Anda di halaman 1dari 10

SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 4, No.

1, Juni 2018

SATIN – Sains dan Teknologi Informasi


journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id

Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Efektifitas


Pembelajaran dengan E-Learning di Universitas Muhammadiyah
Riau

Noverta Effendi
Pendidikan Vokasional Teknik Elektronika
Universitas Muhammadiyah Riau
nover@umri.ac.id

Abstrak 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Tingginya minat dosen Universitas
Muhammadiyah Riau menerapkan pembelajaran Jaringan syaraf tiruan adalah sistem pemroses
dengan e-learning dimana masih banyak terdapat informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan
kelemahan dari sisi infrastruktur ataupun masih jaringan syaraf biologi (Siang, J, J. 2004). Jaringan
kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap sistem syaraf tiruan dikembangkan sebagai model matematis
e-learning tetapi tidak pernah diketahui bagaimana dari syaraf biologis dengan berdasarkan asumsi
efektifitas daripada pembelajaran dengan e-learning bahwa :
tersebut. Untuk mengetahui tingkat efektifitas a. Pemrosesan terjadi pada banyak elemen
tersebut, maka diterapkanlah jaringan syaraf tiruan sederhana yang disebut neuron.
yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak b. Sinyal dikirimkan diantara neuron-neuron
terstruktur dan sulit didefinisikan, bisa belajar dari melalui penghubung.
pengalaman, dan mampu menemukan jawaban c. Penghubung antar neuron memiliki bobot
terbaik untuk memprediksi efektifitas pembelajaran yang akan memperkuat atau memperlemah
dengan e-learning menggunakan metode back sinyal.
propagation. Untuk memprediksi Efektifitas d. Setiap neuron memiliki fungsi aktivasi yang
pembelajaran dengan e-learning digunakan 4 akan menentukan sinyal output.
indikator yaitu kesesuaian tingkat pembelajaran, Banyak metode yang terdapat di jaringan syaraf
ketuntasan belajar mahasiswa, sikap dan motivasi tiruan, salah satunya yaitu metode Back Propagation.
mahasiswa, serta efisiensi waktu. Dari penelitian Metode ini merupakan metode yang sangat baik
penerapan jaringan syaraf tiruan ini dapat diketahui dalam menangani masalah pengenalan pola-pola
prediksi seberapa besar tingkat efektifitas kompleks.
pembelajaran dengan e-learning berdasarkan 4 Jaringan syaraf tiruan mampu melakukan
kriteria penilaian efektifitas yaitu: tingkat kesesuaian pengenalan kegiatan berbasis data masa lalu. Data
belajar, ketuntasan belajar, sikap dan motivasi masa lalu akan dipelajari oleh jaringan saraf tiruan
mahasiswa , serta efisiensi waktu . sehingga mempunyai kemampuan untuk memberikan
keputusan terhadap data yang belum pernah
Kata Kunci : Kata Kunci : Jaringan Syaraf dipelajari. Perhatian yang besar pada Jaringan Saraf
Tiruan, Back Propagation, Prediksi Effektifitas E- Tiruan disebabkan adanya keunggulan yang
Learning dimilikinya seperti kemampuan untuk belajar sama
seperti otak manusia yang memproses suatu
informasi. Dengan kemampuan JST yang begitu
2 SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 4, No.1, Juni 2018

