Anda di halaman 1dari 18

EKONOMI SUMBER DAYA AIR

1. Konsep Ekonomi Sumber Daya Air


Dalam literatur ekonomi sumber daya, pengertian atau konsep sumber daya
didefinisikan cukup beragam. Ensiklopedia Webster yang dikutip oleh Fauzi pada tahun
2004, misalnya mendefinisikan sumber daya antara lain sebagai : (1) kemampuan untuk
memenuhi atau menangani sesuatu, (2) sumber persediaan, penunjang atau bantuan, (3)
sarana yang dihasilkan oleh kemampuan atau pemikiran seseorang.
Dalam pengertian umum, sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang
dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya adalah
komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi
kebutuhan manusia. Grima dan Berkes (1989) mendefinisikan sumber daya sebagai aset
untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Rees (1990) lebih jauh mengatakan
bahwa sesuatu untuk dapat dikatakan sebagai sumber daya harus memiliki dua kriteria
yang pertama yaitu harus ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan (skill) untuk
memanfaatkannya yang kedua adalah harus ada permintaan (demand) terhadap sumber
daya tersebut (Fauzi, 2004).
Dengan demikian dalam pengertian ini definisi sumber daya terkait dengan
kegunaan (usefulness), baik untuk masa kini maupun mendatang bagi umat manusia.
Selain dua kriteria di atas, definisi sumber daya juga terkait pada dua aspek, yakni aspek
teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan, dan aspek
kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya dan bagaimana
teknologi digunakan. Pengertian sumber daya sendiri dalam ilmu ekonomi sudah dikenal
sejak beberapa abad lalu. Ketika Adam Smith, bapak ekonomi menerbitkan buku
“Wealth of Nation”-nya pada tahun 1776, konsep sumber daya sudah digunakan dalam
kaitannya dengan proses produksi. Dalam pandangan Adam Smith, sumber daya
diartikan sebagai seluruh faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan output.
Air merupakan bagian penting dari sumberdaya alam yang mempunyai
karakteristik unik dibandingkan dengan sumberdaya lainnya. Menurut Fauzi (2006), air
dapat diklasifikasikan ke dalam sumberdaya yang terbarukan maupun tidak terbarukan,
tergantung pada sumber dan pemanfaatannya. Air permukaan atau surface water seperti
air yang diperoleh dari sungai maupun danau dapat dikategorikan sebagai sumberdaya
terbarukan karena adanya proses siklus hidrologi dari bumi. Adapun air yang bersumber
dari bawah tanah atau groundwater diperoleh melalui proses geologi selama ratusan
bahkan ribuan tahun, sehingga meskipun memiliki kemampuan untuk memulihkan
kembali (recharge rate) lewat hujan, jika jumlah yang dimanfaatkan melebihi
kemampuan recharge, groundwater sering dikatakan sebagai sumberdaya yang tidak
terbarukan.
Pembahasan mengenai konsep ekonomi sumberdaya air tidak terlepas dari
pertanyaan tentang bagaimana memanfaatkan sumberdaya air dengan sebaik-baiknya
dengan tidak mengorbankan kelestariannya. Menurut Fauzi (2006), air juga memiliki
nilai intrinsik dan pemanfaatannya memiliki nilai tambah karena dari ekstraksi sampai
pemanfaatan langsung untuk konsumsi menimbulkan biaya yang cukup substansial.
Seperti barang dan jasa lingkungan lainnya, nilai air diturunkan dari arti penting dan
kontribusi air bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
Nilai air dapat diidentifikasi dari peranan air yang meliputi:
(1) sumber kehidupan (physiological need) bagi seluruh makhluk hidup,
terutama manusia (provisioning services);
(2) memberikan manfaat tidak langsung seperti input antara (intermediate
input) dalam proses produksi, terutama untuk sektor pertanian (irigasi)
dan industri, serta menjaga fungsi dan proses ekologi; dan
(3) digunakan untuk tujuan rekreasi, estetika, sosial, dan keagamaan
(cultural services). Dari sudut pandang ekonomi, peranan air tersebut
dapat diringkas menjadi tiga jenis, yaitu sebagai barang akhir untuk
dikonsumsi, input antara untuk produksi, dan penyedia jasa lingkungan
dan ekosistem.
Konsep sumberdaya air pada dasarnya mencakup upaya serta kegiatan
pengembangan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya air berupa penyaluran air yang
tersedia dalam konteks ruang dan waktu, dan komponen mutu serta komponen volume
pada suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan makhluk hidup.
Dengan demikian sumber daya air merupakan suatu system dalam rangka upaya
membentuk lingkungan hidup yang serasi dan lestari serta memenuhi kebutuhan secara
terus menerus.Berdasarkan daur hidrologi, volume air di bumi ini jumlahnya relative
konstan. Namun demikian dalam satuan ruang dan waktu, ketersediaan air terkadang-
kadang tidak sesuai dengan kebutuhan kita. Sering manusia mengalami kekurangan air di
musim kemarau. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan system sumber daya air
terutama pada perlindungan dan pelestarian sumber daya air harus dilakukan sebaik-
baiknya guna menjamin tersedianya sumber daya air sebagai kebutuhan berbagai sektor
termasuk kebutuhan masyarakat banyak sesuai dengan amanat pasal 33 Undang-undang
Dasar 1945 bahwa : “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang “Pemerintahan
Daerah“ dan PP Nomor 25 tahun 2000 tentang “Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonomi“ dan euphoria yang berkembang di
masyarakat maka pengelolaan air dan sumber daya air perlu dilaksanakan dan di
sosialisasikan oleh orang/institusi yang betul-betul menghayati keberadaan sumber daya
air kepada masyarakat dan aparat daerah baik eksekutif maupun legislative.

2. Alokasi Ekonomi Sumber Daya Air


Masalah yang sering dialami dalam pengelolaan sumber daya air adalah masalah
ekstraksi optimal, alokasi dan distribusi air.
Alokasi air merupakan masalah ekonomi untuk menentukan bagaimana suplei air
yang tersedia harus dialokasikan kepada pengguna atau calon pengguna. Penggunaan air
terbagi atas 2 kelompok :
a) Kelompok komsumtif, yakni mereka yang memanfaatkan suplai air untuk
konsumsi. Contoh: rumah tangga, industri, pertanian.
b) Kelompok non komsumtif, yakni kelompok yang memanfaatkan air hanya
sebagai media seperti pertumbuhan ikan, sumber energi listrik, dan rekreasi.
Alokasi sumber daya air harus memenuhi kriteria efisiensi, equity, dan
sustainability (berkelanjutan).

Mekanisme alokasi sumber daya air

a) Queuing System (sistem antrian)


 Riparian Water Right (dikembangkan di Inggris)
Dalam sistem ini, seorang pemilik lahan yang berada didekat
sungai atau danau (Riparian) memiliki hak yang sama dengan pemilik
lahan riparian lainnya untuk memanfaatkan air. Hak kepemilikan tidak
hilang jika pemilik air tidak memanfaatkannya. Sistem ini memberlakukan
prinsip antrian karena yang berada di hulu sungai memiliki hak terlebih
dahulu atas air dibandingkan yang di hilir. Kelemahan sistem ini adalah
inefisiensi pemanfaatan air.
 Prior Approppriation Water Right
Hak atas kepemilikan air diperoleh melalui kepemilikan turun
menurun. Hak kepemilikan dapat hilang jika pemilik tidak menggunakan
sumber daya air untuk kepentingan bermanfaat. Masalah yang sering
timbul pada sistem ini adalah kepemilikan.
b) Water Pricing
Salah satu model alokasi sumber daya air yang didasarkan pada
water pricing adalah marginal cost pricing(MCP).
Secara teoritis, mekanisme MCP ini dianggap paling efisien dan
dapat menghindari terjadinya underpriced (penilaian dibawah harga) dan
penggunaan yang berlebihan (overuse). Kelemahan mekanisme MCP ini
adalah menyangkut aspek kesetaraan (equity).
c) Alokasi publik
Air merupakan barang publik sehingga diperlukan investasi
pemerintah dalam pengalokasiannya. Contoh alokasi publik adalah irigasi.
Keunggulan: alokasi publik dapat menjawab aspek equity karena
pemerintah dapat mengalokasikan air kedaerah yang tidak mencukupi
sehingga masyarakat miskin dapat mengakses air.
Kelemahan: namun alokasi sering kedaerah yang kebutuhan tinggi tapi
kemampuan membayar rendah.
d) Alokasi berdasarkan penggunaan (user-based)
Karakteristik sistem alokasi ini adalah pentingnya peran
kelembagaan. Kelebihan: fleksibilitas untuk beradaptasi terhadap pola
perubahan yang terjadi pada kebutuhaan lokal, lebih berkelanjutan dan
lebih dapat diterima secara politis.
Kelemahan: kurangnnya kapasitas kelembagaan lokal dalam menangani
kebutuhan intersektoral, seperti kebutuhan rumah tangga dan industri.

e) Alokasi berbasis pasar (water market)


Water market adalah pertukaran hak atas pemanfaatan air (water use
right).
Kelebihan: memungkinkan terjadinya pengukuhan atas pengolahan air;
memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk bereaksi
terhadap perubahan permintaan dan penawaran; penggunaan
air dalam sistem pasar ini lebih diberdayakan.
Kelemahan: sulit untuk penegakan aturan menyangkut pengambilan air,
rawan terhadap dampak negatif lingkungan.

3. Nilai Ekonomi Air Bawah Tanah dan Air Permukaan


a) Nilai Ekonomi Air Tanah
Sebagai bagian dari sumberdaya air, saat ini air tanah lebih cenderung
diapresiasi dengan nilai yang rendah (undervalued), terutama dalam kondisi
dimana air tanah tersebut bersifat common property. Menurut Fauzi (2006), hal
ini disebabkan karena pada saat sumberdaya tersebut tidak dimiliki dengan jelas,
ia akan menjadi common pool dimana setiap pengguna sumberdaya air meyakini
bahwa ekstraksi yang dilakukannya tidak akan mempengaruhi stok sumberdaya
air, sehingga deplesi dari sumberdaya air dinilai tanpa harga (zero price). Lebih
lanjut lagi Kemper et al. (2006) menyebutkan bahwa pada kondisi tersebut,
pengguna sumberdaya air tanah akan menerima manfaat penuh dari keberadaan
sumberdaya air tanah, namun mengabaikan biaya-biaya yang harus dibayarkan
atas ekstraksi sumberdaya air tanah yang mereka lakukan.
Menurut Kemper et al. (2006), biaya yang dibayarkan oleh pengguna air
tanah pada umumnya hanya berkisar pada biaya untuk memperoleh air tanah
seperti biaya pengeboran (capital cost) dan biaya pengoperasian serta
pemeliharaan pompa untuk ekstraksi air tanah (Operation and Mantainance Cost),
namun mengabaikan biaya-biaya lainnya seperti biaya eksternalitas dan biaya
sosial yang timbul akibat kegiatan ekstraksi yang dilakukan. Dalam sudut
pandang ekonomi, kondisi undervaluation ini akan menyebabkan inefisiensi
dalam penggunaan sumberdaya air tanah.
Menurut Jones et al. (2000), estimasi nilai ekonomi total air seharusnya
melibatkan semua nilai, baik nilai guna (use value) maupun nilai bukan guna
(non-use value). Nilai guna langsung (direct use value) dari air merujuk pada
penggunaan air untuk menunjang kehidupan dan aktivitas ekonomi manusia,
sedangkan nilai guna tidak langsung (indirect use value) terkait dengan fungsi air
sebagai suatu ekosistem. Nilai pilihan (option value) merupakan nilai untuk
mempertahankan nilai air yang akan digunakan di waktu yang akan datang, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sementara itu, nilai bukan guna (non-use
value) meliputi nilai pengetahuan tentang ketersediaan air untuk generasi
mendatang (bequest value) dan nilai intrinsik dari ekosistem air (existance value).
Adapun National Research Council (1997) mengklasifikasikan nilai
sumberdaya air tanah berdasarkan dua terminologi, yakni berdasarkan nilai air
tanah secara fisik (physical state terminology) dan nilai air tanah secara ekonomi
(economic terminology). Secara fisik air tanah terdiri dari nilai guna (extractive
value) yaitu apabila air tanah dimanfaatkan atau digunakan untuk berbagai
keperluan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan nilai in-situ yaitu manfaat atas
air tanah apabila dibiarkan tetap dalam kondisi aslinya. Nilai guna air tanah terdiri
dari kegunaan air tanah untuk berbagai keperluan domestik, pertanian, dan
industri, sedangkan nilai in-situ terdiri dari manfaat ekologis, manfaat buffering,
nilai pencegahan atas amblesan tanah dan muka air tanah (land subsidence
avoidance values) dan instrusi air laut serta manfaat rekreasi.
Selanjutnya apabila ditinjau dari sudut pandang ekonomi (economic
terminology), nilai air tanah diklasifikasikan menjadi nilai guna (use values) dan
nilai bukan guna (non-use values). Nilai guna merujuk pada penggunaan air baik
secara langsung maupun tidak langsung yang mencakup semua nilai pada
extractive value yang identik dengan nilai guna langsung (direct use value) dan
in-situ value yang identik dengan nilai guna tidak langsung (indirect use value).
Adapun untuk nilai bukan guna terdiri dari nilai keberadaan (existance value) dan
nilai warisan (bequest value).
b) Metode Valuasi Ekonomi Air Tanah
Ekstraksi yang berlebihan oleh industri dan domestik secara kolektif pada
sumber air tanah di Kelurahan Harapan Jaya menyebabkan menurunnya kuantitas
dan kualitas air tanah. Kondisi ini semakin diperburuk oleh perkembangan
pemukiman penduduk yang semakin pesat dan tidak teratur sehingga
menyebabkan masuknya zat pencemar yang berasal dari kebocoran pada saluran
pembuangan limbah ke dalam sistem akuifer atau air tanah, sehingga
menyebabkan air tanah tidak dapat lagi dikonsumsi secara bebas. Pencemaran
yang terjadi pada sumber air tanah ini merupakan kerugian bagi penduduk
setempat karena berkurangnya sumber air bersih yang dapat mereka manfaatkan
untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Salah satu pendekatan untuk mengukur kehilangan ekonomi akibat
pencemaran adalah berdasarkan perilaku pencegahan (averting behaviour
method). Perilaku pencegahan adalah tindakan yang dilakukan rumah tangga yang
bertujuan untuk mengurangi atau menghindari bahaya akibat kerusakan pada
suatu ekosistem. Menurut Fauzi (2006), metode tersebut merupakan salah satu
teknik valuasi ekonomi non-pasar berbasiskan biaya (cost-based approach) yang
mengandalkan harga implisit dimana keinginan membayar seseorang terungkap
melalui model yang dikembangkan (revealed willingness to pay).
Menurut National Research Council (1997), sedikitnya terdapat tiga
respon yang terkait dengan upaya yang dilakukan oleh rumah tangga dalam
mengurangi dampak akibat pencemaran air tanah yakni:
(1) membeli durable goods, misalnya alat-alat penyaring (filter) untuk
memberikan perlakuan semacam water treatment terhadap air tanah sebelum
dikonsumsi;
(2) membeli nondurable goods, misalnya air galon; dan
(3) merubah kebiasaan sehari-hari untuk menghindari dampak kerusakan
akibat pencemaran, misalnya
(a) memasak atau mendidihkan air yang digunakan untuk keperluan
memasak dan minum atau
(b) mengurangi frekuensi atau lamanya penggunaan air tanah untuk
keperluan mencuci ataupun mandi apabila adanya indikasi bahan pencemar, baik
organik maupun kimia dalam kandungan air tanah tersebut.
Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa rumah tangga merespon
perubahan pada harga, kuantitas dan kualitas sumberdaya non-market dengan
melihat pembelian barang pasar yang serupa atau memiliki hubungan dengan
sumberdaya non-market tersebut. Biaya-biaya tersebut akan mengestimasi
kemampuan membayar maksimum dari masyarakat untuk perbaikan kualitas air
tanah atau air sumur. Namun, menurut Brouwer dan Pearce (2005), biaya dari
perilaku pencegahan ini memiliki kekurangan. Pertama, pengeluaran atau biaya
seringkali menaksir terlalu rendah nilai pada kualitas sumberdaya. Kedua,
pendekatan ini hanya berlaku ketika terdapat perilaku pencegahan yang memilki
nilai pasar.
Untuk memperoleh nilai kerugian atas pencemaran air tanah yang terjadi
digunakan teknik yang relevan dengan pendekatan averting behavior method
yakni metode biaya pencegahan (preventive expenditure). Pendekatan ini
merupakan teknik yang memperkirakan valuasi minimal dari individu, habitat
atau kualitas lingkungan dalam hal kesedian mengeluarkan biaya agar terhindar
dari pengaruh kurang baik pada habitat atau lingkungan. Pendekatan ini mengkaji
pengeluaran yang sesungguhnya yang mampu dilakukan orang agar terhindar dari
kerusakan yang disebabkan degradasi lingkungan. Pendekatan tersebut
memberikan nilai pada hal-hal di dalam lingkungan yang dirasa negatif dengan
mencari bagaimana individu atau kelompok membelanjakan uang agar terhindar
dari dampak negatif. Dalam hal ini dampak negatif belum terjadi, namun individu
atau kelompok percaya akan mengalami dampak negatif jika pengeluaran untuk
tindakan pencegahan tidak dilakukan (Jones et al., 2000).
Menurut Jones et al. (2000), individu atau kelompok sering mengeluarkan
uang untuk menghindari atau mengeliminasi kerusakan yang disebabkan dampak
lingkungan yang merugikan. Biaya pencegahan ini menciptakan harga implisit
dari kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati yang baik, namun dianggap
merupakan estimasi minimum dari keuntungan perbaikan lingkungan tersebut.
Dalam teknik ini diasumsikan bahwa individu mengeluarkan uangnya untuk
mencapai perbaikan kualitas lingkungan yang setidaknya setara dengan
sumberdaya yang hilang. Selain kerugian berupa biaya pencegahan yang harus
dikeluarkan oleh rumah tangga atas upaya mereka untuk melakukan tindakan
pencegahan akibat pencemaran air tanah yang terjadi, terdapat pula biaya lain
yang timbul akibat rumah tangga masih menggunakan sumber air tanah yang
telah tercemar sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-harinya karena kesulitan
untuk memperoleh alternatif sumber air bersih lainnya. Menurut National
Research Council (1997), berdasarkan berbagai kasus pencemaran air tanah yang
telah terjadi, konsumsi atas air tanah yang tercemar dapat menyebabkan
pengkonsumsinya terkena penyakit kronis jangka panjang, seperti kanker ataupun
premature death.
c) Nilai Ekonomi Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang terdapat di sungai, danau, atau rawa air
tawar. Air permukaan secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi dan
secara alami menghilang akibat aliran menuju lautan, penguapan, dan penyerapan
menuju ke bawah permukaan.
Meski satu-satunya sumber alami bagi perairan permukaan hanya
presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem dalam suatu
waktu bergantung pada banyak faktor. Faktor-faktor tersebut termasuk kapasitas
danau, rawa, dan reservoir buatan, permeabilitas tanah di bawah reservoir,
karakteristik aliran pada area tangkapan air, ketepatan waktu presipitasi dan rata-
rata evaporasi setempat. Semua faktor tersebut juga memengaruhi besarnya air
yang menghilang dari aliran permukaan.
Aktivitas manusia memiliki dampak yang besar dan kadang-kadang
menghancurkan faktor-faktor tersebut. Manusia seringkali meningkatkan
kapasitas reservoir total dengan melakukan pembangunan reservoir buatan, dan
menguranginya dengan mengeringkan lahan basah. Manusia juga sering
meningkakan kuantitas dan kecepatan aliran permukaan dengan pembuatan
sauran-saluran untuk berbagai keperluan, misalnya irigasi.
Kuantitas total dari air yang tersedia pada suatu waktu adalah hal yang
penting. Sebagian manusia membutuhkan air pada saat-saat tertentu saja.
Misalnya petani membutuhkan banyak air ketika akan menanam padi dan
membutuhkan lebih sedikit air ketika menanam palawija. Untuk mensuplai petani
dengan air, sistem air permukaan membutuhkan kapasitas penyimpanan yang
besar untuk mengumpulkan air sepanjang tahun dan melepaskannya pada suatu
waktu tertentu. Sedangkan penggunaan air lainnya membutuhkan air sepanjang
waktu, misalnya pembangkit listrik yang membutuhkan air untuk pendinginan,
atau pembangkit listrik tenaga air. Untuk mensuplainya, sistem perairan
permukaan harus terisi ketika aliran arus rata-rata lebih rendah dari kebutuhan
pembangkit listrik.
Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air
permukaan dari area tangkapan hujan lainnya dengan kanal atau sistem perpipaan.
Dapat juga ditambahkan secara buatan dengan cara lainnya, namun biasanya
jumlahnya diabaikan karena terlalu kecil. Manusia dapat menyebabkan hilangnya
sumber air permukaan dengan menjadikannya tidak lagi berguna, misalnya
dengan cara polusi. Brasil adalah negara yang diperkirakan memiliki suplai air
tawar terbesar di dunia, diikuti oleh Rusia, Kanada, dan Indonesia.

4. Nilai Ekonomi Daerah Aliran Sungai


Daerah aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan hamparan
wilayah yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-
anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet) (Dunne dan Leopold, 1978). DAS terdiri
dari tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu pada umumnya
didominasi oleh jenis tegakan hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air,
sedangkan daerah hilir merupakan daerah pemanfaatan. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 42 tahun 2008 tentang sumberdaya air, daerah aliran sungai adalah
suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alamiah yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan.
Menurut Undang-Undang No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya air, air adalah
semua air yang terdapat di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat di atas,
ataupun di bawah permukaan tanah.
Air adalah output dari suatu DAS dan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
diperlukan oleh semua mahluk hidup. Kebutuhan akan air untuk keberlangsungan hidup
manusia sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pemanfaatan air untuk pemenuhan kebutuhan
belum dapat digantikan dengan barang lainnya. Air digunakan untuk keperluan domestik
rumah tangga (mandi, minum, dan masak) juga dapat digunakan untuk irigasi (pertanian
padi sawah), pembangkit listrik, dan perikanan. Ketersediaan air mempengaruhi banyak
sektor dalam kehidupan manusia, dalam hal ini tidak hanya jumlah air yang tersedia
(kuantitas) namun kualitas serta distribusi air yang ada di suatu wilayah tertentu menjadi
faktor penentu dalam kesejahteraan hidup manusia.
Suparmoko (2000), air merupakan produk penting hutan sebab salah satu fungsi
hutan adalah menahan air hujan, lalu dilepas secara perlahan melalui mata air maupun
sungai. Selain itu air menjadi sesuatu yang dapat dinilai karena air dapat memberikan
manfaat dan kegunaan bagi individu maupun masyarakat. Nilai yang dimiliki air dapat
berupa nilai ekonomi yaitu air dapat secara langsung memberikan manfaat berupa
pendapatan. Ketersediaan air erat kaitannya dengan keberadaan hutan yang ada di
wilayah tersebut. Air yang ada merupakan hasil penyimpanan dan penyerapan yang
dilakukan akar tanaman pada suatu kawasan hutan sehingga perlu adanya keseimbangan
dalam pengelolaan lahan hutan untuk menjaga ketersediaan air.
Sumberdaya air adalah bagian dari DAS yang antara lain terdiri dari subsistem
sumber daya lahan, sumberdaya hutan, sumberdaya sosial, ekonomi, budaya, dan
sumberdaya air itu sendiri sehingga pengelolaan sumberdaya air tidak terlepas dari
pengelolaan DAS. Pengelolaan DAS dengan strategi yang baik akan memperoleh
sumberdaya air yang baik pula (Hutabarat dalam Suparmoko, Khan, Waluyo, 2004).
DAS dapat dipandang sebagai suatu sistem hidrologi yang dipengaruhi oleh peubah
presipitasi (hujan) sebagai masukan ke dalam sistem. DAS mempunyai karakter yang
spesifik serta berkaitan erat dengan unsur-unsur utamanya seperti jenis tanah, topografi,
geologi, geomorfologi, vegetasi dan tata guna lahan. Karakteristik DAS dalam merespon
curah hujan yang jatuh dapat memberi pengaruh terhadap besar kecilnya
evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran
sungai (Seyhan, 1990).
Menurut penelitian yang dilakukan Handayani (2009) Taman Wisata Bumi
Kedaton adalah tempat wisata yang dikelola dengan tujuan wisata dan rekreasi yang
memanfatkan air dari DAS Way Betung sehingga TWBK berkewajiban melestarikan
hutan di hulu DAS tersebut. Untuk mengetahui besarnya dana rehabilitasi yang
dibutuhkan, maka perlu diketahui nilai ekonomi wisata air TWBK disekitar DAS Way
Betung dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan (travel cost) dan kesediaan
pengunjung TWBK untuk membayar rehabilitasi hutan dan lahan dengan metode
kontingensi, yaitu willingness to pay (WTP).
Pasaribu (2009) menyatakan dalam penelitiannya bahwa DAS Betung merupakan
salah satu pemasok air baku bagi PDAM Kota Bandar Lampung yang telah mengalami
kerusakan. Kerusakan DAS Betung diakibatkan perubahan penggunaan lahan tanpa
konservasi tanah dan air yang secara tidak langsung mempengaruhi debit maksimum dan
minimum serta menurunnya produktivitas lahan.
Berdasarkan hasil penelitian Febrianto (2009) DAS Way Betung merupakan salah
satu DAS di Provinsi Lampung yang menjadi sumber air bagi petani padi sawah dan
rumah tangga di hulu DAS Way betung sehingga petani padi sawah dan rumah tangga
berkewajiban melestarikan DAS Way Betung dengan merehabilitasi hutan dan lahan.
Untuk mengetahui biaya rehabilitasi hutan dan lahan maka perlu diketahui persepsi
pemanfaatan air dan nilai ekonomi pemanfaatan air. Persepsi pemanfaatan air
menggunakan metode willingness to pay (WTP) sedangkan nilai ekonomi pemanfaatan
air menggunakam pendekatan harga air pertanian padi sawah dan rumah tangga.
Hasil penelitian terdahulu yang dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan, DAS
yang berperan penting dalam kehidupan manusia perlu dijaga. kelestariaan demi
kelangsungan hidup manusia dengan pertimbangan biaya rehabilitasi dan kesediaan
masyarakat membayar.
Menurut Davis dan Johnson (1987), penilaian adalah kegiatan yang berkaitan
dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa.
Penilaian peranan ekosistem, termasuk kawasan konservasi, bagi kesejahteraan manusia
merupakan pekerjaan yang sangat kompleks mencakup berbagai faktor yang berkaitan
dengan nilai sosial dan politik.
Secara tradisional nilai yang terjadi didasarkan pada interaksi antara manusia
sebagi subjek (penilai) dan objek (sesuatu yang dinilai) (Pearce dan Moran,1994;
Turner,1994). Setiap individu memiliki sejumlah nilai yang yang dikatakan sebagai nilai
penguasaan (held value) yang merupakan basis refrensi individu. Pada akhirnya nilai
objek ditentukan oleh bermacam-macam nilai yang dinyatakan (assigned value) oleh
individu (Pearce dan Turner, 1990).

TEV =UV+NUV
UV= DUV+IUV+OV
NUV=XV+BV
TEV=(DUV+IUV+OV)+(XV+BV)
Keterangan :
TEV : Total Economic Value (Nilai Ekonomi Total)
UV : Use Value (Nilai Penggunaan)
NUV : Non Use Value (Nilai Intrinsik)
DUV : Direct Use Value (Nilai Penggunaan langsung)
IUV : Indirect Use Value (Nilai Penggunaan tak langsung)
OV : Option Value (Nilai Pilihan)
XV : Existence Value (Nilai Keberadaan)
BV : Bequest Value (Nilai Warisan).
Konsep dasar penilaian ekonomi adalah kesediaan membayar dari individu untuk
sumber daya dan jasa lingkungan yang diperolehnya atau kesediaan untuk menerima
kompensasi akibat adanya kerusakan dilingkungan sekitarnya. Berdasarkan analisis
ekonomi lingkungan, penilaian keuntungan perubahan lingkungan sangat kompleks
karena nilai tersebut tidak hanya nilai monereter (berupa uang) dari konsumen yang
menikmati langsung (user) jasa perbaikan kualitas tapi juga nilai yang berasal dari
konsumen potensial dari orang lain dengan alasan tertentu (non user) (Hufscmidt, James
dan Dixon, 1996).

5. Implementasi Benefit Cost Analisys Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Air


Dalam ilmu ekonomi kesejahteraan diterapkan, seperti dalam analisis biaya-
manfaat, yang sering digunakan adalah nilai uang perkiraan, terutama karena pendapatan
merupakan distribusi efek faktor dalam analisis. Tidak ada persyaratan dari ukuran
kuantitatif yang unik dari perbaikan kesejahteraan tersirat ini. Aspek lain dari
kesejahteraan memperlakukan pendapatan/barang distribusi, termasuk kesetaraan,
sebagai dimensi lebih lanjut dari kesejahteraan.
Kesejahteraan sosial mengacu pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan asumsi cukup kuat, ia bisa ditetapkan sebagai penjumlahan dari kesejahteraan
semua individu dalam masyarakat.
Dilain hal masalah ekonomi kesejahteraan mengklasifikasikan, meliputi
eksternalitas, ekuitas, keadilan, ketimpangan, dan altruisme. Kesejahteraan ekonomi
menggunakan banyak teknik yang sama seperti ekonomi mikro dan dapat dilihat sebagai
teori ekonomi mikro menengah atau lanjutan. Hasilnya dapat diterapkan pada ekonomi
makro sehingga masalah ekonomi kesejahteraan adalah sedikit dari jembatan antara dua
cabang ilmu ekonomi. Analisis biaya-manfaat merupakan aplikasi spesifik dari teknik
kesejahteraan ekonomi, tetapi tidak termasuk aspek pendapatan distribusi.
Pareto kesejahteraan ekonomi bertumpu pada asumsi penilaian bahwa, jika perubahan
tertentu dalam perekonomian dan dari setidaknya satu orang yang lebih baik dan tidak
ada individu lebih buruk, kesejahteraan sosial dapat dikatakan mengalami peningkatan.
Kesejahteraan ekonomi memberikan dasar untuk menilai prestasi pasar dan kebijakan
keputusan dalam mengalokasikan sumber daya.
Salah satu alat analisis dalam memilih bagaimana agar sumber daya air yang
tersedia dapat menciptakan hasil yang optimal, adalah apa yang disebut analisis manfaat
biaya (benefit cost analysis). Pada prinsipnya analisis ini mencoba menghitung
keuntungan/manfaat yang akan diperoleh dan biaya kerugian yang akan ditanggung
sebagai akibat pengembangan suatu sumber daya air. Selisih antara manfaat dan biaya
tersebut disebut manfaat bersih (net benefit). Suatu prinsip yang ideal dalam
kebijaksanaan penggunaan sumber daya air adalah membuat pengeluaran-pengeluaran
bagi setiap tujuan sedemikian rupa sehingga manfaat (marginal benefit) dari pengeluaran
satuan rupiah yang terakhir marjinal benefit lebih besar atau paling tidak sama dengan
hilangnya manfaat dari kegiatan-kegiatan lain karena pengeluaran tersebut (marginal
cost).
Dengan menyamakan tambahan manfaat (marginal benefit=MB) sama dengan
tambahan biaya marjinal (marginal cost= MC), maka akan berarti tercapainya pemecahan
masalah alokasi faktor-faktor produksi (input) yang maksimal dalam kegiatan
pengambilan sumber daya tersebut. Ini berarti terpenuhinya suatu keadaan dimana setiap
kegiatan pengambilan sumber daya air akan menghasilkan suatu manfaat yang paling
tidak sama dengan nilai barang-barang yang hilang dari kegiatan lain yang tidak jadi
dilaksanakan pada saat ini, atau dari kegiatan yang sama pada saat yang akan datang.
Dengan demikian akan berarti pula bahwa manfaat dari tambahan kegiatan pengambilan
sumber daya air akan melebihi atau paling tidak sama dengan biaya alternatif
(opportunity cost).
Analisis perbandingan biaya dan manfaat ini dapat digunakan untuk mengatasi
layak atau tidaknya pengambilan suatu jenis sumber daya air, misalnya pertambangan di
hutan lindung atas dasar berbagai teknik penambangan. Walaupun demikian harus
diperhatikan hal-hal, berikut:
1. Dalam keadaan yang sesungguhnya seringkali kenyataan yang ditemui
berbeda dengan rencana-rencana yang dibuat berdasarkan suatu ramalan. Data
yang diperlukan tidak tersedia atau data yang ada banyak yang tidak
sempurna.
2. Kita harus memperluas pengertian kita mengenai biaya dan manfaat tambahan
yaitu menjadi tambahan biaya sosial (social marginal cost=SMC) dan
tambahan manfaat sosial (sosial marginal benefit=SMB) yang memasukkan
dimensi lingkungan.
3. Yang paling penting adalah menyatakan besarnya manfaat dan biaya dalam
nilai uang tertentu. Tanpa mengetahui nilai uang ini maka analisis SMB=SMC
tidak ada gunanya, atau setidak-tidaknya kurang bermanfaat. Untuk itu
biasanya digunakan harga bayangan (shadow price atau accounting price).
Yang menjadi persoalan selanjutnya ialah bagaimana kita dapat membandingkan
antara manfaat total (total benefit) dan biaya total (total cost) , sehingga dapat ditentukan
proyek atau kegiatan mana yang harus dilaksanakan. Di antara berbagai proyek,
hendaknya dipilih proyek yang memberikan manfaat bersih (net benefit) (selisih antara
manfaat total dan biaya total) yang terbesar yaitu dimana SMB=SMC. Prinsip pertama
yang harus diingat adalah bahwa proyek-proyek itu harus memiliki net present value
(NPV)>0 atau B/C ratio >1, artinya manfaat harus lebih besar dari pada biaya atau
pengorbanannya. Kemudian di antara proyek-proyek yang NPV>0 dan B/C>1 itu dipilih
yang nilainya paling tinggi dengan biaya yang sama.
Pada sisi manfaat pengusaha akan menghitung aliran pendapatan yang akan
diterima selama jangka waktu pengoperasian. Untuk menentukan besarnya aliran tersebut
dapat digunakan dua cara perhitungan yaitu:
1. Menentukan nilai sekarang (present value) dari keuntungan bersih
yang akan diperoleh, atau
2. Melalui penentuan tingkat hasil kembali (rate of return) dari
pengusahaan tersebut.
Digunakannya nilai sekarang sebagai ukuran disebabkan biaya yang dikeluarkan
dan penerimaan yang diperoleh tidak terjadi dalam suatu waktu tertentu, namun akan
terjadi selama jangka umur perusahaan. Oleh sebab itu seluruh biaya dan penerimaan
perlu dinilai kembali menurut nilai pada waktu tertentu. Umumnya tahu permulaan
dijadikan pedoman. Jadi nilai sekarang yang dimaksudkan adalah seluruh biaya dan
penerimaan yang dinilai menurut nilai pada tahun permulaan pengusahaan.
Perbedaan antara nilai sekarang dan nilai sebenarnya dari biaya dan penerimaan akan
tergantung pada tingkat bunga yang berlaku dan lamanya tenggang waktu antara
permulaan pengusahaan dengan saat dikeluarkannya biaya dan masuknya pendapatan.
Nilai sekarang dari aliran biaya atau penerimaan pada tahun tertentu dapat dirumuskan
sebagai berikut:
PV = PV adalah nilai sekarang, x adalah biaya atau penerimaan pada tahun t, r adalah
tingkat bunga dan t adalah tenggang waktu.
Mengingat aliran biaya dan penerimaan berlangsung selama umur pengusahaan, maka
nilai sekarang dari manfaat bersih sepanjang umur pengusahaan dapat dirumuskan:
PVb = Pengusahaan dikatakan bermanfaat jika nilai PVb positif.
Cara lain penghitungan manfaat pengusahaan adalah menentukan “rate of Return”
atau nilai r dengan cara membuat nilai PVb sama dengan nol. Pengusahaan akan
memberikan manfaat jika “rate of return” tersebut lebih tinggi dari pada tingkat bunga
yang berlaku.
Pertimbangan dan penetuan tingkat bunga tersebut akan sangat berpengaruh dalam
mengambil keputusan konservasi. Keseimbangan manfaat dan biaya menjadi sukar
dengan adanya perbedaan penggunaan tingkat bunga yang dipakai. Sisi manfaat sering
dihitung dengan cara “discounting” atau menilai penerimaan yang akan datang sekarang.
Sedangkan sisi pengeluaran atau biaya untuk konservasi dihitung dengan cara
“coumpounding” atau menilai pengeluaran sekarang ke waktu yang akan datang. Jika
tingkat bunga yang dipakai untuk “discounting” dan “coumpounding” sama besarnya
maka pada jangka waktu tertentu penerimaan pengeluaran tersebut bisa dibandingkan
sehingga bisa diketahui apakah usaha konservasi tersebut akan menguntungkan atau
tidak. Pada kenyataannya “discount” dan “compound” sangat berbeda disebabkan faktor-
faktor tujuan individu pengusaha yang berbeda, kurangnya kesadaran dan pengetahuan,
faktor kelembagaan dan lain-lain.
Disamping itu tingkat bunga yang dikehendaki pengusaha akan sangat tergantung
pada apa yang disebut “time preference” nya. Jika si pengusaha berpandangan lebih baik
menikmati hasil sekarang dari pada di masa mendatang maka sumber daya air cenderung
untuk dieksploitasi segera. Sebaliknya ada pengusaha yang lebih suka mengembangkan
sumber daya air terlebih dahulu, baru dipetik hasilnya di masa mendatang.
Yang menjadi masalah ialah bahwa keuntungan dipihak pengusaha tidak pasti
memberikan keuntungan bagi masyarakat. Para pengusaha sering tidak memasukkan
biaya eksternalitas yang ditanggung masyarakat (misalnya pencemaran lingkungan)
dalam unsur biayanya. Sehingga dari segi kepentingan umum akan lebih baik menghitung
keuntungan dan biaya suatu pengusahaan sumber daya air melalui analisis manfaat biaya
sosial. Dalam hal ini sisi manfaat merupakan keseluruhan manfaat yang diterima
masyarakat (manfaat sosial) dan biaya merupakan biaya dan pengorbanan yang
ditanggung seluruh masyarakat atau biaya sosial. Yang harus dimaksimumkan dalam
analisis ini adalah keuntungan bersih sosial. Tentu saja penghitungan manfaat biaya
sosial menjadi lebih rumit karena manfaat dan biaya yang dihitung tidak hanya terbatas
pada hasil dan biaya yang berwujud uang, namun meliputi pula hasil dan biaya yang
tidak berwujud uang. Sedangkan tingkat bunga yang dipakai merupakan tingkat bunga
sosial. Besarnya tingkat sosial tergantung kepada penilaian pentingnya suatu sumber daya
air bila dilihat dari keuntungan bersih di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Davis, dan Johnson, K. (1987). Forest management 3rd edition. New York: McGraw-Hill

Febrianto, S.S. 2009. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Air Untuk Pertanian dan Rumah Tangga di
Hulu DAS Way Betung dalam Menunjang Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Universitas
Lampung. Skripsi.

Pasaribu, E.E. 2009. Pengaruh Perubahaan Penggunaan Lahan Terhadap Debit Way Betung .
Universitas Lampung. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai