Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SUMMARY

TEKNOLOGI KRISTALISASI

REVIEW JURNAL PRESENTASI


MATA KULIAH TEKNOLOGI KRISTALISASI

OLEH:
RIZKA SHAFIRA (03031381722088)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
Kristalisasi Ammonium Perklorat (AP) dengan Sistem Pendinginan Terkontrol
untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat
Rizka Shafira
Peneliti Anita Pinalla
Amonium Perklorat (AP) merupakan oksidator work-horse
pada propelan padat. Bersifat higroskopik, mampu
memberikan performa tinggi, dan relatif mudah dalam
penanganan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan
AP dengan bentuk yang cenderung bulat. Kristal AP berbentuk
Deskripsi Produk
bulat lebih disukai dalam pembuatan propelan karena setiap
partikel akan mengisi rongga-rongga kosong satu dengan yang
lain sehingga porositas propelan semakin kecil. Partikel bulat
mampu meningkatkan efisiensi dalam proses pencetakan
propelan padat yang mampu meningkatkan kerja motor roket.
Ammonium Klorida (NH4Cl)
Bahan Baku Sodium Perklorat (NaClO4)
Sodium Hidroksida (NaOH)
Variabel Proses pendinginan
1. Pemanasan bahan baku hingga suhu 90oC
2. Sintesa bahan baku dalam reaktor kristalizer batch dengan
kapasitas 0,14 kg/jam pada suhu 90oC
3. Pengkristalan produk dengan metode pendinginan dan
bantuan air pendingin pada suhu 30oC dan ethylene glycol
pada suhu -27oC
Metode 4. Pengeringan kristal pada pengering putar dengan suhu
120oC
5. Pemisahan kristal dengan screen mesh 20, 30, dan 60
6. Analisa kemurnia dengan HPLC dan pengamatan bentuk
dengan mikroskop
7. Penyimpanan Kristal di tempat kering dan dilengkapi
dehumidifier
Reaksi NaClO4 + NH4Cl → NH4ClO4 + NaCl
Produk Kristal Ammonium Perklorat (AP)
Massa : 45,42 kg (40 mesh) dan 0,03 kg (20 mesh)
Rendemen : 39,71%
Kemurnian : 99,67%
1. Kelarutan sodium klorida hampir konstan di semua
temperatur, sedangkan kelarutan AP meningkat tajam
dengan naiknya temperatur
2. Kelarutan AP sedikit dipengaruhi oleh keberadaan NaCl
namun perilaku utama keduanya masih sama dengan
keadaan murninya
3. Pendinginan alamiah akan melewatkan pendingin melalui
jaket atau koil dengan laju alir dan temperatur masuk
konstan sehingga temperatur dalam kristalizer akan turun
Pembahasan secara eksponensial dan supersaturasi naik dengan cepat
di awal batch dan mencapai puncak yang menyebabkan
terjadinya nukleasi tidak terkontrol dan menghasilkan
Kristal dengan ukuran kecil dan CSD lebar
4. Pendinginan terkontrol dapat menghindari puncak
supersaturasi sehingga Kristal yang dihasilkan memiliki
bentuk dan ukuran yang lebih seragam. Pendinginan
terkontrol juga menghambat pertumbuhan Kristal yang
mengakibatkan impuritis tidak ikut terperagkap dalam
Kristal.
Kristalisasi dengan pendinginan terkontrol lebih baik
dibanding dengan sistem pendinginan alamiah karena mampu
mengontrol proses nukleasi primer sehingga dihasilkan Kristal
Kesimpulan yang berbentuk mendekati bulat, kemurnian yang cukup tinggi
yakni 99,67%, tanpa perlu dilakukan proses rekristalisasi, CSD
yang terbentuk sangat sempit, dan ukuran yang terbentuk
hampir seragam yaitu sebesar 40 mesh.