besar, banyak sekali penerapan dari JST dalam 4. Mengaplikasikan Penerapan Jaringan Syaraf
memprediksi ataupun menyelesaikan masalah- Tiruan menggunakan metode Back
masalah dalam ilmu pengetahuan yang salah satunya Propagation untuk memprediksi efektifitas
dapat digolongkan kedalam peramalan. Pada pembelajaran e-learning.
penerapannya, peramalan biasanya digunakan untuk
aplikasi peramalan tingkat penjualan, mempediksi 2. Tinjauan Pustaka
nilai tukar uang (Forex), memprediksi penyakit dan
lain-lain. Peramalan dapat dilakukan dengan berbagai Jaringan syaraf tiruan merupakan salah satu
cara, diantaranya dengan mengembangkan teknik refresentasi buatan dari otak manusia yang selalu
kecerdasan buatan, yang dalam hal ini paling banyak mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran
digunakan adalah Jaringan syaraf tiruan. dari otak manusia tersebut. Pada penelitian ini teori
E-learning sebagai sebuah metode pembelajaran jaringan syaraf tiruan digunakan sebagai cara untuk
virtual yang disajikan ke dalam sistem global yang menyelesaikan masalah yang ada sehingga perlu
bisa diakses oleh semua unit yang terkait dalam adanya pembahasan teori tentang jaringan syaraf
proses belajar mengajar diharapkan dapat membantu tiruan yang menjadi bagian dari kecerdasan buatan
proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan (Artificial Intelligence) ini, seperti arsitektur dan
mutu pendidikan Indonesia. Dengan e-learning dosen pemodelan dari jaringan syaraf tiruan. Selain itu
dan mahasiswa dapat berinteraksi secara cepat. Selain perlu juga dibahas beberapa teori seperti metode back
itu dengan e-learning dapat dilakukan pembelajaran propagation, arsitektur back propagation dan konsep
jarak jauh sehingga dapat dengan mudah menjangkau e-learning yang akan diterapkan sehingga dapat
peserta didik di daerah-daerah kecil tanpa harus diaplikasikan pada pada penelitian “Penerapan
dilakukan pembelajaran tatap muka langsung. Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi
Penerapan sistem pembelajaran menggunakan e- Efektifitas Pembelajaran dengan E-learning” ini.
learning di Universitas Muhammadiyah Riau sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan mutu 2.1. Artificial Inteligence
pendidikan para lulusan Universitas Muhammadiyah
Riau ini akan lebih baik kedepannya. Dalam Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan
pelaksanaan penerapan pembelajaran menggunakan buatan adalah suatu ilmu pengetahuan dan teknologi
e-learning ini, masih banyak terdapat beberapa yang mempelajari cara membuat komputer
kendala dan hambatan pada saat penerapannya, mulai melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh
dari masalah sarana prasarana maupun kendala manusia. Kecerdasan buatan sebagai sebuah studi
pemahaman terhadap penggunaan daripada sistem e- tentang bagaimana membuat komputer melakukan
learning itu sendiri. hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan oleh
manusia (Samsudin, 2010).
1.2. Rumusan Masalah Untuk menerapakan aplikasi kecerdasan buatan
ada 2 bagian utama yang sangat dibutuhkan, yaitu :
Secara garis besar masalah yang harus dipahami 1. Basis Pengetahuan (Knowledge Base), berisi
pada penelitian ini ini antara lain yaitu : fakta-fakta, teori, pemikiran dan hubungan
1. Bagaimana menentukan kriteria-kriteria antara satu dengan lainnya.
dalam evaluasi Pembelajaran dengan e- 2. Motor Inferensi (Inferensi Engine), yaitu
learning ? kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan
2. Bagaimana memprediksikan efektifitas dari pengalaman (Dahria, M, 2008).
pembelajaran sistem e-learning dengan Artificial Intelligence dapat dikelompokkan ke
menggunakan syaraf tiruan ? dalam empat bagian utama, seperti terlihat pada
gambar:
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi


efektifitas pembelajaran menggunakan sistem e-
learning. Adapun secara jelas tujuan dari penelitian
ini antara lain :
1. Menganalisa permasalahan yang ada dalam
efektifitas penerapan pembelajaran e-learning.
2. Menentukan kriteria dalam evaluasi e-
learning. Gambar 2.1 Bagian-bagian Utama dari Aplikasi
3. Memprediksi efektifitas pembelajaran dengan Artificial Intelligence
menggunakan sistem e-learning.
Noverta Effendi
Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Efektifitas Pembelajaran dengan E-Learning di
Universitas Muhammadiyah Riau 3

Dari diagram diatas terdapat empat manusia, jaringan syaraf tiruan juga terdiri dari
pengelompokan Artificial Intelligence. Pada beberapa neuron yang saling berhubungan. Neuron-
penelitian ini penulis menguraikan bagian kedua saja neuron tersebut akan mentransformasikan informasi
yaitu Aplikasi Ilmu Komputer. Aplikasi ilmu yang diterima melalui sambungan keluarnya menuju
komputer ini mencakup pengembangan generasi neuron-neuron yang lain. Pada jaringan syaraf tiruan
kelima komputer, pemrosesan pararel, pemrosesan hubungan antar neuron disebut dengan bobot.
simbolik, dan jaringan neural. Informasi tersebut disimpan pada suatu nilai tertentu
pada bobot tersebut (Ferdinand Sinuhaji, 2009)
2.2. Jaringan Syaraf Tiruan

Dalam penyelesaian masalah-masalah


kompleks, sering kali para pakar menggunakan
Jaringan syaraf tiruan sebagai salah satu alternatif
solusinya. Hal ini dimungkinkan karena JST sangat
cocok menyelesaikan masalah dengan kondisi data
dengan fluktuasi yang tak linier.
Gambar 2.3 Struktur Neuron Jaringan Syaraf
2.2.1. Pengertian jaringan Syaraf Tiruan Tiruan

Jaringan saraf tiruan (Artificial Neural Berdasarkan gambar 2.3 diatas, informasi/input
Network) atau ANN merupakan model yang meniru akan dikirim ke neuron dengan bobot kedatangan
cara kerja jaringan biologis. Otak manusia terdiri atas tertentu. Input ini akan diproses oleh fungsi
sel-sel saraf yang disebut neuron, yang berjumlah perambatan yang akan menjumlahkan nilai-nilai
sekitar 109 neuron. Neuron-neuron ini terbagi atas semua bobot yang datang. Hasil penjumlahan ini
group-group yang disebut dengan jaringan, yang kemudian akan dibangdingkan dengan suatu nilai
dibedakan atas fungsinya dan setiap group ambang (thereshold) tertentu melalui fungsi aktivasi
mengandung ribuan neuron yang saling setiap neuron. Apabila input tersebut melewati suatu
berhubungan. Kecepatan proses setiap jaringan ini nilai ambang tertentu, maka neuron tersebut akan
sebenarnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan diaktifkan. Apabila neuron tersebut diaktifkan, maka
kecepatan proses komputer yang ada pada saat ini. neuron tersebut akan mengirimkan output melalui
Namun karena otak terdiri atas jutaan jaringan yang bobot-bobot outputnya ke semua neuron yang
bekerja secara paralel, maka otak dapat mengerjakan berhubungan dengannya.
pekerjaan yang jauh lebih kompleks dibandingkan
dengan apa yang dapat dikerjakan oleh komputer 2.3. Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan
yang hanya mengandalkan kecepatan (Diyah
Puspitaningrum, 2006). Jaringan syaraf tiruan merupakan generalisasi
model matematik dengan asumsi sebagai berikut :
1. Pemrosesan informasi terjadi pada banyak
elemen-elemen sederhana yang disebut
neurons.
2. Sinyal-sinyal dikirim antara neurons
melalui connection-links (Sinapsis).
3. Setiap sinapsis mempunyai bobot tertentu
, tergantung tipe NN.
4. Setiap neuron menggunakan fungsi
aktivasi (biasanya tak linier) yang
Gambar 2.2 Komponen Neuron merupakan penjumlahan sinyal-sinyal
masukan untuk sinyal-sinyal keluaran (T.
Gambar 2.2 diatas menunjukkan bagian-bagian dari Sutojo, AF, 2010).
neuron yang menjadi sel-sel syaraf pada otak Karakteristik dari Jaringan syaraf tiruan secara
manusia yang digunakan oleh jaringan syaraf tiruan umum dapat dientukan oleh 3 hal berikut :
. 1. Pola koneksi antar neuron (arsitektur).
2.2.2. Komponen Jaringan Syaraf Tiruan 2. Metode penentuan bobot pada koneksi-
koneksi (pelatihan, pembelajaran dan
Jaringan syaraf tiruan mempunyai beberapa algoritma).
tipe, namun hampir semuanya memiliki komponen- 3. Fungsi aktivasi (Jong Hek Siang, 2004).
komponen yang hampir sama. Sebagaimana otak
4 SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 4, No.1, Juni 2018

Gambaran suatu neuron sederhana dapat dilihat pada Jaringan lapisan tunggal terdiri dari 1 lapisan input
gambar dibawah ini : saja dan 1 lapisan output (Gambar 2.4). Setiap unit
pada lapisan ini selalu terhubung dengan setiap unit
yang terdapat pada lapisan output. Jaringan ini
X W1 menerima input yang kemudian mengolahnya
1
menjadi output tanpa melewati lapisan tersembunyi.
X W2 Y
2
W3
X
3
Gambar 2.4 Neuron Sederhana
Pada gambar diatas, neuron Y menerima masukan
dari neuron X1,X2, dan X3 serta W1, W2, dan W3
merupakan pembobot antar koneksi dari X1, X2, X3
terhadap neuron Y. Jaringan input y_in pada neuron
Y merupakan penjumlahan dari perkalian neuron- Gambar 2.6 Jaringan syaraf tiruan dengan
neuron input dengan masing-masing pembobot yang lapisan tunggal
bersesuaian. Pada Gambar 2.6 tersebut lapisan input terdiri
dari 3 unit neuron, yaitu X1, X2, dan X3 yang
terhubung langsung dengan lapisan output yang
memiliki 2 unit neuron, yaitu, Y1 dan Y2. Hubungan
antar neuron pada kedua lapisan tersebut ditentukan
oleh bobot yang bersesuaian W11, W12, W21, W22,
W31, dan W32.
Gambar 2.5 Neural Network yang Sederhana 2. Jaringan Lapisan Banyak
Jaringan syaraf tiruan lapisan banyak mempunyai
Gambar 2.5 memperlihatkan suatu model neural 3 jenis lapisan, yaitu lapisan input, lapisan
network yang sangat sederhana yang terdiri dari unit- tersembunyi, dan lapisan output seperti terlihat pada
unit input, output dan satu unit hidden yang terletak Gambar 2.5. Jaringan dengan lapisan banyak ini
pada lapisan tersembunyi (hidden layer). dapat menyelesaikan permasalahan yang lebih
Susunan dari beberapa neuron dalam sebuah layer kompleks dibandingkan dengan jaringan lapisan
dan bentuk hubungan didalam dan diantara layer tunggal.
disebut arsitektur jaringan. Neural network pada
umumnya dipisahkan berdasarkan pada jumlah layer
(input unit tidak termasuk layer karena tidak
melakukan fungsi aktivasi).
Neuron-neuron pada jaringan syaraf tiruan
terkumpul dalam lapisan-lapisan yang disebut neuron
layer. Lapisan-lapisan penyusun jaringan syaraf
tiruan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Lapisan Input (Input Layer) Gambar 2.7 Jaringan syaraf tiruan dengan
Lapisan input terdiri dari unit-unit input lapisan banyak
yang bertugas menerima pola inputan dari Pada gambar 2.7 diperlihatkan bagaimana lapisan
luar yang menggambarkan suatu input memiliki 3 unit neuron, yaitu x1,x2, dan x3
permasalahan. yang terhubung langsung dengan lapisan tersembunyi
2. Lapisan Tersembunyi (Hidden Layer) yang memiliki 2 unit neuron tersembunyi, yaitu z1
Lapisan tersembunyi terdiri dari unit-unit dan z2. Hubungan antara neuron pada lapisan input
tersembunyi yang nilai ouput nya tidak dan lapisan output ditentukan oleh bobot v11, v12,
dapat diamati secara langsung. v21, v22, v31, dan v32. Kemudian 2 unit neuron
3. Lapisan Output (Output Layer) tersembunyi z1 dan z1 terhubung langsung dengan
Lapisan output berisikan unit-unit output lapisan output yang memiliki 1 unit neuron Y yang
yang merupakan solusi JST terhadap suatu besarnya ditentukan oleh bobot w1 dan w2.
permasalahan. 3. Jaringan dengan Lapisan Kompetitif
Pada jaringan syaraf tiruan, ada beberapa Perbedaan jaringan ini dengan yang lain yaitu pada
arsitektur jaringan yang sering digunakan antara lain : jaringan ini memiliki bobot yang sudah ditentukan
1. Jaringan lapisan Tunggal dan tidak memiliki proses pelatihan. Jaringan ini
Noverta Effendi
Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Efektifitas Pembelajaran dengan E-Learning di
Universitas Muhammadiyah Riau 5

biasanya digunakan untuk mengetahui neuron terdapat sebuah input layer, hidden layer dan output
pemenang dari sejumlah neuron yang ada layer (Gunawan, af, 2009). Algoritma
backpropagation menggunakan error output untuk
mengubah nilai bobot-bobotnya dalam arah mundur
(backward). Untuk mendapatkan error ini, tahap
perambatan maju (forward propagation) harus
dikerjakan terlebih dahulu. Pada saat perambatan
maju, neuron-neuron diaktifkan dengan
Gambar. 2.8. Jaringan syaraf tiruan dengan menggunakan fungsi aktivasi. Untuk metode
lapisan kompetitif backpropagation fungsi aktivasi yang sering
2.4. Proses Pembelajaran Jaringan Syaraf Tiruan digunakan diantaranya: sigmoid biner, sigmoid
bipolar, dan identitas. Arsitektur jaringan dari metode
Pada jaringan syaraf tiruan terdapat proses backpropagation dapat dilihat seperti pada gambar
pembentukan konfigurasi bobot-bobot dari jaringan berikut :
yg disebut belajar. Proses pembentukan ini bertujuan X Y
agar input-input yang diberikan direspon oleh bobot- 1 1
bobot tersebut agar menghasilkan output yang sesuai 1
target atau yang mendekati. Proses pembelajaran X Wij Y
2 Wjk 2
pada jaringan syaraf tiruan ini dapat dikategorikan 2
dalam 2 proses antara lain, yaitu : X Y
Input
n
Hidd Outp
n
2.4.1. Pembelajaran Terawasi Laye en ut
Gambar 2.9 Arsitektur Jaringan
r Laye Laye
Pada pembelajaran ini bila diberikan pola Backpropagation
r r
input yang diajarkan, pembobotnya dapat
memberikan respon dan menghasilkan pola output 2.6. Algoritma Back Propagation
yang sesuai dengan target dari pola input tersebut.
Perbedaan antara keluaran-keluaran aktual dengan Algoritma backpropagation merupakan salah
data keluaran yang diinginkan digunakan untuk satu algoritma yang sering digunakan untuk
mengoreksi bobot JST agar JST dapat menghasilkan menyelesaikan masalah-masalah yang rumit. Hal ini
jawaban semirip mungkin dengan jawaban yang dapat dilakukan karena jaringan dengan algoritma ini
benar yang telah diketahui oleh JST. Pada penelitian dilatih dengan menggunakan metode belajar
ini akan digunakan model pembelajaran diatas. terbimbing. Algoritma pelatihan jaringan saraf
perambatan galat mundur terdiri atas dua langkah,
2.4.2. Pembelajaran Tak Terawasi yaitu perambatan maju dan perambatan mundur.
Pada pembelajaran ini, jaringan syaraf tiruan Langkah perambatan maju dan peramabatan mundur
mengorganisasi dirinya sendiri untuk membentuk ini dilakukan pada jaringan untuk setiap pola yang
vektor-vektor masukan yang serupa, tanpa diberikan selama jaringan mengalami pelatihan
menggunakan data atau contoh-contoh pelatihan. (Ferdinand Sinuhaji, 2009).
Dalam proses pelatihan, jaringan mengklasifikasikan Pada dasarnya pelatihan dengan algoritma
pola-pola masukan yang ada menjadi kelompok yang backpropagation terdiri dari 3 tahapan yaitu (Dyah
sejenis. Penerapan suatu vektor dari suatu kelas Puspitaningrum, 2006) :
tertentu pada masukannya akan menghasilkan vektor
keluaran yang spesifik, namun tak ada cara untuk 1. Tahap umpan maju (feedforward).
menentukan terlebih dahulu pada pelatihannya, yang 2. Tahap umpan mundur (backpropagation).
akan menghasilkan pola keluaran tertentu dengan 3. Tahap pengupdatetan bobot dan bias.
satu vektor masukan dari kelas tertentu. Secara rinci algoritma pelatihan jaringan
propagasi balik dapat diuraikan sebagai berikut :
Fase I : Propagasi Maju
2.5. Metode Back Propagation Selama propagasi maju, sinyal masukan
Keunggulan utama dari sistem jaringan syaraf (= xi) dipropagasikan ke lapis
tiruan adalah kemampuan untuk “belajar” dari contoh tersembunyi menggunakan fungsi
yang diberikan. Jaringan syaraf tiruan metode aktivasi yang ditentukan. Keluaran dari
backpropagation merupakan sebuah jaringan syaraf setiap unit lapis tersembunyi (= zj)
tiruan yang bersifat supervised, dimana diperlukan tersebut selanjutnya dipropagasikan maju
data training dalam prosesnya. Jaringan dalam lagi ke lapis tersembunyi di atasnya
Backpropagation bersifat multilayer. Jadi minimal menggunakan fungsi aktivasi yang
6 SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 4, No.1, Juni 2018

ditentukan. Demikian seterusnya hingga mundur, dari output layer hingga layer pertama
menghasilkan keluaran jaringan (= yk). dari hidden layer sehingga metode ini disebut
Berikutnya, keluaran jaringan (= yk) backpropagation.
dibandingkan dengan target yang harus Langkah-langkah pembelajaran dalam metode
dicapai (= tk). Selisih tk-yk adalah backpropagation adalah sebagai berikut :
kesalahan yang terjadi. Jika kesalahan ini 1. Inisialisasi bobot jaringan secara acak.
lebih kecil dari batas toleransi yang 2. Untuk setiap contoh data (data training),
ditentukan, maka iterasi dihentikan. hitung keluaran berdasarkanbobot jaringan
Akan tetapi apabila kesalahan masih tersebut.
lebih besar dari batas toleransinya, maka 3. Selanjutnya lakukan proses perhitungan nilai
bobot setiap garis dalam jaringan akan error untuk setiap keluaran (output) dan
dimodifikasikan untuk mengurangi hidden node (neuron) dalam jaringan. Bobot
kesalahan yang terjadi. jaringan dimodifikasi.
Fase II : Propagasi Mundur 4. Ulangi langkah 2 hingga kondisi yang
Berdasarkan kesalahan tk-yk, dihitung diinginkan tercapai.
faktor δk (k=1, 2, …, m) yang dipakai Terdapat beberapa cara dalam modifikasi bobot-
untuk mendistribusikan kesalahan di unit bobot jaringan saraf tiruan. Pertama, modifikasi
yk ke semua unit tersembunyi yang dilakukan pada setiap akhir perhitungan setiap
terhubung langsung dengan yk. δk juga contoh kasus (case) updating. Atau cara kedua,
dipakai untuk mengubah bobot garis modifikasi bobot-bobot jaringan saraf tiruan
yang menghubungkan langsung dengan dilakukan setelah semua contoh kasus dianalisis.
unit keluaran. Dengan cara yang sama, Cara ini disebut epoch (batch) updating. Untuk
dihitung δj di setiap unit di lapis perhitungan error dalam output layer dilakukan
tersembunyi sebagai dasar perubahan dengan persamaan berikut :
bobot semua garis yang berasal dari unit = (l- …….(2.5)
tersembunyi di lapis di bawahnya. Oi : Keluaran dari output node unit i
Demikian seterusnya hingga faktor δ di
Ti : nilai sesungguhnya dari output node dalam
unit tersembunyi yang berhubungan
contoh kasus (data training)
langsung dengan unit masukan dihitung.
Perhitungan error pada hidden layer dilakukan
Fase III : Perubahan Bobot
dengan persamaan berikut :
Setelah semua faktor δ dihitung, bobot
semua garis dimodifikasi bersamaan. = (1 - ...........(2.6)
Perubahan bobot suatu garis didasarkan Oi : keluaran dari hidden node unit i yang
atas faktor δ neuron di lapis atasnya. memiliki keluaran j dalam layer
Sebagai contoh, perubahan bobot garis Errj : nilai errror dalam node unit j
yang menuju ke lapis keluaran Wij : bobot antara kedua node (neuron) tersebut
didasarkan atas dasar δk yang ada di unit Setelah nilai error pada setiap node (neuron)
keluaran. Ketiga fase tersebut diulang- dihitung, lakukan modifikasi terhadap bobot baru
ulang terus hingga kondisi penghentian jaringan pada output layer dan bobot baru pada
dipenuhi. Umumnya kondisi penghentian hidden layer dengan menggunakan persamaan
yang sering dipakai adalah jumlah berikut.
iterasi atau kesalahan. Iterasi akan Wij = Wij + l.Errj . Oi ……............................(2.7)
dihentikan jika jumlah iterasi yang l : learning rate dengan nilai anatara 0
dilakukan sudah melebihi jumlah hingga 1, jika nilai l kecil, maka perubahan
maksimum iterasi yang ditetapkan, atau bobot akan sedikit dalam setiap iterasi, begitu
jika kesalahan yang terjadi sudah lebih pula sebaliknya.
kecil dari batas toleransi yang diijinkan
(Jurmawanto, A et al.2009). 2.7. Efektifitas Pembelajaran E-Learning
Backpropagation bekerja melalui proses secara Efektifitas berasal dari kata dalam bahasa
iteratif dengan menggunakan sekumpulan contoh inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau
data (data training), membandingkan nilai sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik, atau
prediksi dari jaringan dengan setiap contoh data. dapat juga didefinisikan sebagai ketepatan
Dalam setiap proses, bobot relasi dalam jaringan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.
dimodifikasi untuk meminimalkan nilai Mean Menurut kamus ensiklopedia Indonesia (1989)
Square Error (MSE) antara nilai prediksi dari efektifitas adalah menunjukkan taraf tercapainya
jaringan dengan nilai sesungguhnya. Modifikasi suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif apabila
relasi jaringan saraf tersebut dilakukan dalam arah usaha tersebut telah mencapai tujuannya. Menurut
Noverta Effendi
Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Efektifitas Pembelajaran dengan E-Learning di
Universitas Muhammadiyah Riau 7

Eggen dan Kauchak (Nuryanti, 2006), suatu 2. Web centric course adalah penggunaan
pembelajaran dikatakann efektif ketika siswa terlibat internet yang memadukan antara belajar jarak
secara aktif dalam penemuan informasi yang jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian
berhubungan dengan pengetahuan dan materi yang materi disampikan melalui internet, dan
sedang dipelajari. sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya
Pada dasarnya pembelajaran e-learning adalah saling melengkapi. Dalam model ini pengajar
pembelajaran yang menggunakan jasa elektronik bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk
sebagai media pembantu pembelajaran (Tafiardi, mempelajari materi pelajaran melalui web
2005). Tujuan utama penerapan e-learning dalam yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan
pembelajaran adalah untuk memperluas akses arahan untuk mencari sumber lain dari situs-
pendidikan ke masyarakat luas. situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta
Karakter-karakter e-larning antara lain : didik dan pengajar lebih banyak diskusi
1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di tentang temuan materi yang telah dipelajari
mana guru dan siswa, siswa dan sesama melalui internet tersebut.
siswa atau guru dan sesama guru dapat 3. Web enhanced course adalah pemanfaatan
berkomunikasi dengan relatif mudah dengan internet untuk menunjang peningkatan
tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas.
2. Memanfaatkan keunggulan komputer Fungsi internet adalah untuk memberikan
(digital media dan computer networks). pengayaan dan komunikasi antara peserta
3. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri didik dengan pengajar, sesama peserta didik,
(self learning materials) disimpan di anggota kelompok, atau peserta didik dengan
komputer sehingga dapat diakses oleh guru nara sumber lain. Oleh karena itu peran
dan siswa kapan saja dan di mana saja bila pengajar dalam hal ini dituntut untuk
yang bersangkutan memerlukannya. menguasai teknik mencari informasi di
4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, internet, membimbing mahasiswa mencari dan
kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal- menemukan situs-situs yang relevan dengan
hal yang berkaitan dengan administrasi bahan pembelajaran, menyajikan materi
pendidikan dapat dilihat setiap saat di melalui web yang menarik dan diminati,
komputer. melayani bimbingan dan komunikasi melalui
Menurut Rosenberg (2011), tiga kategori dasar internet, dan kecakapan lain yang diperlukan
dari e-learning yaitu : (Tafiardi, 2005).
1. E-Learning bersifat jaringan, yang
membuatnya mampu memperbaiki secara 3. Metodologi Penelitian
cepat, menyimpan, atau memunculkan
kembali, mendistribusikan dan sharing Adapun metodologi penelittian yang dilakukan
pembelajaran dan informasi. pada penelitian yaitu :
2. E-Learning dikirimkan kepada pengguna 1. Mengidentifikasi Masalah
melalui komputer dengan menggunakan 2. Menganalisa masalah yang ada pada sistem
standar internet. sebelumnya
3. E-Learning terfokus pada pandangan 3. Studi literatur
pembelajaran yang paling luas, solusi 4. Mengumpulkan data melalui proses observasi
pembelajaran yang mengungguli paradigma dan wawancara
nasional dalam pelatihan (Tafiardi, 2005). 5. Menganalisa data
Dalam pengembangannya, e-learning menurut 6. Merancang pola jaringan
Haughey (1998) ada tiga kemungkinan dalam 7. Implementasi dan pengujian
pengembangan sistem belajar berbasi internet, antara 8. Evaluasi
lain : 4. Hasil dan Pembahasan
1. Web course, yaitu penggunaan internet untuk 4.1 Pengujian dan Pengolahan data
keperluan pendidikan, yang mana peserta
didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan Pengujian data hasil pengolahan dilakukan
tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh dengan menggunakan software Mathlab 6.1,
bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dengan tahapan sebagai berikut :
latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran a. Melakukan pengolahan data secara manual
lainnya sepenuhnya disampaikan melalui dengan metode Backpropagation.
internet. Dengan kata lain model ini bisa b. Menguji hasil pengolahan data secara
disebut menggunakan sistem jarak jauh. manual tersebut dengan metode
8 SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 4, No.1, Juni 2018

Backpropagation dengan data yang sama 3 0.63 0.90 0.90 0.90 1


pada langkah pertama. 4 0.90 0.90 0.90 0.70 1
c. Menguji hasil pengolahan data secara 5 0.63 0.90 0.63 0.70 1
komputerisasi dengan metode 6 0.63 0.90 0.37 0.70 1
7 0.63 0.90 0.37 0.50 1
Backpropagation menggunakan data
8 0.63 0.90 0.63 0.90 1
yang sama pada langkah pertama
menggunakan software Matlab 6.1. 9 0.37 0.90 0.90 0.90 1
d. Membandingkan hasil manual yang 10 0.63 0.90 0.90 0.70 1
didapatkan dengan hasil pengujian 20 0.90 0.90 0.90 0.90 1
menggunakan Software Matlab 6.1. 25 0.90 0.90 0.10 0.50 1
Menguji hasil pengolahan data secara komputerisasi 30 0.90 0.90 0.90 0.90 1
dengan metode Backpropagation dengan 39 0.90 0.90 0.37 0.10 0
menggunakan software Matlab 6.1 dengan data yang 40 0.90 0.90 0.90 0.50 1
lebih lengkap dari data-data yang ada dengan
beberapa model jaringan syaraf tiruan. Tabel 4.2. Data Input dan terget jaringan untuk
data pelatihan
4.2 Pemrograman jaringan Syaraf Tiruan
(Backpropagation) Model 4-2-1
NO X1 X2 X3 X4 T
Output Error
Jaringan syaraf tiruan (backpropagation) 1 0.9 0.9 0.9 0.9 1 0.9984 0.0016
dibentuk dengan cara menambahkan lapisan 2 0.1 0.9 0.9 0.5 1 0.9781 0.0219
tersembunyi (hidden layer) sesuai dengan aturan -
3 0.37 0.9 0.37 0.5 0 0.0016
pelatihan dalam model Widrow-Hoooff. 0.0016
Variasi terhadap model standar dilakukan 4 0.9 0.9 0.63 0.7 1 0.9984 0.0016
dengan mengganti algoritmanya menjadi model 5 0.37 0.9 0.9 0.9 1 0.9983 0.0017
algoritma lain. Berdasarkan hasil percobaan
6 0.63 0.9 0.9 0.7 1 0.9963 0.0037
menunjukkan bahwa jaringan syaraf tiruan yang
-
sudah dilatih dengan baik akan menghasilkan 7 0.1 0.9 0.37 0.3 0 0.0018
0.0018
keluaran yang lebih baik jika diberi masukan serupa -
dengan pola yang dipakai untuk pelatihan. 8 0.1 0.9 0.37 0.5 0 0.0005
0.0005
9 0.63 0.9 0.63 0.3 1 0.9893 0.0107
4.3 Langkah-Langkah Pengolahan Data -
Manual dengan matlab 10 0.9 0.9 0.37 0.1 0 0.0052
0.0052
20 0.9 0.9 0.9 0.5 1 0.9984 0.0016
Adapun langkah pengolahan data yang 21 0.63 0.9 0.9 0.3 1 0.9974 0.0026
dilakukan dengan menggunakan matlab dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 22 0.63 0.9 0.9 0.3 1 0.8643 0.1357
1. Menetapkan data Input dan target untuk -
23 0.1 0.9 0.37 0.9 0 0.0037
0.0037
pelatihan serta pengujian. Untuk input yang
24 0.63 0.9 0.1 0.9 1 0.001 0.999
digunakan pada pengolahan data ini yaitu :
25 0.9 0.9 0.37 0.3 1 0.9904 0.0096
- Kesesuaian Tingkat Pembelajaran (X1)
- Kualitas Pembelajaran (X2)
2. Menetapkan Bobot dan Bias
- Sikap dan Motivasi siswa (X3)
Bobot awal lapisan input ke lapisan
- Efisiensi Waktu (X4).
tersmbunyi pertama pada pelatihan dapat
Berdasarkan 100 data hasil pengumpulan data
dilihat pada tabel 3.3 berikut :
dibagi menjadi 75 data untuk pelatihan dan 25
Tabel 4.3. Tabel bobot awal input ke lapisan
untuk pengujian dengan menggunakan pola 4- tersembunyi
2-1. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Y1 Y2
V1 0.4 -0.5
Tabel 4.1. Data Input dan terget jaringan untuk
data pelatihan V2 0.1 0.9
NO X1 X2 X3 X4 T V3 0.63 0.9
1 0.90 0.10 0.90 0.90 1 V4 0.9 0.9
2 0.90 0.90 0.63 0.70 1
Noverta Effendi
Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Efektifitas Pembelajaran dengan E-Learning di
Universitas Muhammadiyah Riau 9

Bobot awal lapisan tersembunyi ke lapisan


output terlihat pada tabel 4 berikut :

Tabel 4.4. Tabel bobot lapisan tersembunyi ke


lapisan output

Z
Y1 -0.4
Y2 -0.3

3. Menetapkan Parameter-parameter yang


digunakan Gambar 4.1. Pelatihan 4-2-1 mencapai goal
Sebelum data tersebut diuji untuk proses
pelatihan, maka perlu ditetapkan parameter-
parameter yang diperlukan dalam proses pelatihan
terlebih dahulu. Adapun parameternya antara lain
yaitu :
- net.trainParam.epochs=5000

Parameter ini digunakan untuk menentukan


jumlah epoch maksimum yang ada pada
pelatihan.
- net.trainParam.goal=0.0001;

Parameter ini digunakan untuk menentukan batas Gambar 4.2. Pelatihan 4-3-1 mencapai goal
nilai MSE agar iterasi berhenti. Iterasi akan
berhenti jika MSE kurang dari batas yang
ditentukan dalam net.trainparam.goal atau
jumlah epochs yang telah ditentukan dalam
net.trainparam.epochs.
- net.trainParam.Ir=0.3;

Parameter ini digunakan untuk menentukan laju


pemahaman ( Learning Rate = α ).Adapun nilai
default dari nilai learning rate ini adalah 0.1,
semakin besar nilai α , maka semakin besar
proses pelatihan. Akan tetapi dalam hal ini jika
nilai α terlalu besar, maka algoritma akan tidak Gambar. 4.3. Pelatihan 4-4-1 mencapai goal
stabil dan mencapai titik minimal local.
- net.trainParam.show=1000

Parameter ini digunakan untuk menampilkan


frekuensi perubahan MSE (Default : setiap 25
epoch)
4. Melakukan Pelatihan dan Pengujian

Proses pelatihan dapat dilakukan dengan


menggunakan perintah berikut dengan beberapa
model jaringan syaraf tiruan yaitu 4-2-1, 4-3-1, 4-
4-1, 4-5-1, dan 4-6-1 : Gambar. 4.4. Pelatihan 4-5-1 mencapai goal
- net=train(net,rn,tn);
Dengan perintah di atas akan menghasilkan keluaran
masing-masing model jaringan syaraf tiruan sebagai
berikut :
10 SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 4, No.1, Juni 2018

dengan e-learning yaitu dengan jaringan


saraf tiruan menggunakan algoritma
backpropagation dengan momentum adalah
4-6-1 dengan membagi data menjadi 2
bagian yaitu 25 data pelatihan dan 25 data
pengujian
3. Untuk lebih mengetahui kemampuan
prediksi efektifitas pembelajaran dengan e-
learnig, maka dapat dilakukan pelatihan dan
pengujian dengan banyak data, semakin
banyak jumlah data yang dilatih maka akan
semakin baik kemampuan prediksi yang
dihasilkan oleh jaringan saraf tiruan, namun
Gambar. 4.5. Pelatihan 4-6-1 mencapai goal akan berdampak pada melambatnya proses
pelatihan
Berdasarkan data hasil pelatihan dengan beberapa
model 4-2-1, 4-3-1, 4-4-1, 4-5-1 dan 4-6-1 diatas, 6. Referensi
dan mencapai epoch maksimum maka dilakukan
pengujian sehinggan mendapatkan hasil bahwa model Arif Hermawan. (2006). “Jaringan Saraf Tiruan Teori
4-6-1 mendapatkan hasil yang lebih baik dan Aplikasi”. Penerbit Andi.
dibandingkan model yang lainnya dengan nilai epoch
= 7576 dan MSE = 0.0000999993 yang merupakan Diyah Puspitaningrum, (2006). “Pengantar Jaringan
hasil terbaik dengan menggunakan sample data Saraf Tiruan “. Penerbit Andi.
sebanyak 75 data.
Jong Jek Siang, (2009). “Jaringan Syaraf Tiruan”.
Tabel 4.5 Perbandingan hasil Epoch dan MSE ANDI Yogyakarta.

4-2-1 4-4-1 4-5-1 4-6-1 Kasiman Peranginagin. (2006). “Pengenalan Matlab”.


Epoch 21675 20533 12677 7576 Penerbit Andi.
Pelatihan
MSE 0,0000 0.0000999 0.0000999 0.00009
Pengujian 99998 97 98 9993 Numiek Sulistyo Hanum, (2013). “Keefektifan E-
Learning Sebagai Media Pembelajaran
5. Simpulan (Studi Evaluasi Model Pembelajaran E-
Learning Smk Telkom Sandhy Putra
Setelah melakukan pelatihan dan pengujian Purwokerto)”, Jurnal Pendidikan Vokasi
menggunakan Mathlab 6.1 maka dapat disimpulkan UNY.
beberapa hal berikut :
1. Jaringan syaraf tiruan dapat digunakan untuk Samsudin. (2010). “ Tesis Implementasi Jaringan
memprediksi efektifitas pembelajaran Syaraf Tiruan Menggunakan Metode
dengan e-learning di Universitas Propagasia Balik untuk Memprediksi
Muhammadiyah Riau, berdasarkan 4 kriteria Kejiwaan Manusia”.
penilaian efektifitas yaitu: tingkat kesesuaian
belajar, ketuntasan belajar, sikap dan Son Kuswadi. (2007). “Kendali Cerdas Teori dan
motivasi mahasiswa , serta efisiensi waktu. Aplikasi Praktisnya”. Penerbit Andi.
2. Arsitektur yang paling tepat digunakan
untuk prediksi efektifitas pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai