PENDAHULUAN
mengadakan penyelidikan minyak bumi di Jawa. Pada tahun 1887 Mr. Adian
Stoop mendirikan DPM (Dortsche Petroleum Maatschappij) dan mengadakan
pengeboran pertama di Surabaya. Pada tahun 1890 didirikan pengeboran minyak
di daerah Wonokromo.
Selain di Surabaya, Mr. Adian Stoop juga mengadakan pengeboran minyak
di daerah Rembang. Pada bulan Januari 1893 dari Ngawi dengan menggunakan
rakit menyusuri Bengawan Solo menuju Ngareng dan Cepu (Panolan).
Pengeboran pertama di Ngareng berhasil dengan memuaskan. Di daerah ini
kemudian didirikan perusahaan minyak yang akhirnya menjadi Pusdiklat
1
Energi dan Sumber Daya Mineral (Surat Keputusan Menteri Energi Sumber Daya
dan Mineral No.150 Tahun 2001) dan telah diperbarui dengan Peraturan Menteri
ESDM No.18 tahun 2010 tanggal 22 November 2010.. Adapun fungsi dari
Pusdiklat Migas Cepu antara lain :
1) Analisis kebutuhan, menyusun rencana dan program pengembangan tenaga
dibidang teknologi minyak, gas bumi, dan panas bumi.
2) Pengembangan tenaga melalui pelatihan, kursus, penataran, serta sertfikasi
dibidang minyak, gas bumi, dan panas bumi.
3) Perumusan standarisasi dan evaluasi dibidang pengembangan tenaga
perminyakan, gas bumi, dan panas bumi.
4) Pengelolaan saran pendidikan dan latihan.
5) Pelayanan jasa dan petunjuk ilmiah dibidang pengembangan tenaga
perminyakan, gas bumi, dan panas bumi.
6) Pelaksana hubungan kerjasama dengan lembaga pendidikan didalam dan luar
negeri.
7) Pengelolaan urusan tata usaha rumah tangga.
2. Meningkatkan
kompetensi
tenaga
kerja
sub
sektor
migas
untuk
Unit Distilasi
Perencanaan dan Evaluasi Kilang
Utilitas
Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan.
Unit Distilasi
Unit Distilasi Pusdiklat Migas Cepu mengolah minyak mentah (crude oil)
dari lapangan minyak Kawengan. Minyak bumi yang berasal dari Kawengan
dikategorikan sebagai parafinik. Crude Distilating Unit di Pusdiklat Migas
mempunyai kapasitas pengolahan minyak bumi sebesar 350 kl/hari, dengan hasil
olahan seperti : Pertasol CA, Pertasol CB, Pertasol CC, Solar, dan Residu (Minyak
Bakar Cepu). Proses yang terjadi dalam Unit Distilasi ini adalah proses fisika,
yaitu pemisahan Crude oil menjadi beberapa produk berdasarkan trayek didih
pada tekanan 1 atm yang terjadi pada kolom fraksinasi.
Kapasitas desain Kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah 600 kl/hari, sekarang
hanya mengolah minyak mentah dengan kapasitas 350 kl/hari karena kondisi
peralatan sudah tua, serta produksi minyak dari Kawengan dan Ledok menurun.
I.4.2
II.
PEMBAHASAN
didinginnkan dalam box cooler BC-1, dan ditampung dalam tangki T104/122/123. Sedangkan untuk solar dari HE-2 ditampung dalam tangki T111/120/127. Solar dan residu yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai
bahan bakar.
Feed yang keluar dari HE-2/3/4/5 dialirkan ke dalam furnace yang berjumlah
5 buah yaitu F-1/2/3/4/5, dimana yang sekarang aktif hanya 1 furnace (furnace
baru). Bahan bakar yang dipakai dalam furnace tersebut adalah campuran udara,
fuel gas, fuel oil dan steam untuk proses atomizing (pengkabutan) fuel oil, dan gas
hasil pembakaran yang berupa O2, CO dan CO2 dialirkan melewati cerobong
(stack).
Feed yang keluar dari furnace pada suhu 340 C dimasukkan ke dalam
evaporator agar dapat dipisahkan antara fraksi berat dan fraksi ringannya,
evaporator V-1 yang digunakan adalah flash evaporator. Uap yang keluar dari
puncak V-1 dengan suhu 320 C dialirkan menuju menara fraksinasi C-1 A,
sedangkan yang keluar dari dasar V-1 berupa liquid dengan suhu 305 C dialirkan
menuju residu stripper C-5 untuk memisahkan fraksi ringan yang masih
terkandung di dalamnya dengan bantuan injeksi steam dari dasar kolom
Uap dari puncak C-5 digunakan sebagai umpan menara C-1 A dan cairannya
yang berupa residu dengan suhu yang relatif tinggi digunakan sebagai fluida
panas pada HE-3. Uap yang keluar dari puncak menara C-1 A adalah pertasol
dengan suhu 125 C dan hasil dasar yang berupa PH solar yang keluar dari dasar
menara C-1 A pada suhu 260C. Sebelum ditampung pada tangki T-118/119
terlebih dahulu didinginkan dalam box cooler BC-2 sampai suhunya mencapai 80
C, serta dipisahkan dari air yang masih terkandung di dalamnya dalam separator
S-7.
Sedangkan umpan untuk kolom kerosin stripper C-3 diambil dari side stream
14 dan 15 kolom fraksinasi C-1 A. Dan dengan menginjeksikan steam diperoleh
hasil puncak yang diumpannya lagi ke kolom fraksinasi C-1 A bagian atas dengan
suhu 170 C, sedangkan hasil dasar yang berupa kerosin dengan suhu 165 C dan
didinginkan dalam cooler CL-7/8/12, yang selanjutnya dipisahkan dari air dalam
separator S-5 pada suhu 44 C. Hasil kerosin kemudian ditampung dalam tangki
T-106/124/125/126.
Sedangkan umpan untuk kolom stripper C-4 diambil dari side stream 3
sampai 11 kolom fraksinasi C-1 A dengan suhu 130 C. Hasil dasar berupa solar
dimanfaatkan panasnya dengan digunakan sebagai fluida panas pada HE-2 dan
didinginkan lebih lanjut dalam cooler CL-6/10/11. Solar dipisahkan dari air yang
masih terkandung di dalamnya pada separator S-6 pada suhu 40 C dan kemudian
ditampung dalam tangki T-111/120/127.
Hasil sampingan dari kolom fraksinasi C-1 A berupa LAWS 4 diambil dari
plate 18, dan didinginkan lebih lanjut dalam cooler Cl-1/2 dan dipisahkan dari air
dalam separator S-8 pada suhu 40 C, dan ditampung dalam tangki T-112/113.
Hasil dari puncak menara fraksinasi adalah pertasol yang dialirkan menuju
menara fraksinasi C-2 dan dengan menggunakan steam yang diinjeksikan akan
diperoleh hasil berupa pertasol 2 pada puncak menara
Pertasol 2 yang berupa uap tersebut diembunkan dalam kondensor parsial
CN-1/2/3/4 dan embunan yang terbentuk didinginkan dalam box cooler BC-3/6,
10
sederhana, dan ditandai dengan adanya atom-atom karbon yang tersusun dalam
rantai jenuh dan terbuka.
b. Crude Oil Asphaltis / LPPO ( Low Pour Point Oil )
Crude oil jenis ini berasal dari lapangan minyak Ledok, Nglobo, dan
Semanggi yang bersifat naphtenis. Crude oil ini memiliki susunan senyawa yang
sebagian besar mempunyai struktur hidrokarbon tertutup atau siklis (naphtenis
maupun asphaltis).
2.3.2. Produk
Kilang Pusdiklat Migas Cepu menghasilkan beberapa produk, antara lain :
1. Pertasol CA ( Pertasol 2 )
Pertasol 2 atau yang lebih dikenal dengan pertasol CA adalah cairan yang
bersifat jernih, stabil, dan tidak korosif. Pertasol CA merupakan campuran
hidrokarbon cair yang mempunyai trayek titik didih antara 45 oC 140 oC.
Kapasitas produksi pertasol CA sekitar 23,86 Kl/hari.
Pertasol atau gasoline merupakan produk yang terpenting karena digunakan
sebagai pembersih, solvent/pelarut cat, varnish, tinta cetak, dan lain-lain.
Spesifikasi pertasol CA yang ditetapkan oleh DIRJEN MIGAS dapat dibaca pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3 Spesifikasi Produk Pertasol CA
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Parameter uji
Satuan
Density at 15oC
Kg/m3
Distilasi :
o
IBP
C
o
End Point
C
Warna Saybolt
Korosi Bilah Tembaga,
2 hrs / 100oC
Doctor Test
Aromatic Content
% v/v
Metode
ASTM/lai
n
D-1298
D-86
Pertasol CA
Min.
720
Maks.
735
45
150
D-156
+ 25
D-130
No. 1
D-4952
D-1319
Negative
11
20
2. Pertasol CB ( LAWS 3 )
LAWS 3 (Low Aromatic White Spirit 3) atau lebih dikenal dengan Pertasol
CB umumnya memilki sifat jernih, stabil, dan tak berbau. Pertasol CB memiliki
trayek didih antara 104 oC 185 oC. Kapasitas produksi Pertasol CB yaitu 47,75
Kl/hari. Kegunaan Pertasol CB diantaranya adalah pelarut cat, varnish, tinta cetak,
dan proses industri kimia lainnya. Spesifikasi Pertasol CB berdasarkan ketentuan
DIRJEN MIGAS terdapat dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Spesifikasi Produk Pertasol CB
No
Parameter Uji
1.
2.
Density at 15oC
Kg/m3
Distilasi
o
IBP
C
o
End Point
C
Warna Saybolt
Korosi Bilah Tembaga,
2 hrs / 100oC
Doctor Test
Aromatic Content
% v/v
3.
4.
5.
6.
Satuan
Metode
ASTM/lain
D 1298
D86
Pertasol CB
Min.
765
Maks.
780
100
200
D156
+18
D130
No. 1
D4952
D1319
Negative
25
3. Pertasol CC ( LAWS 4 )
LAWS 4 (Low Aromatic White Spirit 4) atau lebih dikenal dengan Pertasol
CC memiliki trayek didih antara 124 oC 245 oC. Kegunaan Pertasol CC adalah
sebagai pelarut cat, tinta cetak, dan proses industri kimia lainnya. Pertasol CC saat
ini tidak diproduksi karena tidak adanya permintaan dari konsumen.
Tabel 4.5 Spesifikasi Produk Pertasol CC
No.
1.
2.
3.
Parameter uji
o
Density at 15 C
Distilasi :
IBP
End Point
Warna Saybolt
Satuan
3
Kg/m
Metode
ASTM/lain
D-1298
D-86
C
C
Pertasol CC
Min.
782
Maks.
796
124
250
D-156
12
+ 16
D-130
No. 1
D-4952
D-1319
Negative
25
Kerosin atau minyak tanah adalah fraksi yang dihasilkan dari proses
pengolahan minyak bumi dengan trayek didih antara 175 - 275 oC (350 525oF).
Kerosin banyak digunakan untuk minyak lampu dan bahan bakar rumah tangga.
Spesifikasi produk kerosin dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Spesifikasi Produk Kerosin
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sifat
Satuan
Densitas 15oC
Titik Asap
Nilai Jelaga
Distilasi
Rec. at 200 oC
Titik Akhir
Titik Nyala Abel
Kandungan Belerang
Korosi Bilah Tembaga
Bau dan Warna
Kg/m3
Mm
mg/kg
%mas
o
C
o
C
%vol
Batasan
Min
Maks
835
15
40
Metode Uji
ASTM IP
D 1298
D 1322
IP 10
D 86
18
310
38
0,20
No.1
Dipasarkan
IP 170
D 1266
D 130
IP 17
5. Solar
Solar adalah fraksi (distilat) gasoil dengan trayek didih antara 250 360 0C,
berwarna kecoklat-coklatan dan lebih berat dari fraksi kerosin. Solar merupakan
bahan bakar minyak yang digunakan untuk mesin compression ignition engine
atau diesel engine. Solar digunakan sebagai bahan bakar minyak (BBM) yang
dipakai untuk mesin diesel putaran tinggi, dengan mesin tenaga pembakaran
dalam jenis torak dan dinyalakan dengan sistem kompresi.
6. Residue 1
13
Residue 1 (Minyak Bakar Cepu) merupakan bahan bakar minyak yang bukan
termasuk jenis distilat, tetapi termasuk jenis residue yang lebih kental pada suhu
kamar serta berwarna hitam pekat, digunakan untuk pembakaran langsung di
dapur-dapur industri dan pemakaian lainnya. Minyak bakar hanya dapat dipompa
dan diatomisasikan setelah melalui pemanasan terlebih dahulu.
Tabel 4.7 Tipikal Produk Residu di Pusdiklat Migas Cepu
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sifat
SG at 60/60 oF
Flash Point
Pour Point
Water Content
Sulphur Content
Sediment Content
Conradson Carbon Residue
Calorific Value Gross
Redwood Viscosity at 100 oF
Satuan
o
F
F
%vol
%wt
%wt
%wt
Btu/lb
S
o
Nilai
0,9628
405
125
0,30
1,06
0,06
3,02
19,056
270
Metode ASTM
D-1298
Satuan
Kg/m3
D-86
14
Crude Oil
833/34
845,6
3.
4.
IBP
5 % Vol. Recovery at
10 % Vol. Recovery at
20 % Vol. Recovery at
30 % Vol. Recovery at
40 % Vol. Recovery at
50 % Vol. Recovery at
60 % Vol. Recovery at
70 % Vol. Recovery at
80 % Vol. Recovery at
90 % Vol. Recovery at
95 % Vol. Recovery at
End Point
Dry Point
% Vol. Rec at 200oC
% Vol. Rec at 300oC
% Vol. Rec at 370oC
Rendemen
Residu
Losses
Warna Saybolt
Pour Point
C
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
% Volume
% Volume
% Volume
o
D-156/1500
D-97
III.
70
107
130
175
220
250
275
Max 300
100 = 4
125 = 9
150 = 14
175 = 20
200 = 25
220 = 32
250 = 40
275 = 50
300 = 57
60
39
1
2,5
-6
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Kilang Pusdiklat Cepu mengolah crude oil yang berasal dari daerah
kawengan, nglobo dan ledok
15
2. Produk yang di hasilkan dari kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah produk
pertasol dengan tiga jenis pertasol yaitu pertasol CA, CB dan CC serta
menghasilkan produk solar dan long residue.
5.2 Saran
1. Pusdiklat Migas Cepu merupakan unit kilang yang penting untuk membantu
menaikkan produksi solar dalam negeri sehingga perlu adanya pemeliharaan
peralatan secara berkala.
16