Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Alasan Pemilihan Tempat Praktik Umum/Magang

Perubahan zaman yang begitu cepat sehingga banyak teknologi yang

tercipta singgah banyak perusahaan yang mengingkan karyawan yang sudah ahli

dan berpengalaman dalam pekerjaan yang di berikan perusahaan. Dalam dunia

kampus pendidikan diberikan tidak hanya teori tapi ada juga praktik, salah

satunya adalah praktik umum magang, agar saya yang kedepan dia lulus tidak

kaku dalam menghadapi dunia kerja. Kegiatan magang sangat bermanfaat bagi

saya, saya memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan semua ilmu yang telah

dipelajari di proses perkuliahan dan mempelajari tentang bagaimana standar kerja

yang profesional. Pengalaman tersebut kemudian menjadi pegangan dalam

menjalani jenjang karir yang akan datang.

Kegiatan praktik umum atau magang ini juga sebagai syarat untuk

memenuhi kelulusan. Kegiatan praktik umum magang kerja sangat bermanfaat

untuk saya menambah pengalaman dan pengetahuan yang tertulis selama kuliah

(S1) Kehutanan minat Manajemen Sosial dalam kerja nyata selama praktik umum

magang kerja berlangsung. Praktik umum magang merupakan kegiatan akademik

diluar kampus yang dilaksanakan oleh penulis dengan mengikuti praktik kerja

pada instansi/lembaga/perusahaan yang ada atau terkait. Tujuan dari magang kerja

adalah agar saya mendapatkan pengalaman sebagai calon tenaga kerja profesional
dan dapat melihat secara langsung dari berbagai teori yang telah dipelajari selama

di bangku perkuliahan. Penulis dapat menyiapkan diri sebagai tenaga kerja yang

profesional atau handal dalam memasuki dunia kerja nyata yang penuh dengan

tantangan dan persaingan yang ketat jika sudah mempunyai pengalaman kerja.

1.1.2 Alasan pemilihan bidang yang dipelajari

Pemilihan bidang yang dipelajari dalam kegiatan magang Di Balai

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung – Palu Poso (BPDASHL-

PALU POSO) Merupakan Unit Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan di Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung

yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada PDASHL. Saya juga ingin

mengetahui cara melaksanakan penyusunan rencana, pelaksanaan rehabilitas

hutan dan lahan serta konservasi tanah dan air, pengembangan kelembagaan,

pengendalian kerusakan perairan darat, dan evaluasi pengelolaan daerah aliran

sungai dan hutang lindung berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.2 Tujuan Praktik Umum/Magang

Magang merupakan bagian dari pelatihan kerja, bisanya magang dilakukan

oleh mahasiswa tingkat akhir sebagai salah satu syarat utama untuk

menyelesaikan proses pendidikan. Tujuan dari magang kerja ini adalah :

1. Mahasiswa dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi

melalui kegiatan pengalaman langsung di BPDASHL-PALU POSO.

2. Mahasiswa dapat merasakan langsung bekerja dan memperoleh

pengalaman kerja di BPDASHL- PALU POSO.


3. Mahasiswa dapat membandingkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan

dengan pelaksanaan magang di BPDASHL-PALU POSO.

4. Mahasiswa dapat mengetahui Rancangan kegiatan dalam Seksi Evaluasi

DASHL.

5. Mahasiswa dapat mengetahui pembangunan sumber benih dan sumber

daya genetik.

1.3 Manfaat Praktik Umum/Magang

Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan praktik umum/magang

yaitu :

1. Mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan

di BPDASHL-PALU POSO

2. Mahasiswa bisa merasakan langsung bekerja dan memperoleh pengalaman

kerja di BPDASHL-PALU POSO

3. Mahasiswa bisa membandingkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan

dengan pelaksanaan magang di BPDASHL-PALU POSO

4. Mahasiswa dapat memenuhi dan mengetahui Pembangunan sumber benih

dan sumber daya genetik.


BAB II
GAMBARAN UMUM BPDASHL-PALU POSO

2.1 Profil BPDASHL PALU POSO

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Palu Poso,

Merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan di Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung yang

Berada dibawa dan bertanggung jawab Kepada PDASHL. Alamat BPDASHL

Palu Poso di JL. Moh. Yamin Palu No 22 A, Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.

2.2 Tugas Pokok dan Fungsi BPDASHL PALU POSO

Berdasarkan Pasal 2 peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Republik Indonesia Nomor : P.10/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tanggal 29

Januari 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan DAS dan

Hutan Lindung, menyebutkan bahwa Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan

Hutan Lindung mempunyai Tugas melaksanakan penyusunan rencana,

pelaksanaan rehabilitas hutan dan lahan serta konservasi tanah dan air,

pengembangan kelembagaan, pengendalian kerusakan perairan darat, dan evaluasi

pengelolaan daerah aliran sungai dan hutan lindung berdasarkan ketentuan

peraturan-peraturan perundang-undangan.

Dan berasarkan pasal 3 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.10/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016

Tanggal 29 Januari 2016 tentang Organisasi dan tata Kerja Balai Pengelolaan

DAS dan Hutan Lindung, menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas


sebagaimana dimaksud Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan

Lindung menyelenggarakan fungsi :

 Penyusunan rencana pengelolaan daerah aliran sungai dan hutan lindung

 Penyusunan rencana teknik rehabilitas hutan dan lahan serta konservasi

tanah dan air.

 Pengembangan model pengelolaan daerah aliran sungai dan hutan lindung

 Pelaksanaan rehabilitas hutan dan lahan serta konservasi tanah dan air.

 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan reklamasi hutan, kerusakan perairan

darat dan pengelolaan hutan lindung.

 Pemantauan dan evaluasi pengelolaan daerah aliran sungai dan hutan

lindung

 Pengembangan kelembagaan.

 Penyusunan dan penyaajian informasi pengelolaan daerah aliran sungai

dan hutan lindung.

 Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.

2.3 Struktur Organisasi BPDASHL PALU POSO

Balai pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Palu Poso,

merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan di bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung yang

Berada dibawa dan bertanggung jawab Kepada PDASHL. Berikut ini adalah

struktur Organisasi BPDASHL Palu Poso :


Struktur Organisasi BPDASHL PALU POSO

KEPALA BALAI

Encum, SP, M.Si

KEPALA SUB BAGIAN


TATA USAHA
Eko Adit Putranto S.Sos.,
M.Si

KEPALA SEKSI
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
RHL
PROGRAM EVALUASI

Irpana Nur, Solehudin, S.Sos., M.P


Ayib Sumarsan, S.Hut
S.Hut., M.Sc

KELOMPOK FUNGSIONAL

Pengendali Ekosistem Hutan


BAB III
KEGIATAN PELAKSANAAN PRAKTIK UMUM/MAGANG

3.1 Kegiatan di BPDASHL-PALU POSO

Adapun kegiatan yang dilakukan di Balai Pengelolaan Daerah Sungai dan

Hutan Lindung Palu Poso (BPDASHL-PALU POSO) yaitu sebagai berikut:

1. Membantu pengurusan administrasi dalam kantor seperti pengantaran

surat, pengisian data, melakukan stempel berkas atau surat.

2. Membuat Kegiatan di lapangan

3. Belajar untuk mengetahui peraturan perhutanan sosial dalam

pembangunan sumber benih dan sumber daya genetik.

4. Belajar untuk mengetahui suatu kedudukan, tugas, fungsi di bagian seksi

Evaluasi.

3.2 Kegiatan di Lapangan

Adapun kegiatan yang dilakukan dilapangan di............

1. Proses Sosialisasi Peraturan Dirjen RLPS, Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Sumber Benih dan Sumber Daya Genetik.

2. Bagaimana Organisasi Kerja Pelaksanaan Sumber Benih

3. Langkah-langkah pelaksanaan di lapangan.

4. Jenis Tumbuhan Sumber Benih dan Sumber Daya Genetik.

5. Pengelolaan Sumber Benih

6. Penunjukan dan Pembangunan Sumber Benih

7. Perencanaan Pembangunan Sumber Daya Genetik


8. Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Genetik

9. Monitoring Evaluasi Keberhasilan

3.3 Pembahasan

Kegiatan praktik umum magang dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada

bulan Juli sampai Agustus 2019. Adapun waktu, pelaksanan serta rincian

pelaksanaan magang sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Magang Kerja dilaksanakan :

Waktu : 1 Juli – 31 Agustus 2019

Tempat : BPDASHL-PALU POSO

Alamat : Jl. Moh. Yamin Palu No 22 A, Kota Palu.

2. Rincian Waktu

Senin – Kamis : 07.30 – 16.00 WIB

Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB

Jumat : 07.30 – 16.30 WIB

Sabtu dan Minggu : Libur

3.3.1 Proses Sosialisasi Peraturan Dirjen Perhutanan Sosial, Tentang


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sumber Benih dan Sumber Daya
Genetik.

Adapun kegiatan terhadap Perhutanan Sosial yang didelegasikan kepada

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungan dan Hutan Lindung dalam pelaksanaan

teknis perbenihan tanaman hutan dan sumber genetik, adalah :


a. Menyusun rancangan teknis pembangunan sumber benih dan sumber daya

genetik yang dinilai oleh Balai Perbenihan Tanaman Hutan dan Disahkan

oleh Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung.

b. Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan sumber benih dan sumber

daya genetik di wilayah kerja melalui koordinasi dan supervisi Balai

Perbenihan Tanaman Hutan.

c. Melaksanakan penilaian dan menerbitkan rekomendasi dalam rangka

penetapan pengada benih dan pengedar benih dan atau bibit terdaftar oleh

Dinas Provinsi

d. Melaksanakan Pemeriksaan fisik benih/bibit dalam rangka ekspor

benih/bibit.

e. Melakasanakan bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi

pengelolaan sumber benih.

f. Mengumpulkan data dan Informasi perbenihan dan pembibitan tanaman

hutan di wilayah kerjanya.

g. Mengirformasikan hasil kegiatan perbenihan dan pembibitan tanaman

hutan di wilayah kerjanya kepada Balai Perbenihan Tanaman Hutan.

h. Melaksanakan pengujian mutu benih dan mutu bibit.

i. Pelaksanaan produksi bibit.

j. Pelaksanaan sertifikasi sumber benih, mutu benih dan mutu bibit.

Salah satu persyaratan keberhasilan pembangunan hutan tanaman dan

perhutanan sosial di masa mendatang adalah penyediaan benih dan sumber daya
genetik yang bermutu tinggi, yaitu unggul mutu genetiknya dan mampu

beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.

Beberapa aspek menjadi kendala dalam penyediaan benih bermutu dan

sumber daya genetik dalam perhutanan sosial adalah, antara lain :

1. Kurangnya perhatian dalam membangun sumber benih dan sumber daya

genetik baru seperti areal produksi benih dan genetik, tegakan benih

provenan, kebun benih, kebun pangkas, kebun sumber daya genetik

sehingga berdampak kurangnya produksi benih bermutu

2. Lemahnya pemahaman ilmu dan teknologi perbenihan oleh pihak terkait

dalam pengelolaan dalam pembangunan sumber benih, sehingga potensi

sumber benih dan sumber genetik yang ada belum dapat dikembangkan

secara baik.

3. Lemahanya organisasi serta sistem evaluasi pengelolaan dan pembangunan

sumber benih dan genetik sehingga belum memberikan dampak optimum

pada pemanfaatan sumber benih yang ada.

4. Kurangnya sosialisasi petunjuk teknis bidang perbenihan dan sumber

genetik kepada masyarakat setempat sehingga informasi tidak sampai.

Untuk mengatasi sebagian permasalahan aspek diatas, Direktorat

Perbenihan Tanaman Hutan, Direktorat Jenderal Rehabilitas Lahan dan

Perhutanan Sosial menyusun Petunjuk Pelaksanaan Sumber Benih dan Sumber

Genetik. Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan agar digunakan oleh pengguna

pengelolaan sumber benih dan sumber genetik dan petugas yang terkait sebagai
pedoman dalam pembangunan dan pengelolaan sumber benih dan sumber daya

genetik.

3.3.2 Bagaimana Organisasi Pelaksana Kerja Sumber Benih

Pembangunan dan pengelolaan sumber benih memerlukan organisasi

untuk mencapai tujuannya, yaitu menghasilkan sumber benih yang dapat

menghasilkan benih bermutu tinggi. Organisasi dan pembangunan dan

pengelolaan sumber benih merupakan organisasi yang dapat berdiri sendiri atau

merupakan bagian dari organisasi terkait dengan bidang penanaman.

Inti dari Organisasi pembangunan dan pengelolaan sumber benih adalah

tersedianya petugas yang bertanggung jawab ditingkat manajemen dan lapangan

agar sumber benih dapat menghasilkan benih bermutu tinggi, untuk mencukupi

kebutuhan sendiri maupun untuk diperdagangkan. Organisasi dalam

pembangunan dan pengelolaan sumber benih tidak perlu terstruktur dengan tegas,

tetapi disesuaikan dengan kebutuhan. Yang penting adalah terdapat penanggung

jawab dan pelaksana setiap sumber benih yang diperuntukan untuk memenuhi

kebutuhan sendiri.

Berikut ini adalah petugas dan tenaga yang disarankan untuk setiap sumber

benih :

1. Tenaga Pengaman, diperlukan agar sumber benih dapat dicegah dari

kemungkinan penyerobotan lahan, penebangan, dan kebakaran

2. Tenaga Teknis, yang memiliki latar belakang pendidikan teknis serta

mengetahui secara rinci pembangunan dan pengelolaan sumber benih.


3. Manager Sumber Benih, diperlukan untuk pengambilan keputusan tentang

pembangunan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber benih. Tugas dan

tanggung jawab manager juga dapat digabung dengan kegiatan lain yang

relevan.

Organisasi hendaknya perlu disesuaikan dengan kebijaksanaan pemilik

sumber benih

3.3.3 Langkah-langkah pelaksanaan di lapangan

3.3.4 Jenis Tumbuhan Sumber Benih dan Sumber Daya Genetik


3.3.5 Pengelolaan Sumber Benih

A. Kegiatan Pengelolaan Sumber Benih

Pengelolaan Sumber benih dilakukan setelah penunukan sumber benih

(baik di hutan alam maupun hutan tanaman) dan setelah pembangunan sumber

benih. Pengelolaan dilakukan untuk :

1. Melindungi sumber benih dari ancaman penggembalaan, kebakaran

dan penyerobotan,

2. Mempertahankan atau meningkatkan pembungaan dan produksi benih,

3. Mempercepat produksi benih,

4. Meningkatkan mutu genetik tegakan dalam sumber benih,

5. Memudahkan pengumpulan benih

Beberapa pertimbangan dalam menentukan kegiatan pengelolaan di

sumber benih adalah :

1. Jenis dan Species dan umur.

2. Pengelolaan Sumber Benih dimana tegakannya masih muda tidak

sama dengan ketika sudah menghasilkan benih.


3. Pengelolaan sumber benih untuk suatu kelas (misalnya tegakan benih

teridentifikasi) berbeda dengan kelas lainnya (misalnya kebun benih

klon)

4. Pengelolaan sumber benih hutan alam berbeda

Kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber benih terdiri dari, demarkasi,

perlindungan dan pengamanan, pemeliharaan (penyiangan, penyiraman,

pemupukan, pemeliharaan label, pengendalian hama dan penyakit), pengelolaan

polinator, penjarangan, pemangkasan cabang, stimulasi pembungaan (pelakuan

akar dan batang, pemberian hormon), evaluasi.

B. Pengelolaan Sumber Benih

a. Demarkasi

Demarkasi merupakan kegiatan untuk menandai batas luar sumber benih

penting dilakukan untuk menebang, merambah atau menganggu

keberadaan sumber benih, menjadi batasan ketika melakukan

pengumpulan benih. Demarkasi bukan dimaksudkan untuk pengukuhan

kawasan hutan.

b. Perlindungan dan Pengamanan

Perlindungan dan pengamanan terhadap sumber benih perlu lebih instensif

dibanding hutan tanaman biasa. Apabila terjadi penyerobotan, gangguan

terhadap pohon, dan kebakaran yang parah; maka perlu ditunjuk atau

dibangun sumber benih yang baru. Tegakan yang mengalami gangguan

tersebut kemungkinan besar tidak layak lagi sebagai sumber benih. Untuk

itu, langkah pencegahan lebih di utamakan dibanding penanggulangan.


C. Pemeliharaan

 Penyiangan Gulma setelah pembangunan sumber benih.

 Pembersihan gulma dan semak belukar pada sumber benih Hutan

tanaman dewasa.

 Pembersihan semak belukar pada sumber benih Hutan Alam.

 Aplikasi Herbisida

 Pendangiran

 Pemberian Mulsa

 Penyiraman

 Pemupukan

 Pengendalian Hama dan Penyakit

D. Pengelolaan Polinator

Pengelolaan Polinator dapat didefiniskan sebagai tindakan manajemen

yang dirancang untuk meningkatkan produksi benih melalui peningkatan

penyerbukan. Peningkatan ini dapat dicapai dalam hal tertentu tidak hanya dari

rancangan sumber benih yang optimum tetapi juga melalui introduksi polinator ke

dalam sumber benih dengan penyediaan perlindungan, alternatif makanan dan

tindakan sejenisnya.

3.3.6 Penunjukan dan Pembangunan Sumber Benih

Sumber benih dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu menjadikan tegakan

hutan alam atau tanaman yang telah ada menjadi sumber benih atau membangun

sumber benih yang baru dengan penanaman. Untuk cara pertama, tegakan pada

awalnya dibangun bukan untuk produksi benih tetapi untuk peruntukan lainnya,
misalnya produksi kayu, hutan lindung, dan sebagainya. Untuk cara kedua, ketika

membangun sumber benih telah diputuskan bahwa tujuan pembangunannya

adalah untuk menghasilkan benih.

Kelebihan dari menunjuk tegakan yang ada sebagai sumber benih yaitu

benih dapat dihasilkan lebih awal. Jika membangun sumber benih yang baru maka

harus menunggu selama 3-20 Tahun (tergantung spesies) sebelum benih dapat

dipanen dengan membangun sumber benih, biasanya dapat diperoleh benih

berumutu genetik yang lebih tinggi, dengan syarat materi genetik untuk

pembangunannya adalah untuk dipilih secara teliti. Kelebihan lainnya adalah lebih

murah mengidentifikasi tegakan yang akan diperoleh kemudian mengkoversi dan

mengelolanya sebagai sumber benih. Kekurangannya jika membangun sumber

benih. Dari hutan alam maupun hutan tanaman dapat didentifikasi sebagai sumber

benih, tergantung pada spesies dan ketersediaan tegakan.

Keputusan untuk mengkonversi tegakan yang ada menjadi sumber benih

atau membangun sumber benih yang baru perlu mempertimbangkan beberapa hal-

hal sebagai berikut :

a. Jika tegakan berkualitas tinggi tidak memiliki, maka sumber benih

yang baru harus dibangun.

b. Jika benih dari suatu spesies yang diperlukan hanya sedikit, mungkin

terlalu mahal jika membangun sumber benih, maka disarankan untuk

mengkonversi tegakan yang ada menjadi sumber benih.


c. Pada kondisi lain, tegakan benih teridentifikasi harus digunakan karena

perlu menunggu sumber benih yang telah dibangun untuk mulai

menghasilkan benih.

Menunggu sumber benih yang telah di bangun untuk mulai menghasilkan

benih perencanaan dalam memilih spesies untuk sumber benih, dan perhitungan

areal yang diperlukan untuk sumber benih tidak diuraikan dalam pedoman ini

karena diasumsikan bahawa spesies sudah ditetapkan dan luas sumber benih telah

diketahui.

3.3.7 Perencanaan Pembangunan Sumber Daya Genetik

Agar konservasi sumberdaya genetik ex situ dapat dilaksanakan secara

optimal, sebelumnya diperlukan perencanaan yang mencakup perencanaan

pembangunan dan pengelolaaan AKSDG, Substansi perencanaan pembangunan

meliputi terget pembangunan areal konservasi dan tujuan konservasi sumberdaya

genetik.

a. Target Pembangunan

Menurunnya luas dan potensi hutan karena deforestasi dan degradasi

menimbulkan masalah serius terutama dalam menjaga kelangsungan

kelestarian sumber daya alam di masa datang. Deforestasi berpengaruh

terhadap penyusutan luas areal hutan yang berarti berpengaruh pula pada

pengurangan luas vegetasi yang ada di atas areal tersebut.

b. Tujuan Konservasi Sumber daya genetik untuk kepentingan pemuliaan

(breeding) atau penyelamatan keterwakilan keragaman plasma nutfah.


Di negara berkembang dimana akibat ahli fungsi kawasan sering kali

terjadi begitu cepat, maka kecepatan punahnya suatu spesies sangat tingi,

sehingga perencanaan terhadap prioritas spesies yang harus dilestarikan

perlu segera dilakukan. Konservasi (dalam pengertian biologis) adalah

upaya agar jenis, populasi, komunitas biologis dan habitatnya lestari.

Demikian pula, interaksi antar jenis, jenis dan lingkungan berlangsung

normal, juga proses seleksi dan evolusi dapat berlangsung secara alami.

Keragaman genetik suatu jenis sangat dipengaruh oleh ukuran penyebaran

alami suatu jenis, kontinyu tidaknya pola penyebaran, diversitas (perbedaan)

kondisi tempat tumbuh pada penyebaran alamnya dan faktor-faktor lain yang tak

diketahui. Adapun dan tujuan penyelamatan representasi plasma

nutfah/sumberdaya genetik, koleksi materi dilakukan dengan men-sample semua

individu secara representative, mewakili seluruh populasi yang ada.

3.3.8 Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Genetik

Konservasi sumber daya genetik dilakukan secara in situ dilokasi sebaran

alami maupun secara ex situ diluar lokasi sebaran alami. Idealnya konservasi

suatu jenis target dilaksanakan in situ dan ex situ secara bersama-sama, karena

kedua metode konservasi tersebut saling melengkapi (complementer)

Mengingat manfaat konservasi sumber daya genetik ini baru dapat

diarasakan pada masa yang akan datang, maka diperlukan keberpihakan dari para

pembuat kebijakan untuk menglokasikan sumber daya yang cukup untuk

melaksanakan kegiatan konservasi ini, sebelum terjadi erosi genetik.


Hasil pembangunan ASDG harus dikelola dengan benar agar areal yang

telah ditetapkan, keragaman genetiknya dapat dipertahankan atau ditingkatkan

agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas budidaya

tanaman jenis target.

3.3.9 Monitoring Evaluasi Keberhasilan

Dalam pembangunan sumber benih diperlukan kegiatan evaluasi baik

sejak awal pembangunan hingga pada masa pertumbuhan sampai sumber benih

tersebut dianggap siap untuk memproduksi benih berkualitas, beberapa. Kegiatan

evaluasi pembangunan sumber benih dan sumber daya genetik adalah :

a. Pengamatan

b. Pengukuran

c. Analisis data dan seleksi

Pengamatan merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk

melihat kondisi sumber benih, baik dalam hal pertumbuhan bibit, tanaman, hama

penyakit, keamanan, dan faktor-faktor penghambat lainnya. Hasil pengamatan

tentunya perlu dicatat dalam suatu jurnal dengan sistem file yang baik. Hasil

pengamatan tersebut sangat bermanfaat dalam mengambil keputusan yang

seharusnya dilakukan oleh pengelola.

Pengukuran diperlukan untuk memperoleh data pertumbuhan bibit atau

tanaman di lapangan. Data yang diperoleh dari pengukuran bermanfaat guna

mengantisipasi kemungkinan pertumbuhan yang stagnan atau lambat. Dari

kondisi tersebut pihak pengelola dapat melakukan pelakuan-pelakuan yang


diperlukan untuk mengatasi permasalahannya seperti penambahan pupuk,

penggantian jenis pupuk, pemberantasan hama dan penyakit dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan yang telah dilakukan terhadap

beberapa parameter keberhasilan pengelolaan maka dilakukan analisis data.

Analisis data diperlukan untuk melihat secara nyata rencana seleksi famili atau

individu yang tidak diperlukan atau pertumbuhannya kurang baik.

Seleksi dilakukan dengan menebang pohon-pohon yang kurang baik (baik

itu dalam famili maupun individu) dan meninggalkan pohon-pohon yang

pertumbuhannya lebih baik. Melalui seleksi (rouguing) diharapkan akan tinggal

pohon-pohon dengan kualitas yang lebih baik dan konsuekensinya adalah terjadi

perkawinan antar tanaman yang berkualitas, sehingga akan menghasilkan turunan

yang lebih baik.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pada bagian akhir dari laporan Praktek Kerja Lapangan ini bahwa penulis

menarik kesimpulan dari pengalaman yang telah didapat selama dua bulan

melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Balai Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai dan Hutan Lindung Palu Poso, bahwa Penulis menyimpulkan :

1. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Palu Poso

Merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan.

2. Seksi Evaluasi Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung sebagaimana

dimaksud Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan

Hutan Lindung dalam pasal 4 ayat (1) huruf d, mempunyai tugas

penyiapan bahan pengembangan model kelembagaan Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai, pemantuan dan evaluasi pengelolaan Daerah Aliran Sungai

dan Hutan Lindung serta Penyiapan bahan dan penyajian informasi

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung.

3. Praktek Kerja Lapangan ini, sangatlah berguna bagi mahasiswa itu sendiri

bagaimana kita mencoba memahami antara realita yang ada dengan teori

yang sudah kita pelajari selama ini.


4. Dari praktek kerja lapangan ini, mahasiswa mampu untuk bagaimana kita

bertanggung jawab, disiplin, terampil, dapat diandalkan, dan berempati.

4.2 Saran

1. Saran Bagi Balai

Setelah penulis, menjalankan kegiatan Praktik umum atau magang di Balai

Pengelolaan Daerah Sungai dan Hutan Lindung, Palu Poso. Penulis ingin

memberikan saran bagi balai yang mudah-mudahan dapat berguna bagi balai.

Diantaranya ialah :

Balai sebaiknya memperhatinkan untuk menghidupkan kembali sisi media

humas dikarenakan media humas seperti majalah, dan publikasi lainnya menjadi

alat komunikasi yang sangat efektif menurut penulis dalam menyampaikan pesan.

2. Saran Bagi Mahasiswa

Saran yang akan penulis sampaikan untuk mahasiswa yang melaksanakan

kegiatan praktek kerja lapangan selanjutnya ialah, diharapkan bagi mahasiswa

yang akan melaksanakan kegiatan Praktik umum atau magang khususnya di

BPDASHL Palu Poso agar mempunyai rasa inisiatif, jangan menunggu kita untuk

di suruh.

Tunjukan rasa disiplin dalam keja, dan menjaga etika yang baik bagi

mahasiswa, dan kepada mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan praktik

umum atau magang di BPDASHL Palu Poso. Diharapkan memunculkan karakter

yang baik dan tidak arogan dalam melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan

ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.bpdashl-paluposo.com/profil.php. Di akses pada tanggal 10 Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai