dan kebutuhan minyak dalam negeri Jepang. Lapangan minyak Cepu masih dapat
beroperasi secara, maksimal seperti biasa, dan pada saat itu Jepang pernah
melakukan pengeboran barn di lapangan minyak Kawengan, Ledok, Nglobo dan
Semanggi.
3. Periode Jaman Kemerdekaan ( 1945 Sekarang )
Pada jaman kemerdekaan, kilang minyak di Cepu telah beberapa kali
mengalami beberapa perkembangan yang dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Periode 1945 1950
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada sekutu. Hal ini
menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan di Indonesia. Pada tanggal 17
Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaan sehingga minyak Cepu
diambil alih oleh Indonesia. Pemerintah kemudian mendirikan Perusahaan
Tambang
Minyak
Nasional
(PTM-N)
berdasarkan
Maklumat
Menteri
Kemakmuran No.5. Pada bulan Desember 1949 dan menjelang 1950 setelah
adanya penyerahan kedaulatan, pabrik minyak Cepu dan lapangan Kawengan
diserahkan dan diusahakan kembali oleh BPM.
b. Periode 1950-1961
Kilang Cepu dan lapangan minyak Kawengan dikuasai oleh BPM.
Sedangkan lapangan minyak lainnya seperti Ledok, Nglobo dan Semanggi tetap
dipertahankan oleh pemerintah RI dan pelaksanaan dilakukan oleh ASM
(Administrasi Sumber Minyak), tetapi pada tahun 1951 diserahkan kembali pada
pemerintah RI. Pada tahun 1957 didirikan PTMRI (Perusahaan Tambang Minyak
Republik Indonesia), tetapi kemudian diganti dengan Tambang Minyak Nglobo
CA (Combie Anexsis).
c. Periode 1961 1965
Pada tahun 1961, Tambang Minyak Nglobo CA diganti menjadi
PERMIGAN (Perusahaan Minyak dan Gas Negara). Pemurnian minyak di
lapangan minyak Ledok dan Nglobo dihentikan. Pada tahun 1962, kilang Cepu
dan lapangan minyak Kawengan dibeli oleh pemerintah RI dari shell dan
diserahkan ke PN PERMIGAN.
10
11
Lokasi perusahaan
Berdasarkan Zona Phisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur, Yang
b. Visi
Visi dari PUSDIKLAT MIGAS Cepu ialah mampu menjadi pusat
pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi yang ungul dengan mewujudkan
tata kepemerintahan yang baik, transparan dan terbuka.
c. Misi
1. Meningkatkan kapasitas aparatur Negara dan PUSDIKLAT MIGAS untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
12
Struktur organisasi
Struktur organisasi di PUSDIKLAT MIGASCepu ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1095 tanggal 5 Nopember
1984 selanjutnya diperbarui dengat Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) No. 150 tahun 2001 tanggal 2 Maret 2001, kemudian
diperbarui kembali dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
No. 0030 tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 dan diperbaharui dengan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 tahun 2010 tanggal 22
Nopember 2010.
Subbidang Kerjasama
dan Informasi
13
tugas
melakukan
urusan
ketatausahaan,
kearsipan,
14
15
Tenaga Kerja
Sistem kerja yang berlaku adalah sistem pegawai negeri sipil (PNS)
dimana jika habis masa kerja tenaga kerja akan mendapat pensiun. Sedangkan
untuk pembagian jam kerjanya sebagai berikut.
1. Pegawai Non Shift
16
Karyawan ini bekerja pada hari-hari kerja dari Senin sampai Sabtu.
a. Hari Senin Kamis jam kerja mulai pukul 07.30 16.00.
b. Hari Jumat jam kerja mulai pukul 07.30 16.30.
2. Pegawai Shift
Karyawan ini terutama bekerja pada bagian-bagian yang memerlukan
pengawasan selama 24 jam sehari, misal : bagian pengolahan, keamanan dan
laboratorium kontrol kualitas. Jam kerja untuk karyawan ini dibagi atas 3 shift,
yaitu:
a. Shift I mulai pukul 08.00 16.00.
b. Shift II mulai pukul 16.00 24.00.
c. Shift III mulai pukul 24.00 08.00.
