika dibandingkan dengan bahan
kaos yang terbuat dari 100% katun. Namun, karena poliester kurang bisa menyerap
kelembaban atau keringat, akibatnya adalah kaos bahan TC akan terasa sedikit lebih panas
saat dikenakan. Jika dibandingkan dengan kaos bahan katun, keunggulan kaos bahan TC
adalah dari segi ekonomis. Karena harga polyester lebih murah dari pada harga katun,
maka bahan kaos TC harganya relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan bahan katun.
Keunggulan lainnya adalah, sifat poliester lebih tahan lama dibandingkan kapas. Jadi,
kaos bahan TC dapat tahan lebih lama atau awet dan juga lebih tahan terhadap kotoran.
Perkembangan terkini dari kaos polos bahan TC adalah munculnya bahan TC yang bisa
menyamai kelembutan katun. Cara pembuatannya adalah kaos bahan TC diolah lebih
lanjut dengan menggunakan bahan kimia pelembut kaos. Hasilnya adalah meskipun bahan
TC tidak 100% katun, kelembutannya tidak kalah dengan bahan katun murni. Beberapa
kalangan pedagang kain menyebut bahan jenis ini dengan nama TC SOFT (singkatan dari
SOFTener) atau TC halus. Bagi kalangan pembeli yang awam dengan bahan kaos,
mungkin akan sulit membedakan kualitas antara bahan TC Soft dengan katun. Satu-
satunya cara untuk membedakan adalah dengan mengenakan kaos tersebut dan
merasakannya dengan kulit anda dibawah sinar matahari. Jika terasa lebih panas,
kemungkinan bahan tersebut adalah bukan 100% katun

E. Penyempurnaan Anti Kusut


Penyempurnaan tahan kusut merupakan salah satu bentuk aplikasi penyempurnaan resin
yang ditujukan untuk memperbaiki sifat ketahanan kusut kain-kain selulosa seperti kapas
dan rayon yang diketahui memang mudah kusut dalam pemakaian dan berakibat
mengurangi nilai estetikanya. Kain-kain tersebut dipilih terutama karena kenyamanannya,
namun demikian pada saat yang sama orang juga menginginkan agar perawatannya lebih
mudah seperti halnya pada kain-kain yang terbuat dari serat-serat sintetik semisal po-
liester.
Zat-zat kimia yang digunakan untuk keperluan ini sering disebut sebagai resin, sehingga
penyempurnaan kimia untuk kain-kain selulosa, yang pada umumnya memang
membutuhkan penyempurnaan tahan kusut, sering pula disebut penyempurnaan resin.
Akan tetapi, sesungguhnya, tidak semua penyempurnaan kimia, bahkan untuk selulosa
sekalipun, merupakan penyempurnaan resin karena tidak semuanya menggunakan resin
untuk mendapatkan efek penyempurnaan yang diinginkan.
Jadi, resin pada dasarnya adalah polimer, dan penyempurnaan resin adalah istilah umum
yang digunakan untuk merujuk kepada pengerjaan-pengerjaan kimia yang melibatkan
polimerisasi untuk mendapatkan efek-efek baru yang diinginkan pada bahan. Meski
demikian, orang tidak menyebut penyempurnaan tolak air dengan senyawa fluorokarbon,
misalnya, sebagai penyempurnaan resin, walaupun di sana berlangsung pembentukan
polimer berupa lapisan film tipis pada permukaan serat. Istilah “resin” dan
“penyempurnaan resin” sebetulnya lebih sering ditemui dalam teks-teks lama yang
berkaitan terutama dengan penyempurnaan tahan kusut.

F. APLIKASI RESIN PADA PROSES PENYEMPURNAAN TAHAN KUSUT


Resin untuk penyempurnaan tahan kusut tidak digunakan dalam bentuk polimernya,
melainkan dalam bentuk prakondensat, yaitu hasil reaksi polimerisasi kondensasi
setengah jalan antara monomer-monomer penyusun resin, yang memiliki ukuran cukup
kecil untuk berpenetrasi masuk melalui pori-pori ke bagian dalam serat, yaitu bagian
amorf. Pada saat pemanasawetan prakondensat dari jenis reaktan akan bereaksi
membentuk ikatan-silang dengan rantai molekul serat dan menjadi bagian dari polimer
serat, sedangkan prakondensat dari jenis self-crosslinking (swa-ikat-silang) membentuk
polimer tiga-dimensi yang mengisi ruang antar rantai molekul pada bagian amorf dan
mencegah pergeseran relatif rantai molekul dengan cara menutup ruang geraknya
(blocking).
Prakondensat resin biasanya tersedia dalam bentuk larutan bening agak kental, dan pada
umumnya memiliki masa simpan/pakai 6 bulan bila disimpan dengan cara yang baik.
Penyimpanan yang kurang baik dapat mengakibatkan kerusakan pada prakondensat, yang
ditandai dengan perubahan pada viskositas dan sifat alirnya (mengental dan bahkan
mengeras) serta timbulnya warna, dan mengurangi masa pakainya. Tahap aplikasi resin
untuk penyempurnaan tahan kusut (dan kebanyakan proses penyempurnaan cara kontinyu
pada umumnya) adalah seperti berikut:

RENDAM-PADDING  PENGERINGAN  CURING


a. Rendam-Padding
Campuran perendam ini terdiri dari dua komponen yaitu resin anti kusut (Suntex
Resin MF ) dan katalis (DAP). Pereaksi untuk kondensat dapat dipakai menurut dua
cara, yaitu sebagai pereaksi yang belum terkondensasi atau sebagai kondesat awal.
Penggunaan pereaksi yang belum terkondensasi memiliki kekurangan-kekurangan,
formaldehid adalah sangat reaktif dan sangat mudah menguap,sehingga pengguanaan
dalam jumlah yang banyak akan memperbesar berat molekul dan sebagian menguap
secara kontinyu.Oleh karena itu pemakaian sebagai kondensasi awal akan lebih
menguntungkan. Pengontrolan dari hasil kondensasi adalah penting dan sebaiknya
digunakan kondensat dengan berat molekul rendah, karean kondensat dengan berat
molekul tinggi tidak akan masuk kedalam serat.

b. Pengeringan
Pengeringan dari kain yang diimpregnasi harus sedemikian rupa sehingga tidak
terbentuk resin diantara rongga dan hanya pada permukaan saja. Selanjutnya
pengeringan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga distribusi pereaksi dalam serat
tidak terganggu ini berarti, bahwa air yang menguap dari dalam, bila tidak maka
materi yang larut dalam air akan terkondensasi pada permukaan. Jadi proses
pengeringan lambat harus dihindari, karena proses ini membawa resis ke permukaan.
Demikian pula penarikan berlebih selama penarikan akan mempermudah cairan
berpindah ke permukaan.

c. Pemanas awetan/Curring
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka tahap pemanasan/curing harus dikontrol
dengan baik. Pada umumnya digunakan temperatur pemanasan ditentukan oleh
macam katalis yang digunakan, asam organik seperti asam tatrat memerlukan sampai
2 menit pada suhu 160o C sesuai menurut tebal kainnya. Tujuan pokok dari perlakukan
panas adalah untuk mengawetkan sifat yang diinginkan, sehingga bersifat lebih
permanen. Pemanas awetan secara kering sering menghasilkan produk yang getas,
lebih-lebih untuk rayon. Oleh karena diperlukan proses pemanas awetan dengan uap.
Dengan demikian ketahanan terhadap gosokan dapat diperbesar juga.

III.PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan : Bahan yang digunakan :


 Gelas ukur 100 ml  Kain kapas
 Pipet volum  Kain TC
 Pengaduk  Kain Rayon
 Nampan plastik  Resin
 Timbangan digital  Katalis
 Mesin stenter  Air
 Mesin padder
 Setrika
 Dinamometer
 Crease Recovery Tester

Timbang
Timbang bahan
bahan dan
dan zat
zat yang
yang dibutuhkan
dibutuhkan sesuai
sesuai resep
resep

Buat
Buat larutan
larutan penyempurnaan
penyempurnaan anti
anti kusut
kusut

Rendam
Rendam kain
kain dalam
dalam larutan
larutan anti
anti kusut
kusut

Proses
Proses padding
padding kain
kain dengan
dengan WPU
WPU 70%
70%
B. Diagram Alir
0
Drying
Drying suhu
suhu 100
100 0CC 11 menit
menit

0 0
Proses
Proses curing
curing suhu
suhu 150
150 0CC –– 170
170 0CC 22 menit
menit

0
Evaluasi
Evaluasi %
% kekuatan
kekuatan Tarik
Tarik (untuk
(untuk kain
kain dengan
dengan suhu
suhu curing
curing 160
160 0C)
C)

Evaluasi
Evaluasi sudut
sudut kembali
kembali dari
dari kekusutan
kekusutan (untuk
(untuk semua
semua kain)
kain)
C. Resep
Larutan penyempurnaan anti kusut
Resin anti kusut = 40-80 g/L
Katalis = 20% dari resin
WPU = 70%
Drying = 1000C , 1 menit
Curing = 170 0C, 2 menit

D. Fungsi Zat
Resin = resin anti kusut yang dasarnya adalah polimer yang digunakan dalam proses
kimia untuk memperbaiki sifat ketahanan kusut dari kain selulosa dan sintetik
Katalis = untuk membantu mempercepat reaksi polimerisasi dan pembentukan ikatan
silang pada saat pemanas awatan.

E. Skema Proses

Padding
WPU 70 %

O
Drying 100 C curing
1 menit
1500C - 170 0C, 2 menit

Perendaman

F. Perhitungan Resep
Jumlah larutan = 100 ml
Resin anti kusut = (50 gr/1000 ml) x 100 ml
= 5 gr
Katalis 20% dari jumlah resin = 20/100 x 5gr = 1 gr

G. Cara Kerja
 Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses
penyempurnaan anti kusut.
 Menghitung dan menimbang kebutuhan zat-zat kimia berdasarkan resep yang telah
ditentukan untuk larutan penyempurnaan anti kusut.
 Masukkan air dingin ke dalam bak plastik sebanyak 200 ml dan masukkan resin sambil
diaduk pelahan untuk mencegah penggumpalan, setelah itu masukkan katalis.
 lalu rendam kain di dalamnya hingga seluruh bagiannya terbasahi, dan kemudian di
padding dengan WPU 70%
 Keringkan kain (pre drying) dengan mesin stenter suhu 100 0C selama 3 menit dan
dilanjutkan dengan pemanasawetan (curing) suhu 160 0C selama 5 menit.
 Evaluasi kain yaitu uji ketahanan kusut
a. Ketahanan kusut berdasarkan besar sudut kembali dari kekusutan (crease
recovery)
b. Kekuatan tarik
H. Data Percobaan
Data Konsentrasi Larutan
Konsentrasi resin anti kusut yang digunakan
Kelompok 2 50 g/L

Data Derajat Kekusutan Kain Uji


Kapas1 Kapas2 Rayon1 Rayon2 T/C1 T/C2
Kelompok 2 75 82 86 90 97 103
Rata-rata 76 88 100

Data Derajat Kekusutan Kain Uji Blanco


Kapas1 Kapas2 Rayon1 Rayon2 T/C1 T/C2
Blanco 70 72 96 131 124
Rata-rata 76 85 100
I. Hasil Percobaan

Kapas Dengan Larutan Kapas Tanpa Larutan

Rayon Dengan Larutan Rayon Tanpa Larutan

T/C Dengan Larutan T/C Tanpa Larutan


IV. Diskusi

Praktikum penyempurnaan anti kusut pada kain kapas dimaksudkan untuk mendapatkan efek
tahan kusut dan kestabilan dimensi pada bahan. Pada proses ini dilakukan perbedaan
kosentrasi resin dan variasi suhu proses curring sehingga dapat diketahui pengaruhnya
terhadap hasil kain yang diuji.
Pada penyempurnaan anti kusut, resin anti kusut akan berpenetrasi ke dalam serat mengisi
ruang antar rantai molekul bereaksi membentuk ikatan-silang dengan rantai molekul serat dan
menjadi bagian dari polimer serat pada bagian amorf, dan mencegah pergeseran relatif rantai
molekul dengan cara menutup ruang geraknya, sehingga meningkatkan ketahanan kusutnya.
Hasil ketahanan kusut yang baik sangat dipengaruhi oleh jenis serat, konsentrasi resin, serta
kondisi prosesnya.
Pada prosesnya pembuatan larutan anti kusut diperlukan zat pembantu, diantaranya yaitu
katalis, zat ini bekerja mempercepat reaksi polimerisasi dan pembentukan ikatan silang pada
saat pemanasawetan (curring). Penambahan katalis pada larutan dilakukan paling akhir sesaat
sebelum kain direndam. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya proses polimerisasi
dini pada larutan resin anti kusut sehingga kerja katalis lebih maksimal.
Proses pengeringan dilakukan pada suhu 1000C berfungsi untuk mencegah migrasi zat-zat
penyempurnaan. Pada proses curring diperlukan suhu yang lebih tinggi (1500C-1700C),
karena katalis akan terurai dan berpolimerisasi pada suhu tinggi
.
Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh derajat kekusutan paling tinggi yaitu 1270
yang dilakukan oleh kelompok 5 pada suhu curring 1700C pada serat kapas.

V. Kesimpulan

Dari pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh pada
hasil proses penyempurnaan anti kusut adalah konsentrasi resin anti kusut, suhu serta
prosesnya.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa nilai derajat anti kusut
terbesar adalah nilai yang dikerjakan oleh kelompok 5 dengan suhu curring 1700C dengan
konsentrasi resin anti kusutnya 80g/L dan nilai derajat anti kusut yang paling rendah adalah
nilai yang dikerjakan oleh kelompok 1 dengan suhu curring 1500C dengan konsentrasi resin
anti kusutnya 40 g/L.

DAFTAR PUSTAKA
Hendrodyantopo, S., S.Teks. M.M, dkk. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung :
Sekolah Tinggi Tekstil.

Soeprijono, P. S.Teks. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

Susyami, N.M., S.Teks., M.Si., dkk. Bahan Ajar Praktek Teknologi Penyempurnaan Kimia.
Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai