Anda di halaman 1dari 69

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PEMBUATAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)


PENGEMBANGAN SISTEM AIR MINUM KOTA TENGGARONG

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA MAHAKAM


KUTAI KARTANEGARA

LAPORAN

Oleh :

DWI AFRIA PUJI UTAMI


1209045045

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
PEMBUATAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
PENGEMBANGAN SISTEM AIR MINUM KOTA TENGGARONG

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA MAHAKAM


KUTAI KARTANEGARA

LAPORAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Pada Program Studi Strata 1 Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Oleh :

DWI AFRIA PUJI UTAMI


1209045045

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PEMBUATAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)


PENGEMBANGAN SISTEM AIR MINUM KOTA TENGGARONG

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA MAHAKAM


KUTAI KARTANEGARA
Oleh:

Dwi Afria Puji Utami


NIM. 1209045045

Telah Diselesaikan Pada 3 September 2015 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Samarinda, September 2015


Disahkan oleh:
Pembimbing PKL,

Waryati, S.T., M.T., M.Sc.


NIP. 19751015 200801 2 009

Mengetahui,
Plt. Ketua Program Studi S1 Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Budi Nining Widarti, S.T.,M.Eng


NIP. 19810703 200604 2 002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat dan limpahan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapangan di PDAM Tirta Mahakam
Kutai Kartanegara tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu baik
dosen pembimbing maupun bapak dan ibu di PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara yang
senantiasa memberikan ilmu, saran atau kritikan membangun dan semangat kerjasama sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa dalam laporan ini terdapat kekurangan dan kelebihan, sehingga sangat
diharapkan saran atau kritikan yang membangun agar lebih baik untuk ke depannya. Akhir kata,
penulis ucapkan terima kasih dan semoga bermanfaat.

Samarinda, September 2015


Penyusun

Dwi Afria Puji Utami


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan ...................................................................................
1.3 Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan ......................................................................
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan .................................................................................
1.5 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan ................................................................
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................................

BAB II PROFIL INSTANSI


2.1 Sejarah PDAM Tirta Mahakam ....................................................................................
2.2 Visi dan Misi PDAM Tirta Mahakam ..........................................................................
2.3 Sasaran, Strategi dan Kebijakan PDAM Tirta Mahakam .............................................
2.4 Posisi Perusahaan ..........................................................................................................
2.5 Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) ................................................
2.6 Kondisi Eksisting PDAM Tirta Mahakam ....................................................................

BAB III LANDASAN TEORI


3.1 Sumber Air ....................................................................................................................
3.2 Standar Kualitas Air ......................................................................................................
3.3 Sistem Penyediaan Air ..................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Sumber Air Baku PDAM Tirta Mahakam ....................................................................
4.2 Kebutuhan Air Bersih Wilayah Perencanaan ...............................................................
4.3 Rencana Sistem Pengelolaan Air Minum (IPA) ...........................................................
4.4 Rancang Desain Instalasi Pengolahan Air (IPA) ..........................................................
4.5 Engineering Estimate ....................................................................................................

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................................
5.2 Saran .............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi PDAM Tirta Mahakam...............................................................


Gambar 2.2 Bagan Struktur Organisasi PDAM Tirta Mahakam ........................................
Gambar 2.3 Point of Sub PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong.....................................
Gambar 2.4 Piping Network PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong ..............................
Gambar 4.1 Gambaran Site Plan PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong (Tampak 1) .......
Gambar 4.2 Gambaran Site Plan PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong (Tampak 2) .......
Gambar 4.3 Gambaran Site Plan PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong (Tampak 3) .......
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kondisi Eksisting PDAM Tirta Mahakam.........................................................


Tabel 4.1 Kualitas Air Baku ...............................................................................................
Tabel 4.2 Data Teknis PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong .......................................
Tabel 4.3 Data Pelayanan PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong..................................
Tabel 4.4 Pedoman Standar Konsumsi Air Minum Rumah Tangga yang
Digunakan Dalam Perencanaan Tenggarong .......................................................
Tabel 4.5 Kriteria Daerah Perencanaan ..............................................................................
Tabel 4.6 Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk ...................................................
Tabel 4.7 Kebutuhan Air Berdasarkan Kategori Fasilitas (l/org/hari) ................................
Tabel 4.8 Kebutuhan Air Berdasarkan Kategori Fasilitas (lt/unit/hari) .............................
Tabel 4.9 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kota Tenggarong Hingga Tahun 2028 ...........
Tabel 4.10 Perhitungan Proses Flokulator IPA Kapasitas 400 LPD ..................................
Tabel 4.11 Perhitungan Proses Sedimentasi IPA Kapasitas 400 LPD ...............................
Tabel 4.12 Perbandingan Slow Sand Filter dan Rapid Sand Filter ....................................
Tabel 4.13 Perhitungan Proses Flilter IPA Kapasitas 400 LPD .........................................
Tabel 4.14 Rekapitulasi Pekerjaan IPA Lengkap 400 LPD ................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan suatu sumber daya alam yang selalu dibutuhkan seluruh makhluk termasuk
manusia. Kebutuhan air bersih sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan
sehari - hari. Air bersih yang diperlukan oleh masyarakat semakin lama semakin meningkat, hal
ini menyebabkan kurang maksimalnya dalam pelaksanaan produksi dan pelayanan air bersih.
Seluruh permasalahan tersebut disebabkan oleh meningkatnya sosial ekonomi yang berkembang
disuatu wilayah perkotaan, pedesaan dan wilayah yang mendapatkan pelayanan. Hal ini berarti
bahwa penggunaan air untuk berbagai manfaat dan kepentingan harus dilakukan secara bijaksana
dengan memperhitungkan kepentingan generasi masa kini dan masa depan. Untuk itu air perlu
dikelola agar tersedia dalam jumlah yang aman, baik kuantitas maupun kualitasnya, dan
bermanfaat bagi kehidupan dan perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya agar tetap
berfungsi secara ekologis, guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang pengolahan air bersih yang layak dikonsumsi bagi masyarakat. Seiring dengan pesatnya
pertambahan jumlah penduduk dan meluasnya pemukiman serta industri, maka kebutuhan air
bersih juga meningkat. Oleh karena itu terciptanya lembaga yang mampu memproses air yang
tadinya tidak layak digunakan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Untuk menyatakan bahwa air memenuhi persyaratan atau tidak adalah dengan
mengacu pada standar kualitas fisik, kimia, mikrobiologi, dan radioaktivitas yang tercantum pada
Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, dan SK
Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat - syarat kualitas air minum.

PDAM Tirta Mahakam berlokasi di Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.


PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong memiliki 3 (tiga) instalasi, yaitu IPA Sukarame, IPA
Bukit Biru, IPA Bekotok. PDAM Tirta Mahakam mengutamakan kualitas dan kuantitas air yang
didistribusi ke rumah - rumah warga. Secara kualitas air harus tersedia pada kondisi yang
memenuhi syarat - syarat keseahatan, yaitu secara air harus mencukupi kebutuhan sehari - hari.
PDAM Tirta Mahakam mengutamakan kualitas air yang akan didistribusikan untuk pelanggan.
Berbagai macam bidang yang dapat ditemui didalam PDAM Kutai Kartanegara diantaranya yaitu
Bidang Penelitian Dan Pengembangan (BALITBANG). Bidang tersebut bertugas sebagai peneliti
dan pengembangan analisa terhadap permasalahan di PDAM. Selain itu tugas BALITBANG
memberikan saran - saran atau pertimbangan kepada direksi sesuai dengan hirarki tentang
langkah - langkah atau tindakan yang perlu dilakukan apabila dalam lingkup kegiatan PDAM
terjadi kendala atau masalah. Detail Engineering Design (DED) merupakan produk dari
konsultan perencanaan, yang bisa digunakan dalam bentuk sebuah perencanaan detail bangunan
sipil seperti gedung, jalan, jembatan, dan bendungan. Pembuatan DED adalah salah satu kegiatan
yang dilakukan BALITBANG sebagai pedoman dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas
PDAM Tirta Mahakam. Oleh karena itu, Bidang Penelitian Dan Pengembangan (BALITBANG)
diambil sebagai kegiatan praktek kerja lapangan agar mengetahui permasalahan apa saja dan
memberi solusi yang tepat di PDAM sesuai bidang ilmu yang dimiliki.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Mengetahui tugas kerja Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) PDAM Tirta
Mahakam Kutai Kartanegara
2. Mengetahui kapasitas sistem yang direncanakan (Detail Engineering Design) pada WTP
PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara
3. Mengetahui Engineering Estimate (EE) pada rencana Detail Engineering Design (DED)
PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara.

1.3 Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan

Ruang lingkup dalam praktek kerja lapangan ini terbatas pada mempelajari tahapan proses
pembuatan DED (Detail Engineering Design) pengembangan sistem air minum PDAM Tirta
Mahakam Cabang Tenggarong.
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan kerja praktek lapangan ini memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mempelajari
proses pembuatan DED (Detail Engineering Design), serta memberikan kesempatan mahasiswa
untuk membantu perusahaan dengan memberikan masukan sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan saat kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan.

1.5 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan kerja praktek lapangan ini dilaksanakan dari tanggal 3 Agustus 2015 sampai dengan 3
September 2015 di PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan praktek kerja lapangan ini disusun berdasarkan tahapan selama penulis melakukan
praktek kerja lapangan di PDAM Tirta Mahakam. Penulisan laporan praktek kerja lapangan ini
disusun menurut sistematika sebagai berikut:
 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, waktu dan tempat pelaksanaan
praktek kerja lapangan, dan sistematika penulisan.
 BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil perusahaan.
 BAB III LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan penjelasan tentang sistem pengelolaan air secara umum serta
pengertian DED (Detail Engineering Design).
 BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini memberikan penjelasan mengenai DED (Detail Engineering Design)
Pengembangan Sistem Air Minum PDAM Tirta Mahakam.
 BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil praktek kerja lapangan.
BAB II
PROFIL INSTANSI

2.1 Sejarah Perusahaan

Gambar 2.1 Peta Lokasi PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara

PDAM Tirta Mahakam dibentuk dengan peraturan daerah yang berkedudukan dan berkantor
pusat di Jl. Awang Long Senopati RT. I No. 27, Kelurahan Sukarame, Kecamatan Tenggarong,
Kabupaten Kutai Kartanegara. PDAM Tirta Mahakam adalah suatu kesatuan dan produksi yang
bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum dan memupuk pendapatan. PDAM
Tirta Mahakam turut serta melaksanakan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya dan
pembangunan daerah pada khususnya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan air bersih dan air
minum bagi masyarakat, menjadi salah satu sarana dalam usaha pemerintah daerah menambah
sumber pendapatan, memberikan pelayanan publik secara maksimal.

PDAM Tirta Mahakam adalah perusahaan daerah milik pemerintah daerah yang mempunyai
tugas menyediakan kebutuhan air bersih/minum bagi masyarakat di wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara. PDAM Tirta Mahakam Kota Tenggarong didirikan pada tahun 1981 yang melayani
Kelurahan Mangkurawang, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Sukarame, Kelurahan Panji,
Keluarahan Loa Ipuh, Kelurahan Maluhu, Keluarahan Melayu, Keluarahan Timbau, Kelurahan
Bukit Biru, dan Kelurahan Jahab.

PDAM Tirta Mahakam lahir dan berawal dari dibentuknya Badan Pengelola Air Minum
(BPAM) Kabupaten Daerah Tingkat II Kutai pada tahun 1981 dibawah instansi Departemen
Pekerjaan Umum (DPU) Direktorat Air Bersih. Pada tahun 1987, berubah nama menjadi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Kutai berdasarkan SK Gubernur KDH
Tingkat I Provinsi Kalimantan Timur Nomor 42/L-II/1987 dan Peraturan Daerah Kabupaten
Kutai No 4/1987 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kutai.

Serah Terima asset BPAM oleh Direktorat Air Bersih kepada pemerintah daerah tingkat I
Kalimantan Timur baru dilakukan pada tahun 1991, dengan ditandatanganinya berita acara surat
serah terima asset No. 05/BA/SK/1991 dan No.539/1359/TU-PP/Ekad-XI/tanggal 19 Desember
1991. Oleh Pemda Tingkat I Kaltim kemudian diserahkan pengelolaannya kepada Pemerintah
Daerah Tingkat II Kabupaten Kutai.

Seiring dengan semangat otonomi daerah, dimana salah satu poin penting adalah percepatan
pembangunan daerah, maka Kabupaten Kutai pada tahun 1999 dimekarkan menjadi 3 Kabupaten
dan 1 kota yakni Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai (kemudian
berubah menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara), dan kota Bontang.

Pada tahun 2002, nama Kabupaten Kutai berubah menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara yang
ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah RI No. 8/2002. PDAM Kabupaten Kutai pun berbah
nama menjadi PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara. Atas dasar ketentuan
tersebut diatas, secara organisatoris PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara
langsung berada dibawah pembinaan dan pengawasan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.

2.2 Visi dan Misi PDAM Tirta Mahakam

2.2.1 Visi
Menuju terwujudnya pelayanan air minum yang prima serta kondisi perusahaan yang sehat dan
mandiri

2.2.2 Misi
1. Meningkatkan pelayanan air minum yang prima kepada masyarakat dengan cepat dan tepat
secara Kuantitas, Kualitas, dan Kontinuitas (K3).
2. Meningkatkan produktivitas kerja yang didukung oleh profesionalisme karyawan.
3. Meningkatkan pelayanan yang memuaskan pelanggan serta ketenangan kerja dan
kesejahteraan karyawan.

2.3 Sasaran, Strategi dan Kebijakan PDAM Tirta Mahakam

2.3.1 Sasaran
Beradasarkan visi dan misi diatas sasaran utama yang akan dicapai adalah peningkatan kinerja
PDAM yaitu:
a. Pengembangan
Peningkatan cakupan pelayanan hingga 100% serta pelayanan berwawasan regional
b. Full Cost Recovery
Rasio antara pendapatan dibagi biaya melebihi 100%, termasuk didalamnya PDAM dapat
membayar tanggung jawab hutang serta dapat memperbaiki atau mengganti peraalatan -
peralatan sistem produksi dan distribusi.
c. Pelayanan prima
Pencapaian K3 (Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas) kepada seluruh pelanggan sepanjang
tahun serta pemberin layanan pelanggan yang cepat, tepat, mudah, dan bersahabat.
2.3.2 Strategi
a. Optimalisasi sistem produksi dan distribusi
b. Peningkatan kualitas pelayanan
c. Peningkatan pendapatan perusahaan

2.3.3 Kebijakan
a. Peningkatan cakupan pelayanan dan jumlah pelanggan
b. Sharing PDAM dengan pemerintah pusat, Provinsi dan Kota dalam optimalisasi infrastruktur
sistem penambahan air baku
c. Upaya restrukturisasi hutang dengan departemen keuangan
d. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
e. Efisiensi dan efektifitas dilingkungan kerja

2.4 Posisi Perusahaan

Kekuatan PDAM Tirta Mahakam masih besar, sehingga dapat meminimalisir kelemahan yang
ada. Kemampuan PDAM Tirta Mahakam untuk melakukan pengembangan wilayah pelayanan
dalam 5 tahun kedepan masih berpotensi cukup besar dari ketersediaan fasilitas sistem produksi
dan distribusi yang dimilki. Hanya saja untuk percepatan pembangunan masih memerlukan
dukungan berbagai pihak, salah satunya dukungan terhadap program penyesuaian tarif dan
kerjasama investasi.

Namun demikian tingginya beban biaya operasional perusahaan mengakibatkan pengembalian


hutang jangka panjang tidak dapat berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan, walaupun dari segi
keuangan sudah baik. Peluang yang dimiliki PDAM Tirta Mahakam yang bersifat strategis masih
lebih besar, sehingga dapat mengemilinir ancaman yang ada, melalui program rehabilitas sistem
jaringan distribusi yang terencana dan kerja sama operasional dengan daerah lain. Dari analisa
SWOT diatas menempatkan PDAM Tirta Mahakam pada posisi kuadran III/pertumbuhan, yaitu
dengan menerapkan strategi agresif yang bertumpu pada kekuatan serta peluang yang ada.
Gambar 2.2 Bagan Struktur Organisasi PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara
2.5 Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG)

Dalam Bidang Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG), direktur utama dibantu oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) yang diangkat dan diberhentikan oleh direktur
utama. BALITBANG dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada direktur utama.
Badan penelitian dan pengembangan mempunyai tugas:
a. Mengadakan penelitian dan pengembangan perusahaan
b. Meneliti kemungkinan - kemungkinan untuk ikut dalam pengembangan teknologi perusahaan
c. Melaksanakan penelitian terhadap rencana pembangunan daerah dalam rangka mengikut
sertakan peranan perusahaan didalamnya.
d. Melakukan penelitian dan pengembangan analisa pemasaran secara umum untuk membant
penelitian, promosi serta pengembangan perusahaan.
e. Menerbitkan laporan - laporan dari penerbit - penerbit lainnya mengenai aktivitas perusahaan,
dalam rangka aktivitas penelitian dan pengembangan.
f. Memberikan saran - saran atau pertimbangan kepada direksi sesuai hirarki tentang langkah -
langkah atau tindakan yang perlu diambil dibidang tugasnya.

2.6 Kondisi Eksisting PDAM Tirta Mahakam

Saat ini PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara telah memiliki 28 unit pelayanan
terdiri dari 17 cabang berada di kota/kecamatan dan 9 ranting berada di pedesaan, dengan sistem
pelayanan menggunakan pompanisasi, serta sumber air baku digunakan adalah air
permukaan/sungai dan air bawah tanah/sumur.

