Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER METODELOGI PENELITIAN

RANCANGAN PROPOSAL PENELITIAN

Produksi Bioetanol Dari Limbah Tongkol Jagung Menggunakan Proses


Sacharificatian and Fermentation (SSF)

Disusun oleh:

DEPARTEMENT TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan energi semakin meningkat seiring bertambahnya laju
pertumbuhan penduduk. Energi yang digunakan saat ini masih berupa energi fosil.
Penggunaan energi fosil terus bertambah sehingga cadangan energi akan terus menipis.
Produksi bahan bakar fosil selama 10 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan
menurun, dari 346 juta barel (949 ribu bph) pada tahun 2009 menjadi sekitar 283 juta
barel (778 ribu bph) di tahun 2018 (Suharyati dkk., 2019). Oleh sebab itu, dibutuhkan
sumber energi terbarukan untuk terus mendukung kebutuhan energi bagi manusia. Salah
satu sumber energi terbarukan adalah bioetanol yang merupakan bahan bakar ramah
lingkungan (Aziz dkk., 2011).
Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan
tumbuhan) disamping biodiesel. Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi
glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses distilasi. Proses distilasi dapat
menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai bahan bakar
(biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade
ethanol (FGE).
Bahan baku untuk proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, yaitu gula, pati dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula
bit, molase dan buah-buahan dapat langsung dikonversi menjadi etanol. Sumber dari
bahan berpati seperti jagung, singkong, kentang dan akar tanaman harus dihidrolisis
terlebih dahulu menjadi gula. Sumber selulosa yang berasal dari kayu, limbah pertanian,
limbah pabrik pulp dan kertas, semuanya harus dikonversi menjadi gula (Lin dan Tanaka,
2006).
Salah satu bahan baku yang dapat dijadikan bioetanol adalah tongkol jagung.
Keberadaan limbah tongkol jagung ini melimpah dan kontinyu setelah pasca panen. Di
Indonesia limbah tongkol jagung dihasilkan sekitar 2,29 juta ton/tahun (Suciyanto et al.,
2006). Tongkol jagung mengandung selulosa 48%, pentosan 36%, lignin 10%, abu 4%,
dan air 2% (Rosmiati, 2008). Dilihat dari selulosa yang cukup tinggi maka tongkol
jagung memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan
bioetanol.
Penelitian Octavia (2013) membuat bioethanol dari tongkol jagung dengan proses
enzimatik dan memvariasikan konsentrasi NH4OH pada proses hidrolisis yang
mengahasilkan bioethanol 1,2%. Penelitian lain juga dilakukan oleh Fitriana (2013)
dengan memvariasikan waktu proses delignifikasi menghasilkan kadar bietanol 1,6%.
Penelitian pembuatan bioethanol dari tongkol jagung juga dilakukan oleh Fakhri (2013)
dengan proses hidrolisis enzimatik dan fermentasi dan memvariasikan konsentrasi enzim
menghasilkan kadar bioethanol 1,3%. Dari ketiga penelitian tersebut menggunakan
konversi bioethanol yang dihasilkan rata-rata 1,3% yang menunjukkan angka yang sangat
rendah.
Oleh karena itu dilihat dari penelitian sebelumnya yang menggunakan proses
hidrolisis enzimatik dan fermentasi konvensional akan digantikan dengan proses
simultaneous sacharificatian and fermentation (SSF) atau dikenal dengan proses
sakarifikasi fermentasi serentak (SFS). Proses SSF yaitu kombinasi antara hidrolisis
menggunakan enzim selulase dan yeast Saccharomyces cerevisiae untuk fermentasi gula
menjadi etanol secara simultan. Dalam proses SSF hidrolisis dan fermentasi dilakukan
dalam satu reactor dan juga proses SSF memiliki keuntungan produktivitas fermentasi
yang lebih tinggi, konsentrasi produk dan stabilitas yang lebih tinggi, penekanan
katabolik yang lebih rendah, penanaman mikroorganisme khusus untuk substrat yang
tidak larut dan juga aktifitas sterilitas yang lebih rendah karena aktivitas air yang
digunakan rendah (Ashis, et al., 2008).

1.2 Perumusan Masalah


Hingga saat ini penelitian mengenai produksi bioethanol hanya terfokus pada
proses hidrolisis dengan metode enzimatik dengan memvariasikan konsentrasi enzim
yang digunakan pada proses hidrolisisnya. Hal itu sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fakhri (2013). Sehingga dalam penelitian ini digunakan metode
simultaneous sacharificatian and fermentation (SSF) sebagai inovasi untuk proses
fermentasi dalam produksi bietanol.
Pada penelitian ini akan menggunakan proses simultaneous sacharificatian and
fermentation (SSF) dengan memvariasikan konsentrasi HCl pada proses hidrolisis yaitu
0,1M ; 0,2M; 0,3M dan 0,4M. Pada penelitian ini juga akan divariakan waktu fermentasi
yaitu 3, 5 dan 7 hari. Fermentasi akan dilakukan dengan menambahkan Saccaromyces
Cerevisiae dan menambahkan urea sebagai nutrisi sebanyak 0,2 gram. Produk setelah
difermentasi dimurnikan dengan cara didestilasi pada temperatur 800 C. Distilat yang
keluar dianalisis menggunakan instrumen GC, GC-MS dan FTIR untuk mengetahui
bahwa distilat yang dihasilkan mengandung senyawa etanol.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengkaji pengaruh konsentrasi HCl pada proses hidrolisis terhadap kadar bioethanol
yang dihasilkan.
2. Mengkaji pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar bioethanol yang dihasilkan.
3. Mengkaji hasil karakterisasi produk dari proses destilasi untuk mengetahui kadar
bioethanol yang dihasilkan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alur Pikir


BAHAN PROSES HASIL
Kadar
BAKU
Selulosa,
Analisis Bahan Karakter
Lignin dan air
Baku bahan baku
Tongkol
Jagung

Delignifikasi
NaOH

Enzim Sellulase Hidrolisis Analisis


Kadar Glukosa

Variasi
Konsentrasi HCl

Konsentrasi
HCl Optimal
Saccharomyces Fermentasi
cerevisiae Analisis
Metode SSF

Variasi Waktu
Fermentasi

Distilasi
Waktu Fermentasi
Optimal

Karakterisasi Produk Analisis Kadar


Bioetanol
3.2 Variabel Operasi
1. Variabel Tetap
- Konsentrasi NaOH (0,1 M)
- Kadar Saccaromyces Cerevisiae
- Suhu hidrolisis
2. Variabel Bebas
- Konsentrasi HCl (0,1M ; 0,2M; 0,3M dan 0,4M)
- Waktu Fermentasi (3, 5 dan 7 hari)
3. Variabel Terikat
- Kadar bioethanol

3.3 Defenisi Operasional Variabel


1. Konsentrasi NaOH
NaOH digunakan dalam proses delignifikasi, konsentrasi NaOH yang digunakan
dalam operasi delignifikasi adalah 0,1 M. NaOH 0,1 M ditimbang seberat 0,4 gram
menggunakan timbangan digital dilarutkan ke dalam aquades 100 ml. NaOH
dilarutkan menggunakan labu takar 100 ml, setelah dilarutkan NaOH dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer Pirex dengan skala 0-250 ml yang telah berisi serbuk tongkol
jagung.
2. Kadar Saccaromyces Cerevisiae
Saccaromyces Cerevisiae atau ragi roti digunakan dalam proses fermentasi untuk
menghasilkan bioethanol. Saccaromyces Cerevisiae ditimbang sebanyak 2 gram
untuk proses fermentasi dengan metode SSF. Saccaromyces Cerevisiae yang telah
ditimbang dimasukkan ke dalam SSF untuk selanjutnya dilakukan proses fermentasi.
3. Suhu Hidrolisis
Objek yang akan diukur suhunya adalah cairan di dalam proses hidrolisis tongkol
jagung. Untuk mengukur temperaturnya digunakan alat thermometer dengan skala 0-
1000C yang telah dikalibrasi. Suhu dijaga konstan pada proses hidrolisis yaitu 90 0C.
Termometer dicelupkan hingga berada pada posisi 3 cm dibawah larutan dan tidak
mengenai bagian dasar reactor.
4. Konsentrasi HCl
Larutan HCl ditambahkan pada proses hidrolisis tongkol jagung, dimana konsentrasi
HCl akan dibuat bervariasi pada prosesnya, yaitu 0,1M ; 0,2M; 0,3M dan 0,4M.
Untuk Larutan HCl dengan konsentrasi 0,1M di ambil sebanyak 5 ml dilarutkan
menggunakan aquades sebanyak 200 ml. Larutan HCl dengan konsentrasi 0,2M
diambil sebanyak 5 ml dilarutkan menggunakan aquades sebanyak 200 ml. Larutan
HCl dengan konsentrasi 0,3M di ambil sebanyak 5 ml dilarutkan menggunakan
aquades sebanyak 200 ml. Larutan HCl dengan konsentrasi 0,4M di ambil sebanyak 5
ml dilarutkan menggunakan aquades sebanyak 200 ml. Larutan HCl yang telah
diencerkan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi tongkol jagung yang akan
di hidrolisis.
5. Waktu Fermentasi
Objek yang akan divariasikan waktunya adalah proses fermentasi tongkol jagung
dengan metode SSF, waktunya akan divariasikan yaitu 3, 5 dan 7 hari. Hasil
fermentasi dilakukan pengecekan setiap 5 jam sekali. Pengukuran waktu
menggunakan stopwatch handphone. Apabila telah mencapai waktu 3 hari maka
proses fermentasi untuk sampel 1 akan dihentikan. Begitu juga untuk variasi waktu 5
dan 7 hari.
6. Kadar Bioetanol
Objek yang akan diukur kadar bioetanolnya adalah produk hasil fermentasi tongkol
jagung yang telah didistilasi. Destilat hasil dari distilasi akan dilakukan analisis
menggunakan instrumen GC, GC-MS dan FTIR untuk mengetahui kadar bioethanol
yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai