Anda di halaman 1dari 11

TURBO Vol. 6 No. 1.

2017 p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2477-250X


Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo

PEMANFAATAN LIMBAH BLOTONG DAN BAGASE MENJADI


BIOBRIKET DENGAN PEREKAT BERBAHAN BAKU TETES TEBU
DAN SETILAGE
Untung Surya Dharma1,a, Nurlaila Rajabiah2,b , Chika Setyadi3,c

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Metro1,2,3


Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung
Email: untungsdh@yahoo.co.ida, nurlailarjabiah@gmail.comb, Setyadicika@yahoo.co.idc

Abstrak
Biobriket adalah energi alternatif yang ramah lingkungan karena menggunakan
limbah-limbah sisa produksi baik itu rumah tangga, perkebunan maupun sampah dari proses
alam, seperti daun – daun yang gugur sebagai bahan bakunya. Bahan baku pembuatan
biobriket dalam penelitian ini adalah blotong dan bagase dengan perekat tetes tebu dan
setilage. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan biobriket dengan jenis perekat dan
efesiensi pembakaran yang terbaik dari ketiga variasi persentase perekat yang berbeda.
Metode yang digunakan adalah menggunakan metode eksperimental. Perbandingan
campuran antara bahan baku limbah blotong dan bagasse, dengan perekat tetes tebu dan
setilage menggunakan variasi sebagai berikut Blotong : Bagasse : Tetes Tebu = 1 : 1 : 4,
Blotong : Bagasse : Setilage = 1 : 1 : 4 dan Blotong : Bagasse : Tetes Tebu : Setilage = 1 : 1 :
2 : 2. Untuk mendapatkan karakteristik berupa nilai kalor, kadar air dan kadar abu dari
biobriket yang dibuat, dilakukan uji aproksimasi di laboratorium. Pengujian pembakaran
biobriket di kompor briket juga dilakukan untuk mendapatkan efisiensi thermal dari hasil
pembakaran. Hasil yang didapat adalah briket yang berbentuk silinder pejal, Nilai kalor
tertinggi dimiliki oleh briket dengan perekat campuran antara tetes tebu dan setilage yaitu
4792,6769 kal/gr. Sedangkan efisiensi thermal tertinggi didapat dari hasil pembakaran
biobriket dengan perekat tetes tebu yaitu 9.33%.
Kata kunci : Bagase, blotong, karakteristik biobriket, setilage, tetes tebu.

Pendahuluan Oleh karena itu apabila tingkat limbah


Biobriket adalah salah satu bentuk yang di hasilkan oleh suatu industri akan
bahan bakar alternative yang bahan semakin banyak atau meningkat, dan
bakunya berasal dari biomasa. Biomasa limbah tersebut tidak dapat di manfaatkan
yang banyak digunakan adalah biomasa kembali sehingga terbuang begitu saja di
yang berasal limbah industri karena lingkungan sekitar, maka hal ini dapat
limbah industri sering kali menimbulkan menimbulkan pencemaran/polusi
pencemaran lingkungan sehingga sangat lingkungan yang nantinya akan
baik di gunakan untuk bahan baku berdampak pada masyarakat sekitar
biobriket. terutama para pekerja di dalam industri
Limbah industri adalah bahan sisa tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan
yang dihasilkan akibat proses industri. langkah-langkah dalam memanfaatkan
Dalam industri pengolahan hasil pertanian limbah industri, supaya limbah industri
seperti pabrik gula dihasilkan limbah dapat berguna dengan menggunakan
padat, cair dan gas.Sebuah industri sangat metode 3R dan tidak sepenuhnya menjadi
tergantung dari tingkat pemesanan sebuah polutan bagi pencemaran lingkungan yang
produk yang dihasilkan. Semakin banyak mengakibatkan kerugian terutama
produk yang di minati oleh konsumen makhluk hidup di sekitar lingkungan
maka tingkat produksi produk tersebut industri.
semakin besar dan begitu juga sebaliknya.

92
Salah satu gagasan atau cara yang adalah limbah cair yang terdiri dari tetes
efektif saat ini dalam mengendalikan tebu dan setilit dalam pembuatan
pencemaran limbah dengan menerapkan biobriket karena memiliki daya rekat,
kebijakan nol limbah (zero waste) pada untuk itu harus dapat mengetahui proses
seluruh rantai produksi. Untuk terjadi nya limbah gula supaya dapat di
menjalankan kebijakan nol limbah manfaat kan secara maksimal.
dengan cara menerapkan pengelolaan dan Limbah gula adalah hasil samping
pengolahan limbah yang dihasilkan untuk dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan
mengurangi tingkat bahaya limbah yang tebu. Dan cairan hasil pemerahan tebu
dihasilkan dan menciptakan nilai tersebut akan melalui proses penyaringan
ekonomis dari limbah tersebut. Zero cairan yang tidak lolos penyaringan akan
waste adalah suatu konsep yang menjadi limbah yaitu blotong, sedangkan
mendukung segala tindakan atau usaha limbah tetes tebu yaitu pembuangan
agar sama sekali tidak menghasilkan cairan nira yang tidak dapat di kristalisasi
limbah yang dapat mencemari menjadi gula dan menurut Tri kusuma
lingkungan. Zero waste merupakan wardani tetes tebu memiliki daya rekat
aktivitas meniadakan limbah dari suatu seperti penelitiannya yang berjudul
produksi dengan cara pengelolaan proses campuran arang limbah ampas tebu
produksi yang menguntungkan dengan (bagasse) dan arang tempurung kelapa
meminimalisasi limbah yang ada. dengan perekat tetes tebu. Dalam
Penerapan zero waste penting dilakukan pembuatan bioethanol menghasilkan juga
agar dampak negative limbah dapat sebuah limbah yang biasa di sebut limbah
diminimalisir dan nilai limbah yang setilage,Tetes tebu dan setilage biasanya
menguntungkan dapat dimaksimalkan dalam industri pabrik gula dimanfaatkan
dengan tetap memperhatikan juga sebagai perekat atau memperkuat
keseimbangan antara sistem produksi jalan-jalan areal perkebunan tebu. Dari
dengan lingkungan hidup [1]. Salah kenyataan di atas, maka dapat dilihat
satunya dengan memanfaatkan limbah adanya peluang untuk memanfaatkan hal
untuk dapat digunakan bagi keperluan tersebut, sehingga akan didapat suatu
industri yang bersangkutan atau bahan bakar alternative berupa
dimanfaatkan sebagai bahan baku/bahan biobiobriket. Dalam pembuatannya,
pembantu industri lainnya. Salah satu diperlukan komposisi campuran biobriket
contoh adalah pemanfaatan limbah pabrik yang tepat agar tercipta biobriket dengan
gula seperti limbah padat yang terdiri dari karakteristik yang diinginkan. Tujuan
blotong dan bagasse limbah padat tersebut penelitian ini adalah mendapatkan
dapat di manfaatkan sebagai bahan baku komposisi campuran biobriket dengan
pembuat biobriket karena limbah tersebut bahan baku utama berupa blotong dan
sangat melimpah di industri perusahaan bagasse sebagai bahan dasar pembuatan
gula, menurut Tri kusuma wardani biobriket dengan perekat tetes tebu dan
campuran arang limbah ampas tebu setilage.
(bagasse) dan arang tempurung kelapa
dengan perekat tetes tebu memiliki kalor Tinjauan Teoritis
6089,923kal/g sedangkan menurut Ampas Tebu atau Bagase
Maulani anies shiami dan Mitarlis nilai Ampas tebu merupakan sisa
kalor dari biobriket campuran blotong dan pengambilan nira, umumnya merupakan
limbah padat tertinggi di miliki biobriket 31-34% bagian dari tebu. Komposisinya
blotong:limbah padat proses sintesis 50% yang terdiri dari 47% bagian berserat
furfural (B:L) 40:10 pada perbandingan dan 3% sisa-sisa gula dan padatan terlarut
perekat:sampel 7:10 yaitu sebesar lainnya. Ampas tebu yang dihasilkan
3245/57kal/kg. Selain limbah padat umumnya dibakar di dalam ketel sebagai

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017 93


pembangkit tenaga uap untuk kelamaan banyak masyarakat yang tidak
menggerakkan mesin pabrik gula dan mau lagi lahannya ditempati blotong
keperluan proses lainnya. Ampas tebu karena baunya yang tidak sedap.
atau lazimnya disebut bagasse, adalah
Limbah Tetes Tebu
hasil samping dari proses ekstraksi Tetes Tebu (Molasse) Molases
(pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik merupakan hasil samping pada industri
dihasilkan ampas tebu sekitar 35-40% dari pengolahan gula dengan wujud bentuk
berat tebu yang digiling.Berdasarkan data cair. Molassesadalah limbah utama
dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula industri pemurnian gula. Molasses
Indonesia (P3GI) ampas tebu yang merupakan sumber energiyang esensial
dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu dengan kandungan gula didalamnya.Oleh
giling. Pada musim giling 2006 lalu, data karena itu, molasses telah banyak
yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula dimanfaatkan sebagai bahan tambahan
Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa pakan ternak dengan kandungan nutrisi
jumlah tebu yang digiling oleh 57pabrik atai zat gizi yang cukup baik. Molasses
gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta memiliki kandungan protein kasar 3,1 %;
ton, sehingga ampas tebu yang dihasilkan serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak
diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.
Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu Molasses dapat dibedakan menjadi
tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula dua, yaitu: (1) Cane-molasses, merupakan
sebagai bahan bakar, bahan baku untuk molasses yang memiliki kandungan 25 -
kertas, bahan baku industri kanvas rem, 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula
industri jamur dan lain-lain. Oleh karena pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60
itu diperkirakan sebanyak 45% dari ampas
% atau lebih. Kadar protein kasar sekitar
tebu tersebut belum dimanfaatkan [2]. 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang
Blotong sebagian besar terbentuk dari K, Ca, C1,
Blotong atau disebut filter cake atau dan garam sulfat; (2) Beet-molasses.
filter press mud adalah limbah industri Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15
yang dihasilkan oleh pabrik gula dari – 25 % dan cairan tersebut berwarna
proses klarifikasi nira tebu. Penumpukan hitam serta berupa sirup manis.
bahan tersebut dalam jumlah besar akan
Setilage
menjadi salah satu sumber pencemaran Setilage adalah limbah dari
lingkungan. pembuatan bioethanol dari bahan baku
Blotong mengandung bahan koloid tetes tebu. Ph setilage sampai dengan 30%
organic yang terdispersi dalam nira tebu
dan breaknya hingga 30% - 35%, setilage
dan bercampur dengan anion-anion biasa di manfaatkan untuk pupuk tanaman
organik dan anorganik. Blotong sebagian tebu, akan tetapi dalam waktu tertentu
besar terdiri dari serat-serat tebu dan setilage dapat emembuat tanah mengeras
merupakan sumber unsur organik yang atau rusak, karena biasanya perusahaan
sangat penting untuk pembentukan humus industri gula tidak memproses setilage
tanah. Blotong menjadi masalah yang terlebih dahulu dengan kualitas yang
serius bagi pabrik gula dan masyarakat terbaik dalam pemanfaatannya menjadi
sekitar. Dimusim hujan, tumpukan pupuk tanaman tebu.
blotong basah, sehingga menebarkan bau Kandungan setilage hampir sama
busuk dan mencemari lingkungan.Pabrik dengan kandungan tetes tebu hanya saja
gula memindahkannya dari lingkungan dalam kandungan setilage tidak terdapat
pabrik ke lahan masyarakat yang
lagi kandungan glukosa, di sebabkan
disewa.Hal ini untuk mengurangi glukosa yang terdapat di tetes tebu sudah
tumpukannya yang semakin menggunung
dalam lingkungan pabrik.Namun, lama

94 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017


di konsumsi oleh bakteri untuk pembuatan Semakin tinggi kadar abu semakin
bioethanol. rendah kualitas biobriket karena
kandungan abu yang tinggi dapat
Biobriket
menurunkan nilai kalor.
Biobriket adalah bahan bakar padat
yang berasal dari sisa-sisa bahan organik.
d. Nilai Kerapatan biobriket
Biobriket dapat digunakan sebagai
Kerapatan di pengaruhi homogenitas
alternatif bahan bakar bagi masyarakat
campuran perekat dengan bahan
yang masih menggunakan minyak tanah
baku, dengan pengaduk yang merata
karena saat ini minyak tanah sudah sulit
maka biobriket yang dihasilkan akan
ditemui dan harganya mahal. Kelebihan
semakin kuat. Hal ini menyebabkan
dari penggunaan biobriket sebagai bahan
partikel bahan baku menjadi rata.
bakar antara lain lebih murah, lebih ramah
Semakin tinggi kerapatan maka akan
lingkungan, dan merupakan sumber
mempengaruhi nilai kalor pada setiap
energi terbarukan. Karakteristik biobriket
sampel biobiobriket. Namun,
merupakan satu hal yang perlu
kerapatan biobriket yang terlalu
diperhatikan.Karakteristik biobriket
tinggi mengakibatkan biobriket sulit
dipengaruhi oleh beberapa faktor
terbakar. Sedangkan kerapatan yang
diantaranya bahan baku, waktu dan suhu
tidak tinggi sehingga memudahkan
karbonisasi, serta jenis dan jumlah bahan
untuk pembakaran karena semakin
perekat [3] .
besar rongga udara atau celah yang
Analisis karakteristik pembakaran
dapat dilalui oksigen dalam proses
biobriket di antaranya [4] :
pembakaran. Biobriket dengan
kerapatan yang terlalu rendah dapat
a. Nilai Kalor
mengakibatkan biobriket cepat habis
Nilai kalor biobriket menunjukan
dalam pembakarannya karena
nilai panas pembakaran yang dapat
bobotnya terlalu rendah dan terlalu
dihasilkan oleh biobriket sebagai
banyak rongga udara.
bahan bakar. Semakin tinggi nilai
kalor yang dihasilkan oleh bahan
e. Kuat Tekan
bakar biobiobriket, maka akan
Kuat tekan merupakan daya tahan
semkin baik pula kualitasnya.
atau kekompakan biobriket terhadap
tekanan luar sehingga mengakibatkan
b. Kadar Air
biobriket tersebut pecah atau hancur.
Semakin rendah kadar air semakin
Semakin besar nilai kuat tekan berarti
tinggi nilai pembakaran dan daya
menunjukkan daya tahan dan
pembakarannya, kadar air yang tinggi
kekompakan biobriket tersebut
dapat menyulitkan pembakaran
semakin baik.
biobiobriket. Penetapan kadar air
ditujukan untuk mengetahui sifat Efesiensi pembakaran pada kompor
higrokopis (kemampuan menyerap biobriket
air) biobriket dengan komposisi Metode yang di gunakan untuk
bahan baku yang digunakan. pengujian efesiensi thermal keseluruhan
untuk pembakaran biobriket pada kompor
c. Kadar Abu biobriket yaitu metode pengujian
Abu merupakan bagian sisa dari pendidihan air. Metode ini di lakukan
proses pembakaran yang sudah tidak dengan memanas kan dengan sejumlah air
memiliki unsur karbon lagi, unsur sampai mendidih pada kompor dengan
utama abu adalah silica dan menggunakan biobriket sebagai bahan
pengaruhnya kurang baik terhadap bakar. Volume air yang di uapkan sesudah
nilai kalor biobriket yang dihasilkan. pembakaran di abaikan karena pada

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017 95


pengujian panci air di tutup dengan rapat kalor yang terkandung dalam 1 gram
dan sejumlah bahan bakar biobriket yang biobriket
di gunakan di hitung sehingga efesiensi 6. Panci air, alat untuk tempat
dapat di hitung sebagai berikut [5] : memanaskan air
7. Gelas ukur untuk mengukur
𝑄𝑚 banyaknya air
Ƞth = 𝐻𝐻𝑉 𝑥 𝑚
8. Tanur, berfungsi untuk mengetahui
kadar abu pada biobriket
Qm = Mn x Cpl x (Tb – Ta)
9. Oven
10. Alat pres biobriket, untuk mengetahui
Dimana :
nilai kuat pres biobriket
Ƞth = efesiensi sistem pembakaran
biobriket pada kompor biobriket
Adapun Bahan Baku Biobriket yang
(%)
digunakan adalah sebagai berikut :
Qm = energi yang berguna di serap
1. Limbah pabrik gula, blotong, bagasse
oleh air (Kj)
sebagai bahan baku biobiobriket
Mn = massa air (kg)
2. Limbah pabrik gula, tetes tebu dan
Cpl = kalor spesifik air(kj/kg°C)
setilage sebagai bahan perekat
HHV = nilai kalor atas biobriket
(kj/kg°C)
Prosedur Pembuatan Biobriket
m = massa biobriket yang di pakai
1. Limbah blotong dan bagasse
selama pendinginan
dikeringkan di bawah sinar matahari
air(kg/menit)
untuk mengurangi kadar air, jemur
Ta = temperatur awal air (°c)
hingga 4 sampai 7 hari sampai benar-
Tb = temperatur akhir air(°C)
benar kering.
2. Siapkan limbah tetes tebu dan
Metode Penelitian
setilage yang akan di gunakan
Tempat penelitian sebagai bahan perekat biobriket.
Penelitian ini dilakukan di 3. Campurkan bahan baku limbah
Laboratorium Kampus 2 Teknik Mesin blotong dan bagasse, dengan perekat
Universitas Muhammadiyah Metro pada tetes tebu dan setilage dengan
bulan Juli 2016 s/d Januari 2017 dan di perbandingan antara bahan baku
Politeknik Negeri Lampung, untuk analisa dengan perekat menggunakan variasi
laboratorium. campuran sebagai berikut :
Alat dan Bahan Penelitian a. Blotong : Bagasse : Tetes Tebu =
Alat yang Dalam melaksanakan 1:1:4
penelitian ini alat yang akan digunakan b. Blotong : Bagasse : Setilage = 1 :
adalah sebagai berikut [6] : 1:4
1. Alat pencetak biobriket c. Blotong : Bagasse : Tetes Tebu :
2. Wadah blotong dan bagasse untuk Setilage = 1 : 1 : 2 : 2
tempat penjemuran 4. Cetak sampel biobriket kemudian
3. Timbangan berfungsi sebagai alat jemur di bawah sinar matahari 4 – 7
untuk mengukur berat bahan biobriket, hari dan pisahkan sesuai jenis sampel.
yang akan dicetak maupun yang sudah 5. Untuk lebih memaksimalkan
dicetak pengeringan maka biriket yang telah
4. Termokopel, alat untuk mengukur di keringkan di oven selama 15 menit
temperatur pembakaran pada sistem sampai 30 menit.
5. Bomb kalorimeter berfungsi sebagai 6. Selanjutnya timbang kembali
alat untuk mengukur besarnya nilai biobriket yang dikeringkan untuk
mendapatkan berat akhir biobriket

96 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017


nyala api dan air dalam panci
aluminium, lalu jalankan stopwatch.
Analisis Proksimasi 6. Catat penunjukkan temperatur
Analisa proksimasi dilakukan di biobriket (untuk memperoleh
Laboratorium Analisis, Politeknik Negeri temperatur maksimum biobriket) dan
Lampung (Polinela), Data yang diuji air pada thermokopel setiap 2 menit
yaitu: sampai air mendidih.
a. Kadar air (moisture) 7. pabila temperatur biobriket masih
b. Kadar abu (ash) tinggi sementara air sudah mendidih,
c. Nilai kalor maka dilakukan pemanasan air yang
telah ditimbang sebelumnya.
Pengujian Pembakaran briket 8. Apabila temperatur biobriket sudah
Selain analisa proksimasi juga menurun secara terus-menerus maka
dilakukan Pengujian pembakaran pencatatan temperatur di hentikan.
biobriket pada kompor biobriket yang 9. Menimbang dan mencatat data massa
dilakukan di Laboratorium Terpadu biobriket yang tersisa
Jurusan Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Metro. Pengujian ini Hasil dan Pembahasan
digunakan untuk mengetahui efisiensi
Spesifikasi Biobriket Yang dihasilkan
thermal keseluruhan untuk pembakaran Biobriket yang di buat dengan
biobriket pada kompor. Metode yang biomasa limbah pabrik gula blotong dan
digunakan dalam pengujian ini adalah bagase dengan variasi persentase perekat
Metode Pendidihan Air. Metode ini berbahan baku tetes tebu dan setilage
dilakukan dengan cara memanaskan
yang di cetak dalam 1 bentuk, yaitu
sejumlah air sampai mendidih pada silinder pejal. Hasil yang di peroleh
kompor dengan biobriket sebagai bahan seperti pada gambar di bawah ini.
bakar. Volume air yang diuapkan sesudah
pembakaran diabaikan, karena pada
pengujian panci air ditutup dengan rapat
dan menghitung jumlah bahan bakar
biobriket yang digunakan. Adapun
langkah-langkah metode pengujian air
adalah sebagai berikut :

1. Ukur air sebanyak 1 liter, masukan


kedalam panci aluminium. Gambar 1. Biobriket Blotong dan
2. Catat temperatur awal air dalam panci Baggase
yang akan dipanaskan dan temperatu Tabel 1. Spesifikasi biobriket yang
api. dihasilkan
3. Timbang masa biobriket yang akan biobriket biobriket biobriket
dengan dengan dengan
diuji sebagai bahan bakar kompor dari SPESIFIKASI perekat perekat perekat tetes
masing - masing variasi campun tetes setilage tebu dan
tebu setilage
biobriket yang digunakan. Biobriket yang
18 buah 18 buah 18 buah
4. Letakkan biobriket pada kompor di cetak
Masa Total
biobriket, lalu tinggi peletakkan biobriket basah
0,950 kg 0,880kg 0,915kg
biobriket disesuaikan dengan tinggi Panjang
masing2 70 mm 70 mm 70 mm
biobriket dan posisi panci aluminium. biobriket
5. Bakar biobriket kemudian atur posisi Diameter
30 mm 30 mm 30 mm
thermokopel pada 2 titik yaitu pada biobriket
Masa Total
0,840kg 0,610kg 0,805kg
biobriket kering

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017 97


Hasil Uji Analisa Proksimasi
Selama pengujian proksimasi
dilakukan di Laboratorium Politeknik
Negri Lampung dengan mengetahui nilai
kalor, kadar abu dan kadar air. sehingga
dapat dibandingkan dengan setandar mutu
biobriket indonesia yang tertera pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2. Standar Mutu Biobriket Gambar 2. Perbandingan nilai kalor mutu
Indonesia dan Hasil Uji biobriket indonesia dengan Biobriket Blotong
Biobriket Blotong dan dan Bagase dengan Variasi Persentase Perekat
Bagase dengan Variasi yang Berbeda
Persentase Perekat yang
Berbeda 2. Kadar air
Param Standar Briket Briket Briket kandungan air dalam biobriket
eter mutu denga dengan dengan limbah pabrik gula bahan baku blotong
briket di n Perekat Perekat
indonesi Pereka Setilage Tetes tebu dan bagase dengan perekat tetes tebu
a t Tetes dan 7,114%, limbah pabrik gula bahan baku
tebu setilage
Nilai Min 5000 4050.3 3761,383 4792,6769 blotong dan bagase dengan perekat
kalor kal/gram 451 6 kal/gr kal/gr setilage 6,548%, sedangkan limbah pabrik
kal/gr
gula bahan baku blotong dan bagase
Kadar Max 8 % 7.114 6.548% 6,642% dengan perekat tetes tebu dan setilage
air %
Kadar Max 8 % 13.634 23,443% 17,046%
6.642% Nilai ini lebih rendah dari standar
abu % mutu dan karakteristik biobriket di
indonesia yaitu berkisar maksimal 8%
Dari tabel diatas di peroleh beberapa hal
sebagai berikut :
1. Nilai kalor
Dari hasil pengujian nilai kalor
diketahui bahwa biobriket dari limbah
pabrik gula pada ketiga variasi perekat
memiliki nilai kalor lebih rendah dari
standar mutu biobriket di Indonesia.
Hanya Biobriket dengan perekat
campuran antara tetes tebu dan setilage
yang memiliki nilai mendekati sandar
mutu biobriket di Indonesia yaitu 4792
kal/gr.
Gambar 3. perbandingan kadar air mutu
biobriket indonesia dengan biobriket limbah
pabrik gula blotong dan bagase dengan variasi
persentase perekat yang berbeda.

3. Kadar abu
kandungan abu dalam biobriket
limbah pabrik gula bahan baku blotong
dan bagase dengan perekat tetes tebu
13,634%, limbah pabrik gula bahan baku

98 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017


blotong dan bagase dengan perekat Lama temperatur
Pengujian Air Api
setilage 23,443%, sedangkan limbah pembakaran
ke -
(menit) (°C) (°C)
pabrik gula bahan baku blotong dan
bagase dengan perekat tetes tebu dan 55 100 347
setilage 17,046% Nilai ini lebih tinggi 60 46 336
65 57 280
dari standar mutu dan karakteristik
70 65 270
biobriket di Indonesia yaitu berkisar 4
75 72 260
maksimal 8%. 80 75 255
85 72 209
Keterangan :
HHV = 4050.3451 kal/gr
Masa awal biobriket =0,680kg
Masa akhir biobriket =0,126kg
Masa biobriket yang terpakai =0,554kg
Masa air mula – mula = 1kg
Temperatur maksimum air (T.air) =100°C
Temperatur maksimum api (T.api) = 495°C
Waktu pendidihan =15 menit
Waktu pembakaran =85 menit

Tabel 4. Data analisa pengujian


pembakaran 13 biobriket
bahan baku blotong dan
Gambar 4. Perbandingan kadar abu mutu
bagase dengan perekat
biobriket indonesia dengan biobriket
setilage dengan berat
limbah pabrik gula blotong dan bagase
(0.490kg)
dengan variasi persentase perekat yang Lama Pengujian temperatur
berbeda. pembakaran ke - Air Api
(menit) (°C) (°C)
Hasil Uji Pembakaran Biobriket Pada
Kompor Biobriket 0 30 66
5 1 65 493
Dari Analisa pengujian pendidihan
10 100 531
air sebanyak 1000 ml, didapat hasil 15 58 430
seperti pada Tabel 3 – 5. 20 2 92 425
Tabel 3. Data analisa pengujian 25 100 398
30 44 358
pembakaran 13 biobriket 35 56 355
bahan baku blotong dan 40 65 350
bagase dengan perekat tetes 45 3 72 348
tebu dengan berat (0,680kg) 50 77 340
Lama temperatur 55 80 333
Pengujian Air Api 60 78 301
pembakaran
ke - (°C) (°C) Keterangan :
(menit)
HHV = 3761.3836 kal/gr
0 30 60
Masa awal biobriket =0,490kg
5 71 409
1 Masa akhir biobriket =0,40kg
10 92 495
Masa biobriket yang terpakai =0,450kg
15 100 492 Masa air mula – mula = 1kg
20 55 488 Temperatur maksimum air (T.air) =100°C
25 79 444 Temperatur maksimum api (T.api) =531°C
2
30 95 436 Waktu pendidihan =10 menit
35 100 431 Waktu pembakaran =65 menit
40 46 402
45 3 81 380
50 95 350

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017 99


Tabel 5. Data analisa pengujian Dari gambar 4, di peroleh grafik
pembakaran 13 biobriket hubungan antara durasi waktu
bahan baku blotong dan pembakaran biobriket dengan temperatur
bagase dengan perekat tetes air dengan jenis perekat yang berbeda.
tebu dan setilage dengan Dari grafik juga diketahui bahwa
berat (0,589kg) biobriket dengan perekat tetes tebu
Lama Pengujia Temperatur mampu mendidihkan air sebanyak 4 kali
pembakaran n Air Api pengujian dengan durasi pembakaran
(menit) ke - (°C) (°C)
bahan bakar biobriket selama 85 menit
0 30 60
5 1 65 406 dengan suhu tertinggi yang tercapai 495
o
10 100 473 C. Sedangkan biobriket dengan perekat
15 51 445 setilage dan biobriket dengan perekat
20
2
74 386 campuran hanya mampu mendidihan air
25 91 376 sebanyak tiga kali pengujian dengan
30 100 369 durasi pembakaran bahan bakar biobriket
35 45 361
40 60 350
selama 60 menit dan 65 menit.
45 82 348 Untuk pembakaran biobriket dengan
50 3 88 340 variasi perekat, didapat pembakaran
55 92 333 biobriket dengan perekat setilage
60 93 283 menghasilkan suhu tertinggi yaitu 531°C,
65 92 261 tetapi waktu pembakaran biobriket
Keterangan :
dengan perekat setilage tidak bertahan
HHV = 4792.6769 kal/gr
Masa awal biobriket =0,589kg lama di bandingkan dengan dua jenis
Masa akhir biobriket =0,104kg perekat yang lain, yaitu hanya 60 menit
Masa biobriket yang terpakai =0,485kg (Gambar 5).
Masa air mula – mula = 1kg Pada gambar 5, juga terlihat bahwa
Temperatur maksimum air (T.air) =100°C
temperatur api lebih lambat untuk
Temperatur maksimum api (T.api) =445°C
Waktu pendidihan =10 menit pembakaran biobriket menggunakan
Waktu pembakaran =70 menit perekat tetes tebu, dan biobriket dengan
perekat tetes tebu dan setilage di
Dari tabel 3 – 5 diatas didapat grafik bandingkan dengan menggunakan perekat
hubungan seperti gambar 4 dan 5 dibawah setilage, di sebabkan karena kondisi jenis
ini. perekat yang berbeda yaitu kondisi
perekat tetes tebu walau sudah di
keringkan perekat tetes tebu masih basah,
selanjut nya perekat tetes tebu dan
setilage karena ada pencampuran jenis
perekat, jenis perekat ini juga masih basah
namun tidak terlalu dibandingkan perekat
tetes tebu saja. Hal ini dikarenakan
biobriket menggunakan perekat setilage
mampu kering dengan maksimal saat
proses pengeringan. Ini membuktikan
kandungan perekat yang ada di biobriket
mempengaruhi cepat lambatnya waktu
penyalaan.
Gambar 4. Grafik hubungan antara durasi
waktu pembakaran biobriket dengan
temperatur air

100 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017


𝑚 0𝑥𝐶𝑃𝐿 𝑇𝑏 −𝑇𝑎 +𝑚
1𝑥𝐶𝑃𝐿 𝑇𝑏 −𝑇𝑎
Ƞth = ( 𝐻𝐻𝑉 𝑥 𝑚
x 100%
1𝑥4,1769𝑥 100−29 +1𝑥4,1769𝑥 100−29
Ƞth = 20065.597964𝑥0.485
x 100%
584.766
Ƞth = 9732.000128
Ƞth = 6 %
Dari perhitungan diatas, efesiensi
thermal sistem dari 3 pengujian yaitu pada
biobriket dengan perekat tetes tebu,
perekat setilage dan perekat campuran
antara tetes tebu dan setilage, maka
berturut di peroleh efesiensi thermal
Gambar 5. Grafik hubungan antara durasi sistem pembakaran biobriket hanya
waktu pembakaran biobriket dengan mencapai nilai tertinggi sebesar 9.33%
temperatur api pada biobriket dengan perekat tetes tebu.

Efisiensi thermal sistem Kesimpulan


Perhitungan efisiensi thermal 1. Hasil analisa aproksimasi biobriket di
sistem pembakaran Biobriket blotong dan proleh nilai kalor dengan masing –
bagase dengan perekat tetes tebu massa masing jenis perekat yang berbeda
0,680kg(13biobriket) pada kompor yaitu perekat tetes tebu nilai kalor
biobriket 4050.3451 kal/gr, perekat setilage
𝑚 0𝑥𝐶𝑃𝐿 𝑇𝑏 −𝑇𝑎 +𝑚 3761,3836 kal/gr dan perekat
1𝑥𝐶𝑃𝐿 𝑇𝑏 −𝑇𝑎 +𝑚 2𝑥𝐶𝑃𝐿 𝑇𝑏 −𝑇𝑎
Ƞth = x 100% campuran yaitu tetes tebu dan setilage
𝐻𝐻𝑉 𝑥 𝑚 4792,6769 kal/gr.untuk kandungan
1𝑥4,1769𝑥 100−29 +1𝑥4,1769𝑥 100−29 +1𝑥4,1769𝑥 100−29
Ƞth = x 100% kadar air dari masing masing perekat
16957.98486𝑥0,554
877.149 yaitu perekat tetes tebu 7,114%,
Ƞth = perekat setilage 6,548% ,sedangkan
9394.723612
Ƞth = 9.33% perekat campuran tetes tebu dan
setilage yaitu 6,642%.selanjut nya nilai
Perhitungan efisiensi thermal sistem kadar abu pada masing – masing
pembakaran Biobriket blotong dan bagase biobriket adalah perekat tetes tebu
dengan perekat setilage massa 0,490kg 13,634%,perekat setilage 23,443%
(13biobriket) pada kompor biobriket sedangkan perekat campuran tetes tebu
𝑚 0𝑥𝐶𝑃𝐿 𝑇𝑏 −𝑇𝑎 +𝑚
1𝑥𝐶𝑃𝐿 𝑇𝑏 −𝑇𝑎
dengan setilage yaitu 17,046%
Ƞth = ( 𝐻𝐻𝑉 𝑥 𝑚
x 100% 2. Dari perhitungan pengujian efesiensi
1𝑥4,1769𝑥 100−29 +1𝑥4,1769𝑥 100−29 sistem dari 3 pengujian yaitu pada
Ƞth = 15748 .16086 𝑥0.450
x 100%
584.766
perekat tetes tebu dengan masa
Ƞth = 7086.672385 biobriket 0.680kg, perekat setilage
Ƞth = 8.25% dengan massa 0.490kg dan perekat
tetes tebu dan setilage dengan massa
Perhitungan efisiensi thermal Biobriket 0.589kg. maka di peroleh efesiensi
blotong dan bagase dengan perekat tetes sistem pada perekat tetes tebu
tebu dan setilage massa 0,589kg 9.33%,pada perekat setilage 8.25% dan
(13biobriket) pada kompor biobriket pada perekat tetes tebu dan setilage
6%.

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017 101


Referensi
[1]. Madina, Nurul. 2012. Adaptasi
SOP (Standard Operating
Procedure) Pengelolaan
Sampah Menuju Konsep
Zero Waste Aspek Teknik
Operasional dan Peran
Serta MAsyarakat di
Komplek Perumahan
Pondok Indah Jakarta
Selatan. Universitas
Indonesia Depok.
[2]. Novaldi Akasuma, Septu dan
Muhammad Raiza. 2011.
Pembuatan Bio-Etanol dari
Ampas Tebu dengan Variasi
Waktu Hidrolisa, Berat
Ragi, dan Jenis
Ragi.Universitas Sriwijaya
Palembang.
[3]. Anies Shiami, Maulani dan
Mitarlis. 2014. Pembuatan
Briket dari Campuran
Blotong dan Limbah Pada
Proses Sintesis Furfural
Berbahan Dasar Ampas
Tebu.UNESA Surabaya.
[4]. Kusuma Wardani, Tri dan I
Wayan Susila. 2014.
Campuran Arang Limbah
Ampas Tebu (Bagasse) dan
Arang Tempurung Kelapa
Dengan Perekat Tetes
Tebu.UNESA Surabaya.
[5]. Erikson Siburat, 2012. Studi
Pemanfaatan Briket Kulit
Jambu Mente dan Tongkol
Jagung Sebagai Bahan
Bakar Alternatif.
[6]. Dharma, Untung Surya. 2013.
Pemanfaatan Biomasa
Limbah Jamur Tiram
Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Untuk Proses
Sterilisasi Jamur
Tiram.Universitas
Muhammadiyah Metro.

102 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017

Anda mungkin juga menyukai