Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGENDALIAN KOROSI


SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2022/2023

PROTEKSI KATODIK

Dosen Pembimbing : Yunus Tonapa Sarungu, Ir., MT.

Disusun Oleh : Kelompok 4


2B / Diploma III – Teknik Kimia

Kautsar Fadhil Hakim 211411045


Khalaida Fania Fatah 211411046
Mariam Busra Al-abrar 211411047
Mohamad Rico Pribawan W 211411048

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2022/2023
I. TUJUAN PRAKTIKUM
A. Mahasiswa mengetahui proses pengendalian korosi pada pipa
menggunakan proteksi katodik anoda korban.
B. Mahasiswa mengetahui pengaruh keberadaan backfill terhadap kinerja
sistem proteksi anoda korban dalam tanah.
C. Mahasiswa mengetahui pengaruh jarak pipa terhadap sistem proteksi anoda
korban.
D. Mahasiswa mengetahui pengaruh jarak penempatan Cupric Sulfate
Electrode (CSE) terhadap pengukuran potensial proteksi pada perpipaan.
E. Mahasiswa mengetahui pengaruh insulating joint pada metode proeksi
katodik simulator perpipaan.
F. Mahasiswa mengetahui sistem proteksi katodik simulator perpipaan dan
jembatan.
II. TAHAPAN KERJA
Tahapan kerja adalah serangkaian proses yang dijalankan sesuai dengan
SOP atau ketentuan yang berlaku. Pada praktikum ini, kami melakukan
praktikum dengan beberapa tahapan, diantaranya :
A. Mempersiapkan (setup) berbagai bahan dan peralatan yang akan
digunakan, diantanya tercantum dalam tabel berikut ini :

NAMA JUMLAH GAMBAR


ALAT
Avometer 1 Buah

Testbox 1 Perangkat
SA

Elektroda 1 Perangkat
CuSO4
(CSE)

Transforme 1 Perangkat
r
Kabel ±10 Meter
Tembaga

Obeng 1 Buah
(Anoda
Inert)
Jembatan ±1,5 Meter
Besi (Fe)

Rectifier 1 Perangkat

B. Prinsip Proteksi Katodik

Sumber: https://antaliestakl36.blogspot.com/2017/11/proteksi-
katodik.html
Gambar 1. Contoh Penerapan Proteksi Katodik
C. Prosedur Pengukuran Potensial Natural Pipa
1. Lepaskan sambungan terminal merah (dari anoda korban) dengan
terminal hitam (dari pipa) pada testbox.
2. Hubungkan terminal hitam (dari pipa) dengan avometer
(menggunakan elektroda pembanding CSE yang ditancanpakan ke
tanah).
3. Amati dan catat nilai potensial natural pipa yang tertera pada
avometer.
4. Sambungkan kembali terminal merah dengan terminal hitam pada
testbox untuk keperluan proteksi

D. Prosedur Pengukuran Potensial Anoda Korban

1. Lepaskan sambungan terminal merah (dari anoda korban) dengan


terminal hitam (dari pipa) pada testbox.
2. Hubungkan terminal merah (dari anoda) dengan avometer
(menggunakan elektroda pembanding CSE yang ditancapkan ke
tanah).
3. Amati dan catat nilai potensial anoda korban yang tertera pada
avometer.
4. Sambungkan kembali terminal merah dengan terminal hitam pada
testbox untuk keperluan proteksi.
E. Prosedur Pengukuran Potensial Anoda Korban
1. Terminal merah (dari anoda korban) dengan terminal hitam (dari
pipa) harus dalam keadaan terhubung (proteksi sedang berjalan).
2. Hubungkan terminal hitam (pipa yang diproteksi) dengan avometer
(menggunakan elektroda pembanding CSE yang ditancapkan ke
tanah).
3. Amati dan catat nilai potensial proteksi yang tertera pada avometer.
4. Bandingkan dengan nilai potensial standar proteksi katodik (-0,85
V/CSE)
III. TABEL DATA PENGAMATAN

A. Anoda Korban
Potensial Pipa
Potensial Potensial Pipa
Pipa Terproteksi
Anoda (mV) (mV)
(mV)
SA1 -1,614 -1,028 -1,237
SA2 -0,028 -1,104 -1,109
SA3 -0,468 -1,161 -1,167

Sacrificial Anode
2
Potensial (-mV)

1.5
1
0.5
0
SA1 SA2 SA3
Pipa

Potensial Anoda (-mV) Potensial Pipa (-mV)


Potensial Pipa Terproteksi (-mV)

B. Impressed Current
Impressed Current Potensial (-mV)
1C 1 -1,107
1C 2 -1,113
1C 3 -1,117
1C 4 -1,167
Impressed Current
1.18
1.167
1.16
Potensial (-mV)

1.14

1.12 1.117
1.113
1.107
1.1

1.08

1.06
1C 1 1C 2 1C 3 1C 4

Potensial (-mV)

C. Insulating Joint

KODE 1 (-mV) 2 (-mV)


IJ_A -1,266 -0,522
IJ_B -1,266 -0,953
Keterangan
1 : Potensial sebelum insulating joint
2 : Potensial setelah insulating joint

Potensial Insulating Joint


1.4
1.2
Potensial (-mV)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2

Potensial sebelum insulating joint Potensial setelah insulating joint

D. Jembatan (Bridge)

KODE P1 (mV) S1 (mV) P2 (mV) S2 (mV)

B1 -1,016 -0,051 -1,024 -0,051


B2 -1,016 -0,085 -1,024 -0,063
Keterangan
P : Potensial Pipa
S : Potensial Kontruksi

Potensial Jembatan (Brdige)


1.2
1.016 1.024 1.016 1.024
1
Potensial (-mV)

0.8

0.6

0.4

0.2 0.085
0.051 0.051 0.063
0
B1 B2

Potensial Pipa 1 Potensial Kontruksi 1


Potensial Pipa 2 Potensial Kontruksi 2
E. Potensial Terhadap Waktu
Waktu (s) Potensial (mV)
0 -0,941
5 -0,493
10 -0,472
15 -0,463
20 -0,459

Grafi k Potensial Terhadap Waktu


0
-0.1 0 5 10 15 20 25
-0.2
-0.3
-0.4 -0.472 -0.463 -0.459
Potensial

-0.493
-0.5 Potensial
-0.6
-0.7
-0.8
-0.941
-0.9
-1
Waktu
IV. PEMBAHASAN
Pada praktikum proteksi katodik, tujuan utama didalam percobaan
ini yakni untuk melindungi atau memproteksi logam agar tidak terjadi
reaksi korosi pada suatu material yang akan menimbulkan permasalahan,
misalnya seperti kebocoran dan kerusakan pada sistem perpipaan.
Kemudian, terdapat 2 metode dalam memproteksi suatu katodik, yaitu
dengan cara SACP dan ICCP.
Pada prinsipnya, kedua metode tersebut memiliki prinsip proteksi
yang hampir sama, yakni membajiri material yang akan diproteksi
(katodik) dengan electron sampai nilai potensial dari material tersebut
bergeser ke titik imun, sehingga pada saat material berada di titik imun,
maka tidak akan terjadi reaksi redoks pada material yang menjadi cikal
bibit pipa terkorosi.
Perbedaan kedua metode SACP dan ICCP yakni berada pada bahan
dan pola proteksinya saja, SACP atau Sacrifice Anode ini memproteksi
katoda dengan mengorbankan electron dari anoda, hal itulah yang menjadi
alas an mengapa metode ini disebut dengan metode proteksi katodik
Anoda Korban, logam yang digunakan sebagai anoda adalah Magnesium
(pada kondisi daratan), Alumunium (pada kondisi air asin/laut) dan Seng
(pada kondisi air rawa).
Kemudian perbedaannya dengan metode ICCP atau Impressd
Current yaitu, metode ini memproteksi katoda dengan electrode yang
berasal dari logam inert dan arusnya dialiri langsung dari listrik PLN.
Lalu, tujuan kedua dalam praktikum proteksi katodik ini adalah
mengukur beda potensial pada pipa yang diproteksi dengan kedua metode
tersebut, bermacam macam pipa yang kami uji, salah satunya pipa U yang
dipasangkan insulating joint, pipa Bridge, dan pipa panjang. Pengukuran
beda potensial dilakukan menggunakan Avometer dengan pembanding
berupa Cu yang berada pada kesetimbangan Cu dan Cu2+ atau sering
disebut dengan CSE.
Berdasarkan teori pada proteksi anoda korban, nilai beda potensial
pada pipa terproteksi semestinya lebih kecil dari beda potensial anoda
korban yang digunakan. Setelah melakukan 3 kali pengukuran beda
potensial pada 3 testbox yang berbeda, didapatkan 1 testbox yang
memiliki nilai beda potensial pada anoda korban yang lebih kecil
dibandingkan pipa terproteksinya, yaitu -1,614 mV untuk anoda korban,
dan -1,237 untuk pipa terproteksi. Hal ini disebabkan karena lamanya
waktu anoda korban mengalirkan arus atau memproteksi pipa dari sejak
pertama kali anoda korban tersebut digunakan sehingga electron pada
anoda yang digunakan telah habis ataupun rusak dan harus segera
diperbarui agar pipa dapat tetap terproteksi. Jika nilai potensial anoda lebih
negatif dari pipa terproteksi maka elektron yang seharusnya mengalir dari
anoda korban ke bahan proteksi, malah akan terjadi sebaliknya yaitu
elektron akan mengalir dari pipa menuju anoda sehingga bahan proteksi
lambat laun akan rusak hingga hancur. Selain karena pemakaian yang telah
berlangsung lama, nilai beda potensial anoda yang lebih negatif dapat
terjadi akibat kelalaian pada saat pemasangan rangkaian proteksi katodik
yang dapat melukai badan pipa yang telah di coating. Selain satu testbox
yang memiliki nilai beda potensial anoda korban yang lebih negatif, dua
testbox lainnya memiliki beda potensial pipa terproteksi yang lebih negatif
sera beda potensial pada dua kabel yang menuju pipa memiliki nilai sama,
hal ini menunjukan bahwa proteksi katodik anoda korban masih bekerja
dengan baik.
Pada pengukuran beda potensial pipa yang diproteksi dengan
metode ICCP memiliki rata rata beda potensial di angka -1,1 mV hal ini
sudah sesuai dengan standar proteksi ICCP dimana beda potensial
maksimal yang dimiliki oleh pipa yang diproteksi yaitu -1,1 mV. Jika pipa
yang diproteksi memiliki beda potensial yang lebih negatif dari standar
tersebut maka akan terjadi “over protected” dimana aliran elektron yang
berlebihan pada pipa tidak lagi melindungi pipa tetapi akan merusak pipa.
Beda potensial pada pengukuran yang memiliki nilai paling negatif pada
angka -1,167 mV hal ini disebabkan karena lokasi pengukuran paling
dekat dengan sumber arus, semakin dekat dengan sumber arus maka nilai
potensial akan menjadi semakin negatif sebaliknya semakin jauh
pengukuran dari sumber arus maka beda potensial akan semakin
mendekati positif. Nilai beda potensial yang paling kecil nilai negatifnya
berada pada angka -1,107 yang kemungkin besar hal ini disebabkan karena
pipa pada area pengukuran tersebut dekat dengan bebatuan dan kondisi
tanah sehingga mempengaruhi nilai beda potensial.
Insulating joint merupakan sambungan yang menghubungkan pipa
yang terproteksi menggunakan anoda korban dengan pipa yang terproteksi
menggunakan ICCP. Sambungan tersebut menggunakan bahan isolator
sehingga tidak akan ada arus yang mengalir antara dua pipa yang
dihubungkan tersebut. Pada pengukuran Insulating Joint didapatkan
potensial pipa sebesar -1,226 mV pada bagian bawah serta -0,522 mV
pada bagian atas, hal ini menunjukan insulating joint masih bekerja
dengan baik atau masih dalam kondisi yang baik karena tidak terjadi
kebocoran arus. Apabila nilai potensial pada bagian bawah dan atas sama
maka dapat disimpulkan bahwa terjadi kebocoran arus pada insulating
joint. Kebocoran arus pada insulating joint selain dikarenakan isolator
sudah tidak bekerja dengan baik dapat terjadi pada saat hujan sedang turun
dan membasahi dua pipa yang dihubungkan. Air yang merupakan
penghantar arus yang baik membasahi dua pipa yang dihubungkan
sehingga arus pada kedua pipa tersebut akan mengalir atau terjadi
kebocoran arus. Sehingga pada pengukuran beda potensial di insulating
joint tidak dapat dilakukan pada kondisi hujan. Selain itu, nilai beda
potensial pada bagian bawah memiliki nilai yang lebih negatif dikarenakan
pipa pada bagian bawah merupakan pipa yang diproteksi menggunakan
ICCP dan sangat dekat dengan sumber arus, menjadikan pipa bagian
bawah memiliki nilai negatif yang besar.
Pada pengukuran beda potensial didaerah jembatan perpipaan atau
bridge didapatkan nilai beda potensial pipa di ujung satu bernilai -1,016
mV dan pada ujung lainnya bernilai -1,024 mV. Niilai beda potensial
dikedua ujung pipa terukur hampir sama hal ini menunjukan tidak ada arus
listrik yang bocor ke konsstruksi jembatan. Bilai nilai beda potensial di
kedua ujung pipa berbeda maka ada kemungkinan terdapat kebocoran arus
antara pipa dan konstruksi jembatan. Nilai potensial konstruksi jembatan
yang terukur memiliki nilai -0,085 mV dan berbeda jauh dari nilai beda
potensial pipa sehingga disimpulkan tidak ada kebocoran antara pipa dan
konstruksi jembatan. Pada pelaksanaan praktikum dilakukan pengaliran
arus dengan sengaja antara pipa dan konstruksi dengan menghubungkan
menggunakan kabel, setelah dilakukan pembocoran arus dengan sengaja
didapatkan nilai beda potensial konstruksi jembatan sebesar -1,051 mV
dimana beda potensial tersebut hampir sama dengan beda potensial pipa.
Pipa baja yang diputuskan aliran arusnya dengan anoda korban
atau dengan kata lain diputuskan proteksinya memiliki nilai beda potensial
yang semakin lama semakin kecil angka negatifnya, pada pengukuran
setiap 2 menit didapatkan beda potensial sebesar -0,941 mV, -0,493 mV, -
0,472 mV, -0,463 mV, dan -0,459 mV. Hal ini disebabkan aliran antara
anoda korban dan pipa terproteksi terputus sehingga nilai beda potensial
pipa yang semula lebih, negatif lambat laun akan mengecil angkat
negatifnya.

V. KESIMPULAN
A. Pada prinsip proteksi katodik Anoda Korban (SACP), logam yang
berperan sebagai Anoda membajiri material yang akan diproteksi
(katodik) dengan electron sampai nilai potensial dari material tersebut
bergeser ke titik imun, sehingga pada saat material berada di titik
imun, maka tidak akan terjadi reaksi redoks pada material yang
menjadi cikal bibit pipa terkorosi. SACP atau Sacrifice Anode ini
memproteksi katoda dengan mengorbankan electron dari anoda, hal
itulah yang menjadi alas an mengapa metode ini disebut dengan
metode proteksi katodik Anoda Korban, logam yang digunakan
sebagai anoda adalah Magnesium (pada kondisi daratan), Alumunium
(pada kondisi air asin/laut) dan Seng (pada kondisi air rawa).
B. Jarak pipa terhadap system proteksi katodik sangat mempengaruhi
nilai potensial proteksinya, yaitu semakin dekat jarak pipa yang
diproteksi dengan anoda korban, maka akan semakin besar juga nilai
potensialnya.
C. Penempatan jarak pembanding CSE pada pengukuran beda potensial
dapat berpengaruh pada hasil pengukuran beda potensial, semakin jauh
CSE dari benda yang akan diukur maka hasil pengukuran akan
menjadi kurang akurat.
D. Insulating Joint pada sistem proteksi katodik perpipaan berfungsi
untuk menghubungkan dua pipa yang diproteksi menggunakan metode
proteksi yang berbeda. Insulating joint terbuat dari bahan yang bersifat
isolator sehingga tidak ada arus yang mengalir anatara pipa yang
dihubungkan dan nilai beda potensial di kedua pipa akan tetap sesuai
dengan metode proteksi yang digunakan di masing masing pipa.
DAFTAR PUSTAKA

A.W. PEABODY. 2001. Peabody’s Control Of Pipeline Corrosion, Second


Edition. Texas: NACE International The Corrosion Society.
Chess, Paul, Grønvold, Karnov. 2005. Cathodic Protection of Steel in Concrete.
Copenhagen: Cathodic Protection International.
Einar Bardal. 2004. Corrosion and Protection. Norway: Springer.
Fitzgerald, John. 2004. Cathodic Protection for On-Grade Storage Tanks
and Buried Piping. Texas: NACE International The Corrosion Society.
http://wikipedia.org/Korosi.html
http://wikipedia.org/Proteksi_Katodik.html
http://wikipedia.org/Sacrificial_Anode.html
Kelly, Robert G., dkk. 2003. Electrochemical Techniques in Corrosion Science
and Engineering. New York: Marcel Dekker, Inc.
Ngatin, Agustinus, dkk. 2002. Teknik Pengendalian Korosi. Bandung: Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
Nurcahyo. tanpa tahun. Aplikasi Proteksi Katodik. Bandung: Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Parker, Marshall E., Peattie, Edward G. 1999. Pipeline Corrosion and Cathodic
Protection, Third Edition. Houston: Gulf Publishing Company
Pierre, R. Roberge. 2000. Handbook of Corrosion Engineering. USA:
McGraw-Hill.
Indarti, Retno, dkk. 2006. Petunjuk Praktikum Teknik Pencegahan Korosi.
Bandung: Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Sulaiman, A. tanpa tahun. Desain Anoda Korban. tanpa tempat: tanpa penerbit.
Sulistijono. Sistem Proteksi Katodik Anoda Tumbal. Surabaya: ITS.
W. von Baeckmann, W. Schwenk, and W. Prinz.1997. Handbook Of Cathodic
Corrosion Protection, Third Edition. Texas: Gulf Professional

Anda mungkin juga menyukai