Cabang adalah satuan kerja PDAM yang terdapat dikecamatan, dimana didalamnya terdapat
manajemen dan Instalasi Pengelolaan Air (IPA) sendiri, seluruhnya berjumlah 17 cabang:
1. PDAM Cabang Tenggarong
2. PDAM Cabang Loa Kulu
3. PDAM Cabang Loa Janan
4. PDAM Cabang Kota Bangun
5. PDAM Cabang Muara Wis
6. PDAM Cabang Muara Muntai
7. PDAM Cabang Kahala
8. PDAM Cabang Kembang Janggut
9. PDAM Cabang Tenggarong Seberang
10. PDAM Cabang Sebulu
11. PDAM Cabang Muara Kaman
12. PDAM Cabang Samboja
13. PDAM Cabang Muara Jawa
14. PDAM Cabang Sanga - sanga
15. PDAM Cabang Anggana
16. PDAM Cabang Muara Badak
17. PDAM Cabang Marangkayu

Ranting adalah satuan kerja PDAM yang terletak di desa setiap kecamatan dimana didalamnya
terdapat manajemen dan IPA sendiri, ranting berjumlah 9 yaitu:
1. PDAM Ranting Loa Tebu
2. PDAM Ranting Bakungan
3. PDAM Ranting Purwajaya
4. PDAM Ranting Loa Lepu
5. PDAM Ranting Bukit Pariaman
6. PDAM Ranting Embalut
7. PDAM Ranting Pela Baru
8. PDAM Ranting Jantur
9. PDAM Ranting Benua Puhun

Total kapasitas terpasang yang dimiliki saat ini adalah sebesar 1,199 liter/detik dengan kapasitas
realisasi sebesar 1,144 liter/detik. Jumlah pelanggan sampai Juni 2015 sebanyak 63.848
sambungan dan cakupan pelayanan sebesar 59.78 % (dengan asumsi 1 SR untuk 6 jiwa dan 1 HU
untuk 100 jiwa).
Gambar 2.3 Point of Sub PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong

Gambar 2.4 Piping Network PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong


Tabel 2.1 Kondisi Eksisting PDAM Tirta Mahakam
Kapasitas
Juml. Penduduk Wilayah
(lt/s)
Nk No Kecamatan SPAM SR
Ter-
Real (unit) Total Terlayani Blm %pel Pelayanan Terlayani Belum Bukan wilayah
pasang
1 Tenggarong IKK 360 301.2 14.756 91.821 59.024 32.79 64% Jahab, bukit biru, Loa ipuh, bukit biru, Sebagian
Tenggarong timbau, melayu, timbau, melayu, maluhu dan
panji, sukarame, panji, sukarame, jahab
kampong baru, kampong baru,
mangkurawang, mangkurawang,
maluhu dan loa sebagian maluhu dan
ipuh jahab
Pedesaan 5 7 513 4.256 2.052 2.204 48% Loa tebu
Loa Tebu
Bukan 6.083 Loa ipuh darat dan
wilayah rapak lambur
pelayanan
Total 15.269 102.160 61.076 35.001 60%

Bakungan 40 37,8 3.049 24.765 12.196 12.569 49% Bakungan, loa duri Bakungan, loa duri
ulu dan loa duri ilir ulu dan loa duri ilir
Purwajaya 12.5 9.5 559 4.206 1.677 2.529 40% Purwajaya Purwajaya

Total 117 8.119 80.305 31.917 37.525 40%

Sumber: PDAM Tirta Mahakam Tahun 2012


BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Sumber Air

Air adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat
ini dibumi, tetapi tidak diplanet lain. Air menutupi hamper 71% permukaan bumi. Air
bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu melalui penguapan, hujan, dan aliran air diatas
permukaan tanah (run off) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.
Dibanyak tempat didunia terjadi kekurangan persediaan air. Air dapat berwujud padatan,
cairan, dan gas. Air merupakan satu - satunya zat yang secara alami terdapat dipermukaan
bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.

Berdasarkan petunjuk program pembangunan prasarana kota terpadu perihal pedoman


perencanaan dan desain teknis sektor air bersih, disebutkan bahwa sumber air baku yang
perlu diolah terlebih dahulu adalah:
a. Mata air, yaitu sumber air yang berada diatas permukaan tanah. Debitnya sulit diduga
kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka waktu tertentu.
b. Sumur dangkal (shallow wells), yaitu sumber hasil penggalian ataupun pengeboran yang
kedalamannya lebih dari 40 meter.
c. Sumur dalam (deep wells), yaitu sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang
kedalamannya lebih dari 40 meter.
d. Sungai, yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu didaerah
pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara umum air baku yang didapat
dari sungai harus diolah terlebih dahulu karena memungkinkan untuk tercemar polutan
sangat besar.
e. Danau dan penampung air (lake and reservoir), yaitu unit penampung air dalam jumlah
tertentu airnya berasal dari aliran sungai maupun tampungan dari air hujan.
Sumber - sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum adalah:
a. Air hujan, biasanya sebelum jatuh kepermukaan bumi akan mengalami pencemaran
sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.
b. Air permukaan tanah (surface water), yaitu rawa, sungai, danau yang tidak dapat
diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
c. Air dalam tanah (ground water), yang terdiri dari air sumur dangkal dan air sumur
dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk diminum karena
mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah dijumpai seperti yang
terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil budidaya manusia. Keterdapatan
sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti topografi, batuan,
dan curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah.

3.2 Standar Kualitas Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan terutama penyakit
perut. Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya disuatu
daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan
bisa ditekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini didasarkan atas pertmbangan
bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut. Agar seseorang
menjadi tetap sehat sangat diperngaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan
makanan dan minuman.

Indonesia memiliki beberapa standar kualitas air bersih maupun air minum diantaranya
adalah Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.907
Tahun 2002 yang juga digunakan sebagai pedoman standar baku mutu di PDAM Tirta
Mahakam Tenggarong. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan
pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan
terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan.
Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih, maka dapat
dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai
standar kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai standar
kualitas air bersih mengacu pada peraturan pemerintah No. 416 Tahun 1990 tentang syarat -
syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Berdasarkan SK menteri kesehatan 1990 kriteria
penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a. Persyaratan kualitas air untuk air minum
b. Persyaratan kualitas air untuk air bersih
c. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi

Mengingat pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus
memenuhi persyaratan, yaitu:
a. Syarat fisik yaitu air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau, suhu antara 10oC - 25oC.
b. Syarat kimiawi yaitu air tidak mengandung bahan kimia yang mengandung racun, air
tidak mengandung zat - zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium, pH air antara 6.5 -
9.2
c. Syarat bakteriologi yiatu air tidak mengandung kuman - kuman seperti disentri, tipus,
kolera, dan bakteri pathogen lainnya.

3.3 Sistem Penyediaan Air Minum

Sistem produksi air minum berskala besar pada umumnya mengambil air baku dari sungai
ataupun waduk/danau/irigasi dilakukan dengan instalasi pengolahan lengkap. Sedangkan
unit produksi berskala kecil pada umumnya mengambil air baku dari mata air dan air tanah
dalam pada umumnya menggunakan sistem pengolahan dengan mengandalkan proses
disinfeksi dengan menggunakan gas Chlor atau kaporit atau SHC, jika kadar Mangan
(Mn2+) dan Besi (Fe2+) serta CO2 agresif diatas ambang batas yang di syaratkan Depkes,
maka proses menggunakan aerator.
Unit produksi yang lazim diterapkan untuk karakteristik air baku dari sungai adalah
pengolahan dengan sistem lengkap, biasanya terdiri dari unit koagulasi, unit flokulasi, unit
sedimentasi, unit filtrasi, unit disinfeksi, unit netralisasi, unit reservoir.

3.3.1 Unit Koagulasi

Unit koagulasi berfungsi untuk memperoleh percampuran yang homogen terhadap bahan
kimia (koagulan) yang dibubuhkan kedalam air baku dengan cara dipompakan oleh dosing
pump dan diatur oleh Streaming Current Monitor (SCM) dan mengaktifkan alarm bila dosis
melebihi batas setting. Data grafik akan diaquisisi dan dapat dimonitor pada layar computer
panel utama. Parameter yang diperlukan adalah:
 Nilai G (Gradien Kecepatan)
 Waktu detensi
 Sistem pencampur

3.3.2 Unit Flokulasi

Unit flokulasi berfungsi sebagai proses pembentukan flok (gumpalan) agar cukup besar dan
berat, sehingga dapat diendapkan dalam unit sedimentasi dengan baik. Parameter yang
digunakan adalah:
 Nilai G (Gradien Kecepatan)
 Waktu detensi
 Sistem pencampur

3.3.3 Unit Sedimentasi

Unit sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok yang sudah terbentuk pada unit
flokulasi, sludge drain unit flokulasi dan sedimentasi dapat dilakukan kontrol secara manual
dan auto, seting waktu tunda dan bukan katup dapat dilakukan melalui layar monitor.
Parameter yang diperlukan adalah:
 Nilai bilangan Reynold dan Frued
 Beban permukaan sedimentasi
 Waktu detensi
 Sistem pengaliran
 Sistem pembuangan lumpur

1.3.4 Unit Filtrasi

Unit filtrasi berfungsi untuk menyaring flok halus yang tidak dapat diendapkan pada unit
sedimentasi. Unit filter dimana setiap proses backwash dikontrol oleh FEC Standar, yang
terhubung via Ethernet, status proses semua filter dapat dimonitor diruang operasi.
Parameter yg diperlukan adalah:
 Kecepatan penyaringan
 Sistem pencucian

1.3.5 Unit Disinfeksi

Pada unit ini terjadi penambahan bahan desinfektan yang bertujuan untuk membunuh
bakteri dan mikroorganisme yang tidak dikehendaki kehadirannya, selain itu juga mencegah
terjadi pencemaran makhluk mikrokopis tersebut.

1.3.6 Unit netralisasi

Diunit ini terjadi proses netralisasi (conditioning process) secara kimiawi sehingga
parameter kimiawi dalam keadaan seimbang.

1.3.7 Unit Reservoir

Sistem distribusi air minum yang direncanakan yaitu air minum yang berasal dari reservoir
distribusi dialirkan ke daerah pelayanan dengan sistem gravitasi. Sistem distribusi air
minum terdiri dari:
 Reservoir distribusi
 Sistem perpipaan
 Perlengkapan/peralatan distribusi
 Reservoir

Dalam suatu sistem distribusi, reservoir memegang peranan yang sangat penting. Instalasi
pengolahan air memberikan kapasitas berdasarkan kebutuhan air maksimum per hari.
Sedangkan sistem distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan air maksimum per jam
(debit puncak per jam). Dalam hal ini ada perbedaan besar antara kapasitas yang satu
dengan yang lain, untuk menyeimbangkan perbedaan tersebut diperlukan suatu tempat
penampungan air yaitu reservoir dan dialirkan pada waktu pemakaian maksimum. Fungsi
reservoir distribusi secara garis besar adalah sebagai berikut:
 Equalizing flows atau menyeimbangkan aliran. Debit yang masuk kedalam reservoir
adalah konstan, sedangkan debit yang keluar bervariasi atau berfluktuasi. Untuk itu
diperlukan suatu penyeimbang aliran yang dapat melayani fluktuasi juga dapat
digunakan untuk menyimpan cadangan air untuk keadaan emergensi.
 Equalizing pressure atau menyeimbangkan tekanan. Pemerataan tekanan diperlukan
akibat bervariasinya pemakaian air didaerah distribusi
 Sebagai distributor atau sumber pelayanan

3.4 Detail Engineering Design (DED)

Proyek Detail Engineering Design (DED) sering juga disebut perencanaan fisik, yaitu
proyek untuk membuat sebuah perencanaan detail bangunan sipil (gedung, jalan, jembatan,
bendungan, dan lain - lain). Hasil dari proyek ini yang nantinya akan digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Produk yang dihasilkan dari proyek ini antara
lain:
1. Gambar detail bangunan atau gambar bestek
2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) atau Engineer’s Estimate (EE)
3. Rencana Kerja dan Syarat - syarat (RKS)
Gambar detail bangunan atau gambar bestek merupakan gambar desain bangunan secara
lengkap dan merupakan dokumen perencanaan yang paling utama. Kelengkapan gambar
sangat berpengaruh dalam kecepatan pelaksanaan fisik. Semakin lengkap gambar bestek
maka semakin cepat pula proyek fisik dapat diselesaikan.

Dalam perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) juga mencakup perhitungan volume
masing - masing satuan pekerjaan. Rencana Anggaran Biaya (RAB) dibuat berdasarkan
gambar bestek. Produk terakhir dari pekerjaan proyek DED adalah Rencana Kerja dan
Syarat - syarat (RKS). Dalam RKS ini mencakup persyaratan mutu dan kuantitas material
bangunan, dimensi material bangunan, prosedur pemasangan material dan persyaratan -
persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan fisik.
BAB IV
PEMBAHASAN

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan wilayah akibat tumbuhnya kegiatan


ekonomi dan sosial penduduk disuatu daerah telah memberikan berbagai dampak pada
proses perubahan tata guna lahan yang sangat cepat secara intensif dan ektensif, baik dipusat
kota maupun pedesaan. Proses perubahan ini tidak dapat diimbangi oleh kesetaraan
penyediaan dan pelayanan prasarana lingkungan seperti pelayanan air minum, sistem
sanitasi, dan sistem penyediaan ruang hijau terbuka. Kecenderungan yang justru terjadi
adalah timbulnya penggalian sumber daya lingkungan yang berlebihan serta adanya proses
penurunan tingkat pelayanan prasarana lingkungan hidup.

Untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi khususnya di perkotaan,


pemerintah telah mencangkan program penyediaan prasarana lingkungan yang dilakukan
secara bertahap setiap tahun. Sehingga dari hasil tersebut terlihat bahwa upaya
pembangunan yang dilakukan tetap tidak cukup untuk mengejar demand yang semakin
besar. Terjadinya proses penurunan tingkat pelayanan terutama pada konsentrasi
pemukiman dikota - kota besar, terancamnya produktivitas air minum karena semakin
terbatasnya sumber daya serta meningkatnya percemar sumber air.

Untuk merencanakan sistem penyediaan air bersih suatu daerah yang memenuhi syarat dari
segi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas dibutuhkan suatu standar dan kriteria perencanaan
yang handal. Penyusunan kriteria tersebut berpedoman pada kriteria perencanaan yang
umum digunakan dan petunjuk teknis perencanaan rancangan teknik sistem penyediaan air
minum, departemen pekerjaan umum dan disesuaikan dengan kondisi daerah perencanaan.

Hasil dari pengolahan IPA/WTP yang ada saat ini di PDAM Tirta Mahakam Cabang
Tenggarong masih belum memuaskan masyarakat kota Tenggarong baik dilihat dari
kualitasnya maupun kuantitasnya. PDAM Cabang Tenggarong memiliki beberapa WTP atau
Instalasi Pengolahan Air dengan kapasitas 20 LPD dan 30 LPD. Kontruksi IPA atau WTP
yang ada beton dan baja dengan menggunakan air baku dari sungai Mahakam yang
dipompakan ke bak sedimentasi dengan kapasitas pompa 240 LPD dengan jumlah 3 unit (2
beroperasi 1 stand by). Masih besarnya tingkat kehilangan air yang mencapai 38,59 % dari
99,512% pelayanan. Hal ini sangat merugikan karena biaya untuk pengolahan yang cukup
tinggi. Untuk menghasilkan rencana IPA Tenggarong yang berfungsi secara optimal pada
kapasitas 400 LPD sesuai arah pengembangan pelayanan PDAM Tirta Mahakam Cabang
Tenggarong untuk mengoptimalisasi kualitas maupun kapasitas IPA Cabang Tenggarong.

4.1 Sumber Air Baku PDAM Tirta Mahakam

Potensi air di Kalimantan Timur adalah 325.380 juta meter kubik pertahun dari sungai,
danau, dan waduk sebesar 42.917 juta meter kubik per tahun. Jumlah sungai yang ada di
Kalimantan timur adalah 247 sungai besar dan sungai kecil. Diantaranya adalah sungai
Mahakam dengan panjang 920 km, dengan luas pengaliran sungai 77.913 km2. Kedua
adalah sungai sesayap dengan panjang 262 km dan luas daerah pengaliran sungai 16.140
km2. Berikutnya sungai kayan dengan panjang 478 km dan luas daerah pengaliran sungai
34.910 km2. Terakhir sungai sembakung dengan panjang 322 km dengan luas daerah
pengaliran sungai 16.312 km2. Sementara untuk danau terdapat 17 danau dengan 3 danau
besar yakni danau melintang seluas 11.000 hektare, danau semayang 13.000 hektare, dan
danau jempang 15.000 hektare. Ketiganya berlokasi di kabupaten kutai kartanegara.

Disamping itu, potensi air baku untuk pengembangan sistem pengolahan air minum selama
10 tahun kedepan, pada umumnya tersedia cukup berupa air permukaan. Sungai Mahakam
yang berada di provinsi Kalimantan timur merupakan salah satu sungai terbesar dan
terpanjang di Indonesia (+920 km). Daerah pengaliran sungai ini (luas 77.095,51 km)
meliputi 4 Kabupaten dan 1 kota diwilayah Provinsi Kalimantan timur, yaitu Kabupaten
Malinau, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Kota Samarinda. Aktivitas yang
ada saat ini di DPS Mahakam berupa kegiatan - kegiatan seperti industri pertambangan
batubara, pertambangan emas, Pertambangan Tanpa Ijin (PETI), pertambangan galian C,
industri perkayuan, transportasi air, perikanan dan pertanian. Sumber air baku PDAM Tirta
Mahakam adalah sungai Mahakam dengan pemompaan dengan kapasitas pompa 450 l/detik
dengan jumlah 3 unit (2 beroperasi 1 stand by).

Kualitas air baku PDAM Tirta Mahakam yang diambil samplingnya berasal dari intake
PDAM Cabang Tenggarong IPA 1 dengan sumber air sungai Mahakam adalah sebagai
berikut:

Perihal : Pemeriksaan Kualitas Air Baku


Sample Berasal dari : Intake PDAM Cabang Tenggarong IPA 1
Dianalisa Tanggal : 6 Agustus 2015

Tabel 4.1 Kualitas Air Baku


Kadar Maksimum Hasil
No Parameter Satuan
Yang Diperbolehlan Pemeriksaan
A FISIKA
o
1 Suhu C ± 3 oC -
2 Zat Padat Terlarut mg/lt 1000 -
3 Residu Tersuspensi (TSS) - - -
4 Kekeruhan NTU 5 4,96
5 Bau - Tidak Berbau Tidak Berbau
6 Rasa - Tidak Berasa -
7 Warna Pt.Co 15 25
B KIMIA
1 Alumunium mg/lt 0,2 0,130
2 Cyanida mg/lt 0,07 0.006
3 Frouride mg/lt 1,5 0,19
4 Iron (Besi) mg/lt 0,3 0,20
5 Mangan mg/lt 0,1 0,021
6 Nitrate mg/lt 50 1,1
7 Nitrite mg/lt 3 3
Kadar Maksimum Hasil
No Parameter Satuan
Yang Diperbolehlan Pemeriksaan
8 Nitrogen, Amonia mg/lt 1,5 0,13
9 Sulfate mg/lt 250 133
10 Sulfide mg/lt 0,05 0,001
11 Chromium, Hexavalent mg/lt 0,05 0,05
12 Tembaga mg/lt 3 0,05
13 Zinc (Seng) mg/lt 2 0.05
14 pH - 6,5 - 8,5 6,33
15 Sisa Chlor mg/lt 5 0
16 Chlorida mg/lt 250 -
Sumber: Sub Bagian Laboratorium

4.2 Kebutuhan Air Bersih Wilayah Perencanaan

Kebutuhan air untuk wilayah perencanaan dibedakan dalam dua ketegori yaitu kebutuhan
domestik dan kebutuhan non domestik. Kebutuhan air dihitung berdasarkan jumlah proyeksi
penduduk dikalikan dengan standar pemakaian air per orang per hari. Kebutuhan air
domestik dilayani dengan sambungan rumah dan hidran umum.
1. Sambungan Rumah (SR)
Dalam perencanaan ini ditetapkan bahwa konsumsi air akan meningkat terus sampai
dengan tahun akhir perencanaan dengan mengacu kepada kriteria kebutuhan air bersih
yang berlaku. Demikian juga cakupan pelayanan terhadap jumlah penduduk, setiap tahun
akan meningkat. Sampai akhir tahun perencanaan diharapkan cakupan pelayanan
terhadap jumlah penduduk diwilayah perencanaan dapat mencapai minimal 85% dari
jumlah penduduk diwilayah perencanan.
2. Hidran Umum (HU)
hidran umum diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada daerah
rumah/pedesaan yang tingkat sosial ekonominya relatif lebih rendah dibandingkan
dengan penduduk urban perkotaan. Besarnya kebutuhan air bersih untuk hidran umum
ditetapkan sebesar 30 liter/orang/hari mulai dari awal perencanaan sampai akhir tahun
perencanaan.
Tabel 4.2 Data Teknis PDAM Tirta Mahakam Kab.Kutai Kartanegara
Data Satuan 2012 2013 2014 2015
Kapasitas terpasang l/dt 1.034 1.054 1.199 1.199
Kapasitas real l/dt 938 1.039 1.104 1.144
Idle kapasitas l.dt 96 15 95 55
Air produksi m3 26.299.304 28.883.544 29.887.479 15.638.979
Air distribusi m3 25.533.701 27.942.888 28.696.968 15.014.909
Air terjual m3 18.828.744 20.413.685 21.426.506 11.075.462

Tabel 4.3 Data Pelayanan PDAM Tirta Mahakam Kab. Kutai Kartanegara
Data Satuan 2012 2013 2014 2015
Jumlah penduduk Jiwa 733.693 806.347 640.678 640.678
Penduduk terlayani Jiwa 332.604 352.344 372.450 383.088
Jumlah sambungan Unit 55.434 58.724 62.075 63.848
Cakupan pelayanan % 45.33 43.70 58.13 59.79

Dalam setiap perencanaan penyediaan air bersih selalu terkait dengan kehilangan air, besar
atau kecilnya tingkat kehilangan air sangat tergantung dari tingkat pemeliharaan sistem.
Berdasarkan data yang diperoleh dari PDAM, kehilangan air saat ini yang tercatat adalah
sebesar 38.59 % (Database SPAM perpipaan perkotaan dan perdesaan PDAM Tirta
Mahakam). Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan standar yang diperbolehkan di
Indonesia yaitu 20%, kehilangan air ini disebabkan oleh banyak hal antara lain bersifat
teknik dan non teknik.

Tabel 4.4 Pedoman Standar Konsumsi Air Minum yang Digunakan Dalam Perencanaan
Standar Konsumsi Air
No Keterangan
Tahun 2010 - 2015 Tahun 2016 - 2028
1 Konsumsi unit sambungan rumah (SR) L/o/h 130 150
2 Konsumsi unit hidran umum (HU) L/o/h 60 100
3 Konsumsi unit non domestic (%) 30 30
4 Kehilangan air (%) 20 20
Standar Konsumsi Air
No Keterangan
Tahun 2010 - 2015 Tahun 2016 - 2028
5 Faktor maksimum day 1.1 1.1
6 Faktor peak – hour 1.5 1.5
7 Jumlah jiwa per SR 4 4
8 Jumlah jiwa per HU 100 100
9 Sisa tekan dijaringan distribusi (MKA) 10 10
10 Jam operasi 24 24
11 Volume reservoir (%) (maks day demand) 20 20
12 SR:HU 80:20 80:20
Sumber: Analisa Konsultan, 2012

Proyeksi pertumbuhan penduduk pada prinsipnya adalah suatu usaha perkiraan/peramalan


yang didasarkan pada trend/kecenderungan yang dihasilkan dari sejumlah data yang ada
pada tahun - tahun sebelumnya. Walaupun metode proyeksi dapat berbeda untuk setiap
kasus, akan tetapi pada akhirnya pertumbuhan penduduk akan mencapai suatu tingkat jenuh
(saturated), dimana pada tahun - tahun selanjutnya angka pertumbuhan penduduk menjadi
relatif kecil. Ketentuan teknis untuk cara survey dan pengkajian demografi adalah wilayah
sasaran survey harus dikelompokkan kedalam kategori wilayah berdasarkan jumlah
penduduk sebagai berikut:

Tabel 4.5 Kriteria Daerah Perencanaan


Kategori Daerah Tingkat Kepadatan (Jiwa/Km2) Presentase Blok (%)
I Padat > 3.000 60
II Sedang 1.500 - 3.000 70
III Jarang < 1.500 80
Sumber: Ditjen Cipta Karya DepPU
Tabel 4.6 Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk
Penyediaan Air
Kehilangan
No Kategori Kota Jumlah Penduduk (orang) (liter/orang/hari)
Air
SR HU
1 Metropolitan >1.000.000 190 30 20%
2 Besar 500.000 - 1.000.000 170 30 20%
3 Sedang 1.00.000-500.000 150 30 20%
4 Kecil 20.000 - 100.000 130 30 20%
5 IKK <20.000 100 30 20%
Sumber: Ditjen Cipta Karya Dep.PU

Pada perencanaan kebutuhan air domestik, digunakan fasilitas perpipaan yang terdiri dari
Sambungan Rumah (SR) dan Kran Umum (KU). Berdasarkan jumlah penduduk pada tahun
perencanaan (263.518 jiwa) maka kriteria perencanaan adalah sebagai berikut:
Sambungan Rumah (SR) = 150 liter/orang/hari
Kran Umum (KU) = 30 liter/orang/hari

Untuk kebutuhan air domestik, persentase penduduk yang terlayani pada tahun kedepan
berbeda - beda tiap kelurahannya karena didasarkan pada kepadatan penduduk pada
kelurahan tersebut. Sambungan rumah akan digunakan untuk melayani 70% dari penduduk
yang terlayani dan kran umum adalah sisanya yaitu, sebanyak 30% dari penduduk yang
terlayani. Kebutuhan dasar air non domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non
domestik yang berupa fasilitas - fasilitas antara lain sebagai berikut:
1. Perkantoran (pemerintah dan swasta)
2. Pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi)
3. Tempat-tempat ibadah (masjid, gereja, dll)
4. Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)
5. Komersial (Toko, Hotel, Bioskop, dll)
6. Umum (Terminal, Pasar, dll)
7. Industri
Tabel 4.7 Kebutuhan Air Berdasarkan Kategori Fasilitas (liter/orang/hari)
Kategori Kebutuhan Air
Umum:
Masjid 20 - 40 (liter/orang/hari)
Gereja 5 - 15 (liter/orang/hari)
Terminal 15 - 20 (liter/orang/hari)
Sekolah 15 - 30 (liter/orang/hari)
Rumah Sakit 220 - 300 (liter/orang/hari)
Kantor 25 - 40 (liter/orang/hari)
Industri
Peternakan 10 - 35 (liter/orang/hari)
Industri Umum 40 - 400 (liter/orang/hari)
Kategori Kebutuhan Air
Komersial
Bioskop 10 - 15 (liter/orang/hari)
Hotel 80 - 120 (liter/orang/hari)
Pasar 65 - 90 (liter/orang/hari)
Pertokoan 5 (liter/orang/hari)
Sumber: Ditjen Cipta Karya Dep.PU

Tabel 4.9 Kebutuhan Air Berdasarkan Kategori Fasilitas (lt/unit/hari)


Kategori Kebutuhan Air
Umum:
Tempat Ibadah 3.000 lt/unit/hari
Sekolah 4.000 lt/unit/hari
Fasilitas Kesehatan 10.000 lt/unit/hari
Pelabuhan 1.500 lt/unit/hari
Industri:
Industri Besar 10.000 lt/unit/hari
Industri Kecil 2.500 lt/unit/hari
Komersial:
Bioskop 2.000 lt/unit/hari
Hotel dan Objek wisata 10.000 lt/unit/hari
Perkantoran 4.500 lt/unit/hari
Pasar 2.000 lt/unit/hari
Sumber: Ditjen Cipta Karya Dep.PU

Perkembangan penduduk merupakan faktor yang memegang peranan dalam penyusunan


perencanaan air bersih dalam pengembangan suatu kota. Dalam memproyeksikan jumlah
penduduk untuk tahun mendatang, maka diperlukan metode pendekatan yang kiranya
sesuai dengan karakteristik daerah studi. Untuk memproyeksikan jumlah penduduk pada
daerah studi sebaiknya dibandingkan dengan 3 metode proyeksi yaitu:
1. Metode Geometrik: Pt = Po(1+r) n
2. Metode Aritmatik: Pt = Po + R.t
3. Metode Least Square: Yn = ax + b
Setelah diproyeksikan dengan 3 metode tersebut dilakukan pengecekan pada metode terpilih
dengan memakai Standar Deviasi (SD) dipilih yang mempunyai nilai terkecil.
Tabel 4.9 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kota Tenggarong Hingga Tahun 2028
No Keterangan Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2028
1 Jumlah penduduk total Jiwa 111,231 115,591 120,122 129,725 129,725 157,224 190,552 213,851
Tingkat pelayanan 90,00 90,00 90,00 90,00 95 100 100 100
2  Perpipaan % 82,55 84,55 86,55 88,55 90 95 100 100
 Non Perpipaan 7,45 6,85 6,25 5,65 5,00 5,00 0,00 0,00
Penduduk Terlayani 100,108 104,032 108,110 112,348 157,224 157,224 190,552 213,851
3  Perpipaan Jiwa 91,821 87,959 108,110 112,348 123,238 157,224 190,552 213,851
 Non Perpipaan 7,458 7,126 6,757 6,348 6,162 7,861 0 0
Konsumsi Domestik
4  Sambungan Rumah l/org/hari 130 130 130 130 130 150 150 150
 Keran umum 60 60 60 60 60 100 100 100
Rasio SR/KU
5  SR % 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00
 KU 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
Jumlah Konsumen
6  SR Jiwa 4 4 4 4 4 4 4 4
 KU 100 100 100 100 100 100 100 100
Jumlah sambungan
7  SR Unit 22,955 21,990 23.392 24,871 27,729 37.341 47,638 53,463
 KU 75 71 68 63 62 79 - -
No Keterangan Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2028
Kebutuhan Air Domestik
8  SR l/dt 22,955 21,990 23,392 24,871 27,729 37,341 47,638 53,463
 KU 75 71 68 63 62 79 - -
Keb. Air Domestik 143,34 137,29 145,48 154,09 171,16 268,41 330,82 871,27
lt/dt
9 Keb. Air Non - Domestik 43,00 41,19 43,64 46,23 51,35 80,52 99,25 111,38
% 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
10 Total Kebutuhan Air lt/dt 186,34 178,48 189,12 200,32 222,51 348,93 430,07 482,65
Kehilangan Air % 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
11
lt/dt 37,27 35,70 37,82 40,06 44,50 69,79 86,01 96,53
12 Kebutuhan Air rata-rata lt/dt 223,60 214,18 226,95 240,39 267,02 418,72 516,08 537,18
13 Faktor harian maksimum 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10
14 Kapasitas produksi lt/dt 245,96 235,60 249,64 264,43 293,73 460,59 567,69 637.10
15 Kapasitas intake lt/dt 258,26 247,60 262,12 277,65 308,40 483,62 596,07 668,95
16 Faktor jam puncak 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50
17 Kapasitas distribusi lt/dt 368,95 353,40 374,46 396,64 440,58 690,88 851,53 955,65
Sumber: hasil perhitungan 2012
4.3 Rencana Sistem Pengelolaan Air Minum (IPA)

Sarana dan prasarana air minum yang akan dibangun merupakan hasil hitungan teknis
berupa aspek unit operation & process serta menyangkut mekanikal dan elektrik dan
struktur. Kerangka berpikir dalam proses kalkulasi Detail Engineering Design (DED)
disajikan sesuai dengan diagram alir (Flow Chart) dibawah ini:

START
TIDAK

KRITERIA
DESIGN

MODEL
YA
MODEL IDEAL

UNIT OPERASI
UNIT PROSES
MEKANIKAL&
ELEKTRIKAL
STRUKTUR

Sistem eksisting dicabang sukarame kota Tenggarong ini adalah terdiri dari beberapa sistem,
pengolahan dengan ukuran dan kapasitas yang berbeda - beda, dengan sistem dan ukuran
yang berbeda - beda akan menyulitkan pengontrolan dan menyulitkan produksi air bersih,
dengan karakter air baku yang berasal dari air permukaan (sungai). Untuk suplay air bersih
(air minum) kota tenggarong dengan sumber air baku berasal dari sungai Mahakam, pada
unit ini kapasitas sistem operasi dikawasan ini di desain sebesar 400 LPD dengan merubah
fungsi unit sedimentasi menjadi unit pengolahan lengkap dan sistem kontrol automatis dan
dimonitor oleh SCADA sistem. Sistem yang direncanakan untuk melayani kebutuhan air
minum kota tenggarong dalam pekerjaan ini menggunakan air sungai. Air sungai 2 sistem
terlebih dahulu untuk dapat diolah di 2 sistem operasi. Kapasitas sistem yang akan
direncanakan adalah sebesar 400 LPD.
4.4 Rancang Desain Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Bangunan IPA yang di desain merupakan sarana pengolahan lengkap dari beton bertulang
tahan air dengan kapasitas (perencanaan) sebesar 400 LPD (Liter Per Detik) dengan
menggunakan bangunan eksisting bak prasedimentasi menjadi IPA lengkap terdiri dari:
 Pompa Intake
 Unit Flokulasi
 Unit Sedimentasi
 Unit Filtrasi
 Pompa Transfer
Konstruksi sistem pengolahan terdiri dari sedimentasi yang terbuat dari beton bertulang
tahan air. Luas lahan yang diperlukan dalam pembangunan WTP ini adalah:
 Prasedimentasi exsisting: 19 m x 42 m = 796 m2
 Reservoir kapasitas 1000 m3: Eksisting
 Bangunan pelengkap yang terdiri dari rumah galeri pipa dan tangki kimia sudah termasuk
diarea unit IPA
Sehingga luas total prasedimentasi eksisting yang dibangun oleh pemerintah seluas ±796 m2
luas bangunan tersebut sudah mencukupi ke kriteria nota desain untuk bangunan IPA
kapasitas 400 LPD, untuk menghasilkan kualitas air bersih (air minum) maka bangunan
prasedimentasi banyak pengubahan sebagaimana unit bangunan WTP.

4.4.1 Bak Flokulasi

Fungsi dari bak ini untuk mengendapkan gumpalan - gumpalan material/kotoran yang sudah
terikat, hasil dari pencampuran koloid dengan zat koagulan dibak pencampuran. Secara
umum konstruksinya merupakan sebuah bak yang dilengkapi dengan sekat - sekat. Sekat -
sekat diatas berfungsi untuk memperlambat dan memperpanjang arus aliran air didalam bak
flokulasi, dengan demikian kesempatan untuk flok/gumpalan kotoran yang terkandung
dalam air sebelumnya bisa mengendap atau tertinggal pada konstruksi ini.
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan
flok - flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel - partikel yang telah
distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik - menarik dan
membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien
kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu
rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat akan terjadi dan flok
besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan
proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan
flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas enam kompartmen,
dimana pada kompartmen pertama pencampuran bahan kimia PAS/Alum atau soda,
kompartmen kedua terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartmen ketiga dan keempat
terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartmen kelima dan keenam terjadi proses
pemadatan flok. Pengadukan proses flokulasi dengan metode pengadukan cepat pada proses
koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan dimana pada proses flokulasi
nilai gradien jauh lebih kecil disbanding nilai gradien kecepatan koagulasi.

Koagulan - koagulan harus memenuhi ketentuan berikut:


1. Alumunium Sulfate Al2 (SO4)3, dibutuhkan dalam bentuk cair konsentrasi sebesar 5 - 10%
untuk instalasi kecil dan konsentrasi larutan sampai 20% untuk instalasi besar.
2. PAC (Poly Alumunium Chlorida), kualitas PAC ditentukan oleh kadar Alumunium Oxide
(Al2O3) yang terkait sebagai PAC dengan kadar 10 - 11%
3. Ferri Chlorida (FeCl3.6H2O)

Injeksi kimia ini diunit koagulan/flokulasi direncanakan sistem online dengan air baku dan
dimana dosing pump memompakan bahan kimia koagulan (alum/PAC) secara otomatis
mengikuti kondisi air baku, maka dosis kimia tiak akan terjadi kelebihan atau kekurangan
dosis. Injeksi bahan kimia terdiri dari 3 macam, yaitu injeksi kimia PAC atau alum untuk
proses flokulasi, injeksi kimia kaporit sebagai disinfektan dan inejeksi kimia soda ash
sebagai penyeimbang pH.
Tabel 4.10 Perhitungan Proses Flokulator IPA Kapasitas 400 LPD

l/s 220,00
Kapasitas plant (1 Kompartmen) 3
m /jam 792
FLOKULATOR
Jumlah bak unit 6,00
Panjang flokulator efektif/bak m 3,00
Lebar flokulator efektif/bak m 2,88
Kedalaman flokulator m 3,80
Volume flokulator/bak m 32,83
Total volume air flokulator + inlet sed m3 196,99
TD menit 14,92
Volume air perkompartmen
0,070 Hl-1 1 m3 32,83
0,060 Hl-2 2 m3 32,83
0,050 Hl-3 3 m3 32,83
0,040 Hl-4 4 m3 32,83
0,030 Hl-5 5 m3 32,83
0,020 Hl-6 6 m3 32,83
0,020 Hl7 7 m3 50,00
0,005 Hl8 8 m3 44,00
0,290 G-value1 ;/dt 53,63
G-value2 ;/dt 49,65
G-value3 ;/dt 45,32
G-value4 ;/dt 40,54
G-value5 ;/dt 35,11
G-value6 ;/dt 28,67
G-value7 ;/dt 23,23
G-value8 ;/dt 12,38
KOAGULATOR
Headloss m 0,60
Panjang m 4,00
Lebar m 1,50
Tinggi air m 0,80
Volume koagulator m3 4,80
G-value ;/dt 580,71
4.4.2 Unit Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu proses yang dirancang untuk menghilangkan sebagian besar
padatan yang dapat mengendap dengan pengendapan secara gravitasi. Hasil yang tersisa
adalah berupa cairan jernih dan suspensi yang lebih pekat. Sedimentasi adalah salah satu
unit proses yang paling umum digunakan dalam proses pengolahan air. Partikel akan
mengendap bergantung pada konsentrasi dari suspensi tersebut dan sifat - sifat flokulasi dari
partikel. Terdapat 4 cara pengendapan, yaitu:
1. Pengendapan tipe 1, untuk menghilangkan partikel diskrit
2. Pengendapan tipe 2, untuk menghilangkan partikel non diskrit
3. Pengendapan tipe 3, disebut juga zone settling
4. Pengendapan tipe 4, disebut juga compression

Aliran pada tangki sedimentasi dapat horizontal maupun vertical. Bentuk tangki dapat
berupa lingkaran, persegi panjang, ataupun segiempat sama sisi. Kedalaman tangki berkisar
antara 2 sampai 5 meter. Rata - rata dibuat tangki kedalaman 4 meter. Tangki persegi
panjang dapat berukuran panjang hingga 30 meter dan lebar 10 meter. Ukuran scrappers
mekanik juga mempengaruhi ukuran bak. Kemiringan dasar tangki berkisar antara 2 sampai
6 persen. Lumpur yang terkumpul pada dasar tangki dikeluarkan dengan membilasnya
kedalam suatu wadah atau mengumpulkannya kedalam hopper dan kemudian
mengambilnya secara gravitasi atau menggunakan pompa. Lumpur juga dapa dikeluarkan
dibawah tekanan hidrostatik air pada tangki sedimentasi.

Untuk memperbaiki kinerja dari bak sedimentasi dapat digunakan tube settler ataupun plate
settler. Plate settler horizontal plate dan steeply inclined. Horizontal plat dalam sambungan
dengan unit filtrasi yang mengikuti unit sedimentasi. Horizontal plate settlers digunakan
pada instansi dengan kapasitas kecil maupun dengan kapasitas besar. Steepy inclined plate
settlers membersihkan lumpur secara kontinu melalui pola aliran yang dibuat. Karena
kedalaman yang dangkal dari steeply inclined plate settlers dan pembersihan lumpur yang
continue, ukuran instalasi menjadi tidak terbatas.
Tabel 4.11 Perhitungan Proses Sedimentasi IPA Kapasitas 400 LPD
l/s 440
Kapasitas Plant 3
m /jam 1.584
SEDIMENTASI
Jarak tegak settler cm 3,00
Jumlah row settler unit 10,00
Panjang efektif sedimentasi cm 1.200,00
Jarak datar settler cm 3,46
Tebal settler cm 0,05
Jumlah settler/row lembar 341,48
Install settler/row lembar 341,00
Install settler total lembar 3.410,00
Dimensi settler
Lebar m 1,14
Panjang m 1,70
Kemiringan settler der 60,00
2
Proyeksi area per settler m 0,97
2
Total proyeksi area settler m 3.298,49
Kecepatan pengendapan m/jam 0,48
Luas penampang saluran settler m2 0,03
Keliling penampang saluran settler m 2,34
R hidrolis m 0,01
Tebal settler/row m 0,17
Beban permukaan m/jam 11,60
Kecepatan searah settler m/jam 13,39
2
Viskositas kinematic m /s 0,00
2
Gravitasi m/s 9,81
Waktu retensi menit 7,62
Re 67,97 <500
Fr 0,00 >10-5
Total volume ruang lumpur m3 72,00
4.4.3 Unit Filtrasi

Filtrasi adalah suatu proses pemisahan solid dari cairan dimana cairan (air) dilewatkan
melalui suatu media yang berongga atau meteri berongga lainnya untuk menyisihkan
sebanyak mungkin materi tersuspensi. Filtrasi digunakan dipengolahan air untuk menyaring
air yang telah dikoagulasi dan mengendap untuk menghasilkan air minum dengan kualitas
yang baik. Menurut tipe media yang digunakan, filter dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Filter dengan media tunggal
2. Filter dengan media ganda
3. Filter dengan multi media
Mekanisme penyaringan pada Rapid Sand Filter (RSF) sama dengan mekanisme pada Slow
Sand Filter (SSF). Perbedaannya adalah pada beban pengolahan dan penggunakaan media
filter. Beban pengolahan pada RSF jauh lebih tinggi daripada SSF. RSF memanfaatkan
hamper seluruh media sebagai media filter (in - depth filter) sedangkan SSF hanya pada
lapisan teratas saja. Selain itu, RSF hanya efektif untuk menyaring suspense kasar dalam
bentuk flok halus yang lolos dari sedimentasi sedangkan SSF dapat menyaring suspense
halus (bukan koloid) dan mempunyai lapisan biomassa yang aktif. Perbandingan Slow Sand
Filter dan Rapid Sand Filter dapat dilihat pada tabel 4.12

Tabel 4.12 Perbandingan Slow Sand Filter dan Rapid Sand Filter
Karakteristik Slow Sand Filter (SSF) Rapid Sand Filter (RSF)
Laju filtrasi 1 - 8 m3/m2/hari 100 - 475 m3/m2/hari
Ukuran saringan Besar, 200 m2 Kecil, 40 - 400 m3
Kedalaman media Kerikil = 0,3 cm Kerikil = 0,5 cm
Pasir = 1 - 1,5 mm Pasir = 0,7 mm
Ukuran pasir Effective size = 0,15 - 0,3 mm Effective size > 0,45 mm
Uniformity coefficient = 2 – 3 Uniformity coefficient < 1,5
Waktu pengoperasian 20 - 120 hari 12 - 72 jam
Penyisihan partikel Superfical (hanya lapisan atas saja) Pada seluruh lapisam
Jenis pre treatment Pada umumnya aerasi, tapi koagulasi Koagulasi, flokusi dan sedimentasi
dan sedimentasi juga dapat digunakan
Karakteristik Slow Sand Filter (SSF) Rapid Sand Filter (RSF)
Metode pencucian Mencuci lapisan atas pasir dengan Pencucian dengan aliran ke atas
dikeluarkan terlebih dahulu, lapisan (up flow backwash)
pasir teratas dicuci dengan traveler
washer.
Jumlah air yang dipakai 0,2 - 0,6 % dari jumlah air yang 1,4 % dari jumlah air yang disaring
digunikan saat pencucian disaring
Biaya Tinggi Rendah
Konstruksi Rendah Rendah
Operasi Rendah Tinggi
Depresiasi - Tinggi

Dalam proses filtrasi oleh granula filter terdapat beberapa mekanisme yang terjadi, yaitu
mechanical straining, sedimentasi, adsorpsi. Sebagian partikel yang halus akan teradsorpsi
oleh permukaan media filter karena ada tumbukan dan gaya tarik antar partikel. Ketika
mekanisme filtrasi tersebut terjadi secara stimulant, secara kuantitaif umumnya mekanisme
yang pertama lebih dominan. Untuk meningkatkan efektivitas media, dalam arti
meningkatkan volume atau kedalaman media, digunakan “dual media” yang umumnya
menggunakan media yang lebih ringan. Persyaratan dari penggunaan dual media adalah
kecepatan pengendapan dari medium yang paling besar harus lebih kecil dari kecepatan
pengendapan media yang lebih berat dengan diameter yang paling kecil. Persyaratan ini
diperlukan supaya kedua media tersebut tidak tercampur setelah pencucian dengan teknik
backwash.

Proses filtrasi dilakukan dengan melewatkan air dari klarifier ke media yang porous atau
disebut juga media filter, aliran air pada proses ini diatur oleh valve yang digerakkan dengan
pneumatic. Udara yang dihasilkan dengan melewatkan air dari compressor akan menekan
pneumatic actuator yang berada di butterfly valve sehingga valve tersebut dapat dibuka atau
ditutup sesuai dengan perintah program. Udara yang masuk ke pneumatic actuator diatur
dengan solenoid. Proses backwash dapat dilakukan secaran manual atau secara automatic:
1. Automatic: washing sequence filter dapat dilakukan dari local (dari filter console yang
terdapat dimasing - masing filter) atau remote (dari graphical interface yang terdapat
decontrol center).
2. Manual: washing sequence filter dapat dilakukan dengan manual sepenuhnya (pekerja
mendekati setiap valve difilter dan membuka atau menutup setiap valve secara manual)
atau manual dari filter console (pekerja membuka valve dengan menekan tombol difilter
console).
Backwash process akan terjadi bila water level di filter sudah mencapai kondisi “washing
level”. Bila sudah tercapai “washing level” dan selector switch pada posisi auto maka water
level controller akan memberikan alarm ke PLC untuk menjalankan “washing sequence”.
Bila ada n filter dan n water level filter controller maka proses backwash dari filter ke n
harus menunggu sesuai dengan urutan alarm yang masuk ke PLC. Washing sequence harus
terdiri dari tahap drain down, air scouring, rinsing, servive. Setiap “washing sequence” akan
dapat mengatur: service inlet valve, service outlet valve, backwash inlet valve, backwash
outlet valve, rinse outlet valve, blower, pompa backwash, dan kompresor.

Tabel 4.13 Perhitungan Proses Filter IPA Kapasitas 400 LPD


l/s 440,00
Kapasitas plant
m3/jam 1.584
FILTER
Jumlah bak Unit 6,00
Panjang filter/bak m 10,00
Lebar filter/bak m 2,85
Luas permukaan filter/bak m2 28,50
Total luas permukaan filter m2 171,00
Beban permukaan filter m/jam 9,26
Beban permukaan filter pada saat satu m/jam 11,12
bak filter di backwash
Tebal media filter pasir silika m 0,60
Tebal media filter antrasit m -
Inisial head loss m 0,22
l/s 440,00
Kapasitas plant
m3/jam 1.584
Actual filter head m 1,58
Filter run Jam 63,45
Kecepatan back wash m/jam 21,05
Head loss back wash m 0,54
Ekspansi filter bed m 0,63
Ekspansi filter % 104,43
Lama backwash filter Menit 10,00
Inplant losses % 1,58
Pasir Bangka diameter mm 1,1 s/d 1,2

Gambar 4.1 Gambaran Site Plan PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong (Tampak 1)
Gambar 4.2 Gambaran Site Plan PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong (Tampak 2)

Gambar 4.3 Gambaran Site Plan PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong (Tampak 3)
4.4.4 Transmisi dan Distribusi

Dalam sistem ini hasil olahan air akan di transmisikan ke reservoir eksisting yang berada
dilokasi, karena dilokasi tersebut sudah terdapat 2 buah reservoir dengan kapasitas masing -
masing sebesar 1000 m2 dan 500 m2. Reservoir yang kapasitas 1000 m2 akan dipergunakan
sebagai reservoir distribusi sedangkan 500 m2 akan digunakan sebagai penampung air untuk
mantance khususnya untuk backwash. Sedangkan distribusinya masih menggunakan jalur
eksisting yang sudah ada. Dan rencana kedepannya beberapa IPA skala kecil eksisting akan
dialihkan kelokasi daerah lain yang belum atau masih kekurangan air bersih.

4.5 Engineering Estimate

Harga material pasir, semen, besi beton, kayu, multi, paku, dan satuan pipa serta aksesoris
lainnya baik untuk pipa transmisi merupakan harga rata - rata terbaru. Harga satuan ini
sudah memperhitungkan terhadap biaya upah pemasangan/penyambungan dan alat bantu,
biaya mobilisasi dan demobilisasi peralatan, perlengkapan termasuk didalamnya pekerja
sebagai pelaksana dari pekerjaan. Harga bangunan sipil/konstruksi dihitung berdasarkan
analisa biaya satuan atas dasar harga, dasar bahan, dan upah untuk Kabupaten Kutai
Kartanegara. Untuk semua harga satuan merupakan base cost dan belum memperhitungkan
price contingency atas tertundanya pelaksanaan dalam kurun waktu yang lama. Sumber
harga satuan berasal dari:
1. Daftar harga satuan distributor/produsen material/took keagenan.
2. Daftar harga satuan yang diterbitkan PU Kabupaten Kutai Kartanegara.
3. Beberapa item bahan/material yang tidak tersedia didalam dokumen tersebut dilakukan
pendekatan pada pengalaman dan survey dilapangan.

Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah:


1. Pekerjaan persiapan, pekerjaan survey, pengukuran, pembersihan lokasi dan setting out
2. Pembuatan papan nama proyek, bedeng kerja dan gudang
3. Pemasangan bowplank
4. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan ME
5. Persiapan perombakan bak prasedimentasi untuk dijadikan IPA lengkap
6. Pemasangan komponen bangunan, bobokan beton dan pengukuran
7. Pembuatan WTP 400 LPD

Adapun rekapitulasi daftar kuantitas dan harga pekerjaan teknis perubahan prasedimentasi
menjadi IPA lengkap sebagai berikut:

PROYEK : PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA AIR MINUM


PEKERJAAN : Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Baku Kap. 400 LPD Full Otomatis,
Pompa Intake, dan Bangunan Penunjang
LOKASI : PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Tabel 4.14 Rekapitulasi Pekerjaan IPA Lengkap 400 LPD


No URAIAN PEKERJAAN TOTAL HARGA (Rp.)
A PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Papan nama proyek 1.857.500,00
2 Direksi keet dan gudang sementara 255.935.000,00
3 Pagar pengaman dilokasi pekerjaan (h=2,4m) 242.946.000,00
4 Mobilisasi dan demobilisasi peralatan 128.000.000,00
5 Laporan 115.612.500,00
SUB JUMLAH A 744.353.000,00
No URAIAN PEKERJAAN TOTAL HARGA (Rp.)

B PEKERJAAN INTAKE DAN PIPA TRANSMISI AIR BAKU


1 Pekerjaan mekanikal dan elektrikal 4.881.546.625,00
2 Pekerjaan transmisi air baku 2.885.935.560,00
SUB JUMLAH B 7.767.482.185,00

C PEKERJAAN IPAM KAPASITAS 400LPD


1 Pekerjaan persiapan 67.167.458,01
2 Pekerjaan pasangan dan beton 1.755.429.603,96
3 Pekerjaan besi 333.724.395,05
4 Pekerjaan grill penutup floculator 36.560.096,00
5 Pekerjaan pemipaan 5.292.474.972,67
6 Pekerjaan media filter 407.781.990,00
7 Pekerjaan plat settler dan gutter 9.887.101.128,97
8 Pekerjaan sludge draying bed 387.157.868,67
9 Pompa transfer 4.358.758.475,00
10 Pekerjaan pipa backwash 220.477.713,33
11 Pekerjaan blower air scouring 341.528.060,00
12 Pekerjaan kompresor dan pipa udara bertekanan 258.785.000,00
13 Pekerjaan instrumentasi 2.249.640.000,00
14 Pekerjaan pompa dosing dan tangki kimia 1.660.013.850,00
15 Pekerjaan sistem otomatisasi (scada system) 2.544.550.000,00
16 Pekerjaan penerangan 6.868.000,00
SUB JUMLAH C 797.643.018.611,65

D RUANG OPERASI
1 Pekerjaan pasangan dan beton 798.146.415,68
2 Pekerjaan kusen dan pintu alumunium 39.666.476,00
3 Pekerjaan listrik penerangan 10.402.800,00
4 Pekerjaan finishing 39.426.028,75
SUB JUMLAH D 797.643.720,43
E TEST COMISSIONING 737.193.880,00
SUB JUMLAH E 737.193.880,00
TOTAL 39.874.691.397,08
PPN 10% 3.987.469.139,71
GRAND TOTAL 43.862.160.536,79
DIBULATKAN 43.862.160.000,00
Terbilang: Empat puluh tiga miliar delapan ratus enam puluh dua juta serratus enam puluh ribu rupiah
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Tugas kerja dari Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) adalah
membantu Direktur Utama untuk mengadakan penelitian dan pengembangan
perusahaan, menerbitkan laporan - laporan mengenai aktifitas perusahaan serta
memberikan saran - saran untuk kemajuan perusahaan.
2. PDAM Cabang Tenggarong memiliki beberapa WTP atau Instalasi Pengolahan Air
dengan kapasitas 20 LPD dan 30 LPD. Kontruksi IPA atau WTP yang ada beton dan
baja dengan menggunakan air baku dari sungai Mahakam yang dipompakan ke bak
sedimentasi dengan kapasitas pompa 240 LPD dengan jumlah 3 unit. Masih besarnya
tingkat kehilangan air yang mencapai 38.59 % dari 99.512% pelayanan. Hal ini sangat
merugikan karena biaya untuk pengolahan yang cukup tinggi. Untuk menghasilkan
rencana IPA Tenggarong yang berfungsi secara optimal pada kapasitas 400 LPD sesuai
arah pengembangan pelayanan PDAM Tirta Mahakam Cabang Tenggarong untuk
mengoptimalisasi kualitas maupun kapasitas IPA Cabang Tenggarong.
3. Engineering Estimate pada pembangunan instalasi pengolahan air baku kapasitas 400
LPD full otomatis, pompa intake, dan bangunan penunjang adalah sebesar
Rp.43.862.160.000,00 (Empat Puluh Tiga Miliar Delapan Ratus Enam Puluh Dua Juta
Seratus Enam Puluh Ribu Rupiah). Untuk semua harga satuan merupakan base cost
dan belum memperhitungkan price contingency atas tertundanya pelaksanaan dalam
kurun waktu yang lama. Sumber harga satuan berasal dari daftar harga satuan
distributor/produsen material/toko keagenan, daftar harga satuan yang diterbitkan PU
Kabupaten Kutai Kartanegara, beberapa item bahan/material yang tidak tersedia
didalam dokumen tersebut dilakukan pendekatan pada pengalaman dan survey
dilapangan.
5.2 Saran
1. Sebaiknya direncanakan sebuah pengolahan untuk mengolah hasil sampingan air yang
ada sehingga tidak mencemari badan air ketika hasil sampingan tersebut dibuang
kebadan air.
2. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan kembali terhadap Detail Engineering Design (DED)
yang telah dibuat agar tidak terjadi kendala pada saat melaksanakan pengembangan
PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadi, Wahyono.1990. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. ITS: Surabaya.


2. PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara, 2012. Perencanaan Teknis
Pengembangan Air Bersih PDAM Tirta Mahakam. PT.Karya Kompas Konsultant:
Samarinda.
3. Saefudin. 1998. Air sebagai Bahan Baku Air Minum. Angkasa: Bandung.
4. Sinulingga, Budi. D. 1999. Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal. Jakarta:
Pustaka Sinar harapan.
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan

Rencana Unit
1 Prasedimentasi Yang Akan
Diubah Menjadi WTP
(IPA)

2 IPA EX-GAE 40 lt/dt

3 Intake
No Gambar Keterangan

4 Unit Prasedimentasi

5 Unit Koagulasi

Unit Flokulasi
6
No Gambar Keterangan

7 Unit Sedimentasi

8 Unit Filtrasi

Gudang Tempat
9 Penyimpanan Koagulan
(Alumunium Sulfate)
No Gambar Keterangan

10 Ruang Perawatan

Sludge Hasil Proses


11
Pengolahan

Ruang Kerja
12
Badan Penelitian
dan Pengembangan
(BALITBANG)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai