Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MIKROBIOLOGI PANGAN

“INDIKATOR MIKROBIOLOGIS PADA PENGUKURAN KUALITAS AIR”

KELOMPOK 8

NAMA:

1. PAULA MARIA D. S. MAU


2. JAR E. HAWU
3. ALVIN Y. LETE
4. NONA BUSU
5. EMILIA WAHA GENING

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNDANA

APRIL

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan
kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama
pembangunan (PP No 82 TAHUN 2001). Oleh karena itu, diperlukan pelestarian
fungsi air, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijak
untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.
Air bersih merupakan kebutuhan vital bagi manusia. Namun, air bersih, baik
berasal dari permukaan dan tanah, dikhawatirkan tercemar. Pencemaran ini terjadi
akibat; Kontaminasi air laut ke dalam air tanah, Kontaminasi jenazah manusia dan
bangkai hewan di badan air, serta aliran air hujan yang terkontaminasi jenazah
manusia dan bangkai hewan, Genangan sisa air tsunami, Kontaminasi
mikroorganisme pathogen dan infeksius dalam air tanah dan air sumur dan
Terlepasnya material limbah dari tangki penimbunan bahan-bahan yang bersifat
limbah berbahaya dan beracun (B3) (Sutapa dan Widiyanto, 2014)
Ketentuan WHO dan APHA (American Public Health Association)
menyatakan kualitas mikrobiologis air ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya
bakteri E. coli di dalam air dan jumlah bakteri tersebut di dalamnya. Kualitas air pada
sarana air bersih yang bukan perpipaan atau sumur gali, yang aman untuk digunakan
masyarakat berdasarkan paramater mikrobiologi adalah tidak mengandung bakteri
koliform lebih dari 50 pada setiap 100 ml air bersih, sedangkan air minum yang aman
untuk dikonsumsi masyrakat adalah tidak mengandung bakteri koliform setiap 100 ml
air bersih. Bakteri koliform, termasuk di dalamnya fecal coliform, eschericia coli,
klebsiela dan lain-lain (Randa dkk, 2016)
Menurut Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika, air dalam
kemasan pun tetap bisa terkontaminasi. Di Negara ini air minum dalam kemasan
terbagi menjadi dua. Yaitu yang berasal dari air dalam kota, dan mata air alami. Yang
lebih patut diwaspadai, adalah air yang berasal dari dalam kota sendiri. Air itu diambil
dari pemasok dalam kota ke sebuah pabrik, dibersihkan, lalu dikemas. Lazimnya, air
berasal dari saluran terbuka, waduk, lelehan salju, atau sumber di permukaan tanah.
Sejauh ini, belum ada kasus karena kontaminasi air alami.

2
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai penting air bagi organisme dan potensi bahayanya bagi
manusia?
2. Untuk menjelaskan bakteri Coliform yang terkandung dalam air?
3. Untuk menegtahui metode MPN (Most probably number) dan metode filtrasi
dengan membran?

C. Manfaat
Agar kita dapat mengetahui bahaya mengkonsumsi air tercemar bagi
kesehatan manusia, dan mengetahui kualitas air dengan menggunakan indikator
mikrobiologis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nilai penting air bagi organisme dan potensi bahayanya bagi manusia
Air adalah merupakan sumberdaya yang paling penting dalam kehidupan
manusia maupun makhlukhidup lainnya. Dalam sel mahkluk hidup hampir 60%
komponen utamanya adalah air. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air
juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga
listrik, dan transportasi. Air sangat penting di dalam mendukung kehidupan manusia,
air juga mempunyai potensi yang sangat besar jika air tersebut tercemar, dalam
menularkan atau mentransmisikan berbagai penyakit, Meningkatnya jumlah penduduk
dan kegiatan pembangunan telah mengakibatkan kebutuhan akan air meningkat tajam.
Di lain pihak, ketersediaan air semakin terbatas bahkan dibeberapa tempat sudah
terjadi kekeringan. Hal itu semua terjadi sebagai akibat dari kualitas lingkungan hidup
yang menurun, seperti pencemaran, penggundulan hutan, dan lain-lain (Susana, 2003)
Selain bagi manusia peran air bagi tumbuhan sangat banyak, Maryani (2012)
menyatakan bahwa ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi
tanaman sangat penting. Peranan air pada tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa
molekul organik (unsur hara) dari dalam tanah kedalam tanaman, transportasi
fotosintat dari sumber (source) ke limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya
dalam pembesaran sel dan membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari
protoplasma serta pengatur suhu bagi tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang
bagi tanaman maka akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur
hara ke daun akan terhambat sehingga akan berdampak pada produksi yang
dihasilkan.
Air sebagai lingkungan hidup, merupakan tempat hidup bagi makhluk hidup,
misalnya ikan. Pada hewan, air juga dapat berfungsi menjaga suhu tubuh misalnya
hewan yang merendam diri di air (kubangan) pada saat panas terik. Selain itu,
kebutuhan air di dalam tubuh untuk kelancaran kerja enzim (fisiologis tubuh). Air
diperlukan untuk media kerja enzim. Seperti kita ketahui air merupakan pelarut
universal sehingga dengan adanya air, zat-zat dapat melarut sehingga akan

4
memudahkan kerja enzim. Jadi, dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bagaimana
peran air begitu besar dalam kehidupan mahkluk hidup.
Selanjutnya adalah potensi bahaya air bagi manusia: Bahaya atau resiko
kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya
langsung terhadap kesehatan manusia/masyarakat dapat terjadi akibat mengkonsumsi
air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik secara langsung diminum
makanan, dan akibat penggunaan air yang tercemar untuk berbagai kegiatan sehari-
hari untuk misalnya mencuci peralatan makan dll, atau akibat penggunaan air untuk
rekreasi. Bahaya terhadap kesehatan masyarakat dapat juga diakibatkan oleh berbagai
dampak kegiatan industri dan pertanian. Sedangkan bahaya tak langsung dapat terjadi
misalnya akibat mengkonsumsi hasil atau melalui perikanan dimana produk-produk
tersebut dapat mengakumulasi zat-zat atau polutan berbahaya. Pencemaran air oleh
virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada
sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan dari pusat
pengolahan ke konsumen. Disamping hal tersebut diatas, resiko kesehatan juga dapat
diakibatkan oleh polusi senyawa kimia yang tidak menimbulkan gejala yang segera
(acute), tetapi dapat berpengaruh terhadap kesehatan akibat pemaparan yang terus
menerus pada dosis rendah, serta seringkali tidak spesifik dan sulit untuk dideteksi.

PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (WATERBORNE DESEASES)

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan air telah dikenal sejak lama.
Pencemaran air minum oleh air limbah dan/atau oleh kotoran manusia (tinja), yang
mengandung organisme yang dapat menimbulkan penyakit, virus, bakteria patogen dan
sebagainya, dapat menyebar dengan cepat ke seluruh sistem jaringan pelayanan air minum
tersebut, serta dapat menyebabkan wabah atau peledakan jumlah penderita penyakit di suatu
wilayah dalam waktu singkat. Menurut Said (2008) beberapa penyakit yang berhubungan
dengan air yang paling sering berjangkit antara lain:

1. Disentri (Dysentery)
Penyebabnya adalah beberapa jenis bakteri dysentery baccilus, waktu inkubasi 1 - 7
hari, biasanya sekitar 4 hari atau kurang. Gejala penyakitnya antara lain : bakteri
disentri yang masuk melalui mulut akan tumbuh di dalam perut besar, dan berubah
secara lokal ke kondisi sakit misalnya timbulnya bisul pada selapur lendir (mucous

5
membrane). Gejala utama yakni mencret, mulas, demam, rasa mual, muntah-muntah,
serta berak darah campur lendir. Infeksi penyakit ini dapat berjangkit sepanjang tahun.
Penderita dan carriernya adalah sumber penularaan yang utama, dan penularannya
dapat terjadi melalui makanan, air minum atau kontak orang ke orang.
2. Thypus dan Paratyphus
Penyebabnya adalah baccilus thypus dan parathyphus, dengan waktu inkubasi
antara 1 sampai 3 minggu. Bakteri penyakit tersebut masuk melalui mulut dan
menjangki pada struktur lympha (getah bening) pada bagian bawah usus halus,
kemudian masuk ke aliran darah dan akan terbawa ke organ-organ internal sehingga
gejala muncul pada seluruh tubuh misalnya: seluruh badan lemas, pusing, hilang nafsu
makan, dan timbul deman serta badan menggigil. Pada penderita yang serius sering
timbul gejala pendarahan usus. Suhu badan berfluktuasi dan akan turun perlahan-
lahan setelah infeksi berjalan tiga atau empat minggu, dan gejala umum juga hilang.
Untuk penyakit paratyphus, gejalanya hampir sama, hanya lebih lunak. Sumber
penularan yang utama adalah penderita itu sendiri atau carriernya, dan penularan
dapat terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteria yang ada di dalam tinja
penderita melalui air minum, makanan atau kontak langsung.
3. Kholera
Penyebabnya adalah bakteri patogen jenis vibrio cholerae, dan waktu inkubasinya
antara beberapa jam sampai lima hari. Bakteri vibrio cholerae yang masuk melalui
mulut akan berkembang di dalam menghasilkan exotoxin yang menyebabkan rasa
mual. Gejala yang penting yakni mencret atau diare dengan warna putih keruh dan
muntah-muntah. Kadang-kadang juga terjadi dehidrasi, dan pada kasus yang serius
kemungkin an dapat menyebabkan penderita menjadi koma. Keadaan kritis tersebut
dapat dihindari apabila dilakukan penanganan yang sesuai. usus halus (small intestine),
dan Sumber utama penunularan yakni air minum atau makanan yang terkontaminasi
atau tercemar oleh kotoran atau muntahan penderita.
4. Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dengan waktu inkubasi antara 15 sampai 30
hari (biasanya 30 hari). Infeksi umumnya terjadi melalui mulut. Gejala primairnya
antara lain rasa mual, pusing disertai demam, dan rasa lelah/lemas di spesifik seluruh
tubuh. Gelaja antara lain terjadinya pembengkaan liver dan timbul gejala sakit kuning.
Sumber penularan yakni air minum atau makanan yang tercemar oleh kotoran manusia
yang mengandung virus hepatitis A.

6
5. Poliomelistis Anterior Akut.
Penyebabnya adalah virus polio, waktu inkubasi antara 3 sampai 21 hari, biasanya
antara 7 sampai 12 hari. Virus polio masuk melalui mulut dan menginfeksi seluruh
struktur tubuh, kemudian menjalar melalui simpul saraf lokal, dan selanjutnya
menyerang sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Beberapa gejala
dapat terlihat antara yakni demam, rasa meriang/tak enak badan, tenggorokan sakit,
pusing-pusing dan terjadi kejang mulut (bibir atas dan bawah tidak dapat digerakkan).
Sumber infeksi yakni virus polio yang terdapat pada tinja atau dahak penderita atau
virus yang terbawa oleh inangnya (carrier), dan penularan kadang-kadang juga melalui
air minum atau makanan yang terkontaminasi (tercemar).
B. Bakteri Coliform
Keberadaan bakteri Coliform feses dalam lingkungan air menunjukkan bahwa
air telah terkontaminasi dengan feses manusia atau hewan yang mengandung bakteri
atau virus patogen. Kotoran manusia dapat menghasilkan bakteri pathogen berupa
Escherichia coli, Shigella sp., Vibrio cholerae, Campylobacter jejuni dan Salmonella
merupakan anggota dari fecal coliform. Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya
diare pada manusia. Escherechia coli apabila dikonsumsi terus-menerus dalam jangka
panjang akan berdampak pada timbulnya penyakit seperti radang usus, diare, infeksi
pada saluran kemih dan saluran empedu (Arisanty, 2017).
Sebagian besar patogen-patogen saluran pencernaan penyebab berbagai wabah
penyakit enterik tersebut, tergolong famili Enterobacteriaceae. Di antara banyak
mikroorganisme asal feses yang menyebabkan wabah penyakit dari tular air adalah
Salmonella typhi (demam tifus), Shigella spp. (shigellosis), Vibrio cholerae (kolera),
Camphylobacter jejuni (disentri) dan Escherechia coli patogenik (diare). Selain itu
adalah virus seperti virus hepatitis A (infeksi hepatitis), virus polio (poliomelitus), dan
protozoa seperti Entamoeba histilotyca (disentri amuba) dan Giardia.
a. Pengertian Coliform
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator
adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan
produk-produk susu. Adanya bakteri coliform dalam makanan dan minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba enteropatogenik dan toksigenik yang
berbahaya bagi kesehatan (Widianti dan Ristianti, 2004).
Coliform merupakan bakteri yang memiliki habitat normal di usus manusia
dan juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya Escherechia,

7
Citrobacter, Klebsiella, dan Enterobacter. Beberapa definisi juga menambahkan
Serratia, Salmonella dan Shigella sebagai kelompok bakteri Coliform. Kehadiran
bakteri Coliform dinilai untuk menentukan keamanan mikrobiologi dari pasokan air
dan makanan mentah atau makanan yang diolah.
b. Ciri – ciri
Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai kelompok bakteri
berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobilik fakultatif yang
memfermentasi lactose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam suhu
370C. Bakteri Coliform yang berada di dalam makanan atau minuman menunjukkan
kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang
berbahaya bagi kesehatan.
Jiwintarum (2017) menjelaskan bahwa standar Air Minum dan makanan,
menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung Escherichia coli dan
sebaiknya juga bebas dari bakteri Coliform. Standar WHO dalam setiap tahun, 95%
dari sampel-sampel tidak boleh mengandung Coliform dalam 100 ml, tidak ada
sampel yang mengandung Escherichia coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang
mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, tidak boleh ada coliform dalam
100 ml dan dua sampel yang berurutan.
c. Jenis-jenis
Bakteri Coliform dibagi menjadi 2 golongan yaitu Coliform fekal yang berasal
dari tinja manusia, dan Coliform non fekal yang bukan berasal dari tinja manusia.
Contoh coliform fekal misalnya E. Coli sedangkan contoh Coliform non fekal adalah
Enterobacter aerogenes. Menurut Widyaningsih (2016), bakteri coliform adalah
golongan bakteri intestinal, yaitu hidup di dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri
coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya,
bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen.
Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah
koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu,
mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana dari pada mendeteksi
bakteri patogenik lain. Jadi, berdasarkan penjelasan di atas Coliform fekal lebih baik
dalam penentuan indikator kualitas air, makin sedikit kandungan coliform, artinya
kualitas air semakin baik. Bakteri E.coli adalah bakteri yang paling banyak digunakan
sebagai indikator sanitasi karena bakteri ini adalah bakteri komensal pada usus
manusia, umumnya merupakan patogen penyebab penyakit dan relatif tahan hidup di

8
air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang sebenarnya bukan
medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri.

C. Metode MPN (Most probably number) dan Metode filtrasi dengan membran.
a. Metode MPN (Most probably number)
Salah satu metode yang digunakan adalah metode MPN (Most Probable Number).
MPN (Most Probable Number) merupakan uji yang mendeteksi sifat fermentatif
Coliform dalam sampel. Dalam metode MPN digunakan medium cair di dalam
tabung reaksi , dalam hal ini perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung
positif. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati
timbulnya kekeruhan, atau terbentuknya gas di dalam tabung durham untuk
bakteri pembentuk gas. Umumnya untuk setiap pengenceran digunakan 3 atau 5
seri tabung. Makin banyak tabung yang digunakan dalam perhitungan nilai MPN,
akan menunjukkan tingkat ketelitian yang lebih tinggi. Metode MPN biasanya
dilakukan untuk menghitung jumlah bakteri di dalam contoh berbentuk cair,
meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih
dahulu disuspensikan dengan perbandingan 1 : 10 dari contoh tersebut dalam
buffer. Kelompok bakteri yang dapat dihitung dengan metode MPN juga
bervariasi bergantung pada media yang digunakan untuk pertumbuhannya.
Metode Most Probable Number (MPN) mempunyai beberapa kelebihan, salah
satunya pada volume media LBSS dan LBDS menggunakan 10 ml dan 5 ml.
Pemeriksaan kehadiran bakteri coli dari air dilakukan berdasarkan penggunaan
media kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung
durham (tabung kecil yang letaknya terbalik, digunakan untuk menangkap gas
yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas). Tergantung kepada
kepentingan, menggunakan ragam 5 1 1 , 5 ml media LBDS pada 5 tabung dan 5
ml media LBSS pada 2 tabung. Hasil uji MPN adalah pembacaan hasil uji dari
suspensi bakteri Escherichia coli standar 0,5 Mc farland setelah dilanjutkan dari
media LBDS , LBSS ke media BGLB dengan membaca adanya gelombang gas.
Most Probable Number (MPN), dengan langkah-langkah sebagai berikut :
 Persiapan sampel

9
Suspensi Escherichia coli dengan kepekatan sel bakteri 0,5 unit Mc.
Farland dibuat dalam media BHI. Jika kepekatan sudah sama dengan
standar 0,5 Mc farland, lalu masukkan 1 ml dari media BHI tersebut ke
dalam 1000 ml aquadest steril (sebagai sampel air uji).

 Uji pendugaan (Presumptive test)


Uji ini bertujuan untuk menduga adanya bakteri E.coli yang
mempunyai sifat mampu memfermentasi laktosa dengan menghasilkan
gas. Disiapkan media LBSS dan LBDS sesuai dengan dasar MPN yang
digunakan ragam 5 1 1, selanjutnya disiapkan deret tabung reaksi
sesuai jumlah volume media yang divariasikan dengan jumlah tabung
reaksi dalam 1 deret 7 tabung, dimasukkan tabung durham ke semua
tabung dengan posisi terbalik, dimasukkan media LBDS pada 5 tabung
pertama disemua deret tabung sesuai volume media yang divariasikan,
dimasukkan media LBSS pada 2 tabung dari semua deret tabung
variasi sesuai volume media yang di variasikan. Dimasukkan sampel
pada 5 tabung dari semua deret tabung variasi, kemudian tabung yang
berisi media LBSS dimasukkan 1 ml sampel pada satu tabung dan 0,1
ml pada tabung sisanya. Dan dilakukan inkubasi pada suhu 37 0C
selama 48 jam. Hasil positif apabila terjadi terdapat gas dalam tabung
durham.
 Uji penegas (Confirmed test)
Bertjuan untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan media yang
secara umum digunakan adalah Brilliant Green Laktosa Bile Bronth
(BGLB 2%) atau bisa juga mengunakan media selektif dan diferensial
untuk bakteri coli sperti Endo Agar (EA). Disiapkan tabung reaksi
sesuai jumlah tabung yang positf pada uji penduga. Setiap tabung diisi
10 ml media BGLB , dan masukka 1 ose dari tabung positif uji
penduga, masukkan tabung durham ke semua tabung. Inkubasi pada
suhu 370C selama 48 jam. Hasil positif apabila terdapat gas dalam
tabung durham Hasil dibacal dengan mencocokan pada tabel MPN 5-
1-1 Formula Thomas. Adapun uji ini bertujuan untuk menegaskan hasil
positif dari test perkiraan media yang secara umum digunakan adalah

10
Brilliant Green Laktosa Bile Bronth (BGLB 2%) atau bisa juga
mengunakan media selektif dan diferensial untuk bakteri coli sperti
Endo Agar (EA).
 Uji Pelengkap (Complete test)
Dari pertumbuhan coloni pada agar cawan EMB dipilih masing-masing
satu koloni yang mewakili coliform fekal dan satu koloni yang
mewakili coliform non fekal. Uji lengkap dilakukan untuk melihat
apakah isolate yang diambil benar merupakan bakteri Coloform. Dari
masing-masing koloni tersebut dibuat pewarnaan gram dan sisanya
masing-masing dilarutkan kedalam 3 ml larutan pengencer steril. Dari
suspense bakteri tersebut masing-masing diinokulasikan menggunakan
jarum ose kedalam tabung berisi lakose broth dan tabung Durham dan
diinkubasikan selama 35 0C selama 24 jam. Dan diamati pertumbuhan
dan pembentukn gas di dalam laktosa kaldu yang merupakan uji
lengkap keberadaan koloni Coliform. Uji pelengkap dilakukan dengan
menginokulasikan koloni bakteri pada medium agar dengan cara
digoreskan dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35˚C. agar yang
digunakan adalah endo agar dan Eosin Metil Blue (EMB). Pembenihan
pada media agar ini mengakibatkan media agar menjadi bewarna ungu
tua dengan kemilau tembaga metalik dan membentuk koloni dengan
pusat gelap (Willey, 2008).

Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada stiap nilai MPN , dapat
jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi. Adapun ragamnya yaitu (Marsela;
2015) :

1. Ragam 511
a. 5 tabung yang berisi LB double x 10 ml
b. 1 tabung yang berisi LB single x 1 ml
c. 1 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
2. Ragam 555
a. 5 tabung yang berisi LB double x 10 ml
b. 5 tabung yang berisi LB single x 1 ml
c. 5 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
3. Ragam 333

11
a. 3 tabung yang berisi LB double x 10 ml
b. 3 tabung yang berisi LB single x 1 ml
c. 3 tabung yang berisi LB singl x 0,1 ml

b. Metode filtrasi dengan membran


Penyaringan adalah salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi atau memperbaiki kualitas air. Sejak dua puluh tahun terakhir
teknologi penyaringan air telah berkembang dengan pesat yaitu digunakannya
penyaringan membran. Jenis penyaring membran cukup menguntungkan dari segi
teknis, fisis maupun ekonomi. Akan tetapi hasil yang dicapai belum
menggembirakan, karena sifat penyaringannya masih parsial. Jenis membran
menurut tingkat filtrasinya dibedakan menjadi membran microfiltration (MF),
ultrafiltration (UF), nanofiltration (NF) dan reversible osmosis (RO). Membran
type MF menjadi yang paling banyak digunakan karena merupakan modifikasi
pengolahan secara konvensional (Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi) dengan
membran.
Filtrasi merupakan metode yang umumnya digunakan dalam proses pemisahan
pada bagian pemrosesan hilir. Filtrasi merupakan metode pemisahan dengan
melewatkan suatu cairan dengan partikel-partikel di dalamnya melalui suatu celah
dengan ukuran tertentu. Partikel-partikel yang memiliki ukuran lebih kecil dari
pori penyaring akan melewati filter yang disebut filtrat. Pada dewasa ini, metode
filtrasi yang ada sangatlah beragam. Proses filtrasi dengan menggunakan
membran yaitu mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi dan reverse osmosis
dibedakan atas ukuran pori dan tekanan yang digunakan. Pada mikrofiltrasi,
membran memiliki pori antara 0.1 μm sampai 10 μm dengan penggunaan tekanan
0.2-0.6 MPa sedangkan pada ultrafiltrasi, membran memiliki pori antara 0.001 μm
sampai 0.1 μm dengan penggunaan tekanan 0.2-1.0 MPa. Pada nanofiltrasi,
membran memiliki pori antara 1 nm sampai 10 nm dengan penggunaan tekanan
1.0-4.0 Mpa dan pada reverse osmosis, membran memiliki pori antara 0.1 nm
sampai 1 μm dengan penggunaan tekanan 3.0-10 Mpa (Indriyani, 2017).

12
Kegiatan secara umum adalah dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu
tahap perancangan alat uji, tahap kedua adalah tahap pembentukan membran dan
tahap ketiga adalah pengujian membran dengan menggunakan peratan uji hasil
rancangan tahap pertama.
 Tahap perancangan alat uji
Tahap ini adalah tahap pembuatan alat uji yang dipergunakan untuk
menguji membran dengan aliran bertekanan dan adsorpsi. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada tahap perancangan meliputi:
 pengambaran skematik alat uji,
 penentuan dimensi dan geometri,
 penentuan alat kontrol aliran,
 pembuatan bak penampung air.
 Tahap pembentukan membran
Tahap ini adalah tahap perancangan membran dengan menggunakan
metode hibridisasi antara partikel carbon aktif tempurung.
Pembentukan membran adalah didasarkan pada rasio fraksi berat
60:40%wt, dengan masing-masing memiliki 3 (tiga) variasi. Adapun
untuk komposisi membran adalah seperti ditunjukkan pada Tabel
Proses produksi membran dilakukan melalui proses casting pada suhu
kamar yaitu sekitar 28oC. Adapun standar yang dipergunakan adalah
ASTM D882-10.

Tabel 1 Komposisi membran microfiltrasi hibrid komposit


Kelompok Variasi Prosentase
Bahan (%wt)
MO CA PVA
(60:40)%wt 1 30 30 40
2 20 40 40
3 40 20 40

 Tahap Pengujian membran


Pengujian adalah tahap untuk mengetahui kelayakan dari membran
mikrofiltrasi berbasis hibrid komposit dengan bahan penguat berupa
parikel biji kelor dan karbon aktif tempurung kelapa pada
pengendalian kualitas air. Adapun kelayakan fungsi dari membran
diuji terhadap sifat mekanis yaitu tingkat adsorbsion membran.
Pengujian fisis membran diuji tingkat kekeruhan dan jumlah bakteri.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air adalah merupakan sumberdaya yang paling penting dalam kehidupan
manusia maupun makhlukhidup lainnya. Dalam sel mahkluk hidup hampir 60%
komponen utamanya adalah air. Air sangat penting di dalam mendukung kehidupan
manusia, air juga mempunyai potensi yang sangat besar jika air tersebut tercemar.
Disaat tercemar air akan membahayakan kesehatan manusia. Selain bagi manusia air
juga sangat diperlukan oleh tumbuhan dan hewan serta mikroorganisme, dalam
melakukan proses metabolisme sampai sebagai tempat tinggal.
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator
adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan
produk-produk susu. Adanya bakteri coliform dalam makanan dan minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba enteropatogenik dan toksigenik yang
berbahaya bagi kesehatan.
MPN (Most Probable Number). MPN (Most Probable Number) merupakan uji
yang mendeteksi sifat fermentatif Coliform dalam sampel. Dalam metode MPN
digunakan medium cair di dalam tabung reaksi , dalam hal ini perhitungan dilakukan
berdasarkan jumlah tabung positif. Sedangkan, penyaringan adalah salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki kualitas air.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arisanty, deasy.dkk. 2017. Analisis kandungan bakteri fecal coliform Pada


sungai kuin kota banjarmasin. Vol 31 (2). Hal : 51-60.

http://jurnal.fk.unand.ac.id-Novali noranda,dkk-2016-Kualitas air sumur gali kelurahan


lubuk buaya kecamatan koto tangah kota padang berdasarkan indeksMPN-diakses pada 11
april 2020.
http://www.kelair.bppt.go.id-2008-Bab 1 pencemaran air minum dan dampaknya bagi
kesehatan oleh said,nusa-diakses pada 06 april 2020.
Indriyani, vera.dkk.2017. Pembuatan Membran Ultrafiltrasi Dari Polimer Selulosa
Asetat Dengan Metode Inversi Fasa. Vol 6 (1). Hal : 11-16.

Jiwintarum, Yunan,dkk.2017. Most Probable Number (Mpn) Coliform Dengan


Variasi Volume Media Lactose Broth Single Strength (Lbss) Dan Lactose Broth Double
Strength (Lbds). Vol 11 (1). Hal:11-17.
Komaladewi.2016. Metode Filtrasi Air Menggunakan Membran Microfiltrasi
Berbasis Hibrid Komposit Material. Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek) :
Denpasar Bali.
Maryani, Anis. 2012. Pengaruh volume pemberian air terhadap pertumbuhan bibit
kelapa sawit di pembibitan utama. Vol 1 (2). Hal : 64-74.
Pemerintah Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah Nomor: 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.
Susana, Tjutju. 2003. Air Sebagai Sumber Kehidupan. Vol 28 (3). Hal : 17-25

15
Sutapa, ignasius d.a. dan tri widiyanto. 2014. Kualitas mikrobiologis
air sungai dan pipa distribusi di kabupaten aceh besar dan kota banda
aceh. Widiyanto / LIMNOTEK 2014 21 (2) 135 : 144.
Widyaningsih, wiwid. 2016. Analisis Total Bakteri Coliform Di Perairan Muara Kali Wiso
Jepara. Vol 3 (5). Hal : 157-164.
Widiyanti, N.L.P.M. dan N.P. Ristanti. 2004. Analisis Kuantitatif Bakteri.
Willey, joanne M, Linda M. Sherwood, Christopher J (2008). Prescott, Harley, and
Klein’s   Microbiology . New York : Mc Graw Hill, pp 272-274

16

Anda mungkin juga menyukai