Anda di halaman 1dari 246

IMPLEMENTASI P ·OGfW1 Gf~ n f:&SIO~AL

REHAIIUTW HllTAff D· ~~ (ei~~r)


DI T~M IWTAN RAY~ 'J AUWl ~~"1'
P!t0"~6!1 ~U::-a ·.

~~t ~~.,, ~"':s:.,~-: atl~,~~


....~ ~~
~·~ ~~( ,.sa.,3
f.'lll:k
Program StOOl (.~~,:.. ...; ~·~ ~~;. ~-:-;,~ PJ:t,..~rjr.1·"'3
.Uilttl.~ St'! .. ;~

PROGRAM PASCA SAIUf.t(.\


U~''l'IERSITASSRJWUAYA
A.GiJSTUS 20!1'!)
HALAMAN PENGfSAHAN

Judul Tess [mplementasi Proqrarn Gerakan Nasional Rehabilitasi


Hutan dan Lahan (Gerhan) di Tarnan Hutan Raya
Wan Abdul Rachman Provirsi Lampung

Naria Mahasiswa AGUNG SUPRIYANTO

NIM 20082011043

Program Studi Magister Administrasi Publik

B dang Kajian Utama Kebijakan Pub ik

Menyetujui :

(1

Ketua Program Studi


Magister Admini asi Ptblik,

Tanggal Lulus : Agustus 2009


HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI

Judul Tesis Implementasi Program Gerakan Nasional Rehabilitasi


Hutan dan Lahan (Gerhan) di Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman Provinsi Lampung

Nama AGUNG SUPRIYANTO

Program Studi Magister Administrasi Publik

Bidang Kajian Kebijakan Publik

Tanggal Ujian 15 Agustus 2009

IN NAMA DOSEN TEAM 1 ASAL INSTANSI TANDA


0 PENGUJI T AN
1 Dr.H. Slamet Widodo, MS,MM Ketua Staf PengaJar l.
MAP PPS Unsrl
2 Ors. Joke Siswanto, M.Si Sekretarls Staf Penqajar
MAP PPS Unsri
3 Ors. Andy Fe1ta Wijaya, MDA., Ph.D Anggota KPS MAP Unibraw

4 Dr. Kgs. M. Sobri, M.Si Anggota KPS MAP PPs Unsri

5 Ors. Andy Alfatih, MPA Anggota Star Pengajar


MAf' rrs Unsri
6 Drs, Gatot Blldi;irto, M~ Anggota St<1f PPn<:Jiljilr
MAP PPS Unsri ~

7 Drs. Tri Agus Susanto, MS Anggota Staf Pengajar


t.
MAP PP~ Un~ri

Palembang, Agustus 2009


Menyetujui,
Ketua Program Studi
Magister Ad inistrasi Publik

'
/
Dr. Kgs. M Sobti, M.Si

I NIP 131 918 218


HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : AGUNG SUPRIY ANTO
Tempat/tanggal lahir : Madiun, 9 Oktober 1974
Program Studi : Magister Administrasi Publik
NIM : 20082011043

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :


1. SelurJh data, informasi, interprestasi serta pernyataan dalam pembahasan
dan kesimpulan yang disajikan dalam karys ilmiah ini, kecuali yang
disebutkan sumbemya, adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian,
pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing
yang dhetepkan.
2. Karya llmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Sriwijaya maupun di
perguruan tinggi lainnya.

Demikian pemyataan ini dibuat dengan sebenar-benamya dan apabila di


kemudian hari ditemukan adanya bukti ketidak benaran dalam pernyataan
tersebut di atas, rnaxa save bersedia menerima sanksi akademis berupa
pembatalan gelar yang saya peroleh melalui pengajuan karya ilrniah ini.

Palembang, Aqustus 2009

AGUNG SUPRIYANTO

iii
)irr.enangijaman ifxm,
€tvu6irpa fngpambutif.
ro iii! r:gifunnora taljan.
pm tan mifuangfirfi(mi,
13opafietiuman me/iii,
lkrfirr-n v.1elia5i.1nfpun.
215/fa/i:r/jliersa .Jltlizli.
~e!Ji<1;begjt1ningJianglirli,
Lurvf/j b~gfa lian!J efing lilirwtm vJ(15palia.

Kupersembahkan tesis ini untuk :

l<edu,i ()rJt~'l ura ku y.111.'l.;el.ila mcmhcrik.w dcu d.m resrunv»


/(,1k,1k1 Adrk & SCJllUJ .5.iud.ir.1ku ya11.r; cerk.1si'1
5erc,1 Negeriku t ercintu

iv
ABSTRACT

The title of this research is the "Implementation of the National


Movement of Forest and Land Rehabilitaton (Gerhan) in Tarnan Hutan Raya Wan
Abdul Rachrnan Larnpung Provirce". Gerhan p·ogram's airrs to accelerate efforts
to restore, maintain, and improve the function of forests and land through forest
and land rehabilitation In priority watersheds. Tahura Wan Abdul Rachman is one
of the to-est areas in Lampung that have been damaged. One effort to restore it
is by forest rehabilitation the forest through Gerhan program.
This research used qualitative method with descriptive technique to
analyze the data. This study airrs to cetermine the implementation of the
National Movement of Forest and Land Rehabilitation (Gerhan) in Tahura Wan
Abdul Rachrnan Lampung Province and to determine the factors supporting and
inhibiting Gerhan implementation. To detennlne the success of the
irnplernent.atlon of Gerhan, Rioley and Franklin stated that succeed of the
irn plernentation can be seen from three dimensions : the compliance, smoothly
functioning routines and the absence of problems, and performance and the
impacts of the program. The study also aims to detennine the factors supporting
and inhibiting in terms of communication, resources, otsposmon, and the
structure of the bureaucracy in the implementation of :he program and others
factors findings in the field.
The results of this research in implementatior of Gerhan program in
Tahura Wan Abdul Rachman can be seen from three dimensions, they are : 1)
Compliance of the actor is high due to !tie aspects of the procedure in the stage
of activity, aspect of res'rknons and aspects of scheduling; 2) smoothly
functioning routines and the absence ot conflicts that occurred during
implementation Geman program 3) The performance including the realization of
the plant making enriches reforestation, and the impact Gerhan program tnat
i nductes the Increasing public revenues and provide employment, environmental
improvements and enhance the technical capabilities of forest rehabilitation, so
that the implementation of Gertian has been worked well and successfully.
Gerhan programs implementation in Tahura is supported by factors:
communication has gone well, the availabili:y of resources, a good d1s;>os1tion of
the implementers, supported by dear operational standards and procedures , and
the public participation around forest areas. Inhibiting factor of the program were
the delay of the budget, and natural environmental factors that are difficult and
steep, and economic environment-oriented society that is still on the plant
species th;it have econo'mc value.

v
ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah "implementasl Program Gerakan Nasional


Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) di Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman Provinsi Larnpunq". Program Gerhan bertujuan mempercepat upaya
untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan
melalui kegiatan rehabi\itasi hutan dan lahan pada DAS prioritas. Tahura Wan
Abdul Rachman adalah salah satu kawasan hutan di Lampung yang telah
mengalami kerusakan. Salah satu upaya untuk memulihkannya adalah
merehabllitasl hutan melalul program Gerhan.
Metode penelltian yang digunakan adatah kualitatif dengan teknik analisis
deskrlptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Program
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) di Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung dan untuk mengetahui faktor-faktor
pendukung dan pcnghambat implementasi program Gerhan. Untuk mengetahui
keberhasllan lmplementasi program Gerhan seperli yang dikemukakan Ripley dan
Franklin ditinjau dari : kepatuhan, lancarnya rutinitas fungsl dan kinerja dan
dampak program. Penelitian juga diarahkan untuk mengetahul faktor- faktor
pendukung dan penghambat program ditinjau dari komunikasi, sumber daya,
dlsposlsl, dan struktur birokrasl dalam pelaksanaan program serta faktor temuan
lain di lapangan.
Hasll penelitlan implementasl program Gerhan di Tahura Wan Abdul
Rachman dillhat darl tiga dimensi adalah : 1} Kepatuhan yang tlnggi para
pelaksana, tcrhadap aspek prosedur dalam tahapan keglatan, aspek pembatasan
dan aspek penjadwalan; 2) Lancarnya rutinltas fungsl dan tidak adanya konflik
yang terjadi selama pelaksanaan program Gerhan; 3) Kinerja yoitu telah
terealisasinya pembuatan tanaman pengkayaaan reboisasi dan adanya dampak
program Gerhan yang meliputi mcningkatkan pendapatan masyarakat dan
menverep tenaga kcrja, perbalkan lingkungan hidup dan meningkatkan
kcmampuan teknis rehabllitasl hutan, maka implemetasl program Gerhan telah
berjalan dengan baik dan berhasll. Irnplementasi proqrem Gerhan di Tahura
dldukung oleh faktor : komunik<isi telah berjalan baik, kctcrsedlaan sumberdaya,
dtspostst yang balk oleh para petakscna dan didukung adanya standar
operaslonal prosedur yang jelas serta partisipasi masvarakat sekitar kawasan
hutan. Faktor penghambat program adalah adanya keterlambaten turun DIPA
luncuran Gerh~n, fak.tor lingkungan alam yang berat, den lingkungan ckonomi
masvarakat yang masih berorientasi pada [enis tanaman yang mempunyai nil~i
ekonorni.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hldayah-Nya, sehingga penulis dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
Magister, dan menyelesaikan penulisan tests yang berjudul "Implementasi
Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) di Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provins! Lampung" yang merupakan salah satu
persyaratan memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi
Maglster Admlnlstrasi Publik, Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya.
Dalam kesempatan lni, penulis ingln menyampalkan penghargaan dan
tertma kasih yang setulus·tulusnya kepada Bapak Dr. H. Slamet Wldodo, MS,
MM, selaku pemblmblng I dan kepada Bapak Ors. Joko Slswanto, M.Si, selaku
pembimbing II, atas ketulusan dan keikhlasan untuk meluangkan waktu dan
plkiran dalam memberlkan blmbingan, rnengarahkan dan menuntun penulis
dalam menyelesaikan penulisan tesis ini
Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya pcnulis sampalkan kepada
semua pihak yang telan berjasa. kepada yang terhormat :
1. Kcpala Pusbindiklatren Bappenas dan jajarannya yang telah memberi
kesempatan dan beasiswa kepada penulls untuk mengikuti pendidikan pada
Program Studi Maglster Administrasi Publik (MAP) Universitas Sriwijaya.
2. Direktorat Jenderal RLPS, Departemen Kehutanan yang telah memberikan ijin
dan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Program
Studi Magister Administrasi Publik (MAP) Universitas Sriwijaya.
3. Bapak Prof.Dr.dr.H.M.T.Kamaludin,M.Sc.,SpFK, Direktur Program
Pascasarjana Universitas Sriwljaya dan jajaranuve.
4. Bapak Dr. Kgs. M. Sobri, M.Si., Kr.tua Program Studi Magister Admlrustras:
Public (MAP) y<Jng tclah membantu penulis baik dalam penyusunan tesls
maupun selama mengikuti pendidikan.
S. Bapak dan Ibu Dosen Program StUdi Magister Administrasi Publik Universltas
Sriwijava, yang telah rnemberikan ilmu yang sanqat berrnanfaat bagi panulls.

vii
6. Mbak Sri dan Mbak Ari, Staf Administrasi Program Studi Administasi Publik
Universitas Snwijaya.
7. Pengelola Pcrpustakaan Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya yang
telah mernbantu dalam b1.1ku-buku yang diperlukan.
8. Bapak dan Ibu, yang selalu mendorong dan memberikan doa restunya untuk
mencapai keberhasilan hidup.
9. Rekan-rekan di BPDAS Way 5eputih Sekampung dan Oinas Kehutanan
Provinsi Lampung serta UPTD Tahura WAR yang telah banyak memberikan
bantuan baik data-data maupun informas· selama penulis mclaksanakan
penelitian.
10. Rekan-rekan mahasiswa MAP Bappenas Universitas Sriwijaya tahun
2008/2009 yang tetan membantu baik se'ama mengikuti pendidikan dan
dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
11. Berbagai plhak yang telah membantu dalam penyusunen tesis ini

Penulis menyadari sepenuhwa akan kckurangan dan ketidaksempurnaan


tesls lnl, oleh karena itu kritik dan saran diterlma dengan senang hatl demi
sempurnanya penulisan tesis ini.

Palembang, Agustus 2009

Agung Supriyanto

Viii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun, Jawa Timur paoa Langgal 9 Oktober 1974


dan rnerupakan anak kedua dari tiga bersaudara, putera dari pasangan lbu
Rusmini dan Bapak Sudjloko.
Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SO Negeri di Bakauheni pada
tahun 1987, Sekolah L..anjutan Ttngkat Pertama di SMP Negeri I Pcnengahan •
Lampung Selatan pada tahun 1990, dan 5ekolah Lanjulan Tingkat Atas di SMA
Negeri 2 Tanjung Karang • Bandar Lampung pada tahun 1993. Kemudian
melanlutkan Pemlidikan Srata 1 pada Fakultas Gcografi Jurusan Geografi Fisik
Konsentrasl Hidrologi, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan selesai
pada tahun 2000.
Penulis adalah Pegawai Negeri Sipil pada Departemen Kehutanan dengan
pcnempatan di Balai Pengelolaan Daerah Aliran SUngal Way Seputih·Sekampung
Provinsl Lampung sejak 2001. Pada tahun 2008/2009 mendapatkan beasiswa
melanjutkan program S2 darl Pusbindiklatren Bappenas pace Program Studi
Magister Administrasi Publik, dengan Bidang Kajian Utama Kebijakan Publik
Program Pasca Sarjana, Universitas Sriwijaya.
Pendidikan dan pelatihan fungsional yang pemah diikuti adalah
Pendidikan dan Pelatihan Pejabat Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan tingkat
Ahli pada tahun 2003 di Begor dan petatihan·pe·atihan teknis yaitu Pengelolaan
DAS dalam Rangka Otonomi Daerah 2002 di Garut, Pe'lgelolaan Hutan Mangrove
2003 di Billi, Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis 2004 di Wonogiri, 1-asilitator
Hutan Kemasyarakatcn/Social Forestry 2005 di Bogar, Pemantauan Tata Air
dengan Model Hidrologi 2007 di Solo dan SOP untuk Banjir dan Longsor 2007 di
Yogyak<Jrta.

ix
DAFTAR ISi

Hal
HAL.AMAN PENGESAH .
HALAMAN PERSET1JJUAN KOMISI PENGUJI ii
HAL.AMAN PERNYATAAN iii
HAL.AMAN PERSEMBAHAN vi
ABSTRACT................................................................................................... v
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
RIWAYAT HTDUP xi
DAFTAR 151 x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR SINGKATAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1
A. L.atar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 13
C. Tujuan Penelitian 14
D. Manfaat Penelilian 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15


A. Landasan Teori 15
L Kebljakan Publik 15
2. Pengertian Implementasi Kebijakan 20
3. Model Implementasl KeblJakan .. . .. . .. .. . 26
4. Evaluasi Kebijakan Publlk 33
5. Konsep Rehabilitasl Hutan dan Lahan 35
6. Konsep Gerakan Nasional Rehabilitasi Hut.an & Lahan 39
B. Penelitian Terdahulu 42
C. Kerangka Pemlkiran 4'1

BAB III METODE PENELmAN 51


A. Tempat dan Waktu Penelitian 51
B. Desain Penelitian 52
c. Definisi konseptual dan Fokus Peneli:ian 54
1. Definisi Konsep .. .. .. . .. .. .. 54
2. Fokus Penelitian 55
D Unit Amilisis .. ,........................ 57
E. Jenis dan Sumber Data . 57
F. Teknik Pengurnµulan Data . 58
G. Informan . 59
H. Keabsahan Data .. . . .. .. . .. .. . .. .. . .. . .. . . . .. . .. . .. . . . .. . .. . . . . . . . .. 60
H. Teknik Analisis Data 62
1. Jadwal Peneiltian . . . . .. .. .. .. .. .. . .. . • .• • .. .. 64

x
BAB IV GAMBARAN UMUM PENEUTIAN 65
A. Kondisi Geofisik . 65
1. Lctak Gcografis 66
2. Topografi . 68
3. Kondisi Iklim .. .. . .. 69
4. Kondisi Hidrologi ~ . ,. 70
5. Jenis Tanah 71
6. Vegetasi . . .. . .. . .. . .. . .. . . . . . . . . . .. . .. .. . .. . . . . . . .. .. . . . . . . . 72
7. Fauna/satwa liar 75
B. Kondisi Sosial dan Ekonoml 75
I. Dernoqrsf 75
2. Ekonomi 78
3. Aksesibilitas 78
c. Gambaran umum Gerhan 79
D. Pelaksana Program Gerhan di Tahura Wan Abdul
Rachman 94
E. Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman 97
1. Organisasl 97
2. Sumberdaya manusla 101
3. Blok Pengelolaaan Tahura WAR 101

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 108


A. Implementasi Program Gerhan 108
l. Kepatuhan 109
1.1. Prosedur yang dltetapkan 109
1.2. Pembatasan 135
1.3. Penjadwalan 139
2. Lancarnya Rutinitas Fungsi 141
2.1. Kelancaran Pelaksanaan 141
2.2. KonHik 145
3. Kinerja dan Darnpak 148
3.1. Pertanggunjawaban 149
3.2. Dampak Manfaat Program 154
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Gerhan 164
1. Komunlkasi 165
2. Sumberdaya 170
3. Disposisi 179
4. Struktur Birokrasl 182
5. Faktor lain y;ing berpcran (Ternuan Penelitian) 188
C. Rekapitulasi Hasil Penelitlan 196

BAB VI PENUTUP 202


A. Kesimpulan 202
B. Saran ,............................... 20)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

XI
DAFTAR TABEL

Tabel Teles Hal

1.1. Kawasan Hutan di Provinsi L.ampung •• .. 8


1.2. Hutan Konservasi di Provinsi Lampung .. .. 8
3.1. Fokus Penelitian .. 56
3.2. Jadwal Penelitian .. .. .. .. .. . 64
4.1. Desa atau kelueraan di sekitar kawasan hutsn Tahura 67
4.2. xetas lereng Tahura WAR...................................................... 68
4.3. Jumlah Penduduk sekitar kawasan Tahura WAR 76
4.4. Sebaran Penduduk dalam kawasan Hutan Tahura 77
4.5. Data Realisasi Luas Penanaman Gerhan tahun 2003-2007 di 94
Provinsi Lampung .
4.6. Data realisasi penanaman Gerhan 2003-2007 di Tahura 94
4.7. Data Pegawai Tahura WAR.................................................... 101
4.8. Blok pengelolaan Huta1 di Tahura WAR.................................. 107
5.1. Kepatuhan terhadap Prosedur Pelaksilnaan Program 134
5.2. Kepatuhan terhadap Pembatasan 138
5.3. Kepatuhan terhadap Jact.val Kegiatan .. .. .. .. .. .. . .. 140
5.4. kelancaran Rutinitas Fungsi Implementasi Gerhan 147
S.S. Pembuatan Tanaman Reboisasi Pengkayaan di Tahura 152
5.6. Kinerja dan pamoak Program 163
5. 7. Komunikasi dalam Implcmcntasi Gerhan . 170
~.8. Faktor sumberdaya dalam Implermmtasi Gerhan 178
5.9. Faktor disposisi dalam implementasi Gerhan 181
5.10. Struktur Birokrasi dalam lmplementasi Gerhan 137
5.11. F<!ktor lain yang berperanan 196
5.12. Rekapitu!asi Hasil Terruan Penelitian ImplementaSi Gerhan 197

XII
DAFTAR GAMBAR

Garnbar Teks Hal

2.1. Sekuensi Implementasi Kebijakan....................................... 19


2.2. Model Implementasi Kcbijakan C Edward III .. 32
2.3. Diagram Ahr Kerang:<a Pemikiran 50
'1.1. Sketsa Provinsi Lampung 65
4.2. Peta Adminstrasi Lokasi Penelitian Tahura WAR................. 67
4.3. Peta Kelas Kemiringan Lereng 69
4.4. Peta Penutupan Lahan Tahura Wan Abdul Rachman 73
4.5. Bagan Alur Perencanaan Gerhan 88
4.6. Bagan Alur Pengorganisasian Pelaksanaan Gerhan di
Daerah 92
4. 7. Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Lampung .. .. . . 96
4.8. Struktur Organisasi UPTD Tahura Wan Abdul Rachman .. .. 100
4.9. Peta Sebaran Lokasi Pembuatan Tanaman Gerhan 107

Xlll
DAFTAR SINGKATAN

BP DAS : Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

DAS : Daerah Aliran Sungai

Gerhan : Geraka1 Nasional RehabUitasi Hutan can Lahan

KPA : Kuasa Pengguna Anggaran

LP! : Lembaga Penilai Independen

MPTS : Multiple Purpose Tree Species

PPK : Pejabat Pembuat Komitmen

Rantek : Rancangan Teknls

RHL : Rehabilitasi Hutan dan Lahan

RRH : Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan

RTI : Rencana Tcknik Tahunan

Tahura WAR : Taman Hutan Raya Wan Abdul Rathman

XI\'
BAB!

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikaruniai sumberdaya hutan yang sangat luas sekitar

120,35 juta ha yang merupakan 68% dari wilayah daratan tndonesia. Hutan

Indonesia dikenal kaya dengan berbagai hidupan liar dan tipe ekosistem (mega-

biodiversity).Hutan mempunyai peran penting sebagai sistem ;:ienyangga

kehidupan dan scleme lebih dari tiga dekade terakhir telah memberikan

kontribusi yang nyata sebagai penggerak roda perekonomian nasional (RPJP

Dep. Kehutanan, 2004).

serama lebih dari tiga dekade, sektor kebutanai telah rnenjadi tulang

punggung pembangunan bangsa melalui eksploitasi hutan alam yang digerakkan

oleh usaha dan lndustrl kehutanan berskala besar. Selama era tersebut sisi

pembangunan sosial kehutanan seperti tidak mendapat perhatian yang

sungguh-sungguh dari bcrbagai pihak. Dari sisi ekologi (llngkungan ), tekanan

terhadap sumberdaya hutan telah mengakibatkan semakin terdegradasinya

surnberdaya tersebut, Hasil penafslran Citra Landsat tahun 2000

memperlihatkan bahwa saat ini terdepat 54,6 juta ha kawasan hutan yang telah

terdegradasi dan per1u direhabilitasi. Saat ini degradasl hutan mencapai sekltar

1,8 juta ha per tahun {Departemen Kehutanan, 2004).

Degradasi sumberdaya alam di lndonesia ditandal dengan semakin

meningkatnya luas lahar kritis di Indonesia yang mencakup lanan di daiam

kawasan hutan maupun ell iuar kawasan hutan. Degradasi hutan dan iahan
2

tersebut saat inl teleh menjadl keprihadnan barwak µihak baik secara nasional

maupun intemasional. Gambaran luas lahan kritis ini diganggu pula dengan

adanya deforestasi (pengurangan kawasan hutan) dan degradasi (penurunan

kualitas hutan) yang terus meningkat.

Akibatnya terjadi bencona silih bcrganti seperti banjir, tanah longsor,

dan kekeringan, den bencana alam lainnya yang merugikan kehidupan. Sejak

Januari 2003 hingga pertengahan Maret 2003 telah terjadi 229 k~jadian

bencana, yang menyebabkan 505 penduduk meninggal dunia dan 1.070.378

orang terpaksa mengungsi. Berdasarkan data Asia Disaster Redudiort Center

(ADRC), kerugian yang terjadi akibat bencana sejak 1991 s/d 2000 ditaksir

sebesar US$ 17,6. Hal ini terjadi karena rusaknya lingkungan terutama hutan

didaerah hulu yang berfunqsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air

(catchment area) Oleh karena ltu upaya penanggulangan yang diperlukan

adalah mengembalikan kondisi daerah hulu kepada fungsi;iya sebagai daerah

yang dapat menahan limpasan air pe.mukaan dan memperbaikf lingkungan fislk

dengan cara yang ramah lingkungan yaitu dengan rehabilitasi hutan dan lahan.

(Sumber : Siaran Pers, http://Mvw.dephut. go.id/INFORMASI/HUMAS/2003/

561_03.htm).

Pemerintah melalui Menko Kesra, Mcnko Pcrckonomian, dan Menko

Polkarn menandetenqeni Surat Keputusan Elersama pembentukan Tim

Kocrdinasi Perbaikan Lingkungan melalui Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional.

Pada SKB 110111or: 09/KEP/MENKO/KESRA/HI/2003; KEP.16/M.CKON/03/2003;

KEP.08/MENKO/POLKAM/IIl/2003 tersebut, dijelaskan bahwa pembentukan tim

ini dilatarbelakangi kerusakan lingkungan khususnya di sektor kehutana i yang


3

mengakibatkan banjir, longsor, kekeringan dan bencana alam lainnya yang

menimbulkan ksruqian nasional. Untuk menghindari kerugian nasional yang

lebih besar diperlukan upaya yang terkoordinir dalam menjaga, merehabllitasl,

dan menanam kembali hutan. Tim Koordinasi diketuai oleh Menko Kesra dan

Wakil Ketua terdlri dari Menteri Kehutman dan Menterl Negara Ungkungan

H:dup.

Masa sebelumnya (sebelum tahun 2003), Departemen Kehutanan

dalam rangka memberantas praktek pembalakan liar (illegallogging),kebskaran

hutan dan perambahan kawasan hutan telah menetapkan suatu kebljakan

prioritas yang meliputi : (1) pemberantasan pencurlan kayu di hutan negara dan

perdagangan kayu Jlegal, (2) revltalisasl sektor kehutanan, khususnya lndustrl

kehutanan, (3) rehabllitasi dan konservasi sumberdaya hutan, (4) pemberdayaan

ekonoml masvarakat di dalam dan di sekltar kawasan hutan, (5) pemantapan

kawasan hutan.

Sejalan deng<1n kebljakun prloritas Dcpartcmcn Kchutanan poin 3

tentang rehabilitasl dan konservasl sumber daya hutan. Bercermln dari berbagal

pengalaman mesa lalu l1::nlang pelaksanaen berbagal keglatan RHL dengan

tmqkat keberhasilannya yang masih betum memoascan, sifatnya maslh sangat

sektorel dan belum melibatkan segenap komponen masyarakat, maka mulaf

tahun 2003 kcgiatan RHL dikemas dalarn suatu kP.£iatan yang sifatny<i lr.bih

sisternatis dan skalanya lebih besar daik dalam hal luasan maupun

keberaqamaan pihak pelaksananya. Program Nasional ini dinamakan Gcrakan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang dalam perkembangannya untuk

memudahkan penqucapan sering disebut GERHAN.


4

Besamya kegiatan ini tercermin dari rencana target pencapaian luas

kegiatan Gerhan secara nasional yang mencapai 3 (Tiga) juta Ha yang

uilaksanakan secara bertahap mulai tzhun 2003 sarnpai tahun 2007. Dal am

perencanaannya target nasio:ial tahun 2003 adalah selues 300.00 Ha, kemudian

tahun 2004; 500.000 Ha, tahun 2005; 600.000 Ha, tahun 2006; 700.000 Ha dan

akhimya tahun 2007; seluas 900.000 Ha. Kemudian tahun 2008 ditargetkan

seluas 1,7 Ha seperti di ungkapl<.an Darori Dirjen RLPS (Kompas, 14/8i2007).

Sampai tahun 2007, secara nasional kegiatan Gerhan telah terealisasl

2.276.695.ha.

Gerhan dirancang dan dikemas sedemikian rupa sehingga

rnerupakan kegiatan yang rasional, dan dapat dilaksanakan. Geman juga

rnerupakan kegiatan pionir sehingga diharapkan dapat dijadikan pijakan

pelaksanaan kegiatan RHL berikutnya. Karena posisinya yang strategls maka

Gerhan didudukkan sebagai program nasional yang bersifat terpadu, menyeknuh

dan terkoordinasi.

Da!am implementasinya, Gertian bertujuan mewujudkan perbaikan

lingkungan dalam upaya reboisasi dan rehabilitasi lchan untuk menanggulangi

bencana banjir, tanah longsor, kekeringan secara terpadu, transparan dan

partisipatif semua semua pihak balk dart pemerhtah, psmerintan daerah,

masvarakat, kelompok tani, swasta maupun uosur-onsur masyarakat lainnya.

Kegi2tan Gerhaf' diarahkan untuk memulit-kan, mempertahankao dan

mcningkatkan fungsi hutan dan ahan sehingga caya dukung, produktivitas dan

peranannya dalam nendukung sistem penyangga kehktupan tetap terjaqa,


5

Gerhan dapat diketakan sebuah "Gerakan Moral" yang berskala

Nasional. Jdealnya gerakan moral ini memerlukan komitmen polit1k, komitmen

institusional, komitmen kelompok masyarakat dan akhirnya komitmen

rnasvarakat/ publik. Komitmen-komitrnen ini penting agar pada saatnya nanti

masyarakat menjadi tahu, mau, mampu dan sadar mclaksanakan upaya RHL

secara 1nandirl. Gerakan ini diharapkan mampu mencapai keberhasilan

sebagaimana gerakan keluarga berencana (KB). Meski awalnya banyak

mendapat protes bahkan tantangan dan hambatan, tetapi akhirnya menoapat

dukungan dari masyarakat dan masyarakat secara sadar melaksanakannya,

nampak berhasil sct:clah pclaksanaan tahun ke-16.

Tef'ltang komitmen kelompok masyarakat, Gerhan dalam mekanisme

kelembaqaannya dlrancang dan bahkan sampai pada pelaksanaan telah cukup

merangkul dan sekaligus memberlkan peran keoada : senap kelompok

rnasvarakat mulai dari kelompok tanl dalam dan sekitar lokasi keglatan, TNI

dengan sifat kepeloporannya, BUMN/BUMD/BUMS, Perguruan linggl, Lembaga

swadava masyarakat dan kalangan professional kehutanan yang tertibat dalm

penilaian bibit dan kinerja. Disamping itu, institusi brokrasi balk di tingkat pusat,

provinsi maupun kabuµaten/kota senantiasa memberikan dukungan dan fasilitas

untuk suksesnya Gerhan. Keberagamaan dan keterpaduan kelompok masya·akat

ini diharapkan dapat mempercepat terbentuknya komitmen masva-aker

tel"1i!c1ilp Gr.rhan secara !Jas.

Penyelenggaraan kegiatan tersebut dilakukan secara bP.rti!hap sejak

tahun 2003 yang pelaksanaannya diprioritaskan pada Daerah Aliran Sungai

(DAS) yang merupakan kawasan tangkapan air yang sangat penting untuk
7

Menurut Kes Mani'<, Ketua Forum DAS Lampung, akibal dari

kerusakan hutan lindung ini pada musim hujan debit air dari 3 DAS utama (DAS

Seputih, DAS Sekampung dan DAS Tulangbawang) di Lampung 25-30 m3/det

sehingga air melimpah bahkan te~adi banjir di lahan pertanian sckitlr DAS,

sedangkan pada saat kemarau debit air hanva 1 m3/det yang berakibat

keringnya lahan peratanian sekitar DAS. Idealnya apabila hutan tidak rusak dan

keseimbangan alam tidak terganggu pada musim hujan air yang mengalirl ketiga

DAS itu 10-15 m3/det (Sumber : 200.000 Ha Hutan Lindung Lampung Rusak,

http://www.kompas.com/ verl/Nusantara/ 0703/13/180649.htm).

Provinsi Lampung yang merupakan wllayah kerja Balal Pengelolaan

DaP.rah All ran Sungai ( BPDAS) Way Seputih Way Sekampung sebagal unit

pelaksana teknls (UPT) Direktorat Jenderal Rehabllit.asi Lahan dan Perhutanan

Sosial (Ditjcn RLPS) Dcpartcmcn Kchutanan, keglatan Gerhan dilaksanakan

dengan target pencapaian pada tahun 2003 seluas 31.201 ha, tahun 2004;

16.900 ha, tahun 2005; 23.867 Ha, tahun 2006; 3.154 ha dan tahun 2007;

41.045 ha. Target tersebut merupakan bagian l<ecil saja dari areal lahan krltis

yang berada di bagian Provinsi Lampung. I uas lrihan kritls di Provinsi Lampung

di perkirakan seluas 1.108.341,49 ha, terdii seluas 460.594,44 ha berada dalam

kawasan hutan dan seluas 647.747,05 hektar berada di luar kawasan hutan.

Kawasan Hutan dan Pereiran di Provinsi Lnmpung yang ditctapkan

berdaserkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 256/Kpts 11/2000 t:inggnl 23

Agustus 1999 adalah seluas 1.004.735 Ha. Kawasan huten ini menempati

30,34% dari luas Provinsi Lampung yang rnemiliki luas 3.301.544 Ha. Kawasan

hutan ini te•tliri dari kawasen hutan konservasi, hutan llndung dan kawasan
8

hutan produksi. Berikut lnl adalah perincian kawasen hutan di Lampung disajikan

Tabel.1.1

Tabel 1.1. Kawasan Hutan di Provins! Lampung

Kaw~san Huliln li11du119 (HL) 317.615 3l,61


Kawasan Hutan Produksl :
Hutan Produksl Terbatas (HPT) 33.3SR 3,32
Hut.an Produksi Tet.ap (HP) 19L.732 19,08
Luas Keseluruhan 1.004.735 100 00
Sumber : Dlnas Kehutanan, 2005

DI Provins! Lampung, Hut.an Konservasl yang telah ditunjuk dan

ditctapkan adalah 1 unit Cagar Alam (Laut), 1 Unit Teman Hut.an Raya dan 2

unit Taman Nasional. Hutan Konservasi adalah hutan dengan ciri khas tertentu,

yang mempunyai funqSl pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan

satwa serta ekoslstemnya. Berikut ini adalah kawasan konservasi di Provins!

Lampung disajikan dalam Tabel 1.2.

a e .. H utan Konservas . DIP rovmst


l'.bl12 .. La mpunQ
'No I· Nama KaW<isan . ''· Kabuoateh Funm:i··· ~ ·Luas SK· Penetapan_.
1 Puleu Anak Krc:ikot.Ju L.ampung Selatan CA 13.735,1 85/KptS·II/90 7
NOD 1990
2 Wan Abdul Rachman Bandar Lampung, THR 122.244,0 408/Kpts·IJj93 1
Pesawaran Jan 1993
3 Way Kambas Lampung11m~ 130.000,0 444/Kpts-lI/89 1
Aprll 1989
4 Bukit Bansan Tanggamus, TN 365.000,0 736/MentaniX/82
l.am~ung earat 140kt1982
-I
Sumber : Dlnas Kehutanan. 2005

Narnun dari luasan kawasan hutan tcrsebut rnasih terdaoat

kerusakan hutan dan lahan kricis yang harus seqera direhabilit.asi agar fungsi

hutan sebagai penyangga kehidupan dapat te1jaga dan berjalan optimal. Adapun
9

kondisi kawasan hutan di Provinsi t.anwuflil tersebut terdiri dari Taman Nasional,

Taman Hutan Raya (Tahura) clan (agar Alam seluas 462.030 ha dengan tingkat

kerusakan 191.003 ha (41,34%), Hutan Lindung seluas 317.615 ha dengan

tingkat kerusakan 237.767 ha (74,86%), Hutan Produksi Terbatas seluas

33.358 Ha dengan tingkat kerusakan 28.715 ha (86,08%) dan Hutan Produksi

Tetap seluas 191.732 ha defl9(ln tingkat kerusakan 107.964 ha (56,31%)

(Statistik Dinas Kehutanan, 2005).

Taman hutan raya Wan Abdul Rachman (Tahura WM) dengan luas

22.244 ha adalah salah satu dari empat kawasan konservasi yang juga telah

mengalami kerusakan hutannya. Secara administrasi Tahura berada di sebagian

Kota Bandar Lampung dan sebagian Kabupaten Pcsawaran. Terdapat tujuh

Kecamatan berada disekitar Tahura WM dan ada sekitar 36 desa yaflij

berbatasan dengan kawasan hutan ini (Dinas Kehutanan, 2007).

Kerusakan hutan yang dalami oleh Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman (Tamra WAR) sudah cukup memprihatinkan. Menurut UPTD Tahura

WAR, kerusakan hutan telah mencapai 61% dari luas kawasan hutan Tahura.

Tahura WAR dengan luas 22.244 ha, lahan y-..ng bervegetasi hutan tinggal 39

%, kebun campuran 55%, ~rladangan 5 % dan semak belukar 1 %. Kawasan

hutan yang rnengalami kcrusakan bcrada di dacrah kccamatan Padangcermin,


Kedondong, dan Way Lima. Selain itu, terdapat pe:mukiman di 47 titik, adanya

klairn lehan oleh kelompok masyarckat di wilayah Padang Cermin dan

Kedondong Way Lima, masih teijadi il/egcflogging dan terjadi penggese<an tapal

batas (Sumber : Lampung Menuju Tanpa Hutan, http://www.antara.eo.id/

19/07/08.hbn).
10

Kawasan hut.an Tahura tert hat tidak sebagaimana kawasan hutan

konservasi lainnya yang ditumbuh pepohonan rimbun hutan alami. Di kawasan

ini yang banyak dijumpai adala'i lahan garapan yang baru dibuka warga dan

kebun campuran dengan tanaman kopi, coklat, pisang dan lada dan tanaman

lain milik masyarakat. Mere.<a hidup oari menggarap lahan yang merupakan

kawasan hut.an konservasi ini yang menurut aturan tidal<. diperbolehkan.

Kerusakan kawasan hut.an dan ~ususnya kawasan konservasi

adalah terkait dengan masatah kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan hutan.

Adanya kcmiskinan, kurangnya lahan garapan akan mcndorong pcrambahan

dan deforestasi. Disamping itu adanya klcim warga terhadap hutan kawasan ini

menjadlkan kawasan hut.an Tahura sulit untuk bebas dar1 masyarakat yang

melakukan aktivitas pertanian didalamnya.

Bagi masyarakat l..ampung, khususnya masyarakat kota Bandar

Lampung dan masyarakat di desa·desa sekitamya, keberadaan Tahura Wf\R

mempunyai arti penting yaitu sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan

ekologi. Karakleristik bent.ong etarn ydng spesiflk nen3adikan kawasan tersebut

sebagai penyedia berbagai jasa lingkungan untuk wilayah sekltamya. Tahura

WAR merupakan daerah tangkapan air bagi Bandar Lampung dan Pesawaran.

PDAM yang untuc memenuhi kebuttllan sebagaian besar masyarakat Bandar

Lampung berasal dari meta air dari kawasan hutan iri. Setidaknya ada sekitar

420.000 jiwa ya,g tersebar di 36 desa dan sebeqian besar dari mereka

menggantungkan hidupnya pada ekossten Tahura \Van Abdulrachman. (werta

Tenure, 2006).
11

Berdasarkan kerusakan hutan yang ada di kawasan hutan di Tahura

WAR, salah satu usaha yang ditempuh untuk memulihkan kondisi hut:an

sehingga dapat berfungsi optimal adalah dengan merehabilitasl hutan dengan

reboisasi. Reboisasi merupakan salah satu kegiatan dalam Gcrhan yaitu keglatan

penanaman tan a man hutan di dalam kawasan hutan. Keglatan Gerhan lainnya

yang berada di luar kawasan hutan adalah penghijauan yang berupa hutan

rakyat, turus jalan. penanarnan mangrove dan pembuatan bangunan konservasl

tanah dan air. Keglatan Gerhan di Tahura WAR telah dilaksanakan sejak tahun

2003. Kegiatan Gcrhan di Tahura WAR dilaksanakan oleh Dlnas Kehutanan

Provinsi Larnpung sebagai pihak yang mengefola Tahura.

Luas lndik.atlf kawasan hur.an Tahura yang mengalarnl kerusakan dan

perlu rehabilitasi seluas 13.568 ha dari kawasan hutan seluas 22.244 ha

(Statistlk Olnas Kehutanan Provins! Lampung, 2005). Sampai tahun 2007 /2008

kegiatan Gerhan yang telah berhasll dllaksanakan oleh Oinas Kchutanan Provlnsi

Lampung di Tahura adalah penanaman seluas 5.'.i88 ha dan bangunan

konservesl sebc1nyak 4 unit. Gerhan 2007 adalah yang terluas yaltu 2000 ha.

Gerhan 2007 didukung dengan dana yang besar guna untuk

mendukung peleksanaan kegiatan pembuatan tanaman reboisasl pengkayaan

seluas 2.000 ha di Tahura Wan Abdul Rachman. Pembuatan tanaman reboisasi

di Tahura sebagai satuan kerja adalah Oinas Kehutanan provinsi L.ampung dan di

laksanakan ole'i pihak Ill, yaitu oleh badan usaha nasional atau swasta oaslonal

dengan melibatkan masyarakat sckita· kawasan hutan.


12

Gcrhan di Tahura dengan kegiatan pembuatan tanaman reboisasi

pengkayaan yang sedang dilaksanakan sekarang berbeda dengan kegi.atan

reboisasi mesa lalu. Jika dlbandingkan dengan sstern pelaksanaan Gerhan yang

sebelumnya, yang menggunakan sistem swakelola artinya kegiatan Gerhan

dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan bersama dengan masyarakat sekitar

kawasan hutan melalui kelompok tanl. Pada masa ini terdapat pemisahan satuan

kerja yang melakukan pengadaan bibit dengan satker yang melakukan

pembuat.an tanaman. Pengadaan bibit waktu itu dl laksanakan oleh BP DAS dan

pembuatan tanaman oleh Dinas Kehutanan. Pada Gerhan 2007 dilakukan

dengan sistem kontrak jamak (multiyears), satuan kerja pengadaan b:bit dengan

pembuatan tanaman menjadi satu tidak terpisah satkernya yaitu berada di

satuan kerja Dinas Kehutanan. Pada pelaksanaannya Dinas Kehutanan

menunjuk p:hak III sebagai pelaksana pembuatan tanaman pengakayaan di

Tahura.

Keberhasilan kegiatan pembuatan t.anaman Gerhan dicerminkan oleh

prosentase tumbuh tanaman. semakin tinggi prosentase tumbuh tanaman akan

semakin baik dan di kat.akan kP.giatan psnanarnan dalam program Gerhan

berhasil. Pelaksanaan Gerhan di Tahura tahun 2007 yang dilakukan dengan

kontrak tahun jamak { multiyears) dengan m.elibatkan pihak Ill dan masyarakat,

dengan sistem ini di barapkan pelaksanaan Gerhan lebih berhasil karena yang

mclakukan pengadaan bibit dan penanaman menjadi satu berada di satuan kerja

Dinas Kchutanan dan terjaminnya ketersediaan anggaran sampai pemeliharaan

tanaman sampai tahun ke dua.


13

Gerhan yang juga rnerupakan kebijakan publik/program yang

kemudian diwujudkan da!am kegiatan diantaranya adalah pembuatan tanaman

reboisasi pengkayaan di Tahura. Oleh karenanya penulis tertarik untuk

mengetahui impfementasi Gerhan di Tahura Wan abdul Rachman.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, untuk mengetahui oeleksanaan

Gerhan di daerah yalu pelaksanaan Gerhan di Tahura Wan Abdul Rachman

tahun pelaksanaan 2007 yang <ilaksanakan oleh Dlnas Kehutanan Provinsi

Lampung rnaka pcnulis tcrtarik mdakukan pcnclitian yang akan diberi judul

"Implementasi Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan

Lahan (Geman) di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provlnsi

Lampung".

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan fatar belakaig yang tefah diuraikan maka untuk

mengetahui sejauh mana pelaksanaa1\fimplementasi Program Gerakan Nasional

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) dilokasi penelitian, maka dibuat beberapa

pertanyaan yang periu dijawab dalam penelitian iri, adaia1 sebagai berikut :

1. Bagaimanakah implementasi program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan

dan Lahan (Gerhan) di Tainan Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi

Lampung?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat implementasi

program Gerakan Nasional Rcllilbilit:lsi Hut'.ln dan taban (Gcrhon) di Teman

I I utan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi l.ampung'


14

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi program Gerakan Nasional Rehabilitasi

Hu tan dan Lahan (Gerhan) di Tahura Wan Abdul Rach man Provins I

Lampung.

2. Untuk mengetahui takror-faktor pendukunq can penghambat dalam

implementasi program Gerakan Nasional Rehabilit.asl Hut.an dan Lahan

(Gerhan) di Tahura Wan Abdul Rachman Provins! Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian implementasi Gerhan inl adalah :

1. Kegunaan penelitian bagi pengembangan llmu

Diharapkan hasll penelitlan inl dapat dijodikon referensl bogi peneliti laln

yang benninat untuk lebih mendalami kajian lmplementasl kebijakan publik

terutama mengenal kehutanan dan dapat dijadlkan satah satu pijakan

penelltian selanjutnya.

2. Kegunaan praktis penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan bahan rnasukan kepada

Pcmcrintah yakni Satuan Kerja (Satker) Dinas Kehutanan Provinsi Lampung

khususnyu dun BPDAS Way Scputih Way Sekampung Provinsi Lampung

dalam mengimplementasikan program Gerhan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Teori dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan sebagai landasan untuk

menganalisa suatu fakta yang timbul dalam rangkaian penelitian secara empiris.

Teori yang berkaitan cicngan permasalahan yang akan dibahas dalam suatu

penelitian sangat diperlukan dan berslfat mutlak. Selain ltu teen dlparlukan

untuk mempert.ajam atau untuk membatasi fakta-fakta yang hendak diselidiki

dan juga digunakan untuk mencan keterkaitan antar fakta yang terdapat di

lapangan dengan permasalahan yang timbul sehingga dapat memberikan arah

bagi peneliti untuk melakukan analisis. Tcori-teorl yang relevan dan berkaitan

dengan pennasalahan sangat beragam, oleh karenanya diperlukan sebuah

batasan berbentuk kerangka teorf yang memuat teori yang akan digunakan

untuk menganallsis permasalahn dalam penelitian.

1. Kebijakan Publik

Penditinisian mengenai kebijakan publik berguna untuk menentukan

dalam definisi operaslonal penelitian ci lapangan secara tepa: (Agustino, 2008)

Menurut Robert Eye~1·on dalarn Agustino {2008: 11) mendefinisikan

kebijakan publik sebagai hubungan antara unit pemerintah dengan

lingkungannya. D;ilam definisl lni rnasih terlalu luas dan bersitat umum sehingga

;irtiny;i tidal< menentu, yang dapat mefiputi hampir semua elemen negara.

Sedangk;in manurut Heinz Eulau dan Kenenth Prewit (1973:265), mendefinisikan


16

kebijakan publik sebagai ~eputusan yang tetap yang didrtkan de1gan konsistensi

dan pengulangan (repetsi) tingkahlaku dan rnereka yang membuat dan dari

mereka yang rnematuhi ke.putusan tersebut,

Thomas R Dye dalern Islamy (2007:18) mendifinisikan kebijakan publik

adalah apapun yang pcmerintah piih untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu C'is whatevergovemmentchoose to do or not to dd'). Bila pemerim.ah

memlllh sesuatu untuk dHakukan maka harus ada tujuan (obyektlfnya) dan

kebijakan itu meliputi semua tindakan pemerintah, bukan pemyataan keinginan

pemerintah atau pejabat ::>emerintah.

Pendapat senada d'kemukakan oleh Edward III can Sharkar.sky dalam

Widodo (2008:12) mcngemukakan kebijakan publik adalah "vrhat govemment

say and do, or not to do. Its goals or purpose of govemment program$'.

Kebijakan publik adalah apa yang pemertntah kata!<an dan dilakukan at.au tidak

dilakukan. Kebijakan merupakan serangkaian tujuan dan sasaran dari program-

program pemerintah.

Berdasarkan dua definisi diatas kebijakan publik merupakan sesuatu

yang dikatakan dan dilakukan pemerintah, untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu guna mencapai tujuan clan sasaran program pemerintah.

Nicholas Henry dalam Wibawa (1994) mengutarakan bahwa kebijakan

pub.lik adalah apa ycng diimplementasikan oleh administrator publik dan

serangkaian tindakan yang diadopsi dan skan dicapai oleh pemerintah: "Public

polky is 'A11at publicadministratorimplementand is a course or saton adopted


and pursuedbygovernment"
17

Menurut James E. Anderson dalam Agustino (2008:7) bahwa kebljakan

publik merupakan S?.rangkaian tindakan yang mempunyai mak~ud/tujuan

tertentu yang diikutl dan dilaksanakan oleh seorang aktcr atau sekelompok aktor

yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang

diperhatlkan. Konsep kebijakan lni menekankan pada apa yang dlkerjakan darl

pada apa yang diusulkan atau dimaksud. Hal inilah yang membedakan kebijakan

darl suatu keputusan yang merupakan pilihan dlantara beberapa alternatif yang

ado. Dcngan dcmikian, kcbljakan publlk mengacu pada sebuah keputusan atau

pllihan yang harus dilaksanakan melalul serangkalan tindakan untuk mencapai

tuJuan tertentu.

Leblh lanjut, Anderson (1994:94), memberlkan pemahaman bahwa

sebuah kebijakan publik mempunyai clii sebagai berlkut :

1. Kebijak<ln publik memilikl tujuon, perilaku berorlentasl kepada


tujuan dan bukan prilaku yang acak,
2. Kebijakan publik terdiri at.as sederetan tlndakan·tlndakan den
bukan ttndakan atau keputusan yang terplsah yang dllakukan oleh
pejabat.
3. Kcbijakan adalah apa yang pcmerintah lakukan - bukan apa y;ing
mereka katakan akan dilakukan atau apa yang mereka nlatkan
akan dilakukan.
4. Kebijakan publik dapar bersifat positif atau negatif
5. Kebijakan publik didasarkan pad a hukum dan kewenangan.

Menurut William Jeklns dalam Yousa (2007:6), kebijakan publik adalah

seranqkeion keputusen yong saling bcrhubungan yang diambil olch aktor politik

atau sekumpulon aktor ynng rncmpcrhatikan sclcksi dart tujuan-tujuan dan

makna mencapainya dalam situasi tertentu dimana keputusan itu seherusnve

diambil, pada dasarnya termasuk kekuasaan darl pelaku tersebut.


18

Menurt1t buku kamus admlnistrasi Publll< (Chandler dan Plano,

1988:107) public policy adalah pernarfaatan yang strategis ternadap

sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik

atau pcmcrintah. Bahkan, Chandler dan Plano bcranggapan bahwa kebijakan

publik merupakan suatu bentuk intervensi yang kontinum oleh pemerintah demi

kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalarn masyarakat aga· mereka

dapat hidup dan lkut berpartisipasi dalam pemerintahan.

Pengertian program dalam birokrasi pemerintah diartikan sebagai

bentuk interpretasi kebijakan, jadi program dapat dipandang sebagai "kebijakan

birokratis", Program lebih bersifat operasional dan khusus, dari suatu rencana

umum pemerintahan dengan tujuan dan sasaran yang lebih terperinci dan jelas.

Kebijakan blrokrasl menjadlkan kebiJakan publlk leblh operaslonal oan dapat

dilaksanakan (Ndraha, 1g97:143).

Nugroho (2008:56) dalam bukunya Public Policy merumuskan

kebljakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara khususnya

pcmcrintah, sebagai st-ategi untuk merealisasikan tujuan negara yang

bersangkutan, untuk mencapal rnasvarakat yang dlclta-cltakan. Kebijakan publik

merupakan kebijakan yang mengatur kehidupan bersama (kehidupan publik)

bukan perorangan atau golongan. Untuk mengimplementasikan kebijakan

publik ada dua lan;,kah pilihan, yaitu langsung rnengirnµlemenlasikan tlaii:lrn

bentuk program atau melalui forrnulasi kebljakan derlvat atau turunan darl

kebijakan pubf'k tersebut.


19

Kebijakan Publik

Kebijakan Publik Peojelas P r o gram

Proyek

Kegiatan

'
Pemanfutan {benefieries)

Gambar 2.1. Sekuensi lmplementasi Kebijakan (Nugroho, 2008:433)

Hal senada dikemukakan Wibawa (1994:4) bahwa dalam proses

lrnplementasl kebijakan, birokrdSi pemerintah menginterpretasikan kebijakan

menjadl program. Kemudlan agar leblh operasional, program dlrumuskan

sebagal proyek, yang dengannya para pelaksana ditlngkat lapangan telah dapat

bertindak. Setelah diterjemahkan sebagai program dan proyek lalu dilkuti

tindakan fisik, kebijakan menimbulkan suatu konsekuensi berupa has'l (output),

efek (effed) dan dampak (ltnpiJcf) sesuai dengan tujuan yang dlharapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat terseoet dlat.as maka kebijakan publik

dlartikan sebagai suatu tindakan atau serangkaian tindakan yang dlbuat dan

dipilih serta diimplement.asikan oleh pemf'rintah at.au badan pemerintah yang

memilikl kewenangan hukum dan politik untuk melakukannya. Kebij2kan publik

tcrsebut dibuat oleh pemerintah sebagai suatu reaksi terhadap kebutuhan atau

pemecahan masa!ah yang ede dalarn masyarakat. Oleh karena itu kebijakan

publik beris' langkah-langkah yang telah dirurruskan oleh oemerintah untuk

memecahkan suatu masalah yang ada dalam masyarakat, mempunyai tujuan

tertentu can cemi kepentingan masyarakat luas.


20

2. Pengertian Implementasi Kebljakan

Implementasi kebijakan merupakan suatu hal krusial dalam studi

kebijakan publik. Bagaimanapun baiknya suatu kebijakan publik, bila tidak

dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam implementlsinya, maka tujuan

kebljakan ncak akan blsa diwujudkan {Wtdodo, 2008:143).

Dala11 prakteknya illl)lementasi kebljai<an merupakan merupakan

suatu proses yang begitu komp'eks bahkan tidak jarang bermuatan politls

dengan adanya intcrvcnsi bcrbagal kcpcntingan.

Tmplernentasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Hom dalam

Wlnamo (2008:146) adalah tindakan·tindakan yang dllakukan oleh lndMdu·

individu (atau kelompak) pemerintah m11upun swasta yang diarahkan unb.Jk

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suaw keputusan keJi~akan

sebelurmya,

Mazmanlan dan Sabatier (1983) dalam bukunya Imp/emer.tasionand


PublicPolicy ca lam Agustino (2006: 139) meroemisikan irnplemenl.dsi kebijakd11

publlk adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, blasanya dalam

bentuk undang·undang, namun dapat pula bel'bentuk perintah·perintah atau

keputusan·keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.

Lazimnya keputusan tersebut mengidentilikasikan masalah yang ingin diatasi,

menycbutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai

cara untuk menstrukturkan a:aJ mengatur proses implementasinya.

Dari dua uraian pendapat diatas, implementasi kebijakan rrenyangkut

tigo hal yaitu adanya tujuan atau sasaran kebijakan, adanya aktivitas atau

kegiatan pencapaian tujuan dan terakhi· adanya haSil kegiatan. Bcrdasarkan ha!
21

tersabut dapat dlsimpulkan bahwa implementasl merupakan suatu proses yang

dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan,

sehingga pada akhimya mendapatkan hasll yang scsuai dengan tujuan atau

sasaran kebijakan itu.

Senada dengan hal itu dlkemukakan oieh Lester dan Stewart dalarn

Yousa (2007:76), implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang

luas, mcrupakan alat admlnlstrasl hukum dlberbagal sektor : organlsasl,

prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sema untuk menjalankan kebijkan

guna meralh camoek atau tu1uan yang dlnglnkan.

Hal ini sepertl yang diutarakan oleh Grindle dalarn Agustino (2006: 139)

yaltu Pengukuran keberhasilan implernentasl dapat dilihat dari prosesnya,

dengan mcmpcrtanyakan apakah pclaksanaan program scsuai dcngan yang

telah ditentukan yaitu melihat pada action program dart Individual project dan

menllal apakah tujuan program tersebut tercapal.

UdoJI (1981) dalam Wahab (2001:59) mengatakan bahwa pelaksanaan

kebijakan adalah suatu yang penting bahkan jauh lebih penling dari pada

pembuatan kebijakan. Kebijakan hanya akan sekedar berupa lmplan atau

rencona baqus yang tersimpen rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Suatu program kebijakan harus diimplementaslkan agar mempunyel

dampak atau tuju<1n yang diinginkan. Menurut Edward Ill (1980:1) bahwa

implementasi kebijakan adalah "Is the stage of policymaking between the

establishmentof a poliql' d:arlik.csn tshapan dalam proses kebijakan yang berada

dlantara tahapan penvcsunen kebljakan dan hasil yang ditimbulkan dari

kebijakan.
22

Ripley dan Franklin dalam Winarno (2008:145) berpendapat bahwa

implementasi adalah apa yang terjadl setelah undang-undang ditetapkan yang

memberikan otoritas program, kebijakari, keuntunqan (benefit) atau jenis

keluaran yang nyata (tangible output). Istilah lmplementasi menunjuk pada

sejumlah keglatan yang mengikuti pernyataaan maksud tentang tujuan-tujuan

program dan hasil-hasd yang diinginkan oleh pejabat pemerintah. Implementasi

mencakup tindakan-tindakan oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat yang

dlmaksudkan untuk rnernbuat program berjalan.

Upaya memperoleh pemahaman yang lengkap perlu mencermari tahap

implementasi, seperti dinyatakan Randal and Ripley da!am Yousa (2007:76),

yaitu : tahap implementasi merupakan aktivitas fungslonal yang men!ndaklanjuti

output dari aktivitas formulasi dan legitimasi kebijakan. Aktivitas yang disebut

implementasi kebijakan adalah aktivitas fungslonal untuk melaksanakan

rancanqan program ke dalarn kc9iatan administratif yang nyata seperti

pendanaan, perencanaan, pengorganisasian. Output dari aktivitas ini berupa

proses atau policy action yang akan mernbimbing kearah pencapaian tujuan

kebljakan dan program.

Menurut Nugroho (2008: 432) implementasi kebijakan pada prinsipnya

adalah cara agar sebuah kebijaKan dapat mencapal tujuannya. Untuk

mengimplementasikan kebiJakan publik, eda dua langkah yang ada, yaltu

langsung mengimplementasikan dalarn bentuK program atau melalui Fonmulasi

kf!bijakan derivet atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Sejalan dengan pendapat di atas, Syukur dalam Sumaryadi {2005:79)

mengemukakan adanya tiga unsur pennnq dalam proses irnplementasi yaitu: (i)
23

adanya program atau kebijakan yang dilaksanak.an, (ii) Target Group yaib.J

kelompok masyarakat yang meojadi sasaran dan ciharapkan akan meoerima

manfaat dari program, perubahan atau peningkatan, (iii) unsur pelaksana

(imp!ementatot') baik orqansasi atau perorangan untuk bertanggung jawab

dalam memperoleh petaksanaan clan pengawasan dari proses implementasi

tersebut. Adepun unsur yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan

program adalah aparat birokrasi pemerintahan secara berjenjang. Dengan

demikian keberadaan birol<rosi pemerintah merupakan salah satu unsur penting

dalam implementasi.

Dengan dilandasi berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa pengertian implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah

sumber yang termasuk manusia, dana, dan kemampuen organisasional yang

dilakukan oleh pemerintah maupun svrdSta(indillidu maupun kelompok). Proses

tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang celah ditetapkan sebe umnya

oleh pembuat kebijakan. Sementara itu, pelaksanaan kebijakan merupakan

suatu proses usaha untuk mewujudkan suatu kebijakan yang rnasih bersifat

abstrak kedalam realita nyata. Pelaksanaan kebijakan merupakan suatu kegiatan

un:uk mcnimbulkan hasi (output), keluaran (outcomes)dan manfaat (benefit)

serta dampak (impact) yang dapat dinikmati oleh ketompok sasaran (target

group).

Secara sedenane berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan

l>ai 1wa implementasi kebijakan tidak lahir dengan sendirinya melain\<.iJn

berangkat dari konsep kebijakan publik (public polio/). Irnplementasi kebijakzn

(puliq 1i11plementation)rnerupakan proses lebih lanjut dari tahap formulasi


24

kebijakan. Pada tahap formulasi ditetapkan strategl, sumber-sumber kebijakan

dan tujuan kebijakan, sedangkan tindakan (action) untuk mencapai tujuan

dlselenggarakannya pada tahap lmplementasl kebijakan. Implementasi kebijakan

juga merupakan suatu aktivitas atau kegiatan delam rangka mcwujudkan at.au

merealisasikan kebijcskan yang Lelah ditetapkan sebelumnya, yang dilakukan oteh

organisasi pemerlntahan atau badan pelaksana lain melalul proses administrasi

dan management dengan memanfaatkan sumber oava yang tersedia untuk

mencapai tujuan tertentu dan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan

proses kebijakan, lni menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara

pe.rurnusan kebl.Jakan dengan lmplementasl kebljakan dalam eru walaupun

perumusan dllakukan dengan sempuma namun apablla proses lmplementasl

tidak berke~a sesual persyaratan, rnaka kebljakan yang semula baik akan

mcnjadi jelek begltu pula seballknya.

Menurut Tachjan (2008:31), lmplementasi kebljakan hakekatnya

merupakan lrnplementasl program. Suatu Kebijakan admlnlstratif masih berupa

pemyataan-pernytaan yang umurn yang berlSlkan tujuan, sasaran, serta

herbagal macam sarana, agar dapat diimplementaslkan perlu dljabarkan ke

dalam program yang bersifat operasional.

Sehubungan dengan program lni, Terry dalam Tachjan (2008:32),

bahwa program merupakan rencana yang bersifat komprehensif yang sudah

menggambarkan sumberdaya yang akan digunakan dan terpadu. Program

tersebut menggambarkan sasaran kcbijakan, prosedur, metode standar dan

budget. Dalam hal ini merupakan sebuah proses khas yang terdiri dart ttndakan-

tindakan : perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang


25

dilakukan untuk mcncntukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan surnber daya manusia dan sumbcr-sumber

lainnya.

Stoner { 1996:8) mendefinisikan manajemen sebagal proses

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya

anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu menurut Siagian (2005:33), fungsf-

fungsi manajernen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

pengawasan dan pengetolaan.

Gerhan sebagaimana program dari suatu kebijakan juga melaksanakan

keglatan admfnistratif yang nyata atau manganut juga fungsi manajemen dalam

implementasi programnya. Oleh karenanya, dalam penelitian ini analisis proses

implementasi program Gerhan dapat dilakukan dengan prespektif fungsi

manajemen yang disesuaikan dengan kenvetaan proses yang dilakukan dalern

lmplementasl kebijakan program Gerhan yaitu, perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan/pengendalian, yang masing-masing unsur manajemen diuraikan

dalam komponene-komponen kegiatan.


26

3. Model Implementasi Kebijakan

Untuk menganaflSis proses implementasi kebijakan publik akan lebih

mudah dipahami bila menggunakan suatu model atau kerangka pemikiran

tertentu. Suatu model akan memberikan secara lengkap mengenai suatu obyek,

situasi atau proses. Komponen apa saja yang terdapat pada obyek, situasi atau

proses te-sebut serta kaitcn antar kompo-ien satu dengan lainnya. Model

rnenurut Suharto (2005:71) memi:unyai kegun2an :

"(1) dapat membantu peneliti untul< memperoleh pemahaman tentang


beroperasinya sistem alamiah atau sistem buatan manusia. Model juga
dapat membantu menjelaskan sistem apa dan bagaimana sistem
beroperasi. (2) Dengan suatu model maka dapat membantu penerti
dalam menjelaskan permasalahan dan memilah-milah etemen tertentu
ya19 relevan dengan permasalahan. (3) Membantu pene.liti dalam
mcmperjelas hubungan antara elemen-elemen tersebut. ( 4) membantu
peneliti datam merumuskan kesimpulan dan hipctesis mengenai hakekat
hubungan antar elemen"

Komponen-kornponen model dalam implementasi kebijakan publik

mcnurut Tachjan (2008:37), terdiri dari : (l) program (kebijakan) yang

dilaksanakan, (2) target group, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi

sasaran dan diharapkan akan mene.;ma manfaat dari program tersebut,

peruoahan atau peningktan, (3) unsur pt:laksana (implementor), baik organisasi

atau perorancan, yang bertanggungjawab datam pengelolaan, pelaksanaan den

pengawasan dari imptementasi tersebut, dan (4) faktor lingkungan (fisk. soslel,

budzva dan politik),

Model implementasi kebijakan pubfik banyak macamnya diternukan

dalarn berhagai llteratur. Berkaitan cengan model tmplementasi kebijakan,

Pearson (2005:464) secara ga:is besar membagi perkembangan model

implementasi menjadi ernpat tahap yaitu :


27

1. Analisis kegagalan : Derthick(1972), Pressman dan Wildavsky (1973),


Bardach (1977).
2. Model Rasional (top-down) unruc mengidentifikasi faktor·faktor yang
menjadikan lmplementasi berhasll : Van meter dan Van Horn (1975),
Hood (1976), Gunn (1975) Sabatier and Mazmanian (1979).
3. Kritik Bottom-up terhadap model pendekatan t.op·dov.n dalam hal aktor
lain dan interaksi organisasional : Lip~<Y (1971), Elmore (1978), Hjem et
al (1978).
4. Teori Hybrids. Irnplementasi sebagai evolusi (Megore and Wildavsky,
1978), sebagai pemabelajaran (Brown, 1984), sebagai kontinum
kebijakan tindakan (Lewis and Flyinn, 1978), analisis inter organisasional
(Hjern, 1982), dan tipe kebijakan (Ripley dan Franklin, 1982), sebagai
bagian dari subsistem kebijakan (Sabatier, 1986) sebaqal manajemen
sektor publik (Hughes, 1994)

Program Gerhan di Tahura adalah kebijakan yang lebih bersifat

topdown. lmplementasi kebijakan yang dilakukan tersentralisir dan mulai dari

pusat dan keputusannya pun diambil dari tingkat pusat. Pendekatan topdown

bertitik-tolak dari perspektif bahwa keputusan-kcputusan yang telah ditetapkan

oleh pernbuat kebijakan harus dilaksanakan oleh birokrat-birokrat pada level

bawahnya. Inti pendekatan topdown adalah sejauhmana lindakan para

pe!aksana (administratur dan birokrat) sesuai dengan proseder serta tujuan

yang telah digariskan oleh para pembuat kebijakan di tingkat pusat

(Agustino:2008)

Model implementasi kebijakan 'fang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah model implementasi Ripley and Franklin untuk menjawab masalah

pertama dalarn penelitian y<iitu tcntang implcmentasi program Gerhan.

Sedangkan untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat implementasi

program Gerhan di Tahura Wan Abdul Rachrnan dcngan menggunakan model

George Edward Ill.


28

a. Model Ripley and Franklin

Rip'ey and Franklin dalam SUbaharsono (2005:89) bahwa

kompleksitas implementasi ditunjukkan oleh banyaknya aktor atau unit

organisasi yang terlibat tetapi jvga dikarenakan proses lrnplementasi dipengaruhi

oleh berbagai variabel yang komplek, balk vadabel lndividu rnaupun orqnlsasi,

yang masing·masing variabel tersebut juga saling berinteraksi satu soma lnin.

Lebiti lanjul Ripley and Franklin (1986:234) bahwa terdapat tlga cara

yang domlnan untuk rnengetahul kebemesaan suatu lmplementasl, yaitu :

1. Sf1berapa dlskusl yang rnembahas tentang keberhasllan suatu

implementasi, dapat diukur dari tingkat kepatuhan (compliance) pada

baginn blrokrasl bawahan/ underlings terhadap blrokrasl atasan/ superiors

atau dengan kata lain tlngkat kepatuhan blrokrasi pada umumnya

terhadap suatu rnanda; khusus yang dlatur dalam suatu peraturan

perundang·undangan.

2. Bahwa keberhasilan Jrnplementasi ditandai dengan lancamya rutlnltas

fungsl (smoothly functioning routines) dan tidak adanya masalah yang

dlhadapl (absence of problem5).

3. Bahwa keberhasilan suatu implementasi mengacu dan mengarah pada

kine~a yang d'inqinkan (desired pcrtormsnced; dan dampak (impacf) yang

dikehendaki dari semua program yang ode.

Keberhasllan atau kegagalan imple.nentast bcrdasarkan bcberapa

pendapat darl Lester dan Steward (2000), Randal den Ripley (1987) dan Ripley

dan Frcmklin (1982) dalam Yousa (2007:83) dapat dilir.at dali sudut:
29

1. kemampuan secara nyata dalam meneruskanprogram-program yang telah

dirancang sebelumnya

2. llngkat kepatuhan pada bagian birokrasi terhadap birokrasi superior dan

suatu mandat khusus yang diatur undanq-undanq.

3. Ditandai dengan lancarnya rutinitas fungsi dan tidak adanya masetah-

masalah yang dihadapl dalarn perencanaan, pendanaan dan

pengorganisasian.

4. Waktu yang diperlukan untuk mencapai kemajuan

5. Implementasinya mengarah pada tujuan kebijakan dan dampaknya

dikehendaki dari program yang dikchcndaki.

b. Model George C Edward III

Model lmplementasi yang dikembangkan George C Edward III, yang

dinamakan Direct and IndirectImpact on implementation. Dalam pendekatan

Edward III, terdapat empat variabel ya.19 sangat menentukan keberhasilan

implementasi suatu kebijakan, yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan

struktur blrokrasi (Agustino, 2008:149}

1. Faktor komunikasi

Komunikasi sangat menentukan dalam keberhasitan pcncapaian

Lujuan da1i implemcni:a.si kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjodi ape

bila para pembuat kebijakan sudah menqetahui epa yang akan mereka kerjakan.

Pe1getahuan atas apa yang mereka kerjakan dapat berjetan bila komunikasi

berjalan denqan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan

lmplementasi harus dikomunlkaslkan. Kebijakan dikomunikaSikan dengan tepat,


30

akurat, dan konsisten. Komunikasi atau pentransmisian informasi diperlukan

agar para pembuat keputusan dan para implementor akan semakin kcnslsten

dalam melaksanakan setiap kebijakan yang aken diterapkan dalam masyarakat.

Tiqa indikator untuk mengukur keberhasilan variabel komunikasi

tersebut adalah :

a. transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang ba.ik akan dapat menghasilkan

suatu implementasl yang baik pula, Seringkali yang terjadi dalam perwaluran

komunikasi adalah adanya salah pengertian. Hal tersebut karena komunikasi

telah melalui beberapa tingkatan brokrasl, sehlngga apa yang diharapkan

terdistorsi ditengah jalan.

b. Kejelasan, kejelasan yang diterima oleh para pelaksana kebijakan (street

revel bureaucrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak

ambigu/mendua ). Ketidakjelasan pesan kebijakan pada tataran tertentu

tidak selalu menghalangi implementasi, para pelaksanan membutuhkan

fleksibelitas dalern melaksanakan kebijakan. Akan tetapi pada tataron yang

lain akan dapat menyelewengkan tujt..an yang hendak dicapai ofeh kebijakan

yang telah ditetapkan.

c. Konsisitensi, perinlah yang diberjkan dalarn pelaksanaan suatu komunikasi

harusiah konsisten dan jelas. Jika perintah sering berubah-ubah akan

membingungkan pelaksana dilapangan.

2. Faktor Sumberdaya.

surnberdaya merupakan hal yang penting, rnenurut C Edward III,

dalam menglmplernentasikan kebijakan. Indikator sumberoaya terdlrt dart

beberapa elem en, yaitu:


31

a. Staf, merupakan sumberdaya utama dalam implement:asi kebljakan.

Implementor harus cukup secara kuaiitas dan kuantitas.

b. I nformasi, mempunyai dua bentuk : pertama, informasi ')'Ong berhubungan

dengan cara melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa

yang harus dilakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan

tindakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksanan

temadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.

c. wewenang, pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah

dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau leqitimasi bagi

para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara

politil<. Efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan irnplementasi

kebijakan.

d. Fasilitas, Fasilitas fisik juga merupakan faktor yang pentlnq dalam

implementasi kebijakan. Implementor mungkin rnerniliki stat yang

rnencukupl, mengertl apa yang harus dilakukannya, dan rnerniliki wewenang

untuk rnelaksanakan tugasnya dengan didukung fasilitas pendukung. Adanya

fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implernentasi kebijakan

tersebut dapet berhastl,

3. Faktor Disposisi.

Disposisi diartikan sebagai kecenderungan, keinginan atau kesepekatan

para pelaksena (implementor). Jika implementasi kebljakan ingin berhesil secara

efeklif can elbi!:!11, para pelaksaan tidak hanya mengetahui ape 'fong harus

dilakukan don rnampu melakuken kebijakan, tetapi harus mempunyai kemauan

untuk rnelaksanakan kebijakan ilu. Disposisi rnerupaxan kemauan, keinginan dan


32

kecenderungan para pelaku kebijakan untl.d< melaksanakan kebijakan secara

sungguh-sungguh sehingga yang menjadi rujuan kebijakan dapat diwujudkan.

4. Faktor Struktur birokrasi.

Birokrasi sebagai pelak.sana kebijakan harus dapat rnendukung

kebijakan yang telah dipUWskan secara politik dengan jalan melakukan

koordinasi dengan baik. Kebijakan yang beqltu kornpleks menuntut adanya

kerjasema Ordng bdnydk. Struktur birokrasi mencakup dirnensi fragmenta~i dan

standar prosedur operas! (SOP) yang akan memudahkan tlndakan darl para

pelaksana kebijakan dalam melaksanakan apa yang menjadl bidang tugasnya.

Fragmentasi adalah upaya penyebaran tanggungjawab kegiatan atau aktivitas

pegawal dia'ltara unit kerja. Sedangkan SOP adalah kegiatan yang

memungkinkan pelaksana/birokrat melaksanakan kegiatan dengan stander yang

ditetapkan.

Komunlkasi

Sumberdaya :
staf, lnfonnasl.
wewenang, fasilitas
t--~ IMPLEMENTASI

Struktur Birokrasi
r >---------------~

Sumber . ~ustino 12000· 150)

Gambar 2.2. Model lmplementasi :<ebijakan menurut C Edward Ill.


33

4. Evaluasl Kebijakan Publik

Sebuah kebijakan publil< tidak bisa dilepas begiru saja Kebljakan harus

di awasi, clan salah satu mekanlsme peogawasan tersebut disebut sebagal

evaluasl kebijakan. Evaluasi biasanya bertlijuan untuk menilai sejauh mana

keefektifan suatu kcbijakan dalam mencapai tujuan gul"a

dipertanggungjawabkan kepada konstituennya (Nugroho, 2004; 183}.

Evaluasl kebljakan dapat dllak!A<an sebelum maupun sesudah

kebijakan dilaksanakan. Aspek evaluasi meliputi : proses pembuatan kebijakan,

proses implementasi kebijakan, konsekuensi kebijakan dan dampak kebijakan.

Evaluasi terhadap proses implementasi disebut sebagai evaluasi implementasl,

sed<ingkan cvaluasf konsekuensi clan dampak kebijakan disebut evaluasl

dampak. Evaluasi tersebut di namakan evaluasi sumatif dan formatif (Dunn,

1984:358).

Menurut Dunn clan Ripley dalam Wibawa (199<1) evaluasl kebiJakan

memllild 4 fungsi yaitu :

l. Eksplanasi
Meldlui t:Vdludsi dapat dipotret reelitas pe!aksanaan program da~ dapat
dibuat suatu genera5ssai tetntang pola-pola hubungan antar berbagai
dimensi realitas yanq diamati.
2. Kepatuhan
Melalui evaluas1 dapat ketahui apakah tindakan '{C!ng dilakukan oleh
pero peieki., b.:lik birokrasi maupun pelaku lain, sesua' dengan st.andar
dan prosedur yang dtetapkan oleh kebija:<an.
3. Auditng
Melalui evaluas· dapat diketahui apakah output benar-oenar sampal ke
:a,gan kelompok sasaran maupun penerima lain (individu, kcluarqa,
oraganisasi,, birokarasi).
4.Akun;:ing
\1elalui evaluasi dapat kP.tah..ti apa akbat sosial ekonomi dari kebijakan
te-sebut,
34

Menurut Nugroho (2003: 179), ada empat prasyarat yang per1u

dipenuhi agar implementas· kebijakan bisa efektif, yaitu:

1. Apakah kebijakannya semirt sudah tepat. Ketepatan kebijakan ini


dinilai dari sejauh mana kebijakan yang ada telah bermuotao hal-het
ya19 memang memecahkan masalah yang hendak dpecahkan
2. Apakah pelaksananya sudah tepat. Aktor implementasi ke:)ijakan tidak
hanya pemerintah. Ada 3 institusi yang dapat menjadl implementor,
yaitu: pemerintah, dalam rangka kerjasama antara pemerintah dengan
masyarakat a:au swate dan implementasi kebijakan yang diswastakan
(privatization or contrading-ot.tf).
3. Apaka:i target sudah tepaL Apa~h target yang diintervensi sesuai
ya19 direncanakan, apakah tidak tumpang tindih dengan intervensi
lain, atau tida< bertentangan dengan intervensi kebijakan lain.
4. Apakah lingkungan sudah tcpat. Apakah lingkungan kebijakan,
interaksl antara lembaga perumus kebijakan dan implementor dengan
lembaga lain ten<<:it. Ling<ungan ekstenal kebijal<an, yaitu persepsi
publik (pubf!C apnion) akan kebijl<an dan imp~mentasinya dan
interpretasi dart lembaga-lembaga strategis dalam masyarakat seperti
media massa, kclompok penekan dan kelompok kepentingan.

Prof. Sofyan Effendi (Nugroho, 2004), berpendapc.t bahwa tLjuan dari

cvaluasi i11;ilementasi kebijakan publik ada'ah untuk mengetahui variasi dan

indikator-indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab pertanvaen-

pertanyaan pokok, yaitu :

1. Bagaimana klnelja implementasi kebijakan publik? Jawabannya


ber1<enaan dengan kinerja imp~emeotasi kebijakan terhadap varaibel
:ndependen tertentu
2. Faktor-faktor apa saja yang menvebabkan variasi tersebut?
jawabannya berkenaan dengan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi
implementasi kebijakan, dan lingkungan implementasi kebijakan yang
mempengaruhi variasi dampak dart implementasi kebijakan.
3. [logaimana strategi meningk<Jtkln k:ncrja ·rrplementasi kebijakan
pub ik' Hal ini ber1<enaan de1gan tugas pengevaluasi untuk memilih
anabel-variabel yang dapat diubah.
35

s. Konsep Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Di dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutamm,

dinyatakan bahwa Hutan adalah suatu kesetuan ekosistem berupa harnparsn

lahan berisi sumber daya a!am hayati yang didominasi pepohonan dalam

persekutuan alam lin9ku19annya, yang sabJ dengan lainnya tidak dapat

dipisahkan. Sedangkan menurut UU Ke~nan No.5 Taaun 1967, pengertian

hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara

keseluruha.n merupakan persekutuan hicup alam hayati beserta alam

lingkungannya dan yang ditetapkan oleh pemertntah sebagai hutan.

Hutan mempunyai arti penting sebagai penyangga kehidupan. Menurut

Arifin Arief (1994:7), fungsi manfaat dart hutan adalah :

1. Hutansebagai penjaga ke..<eimbangan ekosistem

2. Hutan sebagai pengatu- den pelindung dalam tata air (hidro-orologi}

3. Menjaga kesuburan tanah den me19uran9i terjadlnya erosi.

4. 5ebagai sumber plasma nutfah c!an memniki keanekaan genetik dari jenis

flora dan fauna.

5. Menjaga keseirrbangan ildim, menghasi1kan oksigen dan menyerap

ka.iJondioksida.

6. sebagai sumberdaya alam yang dapat digunakan untuk mernenuhi

kehidupen, hasil kayu da:i bukan kayu.

7. Sebagai tempat wisata, pendidikan den penelitian.

Dalam UU 41 tah.m 1999 tentang Kehutanan, Hutan menurut

hmgsinya dibedakar menjadi : huta1 produksi, hutan lindung dan hutan

konservasi, yaitu :
36

1. Hutan Produksl (HP) adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

memproduksi hasil hutan.

2. Hutan Undung (HL) adalah kawasan hutan yang mempunyal Fungsl pokok

sebagal periindungan sistern penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erost, mencegah intrusl air laut, dan

memelihara kesuburan tanah.

3. Hutan Konservasl (HK) adalah kawasan hut.an dengan clrl knes tertentu,

yang mempunyal fungsl pokok pengawetan keanekaragaman turnbuhan dan

satwa serta ekoslstemnya.

Berdasarkan statusnya hutan dibedakan sebagai :

1. Hutan negara yaltu hutan yang berada pada tanah yang tldak dlbebanl hak

etas tanah. Hutan adnt tcrmasuk dalam hutan negara.

2. Huten hak, yaillJ hutan yang berada pada tanah yang dibebanl bek atas

tanah, Hut.an lnl leblh dlkenal sebagai h1,;lb11 rakyat, karena berada pada

lahan mlilk rakyat.

Kondisi hutan, dilihat darl penutupan lahan/Vegetasl, mengalaml

perubahan yang cepat dan dinamis, sesual perkembangan pembangunan dan

perjalanan waktu. Banyak faktor yang mengakibatkan perubahan tersebut

antara lain pertambahan pcnduduk dan pembangunan d'luar sektor kehutanan

yang sangat pesat rnernberikan pcnqaruh besar terhadap meningkatnya

kebutuhan eken lahan dar produk produk dari hutan. Kondisi demikian

diµerparah dengan adanya perambahan hutan dan terjadinyv kcbakaran hutan

yorig mengakibatkan sernakin luasnya kerusakan hutan alam tropika di


37

Indonesia. SUmber daya hutan yang telah mengalami kerusakan perlu

direhabilitasi.

Kegiatan Reh2bflitasi Hutan dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan,

mempertahankan, dan meningkatl<an fungsi hutan dan lahan sehingga daya

dukung, produktifitas, dan peranan hutan sebagai sistem penyangga kehldupan

tetap terjaqa. Kegiatan rehabilitasi hutan clan lahan dilakscnakan berdasarkan

kondisl spesifik setempat, yang meliputi aspek biofisik, soslal dan ekonomi.

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan clan Lahan (Gerhan) aclalah suatu kegiatan

terkoordinasl yang mendayagunakan segenap kemampuan pemerintah dan

masya-akat dalam merehabtlitasi hutan clan lahan pada wilayah Daerah Aliran

Sungal (DAS).

Rehabilitasi hutan dan lahan merupakan upaya pemulihan serta

pengembangan fungsi sumberdaya hutan clan lahan, baik fungsi produksi

maupun fungsi lindung dan konseivasi. Untuk meningkatkan kualitas lingi<ungan

serta terwujudnya kelestarian ekosistem hutan maka perlu dilakukan upaya

dalam rcngka rehabilitasi kondisi hutan y-ang rusak, Rehabilitasi hutan

merupakan usaha yang dilakul<an baik fisik maupun vegetatif guna memulihkan

nilai dan fungsi hutan serta fingkungannya, akibat mengalami kerusaki:in dari

beberapa macam gangguan.

Pelaksanaan kpgiatan renabilitasi hutan berdasar1<an pasal 41 UU No. 41

ta'iun 1999 tentang Kehutanan menyatakan ball'/or-a rehabilitasi hutan dan lahan

dise!enggarakan melalui kegiatan; a) Reboisasi, b) penqhijauan, c)

pernetharaan, d) Pengayaan Tanaran, at.au e) penerapan teknik konservasi

tanah seca-a prod.rktif. Selanjumya dalam pasal 42 avat Z menyatakan banwa


38

penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan diutamakan pelaksanaannya

melalui pendekatan partisipaur dalam rangka menqernbanqken potensi dan

memberdayakan masyarakat. Penilaian keberhasilan penanarnan dalam

rehabilitasi hutan didasarkan atas tolok ukur prosentase tanaman jadijberhasil

(Departemen Kehut:anan, 1999).

Untuk membangun kembali kehutanan Indonesia menurut Simon (2004)

harus bergeser paradigma dalam pengelolaan hutan, dari paradigma kehutanan

konvensional yang berorientasi pada pengelolaan hutan tanaman (timber

management) menjadi paractqma kehutanan sosial (sosial forestrY). Secara

garis besar paradigma kehutanan soslal untuk mengelolaan nutan Indonesia

mengikuti Hrna prinslp dasar yaitu :

1. Strategi kehut:anan sosial (social forestrystrategY)

2. Hutan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.

3. Pengelolaan dilakukan secara proposional untuk mewujudkan pengelolaan

hutan lestart (sustainable forest management).

4. Pelestarian hutan berasaskan kelestanan ekosistem

5. Pengelolaan hutan disesuaikan dan diselaraskan dengan otonomi daerah.

Dalam rangka menjaga kelest:arian hutan dan pengeloaan hutan baik

didalam atau diluar kawasan hutan, rnaka Departemen Kehutanan memiliki

i<ebijakan prioritas 2004-2009, yang tertua11y dalam Surat kepetusan Menteri

Kehutanan Nomor: SK.456/Menhut-VII/2004, vaitu :

1. Penanggulangan pencurian kayu di hutan 11egara dan perdaqanqan kayu

ilegal.

2. Revitalisasi sektor kehutanar, khususnya industri kehutanan


39

3. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

4. Pemberdayaaao ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan

5. Pemantapan kawasan hutan

Berdasarkan l<ebijakan perioritas tersebut rneka program Gerhan

merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam mendukung dan mewujudkan

kebijakan prioritas Depertemen Kehutanan yaitu point 3. Rehabilitasi dan

konservasi sumberdaya hutan.

6. Konsep Gerakan Nasional Rehabilitasi Hut:an dan Lahan (Geman)

Program Gerhan dldasari oleh Surat Keputusan Bersama Menko Kesra,

Menko Ekuln dan Menko Polkam No.09/Kep/Menko/Kesra/IIl/2003,

No.16/M.Ekon/03/2003, KEP.08/MENKO/POLKAM/IU/2003 tanggal 31 Maret

2003 tentang Pernbentukan llm Koordlnasl Perbalkan Ungkungan Mclalul

Rehabillsasl dan Rebolsasl Nasional. Untuk penyelenggaraan Geman

Depeitemen Kehutanan telah mengeluarkan Surat keputusan Menterl Kehutanan

No. 340/KPTS·V/2003 tentang Petunjuk Pelak.5anaan Gerhan 2003 dan di

perbaharui mclalui Peraturan Menteri Kehutanan No. P.22/Menhut-V/2007

tentang Pedoman Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Gerhan Tahun

2007

Geri:lkan Nasional Rchabil'tesi lfuten dan Lahan disingkat GNRHL atau

populer denqan !;el)utan Gerhan adalah suatu kegiatan rehabihtest hutan dan

lahan (RHL) yang terkodinasl dertydn mendayagunakan segenap kemampuan

pemerintah dan masyarakat dalam merehabllitesi hut:an dan lahan pada wilayah

daerah aliran sungai (DAS) prioritas.


Adapun tujuan Gerhan adalah mempercepat upaya memullhkan,

mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan Jahan melalui kegiatan

rehabllitasl hutan dan lahan di OAS perlorltas. Lebih spesifik tujuan Gerhan :

1. Memulihkan, mempertahankan dan menlngkatkan fi.Jngsl hutan dan lahan

OAS, sebagai per1indungan llngkungan dan tata air serta mencegah bencana

alam banjlr, tanah Jongsor dan kekeringan yang efektif.

2. Menumbuhkan semangat nasional secara Lerpadu dan terkoordinasi, dengan

pcran sert.a semua pihak meialui mobilisasi sumber dava yang ef1sien untuk

percepatan RHL pada hutan dan lahan yang terdegradasl.

3. Membuka adanya peluang kesempatan ke~a/berusaha dan meningkatkan

pendapat.an dan kesejahteraan masyarakat di dalam/sekltar hutan serta

terbangunnya kP.sadaran nasional budaya menanam dan konservasl

lingkungan.

Adapun sasaran Program Gerhan adaiah :

1. Tercapalnya upaya perbalkan llngkungan melalui upaya rebolc;asl dan

rehabilitasi lahan.

2. Terpadunya penggunaan sumberdaya dan alokasi anggaron untuk

mendukung percepatan penyelenggaraan dan tingkat keberhasilan kegi<1tan

rehabllitasl hutan dan lahan.

3. Tc1wujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi can slnerqi yang optirnel

dalam pcnyeienggaraan Gerhar.

'l. Terbangunnya kclcrnbaqaan rnasvarakat untuk melaxsanakan KHL.

Sasaran lokasi pelaksanaan Gerhan adalah pada iokasi lahan kritis pada

DAS psnontas disemua hutan dan i<:1han, terutama pada :


41

1. OAS rawan bencana banjir, kekeringan, dan tanah longsor;

2. Oaerah tangkapan air (Catchment area) dari waduk, bendungan dan danau;

3. Daerah resapan air (recharge area) di hulu DAS;

4. Daerah sernpadan sungai, mata air, daneu, waduk; dan

5. Bagian hilir DAS yang rawan bencana tsunami, intrusi air laut dan abrasi

pantai.

Gcrhan dilaksanakan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan.

Pelaksanaan di dalam kawasan meliputi kegiatan reboisasi di hutan produksi,

hutan lindung dan hut:an konservasi. Di luar kawasan meliputi pembuatan hutan

rakyat, hutan kota, penanaman terus jalan, rehabilitasi hutan mangrove dan

hutan pantai, dan pembuatan bangunan konservasi tanah dan air.

Dalam kegiatan Gerhan ini rneliputi dua kegiatan pokok yaitu :

a. l<eglatan Pencegahan Perusakan Ungkungan.

l<egiatan Pcnccgahan Perusakan Ungkungan adalah meliputi kegiatan

soslalisasi kebljakan perbaikan lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan

peneqakan hokum.

b. Kegiatan Penenaman Hutan dan Rehabllitasi.

Kegiatan Penanarnan Hutan dan Rehabilitasi adalah meliputi penyediaan

bibit tanarnan (pengaclaan biblt, renovasi dan pembangunan sentra

produksi bibit), penanaman (reootsast, hutan rakyat, penanaman turus

jalan, pemeliharaan tanaman) dan pembuatan bangunan konservasi tanah

(dam pengendali, dan penahan, gully plug, pembuatan teras (terasering),

sumur resapen, grass barrier), penyusunan rencana dan rancangan


42

kegiatan, pengembangan kelembagaan (pendampingan, pelatihan dan

penyuluhan) dan pembinaan.

Jenis bibit yang akan ditanam untuk kegiatan Gerhan disesuaikan

dengan kondisi fisik calon lokasi tanaman berdasarkan aspirasi rnasyarakat. Juga

harus mernenuhi persyaratan kualitas yang baik serta dalam jumlah yang cukup.

B. Penelitian Terdahulu.

Penelitian terdahulu merupakan suatu penelitian yang telah selesai

dilakukan dan dijadikan acuan oleh peneliti lain. Manfaat utama darl hasil

penelitian terdahulu adalah menambah wawasan bagi seorang pene1iti baru

sebelum terjun ke lapangan mengadakan penelitian. Sebaqairnana yang

dikemukakan Arikunto (1998:40) bahwa terdapat tiga manfaat dari penelitian

terdahu1u yaitu : pertama, dapat rnernperjelas masalah. Kedua, menjajagi

kemungkinan dilanjutkannya penelitiaan yang sudah dilakukan. Ketiga,

mengetahui apa yang sudah dihasilkan orang lain bagi penelitian serupa dan

bagian mana dari perrnasalahan yang belum terpecahkan.

Salah satu penclitian yang pemah dilakukan berkaltan dengan

implementasi program Gerhan adalah penelitian yang dilakukan oleh ldin

Saepudln Ruhimat dengan tesis yang berjudul "Pengaruh Partisipas1 dan

Komunikasi antar Stakeholder terhadap Efektivitas Implemen:asi Program

Gerakan Nasional Rehabilltasi Hutan dan Lahan (Gerhan) di Banjerbaru

Kalimantan Selatan Tahun 2003-2007. Penelilia11 mengenai pengaruh partisipasi

dan kowunikasi entar stakeholder ternadap efektivitas implementasi program

Gerhan tersebut dilakukan dengan penelitian metode kuantitctif.


43

Penelltian Ruhimat tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh

partisipasi dan komunikasi antar stakeholder terhadap efektivitas anplementast

program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hut.an dan Lahan (Gerhan) di Banjarbaru

Kalimantan Selatan. Kagiatan Gerhan di Banjarbaru adalah termasuk kegiatan

Gertian yang berada di luar kawasan yaitu dengan pembuatan hutan rakyat dan

hutan kota, Hasil penelitian Ruhimat menyebutkan bahwa secara umum

partlslpasl stakeholder dalam program Geman dikota Banjarbaru telah terlaksana

c!engan baik tetapi terdapat beberapa hal yang belum optimal, diant.aranya

partislpasl masyarakat dalam pengelolaan adminlstr.isi, partlslpsl masyarakat

oalarn penllalan hasll program. KomunikC1si telah berjalan baik tet.api transmisi

be'um berjalan optimal yaltu pemerataan program Gerhan keseluruh

stakeholder. Berdasarkan penelitiannya, Ruhlmat menarik suatu kesimpulan

bahwa komunlkasi dan partlsipa1il berpengaruh terhadap efektfvitas dalam

implementasi Gerhan. Pada penelitian yang dililkuk<in olch Ruhimat hanya

berussha mejhat pengaruh adanya pertisipasi dan komunlkasi antar stakeholder

terhadap efektlvitas lrnplementasl.

Sementara itu penelitian yang akan penulls lakukan adalah untuk

melihat bagaimana implementasi Gernan, Penelitian ini mengunakan pendekatan

metode kualitatif, sehingga sangat berbeda denc;ian penelitian sebelumnya yang

tclah dilakukan tersebut. Untuk mengimplementasikannya program Gerhan

disertai dengan pcdornan teknis dan pedoman pelaksanaaan. Untuk rnenilai

pelaksanaan keqioton Gcrhan didasarkan ates stander teknis keqiatan Gerhan,

yang dijabarkan dalam standar prosedur dan hasil kegiatan. Kegiatan Gerhan

rnerupaken unsur manajemen yang terdiri cari beberepa tahapan meliputi


44

perencanaan, pelal<sanaan can pengawasan/pengendalian. Penulis ingin

mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan Gerhan menurut teori yang

dikemukakan oleh Ripley dan Franklin. Bahwa lmplementasi program capat

dilihilt dari tiga ha! yaitu adanya kepatuhan pelaksana terhadap atasan atau

peraturan perundangan, unsur kelancaran rutinitas fungsi dan tiadanya

masalah/konflik yang dihadapi, rnenqerah pada kinerja yang diinginkan dan

dampak kebijakan yang dikehendaki. Pada penelltian ini ingin mengetahui

apakah hal-hal yang ditet.apkan dalern pedoman pelaksanaan Gerhan telah

dilaksanakan dengan baik oleh pelaksana, adakah masalah yang timbul sehingga

implementasi menjadi tidak lancer. Kemudian ingin mengetahi faktor-faktor yang

menjadi berperanan lmplementasi program. Faktor yang mempengaruhl

implementasi program menggunakan empat faktor kritis menurut George C

Edward Ill yaitu faktor komunikasi, sumberdaya, oispossl dan struktur blrokrasi.

Faktor-faktor ini sebagai pijakan awal dan tidak menutup kemungkinan

diketemukannya faktor lain yang berpengaruh terhadap implementasi program

Gcrhan setelah ke lapangan.

C. Kerangka Pemikiran.

Landasan dilaksanakannya kebijakan Gehan adalah dikeluarl<annya

SKB tiga menteri yaitu Menko Kssra, Menko Ekoin dan Menko Polkarn, Pada SKB

nornor: 09/KEP/MENKO/KESRA/Ill/2003; KEP.16/M.EKON/03i2003;

KEP.08/MENKO/POLl<AM/111/2003. Tentang Pembentukan Ttm Koordinasi

Perbaikan Ungkungan Mela!ui Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional. Kemudian

untuk peleksanaan Gerhan adalah berpcdoman pada Peraturan Menteri


45

Kehutanan Nornor : P.33/Menhut-V/2003 mengenai Gerhan yang dlperbaherui

dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.22{Menhut-V/2007 tentang

pedoman Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan Gerhan 2007

Implementasl kebijakan Gerhan tidak hanya sebuah gerakan nasional

akan tetapi juga sebagai gerakan sosial/more' dalam merehabilitasi hut.an dan

lahan yang telah rusak secara terencana, terpadu dan terkoordinasi. Hal tersebut

akan dapat berhasil dengnn baik jika secara sadar mendapat dukungan sernua

pihak khususnya dukungan penuh dari masyarakat. Dalam hal lni rnakna yang

terkandung adalah bahwa kegiatan Gerhan rnerupekan pemicu/trigger untuk

menumbuhkan semangat masyarakat melakukan gerakan menanam pohon di

semua wilayah, yang selanjutnya kegiatan ini akan dilai<_<;(.lnakan secara mandiri

oleh masyarakat sekitar hutan dan pemilik lahan.

Pelaksana Gerhan adalah satuan kerja yang diberi kewenangan dalam

pengelolaan hutan di wilayahnya. Untuk wilayah Tahura, Satker yang menangai

pelaksanaan Gerhan adelah Dinas Kehutanan Provins! Lampung dengan

masyarakat yang terhimpun dalam kelompok tani di sekitar kawasan hutan.

Pelaksanaan Gerhan diselenggarakan melalui kegiatan; a) reboisasi, b)

penghijauan, c) pemeliharaan, d) penqavaan Tanaman, atau e) penerapan

teknik konservasi tanah dan air secara produktif. Reboisasi yaitu penanarnan di

dalam kawasan hutan, sedangkan hutan rakvat yaitu penanarnan di lahan mllik

masyarakat.

Dalam penelitian ini akan ·difokuskan peda imp!emcntasi Gernan di

Tahura Wan Rachman Provinsi Lampung yang berupe kegiatan reboisasi

pernbuatan pembuatan tanarnen, Tahura Wan Abdul Rachman adala'i suatu


46

kawasan hutan yang termasuk sebagai hutan konservasi. Untuk mclihat

bagaimana implementasi Gerhan di daerah penelitian akan dianalisis dengan

perspektif model implemetasi kebljakan dart Ripley dan Franklin, yaitu :

1. Kepatuhan (compliance). Dapat dikatakan bahwa kepatuhan adalah upaya

untuk bertindak scsuai dengan permlntaan, perlntah atau kelnginan orang

lain. Dalam konteks imp:ementasi kebijakan publik, kepatuhan ( compMncc)

diartlkan sebagal kepatuhan birokrat yang dibavvah ( b1.1reau01Jtes

underlings)terhadap atasan mereka atau tlngkat kepatuhan birokrasi pada

umumnya terhadap mandat atau amanat yang terkandung dalam peraturan

atau perundangan (Ripley dan Fraklin, 1986 : 232). Oleh karena itu dalam

penelitlan lnl kepatuhan diartlkan sebagal apakah lmplementasl program

Gerhan di Tahura sudah sesual dengan panduan kebijokon (po/Icyguidllnes)

yang aca Adapaun lndlkasi adanva kepatuhen adalah : aspek prosedur yang

dltetapkan (presClibed procedure),aspek jadwal (tlmetab/1:1)dan aspek

pembatasan ( restrrctfon).

2. Kelancaran rutinitas dan tiadanya masalah (smoothnes of routines and

absence of problem). Sebagai salah satu faktor yang mempengan1hl

kebijokan publik, rutinitas implementasi, menurut Ripley and Franklin adalah

implementasi dlmana keputusan btsa dlbuat pada saat yang tepat,

dilaksanakan tanpa edanye rint.ingan besar don pcnundean serta tldak

menimbulkna konflik atau konflik yang tlmbul entara lndlvidu dan organisasi

yang terlibat irnple nentasi tidak berern. Lebih Ian jut dikatakan bahwa ada

due syarat yi:lny 111ernungkinkan timbulnya rutlnitas implmentasi kebijakan

yaitu:
47

a. Harus ada proses yang tetap dalam pembuatan keputusan lmplementasi

dan mulai melaksanakan proses tersebut yang seterusnya dilakukan.

b. Harus ada kesepakat.an umum mengenal distribusi pengaruh yang

tet.ap/st:abil dalam pembuatan keputusan implementasi dan konsisten

mernberikan pcngaruh kuat temadap kelompok pelaksana yang kedl

sepanjang waktu tanpa adanya tantangan at.au konflik yang serius.

Kelancaran rutlnttas dan tiadanya masstah adalah proses

implementasl kebijakan yang sudah ditet.apkan tanpa adanya konfllk yang

blsa menghambat proses tersebut, Dengan demlklan, kelancaran 1tJtlnlt.as

dan tiadanya masalah adalah tidak terganggunya implementasi program

Gerhan di Tahura serta tidak adanya konflik dengan masyarakat at.au

kelompok kepentlngan lain yang menghambat lmplemnetasi kebij<Jkon. Hol

ini diketahui dar1 aspek : kelancaran pelaksanaan ( carrying Into effect/, dan

konflik.

3. Kinerta yang dllnglnkan dan darnpak kebljakan (desired perfom1ance and

!mp<Xt.). Ripley dan Franklin membedakan capalan atau hasil darl

implement.asi kebljakan menjadi dua. yaltu : kincrja kcbljakan dan dampak

kebijakan. Kinerja kebijakan adalah tindakan-tindakan kebijakan yang

mengarah pada hasil jangka pendek kebijakan. Hasil kinerja kebijakan akan

terlihat dari apakah sudah ada kejelasan siapa yang bertanggungjawab,

slapa yang akan mendapatkan manfaat tersebut. Dalam kaitan waktu

jenqka pendek diartikan sebaqai tahun awal lmplementasi kebija'<an.

Scdangkan dampak kebljakan diartikan sebagal hasil dari kebijakan dalam

jangka lebih lama.


48

Berdasarkan pendapat tersebut, kinerja yang diinginkan dan dampak

kebljakan bsa diartikan sebagai rnanfaat kebijakan yang diharapkan akan

dlperoleh oleti sasaran yang dituju dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Dengan demlkian bisa dikatakan bahwa kim=rja yang diinginkan (desired

performance) merupakan keberhasilan implernentasi kebijakan dalam jangka

pendek dilihat dari aspek kcjelasan penangungjawab pelaksana dan

kemantaatan ataupun kerugian bagi masyarakat, sedangkan dampak (Impact)

kebijakan adalah adalah dampak Jangka panjang peningkatan kesejahteraan

masyarakat di sekitar kawasan hutan dan pert>alkan llngkungan.

Untuk mengetahui fakw pendukung dan pengharnbat keberhasilan

implementasi kebijakan Gerhan yang telah dllaksanakan di Tahura Wan Abdul

Rac:hman, dalam penelitian ini dcngan menggunakan empat variabel kritis pada

model lmple11entasi George C. Edward Ill. Model implementasi C Edward ID

sebagalmana dljelaskan sebelumnya bahwd keberhaSilan lmplementasi kebijakan

ditentul<an oleh 4 faktor yaitu : komunlk.asf, dukungan sumberdave, dlsposisi

atau sikap Implementor dalam mengimplementasikan kebijakan dan struktur

birokrasi. Faktor-faktor t.ersebut dalam kondisi PoSitif akan dapat rnendukung

implementasi program, tetapi sebalikya da am kondisi yang tidak mendukung,

faktor-faktor tersebut dapat menjadi faktor penghambat dalam rnple.nentasl

program Ge·han di lokesi pcnclitian. Oleh karenanya pada penelitian ini akan

fokus terhadap faktor-faktor tcrscbut yang penting bagi irnplemetor sebagai

faktor pendorong atau pengha-nbat dalarn mengimplcmentasikan Gerhan di

Tahura Wan Abdul Rachman.


49

Sebagai wujud implcmcntasi Gerhan pembuatan tanaman reboisasi di

lapangan adalah hasil kegiatan Gerhan berupa tanaman hutan, dengan tanaman

berbagal Jenis kayu-kayuan dan jenis MPTS (Multiple Purpose Tree Spesies}, di

daarn kawasan hutan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.

5ejalan dengan pengertian, maksud dan tujuan dilaksanakannya

Gerhan, dalam jangka panjang pelaksanaan Gerhan diharapkan memberikan

manfaat, yakni memuulihkan dan menlngkatkan fungsi hutan dan tahan

sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem

penyangga kehidupan tetap terjaga. Sedangkan manfaat Gerhan diharapl<an

dalam jangka rnenengah adalah terwuiudnva semangat kemandirian segenap

unsur masyarakat atau lebih speslfiknya stakeholder Gerhan untuk tahu, rnau
mampu secara sadar melaksanakan kegiatan RHL secara mandiri. Dalam janqka

pendek, pelaksanaan Gerhan telah memberikan per1uasan kesempatan kerja dan

berusaha bermuara pada peningkatan pendapatan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Kesempatan kerja secara langsung diperoleh

masvarakat di sckltar lokasi kegiatan Gerhan, yakni dalam pembuatan tanaman

reboisasi. Sedangkan kesempatan bcrusaha diperoleh oleh pengusaha biblt dan

mitranya (petani penangkar bibit, penqusaha peralatan pertanian, dan

pengusaha anqkuten).

Manr aCtl jangka panjang G€rhan adalah perbaikan kondisi lingkung<in,

pemulihan, rnempertahankan dan •1enjaga fungsi hutan dan lahan sehingg<i

daya dukung, produkufltas, dan peranan hutan sebagai Sistem penyangga

kehldupan tetap terjCtga.


50

,
t\~· 1 SKB 3 Menteri :
09/KEP/MENKO/KESRA/
IlI/2003; KEP.16/M.EKON/
03/2003; KEP.08/MENKO/
POLl<AM/Ill/2003

f" .-. I "(. lmplementasl ~r~.ap"(~1~.~~


\, Peraturan Menteri Kehutanan : Ripley & Franklin) : ·· ·
Pedoman teknis dan Petujuk 1.Kepatuhan
Pelaksanaan GP.rhan 2.Rutinftas Fungsi
3.Klne~a dan Darnpak
program

lmplementasl Progi:atl')W~
Gerhan di Tahura Wan • ,,. \ ''!'

Abdul Rachrnan 4 Varial;)el ktltis , \>;~


Provins! Ll:l;npung lmplernentasi Kebljakan
Geman (Model Edward UI) :w:
1. Komunlkasi '
, 2. Sumberdaya
t_ 3. Oisposisl
f 4. Struktur birokrasl
·~ · ··~11.. ,,,~....-7.,r.••.t·cn~"'""°"'
.1•~'•""'"""''""',.._,,
'

Faktor Pendorong/ penghambat


lmpiementasl Gerhan

Feedback • -----'

Gambar 2.3. Diagram olir Kerangka Pemiklran


BAB III
METODE PENEUTIAN

Menurut Moehadjir (2000), metodologi penelitlan adaleh ilmu yang

mempelajari tentang metode-metode penehtian, ilmu tentang alat-alat dalam

penelitian. Jadi metodologi penelitian membahas tentang teoritik berbagai metoda,

kelebihan dan kelemahannya. Sedangkan metode penelitian mengemukakan secara

teknis tentang metoda-rnetoda yang digunakan di delarn penelitian Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif. Selanjutnya dalam bab ini akan menjelaskan bahwa

penelitian dilakukan dan dlsusun secara berurutan dimulai dari tempat dan waktu

penelitian, desain penelitian, definisi konseptual, jens dan surnber data, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, variabel penelirian, dan tahapan penelitian.

A. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian di rencanakan dilakukan di Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman Provinsi Lampung dan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung sebagai

satuan kerja yang rnelatsanakan Gerhan di Tahura Wan Abdul Radunan.

Rangkaian penelitian diniulal sejak akhlr Januari sampai akhir Juli 2009.

Rangkaian penelitia1 lni meliputi : penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan

pmelitian dilepanqan, perurnusan hasll peneli:ian dalam bentuk penyusunan

te.~is.
52

B. Desain Penelitian

Desain pene itian ada1ah cetak biru (blue print) oan suatu rencana kerja

yang terstruktur dalam hubungan-huburqannya antar vartabel secara

komprehensif sedemikian rupa agar hasil penelitian dapat membe.rikan jawaban

atas pertanyaaan-pertanyaan P<!"eittian yang ada (Umar, 2004:29}.

Peneitian dengan Judu "Implcmeotasi Program Gerakan Nasional

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Geman) di Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman Pro\insi Lampung• akan menggunakan metode penelilian kualitatif

dengan teknik deskriptif dengan menggunakan paradigma fenomenologls.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000: 3) metode kualitatif adalah

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan

ini diarahkan pada latar clan individu tcrsebut secara holistik. 5elanjutnya

Singarimbun dan Effendi (1989) mengatakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

suatu Jenls penelitian yang dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat

terhadap fenomena sosial tertentu dimana peneliti mengembangkan konseo dan

rnenghimpun fakta, tetapi tidak metakukan pengUJlan hipotesa.

Menurut Bungin (2007:68) penelitian sosial dengan rnenggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif rnempunyai tujuan untuk menggambarkan,

meringkas berbacai kondisi, berbagai, situasi atau berbagai fenomena rea.itas

sosial yang aca di masyarkat yang menjadi obyek peoelitian. Dalam penelitian

deskriptip kulitilt<itif bcrupaya menarik realitas penelitiaan kepermukaan sebagai

dri, karakter, sifut, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, siatuasi atau

fenomena ter:entu. Penelitian dcngan paradigma fenomenologis akan dapat


54

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dalarn perurnusan

masalah penelitian yaitu mengenai implementasi Gerhan di Tahura Wan Abdul

Rachman dengan mengacu model implementasi Ripley and Franklin, dan faktor

pendorong dan penghambat Gerhan di Tahura Wan Abdul Rachman dengan

mengacu pade teori model implementasi George C.Edward IIL

C. Detinisi Konseptual & Fokus Penelitian

1. Definisi Konsep

Menunit Singartmbun (1989:34) konsep adalah abstraksl mengenai

suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dart sejumlah

karakteristlk kejadian, keadaan, kelompok, atau lndividu tertentu.

Berbagai konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Program adalah kebijakan pemerintah berupa program Gerhan, yang

didasari oleh SKB tiga menteri yaitu Menko Kesra, Menko Ekoin dan Menko

Polkam, Pada SKB nomor: 09/KEP/MENKO/KESRA/Ill/2003;

KEP.16/M.EKON/03/2003; KEP.08/MENKO/POLKAM/IIl/2003 dan

berpedoman pada Peraturan Menlerl Kehutanan yang diperbaharui dengan

Peraturan Menteri Kehuta'lan No. P.22/Menhut-V/2007 tentang pedoman

Teknls dan Petunjuk Pelaksanaan Gerhan 2007.

2. Implemertosi kebijakan adalah proses pelaksanaan Peraturan Mc11teri

Kchutanan Nomor : P.22/Menhut-V/2007 tentang pedoman Teknis can

PP.lllnjuk Pelaksanaan Gerha1 2001, dilihat dari tingkat kepatuhan (degr&e of

compliance)terhadap pedoman pelaksanaan, kelancaran rutinitas fung~i tlc111


55

tiadanya masalah yang dlhadapl, serta kinerja dan rnenqarah darnpak yang

diharapkan.

3. Faktor·faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan

Gerhan adalah faktor-faktor yang secara potensial dapat mendukung atau

menghambat proses implementasi kebijakan Gernan dengan indlkator

komunikasl, ketersediaan sumberdaya, disposisi, struktur birokrasi,

4. Evaluasi implementasi program Gerhan, yaitu kegiatan mengevaluasl pada

proses pelak:sanaan/implementasi kegiatan program Gerhan di Tahura wan

Abdul Rachman Provlnsi L.ampung yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan

Provinsi L.ampung yang merupakan wilayah kerja dari BP DAS Way Seputih

5ekampung.

2. Fokus penelitian

Berdasar1<.an kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka

variabel penelitian ini adalah dua fokus penelltian yaitu tentang imp!ementasi

kebijakan program Gerhan dan tentang faktor-faktor berperan dalam

implernentasi kebijakan tersebut. Adapun fokus penelitian dalam hal lnl

ditampilkan pada Tabel.2.1. oenkut ini :


Tabel 3.1. Fokus Penelitian Implementasi Gerhan di Tahura WAR
- l
Fokus Dimensi Arah Pertanyaan
Penelitian
Kepatuhan Implementasi Gerhan telah sesuai prosedur
1.
Implementasi p¬ 11aksan aanseiiap tahapan kegiatan
Kebijakan ' Keteri:>atasan implementor
Program I. Implementor mematuhi jadwal dan runtun dalarn
Gerhan di pela~asanaan prooram
Tahura Wan Kelancaran 4. Kelancaran pelaksanaan implementasi Gerhan
Abdul
Rach ma n
I
Rutinitas \5. Aoa tidaknva konllik dalam oelaksenaen Gerhan
Kinerja clan f>. Pertanggungjawaban atas pekerjaan
Provins Oampak ~ Manfclat ekonomi : perdngkat.an pendap atan yang
lam pun 9 diperoleh dan penyerapan tenaga kerja
B. Manfaat tingklrlgan : adanya perbaikan tata air,
kmseivasi tanah, keanekaragaman haya ti.
9. Manfaat teknis : adanya peningkatan ka pasitas
----+-----+--da=n:..:ko-::emampuan dalam penyelenggaraa n RHL
Komunikasi Kejelasan perintah untuk mengimplcmcn tasikan
kebijakan Geman da1 \<onsistensi pela ksanaamva
Faktor yang • Cara ke':>i'.akan Gerhan di sosialisasikan
berperan l. Apakah implementor paham tentang juknis/juklak
dalam Gerhan.
Implementasi Dukungan •. Ketersediaan sumberdaya manusia
program Sumberdaya '· Ketersediaan sumber dana
Gerhan 6. Ketersediaan infonnasi
~ •• WE!\veoang yang diterima
~-------1"~!.......:.K,,,e"'te::crsed=,,,ia!!n.:.-fasilitas
i.m£::.::le::..:n::.::1en::..:t::.::o::..r -l
Disposisi Rckn.itmen implementor
0. Insentif yang diterima implementor dalam fasllitasl
mendor iatan Gerhan
Struktu.- 1. Bagaimana juklak dan juknls tentang program
Birokrasi I Gerhan
----"-~2:c.. Adatidaknya f@g~enta,~51-· _,
57

D. Unit Analisis

Menu rut Hamidi (2004: 75) yang dimaksud dengan unit analisis adalah

satuan yang diteliti dapat berupa individu, kelompok benda atau suatu latar

peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas individu at.au kelompok sebagai subyek

penelitian. Moleong (2000:224) mengartikan unit analisis sebagai satuan kajian,

kernudian dikatakan bahwa penetitian kualitatif tlcek ada sampel acak tetapi

sampel bertujuan (purposiVe sampl!.'1g). Maksud sampling dalam hal ini adalah

untuk menjaring sebanyak mungki1 informasi dari berbagai rnecarn sumber dan

bangunannya ( constructionS).

Dalam pcnelitian : Implementasi program Gerhan di Tahura Wan Abdul

Rachman, unit analisisnya adalah Dinas Kehutanan Provinsi l..ilmpung sebagai

implementor program Gerhan di Tahura Wan Abdul Rachman.

E. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data menurut jenis dan

sumbemya, yaltu :

a. Data primer

Data primer diperoleh dari pengumpulan data sccara langsung melalui

wawancara terhadap informan kunci atau informan yang relevan datorn

mernbenken ioformas! mergenai irr:plementasi Gerhan. 5elain itu data

primer dengan rnelilkukon pengamatan langsung. Menurut Moleong

(2000: 112), data utarna dalern penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah di:lli:I tambahan seperti dokumen.


58

b. Data 5ekunder

Data sekunder diperoleh dart dokumen-dokumen, teporan kegiatan dan arsip

yang berkaitan dengan penelitian.

F. Teknik pengumpulan Data

Tahapan penelitian secara umum seperti dikemukakan Bogdan dalam

Moleong (2005:126), terdiri tiga tahapan, yaitu tahapan pra lapangan, kegiatan

lapangan dan analisis lntensif. Pertama, tahap pra lapangan meliputi : menyusun

rencana penelitian, memi:ih lapangan penelitian, mengurus perizinan,

penjajakan, memilih informan, dan menyiapkan perlengkapan penelltian yang

diperlukan. Kedua, tahap pekerjaan lapangan mcliputi memahami l<Jtar

penelitian dan perslapan dirl, memasukl lapangan, berperan serta

mengumpulkan data. Ta hap akhir adalah c:nalisis data.

Menurut Moleong (2000: 112) menyebutkan bahwa dalam penelltian

kualitatif prosader pengumpulan data terbagi dalam empat tipe dasar, yaitu

pengamatan, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik

pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. WawanCTJra/ interview

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong,

2.000: 135). Wawancara dllakukan untuk mendapatkan informasi tentang

kegiatan dan pendapat terhadap obyek penelitian sec:ara langsung oaik

berupa kata-kata maupun tindakan responden, dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan kepada responden menggunakan pedoman

wawancara terstruktur, Teknik wawancara dilakukan secara mendalam

(indepth incetvieM'.)dalam ranqka memperoleh informasi yang lebih banyak.


59

b. Pengamatan/ observasi

Pengamatan adalah cara menghimpun bahan-bahan kete.rangan yang

dilakukan dengan menggunakan pengamatan can pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena yang dijadikan obyek penelitian di lapangan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan cokumen-ookemen yang

dlperlukan dalam penelitian. Data berupa laporan, catatan, arslp yang

bcrkaitan dengan oyek penelitian.

d. St:udlKepustakaan

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan llteratur llmlah tentang teorl,

pendapat-pendapat atau dapat pula berupa aturan-aturan tentang sesuatu.

Dalam hal lni adalah pustaka yang berkaitan dengan materi dan

pcrmasalahan yang sedang dltelltl.

G. Infonnan

Pemilihan informan dilakukan secara purposive samplln.c; (sample

bertujuan) terhadap orang yang relevan dan berkompeten dengan obyek

pcnelitian. J~mlah informan dan penggalian dianggap cukup bila

jawaban/informasi yang diperoleh adalah sama, karena infonnasinya sudah

jenuh. Cara yang dilakukan in dikenal istilah dengan snowball sampling. Dengan

pengambilan sampel secara purposive, rnaka hol h<ll yang dicari tampil menonjol

dan lebih mudah dicari maknanya (Muhadjir, 2000). Sampcl dioilih bukan

berdaserken representasi populasi tetapi lebih mengutamakan reprensentasl

informasi.
60

Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah :

1. Kepala Dinas Kehutanan Lampung

2. Kepala B!dang Rahabilitasi dan Reklamasi Hutan

4. Kepala UPTD Tahura

S. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Gerhan

6. Kepala 5eksl Tahura

7. Konsultan Pelaksana

8. Petugas L..apangan Gerhan (PLG)

9. Masyarakat yang turut Gerhan.

H. Keabsahan data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan pemeriksaan. Ada

empat kriteria yang digunaisan dalam memeriksa keabsahan data, yaitu : derajat

kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

{dependability)dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2000:173). Oleh karena

itu untuk memeriksa keabsahan data dari hasil penelitian ini, maka akan

dilakukan kegiatan sebagai bcrikut :

L Derajat kepen::ayaan (credibility)

Kegiatan penerapan derajat kepercayaan berfungsi untuk

melaksanakan inkuiri sedemikian rupa ~elii1199a ti119kcit penemuannya dapat

dicapai den untuk rnempertunjukan derajal kepercayaan hasil-hasil

penemuan dengan jalan pembuktian olen penelili. Keyiatd11 yang dllakukan

untuk rnernenksa derajat kepercayaan atau uji kredibilitas hasil penelitian

adalah sebagai berikut :


61

a. Memperpanjang waktu pengamatan

Dengan memperpanjang pP..ngamatan maka peneliti akan lebih

mcngenal llngkungan dan dapat membangun kepercayaan

subyekjinfunnan terhadap penelltl, I lubungan peneliti dengan infonnan

yang semakln terbuka, sallng percaya sehlngga tldak ada informasi yang

disemhunyikan. Penelitl dapat mengecek keoereran berbagal lnformasl

dan data yang dlperoleh.

b. Triangulasi

Maksud triangulasi data adalah teknik pemerlksaan keabsahan data

dengan mengeoek kebenaran data tertentu dan membandlngkannya

dengan data yang dlperoleh can sumber lain, pada berbagai care

pengumpulan data dan pada waktu yang berbeda. Triangulasi akan

dilakukan dengan tlga cara yaltu dengan trlangulasi sumber data,

triangulasl teknlk pengumpulan data dan waktu.

c. Pemer1ksaan dengan rekan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendlskuslkan hasll kaiian dengan

orang lain yang mempunyal pengetahuan terkalt dengan fokus penelltian

atau dengan orang yang mempunyai capability tentang metode yang

diterapi<an. Hasil dlskusi berupa kritik, saran dan pertanyaan yang dapt

meningkatkan kcpcrcavaan kcbcnaran hasil penelitian.

d. Mengadakan Member chck

Kegiatan ini adalah proses pengecekan data yang dipcrolch peneliti

kepada pembef data. Data yang ditemukan heruslah disepakati oleh

pemberl data sehingga d<1t:1 valid dan kredibel. Tujuannya untuk


62

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan yang

diberikan oleh pemberi data agar infom1asi yang diperoleh dan da:a yang

akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang

dimaksud oleh infonnan.

2. Keteralihan (transferabilitY)

Keteralihan sebagai persoaian empiris bergantung pada kesamaan

antara kontek pengirim dan pencrima. Untuk melakuk2n keteralihan tersebut

peneliti berusaha mencari dan meoqumpclkan data kejadian empiris tentang

kesamaan kontek,

3. Kebergantungan dan Kepastian

Ujl kebergantungan dan kepastian dOakukan dengan cara mengaudit

terhadap keseluruhan proses dalam penefitian. Untuk mengetahui dan

mengecek serta memastikan apakah hasil penelitian ini benar at.au saiah,

pencliti akan mendiskusikan dengan pembimbing, secara bertahap,

mengenai ha! yang dihasilkan di la:>angan. Bila hasil peneiitian merupakan

fungsi dari proses penelitian yang dilakukan maka penelitian tersebut telah

mernenuhi standar kepastian.

I. Teknik Analisls Data

SeJagaimana dikemukakan Singarimuun (1991:4-5), analisis deskriptif

kualitaJf yaitu suam pengukuran '(Cng cemat terhedap Fenomena sosial

tertentu, peneliti '11engembangkan konsep, don menghimpun fakta, tetapi tidak

rnslakukan pengujian hipotesis. Daam hlbu11gannya dengan penelitian ini

analisis deskriptif ditvjukan memberikar cieskripsi rne11yei1ai subyek penelitiaa,


63

Menurut Suglyono (2003:17), ada tlga unsur utama dalam proses

anahsis data pada penelitian kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan keslmpulan/ verifikasi. Anellsls data dalam penelitian ini adalah

sebaqal berkut;

1. Tahap Reduksl Data

Pada tahap ini peneliti rnereduksi segala informasi yang diperoleh. Peneliti

mcrcouksl data yang dltemukan untuk memfokuskan pada masalah tertentu.

Penellti menyortir data dengan cara memilih dat.a yang mcnarik, pcnting,

berguna dan baru. Data yang dlrasa tldak digunakan dislngklrkan. Kernudian

data data tersebut dikelompokkan menjadl berbagal kategori yang

dltetapkan sebagal fokus penelitlan yaltu mengenal Implement.as! Gertian,

faktor pendul<ung/pcnghambat dan dampak/manfaatnya.

2. Tahap Penyajlan Data

Merupakan proses penyusunan kembali di:!li:! yang telah diperoleh guna

memudahkan penafslran dan penarlkan keslmpulan. Data disajikan dalam

matrik atau tabel yang dapat membantu memudahkan dalam anallss,

mendapatkan gambaran yang jelas dan slstematis.

3. Tahap Pen<irikan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Melakukan penafsiran, pemoknaan dari data yang ditampilkan. Data yang

L~lc1ii dtperolen sejak awal diccba untuk disimpulkan sesuo' dcr.gan

f)\!rl.dnyaan dalarn penelltlen, Seiring bertambahnya data rnaka kcsimpulan

yang diperoleh akan l~bih akurat dengan memverifikasi selarne penelitian

berlan9sung sehingga menghasilkan keslmpulan penelitian yang berkualitas.


64

Sejalan dengan pene~tian dengan pendekatan metode kualitatif, maka

analisis data yang dilakukan berlangsung dalam suatu siklus model interaktif,

artinya bahwa proses analisis data dimulai dilakukan sejak tahap awal penelitian

dan berlanjut sepanjang proses penelltien, Analisis data dilakukan secara

berurut.an oercasarsan hasll temuan pada proses pengumpulan data.

Analisis data dilakukan dalam rangka menemekan Pola. Untuk dapat

mencmukan pola tersebut peneliti akan melakwn penelt.suran melalul catatan

lapangan, hasil wawancara clan bahan·bahan yang dikumpulkan untuk

menlngkatkan pemahaman terhadap segala hal yang dlkumpulkan menyajlkan

aria yang ditemukan.

J. Jadwal Penelitian

Untuk lebih jelas dan terperinci maka jadwal penditian di buat dalam

tabel 2.2. sebagal berlkut :

Tabel 2.2. Jadwal Penelitlan

Juni Juli A ustus


Persiepan
Propo.'.:.!sa~I
_ _,..
Seminar
proposal
Penelitian

Seminar
llasil
Pcryusunan
tesis~--1-
Serninar
tesls
renycrahan
tess
BAB IV

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

A. Kondisi Geofisik

Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km2 dan berada

antara 3o45• dan 6045' LS serta 105045• clan 103043• BT. Di sebelah utara

berbetasan dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera 5elatan, di

sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah selat:an dengcn

Selat Sunda Sunda dan di sebelah baratdengan Samudera Indonesia.

Provinsi Lampung memiliki kawasan hutan seluas 1.004.735

ha atau (± 28,47 %). Kawasan Hutan tersebut terbagi dalam beberapa

fungsi kawasan hutan di antaranya adalah Hutan Lindung, Hutan Suaka

Alam dan Hutan Wisata, Hutan Produksi tetap, Hutan Produksi yang dapat

dikonversL
PROVINS! LAMPUNG
,'
I
,, '-
~:,;
,,!- , . . ": .. ,.


/"'
,,,.- __,,,
. ·-
,.-< .....-
-- .. .\
->-: -
I g
'f..':.
I_ \-_ -.
I
)- .. ..
--- ._

--"a.-...s

Sumher : llnknsummal
Gambar 4.1. Sketsa Provinsi Lampung
66

1. Letak Geografis

Taman Hutan Raya Wan Abdul Radiman Provinsi Lampung

atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tahura WAR merupakan salah

satu kawasan pelestarian alam yang termasuk dalam kawasan konservesi

yang terdapat di Provinsi Lompung. Pada awalnya Tahura WAR

merupakan kawasan hutan lindung register 19 Gunung Betung,

berdasarkan Kepul'Jsan Menteri Kehutanan Nomor 408/Kpts-II/1993

ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya.

Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman memiliki Juas 22.249

ha. Secara geografis Tahura WAR berada pada posisi 5318'47. - s<'29·34"

LS dan 105°02'4i - 1os&14'4i BT. secara administratif Tahura WAR

tertetak sebagian besar Kabupaten Pesawaran dan di sebagian kota Bandar

Lampung. Tahura WAR meliputi 7 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung

Karang Barat, kecamatan Kemifing dan Kecamatan Telulc Betung Barat

(Kota Bandar Lampung); Kecamatan Gedong Tataan, Kecamatan

Kedondong, Kecamatan Way Lima, dan Kecamatan Padang Cermin

(Kabupaten Pesawaran), don terdapat 36 desa disekitar Tahura Wan Abdul

Rachman. Nama-nama desa ditunjuxkan paca Tabel 4.1. sedangkan peta

Peta Lokasi Perelitian ditunjukkan pada Gambar 4.2.


67

,_~KMt
·-·••
lAMPUfliG'1WR

-,

Sumoer : Clakosurtam1l dlln Dcp. Kchutllnan


-
Gambar 4.2. Pet.a Adminstrasi Lokasi Penelitian Tahura Wan Abdul Rahman

Tabel4.l.
Desa atau kelurahan disekitar kawasan Tahura WAR Provinsi Lampung

Kabu~ten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan I


Kota Ke miring Sumber Agung, Kedaung, I
Bandarlampung Telukbetung Utara Sukadanaham,Batu Putu
Telukbetuno Barat Ket~uhan. Sukarame II
Ka bu paten Padang Cermin Sukajaya, Tanjung Agung, Hurun,
Pesawaran Hanura, Sidodadi, Gebang, Padang
cermin, Banjaran, Hanau Berak, Way
I Urang, Pesawaran lndah, Anglo,
Gunung ReJO
Kcdondong Margodadi, Sukamandi, Way Harong,
TanJung Agung, Sinar Harapan,
Kedondong, Anglo, Tempel Rejo,
Banjar Negeri, Cipandang
Way Lima Cipadang, Sukadadi, Bogorejo,
Gedono tatan Kebaousan. Wivnno. Sunaai Lancka
Sumber: Dmas Kehutanan (2008)
68

2. Topografi

Tahura WAR membentang pada elevasi antara 75 m sampai

1.681 m dari permukaan laut (dpl). Bentuk lahannya (landform) bervariasi

dari bergelombang, berombak samoai bergunung dan memiliki tebing-

tebing curam. Wilayah berombak sampai bergelombang berada pada

bagian pinggir kawasan, memanjang dari Teluk Betung Barat, Tanjung

Karang Barat, Gedung Tataan sampai Kedondong. Beberapa lembah

berada diantara daerag perbukitan dan Gunung Betung dan Gunung

Tangkit Ulu Padang Ratu . Wilayah berbukit sarnpai bergunung berada di

sekitar G. Betung dengan puncak 1.240 m dpl, Gunung Tangklt Ulu

(l.600 m dpl), Gunung Pesawaran (1.661 m dpl) dan Gunung Ratai

dengan Puncak (1.681m dpl}.

Tabel 4.2
Kelas lereng kawasan Tahura WAR

No. Kelas lereng Kategori Luas (ha) Persentase (%)


0-8% Datar
- 1.739,81 7,81
1
2 8%-15% Landai 4.109,69 18,47
3 15%-25% Agak Curam 5.880,35 26,42
4 25%-40% Cu ram 5.575,48 25,05
5 >40% Sangat Curam 4.943,98 22,22
-
Jurnlah 22.249.31 I 00,00
sernber: Data diolah dari peta kontur
69

Peta Kelas Kemiringan L!!reng

s-..111
.......
t.'thei .........
•")
.. . ..
\\>\l~- lh
.....
...
• 0
' l>illlill'(CtlllY)
• •
D n '· 15 nu..lllllt(W.,;J) ,,,,!? l,U

l _J c 15 es flfltl"l•lll1111g $t.51,I!

-
(11.oa..:.
liiiiil u J~. ~o lkl'W!M tl..,., ._.nJ,iS

I', ,., tl1i,#4

Sumber : Oinas kehutanan,

Garnbar 4.3. Peta Kelas Kemirlngan Lereng

3. Kondisi Iklim

Wllayah Tahura WAR terletak pada zona tropls dengan rata-rata

curah hujan selama 30 tahun terakhlr (1976-2005) valtu dtatas 1600

mm/tahun dan temperatur lebih 18 °C. Bulan-bulan basah (curah hujan >

100 mm/bulan) terjadi selama 5 bulan pada Oesember-April, bulan lembab

(curah hujan 60--100 mm/bulan) terjadi selama 6 bulan dan sisanya

merupakan bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan). Berdasarkan

klasifikasi iklim Koppen wilayah Tahura WAR termasuk dalam tipe iklim Am

yakni rata-rata hujan pada bulan kering > 60 mm, sedangkan berdasarkan

klasifikasi iklim Scmidth·Ferguson wilayah ini termasuk dalam tipe iklim B


71

Banyaknya sungai yang mengalir detam kawasan Tahura WAR

dan topografi kawasan yang sebaqian besar bergelombang menyebabkan

banyak didapati air terjun dalam kawasan, terdapat lebih kurang 64 air

terjun yang sudah teridentiflkasi, diantaranya yang cukup besar dan

sangat potensi sebagai objek wisata adalah: Air terjun Sinar Ttga, Talang

Rabun, Tanah Longsor, Penyairan, Bidadari, Talang Mulya, Gunung

Tanjung, Batu Lapls Mata Dewa, Pelangi, Batu Perahu, KupLJ Jarnbu,

Tawon, Way Awi, dan Sunga! Langka. Seluruh air terjun ini tersebar

diseluruh kawasan Tahura WAR.

5. Jenls Tanah

Beroasarkan Peta Sacuan Lahan dan Tanah Lernbar Tanjung

Karang hasll studi LREPP (Penelitian Tanah, Sadan Lltbang Departemen

Pertanlan, 1989), satuan-satuan lahan yang meliput wilayah Tahura WAR

dldomlnasi dari dua jenis tanah (soil subgroup) yaitu meliputi Dystropept

dan Distrandept. Kedua jenis tanah ini berkembang dari eenan lnduk

volkanlk bcrupa tuff yang bereaksl lntermedier terbentuk dengan flslografl

pegunungan serta beriklim basah.

Jenis tanah pada sebagian besar puncak dan lernng gunung-

gunung umumnya didominasi jenis tanah Dystrandepts dan sebagian kecil

Troportheits can Humitropepts sedangkan pada bagian di bawahnya

didominaSi jenis tanah Dystropepts da"I sebaqian kedl Dystrandepts,

Humitropepts, Hapludults dun luinnyu. Scbagian besar kawasan ini

didorntnasi jenis tanah dari ordo lnccptisols (tanah y<ing baru

berkembang), dengan kondisi umum sebagai berikut: kedalaman tanah


72

cukup dalam, tekstur liat sampai liat berlempung, struktur kubus membulat

(angular block'IJ, reaksl tanah masam, serta dralnase balk,

Kenyataan di lapangan kondisi tanah kawasan sangat subur

dengan solum atau lapisan olah yang cukup dalam, hal ini sangat menarik

bagi warga sekitar untuk berbudidaya pertanlan di dalamnya.

6. Vegetasi

Hasil interpretasi citra Quick Bird hasil pemotretan Juli 2006

memperlihatkan bahwa keadaan vegetasi kawasan Tahura WAR terdiri

atas hutan lahan kering primer 5.778,00 ha (26%), hutan lahan kcrlng

sekunder 2.892,42 ha (13%), ladang/tanah terbuka 1.019,12 ha (5%),

kebun campuran/pertanlan 12.306,97 ha (55%), dan semak belukar

252,80 ha (1 %) (Dlshctprov Lampung, 2006).

Jenis vegetasi yang terdapat dalam kawasan Tahura WAR secara

umum terdiri vegetasi yang terbentuk dari jenis-jenis tumbuhan liar atau

tumbuhan alam dan tumbuhan yang dibudidayakan oleh petanl penggarap.

Dengan semakin meluasnya perambahan kawasan maka semakin

terdesaknva hutan alam yang ada bahkan budldaya tanaman pertanian

sudah sampai pada ketinggian di atas 1.000 m dpl.

Menurnt Dinas kehutanan Provins! t.ampunq (2005) di dalarn

kawasan terdapat lebih kurang 72 jenis tumbuhan alam yang mencakup

kelompok pohon, perdu, llana, dan tumbuhan bawah. Akan tetapl,

frekuensi diketemukannya jenis tersebut sangat kedl, berarti

kcbcradaannya sang at jarang.


73

• Hutco lahan l<ering Pt11~ s.rraoo


Hutcn lahan Ket'r'lg
Sel<uMer 2.892.42
-:- Lod•ng/T•nahT- 1.010.1-r-'
KeounCaml)U'al\lPertanian 12.306.91
Semaklbelllkar 252.80

..
r

Sumber : Dinas Kchutanan

Gambar 4.4. Peta Penutupan Lahan Tahura Wan Abdul Rachman

Dari 72 jenis tumbuhan alam yang ditemukan di areal garapan

petani, 36 jenis di antaranya kelompok pohon, diantaranya: ketapang

( Terminalia specio~). pinang (Areal cetecho), pirung (Pangium edule),

bernuk ( Crrxcntia cujctc), jarak (Jatrova sp.), jaha ( Tenninalia balerica),

kandis ( Garcinia parvifolia), kenanga ( CJflilngium odoratum), suren ( Toona

surem), nangi (Adina polycepa/4), kapuk ( Ceiba pentandra), kihiyang

(Albi~ia procera), cempaka (Michela champaka), rnahonl ( Swetenia

mahilgom), manggis ( Garcinia mangostiJlliJ), salarn (Eugenia po/yantha),

kibawang (Oysoxylum a/liaceum), kelupak (Baccaurea dulciS), kulut

(Oysoxylum ramiflorum), gondang (FiClJS vanegata), sengon (Albizia

falcataria), ambalung (Oysoxyfum accutangu/um), balem (Pa/aguium sp.),


74

lamtorogung (Leucaena glauca}, gintung (Bischofia javanica}, dan kihujan

(Engehardtia serrata).

Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan di areal garapan sanqat

beragam, terdiri dari kelompok pohon, perdu, liana, empon-empon, dan

palawija. Jenis-jenis pohon yang dibudidayakan potensinya cukup besar

dan yang paling menonjol potensinya di antara 22 jenis potion yang

dibudidayakan adalah kopi ( Coffea arabica), durian (Durio zibet/1inus),

tangkil (Genetum genemon), dan petal (Parkia speciosa). Jenis-jenis

pohon yang sudah ada meskipun jumlahnya belum banyak dan

penyebarannya masih terbatas pada beberapa lokasi garapan saja adalah

coklat ( Theobroma cacao), nangka (Arttocarpus integra), jengkol

(P;theco!obium lobatum), jarnbu air (Eugenia aquea}, mangga (Mangoefera

indica), jambu mete (Anacardium occidentale), kemirl (Aleurites

molucana), karet (Ficus e!astica), kelapa (Cocos nucifera), jambu biji

(Psidium guajava), rambutan (Nephelium lappaceum), cengkeh (Eugenia

aromatica), duku (Lansium domestkumt, kayu manis ( Cinnamomum

burmam), gowok (Eugenia polycephala}, dan sirsak (Anona muricata).

Kerapatan jcnis pohon yang dibudidavaxan di tiap-tiap areal garapan

petani sangat bervariasi, yaitu antera 307 batang/hektar hingga 1.934

batang/hektar.
75

7. Fauna/Satwa Liar

Jenis-jenis fauna liar yang masih terdapat dan sering ditemukan

dalam kawasan antara lain : Harimau Sumatera (Panthera tigris

sumatrenensis), Beruang Madu (f!elarctos malayamus), Tapir ( Tapirus

indlcus), Rusa Sambar ( Cevus unicolor'), Siamang (Hy/abates syndactyluS'},

Monyet Eknr Panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemertina).

Sedangkan dari jenis bu rung seperti: Elang Brontok ( Spizaetus cfrrhatus

limnaetus), Ayam Hutan (Gallus galluS), Rangkong (Buceros sp), Punal

( Treron vemans), Kepodang (Orio/us cllinensis), Kulllang (Picnononuts

aurigaster'), Murai (Copsychus malabaricus) dan Tekukur (Streptopi!ila

chlnensls). (Dishutprov Lampung 2005).

B. Kondisi Soslal dan Ekonomi

1. Demografi

Kawasan rahura WAR secara adminstrasl pemerlntahan dikelilingl

oleh 7 kecamatan, terdiri darl 36 desa dan sekltar 67 dusun yang tersebar

di dalam dan di sekitar kawasan. Jumlah penduduk 7 kecamatan sekitar

kawasan Tahura adalah 143.752 jiwa dengan jumlah tiap kecamatan

dlsajkan padll tabcl. Kcpadatan penduduk bervariasi, mulai kepadatan dari

kurang 500 jiwa/kni7 (sebenvak 22 desa), kepadatan penduduk 500

1000 jiwa/kmz (5 desa) sampai kepadatan lebih dari 1000 jiwa per km2

(Desa Keteguhan, Sukadanaham, Batu Putu, dan Desa Sukaraja) yang

rnerupeken desa yang termasuk wllayah Bandar Lampung (Dines

Kehutanan, 2008)
76

label 4.3.
Jumlah penduduk di sekitar kawasan Tahura WAR Provinsi Lampung
-
No. Kecamatan Jumlah Jml KK KKTani KK PS
Penduduk dan PS 1
1 Padang Cermin 52.373 l3.047 9.699 5.120
2 Way Lima 15.691 3.607 3.195 2.887
3 Kedondong 16.362 3.364 1.728 2.430
4 Gedong Tataan 36.049 8.854 5.225 3.533
5 Kemiling 4.062 2.389 960 461
6 Telukbetung Barat 12.719 1.338 863 1.942
7 Telukbetung Utara 6.496 997 691 694
Jumlah 143.752 '.13.596 22.361 11.947
Sumber: Data Podes, Dinas kehutanan 2008.

Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa penduduk cesa-


desa di sekitar Tahura WAR mengandalkan sektor pertanlan sebagai mata

pencaharian utama dan kondisinya sebagian besar berada pada posisi

keluarga Pra Sejahtera (PS) dan Pra Sejahtera 1 (PS 1). Kepadatan

penduduk yang tinggi menvebabkan tingginya kebutuhan ekan lahan u11luk

berbagai kepentingan; mata pencaharian datam bldang pertanian

memerlukan lahan. Oleh karenanya masyarakat cenderung akan

melakukan ekspansi dengan mencari lahan yang dianggap kosong dan

tldak bcrtuan, salah satunya adalah kawasan hutan Tahura WAR. Keadaan

soslal ekonomi ini merupakan dava dorong yang kuat untuk mcndapatkan

lahan dan menimbulkan perarnbahan bahkan kleim kawasan nutan oleh


77

Tabel 4.4.
sebaran penduduc di dalam kawasan butan

Jumlah Jumlah
No. Kecamatan/ Cesa Perambah Gubuk Ket.
(KK) (Buah)
I. Kemiling
l. Sumberagung zo 20
2. Kedaung 2 2
3. Sukadanaham - -
II. Teluk Betung Utara
1. Balu Putu 10 10
m. Teluk Bell.Ing Selatan
1. Keteguh;m 2 2
2. Sukarame - -
.
IV. Padang Cermin
1. Tanjung Agung 212 212
2. Sukajaya 10 10
3. llurun 610 618
4. Hanura IS 15
s.
Sidodadi so so
6. Gebang 155 155
7. Padang Cermin 688 688
8. Hanau Brak 10 10
9. Harapan Jaya 10 10
10. Gunu~---
V. Kedondoog
20
- 20

1. Sinar harapan 10 10
2. Babakan Loa 10 10
3. Tempel rejo 10 10
4. Pesawaran - .
VI. Way Lima
1. MarQOdadi . .
2. Sukamandi . .
3. Tanjung agung . .
4. Padang Manis . .
S. Baniar Negeri 128 128
VII. Gedong Tataan
-
1. Sukodadi 359 35')
2. Bogorejo lO 20
3. Sukaraja 8 s
4. KebaguS<ln 8 s
5. Wiyono 3 3
6. Sunoai Lannka 2. 2
Jumlah 2.380 2.380
$umber : Dinas Kehutsnan, 2006
-
78

Inventarisasi penduduk yang dilakukar. pada Tahun 2004

terhadap penduduk/masyarakat yang berada di dalam kawasen hutan

tercatat sebanyak 2.380 KK. Penyebaran masyarakat penggarap dan

bermukim (gubuk) yang ada di dalam kawasan hutan tersebar secara tidak

merata tetapi tersebar secara sporadis. (Dinas Kehutanan, 2006).

Berdasarkan asal-usul perambah sebagian besar merupakan

pendatang dari pulau Jawa dan Surnatera Selatan. Sebanyak 29,92 %

berasal dari suku jawa l>Gik merupakan pendatang langsung (transmigrasi)

maupun anak keturunan transrnigran, sedar.gkan 51,64 %> merupakan

peladang dari suku sunda dan sisanya berasal dari campuran suku

Lampung dan suku-suku lainnya.

2. Kondisi Ekonomi

Secara umum masyarakat di sekitar Tahura WAR adalah

masyarakat agraris yang menggantungkan hidupnya kepada bidang

pertanian baik sebagai petani atau buruh tani Mata pencaharian

masyarakat sekitar kawasan hutan Tahura bergerak pada bidang : bidang

pertanian dan perkebunan (sebagai pemilik tanah sawah/tegal/ladang,

penyewa/penggarap dan buruh tani}, petemakan, industri rurnah tangga,

perdagangan dan jasa.

3. Aksesibilitas

Aksesibilitas men.rju Tahura WAR dikategorikan beik, karena

dapat ditempuh dari berbagai penjuru. Hal tersebut mengingat bahwa

kawasen Talu.ra WAR dikelilingi oleh jalan dengan kontruksi sebagian

besar hotmo; kecuali jalan antara Kedondong dan Padang Cermin yang
79

masih dengan kontruksi aspal biasa. Jalan negara dan jalan provinsi yang

menghubungkan Bandar Lampung - Gedong Tataan - Kedondong -

Paadng Cermin - Bandar Lampung merupakan jalan yang sebagian besar

menghubungkan desa-dcsa yang bcrbatasan dengan Tahura WAR.

Beberapa desa terletak di antara jalan tersebut dan kawasan hutan sepertl

mlsalnya Desa Sukadadi, Banjarejo, Sukarnaju dan lain-lain dihubungkan

dengan jalan batu dan jatan asoal, Pada umumnya di setiap desa sesttar

Tahura WAR terdapat jalan aspal, minimal jalan batu/tanah menuju

kawasan Tahura WAR.

Terbukanya aksesibilitas menuju kawasan tahura WAR di satu sisi

sangat menguntungkan, karena dengan sarana-prasarana perhubungan

yang balk, sebaqal salah satu obyek wisata, Tahura WAR sangat potenslal

untuk dikembangkan. Namun di sisi lain, dengan terbukanva akses

menuju Tahura WAR dapat membuka peluang bagi oknum masyarakat

untuk melakukan perambahan/11/ega/ Logging. Dengan demikian akan

menambah kerusakan Tahura WAR.

C. Gambaran Umum Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan)

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hulan dan Lahan atau populer

dengan sebutan Gerhan adalah suatu kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan

(RHL) yang terkodinasi dengan mendayagunakan segenap kemampuan

pemenntah dan masvarakat datam merehabilitasi hutan dan lahan pada

wilayah daerah aliran sungai (DAS) prioritas,


80

Gerhan dirancang dan dikemas sedemikian rupa sehingga

merupakan kegiatan yang rasional, dan dapat dilaksanakan. Gerhan juga

merupakan kegiatan pionir sehingga diharapkan dapat dijadikan pijakan

pelaksanaan kegiatan RHL berikutnya. Karena posisinya yang strategis

rnaka Gerhan didudukkan sebagai program nasional yang bersifat terpadu,

menyeluruh dan terkoordinasi.

Dalam implementasinya, Gerhan bertujuan mewujudkan

perbaikan lingkungan dalam upaya reboisasi dan rehabilitasi lahan untuk

menanggulangi bencana banjir, tanah longsor, kekeringan secara terpadu,

transparan dan partisipatif semua semua pihak baik dari pemerintah,

pemerintah daerah, masyarakat, pengusaha, LSM, kelompok tani, maupun

unsur-unsur rnasyarakat lainnva.

Gerhan dilaksanakan di dalam kawasan hutan dan di luar

kawasan. Pelaksanaan di dalam kawasan hutan meliputi kegiatan reboisasi

di hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Di luar kawasan

meliputi pernbuatan hutan rakyat, hutan kota, penanaman terus jalan,

rehabilitasi hutan mangrove dan hutan pantai, dan pembuatan bangunan

konservasi tanah dan air.

Presiden RI telah mencanangkan Gerakan Nasional Rehabilitasi

Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan), pada tanggal 21 Januari 2004 di desa

Karang Duwet, Kee. Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Prop. Daerah

Istimewa Yogyakarta.
81

1. Latar Belakang Program Gerhan

Datam kurung waktu tiga dasawarsa terakhir ini, sumbangan

pembangunan sektor kehutanan terhadap pembangunan nasional terasa

sangat signifikan baik dalam hal pening'<atan penerimaan devisa Negara

maupun penyerapan tenaga karja scrta tidak kalah pcnting adalah da1am

peranannya membuka aksesibilitas wilayah-wilayah terpendl.

Sayangnya, penerepan paradigma pembangunan sektor

kehutanan masa lalu yang masih cenderung dan didominasi oteh

pertimbangan dan kepentingan ekonol"li serta kurang memperhatikan

kaidah-kaidah pengelolaan hutan secara lestari dan telah menimbulkan

sebagai dampak nagatif yang akhimya kondisi tersebut selalu dikaitkan

dengan angka kerusakan tu.tan sanga: tinggi (59,17 juta ha) dan lahan

(41,47 juta ha), dengan terjadinya kerusakan lingkungan secara luas.

Memasuki tahun 2000 laju pembangunan sektor kehutanan

semakin terusik dengan makin maraknya praktek pembalakan liar (illegal

Jogging), te.jadinya kebakaran hutan dalam skala yang luas dan

perambahan kawasan hutan. Menyikapi ha! ini, Departemen Kehutanan

(sebelum tahun 2003) tclah mcoetapkan suatu kcbijakan prioritas yang

meliputi : (1) Pernberantasan pencurian kayu di hutan negara dan

perdagangan kayu illegal; (2) Revitalisasi sektor kehutanan, khususnya

industri kehutanan; (3) Rehabilitasi dan konservasi surnberdaya hutan; (4)

Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar kewasan

hutan; (5) Pemantapan kawasan hu:an.


82

Sejalan dengan kebijakan prioritas Departernen Kehutanan

tentang rehabilitasl dan konservasi somber daya hutan dan bercermin dan

berbagai pengalaman masa lalu tentang; (a) pelaksanaan berbagai

kegiatan RHL dengan tingkat keberhasllannya seperti direhaslakan masih

belum mernuaskan ; (b) siratnya masih sangat sektoral dan ; (c} belum

melibatkan segenap komponen masyarakat, maka mulai tahun 2003

kegiatan RHL dikernas dalam suaru kegiatan yang sifatnya lebih sistematis

dan skalanya lebih besar daik dalam hal luasan maupun keberagamaan

plhak pelaksananya, sejak saat itu diperkenalkan yang namana program

Gerhan.

Untuk mewujudkan Gerhan, pemerintah melalui tiga menteri

koordinator (kesejahteraan rakyat, perekonomian dan politik dan

keamanan) pada masa pemerlntahan megawati telah menerbttkan SKB

tiga menko yaitu No. 09/KEP/MENKO/KESRA/III/2003

Kep.18/M.EKON/03/2003 ; dan KEP.08/MENKO/POLKAM/IIl/2003 tanggal

31 maret 2003 tentang tlm koordlnasl perbalkan llngkungan melalu!

rehabilitasi dan reboisasi nasional. Tindak lanjut dari SKB tlga MENKO

tarsehut maka c1iselenggarakan ternu nasional yang menghasilkan "tekad

malino 2003.'' Pertemuan tersebut melibatkan banyak pihak seperti Menko

Kesejahteraan Rakyat, Menteri Kehutanan, Menter! Lingkungan Hidup,

Mcntcri Kimpraswil, Menteri dalam Negeri, l\nggota DPR, Gubernur/wakil

Gubernur, Aslsten Territorial Kodam, den scluruh pcscrta Tcmu Nasional

yang berjumlah 350 orang. Tekad Malino 2003 menginspirasikan sekaligus

111a11gamanalkan tiga kesepakatan "tekad luhur" vaitu (a) melakukan


83

pencegahan kerusakan lingkungan, (b) melakukan perbaikan lingkungan

melalui reboisasi dan rehabilitasi lahan, dan (c) rnensukseskan Gerhan.

Dukungan nyata juga secara langsung diberikan oleh Presiden

Reoublik Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk pencanangan Gcrhan

secara simbolik pada bulan januari 2004 di Gunung Kidul, Daerah Istimewa

Yogyakarta.

2. Dasar Hukum Gerlian

Program Gerhan sebagal bagian dari kegiatan Rehabilitasi Hutan

dan Lahan (RHL) memiliki dasar hukum sebagal berikut;

1. UU No.23 Tahun 1997 tenteng Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerall.

3. UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

4. KeppresNo.3 Tahun 2001 tenteng BAKORNAS PBP.

S. Keputusan Bersama Menko Kesra, Menko Ekuin dan Menko Polkam

No.09/Kep/Menko/Kesra/lll/2003, No.16/M.Ekon/03/2003, KEP.08/

MENKO/POLKAM/Iil/2003 tentang Pembentukan lim Koordlnesi

Pcrbolkan Lingkungan Mclalui Rchabilisasi dan Rcbois\lsi Nasional.

Pelaksanaan Gerhan lebih lanjut diatur oleh SK rnenteri

Kehulant1n den Peruturen Mcnleri Kcli\.lL<tmm ycir19 disusun dan ditetepkan

senap tenon sejak tanun 2003, mengalami perbaikan dan penyempurnaan,

sebagai berikut yaitu:

1) Pedoman / Juklak GN·RHL/Gerhan 2003 :


84

a. Surat Keputusan Menteri Kehutaran No. 340/KPTSV/2003 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Gerhan Tahun 2003.

b. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 429/KPTS-V/2003 tentang

Pertunjuk Pelaksanaan Pendamping Kelompok Tani

c. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 37/ Menhut-V/2003

tentang Petunjuk Pelaksanaan Penila1an Tanar-an dan Bangunan

Konservasi Tanah serta Petunjuk Pela<Sanan Pelaporan GNRHL.

2) Pedoman / Juklak GN-RHL/Gerhan 2004

Bercermin berbagai kekuranga1 dan ketlmpangan baik dalam

proses maupun hasll pelaksanaan Gerhan pada tahun 2003, maka

easer penyelenggaraan Gerhan tahun 200<1, yaitu:

a. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.02/Menhut-V/2004 tentang

penyelenggaraan Gerhan tahun 2004.

b. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-V/2004 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Gerhan tahun 2004.

c. Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 271/Menut-V/2004 tentang

Metode Pemiliha1 Penyedia B1bit. Penyedia Jasa Konsultasi

Penilaian Knerja Pelaksanaan Kegiatan Gerhan.

3) Pedoman I Juklak Gl\l-RHL/Geman 2005


Pada tahun 2005 penyempvmaan kebijakan Gerhan terus

diianjutkan denqen dtterbitkannya empat kebijakan yang berkaiten

dengan Gerhan, yaitu:

a. Peraturan Menteri kehutanan No. P.32 Tahun 2005 tentang

penyclenggaraan dan Sasaran Kegiatan Gerhan Tahun 2005.


85

b. Peratucan Menteri Kehutanan No.33 Tahun 2005 tentang Pedoman

dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan.

c. Peraturan Menteri Kehutanan No.34 Tahun 2005 tentang Standar

Harga Bibit Gerhan Tahun 2005.

d. Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.383/Menhut·V/2005 tanggal

15 November 2005 tentang Pembina Penyelenggaraan Gerhan

Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan).

4) Pedoman / Juklak GN-RHL/Gerhan 2006 :


a. Peraluran Menteri Kchutanan No. P.81/Menhut·V/2006 tcntang
penyelenggaraan rlan Sasaran Keglat.an GN·RHL/GERHAN Tahun
2006
b. Peraturan Menterl Kehutanan No. P.82/Menhut-V/2006 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menterl Kehutanan Nomor
P.33/Menllul·V/2005 lenLa11g Pedoman dan pelunjuk Pelaksi:trlddn
Kegiat.an Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun
2005
c. Peraturan Menterl kehutanan No. P.83/Menhut·V/2008 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.34/Menhut·V/2005 tentang Standar Harga Bibit GN·RHL/GERHAN
Tahun 2005
5) Pedoman f Juklak GN-RHL/Gerhan 2007 adalah :
1. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 21/Menhut-V /2007

Tanggal 20 Ju11 2007 tentang Penvelenggraa1 Geraki:ln Nasional

Rehabilltasl Hulan dan Lanen 2007

2. f'craturan Menteri Kenutanan Nomor : P. 22/Menhut-V/2007


-anggal 20 )uni 2007 tentang Pedorr.an Teknis Gerakan Nasional

RP.habilitasi Hutan dan Lahan 2007


86

3. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.50; P51/Menhut-Jli2007

dan P.Sl/Menhut-Il/2008 ta'1ggal 5 September 2008 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P .21/Mcnhut-V /2007.

Peningkatan SKB 3 Menko menjadi Peraturan Presiden, yaitu

dengan keluamya Peraturan Presiden RI l\o. 89 tcntang Gcrakan

Reh.ibil1Lasi Hulen dd11 Lehan Langgal 3 September 2007. Adanya

penguatan dasar hukum lni diharapk.an mampu menggerakkan seluruh

sektor dan pemerintah daerah beserta masyarakatnya dengan lebih baik

sehingga dapat mewujudkan kinerja Gerhan yang meningkat.

3. Perancanaan Gerhan

a) Hirarki perencanaan

Perencanaan Gerhan sesuai dengan kaidah teknis perencanaan

RHL yang mengangkut siStem hirarki yang telah ditetapkan dalam

kcputusan Mcntcri Kchutanan Nomor 20/Menhut-V/2000 tent:ang Pola

Umum Rehabilitasi llutan dan Lahan (RHL), diikuti Rencana Teknis RHL

lima tahun dan dilaksanakan melalui Rencana Teknik Tahunan (RTT).

Selanjutnya Rancangan K1!9latan adaaln rencana definitif lapangan

Rencana RHL Lima Tahun pada pokoknva mernuat sasaran

iokasr kegiatan, sasaran areal RHL, pertimbanqan teknis dan

manajerial, teknis dan rrekanisme perencanaan dan s;>esifikasi

renca'ia.
87

RTI pada pokoknya memuat sacara detail letak kegiatan RI-IL

menurut adrninistrasi pernerintah kabuDaten/kota, DAS/Sub DAS, luas

lahan kritis, lokasi oan volume kegratan menurut po·a

penyelenggaraannya, Janis kegiatan, kondisi fisik lapangan, pola

perlakuan, sarana prasarana, jenis canaman dan jumlah bibit

perkegiatan perhektar.

Dengan mengacu pada Rencana RHL Lima tahun dan ecuen

lainnya yang relevan, Dinas yang mengurus Kehutanan Kebupaten/

kota dengan memperhatikan pertimbangan dari dinas-dinas terkait

seperti PU, kelautan dan perikanan, pertanian, dan lain-lain da!am

menyusun RTI. RTI hasil pemantapan tersebut ditandatangani

bersama Kepala BPDAS dan Kepala Dinas/Instansi penyusun dan

akhirnya diusull<an Kepala Direktur Jenderal RLPS sebagai bahan

proses penyusunan Rencana Nasional Gerhan.

b) Mekanisme dan Teknik Perencanaan

Pada prinsionya penyusuna rencana Gerhan dilaksanakan

secara terpadu dari atas dan dari bawah dengan mempertimbangkan

masing-masing kcwenangan pemerintah pusat dan daerah berasaskan

prioritas, mentaet dan akurasi lokasi saseran. Mckanisme dan teknik

perencanaan di tingkat pemerintah pusat dilaksanakan berdasorkon

pada kondisi kerusakan huten dan lahan pada DAS prioritas.

Direncanakan Gerhan lima tahun (2003-2007} seluas tiga juta ha.

Selair itu datam hal rencana lokasi den luas sasaran Gerhan disusun
BB

dari hasil skoring berdasarkan kriteria fisik dan pertimbangan

manajemen daerah.

Tahap akhir dari proses perencanaan Gerhan adalah dilakukan

paduserasi alokasi Gerhan yaitu alokasi indikatif pemerintah pusat

dengan RTI yang diusulkan daerah rnelalui BPDAS. Pembahasan

pemadu-scrasian ini dilaksanakan dalam suatu Rapat Konsultasi Teknis

Pereneanaan Gerhan baik regional maupun nasional. Hasil Rapat

Konsultasi teknis ini akan menjadi bahan usulan Gerhan di tingkat

Pemerintah Pusat kepada DPR untuk mendapatkan kornitmen politik

dan persetujuan anggaran.

Sasaran lndikatif RHL


I Rencana 5 TH RHL I
I
Nasional (Hutan Rusak
I dan Lahan) Krilis
,/
• f Sasaran lndikatif RHL
I RITRHLNas I \.Nasional (Hutan Rusak
' dan Lahan) Kritis )
!

Rapat regional konsultasi ___.. Rapat regional konsultasi ........ Saluan Kerja
Dae rah Dae rah
- -
T
I- Usulan RTT Oaerah
-
11
~
f Sa.saran RHL
I OAS/KAB/KOTA
Rencana RHL 5 TH DAS I
(.' Hutan Rusak dan Lahan '
Kritis

Gambar 4.5. Bagan Alur Perencanaan Gerhan


89

4. Pola Pelak.sanaan

1) Pola subsidl/biaya penuh

Pola RHL dengan subsidi penuh dllaksanakan di kawasan hutan

negara (HK, HL dan HP) sebagal kewajiban negara. Yang dibiayai

sepenuhnya oleh Pemerintah meliputi keglatan pengadaan bibit,

penanaman, pemeliharaan dan pcmbuatan bangunan konservasi tanah

yang pelaksanaannya mellbatkan masyarakat di sekitar/di dalam hutan.

2) Pola Insentif

Pola gerakan RHL dengan insentif dilaksanakan secara masal oleh

masyarakat luas di luar kawasan hutan negara sebagai manifestasi

tanggungjawab pengelolaan lahannya secara partisipatif. Insentif

pemerintah berupa penyedlaan bibit berkualitas. Jenis Kegiatan dalam Pola

RHL dengan insentif : Hutan Rakyat, Penghijauan Lingkungan, Hutan

Kota,Turus Jalan, Rchabilitasi Hutan Mangrove luar kawasan hutan.

3) Pola Model RHL

Pola ini dilaksanakan sebagai uji lapangan untuk memperoleh

kesesuaian teknologi dan pengelolaan hutan dan lahan dengan kondisi

setempat sesuai dengan tujuannya, yang sekaligus sebagai percontohan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat disekitar hutan dengan

pembiayaan sepenuhnya oleh Pemertntah.

5. Kelembagaan Program Gerhan

Melalui surat Keputusan bersama tiga Menko tanggal 31 Maret

2003 telah dibentuk kelembagaan Gerhan di tingkat pernerintshan pusat

yang berupa nm Koordinasi Perbaikan kelembagaan Gerhan di tingka~


90

pemerintah pusat yang berupa Tim koordinasi Perbaikan Lingkungan

Melalul Rehabllftasl dan Rebolsasl Nasional (TKPLRRN) yang rnerupakan

sebuah tim interdepartemen. Kedudukan Menteri Kehutanan dalam

TKPLRRN adalah sebagai Ketua Kelompok Kerja Sektor Penanaman Hutan

dan Rehabilltasi sekaligus penanggungjawab Program Gerhan dcngan

tugas dan tanggungjawab menyiapkan perencanaan dan pembibitan,

Pembina teknis dalam penanaman dan pemeliharaan serta sebagal

koordlnator dalam pelaksanaan Gerhan.

DI daerah untuk tingkat provinsl, kelembagaan Gerhan

diwujudkan dalam bentuk lim Pengendali/ lim Koordinasl dan

Pengendallan Gerhan provinsi dengan pcnanggungjawilb Gubernur. Di

tingkut kabupaten kota kelembagaan Gerhan dlwujudkan dalam bentuk

lim Pembina/ lirn Koordinasi dan Pengentlalian Kobupaten/ kota.

DI tlngkat lapangan, pembaglan peran para plhak secara tepat

dan propostonel sesuai dengan sifat dan jenis keglatan Gerhan dilakukan

dengan lentur dan fleksibel. Untuk menlngkatkan kemampuan kelompok

petani dilakukan pelatihan petani kader Gerhan. Untuk mendukung

keberhasilan pelatihan bagi pendamping dan petani tersebut diberikan

acuen bcrupo modul-modul bersifat teknis penguatan kelembagaan

kelompok. Kemudian mulai tahun 2007. dalarn renqka pendampingan

teknis dan kelembagaan bagi Kelompok Tani, dibentuk Petugas Lapangan

Gerhan (PLG) disetiap Kabupaten/Kota yang diternpatkan dilapangan.


91

Peran serta/pertisipasi Masyarakat dalam gerhan :

1. Masyaraka~ sekitar/di ca am Kawascn Hutan Negara. Masyarakat

sekitar/di dalam kawasan hutan negara berperan sebagai tenaga kerja

dalam pembuatan tanarnan reboisasi dan rehabilitasi hutan

mangrove{hutan pantal,

2. Kelompok Tani/masyarakat di luar Kawasan Hutan Negara.

a. Kelompok tani di luar kawasan hutan berperan sebagai subyek

pelakscna dalam pembuatan tanaman hutan rakyat, bangunan

konservasi tanah, rehabilitasi hutan mangrove/tanaman oantai di

lahan milik,lgarapan.

b. Khusus untuk kegiatan turus jalan dan hutan kota, rnesvarekat

sekitar lokasi kegiatan berperan sebagai tenaga kerja dalam

pembuatan tanaman. Sedangkan pada kegiatan penghijauan

lingkungan, masyarakat penerima bibit berperan sebagai pelaksana

pembuatan tanaman.

Gambaran proses dan mckanisme pcngorganisasian

pelaksanaan kegiatar. Gerhan di daerah dapat dilihat pada bagan alur

mekanisme dan proses implementasi Gerhan di daerah sebagai berikut :


92

lo---·-·---······-·-- ePOAS BKSOA{SfN


i-------. __ .......- ...... ( iPA) (K9A)
: '---r-r----'
I
....__ ... ~i

...
'•


-........,......
C&tUIN'Wltflt J\AAS
°"·~ (tLC)
<:DfWr

_.,_ ..............
ca:-~-~
. ...........
--
(~·

~'rt()lllQl'I
....(l.iwt•)
............
...... ~

~11mh('<. n,p l~CnlCQ Kthumnon.21lU7

Gambar 4.6. Bagan Alur Pengorganisasian Pelaksanaan Gerhan di Dacrah

6. Penilaian dan Evaluasl Keberhasllan Gerhan

Dalam Gerhan, kegia~an penilaian dllakukan terhadap kegiatan

pengadaan bibit dan kegiatan penilalan kinerja pelaksanaan Gerhan.

Penilaian Tanaman Gerhan dengan cara :

1. Penilaian tanaman dilaksanakan dcn9<:1n Sampling pada setiap petek

ukur tanaman.

2. Hal-hal yang dinilai yaitu : jumlah tanaman,kesehatan tenarnan, tinggi

tanaman dan persentese tumbuh.

3. Persentase tumbuh tanaman dlsetiap lokasi merupakan reta-rate dari

persentase tumbuh setlap petak

4. Perulaian ini adalah alat untuk menentukan pembevaran dan

pemeliharaan tahun berikutnya :


93

a. 2003-2006 persentase tumbuh tanaman disyaratkan minimal 55 %.

b. Mulai tahun 2007 ditetapkan :

- Oalam kawasan, tahun pertama minimal 70 %, tahun kedua

minimal 90 % dan

- Luar Kawasan, tahun pertama minimal 60 %, tahun kedua

minimal 80 %

Penilaian kinerja pelaksanaan Gerhan pada prinsipnya dilakukan olch

Dinas di provinsi yang menangani bidang kehutanan terhadap kinerja

pelaksanaan Gerhan disetiap kabupatenjkota (Satker) yang dalam

pelaksanaannya dilaksanakan oleh lembaga penilai independen (LPI) baik

perusahaan konsultan atau pun koperasi.

7. Pelaksanaan Gerha.n di Provinsi Lampung

Program GERHAN yang telah dilaksanakan di wilayah BPDAS Way

Seputih Way Sekampung Provinsi Lampung, selama kurun waxtu lahun 2003-

2007 telah dilakukan kegiatan penanaman seluas 100.780 ha. Jika

dibandmqkan dengan luasan lahan knns di dalam dan di luar kawasan di

wilayah BPDAS Way Seputih Way Sekampung sampai dengan tahun 2007

sebesar 1.108.341,49 ha, maka capaian penanaman melalui GERHAN tahun

2003-20057 yang sebesar 100.780 ha tersebut bani sampai pada angka 9 %.

Berikut data rekapitulasi luas areal penanaman Gertian Tahun 2003-2007 per

jenis kegiatan di Provinsi lampung.


94

Tabel "l.S.
Data Rekapitulasi Realisasi Luas Areal Penanaman Gerhan Tahun 2003-2007
per Jenis Kegiatan di Provinsi Lampung

No Jenis Li.las I Tahun IC-iatan -· '"


KPOiatan (ha) 2003 2004 2005 2006 2007
1 Reboisasi 7E.301 I 23.701 10.150 14.050 2.380 26.020
2 Hutan Rakvat 22.625 7.500 6.700 6.525 700 1.200
3 Hutan Kota 324 . 50 50-L 24 200
4 Mana rove 1.230 - - . 830 100 300
5 Turus Jalan 300 - . . - 200
6 Penghiiauan . .I . 100 .

TOTAL 100.780 31.201 16.900 21.455 3.304 27.920


Sumber : BP DAS Way Seputih Sekampung, 2008

Tabel 4.6.
Realisasi Kegiatan Gerhan di Tahura Wan Abdul Rahman 2003-2007

Kegiatan Penanaman Rata-lc!til Bangunan konservasi


Tahun (Ha) Tumbuh (%) (Unit)
Realisasi Rencana Rencana Realisasl
2003 1.388 1.388 65,00 - -
2004 l.000 1.700 66,20 - -
2005 1.000 1.000 60,20 4 4
2006 200 200 61,18
-
-- -
-
2007 2.000 2.000
Jumlah 5.588 5.588 i 4 4
,,
Sumber : BP DAS Way Seputih Sekarnpung, 2008

o. Pelaksana Program Gerhan di Tahura Wan Abdul Rachman

Program rehabl'ltasl hutan dan lahan yang dilaksanakan rnelalut

Gerhan dilaksanakan mulai tingkat pusat yakni Departemen Kehutanan,

provinsi dan kabupaten/kota yang mergurusi bidang kehutanan. Untuk

kawasan hutan konservasi Tahura War Abdul Rachman pelaksena Gerhan

adatah Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Pada tahap penyusunan

Rencana Teknik Tahunan (RTT) Gerhan disusun oleh Kepala Sub Bagian

Perencanaan Dinas Kehutanan. Sub hagian ini berada di bawan Sekretariat


95

Dinas Kehutanan. Kemudian bidang yang banyak terlibat dalam

pelaksooacn Gerh<in adaklh bidang Rehabifitasi dan Reklamasi Hutan

(bidang RRH).

Sebagalmana disebutkan da!arn tupoksi Dinas Kehutanan Provinsi

Lampung Pasal 538, bahwa fungsi Dinas Kehutanan diantaranya :

a. Penyelenggaraan penunjukan dan pengamanan batas hutan produksi


dan hutan lindung serta taman hutan raya ska.a provinsi;
b, Penyelengqaraan dan pengawasan asas rehabilitasi, reklarnasl, sistem
silvikultur, budidaya dan pengolahan;
c. Penyelenggaraan pengelolaan taman hutan raya, hutan produKsi dan
hutan lindung skala provinsi;
d. Perlindungan dan pcngaMarmn pede kawasan hutan skala provinsi;
e. Penyusunan pedoman dan penyelenggaraan lnventarisasi dan
pemetaan hutan, tata batas, rekonstruksi dan penataan batas kawasan
hutan produksl dan hutan lindung;
t. Penyelenggaraan dan penyediaan oukungan pengelolaan taman hutan
raya, pengurusan erosl, sedimentasi, produkstivitas lahan pada Daerah
Allran Sungai serta rehabilitasi dan reklamasi hutan produksi den hutan
llndung.
Susunan organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, terdiri :

1. Kepala Dinas;
2. Sekretariat;
3. Bidang Rehabilitasi dan Reklamasi Hulan;
4. Bidang Pengusahaan Hutan;
5. Bidang Perlindun~an dan Penyuluhan Hutan;
6. Bidang Inventarisasi dan Tata Guna Hutan;
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) den
8. Kclompok Jabatan Fungsio1al.
96

Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Lampung


(Berdasarkan PP 41 tahun 2007 disesuaikan oenqan PP 38 tahun 2007)

I Kepa1a
I I
Sekre1ans I
I

1 Sub R~o Umum dan kepogawaian


2. Sub Bog Keuongon
3. Sub nag perezcanacn

I I '
Bida1\g Rehabilllasl OhJsu1y P1;:1n9us<1haan Bldang PofllncJungan Bldong lnvemarisasl
dan ReRl011asl Hutan l"!ulan r- don Penyuluhan 11ctan d•n Tataguna Huton
I I
I I I
I
1. Seksl Rehabilltasl 1. Seksl Pemanfatan I 1, Seksl Pe1gamaran 1. Soksl lnvenlarissa Si
dan Rekloma•I Hasil Hulan den I hutan sumberdaya Hutan
2. Seksl Perhulanon Jase Lingkungan. I 2. Seksl 2. Sek•I Pemclaan
Masyara<at ? ~P.k•I P~nAtll· I Ponongguleogan Hulan
I
3. Sel<sl Po~n hon usahaan Has11 Hulan I Gangguan Hulan 3. Sok•I Ponologuno an
don Pomblblton 3. Sokal Ptmblnoon I 3. Sckol Ponyuluh Hu1an
Pcngolahan HHll I kehuu1nnn
I
I
I UPl'D Taliu1a wan
I,_ Abdul Rachman
I
Kclompok Jabatan
i-ur1~s1ona1
------' UPTO lnvenla1lsas
f<eterangan ; - dan Pemotaan
HuU11
Garis Pertan!19ungjawaban
Garis Koordlnasl

Gambar 4.7. Struktur Organlsasl Dlnas Kehutanan Provlnsi Lampung

Sub Bagian Perencanaan mempunyal tugas melaksanakan

pcnyusunan rencana, monitoring dan evaluasi pembangunan kehutanan.

Sub bagian ini dipirnpin oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan yang

bertanggungjawab kepada Sekretarls Dlnas Kehutanan.

Bidang Rehabilltasi dan Reklamasi Hutan mempunval tugas

men'{elenggara<an kegiatan rehabilitasi, konservasi dan reklamasi hutan

Clan lenan, perhutanan masyarakat serta perbenihan dan pembibitan.

Bidang Rehabilitasi dan Reklamasl Hutan dipimpin oleh seorang Kepala


97

Bidang yang berada dan bert.anggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang

Rehabilitasi dan Reklarnasi Hutan terdiri dari 3 seksi yaitu : Seksi

Rehabilitasi Reklamsi dan Konservasi Tanah, Scksi Pcrhutnnan Masyarakat

dan Seksi Perbenihan dan Pernbibitan.

E. Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman

1. Organisasi

Tarnan Hutan Raya Wan Abdul Rachman dikelola secara khusus oleh

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tahurn Wan Abdul Rachrnan

yanq secara organlsasl berada di bawah kendall Dinas Kehutanan

Provins! Lampung. Berlkut inl adalah kronologis penunjukkan dan

penetapan Kawasan Tahura WAR serta organisasi pengelolanya :

a. kewascn hut:ln Tahura WAR Reg. 19 peda awalnya ditetapkan

sebagai Hutan Lindung. Dalarn Besluit Resident l.ampunq nornor

307 Tahun 1941 dlsebut sebagal hutan tutupan atau hutan

larangan yang mempunyai fungsi sebagai areal perlindungan dan

tata air.

b. Pada Tahun 1993 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nornor

408/Kpts-II/1993 tentang Pcrubahan Fungsi Hutan Lindung

Gunung Bctung Rcg.19 menjad kawasan hutan Tarnan Hutan Raya

denga1 name Wan Abdul Rachman, fungsinya sebagai areal

perl indungan penyangga kehidupan dan pengaturan tata air.

c. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian

Alern Nomor 129 Tahun 1996 tentang pola pengelolaan kawasan


98

suaka alam, kawasan pelestaran alarn, Tarnan buru, dan Hutan

lindung.

d. Pada Tahun 1997 pada kawasan Tahura WAR telah dilakukan

proses penataan dan pengukuhan batas kawasan hutan oleh

Panitia Tata Batas Hutan Kabupatcn Lampung Selatan yaitu dengan

luas 22.249,31 hektar.

e. Kawasan hutan inl ditunjuk sebagai kawasan hutan dengan

Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan dengan SK nomor

256/Kpts-Tl/2000 tanggal 23 Agustus 2000.

f. Keputusan Menteri Kehutanan Nornor 107 Tahun 2003 tcntang

Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Pengelolaan Tahura WAR

kepada Gubernur/Bupati.

g. Unit Pengelola Tahura WAR merupakan bagian struktural dari Dinas

Kehutanan Provinsi Lampung vaitu berupa Unit Petaksana Teknis

Dinas (UPTD) Tahura WAR yang ditetapkan melalui Surat

Keputusan Gubernur Lampung No. 3 Tahun 2001 tcntang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Dinas (UPTD) pada olnas Provinsi.

Pemhangunan Tahura WAR bertujuan untuk koleksi tumbuhan

tlan satwa yang alarm atau buatan, jenis asll dan bukan asli yang

dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, budaya, parlwlsata dan rekreasi (Undang-undang

Nomor 5 tahun 1990).


99

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan

Hulan dan Petestzrian Alam (PHPA) No. 129/Kpts/Di-VI/ 1996, Tahura

bermanfaat dan berfungsi sebaga1 sebagai benkut :

a. Sebagai kawasan yang dapat dimanfaatkan potensi alamnya untuk

koleksi tumbuhan dan/atau satwa baik yang alami atau buatan, jenis

asli atau bukan asli dan wisata clam.

b. Sebagai kawasan penindJngan sistem penyangga kehidupan

c. Sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa. serta keunikan alam.

Adapun Fungsi dari UP'TO Tahura WAR, antara lain:

1. Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan pengelolaan Tahura.

2. Pcngaturan den pcnyiapan sarana dan prasarana pengelolaan Tahura.

3. Pengaturan dan penertiban perijinan pemanfaatan dan pengusahaan di

kawasan Tahura.

Untuk mencapai tujuan, rnanfaat can fungsi Tahura tersebut

rnaka UPTD Tahura WAR menetapkan Visi Pembangunannya adalah :

'Tahura WAR sebagai Taman Kebanggaan Provinsi Lampung yang dapat

dimanfaatkan secara optimal dan lestari". Dalam rangka rrencapai visf

tersebut, maka harus ditempuh melalui misi seoaqai bcrikut:

a. Memantapkan kcberadaan kawac;;in hutan


b. Memantapkar kckmbaqaan.
c. Mewujudka11 kooservesi den reha':>ilitasi.
d. Meningkatkan perlindungan dan pengamanan hutan.
e. Meningkatkan peran serta rrasyarakat.
f. Meningkatkan koordinasi.
100

Oinas Kehutanan Provinsi Lampung melalui UPTD Tahura WAR

dalam rangka penyelenggaraan tugas pengelolaan dan pengawasan telah

membentuk satuan-satuan wiiayah kerja (setingkat rayon) yang langsung

bertugas d1 lapangan. Hingga saat ini Tahura WAR dibagi ke dalam 6

Satuan wilayah kerja yang masing-masing dlpimpin oleh Koordinator

Wilayah, yaitu:

a. Satuan Wilayah Kerja (UWK) Youth Camp Centre


b. Satuan Wilayah Kerja (UWK) Padang Cermin 1
c. Satuan W1layah Kerja (UWK) Padang Cermin 2
d. Satuan Wtlayah Kerja (UWK) Wilayah Bandar L.ampung
e. Satuan W1layah Kerja (UWK) Gedong Tataan dan
f. Satuan Wilayah Kerja (UWK) Kedondong dan Way Uma.

Struktur Organisasi UPTOTahura Wan Abdul Rach man


(SK Gubernur Lampung No.14/2008 tanggal 13 Mei 2008)

Kepala UJ7TO TahUr


Ir. Wrf090 Supnyanto

Keoala Polhut Ka Sub Baglan TIJ


TahurMirza Ahmad SH Sumardl Suri, BBA

Seksi Pemanfa3tan & Eva uasi Seksi Perencanaan Teknik


Tubagus M Rifki, SP.MS• R:i.~ald HP Panjatan, !iHut

I
Wilayah
Ket)d I
I
Wtlayah
Kcl]a II
I
w11dyah
Kerja m
I Wdayah
Kerja r1
~' WJayah
Kery.i I/
Wilayah
I
Ke1ja 'II
'

Gamber 4.8. Struktur O·ganisasi UPTD Tahura Wan Abdul Rachn·an


101

2. Sumberdaya Manusia

Pada seat ini personil Tahura WAR adalah sebanyak 46 orang

(Struktural, Non Struktural dan Palisi Kehulanan). Jumlah sumberdaya

manusia yang ada tersebut belum mencukupi untuk mengelola wilayah

teritorial yang cukup luas yakni 22.249,31 hektar. Untuk pengelolaan

Tahura WAR kedepan diperlukan tenaga-tenaga muda profesional yang

berlatar belakang kehutanan. Berikut ini qornbaran pegawai UPTD Tahura

WAR menurut golongan dan pendidikan.

Tabel 4.7 , Pegawai Tahura WAR Menurut Golongan dan Pendidlkan


No Golongan Jumlah Pendidil<an Jumlah
1 IV 1 52 1
2 Ill 21 Sl 8
3 11 4 Dill 2
4 r 1 SLTA 34
!) THL 5 SMP 1
6 Pol hut 14 so -
Jumlah i6 46

3. Blok Pengelolaan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman

Tahura sebagai kawasan pelesterian alam mempunyai fungsi

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman

jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanFaatan secara lestan sumberdaya

alam hayati dan ekosistemnya (Pasal 3 UU RI Nomor 5 Tahun 1990).

Untuk mengoptimalkan funqst terseout di atas, maka kawasan

Tahura WAR ditata vaitu dengan melakukan pembagian kawasan Tahura

WAR ke dalam blok-blok pengelolaan. Adapun pembagian blok pengelolaan

kawasan Tahura Wan Abdul Rachrnan adalah se:>agai berikut:

a. Blok pemanfaatan/wisata a/am : are.aljwilayah di dalam kawasan


102

Tahura yang depat dimanfaatkan bagi kegiatan pariwisata alam

termasuk pembangunan sarana dar prasarana wisata.

Areal yang ditetapkan sebagai blok pemanfaatan wisata alam

meliputi 700 ha (3,15%) yang terpusat di wilayah Margodalom di

sekitar hulu sungai Sabu, di Youth Camp Centre di Kcc;:im;:itan Padang

Cermin Padang Cermln, dan di Air Terjun Wiyono Kecamatan Gedonq

Tataan. Selain wilayah-wilay.ih tersebut, ada beberapa wilayah yang

Juga potenslal untuk dikembangkan sebagai obvek wisata, antara lain

di Batu Putu dan di Sumber Agung (sangat potensial untuk

pengembangan agrowisara).

Tahura WAR menyimpan potensl wisata yang sang;:it besar antara

l<iin pesona Air teljun (± 30 a r terjun yang sudah teridentifikasi) yang

tersebar di seluruh wilayah, Panorama Pantai Teluk Lampung, Obyek

Wlsata Batu Lapls, dan Sumber Air Panas alaml. Semuanya tersebar

secara sooraols. ObJek-objek tersebut dapat dijadlkan sebagai daya

tarik kunjungan wisata alarn.

Pada blok ini ada beberapa arealnya yang merupakan

perladangan terbuka seluas kurang lebih 52,'10 ha yang perlu

direnabilitasi atau direboisasi dcngan berbagai spesias pohon yang

dapat menimbulkan daya tarik w sata, ba'k karena jenis atau karena

penataannya.

b. Blok koleksi tanaman : areal/wilayah di dalem kewasen Tahura yang

berisikan berbagai jenis tumbuhan bail< jenis dSli maupun tidak asli,

langka rnaupun tidak langka yang perlu dllindungi dan dilestarikan


103

sert.a dikembanqkan sesuai dengan fungsi kawasan Tahura, atau

areal/wilayah yang diperuntukkan bagi koieksi tumbuhan.

Blok Koleksi Tanaman berada di sekitar desa Hurun hingga

Hanura dengan luas areal 845,54 hektar {3,80 %). secara spesifik di

wilayah inl, khususnya sekitar Youth Camp Centre telah ditanam

berbagai jenis tanaman kehutanan antara lain: Damar Mata Kucing,

Durian, Alpokat, Cempaka, Medang, dan jenis-jenis kayu-kayuan serta

MPTS (MultiPurpose Trees Species) lainnya.

Pada blok kolcksi tanaman Tahura WAR direncanakan untuk

mengembangkan tanaman koleksi berbagai jenis kayu-kayuan asli

maupun bukan asll terrnasuk kavu-kayuen yang berasal dari luar

daerah. Pada saat lni kondisi blok koleksi tanaman seluruhnya

merupakan kebun campuran yang digarap oleh masyarakat sebagai

areal perladangan yang didominasi oleh tanaman budidaya.

c. Blok perlindungan: arealfwilayah di dalam kawasan Tahura yang

dilindungi, dijaga, dilestarikan untuk l<epentingan masyarakat di masa

kini dan masa yang akan datang dengan l<ritcria scbaqai sumber mata

air, perlindungan flora dan fauna, rawan bencana alam, kemiringan di

ates 40%, terdapat daereh aliran sungai, dan masih hutan alami. Blok

perlindungan diperumukkan bagi perlinoungan jenis-jenis tumbuhan

dan satwa dari pengaruh kegiatan eksptonast.

Berdaserkan hasil identifikasi den interpretasi citra Quick Bird,

dlketahui bahwa sebagian besar areal Blok Perlindungan ini berada

mendekati puncak gunung yang berada di kawasan Tahura WAR.


104

Areal-areal yang oltetapkan sebagai blok perlindungan menyebar di

dalam kawasan hutan, terutaman daerah Gunung Betung dan Gunung

Pesawaran, Lereng Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu, Gunung Ratai,

dan daerah sekitarnya. Blok perlindungan mempunyai luas 8.097,22

hektar (36,39%).

Guna menjaga keaneka ragaman jenis tumbuhan yang ada pada

blok ini, pada areal yang terbuka atau kcbun atau ladang perlu

dilakukan pembinaan areal dan pernbinaan habitat denqan melakukan

rehabllitasi dengan tumbuhan yang mempunyal kemampuan menjaga

atau berfungsi hidro-orologis

d. Blok !ainaya : bagian dari kawasan tahura yang karena kondisinya

sehingga memerlukan perlakuan khusus. Untuk Tahura WAR ini

pembangian pada blok lainnya digunakan untuk 2 hal yaitu : blok

pendidikan dan penelitian, serta blok social forest1y;Hutan

Kemasvarakatan (HKm).

1. Blok pendidikan dan penelitian

Blok penelitian dan pendidikan ini menghampar di daerah Sumber

Agung, Batu Putu, dan Beringin Raya sampai ke lereng dari Gunung

Betung dengan luas blok adalah 540,43 hektar (2,43 %). Selain ltu di

sekitar wilaysh ini juga dikembangkan penelitian kupu-kupu

bekerjasama dengan Universitas Lampung.

Kondisi penutupan lahan blok pendidikan dan penelitian tcrdiri

dari 185,55 ha berupa hutan sekunder, 17,60 ha berupa lahen

terbuka/perladangan dan sisanya 337,28 ha mcrupakan kebun


105

campuran. Di blok penelitian ini terdapat adanya arboretum,

pengamatan suksesi alami, stas!un penenelitian silvikultur, koleksi

bambu, penangkaran satwa dan pengembangan lebah madu.

2. Blok Social Forestry/ Hutan Kemasyarakatan

Tahura Wan Abdul Rachman dikelillngl oleh desa-desa dengan

tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggl dan tingkat

ketergantungan terhadap lahan hutan sangat tinggi, dengan demikian

masyarakat melihat adanya potensi lahan hutan dengan kesuburan

yong linggi yang ada di Tahura mulal memasuki kawasan hutan.

Mereka membuka nutan untuk berkebun dan bercocok tanaman

semusim. Dan kebun campuran.

Atas dasar hal tersebut salah satunya, di Tahura WAR

dialokasikan blok Socia! Forestiy;fiutan Kemasyarakatan (HKm) dalam

rangka memberdayakan fungsf soslal Tahura WAR. Blok Social

Forest1y;fiutan Kemasyarakatan (HKm) merupakan blok yang paling

lua~ dari keernpat blok pengelolaan lainnya yang tersebar di beberapa

wilayah di Tahura WAR. seroaserkan krtterta dan lndlkator yang telah

ditetapkan, l:!lok soae! Forestry;Hutan Kemasyarakatan (HKm) tersebar

di beberapa wilayah Tahura WAR. Namun sebagian besar terpusat di

bagi<i1 S<'!lat;in Tahura WAR (Padang Cermin dan sekitamya),

selanjutnya masing-masing wilayah rayon telah menqidentifikasl

wilayah-wilayah yang sesuai diperuntukkan bagi Blok Social

Forestry;Hutan Kemasyarakatan (HKm), antara lain :


106

a. Wilayah Gedong Tataan : Sukadadi, Bogorejo, Wiyono, Kebagusan


dan Sungai Langka.
b. Wilayah Kedondong - Way Lima : Sinar Harapan, Pesawaran dan
Tempel Rejo.
c. Wilayah Bandar Larnpung : Sumber Agung, Batu Pvtu dan
Sukaharum, Tanjung Agung sekitarnya.
d. Wllayah Padang Cermin : Hurun, Hanura, Padang Cermin, Gebang,
Margodalem dan Kubang Badak.

Wllayah-wilayah tersebut memberikan gambaran adanya aktivitas

pcngclolaan hutan dcngon berbasis masyarakat. Berdasarkan

perhitungan, luas blok Social Forestry;Hutan Kemasyarakatan (HKm)

inl tidak kurang dari 12.066, 12 ha (54,23%). llngkat penutupan lahan

blok Social Forestry;Hutan Kemasvarakatan (HKm) adalah: l,387,00 ha

berupa hutan sekunder, 814,36 berupa lahan terbuka/perladangan dan

9.864,76 ha sudah berupa kebun campuran.

Pada blok ini dengan memperhatikan kondtstnya seat fni perlu

dilakukan pembinaan dengan merehabllitasl lahan yaitu dengan

melakukan pengkayaan jents, sel1fngga durni ncssi tanaman tidak hanya

dari tanaman perkebunan sepertl coklat, namun juga adanya tanaman

kayu-kayuan atau MPTS yang dapat produksi buah·buahan atau hasil

getah atau hasil hutan non kayu lainnya.

Upaya pembinaan dan rehabllitasi yang telah dilaksanakan salah

satunva adalah dengan merehabilitasl hutan melalui program Gerhan.

Adanya program Gerhan yang dilakukan terutaria pembuatan tanarnan

reboisasi/penqkayaan reboisasi akan mempercepat upaya pemulihan

kerusakan hutan/penutupan vegetasi dengan tanaman kayu-kavuan

dan MPTS di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.


107

Tabel 4.8. Pembagian Blok Pengelolaan di Tahura Wan Abdul Rllchman


I --
No. Nama Blok Pengelolaan Luas (Ha) Persen (%)

1. 1:Jlokl'emanfaatan/W1sata Alam 700.00 3.15


2. Blok Koleksi Tanaman 8<!5.54 3.BO___
3.
- Blok Per1indunaan 8.097.22 36.39
4. Blok Lainnva :
·-
a. Blok Pendidikan dan Penelltian 5<10.43 I 2.43
b. Blok Social Forestiy/ Hulan
Kemasyarakatan (HKm) 12.065.L2 54.23
-·5umberl Jumlah
: Olnas Kehutanan Provins! Lampung, 2006
22.249 31 100.00

Pt IA ~1-folAn.AN
t<RCAI TANA'lf"~ GCRI 1p,N
l.)l l /,11111l.A 'NAM AftOtJI IF'-<'HMAH

fjK/\J,.1\ ' 1: 150000


1~00 o 1 ~oo M•t•r•
,..._ '
N

A
KETER/\l<IGAN •
~,, 1 ''. • Sungai
CJ Ar•al h'lllOlllall
L_J Taht11a
I~ q Mon1or t!lok

t\lV,.,.

Somber : Dinas Kehutanan, 2008

Gambar 4.9. Peta Sebaran tokast Pembuatan Tanaman Gerhan 2007/2008


\
BABV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan publik merupakan suatu lindakan yang oibuat dan dipilih

serta diimplementasikan oleh pemerintah arau badan pemerintah yang memiliki

kewenangan hukum dan politik untuk melakukannya. Kcbijakan publik dibuat

oleh pemerinlah dalam kerangka unluk rnemecahkan masalah dan unluk

mencapai tujuan dan saseran tertentu yang telah ditetapkan. Selain itu kebljakan

publik mempunyai maksud dan tujuan untuk memecahkan masalah publik yang

ada dalam masyarakat.

Kebijnkan Gcrakan Nasional Rchabllitasi Hutan dan L.ahan yang

lelah dikeluarkan oleh pemerintah merupakan satu upaya yang dilakukan

pemerfntah dalam rangka perbaikan lingkunqan dengan mempercepat

pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan. Gerakan ini dimaksudkan untuk

menumbuhkan semangat bangsa dalam pemulihan keberadaan dan fungsl hutan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

A. Implement:asi Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan

Lahan (Gerhan)

Implementasi proqram Gertian dapat diartikan sebagai proses

pelaksanaan program Gerhan. Rehabil tas hutan dan lahan dirnaksudkan

untuk memulihkan, memperta'lankan dan mernngkatkan 'ungs1 hutan dan

lahan sehingga daya dukung, prodt..ktivitas dan peranannya dalam

mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Upaya mempercepat


109

pelaxsanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan adalah melalui gerakan

rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhan). Setelah program Gerhan di rumuskan

oleh Departemen Kehutanan maka dilakukan serangkaian tindakan berupa

pelaksanaan dari program tersebut oleh Departemen kehutanan dan instansl

satuan kerja yang mengurusi masalah kehutanan di daerah seperti Dinas

Kehutanan Provinsi/Kabupaten/Kota, Balal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

(BP DAS), Balai Konservasl Sumberdaya Alam (BKSDA), Balai Taman Nasional

(BTN). Pelaksanaan suatu program menupakan salah satu faktor penting dart

rangkalan suatu program/kebiJakan.

Sebagaimana telah di kemukakan dalam landasan teort, bahwa

Ripley dan Franklin (1986:232) dalam bukunya Policy Imp!emenf;3tfon and

Bercaucracy mcnyatakan bahw.:i untuk menil;:i keberhasilan suatu program

dapat dinilai dari tiga aspek yaitu kepatl.lhan, lancarnya rutinitas rungsr serta

klnerja dan darnpak yang diharapkan. Dalam penelltlan inl untuk menilai

keberhasilan implementasl P'OQram Gerhari di Tahura Wan Abdul Rahman

yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan mendasarkan pada ketiga aspek

tersebut.

1. Kepatuhan

1.1. Prosedur yang ditetapkan

Imp ementas suatu kebijakan atau program dapat dikatakan efektif

bila prosedur yang telah ditetapkan dipatuhi sebagaimana mestlnvs.

Namun jika terjadi pelanggararan atau tidak mematuhi yang telah

ditetapkan maka impfementasi kebijakan atau program tersebut dapat

dikatacan tidak efektif.


110

Dimensi kepatuhan yang dianalisis pada penelitian inl yaitu

kepatuhan pada proseour dalam program Gerhan. Adapun prosedur

dalarn pelaksanaan program Gerhan untuk pengakayaan reboisasl sesual

dengan buku petunjuk pelaksanaan Gerhan, adalah sebagai benkut :

1. Prosedur Perencanaan (menyusun rancangan teknis)

2. Prosedur Pclaksanaan (pcmbuatan Tanaman Reboisasi)

Prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan Gerhan

dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada pelaksana agar

mencapai keberhasilan yang optimal dalam penyelenggaraan Gerhan

sesuai dengan tujuan, sasaran dan kaidah teknis kegiatan yang

ditetapkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bp Priyanto

Putro (Kabid RRH sekaligus sebagai PPK Gerhan}, sebaqal berikut :

" ..... karni dalam melaksanakan Gerhan ini mengikuti pedornan teknis
dan pedoman pelaksanaan yang telah di keluarkan oleh Departemen
Kehutanan. Pedoman tersebut merupakan petunjuk yang sudah
jelas dalam melaksanakan program Gerhan. Dengan mengacu pada
pedoman itu, diharapkan pelaksanaan Gerhan dapat mencapai hasil
yang rnaksimal di Tahura .... ". (Wawancara, Senin 18 Mei 2009).

Hal senada dikemukakan oleh Purwanto dari Konsultan :

kami rnelaksanakan program gerhan ini sesuai aturan yang ada


n...
dalarn pedoman balk juknis atau juklaknya ... "(wawancera, Selasa 26
Mei 2009}

1). Prosedur Perencanaan/Penyusunan Rancangan Teknis

Perencanaan merupakan bagian penting dari suatu

pcnyclcnggaraan program, perencanaan juga merupakan bagian dari

suatu rnenajcmcn. Dalam suatu perencanaan memuat tentang kegiatan

yang dllakukan, pcrlunya kegiatan, pihak yang melaksanan kegiatan,

waktu, lokos! dan bagaimana kegiatan itu axan dilaksanakan. Menurut


111

Stoner (1996: 112) perencanaan meliputi empat langkah dasar yaitu :

menetapkan sasaran atau seperangkat b.Jjuan; rnendefinisikan situasi saat

lnl, yaltu menganalisa situasi saat ini untuk membuat rencana

selanjut'lya; identifikasi 'aktor-faktor pendukung dan penghambat

pencapaian tujuan, baik internal maupun ekstemal; mengembangkan

rencana untuk atau perangkat tindakan untuk nencapai b.Jjuan. Pada

tahap perencanaan Gerhan terdapat beberapa tahap yang dilakukan

untuk menvsun rancangan pembuatan tanaman reboisasi pengakayaan

di Tahura WAR.

Pertama ada!ah peoetspen lokasi, sasaran lokasi kegiatan reboisasi

adalah kawasan hutan terdegradasi/terbuka diutamakan dihulu DAS yang

tidak dapat berfunqsl secara optimal dalam berproduksi dan perfindungan

tata air DAS. Sebagaimana di<emukakan oleh Bp Dedy, sebagai berikut :

• ... sasaran lokasi yang dipilih untuk Gerhan di Tahura adalah


kawasan hutan yang telah rusak, seperti kita tahu sebagian besar
kawasan tahura sudah rusak dan dirambah oleh masyarakat sekitar.
Setelah ditetapkan dilakukan prakondisi terhadap masvarakat
setempat. (wawancara, Rabu 13 Mei 2009)

Kawasan hutan Tahura Wan Abdul Rahman merupakan kawasan

hutan yang telah dirambah oleh masyarakat untuk dijadikan lahan

qarapan berupa kebun dan peladangan. Adanya kondisi yang demikian

kawasan hutan ni tidak ber Jpa kawasan hutan vang terncka. terdapat

tegakan tanaman yang sebag'.an beser bukan merupakan tanaman

kehutanan. Oleh karenanya kegiatan Gerhan yang dipilih adalah

pengkayaan reboisasi karena telah ada tanaman tatnnva. Untuk


112

menentukan lokasi tanaman, seperti di kemukakan Ronald {Kasi rantek

Tahura):

" ...... kalo dalam kegiatan penyusunan rancangan, ya seperti biasa


pcrtama melalui orientasi lapangan, kemudian melakukan sosialisasi
kepada masyarakat sekitar lokasi yang akan dilakukan kegiatan
Gerhan. Dalam menentukan lokasi ini adalah lokasi yang
scbclumnya telah diusulkan dalam RTT Gerhan. Penentuan lokasi
pada RTI yakni dari peta tahan kritls, kalo yang Gerhan sebelumnya
itu dari peta Kelas Penutuoan Lahan (KPL) yang tercantum dalam
Master Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan " (wawancara, kamis
28 Mei 2009).

Hal senada dikemukakan Bp Yedi dari konsultan :

• ...sesuai dengan pcdoman yang ada maka kaml menetapkan lokasi


pembuatan tanaman adala'l pada lokasi yang hut:annya telah rusek
den kritis dan perlu direhabilitasi..."{ wawancara, Rabu 20 Mei 2009)

Berdasarkan hal tersebut dalam penetapan lokasi Gerhan telah

sesuai yaitu mengacu pada master plan rehabilltasi hut.an dan lahan,

berada pada kawasan yang kritls dan lokasl masuk dalam usulan lokasl

RTT. Sos'allsasi kepada masyarakat sekitar hutan atau masyarakat yang

menggarap di kawasan hutan dlmasudkan untuk memberikan

pemahaman tentang Gerhan kepada masyarakat sehlngga masyarakat

dapat mendukung dalam pelaksanaannya kelak di Tahura. Ini karena

lahan yang akan dijadikan areal kegiatdn dddlah juga merupakan lahan

garapan masyarakat. Meski secara aturan yang baku tid<lk dibenarkan

adanya penggarapan laha'l dalam kawasan hutan. Usaha menurunkan

perarnbah/penqqarap telah dilakukan, namun belum sepenuhnya

berhasil. Hal ini karena rumitnva masalah dan umumnya masyarakat

disini telah lama sebagai pP.ngarap di kawasan hutan Tahura ini. Oleh
113

karenanya sosiaUsasi dan pembinaan penting untuk dilakukan mengenai

program kehutanan dan usaha pelestarian hutan.

Kedua adalah mengumpulkan data dan informasi, informasi yang

dikumpulkan berupa data primer dan sekunder yaitu data informasi

biofisik dan sos!al ekonomi sekitar tokasi program Gerhan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Dedy Juanda (Sekretaris PPK

Gerhan) sebagi berikut:

v••••• untuk mengumpulkan data, kit.a bedakan data primer dan data
sekunder, kalo data primer dan mengumpulkan di lapangan
langsung sedangkan data sekunder dari instansi terkait atau dari
peta-peta yang ada pada kita. Data mengenai fisik lapangan maka
klta survei ke lapangan, sedangkan data mengenai masyarakat
dapat diambil saat pembinaan dan sosialisasi dilapangan kita
kumpulkan data itu dari masyarakat .... " (wawancara, Rabu 13 Mei
2009)

Hal ini sesuai ciengan yang dikatakan oleh bp Yedi dari konsultan :

•... data biofisik dlantaranya mengenai topografinya, curuh


hujan,jenis tanah dan vegetasi penutupan lahan dan pola tanaman
yang telah ada di lokasi calon kegiatan. Kemudian data mengenal
kondisi masyarakat setempat sekitar hutan yang menjadi lokasi
Gerhan misalnya tentang kependudukan, upah kerja, sarane
prasana, kelembagaan masyarakat yang ada disana ... "( wawancara,
Rabu 20 Mei 2009)

lnformasi ini ditujukan untuk nemperoleh kesesuaian tanaman,

pola kerja, tata waktu dan norma kehidupan masyarakat sekitar lokasi

Tahura Wan Abdul Rac'unan, seh·ngga akan dapat diperoleh rancangan,

pelaksanaan dan sistem pelaksanaan yang sesuai.

Ketiga cxlalah penataan areal, pekerjaan ini untuk menentukan

bates areal, luas, betas blok, petax dan anak petak serta mengidentifikasi

permasalahan yang bcrkaten dengan penguasan lahan. Kegiatan

penataan areal terdiri dari kegiatan :


114

1. Pengukuran, penataan dan pcrnencanqen patok betas luar, blok,

petak dituangkan dalam sket peta batas rancangan dengan pol igon

tertutup.

2. Penataan pola tanaman, tata letak dan jarak tanam dalam kaitannya

dengan teknis konservasi dan tegakan yang ada dllapangan. Pola

tanam dapat dilakukan menurut blok/petak hamparan dan atau

pernbuatan taraman sela dengan teknik cemplongan/jalur sesuai

kontur dengan memperhatlkan tegakan stsa dan jenis reboisasinya

standar penuh atau pengakayaan).

3. Pcngukuran lokasi teneman dalam blok yang kemudian terbagi dalam

petak dengan luas ± 25 ha. Batas petak dapat mengyunakan batas

alam sepertl alur anak sungal, jalan setapak dan batas buatan yaitu

patok batas, jalan rintisan atau pohon yang dicat pada bagian

batangnya.

Sebagaimana dikemukakan oleh Pak Priyanto (PPK Gerhan) :

" ..... setelah lokasi ditetapkan maka dilakukan pengukuran lokasi


Gerhan. Pengukuran lokasi dilakukan olah tim juru ukur yang
melakukan pengukuran dan oernetaen untuk lokasi Gerhan.
Pengukuran satu areal blok seluas kurang lebih 300 ha). Kemudian
Blok ladi dibagi menjadi petak·petak. Setiap petak luasnya kurang
lebil1 25 ha. Mengenai batas petak biasanya merupakan batas lahan
garapan petani ha atau batas alam misal alur sungai dengan luasan
total kurang lebih 25. Sctclah pengukuran dlbuat gambar
petanya ..... " (wawancara. Senin 18 mei 2009)

Selanjutnya hal seneda dikemukakan oleh Ronald Panjaitan (Kasi

Rencana Teknik Tahura) :

" ..... satu petak lokasi Gerhan dengan luas kurang lebih 25 ha
dibentuk dalam satu kelompok tani, sehingga l<etika dilakukan
penqukuran, kita kumpulkan juga mengenai siapa saja yang
115

menjadi pengarap pada lokasi Gerhan tersebut. berapa luasan yang


menjadi lahan garapannya di Tahura. Penanaman dengan larikan
lorong acngan sisten penanaman dengan cemplongan mengingat di
Tahura kan bukan tanah kosong tanpa tanaman namun sudah
terdapat berbagai tanaman warga yang menggarap di Tahura, kalau
untuk yang enggak ada tanaman atau berupa semak betukar kita
gunakan larikan jalur .... • (wawancara, Kamis 28 Mei 2009)

Selanjutnya dikemukakan ole• Pak Oedy Sekpro Gerhan :

• hasil pengukuran kemudian olgambar dalam sualu pe:a


dengan skala 1:5.000 - 1:10.000 sesuai pcdoman, dilengkapi batas
blok dan batas petak, serta letak gubuk kerja. Peta dlbuat secara
peta digital dengan komputer dengan SIG (sistem lnformasi
Gcografi) ... " (wawancara, rabu 13 Mei 2009)

Berdasarkan tlga pemyataan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa

dalam penataan areal telah sesuai dengan pedoman. Pengukuran lokasi

Gerhan terbagi dalam biol< dai kemudian blok tcrbagl dalam petak.

Setlap petak dengan luasan 25 ha, umumnya setiap petak ini satu

kelompok tani untuk memudahkan dalam pelaksanaan. Batas dcilam

petak adalah batas menurut lahan garapan setiap petani penggarap di

Tahura atau batas alami yang ada. Pola penanaman yang akan diambil

adalah dcngar teknik cemplongan mengingat adanya tegakan tanaman

lain lokasi. llasil pcngukuran lol<asi telah digamba· dalam peta dengan

sistem digital menurut ka'deh perpetaan.

Keernpat adalan pr:111ilil1i111 jenis tsaemen, [e-iis tanaman dipilih

dengan komoos'st kavu-kayuen clan MPTS (penghas I /getah/buah/kulit)

sesuai standar. Komposisi vegetasi pada huten konservesi adalah jenis

kayu·kayuan minimum 90 % yanq merupakan jenis endernik/osli/stempat


116

dan maksimum 10 % MPTS (jenis asli yang dapat dimanfaatkan oten

masyarakat setempat). Sebagaimana dikemukakan Dedy sebagai berikut :

" ...jenis tanaman yang yang diusulkan sesuai dengan pedoman


Gerhan, yaitu 90 persen kayu dan 10 persen MPTS. Kalo kehutanan
inl masih berorientasl kayu, sedangkan kalo masyarakat berorientasi
komoditi yang dapat menghasiikan. Untuk menyamakan pandangan
ini maka perlu pem binaan terus-menerus kepada masyarakat sekitar
hutan karena Tahura merupakan hutan konservasi ... " (wawancara,
Rabu 13 Mel 2009)

Hasil temuan di lapangan dlpcroleh bahwa terdapat lebih banyak

jenis MPTS dan sebagai kayu adalal1 karet sedling. Hal inl karena adanya

permintaan darl usulan petanl penggarap tentang jenis tanaman yang

mereka minati. Dalam pemikiran petanl penggarap, dengan menanam

jenis MPTS skan dapat memperoleh manfaat nila' ekonomi dari tanaman

MPTS tersebut, begitu juga dengan karet sedangkan bila menanam kayu-

kayuan tldak rnendaoatkan hasil dari tanaman tersebut. Scbagalmana

dikatakan olen Ronald Panjaitan (Kasi Rencana Teknik Tahura):

" ..... para petani lebih tertarik menanam jenis MPTS, karena kalo
MPTS kan dapa; diambil hasilnya nanti. Jadi kita agak kesulltan
untuk memenuhi komposisi sebagaimana dalam pedoman maka
sekarang karet jumlahnya banyak. Apalagi seperti kemaren ini harga
karet yang cukup tinggi, minat menanarn karet tinggl. Akan tetapi
masak lya mau ditanam kare: semua, rnasak Tahura jadi hutan
karet. Demi berhasllnya tanaman Gerhan kita akomodasi usulan ini.
Tanaman karet yang kita pilih adalah karet seedling bukan karel
okulasi, .• "(wawancara, Kamls 28 Mei 2009)

Hal senada dikemukokan Aminudin masyarakat penqarap desa

Hurun, sebagai berlkut :

" ..... ya kalo kami penggarap ini mas, inginnya jenis tanaman yang
bisa dlambll hasilnya nanti dikemudian hari, jadi bisa buat nambah
pendapatan, kayak ya karet, duren, tangkll, pete, kemiri dan jenis
taneman buah buah lain gitu. Kalo tanarn kayu kan nggak bisa
<iiambil hasilnya, ditebang juga kan nggak boleh di Tahura ini. ... "
(wawancara, Selosa 2 Juni 2009)
117

Berdasarkan keterangan tersebut bahwa jenis yang ditanam

sebatknva adalah tanaman yang me-nberikan manfaat ekonomi untvk

penggarap di lahan reboisasi pengkayaan maka ditambahkan jenis karet

( Hevea brasi/iensis) untuk menambah l<P.anekaragaman jenis kayu-kayuan

yang ditanam disamping karet termasuk jenis pelestari air tanah dan

serasahnya mudah terdekomposisi, tidak memiliki alelopati schingga

memberi peluang pengelolaan lahan secara agrof'orestry selain dari segl

ekonoml bisa menqhaslkan getah karet.

Adapun pola penyiapan lahan tanam menggunakan larikan lorong

mengikuti kontur oiantara tanaman kopi dan coklat dengan jarak tanam 5

X 5 meter dengan cara sistem cemplongan. Larikan lorong digunakan

karena sebagian besar lahan telah dlnaungl tanaman kopl dan coklat

masyarakat. Untuk lahan semak belukar menggunakan srstrm larikan

jalur.

Jenis tanaman yang dipilih untuk ditanam di larikan tersebut

adalah tanaman karet dan MPTS scdang jenis medang, cempaka, ditanam

di batas blok areal pengayaan, semak belukar atau di areal yang belum

ada kebun kopi atau coldat. kemiri akan dltenarn di .ahen lereng yang

cu ram.

Oengan suda'l adarya tanaman kopi atau coklat mdkd jarak

tanam 5 m x 5 m harus tleks1bel, tidal< rnutlak berukuran sama untuk

menghindari terlalu de'<at jarak antara tanaman kopi dan coklat dengan

tanaman pengkayaan selain untuk mengikuti kondisi lahan, misalnya

pada areal yang terdapat tunggak kayJ maka lubang tanam dapat di
118

pindah pada titik di sebelahnya sehingga mempunyai laplsan tanah yang

memungkinkan untuk ditanami bibit

Berdasarkan kenyataan ini pemilihan ~enis tanaman yang

diakomodasikan adalah jenis tanaman yang akan ditanam diutamakan

jenis-jenis asli, jenis tanaman yang memiliki perakaran kuat dan dalam,

jenis kayu keras dan dan tajuk yang rimbun. Kebijaksanaan yang diambil

demi berhasilnya tanaman Gerhan maka jenis tanarnan sesuai dengan

minat penggarap sejauh tidak melanggar pedoman. Dengan menanam

jenis tanaman yang diminati masyarakat diharapkan tanaman terscbut

akan dipelihara oleh petani penggarap dan pada akhirnya rehabilitasi

hutan guna perbaikan lingkungan secara umum dapat berhasil. Secara

khusus kawasan hutan konservasi sebagai taman nutan raya yang juga

berfungsi sebagai koleksi tanaman dengan adanya berbagai jenis

tanaman baik jenis tanaman asli atau bukan maka akan dapat

dimanfaatkan seperti untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan

menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

Kelima adalah analisis data, berdasarkan hasil survei yang telah

dilakukan, selanjutnya melakukan tabulasi data, sortasi dan validasi

informasi sebagai bahan .mtuk menyusun rancangan. Data-data tersebut

dianalisa dar dltuanqsan dalam rtsatan umur dan rancangan kegi<flcm.

Dalam risalah umum memuat informasi lokasl, letak dan luas blok dan

petak biotisik dan SOS1al el<onomi. Rancangan kegiatan memuat

pembibitcn, penanaman, pemeliharaan tahun I dan 11, serta organisasi

pelaksaaa. Seperti hasil wawancara dengan Yedi dari konsutan ;


119

" ... dari data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi,


dipilah mana yang terpakai, mana yang tidak, kemudian dianalisa
untuk menyusun rancangan, untuk memberi informasi yang
diperlukan sesual outline pedoman yang ada ... " (wawancara, Rabu
20 Mei 2009)

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ronald HPP :

"..... datamrlsalah urnum terdiri dua hal pokok valtu bioflsik dan
sosek masyarakat sekitar. Kalo biofisik tentang letak/lokasl keglatan
baik secara administrasi dan posisi lfntang bujurnya, topografi,
tanah mengenai (jenis tanah, kedataman taneh, tekstur tanah,
tingkat kesuburan dan kepekaan terhadap erosl), penutupan lahan
dan penggunaan lahannya. Kalo kondlsl ekonomi tentang mata
pencaharian, tingkat pendapat dan sarana prasarana perkonomian
yang ada disana. Kalo soslal ekonoml mengenal penduduk,
pendldlkan dan kesenstan. Kemudlan adat lstladat dan keagamanan
sorta kclcmbagaan sosial masyarakat di sekltar lokasl. ... 11
(wawancara, Kamis 28 Mei 2009)

Berdasarl<an lnformasl yang dlperoleh darl wawancara dan

penggalian dokumen rancangan keglatan yang telah disusun, tahapan

analisa data telah dilakukan. Risalah umum telah dibuat dengan

mcmberikan informasi mengenal lokasl, letak dan luas blok dan petak,

kondisi biofisik dan sosial ekonomi mesvarekat seklter Tahura Wan Abdul

Rahman. Pola tanam dirancang sesuai dengan kaidah teknis rehabilitasi

hutan dan lahan (RHL).

Keenam adalah menyusun riJnc.1119an teknis keglatan, rancangan

tekn's ceqiaten rcboisasi mencakup empat jenis renconqon yaitu

rencanqan pembibitan, penenaman, pemeliharaan dan oraganisasi

pelaksana.

Rancangan kegiatan i11i disusun sesuai dengan rencana

pekerjaan/kegiatar. yang dihasllkan atas hasil survey dan penqolahan


120

data, maka dilakukan analisa kebutuhan dan peralatan setiao komponen

pekerjaan.

Berdasarkan analisa renrana pekerjaan dihitung kebutuhan tenaga

kecja, kemudian berdasarkan survey sosial ekonomi dilakukan analisa

untuk menentukan ketersediaan tenaga kerja dari desa sekitar dan

pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan.

Berdasarkan hasil wawancara Bp Yedi (Konsultan Rancangan

Teknis), sebagai berikut :

"...setelah survei, terus mengolah data, selanjutnya adalah


merancang anggaran biaya untuk masing-masing konponen
kegiatan yaitu untuk biaya penyediaan bibit, biaya penanaman,
biaya pemeliharaan. Dalam tiap pekerjaan itu dianalisa kebutuhan
dan peralatan yang diperlukan, butuh biaya berepa untuk bahan,
peralatannya, tenaga kerja dalam setiap kegiatan yang dirancang ... "
(wawancara, Rabu 20 Mei Z009)

Dalam rancangan pembibitan merruat lokasi pembibitan, metode

pembutaan bibit, jenis dan jumlah bibit yang dibuat dan dibutuhkan,

kebutuhan biaya, tenaga, bahan <Ian alat serta tata waktu pelaksanaan

pembibitan.

Untuk pemenuhan bibit tanaman uu dapat dilakukan dengan dua

ca-a yaitu pertsms, dengan membuat pembibitan atau lokasi persemain

di dekat lokasi yang akan dilaksanakannya kegiatan Gerhan dan kedua,

bibit diperoleh dengar mendatangk:an bib:t dari luar lokasi dengan ternpat

pengumpulan sementara yang tidak tertalu jauh dari lokasi kegiatan.

Rancangan penanaman memuat komponen peke.rjaan penanaman,

pola tanam dan rindan kebutuhan bahan dan biaya dan tata wak:tu
121

pelaksanaan penanarnan dan pemeliharaa nnya. Sebagaimana di

kemukakan oleh Yedl (konsultan rancangan teknis) :

" ... komponen dalam pekerjaan penanaman meliputi pembersihan


laban, pembuatan jalur tanaman, pembuatan dan pemasangan ajir,
pembuatan lubang tanaman, penaman dan pemupukan. Kemudian
untuk pemeliharaan tahun berjalan meliputi kegiatan penyiangan,
pendanglran dan pcnyulaman. Dalam penyulaman di sertakan juga
jumlah bibit untuk penyulaman tahun berjalan yang besarnya 10%
darl jumlah bibit untuk penanaman. Sedangkan untuk pola tanaman
karena lni lokasinya di Tahura telah banvak tanaman masyarakat
rnaka dengan oota tanaman sela (lnterplanting), sedangkan untuk
lokasl yang semak belukar atau relatif tidal< ada tmaman kita
rancang sesuai jalur. Pada rancangan penanaman lnl dlrlncl
kebutuhan bahan dan biaya yang dlbutuhkan tiap komponen
pekerjaan pada senap petak. Tidak lupa menyertakan tata waktu
keglatan penanarmm dan pemellharaan ... " (wawancara, Rabu 20
Mei 2009)

Pada rancangan pemeliharaan memuat hal·hal yang berkaitan

dengan aktivitas pemeliharaan tanaman pada tahun I dan IL Rancangan

pemeliharaan memuat antara lain komponen pekerjaan pemeliharaan

yang meliputl penyulaman, penylangan, pendongiran, pemupukan,

pernberentasan hama dan penyakit. Jumlah bibit untuk pemeliharaan I


adalah makslmal sebanyak 20 %, sedangkan pada pemeliharaan II tanpa

sulaman. Pada rancangan pemellharaan menyebut rlndan kebuluhan

bahan dan biaya tiap komponen pekerjaan pada setlap petak pada saat

pemeliharaan I dan II dan t.ata waktu kegiatan yang dimaksud pada

pemeliharaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Ronald HPP :

" .... rancangan telah memuat hal·hal yang akan diperlukan dalam
pelaksanaan dari pe11yddaan bibit, penanaman, dan pemeliharaan.
Sudah diuraikan hal apa saja yang perlu ditakukan pada tahapan
tersebut. Rencana <lnyyraran biaya, jumlah dan jenis tanaman, pola
tanam dan sebagainya suda'i lengkap ... " ( wawancara, Kamis 28
Mei 2009)
122

Disamping itu dalam kelengkapan rancangan reboisasi adalah

adanya rancangan gubuk ketja, papan nama, dan patok batas. Gubuk

kerja yang dibuat dengan luas 48 m2 (8 x 6 m). Untuk harnparan seluas

50 ha adalah dibangun 1 gubuk kerja. Bangunan gubuk kerja ini

dirancang untuk dapat dipergunakan selama kegiatan berlangsung yaitu

sclama 3 tahun. Papan narna adalah untuk memberikan informasi

Gerhan. Pada pap an nama dicantumkan lokasi, luas, jenis tanaman, jarak

tanam, waktu pelaksanaan dan pelaksana kegiatan. Seperti yang

dikemukan oleh Bp Yedi (Konsultan Rancangan teknis)

" .... dalam rancangan yang kami buat, kami sertakan juga rancangan
gubuk kerja dan papen name. Mengenai ukuran dan desainnya dan
bahannya. Untuk gubuk kerja, karena 1 gubuk untuk 50 ha maka
sepertl di blok 1 Tahura dengan luas 200 ha terdapat 4 gubuk karja.
Dan untuk papan nama ada 8 papan nama di blok 1 karena setiap
25 ha terdapat satu papan nama. Pembuatan gubuk kerja ini
dimasudkan untuk tempat sebagai tempat beristirahat, kumpul-
kumpul dan sebagai tempat penylmpanan sementara alat-alat bantu
dalam pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan papan nama berguna
untux memberi infonnasi kepada masyarakat tentang provek, luas
dan jenis tanaman sehingga dipasang di tempat yang startegis,
mudah di lihat dan di baca .... "(wawancara, Rabu 20 Mei 2009)

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya rancangan

untuk pembuatan qubuk kerja dan papan narna rnerupakan kelengkapan

den suatu kegiatan Gerhan. Gubuk kerja dapat dipakai sebagai tempat

beristirahat setelah melakukan pekenaan penanaman atau pemeliharaan,

tempat berkumpul oalam rangka penqarahan atau pembinaan demi

lancamya pekerjaan yang akan dilakukan dan sebagai tempat untuk

menyimpan peralatan kerja atau pupuk selama kegiatan berlangsung.

Sedangkan papan nama akan memberi informasi kepada rnasvarakat


123

bahwa di loxas! tersebut terdapat kegiatan Gerhan, luasan, jenis tanaman

dan waktu dilaksanakannya sehingga papan nama ini di letakan atau

dipasang pada tempat yang strategis dan tidak tersebunyi.

Rancangan teknis kegiatan Gerhan yang telah disusun kemudian

perlu rnendapat legalitas. Untuk rancangan teknis pengkayaaan reolsasl

di Tahura WAR dlperiksa dan dinilai oleh pihak yang berwenang.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bp Yedi dari konsultan sebagal berikut :

" •..... untuk rancangan teknis Gerhan di Tahura 2007 yang telah
kami buat telah diperiksa dan dinilal oleh Kepala BP DAS Way
Seputlh Sekampung dan ]uga sudah dlsahkan oteh Kepala Dlnas
Kehutanan ..... 11 (wawancara, Rabu 20 Mel 2009).

Hal senada di kemukakan oleh Bp Dedy Sekretaris Gerhan sebagal


berikut;

" ... rancangan teknis lni sudah diperiksa dan dan dinilal oleh satker
rantek yaitu BP DAS dan sudah disahkan oleh Kepala Dinas sebagai
satker pelaksana Gerhan dengan lokasi Tahura. Dengan legalltas ini
Rancangan yang telah disusun dapat dlpergunakan untuk
pelaksanaan pembuatan tanaman rebolsasi Gerhan di Tahura ... "
(wawancara, Rabu 13 Mei 2009)

Berdasarkan hasil wawancara dan dengan melihat dokumen

rancangan teknis reboisasi pengkayaan Tahura Wan Abdul Rahman telah

mendapatkan penllalan da n pengesahan dari pihak berwenang yakni

kepela BP DAS dan kepala Dinas Kehutanan. Hal ini telah sesual denqan

pedoman pelaksanaan Gerhan bahwa rancangan teknis kawasan Tahura

harus dipertksa can dinilal oleh kepala flP OAS dan penqesahanva oleh

kepala Dinas Kehutanan. Oleh karena telah dinilai dan disahlcan maka

rancangan teknis ini selanjutnya dapat dipergunakan sebagai panduan

dalam pelaksanaan kegiatan reboisasl pada tahapan penanaman,

pemeliharaan dan penqawasan/penqendauan.


124

2. Prosedur pembuatan Tanaman

Pertarna adalah penyed!aanbib!t. Salah satu penentu keberhasilan

pembuatan tanaman Gerhan di dalam kawasan hutan Tahura WAR adalah

penyediaan bibit. Untuk mcndapatkan tanaman jenis kayu-kayuan dan

MPTS yang baik memertukan bibit yang berkualitas, yang berasal dari

benih bermutu sesual dengan standar can mutu benih.

Hasil wawancara dengan pihak Tahura yang dlkemukan oleh Ir

Wlyogo Supriyanto (Kepala Tahura) adalah sebagai berikut:

" ... Mengenal jum!ah dan jenls bibit adalah sesuai dengan jumlah
dan jenls yang ada dalam rancanqan teknis. Untuk kualltas bibit
kalo menurut sava maslh kurang sesuai, banyak yang maslh kecll-
kccil, tlngginya banyak yang belum sampal 30 cm ... "(Wawancara,
Kamis 14 Mel 2009) ... " (wawancara, Kamls 14 Mel 2009)

Keterangan tersebut dlbenarkan oleh Ronald HPP, sebagal berikut :

" ... Bibit secara jumlah dan jenis telah sesuai dengan rantek namun
ukurannya masih banyak yang keen, enggak sampal 30. Kalo bibll
terlalu keel! perlu ekstra untuk dapat hidup diantara tanaman lain
yang sudah ada, lain halnya bila lahannnya kosong enggak menjadl
masatan, Bibit lnl sebagai besar didatangkan dari luar Tahura
sehingga blbit banyak yang stres karena !etaknya yang jauh dan
lama diperja!anan. Aklbatnya blla ditanam kemungkinan untuk matl
semakin bescr .. " (wawancara, Kamis 28 Mei 2009)

Kemudian hal senada dikemukakan oleh Purwanto (konsultan

pembuatan tanaman) sebagai berik.ut :

Bibit yang ditanam ini pcrsemaiannya ada di luar kawasan Tahura.


Kami sudah punya persemaian, ada di daerah Pekalongan Larnpuny
Timur. Karena sebelumnya kami sudah bergerak di usaha
pembibitan tanaman balk tanaman perkebunan maupun kehutenan.
Dari tempat persernaian, bibit selanjutnya kami bawa ke tempat
pengumpulan sementara bibit yang tetasnva enggak jauh dart lokasi
penanaman. Selanjutnya bibit didistribusikan untuk ditanam dilokasi
penanaman .. "(Wawancara, Selasa 26 Mei 2009)
125

Dalam hal penyediaan bibit tanaman dapat diperoleh dengan dua

cara yaitu membuat persemaian di dekat lolc.asi penanaman atau

menoatanoxan bibit dari luar lokasi tetapi dengan membuat tempat

pengumpulan sementara bibit yang tak jauh dari lokasi penanaman.

Lokasi TPS bibit ini sebaiknya pada daerah datar, dekat dengan lokasi

penanaman, dckat dcngan sumbcr air dan tcrscdia peralatan yang

diperlukan.

Berdasarkan keterangan tersebet diatas bahwa bibit yang ditanam

pada lokasi reboisasi pengkayaan adalah bibit yang persemaiannya dibuat

dari luar lokasl penanaman atau didatangkan dari luar daerah. Bi bit yang

didatangkan ini untuk mutu benihnya telah mendapat rekomendasi dari

Balai oerbenihan, karena pihak konsultan penanaman juga merupakan

penangkar bibit tanaman yang te!ah mendapat rekomendasi sebagai

penangkar bioit tanaman hutan. Bibit yang akan ditanam sebaiknya bibit

yang sehat, dengan tinggi minimal 30 cm dan med'e tanaman yang

kompak.

Bibit tanaman yang ditanam cf Tahura secara ukuran fiSik bibit

tanaman dari wawancara dengan pengawas diketahui tercapat bibit yang

tingginya kurang mememru standar yaitu tinggi bibit kurang 30 cm.

Selain itu lamanya perjalanen aklbat dari jautin·ra jarak antara

persematan dengan lokasi oenanarnan akan menyebabkan bibit menjadi

kurang "sehat". Namun untuk membuat persemaian baru yang dekat

dengan lokasi tanaman bukan hat yang mudah dan membutunkan banyak
126

biaya, apalagi pihak konsultan pembuatan tanaman telah mempunyai

lokasi persemaiannya sendiri meski jauh dari lokasl penanaman.

Ukuran bibit yang kurang tinggi ini akan berpengaruh tcrhadap

keberhasilan tanaman. Tahura WAR yang sebagian besar lahannya telah

ada tanaman kebun seperti coklat dan kopi serta buah-buahan rnaka blla

terlalu kecil tanaman resiko untuk mati tanaman semakin bssar. Selain itu

akan kalah dengan tanaman lain yang telah ada dalam pertumbuhannya.

Bila ditinjau darl Oinas Kehutanan ini bukan sesuatu masalah karena

dengan adanya pembuatan tanaman rebotsast pengakayaan oleh pihak

III (rekanan) yang menjadi acuan untuk pembayaran adalah tanaman

hid up yang ada di lokasi penanarnan.

Hi:ll ini akan berbeda dan menjadi masalah bila pcmbuatan tanaman

dengan sistem swakelola (Dlnas Kehutanan bersama dengan masyarakat

sekitar hutan) slstem yang pernah diterapkan sebelumnya. Biia biblt

banyak yang layu/stres akibat pengangkutan maka keberhasilan tumbuh

tanaman akan bcrkurang sehingga dalam penyulaman membutuhkan

bibit yang lebih banyak. Sedangkan jumlah bibit penyulaman pada

swakelole telah ditentukan akibatnya kebcrhasllan tanaman menjadi

rendah. Dengan adanva penanaman yang dilakukan oleh pihak III scqala

scsuatu yang terjadi cerhadap tanarnan sebelurn pennetan tanaman maslh

menjadi tanqunqjawabnva.

Jumlah bibit yang harus disediakan untuk pengakayaan rebuisosi ini

adalah sebanyak 400 batang/ha, ditambah 10% atau 40 bat;mg untuk

pemeliharaan tahun berjalan sehingga setlap petak lahan dengan luas 25


127

ha adalah 11.000 batang. Untuk pembuatan tanaman dan penyulaman

tahun berjalan di Tahura tahun 2007 seluas 2000 ba dibutuhkan bibit

tanaman sebanyak 880.000 batanq. Bibit ini terdiri dari berbagai jenis

sesuai dengan yang ada dalam rancangan teknis seperti karet, cempaka,

medang, rnahoru, dunan, tangkil, peter, sukun, pala dan kermn. Untuk

jenis dan jumlah bibit yang di tanam telah sesuai dengan rancangan

teknis yang dibuat dan jumlah sesuai standar prosedur untuk rcbcisesi

pengkayaan.

Kedua, adalah Perslapan penanaman, hal-hal yang dllakukan

sebalum dilakukannya kegiatan penanaman. Persiapan penanaman

meliputl penyiapan kelembagaaan, lokasi, tenaga kerja, penyiapan saraoa

prasana dan penataan areal tanaman.

Hasil wawancara aengan Ir. Priyanto (Kabid Rehabilitasl den

Reklamasi Hutan 01nas Kehutanan) sebagai berikut :

" ... sebelum penanaman dilakukan, Dinas Kehutanan telah


menyiapkan organisasi pelaksana dan berkoordinasi dengan pihak
rekanan dan pihak lain yang terkait, dalam rangka untuk
menylapkan segala sesuatunya yang berkenaan dengan
penanaman. Ada staf yang ditugaskan dilapangan sebagai
pengawas sekaligus pendamping sejak perslapan penamaan dan
nanti saat penanaman dilakukan .. " (wawancara, Senin 18 Mei 2009)

Persiapan sebelum penanaman yang dilakukan oleh pihak rekanan

seperti dikemukakaan oleh Purwanto adalah sebagai berikut ;

" ... Persiapan yang kami lakukan sebelum penanaman adalah


dengan berkordlnasi dengan Dinas Kehutanan dan masyarakat
sekitar hutan yang men.)ildi penggarap di lokasi pembuatan
tanaman, kemudian menyiapkan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam pembuatan tanaman seperti dokumen pekerjaan,
perlengkapan kerja dan bibit. Men'(iapkan banan untuk gubuk kerta
dan papan nama. Terakhir nenyiapkan lahan yang akan ditanami
128

dengan membuat jalur dan memasang ajir. Untuk persiapan tenaga


kerja kerni melibatkan petani penggar2p yang lahan garapannya
menjadi lokasi kegiatan penanaman Gerhan ... " (wawancara, Selasa
26 Mei 2009).

Keterangan juga diperoleh dari masvaraxat yang turut dalam

Gerhan sebagai berikut :

" ... sebelum diadakan penanaman, kaml yang penggarap telah


diberi tahu kalo setelah blblt tlba sekitar lokasi untuk segera di bawa
ke ternpatnva dan di tenam .. ." ( wawancara, Kamis 4 Juni 2.009)

Berdasarkan hasil temuan diatas bahwa demi berhasilnya kegiatan

penanaman maka persiapan sebelum penanaman perlu dllaksanakan

dengan baik. Persiapan ini dilakukan baik oleh instansi dinas kehutaan

dan oleh rekanan pelaksana pembuatan tanaman. Penyiapan organisasi

dan koordinasi antar pihak yang terlibat dalam penanaman perlu

dilakukan guna kelancaran dalam pelaksanaan penanaman.

Persiapan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan

penanarnan juga perlu ~epert.i serene dan parasarana, bibit, bahan untuk

gubuk kerja can papan nama. Untuk tenaga kerja dapat dengan

melibatkan petani pengarap yang berada dalam lokasi penanaman atau

tenaga kerja yang didatangkan dari luar lokasi penanaman.

Tenaga kerja diambil dari petani yang menggarap atau sekitar lokasi

kegiatan Gerhan. Tenaga kerja yang sekaligus adalah petani penggarap

akan lebih menguntungkan demi keberhasilan tanaman. Hal ini

dikarenakan ada ikatan emosional yakni rasa memiliki petani terhadap

tanaman yang akan ditanam dllahan garapan pctanl penggarap Tahura

schingga keberhasilan tanaman akan lebih tinggi. Berbeda halnya bila

tcnaga kcrja berasal dari luar daerah yang murni sebagai tenaga kcrja,
129

rnaka petani penggarap yang lahannya rnenjadi lokasi Gerhan, akan

merasa tidak memllikl atau bahkan akan merusaknya tanaman itu. Petani

penggarap yang terhimpun dalam satu petak lokasi penanaman Gerhan

terhimpun dalam satu kelompok tani. Adanya kelompok tani yang ada

dalam sctiap petak lokasi tanaman akan memudahkan dalam pelaksanaan

pembinaan dan pengawasan kegiatan Gerhan.

Berdasarkan atas rancanqan teknis yang telah dibuat sebelumnya,

dilakukan penyiapan areal dan penataan batas-batas areal lokasi

tanaman. Langkah penyiapan areal lnl untuk menghidari kontlik yang

mungkin terjadi sehingga penanaman dapat berjalan dengan lancar

sesuai dengan tata waktu yang direncanakan. Pengukuran ulang dan

penetapan bates petak dan batas blok. Pembuatan jalur tanaman dan

pemasangan ajir tanaman dilakukan oleh kelornpok tani dengan pihak

rekanan pembuatan tanaman sebagai pelal<sana dan penqaran. Bertlndak

sebagai pengawas adalah dari instansi Dinas Kehutanan/UPTD Tahura

WAR.

Ketiga adalah Penanaman, dalam penanaman yang periu

diperhatikan adalah pola tanam yang digunakan, sistem yang digunakan

dalam penanaman, pcnviapan lahan tempat penanaman dan tata letak

dan komposisi tanernan sesuai dengan rancangan dan melakukan tcknik

penanarnan yang bener. Penanaman adalah kegiatan utarna dari

seranqkaian kegiatan pembuatan tanaman rebotsesi sejak dirnulai dengan

adanya orientasi, sosialisasi, pengukuran, pembuatan rancangan dan


130

akhirnya penanaman dilokasi yang telah dipersiapkan. Sebagaimana

dikemukan oleh Bp Wiyogo (Kepala Tahura) sebagai berikut :

" ... Keglatan penanaman merupakan salah satu kegiatan utama


Gerhan dalam reboisasi pengakayaan di Tahura Wan Abdul
Rahman. Karena berhasll tidaknya kegiatan ya dari keberhasilan
tanaman lnl, Makanya pada penanaman ini harus sesuai dengan
rencana dan syarat teknisnya ... n (wawancara, Kamis 14 Mel 2009)

Berkaitan dengan penanaman dikemukakan oleh Purwanto

(Konsultan pembuatan tanaman) adalah sebagai berikut:

" .. Setelah semua persiapan penanaman dilakukan, bibit slap di


tempat pengumpulan sementara dan pekerja siap maka segera
dilakukan penanarnan. Untuk pola tanam dan jenis tanaman kami
mengikuti rancangan yang telah dibuat. Tenaga kerja yang
menanam adalah petani penggarap yang lahannya menjadi lokasl
program Gerhan ini. Satu petak di kcrjakan satu kelompok tani, jadi
pengupahannya pun kami membayar per petak tanaman melalul
kelompok tani dan mereka yang membaginya kepada anggota ... "
( wawancara, Selasa 26 Mei 2009)

Hal senada di ungkapkan oleh Aminudin masyarakat desa Hurun

dengan lahan garapan dl Tahura :

"... ya kami·kami inilah yang tanam bibit-bibit itu, karena kan lokasi
tanaman Gerhan ada di lahan garapan kaml. Kami yang disini
tergabung dalam satu kelompok tani, istilahnya itu dalam satu petak
dijadikan satu kelompok. Kalo gimana menanamnya, karni ngikulin
aja dart pcrintah yang diberikan pihak konsultan ... " (wawancara,
Kamis 4 juni 2009)

Berdasarkan temuan dilapangan tcrsebut diatas bahwa pcnanaman

telah dilakukan dengan baik. Penanaman tersebut mengikuti apo yong

ado dalem rancangan teknls mengenai teknik penanaman, jumlah den

jenis bibit serta luas arealnva. Penanaman melibat:kan petani penggarap

kawasan yang tergabung dalarn kelompok tani. Teknik penanaman yang


131

digunakan aoalah dengan pola lankan jalur dengan sistem cemplongan

(penanarnan dengan membuat lobang tanam dan piringan tanaman)

untuk lahan yang banyak teroapat tanaman kopi dan coklat, sedangkan

untuk lahan yang semak belukar dengan larikan lorong. Tanaman jerus

MPTS ditanam pada lankan diantara tanaman yang ada, sedangkan

tanaman kayu-kayuan banyak ditanam di pinggiran yang merupakan

batas areal "milik" penggMapan.

Hal penting yang pertu mendapat perhatian adalah pelaksanaan

pembuatan tanaman dilaksanakan menurut perencanaan yang telah

dibuat dalam rancangan teknis. Pelaksena telah melaksanakan segala

sesualu yang telah direncanakan dalam rancangan teknis,

Keempat Pemeliharaan tanaman, pemeliharaan telah dilakukan

sesuai dengan ketentuan, bahwa petak tanaman yang tumbuh lebih 70%

yang dibayar dan selanjutnya cf:lakukan pemeliha·aan tanaman.

Pemeliharaan dilakukan pada tahun berjalan dan sampai dua tahun

berikutnya. Hasil wawancara pelaksana Purwanto dari Konsultan

diperoleh bahwa :

"... pcmcti'iaraan tclah dilaksanakan sccara berkala denqan


rnelakukan penyulaman tertiadap tanaman yang mati dan
metakuka-r pernbersihan sekitar tanaman dan pendangiran.
Pemeliharaan ini dilakukan oleh petani penggarap dan karni
menqupahnya ... " (wawancara, Selasa 26 Mei 2009)

Sebagaioiana dikemukakan oleh BP Dedy Juanda :

" ... Pemeliharaan oleh konsultan telah dilaksanakan. Kalo


pemeliharaan I dan Il dilakukan bila LPI sudah turun untuk
mengadakan penilaian tanaman, tanaman yang akan dlbavar dan
yang akan diperhara adalah yang sesuai denqan ketentuan yang
ada .. " (wawancera, Rabu 13 Mei 2009)
132

Tahap pembinaan/pengendalian

Untuk memastikan pelacsanaan p:ogram berjalan sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai rnaka dilakukan pembinaan kepada pelaksana

tentang pedoman teknis/pelaksanaan, sebagaimana dikemukan oleh pak

Priyanto (Kabid RRH) :

".. .Telah kita ikutsertakan staf pelaksana Gerhan dalam acara


sosisalisasl, atau bimbingan teknis yang diadakan oleh oleh Dephut.
Untuk menambah pengetahuan tentang Gerhan mengenai teknis
pelaksaan kegiatan dan teknis administrasinya keuangan.
Selanjutnya kita juga lakukan pembinaan kepada masyarakat
dengan turun ke lapangan ... " (wawancara, Senin 18 Mei 2009)

Pembinaan terhadap aparat pelaksa penunq artinya untuk rnencepai

pelaksanaan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku

dalam pedoman juknisjjuklaknya. Adanya pembinaan terhadap pelaksana

program sehingga mereka menegetahui apa yang harus dikerjakan dan

ketentuannya yang berlaku. Disamping diberi pembinaan juga dilakukan

pengendalian program. Pengendalian terhadap pelaksanaan program

dengan melakukan evaluasi dan pelaporan. Sebagaimana hasil

wawancara Pak Priyanto (Kabid RRH):

" ... Mengenai evaluasi pembuatan tanaman ini di lakukan oleh


lembaga penilai lndependen yang memenuhi syarat tertentu, yang
dltunjuk melalui lelang terbuka. Kalo untuk melihat kemajuan
pelaksanaan kegiatan ada mekanisme pelaporan disitu dilaporkan
kemajuan fisik dan dens yang lelah terserap. Pelaporan ini terdtn
laporan bulanan, triwulan dan tahunan. Sejauh ini penvampaian
laporan peleksana terub pada waklunva aw al bu Ian, tr iwulan dan
akhlr tahun .. " (wawancara, Senin 18 Mei 2009)

Heil itu juga di ke-nukaken oleh Ayus Riyanto petugas lapangan

Gerhan, sebagai berikut :


133

" ... PLG selain pendampingan terhadap masyarakat yang turut


Gerha1, juga mengadal<an pengawasan apa yang telah dilaksanakan
oleh konsultan pelaksana, kemudian kami laporkan setiap bulan ke
Oishut dan BP DAS, ada juga laporan tahunan .. ."(wawancara, Jumat
5 Juni 2009)

Hal senada disampaikan oleh Purwanto {konsultan pelaksana) :

" ... kami selalu menvarnpa'kan laporan ke Dishut setelah selesai


melakukan pekerjaa1, misalnya selesai penanaman, selesai
pemeliharaan kami buat laporan diberikan ke Oishut. Selain itu
secara periodik setiap triwu!an kami sampail<an juga laporan
kemajuan pelaksanaan fisik pekerjaan ke Dishut. Kala yang laporan
triwulan, pemah l<ani agak telat beri laporan , karena pas waktu itu
kan sedang gak ada kemajuan kegiatan pelaksanaan, maslh masa
mcnunggu, juli-scptcmbcr lalu kan nyaris gak ada kegiatan, waktu
itu LP! belum turun, musim hujan juga belum tiba ... " (wawancara,
Selasa 26 Mei 2009)

Berdasarkan informasi yang diperoleh, pelaporan telah rutin

dilaksenakan olch pelaksare di Dishut yang diSilmpaikan kepada atasan

langsungnya. Sedangkan untuk i<onsultan pelaksana melaporkan kepada

kepada Dishut metalui PPK Gerhan yang telah menglkat kontrak kerja.

Sebagai pelaksana kegiatan pembuatan tanaman Konsultan wajib

memberikan laporan hasil pekerjaan setiap selesai melakukan tahapan

pelaksanaan (penanaman dan pemeliharaaan) dan setiap triwulan. Pihak

konsultan pemah terjad keterlambatan memberikan, karena adanya

asumsi mercka tidak ada kemajuan dalam pelaksanaan kegiatan dalam

triwulan tersebut. Pela:><>ran yang dilekukan secara rutin dapat

menjadikan pelaksanaan program yang sedan9 implementasikan

senantiasa dapat terkont-ol dan diketahui kemajuan pelaksanaan.

Implementasi program yang kurang waktu pemantauan dan kontrol akan


134

menjadikan jalannya program kurang terarah dalam mencapal maksud

dan lujuannya.

Tabel 5.1. Kepatuhan terhadap Prosedur Pelaksanaan Program

Tahapan Prosedur Keterangan


Kecietan
Penetapan lokasi Kawasan hutan yang kritis
Perencaanan dan tidak ada senqketa
(menyusun Mcngurnpulkan data dan Data tentang biofisik dan
rancangan _Lnformasi sosek sekitar lokast telah ada
teknis) Penataan areal Dilakukan pengukuran,
penetapan batas dalarn blok
dan petak
Pemilihan jenis tanaman Masyarakat lebih ingin
- _taJlam~n MPTS, karet sedling
Analisis data Telah dilakukan analisis
dengan adanya risalah umum
dan rancanaan kecietan
Menyusun Rancangan Rancangan telah dibuat
dengan komponen yang
diperlukan dan tclah dlperiksa

Pembuatan
-- -
Penyediaan bibit
_dan disah gej~at ben.:i~r:ig_
Bibit dari luar lokasi, jumlah
tanarnan . dan ienis sesuai rantek
Persiapan lapangan Menyiapkan pelaksana, sarana
orasana, menata lahanllokasi
Penanaman Penanaman dilakukan sesuai
dengan rantek oleh pelaksana
dan rnasvarakat sekitar hutan
Pemelihaaan tanaman Tanaman yang telah dinilai
LPI dengan prosentase
tumbuh 70% dan dipelihara
-
Pembinaan/ Pembinaan Telah dilakukan oleh pejabat
pengendalian
I Pelaporan
berwenana
Laporan rutin setiap bulan,
triwulan dan tahunan telah
dilakukan

Sumber : data primer Mei-Juni 200~


-

Berdasarkan uraian yang tP.lah rl'kemtJkakan diatas pada setiap

tahapan kegiatan pernbuatan tanaman Gerhan bila rlitinjau dengan

standar prosedur yang ada pada psdoman pelaksanaan maka prosedur


135

pclaksanaan telah dipatuhi ofeh para pelaksana. Kepatuhan terhadap

prosedur yaitu pada tehep menyusun rancangan, pembuatan tanaman,

pemellharaan dan pengawasan yang telah dilaksanakan oleh pelaksana

program akan menjadikan program sesuai dengan rencana dan dapat

mencapai keberhasilan sesuai denga'l tujuan program

1.2. Aspek Pembatasan

Dalam fllengimplementasika'l program Gerhan di Tahura yang

merupakan upaya rehabllltasl hutan dan perbaikan lingkungan dllakukan

sifatnya terpadu, menyeluruh, bersarna-sama dan terkoordinasi antar

implementor melalui suatu perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan

dan evaluasi yang efektif dan efisien. Dalam implementasl Gerhan dengan

sistem kontaroktual tahun jamek (multi years) beberapa pihak

mempunyai peran dalam tugasnya yang berbeda. Sebagaimana di

ungkapkan oleh Pak Priyanto (Kabid RRH) adatah sebagal berikut :

" ... Sudah ada pembagian peran dan tugas. Dalam sistem
pelaksanaan Gerhan yang sekarang, penyusunan rancangan teknis
dilakukan oleh konsultan/pihak Ill dan satuan kerjanya BP DAS.
Dalam penyusunan itu Konsultan rancangan berkoordinasi dan
konsultasi dengan Dishut karena nanti kan yang memakai
rancanqan leknis reboisdsi di TdhUrd ilu kan Dinas Kehutenan.
Ke nudian penyediaan bibit, penanaman dan pemeliharaan
dilakukan pihak Ill dengan kontrak jamak dan satuan karjanya ada
pada karni {Dinas Kehutanan Provinsi). Penunjukan pihak III
ditakukan dengan petelanqan terbuka. Kita sudah lakukan pekerjaan
sesuai dengan n.qas dan peran masing pihak ... " (wawancara, Senin
18 Mei 2009)

Hal senada dikemucakar oteh Dedy (5ek.retaris Gerhan) sebagai

berikut:
136

" ... untuk yang sekarang Dishut tidak terjun lan£surg pada kegiatan
penaraman dan pemeliharaar tapi yang melakukan adalah pihak
III, kami hanya mengadakan sosialisai , pembinaan dan penyuluhan
kapada masyarakat sekltar Tahura. Dinas Kehutanan mengadakan
pengawasan dan peodampingan terhacap pelaksana/plhak III
dilapangan. Untuk itu sudah ditugaskan juga st'.lf scbagai Petugas
Lapangan Gerhan. Secara berkala juga ada kegiatan monitoring
evaluasl penanaman yang dilakukan ... • (Wawancara, Rabu 13 Mei
2009)

Berdasarkan hal tersebut, bahwa Dinas Kehutanan senantiasa

melakukan komunikasl dan konsultasi, koordinasi, pembinaan, penyuluhan

dan pengawasan dan kerja sama dengan p1hak lain yang terkalt. Dinas

Kehutanan melakukan komunlkasl dan konsultasi oengan lnstansl

Departemen Kehutanan dan pemerintah provinsi, melakukan koordinasi

dengan BPDAS, BPTH dan instansi yang terkait. Melaksanakan

pendamphgan, bimbingan teknis, pelatihan dan penyuluhan kepada

masyarakat. Mclaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan hasil-hasil

pelaksanaan kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman secera

berkela. Sosidlisasl dan menyebarluaskan lnformasl Gerhan kepada para

masyarakat.

Konsultan pelaksana teknis yang ditunjuk oleh BP DAS sebagai

pihak yang melakukan pekerjaan larigsung dalam menyusun rancanqan.

Begitu juga dengan pembuatan tanerran reboisasi yang diawali dengan

melaksanakan <egia:an penyediaan bibit, penanaman, pemeliharaan dan

penilaian keberhasilan tanaman adala, konsultan/pihak Ill y;ng telah

ditunjuk oleh pemerirtah dalam hal ini adalah Dinas Kehutanan melalui

lelanq pcngadaan barang dan jasa. Sebagaimana hasil wawancara dengan

Purw<into (Konsultan) sebagi berikut :


137

" ... Kami ditunjuk dengan mekanisme lelang pengadaan barang dan
jasa. Wilayah yang menjadi tanggung jawab pelaksanaan kaml
hanya di Tahura saja. Untuk kawasan hutan yang lain di Lampung
i ni bed a konsultannya, tergantung satker pelaksana kawasan itu
berada di kabupaten mana... " (wawancara, Selasa 26 Mei 2009)

Dalam pelaksanaan kegiatan masvarakat sekitar hutan tempat

pelaksanaan program Gerhan dilibatkan sebagai tenaga kerja yang

mendapat insentif pada setiap tahapan Gerhan seperti dalam perencanaan,

pembibitan dan pembuatan tanaman serta pemeliharaan. Masyarakat yang

terlibat diarahkan untuk terbentuknya kelembagaan dalam kelompok tani.

Kelompok tani dengan pengarahan konsultan dan pendampingan dari

pemerintah akan turut serta delem setiap tahapan kegiatan Gerhan mulai

saat perencanaan, melaksanakan penanaman dan pemeliharaan tanaman,

mengamankan hasil kegiatan. Sebagaimana hasil wawancara dengan

Aminudin rnasvarakat desa Hurun yang turut Gerhan, sebagal berikut :

saya ikut di kegiatan Gerhan sejak awal, ikut bantuin waktu


w ...

survel dan ngukur, terus ikut kerja waktu ngangkutin bibit dari TPS
ke lokasi, penanaman dan melakukan pemeliharaan tanaman ... "
(wawancara, kamis 4 Juni Juni 2009)

Dalam hal ini masyarakat hanya terbatas sebagai tenaga kerja, yang

pengaturannya oleh konsultan pembuatan tanaman. Hal inj agak berbeda

dengan sistcm sebelumnya (sistem swakelola), jika dlbandingkan dengan

yang sekaranq (sistem kontraktual tahun jamak/ multiye8rs) maka

"carnpurtanqan" dan hubungan pemerintah dengan masyarakat sekitar

lokasi Gerhan, keterlibatan langsung pemerintah saat ini lebih terbatas.

Peran dan hubungan masyarakat sekitar lokasi Gerhan pada kegiat.an

pembuatan tanaman dan pemeliharaan, lebih banyak dengan pihak

konsultan/rekanan karena pihak rekananlah sebagai pslaksana kegiatan


138

pembuatan tanarnan dan perneliharaannya, sedang Pemerintah sebagai

penyuluh, pendarnpingan, pelatihan dan birnbingan teknis. Untuk lebih

rneningkatkan kernampuan teknis, kelembagaan kelornpok tani Gerhan dan

pengernbangan masyarakat di Tahura WAR, Dinas Kehutanan telah

menugaskan Petugas lapangan Gerhan (PLG) berperan dalam

pendampingan teknis pelaksanaan kegiatan Gerhan.

Tabel 5.2.
Kepatuhan terhadai:> Pembatasan dalam Implementasi Gerhan

Pelaksana Peran Keterangan


Apa rat Melakukan sosialisasi, Telah rnelakukan tug as
pernerintah pernbinaan, penyuluhan, dun perannya dengan baik
pengawasan dan
oendamoincan
Kon sultan Pelaksana kegiatan Telah rnelakukan tugasnya
pelaksana langsung pembuatan dengan baik
tanarnon
Masyarakat Tenaga kerja yang Telah mendukung
mendukuna oroorarn orooram
Sumber : Data Primer Mei-Juni 2009

Aparat Pemerintah, konsultan pelaksana dan rnasyarakat

menjalankan tugas dan perannya masing-masing guna melaksanakan dan

mencapai keberhasilan program Gerhan, Tugas dan peran ini dibatasi oleh

kewenangan yang drrulik] oleh pelaksana. Dengan disadarinya tugas dan

peran masing-masing rneka para pelaksana tidak tumpang tindih dalam

pelaksanaan telapi dapet $aling keqasama demi keberhasilan mencapai

tujuan. Secora <ewilayahan pelaksana kegiatan hanya bertanggungjawab

rnelaksanakan program Gerhan hanya di wilayah Tahura Wan Abdul

Rachman. Setlap pelaksana mempunyai peran da-1 tanggungjawabnya

sendiri dalam rnelaksanakan program Gerhan.


139

1.3. Aspek Penjadwalan

Kepatuhan terhadap tata waktu adalah hal yang penting demi

keberhasilan suatu program. Begitu pula dengan pelaksanaan Gerhan tata

waktunya mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Hasil wawancara

dengan Bp Priyanto {PPK Gerhan) sebagai berikut :

" ... kami telah melakukan Gerhan ini sesuai dengan urutan
waktunya. Penyusunan Rantek waktu ltu pada tahun yang sama
dengan pembuatan tanaman, meski tahun yang sama, Rantek
diselesalkan sebelum pelaksanaan pembuatan tanaman,setelah
rantek selesal baru kemudian pembuatan tanaman. Karena rantek
ini akan jadi acuan kegiatan dilapangan. Kemudlan setelah
penanaman selesai kami menunjuk LPI melalui lelang, untuk menilai
tanaman Gerhan. Begitu juga setelah selesal pada pemeliharaan
tanaman kami menunjuk LPI untuk penilaian tanaman lagi.
Penyelesaian pembuatan tanaman oleh kontraktor telah dlselesaikan
pada waktunya ... " (wawancara, Rabu 13 Mel 2009)

Hasil wawancara dengan Purwanto (Konsultan pelaksana) diperoleh

keterangan sebagai berikut :

Kami telah menyelesail<an peketjaan sesuai denqan tata waktu


w •••
yang disepakati dalam kontrak, Kami itu telah melaksanakan
pembuatan tanaman sejak Desember 2007-April 2008. lalu tanaman
dinilal, setelah penllaian tanaman tahun berjalan pada P-U, kami
rnelalukan perneliharaan dengan penyulaman dan pembersihan
sekitar tanaman untuk selanjutnya LPI Dishut melakukan penllaian
pemeliharaan I dan II. Tapl rnenurut saya waktu penilaian T-0
terlalu mundur sehingga kegiatan perneliharaan I juga mundur,
akibatnya penilaian perneliharan I juga rnundur, baru aµril 2009 lalu
LPI turun rnenilai tanarnan perneliharaan I..." (wawancara, Selasa
26 Mei 2009)

Keteoatan terhadap tata waktu yang telah direncanakan seharusnya

dilakukan o!eh pelaksana program. Adanya ketidaktepatan atau

mundurnya suatu tahapan keqiatan akan rnenyebabkun mundurnya juga

kegiatan yang lain pada tahapan berikutnya. Hal ini dikarenakan program
140

ini secara berkelanjutan menurut tahapan yang harus dilaksanakan maka

harus dilaksanakan secara berurutan, adanva kemunduran waktu untuk

melaksanakan satu tahapan keqiatan dalam prngram menyebabkan

mundurnya tahapan kegiatan selanjutnya.

Tabel 5.3.
Kepatuhan terhadap Jaewal Kegiatan Jmpfementasi Gerhan

Pelaksana Penjadwalan Keterangan


,__
Dinas Kehutenan Kegioton dilokukDn Kegiatan tclah dilakuk<ln
secara runtut sesuai dengan runtut meski ada
tahapan kegiatan keterlambatan dalam
oenilaian tanaman
-
Konsutao pela'<sana Mclakukan kegiatan Telah melakukan
sesuai tahapan dan kegiatan secara runtut
mentaati waktunva sesuai tanaoannva
Sumbcr : Data pnrrcr Mci-Juni 2009

Pelaksana telah melaksanakan program Gerhan sesuai dengan tata

waktunva yang telah ditetapkan dalam tahapan kegiatan. Pelaksana telah

rne'aksanakan secare runtut sesuai dengan urutan tahapan dalam

pelaksanaan. Bila terdapat keterlarnbatan atau mundurnya satu tahapan

kegiatan dapat meyebabkan kegiatan berikutnya .iuga rnengalami

kemunduran. Ketepatan waktu pelaksanaan akan menjadikan program

lebih tepat mencapai dalam keberhasilan. Terutama dalam pelaksanaan

penanaman dan pemeliharaan haruslah tepat waktu karena terkait

dengan musim dan tanaman pengganggu. Ta1ama1 akan lebih dapat

hidup dan tumbuh guna mencapai keberhasilan bila ditanam pada awal

musim hujan. Kegiatan perneliharaan dilakukan secara herkala sesuai

kebutuhan dengan pernhersihan dan pemupukan sehingga tanaman

Gerhan dapat turnbuh dengan balk dan mencapai keberhasilan tanaman

yang tinggi.
141

2. Lancarnya Rutlnltas Fungsi

Untuk menilal keberhasilan dalarn implementasi kebijakan menurut

Ripley dan Franklin (1986) yang kedua adalah bahwa keberhasilan

implementasi ditandai olah lancarnya rutinitas fungsi (smoothly functioning

routines) dan tidak adanya masalah yang dihadapl (absence of problems).

Indikator yang dlgunakan untuk menilai lancarnya rutinitas ini adalah : aspek

kelancaran pelsksanaen dan aspek konflik.

2.1. Aspek Kelancaran pelaksanaan

Tshep Menyusun Rancangan Teknls

Rancangan teknis kegiatan rebolsasi di Tahura Wan Abdul Rahman

tahun 2007 dllekukan oleh konsultan. Penunjukan konsultan yang menyusun

rancangan te~nis dilakukan dengan lelang terbuka. Ll:?lang dllaksanakan

menurut aturan yan~ berlaku yaitu menurut Keppres 80 tanun 2003 tentang

pengadaan barang dan jasa. Konsultan yang menang akan penyusun

rancangan teknls rebolsasi di Tahura. Sebagaimana diungkapkan oleh PPK

Gerhan :

" ... Dalam tahoo menyusun rancangan teknis setahu saya tidak
terdapat kendala, lancer-Iancar saja. Sejak saat lelang untuk
menentukan konsultan yang akan menyusun rantek (rancenqan
teknis) sampai tersusunnya dokumen rancangan teknis pelaksanaan
reboisasi. .. lancar. Saal ke lapanqan dituqaskan staf dinas sebagal
pendampinq dan masyarakat sebagai pcnunjuk lokas. ... "
(wawancara. Rabu 13 Mel 2009)

Hal senada dlsampaikan oleh Yedi (Konsultan l\ancangan), sebagai

berikut :

" ... Waktu kami bersama tim menyusun rancangan tel<nis lancar.
Kami selalu berkoordinasi dengan pihak-hak yang terkait, yakni BP
DAS, Dinas Kehutanan dan Tahura serta masvarakat, seat
142

menqumpulkan data dilapangan pun tidak menemui kendala yang


berarti, Penetapat lokasi untuk Gerhan d'lakukan dengan pihak
Dishut, masyarakat sekitar kawasan pun menerima dengan
antusias ... " (wawancara, Rabu 20 Mei 2009)

Dalam menyusun rancangan teknis tidak terdapat halangan yang

berarti. Para implementor melaksanakan tugas sesuai dengan pedoman.

Langkah pertama yang ditempuh adalah dengan sosialisasi program. Dengan

sosialisasi program masyarakat menjaG'i tahu dan dapat untuk mengetahui

tanggapan masyarakat terhadap proqram itu. Sebagaimana dikemukakan

oleh Ronald HPP ( Kasi Rantek Tahura), sebagai berikut :

" ... Oulu pernah awal-awal Gerhan di'aksanakan di daerah oadang


cermin memang pernah ada penolakan masyarakat. Karena
menolak maka kita geser ke lokasl yang masyarakatnya mau.
Masyarakat yang menolak ini berp'kir bahwa Gerhan dianggap sama
dengan proyek-proyek reboisasi yang dulu-dulu. Tapi setelah
mereka tahu dan melihat bahwa Gerhan yang sekarang berbeda
dcngnn yDng dulu maka masyarakat banyak yang mengusulkan
lahan garapannya untuk turut serta dan dijadikan lokasi
Gerhan ... "(wawancara, Kamis 28 Mei 2009)

Berdasarkan hasil yang dikemukakan datas dapat diketahui bahwa

dalam tahapan penyusunan rancangan adalah lancar. Ke!ancaran dalam

menyusun rancanqan teknis iri karena adanya kerjasama yang baik antar

phak yang terlibat da!am penyusunan rancangan teknis menurut peran dan

fungsinyanya masing-masing. Ma!:)'arakat sekarang te'ah paham dan

mengerti tentang program Gerhan sehingga pelaksaraan Gerhar tidak

mendapat gangguan dart masyarakat.

Ta.'Jappembuatantanaman ReboisaSi

Pembuatan tanaman reboisasi Gerhan dilaksanakan secara

berkelanjutan dengan sistem kontrak tahun jamak (multi years) selama 3


143

tahun. Pada tahapan penanaman ini mefibatkan pemerintah, konsultan

pelaksana dan masvarakat petani pengg<:rap kawasan Tahura. tancarnva

pelaksanaan Gerhan di Tahura akan menjadikan program yang dijalankan itu

lebih berhasil. Hasil wa ..vancara dengan Pak Priyanto Kabid RRH, sebagal

berikut:

" ... Staf yang terlibat di Gerhan sudah mengetahui tug as dan
kewajiban yang harus dijalankannya. meski Gerhan program
nasional pemedntah pusat, tetapi Gerhan juga bagian dan tugas
can fungsi kita sebagai instansi kehutanan didaerah untuk
mensukseskannya. Kita harus bersyukur dengan adanya Gerhan ini
karena adanya Gerhan ini upaya pemulihan kerusakan hutan di
Tahura dapat lebih cepat. Kalau mengandalkan APBD saja dananya
sangat kedl. .. H (wawancara, Senin 18 Mei 2009)

Aparat pemcrintah sebagai abdi negara dan masyarakat

berkewajiban menjalan tugas yang diembannya dengan sebaik·baiknya.

Berkaitan dengan tugas dan rungs[nya sebaqai aparat instansi kehutanan

maka program Gerhan sebagai program yang sejalan dan selaras dengan

tupoksi Dishut mendapat dukungan dari aparat kehutanan daerah. Dalam

menjalankan program ini pun tidak mengganggu dari tugas yang melekat

sebelumnya dari aparat bersangkutan. Demi kelancaran program Gerhan

sering dilakukan sosialisas: dan pembinaan terhadap masyarakat sekitar

hutan. Pihak Oinas Kehutanan juga berkoordinasi dengan pihak-plhak tcrxatt

seperti BPDAS sebaqa UPT Pusat di daerah yang berperan sebagai

pengubung dengan Dephut dan banyak me,gurusi Genan. Begitu juga

dengan pihak konsultan pelaksana Oishut mengawasi dan merrenxsa hasil

pekerjaan penanaman yang d:lakukan.


144

Hal scnada dlsam!)<likan oleh Purwanto (konsultan pelaksana) :

Sebefum oelaksanaan penanaman kami berkoordinasi dengan


w ...
pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan penanaman, yaitu Dinas
Kehutanan, UPTD Tahura clan rnasyarakat sekitar lokasi penanaman
yang terlibat dalam penanaman. Pada pelaksanaan pembuatan
sejak penyediaan bibit, penataaan areal dan penanaman di lokasi
yang telah ditetapkan lancar. Masyarakat mendukung sekali
terhadap kegiatan Geman ini. Untuk kegiatan penanaman kami
men:;igunakan teraga kerja dari petani penggarap yang sudah
tergabung dalam kelompok tani. Jadi ya gak ada masalah waktu
penanaman dan pemeliharaan tanaman .. ." (wawancara, Selasa 26
Mei 2009)

Dengan adanya jalinan kerja yang baik antara aparat pemerintah

dengan konsultan pelaksana menjadikan Gerhan pelaksanaannya lebih

lancar. Bila timbul suatu permasalahan dengan terjalinnya hubungan kerja ini

maka dapat segera ctcan pemecahanya sesuai dengan hak dan

kewajibannya. Begitu pula dengan adanya dukungan dari masyarakat maka

pelaksaan Gerhan menjadi lancar. Sebagaimana dikernukakan Bp Manto

rnasvarakat desa Margodadi yang il<ut Gerhan :

" ... Kalau bagi kami pak, kami sangat mendukung Gerhan ini.
Dengan adanya Gertian ini. Kami kan dapat bib it, dapat upah keJja.
Tanaman ini nanti juga kami yang memetik hasilnya karcna berada
di lahan garapan yang kami garap. Selama kami masih
diperbolehkan untuk menggarap di Tahura adanya kegiatan
penanaman ini sangat karni dukung .. ." (wawanr.ara, Sabru fi )uni
2009)

Berdasarkan keterangan yang telah diuraikan diatas maka dalarn

i mplementasi program Gerhan taha pan pelaksanaan pembuatan tanaman

dapat dilaksanakan dengan tancar tanpa adanya kendala yang berarti.

Kelancaran pelaksanaan program Gerhan sejak menyusun rancangan, dlmulai

dari pelelangan untuk menunjuk konsultan pelaksana dan pclaksanaan


145

pembuatan tanaman yang dilakukan oleh konsultan pelaksan dengan

melibatkan masyarakat. Ini terjadi karena mekanisme yang dijalankan telah

sesuai dengan ketentuan yang ada dan telah adanya jalinan kerja yang baik

antar pelaksana keq'atan dengan menyadari tugas dan wewenangnya.

Pemahaman terhadap tugas dan wewenang akan menjadikan pelaksanaan

tucas berjalan lancar. Terlebtn adanya dukung masyarakat saat ini terhadap

Gerhan sehinggga kegiatan Gerhan dapat berjalan lancar sesuai dengan yang

direncanakan.

2.2. Aspek Konflik

Konflik yang terjadi dalarn pelaksanaan suatu pogram akan dapat

mempengaruhi keberhasllan suatu program. Terjadinya konflik dalam

pelaksanaan antara implementor dengan masyarakat dapat menjadi

penyebab kurang berhasilnya suatu program.

Pelaksanaan program Gerhan di Tahura WAR yang berlangsung

dalarn beberapa tahapan kegiatan tidak ditemui adanya konflik antar

implementor atau konflik antara implementor dengan masyarakat.

Sebagaimana hasil wawancara yang dikemukakan oleh Ronald sebagai

berikut :

Tldak eda konflik yang terjadi dalam melaksanakan Gerhan, baik


w •••

antara pihak pemerintah dan konsultan dengan masyarakat di lokasi


Gerhan ataupun enter para pelaksana sendiri .. tidak ada. Kami saling
kerja sama. Kalo dengan masyarakat biasanya itu sebslum
pelaksanaan ede orientesi dan sosilisasi. kalo yang sekiranya
masyarakat menolak ya kami ganti ke lokasi yang rnasvarakatnya
mau menerima karena masih oanyak lokasi di Tahura yang untuk
ditangani. Tapi itu yang nolak Gerhan itu wakn, delu ... waktu awal
Gerhan diluncurkan. Jadi kita udah antislpasi sejak awal konflik yang
mungkin terjadi, sekiranva akan timbul konflik dicari lokasi yang
146

enggak ada konfliknya. Kalo masyarakat sekzrang sudah kondusif.


Malah sekarang masyarakat mengusulkan minta lahan garapannya
dijadikan lokasi Gerhan .. ." (wawancara, Kamis 28 Mei 2009)

Hal senada dikemukakan oleh Purwanto konsultan penanarnan :

" ... waxtu peteksanaan kegiatan penanaman tJdak ada konflik


denqan masyarakat atau penggara;i ... lancar-lancar saja .... malahan
masvarakat ikut serta sebagai tenaga kerja ... "(wawancara, Selasa
26 Mel 2009)

Kerjasama yang telah terjal'n baik antara aparat pemerintah,

konsultan pelaksana dan masyarakat menjadikan Gerhan dalam

pelaksanaannya tidak menemui konffk. Gerhan telah dilaksanakan dcngan

lancer oleh masing pihak sesuai dengan perannya. Dengan adanya

pengalaman yang telah bertahun-tahun dalam pe!aksanaan Gerhan, untuk

menghlndari konfllk dilakukan dengan pendekatan kepada masyarakat dan

member! canton kepada masyarakat temang Gerhan dibanding sekadar

penyuluhan. Adanya contoh tanaman yang sudah ll.lmbuh dengan baik dan

keberhasilan Gcrhan dapat mcmbuka mata hati masyarakat tentang Gerhan

sehingga masyarakat memberi dukungan penuh terhadap Gerhan.

Demikian halnya dikemukdn oleh Aminudin (masyarakat Desa

Hurun) yang turut serta dalam Gerhan :

" ... enggak ada itu mas ... yang namanya konftik, gesekan atau
sejenisnya antara masyarakat dengan pemerintah atau dengan
konrraktor tanarnan, a man dan baik-baik aja kami sangat
mendukung Gertian dan upaya kehutanan Jainnya " (wdWdncdri:I,
Kamis 4 Juni 2009}.

Berdasarkan hal tersebut tidak terjadi konflik antara implementor

dengan masyarakat dalan melaksanakan Gerhan di Tahura. Tidak adanya


147

konflik yang te.rjadi maka pelaksanaan k~iatan Gerhan dapal berjalan seperti

yang direncanakan sesuai denqan tahapan dalam Gerhan.

Tabel 5.4.
Kelanearan Rutinitas Fungsi dalam lmplementasi Gerhan

Indikator I Temuan Keterangan


Kelancaran Tahap meoyusun rancangan Telah berkoordinasi
pelaksaaaan tancar tidak ada kendala dengan pihak-pihak yang
terkait
Tahap pembuatan tanaman Telah sosialisasi dan
lancar telah terjalin kerjasama berkoordinasi, dan
yang baik mendapatdukungan
masvarakat
Konflik 1idak ada konflik antara Tidal< terjadi konflik,
pemerintah, konsultan lokasi dan masyarakat
oelaksana dan masvarakat kondusif
Sumber : data primer Mei-Juni 2009

Gerhan dalam pelaksanaannya telah dilaksanakan dengan lancar

tanpa adanva gangguan yang berarti. Pada pelelangan untux menunjuk

konsultan pelaksana telah dilakukan menurut mekanisme yang berlaku

menurut Keppres 80 tahun 2003. Pengadaan barang dan jasa telah dilakukan

dan berjalan lancar, Aparat pemerintah melaksanakan program ini denqen

baik dan tidak mcngganggu dari tugas pokok yang melekat ada padanya.

Pada tahap pcmbuatan tanaman tctah dilakukan dengan lancar sesuai


dengan kewenangan yang ada pada para pelaksane program. Program

dilaksanakan dengan mensosialisasikan dengan masyarakat dan ja inan kerja

same dengan se:nua pihak yang terkaic. Adan1•a kelancaran dalam

pelaksanaan program ini rnaka proqrarn dapat dilaksanakan sesuai dengan

yang direncanakan, Peiaksafldan proqrarn Gernan di Tahura tidak ditemui

konflik yang terjadi dalan pelaksanaan baik konflik pelaksanaan dari


148

pemerintah, konsultan clan masyarakar. Lokasi Gernan pun merupakan lokasi

yang bebas konflik, sehingga pelaksanaan dapat berjalan lancar.

3. Kinerja dan Dampak yang diharapkan

Menurut Keban (2007:209) istilah kinerja merupakan terjemahan

dari performance yang sering diartikan oleh para ccndikiawan sebagai

penampilan, unjuk kerja atau prestasi. Pencapaian hasil ini dapat dinilai

menurut pelaku yaitu hasil yang diraih oleh individu (kinerja lndividu), oleh

kelompok (kinerja kelompok), oleh institusi (kinerja organisasi) dan oleh

suatu program at.au kebijakan (kinerja program/kebijakan). Kinerja kelompok

menggambarkan sampai sejauhmana suatu kelompok telah melaksanakan

kegiatan-kegiatan pokoknya sehingga mencapai sebagaimana yang

ditetapkan oleh institusi. Sedangkan kinerja program berkenaan dengan

sampai seberapa jauh kegiatan-kegiatan dalam program telah dilaksanakan

sehingga dapat mencapai tujuan program tersebut dalam hal lnl adalah

tujuan dari Gerhan.

Secara umum untuk mengukur kinerja program dengan dua

pendekatan utama, yaitu pendekat.an yang menilai prilaku atau dengan

pendekatan prilaku dan pendekatan ya19 menilai hasil atau manfaat yang

diberikan atau disebut juga sebagai pendekatan hasil. Dalam pendekatan

hasil yang dinilai adalah adalah ketepatan hasil sesuai dengan harapan atau

rencana (Keban: 222).


149

Dalam penelitian ini penilaian kinerja mengunakan pendekatan hasil

atau manfaat dari adanya program Gerhan di Tahura Wan Abdul Rachrnan,

Penilaian itu meliputi pertanggungjawaban dan manfaat program.

1. Pertangungjawaban

Dalam tahap perencanaan Gcrhan, hasil dari serangkalan keglatan

dalarn perencanaan Gerhan yang dimulal dari adanya soslalisasi, penetapan

dan pernantapan lokasl, pengumpulan data dan lnformasi wilayah, penataan

areal (pengukuran dan pemetaan), analisis dan pengolahan data, dan

akhlrnya menyusun rancangan teknis adalah buku/dokumen rancangan teknis

kegiatan reboisasi pcngkay<1an di Tahura Wan Abdul Rachman. Buku

rancangan teknis lni memuat rancangan kegiatan, rencana biaya dan tata

waktu sesual dengan sasaran lokasl. Buku rancangan teknls dibuat menurut

maslng-maslng blok lokasi penanaman. Rancangan teknis pernbuatan

tanaman reboisasi Pengkayaan Tahura WAR tahun 2007 seluas 2000 ha

terbagi dalam 8 blok, sehingga dokumen rancangannya ade 8 buku

rancangan teknis.

Hasll wawancara da1i Pak Priyanto (Kabid RRH) diperoleh

keterangan bahwa :

" ... untuk Gerhan 200/ ltu pelaksana pembuat rancangan teknis
adalah plhak III dan satkernya di BP DAS. Sedang untuk pembuatan
ta1aman dan penilai (LPI) pelaksananya juga oleh pihak lll dan
setkemve ada di Dishut. Penanggung jawabnya penyelesaian fisik
kegiatan Gerhan untuk pembuatan tanaman di Tahura ya Kepala
Dinas Kehutanan. Soal pengganggara11 ditujuk KPA (kuasa
penggunan anggaran) kemudian agar anggaran belanja dapat
dlkeluarkan KPA menunjuk PPK (pejabat pembuat Komitmen)
sebagai penanggung jawab kegiatan, KPA juga punya wewenang
menunjuk pejabat yang lain yang diperlukan, untuk keperluan
administrasi keuangan dan untuk membantu teknis pelaksanaar- ... "
(wawancara, Senin 18 Mei 2.009)
150

Hal senada disampaikan oleh Dedy Juanda (Sekretaris Gerhan),

sebagai berikut :

"... PPK adalah sebagai penanggung jawab kegiatan dan sebagai


pelaksananya adalah pihak III maka yang mengadakan xontrek
kerja ya PPK dengan pihak III. Kalo ukuran yang dijadikan
keberhasilan kegiatan reboisasi ini adalah penanaman difokasi yang
ditetapkan telah selesai ditanami semua dan prosentase tumbuh
tanaman memenuhi syarat Kafo prosentasenya rnemenuht syarat
maka pihak III dibayar, kalo tidak memer.uhi syarat yang tidak
dibayar. Sejauh ini hasilnya baik, penilaian tanaman pada tahun
berjalan yang telah dilakukan pada desember lalu rata-rata tumbuh
tanaman diatas 70 % dan evaluasi selanjut diadakan penilaian
tahun I dan tahun fl ... " (wawancara, Rabu 13 Mei 2009)

Keterangan yang hampir sama dioeroleh dari Purwanto dari

konsultan sebagai berikut :

" ... kami tefah melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin
sesuai dengan rancangan yang ada dan kontrak yang telah
dlsepakatt dalam SPK, kami tefah melaksanakan kewajiban yang
tercantum dalam perjanjian yang tefah dibuat sebelumnya ... "
(wawancara, Selasa 26 Mei 2009)

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa pertangngjawaban

pelaksana pihak !Il kepada PPK Gertian adalah bila telah terealisasi

pembuatan tanaman scluas yang direncanakan sesuai yang tercantum dalam

kontrak kerja antara PPK dengan pihak III. Kontrak kerja penting untuk

dilakukan sehingga akan jelas hak dan kewajiban kedua pihak yang

mengadakan kontrak kerja tersebut, hal c:pa seja y<mg me1jadi haknya dan

apa yang menjadi kewajibannya. Kewajiban pihdk m diantaranya adalah

melaksanakan pekerjaen sesuei dengan kontrak <Jan membuat laporan setiap

akhir pelaksanaar kegiatan dan memberi laporan Uiwulan. Sedangkan yang

menjadi hak pihak III ada.ah menerima pembayaran sesuai yang ditetapkan
151

dalam kontrak tersebut. Temuan di lapangan pihak III telah melakukan

pelaksanaan pembuatan tanaman seluas 2000 ha sesuai dengan yang

direncanakan.

Penilaian keberhasilan turnbuh tanaman dilakukan oleh lembaga

penilai independen (LP!) yaitu suatu lembaga/konsultan yang ditunjuk oleh

Dinas Kehutanan dengan kualifikasi tertentu yang memenuhi syarat dengan

mekanisme lelang terbuka. Berdasarkan hasil penilaian LPI prosentase

tumbuh tanaman tahun berjalan setiap petak rata-rata diatas 70 % dan

tumbuh dengan balk. Pengamatan dilapangan tanaman tumbuh dengan baik

dengan tinggi taneman berkisar 0,5-1,Sm.

Pihak III sebagai pelaksana telah menunjukan kinerjanya dengan

selesainya penanarnan dan prosentase tumbuh sesual dengan syarat

ketentuan dalam surat perjanjian. Setelah penilaian tahun berjalan, diadakan

pemeliharaan ta.naman sampai tahun ke-2. Setiap setelah dilakukan

pemeliharaan kemudian dilakukan penilaian oleh LP! tentang tumbuh

tanaman, dan kondisinya. Pada penilaian setelah pemeliharaan ini hanya

petak yang prosentase tumbuh tanamannya tebih 90 % yang dianggap

berhasil dan dilakukan pembayaran oleh PPK. Adanya svarat y<.mg demikian

itu menyebabkan pelaksana melaksanakan kegiatan pem buatan tanaman

dengan sungguh demi keberhesilen program dan pihak III menerima imbalan

sesual dengan kontraknya. Realisasi pembuaten tanaman rebolsast proqrern

Gerhan seluas 2.000 ha, adalah sebagai berikut :


152

Tabel S.S
Pembuatan Tanaman Reboisasi Pengkayaan Tahura WAR 2007
--
NO
BLOK KORWIL LUAS
(HA)
I JENIS
BIerr
JUNIAH
(Batang) I
Prosentase
Tanam
1%\
BLOK 01 Desa Padang 200 Karet 39.600 100
Cermin Korwll Cempaka 19.800
Padang Cermin I Meda ng 19.800
Duria n 3.300

...__ T~ irik1I 3.300


2.200
BLOK 02 Desa Gebang 300 rel 59.400 100
Korwll Padang Cempaka n.100
Cermin n Meda ng 29.700
Durla n 3.300
Pct> i 3.300
Tang kl 3.300
Suku n 3.300
BLOK 03 Desa Hurun JOO
(Talang Sinar KareI 59.400
Cem paka 100
Agung) 19.800
Korwll Youth Meda ng 19.600
Camp MahonI 19.800
Durla n 3.300
Tang kil 3.300
Peta i 3.300
Pala 3.300
BLOK 04 Desa Tanjung
Agung Korwil 200 Karet 39.600 100
Youth Camp Cempaka 19.800
Medang 19.600
Durlan 2.200
Tangkil 2..200
Petal 2.2-00
Pala I 2.200
BLOK OS Desa Margodadi
Korwil Kar et 59.'IOO
300 100
Kedon:fong Cempaka 29.700
Medang 29.700
Durla n 4.400
Suku n 4.400
- PeraI 4.400
RLOK 06 Oesa Padang
Kare l 39.600
Manis 200 100
Korwil Cen paka 19.800
1"-edang 19.800
Kedondcng
Dun an 4.400
Peta i I 4.'IOO
8LOK 07 oese Kebagusar.
Korwil Gedong
300 I Karet
C.."'npaka
59.400
100

I
19.BOO
I 19.800
Tataan
I Maho ni
Dam ar 19.800
153

NO LUAS JENIS Prosentase


KORWIL JUML.AH
BLOK (HA) Tanam
BIDIT (Batang)
(%)
Durian 4.400
Tangkil 4.400
Petai 4.400
BLOK 08 Desa Hurun 200 Karei 39.600 100
(Talang Mulya) Cempaka 13.200
Mc hon I 13.200
Korwil Youth
Medang 13.200 I
camp
Durian 2.200
Tangkil 2.200
Petal 2.200
-- Pala 2.200
JUMLAH I 2.000 I 880.000 100
I
.. sudah ter masok I I
Ket : • Jumlah b1b1t uniuk sulaman pada pemelll1araan tahun bel)alan 10 %
• Belum termasuk sulaman untuk untuk pemeliharaan Tahun I
Sumber : Dinas Kehutanan, 2008

Pelaksana telah mempertanggungjwabkan pekerjaannya dengan

adanya hasil pada setiap tanapan pelaksanaan. Pada tahap penyusunan

rancangan teknis telah ada dokumen rancangan teknis yang akan menjadi

dasar acuan pelaksanaan kegiatan pembuatan tanaman. Pada tahap

pembuatan tanaman telah berhasil dilaksanakan pembuatan tanaman

reboisast pengakayaan di Tahura sesuai dengan rencana, luas yang harus

ditanami dan jcnis dan jumlah bibit yang ditanam. Pelaksanaan kegiatan

telah didukung oleh masyarakat sekitar hutan yang menjadl lokasi

pelaksanaan program.

L
154

2. Oampak Manfaat Program

Se:elah kebijakan dite(jemahkan selxlgai program dan proyek lalu

dengan tindakan fisik, program meninbulkan suatu konsekkuensi berupa

hasil, efek dan akibat (Wibawa:1994). Menurut Dunn (1984:280) membagi

konsekuensi kebijakan dalam dua jenis yaitu ouput dan dampak output

adalah produk dan jasa tertentu yang difiarapkan caoet dihasilkan oleh suatu

kegiatan dari input yang tersedia. 5edangkan dampak adalah hasil yang

diperoleh dari efek suatu kegiatan atau perubahan kondisi fisik, ekonomi

maupun sosial akibat dari ouput kebijakan.

Demikian juga hafnya dengan program Gerhan yang dilaksanakan di

Tahura Wan Abdul Rahman ini akan menimbulkan dampak. Dampak ini dapat

dibedakan menjadi dampak jangka pendek artinya yang langsung diterima

dan dampak jangka panjang yaitu dampak yang terjadi seteeh ouput

berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Suatu program yang di

lakukan dengan kegiatan/proyek akan menghasilkan ouput, penqaruh

langsung dan dampak.

Berdasarkan hasil wawancara dan temuan dilapangan Gerhan

mempunyai dampak manfaat. Dampak manfaat Gcrtan dapat ditinjau dari 3

aspek yaitu aspek ekonomis, aspek lingkungan, dan kemampuan teknis

rcboisasi.

1. Mcningkatkan pendapatan masyarokat dan rnenverap tenaga kerja

Secara umum, mar.faat langsung dari keterlibatan masyarakat

sclama penyelenggaraan Gerhart khususnya dari kegiatan Reboisasi Tahura

adalah perolehan pendapatcn dalam bentuk upah harian etau kontrak dalam
155

pembuatan tanaman reboisasi hutan lindung tersebut. Meskipun bagi

masyarakat peserta program Gerhan tambahan pendapatan masyarakat ini

bersifat jangka pendek, namun rukup berarti bagi masyarakat yang sebagian

besar adalah petani penggarap.

Dampak manfaat Gerhan yang diperoleh oleh masyarakat sekitar

hutan, sebagaimana dlkemukakan deh Jana (masyarakat desa Kebagusan)

yang ikut Gerhan adalah sebagai berikut :

" ... Kala buat kami ya mas, manfaat Gerhan yang kami pcroleh
pertama kaml dapat tambahan pendapatan dari upahan waktu
nanam tanaman Gcrh<ln dan upahan waktu pemeliharaan tanaman,
Ialu nanti beberapa tahun lagl setelah bibit yang kami tanam itu
besar dan ada hasilnya, ntah itu dari getah karetnya atau darl
buahnnya, seperti duren, petai tangkil, tentunya akan menambah
penghasllan kaml. Kala kaml upahan ini per 'lari dlbayar 25 ribu ... "
(wawancara, Selasa 9 junl 2009)

Selain dari manfaat langsung dari hasil kerja tersebut, pada

dasarnya kenaikan pendapatan karena Gerhan juga telah mereka sadari akan

lebih berarti di masa datang, yaitu ketika tanaman telah mernberikan rnanfaat

ekonorni khususnya tanaman MPTS yang hasil utamanya bukan berupa kayu,

terleblh Jlka nllai ekonornis dart jenis tanarnannya tinggi, maka mereka

berharap akan mernperoleh pendapatan yang lebih tinggi pula. Pemahaman

seoertt ini umumnya telah dimiliki oleh anggota kelompok tani peserta

Gerhan. Berikut dikatakan oteh Aminudin yang ikut aktif dalam kcgiatan

Gerhan di Kawasan Hutan Tahura desa Hurun:

" ... Dengan adanya kegiatan Gerhan ini tentu terasa sckali
manfaatnya bagi kami, selain dana ... kami jl.ga dapat bib1t, untuk
dana... upah kerja, termasuk penanaman can pemeliharaan jadi
kato yang kerja ya dibayar, kalo enggak kerja ya enggak, Per
orang... dulu 25 ribu per hari ... done itu ya lumayanlah buet
tambahan pendapatan .. ." (wawarcara, Kamis 4 Juni 2009)
156

Menyambung yang dikatakan Amlnudin tersebut, Sarno tetangganya

juga bergiat bersarna dalam kegiatan Gerhan mengungkapkan, bahwa

mereka juga lebih mengharapkan manfaat hasil tanaman pada jangka

panjang selaln karena tambahan penghasilan secera langsung yang diberikan

oleh pemerintah tersebut. Berikul penuturan Samo :

" ... Ya, kalo upah kerja ltu manfaat langsungnya ... tapl warga disini,
termasuk saya scndirl contohnya, lcbih berharap kalau tanaman ltu
nantinya blsa menghasllkan, ltung·itung dapat sebagal tabungan
untuk mesa depan, siapa tahu kalau tanamannya bagus dan
hasilnya juga bagus, nanti hasilnya bfsa dinikmatf juga... untuk
tambahan penghasllan lah ... " (wawancara, 4 Junl 2009)

Dengan adanva kegii:ltan Gerhan, masyarakat akan memperoleh

manfaat langsung dan manfaat jangka panjang akan mereka rasakan dalam

rangka peningkatan pendapatan. Adanya harapan untuk mendapatkan hasll

di masa yang akan datang darl hasll tanaman hasil hutan bukan kayu berupa

buah dan getah, schingga kesadaran untuk menjaga tanaman agar dapat

memanfaatkan hasilnya di waktu yang akan datang dapat tercapal. Dengan

adanya peningkatan pendapat balk dengan upah kerja yang dlperoleh dan

blla tanaman itu telah mengasilkan, rnaka Gerhan dengan pembuatan

tanaman reboisasl ini dapat meningkatkan keseJahteraan masyarakat,

khususnya masyarakat sekitar lokasi Gerha"l. Gerhan ini pun telah menyerap

banyak tenaga kerja, seperti hasil wawancara yang dikernukakan oleh

Purwanto (Konsultan pembuatan tanaman) :

" ... Gerhan ini kan banyak pcrlu bibit tanamen balk tanaman hutan
dan MPTS, sehingga perlu banvak tenaga kerja dalam pembibitan
tanaman, tenaga untuk pcnqanqkuten dan tenaga untuk
penanaman. Bagi kami adanya Gerhan dapat menambah
kesernpatan berusaha, kalo dulu kami hanya bergerak di usaha
157

pembibitan sekarang ikut di penanaman juga ... " (wawancara, Selasa


26 Mei 2009)

Hal scnada diungkapkan Bp Wiyogo sebagai berikut ;

" ... dalam Gerhan ini melibatkan konsultan sebagai pelaksana. Dalam
setiap konsultan didalamnya banyak orang yang terlibat. Di
Lampung dengan sejumlah kabupaten maka jumlah konsultannya
yang terlibat pun banyak. Begitu juga masyarakat sekitar hutan
sebagai tenaga kerja yang turut serta di penanaman dan itu banyak
jumlahnya ... " (wawancara, Kamis 14 Mei 2009)

Pendapat ini dibenarkan Bp Manto warga rnasvarakat Margodadi:

" ... pekerjaan sehari-harl ya di kebun ini, kalo kebun udah selesai ya
saya cari-cari kerja upahan. Dengan adanya Gerhan ini ya adal.ah
tambahan kerjaan sebagai tenaga kerja upahan untuk menanam
dan pemellhaan ... " ( wawancara, Sabtu 6 Juni 2009)

Kegiatan Gerhan dalam pelaksanaannya membutuhkan banyak

tenaga kerja. Tenaga kerja yang terserap baik berpendidlkan dan tidak

berpendidlkan yaltu pihak 111 sebagai konsultan dan masyarakat luas yang

turut serta dalam Gerhan. Sejak dari kegiatan pembuatan bibit tanaman

dipersernaian, pengangkutan bibit ke lokasi tanam, waktu penanaman dan

pemeliharaan memerlukan banyak tenaga kerja untuk melaksanakan semua

kegiatan tersebut. Begitu juga pihak III dalam mcnyusun rancangan teknis

dan pembuatan tanaman "digerakan" oleh tanaga pelaksana yang

berpendidikan dan ahli dibidangnya.

2. Perbaikan L'ngkungan

Gerhan yang teiah dilaksanakan di Tahura Wan Abdul Rahman

mempunvai manfaat terhadap perbaikan lingkuangan hidup kawasan hutan

Tahura. Sebagaimana hasil wawancara dengan Pak Wiyogo (Kepala Tahura)

sebagai berikut :
158

" ... Dengan adanya Gerhart yang pasti manfaatnya mempercepat


rehabilitasi hutan yang rusak di Tahura, kawasan hutan Tahura
tidak lagl gundul, menambah variasi jenis tanaman yang ada dan
meningkatkan fungsi DAS bagi pelestarian lingkungan karena
Tahura ini jL1ga sebagai daerah tangkapan air bagl beberapa DAS,
dapat melindungi sumberdaya alam balk tanah dari terjadinya erosl
dan longsor. Kemudian sebagai pcncegah banjir juga. Adanya
program Gerhan ini sangat baik demi perhaikan lingkungan
utamanya memulihkan fungsi hutan sebagaimana mestlnya. Untuk
memperoleh manfaat itu tadi tanaman harus jadi dulu pohonnya,
semakin lama umur pohon, manfaat tanaman semakin nvata
dampak manfaatnya, kalo baru tanam ya belurn kelihatan nyata
dampaknya ... " (wawancara, Kamis 14 Mei 2009)

Hal senada diungkapkan oleh Ronald HPP (kasi Rencana Teknlk) :

Sepcrti di kctahui Tahura ini kan sebagai daerah tangkapan air


n ...
untuk beberapa DAS seperti Sekarnpurq, Way Betung, dan Way
Ratai sehingga dengan nantl pulihnya hutan akan rnemperbalki
sebagi resapan air. Mala11 Way Betung telah dimanfaatkan sebagai
air baku untuk PDAM Way Rllau untuk konsumsl warga Bandar
Lampung. Memang ... dari Gerhan lni ada manfaat secara langsung
yang dldapat, manfaat menengah dan jangka panjang. Kalo yang
namanya tanaman kehutanan itu perlu waktu cukup lama untuk
dapat memperoleh dampak manfaat dari tanaman hutannya.
Misalnya saja tanaman MPTS untuk dapat petik hasil buah paling
tidak 4·5 tahun baru bcrbuah. Kemudian pencegahan terhadap
erosi, longsor dan fungsl sebagai pengatur air tentunya kalo pohon·
pohon itu sudah besar dengan perakaran yang kuat dan tutupan
tajuk yang rapat, .. " (wawancara, Kamis 28 Mel 2009)

Berdasarkan wawancara tersebut bahwa dengan Gerhan akan

mernpercepat rehab1htasi kerusakan hutan yang terjadi di Tahura. Kerusakan

Tahura adalah karena perambah dan penggarap lahan yang ada di sana.

PPnggarap ini umumnva menanam tanaman musiman dan kebun sebagai

kopi, coklat dan tanaman lain. Tanaman Gerhan akan memperbanyak

tanaman kayu dan MPTS yang ada disana sehingga menambah variasi jenis

tanaman yang ada di Tahura. Adanya tanaman tersebut menjadikan Tahura

tidak gundul lagi.


159

Keberadaan tanaman pada suatu lahan akan memperbaiki

sumberdaya tanah dan air. Dengan semakin balknya tanaman menutupi

tanah maka erosi akan semakin kecil dan air hujaq masuk ke dalam tanah

lebih besar akibatnya aliran air yang mengalir di permukaan semakin

berkurang sehingga kemungkin banjir dan longsor dapat dikurangi. Tanaman

yang tersebar merata dan menutupi permukaan tanah dengan baik akan

mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan. Hasil wawancara

dengan bp Jana masyarakat desa Kebagusan, menurutnya :

"... sejak adanya tanaman Gerhan yang makin rapat pada lahan
yang sebelumnya tanaman semusim, aliran air sungai dlmusirn
kemarau lebih banyak dibanding sebelum adanya Gerhan dan
jarang terjadi longsor pada lokasi yang lerenganya curam
tersebut ... " (wawancara, Selasa 9 Juni 2009)

Peningkatan fungsi konservasi tanah adalah perubahan kondisi

tanah dari kondisi yang terbuka/lahan kritis menjadi lahan yang bervegetasi.

Penutupan vegetasi akan mernperbaiki struktur tanah dan memperbaiki

lnfiltrasl air, menurunkan energi kinetik air hujan sehingga pada akhimya

akan menurunkan erosi tanah.

Pembuatan tanaman Gerhan akan meningkatkan keanekaragaman

hayati yaitu adanya pertambahan jumlah dan jenis flora dan fauna akibat

kegiatan Gerhan.

Sasaran lokasi Gerhar di Tahura adalah lahan kritis dan hutan y<mg

telah rusak yang identik dengan miskin biodiversitas, yang umumnya berupa

kebun garapan masyarakat dim berupa semak belukar. Kegiatan penanaman

tentunya menambah jumlah individu maupun jenis di suatu areal. Tanarnan-

tanaman tersebut, akan rncadoraoqkan berbagai [enls binatang terkait jaring-


160

jarlng makanan, maupun sebagai habitat karena telah terbentuk iklim mikro

yang memungkinkan organisme lainnya tumbuh.

Tahura sebagai suatu kawasan hutan juga merupakan suatu

ekosistem. Kegiatan Gerhan yang dilaksanakan di Tahura WAR tentunya

dengan penanaman yang telah dilakukan akan terjadi penambahan jumlah

jenis kayu dan jenis MPTS. Hal ini tentunya akan menambah kerapatan darl

hutan itu sendiri. Semakin rapat kondisi suetu ekosistem tentunya akan

berpengaruh terhadap perbaikan kualitas suatu ekosistem kawasan.

Peningkatan kerapatan hutan itu akan mengakibatkan perluasan tajuk yang

secara tidak langsung juga akan menambah luasan pcnutupan lahan.

Semakin luas penutupan lahan nantinya akan berpengaruh pada kondisi iklim

rnikro.

Ekosistem dengan keanekaragaman hayati yang kompleks akan

menciptakan penurunan suhu dan kelembaban yang menguntungkan, lebih

tahan angin dan humus diikuti pembentukan dan perbaikan struktur tanah.

Adanya peningkatan kelembaban berpotensi untuk meningkatkan curah

hujan, serta rehabilitasi lahan.

Dari wawancara diketahui bahwa tanaman Gerhan yang telah

dilakukan sejak 2003-2007 di Tahure telah mampu meningkatkan debit eliren

sungai di Tahura ini terlihat dari peningkatan debit dirnusim kema-au

dibanding sebelum adanya Gerllan. Perubahan penggunaan lahan

rnenyebabkan terjadinya perubahan fu11gsi hidrologis yang dapat terlthat

adanya penambahan debil air sungai.


161

3. Meningkatnya kemam puan teknis dalam rehabilitasi da n pengelolaan


surnberdaya hutan.
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan)

merupakan upaya rehabilitasl hutan can lahan serta perbaikan llngkungan

yang sifatnya terpadu dan menyeluruh, bersama-sama terkoordlnasi

dengan melibatkan berbagai pihak (pemerintah, swasta dan masyarakat)

melalui perencanaan, pclaksanaon serta pemantauan dan evaluasi yang

efektif dan eflsien. Oleh karena itu pola yang diterapkan dalarn Gerakan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan} lnl adalah keterpaduan dengan

pembagian peran dan tugas yang jetas.


Hasil wawancara dengan Pak Wlyogo (Kepala Tahura) :

" ... Yang terlibat pelaksanaan di Gerhan lni kan benvak pihak dengan
tugas sesuaf porsinya. Tentunya setiap pihak telah paham dengan
apa yang dikerjakan. Gerhan telah dilaksanakan sejak 2003 oleh
karenanya kemampuan teknis pelaksana Gerhan akan meningkatkan
kernampuan teknls dalam reboisasl. Kala vanq terlibat di
administrasi keuangan tentu leblh mahir tentang urusan adminlstrasl
keuangan, yang ada di kegiatan teknls tentunya hal yang berkaitan
dengan teknis rebolsast akan dia pahami, mulai perencanaan lokasi
sarnpal penanaman dan pemeuheraan ... " (wawancara, Kamis 14 Mei
2009)

Pendapat ini dibenarkan oleh Agus Rlyanto SP (Petugas Lapangan

Gerhan) Tahura :

" ... ya dapat sih .. tambahan ilmu, kami berdua ini sebagai petugas
lapangan Gerhan, yang sebelumnya juga ikut pelatihan PLG
kemudian baru terjun ke lokasi yang jadi tanggungjawab sebagai
µ1;;11dampi11g masveraket don mengawasl pekeljaan pihak UI. Jadl
kami lebih tahu tentang teknis reboisasi itu bagalmana. Sebagai
pendamping Kami kan harus belajar, supaya dapat memberikan
pendapingan yang baik kepada masyarakat dan masyarakat dapat
mengetahul teknls reboisasi khususnya tanam menanam ponon
yang benar itu ... " (wawancara, Jumat 5 Juni 2009)
162

Dampak positif kegiatan Gerhan bagr pemerintah telah

meningkatkan kemampuan teknis dalam pengelolaan kegiatan Gerhan dan

pengorganisasian dalam Gerhan. Tahapan kegiatan dalam Gerhan yang

mellputi perencanaan, pelaksanaan dan pcngawasan/pengendalian yang

tclah dipahami o!eh pelaksana dalam Gerhan akan dapat meningkatkan

kemampuan tekrus dalam hal rehabilitasi hutan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas dari anggota/kelompok

masyarakat yang terlibat dalam kegiatan Gerhan telah dilakukan beragam

upaya, dlantaranya adalah mclalul media penyuluhan, pendamplngan dan

bimblngan. Sebagaimana dlkemukakan oleh Aminudin (masvarekat desa

Hurun yang ikut Gerhan), sebagal bertkut :

" ... dengan terlibat dalam Gerhan, saya dapat tambahan


pengetahuan teknis kehutanan, sepertl gimana teknik penyiapan
lahan, teknik penanaman, teknik pemellharaan, teknlk konservasl
tanah, teknik pernellharaan kesuburan tanah dan tentang kelompok
tani..." (wawancara, Kamis 4 Juni 2009)

Gerhan telah dapat peningkatan kemarnpuan manajerial dan

keterampilan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan.

Penlngkatan kemampuan tersebut adalah peningkatan kcmampuan dalam

pelaksanaan Gerhan mulai penyiapan lehan, penanaman, pemeliharaan dan

pentingnya kelompok tani bagi masyarakat sekitar hutan.

Dai npak lain bayi uemenntah denqan acanva Gerhan adalah

teridentifikasinya masyarakat atau petani yang rnenggarap lahan di Tahura.

Sebelumnya tidak diketahui staoa saja yang menggarap dan "mengusai"

hutan di Tahura. Dengan acanva data tentang nama penggarap inl akan

memudahkan dalam membina dan dapat dengan cepat melacak untuk


153

mengetahui bila terjadi pengrusakan atau penebangan liar di kawasan

Tahura Wan Abdul Rachman.

Tabel 5.6.
Kinel)a dan Dampak Program

Indikator Temuan Keterangan


1. PertanggJngja- Dokumen rancangan Rancangan telah disahkan
waban (Kinerja) telah ada dan sesuai dan digunakan sebagai
ketentuan acuan dalam penanaman

Telah dilakukan Penanaman dilakukan


pembuatan tanaman sesuai jumlah dan jenis
dengan realisasi 100 % tanaman dalam rantek

2. Dampak Program Meningkatkan Tclah terjadi peningkatan


pendapatan dan pendapatan dan menyerap
1 menverao tenaaa keria tenaaa keria
I Memperbaiki hutan rusak Mempercepat pemulihan
dan linakunaan hlcuo rehabilitasi hutan
Meningkatkan Tcrdapat peningkatan
kemampuan teknis kemampuan teknis pihax-
rehabilitasi oihak vano terlibat
Masyarakat penggarap di Penggarap dan lahan
Tahura terdata carapan mudah dioantau
Sumber : Olah data orimer Mei-Juni 2009

Berdasarkan tabel 5.5. diatas hasil dart penyusunan rancanqen

teknis adalah dokumen rancangan teknis pembuatan tanaman

pengakayaan rebo:sasi di Tahura. Dokunen rarcangan inilah yang dijadikan

dasar untuk pelaksanaan pembuatan tar:aman di Tahura mengenai

anggaran biaya yang dibutuhkan, komposisi jenis tanernan dan tata waktu

pelaksanaan dimulai dengan pengadaan bibit, penanaman, pemshharaan

tahun berjalan dan pemeliharaan I dan II. Kegiatan penanaman sesuai

dengan rencana yaitu seluas 2000 ha yang terbagi dalam 8 btok.


164

Program Gerhan yang telzh dilaksanakan dengan pernbuatan

tanaman mempunyai dampak yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat

dan menyerap tenaga kerja, perbaikan ling.<ungan hidup dan meningkatkan

kemarnpuan teknis rehabilitasi hutan aparat peleksana, Dengan telah

diperolehnya hasil kegiatan berupa dol(umen rancangan teknis dan

pelaksanaan pembuatan tanaman reboisasi pengakayaan di Tahura dengan

realisasi 100% maca unsur kinerja telah terpenuhi. Selain itu dengan

adanya program Gerhan telah ada dampak yang diperolch dari program

bagl peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan

hldup.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Program Gerakan


Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan)

[mplemenldsi Gerhart di Tahura Wan Abdul Rahman pada dasamya

adalah keglatan datam rangka mempercepat rehabilitasi hutan akibat adanya

kerusakan yang telah terjad· di kawasan rtu dan menumbuhkan semangat

masyarakat dalam merehabilitasi hutan dengan pembuatan tanaman

reboisasi pengakayaan. Dengan adanya rehabiltasi hutan yang dilakukan

sehingga dapat memulihkan keberadaan dan fungsi hutan sebagai

penyangga kehidupan den cepet meningkatkan kesejahteraan rrasyarakat.

Didelarn melaksenaken suetu proqrarn terdepat =aktm yang berpera11an

sebagai pendukung dan faktor yang menghambat keberhasilan suatu

program.
165

Dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berperanan

dalarn implementasi program Gerhan di Tahura WAR adalah dengan

menggunakan teori George C Edward III. Mcnurut c Edward III terdapat

cmpat faktor kritis yang dapat mempengaruhl implemenlasi suatu program,

keempat (aklor itu adalah komunlkasi, sumberdaya, disposisi dan struktur

btrokrasl.

Keempat faktor tersebut digunakan untuk menganalisis temuan-

temuan yang ada di lapangan dalam mcngimplcntasikan program Gerhan di

Tahura Wan Abdul Rahman, adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi

Komunlkasl berkenaan dengan bagalmana suatu kebijakan atau

program dikomunlkastkan kepada pelaksana dan target darl suatu

program. Menurut C. Edward, lmplementasl kebijakan yang cfektif adalah

bahwa para pelaksana program mengetahui ape yang seharusnya mereka

lalukan dan apa yang rnenjadl maksud dan tujuan darl suatu program.

Program yang disampalkan haruslah jelas, akurat dan konslsten sehingaa

pelaksana program t1dak mengalami kebingungan dalarn

mengimplementasikan prnqram guna mencapai maksud dan tujuan

program.

Bentuk Kornunlkasi ya1g tclah dilakuken oleh pelaksana program

Gerhan di Tahura WAR adalah sostalisesi dan koordinasi mengcnai

proqram Gerhan di Tahura. Sosialisasi program Gerhan telah dilakukan

kepada rnasverakat luas melalui berbaqei serene media yang eda. Begitu

pula dengan koordinasi leleh tlilakuki:ln terhadap pihak-pihak yang terkait


166

dalam implementasi Gerhan yaitu BP DAS, konsultan/Pihak III dan

masyarakat sekitar hutan.

Gerhan sebagaimana keputusan kebijakan publik lainnya telah

disertai juga dengan pedoman petunju,< pelaksanaan. Pedoman

pelaksanaan Gerhan yang dipakai dalam pelaksaan Gerhan tahun 2007

adalah Peraturan Menteri Kehutanan Nornor : P.21/Menhut-V/2007

tentang Penyelenggaraan Gerhan 2007 dan P.22/Menhut-V /2007 tanggal

20 Juni 2007 tentang Pedoman Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan Gerhan

2007. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan yang telah dikeluarkan

tersebut sudah jelas dan tidal< terdapat perbedaan pandangan atau

adanya penafsiran dalam pelaksanaan.

Fakta di lapangan 'fang peneliti ternukan bahwa pelaksana

program Gerhan telah memahami dan rnengertl langkah-langkah apa

yang harus dilakukan dalam implernentasi program Gerhan agar maksud

dan tujuan Gerhan dapat tercapal. Hal ini dikarenakan program Gerhan

telah dilaksanakan sejak tahun 2003 di Tahura WAR. Adanya perubahan

untuk penyempurnaan dalam pettJnjuk pelaksanaan Gerhan dari tahun ke

tahun tidak membuat kesulitan bagi ocleksena dilapangan karena inti

pelakasaan Gcrhan di Tahura berupa pembuatan tanaman dan

menumbuhkan semangat rehabilitasi hutan kepada masverekat sekitar

kawasan hutan Tahura. Para pelaksana Gerhau di Tahura telah

berpengalaman dalam teknik rehabilitasi hutan karena telah lama sebagai

pelaksana Gerhart sejak Gerhen dil uncurkan.


167

Departemen Kehutanan melalui BP DAS telah rnensosialisasikan

Gerhan kepada para pelaksana Gerhart ui daerah. Petaksana daerah

mensosialisasikan Gerhan kepada masyarakat luas. Disamping itu juga

telah terjadi saling koordinasi antar instansi kehutanan sejak perencanaan

dengan menyusun rancangan teknis kegiatan pemuatan tanarnan.

Sebagaimana diketahui satuan kerja rancangan teknis reboisasi Tahura

adalah BP DAS sedangkan 'fang akan memakai rancangan teknis ini

adalah Dinas Kehutanan Provlnsi Lampung. Hal ini seoern dikatakan oleh

Pak Priyanto (Kabid RRH Dishut) :

"Untuk suksesnya Gerhan Dishut telah koordinasi dan sosialisasi


dengan pihak yang terkait Gerhan. Dishut selalu koordinasi
dengan BP DAS waktu penyusunan rancangan. Pihak rekanan
berkoordlnasl dengan Dishut dan BP DAS, karena bagaimanapun
yang nanti akan memakai rancanqan teknis itu kan Dishut meski
Satker Rantek ada di BP DAS. Sebelum penetapan lokasi, Dishut
juga sudah mensosialisasikan tentang rehabilitasi hutan dan
program Gerhan ini kepada rnasvarakat, Pernah juga waktu itu
ada perternuan dengan masyarakat, dengan yang dinamakan
'jaring asmara' (penjaringan aspirasi masyarakat). Dalam jaring
asrnara Inf kita menjaring usulan masyarakat tentang berbagai hal
termasuk dalam penentuan jenis bibit tanaman yang akan
ditanam dalam Gerhan" (wawancara, Senin 18 Mei 2009)

Hal senada tentang adanya scsialisasi ini dikemukakan oleh Yedi

piha k Konsultan, sebagai berll<ut :

" ... Sebelum kami menyusun rancangan, kami sosialisasikan dahulu


kepada masvarakat ten tang renca na kegiatan Gcrhan ini, bahwa
lahan garapan bapak akan jadi lokasi Gerhan ... " (wawancara,
Rabu 20 Mei 2.009)

Pernyataan ini dibenarkan oleh Manto masverekat desa Margooadi

sekitar hutan y.ang turut serta dalam Gerhan, sebaqai berikut :


168

"pernah sih pak ada pertemuan dengan aparat pernerintah dan


juga konsultan, kesihtau kalo lahan garapan kami akan jadi lokasi
Gerhan dan minta usulan jenis tanaman yang diminati dan kasih
penyuluhan tentang kehutanan serta menganjurkan tanam kayu-
kayuan." (wawancara, Sabtu 6 Juni 2009)

Telch dilakckannnya repat-rapat koordinasi, slnkronlsasi dan

keterpaduan dalarn pelaksanaan kebijakan dan program Gerhan antar

instansi kehutanan didaerah yang melaksanakan Gerhan tak kecuali

adalah Dinas Kehutanan sebagai Satker pelaksana di Tahura, akan

rnenarnbah pemahaman dan dukungan demi sukses terlenggaranya

kegiatan Gerhan. Selain koordinasi juga diadakan pelatihan yang

menunjang dalam melaksankan Gerhan.

Komunikasl juga dilakukan terhadap masyarakat sekitar kawasan

hutan Tahura terutama kepada masyarakat penggarap yang "menguasai"

kawasan Tahura yang dijadikan lokasi kegiatan Gerhan. Sosialisasi yang

diberikan oleh implementor ini akan mengurangi resistensi masyarakat

terhadap adanya kegiatan reboisasi, sehingga masyarakat akan mengerti

dan mau turut serta dalam rnerehabilitasi hutan di Tahura. Adanya

resistensi dalam penolakan terhadap Gerhan perneh terjadi di satu lokasl

yang eken dilakukan kegialan. Salah satu metode yang ditempuh Tahura

agar masyarakat tergerah adalah memberi contoh lokasi Gerhan yang

bernast. Dengan adanya sosialisai yang terus-rnenerus dan adanva

contoh keberhasilan Gerhan di lokasi lain di rahura, yang letaknva tidak

jauhnya dari lokasi masyarakat yang sebelumnya rnenolak dan

mengetahui bahwa pola Gerhan yang sekarang berbeda dengan proyek-

proyek reborsasi yang telah ada sebelum Gerhan, masyarakat sadar dan
169

mengerli akan pentingnya rehabilitasi huton melalui kegiatan Gerhan.

Adanya sosialisasi sebelum pelaksar:aan Gerhan dilaksanakan akan

mencegah konflik yang mungkin terjadi yang dapat mengganggu

kelancaran implementasi program Gerhan.

Sosialisasi yang dilakukan pemerintah dengan perternuan

langsung dengan masyarakat juga sebagai sarana untuk menjaring

aspirasi masyarakat dalam pengelolaan hutan khi:susnya untuk usulan

jenis tanaman kayu dan MPTS yang diminati masyarakat. Usulan ini akan

disepakati sejauh tidal< melanggar standar aturan komposisi tanaman

untuk kawasan konser.iasi seperti di Tahura, bahwa untuk di Tahura

komposisi tanaman yang dibolehkan adalah kayu-kayuan 90% dan MPTS

maksimal 10 %. Dengan adanya penjelasan-penjelasan yang diberikan

masyarakat mau menerima, karena sebelum mengetaui tentang aturan

tersebut masyarakat lebih menginginkan tanaman MPTS karena akan

memberikan nilai ekonomis di kemudian hari.

Komunikasi lebih intensif antara pemerintah dan masyarakat yang

tu rut serta dalam Gerhan karena adanya fasilitor Gerhan ( Pctugas

Lapangan Gcrhan atau PLG). Petugas Lapangan Gerhan ini difungsikan

sebagaimana penyuluh kehutanan lapangan yang akan memberi

pcndarnpinqen kepada masyarakat Kegiatan pendampingan tersebut

guna untuk meningkatkan keriampuan teknis masyarakat catarn

pelakasanaan keg:atan Gerhan, meningkatkan kelembagaan keiornpok

tani dan mengembangkan swadava ma.syarakat. PLG yang ada di Tahura

secara pendtdtka-i telah sesuai karena berasal dari sanena, pertanian dan
170

kehutanan. PLG ini sebelum dituqaskan di Tahura telah mendapatkan

oelatihan tentang teknis pelaksanaan Gerhan yang dilaksanakan oleh BP

DAS Way Seputih Sekampung.

Tabel 5.7. Matrik Komunikasf dalam implemetasi Gerhan

lndikator Ha sll Penelitian Keterangan

Kejelasan Telah ada pedoman Gerhan Telah dipedomanr


yang jelas , akurat, sebaqal cara pclaksanaan
konsisten yaitu Peraturan dan 'rambu' dalam
Menteri Ketutanen P.21 dan pelaksanaan kegiatan
P.22 tahu n 2007 Gerhan
Cara yang Soslalisas I kepada pelaksana Komunlkasl telah berjatan
dilakukan dan masy arakat, sallng balk tldak ada salah
berkomun ikasi antar penafslran dengan
pelaksana , pendarnpingan pefaksanaan Gerhan
dan rn~ arakat
'---su-•rn_b_e_r
-:0""1,...ah,...,,.Da..1.ta.:;,:;.Pc:..rlmer
Mel- Junr 2009

Program Gerhan di Tahura dapat beJjafan balk korene adanya

kornunlkasi yang telah difakukan antar pelaksanan tentang maksud dan

tujuan serta langkah yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan Gerhan.

Adanya komunfkasl yang tepat, akurat dan konslsten, yang telah

dilakukan sehingga setiap keputusan yang berkattan dengan

implernentasi Gerhan akan dlrnenqarti dan rnengetahui apa yang akan

dikerjakan. Komunikasi yang baik akan mendukung dalarn pelaksanaan

Gerhan di Tahura.

2. Sumberdaya

Faktor sumberdaya mcrupakan foktor selanjutnya yang penting

datarn implementasi kebijakan. Jika para pelaksana kekurangan

sumberdovo untuk yang diperlukan untuk mengimplementasikan


171

kebijakan/program maka lmplementasi cenderung akan tidak efektif.

Sumberdaya yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sumberdaya

manusia pelaksana, sumberdaya finansial, informasi, wewenang dan

fasilitas yang diterima oteh pclaksana.

a. Sumberdaya manusia sebagai pelaksana

Pelaksana dari program Gcrhan di Tahura adalah eparat

pemerintah, konsultan pelaksana dan masyarakat. Aparat pemerintah

yang terlibat langsung dalern program pelaksanaan Gerhart di Tahura

secara pendidikan dan jumlahnva telah memadai baik yang sebagai

pelaksana ·yang mengurusi administrasi maupun yang mengurusi hai

teknis kehutanan. Hasil wawancara dengan Pak Priyanto Kepala Bidang

RRH adalah sebagai bcrikut :

" ... Staf yang terlibat Jangsung dalam Gerhan sud ah


berpengalaman dalam kegiatan rehabilitasi. Staf yang terlibat
dalam Gerhan, rata-rata sudah sarjana dan jumlahnya mencukupi.
Kalo yang PLG kami rekrut dari staf Dinas sendiri, tempatnya
tugas di Tahura supaya lebih menguasai wilayah. Sedangkan
tentang konsultan pelaksana berasat dari perusahaan jasa
konsultan yang yang kualifikasi dan keahliannya telah teruji. .. "
(wawancaro, senin 18 Mei 2009)

Hal senada diungkapkan Bp Purwanto konsultan pelaksana,

sebagai berikut :

" ... kami memiliki SOM yang cukup jumlahnya, yang ahli
dibidangn·{a dengan keruampuan dan psndidikan sesuai..kalau
kami gak sesuai kualifikasi tentunya gak bisa ikut sebagai
pelaksana yang ditunjuk Dishut .. " (wawancara, Selasa 26 Mei
2009)
172

Aparat Dinas Kehutanan yang terlibat dalam pelaksanaan Gerhan

(sekretariat Gerhan) berasal dari Sarjana Kehutanan, Pertanian dan

Ekonomi dan Sekolah Kehutanan Menengah Atas. Kemudian 2 orang

Petugas Lapangan Gerhan (PLG) berasal dari 51 kehutanan dan Sl

Pertanian. tater belekanq pendidikan yang sesuai dan pengalaman yang

dimiliki pelaksana akan memperlancar keglatan progam Gerhan yang

dilaksanakan.

Sumberdaya darl konsultan yang terlibat dalam penyusunan

rancangan teknls dan pembuatan tanarnan adalah berasal darl

perusahaan yang secara krlteria memenuhl untuk melaksanakan keglatan

terseout, Konsultan pelaksana tersebut dltunjuk melalui mekanlsme

pelelangan. Konsultan pelaksana berasal dari orang-orang yang tclah ilhli

dibidangnya sesual dengan bidang kerja yang dltanggani, lnl dapat

terlihat dari sumberdaya dalam profit perusahaan. Selain ahll di bldang

kehutanan, perusahaan konsultan lnl juga dllengkapi oleh berbagai

peralatan dan fasilitas yang mendukung lancarnya pekarjaan yang

menjadi tanggungjawab konsultan sehingga pelaksanaan program dapat

berjalan dengan baik.

Masyarakat sekitar kawasan hutan sebagai target sasaran dan

pelaksana langsung kegiatan Gerhan yang bcrtindak sebagai tenaga

kerja. Masyarakat ini membantu mulai soot pengukuran (rintisan

penqukuran) don seat pernbuatan tanaman dan pemellharaan.

Masyarakat ini adalah para petani penggarap lehan di Tahura yang secara

jumlah mencukupi dan sudah terbiasa peserjaan tanarn-rnenanarn balk


173

tanaman semusim atau tanaman keras sehingga tidak ada kedala dalam

mendukung suksesnya pelaksanaan program Gerhan.

b. Sumberdaya finansial

Pelaksanaan Program Gerhan di Tahura Wan Abdul Rahman

didukung dana yang cukup besar. Dana yang dialokasikan untuk Gerhan

2007 kontrak tahun jamak di Tahura sesual dengan dokumen adalah

jumlah pagu anggaran DIPA BA 69 GNRHL/GERHAN Tahun 2007

sejumlah Rp 5.862.816.500,. Dana tersebut dialokasikan untuk kegiatan

multi years pembuatan tanaman 2000 ha tcrmasuk untuk pemeliharaan

tahun I dan II, dan dana untuk pen laian tanaman/kinerja Gerhan.

Sebagalmana hasll wawanc.ara deogan Deely Juanda 5ekretaris Gerhan :

" ... dana Gerhan ml dari dana pusatJAPBN. Untuk nilai nominalnya
cukup besar. Namun yang pa.sti sistem penggaran yang sekarang
lni kan berbeda dengan yang dulu. Kalo dulu harap-harap cemas
turunnya anggaran unluk tiap tahapan pekerjaan mlsal sudah
tanam terus tahun berikutnya masih bertanya-tanya turun nggak
dana Lntuk pemellharaannya, kalo yang sekarang pendanaan
lebih terjamin, bibit dan peranarran sampei pemeliharaan sudah
aca kepastlan .. : (wawancara, Rabu 13 Mei 2009)

Ketersediaan dena yang besar tersebut dan sistem pelaksanaan

Gerhan sekarang menggunakan sistem mufty years maka keberlanjutan

pembuatan tanaman leb1h pastl sejak pengadaan bibit sampai

pemellharaan tatun xe-z. Dara tersebut akan diqunakan untuk

mendukung pelaksanaan Gerhan secara multiyears 2007-2009. Dana ini

tidak "r.air" secara sekaligus tetapi cair menurut termin dalam tahun

anggar;in sesuai dengan pekerjean yang telah dilakusan.


174

c. Informasi

Para pelaksana program harus mengetahui tentang apa dun

bagaimana melaksanakan suatu proqrarn yang telah ditentukan. Aparat

Dinas Kehutanan, konsultan, telah mengetahui tentang program Gerhan

inl, dan cara untuk melaksanakannya. Sebagaimana dikemukakan oleh

Pak Priyanto (Kabid RRH), sebagai berikut :

" ... Dephut telah mengeluarkan pcdomaan penyelenggaraan dan


juknls/juklak Gerhan 2007. Menurut saya sudah sangat jelas dan
mudah untuk diikuti pedoman itu guna lancamya pelaksanaan
Gerhan ... "(wawancara, Senin 18 Mei 2009)

Hal senada disampaikan oleh Kasi Tahura, sebagai berikut :

" ... dengan adanya juklak/juknis Gerhan acan memberi petunjuk


dan arahan baqalmana Gerhan dilaksanakan. Dan kaml sudah
paham karena Gerhan ini kan sudah sejak 6 tahun lalu di
laksanakan .. " (wawancara, Kamis 28 Mel 2009)

Kemudian yang dikatakan Purwanto pihak Konsultan sebagai


berikut :

" .. Kalo kami selain menuruti apa yang ada juklak/juknis Gerhan,
juga mctakserakan sesuai yang ada dalam perjanjian kontrak
kerja pelaksanaan Gerhan . ." (wawancara, selasa 26 Mei 2009)

Pendapat agak berbeda disampaikan oteh Jana masyarakat desa

Kebagusan di lokasi Gerhan, sebagai berikut:

" ... Kato saya pak, taunya Gerhan ya keqiatan tanam menanam
dan merawatnya, seteb1hnya kurang paham. Dalam melaksanakan
kerjaan sesua intruks' dari peleksane atas, wakt.mve untuk
menanam, wakturya pemetiharaan tanaman akan saya kPrjakan
sesuai intruksinya. Dcpatnya informasi dari ikut pembinaan atau
waktu aca petuqes lapangan yang kesint kaslh penyutuhan .. "
(wawancara, Selasa 9 Juni 2009)

Dari beberapa hasil wawancara tersebut depat dikelohui bahwa

informasi tenlilrry al)a den bagaimana Gerha1 dilaksanakan telah


175

dipahami oleh petaksana Gerhan baik aparat pemerintah, konsultan dan

masyarakat meski pemahaman akan informasi ini berbeda-beda. Namun

secara umum telah mengetahui bagaimana Gerhan dilaksanakan dan apa

yang dikerjakan sesuai dengan kepasitas tanggungjawabnya. Dengan

adawa pemahaman informasi ini akan mendukung terselenggaranya

program Gerhan yang baik.

lnformasi tentang adanya kegiatan pembuatan tanaman reboisasi

di Tahura untuk setiap petak (± 25 ha) dipasang papan informasl tentang

keglatan yang dilal<sanakan. Adanya papan infonmasi ini akan memberi

informasi kepada masyarakat luas bahwa di tempat tersebut ada kegiatan

pembuatan tanaman mellputi leta'< lokasi, petak/blok, luas, jarak tanam,

jenis tanaman, sumbcr dana dan konsultan pelaksana.

d. Wewenang

Kewenangan yang melekat pada pelaksana Gerhan di Tahura

sudah bers.fat formal dan dapat dijadikan legitimasi dalam implemenlasl

program Gerhdn. Pelaksana program dari unsur pemerlntah telah

mendapat Surat Keputusan (SK) kepala Dmas Kehutanan, tentang

pe-umjukan dan pengangkatannya pelaksana Gerhan yang terhimpun

daam sekretariat Gerhan. Petugas I apangan Gerhan (PLG) mendapat SK

Pe1gangakatan dari kepata BP OAS. Pelaksana dari konsultan pembuatan

tanaman berupa Surat perjanjian Kerja (SPK/kontrak) antara pihak

konsultan dengan pejabat Pembuat Komitmen (PPK Dinas Kehutanan).

Hal ini sebaga·mana hasil wawancara dengan Dedy Juanda (sekretaris

Gerhan) :
176

" ... pelaksana yang ada dalam sekretariat Gerhan diangkat dengan
SK kepala Dinas, kalo PLG rnelalui SK kepala BPDAS atas usulan
dari Dishut. Pihak konsultan berupa surat perjanjian kontrak
antara Dishut dengan konsultan. Dengan terbitnya SK dan SPK
maka rnereka inl sudah dapat wewenang sesual dengan porsinya
maslng-masing" (wawancara, Rabu 13 Mei 2009)

Berdasarkan hal tersebut maka setelah mendapatkan legitimasi

balk berupa SK pengangkatan dan Surat perjanjian kerje rnaka pelaksana

mendapat wewenang penuh sesual dengan tugas yang diembannya

sebagai pelaksana program Gerhan. Pelaksana dalam sekretariat

berwenang dalam admlnlstrasl dan mengatur dalarn pelaksanaan teknis.

Dari hasll wawancara diketahul PLG bewenang dalam pendampingan

masyarakat sekitar lokasl keglatan dengan mcmterlkon penyuluhan,

bimbingan dan pengarahan kepada rnasyarakat/kelompok tanl Gerhan

serta pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan Gerhan oleh konsultan.

Konsultan Pelaksana pembuatan Tanaman berwenang dalarn

rnelaksanakan keglatan sesuai dengan kontrak kerja berupa persiapan

penanaman, penanarnan, dan pemellharaan tahun I dan II. Scdangkan

petani adalah scbagai pekerja pada waktu penanarnan dan

pemeliharaan. Dengan adanya wewenang yang di111iliki uleh settap

peleksana yang dilakukan denqan baik make akan mendukung program

Gerhan yang balk pula.

e. Fasilitas yang diterima

Para oelaksena program Gerhan di Tahura mendapat fasilitas

guna merdukung kelancaran pelaksanaan program. Hasil wawancara

dengan Bp Privanto (PPK C..erhan) diperoler gambaran sebaqai berikut:


177

" ... pelaksana Gerhan mendapat honorarium sesuai dengan


ketentuan yang ada. PLG juga dapat honor/tunjangan dan semua
PLG dapat motor, untuk operasional lapangan. Kalo di sekretariat
Gerhan, semua fasilitas yang ada di kantor ini bisa dimanfaatkan
tersedia komputer untuk menyelesaikan urusan adrninistrasi. . ."
(wawancara, Senin 18 Mei 2009)

Hasil wawancara tersebut dibenarkan juga oleh Agus Riyanto SP

(Petugas Lapangan Gerhan), sebagai berikut :

" ... yang saya dapat itu honor/tunjangan, biaya pemondokan,


perlengkapan lapangan, dan biaya dokumentasi/pelaporan dan
bantuan transport untuk koordinasi ke BP DAS. 1lap orang PLG
dapat motor dinas, merk Yamaha King, untuk operaslooel
lapanqan .. ." (wawancara, Jumat 5 Junt 2009)

Kemudian hasil wawancara denqan Purwanto (konsultan) sebagai

berikut :

" ... Kami memlliki persemaln b:blt tanamon kayu dan MPTS, sarana
tranportasi, peralatan pertanian dan peratatan yang dlperlukan
untuk pelaksanaan Gernan ... " (wawancara, selase 26 Mel 2009)

Ketersedlaan fasilitas berupa fasllltas oeralatan akan memotivasi

dan memberi kemudahan kepeda pelaksana program dalam

melaksanakan program sesual dengan tujuan yang ingin dlcapai. Dengan

dcmikian implementasi program akan berialan dengan baik dan lancar

dengan adanya dukungan fasilitas yang ada dan fasilitas yang dttcnrne

oleh pelaksana program memotivasi melakukan tugas sebaik·balknya.


178

Tabel S.S. faktor Sumbeidaya dalam Implemetasi Geman

Indikator Hasil Penelitian Keteranoan


I Sumberdaya manusia Telah tersedia SOM
peaksana sesuai jumlah
SOM mernpunyai
kecakapan dan
I
dan kualifikasinya kemampuan sebagai
-sumberdana oelaksana orogram
Tersedie dana mencukupi Dana mendukung demi
untuk pelakscnaan lancamya program
program
Informasi Telah 11emperoleh lnrormas telah jelas dan
informasi sesuai tugas cidak membingungkan
clan perannya
Wewenang MeinpunyaiweV1enang
-
Wewenang dlgunakan
sesuai dengan SK sesuai dengan kapasitas
pengangkatan/ Surat untuk berhasilnya
kontrak keria prooram
Fasilitas Telah ada fasilitas sesuai Fasilitas mendukung
dengan bidang ~as kelancaran program
Sumber : Olah Data Pnmer Mei-Jun17:xJ9

Faktor sumberdava adalah penting dalam menunjang

keberhasilaan program. Program Gerhan dilaksanakan dengan

tersedianya sumberdaya manusa yang cukup, didukung oleh sumber

dana/tinansial yang cukup besar. Informasi yang dipero!eh pe!al<sana

telah jelas karena didukung oleh adanya pedoman pelal<snaan yang je!as

pula. Disamping itu adanya wewenang yang dimiliki oleh pelaksana baik

aparat :Jemerintah, konsultan pelaksana dan masyarakat dengan peren

dan tugas berbeda namun dapet bekerja sama dapat mendukung

keberhasilan program Gethan. Demi lencernye pelaksanaan tersebut

implementor dilengkapi dengar fasilitas ya09 dibutuhkan unluk

menunjang dafam pelaksanaan program. Adanya ketersediaan

surnberdaya ma,usia, sumber dana, info·mdSi yang jelas, wewenang

yang dimiliki dan fasilitas yang memadai make peraksanaan Gerhan dapat

berjalan bek.
179

3. Disposisi

Disposisi diartikan sebagai sikap atau karakteristik pelaksana

kebijakan, hal ini berkaitan dengan komitmen, kejujuran, sifat demokretis

(Agustino:2006). Jika implementor memiliki diposisi yang baik maka akan

dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang dikehendaki oleh

pemoust kebijakan. Adanya insentif yang diberikan kepada pelaksana

program skan dapat meningkatkan komitmen pelaksana terhadap

pelaksanaan program Gerhan.

Hasil wawancara dengan Pak Priyanto Kiibid Rehabilitasi Hutan

diperolch kcterangar., sebagai berikut :

'Yang direkrut dalam sekretariat Gerhan adalah staf yang mau


kerja keras dan sudah pengalaman di kcgiatan-kegiatan
rehabilit.asi sebelumnya. Mengenai pendidikannya kalo menurut
saya sudah pas, yang bagian teknis dari kehutanan atau pertanian
dan yang dibagian administrasi, ngerti rnasalah adminlstrasi dan
keuangan. Kato yang PLG Dishut perekrutannya dari staf yang
mengetahui wilayah dan yang udah 51 kemudian diusulkan ke BP
DAS untuk diangkat. Kami pelaksana yang ada disekretariat ini
dapat honor bulanan sesuai dengan jabatannya struktur
keprovekan, kalao nilainya kedl 200-500ribu. Bagi kami adanya
program ini juga bagian dari pekerjaan sebagai pegawai
kehutanan, sehingga akan dengan sungguh-sungguh melakukan
kcrjaan ini. Demi suksesnya Gerhan" (wawancara, Senin 18 Mei
2009)

Hal senada diunqkspkan o!eh Dodi Darmawan S.Hut (PLG Tahura)

sebaydi berikut :

"... Ka mi diangkat olen BP DAS atas usuran/rekornendasi dari


Dishut sini. Untuk insentif kami dapat, ada honor bulanan, untuk
pemondokan, perlengkapan lapanqan, blava ~asili:asi dengan
dengan kelompok tani, biaya dokumcntcsi dan biaya untuk
transpor ke BP DAS untuk koordinasi. Meski telah dapat motor tapi
tidak ada dana operasional untuk bcnsinnya. Dengan tambahan
honor itu temevantan mas untuk tambah-tambah karena sebagi
PLG di Dishut ini, karena kan kebetulan saya staf PNS di Dishut
180

juga, yang ditempatkan di UPTD Tahura. Sejak dulu sudah sering


turun ke lapangan ke Tahura, jadi gak masalah jadi PLG, apalag:
sekarang dapat tarnbahan dana karena jadi PLG."( (wawancara, S
Juni 2009)

Pendapat sedikit berbeda dikemukakan oleh Purwanto (konsultan

Pelaksana),sebagai berikut :

"... konsultan ini kan ditunjuk lewat pelelangan umum, padahal


yang ikut lelang banyak, kalo kami yang mcnanq tentunya kami
punya kelebihan dibanding dengan yang lain dan dianggap
mampu menyelesaikan pekerjaan ini oleh Dishut. Ya kami
menyelesaikan pekerjaan penanaman ini sebaik mungkin karena
kan yang nanti di bayar ilu tanaman yang hidup, pokoknya
gimanalah caranya biar prosentase hidup tananam itu tinggi, kalo
prosentase tumbuh itu kurang 70% pada waktu penilaian ya kami
bisa tidak dibayar, ya bisa rugi nanti. .. tr (wawancara, Selasa 26
Mei 2009)

Berdasarkan temuan dilapangan tersebut, penunjukan atau

rekruitmen pelaksana lebih didasarkan pada kepentingan praktis demi

keberhasilan pelaksanaan. Pelaksana ditunjuk dengan atas dasar latar

belakang pendidikan, kemampuan dan kecakapan serta pengalaman kerja

yang telah mereka tunjukan pada kegiatan sebclumnya. Pelaksana

program yang ditunjuk dengan adanya pertimbangan tersebut maka

rncreka mengetahui apa dan bagaimana ·yang harus dilakukan derni

kelancaran progam karena mereka berasal den star yang handal.

Pelaksana yang berasal dart kousuuen penunjukan mereka t€1ah

jelas yailu denqan lelang terbuka berdasarkan peraturan yang berlaku

vaitu Keppres 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa.

Konsultan pelaksana yang terpilih sudah pasti rneruoakan konsultan

handal, yang secara sumberdaya manusia, finansial, dan pengalaman


181

yang konsultan miliki akan mampu melakukan pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya yaitu mengadakan penyusunan rancangan teknis dan

pembuatan tanaman reboisasi di Tahura.

Tabel 5.9. Faktor Disposisi dalam Jmpementasi Gerhan

Indlkator Hasil PenelitJan Keterangan


Rekruitmen Rekruitmen pelaksana pada Pelaksana m cmpunval
pelaksana aparat pemertncah sesuai kemauan da n
pendidikan, pengalaman dan kemampuan celem
ke-nampuan kerja. mendukung keberhasilan
Konsultan pelaksalld : direkrut pelaksanaan program
melalui lelang terbuka menurut
Keoores 80 tahun 2003
Insentif Pc1akasana dari pemerintah : Insentif me,mberi
insentif bukan faktor yang dorongan un tuk lebih
utama tetapi lebih pada berhasilnya pelaksanaan
tanggungjawab dan pengabdian program Ge rhan
Konsultan : rnsentif pendorong
utama keberhasilan
oelaksanean
Sumber : Olah Data primer Mei juni 2009

Perekrutan terhadap pelak.sana program telah dilakukan dengan

baik. Bagi pelaksana aparat pemerintah sesuai dengan pendidlkan,

pengalaman dan kemampuan kerja sebelumnya. Sedangkang konsultan

denga sistem lelang terbuka untuk menjamin netralitas dan mcnoapatken

pclaksana yung bcnor-bener mampu untuk melaksankannya.

Insentif yang diberikan kepada pelaksana program telah rternpu

untuk meningkatkan kelnginan 11elaksanakan prog ·am denqen L>.:kl!rjd

atau melaksanakan tugas dan lcmygung jawabnya masirg-masing. Aparat

pemerintah selaku pelaksana program lidak senata-rnata karena adanya

insentif ini tetapi lebih kepada tangungjawab dan tuqasnva sebagai

aparat kehutanan.
182

Pihak konsultan melaksanakan program dengan baik karena

adanya aturan bahwa nanya petak tanaman diatas 70% tumbuh yang

akan mendapat insentif/dibayar pemerintah. Kenyataan ini memberi

gambaran bahwa insentif yang akan diterima oleh konsult.anlah yang

lebih mendorong untuk keberhasilan pelaksanaan dalam program Geman,

karena penilaian keberhasflan pelaxsanaan yang telah konsultan lakukan

adalah dengan menilai prosentase tumbuh setiap petak tanaman.

4. Struktur Birokrasi

Implcmcntasi program adalah suatu hal yang sangat komplek,

sehingga menuntut adanya kerjasarna banyak orang. Struktur blrokrasl

yang baik akan mendukung proses lmplementasi kebljakan/program yang

dicanangkan pemerintah pusat dan dlsertal dengan stancar operasional

prosedur (SOP) yang jelas dan pasti. Departemen Kehutanan sebagai

pelaksana program Gerhan di tingkat pusat telah mengeluarkan pedoman

penyelenggaraan dan pedoman teknis dan pctunjuk Pelaksanaan Program

Gerhan. Pedoman yang paling akhir adalah melalul Peraturan Menteri

Kchutaoan P.21 dan P.22 tahun 2007.

Pedoman penyelenggaraan Gerhan menjadi pedoman bagi

implementor untuk n'eleksanakan program Gerhan di pusat dan di

daerah. Pedoman tcknis oerisl :

a) Pendahuluan, berisl latar belakanq, maksud dan tujuan. ruang

lingkup dan pengertian. sem.rarwa bertsi tentang program Gerhan

dan hal·hal yang berkaitan,


183

b) Perencanaan, berisi hirarki perencanaan, mekanisme penyusunan

rencana.

c) Penyediaan bibit, berisi kriteria dan standar mutu bibit, standar dan

kntorta mutu benih, standar persemaian dan temapat pengumpulan

sementara.

d) Pembuatan tanaman, be-lsi penjelasan pembuatan tanaman

rebolsast, hutan rakyat, hutan kota dan kegiatan penanaman yang

lain pada bagian ini dijelaskan mulai penyusunan rancangan,

penanaman dan sampai pemeliharaan, tata waktu dan organisasl

pclaksana.

e) Pembuatan bangunan konservasl Gerhan, pada baglan lnl dljelas

cJengim detil mulal perslapan, pelaksanaan dan pemeliharaan, dan

hasil kegiatan.

Selain pedoman penyelenggaraan, pedoman teknls, dilengkapl

Juga petunjuk pelaksanaan. Dldalarn petunjuk pelaksanaan sudah sangat

Jelas dan lengkap berlsl tentang standar prosedur yang dilakukan oleh

pelaksana tentang kegiatan pembuatan tanaman di dalam dan di luar

kawasan, pembuatan bangunan konservasl dan tata cara pelaporan

dengan sangat jeias dan detil disertai dengan format laporannya. Dengan

adanya pedoman teknis dan pentunjuk polaksanaan sudah lengkap

sebagai panduan pelaksanaan. Hal ini seperti hasil wawancara dengan

Dedy Juanda Sekretaris Gerhan, sebaqal bcrikut :

"Juknis don juklah Gerhan sudah 'enqkep, sudah mengatur dan


memberi petunjuk tentang prosedur yang harus dllaksenaken
184

dalam setiap tahapan Gerhan. Semua kegiatan yang ada di


Gerhan telan ada pedomannya ... "(wawancara. Rabu 13 Mei 2009)

Hal senada dikemukakan Ronald HPP sebagai berikut:

" ... pedoman telah cukup lengkap ya, semua kegiatan Gcrhan baik
penanaman atau bangunan konservasi, baik di datarn dan luar
kawasan hut.an sudah ada panduannya. Disana ada pe11ilaian
kinerja, penunjukan penilai dan sebagainya, disitu sudah ada
standar prosedur, Jadl sava kira enggak ada lnterpretasi beda
tentang Gerhan .... " (Wawancara, Kamis 28 Mei 2009)

Pernyataan inl diperkuat oleh hasil wawancara dari Bp Wiyogo

sebagai berikut :

•· ... menurut saya sudah cukup lengkap, dengan detil mengatur


siapa pelaksana yang terlibat, bagaimana keglatan penanaman
atau bangunan konservasl dllaksanakan, penunjukan LPI termasuk
cara sampllngnya, usulan DIPA perubahan, pelaporan dan segala
hal yang terkait dalam Gerhon tel ah ada di pedoma n itu, sampai
outline laporan, tabelnya juga ada.: (Wawancara, Kamis 14 Mei
2009)

Berdasarkan hal tersebut dan penggallan dokumcn dapat

dlketahui bahwa stander operasional prosedur dalam Gerhan sudah detil

dan jelas. Adanya SOP yang jelas lnl IJagi pelaksana maka pelaksana

mengetahul hal apa yang harus dikerjakan dan dan bagaimana

melakukannya guna mensukseskan program Gerhan. Sebagai contoh

adalah prosentase komposisl jenis tanaman sudah diatur dengan jelas

unruk setiap jenis kegiatan tanaman. Dalam SOP ini juga telah adanya

batasan kewenangan setiap organisasi pelaksana yang terkait dalam

program Gerhan. Tersedianya SOP yang lengkap dan kemudian oleh

dipatuhi pelaksana dan dilaksanakan dengan baik maka menjadikan

keberhasilan Gerhan di Tahura.


185

Sela in SOP make: fragmentasi jug a menjadi faktor yang perl u

mendapat perhatian dalam implementasi kebijakan. Fragmentasi

mengandung makna sebagai pembagian tugas can tanggungjawab

kepada unit yang lebih kecil. Rentang tugas yang dan tanggung jawab

yang tersebar menjadikan jalur birokrasi lebih panjang, sehingga

menghambat implementor melaksanakan tugasnya. Struktur organisasi

yang panjang akan nenjadikan prosedur birokrasi yang rumit dan

komplek.

Hasil wawancara dan penelusuran dokumen diketahui bahwa

pembuatantanaman Gerhan tahun 2007 sedikit berbedadari pernbuatan

tanarnan reboisasi sebelumnya. Pembuatan tanaman reboisasi2003-2006

dengan swakefola yaitu : pengadaan bibit oleh BP DAS dan dinilai LPI,

bibit diserahkan kepada Dinas Kehutanan, selanjutnya kegiatan

penanaman oleh Dishut dan bersama masyarakat dilokasi yang telah

ditetapkan, tanaman dinilai LPL Sedangkan untuk pembuatan tanaman

reboisasi 2007 denqan sistem kontrak tahun jamak yaitu : Dinas

Kehutanan menunjuk kontraktor/pihak ill untuk pengadaan bibil,

penanaman dan pemelihaaran I den Il, masyarakat sebagaitenaga kerja,

tanaman dinilai LPI.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka struktur birokrast

pelaksanaan Gerhan 2007, dalam hat pemnuatan tanaman telah

mengalami penvecernanaan atau teljadi pemangkasan fragmentasi jika

d1ba~dingkan pelaksaneen pembuatan tanaman -eboisasi Gerhan awal


186

diluncurkan. Penyederhanaan ini telah mernberi efek positif dalarn

meningkatkan keberhasilan tumbuh tanaman Gerhan.

Pemisahan pelaksanaan kegiatan pengadaan bibit dcngan

kegiatan penanaman antara lain dapat menyebabkan tersendatnya alur

pelaksana kegiatan pembuatan tanaman secara keseluruhan. Belum

terjadinya sinkronisasi sstem birokrasi antara instansi BPDAS sebagai

penyedia bibit dengan Dinas Kehutanan dilain pihak waktu ltu seringkali

menyebabkan bibit ~·ang sudah disediakan menjadi "terlantar" karena

tidak langsung ditanam. Te.ntunya keadaan i'li akan menurunkan kua!itas

bibit dan pada ujungnya akan rrempengaruh tlngkat kcberhasilan

tanaman dilapangan.

Hasil wawancara dengan Bp Priyanto Kabid Rehabilitasi, sebagai

berikut:

"Kalau pelaksanaan Gerhan yang sekarang pelaksana pembuatan


penanaman adatah Dishut yang dikerjakan oleh pihak III,
kegiatannya pengadaan bibit, penanaman dan pemeliharaan, jadi
pengadaan bibit sudah inklud disitu tida'< lagi terpisah seperti
dulu, kalo yang dulu pengadaan bibit oleh BP DAS. Adanya
pemisahan ini ada baiknya juga, jadi Jebih memperpendek jalur
birokrasi. Kalo dalam sistem multiyears, penganggarannya secara
bcrkclanjutm sehingga Iebih terjamin tanaman dalarn
ketersediaan dana pemeliharaannya, paling tidak sampai
pemeliharaan tahun ke 2 .. " (wewencara, Senin 18 "lei 2009)

Perubahan dengan menggabungkan antara kegiatan penqadaan

bibit dengan kegiatan penana-nan menjadi seru petaksanaen akan

mernpertancer dalam kegiatan pernbuatan tanaman. Disamping itu

dengan pola kontrak sistem jamak ( multiyearS) yang sekarang, akan lebih

menjamin ketersediaan anggi:lran dan tata waktu turunnya anggaran. Hal

ini dikarenakan dengan sistem multiyears ini tanaman lebih tenamm


187

pendanaannya sampai pemeliharaan tahun II. Seringnya anggaran yang

turun terlambat dimasa lalu dapat mempengaruhi keberhasilan tanaman,

karena program Gerhan yang intinya berupa tanam menanam sangat

tergantung dengan musim. Musim hujan biasanya terjadi awal dan akhir

tahun yang merupakan awal tahun anggaran. Pada awal tahun umumnya

anggaran belum turun, biasanya anggaran baru turun bulan-bulan

berikutnya dan sudah masuk akhir rnusim hujan maka keberhasilan

tanaman pun menjadi kecil. Adanya perubahan berdasarkan tata waktu

tahun anggaran menjadi sistem dalam pendanaan secara multiyears ini

sangatlah tepat dalam upaya meningkatkan keberhasilan program Gerhan

di Tahura Wan Abdul Rahman.

Tabel. 5.10. Faktor Struktur Birokrasi dalam Implementasi Gerhan

Indikator Hasil Penelitian Keterangan


SOP SOP Gerhan berupa pedoman teknis Pelaksana telah
dan petunjuk pelaksanaan sudah jelas mengetahui tahapan
dan lengkap yang menguraikan dalam pelaksanaan, hal
setiap tahapan pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan
berdasarkan SOP
Fragmentasi Telah terjadi pemangkasan fragmentasi Pelaksanaan tidak
dibandingkan sistem sebelumnya tersebar, sehingga
pelaksanaan Gerhan sebelumnya, kalo
sebclumnya blrokrasi pengadaan bibit rnemperpendek
blrokrasi ''']
terplsah dengan penanaman, sistern
YiJ!)g se~~rang _dijadikan satu .
Somber : Olah data pnmer Mei -Jurn 2009

Program Gerhan yang telah dilengkapi dengan SOP berupa

pcdoman teknis dan petunjuk pelaksanaan yang lengkap dan jelas yang

mudah dimengerti oleh pelaksana program. Para pelaksana mengetahui

apa dan baqairnana yang harus dilakukan berdasarkan SOP pada gerhan

tersebut. Adanya SOP yang lengkap dan jeJas tersebut rnemudahkan


188

pelaksana melaksanakan program sesuai deng tugas dan wewenangnya.

Pada Gerflan 2007 ini terjadi pemangkasan fragmentasi, dulu pengadaaan

bibt dengan satker terpisah sekarang menjadi satu satker dengan

penanaman. Adanya pemangkasan ini lebih memperpendek jalur birokrasi

dan tidak tersendatnya alur pe!aksanaan tahapan kegiatan Gerhan.

5. Faktor lain yang berperan (Sebagai Temuan Penelitian)

1. Partisipasi masyarakat

Telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa kawasan Tahura

sebagian besar lahannya telah dirambah dan menjadi tenan garapan bagi

masvarakat sekitar kawasan hutan. Pada lokasi pembuatan tanaman

Gerhan telah dipenuhi atau menjadi Jahan garapan masyarakat. Kegiatan

pembuatan tanaman Gerhan 2007 yang telah dilaksanakan seluas 2.000

ha, jumlah total yang menggarap pada lokasi penanamun tersebut adalah

sebanyak 1.544 penggarap. Jurnlah masyarakat yang rnengarap pads

lokasi pernbuatan tanarnan Gerhan de,1gan rata-rata "pemillkan" lahan

garapan seluas 1,295 ha (data Dishut). Kondisi yang dernikian ini rnaka

perlu diperhatikan agar bagaimena masyarakat penggarap dapat

berpartisipasi a<tif dalam penanaman, pemeliharaan dan pengarnanan.

Hasil wawancara de1gan Purwanto kontraktor pelaksana

pembuata-i tanarnan. se:>agai berikut :

'Tenaga kerja yang terfibat peoanaman dapat dibedakan dengan


dua cara yaitu dengan banjar hanan artinya tenaga kerja dari luar
dan sistem tumpang sari artinya kelornpok tani penggarap lahan.
Dari pengalaman karni Sistem yang kedua (lumpang sari)
cenderung lebih berhasil dt>..ngan baik dibanding dengan yang
tenaga kerjanya dari luar. Penggarap akan memelihara tanarnan
kehutanan ini sebagai jarninan keberadaan rnereka, Menurut saya
189

demi berhasilnya Gerhan mau tidak mau harus melibatkan peran


serta petani penggarap disana, kalo sekedar tanarn saja ya bisa
tetapi kelangsungan hidup tanaman itu entah gimana tidak
terjamin" (wawancara, Selasa 26 Mei 2009)

Adanya kenyataan yang demikian maka rehabilitasi hutan dengan

pembuatan tanaman reboisasi ha ruslah mend a pat dukungan dan

pertisipasi dari masyarakat. Seharusnya tanpa dukungan masvarakat pun

rehabilitasi hutan tersebut dapat bcqatan dengan baik. Namun kondisi

kawasan hutan Tehura WAR sekarang sudah banyak mengalami

perambahan dan penggarapan lahan. Oleh karena itu, kegiatan

rehabilitasi tersebut rnau tidak mau harus melibatkan penggarap baik

yang bermukim dldalam kawasan hutan maupun penggarap yang tinggal

di luar kawasan hutan. Hasil wawancara dengan Bp Ujang desa

Kebagusan (masyarakat sekit.ar hutan) sebagai berikut :

"... Kalo ikut di Gerhan dalam kegiatan nanam ya kami senang pak,
karena yang ditanami itu juga lahan garapan kami, disamping
dapat upah, ya nanti yang pctik hasilnya kan kami juga sebagai
penggarap. Makanya tanaman itu kami pelihara supaya nanti
dapat hasil... " (wawancara, Selasa 9 Juni 2009}

Masyarakat akan termotivasi unruk berpatisipasi , apabila :

partisipasi diqalakkan oleh organisasi yang diketahui masyarakat atau

eksis di dalam masyarakat terkait, partisipasi yang diikuti menghasilkan

manfaat !angsung bagl masyarakat, manfaat yang diperoleh dari

berpartisipasi dapat memenuhi kebutuhan dasar, masyarakat mcmpunyai

kontrol terhadap proses partisipasi. Kondisi inilah yang mcndorong

masyarakat turut dalam program Gerhan. Seperti telah diuraikan pada

dampak manfaat program, dari hasil wawancara bahwa dengan adanya


190

keqiatan penanaman rebolsasl ini masyarakat mendapat upah sebagai

hasil kerja dan ada nya hara pan dimasa depa n terhadap nilai ekonomis

hasil tanaman Gerhan. Adanya rasa mcmiliki masyarakat penggarap

terhadap tanaman inilah yang menjadikan tumbuhnya tanaman lebih

terjamin, sehingga kebernastan program Gerhan dengan reboisasi

pembuatan tanaman di ·1 ahura lebih berhasil.

Schagaimana dikemukakan Ronald HPP, sebagai berlkut :

" ... Kawasan Tahura inl kan bukan kawasan hutan yang kosong
tanpa penghuni, tapi banyak terdapat masyarakat penggarap
bahkan ada yang bermuklrn membentuk "talang". Oleh karenanya
Dishut dan UPTD Tahura khususnya sclalu mengadakan
penyuluhan dan pembinaan tentang Kehutanan. Kato untuk
menurunkan mcrcka dari Tahura sangat sutit, jadi rnau tidak mau
ya harus aoa pendekatan mengajak penggarap ini ikut dalam
kegiatan Gerhan ... "(Wawancara, Karn is 28 Mel 2009)

Dengan kenyataan tersebut, Dishut dan pengelola Tahura selalu

melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan di Tahura

tanpa keterlibatan masyarakat sekitar hutan maka kegiatan yang

dilakukan biasanya kurang berhasil. Berdasarkan keberadaan tempat

tinggal pcnggarap maka partisipasl yang dapat dikembang dalam upaya

rehabilitasi hutan di Tahura dapat ditempuh dengan dua care, yaitu :

a. Untuk masydrakat penqgarap yang berada dalam kawasan Tahura

WAR dapat dikembangkan tipe partisipasi pasif dan mobilisasi. Hai lni

disesualk.an dengan tujuan dan fungsi pengelolaan Tahura WAR

sebagai kawasan konservasi, sehingga masyarakat yang bermukim

dldalarnnya harus diturunkan dari dalam kawasan Tahura WAR.

h. t lntuk masyarakat yang menggarap lahan kawasan Tahura WAR

tetapi bertempat tinggal diluar kawasan Tahura WAR dilakukan tipe


191

partisipasi interak.tif dan kolaboratf. Mereka dilibatkan dalam analisis

bersama dan pengembangan rencana tindak serta adanya penguatan

kelembagaan

Guna keberhasilan rehabilitasi hutan dengan kegiatan pembuatan

tanaman reboisasi yang dilaksanakan akan leolh berhasil dengan adanya

partisipasi dari masyarakat. Mengingat masyarakat yang ada disana

sangat tergantu'lg pada kawasan hutan sebagai tempat memenuhi

kebutuhan ekonominya. Terbentuknya kelompok tani hutan akan dapat

lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam merehabilitasi dan

mengelola hutan.

2. Faktor Lingkungan Alam dan Lingkungan Ekonomi

Faktor lingkungan berperanan dalam keberhasilan program

Gerhan dalam kegiatan pembuatan tanaman di Tahura. Lokasi tanaman

merupakan medan yang cukup berat berbukit bahkan bergunung, dengan

hanya jalan tanah untuk mencapai lokasi penanaman. Padahal saat

musim penghujan yang merupakan musirn tanam sangat licin dilalui

kendaraan/motor.

Hasil wawancara dengan pak Wiyogo (Kepala Tahura):

" ... Tantangan yang dihadapi setahu saya, bibit yang ditanam di
Gerhan ini sebaqlan besar berasal dari luar Tahura (ertnva
persemain jauh di luar kawesen), untuk mencapai lokasi perlu
pengangkutan dari persemaian ke titik pengumpulan, baru
diditribusikan, pada tahap ini saja bibit sampai lubang tanam
sudah banvak yang stres karena media bibit pecan karena
pengangkutan. Apalagi jalan kc lokasi tanam dari TPS sangat
beret ya namanya juga di kewasan hutan. Kemudian bibi~ ditanam
pada akhir musim hujan akibatnya banyak yang rneti karena
kurang air. Waktu kemaren ini kontaktor raqu-raqu untuk
rnenanam takut dananya enggak turun, baru setelah tahu
192

dananya turun dilakukan penaoaman. Harusnya dengan


multi years ini kon:raktor ya kin kalo dananya itu pasti turcn,
Tanaman tertentu tidak tahan kemarau seperti duren, kalo karct
lebih tahan rnakanya di Tahura prosentase tumbuh karet di
Tahura lebih tinggi dibanding tanaman la"n.."(wawancara, Kamis
14 Mei 2009)

Hal senada dikemukakan o'eh Ronald HPP :

" ... tanaman banyak mati karena ditanam pada akhir musim dan
Lanaman Ge-han juga sering diganggu tanaman lain karena telat
pemeliharaan misalnya rayutan (sejenis tanaman merambat) atau
ada bab: hutan yang suka mencan makanan ditanah gembur
sekitar lobang tanam. Tanaman dengan media sekarn padl sering
ngundang babi untuk membongkar kembali tanaman. tanaman
yang dirusak babl banyak terjadi di sekitar daerah
Kedondong... "(wawancara, Kamis 28 Mei 2009)

Program Gerhar dengan kegiatan pembuatan tanaman reboisasl

di Tahura yang intinya adalah tanam mcnanam sangat dipengaruhl oleh

faktor lingkungan alam lokasi penanaman. Kondisl alam yang cukup berat

dalam penanaman dapat mempengaruhi pelaksana dalam melaksanakan

kegiatan program. Petak.sana harus ekstra dengan kondis1 medan yang

berat lni. Pelaksana meskipun telah menanam dengan teknik yang benar

namun tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Kegiatan

penanaman ya1g dila<ukan akhr musim hujan mengakibatkan tumbuh

tanaman berkuranq, begitu jJga kemarau yang mungkin terjadi

menyebabkan tanaman mati, hanya tanaman tertcntu seja yang mampu

bcrtahan hidup. Sehingga rreskipun pelaksena telah melaksanakan

pembuatan tanaman dengan balk, jika yang d'uxur hanya deri sisi

tingginya prosentase tumbur tanaman, 'aktor lingkungan juga sangat

menentukar.. Untuk depat meminimalcan faktor lingkungan menjadi

penghambat kcberhes Ian maka saat perencanaan haruslah Jebil 1 detil,


193

tata waktu lebih ditepati dan pemeliharaan serta pengamanan terhadap

lokasi tanarnan lebih ditingkatkan oleh pelaksana program.

Selain faktor lingkungan alam, faktor ekonomi masyarakat juga

berpengaruh. Sebagaimana diketehui bahwa masyarakat yang

merambah/penggarap di Tahura adalah oetan yang mengandalkan hidup

dari hasil pertanian/kebun yang aoa di Tahura. Kesukaan penggarap

terhadap tanarnan adalah tanaman yang ada nilai ekonominya. Hasil

wawancara dengan Bp Ronald sebagai berikut:

"... Petani/penggarap inginnya tanaman yang ada nilal ekonominya


yakni jenis buah atau getah, dibandingkan kayu-kayuan. Ya kalo
namanya kurang suka, tanaman jadi kurang dipelihara oleh petani
atau bahkan dlrnatikan. Mereka lebih mementingkan tanaman
coklat atau kopi nva, seklranya tanaman kayu-kayuan menggangu
kopijcoklat mereka ya tanarnan itu dibuat mati misal dengan
'diteres' (dimatikan secera tidak langsung) atau kena semprot
herbisida waktu mereka rnembersihkan lahan, kalo dimatikan
langsung dengan ditebang jarang. Langkah yang dtempuh dengan
menanam kayu pada pinggiran batas lahan garapan atau yang
lahannya kosong tanaman .. " (wawancara, Kamis 28 Mei 2009)

Sebagaimana pernyataan dari Bp Jena masyarakat sekitar hutan

desa Kebagusan yang lahannya garapannya menjadi lokasi Gerhan,

sebagai berikut :

"... Kami lebin suka nanam jenis buah-buanan atau karet, soalnya
nanti dikemudian hari bisa diambil hasilnva, blsa untuk buat
nambah-nambah penghasilan. Kalu kavu kurang minat karena gak
bisa diambil hasilnva, bahkan nanti ganggu tanaman coklat, bisa
kalah oleh pohon kevu-kayuen S;;)hingga buahnya coklat, dapat
nurun hasilnva. Sedangkan andalan penghasifan kami ya dari hasil
kebun inl untuk kebutuhan seharl-han ... " (wawancara, Selasa 9
Juni 2009)

Hal senada diungkapkan Bp Aminudln masyarakat warga dcse

Hurun sebagai berikut :


194

• ... Saya ini kan petani penggarap, kalo maunya apa yang ditanam
ya yang nanti bisa untuk diambll hasilnya, kayak karet saya minat
sekali .. "(wawancara, Kamis 4 Juni 2009)

Tlngkat kcsukaan petani terhadap jenis tanaman harus menjadi

perhatian penting terhadap keberhasilan tanaman yaitu menyangkut

penenluan jenis tanaman. Bila tanaman sesual dengan kclnglnan petani

atau penggarap tentunya tanaman akan terpelihara dan terjaga dengan

baik. Mereka akan berharap kelak tanaman besar akan memberikan hasil

bagi mereka terutama buah atau getah. Hasil tanaman bukan kayu lnilah

yang dlharapkan mereka pada saatnya nanti untuk menunjang ekonoml

keluarga mereka. Bahkan tanaman kavu dlanggap sebagal pengganggu

tanaman utama penqqarap. Disamplng ltu tanaman kayu pada kawasan

hutan konservast jelas tidak boleh ditP.hang, sehingga memungkinkan

illegalfoggingaxan muncul jlka tanaman besar. Jerls cempaka, mcdang,

mahoni akan menjadl sasaran utama pencuri kayu jika telah besar ukuran

layak tebang (dimatcr diatas 20 cm).

Penentuan jenls tanaman ini menjadl pt!nting karena satu plhak

mlnat atau tingkat kesukaan petanl terhadap tanaman yang mempunyai

nilai ekonornl yang urnumnya merupakan tanaman buah atau getah,

sedangkan secara aturan tanaman kayu-kayuan harus lebih banyak

dibanding tanaman buah atau getah. Oleh karenanva perlu diberikan

pemahaman kepada petani pcnqqarap melalul sosialisasi dan pembinaan

yang terus-menerus. Pengelolaan hutan dengan melibatkan masyarakat

yang berhasil misalnya dalam hutan kemasvarakaten.


195

3. Keterlambatan DIPA Luncuran Gerhan

Dana anggaran adalan suatu faktor sumberdaya yang sangat

menentukan dalam implmentasi Gerran. Dana Gerhan untui< pembuatan

tanaman 2007 akan turun sampai 2009, dana lni akan tnun sesuai termin

oembiayaannya. Sebagai mana cikatakan oleh cedy Juanda (sekretaris

Gerhan), sebagai berikut :

" ... da scdikit hambatan karena dana alokasi untuk penilai LPI
pemeliharaan tahun I terlambat turun, sehingga baru April
kemaren LPI turun ke lapangan untuk menilai tanaman
pemeliharaan I, mestinya kalo bisa turun lebih awal bisa segera
dlakukan pemetiharaan II, kalo saat lnl sudah mulal kemarau,
seh ngga pcnyulaman baru nanti awal musim hujan .. "(wewancera,
Rabu 13 Mei 7009)

Hal senada diungkapkan Purwanto (konsultan Pelaksana) :

" ... iya ada kcmunduran untuk pemelihraan rr karena LP! unluk
menilai pemeliharaan I waktunya mundur. Katanya sih dana untuk
LPI terlambat turunny<l. Akibatnya ya kaml lebih lama lagi sampai
ke pemeliharaan Il. "(wawancara, Kamis 28 me· 2009)

Adanya kcterlambatan tun.mnya dana luncuran Gerhan untuk

kegiatan penilaian tanaman ydng dilakukan oleh Lembaga Penilal

Independen (LPI), yaltu suatu lembaga independen yang ditunjuk oleh

Dishut dengan lelang terbuka maka menyebabkan kegiatan pada tahapan

berikutnya juga men!)alami keterfambatan dari yang seharusnya. Akibat

mundurnya tahapan kegiatan dari waktu yang semestinya maka yang

lebih banvak dirugikan adalah rekanan yang melaksarakan pembuatan

tanaman karena waktu yang dibutuhkan semakin panjang, resiko adanya

kcmatia n tanaman akan bertambah clan penyulaman aken lebih banyak

dan dana yang dikeluarkannya pen akan bertambah pula.


196

Tabel 5.11. Faktor Lain yang berperanan dalarn Irnplernentasi Gerhan

I Faktor Hasil Penelitian Keterangan


1. Partisispasi ,..---::---:-~
Harus melibatkan Kawasan hutan teleh dirambah
masyarakat masyarakat "penggarap• masyarakat. Keterlibatan
yang lahan garapannya masyarakat dalam l<.egiatan
dijadikan lokasi kegiatan akan memberikan rasa
reboisasi memiliki sehlngga tanaman
dapat tcrjaga dan tujuan
~ ram dapat mencapai
2. Faktor Kondisi alam yang berat, Per1unya pelaksanaan sesuer
lingkungan pengaruh muslrn dan dengan tata waktu dan pcrlu
alam dan adanya hama pengamanan dari gangguan
lingkungan mempengaruhi hama.
ekonomi keberhasilan ""nanaman
Kondisi ekonomi Tanaman yang punya n11ai
masyarakat yang ekonomi lebih dipclihara oleh
berganlung pada hasil masyarakat dibanding jenis
kebun coklat/kopi lebih kayu-kayuan.
tertarik pada Jenis Soslalisasi perlu dilakukan
tanaman yang mempunyai terus-menerus sehlngga
nilai ekonomi dibanding oemahaman masyarakat
jenis kayu sebagal fungsl tentang program Gerhan dan
~ko;;.;n""s"'e:...:rv.;;a=.:sf-:---:-=----f""'fu.::.n"'10..,:sl~hu::.:ta;.;;.,n
meningkat _
3. Faktor Dana Dana alokasi untuk Tim Mundumya penilaian I
luncuran LPI LP! yang akan menilai terhadaµ pemellharaan I maka
terlambat tanaman pemeliharaan I menyebabkan mundur juga
mengalami keterlambatan pemeliharaan lI dan penilaian
karena dana luncuran n, pihilk rekanan secera waktu
untuk pen laian itu dirugikan.
terlambat turun, akibatnya
tahapan berikutnya dari
Gerhan juga lebih mundur
, dari yang semestinya. _
Sumber; Olah oeta prkn~r Mei·Junl 2009

C. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Berdasarkan ternuan penehtian yang telah dilakukan maka dapat

direkapitulasi sejauhrnana implementasi program Gerhan d1 Tahura

berdasa rkan teori dari Ripley dan Franklin dan 'aktor yang berperqeruh

terhadap pelaksanaan program Gerhan.


197

Tabel 5.11. Re<apitulasi Hasil Temuan Pene!itian Implementasi Gerhan

,__
Dimensi lndikator
I Temuan PeneliUon

IJ_r!lplernentasi Prooram
1. Kepatuhan Asoek Prosedur keciatan Telah sesuai prosedur
Asoek Pembatasan Telah sesuai tuoasnva
Aspek PenjadWalan Telah sesual jadwal

2. Rutinitas fungsi Ke!ancaran oelaksanaan Pefaksanaan lancar


Ko1flik ndak terjadi konflik

3. Kinerja dan dampak Kinerja Dokumen rancangan teknis


manfaat yang lengkap
diharapkan Realisasi pembuatan tanaman
reboisasi sesuai rencana
Oamoak manfaat :
- Meningkatl<an Pendapatan masyarakat
pendapatan dan meningkat dan menyerap
menverap tenaqa <erja tenaca kena
- Perbaikan lingkunqan Ungkungan febih baik
- Meningkat<an Kemampuan teknis pclaksana
kemampuan teknis aparat dan masyarakat
rcboisasi meningkat

Faktor-faktor yang Faktor oendukunq :


mempengaruhi 1. Komuni:<asi Komunikasi telah berjalan baik
pelaksanaan Program Sumberdaya Terserlianya sumberdaya
manusia, dana dan informasi
12. dan wewenano baai pelaksana
3. Disposisi Disposisi pelaksana Gerhan
telah baik
4. Struktur birokrasi SOP telah ada dan lenqkap
dan terjadi pemangkasan
birokrasi dibanding
sebelumnya

Faktor terruan : -
1. Partsipasi masvarakat Partisipasi masyarakat akan

2. Ungkungan alam dan


I teblh menjamin kebernasuan
tanaman dan tercapa1 tUJ~an
Kondisi aiam yang berat,
lingku19an ekonomi pengaruh musim, masvarekat
lebih rnmat jents tanaman
MPTS berpengaruh terhadap
keberhasilan tumbuh tanaman.
I
198

3. Dana/ anggaran DIPA luncuran untuk dana LP!


terlambat turun penilaian tahun I tertambat
sehingga kegiatan berikutnya
jug a mengafami terlam bat
(kegiatan pemeliharaan IT dan
Penifaian II)
Sumber : Olah Data primer Mei· Juni 2009

Berdasarkan rekapitulasi tabel temuan penelitian di atas make

pelaksanaan Gerhan di Tahura Wan Abdul Rahman, para pefaksana telah

mematuhi prosedur yang ada dalam Gerhan, menjalan tugas sesuai dengan

tugasnya dan mentaati waktu jadwal kegiatan yang telah ditentukan meski

ada keterlambatan dalam penunjukan LPI karena adanya keterlambatan

turunnya dana anggaran. Dalam mefaksanakan program berjalan dengan

lancar dan tidak mengganggu tugas rutinnya dan tidak terdapat konflik baik

dengan pemerintah, konsultan pelaksana dan masvarakat, sehingga program

dilaksanakan dengan lancer tanpa gangguan konfllk terjadi. Kemudian hasil

kegiatan yang telah dilaksanakan sudah mengarah pada pencapaian kinerja

dan dampak program yang diinginkan. Pembuatan tanaman reboisasi yang

telah dilakukan sesuai dengan apa yang direncanakan baik luasan dan

komposisi jenis tanaman. Pelaksanaan program Gerhan telah mengarah

kepada tujuan yang diharapkan yaitu adanya pcninqkatan pendapatan

masyarakat, perbaikan lingkungan dan mcningkatkan kemampuan teknis

dalam rehabilitasi hctan.

Pelaksanaan program Gerhan didukung oleh adanya Iaktor

komunikasi yang telah jelas dan berjalan baik, ketersediaan sumberdaya baik

sumbcrdaya rnanusia, dana, informasi dan fasilitas yang ada pada para

pelaksana rnendukung para pelaksana melaksanakan program denqan bail<.


199

Perekrutan pelaksana yang telah dilakukan dengan baik dengan memilih

orang mampu bekerja di bidangnya dan adanya inscntif maka mendorong

pelaksanaan program. Begitu juga dengan standar opersional prosedur yang

jelas dari pedoman Ge:han, telah memudat'kan Gerhan untuk dlleksa-rakan

sesuai dengan ketentuannya. Adanya seluruh tahapan kegiatan dilakukan

oleh satuan kerja yang sama maka Gerhan lebih lancar dilaksanakan,

disamplng itu dengan adanya sistem kontrzk tahun jamak lebih mcnjamin

keoerlanqsunqan pembiayaan kegiatan Gerhan.

Demi suksesnya Gerhan maka sangat pentJns keterllbatan

masyarakat dalam kegiatan Gerhan, ka'er1a yang menjadl lokasi Gerhan

sebaglan besar telah menjadi lahan garapan masyarakat sekitar hutan

Tahura sehl ngga perlunya partlsipasi masyarakat. Untuk itu dlperlukan

soslausast dan pembinaan yeng terus menerus tentang pentingnya hutan dan

pelestariaan alam. Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat tentang

hutan maka akan lebih terjamin keberhasilan program dan pengelolaan hutan

di Tahura.

Faktor alam dapat mempengaruhi keberhasilan tanaman yaitu

kondisi medan yang cukup berat unluk mencapai lokasi, pengaruh rnustrn

dan gangguan hama. Tanaman tertentu tidak tahan terhadap kemarau

panjang bila perakaran belum dalam misalnve duria», berbeda dE>ngan

tanamn karet yanq lebih tahan terhadap kemarau. Kehkiupan masyarakat

yang secara ekonomi rnasih sangat bergantung pada hasil pertanian atau

kebun mace masvarakat sekter hutan, yang juqa sebagian oesar adalah

penggrap dl Tahura lebih tertarik pada tanaman yang punya nilai ekonomi
200

seperti buah dan getah dibanding kayu-kayuan. Tanaman yang punya nilai

ekonomi ini dengan adanya haraoan bahwa tanaman tersebut nantinya akan

memberikan hasil sehingga dapat menambah penedapat masyarakat

penggrap, Schingga untuk mengantisipasinya penanaman kayu dilakukan

pada lahan kosong atau pinggiran batas lahan garapan petani perambah

tersebut, Dengan cara ini diharapkan tanaman kayu-kayuan dan MPTS dapat

tumbuh dengan baik dan upaya mempercepat memulihkan kerusakan hutan

di Tahura dapat berhasil.

Keterlambatan turunnya dana dalam suatu tahapan kegiatan

Gerhan telah berpengaru'i terhadap kegiate.11 berikutnya juga mengalami

waktu mundur. Akibat ketertambatan ini menimbulkan keruqian terutama di

pihak rekanan yang melaksanakan kegiatan pembuatan tanaman di Tahura,

karena perlu waktu yang lebih lama untuk penyerahan hasil pelaksanaan

pembuatan tanaman sampai pemeliharaan II yang telah mereka lakukan

kepada pemberi mandst pekerjaan yaitu Dinas Kchutanan Provinsi Lampung.


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dalam

pelaksanaan program Gerhan di Tahura Wan Abdul Rachman dapat ditarik

kesimpulan scbaqai berikut :

1. Implementasi program Gerhan di Tahura di Teman Hutan Raya Wan Abdul

Rahman berdasarkan dimensinya cdalah sebagai berikut :

a) Kepatuhan

Kepatuhan pelaksana adalah tinggi terhadap aspelc prosedur,

pembatasan dan penjadwalan. Pelaksana telah mematuhi prosedur

pelaksanaan Gerhan. Pelaksanaan C-erhan di Tahura teeh sesuai

dengan prosedur/ kctcntuan ya.19 ada dan clilakukan secara runtut

sesuai dengan tahapan pelaksanaannya meski terdapat

ketidaktepatan waktu dalam petaksanaanya. Para pelaksana telah

menjalankan program scsuai dengan peran dan tugas yang ada pada

para pelaksana baik oleh eparat pemerintah dan kontraktor pelaksana

pernbuatan tanarnan dl Tahura.

b) Lancarnya 1uli11ilas Fungsi

Program Gernan dilaksanzkan dengan lancar dan tidak mengganggu

rutinitas eparat pemenntan senan-hart Program di aksanakan dengan

lancer oleh peme-intan, konsultan dan masvarakat, tidak terjadi


20/.

konflik selama pelaksanaan program dan tidak terjadi penolakan oleh

masyarakat rnau pun serta terjadi konAik lahan.

c) Kine;ja dan dampak

Pelaksana program telah menyelesaikan keglatan dan

mempertanggungjawabkan dalam bentuk laporan yang rutin diberikan

kepada atasan langsungnya. Hasil penyusunan rancangan berupa

dokumen ranr.angan teknis. Hasil dari kegiatan pembuatan tanaman

reboisasi adalah terbentuknya tanaman scluas 2.000 ha di Tahura.

Program telah mcmberikan dampak manfaat sepertl yang diharapkan

yaitu meningkatkan pendapatan dan menverap tenaga kerja,

memperbalkl llngkungan hldup dan menambah kemampuan teknls

rebosasi bag I pelaksana.

Berdasarken tiga dimensl tersebut dlatas yang dlgunakan sebagai

tolok ukur keberhasilan Jmplementasi maka implementasi program Gerhan di

Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman dapat dikatakan barjatan dengan baik

dan berhasil.

2. Dalam pelaksanaan Gerhan terdapat taktor-taktor yang bcrperan sebaga1

faktor yang mendukung can faktor yang menghambat pclaksanaan.

Faktor venq mendukung pelaksanaan program :

a) Komunlkasi, kornvnlkasi antar pelaksana vaitu pemenntah, konsultan

dan masvarakat telah berla11gsung baik dan danqan dilengkapi o.eh

pedoman yang akurat, jelas dan konsisten.


203

b) Sumberdaya, tersedianya sumberdaya rnanusla dan dana yang

mencukupi, ditunjang informasi yang mudah dan fasilitas yang

memadai dalam melaksanakan program Gerhan.

c) Disposisi, pelaksana telah ccndcrung berkeinginan untuk

meosukseskan Gerhan, aparat pernerintah lebih karena tuqas

tanggungjawab dan pengabdiannya sedanqkan konsultan leblh karena

insentif yang akan cttenma.

d) Struktur btrokrasi, telah ada standar operasional prosedur

pelaksanaan Gerhan bagi pelaksana telah jelas dengan adanya

pedoman dan petunjuk pelaksanaan yang jelas. Disarnping itu dalam

Gerhan sekarang ini terjadi pemangkasan birokrasi pclaksona dalam

pembuatan tanaman hutan sehingga dalam pelaksanaannya lebih

terpadu dan sinergis.

e) Partisipasi Masyarakat, masyarakat yang mendukung program qeman

sehinyga lebih rnenjamin keberhasllan tanaman Gerhan.

Faktor yang menghambat keberhasilan program adalah :

a) Faktor lingkungan alarn dan kondisi ekonomi masyarakat, adanya

kondisi medan yang beret di tokasi penanaman dan ketahanan

tanaman yang berbeda akan perubahan musim/kemarau serte adanya

g<Jnggu(1n hama dapat mempengaruhi keberhasilan Lumbuh tanarran.

Sebagian besar perambah adalah masyarakat sekltar kawasan hutan

dengan kondisi ekonomi yang minim dan mesih rnengandalkan hidup

dari hasil pertanian/kebun dikewasan hul"n sehinqqa akan lebih

berminet peda tanaman hutan yang mernpunval nilai ekonomi


204

dibanding tanaman jenis kavu-kayuan sehingga pemilihan komposisi

jenis tanaman sangat penting.

b) Adanya keterlambatan turun (DIPAj luncuran Gerhan untuk alokas

dana tim penilai (LP!) untuk penilaian tanaman tahap pemeliharaan I.


akibatnya penilaian yang seharusnya dilakukan menjadi terlambat dan

keqiaran pemeliharaan If pun akan terlambat juga sehingga konsultan

pelaksana pembuatan tanaman akan memerlukan waktu lebih lama

yang dibutuhkan untuk masa pemeliharaan tanarnan untuk sampal

pada waktu penilaian tahun IL

B. Saran-Saran

Berdasarkan analisis yang dilakukan tcrhadap pelaksanaan program

Gerhan dengan kegiatan pembuatan tanaman reboisast pengkayaan di

Tahura Wan Abdul Rachman, maka penulis ingin memberlkan saran sebagai

berikut:

1. Program Gerhan perlu terus dilanjutkan dimasa yang akan datang guna

mempercepat rehabilitasi hutan di Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman, dalam rangka pernalkan lingkungan dan peningkatan

kesejahteraan masvarakat sekitar hutan.

2. DIPA luncuran setiap mata anggaran sebaiknya tepat waktu sesuai

denqan waktu yang telah di rencanakan sehingga tidak terjadi

ketertanbatan pelaksanaan kegiatan pada tahapan selanjutnya.


205

3. Pemerintah hendaknya senantiasa memberikan pembinaan dan

pemahaman kepada masyarakat sekita r hutan mclal ui sosialisasi atau

penyuluhan. Dengan tumbuhnya kesadaran dan pemahaman mengenal

fungsi hutan maka akan lebih menjamin keberadaan dan kelestarian

sumberdaya hutan. Disamping itu dengan lebih mellbatkan masyarakat

dalam usaha percepatan pemulihan dan perlindungan sumberdaya

hutan sehingga hutan dapat lestarl dan berfungsi opttmel,

4. Program Gerhan mengcnai hal-hal tertentu, hendaknya pedoman teknis

dan pelaksanaan tldak dibuat "seraqarn" untuk seluruh wilayah

Indonesia, akan tetapl dapat berbeda satu wllayah dengan wilayah lain

de,1gan mempertlmbangkan atau menyesuaikan pada kondisl kawasan

hutannya dan rnasyarakat sekitar hutan yang ada, sebagai contoh

tP.ntang komposlsi jenis tanaman di kawasan hutan konservasi 90 %

kayu dan 10 % MPTS, pada kenyetaannya masyarakat febih berrnlnat

tcrhildilp jenis MPTS.


DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo, 2006, Oasar-DasarKebijakanPublik, OJ. Alfabeta, Bandung.

Arief, Arifin, 1994, Hutsn : liakekat dan Pengaru!111yaterhadap Lingkungan, Yayasan


obor Indonesia, Jakaia.

Bungin, Burhan, 2007, Penehtisn Kualitatif: Komunikasi,Ekonomi, KebijakanPublik


dan I/mu SOsfa/ Lainnya,Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Chandler & Plano, 1988, The PublicAdministrtionDfcaonary, Second edition , Santa


Barbara, CA-ABC.Inc.

Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undimg Pokok Kehutanan No. 41 Tahun


1999. Jakarta.

Dunn, William N., Analisa Kebijakan Publik, Gadjah Mada University Press,
Yogyaka rta.

Dinas Kehutanan, 2006, Master Plan Tahura Wan Abdul Rahman 2007-2027, Bandar
Lampung.

------------- , 2008, PefJl7aianTanaman Ger/Jan Dirias Kehutanan Provinsi


Lan~oung Tahun 2007, Bandar Lampung.

Edward III, George C, 1980, ImplementingPublic Policy, Conggressional Quarterly


Press, Washington D.C.

Islamy, M Irfan, 2001, .'ieri Policy Ana!isis, Program Pasca Saljana Universitas
Brawijaya Malang.

Mazmanian, Daniel A and Paul Sebatier, 1983, Implementi!titlonand Public Policy,


Foresman and C.Ornpany, USA.

M"les, Mathew B and hube.man, A Michael, 1992, Analfsic;Data Kualit.atif,Universitas


lndonesia Press, Jakarta.

Moelo119, J. Lexy. 2000. Metode Penefitian Kualiratif, f' I. Rernaja Rosdakarya,


Bandunq.

Muhajir, Noeng, 2000, Metodologi PenclitianKu<Jlitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta.

Nasution, S. 1996. MetodeResearch {Penelitian Orni.~h). Bumi Aksere, Jakarta

:-.Jawai, Hadari. 2005. Metode Penelitian Sosial, Gajah Mada Universit-r Press,
Yogyakarta
Ndraha, Taliziduhu, 1997, Metodo!ogi I/muPemerint.ahan, Rheka Cipta, Jakarta

Nugroho, Riant, 2004, Kef:x'jakan Pubfik : Formdasi, lmptementasi dan Evaluasi.


Cetakan ke-2. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Nugroho, Riant, 2008, Public Policy,. PT. Bex Media Komputindo. Jakarta.

Pearson, Wayne, 2005, Public PoflCy : Pengantar Ieon dan Praktek Aoalisis
Kebijakan(terjemahan}, Kencana Frenada Media, Jakarta.

Ripley, Randall B and Franklin, Qacc A, 1986, Policy lmplememstion and


Bureaur:racy,The Dorsey Press, Chicago Ilinois 60604.

Ruhimat, Idin Saepudin, 2007, Pengaruh Partisipasi dan Komunikasi Antar


Stakeholder temadap Efel<til1tas Imp/ementasf Program Gerflan di Kata
Banjarbaru KalimantanSelatan 2{K}J-2007,Tess MAP Unsri, Palembang
(tidak dipublikasikan).

Simon, Hasanu, 2004, Membangun KembaliHutan Indonesia, Of. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofyan., 2006, Metode PenelitianSuNel, PT. Pust.aka
LP3ES, Jakarta.

Sugiyono, 2006, Memahami Pene!itianKualitatif,OI. Alfabeta, Bandung

Suharto, Edi, 2005, AnalisisKebijkan


P..Jblik,OI. Afabeta, Bandung

Sumaryadi, I Nyoman, 2005, Efektiw7:as Imp(ementasi KebijakanOtonomi DaeralJ,


Citra Utama, Jakarta

SUl)'abra:a, Sumadi., 1997, Mettx'J()/ogiPenefitian, PT. Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Tachjan, 2008, JmplementasiKe/.Ji.fekanPubiik, Percetakan rruen RTH, Bandung.

Umar, Husein, 2004, Metode Riset : Dmu Administrasi Negara, Pembangunandan


Niaga, PT. Gramedia, Jakarta.

Wahab, Solihin Abdul., 2005, Ana!isis Kebi.fakan dan· Analisis ke Jmplementcsi


Kebijakxmaa11Negara, Bumi Aksa;a, Jakarta.

Wibawa, 5amodra., Yuyun Purbokusumo, Agus PrarruSinto, 1994. Eva/uasi


Kebijakan Publik. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Widodo, Joko, 2008, Afla!isis kebijakanPublik : Konsep dan AplikasiAna/;'SiS Proses


Kl:ibijakan Pub/ii<,Bayumedia, Malanq
Winarno, Budl, 2008, Kebijakan Publik Teai da.'7 Proses, Media Pressindo,
Yogyakarta.

Yousa, Amri. 2007. Kebljak.anPublik Teed dan Proses, Laboratorium Pengkajian


Penelitian dan Pengembangan Administrasi Negara. ASif' Universitas
Padjajaran. Bandunq.

Dokumen-Dokumen

Peraturan Preslden Nomor 89 tahen 2007 tentang Gerakan Naslora Rehabilltasi


Hutan dan Lahan

Peraturan Menterl Kehutanan No. P.21/Mennut-V/2007 tentang Pedoman


penyelenggaraan Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasl Hutan dan Lahan
Tahun 2007

Pemturan Menter! Kehutanan No. P. 22/Menhut-V/2007 tentang Pedoman Teknls


dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan
dan Lahan Tahun 2007.

Peraturan Menter! Kehutanan No. P.33/Menhut-V/2005 tenrang Pedoman Teknls


dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Nasional Rchabilitasi Hutan
dan Lahan Tahun 2005.

Surat Keputusan Menko Kesra Nomor : 18/KEP/MENKO/KESRA/X/2003


Tanggal 3 Oktober 2003 tenting Pedoman Penyelenggaraan Gerakan
Nasional Rehab1htasi Hutan dan Lahan.

Surat keputusan Menter1 Kehutanan No. 340/KPTS-V/2003 tentan!) Petunjuk


Pelaksanaan Gcrilkiln Nasional Rehabilitasi llutan dan laian Tahun 2003,

Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tcnti>ng Kehutanan

Website:

Warta Gerhan, h~:l/www.sim rtos.oephu:.qo.id/Gerhan/

Helena, Fransisca, 2007, 200.()()() Ha Hulon lilrnpul'g R(lsak,


http:/Jwv.w.kompas.com/\•erlfNusantara/0703f13i180649.html. diakses
tanggal 10 3 2009.
Sitanggang, Hinsar, 2008, lampJng /11Pntfju Tanpa Hotsn; Antara News,
http:/!www.antara.co.id/arcj2008/07119/, diekses, 6-03-2.009.
LAMPIRAN 1.

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN


IMPLEMENTASI GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
DI TAHURA WAN ABDUL RAHMAN PROVINS! LAMPUNG

Pertanyaan untuk Pelaksana (Aparat Pemerintah)

1. Apa Tujuan Program?

2. Apa yang menjadi dasar pelaksanaan?

3. Bagalmana prosedumya dalam pelaksanaan?

4. Berapa arggaran yang terserap dan sumber anggaran dari mana saja?

5. Apakah pelaksanaan Gerhan telah sesuat dengan pedoman teknls dan


petunjuk petaksanaan yang ada?

6. /\pakah implementor mematuhi dan tidak melanggar jadwal yang telah


dibuat?

7. Apakah pelaksanaan Gerhan telah melalui semua proses yang ada dan
dilakukan secara runtun?

8. Apakah Implementor dan masyarakat menjalankan lugas dan kewajlban


dengan balk?

9. Bagalmana Kelancaran dalam lmplementasi Gerhan?

10. Apakah ada/tidaknya konfllk dalam petaksanaan>

1 l. Siapa yang bertanggungjawab temadap pelaksanaan program?

12. Bagaimana hasil ~·ang diperoleh sejauh ini?

13. Apakah ukuran keber1asilan program?

14. Apakah manfaat yan\; diperoleh dari program'

15. Apa saja yang menjadl kendala dan hambatan progra;n?

16. Apakah ada dampak secara teknis : adanya pt'!ringkatan kapasitas dan
kemampuan dalam penyelenggaraan RHL?

1
17. Apakah ada dampak secara ekonomi : penycrapan tenaga kerja dan
pendapatan yang diperoleh masyarakat?

18. Apakah ada dampak fingkungan : mengLrangi allran pemukaan {tata air),
fungsi konservasi, iklim mikro, keanel<aragaman hayati, dan penirgkatan
kualitas ekosistem?

19. Bagaimana cara program Gerhan di sosialisaSil<an?

20. Apakah implementor paham tentang juklak Gerhan?

21. Bagaimanakah Kejelasan per'ntsh untuk mengimplementasikan kebijakan


Gerhan dan konsistensi pelaksanaannya?

22. Berapa Jumlah dan bagaimana klasifikasi kemarnpuan implementor?

23. Bagaimana Tingkat pemahaman implementor terhadap program Gerhan?

24. Sejauh mana batas kewenangan yang dimiliki organisasi implementor dan
implementor sendiri?

25. Apakah fasilitas yang diperlukan imp!ementor dalam mengimplementasikan


kebijakan Gerhan dan fasirrtas dinas apa yang sudah dimiliki?

26. Bagaimana cara penunjukan implementor ?

27. Bagaiman respon implementor terhadap perintah untuk melaksanakan


kegiatan program Gerhan?

28. Berapa jumlah lnsentif yang ditertma implementor catam fasilitasi


mendorong partisipasi lcegiatan Gerhan?

29. Bagaimana juklak dan juknis tentang program Gerhan?

30. Bagaimana pengawasan dan penqenda'ian kinerja implementor Gerhan?

2
Pertanyaaan untuk konsultan/pihak III
Imptementasi Gerhan di Tahura Wan Abdul Rachman

1. Bagaimana cara pen:mjukan implementor?

2. Apa yang menjadi dasar pelaksanaar?

3. Bagaimana prose<..lurnya dalam pelaksanaan?

4. Apakah pelaksanaan Gerhan tela1 sesuai dengan pedoman teknis dan


petunjuk petaksanaan yang ada?

5. Apakah trnpleme-itor mematuhi dan tidak melanggar jadwal yang telah


dibuat?

6. Apakah pelakssnean Gerhan telati melalui semua proses yang ada dan
dllakukan secara runtun?

7. Bagaim;ma Kelancaran dalam lmplementasi Gerhan?

8. Apakah ada/tidaknya konflik dalam pelaksanaan?

9. Siapa yang bcrtanggungjawab terhadap pelaksanaan program?

10. Bagaimana hasil yang diperoleh sejauh ini?

11. Apakah ukuran kcbcriasilan program?

12. Apakah manfaat yang diperoleh dan program?

13. Apa saja yung menjadi kendala / hambatan program?

14. Apakah ada dampak secara teknis : ddanya peningkatan kapasitas dan
kemampuan dalan penyelenggaraan RHL?

15. Apakah ada dampak manfaat secara ekor.0111'

L6 Bagaimana cara proqram Gerhan di sosiahsasikan'

17. Apakah implementor paham tentang jJklak Gerhan?

18. Bagai11ana Tingkat pemahaman implementor terhadap program Gerhan?

l 9. Se.jauh mana bates kewenangan yang dimiliki implemen:or?

4
- 2.

Tabel L-1 lanjutan

No Luas Persen
No. Lokasi tumbuh Kele~
7 Biol< 7
I Pelot.
Pl
petak
tananam
23,16 93,65
Oes3 Kebc=guse:n P2 21,•3 97,50
k'ec. Gedo19 P3 23,36 37,$9 R1.tt<l·rata sersen
Tataan P4 24,00 96,:;.< tumbuh ta11(tn1a11 •
(Korwil Gedong P5 23,67 94,23 67,57
Tat•ai) P6 24,2'1 90.00
P7 30,20 91,64 lberhasill
P8 28,50 &1,54
P9 22,52 75,00
PIO '6,05 77,75
P11 24.27 72,50
Pt2 28,62 83,00
Jumlai J00.00
8 Blok 8 Pl 25.6~
'-.
10,68 -
oess Hurun (ta ang P2 21,75 70,21 Rata-rata person
Mul'fa) Kee. Pacarg P3 23.75 70,63 tumbuh tanaman =
Cemnln (~00.;1 P4 22.50 70,42 70,73
Ynulh C:~mp) P5 25,48 70,21
PS 2Q,G7 71,61 !borhoolll
P7 27,06 71,88
PB 24 17 70 19

-
Sumber:
Ju1_!.'. l~h
D1nas Keh11l'ilni1n, 7008
200,00

Tabel L-2. Kondlsl tanamam pada tiap blok

No. Kondlsl tnnaman 1%)


Lokasl LUU
No. Pet~~ petak T1nggi Kurang
Sehat Merana
Rala2 Sel\Qt
1 O•oo Podo;;g-- Pt 33,58 50 UJ,17 18,78 ~ .G.5
Ce•min P2 22,62 70 'fS,1• 19,31 4,95
Kee. PAdong P3 27,49 ~o 77.15 15,99 6,87
Co:unin P< 26,45 50 73.92 21,51 .ti~~'
(KOIWll Padang PS 24,S' 6~ 18,36 16,62 5.02
<.:ermin1) PS 22.83 60 79,95 16.29 l.76
P7 21,72 70 87.59 10,51 ',91
P8 2C.72 60 75 95 16,61 7.44
Jumt.>h 200,00 61 1860 '16.95 4 44
2 D•sa Gobang Pl ?.?.,SO 30 54,44 31,52 14.04
Kee Pildang P2 22,oa 35 47,74 34.B• 17,42
Ccrmin (Korwll f'J 22.S! 40 5<),20 24,1!i 17,65
Padang Carmin p; 23.21 35 35,99 46.61 I 7 .40
2) P5 27.23 57 42,44 30,77 26,79
P6 25.17 57 SUI 22 3/ 2b.4~
P7 21 ,C>9 ~o 45.eo 26,02 28,19
!JS 24JO 50 87..C'6 11.2i 6,07
P9 2<13~ 57 94.~6 3 26 2.37
P10 28.36 •O A1$.~7 7 4; S,27
Pit ?!>.00 .,
'!< 92.33 qe <.i•
I r12 27.17 35 . 82.56 1526 2 13
~ Jun1l;h ~_P..Q!I 45 I G.t.50 21,49 14.0~-·
Tabel L-2. Lanjutan (Kondisi Tanaman)

No. I okas1 No. Luas


?el•k Kor-d~si tanaman ('Yo)
oeta«
3 Dess Hurun
(l'alang Sinar
Pl 28,08 ~o I 1oiJ oo J.00 0,00
P2 30,52 53 9918 0,00 0,62
Agung) P3 22.72 59 90,7€ 0,00 0,2•
Kee, Pad.an~ P4 21,65 6~ 99,4S 0,00 0,53
Ccrmin (Korv,il PS 23,43 70 99,70 0,22 0,00
Youlh Camp) P6 20,69 70 9~.43 0,00 0,61
PT 2~.49 71 99.02 0,00 1,01
1'8 26.51 1)2 100,00 0,00 C,00
P9 25.22 65 100,00 0.00 C,00
PIO 31.16 08 99,82 0,00 C,10
Pl1 23,35 69 99,56 0,00 0,45
P12 21.16 72 98,33 0.00 1.78
Jumloh 30•J.OO GS 99,53 o.oi 0,47
4 Oesa T11'lfun9 Pl 25,e2 10 ~9,40 16,35 22,25
Agung P2 21,75 70 57,86 21.03 21.11
Koc. Paearg Pl 23,75 6-0 77,75 16.54 5,71
Cer-nl~ P< 22.50 57 S3.98 17,65 18,37
(KoMI Bandar
lampung)
PS ?5,48 60 eo.sa 13,31 6,11
P6 29.67 57 71,98 16.96 11,05
P7 27,06 50 75,80 11.46 12.6<
PS __l±.11' 3~ 85,GO 9,76 462
Jun11a_n_ 200.00 bl 71 63 15,64 t27f
5 Dosa Pt 26.'so so 54,19 33.88 11,93
Mergodad1 P2 26.35 GO 55.02 34.48 tO.M
Kee. P3 24.27 50 62.16 78.16 0,68
Kedondono P4 ,4,54 68 64,86 23,58 11,56
(Ko1wlt Ph 23,62 66 69.38 24,75 5,06
Kedon;ong) P6 23,94 60 86.02 22,92 f 1,00
P1 2•.29 G5 66,87 27,06 6,07
1'8 24.0u 60 63,91 30,57 l>.52
P9 23.69 65 71,22 18,69 10,09
P10 26,92 GO 69.6G 18,80 '1,54
1'11 26,22 GO
- 6 Oesa P•d•no
-- ,_?12
Jumlah
P1
2~,53
~or..oo
23.33
$3
SI
50
52,90
37 55
Gl.15
-'•,92
35.87
46 l!;l
28.77
45 lr,
., 1.23
·5,92
10.08
9.94
M9nit P2 :?3,-45 55 44,73 40,80 14,41
Koe. P3 24,23 50 ~1.12 38,28 10,60
Ke<tondong P4 24,33 57 44.20 43,63 11.97
(KOfl'ltl p~ 26,6"' $0 31.82 46,38 15,80
Kedondong) p~ 26,8• 55 35,08 48,63 16.29
f' I 27,27 50 29,96 53.70 16,34
- PS
Jumlah
24,97
200.00
45
.~?
39,62
40 93
47 60
•S.55
12 77
13 51
7 Besa Pl 23.16 56 so:2:i 33.40 7,38
Kebagusrn P2 21 43 GO 61,01 31,77 7,21
Kf!<': (.;edong P3 23 36 YU 53.91 JG,74 9,35
Tataan P4 24.UO so 54,JG 35,64 9,80
(Kofv1il Ccdong I PS 23,6? GO 56,67 3~.~~ 7,50
Tataan) P6 Z4.2l 66 bo,U~ 38,59 8.22
P7 30.20 IU 55, 14 33.33 11.53
P6 i~.~c 60 45.11 J6.97 14.92
ur
P9
P10
Pl I
22,52
26,05
24 27
12
70
j 4£,8'1
46,61
48,0S
'37,37
43,75
41,09
12.25
9.64
10 (If)
~ - 2,S,62 i~ _45.00 ~ '1~.9? 10,C8
,_.8 - Desa Hurun Jumlan ~no.oo \ E4 52.74 37 43 0.JJ
~T;:il;oino t\~ul~o)
P1
P2
25,62
21.75
E7
60
I 98.41
07,45
1,59
1,77
O,C-0
0,77
<ec P<i1dan9 P3 23.75 70 100,00 0.00 o,co
Cem-ln (Korwil P4 22,50 67 9{],4::, 0,59 Q.86
Y()U(h C;,trnpJ r>5 25.0:8 TO 92.6" 1.65 !>,!:10
P6 29,87 75 99,Clt 0.4g 0,49
P7 27,06 eo 99.26 0,49 0.25
~ P8 __24,l'T 70 ~ttn 0,00 • ,081
J\JOllah 200,00 72 9~.02 086 I ·1,12 .
Sumber : omes Kehutanan, 2008
PERATURAN PRESlDEN Rl,PUBUK INDONESIA
NOM()l{ 89 'IAHLN 2007
TENTANG
GERAKAN NASIONAL REHA,BILITASI HUTAN DAN LAHAN

DE'.'!Gfu'\ '.tAJ-1:\IATTLJHt\N Y:'.l'-:G M.1\l I!\ 11.S.'1

PRESIDE'.'! REr! 1Ell .1K L'lDQNI:Slt\,

:v1.:nin1I >:~ng:
a, bahwa kcrusakan hutan Jaa lahan }'<lC,P; berdampak pada peuumnm daya cesap air dttn
pcnin.i;karan l:mpas:in air pcrmukann terns terJadi ~chi11~t~;amcnirnhnlkan bL·.cbagai
bcncana ba!ljir! tauaa longsor da« kekenugan, utamanva pada Dacrah ;\Jiran SuHgai
(D/\S):
b, h;lh\,·a kctusakan huran ~la:l lahan disebahkan oleh berhag_te zkt.vitas, k;trena11y~1
pcrnulihan dan penlnt~katan fung.~ihuran da·1 lahan kriris n1cnjadi tat1gguigja\\.':tb
nasional;
r. bahwa pcrnulihan dsn pcninskaran fiu1gsi huran clan lahan kriris harus segeca c:Wakukan
melalui kegiaran rehabilitasi huran dan lahan dengan mendaya~mr.kan segenap potensi
dan kcrn<1n1puao Pemcrinrah, Pemermtab Daerah, badan usaha, dan masyarakar seceta
tccsoordinasi;
d. bahwa 1:11..·rc:hsa.ck:tn pe:timba..,gan sebagaimana dimsksud pada huruf a, bu:uf h, dan
hun1f r, pcdu rncncopkan Pcraruran Presiden tecrang Cicr~ kzn Nasional Rehahilirasi
H utan dan Lahan .

f.,·fcngltigac:
1. l'a,;114 i\ya•(l) U~ciang·Und,,ngr>.1sarNcg!1111 Republik Indonesia Tahun 194:);
0
Undang-llnd<ing, Nomor 2.~ Tahi:n 1991 tentang l'e11gelolaan Lingkung:<n r lidup
[Lemharan ~cgarn Republik Indonesia Tahuu 1997 Nomor 6~, Ta.inbah;u1 Lembaran
Ncgi1n1 Republik Iudoncsra Nomor 3699)~
3, Unda.ng-Undang Nomor 4( Tahun 1999 cemang Kchuransn (Lernhf.rnn Negara
l(q>nblik lodonesia Taiu:n 1999 Nomor !(17. Tambahan Lcmharan Negara Rcpubhk
!:1donet"1a NoH1Qr 38SS) ;;eba~Airn;util rclah diub,.J1 dcngru1 lln:Jr'.ng-l.:nd;:ng Noo1011~
Tahun ~u;J-1 (Lcmbamn Kcgar.'l H.epuhl1k Jn<fone~1.1 Tahun 2lXl4 !'\0111or 86. 'fan1'.>ah :in
Lembaran i"lc?;·1r11 H:;p11blil< fndo.ncs.i::t t'x'o1110(-t..lt2)~
4. Undang-ljnd~1ng Kornor 17 ·1 ahun ~003 te1nang 1--.:c.i.taogan >Jt·gan1 (f .crnba1'(.n ~ cg:tra
1

H~uhlik lndooc:si21. '1'X1nn 2(•03 Non1c)(~7, Tarubahan Lcmbnrau Ncp.tr.1 Rcpuhlik


ludc>ru!:-:ia 1':11HQJ -l-~S6),
5. lln1l:1uµ lin.JflJ1gNru11nr 3~ Tahun :;:n1)-i- u·n·:.11li:-, Pcruc riurah.m 1):tt'1"ah [Lcmhara-r
Nl·~u:~ Rcpuhli k lndoncsra Talnn. 2t':<)·I 7'[011HJr I".:!:,~ l a1 nbahan I .c1nb;tr{u l ~<'.gant
1\.epublik lndoncsia :'\!0111ot 4·137) Sl:ha1',,.i111:ln;1 1t;la!: diubah d~ns~ut IJnd<ir1g~lJndan~;
Nomor .K 'l'~:hvn 2{11):; (Lembaran Ncg;tra Rc;)1.1blik Indonesia T~ln111 :?.11()3 Nornor 11)$,
Tamhahan Lcrnharan Ntgara Rcpublil, lndo:u.'~!2 .i\!<)ll'l•it ..i.5...JS)~
6. l ;nd•ng·Uncl>.ng '.'lomo~ 33 T ahuo 2{().t ten wig Perir.thai:gtn Ke1:angan anrara
Pcrncrintah l'.t>atdtn Penenruah :)2e1ah (l.cmlman 1'"!1•"' Re:n•b~k Indonesia
Tahun 2()1i~ Nornor 126, Tamb:t:1an Lcmbuan Ncl!i'a Rcpi:hlik lr.doncsia l'Om<ic
·14.'5.S);
i. Undang-Lndang Nomor 26 Tahnn 'lJ)(Jl tentang l'e:ur.aanRuang(Lcmbaran 1'e~ta
Repubhk Indonesia Tahun 20ffi Komor 6& T2mb2h2n I .e-11baran N<gtcz Repuhlik
Indonesia Nornor 4725),
8. l'c raruran PemeciJlt::thKomer i5 Tahun 2....-15 ca1.1angl1a:\<t Pcnmbangan (Le:m!)a.t~l:)
:-le;;ara Repubhk Indonesia Tahm 2(().) '.'lcmor 137. Tambahen Lernharm Ne,e,ai:a
l~ep11oli~ lndo11::sia Nomor 4575);
'J. Kcpurusan l're>iden ~omoc 80Tahun 200:> renrang Pedoman Pelsksanaan Pengadaan
nacang dsn jasa P::nler.uttah, $Cbagaimani. {tlah beberspe' kali diu!>ah rcrakhir dengan
Pcraturan Prcsidcn Nomor 85 Tahun 21)({1.

Mcncrapkan:
PER.f.TL RAN PRt::SU}FKTF.1'Tt..'iG GEIV\.'0\~ ~,\SIO)..:'..LR.t:J IAJ;ll.TL\Sl
J 1l! L'\.'\I Di\.'\I l.."d-1AN

BAB{
KETENTUA..'11UMGM

Pasal J
Dalam Peraturan Presidcn ini )'aftg dimaksod tlcny,an;
I. Rc~.ahi~rasi hursn dan lahan :ldlllah llfl"'" unruk memdihhn, mcmocrrahenkan dsn
mertingkatk:m fung:si hutan dan lahan •cknw daya dukung. pnxlukriviras dan
peranannja "'~'"" mcr.duk'Ur.gsrsrern ptni·ar•!'P kehicupan rernp rtri•&"·
2. Dacrah /\Ji can Sm1gillyang sdanjurnyl!. disebu: DA'>acalah suatu wilayah dara.an )11l'l\
merupakaa saru kesaruan dmgin sungai dan anak-anak ru~inya, l"'"g btrfur11,'Si
nlcnan1puag, metl}it:tpait, clan nlCflg.diaan ti1 yJng bcrasal chci cursh hujro kc dan au
atau ke .aut secara alami, )'ail)';baras ct. darat merupakan pemisah topografis dan bara.< di
laut san.pai dcngai1 daemh persiran y.mg masih 1e!?e.1~1nih ~i.tn:-;ras dararar .
J. C.:emkan >:us1011al Rchahilirasi Hunn dan 1..iliin yangsebn1umy:1 disebot Gtd1an adilxh
kcgiar.;u:1 tcckoodina~i :icn1'u1 ntcnda~-agta1aka.i1 ~~1t.p potcnsi dan ..iC!".U..'1lpa::io
pcmcnnrah, pemcenrah p nl\it"'l,pcmcrim:ah 'ubuptren/koia.bsdan usaha dan
rr.ssyarakar d>bm ~rnf;'" r.l»hli1:tsi huran dan IID:u: p:a<:• D.>\S Pnoriras.

IJAll IJ
MAKSl!l), Tl]li1\N, OAI\: $,\$1\l{AN

Pa."12
(J) cnggaraal"I Ccrll'-n adalah t111tukn\e."lu:nbtJ1'-<tfl scmangarnasionaldalam
1\ 'uk~11r.i J.u:n-yer
mclaksaaakan rchahi'itass hut:111 J:iu1 li.ltan.
(2) Tuju11J1 penyc:,~nK~•:aan. Gedrnn adalah mcmpcrcepar upaya untuk memulihkan,
mempcrtahankan, dan nlcnir.gkatkan f'u1t~i hutnn dan lahan n1.:lalt1i kcgia:an rchabiluasi
h<iu111 dau lllfr.u1 psda DAS prioriras.
(3) Sas:ira<1 pc11yelcngg;1rn:1~1 Gcrhan adalah pada lokasi labuo krins path D;\S Prioriras di
semua huran dan lahan, re rutama pada:
a, baglru1 hulu Df\S yang rawan hcncana baniir, kekeungan, dan ranah k>n~or~
b, J.aen1J1 1<u1gka:r,aH air (catchment area] dan waduk, 'xodungau dun danau;
c, dicrah resapan air (n:ch:irg1~ ~r'l'a) di hulu l)1\S;
{I. dacrah scmpadan sun~1~1i, mata au; danau, waduk: din
c. b,~g:an l:ilir l):\S yaitg .awau ;>c:ncrula tsunami, U11·n1si a.r laur, dan ahr.1~1 puuai.

Rl\.B fll
l't·:NGORGANISASIAN

Pasal 3
Dalam rangkH mendukung kehcrhasilan pc:ny•clcnggaraan GeJil::111 dibenruk Tim Koordinasi
c;entknn Nasional Rchabilirasi Hutan dan La111u1 )'ang ~cLtnjucn~·a discbur Tiru f<.oord1nasl
Gcrhan.

Pasal 4
Tim Koordinasi Gedisn bcrada di ha"'·al.1 dan berta11gg~1ng iawab lan~ung kepada Prcsidcn,

l'asal 5
Tim Koordinss] Gcrnan bertu~s:
a. Mcngkoordinasikan pcnyusunan kc:hijakan pcrcncznam, pclaks:l!.l:t:ln, pernbinann,
pcngendnJ)an dan pcnga ..vasan, pclapo:::i.11 da1.1 sosialisasi dalam penyclengg:t..r-r..an
1

Gcdran;
I,,. Mcnyusun reuranakcrja Tim Koordinas, Ge dun;
c. 1'.fcngko:.>djn11sik:ln pen~~np~n dukunga1) peml;ia;-a:tt1/an~1can baik uutuk keglat':io
pcnccgahan :<cnisakao lingkungan n.aupun rch~b:hcasi huran dan lahan.

Pasal (>
Susunan keanggotaan Tim Koord.nasi l~crl1an adaL1h :-:ch:1gai berikur:
Ketua rnerangkap anggora ~'fcnrer.i Kourdinator Bid;u:i~ K~~s•·f~1ht(·r,um H.a:J.:ya1,
Kctua I lanan rnerangkap .. !\{cnttri Kehuranan;
Hll$Ot:1

/\11[.!,..~):";-I !. 1\'ico<eo l>..il.1n1 i':<.~c:11,

3. Mcurcri I ,uar ~·('g<:ri;

3. 'vlcntcn hlu.i.lng<tn;
+. ~Vlt:nrcli J'l~l..c:.l)aa:1 t:rnu11;
-
5 Mcnten Kelauran dan Pcrikanan;
6 Mcnrcri Pcreanian;

,_ i, 1\.·fcnteri Pendidi kan I': asional;


8. Merueri Hukum dan I l:ik 1\%asi .\farnu;ia;
'.I. Menteci J«ununikH<i dan lnfurmanka;
1 (>. Meurcri Nrg;1ta Pc rcncanaan Pt·n1hanp;u11an
l" asiona I/ f.:<v:tla Bil f>PT'.'l :\S;
1 I. Mrntcn 'Jega r.a l~u1gkung.tn f-11dup;
12. Menrcri Ncp,:1rn Riser dm1 Tcknologi;
13. L•anglu11a Tcntara NH:\i()1l11l J11rloncsi:1;
14. Kcp~IH l<.,poli;;ian \Jcg~r" Repuhlik lndoncsia;
L>. Jak~a 1\g..,1g Rcpuhlik lndor.csia.
16. Kcp•l.1 B•dmi Mctt:Ol\llOj!i da11 G.11fi<ika;
~rkre"1n< mcronio;kap
.
; Dircktur,lcnclNul Rdmliilirn$i Lahan din l'erh11mna11
an_esi)1,1 Sosral. Deparrcrnen Kchuranan;
Wal<il Sekrcraris mcc:1111~.(ap Dcpuri llid11n1: Kor.rdinasi Kcpcnd11d11kan, f.:edcl<arru\ <11111
~Jl28•')1~ ' I ,ing~"""fil" TTiJ11p, t<w1"11.ri:.11 Koocdinur:ir llid1ng
Kesc111J1tcr:u1n R.•kp1t.
-
Pasut 7
(t) t rntuk ll)C1nptrl:in1·ar pclaksanaan t11ga~ ·rul\ f.(Ol>rd11H1$i Ccd1a.n, Kcrua J 1ar;c111 dapac
mcmbcnmk Kclompok Kcrja scsuai kcburuhan.
(Z) l'c11ydc~1;,\;:1r:1an tt•s~'' t-P.hori·h•ri Kclompok Korj>1 >clm1;111111;ina clinrnk~ud 1>J(fa 'Y" (1)
tlikoordi111tsika11 oleh Sekrctaris Turi J,onr,hnasi Cr.rhan.
(:l} KtllOW'JIMll Kclompol, Kctja *"U'IJl:Ulllana dimaksud pada ayat (1) rcrdio dari unsur-
unsur kemcnrcrian dan/ahH1 lcrnbaga :u1~~ol'a 1"'i111 K1>or<linllsi Gerhan.

P113al 8
Dalam mdaksanakau rugts. Tun I tK>:d•nasl Gcrhan dib;u1ru oleh s(~krtt:1ci~t1 tanr;. susunan
<>r&'ln1t.>\~i rl,.,, rata kc11;u1yn d1trtllpl\(u1 oleh K<:nia I im 1...:1>CH"('ina:;i Gcrhau,

Pasal 9
{l) l':ni ''~''"d111.u.1 tic:rl1;111u1t11~ad:ika1 n1pal kut•nl111a~ paJ111g :•{:d1l.1t t.ckalt d:1l:1111 S
\t'lt<IH1) httl.11•.

(:;) IJala111 mclaksanakan tug~snya Tun Koor . .lu1a='1 ( ;crhHn <la1121· 111ellguuJaup; d(ul/acau
mcrninra pend.par dan inst[HISi J>Cl11f!.1~11 ....,1l1 da11piJ1:1k1:1.in y;111µ_ dinJlS1.;'ap perlu.
(.J) ri111 h.:ootclinasi Gcrhau n1etl):WJf:alk;111 laporan kcpada Presrdcn setiar: 6 ~l:nan:) hulan
:Jt:lll scwakru-wakru afnthfM clipi:rJul..;111,
Pasal JO
Unruk mendukung kdicrhasilitn pcnyclcnggar.1.'IJ1 Gertnn, kemeoren:IJl/lcmbagit yallg rncniadi
anggoia Tun Kf>ordin;L.;i lrethan ll\('rnprogt'2ntk2n kq;iaf"m sesuas ck~igJn rugas da;\ :'ung:ii
n1:1su1g tna.~i"'S·

Pasal II
~1) Jl\tl1h mengopnmalkan penyclcn~ra:i.n (;e:llan d. prcvina, gul>en"ur me111 >Lnn1k 'f11n
1>r1llnin:t Gt·rhan Pm•11l$1.

:2) .111n1k menppptimalhn p~nydcn~aralfl Ccdun tl kabupa:t'fl/kora, hup~a/walikcs.


membenru', Tim l'emhinf Gerhan 1-:abuparM/Mta.
(3) Tim Prn:hnH Gcrhan Knbuf'Altoif.:oo """)"mpaiktn l$j)oru1 pdak.<.mdltll
pcuydengg.u.~m Gcd.an hl""'" Tim Kconlinasi Gcdian scriap 3 :n"3) bulan c.enga11
tcrnbusan kcpadn Kenia 11m Pembina Gcrhan P1Q•-i1·si
(~) 't'im rcrnbina Gc:rhan l'ro\'i1i:;1 mcnt"1111f'aib.n .lj)Of'llll pdak.•~naan pcn)l·lcnggac:tau
C crhnn krpoda Tim Koo1rli·11is1 Ccrhan S<:b~ 3 {risa; hul11n.

BAB IV
PEN\'ELENGGARAAN Gr!RHAN

P:i.i:ll 12
(I) Ptn),·lc10~"''"' Ccrltan berda.-.arlwr ransip "'H(m $;l>rkulnrrdan Wl\UI 1r.mak (mulri
~can;).
(2) l'cnyclengg:inan (;crhan yi111s hen.pa p<·mhuawi u.1•11.111 d1 dalain u•.v:r~an huran ran/'
c'ihiny~1 d<:•1i;•11 Aneegr:u1 Ptnd.1rarnn dan Bdnn1.11'c191,. {l\l'UN) at•u :\nroa1a11
Pendxpanu (I.., 1Jd .. 1j11 l>•el'llh (J\1'00) d1lal.£u1abn sccar& l1ontmktual )'•lllg licrbasrs
iall<ul jamuk ("1.illl yCUll) dcngan mcn~~cmkk•n porer ... bad:Ul 1isa'11 n•s:onol con
daernh scrr11l1lth0Atk.n111n:L"J~~r-.li.a1 sesua, da:)?,411 µcn.1uout pcrundan&..undangan.
G1) l'1:nyekn~•l<•>tlCr.rhon )•ng bcrup< pembua11111 ra.1am111 di daerah tert<n1u d.Jam
kawasan hur.u1 dcn11w mcmpc1wuln111l'."3n koudi~ rcm:nr.1 dari 1.,rck <cai11a:11111. )'Mlg
chb1uy.U 1b11;irn .'\I'll!\ arau :\PISO dilak:mukan <ccan. swo.k.<lot. bcrbasis uh1111 jamuk
(muln years) rnciak1i opcrasr bako Tcnttn );a$ion:d ln.:kllcsiii (11'"1)
(-4) Pci-\yclenggacaan Cicd1c1n yangbcnipa [>f>•'lh11~bCJ1 tan.sm.tJt di 1uat kav. a.c;:h1 hutan ~·ru1r,
1

dib•ay"i .'\I'll:-.' •h•u -"'•'l31) d1la"-••,akan secaca •w.kdo.JC l"°& berbasis rahun j111na.~
(mult; ycans; mdalui .:5ur:u l'<qm ran Kcria.-un• ($1'1-:~) Jen1,on kd..,mpok t•ni den/I'"
1r14•uµ;.t.tccakkru1 (>'Hcr.~r maS\'~rJL1t l'C-wa.i dc:igw1 f)C'Qltuan p.erutt<.ldng-w1d.aJl~
;-,_.11.

P:is3t 13
~t) l\~n}\·lc:ng,_t.?,<1ra,o· r..:11tl•11.1tJn ranam ut ~·h.1~11111""t~cun.1ksuJ u.tl.dn1 rtt:--'1J t: t4YJt (2).
·'};II ( 1J. lid.I\ ;1.1 .. 1r (4} dH•,·nlu•l:-c $l'(;1r..1bc.1~ala
(2) h.cttnl\'.~U\ leh:h luujut n1cngcnaacv..Ju.1;i:i Khasa-oJ.tJl4. di111J.k.,'1.KJpad~ a~at (1) Uu1f1.Jr
dl'l\!i!f«l P<.ran1ra·1 i\(cr1leci Kchut.tnan.

BARV
PEMUIAYAAN

Pasal 14
:1) Sq~ala pc111biaymu1 r'-'g<~p~dulan h•gi pcnyel~IP,gatl!J!J1llliJIS1im Koordinasi Cerhan
dihebankan pada APllN Depanemen Kehuransn
(2~ Pcn1Jiay;l<Ul untuk fllt:ndukung program k<:giaWt padi u1a:uug-rnasing
kcmenrc~anilcmbaga soharaim3n,1 dimaksud dilsm l'a.sal 1'I dibcbankan pada :\l'llt'\
u l.a.-,i11g-rru1~ing kcfl'.cnctrian/lcmUiwl fang hc~ng<lrL1Jt.
p; Scga:a pcmhi•)'ann ~111g dipedukan hag. pcnydc:or.garaa11 IUi?-' Tim Pembina Gc:h~n
l'roviusi dan Tim Pembinall•·rhiin Kahupucn!!Wca schag.iiman• rlimah.,rl dalarn
Pasal l l apt (1) dnn cyat •'.'.!) dil>cl~ti:kan path Al'll() n>A;oni;-tn•$ini;.

PasaJ LS
Pt•mbiay>J1n unruk mr.nyclcnmir•ka.1 Gerhan ~c:sumb<-r pada;
a :\l'llN d•n J\flt>l);
b. l);1n• l(cboiias1: dau/atau
c. $1111\bcr sumber lain )lll:~ ridak mengikar;
ictuai de11&111 pc111r.1mn pcr.utd .. 1g-undnni;a11.

Pas3l l6
(1) l)ulw1 Biaya P~11ydc"IJ&'lrann Gtt!1;Ut v;an~bcrrum!icr dan !\PU:-. sebagsrmau
d1111a<s11d dalsrn Pasal 1,:; h11n1f t, l'C'll(nnt.ah Provi11'10, ""cn1cnn1alt J.::1l>~p•1tn/f.;0:11
mcnwJoka•ik<n tl.i1M ptnJ:unping.
(~) Liesa< dnm ptn<lampi"8 ~ch•g:iunruto dim1"'-ud p•d.a ayil ~1) p•l'n11 ~di!U1 I 0'%
(:«:puluh per ~erarus} dM page an~ pcnydcn1®111J1J1 Grrhan pada rnasing·:msing
I'rovinsi, Kabupatcn/!<ora.

Pas~ 17
(1) Pc11yck111:1!)llct:ui C.erh:111 paw hu1ru1 produb clan hutAn lu1duns png pc:t~ch1lw1n)'•
dJ1mp<1hkan kepada Ill~" hidang kehuranan uai Kesatuan Pengdoltan Hutan untuk
Tuiuan Kh11s11.< <lihuyti okh Ul l!\C\: •t;u Kcu.ruan Pcngdolallll Hutan ytni;
bc..,.a·1i;kur.01
(2) I 'rm•1iH tah dap.tt meml1<:nk•n p-:rruga.<:111 kliu•us kcpart. ll1 l1'11'> l>.dan1;; kchuranan
unruk mca) c1,, '!'};llt1ka11 ( ic:han pada hut.u1 ~nJung d1 wilayah kenanya, dc.'r11;an dann
dan ..U'B:".
(3) l'c1>ydcnggaraa11 Gerhan pada 1111an :>o.lJuk.<1din huun Im.Jung r•ng telah Jihchani
t~lll pt·1:utnf-1.at:tn huran dan ptnni.wl:1'1n i(a,wasan lat..t.ul dihi:i~-ai olch pcn1e~11g iein

BAU \'I
KETENTUA..'I PERAi.THAN

Pasat 18
~cf711:i lu~r,111u11 Ccd11!l1 ytt11g rrlr1h bcrl.uig.~unr. 5c·huni1 1111 <.lt),u11u~ka11 oleh '"J\r1 Koord.nasi
( .rrhan.

DAD VII
KP.'fF.N'T'UAN PENlITUP

ras<il 19
P1•rnn1ran Pt'C!~idrrt in1 ruulai hcrhku p11du 111n.~1J ditr111rl\11n

Oitc 1>11 • kau rh J ~ k:u ra,


pa<la cu11~~1J 3 Scptern~c:r :?1...:17
l'RESIDfU'\ Rl'Plllll IK 1~1)(1:-Jl-'.S'A.
l'td
1)1\ l l. Sl.SU.n u,, \'11'\I'(> \'J 11)H()YO:-;n
PERATURAN MENTER! KE:ilfTANAN
NOMOR : P. 21/Menhut-V/2())7

TE~ITANG

PENYELENGGARMN KEGIATAN
GERAKAN NASIONAL REHABil.JTASl HUTAN DAN lAHAN
TAHUN 2007

MENTER! KEHUTANAN,

Menimbang : a. bahwa kegialdn C-erakan Nasfcnal Reha:>ilitas Hutan


dan tahan (GN-RHL/Geman) yang dimulal tahun 2003,
perlu dilanjulkan dan dilingkatkan balk kualltas
maupun kuantras penyelenggaraan dan sasaran
kegia::annya pada Tahun 2007;
b. bahwa berdasarkan ~.rtimbangan pada hurvf a,
dipandang per1J menetapkan Petaturan Menterl
Kehutanan tentang Penyelenggaraan Kegiatan
Gerakan Nclsional Rehabilitasi Hutan dan tahan
Tahun 200/.
Menglngat i. U.idang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang
Konservasl Somberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan;
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tent.ang
Keuanoan Negara;
5. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbenda1C1raan Negara;
6. Undang-l.!ndang Nomor )2 Tahun 2004 Lenlang
Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang
Ddna Relx>isasi;
8. Peraturan Pemenntah Nomor 5:! -ahun 2002 tertang
Hutan Kola;
9. ?eraturan Pemenntah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hulan 5erta PemanfaatanHutan;
Pememtah sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peratcran Presiden Nomor 8
Tahun 2006;
12.Keputusan Presiden RI Nomor 187/M Tahun 2004
tentang Pembentukan Kabin:t Indonesia Bersatu;
13.Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tcntang
Kedudukan, Tugas '.!an fungsi, Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Kementerian Nega!(l Republik
Indonesia;
14.Surat Keputusan Bersama Menteri Koordmator Bidang
Kesejahteraan Ra.<yat, Menl:eri Koordinalor Bidang
Perekonoman dan Menteri Koordinatnr Bidang Politik
dan Keamanan Nomor 09fKEP/MENKOiKcSRA/lll/
2003, Nomor KEP.16JM.EKON/03/2003, Nomor KEP.
08/MEl\KOjPOLKAM/III/2003 tentang Pembentukan
Tim Koordinasi Pertaikan Lingkungan Melalui
Rehabilitasi clan Reboisasi Nasional sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan sesame Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rak'fat, Menteri
Koordinato; Biclang Perekonomian dan Menten
Koordinator Bidang FUfiti<, Hukum clan Keamanan
Nomor 17/KEP/.'·1ENKO/KESRA/Vlll/ 2006, Nomor
KEl'.50/ M.EKON/VUI/2006, Nomor KEP.50
/MENKO/POLKAM iVIIl/2006 :entang Tim Koordinasi
Nasional Rehab~itasi dan Reboisasi Hut.a~;
15.Peraturan Menteri Kehutan3n Nomor P.13/Menhut-
Ilj2005 terteng Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kellutanan;
16. Kepulusan Menter! Kehutanan No-nor 421fMenhut-
!I/2006 tentang Fokus-Fokus Kegiatan Pembangunan
Kehutanan.

Mempematikan Surat Menteri Keuangcn Nomor S-l 40/MK.02/2007


tanggc:I 29 Maret 2007 perihal Persetujuan Sic:tem
Kontrak 11u/tiyears pada Pelaks<lnaan Gerhan tahun
2007.

MEMU1USKAN:

Menetapkan
KESATU Peraturan Menteri Kehutanan tentang Penyelenggarr1r1n
Kegiatan Gerakar Nasi:>nal Rehab.litasi Hutan dan Lahan
(GN-RH[/Gerhan) Tahun 2007 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan ini;
KETIGA Peraturan Menteri Kehutanan yang mengatur tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan yang sudah disahkan sebelurn Peraturan
Mmteri Kehutanan ini ditetapkan, masih :erap berlaku
sesuai dengan tahun penetapamya;

KEEMPAT Peraturan Menteri Ketutanan tentang Penyelenggaraan


Kegiatan Gerakan Nasional Rehabiiitasi Hutan dan Lahan
Tahun 2007, dilengkapi dengan Pedoman Teknis dan
Petunjuk Pe'aksanaan Gerlian dalam Peraturan Menterl
Kehu:anan tersendiri;

KEUMA Peraluran Menteri Kehutanan ini mulai berlaku pada


tanggal ditetapkan.

Ditetai:kn di Jakarta
Pada tanggal 20 Juni 2007

MENTER! KEHUTANAN,

ttc
H. M.S. !CABAN

SAUNAN Peraturan Menteri Ke.'1uLanan ini disampaikan kepada Yth. :


l. Presden Reoubllk Indonesia;
2. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan;
Menteri Koord'nator Bidang Perekonomian;
Mcnteri Koordnator Bidang Kesejahteraan Rakyat;
S. Ketua Tim Koordinasi Nasional Rehabilitasi dan Reboisasi Hutan;
Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Ke'lutanan;
Gubemur Provinsi seluruh Indonesia;
Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
9. Ke::iala Oinas Provinsi/Kabupaten/Kola ydllg diserahi tuqas dan tanggung
jawab di bidang Kehutanan seluruh lndone.5ia;
I 0. Kepala Balai Pengdolcan OAS seluruh Indo-1esia;
l L Kepala Balai Kor.serva;i Somber Daya Alam yang terl<ait;
Kepala Balai Taman Nasional yang terka1t;
Kepala Bdl~• Perbenihan Tanaman H~an seluruh Ind'.lnes1a;
Kepala Balai Persuteraan Alam.
PERATURAN MENTER! KEHUTANAN
NOMOR : P. 22/Menhut-V/2007

TENT ANG

PEDOMAN TEKNIS DAN PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN


GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
TAHUN 2007

MENTERI KEHUTANAN,

Menimbang : a. bahwa kegiatan Gerakr!n Nasional Rehabilitasi Hutan


dan Lahan (GN-RHL(Gerhan) yang dimulal tahun 2003,
perlu dilanjutkan dan ditingkatkan keoernasnan
kegiatannya peoa tahun /007 dan selanjutnya;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a,
dipandang pertu menetapkan Peraturan Menteri
Kehutanan tentang Pedoman Teknis dan Petunjuk
Pelaksanaan Keglatan Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Tahun 2007.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang


Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekoslsternnya;
2. Undang·Undang Norn or 23 Tallun 1997 ten tang
Pengelolaan Llngkungan Hidup:
3. Undang-Undang Nomor 41 rahun 1999 ten tang
Kehutanan:
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 ten tang
Keuangan Negara;
s. Undang-Undang Nomor l Tahun 2004 ten tang
Perbendaharaan Negara;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 200/ tentang
Dana Rcboisasi;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang
Hutan Kota;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan Serta Pemanfaatan Hutan;
10.Kepulusan Presiden Rl Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
11.Keputusan Presiden Rl Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun
2006;
12. Keputusan Presiden RI Nomor 187/M Tahun 2004
tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
13. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Ke<ludukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia;
14.Surat Keputusan Bersama Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian dan Menter! Koordinator Bldang Politik
dan Keamanan Nomor 09/KEP/MENKO/KESRA/III/
2003, Nomor KEP.16/M.EKON/03/2003, Nomor
KEP.08/MENKO/POLKAM/IIl/2003 tentang
Pembentukan llm Koordinasl Perbalkan Lingkungan
Melalul Rehabilitasi dan Rebolsasi Nasional
sebagalmana telah diubah dengan Kepulusan Bersama
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,
Menter! Koordlnator Bidang Perekonomian dan Menteri
Koordinator Bidang Politik dan Kearnanan Nomor
17/KEP/MENKO/KESRA/VIII/2006, Nomor KEP.50/
M.EKON/VHL'2006, Nomor KEP.50/MENKO/POU<AM/
VIII/2006 tentang Tim Koordinasi Nasional Rehabilltasl
oan Reboisasi Hutan;
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P .13/Menhut-
II/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kehutanan;
16. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 421/Menhut-
11/2006 tentang Fokus-Fokus Kegiatan Pembangunan
Kehutanan.

Memperhatikan Surat Menteri Keuangan Nomor S-140/MK.02/2007


tanggal 29 Maret 2007 perihal Persstujuan Sistem
Kontrak Multiyears pada Pelaksanaan Gertian tahun
2007.
MEMUTI.JSKAN :

Menetapkan
KESATU Peraturan Menteri Kehutanan Tentang Pedoman Teknis
dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lehan Tahun 2007 sebagalmana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan
ini;

KE DUA Peraturan Mcnteri Kehutanan ini menjadi dasar bagl


Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota
dan masvarakat dalam rangka oelaksanaao kegiatan
Gerakan Nasional Rehabilltasi Hutan dan Lahan Tahun
1007;
KETIGA Pedoman Teknls dan Petunjuk Pelaksanaan yang
mengatur tentang pelaksanaan Kegiatan Gerakan Nasional
Rehabilltasl Hutan dan Lahan yang sudah dlsahkan
sebelum Peraturan Menteri Kehutanan ini dltetapkan,
maslh tetap berlaku sesuai dengan tahun penetapannya;

KEEMPAT Peraturan Menter! Kehutanan lni mulai berlaku pada


tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Juni 2007

MENTERIKEHUTANAN,

ttd

H. M.S. KABAN

SALINAN Peraturan Menteri Kehutanan ini disampaikan kepada Yth. :


1. Presiden Republik Indonesia;
2. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan;
3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
4. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;
5. Ketua Tlrn Koordinasi Nasional Rehabilitasi dan Reboisasi Hutan;
6. Pejabat tseon I Ungkup Departemen Kehutanan;
7. Gubernur Provinsi seluruh Indonesia;
8. Bupflti/Walikota seluruh Indonesia;
9. Kepala Dinas ProvinSl/Kabupaten/Kota yang diserahi tugas dan tanggung
•' jawab di bidang Kehutanan scluruh Indonesia;
10.Kepala Balai Pengelolaan DAS seluruh Indonesia;
11. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang terkait:
12. Kepala Balai Taman Nasional yang terkait;
13. Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan seluruh Indonesia;
11. Kepala Balai Persuteraan Alam .

•'

Anda mungkin juga menyukai