Kristalisasi Likopen dari Buah Tomat (Lycopersicon esculentum) Menggunakan


Antisolvent
M. Rifqy Fauzan Daffa
Peneliti Deviana Christianty, Sola Fide Gavra, Zuhrina Masyithah
Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan salah satu
sayuran yang sudah mendunia, termasuk di Indonesia. Selama
proses pematangan, kandungan likopen meningkat tajam yang
Deskripsi Produk dapat dimanfaatkan untuk mengurangi risiko penyakit kronis
seperti kanker dan kardiovaskular. Proses ekstraksi
dipengaruhi oleh suhu, waktu reaksi, perbandingan umpan
dengan pelarut, dan ukuran partikel.
Jus buah tomat matang
Heksana (C6H14)
Bahan Baku Etil asetat (C4H8O2)
Methanol (CH3OH)
Aquadest
Variabel Rasio umpan dan pelarut
1. Jus tomat 150 ml dimasukkan ke labu leher tiga.
Kemudian ditambahkan pelarut campuran heksana dan etil
asetat (1:1) dengan variasi perbandingan 1:2; 1:2,5; 1:3;
1:3,5; 1:4 dan 1:4,5
2. Ekstraksi jus tomat dengan pelarut pada suhu 70 oC selama
3 jam
3. Ekstrak dipisahkan dari rafinatnya. Ekstrak yang diperoleh
Metode ditambah aquadest untuk menghilangkan impurities
dengan corong pemisah
4. Ekstrak hasil pencucian dipanaskan lalu didinginkan
5. Setelah didinginkan, tambahkan methanol (antisolvent)
dengan variasi 50ml, 100ml, 150ml dan 200ml
6. Kristal likopen pada kondisi optimum kemudian dianalisa
menggunakan Fourier Transform Infrared Spestriscopy
(FTIR)
Reaksi -
Produk Likopen
Pembahasan 1. Semakin banyak jumlah pelarut, kontak zat terlarut
dengan pelarut akan semakin besar dan rendemen ekstrak
akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
gradien perpindahan massa zat terlarut dari suatu padatan
ke badan cairan (pelarut) dengan baik. Perbandingan feed
dan solven optimum adalah 1:4
2. Semakin bertambahnya volume metanol sebagai
antisolvent maka meningkatkan rendemen kristal likopen.
Dalam penelitian ini, kondisi supersaturated dilakukan
dengan cara pemanasan, pendinginan dan penambahan
antisolvent yang mempengaruhi laju pembentukan kristal
dan ukuran kristal yang diperoleh
1. Semakin banyak perbandingan pelarut yang digunakan
untuk mengekstrak, maka semakin banyak pula zat terlarut
yang diinginkan. Pada perbandingan umpan (feed) dan
pelarut (solvent) campuran heksana : etil asetat (1:1) (F/S)
yaitu (1:4) merupakan kondisi optimum yang diperoleh
terhadap rendemen likopen yang terkestrak. Nilai
rendemen likopen yang terekstrak dengan penambahan
volume antisolvent 50 ml, 100 ml, 150 ml dan 200 ml
berturut-turut adalah 1930, 1970, 2090 dan 2550 µg/110
Kesimpulan
gr sampel
2. Semakin meningkatnya volume metanol sebagai
antisolvent yang ditam-bahkan ke dalam suatu larutan
akan mengurangi kelarutan likopen dalam larutan tersebut
yang mempercepat pertumbuhan dan ukuran kristal serta
meningkatkan jumlah rendemen likopen yang terekstrak.
Dalam hal ini, kondisi terbaik terhadap pembentukan
kristal tersebut diperoleh dengan penambahan metanol
sebagai antisolvent sebanyak 200 ml
Pemanfaatan Logam Aluminium (Al) pada Kaleng Minuman Soda menjadi Tawas
Aldi Ramadhani
Peneliti Loisa Rosalia Sitompul, Elvi Yenie, Shinta Elystia
Deskripsi Produk Salah satu jenis sampah anorganik yang jumlah timbulannya
sangat banyak di lingkungan adalah kaleng minuman. Bahan
kaleng minuman dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan tawas karena mengandung aluminium berkisar
antara 92,5-97,5%. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
penelitian ini akan dilakukan pembuatan tawas kalium dari
kaleng minuman soda.
Logam Aluminium (Al) pada kaleng soda
KOH (20%, 30%, dan 40%)
H2SO4 (6M, 8M, dan 10M)
Bahan Baku
Etanol 50%
Es batu
Aquadest
Konsentrasi KOH
Variabel
Konsentrasi H2SO4
1. Kaleng yang telah dipotong kecil-kecil (± 1 cm) ditimbang
sebanyak 3 gram kemudian dimasukkan ke dalam
erlemeyer 100 ml, lalu di tambahkan dengan larutan KOH
20% sebanyak 50 ml.
2. Pelarutan dilakukan diatas heater dengan temperatur 70ᴼC
selama ± 30 menit sampai gelembung-gelembung hilang.
Setelah itu, larutan didinginkan hingga suhunya mencapai
suhu ruang (±28ᴼC) kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring untuk menghilangkan
Metode
pengotor yang ada. Filtrat hasil penyaringan ditambahkan
dengan H2SO4 6 M sebanyak 30 ml agar dapat
menghasilkan kristal tawas.
3. Pembentukan kristal tawas dapat dipercepat dengan cara
mendinginkan larutan di dalam es selama (± 1 jam),
sedangkan untuk menghilangkan kadar air pada tawas
dilakukan pencucian dengan 20 ml etanol 50% dan
endapan dikeringkan dalam oven pada suhu 10ᴼC sampai
beratnya konstan.
2Al (s) + 2KOH (aq) + 6H2O (l) → 2KAl(OH)4 (aq) + 3 H2 (g)
2KAl(OH)4(aq) + H2SO4(aq) → 2Al(OH)3(s) + 2H2O(l)+K2SO4 (aq)
Reaksi
2Al(OH)3 (s) + 3H2SO4 (aq) → Al2(SO4)3 (aq) + 6H2O (l)
Al2(SO4)3(aq)+ K2SO4(aq) + 24H2O(l) → 2 KAl(SO4)2.12H2O
Produk Tawas Kalium
Konsentrasi optimal : KOH 40% dan H2SO4 8M
Rendemen tawas : 98,52%
Berat tawas : 44,62 gram
1. Pengukuran kaleng soda dengan AAS didapatkan kadar
Aluminium dari kaleng sebesar 86%
2. Pelarutan dengan KOH menyebabkan reaksi reduksi-
oksidasi dan membentuk Al(OH)3
3. Penambahan H2SO4 berlebih akan melarutkan Al(OH)3
menjadi Al2(SO4)3
4. Pada penambahan KOH 20% dengan variasi konsentrasi
H2SO4 didapatkan hasil rendemen sebesar 3,17%. Hasil ini
Pembahasan
belum maksimal karena belum mendekati 100%
5. Pada penambahan KOH 30% dengan variasi konsentrasi
H2SO4 didapatkan hasil rendemen yang mengalami
peningkatan dengan rendemen maksimum 78,52%. Makin
banyak kaleng yang digunakan maka semakin banyak
kandungan aluminium dan makin banyak tawas terbentuk
6. Pada penambahan KOH 40% dengan variasi konsentrasi
H2SO4 didapatkan hasil rendemen maksimal yaitu 98,52%
Konsentrasi pelarut yang digunakan untuk menghasilkan
rendemen tawas kalium terbanyak adalah KOH 40% dan
Kesimpulan
H2SO4 8M, dihasilkan persen rendemen tawas sebesar 98,52%
dengan berat tawas sebanyak 44,62 gram.
Penyisihan Fosfat dengan Proses Kristalisasi dalam Reaktor Terfluidisasi
Menggunakan Media Pasir Silika
Yessy Dwi Yulianti
Peneliti Devina Fitrika Dewi, Ali Masduqi
Bentuk senyawa fosfat dalam air adalah asam fosfat dan asam
fosfat merupakan asam polyprotik (polyprotic acid). Asam
Deskripsi Produk fosfat adalah asam polyprotik yang dapat terdisosiasi dalam
tiga langkah. Senyawa fosfat akan terhidrolisis menjadi jenis
senyawa proton yang berbeda, sesuai dengan fungsi pH.
Larutan Fosfat
Bahan Baku
Calsium Klorida (CaCl2)
Derajat keasaman (pH)
Variabel
Perbandingan molar Ca:PO4
1. Larutan fosfat, yaitu larutan yang digunakan sebagai
limbah artifisial yang mengandung kadar fosfat mula-mula
10 mg/l
2. Dalam penelitian ini, pH larutan divariasikan, yaitu 9, 10,
dan 11. Untuk pengaturan nilai pH digunakan larutan
NaOH
3. Larutan reaktan yang digunakan adalah larutan CaCl2
Metode
yang akan direaksikan dengan fosfat sehingga terbentuk
kristal. Kadar CaCl2 yang digunakan dalam penelitian ini
dinyatakan dalam perbandingan molar antara Ca dan PO4
4. Variasi perbandingan yang dilakukan adalah 7:5, 13:5,
dan 19:5
5. Seed material, yaitu pasir silika yang difluidisasi dan
menjadi media tempat terbentuknya kristal
+¿ 3 −¿¿
3−¿ H PO 4 ¿¿
+¿ +¿
Reaksi H 3 PO 4 H H 2 PO 4 H HPO4 ⇔
¿¿
⇔ ⇔
Produk Fosfat
Pembahasan 1. Nilai pH sangat berpengaruh dalam menentukan efisiensi
proses. Nilai pH yang memberikan hasil penyisihan
maksimum untuk operasi adalah 10, sesuai dengan plot
kesetimbangan larutan untuk Calcium phosphate.
2. Semakin lama waktu reaksi maka persentase penyisihan
fosfat semakin besar. Sementara untuk perbandingan 19/5,
kurang signifikan (0,4), berarti nilai penyisihan cenderung
tetap dari waktu ke waktu.
3. Seed material berfungsi sebagai tempat penumbuhan
kristal, dengan menggunakan seed material, kondisi yang
sesuai untuk kristalisasi tak mesti harus supersaturasi,
sehingga kemungkinan terjadinya kristalisasi lebih besar.
4. Kristalisasi dapat terjadi dengan primary nucleation
(pembentukan inti kristal dengan kondisi supersaturasi
murni) atau secondary nucleation (nukleasi dan
penumbuhan kristal terjadi pada seed material dengan
kondisi metastable atau di bawah supersaturasi).
1. kondisi pH reaktor sangat berpengaruh terhadap efisiensi
penyisihan fosfat. Kondisi pH yang paling optimum
dengan memberikan nilai penyisihan terbesar adalah pH
10 dengan persentase penyisihan fosfat 76,5%.
2. Pengaruh perbandingan molar Ca/PO4, ternyata cukup
Kesimpulan besar terhadap penyisihan fosfat. Perbandingan molar
yang memberikan nilai penyisihan terbesar adalah 19/5
dengan persentase penyisihan fosfat yang diperoleh
sebesar 72,11%.
3. Semakin jenuh larutan yaitu semakin tinggi perbandungan
molar maka semakin besar penyisihan fosfat.
Ekstraksi Garam Magnesium dari Air Laut Melalui Proses Kristalisasi
Chelsea Veronica
Peneliti Nadia Chrisayu Natasha, Eko Sulistiyono
Elemen terlarut yang paling banyak di air laut selain natrium
dan sangat bermanfaat adalah magnesium. Magnesium dapat
diolah menjadi magnesium karbonat dengan melarutkan
dengan pelarut asam atau alkali dan proses karbonasi.
Deskripsi Produk
Magnesium karbonat adalah bahan baku penetral asam
lambung, sumber nutrisi magnesium, dan pengisi tinta. Untuk
dapat mendapatkan magnesium dari air laut, proses pemurnian
dibutuhkan.
Bahan Baku Air Laut
Variabel Jumlah air terevaporasi
1. Air laut diambil dari pantai Tanjung Pasir dengan cara
membuat lubang di dekat wilayah pengambilan sampel.
2. Air laut disaring untuk menghilangkan pengotor.
3. Air laut yang telah disaring diletakkan di dalam labu
untuk di evaporasi.
Metode 4. Distilat dianalisa dengan ICP untuk menentukan
konsentrasinya.
5. Air laut disaring untuk menghilangkan presipitat.
6. Presipitat dianalisa bentuk kristalnya dengan SEM dan
XRF.
7. Residu cairan dianalisa menggunakan ICP.
Reaksi -
Produk Garam magnesium
Pembahasan 1. Peningkatan konsentrasi air laut menyebabkan 0,037%
magnesium teruapkan.
2. Hasil proses evaporasi menunjukkan bahwa presipitat
berwarna putih mulai terbentuk ketika volume air laut
berkurang dari 2 L menjadi 1 L.
3. Presipitat tersebut kemudian diobservasi, dari hasil
observasi terlihat bahwa presipitatnya mempunyai bentuk
butiran, tidak higroskopis dan menyerupai gypsum.
4. Ketika konsentrasi air laut dinaikkan 2 kali, garam yang
terbentuk dalam konsentrasi yang besar adalah kalsium
yaitu 52,48% sedangkan magnesium dan natrium masih
terbentuk dalam jumlah yang sedikit yaitu 9,36% dan
12,23%.
5. Kristal kecil – kecil yang berbentuk menyerupai kubus.
1. Air laut yang digunakan dalam penelitian ini didominasi
oleh natrium klorida dimana 80% dari berat totalnya dan
garam yang diperoleh bersifat sangat higroskopis.
2. magnesium dari air laut Indonesia tetap dapat diperoleh
dengan proses evaporasi namun untuk mempermudah
proses pemerolehan garam magnesium perlu ditambahkan
Kesimpulan larutan alkali setelah proses evaporasi dilakukan.
3. Garam yang pertama kali diendapkan selama proses
evaporasi adalah kalsium kemudian diikuti dengan
natrium dan magnesium. Magnesium sebagai limbah
dalam proses pembuatan garam laut dapat diekstrak dari
air laut dan memperoleh nilai optimumnya sebesar
22,59%.
Pengaruh Waktu Kristalisasi dengan Proses Pendinginan terhadap Pertumbuhan
Kristal Amonium Sulfat dari Larutannya
Ferina
A. Rasyidi Fachry, Juliyadi Tumanggor, Ni Putu Endah Yuni
Peneliti
L.
Kristalisasi adalah suatu pembentukan partikel padatan
didalam sebuah fasa homogen pembentukan dapat terjadi dari
fasa uap, seperti pada proses pembentukan kristal salju atau
sebagai pemadatan suatu cairan pada titik lelehnya atau
Deskripsi Produk sebagai kristalisasi dalam suatu larutan (cair). Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan proses pendinginan dengan
tujuan agar didapatkan kristal ammonium sulfat dengan ukuran
(massa) yang lebih besar dari inti kristal yang digunakan pada
proses pertumbuhan kristal.
Amonium Sulfat
Bahan Baku
Aquades
Variabel Waktu
Metode 1. Larutkan 77,8 gr amonium sulfat dalam 100 ml aquades,
kemudian larutan tersebut dipanaskan hingga suhu
mencapai 80oC dan mencapai keadaan supersaturasi.
2. Setelah suhu 80oC tercapai, hentikan pemanasan dan
turunkan suhu larutan hingga kembali ke suhu kamar
dengam metode pendinginan secara alami.
3. Setelah suhu larutan turun, akan terbentuk inti kristal
berbentuk padatan dari larutan induknya.
4. Kemudian pisahkan inti kristal dari larutan induknya
dengan cara disaring cepat dengan menggunakan kertas
saring dan kemudian keringkan lalu ditimbang massanya.
5. Setelah massanya ditimbang,inti kristal tersebut dibedakan
ukuran meshnya dengan metode pengayakan.
6. Kemudian buat larutan induk yang konsentrasinya sama
dengan larutan awal dan panaskan hingga suhu 50oC.
7. Setelah suhu 50oC tercapai, masukan 0,5 gr inti kristal
yang didapat dari larutan awal kemudian hentikan
pemanasan dan turunkan suhu larutan hingga kembali ke
suhu kamar dengan metode pendinginan alami.
8. Kemudian larutan tersebut terus diaduk dengan motor
pengaduk hingga interval tertentu (72 jam, 120 jam, 168
jam).
9. Setelah interval waktu tersebut kristal dipindahkan dari
larutan induknya dengan cara disaring cepat dengan
menggunakan kertas saring lalu keringkan.
10. Kemudian kristal yang telah kering ditimbang massanya
dan dibedakan ukuran messhnya dengan metode
pengayakan dan catat hasilnya.
11. Percobaan diulangi dengan prosedur yang sama untuk
interval waktu yang lain.
Reaksi (NH4)2SO4(aq) → 2NH4+(aq) + SO42-(aq)
Produk Amonium Sulfat
1. Besarnya derajat nukleasi sebanding dengan besarnya
supersaturasi. Derajat supersaturasi yang besar akan
mendorong terjadinya nukleasi, sedang derajat
supersaturasi yang tidak terlalu besar lebih mendorong
Pembahasan
terjadinya pertumbuhan (growth).
2. kondisi supersaturasinya ditambah dengan ammonium sulfat
lebih banyak, jumlah kristal lebih banyak dari pada yang
kondisi supersaturasinya ditambah lebih sedikit.
1. Semakin tinggi supersaturasi relatif (ΔC0) suatu larutan
maka kecepatan nukleasi juga semakin besar dan
menyebabkan jumlah partikelnya pun semakin banyak.
Kesimpulan 2. Pertumbuhan kristal yang efektif terjadi pada lamanya
waktu pengadukan 72 jam.
3. Jumlah partikel yang terlalu banyak dalam suatu larutan
mendorong terjadinya aglomerasi.
Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga
Bekas Kumparan
Rizki Hidayat
Peneliti Fitrony, Rizqy Fauzi, Lailatul Qadariyah, Mahfud
Tembaga banyak digunakan pada berbagai barang elektronik,
misalnya kabel, kumparan, dan lain-lain. Logam tembaga pada
barang-barang tersebut mengandung kadar tembaga yang
cukup tinggi. Sehingga, biasanya bekas tembaga dari barang-
Deskripsi Produk
barang tersebut diolah kembali menjadi logam tembaga baru
untuk digunakan pada barang elektronik lagi. Rangka
peningkatan nilai guna tembaga bekas salah satunya sebagai
bahan baku pembuatan kristal CuSO4.5H2O.
Cu bekas kumparan
H2SO4 98% massa
Bahan Baku
HNO3 65% massa
aquades
Suhu reaksi (34oC, 50 oC, 70 oC, dan 90 oC)
Kecepatan pengadukan pendinginan (300, 400, 500, 600, 700
Variabel
rpm)
Seeding dan non-seeding
1. Tembaga dilarutkan dengan HNO3 sampai tidak terbentuk
lagi gas berwarna coklat.
2. Reaksikan dengan H2SO4 pada beberapa suhu variabel.
3. Larutan dikondisikan seeding dan nonseeding.
Metode 4. Tahap kristalisasi larutan diberikan pengadukan selama 15
menit sesuai variabel kecepatan pengadukan.
5. Diamkan 2x24 jam.
6. Dilakukan pengamatan pada setiap tahap yang dilakukan.
7. Analisa kristal CuSO4.5H2O yang diperoleh.
Cu2+(aq) + SO42−(aq) + 5H2O(aq) → CuSO4.5H2O(s) Cu(H2O)42+(aq)
Reaksi
+ SO42−(aq) + H2O(aq) → Cu(H2O)4 SO4. H2O(s)
Produk Kristal CuSO4.5H2O
Pembahasan 1. pembuatan kristal tembaga sulfat pentahidrat ini
menggunakan metode pemanasan disertai dengan
pendinginan larutan.
2. Pada tahap pelarutan tembaga dengan HNO3, terbentuk
gas NO yang kemudian teroksidasi oleh oksigen diudara
menjadi gas NO2 yang berwarna coklat.
3. Kristal yang diperoleh dari penelitian ini berwarna biru
cerah. Ketika air kristalnya dihilangkan maka warnanya
menjadi putih.
4. Yield kristal yang diperoleh meningkat seiring dengan
kenaikan suhu reaksi, baik pada proses seeding maupun
non seeding.
5. Semakin tinggi suhu reaksi maka yield kristal yang
diperoleh juga semakin tinggi.
6. pengadukan mempengaruhi kristal yang terbentuk
ukurannya relatif semakin kecil dan cenderung homogen.
1. Kristal CuSO4.5H2O dengan 99% yield dan ukuran kristal
rata-rata 0,7 mm dapat dibuat dari tembaga bekas
kumparan dengan suhu reaksi 90ºC, penambahan seed,
dan pengadukan kristalisasi 500 rpm.
2. Semakin tinggi suhu reaksi maka kelarutan CuSO4 dalam
air semakin besar sehingga semakin banyak yield kristal
yang dihasilkan.
Kesimpulan
3. Kecepatan pengadukan cenderung tidak mempengaruhi
yield kristal yang dihasilkan, namun berpengaruh terhadap
ukuran kristal, pengadukan akan membuat ukuran kristal
lebih kecil daripada tanpa pengadukan.
4. Pengondisian seeding dapat menaikkan yield kristal
sekitar 10,72–27,13% jika dibandingkan dengan non
seeding dikarenakan terjadinya heterogeneous nucleation.

Crystal Habit During Crystallization of Palm Oil: Effect of Time and Temperature
M. Bagus Herlambang
Peneliti Normah I, Cheow C S, Chong C L
Deskripsi Produk Studi tentang penghitungan dan distribusi kristal RBDPO yang
terbentuk selama kristalisasi dengan menggunakan Pengukuran
Focused Beam Reflatance Measurement (FBRM) belum
dilaporkan di tempat lain. Dalam makalah ini, kristalisasi
RBDPO dari lelehan dilakukan dan efek waktu kristalisasi dan
suhu pada kebiasaan kristal RBDPO diselidiki.
Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO)
Bahan Baku
Iodine
Variabel Waktu pengkristalan
1. RBDPO dipanaskan pada suhu 70oC hingga meleleh.
2. Temperatur diturunkan hingga 30 oC lalu diturunkan lagi
Metode hingga 14-22 oC sampai kristal terbentuk.
3. Analisa pembentukan kristal dengan penhgadukan 90 rpm
selama proses berlangsung.
Reaksi -
Produk Kristal minyak sawit
1. Kristal berbentuk sferis pada kedua suhu dan secara
umum sedikit lebih besar dengan peningkatan waktu
kristalisasi.
2. Semakin tinggi viskositas, pertukaran bahan di
Pembahasan
permukaan kristal semakin terbatas sehingga
pertumbuhan kristal lebih lambat.
3. Aglomerat besar dapat terbentuk karena transfer panas
yang buruk dan agitasi yang lambat.
Kristal lebih kecil pada 14°C di mana pada 14°C, bubur
didominasi oleh kisaran ukuran 1 hingga 23μm dibandingkan
Kesimpulan dengan 10 hingga 86μm pada 22°C.
kristalisasi pada suhu rendah menghasilkan lebih banyak
kristal lebih besar seiring bertambahnya waktu kristaisasi.
Optimasi Kondisi Kristalisasi pada Pembuatan Fraksi Kaya Tokotrienol dari
Distilat Asam Lemak Minyak Sawit
M. Thoriq Akbar
Peneliti K G S Ahmadi, Teti Estiasih
Distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) merupakan hasil
samping pengolahan minyak sawit dan dihasilkan pada tahap
deodorisasi. Komponen yang terdapat dalam fraksi tidak
Deskripsi Produk
tersabunkan adalah vitamin E dan sterol. Fraksi ini
mengandung 86 % tokoferol yang ada dalam DALMS, Kadar
tokoferol pada fraksi ini masih rendah yaitu 27.909,23 μg/g.
DALMS
Standar vitamin E (α tokoferol dan α, γ, δ tokotrienol)
heksana, methanol, KOH, etanol, natrium klorida, kloroform,
Bahan Baku
asam asetat, natrium tiosulfat, pati, KI, asam askorbat, HCl,
KOH, Na2SO4, heksana (teknis), gas nitrogen, kertas saring
kasar, dan kertas saring Whatman No.1
Variabel
1. DALMS dilakukan proses saponifikasi.
2. Kristalisasi pada suhu rendah. DALMS dilarutkan dalam
pelarut heksana dengan nisbah pelarut.
Metode
3. Setelah kristalisasi, fase kristal dipisahkan dari filtrate
dengan cara penyaringan. Pelarut dalam filtrate diuapkan
dengan rotavapor sampai semua pelarut menguap.
Reaksi -
Produk Fraksi kaya tokotrienol
Pembahasan 1. Bila dibandingkan DALMS dengan fraksi tidak
tersabunkan dari DALMS, kadar asam lemak bebas yang
menurun signifikan yaitu dari 95,75% menjadi 7,99%.
2. fraksi tidak tersabunkan dari DALMS mengandung
antioksidan yang cukup tinggi. DALMS mengandung
asam lemak bebas, aldehida dan keton, pigmen karotenoid
terdegradasi, sterol, hidrokarbon, tokoferol, dan
tokotrienol.
3. Pemilihan model berdasarkan sequential model sum of
square menunjukkan bahwa model yang signifikan adalah
model kuadratik, sedangkan model kubik, linear, dan 2FI
tidak signifikan.
4. Penggunaan teknik kristalisasi pelarut suhu rendah pada
pembuatan fraksi kaya tokotrienol didasarkan pada
perbedaan titik beku antara masing-masing fraksi tidak
tersabunkan dalam DALMS.
5. Peningkatan pengayaan kristal karena pada kondisi
optimum laju pembentukan kristal berjalan optimum yang
merupakan senyawa pengotor (impurities) pada fraksi
tidak tersabunkan DALMS.
1. Kondisi kristalisasi optimum tercapai pada nisbah pelarut:
fraksi tidak tersabunkan 5,89:1, suhu -9,7oC, dan lama
kristalisasi 22,52 jam.
Kesimpulan 2. Verifikasi pada kondisi optimum diperoleh kadar vitamin
E dalam fraksi tidak tersabunkan sebesar 21,813 g/100 g,
aktivitas antioksidan 94,07 %, bilangan peroksida 0,86
mek/kg, dan asam lemak bebas 0,0913 %.

Anda mungkin juga menyukai