Anda di halaman 1dari 4

J. Sains & Teknologi, Agustus 2009, Vol.9 No.

2 : 115 – 118 ISSN 1411-4674

SALURAN PEMASARAN SAPI POTONG DI SULAWESI SELATAN

Andi Suarda
Jurusan Peternakan Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

ABSTRACT

The study aimed to find out the marketing channel of the beef cattle in South Sulawesi. The
primary and secondary data were collected through observation, interview, and questionaire in three
regencies, namely Bulukumba (Bontotiro district) consisting of Bonto Marannu village and Bonto
Bulaeng village, Barru regency (Tanete Riaja district) consisting of Kading village and Mattiro
Walie village, and Polmas regency (Wono Mulyo district) consisting of Kebun Sari village and
Bumi Mulyo village. The data were analyzed by using SWOT analysis. The result of the analysis
indicate at the marketing channel of the beef cattle in South Sulawesi has been efficient at the three
levels of available marketing channels.
Keywords : beef cattle, marketing channel, efficiency, South Sulawesi

PENDAHULUAN Kotler dalam Soekartawi ( 1993)


mengatakan bahwa ada lima faktor yang
Pemasaran adalah merupakan kegiatan
menyebabkan mengapa pemasaran itu
untuk memindahkan barang atau jasa dari
penting diantaranya adalah : 1) jumlah
produsen ke konsumen. Fungsi
produk yang dijual menurun, 2)
pemasaran yang dilakukan meliputi:
Pertumbuhan penempilan perusahaan
pembelian, penjualan, pengangkutan,
juga menurun, 3) Terjadinya perubahan
pergudangan, pembiayaan, penenggung
yang diinginkan konsumen, 4) Kompotisi
an resiko, dan standarisasi serta informasi
yang semakin tajam, 5) terlalu besarnya
pasar. Menurut Downey dan Erickson,
pengeluaran untuk penjualan.
1992 bahwa penyaluran barang dari
Swastha dan Sukotjo (1983)
produsen ke konsumen akhir sering
mengemukakan bahwa ada lima macam
dinamakan sebagai saluran pemasaran.
saluran dalam pemasaran masing –
Jenis dan kerumitan saluran tersebut
masing konsumsi yaitu :
tergantung pada jenis komuditinya.

1. Produsen Konsumen akhir


2. Produsen Pengecer Konsumen akhir
3. Produsen Pedagang besar Pengecer Konsumen akhir
4. Produsen Agen Pengecer Konsumen akhir
5. Produsen Agen Pedagang besar Pengecer Konsumen akhir

Pada hakekatnya pemasaran semurah mungkin, 2) Mampu


pertanian mencakup pasar hasil produksi mengadakan pembagian yang adil dari
pertanian dan pasar sarana produkasi pada keseluruhan harga yang dibayar
yang diperlukan oleh petani. Sistem konsumen akhir kepada semua pihak
pemasaran dianggagap efisien apabila yang ikut serta dalam kegiatan produksi
memenuhi dua syarat yaitu : 1) mampu dan tataniaga ( Mubiarto, 1994)
menyampaikan hasil-hasil dari petani
produsen ke konsumen dengan biaya

115
A. Suarda ISSN 1411-4674

Metode Penelitian 1. Produk ternak sapi potong belum


memiliki kualitas tinggi sebagai
Penelitian ini dilaksanakan di
ternak potong. Hal ini disebabkan
Propinsi Sulawesi Selatan pada tiga
karena sebagian besar peternak
Kabupataen yaitu kabupaten Polmas,
belum menerapkan teknologi IB
Kabupaten barru dan kabupaten
sepenuhnya dan juga teknologi
Bulukumba. Masing-masing kabupaten
penggemukan masih bersifat
dipilih satu kecamatan yang mewakili
tradisional.
selanjutnya setiap kecamatan dipilih dua
2. Price. Penentuan harga ternak sapi
desa sampel. Kemudian sampel akan
potong di Sulawesi Selatan sebagian
dipilih dari masing-masing responden
besar masih berdasarkan dengan
(petani peternak) secara proporsif dengan
penafsirannya (tidak ditimbang),
pertimbangan bahwa yang bersangkutan
sehingga ada kemungkinan terjadi
memiliki usaha sapi untuk program
penyimpangan dalam penentuan
penggemukan dan pembibitan. Jumlah
harga, namun dalam hal ini merasa
responden pada tiga lokasi penelitian
tidak dirugikan karena penentuan
sebanyak 150 responden. Pengumpulan
harga itu tidak ditentukan oleh
data primer dilakukan dengan cara
sepihak saja melainkan merupakan
pengamatan langsung wilayah penelitian
hasil tawar menawar antara pembeli
dengan mengadakan wawancara terhadap
dan peternak.
responden dan pengisisan kuesioner,
3. Place. Adalah merupakan tempat
sedangkan data sekunder diperoleh
penjualan ternak sapi potong dari
melauli study pustaka dari instansi terkait
Sulawesi Selatan sudah meluas
yaitu kantor Statistik, Dinas Peternakan,
karena meliputi konsumen lokal
data desa, kecamatan, kabupaten maupun
maupun konsumen provinsi lainnya
propinsi. Sedangkan analisa data
di Indonesia (antar pulau) bahkan
dilakukan analisis Efisiensi Pemasaran.
Sulawesi Selatan pernah menjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN pengekspor sapi pada negara-negara
Pada wilayah sampel hanya ada tetangga.
satu pasar hewan secara resmi yaitu pasar 4. Promotion. Meskipun petani
ternak Wonomulyo yang merupakan peternak secara langsung belum
salah satu sarana untuk mendukung mengadakan promosi ternak sapi
pengembangan ternak, karena faktor potong, namun Sulawesi Selatan
pemasaran sangat mendukung usaha sejak dahulu dikenal sebagai gudang
peternakan rakyat sebab produksinya ternak sapi potong di kawasan
dapat disalurkan kepada konsumen baik Timur Indonesia. Sedang
lokal maupun propinsi lainnya di promosinya telah dilakukan oleh
Indonesia, baik keperluan bibit maupun Pemerintah melalui pameran atau
untuk keperluan konsumsi terutama sapi ekspo ternak. Untuk mengetahui
jantan hasil penggemukan dan sapi betina hasil produksi ternak sapi potong
afkir. yang dipasarkan dari Sulawesi
Jika hal tersebut dikaitkan dengan Selatan dapat dilihat pada jumlah
pendidikan ini, maka hasil-hasil produksi pemotongan dan pengeluaran.
yang dijual petani peternak di lokasi Berdasarkan data dari Dinas
penelitian adalah ternak hidup (belum Peternakan Provinsi Sulawesi
ada pengolahan sebelum penjualan), atau Selatan1997 bahwa pengeluaran
dengan kata lain penjualan ternak sapi ternak yang ditargetkan sebanyak
potong oleh petani peternak di Sulawesi 23.000 ekor dan hanya teralisasi
Selatan belum sepenuhnya menerapkan baru 21.340 ekor dengan tujuan
marketing mix yaitu : DKI, Jawa Barat dan Kalimantan
Timur. Dengan adanya perbedaan

116
Beef Cattle, Marketing channel ISSN 1411-4674

atau selisih yang ditargetkan dengan kepada pedagang pengumpul, dan paraa
yang terealisasi sebanyak 1.660 ekor pedagang pengumpul tersebut
ini disebabkan adanya pembatasan selanjutnya menjual kembali ternak sapi
jumlah ternak yang dapat diantar kepada konsumen.
pulaukan karena makin menurunnya Saluran ketiga adalah tipe ini
kualitas sapi potong yangberasal dari khusus untuk pemasaran regional dan
provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini berfungsi sewaktu-waktu pedagang
dapat dilihat dari bobot hidup sapi pengumpul yang melakukan aktifitas
potong yang dikeluarkan lewat pembelian di desa-desa sampel dan
pelabuhan Makassar, Parepare dan kemudian dijual kepada pedagang antar
Polmas, yang hanya berkisar antara pulau di Makassar untuk selanjutnya
250 – 300 kg/ekor. Penurunan dijual kembali kepada konsumen atau
kualitas ini mungkin disebabkan pedagang pembeli yang berkedudukan
karena faktor makanan, pejantan baik di Kalimantan Timur maupun di
yang kecil maupun penyakit. Jakarta. Dengan melihat ketiga saluran
pemasaran tersebut diatas, maka lembaga
1. Saluran Pemasaran pemasaran yang turut serta dalam
Saluran pemasaran adalah aktifitas dalam pemasaran ini dapat
penyaluran barang atau jasa dari diklasifikasikan sebagai berikut :
produsen ke konsumen akhir, dan yang a. Pedagang perantara yang terdiri dari
menyelenggarakannya berupa lembaga pedagang pengumpul dan pedagang
atau badan-badan yang bertugas antar pulau adalah merupakan
melaksanakan fungsi pemasaran itu pedagang yang membeli dan
sendiri atau memenuhi keinginan menyalurkan sendiri hak milik atas
konsumen semaksimal mungkin, produk sapi potong dan selanjutnya
sedangkan pihak konsumen akan dijual kepada pihak lain.
memberikan imbalan berupa margin b. Agen perantara pemasaran. Agen ini
kepada lembaga pemasaran tersebut terdiri dari agen penunjang dan agen
Dari hasil survei menunjukkan pelengkap dan merupakan lembaga
bahwa aktivitas pemasaran ternak sapi yang melaksanakan perdagangan
potong di Sulawesi Selatan dijalankan dengan cara menyediakan jasa-jasa
melalui tiga tipe saluran pemasaran yaitu: atau dengan kata lain memiliki
fungsi khusus yang erat
1)Produsen (peternak) konsumen
hubungannya dengan penjualan atau
2)Peternak P.Pengumpul konsumen
distribusi barang akan tetapi mereka
3)Peternak P.Pengumpul P.Antar
tidak mempunyai wewenang atau
Pulau Konsumen
hak untuk memiliki barang yang
Saluran Pertama adalah tipe diperdagangkan tersebut. Agen
saluran yang sederhana, dimana petani penunjang adalah suatu agen yang
peternak langsung berhubungan dengan mengkhususkan kegiatannya dalam
pasar atau konsumen tanpa melibatkan memindahkan produk ternak sapi
perantara. Tipe ini hanya terjadi sewaktu- dari wilayah sampel ke daerah
waktu saja yaitu manakala petani tujuan konsumen dengan
peternak membutuhkan sesuatu untuk menggunakan alat angkut seperti
kebutuhan hidupnya. mobil truk dan kapal. Sedangkan
Saluran kedua adalah tipe saluran agen pelengkap seperti BRI, BNI,
pemasaran yang terdapat pada pasaran BPD adalah befungsi memperlancar
lokal baik di tingkat desa, kecamatan, proses penyaluran produk ternak
kecamatan maupun provinsi. Pada semua sapi dengan cara memberikan
wilayah sampel terdapat tipe saluran pelayanan baik dalam bentuk
dimana petani peternak menjual langsung bantuan kredit maupun membantu

117
A. Suarda ISSN 1411-4674

dalam mentrasfer pembayaran antar efisien pada tiga tipe saluran pemasaran
pedagang perantara tersebut. yang ada.
2. Saran-Saran
2. Keefisienan Sistem Pemasaran
Dari hasil kesimpulan tersebut di
Pada penelitian ini keefisienan
sarankan kepada pemerintah atau dinas
sistem pesaran ternak sapi potong dilihat
terkait untuk lebih mengifisienkan
dari biaya-biaya yang dikeluarkan pada
saluran pemasaran dengan cara
setiap lembaga yang terlibat dalam
memperpendek rantai pemasaran,
pemasaran ternak. Hasil survei
sehingga para peternak mendapatkan
menunjukkan bahwa rata-rata biaya
keuntungan yang lebih tinggi sedangkan
pamasaran ternak sapi potong perekor
konsumen akhir dapat memudahkan
ditingkat petani peternak adalah sebesar
mendapatkan produk ternak dengan
Rp 50.000,- yang terdiri dari transportasi
mudah dan murah.
Rp 40.000,- dan retribusi pasar Rp
10.000,-. Namun kadang kala peternak
DAFTAR PUSTAKA
sendiri yang membawa ternaknya
ketempat penjualan tanpa memakai alat Anonim, 1988. Rencana Pengembangan
transpor, dan hal seperti ini tidak Peternakan (Repelita V) Sul-Sel.
mengeluarka biaya transpor, begitu juga Dinas Peternakan Dati I Sulawesi
bila konsumen mendatangi peternak atau Selatan. Ujung Pandang.
produsen juga tidak mengeluarkan biaya. --------------1997. Sentra Pengembangan
Sedangkan untuk tingkat baik antara Agribisnis Komoditi Unggulan
pedagang pengumpul maupun pedagang Sapi Potong Sulawesi Selatan,
antar pulau masing-masing biayanya Ujung pandang.
sebesar Rp 50.000,- dan Rp 225.000,- Badan Agribisnis. 1994. Konsep dan
Dari analisis diatas dapat Strategi pengembangan Agribisnis
disimpulkan bahwa ditingkat pedagang dalam Repelita VI. Departemen
antar pulau memiliki biaya pemasaran Pertanian, Jakarta.
yang cukup tinggi, hal ini disebabkan Downey, W.D. dan Erickson S.P 1992.
karena mata rantai pemasarantersebut Manajemen Agribisnis . Edisi
cukup panjang. Dengan kata lain semakin kedua, Erlangga, Jakarta.
banyak lembaga pemasaran yang terlibat Bubyarto, 1984. Pengantar Ekonomi
didalam pemindahan produk ternaksapi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
potong dari peteni peternak ke konsumen. Soekartawi, . 1993. Agribisnis Teori dan
Aplikasinya. CV. Radjawali,
KESIMPULAN DAN SARAN Jakarta.
Swastha, B. Dan Sukotjo. I. 1983.
1. Kesimpulan Pengantar Ekonomi Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis dan Modern. Libarty, Yogyakarta.
pembahasan, maka dapat disimpulkan Tunggal, W. A. 1993. Manajemen Suatu
bahwa sistem saluran pemasaran ternak Pengantar. Rineka Cipta, Jakarta.
sapi potong di Sulawesi Selatan telah

118

Anda mungkin juga menyukai