Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Planktonologi

Kelompok 5
Antony van Leeuwenhoek pertama kali menciptakan mikroskop yang sangat
sederhana pada tahun 1676, ia sebenarnya membuka babak baru untuk melihat alam
ini, dalam skala mikro. Ia membuktikan bahwa dalam air, baik air tawar maupun air
laut, terkandung kehidupan yang begitu kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk
berbagai tumbuhan renik, yang tak pernah diketahui orang sebelumnya. Ini
merupakan temuan dasar yang terpenting yang memungkinkan berkembangnya
planktologi di kemudian hari, yakni ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan
plankton.

Gambar 1. Antony van


Leeuwenhoek dengan
mikroskop temuannya
(1676) membuka jalan
untuk pengkajian
plankton
Tetapi untuk mengkaji lebih serius plankton laut baru dimulai sekitar abad
ke-19. G.V. Thompson yang pertama kali mengoleksi plankton dengan
menggunakan jaring halus dan melakukan pengamatan berkala di Irlandia
tahun 1828. Kemudian disusul oleh Johannes Muller di Jerman yang mulai
mengadakan kajian taksonomi , sekitar tahun 1845.

Istilah plankton sendiri baru diintroduksi


oleh Viktor Hensen tahun 1887, yang
berakar dari bahasa Yunani, planktos, yang
berarti menghanyut atau mengembara. Ia
pulalah yang memulai penelitian plankton
secara kuantitatif hingga ia dijuluki juga
sebagai Bapak planktologi kuantitatif. Dari
situ diletakkanlah fundamen yang lebih
kokoh untuk pengembangan planktologi Gambar 2. Victor Hensen (1835-1924),
lebih lanjut. perintis dalam penelitian kuantitatif
plankton. Tahun 1887 ia mengenalkan
istilah “planton”. Kanan : Jaring plankton
untuk penarikan vertikel yang didesain
oleh Hensen.
Sumbangan yang sangat bermakna bagi
perkembangan planktologi adalah dari
ekspedisi kapal HMS Challenger yang
dilaksanakan keliling dunia selama tiga
setengah tahun (1872-1876). Ekspedisi dari
Inggris ini dipandang pula sebagai peletak
fondasi pengetahuan oseanografi modern
yang meliputi aspek fisika, kimia, biologi,
dan geologi. Alat penangkap plankton yang
disebut plankton trawl net sudah digunakan
di kapal itu, ditunjang dengan penggunaan
lapisan yang teratas saja, sampai kedalaman
sekitar 30 m.

Gambar 3. Atas Ekspedisi kapal HMS Challenger keliling dunia (1872-1876)


meletakkan fondasi pengetahuan oseanografi modern. Ekspedisi ini masuk
juga ke perairan Indonesia mengoleksi plankton. Bawah: Sebagian
perlengkapan kapal HMS Challenger untuk mengambil sampel air dan biota
laut, termasuk untuk plankton.
Pada pertengahan decade 1930-an mikrobiologi laut (termasuk bakterioplankton)
mulai dirintis oleh Claude Zobell, dari Scripps Institution of Oceanography,
California. Namun perkembangan bakterioplankton laut ini baru berkembang
pesat setelah usai Perang Dunia II yang lalu.

Liguid Chromatograhy (HPLC) digunakan sebagai acuan umum untuk mengukur


kandungan klorofil dan berbagai pigmen yang mencirikan komposisi fitoplankton.
Perkembangan biokimia telah dimanfaatkan dalam kajian-kajian fisiologi plankton
yang kini mengarah ke fisiologi lingkungan, sedangkan penelitian genetika
dilakukan dengan analisis DNA.
penetapan posisi pengambilan sampel plankton di lapangan sudah dapat
dilakukan dengan sangat mudah, cepat, dan akurat dengan penggunaan Global
Positioning System (GPS) yang portable, berkat kemajuan teknologi satelit.
Pemetaan sudah dilakukan dengan Geographic Information System (GIS) yang
berdasarkan pada data dan informasi berkoordinat.

Teknologi modern telah membuka pula pemahaman baru akan pentingnya


femtoplankton, yakni plankton yang berukuran lebih kecil dari bakteri,
terutama virus laut (viroplankton) dan peranannya dalam ekologi laut.

Gambar 5. Teknologi satelit makin


berkembang pesat dalam dekade
terakhir ini untuk mengamati proses
dinamika di laut. Gambar
menunjukan citara dari satelit Terra
MODIS tanggal 7 juli 2002,
mengindikasikan adanya ledakan
populasi fitoplankton (phytoplankton
bloom) dengan area yang sangat luas
di Timor (dengan warna cerah),
disebelah Tenggara Pulau Timor.
peranannya dalam ekologi laut.
Perkembangan berbagai teknologi modern kini
telah mendorong pula berkembangnya
pendekatan- pendekatan baru dalam kajian
tentang peran plankton dalam perspektif global,
misalnya dalam pengendalian iklim dan global
(global climate) yang mempengaruhi kehidupan
di seantero planet bumi ini, tidak saja yang ada di
dalam laut. Demikian pula tentang peranan
plankton dalam daur karbon (carbon cycle) di
bumi ini.

Anda mungkin juga menyukai