Bagian karyawan yang bekerja dibagian shift, diadakan pergantian shift
setiap 5 hari sekali dan mendapat libur 2 hari.Setiap karyawan diwajibkan masuk
yayasan dana pensiun dengan membayar 10% dari jumlah gaji, dengan pembagian
5% untuk tabungan hari tua, 2% untuk perawatan kesehatan dan 3% untuk
pesangon. Selain itu juga diberikan tunjangan kepada kepala seksi ke atas.
2.1.7
17
18
19
20
21
API gravity
: 34,4
: 5,71
: 3,64
Pour point, oF
Flash Point, oF
Kadar belerang
: 14,4
: 0,08
0,8530
: 80
: 35
: 0,18
: 0,231
: 0,084
: 0,8305
API gravity
: 39,59
22
: 3,46
: 2,23
Pour point, oF
Flash Point, oF
Kadar belerang
: 0.66
: 0,346
: 0,026
: 0,084
: 20
: 35
: 0,15
: 0,099
Mg(OH)2 + HCl
2) HCl + NH3
NH4Cl
3) H2S + 2NH3
(NH4)2S
23
RSNa + H2O
2) H2S + NaOH
Na2S + 2H2O
Kadar larutan NaOH (soda kaustik) adalah 24% berat. RSNa dan Na 2S
yang terjadi akan larut dalam soda dan secara settling dapat dipisahkan dari
pertasol. Jadi soda treating bertujuan untuk menghindari senyawa-senyawa
belerang
yang
terkandung
dalam
pertasol
senyawa-senyawa
ini
dapat
mempunyai daerah titik didih antara 40 200 oC, dan digunakan sebagai solvent
(pelarut). Dan apabila ditambahkan TEL (Tetra Etyl Lead) sampai nilai oktan 88,
maka dapat digunakan sebagai bahan bakar motor yang menggunakan busi (motor
otto). Bahan bakar ini disebut juga bensin Premium yang diberi warna pengenal
kuning.
Tabel 2.1 Penggunaan Minyak Jenis Pertasol
24
Pertasol CA
Untuk industri cat,
Pertasol CB
Industri cat, thiner
Pertasol CC
Industri cat, thiner
dan lacquerstinta
dan lacquers,
cetak, industri
sebagai pelarut
tekstil (printing)
dalam industri
degreasing, sebagai
kimia, sebagai
komponen dalam
(pabrik ban/vulkanisir,
preparasi industri
adhesive/lem, industri
kayu mebel,
farmasi)
sepatu dan
pemoles lantai,
insektisida dan
pestisida
Solar/Gas Oil
Solar/gas oil mempunyai trayek titik didih 250 350 0C. Kapasitas
25
: 0,8349 0,850
: 3.7 3.79
: 10 10,4
: 30 30,05
: 0,01 0,1
: 0,003 0,029
26
: 0,165 0,194
: 0,313 0,339
: 9,03 9,066
: 0,026 0,052
panas
bertujuan
untuk
memeriksa
kebocoran
dengan
27
- Bila tidak ada gangguan, suhu furnace dinaikkan 5-10oC per jam dengan
menambah bahan bakar solar yang diatomizing dengan steam sampai suhu
320oC. Jika suhu dalam furnace mencapai 320oC, maka dengan
menggunakan steam dilakukan atomizing terhadap solar untuk melakukan
pembakaran lebih lanjut.
- Jika suhu outlet solar sirkulasi 275-280oC, feed yang mula-mula dari
tangki penyimpanan solar diganti dengan minyak mentah, sementara solar
sebagai pembakar di furnace diganti fuel oil.
distilasi
atmosferis
bertujuan
untuk
memisahkan crude oil menjadi produk hasil pemisahan pada berbagai fraksi
berdasarkan titik didihnya pada tekanan 1 atmosferik, yaitu pertasol C A, pertasol
CB, pertasol CC, solar, PH solar dan residu.
Produk dihasilkan dari beberapa tahapan yaitu pemanasan, penguapan dan
fraksinasi, pengembunan dan pendinginan serta pemisahan.
a. Pemanasan
Pemanasan ini dimaksudkan untuk membantu evaporator dalam mencapai
temperatur optimum sehingga fraksi berat dan ringan dapat dipisahkan dengan
baik.
-
28
memperluas bidang kontak panas, sehingga transfer panas secara konduksi dari
media pemanas ke minyak mentah akan lebih efektif.
-
29
bawah evaporator (V-1). Di dalam kolom, cairan (fraksi berat) akan turun ke
bawah melewati tray-tray yang ada pada kolom. Untuk meningkatkan efisiensi
pemisahan, maka superheated steam diinjeksikan dari bawah kolom pada tekanan
1,5 - 2 kg/cm2. Fraksi ringan akan naik ke atas kolom residu stripper dan keluar
sebagai hasil atas pada suhu 243,6 oC dan tekananya 0,1 kg/cm2. Sedangkan hasil
bawah berupa residu yang keluar pada suhu 205oC. Kemudian dimanfaatkan
panasnya dengan melewatkan pada HE- 4,5.
3. Proses pemisahan pada kolom fraksinasi (C-1)
30
Fraksi ringan yang merupakan hasil atas residu stripper masuk ke kolom
fraksinasi I (C-1) pada suhu 243,6 oC dan tekanan 1,1kg/cm2. Kolom fraksinasi
(C-1) berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan trayek
titik didihnya. Konstruki bagian dalam kolom, terdiri dari plate-plate yang
mempunyai tipe bubble cap tray dengan 21 tray.
Fraksi-fraksi minyak yang masuk ke kolom fraksinasi (C-1) sebagai
umpan terdiri dari:
-
Produk atas evaporator yang masuk plate paling bawah pada suhu 300,5
o
Produkresidu stripper yang masuk plate paling bawah pada suhu 250,1 oC
dan tekanan 0,1 kg/cm2.
Produk atassolar stripper C-4 masuk pada side stream kolom C-1 pada
suhu 164,7 oC dan tekanan 0,08 kg/cm2.
Refluks naphta hasil bawah dari kolom fraksinasi C-2 pada suhu 66oC.
Hasil bawah berupa solar didinginkan di BC-2 dan dilewatkan separator S7 dan ditampung di tangki T.118, T.119.
Side stream, berupa kerosin dan solar, dialirkan ke solar stripper (C-4).
Hasil atas kolom ini berupa kerosin dan dialirkan kembali menuju kolom
fraksinasi C-1 dan bottom produk C-4 adalah solar yang terbebas dari
fraksi ringan.
Hasil atas berupa uap pertasol CA, pertasol CB dan naphta dengan suhu
123,7 oC dan tekanan 1,13 kg/cm2 sebagai umpan kolom fraksinasi C-2.
31
Hasil samping dari kolom fraksinasi I (C-1) berupa solar dan fraksi ringan
yang terikut masuk ke kolom solar stripper pada suhu 190oC. Kolom solar
stripper berfungsi untuk memisahkan fraksi ringan yang terikut solar. Konstruksi
bagian dalam kolom ini terdiri dari plate-plate yang mempunyai tipe bubble cap
tray dan terdiri dari 6 tray. Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan, maka
diinjeksikan superheated steam secara tidak langsung dari bawah kolom dengan
tekanan 3 kg/cm2. Fraksi ringan dalam bentuk uap akan keluar sebagai hasil atas
pada suhu 164,7 oC dan tekanannya 0,08 kg/cm2. Sedangkan hasil bawah berupa
solar akan keluar pada suhu 205oC, kemudian dimanfaatkan panasnya dengan
melewatkan pada HE-2 yang berfungsi sebagai pemanasan sebelum crude oil
dipanaskan dalam furnace.
5. Proses pemisahan pada kolom fraksinasi II (C-2)
Top produk dari kolom fraksinasi I (C-1) yang merupakan uap pertasol C A,
pertasol CB dan naphta pada suhu 123,7 oC masuk pada plate terbawah kolom
fraksinasi II (C-2). Kolom fraksinasi II (C-2) berfungsi untuk memisahkan fraksifraksi pertasol CA dan pertasol CB berdasarkan trayek titik didihnya. Konstruki
bagian dalam kolom, terdiri dari plate-plate yang mempunyai tipe bubble cap tray
dan terdiri dari 16 tray.
Fraksi minyak selain hasil ataskolom fraksinasi I (C-1) yang masuk ke
kolom fraksinasi II (C-2) sebagai umpan adalah:
-
Produk atas dari kolom C-1 yang merupakan uap pertasol C A, pertasol CB
dan naphta yang masuk pada plate terbawah pada suhu 123,70C
Sebagian dari pertasol CA yang diambil dari separator S-1, masuk ke
kolom C-2 pada suhu 39 oC dan tekanan 0,9 kg/cm2.
diinjeksikan NH3 cair untuk mengikat asam klorida (HCl) yang berasal dari
garam-garam tanah yang terikat dan mengikat H2S yang terdapat pada minyak
32
mentah. Dengan pengikatan ini, maka kadar asam dapat dikurangi sehingga pH
dapat diusahakan netral dan korosi dapat ditanggulangi. Reaksinya sebagai
berikut.
NH3 + HCl
NH4Cl
H2S + 2 NH3
(NH4)2S
33
Di dalam kondensor dan cooler terjadi kontak tidak langsung antara kedua
fluida yang mempunyai perbedaan temperatur. Maka terjadi perpindahan panas
secara konduksi antara kedua fluida. Kondensor dan cooler yang digunakan di
kilang minyak Cepu mempunyai tipe shell and tube dengan arah aliran
berlawanan arah.
Adapun proses pengembunan dan pendinginan dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Pertasol CA dari hasil atas kolom fraksinasi II (C-2)
Pertasol CA merupakan hasil dari kolom C-2, dialirkan ke kondensor CN
1-4 pada suhu 74,8 oC. Di dalam kondensor terjadi kontak tidak langsung dengan
air pendingin bersuhu 26oC yang berasal dari cooling tower.
Pertasol CA mengalami pengurangan panas karena memberikan panasnya
kepada air, sehingga suhu pertasol CA menjadi turun. Sedangkan air mengalami
penambahan panas, sehingga suhu air menjadi naik. Pertasol C A keluar dalam
bentuk cairan pada suhu 65oC, kemudian dialirkan ke Box Cooler
BC 3-6,
sedangkan air keluardari kondensor pada suhu 32oC. Uap yang belum
terkondensasi akan dikondensasikan dalam kondensor CN 5-12 pada suhu 43,8oC.
Setelah melewati kondensor, uap pertasol CA berubah menjadi cair dan
didinginkan dalam cooler CL-3 dan CL-4. Pertasol CA keluar dari cooler pada
suhu 36,2 oC, sedangkan air pada suhu 30oC. Walaupun sudah beberapa kali
kondensasi, masih ada uap dalam jumlah relatif kecil yang tidak dapat berubah
menjadi cair dan uap ini dibuang ke udara sebagai gas flare.
2. Pertasol CB sebagai side stream kolom C-2
Hasil pemisahan kolom C-2 dari side stream ditampung sebagai pertasol
CB dalam tangki penampung T.110 yang sebelumnya didinginkan dalam cooler
CL-5 dan CL-9 yang keluar menuju separator S-4.
3. Pertasol CC sebagai side stream kolom C-1
Hasil pemisahan pada side stream kolom C-1 ditampung sebagai pertasol
CC dalam tangki penampung T.110. Pertasol Cc sebelumnya didinginkan dalam
cooler CL-1 dan CL-2 yang keluar menuju separator S-8.
4. Naphta dari hasil bawah kolom fraksinasi II (C-2)
34
Naphta merupakan hasil bawah dari kolom C-2 dialirkan ke cooler CL-13
dan CL-14. Naphta keluar dari cooler pada suhu 31,7 oC untuk selanjutnya
dialirkan ke separator S-2 dan disimpan dalam tangki T.110, sedangkan air keluar
pada suhu 32oC.
5.
ke HE-3,4 dengan suhu 2050C dan keluar dengan suhu 120 oC menuju cooler CL6, CL-10 dan CL-11. Solar keluar dari cooler pada suhu 40 oC untuk selanjutnya
masuk ke separator S-6 dan ditampung dalam tangki T.111, T.120 dan T.127,
sedangkan air keluar dari cooler pada suhu 32oC.
6. Residu dari hasil bawah residu stripper (C-5)
Residu keluar dari bawah kolom C-5 pada suhu 250 oC dan melewati HE-5
dan HE-4 sekitar 880C. Residu didinginkan dalam Box Cooler BC-1 dan keluar
pada suhu 88,3 oC dan ditampung dalam tangki penampung T.104, T.122 dan
T.123, sedangkan air keluar dari box cooler pada suhu 32oC.
d.
Pemisahan
Hasil yang telah didinginkan dimasukkan ke dalam separator dengan
tujuan untuk memisahkan air yang mungkin masih terkandung dalam produk.
Prinsip pemisahan didasarkan pada perbedaan berat jenis antara air dengan
produk. Air yang berat jenisnya lebih besar akan berada di lapisan bawah sehingga
dapat dipisahkan melalui lubang di bagian bawah separator. Sedang produknya
ditampung di dalam tangki-tangki penampung produk.
3. Proses Treating
Minyak bumi mengandung unsur-unsur pengotor antara lain hidrogen
sulfida (H2S), merchaptan (RSH), MgCl2, NaCl dan lain-lain dalam jumlah
tertentu. Kotoran-kotoran itu dapat menimbulkan korosi yang dapat merusak
perlatan proses dan menurunkan mutu produk. Maka kotoran-kotoran tersebut
perlu dikurangi dan dihilangkan di dalam proses pengolahan. Cara pencegahannya
dengan soda treating.
-
35
RSNa + H2O
H2S + NaOH
Na2S + 2H2O
Kadar larutan NaOH (soda kaustik) adalah 25% berat. RSNa dan Na 2S
yang terjadi akan larut dalam soda dan secara settling dapat dipisahkan dari
pertasol. Jadi soda treating bertujuan untuk menghindari senyawa-senyawa
belerang
yang
terkandung
dalam
pertasol
senyawa-senyawa
ini
dapat
36
memperoleh nilai Rd yang sesuai dengan nilai Rd pada literatur (Kern, D.Q.
1965). Selain itu, juga dilakukan perhitungan neraca panas dan perhitungan
Pressure Drop (P) sesuai dengan nilai yang diijinkan.
2.4 Pemecahan masalah yang diambil
2.4.1 Tinjauan Pustaka
A. Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali.
Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu
zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan. Perpindahan panas
dari suatu fluida ke fluida lain melalui suatu dinding padat merupakan masalah
yang sering ditemui dalam dalam proses industri. Panas yang dipindahkan berupa
panas laten yang menyertai perubahan fasa atau panas sensible yang berkaitan
dengan kenaikan atau penurunan suhu tanpa adanya perubahan fasa.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung,
yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin
tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas
dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat
37
a. Konduksi (hantaran)
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling
berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang
panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang berada
dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan
kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat
maka akan memberikan panas.
Panas dipindahan sebagai energi kinetik dari suatu molekul ke molekul
lainnya, tanpa molekul tersebut berpindah tempat. Cara ini nyata sekali pada zat
padat. Daya hantar panas konduksi (k) tiap zat berbeda-beda. Daya hantar tinggi
disebut penghantar panas (konduktor panas) dan yang rendah adalah penyekat
panas (isolator panas).
b. Konveksi (aliran/edaran)
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan
partikel atau zat tersebut secara fisik.
Panas dipindahkan oleh molekul-molekul yang bergerak (mengalir). Oleh
karena adanya dorongan bergerak. Disini kecepatan gerakan (aliran) memegang
peranan penting. Konveksi hanya terjadi pada fluida.
c. Radiasi (pancaran)
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu
energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang
lain. Perpindahan kalor radiasi juga disebut dengan perpindahan energi oleh
penjalaran (rambatan) foton yang tak terorganisir. Setiap benda yang terus
memancarkan foton-foton secara serampangan di dalam arah dan waktu, dan
38
tenaga netto yang dipindahkan oleh foton-foton ini diperhitungkan sebagai kalor.
Bila foton-foton ini berada di dalam jangkauan panjang gelombang 0,38 sampai
0,76 m, maka foton-foton tersebut mempengaruhi mata kita sebagai sinar cahaya
yang tampak (dapat dilihat). Bertentangan dengan itu, maka setiap tenaga foton
yang terorganisir, seperti transmissi radio, dapat diidentifikasikan secara
mikroskopik dan tak dipandang sebagai kalor. (Reynold dan Perkins, 1983)
B. Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)
Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa
Inggrisnya, heat exchanger (HE) adalah suatu alat yang memungkinkan
perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah uap lewat panas
(super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar
panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat
dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.
Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik
kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah
satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana
cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara. Penukar panas merupakan
alat yang dapat memindahkan panas dari satu sistem ke sistem yang lain tanpa
terjadi perpindahan massa dari dari sistem satu ke sistem lainnya. Adapun tujuan
perpindahan panas sebagai berikut.
a.
-
Memanaskan
Menaikkan suhu
Merubah fase (menguapkan, melarutkan, melelehkan)
Mempertahan suhu proses (memberi panas proses yang membutuhkan atau
endhoterm)
b. Mendinginkan
- Menurunkan suhu
- Merubah fase (mengembunkan, membekukan, dsb)
- Mempertahan suhu proses (mengambil panas proses yang menghasilkan
panas atau eksotherm)
39
40
memudahkan pendinginan. Alat penukar panas ini tidak mempunyai shell cover
seperti pada alat penukar panas lainnya.
e. Double Pipe Heat Exchanger
Double Pipe Heat Exchanger yaitu alat penukar panas yang menggunakan
2 pipa yang diletakkan secara konsentris. Dimana suatu fluida mengalir melalui
bagian dalam pipa kecil dan fluida lainnya mengalir diluar. Alat penukar panas
pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang dikedua ujungnya dilas
menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu mengalir
di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa
luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju
alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas
yang lebih besar digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh (shell and
tube heat exchanger).
f. Pipe Coil
Pipe Coil yaitu alat penukar panas yang berfungsi untuk pemanasan dan
pendinginan. Tipe ini juga mempunyai perpindahan panas yang relative rendah.
Bentuk coil juga biasanya berupa spiral.
g. Tipe Box
Tipe Box yaitu alat penukar panas yang bagian shellnya berbentuk seperti
box atau kotak, sedangkan fluida yang didinginkan dilewatkan pada tubenya dan
sebagai media pendingin digunakan air.
h. Penukar panas cangkang dan buluh (shell and tube heat exchanger)
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida
yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel
pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat
penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk
membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal ( residence time ),
41
yang
ditangani.
Heat
exchanger
ini
dapat
digunakan
untuk
42
b. Shell
Biasanya digunakan baja karbon untuk ukuran kecil dapat digunakan pada
standar baja karbon. Untuk ukuran besar dibuat dari pelat yang di roll atau di-las.
Untuk heat exchanger yang tidak beroperasi pada tekanan tinggi biasa digunakan
Tebal 3/8 in untuk diameter 13 in
Tebal 7/8 in untuk diameter 31 in
Sering diberi kelebihan 1/8 in untuk kemungkinan korosi.
c. Baffle
Dipasang
sehingga seluruh bagian terkena aliran. Adanya baffle juga memperbesar dan
membuat turbulen aliran sehingga didapatkan koefisien perpindahan panas yang
besar. Luas baffle lebih kurang 75% penampang shell. Spasi antar baffle tidak
lebih dekat dari 1/5 diameter shell, bila terlalu dekat alan didapat kehilangan
tekanan yang besar.
d. Tube layout
Menunjukkan posisi tube terpasang dalam shell. Terdapat 4 tipe pola tube
layout yaitu triangular (30), rotated triangular (60), square (90) and rotated
square (45). Pola triangular memberikan gaya pada fluida untuk mengalir secara
turbulen sekitar pipa sehingga transfer panas lebih besar. Pola square digunakan
untuk fluida dengan high fouling dan membutuhkan pembersihan yang rutin.
Berikut adalah contoh gambar dari pola tube layout.
43
e. Tubeside passes
Menunjukkan berapa kali fluida mengalir dari satu end of a bundle ke end
of a bundle yang lain. Untuk heat exchanger yang memiliki lebih dari single
tubeide I, sejumlah tube akan dikelompokkan bersama dalam channel. Pass
partition plates akan membagi menjadi kelompok individu dari I.
f. Channel dan channel cover
Channel biasanya dibuat dengan menggunakan material plat yang di roll
ujung ujungnya di las dengan pengelasan tembusan penuh, di dalam channel
terdapat pass partition yang berfungsi untuk membagi aliran. Sedangkan channel
cover adalah penutup dari channel.
g. Nozzle
Nozzle berfungsi sebagai koneksi aliran masuk dan aliran keluar pada shell
dan tube, nozzle pada shell disebut shell nozzle dan nozzle pada channel disebut
channel nozzle.
h. Gasket
Gasket berfungsi untuk merapatkan antara dua sambungan, agar tidak
terjadi kebocoran.
i. Baut dan Mur
Baut dan mur berfungsi sebagai alat pengikat sambungan sambungan
atau sebagai alat penyambung alat penukar panas dengan sistem lainnya.
44
panas
dalam
heat
exchanger
dilakukan
dengan
mengkontakkan dua fluida melalui suatu bidang pemanas. Fluida pemanas atau
pendingin berada dalam suatu jaket, di dalam pipa atau diluar pipa. Luas bidang
pemanas harus cukup (sesuai persamaan perpindahan panas dan kebutuhan
panas). Adapun fungsi dari komponen-komponen pada heat exchanger sebagai
berikut.
1. Heat Exchanger (HE)
Alat untuk memanfaatkan panas suatu aliran fluida bagi pemanasan aliran
fluida lainnya.
2. Heater
Untuk memanaskan (menaikkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai
pemanas digunakan steam atau fluida panas lain yang ada.
3. Cooler
Untuk pendinginan (menurunkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai
pendingin digunakan air, udara, atau fluida lain yg perlu dipanaskan.
4. Condensor
Pendingin (cooler) untuk mengembunkan (mengambil) panas latennya.
5. Evaporator
Untuk menguapkan air dari larutan dan memperoleh larutan pekat.
6. Vaporazer
Untuk menguapkan cairan/pelarut yang bukan air.
45
7. Reboiler
Penyediankan panas untuk menguapkan sebagian cairan, misalnya untuk
distilasi, absorpsi, stripping.
G. Operasi Heat Exchanger
a. Cara kerja Heat Exchanger
Prinsip kerja dari Heat Exchanger adalah pertukaran energi antaraa 2
fluida. Fluida yang mempunyai temperatur lebih tinggi akan memberikan
panasnya ke fluida yang memiliki temperatur yang lebih rendah. Adapun tingkat
perpindahan energi tergantung dari:
1. Konduktivitas panas
Semakin tinggi konduktivitas panas dari material yang digunakan maka
akan semakin besar hasil pertukaran panasnya.
2. Luas permukaan
Semakin luas permukaan media pertukaran panas semakin besar juga
pertukaran panasnya.
3. Panas jenis fluida
Semakin besar panas jenis fluida yang didinginkan atau dipanaskan maka
akan semakin besar hasil pertukaran panasnya
4. Koefisien perpindahan panas konveksi
Semakin besar koefisien perpindahan panas konveksi maka akan semakin
besar juga hasil pertukaran panasnya.
5. Beda temperatur
Semakin tinggi beda temperatur maka akan semakin besar juga hasil
pertukaran panasnya.
6. Kecepatan aliran
Semakin tinggi kecepatan alirannya maka akan semakin besar juga hasil
pertukaran panasnya.
46
Dalam sistem pengaturan operasi Heat Exchanger ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan sebagai berikut.
1. Temperatur keluar minyak mentah
Untuk mendapatkan hasil operasi yang optimal yaitu temperatur keluar
minyak mentah yang tinggi, maka perlu menambah jumlah pemanasnya.
2. Temperatur keluar residu
Temperatur keluar dari residu dibatasi diatas suhu pour-pointnya, hal ini
bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadi kebuntuan dalam shell ataupun dalam
pipa alirnya. Bila temperatur residu terlalu rendah dapat dibatasi dengan mengatur
kerangka by passnya.
3. Tekanan operasi
Tekanan operasi yang baik adalah tekanan yang sesuai dengan kondisi
peralatan dan sesuai pula dengan tekanan operasi yang ditentukan. Untuk
mengendalikan yaitu dengan mengatur bukaan control valve untuk minyak
mentah yang akan masuk dapur.
4. Flow (aliran)
Aliran yang baik adalah aliran yang sesuai dengan kapasitas peralatan.
Untuk pengaturannya pada dasarnya sama dengan pada pengaturan tekanan, yaitu
mengatur control valve tersebut diatas.
H. Gangguan pada Heat Exchanger
a. Kebocoran tube
Hal ini disebabkan karena longgarnya tube dan terjadinya pengembangan
tube yang tidak sama. Kebocaran ini dapat mengakibatkan terkontaminasinya
produk, sehingga suatu produk rusak atau tidak memenuhi syarat. Kebocoran tube
dapat ditandai dengan terjadinya titik nyala. Hal tersebut dapat dibatasi dengan
mengubah kondidi operasi, menghentikan aliran yang masuk shell dan tube pada
Heat Exchanger yang bocor lalu diflushing atau diadakan perbaikan.
b. Kebocoran shell
Kebocoran shell disebabkan oleh kondisi operasi atau peralatan yang
ditandai dengan keluarnya asap atau cairan pada shell plate bagian luar. Langkah
yang dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan cara mengamankan sumber
kebocoran dengan menyemprot air atau steam, mengubah kondisi operasi
47
perpindahan
panas.
Peristiwa
tersebut
adalah
pengendapan,
48
permukaan kotor (Ud). Jika fouling factor makin besar maka efisiensi
perpindahan panas akan menurun dan pressure drop semakin besar.
2.4.2
Data Pengamatan
Tanggal
12/08/2015
13/08/2015
14/08/2015
Rata-rata
Residu
Tin
Tout
(F)
(F)
486
306
487,8
307,8
484,2
304,2
486
306
Crude Oil
Tin
Tout
(F)
(F)
205,2
255,2
201,6
254,91
196,2
255,6
201
255,237
Sg60/60F
Crude
Residu
Oil
0,9086 0,8446
0,9094
0,844
0,9083
0,845
0,9088 0,8445
Pembahasan
Dari data-data yang telah diperoleh untuk Heat Exchanger 05, dilakukan
49
Residu
24,2341
24,0971
24,2855
24,2056
pada re-design ini diharapkan agar alat tersebut tidak mengalami peningkatan
resistansi perpindahan panas serta tidak mengalami penurunan efisiensi saat
produksi sehingga dapat menekan biaya, baik investasi maupun perawatan.
Selain harga Ud, Uc, dan fouling factor, hal lain yang berpengaruh pada
re-design Heat Exchanger ini yaitu pressure drop. Pressure drop yang diizinkan
(Ps)
(Pt )
di shell
dan tube
pressure drop pada bagian shell dan tube berurutan didapatkan harga sebesar
0,5417 psi dan 0,05352 psi. Sehingga didapat pressure drop total sebesar 1, 0784
psi. Pressure drop yang berada pada shell dan tube telah sesuai dengan pressure
drop yang diijinkan. Hal ini berarti bahwa re-design pada Heat Exchanger ini
telah sesuai dengan ketentuan spesifikasi alat yang terdapat pada literatur (Kern,
D.Q. 1965). Berikut ini adalah tabel hasil Re-design Heat Exchanger 05.
Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Re-design Heat Exchanger 05
Uraian
Notasi
Satuan
Shell
Tube
Heat Duty
Btu/jam
528979,9
528977,9
Laju alir
W,w
lb/jam
4817,667
19123,81
Suhu masuk
T1 , t1
486
201
Suhu keluar
T2 , t2
306
255,237
Specific heat
Cp
Btu/lb OF
0,61
0,51
LMTD
LMTD
82,0777
CMTD
81,25687
Number of tube
Nt
Suhu Kalorik
Tc , tc
378
222, 6947
Flow area
as , at
ft2
0,04877
0,12178
ft2
Uraian
Notasi
Satuan
Shell
Tube
Kecepatan massa
Gs , Gt
lb/jam ft2
98788,7642
157030
Reynold number
Nres , Nret
2381,271
3893,3
F
F
38
50
150,1934
Clean
Uc
Btu/jam ft2 OF
54,3213
Dirt Coefficient
UD
Btu/jam ft2 OF
43,34392
Dirt Factor
Rd (hitung)
0,00466
0,005
Coefficient
Dirt Factor
Pressure drop
Pressure drop
total
Pressure drop
yang diizinkan
Rd
(literatur)
Ps , Pt
psi
Pt + Ps
psi
Ps , Pt
psi
0,5417
0,05352
1, 0784
10
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari hasil perhitungan Re-Design Heat Exchanger 05 yang terdapat di
Unit Kilang PUSDIKLAT MIGAS Cepu dapat disimpulkan sebagai berikut.
51
52