TEKNOLOGI KRISTALISASI
OLEH:
RIZKA SHAFIRA (03031381722088)
Crystal Habit During Crystallization of Palm Oil: Effect of Time and Temperature
M. Bagus Herlambang
Peneliti Normah I, Cheow C S, Chong C L
Deskripsi Produk Studi tentang penghitungan dan distribusi kristal RBDPO yang
terbentuk selama kristalisasi dengan menggunakan Pengukuran
Focused Beam Reflatance Measurement (FBRM) belum
dilaporkan di tempat lain. Dalam makalah ini, kristalisasi
RBDPO dari lelehan dilakukan dan efek waktu kristalisasi dan
suhu pada kebiasaan kristal RBDPO diselidiki.
Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO)
Bahan Baku
Iodine
Variabel Waktu pengkristalan
1. RBDPO dipanaskan pada suhu 70oC hingga meleleh.
2. Temperatur diturunkan hingga 30 oC lalu diturunkan lagi
Metode hingga 14-22 oC sampai kristal terbentuk.
3. Analisa pembentukan kristal dengan penhgadukan 90 rpm
selama proses berlangsung.
Reaksi -
Produk Kristal minyak sawit
1. Kristal berbentuk sferis pada kedua suhu dan secara
umum sedikit lebih besar dengan peningkatan waktu
kristalisasi.
2. Semakin tinggi viskositas, pertukaran bahan di
Pembahasan
permukaan kristal semakin terbatas sehingga
pertumbuhan kristal lebih lambat.
3. Aglomerat besar dapat terbentuk karena transfer panas
yang buruk dan agitasi yang lambat.
Kristal lebih kecil pada 14°C di mana pada 14°C, bubur
didominasi oleh kisaran ukuran 1 hingga 23μm dibandingkan
Kesimpulan dengan 10 hingga 86μm pada 22°C.
kristalisasi pada suhu rendah menghasilkan lebih banyak
kristal lebih besar seiring bertambahnya waktu kristaisasi.
Optimasi Kondisi Kristalisasi pada Pembuatan Fraksi Kaya Tokotrienol dari
Distilat Asam Lemak Minyak Sawit
M. Thoriq Akbar
Peneliti K G S Ahmadi, Teti Estiasih
Distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) merupakan hasil
samping pengolahan minyak sawit dan dihasilkan pada tahap
deodorisasi. Komponen yang terdapat dalam fraksi tidak
Deskripsi Produk
tersabunkan adalah vitamin E dan sterol. Fraksi ini
mengandung 86 % tokoferol yang ada dalam DALMS, Kadar
tokoferol pada fraksi ini masih rendah yaitu 27.909,23 μg/g.
DALMS
Standar vitamin E (α tokoferol dan α, γ, δ tokotrienol)
heksana, methanol, KOH, etanol, natrium klorida, kloroform,
Bahan Baku
asam asetat, natrium tiosulfat, pati, KI, asam askorbat, HCl,
KOH, Na2SO4, heksana (teknis), gas nitrogen, kertas saring
kasar, dan kertas saring Whatman No.1
Variabel
1. DALMS dilakukan proses saponifikasi.
2. Kristalisasi pada suhu rendah. DALMS dilarutkan dalam
pelarut heksana dengan nisbah pelarut.
Metode
3. Setelah kristalisasi, fase kristal dipisahkan dari filtrate
dengan cara penyaringan. Pelarut dalam filtrate diuapkan
dengan rotavapor sampai semua pelarut menguap.
Reaksi -
Produk Fraksi kaya tokotrienol
Pembahasan 1. Bila dibandingkan DALMS dengan fraksi tidak
tersabunkan dari DALMS, kadar asam lemak bebas yang
menurun signifikan yaitu dari 95,75% menjadi 7,99%.
2. fraksi tidak tersabunkan dari DALMS mengandung
antioksidan yang cukup tinggi. DALMS mengandung
asam lemak bebas, aldehida dan keton, pigmen karotenoid
terdegradasi, sterol, hidrokarbon, tokoferol, dan
tokotrienol.
3. Pemilihan model berdasarkan sequential model sum of
square menunjukkan bahwa model yang signifikan adalah
model kuadratik, sedangkan model kubik, linear, dan 2FI
tidak signifikan.
4. Penggunaan teknik kristalisasi pelarut suhu rendah pada
pembuatan fraksi kaya tokotrienol didasarkan pada
perbedaan titik beku antara masing-masing fraksi tidak
tersabunkan dalam DALMS.
5. Peningkatan pengayaan kristal karena pada kondisi
optimum laju pembentukan kristal berjalan optimum yang
merupakan senyawa pengotor (impurities) pada fraksi
tidak tersabunkan DALMS.
1. Kondisi kristalisasi optimum tercapai pada nisbah pelarut:
fraksi tidak tersabunkan 5,89:1, suhu -9,7oC, dan lama
kristalisasi 22,52 jam.
Kesimpulan 2. Verifikasi pada kondisi optimum diperoleh kadar vitamin
E dalam fraksi tidak tersabunkan sebesar 21,813 g/100 g,
aktivitas antioksidan 94,07 %, bilangan peroksida 0,86
mek/kg, dan asam lemak bebas 0,0913 %.