SEMESTER II - 2022/2023
MODUL FEB
(FERMENTASI BIOETANOL)
LAPORAN SINGKAT
Pembimbing:
Konsumsi BBM di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 680.000 barel per hari, namun
ketersediaan sumber bahan bakar fosil di alam semakin menipis. Untuk mengatasi hal
tersebut, perlu ada pengembangan bahan bakar alternatif yang renewable dan ramah
lingkungan, salah satunya bioetanol, yang dihasilkan dari fermentasi biomassa
menggunakan bantuan mikroorganisme. Saccharomyces cerevisiae merupakan jenis
mikroorganisme yang paling banyak digunakan, karena banyak ditemukan di alam,
memiliki ketahanan hidup tinggi, serta dapat menghasilkan alkohol dalam jumlah tinggi.
Pada percobaan modul Fermentasi Bioetanol (FEB) ini, fermentasi dilakukan
menggunakan Saccharomyces cerevisiae pada temperatur 40°C serta 100 rpm dengan
variasi konsentrasi glukosa 10% dan glukosa 20%. Sampel hasil fermentasi diambil
setiap 3 jam sekali selama 24 jam untuk dianalisis laju produksi etanol, laju konsumsi
glukosa, serta laju pertumbuhan biomassa. Dari percobaan yang telah dilakukan didapat
laju produksi etanol untuk variasi glukosa 10% dan glukosa 20% berturut-turut yaitu
0,0179 dan 0,0257 (v/v)/jam. Laju konsumsi glukosa untuk variasi glukosa 10% dan
20% berturut-turut yaitu 0,01476 g/mL/jam dan 0,02435 g/mL/jam. Serta laju
pertumbuhan biomassa untuk variasi glukosa 10% dan 20% berturut-turut yaitu 11,97%
dan 13,83%.
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan Modul Fermentasi Bioetanol
(FEB) yaitu sebagai berikut.
Alat Bahan
Sterilisasi Alat
1 Autoclave H2O
12 tabung reaksi
12 erlenmeyer
2 jarum ose
2 mikropipet
2 batang pengaduk
12 glass beaker
1 Autoclave Glukosa
1 pipet volume 20 mL Media ekstrak cair
1 jarum ose 3 ose kultur Saccharomyces cerevisiae
1 erlenmeyer 200 mL
1 shaker
1 kapas minyak
Tali
Kertas reuse
Fermentasi
Erlenmeyer Glukosa
pH meter Inokulum
Kapas minyak HCl 1 M
Gelas ukur
Shaker
Gelas ukur 10 mL
Spektrofotometer Inokulum
Labu ukur 10 mL Aquadest
Tabung reaksi
Falcon tube
Centrifuge
Set alat yang digunakan dalam percobaan Modul Fermentasi Bioetanol (FEB) ini
yaitu sebagai berikut.
1. Alat-alat seperti tabung reaksi, jarum ose, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur
menggunakan autoclave selama 15 menit pada temperatur 120℃.
1. Tabung falcon kosong disiapkan, lalu diberi label, dan diukur massanya.
2. Sisa larutan inokulum diambil dan diencerkan dengan enam variasi
pengenceran dalam tabung reaksi.
3. Larutan inokulum dimasukkan ke dalam kuvet untuk diukur absorbansinya
dengan panjang gelombang 600 nm menggunakan spektrofotometer (hasil
Absorbansi harus berada dalam rentang 0,2-0,8 A).
4. Larutan inokulum dimasukkan ke dalam tabung falcon dan disentrifugasi pada
6000 rpm selama 20 menit.
5. Fasa berat dipisahkan dari fasa ringan dan dikeringkan menggunakan oven
untuk dikeringkan untuk memperoleh sel kering.
6. Sel kering yang dihasilkan ditimbang untuk memperoleh berat sel kering.
7. Data absorbansi dan konsentrasi inokulum dialurkan untuk memperoleh kurva
baku biomassa.
1. Yeast extract, pepton, dan aqua DM disiapkan dan dicampurkan ke dalam labu
erlenmeyer sambil dipanaskan menggunakan hot plate.
2. Glukosa dan air disiapkan dan dicampurkan menurut konsentrasi yang telah
ditentukan untuk membuat larutan gula dengan volume yang sebanding
dengan volume medium fermentasi yang telah dibuat, sambil dilakukan
dengan pemanasan menggunakan hot plate.
3. Kedua labu erlenmeyer masing-masing ditutup dengan kapas minyak, bagian
atasnya dilapisi kertas, dan diikat dengan tali.
4. Medium disterilisasi menggunakan autoclave pada temperatur 121°C tekanan
15 psi selama 10 menit.
5. Medium yang telah disterilisasi disimpan pada suhu ruang selama 24 jam
untuk memastikan ada atau tidaknya kontaminan pada medium fermentasi
(ditandai dengan terbentuknya endapan). Jika terdapat endapan, maka
pembuatan medium harus diulang.
1. Media cair, larutan glukosa, dan inoculum disiapkan dan dicampurkan dengan
rasio 1:1 secara aseptik pada suatu wadah fermentor.
2. Inokulum ditambahkan sebanyak 10% terhadap volume medium fermentasi
yang telah ditambahkan larutan glukosa
3. Labu erlenmeyer ditutup menggunakan kapas minyak dan diaduk
menggunakan incubator shaker pada temperatur 30°C, kecepatan pengadukan
100 rpm, dan dengan waktu 24 jam.
4. Sampel diambil setiap 3 jam sebanyak 1 mL pada 6 microtube menggunakan
mikro pipet secara aseptis, kemudian diencerkan untuk dianalisis
pertumbuhan mikroba, kadar etanol, dan kadar glukosanya.
5. Sampel yang diperoleh disentrifugasi.
6. Fasa supernatan yang diperoleh dari proses sentrifugasi disimpan pada lemari
es untuk kemudian dianalisis.
2.3.7 Analisis Pertumbuhan Sel
Dapat dilihat pada kurva di atas, konsentrasi biomassa selama proses fermentasi terus
meningkat. Menurut Black (2012), mikroorganisme yang berada pada medium kaya akan
nutrisi akan mengalami empat fasa pertumbuhan, yaitu fasa lag, fasa logaritmik, fasa
stasioner, dan fasa kematian. Dari Gambar 3.3, terlihat pertumbuhan biomassa pada jam
ke-15 mulai mengalami fasa logaritmik, di mana biomassa mengalami pertumbuhan
dengan sangat cepat. Adapun, hingga jam ke-24, biomassa masih terus mengalami
pertumbuhan, sehingga fasa stasioner dan fasa kematian pada percobaan ini masih belum
terlihat.
Laju pertumbuhan biomassa pada variasi glukosa 10% lebih lambat dibanding dengan
variasi glukosa 20%. Hal ini sejalan dengan teori bahwa fermentasi dipengaruhi oleh
glukosa yang merupakan nutrisi baik bagi pertumbuhan biomassa. Semakin tinggi
konsentrasi glukosa yang tersedia pada medium fermentasi, semakin cepat juga laju
pertumbuhan biomassa. Laju pertumbuhan biomassa secara keseluruhan pada variasi
glukosa 10% dan glukosa 20% berturut-turut yaitu 0,08227 dan 0,08310 g/mL.
Sedangkan, perolehan biomassa untuk variasi glukosa 10% dan glukosa 20%
berturut-turut yaitu 11,97% dan 13,83%.
Pada hasil percobaan Chang, glukosa masih terus terkonsumsi hingga lebih dari 24 jam.
Begitu juga dengan etanol dan biomassa. Semakin banyak glukosa yang dikonsumsi,
semakin banyak juga etanol dan biomassa yang terbentuk. Selain itu, biomassa masih
mengalami fase pertumbuhan saat jam ke-24, dan mulai mengalami fase stasioner
setelah lebih dari 24 jam. Maka, hasil percobaan kami sesuai dengan hasil percobaan
Chang.
Namun, terdapat perbedaan antara data percobaan dengan data hasil percobaan Chang
pada nilai perolehan etanol. Perolehan etanol dari hasil percobaan Chang pada variasi
glukosa 10% dan glukosa 18% sekitar 20% (v/v). Sedangkan, dari data percobaan,
perolehan etanol tidak sampai 10%, yaitu 7,6% dan 8,5%. Hal ini dapat disebabkan oleh
perbedaan kondisi operasi saat fermentasi, maupun kesalahan saat pengambilan sampel
yang kurang aseptis sehingga biomassa kurang efektif dalam memproduksi etanol. Kurva
pertumbuhan biomassa dan konsumsi glukosa dari hasil percobaan dapat dilihat pada
Gambar 3.4 berikut.
4.1 Simpulan
Berikut beberapa saran yang dapat diterapkan untuk percobaan Modul Fermentasi
Bioetanol (FEB) selanjutnya.
1. Pada saat pembuatan medium, ketika ingin melarutkan glukosa dengan air,
usahakan melakukan hal tersebut langsung di atas hot plate yang telah panas, dan
larutan segera diaduk, agar tidak terlalu keras.
2. Saat melakukan analisis menggunakan HPLC, sebaiknya dilakukan uji terlebih
dahulu apakah dengan faktor pengenceran tersebut glukosa dapat terbaca oleh alat.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, S.H., Lin, Y.H., Huang, S.T., Huang, C.C., Teng, W.L., Yu, C.C., and Lay, J.J. (2017).
Enhancement of the Efficiency of Bioethanol Production by Saccharomyces
cerevisiae via Gradually Batch-Wise and Fed-Batch Increasing the Glucose
Concentration. Energies, 6(9), pp.4719-4733.
Dora, Grace El. (2023). Impor BBM Indonesia 2023 Kemungkinan Akan Lampaui Rekor
2022. Diakses 8 Maret 2023 dari
https://investor.id/business/320645/impor-bbm-indonesia-2023-kemungkinan-akan-la
mpaui-rekor-2022.
Irvan, et al.. (2016). Pengaruh Konsentrasi Ragi Dan Waktu Fermentasi Pada Pembuatan
Bioetanol Dari Biji Cempedak (Artocarpus champeden spreng). Jurnal Teknik Kimia
USU. 5(2). 21-26.
Jayus, et al.. (2016). Produksi Bioetanol Oleh Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 Pada
Media Molases Dengan Kecepatan Agitasi Dan Aerasi Yang Berbeda. Jurnal
Agroteknologi. 10(02). 184-190.
Rozi, Yulian. (2017) Produksi Etanol Oleh Saccharomyces Cerevisiae Dengan Pretreatment
Menggunakan Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosco.). Universitas Atma Jaya
Yogyakarta: Yogyakarta.
Widyanti & Moehadi. (2018). Proses Pembuatan Etanol Dari Gula Menggunakan
Saccharomyces Cerevisiae Amobil. METANA. 12(2). 31-38.
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
A.1 Kurva Konsumsi Glukosa, Pertumbuhan Biomassa, dan Produksi Etanol Menurut
Literatur (Variasi Glukosa 10%)
Gambar A.1 Kurva konsumsi glukosa, pertumbuhan biomassa, dan produksi etanol dengan
konsentrasi glukosa awal 10%
A.2 Kurva Konsumsi Glukosa, Pertumbuhan Biomassa, dan Produksi Etanol Menurut
Literatur (Variasi Glukosa 18%)
Gambar A.2 Kurva konsumsi glukosa, pertumbuhan biomassa, dan produksi etanol dengan
konsentrasi glukosa awal 18%
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
Berdasarkan kurva pada Gambar C.1, persamaan kurva baku etanol yaitu 𝑦 = 0, 5642𝑥.
Maka, konsentrasi etanol dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖
[𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙] = 0,5642
× 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
Contoh perhitungan konsentrasi etanol pada jam ke-24 variasi glukosa 20% yaitu sebagai
berikut.
0,53315
[𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙] = 0,5642
×1
Berdasarkan kurva pada Gambar C.2, persamaan kurva baku glukosa yaitu
𝑦 = 821220𝑥. Maka, konsentrasi glukosa dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut.
𝐴𝑟𝑒𝑎
[𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎] = 821220
Contoh perhitungan konsentrasi glukosa pada jam ke-24 variasi glukosa 20% yaitu
sebagai berikut.
1785
[𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎] = 821220
Berdasarkan kurva pada Gambar C.2, persamaan kurva baku biomassa yaitu
𝑦 = 0, 0052𝑥. Maka, konsentrasi biomassa dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut.
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖
[𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎] = 0,0052
× 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
Contoh perhitungan konsentrasi biomassa pada jam ke-24 variasi glukosa 20% yaitu
sebagai berikut.
0,4417
[𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎] = 0,0052
×4
Contoh perhitungan laju konsumsi glukosa pada variasi glukosa 20% yaitu sebagai
berikut.
0.00223−0.00217
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 = 24
×1000
Contoh perhitungan laju pertumbuhan biomassa pada variasi glukosa 20% yaitu sebagai
berikut.
𝑙𝑛(0,00919)−𝑙𝑛(0,00219)
µ= 24
µ = 0, 0831 𝑔/𝑚𝐿/𝑗𝑎𝑚
Contoh perhitungan laju produksi etanol pada variasi glukosa 20% yaitu sebagai berikut.
0,9450−0,5008
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 24
𝑦𝑥 𝑋−𝑋𝑜
𝑠
=− 𝑆𝑜−𝑆
Contoh perhitungan perolehan etanol pada variasi glukosa 20% yaitu sebagai berikut.
𝑦𝑥 0,9450−0,5008
𝑠
=− 0,00282−0,00290
𝑦𝑥
𝑠
= 7, 6 %
𝑦𝑥 𝑋−𝑋𝑜
𝑠
=− 𝑆𝑜−𝑆
Contoh perhitungan perolehan biomassa pada variasi glukosa 20% yaitu sebagai berikut.
𝑦𝑥 0,00919−0,00219
𝑠
=− 0.00230−0.00219
𝑦𝑥
𝑠
= 11, 97%
LAMPIRAN C
DATA ANTARA
1 4 5 20 0,7017
2 4,6 5 23 0,6425
3 5,2 5 26 0,5312
4 5,8 5 29 0,4159
5 6,4 5 32 0,3412
6 7 5 35 0,3010