ID
Corresponding Author
Email: diarmunawar@gmail.com
2 | Rheiza Anastafhia Hidayat, et al.
A. Pendahuluan
Amilopektin memiliki sifat granuler yang mengembang dan daya pengikat yang baik.
Amilopektin dapat diisolasi dari pati. Karena pati merupakan golongan polisakarida yang
tersusun dari amilosa dan amilopetin [11.] Pati alami memiliki keterbatasan dalam segi
fungsional sehingga dapat menyebabkan keterbatasan dalam pemanfaatan dan pengelolaannya.
Modifikasi pati merupakan tindakan untuk mengubah gugus hidroksil pati menggunakan
reaksi kimia. Hidrolisis merupakan metode yang sering digunakan dalam memodifikasi pati.
Zat penghidrolisisnya dapat berupa asam dan enzim [5.]. Pati Talas termodifikasi memiliki
sifat fisikokimia lebih baik dari pati talas murni. Seperti: pH, dan kelarutan [4.]. Pati
termodifikasi hidrolisis asam menghasilkan organoleptis yang baik, yaitu serbuk halus,
berwarna putih pucat dan tidak ada bau menyengat dibandingkan pati alami. Pati termodifikasi
hidrolisis asam juga memiliki pH netral yaitu 7,06. Dibandingkan pH pati alami yang asam
yaitu 5,98. Selain itu, pati termodifikasi asam juga memiliki kelarutan yang lebih tinggi
dibandingkan pati alami, yaitu dengan nilai 18,66% ± 0,82 [6.] .
Indonesia adalah negara penghasil pati yang cukup tinggi [5.]. Salah satu bahan
penghasil pati yang belum banyak digunakan adalah talas. Talas merupakan tanaman yang
banyak terdapat di Indonesia. Talas adalah salah satu jenis umbi-umbian yang kaya
karbohidrat terutama pada patinya. Talas mengandung pati sebesar 67,49% [8.].
Talas beneng (Xanthosoma Undipes) merupakan talas yang tumbuh di daerah
Kabupaten Pandeglang, Banten. Talas beneng ini merupakan talas raksasa yang memiliki
batang berwarna kuning, dengan panjang mencapai 120 cm, berat 42 kg, dan diameter sebesar
50 cm [3.].
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka ditentukan rumusan masalah, bagaimana
modifikasi pati dari talas beneng (Xanthosoma undipes K. Koch) menggunakan metode
hidrolisis asam dapat mempengaruhi kelarutan dari amilopektin talas beneng, bagaimana
karakterisasi dari amilopektin dari talas beneng yang dihasilkan telah memenuhi syarat Badan
Standardisasi Nasional, 2011, sehingga amilopektin talas beneng dapat dijadikan sebagai
bahan baku cangkang kapsul, serta bagaimana karakter cangkang kapsul yang diperoleh dari
amilopektin talas beneng [1.].
B. Metodologi Penelitian
Tahap awal yang dilakukan adalah mengekstraksi pati talas beneng (Xanthosoma
undipes K. Koch) di Laboratorium Riset Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung. Ekstraksi yang digunakan berupa modifikasi
asam, menggunakan HCl sebagai pereaksi dan NaOH sebagai penetral sekaligus sebagai
penghenti reaksi. Selanjutnya pati hasil ekstraksi dibilas dengan aquades hingga mendapat
perasan yang jernih, diendapkan selama 24 jam, dikeringkan menggunakan oven (50 oC)
selama 24 jam dan diayak. Kemudian pada pati termodifikasi dilakukan karakterisasi yang
meliputi organoleptik, derajat putih, derajat keasaman, kadar abu, kadar abu tidak larut asam,
kadar air, kelarutan, kadar amilosa, dan amilopektin, cemaran logam, dan cemaran arsen.
Kemudian dilakukan isolasi amilopektin di Laboratorium Riset Jurusan Farmasi,
Fakultas Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung. Isolasi
Amilopektin dilakukan dengan cara memanaskan pati menggunakan campuran aquades, lalu
dipanaskan pada suhu 70°C selama 120 menit. Endapan yang dihasilkan dimasukan ke dalam
lemari es (5°). kemudian digiling dan di oven oven (50 oC) selama 24 jam. Kemudian
dilakukan karakterisasi terhadap tepung Amilopektin yang dihasilkan yang meliputi,
organoleptik, derajat keasaman, kadar abu, kadar air, dan kelarutan,
Kemudian pada larutan pati ditambahkan NaOH untuk menetralkan sampel tersebut.
Penghentian reaksi dilakukan hingga suasana larutan menjadi netral. Rendemen yang
dihasilkan pada modifikasi ini sebesar 66,34%. Pengerjaan modifikasi ini diakhiri dengan
mencuci pati dalam aquades hingga diperoleh pati yang putih, kemudian dikeringkan dalam
oven hingga kering lalu diserbukkan dan diayak dengan menggunakan mesh 80. Berikut
merupakan hasil karakterisasi pati talas beneng menggunakan hidrolisis asam:
Persyaratan
Komponen (SNI Hasil Keterangan
3451:2011)
Pharmacy
4 | Rheiza Anastafhia Hidayat, et al.
Organoleptik
Bentuk Serbuk Serbuk Memenuhi Syarat
Bau Normal Normal Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi
Putih Putih pucat
Warna Syarat
Benda Asing Tidak ada Tidak ada Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi
Min 91 82,62
Derajat Putih (%) Syarat
Derajat Keasaman 4,5-7 6,32 Memenuhi Syarat
Kelarutan (%) - 37,32 Memenuhi Syarat
Kadar Abu Total (%) 0,7 0,453 Memenuhi Syarat
Kadar Abu Tidak Larut
0,7 0,53 Memenuhi Syarat
Asam(%)
Kadar Air (%) Maks 14 11,73 Memenuhi Syarat
25,855/74,14 Tidak Memenuhi
17-20/83-80
Kadar Amilosa/Amilopektin 5 Syarat
Cemaran Logam
Kadmium (Cd) (mg/kg) Maks 0,25 <0,012 Memenuhi Syarat
Timbal (pb) (mg/kg) Maks 0,26 <0,059 Memenuhi Syarat
Timah (Sn) (mg/kg) Maks 40 <2,05 Memenuhi Syarat
Raksa (Hg) (mg/kg) Maks 0,05 <0,005 Memenuhi Syarat
Cemaran Arsen (AS)
Maks 0,5 <0,003 Memenuhi Syarat
(mg/kg)
Berdasarkan data tersebut, hampir semua parameter memenuhi persyaratan dari SNI
3451:2011, namun pada warna dan derajat putih tidak memenuhi syarat dikarenakan karena
pati termodifikasi melewati pemanasan (pengeringan) lagi setelah sebelumnya dikeringkan
saat pembuatan pati dari umbi talas beneng, selain itu pati termodifikasi juga mengalami
perubahan pH dan mengalami oksidasi selama penyimpanan [9.]. sehingga akan menimbulkan
hilangnya pigmen warna yang terdapat di dalam bahan pangan dapat mengalami kerusakan
atau warna kecoklatan akibat terbakar.
Persyaratan
Komponen Hasil Keterangan
(SNI 3451:2011)
Organoleptik
Bentuk Serbuk Serbuk Memenuhi Syarat
Bau Normal Normal Memenuhi Syarat
Warna Putih Putih keabuan Tidak Memenuhi Syarat
Benda Asing Tidak ada Tidak ada Memenuhi Syarat
Derajat Keasaman 4,5-7 6,84 Memenuhi Syarat
Kelarutan (%) - 39,846 Memenuhi Syarat
Kadar Abu Total (%) 0,5 0,0646 Memenuhi Syarat
Kadar Air (%) Maks 14 11,597 Memenuhi Syarat
D. Kesimpulan
Modifikasi pati talas beneng dengan metode hidrolisis asam menggunakan HCL 1,1N
dapat diterapkan dan terbukti dapat meningkatkan kelarutan pati. Hasil karakterisasi sifat
fisikokimia pati talas beneng (Xanthosoma undipes K. Koch) yang memenuhi persyaratan SNI
3451: 2011 dan Pharma Grade yaitu bentuk yang diperoleh adalah serbuk halus, pati berwarna
putih, tidak terdapat benda asing, kadar abu sebesar 0,4527%, kadar abu tidak larut asam
diperoleh 0.5275%, derajat asam (pH) diperoleh 6.32, Kadar Air sebesar 11,73%, Kelarutan
sebesar 36,63%, Kadar Amilosa sebesar 25,8550% Cemaran logam yang diperoleh yaitu
timbal (Pb) < 0.059 mg/kg, kadmium (Cd) < 0.012 mg/kg, timah (Sn) < 2,05 mg/kg, dan raksa
(Hg) < 0.005 mg/kg, dan cemaran arsen diperoleh < 0.003 mg/kg. Hasil lainnya tidak
memenuhi syarat, seperti Derajat putih sebesar 82,61%
Amilopektin yang diisolasi dari pati talas beneng termodifikasi dapat dikatakan
memiliki sifat fisikokimia yang lebih baik. Hasil Karakterisasi amilopektin yang memenuhi
syarat SNI 3451:2011 yaitu : berbentuk serbuk halus dan beraroma normal atau tidak
menyengat, pH sebesar 6,84 Kadar air sebesar 11,497%, Kadar abu sebesar 0,0646%,
Kelarutan 39,8462% namun untuk warna dari amilopektin tidak memenuhi syarat SNI
3451:2011 karena memiliki warna putih keabuan.
Acknowledge
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pembimbing utama dan
pembimbing serta yang telah membimbing selama proses penelitian, kepada pihak
Laboratorim Riset jurusan farmasi FMIPA Universitas Islam Bandung yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
Daftar Pustaka
[1] Badan Standardisasi Nasional. (2011). SNI (Standar Nasional Indonesia) 3451:2011
Tapioka. Standar Nasional Indonesia.
Pharmacy
6 | Rheiza Anastafhia Hidayat, et al.
[2] Fajar, M., Maulana, I. T., & Dasuki, U. A. (2015). Isolasi Pektin dari Jerami Padi
(Oryza Sativa L.) sebagai Bahan Dasar Pembuatan Edible Film untuk Pelapisan Buah.
Prosiding Penelitian SpeSIA Unisba, 199–204.
[3] Haliza, W., Kailaku, S. I., & Yuliani, S. (2017). Penggunaan Mixture Response Surfa
Ce Methodology Pada Optimasi Formula Brownies Berbasis Tepung Talas Banten
(Xanthosoma Undipes K. Koch) Sebagai Alternatif Pangan Sumber Serat. Jurnal
Penelitian Pascapanen Pertanian, 9(2), 96.
[4] Julpah, S., Awidah, D., Herawati, D., & Kurniaty, N. (2014). Karakterisasi sifat
fisikokimia pati talas beneng ( Xanthosoma undipes K . Koch ) sebagai alternatif
eksipien produk farmasi. Prosiding Farmasi, 375–380.
[5] Koswara, S. (2009). Teknologi modifikasi pati. Ebook Pangan, 1–32.
[6] Octari, T., Putri, A. P., & Gadri, A. (2016). Pembuatan Pati Ganyong ( Canna indica
L .) Modifikasi dengan Metode Hidrolisis Asam. Prosiding Farmasi, 2, 737–742.
[7] Oktavia, A. D., Idiawati, N., & Lia, D. (2013). Studi Awal Pemisahan Amilosa dan
Amilopektin Ubi. Jurnal Kimia, 2(3), 153–156.
[8] Permana, K. D. A., Hartiati, A., & Admadi, B. (2017). Pengaruh Konsentrasi Larutan
Natrium Klorida (NaCl) Sebagai Bahan Perendam Terhadap Krakteristik Mutu Pati Ubi
Talas ( Calocasia esculenta L. Schott). Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri,
5(1), 60–70.
[9] Permatasari, I. (2015). Karakterisasi Tepung Pati Kimpul (Xanthosoma sagittifolium).
Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering ASCE, 120(11), 259.
[10] Polnaya, F. J., Huwae, A. A., & Tetelepta, G. (2018). Karakteristik Sifat Fisiko-Kimia
dan Fungsional Pati Sagu Ihur (Metroxylon sylvestre) Dimodifikasi dengan Hidrolisis
Asam. Agritech, 38(1), 7.
[11] Priyanta, R. B. S., Arisanti, C. I. S., & P, I. G. N. J. A. (2012). Sifat Fisik Granul
Amilum Jagung yang Dimodifikasi secara Enzimatis. Jurnal Farmasi UDAYANA, 1(1),
67–74.
[12] Wahidah, D. (2020). Studi Pustaka Sifat Fisikokimia dan Pemanfaatan Pati yang
Dimodifikasi Secara Hidrolisis Asam. Prosiding Farmasi, 6(2).