Jawaban :
Selain mengurai bahan berkayu, sebagian besar fungi menghasilkan zat yang bersifat racun
sehingga dapat dipakai untuk mengontrol pertumbuhan/perkembangan organisme
pengganggu dan tekanan fisik dibarengi dengan pengeluaran enzim yang melarutkan dinding
sel kayu.
Beberapa enzim yang terlibat dalam perombakan bahan organik antara lain adalah β-
glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese peroksidase (MnP), dan lakase, selain
kelompok enzim reduktase yang merupakan peng-gabungan dari LiP dan MnP yaitu enzim
versatile peroksidase.
2. Nama Penanya : Jar Hawu
Jawaban :
Collembola merupakan hewan masofauna yang memakan materi tumbuhan yang telah
hancur, sisa sisa hewan, feses dan humus. Berkaitan dengan makanan yang di makan oleh
collembola maka pada rantai makanan collembola berperan sebagai perombak bahan
organik, karena pada perombakan tersebut bahan organik yang digunakan berasal dari sisa –
sisa hewan, serasah tumbuhan yang mana adalah makanan dari collembolla. Pada
perombakan bahan organik collembola berperan dalam menghaluskan sisa bahan organik.
Jawaban :
Proses biologi untuk menguraikan bahan organik menjadi bahan humus oleh mikroorganisme
dikenal sebagai dekomposisi atau pengomposan. Aktivitas dasar mikroorganisme tanah sama
seperti kehidupan lainnya, bertahan hidup melalui reproduksi. Mikroorganisme tanah
menggunakan komponen residu tanaman sebagai substrat untuk memperoleh energi yang
dibentuk melalui oksidasi senyawa organik, dengan produk utama CO2 yang dilepas kembali
ke alam, dan sumber karbon untuk sintesis sel baru. Dekomposisi atau pengomposan disebut
juga sebagai respirasi mikroba atau mineralisasi, yang merupakan salah satu bagian dari
siklus karbon. Mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati akan
didekomposisi oleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok
daripada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses dekomposisi umumnya
meliputi spektrum yang luas dari mikroorganisme yang memanfaatkan substrat tersebut,
yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya. Upaya kombinasi tersebut dapat
mengubah karbon yang berada dalam berbagai bentuk senyawa organik menjadi ke bentuk
oksidasi, yaitu CO2. Salah satu bentuk produk transformasi adalah bahan organik tanah
(humus). Proses perombakan bahan organik dapat berlangsung pada kondisi aerob dan
anaerob (Gaur, 1982). Pengomposan aerob merupakan proses pengomposan bahan organik
dengan menggunakan O2. Hasil akhir dari pengomposan aerob merupakan produk
metabolisme biologi berupa CO2, H2O, panas, unsur hara, dan sebagian humus. Hasil akhir
dari pengomposan anaerob terutama berupa CH4 dan CO2 dan sejumlah hasil antara; timbul
bau busuk karena adanya H2S dan sulfur organik seperti merkaptan (Haug, 1980).
Reaksi utuh :
Pertanyaan : Jelaskan mengapa pada kompos yang sudah matang tidak larut dalam air,
meskipun sebagian dari kompos bisa membentuk suspense ?
Jawaban :
Pertanyaan : Jelaskan disertai dengan gambar berbagai bentuk bakteri yaitu bulat,
batang, koma, dan lengkung, filamen/spiral yang mendekomposisi sisa
tumbuhan maupun hewan ?
Jawaban :
Escherchia coli merupakan baktri Gram negative berbentuk batang pendek yang memiliki
panjang sekitar 2µm, berdiameter 0,7µm dan bersifat anaerob fakultatif.
Methanobacterium sp. Merupkan salah satu bakteri yang dapat dimanfaatkan sebagai
penghasil energy dalam bentuk biogas yaitu berfungsi menghasilkan metana dari bahan
sampah dan kotoran hewan ternak.
Thiobacillus denitrificans menetralkan racun H2S dan Nitrit melalui reaksi
denitrifikasi
Pertanyaan : Mengapa bakteri yang berkemampuan tinggi yang memutus ikatan rantai
C penyusun senyawa lignin, selulosa dan hemiselulosa secara alami
merombak lebih lambat dari pada senyawa polisakarida seperti amilum,
disakarida dan monosakarida ? (Hal. 6).
Jawaban :
Kerena lignin berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa membentuk segel fisik diantara
keduanya yang merupakan barrier pencegah penetrasi larutan dan enzim. Sehingga
memperlambak perombakan bahan organik dibandingkan senyawa polisakarida yang lebh
sederhana Sedangkan enzim juga adalah salah satu faktor dalam proses perombakan bahan
organik.
Jawaban :
Organisme zimogenik merupakan golongan mikroorganisme yang berkembang dibawah
pengaruh perlakuan-perlakuan khusus pada tahan, seperti penambahan bahan-bahan organik
pada pemupukan.
Mikroorganisme zimogenik aktivitasnya lebih dominan dari pada mikroorganisme pembusuk
pada proses dekomposisi bahan organik karena penambahan bahan organic dalam tanah akan
menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang
berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.
Jawaban :
Pertanyaan : Bagaimana pores kerja enzim yang terlibat dalam perombakan bahan
organik (β- glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese peroksidase
(MnP), dan lakase) ?
Jawaban :
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu substrat, suhu, pH, kofaktor dan
inhibitor. Penggunaan limbah organik lignoselulosa sebagai substrat mikroba dalam produksi
enzim lignin peroksidase akan meningkatkan nilai ekonomis dari limbah, sekaligus dapat
mempercepat daur biomasa limbah tersebut di lingkungan. Limbah organik lignoselulosa
mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa yang berperan sebagai induser enzim lignin
peroksidase. Selain itu, kebanyakan dari limbah tersebut kaya akan gula yang secara alami
mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme, hal inilah yang membuat proses produksi
menjadi lebih ekonomis.
Jawaban :
Karena mikroba perombak bahan organik digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi
sisa-sisa tanaman yang banyak mengandung lignin dan selulosa untuk meningkatkan
kandungan bahan organik dalam tanah. Di samping itu, penggunaannya dapat meningkatkan
mikroba tanah, mengurangi penyakit, larva insek, biji gulma, dan volume bahan buangan,
sehingga dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah.
Faktor yang membedakan mikroba perombak bahan organik lebih baik dibanding bakteri
dalam mengurai sisa-sisa tanaman yaitu beberapa enzim yang terlibat dalam perombakan
bahan organik antara lain adalah glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese
peroksidase (MnP), dan lakase, serta kelompok enzim reduktase yang merupakan
penggabungan dari LiP dan MnP, yaitu enzim versatile peroksidase.
Jawaban :
Menurut saya, biopori buatan dapat bekerja maksimal seperti biopori alami karna pada
prinsipnya keduanya mempunyai fungsi yang sama yaitu mampu meningkatkan daya
penyerapan air sehingga resiko terjadinya penggenangan air (waterlongging) semakin kecil
dan air yang terserap atau tersimpan ini dapat menjaga kelembaan tanah bahkan pada saat
musim kemarau.
Untuk kekurangan dari biopori buatan menurut penelitian oleh LIPI, biopori tidak mampu
mencegah banjir , tetapi efektif dalam menangani genangan air. Dengan dimensi pori-pori
yang kecil, maka laju penyerapan air relative lebih lambat dibandingakan dengan debit aliran
air ketika terjadi banir bandang.
Jawaban :
1. Rasio C/N : Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1
hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N
untuk sintesis protein.
2. Ukuran Partikel :Aktivitas mikroba terjadi di antara permukaan area dan udara.
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan
bahan organik sehingga proses pengomposan dapat berjalan lebih cepat.
3. Aerasi : Pengomposan dapat berjalan cepat bila kondisi oksigen mencukupi (aerob).
Aerasi alami berlangsung saat terjadi peningkatan suhu, yang menyebabkan udara
hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan bahan kompos.
4. Porositas : Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan bahan kompos.
5. Kelembaban : Kelembaban memegang peran yang sangat penting dalam metabolisme
mikroba, yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap pasokan oksigen.
6. Temperatur : Temperatur atau panas sangatlah penting dalam proses pengomposan.
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan
suhu dengan konsumsi oksigen
7. pH : pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5.
Proses pengomposan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada bahan organik dan
pH-nya.
8. Kandungan Bahan Berbahaya : Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan
yang berbahaya bagi kehidupan mikroba.
Kedelapan faktor yang dijelaskan diatas dapat memperlancar terjadinya proses
pengomposan. Tetapi juga dapat bisa mengagalkan proses pengomposan jika faktor yang
diatas mempunyai takaran atau ukuran yang ridak sesuai dengan proses pengomposan yang
dilakukan. Misalnya : berkaitan dengan kelembaban yaitu jika Terlalu lembab, atau kurang
udara, maka yang terjadi adalah pembusukan bukan proses penguraian.
Jawaban :
Karena Proses dekomposisi senyawa organic oleh mikroba merupakan proses berantai.
Senyawa organik yang bersifat heterogen bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang
berasal dari udara, tanah, air dan sumber lainya, dan didalamnya terjadi proses biologis.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah agar proses tersebut dapat berjalan lancer
adalah perbandingan nitrogen dan karbon ( C/N rasio) didalam bahan, kadar air bahan,
bentuk dan jenis bahan , temperatur, pH, dan jenis mikroba yang berperan didalamnya. Jadi
mikroorganisme juga harus bekerja sama dengan mikroba lain agar siklus kehidupan dapat
terus berlangsung.
Jawaban :
Jenis mikroorganisme pengurai pada kondisi aerob dan anaerob adalah bakteri, jenis-jenis
bakteri pengurai adalah bakteri Sktinomycetes, Lactobacillus, Saccharomycees bakteri ini
merupakan bakteri yang dapat menguraikan limbahkota, limbah pertanian, dan limbah
perternakan. Dan bakteri Nitrobacter Sp, Nitrosomonas pseudomonas Sp, Bacillus Sp bakteri
ini merupakan bakteri probiotik aktif yang mampu berkerja menguraikan bahan organic
proterin, dan lemak secara biologis. Bakteri ini dapat dimanfaatkan dalam menguraikan NH3
dan NO pada sampah dan menekan populasi bakteri pathogen pada penampung tinja yang
menyebabkan sumber air tanah akan terkontaminasi jika air rembesan tinja bercampur
dengan sumber air tanah.
Pertanyaan : Jelaskan Bagaimana cara kerja biopori mengurasi emesi CO2 dan metan?
Jawaban :
Prinsip kerja lubang peresapan biopori sangat sederhana. Lubang yang kita buat, kemudian
diberi sampah organic yang akan memicu biota tanah seperti cacing dan semut dan akar
tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) didalam tanah yang disebut biopori.
Rongga-rongga biopori ini menjadi saluran bagi air untuk meresap ke dalam tanah.
Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang biopori akan dirubah menjadi kompos
oleh satwa tanah oleh cacing atau rayap. Kompos atau humus ini sangat bermanfaat bagi
kesuburan tanah. Selain itu, sampah organik yang diserap oleh biota tanah tidak cepat
diemisikan ke atmosfir sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan) yang
mengakibatkan pemanasan global dan menjaga biodiversitas dalam tanah.
Jawaban :
MEMBANTU MENCEGAH TERJADINYA BANJIR
Saat ini, banjir sering terjadi entah itu di kota atau di kampung, dan salah satu
penyebabnya adalah sistem drainase yang tidak baik. Biasanya di daerah padat penduduk
drainasenya buruk karena kurangnya daya serap air oleh tanah. Dengan membuat lubang
resapan biopori, dapat membantu air untuk segera masuk ke dalam tanah. Selain itu,
sampah organik yang ada di dalam lubang merupakan makanan dari cacing tanah. Cacing
yang masuk ke dalam lubang akan membuat terowongan-terowongan kecil di dalam
tanah ketika menuju ke lubang yang berisi sampah organik. Hal ini tentu akan membuat
air lebih cepat meresap ke dalam tanah.
Terowongan-terowongan kecil yang dibuat oleh cacing tanah akan meningkatkan luas
permukaan tanah. Hal ini tentu akan membuat kapasitas tanah untuk menampung air
menjadi meningkat. Bahkan, lubang resapan biopori ini mampu meningkatkan luas
bidang resapan menjadi 40 kali lipat.
Pertanyaan : Pada slide ke 9. Apabila pada proses pengomposan gagal maka kira-kira
faktor apa-apa saja yang dapat mempengaruhi ? Tolong sebutkan dan
jelaskan ?
Yang menjawab : Yuli Pulamau
Jawaban :
Pertanyaan : Mengapa mikroba thermofili bisa bertahan hidup pada suhu 70°C
sedangkan mikroba yang lain tidak bertahan hidup ? Jelaskan ?
Jawaban :
Karena bakteri termofil menghasilkan enzim termostabil yang sangat penting dalam
bioteknologi, seperti dalam teknik-teknik biologi molekuler untuk kegunaan penelitian dan
diagnostik (enzim yang memproses DNA dan RNA) dan kemampuan enzim untuk mengubah
tepung, makanan, pengelolaan sampah, pembuatan kertas dan sintesis zat-zat organik. (Vielle
and Zeikus dalam Sutiamiharja, 2008: 22). Mikroorganisme termofil telah berhasil diisolasi
dari berbagai sumber air panas di Indonesia, (Karina dkk, 2010: 5) mengidentifikasi bakteri
Pseudomonas sp dan Vibrio sp.
19. Nama Penanya : Apronaldus I. Bai
Jawaban :
a) Tahapan awal : dicirikan oleh kehilangan secara cepat bahan-bahan yang mudah
terdekomposisi sebagai akibat pemanfaatan baban organik sebagai sumber karbon dan
energi oleh mikroorganisme tanah, terutama bakteri. Dihasilkan sejumlah senyawa
sampingan seperti : NH3, H2S. CO2, dan lain-lain.
b) Tahapan tengah : terbentuk senyawa organik tengahan/antara (intermediate products) dan
biomasa baru sel organism.
c) Tahapan akhir : dicirikan oleh terjadinya dekomposisi secara berangsur bagian jaringan
tanaman/hewan yang lebih resisten (misal lignin). Peran fungi dan Actinomycetes pada
tahapan ini sangat dominan.
Fase perombakan dan sintesis ulang senyawa-senyawa organik (humifikası) yang akan
membentuk humus, Sisa-sisa tanaman dan binatang mengalami perombakan dalam atau di
atas tanah pada kondisi-kondisi yang berbeda. Kecepatan perombakan dan hasil-hasil akhir
terbentuk bergantung kepada suhu, lengas, udara, bahan kimia dan mikrobia. Semakin tinggi
suhu (hingga 40 akan semakin mempercepat perombakan. Ini merupakan salah satu alasan
buahwa tanah atasan mempunyai kandungan bahan organik rendah. Lengas diperlukan untuk
percimbakan secara biologis, namun air yang berlebihan sangat menyebabkan kurang udara
dan akibatnya akan memperiambat perombakan Ketersediaan bahan-bahan kimia yang
diperlukan sebagai zat hara (terutama N) bagi mikrobia menentakan kecepatan perombakan
dan berpengaruh Lerhadap jenis humus yang dibentuk Urutan perombakan komponen-
komponen bahan organik tanah adalah :
Jawaban :
Karena, mikroorganisme di dalam tumpukan bahan organik tidak dapatlangsung
memetabolisme partikel bahan organik tidak larut. Mikroorganismememproduksi dua sistem
enzim ekstraselular; sistem hidrolitik, yangmenghasilkan hidrolase dan berfungsi untuk
degradasi selulosa danhemiselulosa; dan sistem oksidatif, yang bersifat ligninolitik dan
berfungsimendepolimerasi lignin. Mikroorganisme memproduksi enzim ekstraseluleruntuk
depolimerisasi senyawa berukuran besar menjadi kecil dan larutdalam air (subtrat bagi
mikroba). Pada saat itu mikroba mentransfer substrattersebut ke dalam sel melalui membran
sitoplasma untuk menyelesaikanproses dekomposisi bahan organik.
Pertanyaan : Mengapa bakteri perombak bahan organik lebih lambat dalam merombak
senyawa lignin, selulosa dan hemiselulosa dibandingkan dengan senyawa
polisakarida sederhana serta berikan contoh bakteri ?
Jawaban :
Karena senyawa lignin, selulosa, dan hemiselulosa memiliki struktur yang kompleks, bobot
molekul yang tinggi, dan sifatnya tidak teratur dalam air membuat senyawa ini sulit
dirombak oleh bakteri. Oleh karena itu bakteri yang merombak lignin, selulosa dan
hemiselulosa lebih lama dirombak dibandingkan dengan polisakarida sederhana seperti
amilum, disakarida, dan monosakarida. Proses penguraian senyawa organik yang banyak
mengandung protein secara alami juga berjalan dengan cepat.
Pertanyaan : Di ppt ada sebutkan beberapa enzim yang berperan. Nah apakah enzim
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan jelaskan fungsinya
masing-masing ?
Jawaban :
Karena bakteri termofil menghasilkan enzim termostabil yang sangat penting dalam proses
industri dan bioteknologi, seperti dalam teknik-teknik biologi molekuler untuk kegunaan
penelitian dan diagnostik (enzim yang memproses DNA dan RNA) dan kemampuan enzim
untuk mengubah tepung, makanan, pengelolaan sampah, pembuatan kertas dan sintesis zat-
zat organik. (Vielle and Zeikus dalam Sutiamiharja, 2008: 22). Mikroorganisme termofil
telah berhasil diisolasi dari berbagai sumber air panas di Indonesia, (Karina dkk, 2010: 5)
mengidentifikasi bakteri Pseudomonas sp dan Vibrio sp.