Anda di halaman 1dari 13

Pemanfaatan Kembali Limbah

Industri sebagai Salah Satu Sumber


Energi Terbarukan
Departemen Pengembangan Wawasan dan Keilmuan
IMTII DIY
01
Penerapan Energi Terbarukan dari Limbah
Cair Industri Tahu untuk Penggerak Mesin
Penggiling Kedelai
Inovasi ini dapat menurunkan padatan pencemar berkisar 75-90%. Penerapan teknologi
pemanfaatan biogas sebagai sumber penggerak mesin penggiling kedelai ini, mudah
dipraktekkan dengan peralatan yang relatif murah dan mudah didapat sehingga para
pelaku industri kecil dan menengah tidak lagi beranggapan bahwa sumber energi
penggerak harus dari listrik. Kemudian dilakukan pendampingan serta monitoring dan
evaluasi untuk keberhasilan menuju industry rumahan yang mandiri energi.
Teknologi yang yang dihasilkan berupa gas metana yang merupakan energi terbarukan
dari hasil konsep recycle yang diterapkan dalam proses pengolahan air limbah industri
tahu ini sangat menguntungkan bagi pelaku bisnis, karena selain limbahnya tertangani
dengan baik, juga dapat dihasilkan sumber energi terbarukan penggerak mesin.
Output: berupa mesin penggiling kedelai dengan kapasitas 20 Kg/jam dengan
penggerak Biogas dari pengolahan limbah cair tahu.
Pemanfaatan limbah untuk menjadi energi terbarukan sebagai bahan bakar gas
penggerak mesin penggiling kedelai ini menggunakan motor 5,5 HP dengan bahan
bakar biogas sebagai penggeraknya. Putaran output dari motor 5,5 HP dengan bahan
bakar biogas digunakan untuk memutar poros yang dihubungkan dengan puli dan
kemudian memutar batu gilas yang antinya akan menggiling kedelai hingga halus
sehingga bisa diproses menjadi tahu.
Mesin penggiling kedelai adalah mesin yang berfungsi untuk menggiling kedelai basah
menjadi lebih lembut dan nantinya diproses lagi sampai menjadi tahu. Cara kerja dari
mesin penggiling kedelai adalah dengan menggunakan dua buah batu gilas, dimana
batu yang pertama adalah batu yang bergerak dan dihubungkan terhadap poros yang
disambung dengan pulley, sedangkan pada permukaan batu ini diberi alur melingkar
yang diameter lingkarannya semakin besar ke arah luar. Sedangkan untuk batu yang
kedua (batu yang tidak berputar), pada permukaannya dibuat lubang-lubang yang tidak
sampai tembus. Transmisi dari mesin ini pada umumnya adalah pulley dan sabuk yang
digerakkan oleh motor 5,5 HP dengan bahan bakar biogas.
Cara menggunakan mesin: Untuk menhidupakan motor
penggeraknyanya sama seperti motor penggerak pada umumnya
namun ada sedikit tambahan yaitu harus membuka katub biogas
terlebih dahulu untuk suplay bahan bakarnya.
 Bahan bakar biogas masuk melalui converter kit, kemudian
diteruskan ke ruang bakar sehingga motor dapat hidup.
 Putaran yang bersumber dari motor 5,5 HP dengan bahan
bakar biogas diteruskan ke porosdengan menggunakan belt.
 Lalu porosakan memutar batu penggilassesuai dengan
kecepatan yang telah ditentukan.
 Batu penggilas yang berputar akan menggiling kedelai sampai
halus.
 Kedelai yang sudah digiling akan keluar dari mesin peggiling
dan ditampung dalam wadah.
 Langkah – Langkah Pengoperasian Mesin: menyiapkan bahan
baku, buka katup biogas dan hidupkan motor, masukkan
kedelai yang sudah direndam sebelumnya dan air kedalam
mesin penggiling, siapkan wadah untuk menampung hasil dari
kedelai yang sudah digiling, matikan motor dan tutup katub
biogas ketika proses selesai.
Kapasitas mesin penggiling kedelai diperoleh dengan membagikan berat kedelai yang digiling dibagi waktu penggilingan
kedelai yang dibutuhkan. Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh dari bahwa kapasitas rata-rata alat penggiling
kedelai adalah 21,404 Kg/Jam
“Apapun kepentingan dan aktivitas kita
sebagai manusia, jangan lupa untuk tetap
memperdulikan lingkungan dan alam.
Karena: alam akan baik-baik saja tanpa kita,
tapi kita takan bisa apaapa tanpa alam.”
citra bs, 2022
- Terimakasih
SUMBER:

 Rahayu, SS, Adi Purnomo, Amrul, 2020. Rekayasa Pengolahan Limbah Cair
Tahu Dengan Reaktor AnSBR, Jurnal Teknis, Vol. 2 No.2, 2020 hal. 18–25
Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit(PKS)Sebagai Energi Alternatif Biogas Melalui
Sistem Biodigester

Limbah adalah sisa dari suatu proses programsi yang berpotensi menjadi bahan
pencemaran di suatu lingkungan .

Di Indonesia Industri pabrik kelapa sawit merupakan salah satu penghasil limbah dimana dari 1 ton
kelapa sawit menghasilkan limbah antara lain tandan kosong kelapa sawit (TKKS) 23% (230 kg),
limbah cangkang (Shell) 6,5% (65 kg), wet decanter solid (lumpur sawit) 4 % (40 kg), serabut
(Fiber) 13% (130 kg) serta limbah cair sebanyak 50% (Mandiri, 2012). Limbah PKS sejauh ini
belum terolah sempurna, limbah sawit
Berdasarkan penelitian tentang pemanfaatan limbah, TKKS memiliki potensi besar
untuk dijadikan bahan bakar nabati (BBN). TKKS bisa diolah menjadi bioetanol dan
bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomasa (PLT Biomassa).

Biodigester adalah sistem pengolahan limbah dengan penambahan mikroorganisme


sebagai strarter agar mempercepat proses dekomposisi material organik tanpa
udara.Bodigester dapat menghasilkan biogas, pupuk cair organik serta suatu sistem
yang memiliki tahapan penguraian masing-masing senyawa karbohidrat, lemak, dan
protein dalam proses
anaerobik.
Dengan metode biodigester limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan gas methana,
dengan pengunaan bakteri acetophillic dan methanebacteriamempercepat proses
dekomposisi material organik tanpa udara, tidak hanya menghasilkan gas tapi sistem
biodigester juga menghasilkan pupuk cair.Pembentukan gas methana dari limbah pabrik
kelapa sawit tersebut dipengaruhi oleh suhu yang selalu stabil yaitu pada suhu 28 ⁰c-35⁰c
yang menyebabkan bakteri acetophillic dan methanobacteria dapat membantu proses
terbentuknya gas methana (CH4) berkembang dan bekerja secara optimal.
Pada Gambar 1 yang diamati adalah limbah yang berada pada kolam pengolahan pertama
(tipe 1), limbah tipe ini memiliki kecepatan menghasilkan biogas sebesar 2,4 ml/jam dengan
jumlah limbah 200 ml. Dari hasil ini, untuk 1 liter limbah yang diolah mampu menghasilkan
12 ml biogas. Maka dalam 1 hari, limbah tipe 1 akan menghasilkan 0,288 liter biogas setiap
liter limbah.
Benefit Pengolahan Limbah TKKS

1.Efisiensi Tinggi
Penggunaan energi yang ramah lingkungan dibandingkan dengan enegi yang
dihasilkan PLTU

2.Konstruksi yang sederhana


Pembangunan lokasi digister lebih murah dibandingkan dengan pembuatan
sumber energi yang menghasilkan energi yang sama.

3.Kapasitas daya lebih bervariasi


Kapasitas biogas yang dihasilkan tergantung dari jumlah TKKS yang diolah
didalam tangki Biodigister .volume penggunaan lebih multiple dikarenakan
jumlah TKKS yang melimpah

Anda mungkin juga menyukai