Anda di halaman 1dari 20

Daftar Pertanyaan dan Jawaban Hasil Diskusi Kelompok 7

“Dekomposisi Senyawa Organik di Alam”

Triwahyuni A. Nainatun ( 1706050051)


Yuli Y. Pulamau (1706050127)
Longginus W. W. Hero ( 1706050047)
Welmi M. Elimanafe (1706050097)
Devita Ratumali (1706050113)

1. Nama Penanya : Alvianti Patrisia Kale

Pertanyaan : Mengapa bakteri aktinomiset mempunyai kemampuan mendegradasi


lebih rendah dibandingkan dengan fungi ? (Halaman 9. Setelah tabel).

Yang menjawab : Longginus Hero

Jawaban :

Kemampuan Actinobakteria untuk hidup dilingkungan bernutrisi rendah untuk mengonsumsi


lognoselulosa (lignin dan selulosa, zat-zat penyusun kayu, biasanya sukar dicerna
kebanyakan bakteri tanah) menyebabkan Actinobakteria mendominasi kawasan bebatuan
karst.

Kelebihan fungi dibandingkan dengan bakteri yaitu :

Selain mengurai bahan berkayu, sebagian besar fungi menghasilkan zat yang bersifat racun
sehingga dapat dipakai untuk mengontrol pertumbuhan/perkembangan organisme
pengganggu dan tekanan fisik dibarengi dengan pengeluaran enzim yang melarutkan dinding
sel kayu.

Beberapa enzim yang terlibat dalam perombakan bahan organik antara lain adalah β-
glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese peroksidase (MnP), dan lakase, selain
kelompok enzim reduktase yang merupakan peng-gabungan dari LiP dan MnP yaitu enzim
versatile peroksidase.
2. Nama Penanya : Jar Hawu

Pertanyaan : Jelaskan bagaimana Colloimbela dapat berperan dalam rantai makanan


pada ekosistem ? (halaman 5).

Yang menjawab : Yuli Pulamau

Jawaban :

Collembola merupakan hewan masofauna yang memakan materi tumbuhan yang telah
hancur, sisa sisa hewan, feses dan humus. Berkaitan dengan makanan yang di makan oleh
collembola maka pada rantai makanan collembola berperan sebagai perombak bahan
organik, karena pada perombakan tersebut bahan organik yang digunakan berasal dari sisa –
sisa hewan, serasah tumbuhan yang mana adalah makanan dari collembolla. Pada
perombakan bahan organik collembola berperan dalam menghaluskan sisa bahan organik.

3. Nama Penanya : Maria Meno

Pertanyaan : Pada halaman 9, di bagian aktivitas enzim selama proses pengomposan


disitu dijelaskan bahwa setelah tahapan termofilik yang disebabkan oleh
introduksi ulang, pembalikan, ketahanan hidup mikroba dibagian luar,
bagian dingin dari tumpukan kompos.

Jelaskan bagaimana proses dari introduksi ulang, pembalikan, ketahanan


hidup mikroba di bagian luar, bagian dingin dari tumpukan kompos ?

Yang menjawab : Welmy Elimanafe

Jawaban :

Proses biologi untuk menguraikan bahan organik menjadi bahan humus oleh mikroorganisme
dikenal sebagai dekomposisi atau pengomposan. Aktivitas dasar mikroorganisme tanah sama
seperti kehidupan lainnya, bertahan hidup melalui reproduksi. Mikroorganisme tanah
menggunakan komponen residu tanaman sebagai substrat untuk memperoleh energi yang
dibentuk melalui oksidasi senyawa organik, dengan produk utama CO2 yang dilepas kembali
ke alam, dan sumber karbon untuk sintesis sel baru. Dekomposisi atau pengomposan disebut
juga sebagai respirasi mikroba atau mineralisasi, yang merupakan salah satu bagian dari
siklus karbon. Mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati akan
didekomposisi oleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok
daripada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses dekomposisi umumnya
meliputi spektrum yang luas dari mikroorganisme yang memanfaatkan substrat tersebut,
yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya. Upaya kombinasi tersebut dapat
mengubah karbon yang berada dalam berbagai bentuk senyawa organik menjadi ke bentuk
oksidasi, yaitu CO2. Salah satu bentuk produk transformasi adalah bahan organik tanah
(humus). Proses perombakan bahan organik dapat berlangsung pada kondisi aerob dan
anaerob (Gaur, 1982). Pengomposan aerob merupakan proses pengomposan bahan organik
dengan menggunakan O2. Hasil akhir dari pengomposan aerob merupakan produk
metabolisme biologi berupa CO2, H2O, panas, unsur hara, dan sebagian humus. Hasil akhir
dari pengomposan anaerob terutama berupa CH4 dan CO2 dan sejumlah hasil antara; timbul
bau busuk karena adanya H2S dan sulfur organik seperti merkaptan (Haug, 1980).

Reaksi yang terjadi pada perombakan sistem aerobik:

Gula (CH2O)x + O2 x CO2 + H2O + E (Selulosa, hemiselulosa)


N-organik (protein) NH4+ NO2- NO3- + E Sulfur organik (S) + x O2 SO4-2 + EFosfor
organik H3BO3 Ca (HPO4).

Reaksi utuh :

Aktivitas mikroorganisme Bahan organik CO2 + H2O + hara + humus + E (484-674


kcal/mol glukosa) Pengomposan anaerob diartikan sebagai proses dekomposisi bahan
organik tanpa menggunakan O2. Reaksi yang terjadi pada perombakan sistem anaerobik:
bakteri penghasil asam Methanomonas (CH2O) x x CH3COOH CH4 + CO2. N-organik NH3
2H2S + CO2 (CH2O) x + S + H2O + E (26 kcal/mol glukosa). Proses pengomposan terdiri
atas tiga tahapan dalam kaitannya dengan suhu, yaitu mesofilik, termofilik, dan pendinginan.
Tahap awal mesofilik, suhu proses naik ke sekitar 40oC karena adanya fungi dan bakteri
pembentuk asam. Suhu proses akan terus naik ke tahap termofilik antara 4070oC, bakteri
termofilik Actinomisetes dan fungi termophilik. Pada kisaran suhu termofilik, proses
degradasi dan stabilisasi akan berlangsung secara maksimal. Pada tahapan pendinginan
terjadi penurunan aktivitas mikroba, penggantian mikroba termofilik dengan bakteria dan
fungi mesofilik. Selama tahapan pendinginan, proses penguapan air dari material yang telah
dikomposkan akan masih terus berlangsung, demikian pula stabilisasi pH dan
penyempurnaan pembentukan asam. Bahan akhir yang terbentuk bersifat stabil dan
merupakan sumber pupuk organik. Dalam proses perombakan bahan organik, sel mikroba
yang mati merupakan sumber hara bagi tanaman dan substrat mikroorganisme yang hidup.
Dinding sel fungi yang terdiri selulosa, khitin, dan khitosan, dan dinding sel bakteri yang
terdiri atas asam N-acetylglucosamin dan Nacetylmuramic yang terkandung dalam
peptidoglikan bersama dengan material polisakharida lainnya di degradasi dan merupakan
substrat yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba.

4. Nama Penanya : Maria Hane Neno

Pertanyaan : Jelaskan mengapa pada kompos yang sudah matang tidak larut dalam air,
meskipun sebagian dari kompos bisa membentuk suspense ?

Yang menjawab : Welmy Elimanafe

Jawaban :

Jadi ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi yaitu:

 Rasio C/N Bahan Baku


Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1 hingga 40:1.
Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis
protein. Pada rasio C/N di antara 30 hingga 40, mikroba mendapatkan cukup C untuk
energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan
kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Selama
proses pengomposan itu rasio C/N akan terus menurun. Kompos yang telah matang
memilki rasio C/N-nya kurang dari 20.
 Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba terjadi di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih
luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan organik sehingga proses
pengomposan dapat berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya
ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel bahan, misalnya dengan cara pencacahan.
 Aerasi
Pengomposan dapat berjalan cepat bila kondisi oksigen mencukupi (aerob). Aerasi alami
berlangsung saat terjadi peningkatan suhu, yang  menyebabkan udara hangat keluar dan
udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan bahan kompos. Namun demikian, hal
itu sangat tergantung pada ketebalan tumpukan bahan. Jika tumpukan bahan terlalu tebal
maka aerasi akan berjalan lebih lambat. Aerasi juga ditentukan oleh porositas dan
kandungan air bahan (kelembaban). Apabila aerasi terhambat maka akan terjadi proses
anaerob yang menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau dengan mengalirkan udara di dalam tumpukan bahan organik
yang hendak dikomposkan itu.
 Porositas
Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan bahan kompos. Porositas
dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume  total. Rongga-rongga
itu akan terisi air dan udara yang memasukkan oksigen untuk proses pengomposan.
Apabila rongga dipenuhi oleh air maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses
pengomposan akan terganggu.
 Kelembaban
Kelembaban memegang peran yang sangat penting dalam metabolisme mikroba, yang
secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap pasokan oksigen. Mikroorganisme dapat
memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air.
Kelembaban 40-60% adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba, sehingga
sangat baik untuk proses pengomposan. Apabila kelembaban di bawah 40%, maka
aktivitas mikroba akan menurun dan aktivitasnya akan lebih rendah lagi pada kelembaban
15%. Apabila kelembabannya lebih besar dari 60%, unsur hara akan tercuci, volume udara
berkurang. Akibatnya, aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi
anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
 Temperatur
Temperatur atau panas sangatlah penting dalam proses pengomposan. Panas dihasilkan
dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi
oksigen. Semakin tinggi temperatur, maka semakin tinggi aktivitas metabolisme, semakin
banyak konsumsi oksigen, semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu
dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan bahan organik. Temperatur yang berkisar antara
30-700C menunujukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari
700C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang dapat
bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba pathogen tanaman.
 pH
pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5. Proses
pengomposan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada bahan organik dan pH-nya.
 Kandungan Bahan Berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan yang berbahaya bagi kehidupan
mikroba. Logam-logam berat, seperti Hg, Cu, Zn, Cr adalah beberapa bahan yang masuk
dalam kategori ini. Logam-logam berat itu akan mengalami imobilisasi selama proses
pengomposan (Cr adalah beberapa bahan yang masuk dalam kategori ini. Logam-logam
berat itu akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan (Yuliarti dan Isroi,
2009).

5. Nama Penanya : Yustin Fatima

Pertanyaan : Jelaskan disertai dengan gambar berbagai bentuk bakteri yaitu bulat,
batang, koma, dan lengkung, filamen/spiral yang mendekomposisi sisa
tumbuhan maupun hewan ?

Yang menjawab : Longginus Hero

Jawaban :

Gambar bentuk bakteri secara umum


Bakteri Pengurai Bahan Organik
Bakteri pengurai merupakan kelompok bakteri yang mampu mendekomposisi organisme
lain yang telah mati menjadi unsur-unsur penyusunnya yang akan kembali ke lingkungan.
Bakteri pengurai ini termasuk ke dalam organisme saprofit karena kemampuannya untuk
menguraikan senyawa organik yang ada di alam. Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan
atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme. Kelompok
mikroorganisme ini menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi
karbon dioksida (CO2), gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana.
Sebagai contoh, beberapa jenis bakteri pengurai mampu membentuk senyawa NH 3 dari
proses dekomposisi biomolekul protein melalui proses amonifikasi yang kemudian akan
masuk ke dalam siklus nitrogen dan selanjutnya digunakan oleh organisme lain. [1] Oleh
karena itu, keberadaan bakteri ini berperan cukup besar dalam siklus unsur organik dalam
suatu biosfer.
Bakteri saprofit adalah bakteri yang kebutuhan makanannya diperoleh dari sissa – sisa
makanan organism lain yang telah mati.
Bakteri jenis ini merombak bahan organic menjadi bahan anorganik melalui fermentasi
atau respirasi tak sempurna. Proses perombakan biasanya menghasilkan gas – gas CO 2,
H2, CH4 (metana), N2, H2S dan NH3.
Contoh bakteri ini diantaranya adalah:
 Escherchia coli

Escherchia coli merupakan baktri Gram negative berbentuk batang pendek yang memiliki
panjang sekitar 2µm, berdiameter 0,7µm dan bersifat anaerob fakultatif.

 Methanobacterium omelanskii dan Methanobacterium ruminatum menguraikan


asam cuka (CH3COOH) menjadi metana (CH4) dan CO2.

Methanobacterium sp. Merupkan salah satu bakteri yang dapat dimanfaatkan sebagai
penghasil energy dalam bentuk biogas yaitu berfungsi menghasilkan metana dari bahan
sampah dan kotoran hewan ternak.
 Thiobacillus denitrificans menetralkan racun H2S dan Nitrit melalui reaksi
denitrifikasi

 Clostridium sporageus menguraikan asam amino menjadi ammonia (NH3)

 Desulfovibrio desulfuricans membusukkan bangkai serta menguraikan sulfat


ditempat becek, hasilnya berupa hydrogen sulfide (H2S).

6. Nama Penanya : Patrisia Yunista

Pertanyaan : Mengapa bakteri yang berkemampuan tinggi yang memutus ikatan rantai
C penyusun senyawa lignin, selulosa dan hemiselulosa secara alami
merombak lebih lambat dari pada senyawa polisakarida seperti amilum,
disakarida dan monosakarida ? (Hal. 6).

Yang menjawab : Yuli Pulamau

Jawaban :

Kerena lignin berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa membentuk segel fisik diantara
keduanya yang merupakan barrier pencegah penetrasi larutan dan enzim. Sehingga
memperlambak perombakan bahan organik dibandingkan senyawa polisakarida yang lebh
sederhana Sedangkan enzim juga adalah salah satu faktor dalam proses perombakan bahan
organik.

7. Nama Penanya : Rambu Hungguwali

Pertanyaan : Kenapa mikroorganisme zimogenik aktivitasnya lebih dominan dari pada


mikroorganisme pembusuk pada proses dekomposisi bahan organik ?

Yang menjawab : Triwahyuni A. Nainatun

Jawaban :
Organisme zimogenik merupakan golongan mikroorganisme yang berkembang dibawah
pengaruh perlakuan-perlakuan khusus pada tahan, seperti penambahan bahan-bahan organik
pada pemupukan.
Mikroorganisme zimogenik aktivitasnya lebih dominan dari pada mikroorganisme pembusuk
pada proses dekomposisi bahan organik karena penambahan bahan organic dalam tanah akan
menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang
berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.

8. Nama Penanya : Hendra K. Tari

Pertanyaan : Jelaskan bagaimana mekanisme mikroorganisme merombak bahan-bahan


organik tersebut ?

Yang menjawab : Devita Ratumali

Jawaban :

Pengomposan Limbah Organik Menggunakan cacing tanah Pengomposan limbah organik


oleh cacing tanah (vermicomposting) adalah penggunaan cacing tanah untuk mendaur ulang
limbah organik menjadi bahan yang stabil baik berupa kasting maupun vermikompos (Gaur,
1982). Cacing tanah dapat mendekomposisi limbah organik karena limbah tersebut menjadi
sumber makanannya. Limbah-limbah organik dapat berupa kotoran hewan, seresah-seresah
daun yang ada di permukaan tanah maupun sisa-sisa tanaman yang sudah membusuk. Dalam
dekomposisi ini cacing tanah tidak bekerja sendiri, tetapi ada organisme lain yang
membentuk yaitu mikroba yang meliputi bakteri, fungsi dan aktinomisetes(Haug, 1980;
Gaur, 1982). Menurut GrappeIlidalam Albanell et al (1988), mikroba tidak hanya terdapat
dalam medium limbah organik, tetapi juga dalam usus cacing, sehingga kombi-nasi antara
cacing tanah dengan mikroflora, baik yang terdapat dalam usus cacing maupun medium
Iimbah organik. Dengan adanya cacing tanah, penghancuran Iimbah organik menjadi lebih
cepat, sebab cacing tanah mencampur limbah-Iimbah organik, memangsa Iimbah organic
yang tidak terombak, dan membuat rongga-rongga yang menjadikan kondisi aerasi limbah
organik sesuai bagi kehidupan mikroba (Galli et.al., 1983). Proses Pengomposan bahan
organik yang tidak melibatkan cacing tanah sebenarnya dapat saja terjadi, karena secara
aIami berbagai Iimbah organik yang berserakan di alam lambat laun akan terombak pula. Hal
ini bisa kita lihat dari terjadinya kompos di aIam, walaupun memerlukan waktu yang cukup
lama. Pengomposan sebagai suatu proses, pengertiannya tidak bisa dilepaskan dad berbagai
proses baik proses itu secara fisik, kemik maupun biologik, dan proses biologik adalah yang
paling menonjol

9. Nama Penanya : Cicilia A. Mari

Pertanyaan : Bagaimana pores kerja enzim yang terlibat dalam perombakan bahan
organik (β- glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese peroksidase
(MnP), dan lakase) ?

Yang menjawab : Devita Ratumali

Jawaban :

Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu substrat, suhu, pH, kofaktor dan
inhibitor. Penggunaan limbah organik lignoselulosa sebagai substrat mikroba dalam produksi
enzim lignin peroksidase akan meningkatkan nilai ekonomis dari limbah, sekaligus dapat
mempercepat daur biomasa limbah tersebut di lingkungan. Limbah organik lignoselulosa
mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa yang berperan sebagai induser enzim lignin
peroksidase. Selain itu, kebanyakan dari limbah tersebut kaya akan gula yang secara alami
mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme, hal inilah yang membuat proses produksi
menjadi lebih ekonomis.

10. Nama Penanya : Alfonsus Egot

Pertanyaan : Jelaskan mengapa bakteri perombak bahan organik lebih baik


dibandingkan dengan bakteri dalam mengurai sisa-sisa tanaman ? Dan
Faktor apa yang membedakan sehingga yang satunya lebih baik ?

Yang menjawab : Triwahyuni A. Nainatun

Jawaban :

Karena mikroba perombak bahan organik digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi
sisa-sisa tanaman yang banyak mengandung lignin dan selulosa untuk meningkatkan
kandungan bahan organik dalam tanah. Di samping itu, penggunaannya dapat meningkatkan
mikroba tanah, mengurangi penyakit, larva insek, biji gulma, dan volume bahan buangan,
sehingga dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah.

Faktor yang membedakan mikroba perombak bahan organik lebih baik dibanding bakteri
dalam mengurai sisa-sisa tanaman yaitu beberapa enzim yang terlibat dalam perombakan
bahan organik antara lain adalah glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese
peroksidase (MnP), dan lakase, serta kelompok enzim reduktase yang merupakan
penggabungan dari LiP dan MnP, yaitu enzim versatile peroksidase.

11. Nama Penanya : Paula Mau

Pertanyaan : Apakah bipori buatan dapat secara memaksimalkan, bekerja seperti


bipori alami, ataukah mungkin ada satu dua kerugian dalam menerapkan
bipori buatan ?

Yang menjawab : Longginus Hero

Jawaban :
Menurut saya, biopori buatan dapat bekerja maksimal seperti biopori alami karna pada
prinsipnya keduanya mempunyai fungsi yang sama yaitu mampu meningkatkan daya
penyerapan air sehingga resiko terjadinya penggenangan air (waterlongging) semakin kecil
dan air yang terserap atau tersimpan ini dapat menjaga kelembaan tanah bahkan pada saat
musim kemarau.
Untuk kekurangan dari biopori buatan menurut penelitian oleh LIPI, biopori tidak mampu
mencegah banjir , tetapi efektif dalam menangani genangan air. Dengan dimensi pori-pori
yang kecil, maka laju penyerapan air relative lebih lambat dibandingakan dengan debit aliran
air ketika terjadi banir bandang.

12. Nama Penanya : Yurni Otu

Pertanyaan : Di bagian pengomposan ada 8 faktor. Jelaskan 8 faktor tersebut dan 8


faktor tersebut apakah hanya dapat menghambat lingkungan yang
terkontrol saja? Kalau iya berikan alasannya dan kalau tidak berikan
alasannya ?

Yang menjawab : Yuli Pulamau

Jawaban :

1. Rasio C/N : Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1
hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N
untuk sintesis protein.
2. Ukuran Partikel :Aktivitas mikroba terjadi di antara permukaan area dan udara.
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan
bahan organik sehingga proses pengomposan dapat berjalan lebih cepat.
3. Aerasi : Pengomposan dapat berjalan cepat bila kondisi oksigen mencukupi (aerob).
Aerasi alami berlangsung saat terjadi peningkatan suhu, yang menyebabkan udara
hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan bahan kompos.
4. Porositas : Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan bahan kompos.
5. Kelembaban : Kelembaban memegang peran yang sangat penting dalam metabolisme
mikroba, yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap pasokan oksigen.
6. Temperatur : Temperatur atau panas sangatlah penting dalam proses pengomposan.
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan
suhu dengan konsumsi oksigen
7. pH : pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5.
Proses pengomposan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada bahan organik dan
pH-nya.
8. Kandungan Bahan Berbahaya : Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan
yang berbahaya bagi kehidupan mikroba.
Kedelapan faktor yang dijelaskan diatas dapat memperlancar terjadinya proses
pengomposan. Tetapi juga dapat bisa mengagalkan proses pengomposan jika faktor yang
diatas mempunyai takaran atau ukuran yang ridak sesuai dengan proses pengomposan yang
dilakukan. Misalnya : berkaitan dengan kelembaban yaitu jika Terlalu lembab, atau kurang
udara, maka yang terjadi adalah pembusukan bukan proses penguraian.

13. Nama Penanya : Yasinta Bita

Pertanyaan : Jelaskan mengapa proses dekomposisi bahan organik di alam tidak


dilakukan oleh satu mikroorganisme monokultur tetapi dilakukan oleh
konsorsia mikroorganisme ?

Yang menjawab : Longginus Hero

Jawaban :
Karena Proses dekomposisi senyawa organic oleh mikroba merupakan proses berantai.
Senyawa organik yang bersifat heterogen bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang
berasal dari udara, tanah, air dan sumber lainya, dan didalamnya terjadi proses biologis.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah agar proses tersebut dapat berjalan lancer
adalah perbandingan nitrogen dan karbon ( C/N rasio) didalam bahan, kadar air bahan,
bentuk dan jenis bahan , temperatur, pH, dan jenis mikroba yang berperan didalamnya. Jadi
mikroorganisme juga harus bekerja sama dengan mikroba lain agar siklus kehidupan dapat
terus berlangsung.

14. Nama Penanya : Lois Dowi


Pertanyaan : Pada makalah halaman 12, telah dijelaskan bahwa pegomposan terjadi
pada kondisi aerob dan anaerob. Sebutkan jenis mikroorganisme pengurai
pada kondisi aerob dan anaerob?

Yang menjawab : Welmy Elimanafe

Jawaban :

Jenis mikroorganisme pengurai pada kondisi aerob dan anaerob adalah bakteri, jenis-jenis
bakteri pengurai adalah bakteri Sktinomycetes, Lactobacillus, Saccharomycees bakteri ini
merupakan bakteri yang dapat menguraikan limbahkota, limbah pertanian, dan limbah
perternakan. Dan bakteri Nitrobacter Sp, Nitrosomonas pseudomonas Sp, Bacillus Sp bakteri
ini merupakan bakteri probiotik aktif yang mampu berkerja menguraikan bahan organic
proterin, dan lemak secara biologis. Bakteri ini dapat dimanfaatkan dalam menguraikan NH3
dan NO pada sampah dan menekan populasi bakteri pathogen pada penampung tinja yang
menyebabkan sumber air tanah akan terkontaminasi jika air rembesan tinja bercampur
dengan sumber air tanah.

15. Nama Penanya : Prima Sambein

Pertanyaan : Jelaskan Bagaimana cara kerja biopori mengurasi emesi CO2 dan metan?

Yang menjawab : Triwahyuni A. Nainatun

Jawaban :
Prinsip kerja lubang peresapan biopori sangat sederhana. Lubang yang kita buat, kemudian
diberi sampah organic yang akan memicu biota tanah seperti cacing dan semut dan akar
tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) didalam tanah yang disebut biopori.
Rongga-rongga biopori ini menjadi saluran bagi air untuk meresap ke dalam tanah.
Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang biopori akan dirubah menjadi kompos
oleh satwa tanah oleh cacing atau rayap. Kompos atau humus ini sangat bermanfaat bagi
kesuburan tanah. Selain itu, sampah organik yang diserap oleh biota tanah tidak cepat
diemisikan ke atmosfir sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan) yang
mengakibatkan pemanasan global dan menjaga biodiversitas dalam tanah.

16. Nama Penanya : Nirmala Lado

Pertanyaan : Bagaimana biopori melakukan daya untuk peningkatan daya peresapan


air dan cadangan air ?

Yang menjawab : Devita Ratumali

Jawaban :
MEMBANTU MENCEGAH TERJADINYA BANJIR

Saat ini, banjir sering terjadi entah itu di kota atau di kampung, dan salah satu
penyebabnya adalah sistem drainase yang tidak baik. Biasanya di daerah padat penduduk
drainasenya buruk karena kurangnya daya serap air oleh tanah. Dengan membuat lubang
resapan biopori, dapat membantu air untuk segera masuk ke dalam tanah. Selain itu,
sampah organik yang ada di dalam lubang merupakan makanan dari cacing tanah. Cacing
yang masuk ke dalam lubang akan membuat terowongan-terowongan kecil di dalam
tanah ketika menuju ke lubang yang berisi sampah organik. Hal ini tentu akan membuat
air lebih cepat meresap ke dalam tanah.

MEMPENGARUHI JUMLAH AIR TANAH

Terowongan-terowongan kecil yang dibuat oleh cacing tanah akan meningkatkan luas
permukaan tanah. Hal ini tentu akan membuat kapasitas tanah untuk menampung air
menjadi meningkat. Bahkan, lubang resapan biopori ini mampu meningkatkan luas
bidang resapan menjadi 40 kali lipat.

17. Nama Penanya : Albert Babys

Pertanyaan : Pada slide ke 9. Apabila pada proses pengomposan gagal maka kira-kira
faktor apa-apa saja yang dapat mempengaruhi ? Tolong sebutkan dan
jelaskan ?
Yang menjawab : Yuli Pulamau

Jawaban :

Faktor yang manyebabkan terjadinya kegagalan dalam melakukan pengomposan yaitu


1. Terlalu banyak bahan-bahan daun-daun hijau (terlalu banyak nitrogen) dan solusinya
yaitu Tambah bahan daun-duan kering berwarna coklat, dan diaduk-aduk
2. Terlalu lembab, atau kurang udara, sehingga yang terjadi adalah pembusukan bukan
proses penguraian
3. Kekurangan air ataupun kelebihan air yang menyebabkan akan terlalu basah. Dalam
pengomposan air yang digunakan harus sesuai, tidak boleh terlalu banyak namun juga
tidak boleh terlalu sedikit
4. Wadah tempat pengomposan terlalu kecil
5. Banyak lalat, serangga, dan belatung yang disebabkan Ada sampah daging, ikan, susu,
santan, sayuran busuk, terlalu banyak sampah dapur yang tidak diseleksi, dan tidak
ditutup dengan baik.

18. Nama Penanya : Luther Dongmo

Pertanyaan : Mengapa mikroba thermofili bisa bertahan hidup pada suhu 70°C
sedangkan mikroba yang lain tidak bertahan hidup ? Jelaskan ?

Yang menjawab : Devita Ratumali

Jawaban :

Karena bakteri termofil menghasilkan enzim termostabil yang sangat penting dalam
bioteknologi, seperti dalam teknik-teknik biologi molekuler untuk kegunaan penelitian dan
diagnostik (enzim yang memproses DNA dan RNA) dan kemampuan enzim untuk mengubah
tepung, makanan, pengelolaan sampah, pembuatan kertas dan sintesis zat-zat organik. (Vielle
and Zeikus dalam Sutiamiharja, 2008: 22). Mikroorganisme termofil telah berhasil diisolasi
dari berbagai sumber air panas di Indonesia, (Karina dkk, 2010: 5) mengidentifikasi bakteri
Pseudomonas sp dan Vibrio sp.
19. Nama Penanya : Apronaldus I. Bai

Pertanyaan : Bagaimana mekanisme organisme merombak bahan organik menjadi


unsur hara dalam tanah ?

Yang menjawab : Triwahyuni A. Nainatun

Jawaban :

Mekanismenya sebagai berikut :

a) Tahapan awal : dicirikan oleh kehilangan secara cepat bahan-bahan yang mudah
terdekomposisi sebagai akibat pemanfaatan baban organik sebagai sumber karbon dan
energi oleh mikroorganisme tanah, terutama bakteri. Dihasilkan sejumlah senyawa
sampingan seperti : NH3, H2S. CO2, dan lain-lain.
b) Tahapan tengah : terbentuk senyawa organik tengahan/antara (intermediate products) dan
biomasa baru sel organism.
c) Tahapan akhir : dicirikan oleh terjadinya dekomposisi secara berangsur bagian jaringan
tanaman/hewan yang lebih resisten (misal lignin). Peran fungi dan Actinomycetes pada
tahapan ini sangat dominan.

Fase perombakan dan sintesis ulang senyawa-senyawa organik (humifikası) yang akan
membentuk humus, Sisa-sisa tanaman dan binatang mengalami perombakan dalam atau di
atas tanah pada kondisi-kondisi yang berbeda. Kecepatan perombakan dan hasil-hasil akhir
terbentuk bergantung kepada suhu, lengas, udara, bahan kimia dan mikrobia. Semakin tinggi
suhu (hingga 40 akan semakin mempercepat perombakan. Ini merupakan salah satu alasan
buahwa tanah atasan mempunyai kandungan bahan organik rendah. Lengas diperlukan untuk
percimbakan secara biologis, namun air yang berlebihan sangat menyebabkan kurang udara
dan akibatnya akan memperiambat perombakan Ketersediaan bahan-bahan kimia yang
diperlukan sebagai zat hara (terutama N) bagi mikrobia menentakan kecepatan perombakan
dan berpengaruh Lerhadap jenis humus yang dibentuk Urutan perombakan komponen-
komponen bahan organik tanah adalah :

 Gula, pati, protcin-protein yang larut air.


 Protein kasar 3. Hemicelulose
 Selulosa
 Minyak, lemak, lignin, lilin.

20. Nama Penanya : Petrus Kosa Baon

Pertanyaan : Mengapa pada saat proses mikroorganisme memproduksi enzim


ekstraseluler untuk depomilerisasi senyawa berukuran besar menjadi kecil
dan larut dalam air (substrat bagi mikroba) harus menurunkan jumlah
selulosa sebesar 25 persen pada saat enzim aktivitas enzim selulase selama
tiga minggu ?

Yang menjawab : Triwahyuni A. Nainatun

Jawaban :
Karena, mikroorganisme di dalam tumpukan bahan organik tidak dapatlangsung
memetabolisme partikel bahan organik tidak larut. Mikroorganismememproduksi dua sistem
enzim ekstraselular; sistem hidrolitik, yangmenghasilkan hidrolase dan berfungsi untuk
degradasi selulosa danhemiselulosa; dan sistem oksidatif, yang bersifat ligninolitik dan
berfungsimendepolimerasi lignin. Mikroorganisme memproduksi enzim ekstraseluleruntuk
depolimerisasi senyawa berukuran besar menjadi kecil dan larutdalam air (subtrat bagi
mikroba). Pada saat itu mikroba mentransfer substrattersebut ke dalam sel melalui membran
sitoplasma untuk menyelesaikanproses dekomposisi bahan organik.

21. Nama Penanya : Dofansius Setu

Pertanyaan : Mengapa bakteri perombak bahan organik lebih lambat dalam merombak
senyawa lignin, selulosa dan hemiselulosa dibandingkan dengan senyawa
polisakarida sederhana serta berikan contoh bakteri ?

Yang menjawab : Longginus Hero

Jawaban :
Karena senyawa lignin, selulosa, dan hemiselulosa memiliki struktur yang kompleks, bobot
molekul yang tinggi, dan sifatnya tidak teratur dalam air membuat senyawa ini sulit
dirombak oleh bakteri. Oleh karena itu bakteri yang merombak lignin, selulosa dan
hemiselulosa lebih lama dirombak dibandingkan dengan polisakarida sederhana seperti
amilum, disakarida, dan monosakarida. Proses penguraian senyawa organik yang banyak
mengandung protein secara alami juga berjalan dengan cepat.

22. Nama Penanya : Gregoriana Bupu

Pertanyaan : Di ppt ada sebutkan beberapa enzim yang berperan. Nah apakah enzim
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan jelaskan fungsinya
masing-masing ?

Yang menjawab : Devita Ratumali

Jawaban :

Karena bakteri termofil menghasilkan enzim termostabil yang sangat penting dalam proses
industri dan bioteknologi, seperti dalam teknik-teknik biologi molekuler untuk kegunaan
penelitian dan diagnostik (enzim yang memproses DNA dan RNA) dan kemampuan enzim
untuk mengubah tepung, makanan, pengelolaan sampah, pembuatan kertas dan sintesis zat-
zat organik. (Vielle and Zeikus dalam Sutiamiharja, 2008: 22). Mikroorganisme termofil
telah berhasil diisolasi dari berbagai sumber air panas di Indonesia, (Karina dkk, 2010: 5)
mengidentifikasi bakteri Pseudomonas sp dan Vibrio sp.

Anda mungkin juga menyukai