Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

I.1 Sejarah Singkat Kilang Pusdiklat Migas Cepu


Pusat Pendidikan dan Latihan Minyak dan Gas Bumi (Pusdiklat Migas)
merupakan salah satu tempat pengolahan minyak mentah atau crude oil yang
dihasilkan oleh Pertamina. Crude oil Pertamina yang di tambang dari sumur
daerah Kawengan dan sekitarnya dengan bantuan pompa dialirkan ke unit kilang
cepu untuk diolah menjadi bahan bakar.
Ditinjau dari sejarah berdirinya Pusdiklat Migas banyak mengalami
pergantian nama sejak ditemukan minyak di Cepu sampai sekarang. Kilang
minyak di daerah Cepu yang terletak di antara Jawa Tengah dan Jawa Timur
merupakan tempat berdirinya kilang minyak kedua di Indonesia setelah
Wonokromo. Berdasarkan sejarah berdirinya, umur kilang minyak Cepu telah
mencapai 100 tahun lebih dan telah banyak mengalami perubahan nama :
I.1.1

Zaman Hindia Belanda (1886-1941)


Pada tahun 1886 seorang sarjana tambang Mr. Adian Stoop berhasil

mengadakan penyelidikan minyak bumi di Jawa. Pada tahun 1887 Mr. Adian
Stoop mendirikan DPM (Dortsche Petroleum Maatschappij) dan mengadakan
pengeboran pertama di Surabaya. Pada tahun 1890 didirikan pengeboran minyak
di daerah Wonokromo.
Selain di Surabaya, Mr. Adian Stoop juga mengadakan pengeboran minyak
di daerah Rembang. Pada bulan Januari 1893 dari Ngawi dengan menggunakan
rakit menyusuri Bengawan Solo menuju Ngareng dan Cepu (Panolan).
Pengeboran pertama di Ngareng berhasil dengan memuaskan. Di daerah ini
kemudian didirikan perusahaan minyak yang akhirnya menjadi Pusdiklat
1

Migas. Organisasinya berpusat di Jawa Timur yang dikuasai oleh Bataafche


Petroleum Maatschappij (BPM) sampai perang dunia kedua.
I.1.2 Zaman Jepang (1942-1945)
Pada saat terjadi perebutan kekuasaan Jepang terhadap Belanda, para
pegawai perusahaan minyak Belanda ditugaskan untuk menangani taktik bumi
hangus instalasi penting, terutama kilang minyak yang ditujukan untuk
menghambat laju serangan Jepang. Namun akhirnya, Jepang menyadari bahwa
pemboman atas daerah minyak akan merugikan pemerintah Jepang sendiri.
Sumber-sumber minyak segera dibangun bersama oleh tenaga sipil Jepang,
tukang-tukang bor sumur tawanan perang dan tenaga Indonesia yang
berpengalaman dan ahli dalam bidang perminyakan, serta tenaga kasar diambil
dari penduduk Cepu dan daerah lainnya dalam jumlah besar. Pada tahun 1944
kilang tersebut dapat di operasikan kembali.
I.1.3

Masa Indonesia Merdeka (1945-sekarang)


Setelah proklamasi kemerdekaan, lahir Perusahaan Tambang Minyak

Negara (PTPN) di Cepu. Daerah operasinya meliputi lapangan minyak Wonosobo,


Nglobo, Kawengan, dan Semanggi. Administrasi Sumber Minyak (ASM),
menyerahkan pada pemerintah sipil. Untuk itu dibentuk panitia kerja yaitu, Badan
Penyelenggara Perusahaan Negara yang kemudian melahirkan Perusahaan
Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI). Untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapi perusahaan, maka pada tahun 1957, PTMRI diubah menjadi Perusahaan
Tambang Minyak Nglobo CA. Sejak PTMRI sampai Perusahaan Tambang
Minyak Nglobo CA, banyak mengalami kemajuan.

Pada tahun 1961 Tambang Minyak Nglobo CA diubah menjadi


PERMIGAN, sedangkan kilang minyak di Cepu dan lapangan minyak Kawengan
dibeli oleh pemerintah Indonesia dari ASM dan pada tahun 1962 pengolahannya
dilimpahkan pada PN PERMIGAN.
Pada tanggal 4 Januari 1966 PN PERMIGAN dijadikan Pusat Pendidikan
dan Latihan Lapangan Perindustrian Minyak dan Gas Bumi (PUSDIK MIGAS),
yang merupakan bagian dari Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) yang
berkantor pusat di Cipulir Jakarta. Sejak saat itu kilang beserta lapangan berfungsi
sebagai alat peraga pendidikan. Pada tanggal 7 Februari 1967 diresmikan
Akademi Minyak dan Gas Bumi (AKAMIGAS) angkatan I.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi pada 26
Desember 1977 organisasi LEMIGAS diubah menjadi Pusat Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPT MGB). Berdasarkan Kepres Nomor 15
tanggal 6 Maret 1988 semua lapangan minyak di daerah Cepu diusahakan oleh
Pertamina. Sedangkan PPT MIGAS sesuai dengan Kepres No. 15 Tahun 1998
hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan dibidang minyak dan gas bumi serta
sebagai pusat latihan khusus. Tahun 2001, PPT MIGAS kembali menjadi
PUSDIKLAT MIGAS dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 150 Tahun 2001 dan diperbaharui dengan Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral No. 0030 Tahun 2005.
I.2 Tugas dan Fungsi Pusdiklat Migas Cepu
Tugas pokok Pusdiklat Migas Cepu adalah melaksanakan pendidikan dan
pelatihan di bidang minyak dan gas bumi. Dalam melaksanakan tugasnya,
Pusdiklat Migas bertanggung jawab kepada Kepala Badan Diklat Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral (Surat Keputusan Menteri Energi Sumber Daya
dan Mineral No.150 Tahun 2001) dan telah diperbarui dengan Peraturan Menteri
ESDM No.18 tahun 2010 tanggal 22 November 2010.. Adapun fungsi dari
Pusdiklat Migas Cepu antara lain :
1) Analisis kebutuhan, menyusun rencana dan program pengembangan tenaga
dibidang teknologi minyak, gas bumi, dan panas bumi.
2) Pengembangan tenaga melalui pelatihan, kursus, penataran, serta sertfikasi
dibidang minyak, gas bumi, dan panas bumi.
3) Perumusan standarisasi dan evaluasi dibidang pengembangan tenaga
perminyakan, gas bumi, dan panas bumi.
4) Pengelolaan saran pendidikan dan latihan.
5) Pelayanan jasa dan petunjuk ilmiah dibidang pengembangan tenaga
perminyakan, gas bumi, dan panas bumi.
6) Pelaksana hubungan kerjasama dengan lembaga pendidikan didalam dan luar
negeri.
7) Pengelolaan urusan tata usaha rumah tangga.

I.3 Visi dan Misi


I.3.1 Visi
Menjadi Pusat Pendidikan Pelatihan Minyak Dan Gas Bumi yang unggul
dengan mewujudkan tata kepemerintahan yang bersih, baik, transparan dan
terbuka.
I.3.2 Misi
1. Meningkatkan kapasitas aparatur Negara dan Pusdiklat Migas untuk
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

2. Meningkatkan

kompetensi

tenaga

kerja

sub

sektor

migas

untuk

berkompetensi melalui mekanisme ekonomi pasar.

3. Meningkatkan kemampuan perusahaan minyak dan gas bumi menjadi


kompetitif melalui program pengembangan Sumber Daya Manusia.
I.4 Sarana dan Fasilitas Penunjang
Sarana dan fasilitas penunjang yang ada di Kilang Pusdiklat Migas adalah
sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
I.4.1

Unit Distilasi
Perencanaan dan Evaluasi Kilang
Utilitas
Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan.
Unit Distilasi
Unit Distilasi Pusdiklat Migas Cepu mengolah minyak mentah (crude oil)

dari lapangan minyak Kawengan. Minyak bumi yang berasal dari Kawengan
dikategorikan sebagai parafinik. Crude Distilating Unit di Pusdiklat Migas
mempunyai kapasitas pengolahan minyak bumi sebesar 350 kl/hari, dengan hasil
olahan seperti : Pertasol CA, Pertasol CB, Pertasol CC, Solar, dan Residu (Minyak
Bakar Cepu). Proses yang terjadi dalam Unit Distilasi ini adalah proses fisika,
yaitu pemisahan Crude oil menjadi beberapa produk berdasarkan trayek didih
pada tekanan 1 atm yang terjadi pada kolom fraksinasi.
Kapasitas desain Kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah 600 kl/hari, sekarang
hanya mengolah minyak mentah dengan kapasitas 350 kl/hari karena kondisi
peralatan sudah tua, serta produksi minyak dari Kawengan dan Ledok menurun.
I.4.2

Unit Perencanaan dan Evaluasi Kilang


Unit Perencanaan dan Evaluasi Kilang adalah unit yang terdiri dari :
5

I.4.2.1 Unit Laboratorium


Laboratorium operasi Kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah sebuah unit
penunjang dalam industri perminyakan yang berfungsi untuk mengontrol kualitas
bahan baku dan produk dari hasil pengolahan di Kilang. Laboratorium operasi
Kilang Pusdiklat Migas Cepu dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Laboratorium analisis minyak, bertugas untuk menganalisis kualitas produk
hasil dari unit distilasi.
2) Laboratorium analisis air, bertugas untuk mengontrol kualitas air minum, air
umpan ketel, dan air limbah.

I.4.2.2 Unit Perencanaan Operasi Kilang


Unit Perencanaan Operasi Kilang adalah yang bertugas untuk mengatur
dan merencanakan kondisi operasi kilang, termasuk pengajuan suku cadang kilang
untuk penggantian peralatan yang rusak.

II.

PEMBAHASAN

2.1 Uraian Proses di Pusdiklat Migas cepu


Proses pengolahan dimulai dengan melewatkan minyak dari tangki
penampung ke HE-1 dengan menggunakan pompa sentrifugal P-100/34 pada suhu
memasuki HE-1 32 C, dengan fluida yang panas digunakan pada HE-1 adalah
solar yang merupakan bottom product dari solar stripper C-2 yang beroperasi
pada suhu 265 C, sehingga suhu keluar sebesar 115 C dan dilanjutkan menuju
HE-2, HE-3, HE-4, dan HE-5 dengan fluida panas adalah residu yang merupakan
bottom product dari stripper C-5 dengan suhu operasi 285 C.
Solar yang keluar dari HE-1 didinginkan dalam cooler CL-1/13/14, dan
dipisahkan dari air yang masih dikandung dalam separator S-2, separator tersebut
bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis. Dan residu yang keluar dari HE-2/3/4

didinginnkan dalam box cooler BC-1, dan ditampung dalam tangki T104/122/123. Sedangkan untuk solar dari HE-2 ditampung dalam tangki T111/120/127. Solar dan residu yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai
bahan bakar.
Feed yang keluar dari HE-2/3/4/5 dialirkan ke dalam furnace yang berjumlah
5 buah yaitu F-1/2/3/4/5, dimana yang sekarang aktif hanya 1 furnace (furnace
baru). Bahan bakar yang dipakai dalam furnace tersebut adalah campuran udara,
fuel gas, fuel oil dan steam untuk proses atomizing (pengkabutan) fuel oil, dan gas
hasil pembakaran yang berupa O2, CO dan CO2 dialirkan melewati cerobong
(stack).
Feed yang keluar dari furnace pada suhu 340 C dimasukkan ke dalam
evaporator agar dapat dipisahkan antara fraksi berat dan fraksi ringannya,
evaporator V-1 yang digunakan adalah flash evaporator. Uap yang keluar dari
puncak V-1 dengan suhu 320 C dialirkan menuju menara fraksinasi C-1 A,
sedangkan yang keluar dari dasar V-1 berupa liquid dengan suhu 305 C dialirkan
menuju residu stripper C-5 untuk memisahkan fraksi ringan yang masih
terkandung di dalamnya dengan bantuan injeksi steam dari dasar kolom
Uap dari puncak C-5 digunakan sebagai umpan menara C-1 A dan cairannya
yang berupa residu dengan suhu yang relatif tinggi digunakan sebagai fluida
panas pada HE-3. Uap yang keluar dari puncak menara C-1 A adalah pertasol
dengan suhu 125 C dan hasil dasar yang berupa PH solar yang keluar dari dasar
menara C-1 A pada suhu 260C. Sebelum ditampung pada tangki T-118/119
terlebih dahulu didinginkan dalam box cooler BC-2 sampai suhunya mencapai 80

C, serta dipisahkan dari air yang masih terkandung di dalamnya dalam separator
S-7.
Sedangkan umpan untuk kolom kerosin stripper C-3 diambil dari side stream
14 dan 15 kolom fraksinasi C-1 A. Dan dengan menginjeksikan steam diperoleh
hasil puncak yang diumpannya lagi ke kolom fraksinasi C-1 A bagian atas dengan
suhu 170 C, sedangkan hasil dasar yang berupa kerosin dengan suhu 165 C dan
didinginkan dalam cooler CL-7/8/12, yang selanjutnya dipisahkan dari air dalam
separator S-5 pada suhu 44 C. Hasil kerosin kemudian ditampung dalam tangki
T-106/124/125/126.
Sedangkan umpan untuk kolom stripper C-4 diambil dari side stream 3
sampai 11 kolom fraksinasi C-1 A dengan suhu 130 C. Hasil dasar berupa solar
dimanfaatkan panasnya dengan digunakan sebagai fluida panas pada HE-2 dan
didinginkan lebih lanjut dalam cooler CL-6/10/11. Solar dipisahkan dari air yang
masih terkandung di dalamnya pada separator S-6 pada suhu 40 C dan kemudian
ditampung dalam tangki T-111/120/127.
Hasil sampingan dari kolom fraksinasi C-1 A berupa LAWS 4 diambil dari
plate 18, dan didinginkan lebih lanjut dalam cooler Cl-1/2 dan dipisahkan dari air
dalam separator S-8 pada suhu 40 C, dan ditampung dalam tangki T-112/113.
Hasil dari puncak menara fraksinasi adalah pertasol yang dialirkan menuju
menara fraksinasi C-2 dan dengan menggunakan steam yang diinjeksikan akan
diperoleh hasil berupa pertasol 2 pada puncak menara
Pertasol 2 yang berupa uap tersebut diembunkan dalam kondensor parsial
CN-1/2/3/4 dan embunan yang terbentuk didinginkan dalam box cooler BC-3/6,

dan kemudian ditampung dalam tangki T-114/115/116/227 dari tangki


penyimpanan sebagian pertasol 2 digunakan sebagai reflux pada menara fraksinasi
C-2 dengan bantuan pompa reflux P-100-78.
Sedangkan sisa uap yang tidak terembunkan di kondensor CN-1/2/3/4
diembunkan lagi di kondensor CN-5-12 lalu didinginkan dalam cooler CL-3/4 dan
selanjutnya dipisahkan dengan air yang masih terkandung di dalamnya dalam
separator S-3 dan hasilnya ditampung dalam tangki T-114/115/116/117.
Hasil dari dasar menara fraksinasi C-2 yang berupa uap LAWS 3 didinginkan
dalam cooler CL-13/14 dan dipisahkan dari air yang masih terkandung dalam
separator S-2 pada suhu 43 C, dan ditampung dalam tangki T-110. Sebagian
LAWS 4 digunakan sebagai reflux pada menara fraksinasi C-1 A dengan bantuan
pompa P-100-1/2/5. Hasil samping dari menara C-2 didinginkan dalam cooler
CL-5/9 dan dilewatkan separator S-4 pada suhu 39 C. Produk ditampung dalam
tangki T-108 sebagai reflux gas-gas ringan yang dipisahkan dalam separator S1/2/3/4 dan dari kondensor CN-5-12 selanjutnya digabung untuk dibuang ke udara
bebas melalui flare.
2.2 Bahan Baku dan Produk
2.3.1. Bahan Baku
Feed crude oil pada kilang Pusdiklat Migas Cepu dapat digolongkan
menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Crude Oil paraffinis / HPPO (High Pour Point Oil)
Crude oil jenis ini berasal dari lapangan minyak Kawengan. Crude oil ini
memilikii susunan senyawa hidrokarbon yang sebagian besar mempunyai struktur

10

sederhana, dan ditandai dengan adanya atom-atom karbon yang tersusun dalam
rantai jenuh dan terbuka.
b. Crude Oil Asphaltis / LPPO ( Low Pour Point Oil )
Crude oil jenis ini berasal dari lapangan minyak Ledok, Nglobo, dan
Semanggi yang bersifat naphtenis. Crude oil ini memiliki susunan senyawa yang
sebagian besar mempunyai struktur hidrokarbon tertutup atau siklis (naphtenis
maupun asphaltis).
2.3.2. Produk
Kilang Pusdiklat Migas Cepu menghasilkan beberapa produk, antara lain :
1. Pertasol CA ( Pertasol 2 )
Pertasol 2 atau yang lebih dikenal dengan pertasol CA adalah cairan yang
bersifat jernih, stabil, dan tidak korosif. Pertasol CA merupakan campuran
hidrokarbon cair yang mempunyai trayek titik didih antara 45 oC 140 oC.
Kapasitas produksi pertasol CA sekitar 23,86 Kl/hari.
Pertasol atau gasoline merupakan produk yang terpenting karena digunakan
sebagai pembersih, solvent/pelarut cat, varnish, tinta cetak, dan lain-lain.
Spesifikasi pertasol CA yang ditetapkan oleh DIRJEN MIGAS dapat dibaca pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3 Spesifikasi Produk Pertasol CA
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Parameter uji

Satuan

Density at 15oC
Kg/m3
Distilasi :
o
IBP
C
o
End Point
C
Warna Saybolt
Korosi Bilah Tembaga,
2 hrs / 100oC
Doctor Test
Aromatic Content
% v/v

Metode
ASTM/lai
n
D-1298
D-86

Pertasol CA
Min.
720

Maks.
735

45
150
D-156

+ 25

D-130

No. 1

D-4952
D-1319

Negative

11

20

2. Pertasol CB ( LAWS 3 )
LAWS 3 (Low Aromatic White Spirit 3) atau lebih dikenal dengan Pertasol
CB umumnya memilki sifat jernih, stabil, dan tak berbau. Pertasol CB memiliki
trayek didih antara 104 oC 185 oC. Kapasitas produksi Pertasol CB yaitu 47,75
Kl/hari. Kegunaan Pertasol CB diantaranya adalah pelarut cat, varnish, tinta cetak,
dan proses industri kimia lainnya. Spesifikasi Pertasol CB berdasarkan ketentuan
DIRJEN MIGAS terdapat dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Spesifikasi Produk Pertasol CB
No

Parameter Uji

1.
2.

Density at 15oC
Kg/m3
Distilasi
o
IBP
C
o
End Point
C
Warna Saybolt
Korosi Bilah Tembaga,
2 hrs / 100oC
Doctor Test
Aromatic Content
% v/v

3.
4.
5.
6.

Satuan

Metode
ASTM/lain
D 1298
D86

Pertasol CB
Min.
765

Maks.
780

100
200
D156

+18

D130

No. 1

D4952
D1319

Negative
25

3. Pertasol CC ( LAWS 4 )
LAWS 4 (Low Aromatic White Spirit 4) atau lebih dikenal dengan Pertasol
CC memiliki trayek didih antara 124 oC 245 oC. Kegunaan Pertasol CC adalah
sebagai pelarut cat, tinta cetak, dan proses industri kimia lainnya. Pertasol CC saat
ini tidak diproduksi karena tidak adanya permintaan dari konsumen.
Tabel 4.5 Spesifikasi Produk Pertasol CC
No.
1.
2.
3.

Parameter uji
o

Density at 15 C
Distilasi :
IBP
End Point
Warna Saybolt

Satuan
3

Kg/m

Metode
ASTM/lain
D-1298
D-86

C
C

Pertasol CC
Min.
782

Maks.
796

124

250
D-156

12

+ 16

Korosi Bilah Tembaga,


2hrs /100oC
5.
Doctor Test
6.
Aromatic Content
% v/v
4. Kerosin
4.

D-130

No. 1

D-4952
D-1319

Negative
25

Kerosin atau minyak tanah adalah fraksi yang dihasilkan dari proses
pengolahan minyak bumi dengan trayek didih antara 175 - 275 oC (350 525oF).
Kerosin banyak digunakan untuk minyak lampu dan bahan bakar rumah tangga.
Spesifikasi produk kerosin dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Spesifikasi Produk Kerosin
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sifat

Satuan

Densitas 15oC
Titik Asap
Nilai Jelaga
Distilasi
Rec. at 200 oC
Titik Akhir
Titik Nyala Abel
Kandungan Belerang
Korosi Bilah Tembaga
Bau dan Warna

Kg/m3
Mm
mg/kg
%mas
o
C
o
C
%vol

Batasan
Min
Maks
835
15
40

Metode Uji
ASTM IP
D 1298
D 1322
IP 10
D 86

18
310
38
0,20
No.1
Dipasarkan

IP 170
D 1266
D 130
IP 17

5. Solar
Solar adalah fraksi (distilat) gasoil dengan trayek didih antara 250 360 0C,
berwarna kecoklat-coklatan dan lebih berat dari fraksi kerosin. Solar merupakan
bahan bakar minyak yang digunakan untuk mesin compression ignition engine
atau diesel engine. Solar digunakan sebagai bahan bakar minyak (BBM) yang
dipakai untuk mesin diesel putaran tinggi, dengan mesin tenaga pembakaran
dalam jenis torak dan dinyalakan dengan sistem kompresi.
6. Residue 1
13

Residue 1 (Minyak Bakar Cepu) merupakan bahan bakar minyak yang bukan
termasuk jenis distilat, tetapi termasuk jenis residue yang lebih kental pada suhu
kamar serta berwarna hitam pekat, digunakan untuk pembakaran langsung di
dapur-dapur industri dan pemakaian lainnya. Minyak bakar hanya dapat dipompa
dan diatomisasikan setelah melalui pemanasan terlebih dahulu.
Tabel 4.7 Tipikal Produk Residu di Pusdiklat Migas Cepu
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sifat
SG at 60/60 oF
Flash Point
Pour Point
Water Content
Sulphur Content
Sediment Content
Conradson Carbon Residue
Calorific Value Gross
Redwood Viscosity at 100 oF

Satuan
o

F
F
%vol
%wt
%wt
%wt
Btu/lb
S
o

Metode ASTM / lain


D 1298
D 93
D 97
D 95
D 1552
D 473
D 189
D 240
IP 70

Nilai
0,9628
405
125
0,30
1,06
0,06
3,02
19,056
270

4.1 Data Analisa Laboratorium


Data analisa laboratorium dari crude oil berdasarkan uji sampel pada bulan
Maret 2015 dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Data Analisa Laboratorium Crude Oil


No. Parameter Uji
1.
Density/ Temp oC Obs.
Density 15oC
2.
Distilasi :

Metode ASTM
D-1298

Satuan
Kg/m3

D-86

14

Crude Oil
833/34
845,6

3.
4.

IBP
5 % Vol. Recovery at
10 % Vol. Recovery at
20 % Vol. Recovery at
30 % Vol. Recovery at
40 % Vol. Recovery at
50 % Vol. Recovery at
60 % Vol. Recovery at
70 % Vol. Recovery at
80 % Vol. Recovery at
90 % Vol. Recovery at
95 % Vol. Recovery at
End Point
Dry Point
% Vol. Rec at 200oC
% Vol. Rec at 300oC
% Vol. Rec at 370oC
Rendemen
Residu
Losses
Warna Saybolt
Pour Point

C
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
o
C
% Volume
% Volume
% Volume
o

D-156/1500
D-97

III.

70
107
130
175
220
250
275
Max 300
100 = 4
125 = 9
150 = 14
175 = 20
200 = 25
220 = 32
250 = 40
275 = 50
300 = 57
60
39
1
2,5
-6

PENUTUP

5.1 Simpulan
1. Kilang Pusdiklat Cepu mengolah crude oil yang berasal dari daerah
kawengan, nglobo dan ledok

15

2. Produk yang di hasilkan dari kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah produk
pertasol dengan tiga jenis pertasol yaitu pertasol CA, CB dan CC serta
menghasilkan produk solar dan long residue.
5.2 Saran
1. Pusdiklat Migas Cepu merupakan unit kilang yang penting untuk membantu
menaikkan produksi solar dalam negeri sehingga perlu adanya pemeliharaan
peralatan secara berkala.

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Invoice - Tokopedia
    Invoice - Tokopedia
    Dokumen1 halaman
    Invoice - Tokopedia
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • GCG Tppi
    GCG Tppi
    Dokumen81 halaman
    GCG Tppi
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Data Penduduk Desa Dlimas
    Data Penduduk Desa Dlimas
    Dokumen4 halaman
    Data Penduduk Desa Dlimas
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Dompet
    Dompet
    Dokumen1 halaman
    Dompet
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • 1.energy Conservasi
    1.energy Conservasi
    Dokumen31 halaman
    1.energy Conservasi
    fajaradityadarma
    100% (1)
  • Pengumuman PPPK 2023
    Pengumuman PPPK 2023
    Dokumen4 halaman
    Pengumuman PPPK 2023
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Kenakalan Remaja
    Kenakalan Remaja
    Dokumen7 halaman
    Kenakalan Remaja
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Ips Asean
    Ips Asean
    Dokumen5 halaman
    Ips Asean
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Dasar Teori
    Dasar Teori
    Dokumen6 halaman
    Dasar Teori
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Mou
    Mou
    Dokumen3 halaman
    Mou
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Gamelan Jawa
    Gamelan Jawa
    Dokumen11 halaman
    Gamelan Jawa
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
    Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
    Dokumen22 halaman
    Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1 Struktur
    Lampiran 1 Struktur
    Dokumen1 halaman
    Lampiran 1 Struktur
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1 Struktur
    Lampiran 1 Struktur
    Dokumen1 halaman
    Lampiran 1 Struktur
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • ADSORPSI
    ADSORPSI
    Dokumen9 halaman
    ADSORPSI
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Karakteristik Dari CNG
    Karakteristik Dari CNG
    Dokumen2 halaman
    Karakteristik Dari CNG
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Boiler 1
    Boiler 1
    Dokumen2 halaman
    Boiler 1
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen16 halaman
    Tugas 1
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Laporan PT Sier
    Laporan PT Sier
    Dokumen35 halaman
    Laporan PT Sier
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat
  • Tugas 2
    Tugas 2
    Dokumen20 halaman
    Tugas 2
    fajaradityadarma
    Belum ada peringkat