Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air pendingin dan kondensat, namun
penanganan air buangan pendingin tersebut biasanya dapat diatasi dengan melakukan recycle
melalui sistem tertutup sehingga dapat digunakan kembali.
Berikut ini merupakan tabel proses pekerjaan dalam industri susu dan jenis limbah yang
dihasilkan dari proses tersebut.
Kegiatan
Penyaringan
Jenis Limbah
Air Limbah
Limbah Padat
Tumpahan bahan Sisa saringan
Proses Pengolahan
Evaporasi
Pencampuran
Pengeringan
Finishing dan pengemasan
Pasca produksi
baku
Tumpahan
Genset/boiler
Tumpahan bahan baku dan pendukung
Tumpahan produk Genset/boiler
Tumpahan produk dan sisa kemasan
Produk yang tidak memenuhi standart
Pengemasan
mutu
Tumpahan
Pembersihan
pengemasan
Air sisa pencucian
Padatan
IPAL
Laboratorium
Sisa reagen
pencucian
Sludge
Kemasan
Kondensat
Emisi
bekas
reagen
-
pendinginan
ltr/ kg produk, untuk Indonesia rata-rata volume yang dihasilkan dari sebuah pabrik susu adalah
2 ltr/kg produk susu.
Limbah dari pengolahan susu segar mempunyai bahan organik terlarut yang tinggi dan
bahan tersuspensi yang rendah (Jenie. 2004), selain itu berdasarkan sumber yang kami dapat,
limbah industri susu mengandung kadar organik yang cukup tinggi tetapi mudah terurai. Kadar
BOD pada air limbah susu (400-9.440 mg/l) dan COD (360-15.300 mg/l). Perbandingan BOD
dan COD setiap pabrik bervariasi namun secara umum adalah 1.75:1. Karaktersitik limbah cair
industri susu mempunyai total padatan (1.210-11.990 mg/l), padatan tersuspensi volatil (TSV) =
200-1.840 mg/l, padatan tersuspensi (TSS) = 270-1.980 mg/l.b, pH = 4,2 - 9,5, Amonia (1-76
mg/l), nitrogen organik (9-250 mg/l), alkalinitas (0-1.080 mg/l), kandungan kadar organik seperti
vitamin dan mineral yang tinggi.
Pengolahan limbah ini akan menghasilkan sludge atau lumpur susu yang mengendap
pada kolam penampungan, lumpur susu ini mempunyai kandungan bahan kering sangat rendah,
sedangkan kandungan lemaknya cukup tinggi dan sangat rentan terhadap serangan mikroba
sehingga mudah terurai atau cepat sekali mengalami pembusukan. Hal ini disebabkan oleh
tingginya kadar nutrisi disertai dengan tingginya kadar air limbah pengolahan susu yang bisa
mencapai
97,89
persen,
hal
yang
perlu
diwaspadai
dari
lumpur
susu
Industri pengolahan susu diharuskan melakukan pengolahan limbah sebelum limbah hasil
produksinya dibuang ke lingkungan. Bahan organik yang terlarut dalam limbah disaring melalui
beberapa tahap penyaringan, selanjutnya disalurkan ke dalam kolam penampungan. Pengolahan
limbah ini akan menghasilkan sludge atau lumpur susu yang diendapkan pada kolam
penampungan.
Teknik pengolahan limbah susu pada umumnya dilakukan dengan mengkombinasikan teknik
secara fisika, biologi dan kimia. Secara fisika meliputi equalisasi, sedimentasi, filtrasi, flotasi dan
penyaringan, secara kima meliputi koagulasi dan flokulasi sedangkan secara biologi meliputi
proses anaerob dan aerasi lumpur aktif, hal ini didasarkan karena karakteristik limbah cair
industri susu itu sendiri. Pada tahap akhir pengolahan limbah susu dapat dilakukan penyaringan
air limbah menggunakan pasir yang berfungsi untuk menyaring partikel halus dan penyaringan
menggunakan arang aktif yang berfungsi untuk menyerap bahan-bahan kimia yang tersisa.
Pengolahan diatas merupakan pengolahan dengan metode on site yaitu pengolahan yang
dilakukan
masih dalam kawasan pabrik. Selain pengolahan on site, banyak pabrik yang
mengolah limbah nya secara off site yaitu dengan mengirim limbah nya keluar pabrik baik
menuju PPLI atau pabrik lain.
Penerapan 3R dalam pengolahan limbah pabrik dapat merubah nilai ekonomi limbah
tersebut. Berikut beberapa penerapan teknologi 3R pada limbah industry susu yang
memberikan efek ekonomi yang tinggi :
1. Merubah
Limbah
Susu
Menjadi
Biofuel
Bentuk awalnya adalah cair yang sedikit berwarna keruh putih dan bentuk akhirnya
adalah sludge/ lumpur dan semakin berbentuk lumpur maka semakin menghasilkan biofuel. Hal
ini diduga terjadi karena proses yang dilakukan pada WWTP mengakibatkan berkurangnya
kandungan di dalam limbah sludge yang mampu menghasilan BBM/ biofuel.
Dari beberapa tempat pengambilan sampel yaitu di daerah :
1.Input
masuk
limbah
pertama
kali
keliar
dari
pipa
pembuangan.
2.Aeration, Dimana sample diambil pada proses WWTP yang sedang mengalami proses aerasi.
3.Sludge, Dimana sample diambil pada proses Sludge limbah susu sudah dikeluarkan dari proses
WWTP. Dari hasil tersebut maka didapat kesimpulan sebagai berikut
Hasil pengujian kami terhadap berbagai sample limbah sludge di perusahaan Susu
2. Potensi Lumpur Susu Sebagai Bahan Pakan Ternak Dengan Campuran Onggok (Limbah
Tapioka) Terfermentasi Oleh Aspergillus Niger
Anggapan bahwa limbah hanya merupakan sampah yang tidak berguna nampaknya harus
mulai dihilangkan, limbah susu yang telah diproses masih tetap bisa dimanfaatkan, Selama ini
pemanfaatan lumpur susu hanya terbatas pada penggunaannya sebagai pupuk atau media tanam
untuk tanaman hias, bahkan sebagian besar industri seperti PT. Greenfields di Malang yang
hanya membuangnya ke lahan perkebunan di sekitar areal perusahaan. Sementara ini
pemanfaatan lumpur susu dari limbah pengolahan susu sebagai bahan pakan masih jarang
dilakukan, padahal kandungan potensi lumpur susu perlu diperhitungkan. Setiap 2000 gram
limbah susu (slurry) dapat diperoleh 250 gram lumpur susu dan nilai nutrisi cukup tinggi
sebagai sumber protein, yakni kandungan protein kasar 34,98 %, laktosa 4,42 %, serat kasar 9,77
%, lemak kasar 11,04 %, kalsium 2,33 %, dan phosfor 1,05 %, Mg 0,4% berdasarkan bahan
kering (Marlina, 2007)
Selain kelebihan tersebut, limbah yang berupa lumpur susu juga mempunyai kekurangan
yaitu kandungan bahan keringnya sangat rendah, sedangkan kandungan lemaknya cukup tinggi
dan sangat rentan terhadap serangan mikroba sehingga mudah terurai atau cepat sekali
mengalami pembusukan, sehingga halutama yang perlu diwaspadai dari lumpur susu
adalah adanya bakteri patogen yang dapat menurunkan kualitas sebagai bahan pakan.
Berdasarkan kelebihan potensi nutrisi lumpur susu sebagai sumber protein dan mengurangi
kelemahannya yang rendah bahan kering dapat diupayakan dengan penambahan onggok sebagai
kombinasi
melalui
bioproses
atau
fermentasi
dengan
jasa
mikroba
yaitu
dengan
kapang Aspergillus niger. Onggok berpotensi sebagai bahan pakan karena kandungan energinya
tinggi dengan energi metabolis 3000 kkal/kg dan serat kasar yang tinggi 14,54 persen namun
kandungan proteinnya sangat rendah, yakni 1,60-3,92 persen.
Aspergillus
niger merupakan
cepat
dan tidak
membahayakan karena tidak menghasilkan mikotoksin. Selain itu penggunaannya mudah dan
dapat memproduksi beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amilo-glukosidase, dan selulase,
serta enzim fitase ekstraseluler dan dalam metabolismenya Aspergillus niger menghasilkan asam
sitrat
yang
dapat
menurunkan
pH
substrat. Dalam
pertumbuhannya Aspergillus
niger membutuhkan suhu, kelembaban, pH dan kadar air yang optimal. Dengan demikian,
pencampuran dua bahan berbeda kadar air dan karakteristik lainnya harus dipertimbangkan agar
pertumbuhan Aspergillus niger optimal (Conneely, 1992).
https://www.scribd.com/doc/216980853/3R-Industri-Susu