O
PY
&
C
O
N
FI
D
EN
TI
AL
C
O
PY
&
C
O
N
FI
D
EN
TI
A L
C
O
PY
&
C
O
N
FI
D
EN
TI
A L
C
O
PY
&
C
O
N
FI
D
EN
TI
A L
C
O
PY
&
C
O
N
FI
D
EN
TI
A L
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
AL
Listrik adalah salah satu kebutuhan primer yang dibutuhkan masyarakat, adanya
pasokan energi listrik di suatu daerah akan mendorong pertumbuhan ekonomi di
TI
daerah tersebut. Pulau Karimun Besar adalah salah satu Zona Perdagangan
Bebas/Free Trade Zone (FTZ) di Kepulauan Riau yang belum terintegrasi dengan
EN
jaringan transmisi listrik. Sistem listrik yang ada disuplai oleh beberapa
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) tanpa Generating Reserved Margin
(GRM) yang cukup untuk memenuhi peningkatan permintaan di daerah ini; saat ini
D
Kabupaten Karimun masih defisit energi listrik sebesar 71 MW. PT. PLN (Persero)
Wilayah Riau bertanggung jawab untuk menyediakan daya yang memadai, namun
FI
sebagian besar kawasan industri telah menyediakan sendiri pembangkit listriknya
(yang bersifat tidak ekonomis, karena masih menggunakan mesin diesel).
N
baru dengan biaya produksi yang lebih murah, misalnya Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU). Untuk mengatasi kondisi ini, PLTU dengan bahan bakar
C
batubara dapat menjadi alternatif. Bahan bakar batubara bernilai kalori rendah
untuk keperluan PLTU dapat disuplai dari pertambangan di daerah Kalimantan dan
&
Sumatera.
PY
PT. Soma Daya Utama berencana untuk membangun PLTU di Kabupaten Karimun
dengan kapasitas 2 x 25 MW. Lokasi yang dipilih untuk membangun PLTU ini
adalah Pantai Pelawan Desa Pangke Barat Kecamatan Meral Barat. Penetapan
O
lokasi didasarkan pada Studi Kelayakan Teknis, Surat Bupati Karimun Nomor
340/BPPT/PRI-13/2012 tentang Persetujuan Rencana Investasi tanggal 22
C
2
akan menggunakan lahan tersebut seluas 120.257,146 m atau ± 12,03 Ha. Dalam
jangka panjangnya, apabila respon pasar baik, PT. Soma Daya Utama berencana
untuk meningkatkan kapasitas PLTU-nya hingga 4 x 25 MW di lahan yang sama.
AL
peningkatan pendapatan masyarakat, dan peningkatan perekonomian daerah.
Namun kegiatan pembangunan PLTU juga berpotensi menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan, antara lain: dampak potensi emisi gas buang dari cerobong
TI
(stack), potensi fly ash dan bottom ash, penurunan kualitas udara ambien dan
peningkatan kebisingan, potensi air limbah dari proses utama dan kegiatan
EN
pendukung PLTU, penurunan kualitas air laut, peningkatan prevalensi penyakit
(khususnya ISPA dan gangguan pendengaran), serta adanya persepsi negatif
masyarakat. Terkait dampak-dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan
D
hidup, sebelum dilaksanakannya rencana pembangunan PLTU, diperlukan suatu
FI
kajian dampak lingkungan. Pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Per.
MENLH) Nomor 5 Tahun 2012 tentang “Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
N
membangun PLTU dengan kapasitas total 50 MW (hal ini sesuai dengan kapasitas
produksi yang tercantum pada Pendaftaran Penanaman Modal Nomor
1/3/PPM/I/PMDN/2012 di Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
PY
Pelabuhan Bebas Karimun), namun dalam jangka panjangnya PT. Soma Daya
Utama memiliki rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi sampai 100 MW.
O
Selain itu adanya rencana pembangunan dermaga dengan bentuk konstruksi sheet
pile dan panjang lebih dari 200 meter juga pertimbangan lain yang menyebabkan
C
AL
AMDAL, dokumen KA-ANDAL maupun ANDAL, RKL dan RPL didasarkan pada
Peraturan MENLH Nomor 08 Tahun 2006 tentang “Pedoman Penyusunan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup”. Pedoman teknis penyusunan dokumen
TI
AMDAL belum mengacu pada Peraturan MENLH Nomor 16 Tahun 2012 tentang
“Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup” karena dokumen KA-ANDAL
EN
mulai disusun, diajukan untuk dinilai, dan dinilai dalam rapat teknis sebelum
tanggal 5 April 2012.
D
FI
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT
N
Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) oleh PT. Soma
Daya Utama bertujuan untuk:
O
AL
AMDAL”. Mengacu pada PP RI Nomor 27 Tahun 2012 tentang “Izin Lingkungan”,
Pasal 3 Ayat (1) disebutkan bahwa “setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL”.
TI
Penentuan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL
EN
mengacu pada Per. MENLH Nomor 5 Tahun 2012 tentang “Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup”. Pada Lampiran 1 Peraturan MENLH ini ditetapkan beberapa Bidang
D
Kegiatan dan Jenis Kegiatan yang wajib memiliki AMDAL. Beberapa bidang kegiatan
FI
dan jenis kegiatan yang melandasi kewajiban AMDAL rencana pembangunan PLTU
PT. Soma Daya Utama adalah:
N
3
m.
&
Berdasarkan hasil perhitungan, volume tanah yang perlu dipotong dari lokasi
rencana pembangunan PLTU PT. Soma Daya Utama untuk mendapatkan lahan
3
dengan elevasi + 17 meter dpl adalah 1.228.543,26 m . Dengan volume
3
pemotongan bukit ≥ 500.000 m , maka berdasarkan Poin Bagian A Angka 2 di
Lampiran 1 Per. MENLH No. 5 Tahun 2012, kegiatan PT. Soma Daya Utama
adalah wajib AMDAL. Untuk keperluan pengangkutan dan bongkar muat
peralatan dan bahan baku (khususnya batubara), akan dibuat jetty dengan bentuk
konstruksi sheet pile sepanjang ± 250 meter, maka berdasarkan Poin Bagian F
Angka 4.a Lampiran 1 Per. MENLH No 5 Tahun 2012, kegiatan PT. Soma Daya
AL
Utama adalah wajib AMDAL. Rencana kapasitas produksi PT. Soma Daya Utama
yang tercantum pada Pendaftaran Penanaman Modal Nomor
1/3/PPM/I/PMDN/2012 di Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
TI
Pelabuhan Bebas Karimun adalah 2 x 50 MW atau total 50 MW; maka
berdasarkan Poin Bagian K Sub. Bidang K.3 Angka 2 di Lampiran 1 Per. MENLH
EN
No. 5 Tahun 2012, kegiatan PLTU PT. Soma Daya Utama tidak wajib AMDAL.
Namun karena adanya rencana PT. Soma Daya Utama untuk meningkatkan
kapasitas produksi nantinya hingga menjadi 4 x 25 MW atau 100 MW, maka Poin
D
Bagian K Sub. Bidang K.3 Angka 2 di Lampiran 1 Per. MENLH No. 5 Tahun 2012
FI
juga perlu dipertimbangkan untuk diacu dalam penetapan dasar regulasi AMDAL.
N
A. Undang-
Undang-Undang
1. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang ”Peraturan Pokok-
Pokok Agraria”
PY
AL
Undang-undang ini merupakan payung hukum yang mengatur hal-hal
mengenai bangunan gedung, yaitu meliputi: persyaratan bangunan
gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat,
TI
pembinaan, dan sanksi.
6. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang ”Ketenagakerjaan”.
EN
Undang-undang ini merupakan payung hukum pengaturan masalah
ketenagakerjaan di Indonesia.
7. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang ”Perikanan”.
D
Undang-undang ini merupakan payung hukum yang mengatur masalah
FI
perikanan di Indonesia, yang antara lain berisi tentang: wilayah
pengelolaan perikanan, pengelolaan perikanan, pengawasan perikanan,
N
Undang-undang ini antara lain mengatur masalah dana bagi hasil dari
pajak.
O
AL
PT. Soma Daya Utama ini sangat terkait dengan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil karena berbatasan langsung dengan wilayah pesisir.
12. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2008 tentang ”Perubahan Kedua
TI
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah”.
EN
Undang-undang ini merubah beberapa pasal pada UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
13. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang “Pelayaran”.
D
Undang-undang ini merupakan payung hukum yang mengatur masalah
FI
pelayaran di Indonesia. Pelayaran merupakan satu kesatuan sistem yang
terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan, dan
N
Jalan”.
Undang-undang ini diacu terkait rencana kegiatan mobilisasi material
C
alat dan bahan pada tahap konstruksi serta mobilisasi bahan baku dan
bahan penolong pada tahap operasional yang sewaktu-waktu juga akan
menggunakan jalan.
16. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2009 tentang ”Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah”.
AL
18. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang ”Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup”.
Undang-undang ini merupakan payung hukum yang mengatur masalah
TI
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pada UU No. 32 Tahun
2009 Pasal 23 Ayat (1) dijabarkan kriteria usaha dan/atau kegiatan yang
EN
wajib AMDAL.
19. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang ”Kesehatan”.
Undang-undang ini merupakan payung hukum bagi pengaturan masalah
D
kesehatan, termasuk kesehatan masyarakat dan tenaga kerja.
FI
20. Undang-Undang RI Nomor 45 Tahun 2009 tentang “Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan”.
N
B. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1973 tentang “Keselamatan dan
&
lebih terperinci untuk setiap jenis kegiatan diatur lebih lanjut pada
peraturan atau keputusan menteri.
O
AL
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1995 tentang “Usaha Penunjang
Tenaga Listrik”.
Peraturan pemerintah ini berisi tentang: jenis dan izin usaha penunjang
TI
tenaga listrik, tata cara permohonan izin usaha penunjang tenaga listrik,
kewajiban dan tanggung jawab pemegang izin usaha penunjang tenaga
EN
listrik, pencabutan izin, serta pembinaan dan pengawasan. Peraturan
pemerintah ini perlu diacu terkait rencana kegiatan PLTU yang akan
dilakukan PT. Soma Daya Utama.
6.
D
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang ”Pengendalian
FI
Pencemaran Udara”.
Peraturan pemerintah ini antara lain berisi baku mutu kualitas udara
N
ambien.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang “Perubahan atas
O
“Daftar Limbah B3 dari Sumber yang Spesifik”, disebutkan bahwa fly ash
dan bottom ash yang dihasilkan dari PLTU yang menggunakan bahan
PY
bakar batu bara merupakan limbah B3 dengan Kode Limbah D223; bahan
pencemar utamanya adalah logam berat dan bahan organik
O
(PNA/Polyclear Aromatics).
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang “Perkapalan”.
C
AL
Peraturan pemerintah ini diacu terkait rencana kegiatan pembangunan
PLTU PT. Soma Daya Utama yang merupakan salah satu kegiatan
penyediaan tenaga listrik.
TI
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang “Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
EN
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota”.
Peraturan pemerintah ini merupakan spenjabaran dari UU No. 32 Tahun
2007 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan pemerintah ini mengatur
D
masalah pembagian urusan/kewenangan secara lebih rinci.
FI
12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang ”Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional”.
N
kabupaten/kota.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang ”Kepelabuhanan”.
Peraturan pemerintah ini antara lain berisi tentang: tatanan
&
AL
16. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang ”Angkutan di
Perairan”.
Peraturan pemerintah ini mengatur masalah angkutan di perairan,
TI
termasuk perairan laut.
17. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang ”Perlindungan
EN
Daerah Maritim”.
Peraturan pemerintah ini antara lain berisi tentang pencegahan dan
penanggulangan pencemaran lingkungan perairan yang bersumber dari
D
kegiatan yang terkait dengan pelayaran.
FI
18. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang ”Manajemen dan
Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas”
N
Bab III Peraturan Pemerintah ini berisi tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas. Pada Pasal 47 disebutkan bahwa ”setiap rencana pembagunan
O
jalan diatur oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan setelah mendapat pertimbangan
O
dari: (a) menteri yang bertanggung jawab di bidang jalan dan (b) Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia”.
C
AL
21. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang ”Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik”.
Pada Pasal 1 Angka 1 peraturan pemerintah ini disebutkan bahwa usaha
TI
penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan tenaga listrik yang meliputi
pembangkitan, transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga listrik kepada
EN
konsumen. Peraturan pemerintah ini diacu terkait rencana kegiatan PT.
Soma Daya Utama dalam penyediaan tenaga listrik.
22. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang ”Kendaraan”
D
Peraturan pemerintah ini antara lain berisi tentang jenis dan fungsi
FI
kendaraan serta persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor.
Peraturan pemerintah ini diacu terkait penggunaan kendaraan dalam
N
AL
Karimun. Berdasarkan lampiran peta Peraturan Presiden ini, lokasi
rencana PLTU PT. Soma Daya Utama bermasuk dalam Kawasan
Peruntukkan Pariwisata dan Kawasan Industri (B8)
TI
D. Peraturan Daerah Kabupaten Karimun
EN
1. Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 3 Tahun 2002 tentang
”Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C”.
Peraturan daerah ini menetapkan besaran pajak daerah untuk
D
pengambilan bahan galian Golongan C.
FI
2. Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 14 Tahun 2002 tentang
”Kepelabuhanan”.
N
Peraturan daerah ini diacu terkait akan dibangunnya jetty sebagai salah
satu infrastruktur penunjang PLTU PT. Soma Daya Utama.
O
AL
Peraturan daerah ini Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karimun
2011 – 2031 yang perlu diacu terkait kesesuaian lokasi rencana kegiatan
PLTU PT. Soma Daya Utama terhadap RTRW.
TI
E. Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri
EN
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04/MEN/Per/1980 tentang “Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)”.
Peraturan menteri ini merupakan acuan untuk memahami persyaratan
D
pengadaan APAR dan spesifikasinya; dalam kegiatan PLTU, APAR juga
FI
wajib disiapkan.
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
N
70 dB(A).
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang “Syarat-
&
AL
diacu terkait rencana pembangunan jetty sebagai salah satu infrastruktur
penunjang PLTU PT. Soma Daya Utama.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003
TI
tentang ”Baku Mutu Air Limbah Domestik”.
Menurut Pasal 1 Angka 1 Keputusan Menteri ini, air limbah domestik
EN
adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman
(real estate), rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan,
apartemen, dan asrama. Baku mutu ini diacu untuk air limbah domestik
D
yang dihasilkan dari kegiatan kantor PT. Soma Daya Utama di kawasan
FI
PLTU nantinya. Parameter yang ditetapkan baku mutunya pada
Keputusan Menteri ini adalah: pH, BOD, TSS, serta Minyak dan Lemak.
N
Keputusan menteri ini berisi pedoman penentuan status mutu air yang
C
AL
Peraturan menteri ini diacu terkait kegiatan PLTU PT. Soma Daya
Utama, khususnya dalam hal pembelian tenaga listrik dan/atau sewa
menyewa jaringan.
TI
11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006
tentang ”Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”.
EN
Peraturan menteri ini berisi pedoman dalam menyusun dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2006,
D
tentang ”Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah
FI
ke Laut”.
Peraturan menteri ini secara rinci menjabarkan persyaratan dan tata cara
N
tentang “Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau
C
untuk baku mutu emisi dari PLTU disajikan pada Lampiran IA dan IB.
14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2009
PY
Peraturan menteri ini berisi baku mutu air limbah dari pembangkit listrik
tenaga termal, yaitu PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD, dan PLTP. Air limbah
C
dari pembangkit listrik tenaga termal yang diatur pada peraturan mentri
ini bersumber dari: proses utama, kegiatan pendukung, dan kegiatan lain
yang menghasilkan oily water.
AL
RTH.
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009
tentang “Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”.
TI
Pengelolaan limbah B3 yang dimaksud pada peraturan menteri ini adalah
rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan,
EN
pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penimbunan limbah B3.
Kegiatan pengelolaan limbah B3 tersebut (kecuali reduksi) wajib
dilengkapi dengan izin. Izin pengelolaan limbah B3 yang dimaksud adalah
D
keputusan tata usaha negara yang berisi persetujuan permohonan untuk
FI
melakukan pengelolaan limbah B3 yang diterbitkan oleh Menteri,
Gubernur, atau Bupati/Walikota. Sebagai penghasil limbah B3 berupa fly
N
ash dan bottom ash, PT. Soma Daya Utama akan melakukan kegiatan
pengelolaan limbah B3. Pengelolaan limbah B3 yang akan dilakukan
O
AL
Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat, pengolah, dan/atau penimbun limbah B3.
TI
Terkait kegiatn PLTU yang dilakukannya, PT. Soma Daya Utama akan
menghasilkan limbah B3 berupa fly ash dan bottom ash, untuk itu PT.
EN
Soma Daya Utama perlu memohon izin penyimpanan dan/atau
pengumpulan limbah B3 kepada Bupati. Formulir permohonan izin
penyimpana dan/atau pengumpulan limbah B3 disajikan pada Lampiran I
D
Per. MENLH No. 30 Tahun 2009. Dalam mengurus izin tersebut, PT.
FI
Soma Daya Utama harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis
izin pengumpulan dan/atau penyimpanan limbah B3 yang disajikan pada
N
Lampiran II Per. MENLH No. 30 Tahun 2009. Bagian II.C dari Lampiran II
tersebut berisi persyaratan teknis tempat penyimpanan limbah B3. Pada
O
Butir No. 2 dari Bagian II.C tersebut disebutkan bahwa jika menyimpan
C
dalam jumlah yang besar per satuan waktu tertentu, seperti fly ash,
bottom ash, nickel slag, iron slag, sludge oil, dan drilling cutting maka
penyimpanan dapat didisain sesuai dengan kebutuhan tanpa memenuhi
&
sepenuhnya persyaratan yang ditetapkan pada Butir No. 1. Salah satu hal
yang diatur pada Butir No. 1 adalah luas area penyimpanan; pada Huruf
PY
(q) Butir No. 1 tersebut disebutkan bahwa luas area tempat penyimpanan
disesuaikan dengan jumlah limbah yang dihasilkan/dikumpulkan dengan
O
area untuk menyimpan fly ash dan bottom ash sesuai dengan keperluan
tanpa harus mempertimbangkan waktu maksimal penyimpanan 90 hari.
Namun untuk karena penyimpanan hanya berlaku sementara PT. Soma
Daya Utama tetap harus bekerja sama dengan perusahaan pengangkut,
pengumpul, dan/atau pemanfaat limbah B3 yang memiliki izin.
AL
“Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri”.
Menurut Pasal 1 peraturan menteri ini, terminal khusus adalah terminal
yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
TI
Kepentingan Pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat
untuk melayani ketentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Dan
EN
Terminal untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal yang terletak di
dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani
D
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Peraturan menteri
FI
ini diacu terkait rencana pembangunan jetty sebagai infrastruktur
penunjang PLTU PT. Soma Daya Utama.
N
Utama wajib memiliki AMDAL, seperti telah diuraikan pada sub. bab 1.3.1
“Dasar Regulasi AMDAL”.
22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012
tentang “Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup”.
Peraturan menteri yang ditetapkan tanggal 5 Oktober 2012 ini berisi
pedoman penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, baik AMDAL, UKL-
AL
UKL, maupun SPPL. Berdasarkan Pasal 11 Peraturan Menteri ini,
Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 6 (enam) bulan terhitung
sejak tanggal diundangkan, atau mulai 5 April 2012.
TI
23. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012
tentang “Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis
EN
Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan”.
Peraturan menteri yang ditetapkan tanggal 5 Oktober 2012 ini berisi
pedoman penyusunan Dokumen keterlibatan masyarakat dalam proses
D
AMDAL dan Izin Lingkungan. Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Menteri ini,
FI
Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 6 (enam) bulan terhitung
sejak tanggal diundangkan, atau mulai 5 Aril 2012.
N
2. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
C
Keputusan ini berisi pedoman teknis dalam mengkaji aspek sosial pada
penyusunan dokumen AMDAL; dimana kajian sosial meliputi komponen
demografi, ekonomi, dan budaya.
4. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 124 Tahun 1997 tentang “Panduan
Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL”.
Keputusan ini berisi panduan teknis dalam mengkaji aspek kesehatan
AL
pada penyusunan dokumen AMDAL; dimana kajiannya antara lain
meliputi: proses dan potensi terjadinya pemajanan, karakteristik spesifik
penduduk yang beresiko, kondisi sanitasi lingkungan, dan status gizi
TI
masyarakat.
EN
G. Peraturan Bupati Karimun
1. Peraturan Bupati Karimun Nomor 14 Tahun 2011 tentang Izin Mendirikan
Bangunan.
D
Peraturan Bupati ini mengatur tata cara pemberian Izin Mendirikan
FI
Bangunan (IMB) di Kabupaten Karimun.
N
O
C
&
PY
O
C
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
AL
hipotetik yang terkait dengan pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan, perlu
dilakukan proses pelingkupan (scoping). Kegiatan pelingkupan ini mencakup kegiatan
TI
penyebab dampak, komponen lingkungan yang akan terkena dampak, sifat dampak yang
akan muncul (positif atau negatif, dampak primer atau dampak turunan), luas wilayah yang
EN
akan terkena dampak (wilayah studi), serta batas waktu kajian.
2.1. LINGKUP RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN DITELAAH DAN
D
ALTERNATIF KOMPONEN RENCANA USAHA DAN/ ATAU KEGIATAN
FI
2.1.1. Status Studi AMDAL dan Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan RTRW
N
Studi AMDAL rencana kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini
dilaksanakan setelah Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomis dilakukan, sehingga
C
penyusunan AMDAL ini antara lain mengacu pada Studi Kelayakan tersebut.
Studi AMDAL sendiri merupakan salah satu studi kelayakan, yaitu studi
&
disampaikan pada studi AMDAL ini belum sampai ke tahap detail. Hasil studi
AMDAL akan menjadi salah satu pertimbangan penyusunan DED, khususnya
terkait dengan kegiatan pengelolaan lingungan.
O
C
dari Pelabuhan Tanjung Balai Karimun adalah ± 25 km, dan dapat ditempuh
dalam jangka waktu sekitar 45 menit.
Luas lahan yang dapat digunakan oleh PT. Soma Daya Utama berdasarkan Surat
Bupati Karimun Nomor 340/BPPT/PRI-13/2012 tentang Persetujuan Rencana
Investasi tanggal 22 Oktober 2012 (Lampiran
Lampiran 1.3)
1.3 dan Surat Keputusan Bupati
AL
Karimun Nomor 189 Tahun 2012 tentang Pemberian Izin Lokasi untuk PT. Soma
Daya Utama tanggal 23 Oktober 2012 (Lampiran
Lampiran 1.4)
1.4 adalah 30 Ha. Berdasarkan
informasi dari Kantor Pertanahan Kabupaten Karimun saat Rapat Koordinasi
TI
dalam Rangka Pembahasan Izin Lokasi PT. Soma Daya Utama tanggal 1 Oktober
2012 yang tertuang dalam Notulen Rapat (Lampiran
Lampiran 1.4
1.4), disebutkan bahwa
EN
lahan seluas 30 Ha yang dapat digunakan untuk pembangunan PLTU tersebut
belum dibebaskan. Lahan tersebut dimiliki oleh beberapa pemilik, yaitu: tanah
PEMDA seluas 1,3956 Ha, tanah PT. PELINDO seluas 3,1577 Ha, tanah
D
masyarakat bersertifikat seluas 1,7744 Ha, dan tanah masyarakat yang belum
FI
bersertifikat seluas 28,6044 Ha.
N
Sebelah Barat : tanah milik PEMDA dan milik masyarakat (Acang dan
Bambang)
&
Sebelah Timur : jalan tanah serta tanah milik PT. Wahana dan PT. MGU
Sebelah Selatan : jalan umum menuju daerah wisata Pantai Pelawan
Sebelah Utara : tanah milik masyarakat (Ayong) dan pantai
PY
Peta lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan PLTU PT. Soma Daya
O
2.2.
2.2
Gambar 2.1. Peta Lokasi Rencana PLTU PT. Soma Daya Utama berdasarkan Ijin Lokasi
(dibuat dari lampiran peta SK Bupati Karimun tentang Ijin Lokasi)
Lokasi)
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
Gambar 2.2. Peta Orientasi Lokasi Rencana PLTU PT. Soma Daya Utama pada Foto Satelit
(dibuat dari gambar yang diambil
diambil di FS)
FS)
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
Pariwisata, Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Kawasan Industri.
Pembangunan diperkenankan dengan syarat tidak mengganggu fungsi
kawasan.
TI
b. Berbasarkan Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang (RTR) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam –
EN
Bintan – Karimun bahwa lokasi kegiatan termasuk dalam Kawasan
Peruntukan Pariwisata dan Kawasan Industri (B8).
c. Berkaitan dengan Kawasan Sempadan Pantai adalah kawasan yang
mempunyai manfaat penting
D
untuk mempertahankan kelestarian dan
FI
kesucian pantai, keselamatan bangunan, dan tersedianya ruang untuk lalu
lintas umum, dengan ketentuan pada kawasan non permukiman dengan jarak
N
paling sedikit 100 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat.
Untuk itu disarankan PT. Soma Daya Utama memperhatikan kawasan
O
tersebut.
C
d. Dalam pembuatan site plan, disarankan PT. Soma Daya Utama untuk
memanfaatkan lahan seoptimal mungkin sehingga luas lahan yang
&
ketentuan.
f. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan (MENHUT) No. 173/KPTS-
C
sementara adalah Hutan Produksi Terbatas dan Area Penggunaan Lain. Jika
hasil Paduserasi menetapkan lokasi pada kawasan dimaksud:
(i) Ditetapkan sebagai APL, maka kegiatan dapat dilanjutkan seperti yang
direncanakan.
(ii) Ditetapkan sebagi Hutan Produksi Konversi (HPK), Hutan Produksi
Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi (HP), maka untuk memanfaatkan
AL
lokasi tersebut harus melalui proses Pinjam Pakai Kawasan.
Lebih jelasnya, lokasi rencana pembangunan PLTU PT. Soma Daya Utama pada
TI
Peta RTRW Kabupaten Karimun 2011-2031 disajikan pada Gambar 2.3.
2.3
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi lahan yang akan dibangun PLTU
EN
saat ini berupakan lahan kosong yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar.
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
Gambar 2.3
2.3. Kesesuaian Lokasi Rencana PLTU PT. Soma Daya Utama dengan RTRW
Kabupaten Karimun
(dibuat
dibuat dari peta RTRW Kab. Karimun)
Karimun)
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1) Pengurusan Perijinan.
2) Sosialisasi Rencana Kegiatan.
TI
3) Pembebasan Lahan.
4) Pembuatan Detail Engineering Design (DED), yang didahului dengan: basic
EN
engineering design, soil investigation di darat dan di laut, survey hidrology,
oceanometri, serta topografi dan bathimetri.
TAHAP KONSTRUKSI
D
FI
1) Penerimaan dan Tenaga Kerja Konstruksi.
2) Pengadaan serta Mobilisasi Kendaraan, Alat Berat, dan Material Konstruksi.
N
F. Turbin
G. Kondensor
O
H. Polisher
I. Daerator
C
J. Generator
K. Sistem Pendingin Air (Cooling Water System)
L. Sistem Air Pembangkit
M. Sistem Pengolahan Air Limbah
N. Precipitator Elektrostatis
O. Cerobong (Stack)
P. Sistem Kelistrikan
Q. Sistem Kontrol dan Perlindungan
R. Sistem Komunikasi
S. Sistem Pencahayaan
T. Sistem Grounding dan Perlindungan terhadap Petir
AL
U. Sistem Pasokan Daya Darurat
V. Sistem Pasokan Daya yang Tidak Pernah Terputus
W. Sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition)
TI
X. Peralatan dan Sistem Kontrol
Y. Pekerjaan Sipil
EN
5) Penggunaan Utilitas pada Tahap Konstruksi:
A. Penggunaan Air Bersih
B. Penggunaan Energi Listrik
D
FI
C. Penanganan Limbah
N
TAHAP OPERASIONAL
1) Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
O
C. Penanganan Limbah
6) Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
O
TAHAP PASCA-OPERASIONAL
C
Jadwal pelaksanaan rencana kegiatan pada setiap tahapan disajikan pada Tabel 2.1
2.1.
Tanggal Operasi Komersial (Commercial Operation Date/COD) untuk PLTU Unit 1
direncanakan bulan September 2015 sedangkan Unit 2 direncanakan bulan
Desember 2015.
Tabel 2.1.
2.1. Jadw
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan PLTU PT. Soma Daya Utama
TAHUN PELAKSANAAN
NO. TAHAP PELAKSANAAN 2017-
2017-
2012 2013 2014 2015 2016 > 2041
2041
1. Tahap Pra-Konstruksi
2. Tahap Konstruksi
3. Tahap Operasional
AL
4. Tahap Pasca-Operasional
TI
Berikut disajikan pemaparan bagi setiap tahapan kegiatan:
EN
2.1.2.1. TAHAP PRA-
PRA-KONSTRUKSI
1) Pengurusan Perijinan
D
Untuk keperluan pembangunan PLTU di Pantai Pelawan, Desa Pangke
FI
Barat, Kecamatan Meral Barat, Kabupaten Karimun, PT. Soma Daya Utama
telah mengurus yang legalitas diperlukan. Legalitas perusahaan dan
N
yang telah dimiliki PT. Soma Daya Utama hingga saat ini adalah:
a. Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT. Soma Daya Utama Nomor 78,
C
tanggal 31 Agustus 2010 dari Notaris Edi Priyono, S.H di Jakarta Pusat
(Lampiran
Lampiran 1.1).
1.1
&
AL
g. Akta Pembukaan Cabang dan Penunjukan Kuasa Perseroan Terbatas PT.
Soma Daya Utama Nomor 44, tanggal 24 Oktober 2011 dari Notaris Edi
Priyono, S.H di Jakarta Pusat (Lampiran
Lampiran 1.2
1.2).
TI
h. Surat Keterangan Terdaftar Nomor: PEM-10016/WPJ.02/KP.1403/2012
dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Balai Karimun, Kantor
EN
Wilayah DJP Riau dan Kepulauan Riau, Direktorat Jenderal Pajak,
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, tanggal 24 Oktober 2012.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP): 03.088.740.0-223.001 (Lampiran
Lampiran
1.2
1.2).
D
FI
i. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) Nomor: 1464/BPPT/SITU-727/2012
dari Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Karimun,
N
Pemberian Izin Lokasi untuk PT. Soma Daya Utama tanggal 23 Oktober
2012 (Lampiran
Lampiran 1.4).
1.4
O
AL
Sosialisasi rencana kegiatan pada tahap pra-konstruksi dilakukan
bersamaan dengan Konsultasi Publik AMDAL. Konsultasi Publik AMDAL PT.
TI
Soma Daya Utama telah dilakukan pada hari Jumat tanggal 21 Desember
2012 di Ruang Rapat Kantor Camat Meral. Kegiatan ini dihadiri oleh
EN
Sekretaris Camat Meral (mewakili Camat Meral), Staff Kecamatan Meral,
Kepala Desa Pangke, Sekretaris Desa Pangke, tokoh masyarakat Pantai
Pelawan, masyarakat Pantai Pelawan, wakil dari Badan Lingkungan Hidup
D
Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) Kabupaten Karimun, wakil dari Dinas
FI
Pertambangan dan Energi Kabupaten Karimun, pihak PT. Soma Daya Utama,
dan pihak konsultan. Berita acara rapat konsultasi publik AMDAL, daftar
N
rencana pembangunan PLTU PT. Soma Daya Utama, namun mereka juga
mengkhawatirkan dampak-dampak negatif yang akan timbul. Dari hasil
O
AL
pengelolaan lingkungan secara baik sehingga dampak negatif yang
ditimbulkan, khususnya debu dan abu tidak mengganggu masyarakat
terdekat. Terkait dengan akan adanya dampak terhadap kesehatan
TI
masyarakat (khususnya infeksi saluran pernapasan), masyarakat
mengharapkan PT. Soma Daya Utama dapat memberikan layanan
EN
kesehatan bagi masyarakat.
Masyarakat mengharapkan PT. Soma Daya Utama dapat memberikan
program-program CSR (Corporate Sosial Responsibility) yang sesuai
D
dengan kebutuhan masyarakat, misalnya dengan membangun rumah
FI
ibadah dan sarana air bersih.
N
3) Pembebasan Lahan
Berdasarkan informasi dari Kantor Pertanahan Kabupaten Karimun saat
O
Rapat Koordinasi dalam Rangka Pembahasan Izin Lokasi PT. Soma Daya
C
untuk pembangunan PLTU PT. Soma Daya Utama dimiliki oleh beberapa
pemilik, yaitu: tanah PEMDA seluas 1,3956 Ha, tanah PT. PELINDO seluas
3,1577 Ha, tanah masyarakat bersertifikat seluas 1,7744 Ha, dan tanah
PY
masyarakat yang belum bersertifikat seluas 28,6044 Ha. PT. Soma Daya
Utama rencananya akan menggunakan sekitar 12,03 Ha lahan dari 30 Ha
O
lahan yang dimiliki Izin Lokasinya. Untuk mengadakan lahan seluas ± 12,03
Ha tersebut, PT. Soma Daya Utama akan melakukan pembebasan lahan
C
berupa: (1) persepsi masyarakat (positif atau negatif) dan (2) konflik sosial
(merupakan dampak turunan dari persepsi negatif yang tidak ditangani
dengan baik).
AL
terlebih dahulu dibuat Detail Engineering Design (DED). Aktivitas yang
mengawali pembuatan DED adalah site survey, survei topografi, soil
investigation (dengan menggunakan DEEP Borehole dan Soundir di darat
TI
dan di laut), survei hidrologi, survei oceanometri, survei bathimetri, dan
pengukuran pasang surut.
EN
Saat studi AMDAL ini dilakukan, PT. Soma Daya Utama belum menyusun
DED; PT. Soma Daya Utama baru menyusun Studi Kelayakan (Feasibility
D
Study/FS). Studi Kelayakan yang telah disusun PT. Soma Daya Utama
FI
menjadi salah satu dasar dalam penyusunan Studi AMDAL dan dalam
penyusunan DED nantinya. Kegiatan pembuatan DED ini menimbulkan
N
Dalam kegiatan konstruksi fasilitas utama dan fasilitas penunjang PLTU, PT.
Soma Daya Utama akan bekerja sama dengan beberapa kontraktor,
kontraktor tersebut akan menangani pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan
PY
tenaga kerja tersebut terdiri dari tenaga ahli, tenaga madya, dan tenaga
non-ahli. Tenaga kerja madya dan tenaga kerja non-ahli dapat dipenuhi oleh
C
Untuk tempat tinggal para tenaga kerja konstruksi, akan dibangun basecamp
dengan struktur bangunan semi-permanen atau menyewa rumah masyarakat
sekitar. Untuk kebutuhan air bersih bagi para pekerja konstruksi akan dibuat
sumur gali, atau apabila tidak memungkinkan akan dibeli dari pihak lain dan
didatangkan dengan mobil tangki. Untuk kebutuhan makan para tenaga kerja
konstruksi, kontraktor akan bekerja sama dengan masyarakat sekitar.
AL
Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi ini akan menimbulkan dampak
potensial berupa: (1) peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha,
(2) peningkatan pendapatan masyarakat, (3) peningkatan perekonomian
TI
daerah, dan (4) timbulnya persepsi positif masyarakat.
EN
Board of Directors (BOD)
D
FI
GM Construction / Jakarta Office
GM Operational Support
N
Site ADM
C
Construction
Management
&
EPC Contractor
Project Manager
PY
AL
loading jetty selesai dibangun, mobilisasi sebagian besar akan dilakukan
lewat laut. Perkiraan jenis serta jumlah alat berat yang dibutuhkan pada
kegiatan konstruksi disajikan pada Tabel 2.2.
2.2
TI
Material konstruksi seperti semen (concrete), pasir, batu, kayu, dan besi
EN
akan dipasok dari pasar lokal Karimun. Stuktur baja akan didatangkan dari
Pulau Jawa. Peralatan utama PLTU akan diimpor dari negara lain. Mobilisasi
material konstruksi yang didatangkan dari pasar lokal Karimun akan
D
melewati jalan Pangke – Karimun. Mobilisasi struktur baja dan peralatan
FI
utama PLTU akan dilakukan melalui jalur laut menuju jetty PT. Soma Daya
Utama. Kegiatan pengadaan serta mobilisasi alat berat, kendaraan, dan
N
Tabel 2.2. Rencana Pemakaian Alat dan Kendaraan Berat pada Kegiatan Konstruksi PLTU
PT. Soma Daya Utama
O
1. Excavator 5
2. Dozer 5
3. Grader 5
4. Compactor 1
5. Crane (berbagai ukuran) 15
6. Forklift 5
7. Dump Truck 15
8. Mixer 5
9 Trailer (berbagai ukuran) 5
10. Compressor 5
AL
11. Mesin las 5
TI
3) Pembersihan dan Pematangan Lahan
EN
Pekerjaan pembersihan lahan dan pematangan lahan akan dilakukan untuk
mendapatkan profil topografi lahan yang diinginkan. Topografi tingkat lokasi
power plant ditentukan +17 meter di atas permukaan laut. Dari hasil
3
D
perhitungan didapatkan volume tanah yang akan dipotong (cut) sebesar
1.228.543,26 m . Pelaksanaan pekerjaan tanah dilaksanakan mengikuti
FI
gambar perencanaan yang telah disiapkan oleh Konsultan Perencana Sipil.
Tanah hasil pemotongan akan dibawa ke luar lokasi PT. Soma Daya Utama.
N
Pekerjaan ini akan dilakukan dengan alat excavator, dozer, dan compactor.
O
Bila dalam kegiatan pematangan lahan terdapat batuan yang tidak mampu
dihancurkan/pemotongan oleh hammer, maka penghacuran/pemotongan
C
AL
storage shelter) yang akan dibangun seluas 1.063,055 m2. Batubara
yang akan digunakan berasal dari Kalimantan Selatan dan akan terus
disuplai selama pengoperasian PLTU. Batubara akan diangkut dengan
TI
barge berkapasitas 5.000 ton ke jetty PT. Soma Daya Utama. Proses
pemindahan batubara dari kapal ke cole pile (stacking) dilakukan dengan
EN
doc mobile hopper dan belt conveyor. Proses pengisian batubara dari
coal pile ke coal silo (reclaiming) juga dilakukan dengan belt conveyor.
Coal silo merupakan bunker tempat menampung batubara di instalasi
D
yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar di boiler. Di PLTU PT.
FI
Soma Daya Utama akan dibangun 2 coal silo per boiler, sehingga secara
total ada 4 silo dengan kapasitas total 768 ton.
N
B. Boiler
O
Dalam power plant, energi terus menerus diubah dari satu bentuk ke
C
mampu mengubah air menjadi stam (uap) dengan bantuan panas dari
proses pembakaran batubara. Jika dioperasikan dengan benar, boiler
PY
secara efisien dapat mengubah air dalam volume yang besar menjadi
steam yang sangat panas dengan volume yang lebih besar lagi.
O
Boiler pada PLTU PT. Soma Daya Utama di Karimun dirancang dengan
C
sistem Circulating Fluidized Bed (CFB). Konsep dasar Boiler CFB adalah
Boiler Stoker (unggun fluidasi), dimana batubara dibakar di atas rantai
berjalan dan diberi hembusan udara dari sisi bawah sehingga batubara
membara di atas rantai tersebut. Teknologi boiler tipe CFB mempunyai
banyak kelebihan dibandingkan dengan jenis boiler Pulverized Coal yang
selama ini biasa dipakai PLTU. Pada Tabel 2.3 disajikan beberapa
perbandingan boiler tipe CFB dan boiler tipe PC.
Tabel 2.3
2.3. Perbandingan Boiler Tipe (Circulating Fluidized Bed) CFB dan Boiler Tipe
(Pulverized Coal) PC
AL
1. Temperatur pembakaran di furnace Temperatur pembakaran di furnace tinggi
o o
(tungku pembakaran) rendah (800 C). (> 1.000 C).
2. Kadar SOx dan NOx yang rendah Kadar SOx dan NOx yang rendah karena
TI
karena menggunakan limestone (batu menggunakan limestone.
gamping, CaCO3).
3. Ukuran batubara yang masuk ke Ukuran batubara yang masuk ke furnae
EN
furnace 6 mm. dalam bentuk serbuk halus.
4. Dapat menggunakan batubara dengan Menggunakan batubara dengan nilai kalor
nilai kalor rendah (4.000 – 5.000 yang tinggi.
kkal/kg).
5. Menggunakan Panel Evaporator dan
Panel Superheater di dalam furnace D
Tidak menggunakan Panel Evaporator
dan Panel Superheater.
FI
untuk pemanfaatan radiasi panas dari
pembakaran.
N
6. Penggunaan Start-Up Burner tidak Penggunaan Start-Up Burner tergantung
tergantung dari beban (MW) tetapi pada beban.
dari temperatur furnace.
O
Boiler CFB pada PLTU PT. Soma Daya Utama di Karimun dirancang
&
dan aman untuk membawa beban dasar dan juga mampu membawa siklus
beban jika diperlukan. Spesifikasi Boiler secara teknis disajikan pada
2.4. Pada Gambar 2.5 disajikan CFB Flow Chart.
Tabel 2.4
Tabel 2.4
2.4. Spesifikasi Boiler untuk Generator Turbin Beban Penuh
AL
o
4. Steam temperature in boiler superheater 540 C
o
5. Outlet gas temperature from air heater min 137 C
TI
EN
D ESP
FI
N
O
C
&
Fluidized-
Gambar 2.5. Circulating Fluidized-Bed Boiler Flow Chart
PY
C. Heater
O
aliran gas panas hasil pembakaran. Panas dari gas ini dipindahkan ke
saturated steam yang ada dalam pipa superheater, sehingga saturated
steam berubah menjadi super heated steam. Superheater ini ada dua
bagian, yaitu Primary Superheater dan Secondary Superheater. Primary
Superheater merupakan pemanas pertama yang dilewati oleh Saturate
Steam setelah keluar dari Steam Drum, setelah itu baru melewati
Secondary Superheater dan menjadi Super Heated (SH) steam. SH
steam akan dialirkan untuk memutar High Presure Turbin.
AL
sebelum dikirim ke furnace. Pemanas udara pembakaran tersebut
diambil dari gas buang hasil pembakaran dari furnace yang dialirkan
melalui air pre-heater sebelum dibuang ke cerobong.
TI
D. Feed Water (FW) Heater
EN
Terdapat 8 feed water heater, yaitu:
a) Feed Water Heater 1
Terletak di bagian bawah kondensor, fungsinya untuk memanaskan
D
air yang keluar dari kondensor. Panas yang digunakan berasal dari
FI
extraction LP (Low Pressure) Turbine.
b) Feed Water Heater 2, 3, dan 4
N
Tungku ini dilas untuk memberikan struktur yang kaku dan segel untuk
mengantisipasi kebocoran tungku gas. Bagian depan yang lebih rendah
dan dinding belakang tungku miring menuju pusat; bukaan disediakan
untuk sistem penanganan abu (ash handling system). Tungku ini
F. Turbin (Turbine)
Turbin terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:
(i) Nozzle (Pipa Pancar)
AL
Berfungsi untuk merubah energi potensial menjadi energi kinetik
dari uap.
(ii) Blades
TI
Berfungsi untuk merubah tenaga kecepatan menjadi tenaga putar.
(iii) Disc (Roda Turbin)
EN
Berfungsi untuk meneruskan tenaga putar turbin kepada pesawat
yang digerakkan. Tenaga yang dihasilkan adalah tenaga mekanis
steam.
D
Konversi energi terjadi pada Turbine Blades. Turbin mempunyai
FI
susunan Blade bergerak berselang-seling dan Blade tetap. Uap akan
masuk ke Turbin dan dialirkan langsung ke Turbine Blades. Blades
N
bergerak dan bekerja untuk mengubah energi termal dalam uap menjadi
O
Turbin uap untuk proyek ini didasarkan pada jenis manufaktur yang ada
dengan tipe poros tunggal, silinder tunggal non reheat, dan jenis
PY
operasi pada tekanan katup 110% dari tekanan nominal dan katup inlet
terbuka. Turbin akan disediakan satu set lengkap dengan aksesoris
C
AL
pondasi turbin uap dan untuk menyediakan tingkat lantai yang sama
dengan turbin gas. Jenis-jenis ini menimbulkan banyak masalah dalam
desain dan pemeliharaan. Desain under slung mounted membutuhkan
TI
ketinggian tertentu dari pondasi turbin uap, tetapi memberikan
kenyamanan tata letak untuk perpipaan dan akses pemeliharaan turbin.
EN
Jenis kondensor yang akan digunakan pada PLTU PT. Soma Daya Utama
di Karimun adalah kondensor under slung mounted. Kotak air kondensor
terbuat dari baja fabrikasi dan dilapisi dengan karet neoprene.
D
Perlindungan cathodic dari kotak air juga akan disediakan dengan anoda
FI
untuk tabung dan perlindungan piring tabung. Perhatian akan diberikan
untuk memastikan bahwa pengaturan perlindungan cathodic tidak
N
dan dua ejector udara utama. Peralatan ini mungkin memiliki alternatif
untuk menggunakan dua pompa vakum dimana selama proses persiapan
O
pendingin berupa air laut. Kondensasi ini mengubah uap menjadi air yang
kemudian ditampung di Condensate Hot Well. Air laut selain berfungsi
sebagai media heat transfer juga berfungsi untuk mendinginkan
kondensor dan mendinginkan Closed Cooling System (air pendingin).
Closed Cooling System mendinginkan berbagai peralatan yang
membutuhkan pendinginan, seperti air compressor, pump, dan generator
AL
stator cooling. Closed Cooling System juga mendinginkan oli untuk
pelumasan turbin. Proses pertukaran panas antar Close Cooling System
dengan air laut terjadi pada alat yang disebut Heat Exchanger. Karena
TI
adanya blowdown pada steam drum, maka untuk mengembalikan volume
air ke volume semula, pada kondensor terdapat make-up water untuk
EN
menambah volume air. Make up water diambil dari make up
demineralizing Revese Osmosis (RO).
H. Polisher
D
FI
Dari condensate hot well, condensate water akan dipompa oleh
condensate pump menuju polisher. Ada 3 condensate pump yang akan
N
sebagai:
C
I. Daerator
Daerator berfungsi untuk menyerap atau menghilangkan gas-gas yang
O
terkandung pada air pengisi boiler, terutama gas O2 dan CO2 karena gas
ini akan menimbulkan korosi. Prinsip kerjanya adalah dengan
C
J. Generator
Generator adalah alat untuk membangkitkan listrik. Generator terdiri
dari stator dan rotor. Rotor dihubungkan dengan shaft turbin sehingga
berputar bersama-sama. Stator bars di dalam sebuah generator
membawa arus hubungan output pembangkit. Arus Direct Current (DC)
dialirkan melalui Brush Gear yang langsung bersentuhan dengan slip
AL
ring yang dipasang menjadi satu dengan rotor sehingga akan timbul
medan magnet (flux). Jika rotor berputar, medan magnet tersebut
memotong kumparan di stator sehingga pada ujung-ujung kumparan
TI
stator timbul tegangan listrik. Untuk penyediaan arus listrik generator
diambilkan arus DC dari luar. Setelah sesaat generator timbul tegangan,
EN
sehingga melalui exitasi transformer arus AC akan disearahkan oleh
rectifier dan arus DC akan kembali ke generator (proses self excitation).
Dalam sistem tenaga, di samping generator menyuplai listrik ke jaringan
D
extra tinggi 500 KV, listrik juga dipakai untuk pemakaian sendiri dimana
FI
tegangan output generator diturunkan melalui transformer sesuai dengan
kebutuhan.
N
a) Umum
C
Sistem pendingin untuk PLTU Karimun PT. Soma Daya Utama akan
mendinginkan menara sistem karena elevasi permukaan tanah
pembangkit listrik adalah sekitar +17 meter di atas MSL.
&
Air baku untuk pembangkit listrik akan dipasok dari laut. Air laut
PY
untuk variasi tingkat air yang tinggi. Air baku dari laut akan disaring,
dan di desalinasi untuk mendapatkan air tawar. Air bersih dari
C
proses ini akan mengalir ke tangki air. Air dari tangki air yang sudah
disaring akan dimasukkan ke dalam Reverse Osmosis (RO) plant. Air
baku dari RO akan di demineralisasi. Hasil demineralisasi akan
ditransfer ke tangki penyimpanan air.
AL
Materialnya berupa baja karbon atau beton.
TI
Air pendingin untuk sistem pendingin adalah 5.785 ton/jam untuk
setiap unit. Diagram alir untuk sirkulasi sistem air ditunjukkan oleh
EN
gambar No. KCFSPPF-MCWS-006, Diagram keseimbangan air
ditampilkan pada gambar No. KCFSPP-M-WBD-007, dan gambar
untuk sistem air pendingin tertutup ditampilkan pada No. KCFSPP -
M-PWS-008 (Lampiran
Lampiran 3).
D
FI
c) Perpipaan Inlet dan Outlet
N
alat penukar panas dan suhu air pendingin akan dikendalikan oleh
katup pengontrol. Sistem pendingin air tertutup harus mengandung
inhibitor korosi yang cocok, sehingga baja karbon dapat digunakan
sebagai material.
AL
yang sudah terpasang di tingkat yang lebih tinggi di lantai de-
aerator, untuk menjaga agar kepala tangki tetap statis dan menjaga
tekanan air melalui sistem. Air untuk sistem air pendingin tertutup
TI
akan dikirim secara otomatis ke tangki kepala dari instalasi
pengolahan air. Gambar No.KCFSPP-M-CWS-008 pada Lampiran 3
EN
menunjukkan Diagram Alir Closed Cooling Water System.
D
Pompa submersible adalah pilihan yang paling ekonomis untuk variasi
FI
tingkat air yang tinggi. Air baku dari laut akan disaring dan di-desalinasi
untuk mendapatkan air tawar. Air bersih dari proses ini akan mengalir
N
ke tangki air. Air dari tangki air yang sudah disaring akan dimasukkan
ke dalam Reverse Osmosis (RO) plant. Air baku dari RO akan di
O
penyimpanan air.
Ambient cooling water yang diambil dari laut memiliki suhu 30oC.
&
Setelah digunakan, suhu air pada outlet cooling system memiliki suhu
o
38 C; air tersebut akan disirkulasi untuk digunakan kembali. Kebutuhan
PY
air pendingin untuk tiap unit adalah 5.785 ton/jam, sehingga untuk dua
unit dibutuhkan total 11.570 ton/jam air pendingin. Volume air yang akan
O
terevaporasi dari tiap unit sekitar 80 ton/jam, sehingga untuk dua unit
adalah sebesar 160 ton/jam.
C
Selain air yang terevaporasi, ada juga air yang dibuang ke laut setelah
mengalami proses treatment. Air yang dibuang ke laut tersebut
berjumlah 202,1 ton/jam dari total 2 unit PLTU, yaitu dengan rincian
sebagai berikut:
1) Blowdown boiler : 0,6 ton/jam untuk dua unit
2) Air hujan pada saluran drainase : 2 ton/jam
AL
3) Servis water & aux. close cooling : 9,5 ton/jam untuk dua unit
4) Potable water & housing : 2,5 ton/jam
5) Fly ash & bottom ash removal : 2,5 ton/jam untuk dua unit
TI
6) Blow down cooling tower : 120 ton/jam untuk dua unit
7) Pre-treatment plant disposal : 12 ton/jam untuk dua unit
EN
8) RO plant disposal : 53 ton/jam untuk dua unit
Untuk mengganti air terevaporasi yang lepas ke udara dan air yang
D
dibuang, dilakukan pengambilan air baku sebesar 224,8 ton/jam, yaitu
FI
dengan rincian sebagai berikut:
1) Make-up water boiler cycle : 5,96 ton/jam untuk dua unit
N
system
6) Auxiliary Closed Cooling System : 1,3 ton/jam untuk dua unit
O
Make-Up
7) Clean water for housing : 3 ton/jam
C
AL
berasal dari air limbah timbunan batubara serta fly ash dan bottom ash.
Diagram alir Pengolahan Air Limbah ditunjukkan oleh Gambar 2.6
2.6.
Limbah reguler dan irreguler akan diproses melalui proses fisik maupun
TI
kimia, seperti oksidasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan netralisasi.
Regenerasi air limbah dari Pembangkit De-mineralisasi akan diproses
EN
secara netralisasi. Dalam kasus air limbah yang berminyak, kandungan
minyak akan dipisahkan oleh pemisah minyak (oil separator) sampai
airnya diperbolehkan untuk dibuang dengan aman. Air limbah terolah
D
yang dihasilkan dapat digunakan untuk menyiram timbunan batubara dan
FI
abu untuk mencegah penyebaran debu.
N
O
C
&
PY
O
C
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
N. Precipitator Elektrostatis
Precipitator elektrostatis adalah salah satu alternatif penangkap debu
dengan efisiensi tinggi dan rentang partikel yang dapat ditangkap cukup
besar. Dengan menggunakan Electrostatic Presipitator (ESP) ini, jumlah
debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16%
(efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%).
AL
O. Cerobong (Stack)
Unit ini dirancang dengan satu cerobong asap. Ketinggian cerobong asap
TI
direncanakan 80 meter. Cerobong yang akan dibangun memiliki lampu
hazard dan warna cat seperti yang dipersyaratkan oleh undang-undang
EN
penerbangan lokal. Dengan diterapkannya Sistem Penanganan Abu (Ash
Handling System) dan penggunaan limestone pada CFB, emisi yang
keluar dari cerobong ini diharapkan akan memenuhi Peraturan Menteri
D
Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2008 tentang “Baku Mutu
FI
Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit
Tenaga Listrik Termal”, khususnya Lampiran I.
N
P. Sistem Kelistrikan
O
Jalur feeder ke pusat beban industri diambil dari stasiun saklar yang
C
disediakan dengan tujuh (7) breaker, yaitu: dua (2) yang terhubung dari
trafo generator, empat (4) untuk Gardu Zona Perdagangan Bebas
&
kontrol.
a) Generator
Generator berupa dua kutub 3000 rpm, tiga fase unit dengan nilai
sekitar 30MW di 0,8 pf (lag), dan 0,95 pf (lead) 50 Hz. Voltase
AL
tegangan otomatis dapat mengontrol generator saat ada gangguan
sistem atau kondisi transien. Selama kondisi ini, perubahan yang
cepat dalam eksitasi diperlukan untuk mempertahankan margin.
TI
b) Trafo Generator
EN
Tegangan yang dihasilkan dari 11,5 kV ditingkatkan dan dimasukkan
ke gardu 150 kV oleh trafo step-up. Trafo dinilai sebagai berikut:
- Nominal rate : 37,5 MVA
- Tipe
D : Dua kumparan, 3 fase 50
FI
Hz
- Metode pendinginan : ONAN / ONAF
N
- Perubah tekanan :
± 5% service
PY
c) Saluran Pusat
Generator terhubung ke trafo step-up dan trafo unit tambahan
O
melalui saluran pusat yang terisolasi. Saluran Pusat sebesar 11,5 kV,
tiga fase, 50 Hz. Setiap unit tambahan trafo terhubung dengan saklar
C
AL
- Perubah tekanan 5%, 2,5% per keran
- Servis : Outdoors
TI
e) Trafo Distribusi Daya
Motor 200 kW dan beban tambahan lainnya yang terhubung ke
EN
sistem 380 V. Rating trafo ini adalah sebagai berikut:
- Kapasitas : 2000 kVA
- Tipe : dua kumparan, 3 fase 50 Hz
- Tegangan tinggi
D : 6,3 kV, delta-terhubung
FI
- Tegangan rendah : 6,3 kV, netral grounded
- Perubah tekanan : off-load di sisi HV, rentang ±
N
g) Saklar
O
h) Sistem DC Pembangkit
Sumber daya DC yang handal disediakan untuk memasok beban yang
diperlukan selama hilangnya daya AC. Sistem pasokan Daya DC
terdiri dari satu baterai 220 V, dua pengisi daya baterai, dan satu DC
distribusi. Baterai harus menyediakan listrik sebagai sistem kontrol
dan pemantauan untuk pembangkit, listrik, alarm, peralatan darurat,
AL
DC darurat, sistem pencahayaan, indikasi, alarm, dll.
TI
Ruang kontrol Pembangkit memiliki sejumlah kontrol dan panel
perlindungan untuk generator (dan tambahannya) dan saklar. Semua
EN
kontrol yang dibutuhkan, relay pelindung, dan metering untuk generator,
sistem perangsangan, breakers, unit dan trafo stasiun disediakan di
ruang kontrol.
D
FI
R. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi terdiri dari pemanfaatan stasiun telepon, speaker,
N
S. Sistem Pencahayaan
Pencahayaan buatan luar ruangan (outdoor) termasuk lampu banjir
dipasang di lokasi yang tepat. Kutub dipasang, perlengkapan lampu
PY
AL
ditanam di kedalaman tanah yang cocok dan memiliki elektroda tanah
dengan interval yang sesuai.
TI
U. Sistem Pasokan Daya Darurat
Sistem daya darurat menyediakan daya untuk beban tambahan penting
EN
yang diperlukan untuk shutdown yang aman pada sebuah unit dalam
keadaan pemadaman tertentu. Genset diesel dilengkapi dengan tangki
minyak, dengan mempertimbangkan volume waktu yang diperlukan
selama proses start-up.
D
FI
V. Sistem Pasokan Daya yang Tidak Pernah Terputus
N
Sistem Pasokan Daya Yang tidak pernah terputus memiliki peran penting
dan bertugas memasok beban AC beban melalui pengaturan,
O
akan menyediakan kabel data dan koneksi Outdoor Fiber Optic Junction
Box pada struktur baja untuk jalur distribusi.
AL
dirancang untuk memberikan:
Kehandalan yang tinggi.
Kemampuan yang dapat terus ditingkatkan.
TI
Produktivitas tinggi.
Operasional untuk peralatan dan personil yang aman.
EN
Perekaman peralatan.
Pemrograman subsistem.
C
Resolusi data 1 ms.
O
Y. Pekerjaan Sipil
Bangunan
Semua bangunan, struktur dan peralatan (yang terkena angin)
dirancang untuk kecepatan angin dasar 100 km/h (62.1 mph) per
ANSI A58.1, Exposure Type D. Beton memiliki berat (2.400 kg/m3
[154 lb/ft3]) dengan tekan minimum 250 kg/cm2 (3.500 psi) pada 28
AL
hari, kecuali untuk timbunan memiliki kekuatan tekan minimum 400
kg/cm2 (5.700 psi) pada 28 hari.
TI
Bangunan Rumah Daya
Rumah daya berstruktur baja, panjang 54 meter, lebar 28,5 meter
EN
dengan atap logam dan siding. Pada bagian tertentu, dibuat double
sided. Lebar ruang turbin adalah 21 m dengan overhead 30/5 ton.
Ketinggian bagian ini adalah 25,5 meter yang diukur dari lantai
D
dasar. Lantai pertama (lantai dasar) memiliki elevasi El. ± 0,00,
FI
sedangkan lantai mezzanine El. ± 5,50 m, lantai operasi El. ± 10,50
m dan lantai deaerator adalah El. ± 16,00 m.
N
v) Ruang PKS.
vi) Ruang peralatan listrik.
O
Gedung Boiler
Gedung Boiler didesain dengan panjang x lebar x tinggi = 28,0 m x
18,0 m x 33,5 m. Bingkai gedung Boiler berstruktur baja. Jarak
kolom baja pada bagian melintang adalah 6,0 m dan 8,0 m,
Cerobong
Ketinggian cerobong asap yang direncanakan adalah 80 meter.
AL
Unit Pengolahan Kimia Air Pembangkit
Unit ini dibangun dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 14,0 m x
8,0 m x 7,0 m. Struktur kolom beton bertulang, struktur atap
TI
gulungan baja yang di tutup oleh plat aluminium.
EN
Menara transfer
Menara transfer berstruktur baja dengan lantai slab beton bertulang.
Penutup atap adalah plat aluminium.
D
FI
Unit Pengolahan Air Limbah Pembangkit
Bangunan dimensi panjang x lebar x tinggi adalah 10,0 m x 6,0 m x
N
Gedung Kantor
C
Filter Debu
O
AL
dengan panjang sekitar 250 meter tanpa harus melakukan
pengerukan dan reklamasi. Lokasi pembangunan jetty yang diplot di
peta bathimetri dan alur pelayaran yang akan diusulkan disajikan
TI
Gambar 2.7
2.7 dan Gambar 2.8
2.8.
EN
Bangunan Lain
Bangunan lain yang dibangun adalah berupa: cooling water pump
station, ash disposal area, rumah jaga, stasiun pemadam kebakaran,
D
maintanance/machine shop, gudang, fuel oil pump shelter dan HSD
FI
oil tank foundations, daily coal shed, crusher house and transfer
house, pagar setinggi 2 meter, service water storage tank, dan
N
bangunan klorinasi.
O
Fasilitas Umum
C
Gambar 2.7
2.7. Lokasi Jetty pada Peta Bathimetri
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
Gambar 2.8
2.8. Lokasi Jetty pada Peta DISHIDROS TNI-
TNI-AL dan Alur Pelayaran yang Diusulkan
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
Desain tata letak (lay-out) PLTU Karimun PT. Soma Daya Utama disajikan
2.9. Luasan wilayah per area sesuai dengan lay-out disajikan
pada Gambar 2.9
pada Tabel 2.5
2.5. Kegiatan konstruksi fisik fasilias utama dan fasilitas
penunjang ini menimbulkan dampak potensial sebagai berikut: (1) penurunan
kualitas udara ambien (khususnya debu) dan peningkatan kebisingan, (2)
penurunan kualitas air laut (khususnya di lokasi konstruksi jetty/TUKS), (3)
AL
perubahan bathimetri dan dinamika hidrooseanografi (terkait pembangunan
jetty), (4) dampak terhadap biota laut, (5) timbulan limbah padat (sisa
material konstruksi), (6) timbulnya persepsi negatif masyarakat, dan (7)
TI
terjadinya konflik sosial (dampak turunan dari timbulnya persepsi negatif
masyarakat yang tidak ditangani dengan baik).
EN
Tabel 2.5
2.5. Luasan Wilayah per Area Sesuai Dengan Lay-
Lay-Out
NO.
14,230
FI
2. Switchyard 1.660,827
3. Turbine building 1.217,940
N
2
7. Electrostatic precipitator (2 unit @ 50,079 m ) 100,158
2
8. Fly ash silo (2 unit @ 20,333 m ) 40,666
9. Stack 38,120
&
2
NO. NAMA AREA LUAS (M2)
AL
22. Clarifier 66,170
23. Clarifier tank 65,650
24. Filtration & RO Plant 176,263
TI
25. Treated water basin 62,832
26. Water treatment plant (demin plant) 176,263
EN
27. Demineralized water tank 65,486
28. Fire station house 115,757
29. Drinking water 84,341
30.
31.
Purified water pit
Waste water control room D 82,508
80,674
FI
32. Waste water pond 235,646
33. Sludge enrich tank 65,637
N
2
70.638,533 m
43. Intake structure & pump house 129,209
C
2
NO. NAMA AREA LUAS (M2)
AL
50. Pump house
51. Concrete box culvert 0,5 x 0,5 m bersama dengan coal
conveyor, dan line pipe
52. Intake tower
TI
water intake menempati
2 2
53. Carbon steel pipe, D300 mm areal seluas 70.638,533 m
54. Outlet pipe
EN
TOTAL I 21.217,722
55. Green belt (ruang terbuka hijau) 28.400,871
TOTAL II 28.400,871
56.
D
Coal conveyor, jalan akses/jalan angkut, line pipe
water intake, reclaim hopper, shore & slope
70.638,533
FI
protection, pump house concrete box culvert,
intake tower, carbon steel pipe, outlet pipe
TOTAL III 70.638
70.638,5
38,563
,563
N
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
dibeli dari pihak lain). Akan dilakukan survei dengan geo electric untuk
mengetahui apakah debit air tanah mencukupi untuk keperluan PT. Soma
Daya Utama. Rata-rata penggunaan air pada tahap konstruksi adalah
TI
3
200 m /hari. Rincian penggunaan air disajikan pada Tabel 2.6
2.6, neraca
penggunaan air disajikan pada Gambar 2.10
2.10.
10
EN
Tabel 2.6
2.6. Penggunaan Air pada Tahap Konstruksi
NO.
1.
JENIS KEGIATAN
Kegiatan Kontruksi
D
ASAL/ SUMBER
JUMLAH 200
Sumber: Estimasi penggunaan air oleh konsultan (2012)
O
4. Pembersihan alat
tukang
Sumur Gali
200 m3/hari
PY
160 m3/hari
150 m/hari
Gambar 2.10
2.10.
10. Neraca Penggunaan Air pada Tahap Konstruksi
(Sumber: Estimasi Konsultan, 2013)
AL
Tabel 2.7
2.7. Penggunaan Energi Listrik pada Tahap Konstruksi
TI
ENERGI
1. Penerangan Listrik Genset 50 KVA
EN
2. Penukangan/kontruksi Listrik Genset 50 KVA
D
c. Jenis dan Rencana Penanganan Limbah pada Tahap Konstruksi
Penanganan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan kontruksi diupayakan
FI
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hal tersebut agar dampak negatif
N
yang ditimbulkan dapat diminimalkan sekecil mungkin. Jenis dan rencana
penanganan limbah pada tahap konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2.8
2.8.
O
Tabel 2.8
2.8. Penanganan Limbah pada Tahap Konstruksi
C
JENIS KEGIATAN
PENGHASIL JENIS LIMBAH JUMLAH RENCANA PENANGANAN
&
LIMBAH/CEMARAN
1. Air Limbah
3
Domestik dan Air Limbah 150 m /hari Diolah dalam septic tank
PY
kantor Domestik
3
Konstruksi Air Limbah 10 m /hari Diolah dalam septic tank
Domestik
O
2. Limbah Padat
3
Domestik dan Sampah 30 m /bulan Masuk ke dalam bak sampah
kantor Domestik dan diangkut ke TPA
C
JENIS KEGIATAN
PENGHASIL JENIS LIMBAH JUMLAH RENCANA PENANGANAN
LIMBAH/CEMARAN
2. Oli Bekas
Alat berat dan B3 240 Ditampung pada drum
kendaraan berat liter/bulan berukuran 200 liter, disimpan
pada ruangan khusus dengan
lantai kedap air, lalu
diserahkan ke pengumpul
AL
limbah oli bekas.
Sumber: Estimasi jumlah limbah oleh konsultan (2013)
TI
d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan program pemerintah
EN
yang wajib ditaati oleh pemrakarsa dan karyawan. Program K3
merupakan suatu bentuk perhatian yang digunakan dan menjadi suatu
aturan untuk ditaati. Maka dari itu sangat diwajibkan bagi para pekerja
D
konstruksi untuk menggunakan APD (Alat Pelindung Diri), hal ini karena
FI
pekerjaan konstruksi mengandung resiko tinggi. Pihak pemrakarsa
(dalam hal ini dilaksanakan oleh kontraktor) menyediakan kebutuhan
N
peralatan kerja yang dimaksud seperti helm, safety belt, sarung tangan,
dan sepatu safety. Selain itu perlu dibuat aturan kerja dan batasan yang
O
Tenaga kerja PLTU PT. Soma Daya Utama di Kabupaten Karimun akan
berada di bawah pimpinan Kepala Cabang, yang juga terkait dengan
manajemen Kantor Pusat. Struktur organisasi PT. Soma Daya Utama
disajikan pada Gambar 2.1
2.11. Kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional
ini menimbulkan dampak potensial sebagai berikut: (1) peningkatan
AL
kesempatan kerja dan peluang berusaha, (2) peningkatan pendapatan
masyarakat, (3) peningkatan perekonomian daerah, dan (4) timbulnya
persepsi positif masyarakat.
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
Gambar 2.1
2.11. Struktur Organisasi PT. Soma Daya Utama
(dibuat dari data yang diberi PT. SDU)
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
2) Pengadaan,
Pengadaan, Mobilisasi, dan Bongkar Muat Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk operasional PLTU adalah batubara.
Berikut pemaparan mengenai sifat/karakteristik batubara yang dibutuhkan,
efisiensi pembangkit dan tingkat panas, jumlah kebutuhan batubara, serta
transportasi dan penanganan batubara:
AL
a. Sifat Batubara
Karakteristik batubara secara langsung mempengaruhi desain dan
operasi dari sistem penanganan batubara, persiapan bahan bakar dan
TI
sistem pembakaran, serta penanganan abu dan sistem penghapusan
partikulat. Namun, merancang pembangkit uap untuk berbagai
EN
fleksibilitas bahan bakar akan menurunkan kinerja pembangkit dan
mungkin sangat mahal. Spesifikasi batubara yang akan digunakan adalah:
Maximum Totam Moisture Content (a.r) : 50,0%
D
Maximum Inherent Moisture (adb) : 15%
FI
Volatile matter (adb) : 38 - 63%
Maximum ash content (a.r) : 9,4%
N
Minimum HGI : 50
C
panas pembangkit, akan menjadi salah satu dari berbagai masukan yang
digunakan untuk menghitung tarif listrik. Efisiensi dan tingkat panas
O
AL
TI
EN
Gambar 2.1
2.12. Keseimbangan Panas PLTU Karimun PT. Soma Daya Utama
D
(Sumber: PT. Soma Daya Utama, 2012)
FI
c. Kebutuhan Batubara
N
yang akan digunakan adalah batubara lignit atau sub bituminous yang
memiliki nilai kalori sekitar 4.000 – 5.000 kkal/kg. Jenis batubara ini
tidak cocok untuk tujuan ekspor, tetapi dapat diterima untuk bahan bakar
&
pembangkit listrik.
PY
Berdasarkan Gambar 2.
2.12 di atas, konsumsi batubara yang dibutuhkan
untuk 2 x 25 MW adalah sekitar 1.152 ton/hari pada beban penuh atau
O
i) Transportasi batubara
Masalah transportasi juga memiliki peranan penting, karena harga
batubara di lokasi akhir dipengaruhi oleh biaya transportasi.
Permasalahan transportasi tersebut diantaranya:
AL
Aspek Jarak Lokasi
Sponsor lokasi konsesi pertambangan batubara berada di
Kalimantan Selatan.
TI
Moda Transportasi
Karena lokasi batubara jauh dari pembangkit listrik, transportasi
EN
laut menjadi pilihan terbaik. Batubara rencananya akan diangkut
oleh kapal dengan besaran 5.000 DWT.
Konsekuensi Penggunaan Tipe transportasi
D
Karena jarak relatif jauh dari tambang batubara, maka perlu
FI
sinkronisasi jadwal pengiriman batubara dengan jumlah konsumsi
batubara sekitar 1.152 ton per hari. Jika ada masalah
N
yang terbuat dari karet yang bergerak melewati head pulley dan
tail pulley, keduanya berfungsi untuk menggerakkan belt
conveyor; selain itu juga terdapat transitioning pulley yang
berfungi sebagai peregang belt conveyor. Untuk menyangga belt
conveyor beserta bobot batubara yang diangkut, dipasang idler
pada jarak tertentu di antara head pulley dan tail pulley. Idler
AL
adalah bantalan berputar yang dilewati oleh belt conveyor.
Batubara yang diangkut conveyor dituangkan dari sebuah bak
peluncur (chute) di ujung tail pulley kemudian bergerak menuju
TI
ke arah head pulley. Batubara akan jatuh ke dalam bak peluncur
lainnya yang terletak di bawah head pulley untuk diteruskan ke
EN
conveyor lainnya atau masuk ke bak penyimpanan. Di setiap
belokan antar conveyor satu dengan yang lain dihubungkan
dengan transfer house, selain itu pada belt conveyor
D
ditambahkan juga beberapa aksesori yang bertujuan untuk
FI
meningkatkan fleksibilitasnya, antara lain:
1) Pengambil Sampel.
N
berhenti.
C
2) Metal Detector
Merupakan alat untuk mendeteksi adanya logam-logam di
&
5) Dust Supression
Berfungsi untuk: air pollution controller, menyemprot air
pada batubara, menghmat batubara agar tidak menjadi debu,
menghalangi terjadinya percikan api akibat debu panas dari
batubara.
AL
PT. Soma Daya Utama ditunjukkan pada Tabel 2.9
2.9.
TI
Tabel 2.9
2.9. Konsumsi Batubara untuk PLTU Karimun PT. Soma Daya Utama 2 x 25 MW
COAL NUMBER
TIME UNIT
EN
CONSUMPTION OF UNIT
Per Hour Maximum 48 Ton 2
Per Day Maximum (24 hr) 1.152 Ton 2
Per Week Maximum (7 d)
Per Month Maximum (30 d) D 8.064
34.650
Ton
Ton
2
2
FI
Per 2 Weeks, 80% Load (12 m) 331.776 Ton 2
Per Years, 80% Load 8.294.400 Ton 2
N
Per 30 Years, 80% Load 10.091.520 Ton 2
dilengkapi dengan sistem drainase dan air larian dari coal pile
ditampung di coal run-off pond. Coal run-off pond akan dibangun di
2
lahan seluas 524,971 m . Coal pile batubara dirancang untuk
mengakomodasi 105.000 metric ton batubara (untuk live and dead
stock pile). Jumlah ini akan menyuplai operasional dua unit boiler
selama 2 minggu.
Pada PLTU Karimun PT. Soma Daya Utama akan dibangun 2 coal
silo untuk setiap unitnya, sehingga secara total akan dibangun 4 coal
silo dengan kapasitas total 768 ton (@ 192 ton). Silo merupakan
AL
bunker tempat menampung batubara di instalasi yang kemudian
digunakan sebagai bahan bakar di boiler. Pengisian silo dilakukan
dengan belt conveyor yang dihubungkan dengan tripper,
TI
pengoperasiannya dilakukan oleh operator di Coal Handling Control
Unit (CHCB). Pengisian ulang silo dilakukan setiap volume silo
EN
kurang dari 30 – 40%. Dari silo, batubara kemudian dimasukkan ke
crusher dengan menggunakan coal feeder. Di crusher batubara
kemudian dihancurkan dan digunakan untuk pembakaran di boiler.
D
FI
Kegiatan pengadaan, mobilisasi, dan bongkar muat bahan baku menimbulkan
dampak potensial berupa: (1) perubahan kinerja lalu lintas laut karena
N
transportasi batubara dilakukan melalui jalur laut, (2) penurunan kualitas air
laut (akibat aktivitas kapal pengangkut batubara), (3) penurunan kualitas
O
udara, (4) timbulnya persepsi negatif masyarakat, dan (5) terjadinya konflik
C
bulan September 2015 dan Unit II bulan Desember 2015. Listrik yang
dihasilkan PLTU ini rencananya akan disalurkan dengan Saluran Udara
C
AL
uap yang sangat panas kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin dan
menghasilkan tenaga listrik dari kumparan medan magnet di generator.
Sistem pengaturan yang digunakan pada power plant ini menggunakan
TI
sistem pengaturan loop tertutup, dimana air yang digunakan untuk beberapa
proses merupakan putaran air yang sama, hanya perlu ditambahkan jika
EN
memang level yang ada kurang dari set point-nya. Air dalam hal ini hanya
berubah bentuk, pada level tertentu berwujud cair dan pada level yang lain
berwujud uap. Cara kerja PLTU Batubara adalah sebagai berikut:
D
a) Batubara dari coal silo dihancurkan dengan crusher coal dan kemudian
FI
digunakan untuk pembakaran di boiler.
b) Air laut mengalami proses desalinasi dan demineralisasi untuk kemudian
N
c) Pada boiler, air dari economizer diubah menjadi uap dengan bantuan
panas dari pembakaran batubara di boiler. Jika dioperasikan dengan
benar, boiler secara efisien dapat mengubah air dalam volume yang
&
besar menjadi steam yang sangat panas dalam volume yang lebih besar
lagi.
PY
d) Gas-gas (O2 dan CO2) yang terkandung pada air pengisi boiler diserap
oleh daerator agar tidak menimbulkan korosi
O
e) Dari boiler air dan uap masuk ke steam drum. Steam drum berfungsi
untuk menyimpan air dalam volume besar dan untuk memisahkan uap
C
AL
bersama-sama dengan serbuk batubara dialirkan ke furnace untuk
dibakar. Bercampurnya batubara dan udara dibantu oleh Dumper Tetap,
yaitu pengatur pengaduk udara sehingga menimbulkan turbulensi yang
TI
memungkinkan terjadinya pembakaran yang efisien. Turbulensi mengacu
pada gerakan udara di dalam furnace, gerakan ini perlu untuk
EN
menyempurnakan pencampuran udara dan bahan bakar. Udara primer
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan turbulensi untuk melakukan
pencampuran bahan bakar secara sempurna atau memenuhi kebutuhan
D
akan oksigen untuk pembakaran sempurna. Untuk itulah diperlukan
FI
pasokan dari udara sekunder yang dihasilkan oleh FD Fan bersama ID
Fan. Boiler yang bekerja dengan tekanan yang negatif atau dibawah
N
tekanan atmosfir selalu dilengkapi dengan Force Draft Fan (FD Fan) dan
Induced Draft Fan (ID Fan). Boiler ini disebut dengan Balanced-Draft
O
turbin merubah tenaga kecepatan menjadi tenaga putar. Lalu roda turbin
(disc) meneruskan tenaga putar turbin kepada pesawat yang digerakkan.
Tenaga yang dihasilkan adalah tenaga mekanis steam.
PY
AL
transformer sesuai dengan kebutuhan.
k) Setelah LP Turbin diputar steam, kemudian steam akan mengalir menuju
kondensor untuk didinginkan dan berubah menjadi air. Pada kondensor
TI
steam bersentuhan langsung dengan pipa yang di dalamnya dialiri
pendingin berupa air laut. Kondensasi ini mengubah steam menjadi air
EN
yang kemudian ditampung di Condensate Hot Well. Karena adanya
blowdown pada steam drum, maka untuk mengembalikan volume air ke
volume semula, pada condenser terdapat make-up water untuk
menambah volume air.
D
Make-up water diambil dari make-up
FI
demineralizing RO.
l) Dari condensate hot well, condensate water akan dipompa menuju
N
Gambar 2.14
2.14. Operasional PLTU menimbulkan dampak potensial sebagai
berikut: (1) timbulnya emisi gas buang dari cerobong, (2) timbulnya fly ash
PY
dan bottom ash, (3) penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan
kebisingan, (4) timbulnya air limbah dari proses PLTU, (5) penurunan
O
kualitas air laut, (6) timbulnya persepsi positif masyarakat (dari masyarakat
yang menikmati layanan listrik dari PLTU), (7) timbulnya persepsi negatif
C
AL
TI
EN
Gambar 2.1
2.13. Sistem Kerja PLTU
Keterangan: D
FI
1. Cooling Tower 14. Coal Conveyor
2. Cooling Water Pump 15. Coal Hopper
3. Transmision Line (3-Phase) 16. Coal Crusher
N
Gambar 2.14
2.14. Single Line Diagram
(Diambil dari Book III Drawing FS Halaman 25)
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
menggunakan sistem penghantar ulir air yang didinginkan (water cooled
screw conveyor system). Selanjutnya, bottom ash diangkut oleh penghantar
ke lumbung abu sementara sebelum dibuang ke daerah pembuangan abu
TI
oleh troli atau dump truck. Fly ash dan batubara yang tidak terbakar
dikumpulkan dari gerbong electrostatic precipitator dan ditransfer oleh
EN
sistem pneumatik ke lumbung fly ash. Dengan adanya sistem penanganan
abu ini maka kadar emisi yang keluar dari cerobong diharapkan sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Negara
D
Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2008 tentang “Baku Mutu Emisi Sumber
FI
Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik
Termal”, khususnya Lampiran I.
N
dikeluarkan oleh medan listrik statik (tidak berubah) kepada suatu obyek
C
(2) Partikel debu yang bermuatan negatif (-) selanjutnya menempel pada
pelat-pelat pengumpul (collector plate). Debu yang dikumpulkan di
collector plate dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate
melalui suatu getaran (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke bak
penampung (ash hopper) dan dipindahkan (transport) ke fly-ash silo
dengan cara dihembuskan (vacuum).
AL
Proses pembentukan medan listrik pada ESP adalah sebagai berikut:
TI
(1) Terdapat dua jenis electrode, yaitu discharge electrode yang
bermuatan negatif (-) dan collector plate electrode yang bermuatan
EN
positif (+).
(2) Discharge electrode diletakkan diantara collector plate pada jarak
tertentu (jarak antara discharge electrode dengan collector plate).
D
(3) Discharge electrode diberi listrik arus searah (DC) dengan muatan
minus (lihat gambar 3), pada level tegangan antara 55 – 75 kV DC
FI
(sumber listrik awalnya adalah 380 volt AC, kemudian dinaikkan oleh
transformer menjadi sekitar 55 – 75 kV dan dirubah menjadi listrik DC
N
menggunakan batubara sebanyak 48,5 ton untuk 2 unit PLTU. Ash content
dari spesifikasi batubara Samantaka yang akan digunakan adalah adalah
C
9,74%. Dari keseluruhan ash yang akan dihasilkan, 80% merupakan fly ash
dan 20% merupakan bottom ash. Dengan penggunaan ESP, sebanyak 99,84%
fly ash akan akan ditangkap. Perhitungan ash yang akan dihasilkan dan
disimpan di ash disposal area per harinya adalah sebagai berikut:
• Penggunaan batubara per hari = 48,4 ton/jam x 24 jam = 1.164 ton ton/hari.
• Kandungan ash hasil pembakaran = 9,74% x 1.164 ton/hari = 113,37 ton/hari.
• Total fly ash yang dihasilkan = 80% x 113,37 ton/hari = 90,69 ton/hari.
Fly ash yang ditangkap dengan ESP = 99,84% x 90,69 ton/hari = 90,54 ton/hari.
Fly ash yang ditangkap dengan ESP ini ditampung di ESP Ash Silo lalu
ditampung di ash disposal area.
AL
• Total bottom ash yang dihasilkan = 20% x 113,37 ton/hari = 22,67 ton/hari
Bottom ash ini lalu ditampung di ash disposal area
• Total ash (fly ash dan bottom ash) yang ditampung di ash disposal area
TI
= 90,54 ton/hari + 22,67 ton/hari = 113,21 ton/hari
EN
D
FI
N
O
C
&
AL
TI
EN
2.17. Contoh Penerapan Electrostatic Precipitator untuk Menangkap Abu
Gambar 2.17
Keterangan:
Gambar (a) menunjukkan diagram skematik dari sebuah ESP. Potensial listrik negatif yang
tinggi tertahan pada kumparan kawat yang ada di bagian tengah membentuk sebuah
D
lompatan listrik di sekitar kawat. Gambar (b) menunjukkan contoh aplikasi ESP, sedangkan
gambar (c) adalah gambar cerobong tanpa ESP. Jika dibandingkan, gambar (c) akan
FI
menghasilkan polusi udara lebih besar dibanding gambar (b).
N
Bottom ash dan fly ash adalah limbah yang tergolong B3, hal ini sesuai
O
disebutkan bahwa fly ash dan bottom ash yang dihasilkan dari PLTU yang
menggunakan bahan bakar batu bara merupakan limbah B3 dengan Kode
PY
Limbah D223; bahan pencemar utamanya adalah logam berat dan bahan
organik (PNA/Polyclear Aromatics). Karena bottom ash dan fly ash bersifat
B3, maka PT. Soma Daya Utama akan mengurus ijin pengumpulan dan
O
disposal area). Bottom ash dan fly ash tersebut kemudian akan diangkut
oleh Transporter Limbah B3 yang memiliki ijin dari KLH untuk kemudian
diangkut ke pengelola limbah B3 yang memiliki ijin. Kegiatan pengumpulan,
penyimpanan sementara, serta kerjasama dengan perusahaan pengangkut
dan/atau pemanfaat limbah fly ash dan bottom ash akan dilakukan merujuk
pada Per. MENLH No. 18 tahun 2009 tentang “Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun” serta Per. MENLH No. 30 Tahun 2009 tentang
“Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah bahan
Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan akibat Pencemaran
Limbah Baan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah”.
AL
Emisi gas buang, khususnya SO2, tertangani dengan penggunaan batu
gamping/limestone (CaCO3) pada Teknologi CFB. Penggunaan limestone di
dalam furnace menurunkan kadar SO2 pada emisi gas buang dengan cara
TI
mengikat SO2 hingga membentuk gipsum, reaksinya adalah sebagai berikut:
CaCO3 + O2 CaO + CO2 + O2
EN
CaO + SO2 CaSO3
CaSO3 + ½ O2 CaSO4 (Gipsum)
Penggunaan batubara berkadar sulfur rendah (maximum sulfur content
D
0,3%) juga meminimalir emisi SOx yang akan dihasilkan.
FI
Minimalisasi emisi NO2 dilakukan dengan menerapkan low NOx burner.
N
batubara di pembakar, dimana ada lebih banyak bahan bakar daripada udara
C
a. Penggunaan Air
C
Pada tahap operasional, air laut yang telah didesalisani digunakan dalam
sistem pembangkit air untuk operasional PLTU dan untuk kegiatan
domestic (MCK para pekerja). Volume total air yang diambil untuk
keperluan PLTU dan domestic adalah 368,12 ton/jam, dari jumlah
tersebut yang digunakan untuk keperluan domestik adalah 5 ton/jam (3
ton/jam untuk kantor dan mess pekerja serta 2 ton/jam untuk servis
water house station), sedangkan sisanya digunakan untuk keperluan
operasional PLTU. Rincian penggunaan air pada tahap operasional telah
dipaparkan sebelumnya pada perencanaan Sistem Air Pembangkit di
Tahap Konstruksi.
AL
b. Penggunaan Energi Listrik
Kegiatan kantor menggunakan energi listrik dari PLTU. Energi listrik
digunakan untuk keperluan penerangan dan operasional alat/mesin.
TI
c. Jenis dan Rencana Penanganan Limbah pada Tahap Operasional
EN
Penanganan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan operasional
diupayakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hal tersebut agar
dampak negatif yang ditimbulkan dapat diminimalkan sekecil mungkin.
D
Penanganan limbah dilakukan baik terhadap limbah dari kegiatan PLTU
FI
maupun dari kegiatan domestik; serta baik terhadap air limbah maupun
limbah padat.
N
mengurangi kadar polutan pada air limbah sehingga kualitas air limbah
C
serta fly ash dan bottom ash. Diagram alir Pengolahan Air Limbah telah
ditunjukkan oleh Gambar 2.6 (setelah pemaparan rencana Sistem
C
AL
menampungnya di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah
domestic, lalu bekerja sama dengan pihak terkait untuk membawanya ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Limbah oli bekas dari
TI
kendaraan operasional dikelola dengan menyimpannya dalam drum
berukuran 200 liter; drum tersebut disimpan di ruangan khusus yang
EN
lantainya dibuat kedap air; selanjutnya limbah oli bekas diserahkan
kepada perusahaan pengumpul limbah B3 yang memiliki ijin. Penanganan
limbah oli bekas akan mengacu pada Keputusan Kepal BAPEDAL Nomor
D
255 Tahun 1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan
FI
Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”. Limbah padat dari kegiatan PLTU
berupa fly-ash dan bottom ash seperti telah diutarakan sebelumnya
N
85 Tahun 1999, Per. MENLH No. 18 Tahun 2009, dan Per. MENLH No.
C
30 Tahun 2009). Gipsum yang terbentuk dari pengikatan gas SO2 oleh
batu gamping/limestone (CaCO3) ditangani dengan mengumpulkannya
&
Jenis dan rencana penanganan limbah pada tahap operasional, baik air
limbah maupun limbah padat, dapat dilihat pada Tabel 2.10
2.10.
10
O
C
Tabel 2.10
2.10.
10. Penanganan Limbah pada Tahap Operasional
JENIS KEGIATAN
PENGHASIL JENIS LIMBAH JUMLAH RENCANA PENANGANAN
LIMBAH/CEMARAN
1. Air Limbah
Domestik dan Air Limbah 5 ton/jam Diolah di septic tank.
kantor Domestik (Non Pengelolaan dan
B3) pemantauannya mengacu pada
AL
Per. MENLH No. 112 Tahun
2003.
Kegiatan PLTU Non B3 202,1 ton/jam Diolah di Waste Water
Treatment Plant (WWTP).
TI
Pengelolaan dan
pemantauannya mengacu pada
Per. MENLH No. 8 Tahun
EN
2009.
Oli bekas dari B3 60 liter/bulan Ditampung di drum berukuran
kendaraan 200 liter. Pengelolaannya
operasional mengacu pada Kep. Kepala
2. Limbah Padat
D BAPEDAL No.255 Tahun
1996.
FI
3
Domestik dan Sampah 30 m /bulan Masuk ke dalam bak sampah
3
kantor Domestik (= rata-rata 1 m dan diangkut ke TPA.
N
per hari) Pengelolaannya mengacu pada
PP No. 81 Tahun 2012.
Fly ash dan B3 Ash yang ditampung Dikelola dengan ash handling
O
Tahun 2009.
Sumber: Estimasi jumlah limbah oleh konsultan (2012)
AL
Nomor 261 Tahun 1998 tentang “Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja”.
TI
6) Penerapan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Program CSR akan dilakukan, selain untuk memenuhi kewajiban perusahaan
EN
seperti tercantum dalam UU RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, juga untuk menaikkan citra perusahaan serta untuk menumbuhkan
persepsi yang baik dari masyarakat setempat terhadap kegiatan PLTU PT.
D
Soma Daya Utama. Pada pasal 74 pada ayat 1 dan 3, Undang-Undang RI
FI
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, disebutkan bahwa :
a. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
N
perundang-undangan.
Lebih lanjut program CSR ini juga dapat menciptakan simbiosis mutualistik
O
Induk Program PT. Soma Daya Utama”. Rencana induk program CSR PT.
Soma Daya Utama tersebut akan disosialisasikan kepada masyarakat di dan
sekitar wilayah studi, yang difasilitasi oleh Kepala Desa dan Camat daerah
setempat.
Rencana induk program CSR PT. Soma Daya Utama selanjutnya dibahas
AL
oleh Tim CSR PT. Soma Daya Utama, yang anggotanya terdiri dari wakil
manajemen PT. Soma Daya Utama, wakil masyarakat (tokoh masyarakat,
pemuda, cendikiawan, dan ulama) dan sebagai fasilitator pemerintah lokal
TI
(Kelapa Desa dan Camat). Kegiatan CSR diperkirakan akan memberikan
dampak positif, yaitu timbulnya kesempatan berusaha dari masyarakat
EN
setempat yang akan menurunkan dampak berupa peningkatan pendapatan
masyarakat tersebut, yang selanjutnya akan menimbulkan persepsi positif
masyarakat.
D
FI
2.1.2.4. TAHAP PASCA-
PASCA-OPERASIONAL
N
PLTU tersebut masih layak untuk dioperasikan lebih lanjut atau tidak,
apakah teknologinya perlu diubah atau tidak, dan apakah kapasitasnya akan
&
tetap atau ditambah. Jika dinyatakan layak, operasional PLTU lebih lanjut
dapat tetap dilaksanakan oleh PT. Soma Daya Utama. Apabila PLTU
dinyatakan tidak layak untuk dioperasikan lebih lanjut, maka akan terjadi
PY
pemutusan hubungan kerja dan hal tersebut akan berdampak pada hilangnya
kesempatan kerja dan timbulnya persepsi negatif masyarakat.
O
Kegiatan-kegiatan lain yang berada di sekitar lokasi PLTU PT. Soma Daya Utama
dan mempunyai keterkaitan yang erat dengan kegiatan PLTU tersebut adalah:
Pertambangan Granit
Di dekat lokasi rencana pembangunan PLTU PT. Soma Daya Utama ada dua
perusahaan pertambangan granit, yaitu PT. Pasific Granitama, PT. MGU, dan
PT. Bukit Alam Persada. PT. Bukit Alam Persada dan PT. MGU berjarak kurang
dari 1 km dari lokasi rencana PLTU, sedangkan PT. Pasific Granitama berjarak
sekitar 2 km dari lokasi rencana PLTU. Selain itu di sebelah Utara dan Timur
AL
lokasi rencana PLTU PT. Soma Daya Utama juga terdapat kegiatan
pertambangan PT. Riau Alam Anugerah. Kegiatan pertambangan granit tersebut
menjadi salah satu sumber penyebab terjadinya penurunan kualitas udara
TI
ambien dan peningkatan kebisingan di lokasi studi, terutama akibat kegiatan
peledakan (blasting) dan pengangkutan granit dengan conveyor; kegiatan
EN
pertambangan granit ini juga merupakan salah satu penyebab penurunan
kualitas air laut di pesisir Desa Pangke
rencana PLTU PT. Soma Daya Utama. Perusahaan berjarak sekitar 2 km dari
lokasi rencana PLTU dan juga berbatasan langsung dengan laut. Keberadaan
O
Pangke, dan PLTU PT. Soma Daya Utama (nantinya) secara akumulasi akan
berdampak terhadap penurunan kualitas air laut. PT. Saipem Indonesia juga
&
ada dua perusahaan peleburan timah, yaitu PT. Eunindo Usaha Mandiri dan PT.
Karimun Mining. Industri smelter timah ini juga menjadi salah satu penyumbang
C
emisi di Desa Pangke. Industri smelter timah juga menghasilkan buangan air
limbah yang dapat mempengaruhi kualitas badan air penerima.
Permukiman Penduduk,
Penduduk, Kebun Masyarakat, dan Obyek Wisata Pantai Pelawan
Lokasi rencana PLTU PT. Soma Daya Utama sangat berdekatan dengan obyek
wisata Pantai Pelawan. Di Pantai Pelawan ini ada sekitar 33 KK yang tinggal
dan berusaha di obyek wisata tersebut, sedangkan yang betul-betul dekat
dengan rencana PLTU ada sekitar 9 KK. Obyek wisata Pantai Pelawan saat ini
belum terlalu berkembang dan fasilitasnya masih kurang memadai; namun obyek
AL
wisata ini diperkirakan akan terus berkembang dengan semakin membaiknya
fasilitas jalan dan listrik, serta semakin ramainya kegiatan industri di Kecamatan
Meral yang umumnya juga dilengkapi dengan mess karyawan. Pantai Pelawan
TI
biasa dikunjungi oleh wisatawan lokal pada akhir pekan atau hari libur nasional,
namun di hari biasa pengunjung pantai ini sangat sedikit (biasanya hanya
EN
dikunjungi beberapa pekerja dari industri sekitar pada jam makan siang).
Keberadaan PLTU PT. Soma Daya Utama akan sangat mempengaruhi
masyarakat di obyek wisata Pantai Pelawan ini, oleh karena itu PT. Soma Daya
D
Utama akan sangat memperhatikan emisi dan buangan air limbahnya dengan
FI
melakukan pengelolaan limbah sesuai standar. Selain menimbulkan emisi dan
limbah, keberadaan PT. Soma Daya Utama juga akan memberikan manfaat bagi
N
sebelah Utara dan Timur lokasi rencana PLTU PT. Soma Daya Utama namun
C
nelayan, alur pelayaran, dan daerah layup kapal. Alur pelayaran kapal angkut
PT. Soma Daya Utama harus dikoordinasikan dengan instansi terkait (Dinas
O
Peta kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan disajikan pada Gambar 2.1
2.18.
Foto-foto kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan disajikan pada Gambar
2.19
2.19.
Gambar 2.18
2.18. Peta Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi Rencana PLTU PT. Soma Daya Utama
(dibuat dari FS Book IV Soil & Topo Halaman 12, recheck di lapangan)
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
TI
Tambang Granit PT. MGU Tambang Granit PT. Pacific Granitama
EN
D
FI
N
O
C
Gambar 2.19
2.19. Foto Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi Rencana PLTU PT. Soma Daya Utama
2.1.4. Alternatif-
Alternatif-Alternatif yang akan Dikaji dalam AMDAL
AL
alternatif terbaik yang telah dikaji pada Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomis.
Lokasi yang dipilih juga telah sesuai dengan Surat Bupati Karimun Nomor
TI
340/BPPT/PRI-13/2012 tentang Persetujuan Rencana Investasi tanggal 22 Oktober
2012 (Lampiran
Lampiran 1.3
1.3) dan Surat Keputusan Bupati Karimun Nomor 189 Tahun 2012
EN
tentang Pemberian Izin Lokasi untuk PT. Soma Daya Utama tanggal 23 Oktober
2012 (Lampiran
Lampiran 1.4).
1.4
D
PT. Soma Daya Utama tidak memiliki alternatif proses, teknologi PLTU yang
diuraikan di sub-bab 2.1.2, yaitu teknologi Circulating Fluidized Bed (CFB) adalah
FI
teknologi terbaik yang dapat dijalankan oleh PT. Soma Daya Utama saat ini. Proses
PLTU yang diuraikan di sub-bab 2.1.2 mengacu pada Studi Kelayakan/Feasibility
N
Study (FS) yang telah dibuat PT. Indopower International untuk PT. Soma Daya
O
Utama.
C
Kegiatan PLTU PT. Soma Daya Utama diperkirakan akan berdampak terhadap
berbagai komponen lingkungan hidup, yang meliputi komponen geo-fisika-kimia,
PY
berjalan.
C
a. Geografi Wilayah
PLTU PT. Soma Daya Utama berlokasi di Pantai Pelawan Desa Pangke
Kecamatan Meral Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau (per Januari
2013 akan dimekarkan menjadi Desa Pangke Barat dan Kecamatan Meral
Barat). Lokasi tersebut berjarak ± 25 km dari Pelabuhan Tanjung Balai
Karimun.
o o
Secara geografis, Kabupaten Karimun terletak di antara 0 35’ LU – 1 10’ LU
o o
dan 103 30’ BT – 104 BT. Wilayah Kabupaten Karimun terdiri atas daratan dan
AL
2
perairan, yang secara keseluruhan kurang lebih seluas 7.984 km . Kabupaten
Karimun memiliki batas-batas sebagai berikut (Sumber: Kabupaten Karimun
dalam Angka, 2012):
TI
Sebelah Timur : Kota Batam
Sebelah Selatan : Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir
EN
Sebelah Barat : Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Bengkalis dan
Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan
Sebelah Utara : Philip Channel Singapura dan Semenanjung
Malaysia
D
FI
Kecamatan Meral Barat adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di
N
Barat, 2013).
&
Desa Pangke Barat dimana lokasi rencana PLTU PT. Soma Daya Utama akan
dibangun adalah salah satu dari 4 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Meral
Barat. Jarak Desa Pangke Barat ke Ibukota Kecamatan Meral Barat sekitar 5
PY
km. Peta administrasi Kabupaten Karimun dan letak lokasi rencana PLTU PT.
Soma Daya Utama disajikan pada Gambar 2.20
2.20.
20
O
C
Gambar 2.20
2.20.
20. Peta Administrasi Kabupaten Karimun dan Letak PLTU
PT. Soma Daya Utama
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
temperatur rata-rata selama tahun 2001-2011 berkisar antara 27°C – 28°C.
Curah hujan rata-rata selama tahun 2001-2011 berkisar antara 9,5 – 552,0
mm/bulan. Penyinaran matahari rata-rata selama tahun 2001-2011 berkisar
TI
antara 47 – 62%. Kelembaban udara berkisar antara 83,0 – 86,6%. Kecepatan
angin maksimum bulanan selama tahun 2011 berkisar antara 11 – 20 knot dan
EN
arah angin terbanyak selama tahun 2011 adalah ke arah Timur Laut (Sumber:
Karimun dalam Angka (2002) s.d Kabupaten Karimun dalam Angka (2012)). Data
iklim Kabupaten Karimun selama tahun 2001-2011 disajikan pada Tabel 2.11
2.11
hingga Tabel 2.16
2.16.
D
FI
Tabel 2.11
2.11. Temperatur Udara Rata-
Rata-Rata di Kabupaten Karimun selama Tahun 2001
2001-2011
N
0
Temperatur Udara (0C)
Bulan Rata-
Rata-Rata
2001 2003 2004 2005 2007 2008 2010 2011
O
Januari 27,4 27,4 26,9 26,5 26,8 27,3 27,3 26,5 27,0
C
Pebruari 27,3 27,2 27,5 27,6 27,3 27,0 28,4 27,2 27,4
Maret 27,3 28,3 27,3 27,6 27,6 26,8 28,3 27,4 27,6
April 27,6 27,5 27,6 27,3 27,9 29,8 28,4 28,2 28,0
&
Mei 27,6 27,9 27,5 27,5 27,5 28,5 28,7 28,2 27,9
Juni 27,3 27,2 27,4 27,5 27,8 27,4 27,7 27,7 27,5
PY
Juli 27,0 26,9 27,1 27,3 26,9 26,7 26,2 27,7 27,0
Agustus 26,7 27,0 27,0 27,4 26,7 26,8 27,3 27,4 27,0
September 27,1 27,0 27,1 27,5 27 27,1 28,6 27,3 27,3
O
Desember 27,1 26,9 27,8 27,1 26,8 28,0 27,3 27,1 27,3
Rata-
Rata-Rata 27,2 27,3 27,3 27,2 27,2 27,6 27,9 27,5
Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Tanjung Balai Karimun dalam
Karimun Dalam Angka (2002) s.d. Karimun Dalam Angka (2012)
Tabel 2.12
2.12. Tekanan Udara Rata-
Rata-Rata di Kabupaten Karimun selama Tahun 2001-
2001-2011
AL
April 1010,0 1010,6 1010,5 1011,6 1009,8 1009,3 1010,6 1010,3
Mei 1009,9 1008,9 1009,3 1009,7 1010,0 1010,1 1010,6 1009,8
Juni 1009,5 1010,5 1010,6 1009,2 1008,6 1010,4 1010,0 1009,8
TI
Juli 1010,0 1010,6 1011,1 1010,9 1010,0 1010,5 1010,4 1010,5
Agustus 1010,6 1010,5 1010,2 1010,7 1010,2 1010,4 1010,7 1010,5
EN
September 1010,8 1010,7 1010,9 1010,8 1010,5 1011,2 1011,4 1010,9
Oktober 1010,5 1010,0 1010,5 1010,9 1010,2 1010,8 1010,3 1010,5
November 1011,0 1011,9 1010,3 1010,9 1010,1 1009,7 1009,5 1010,5
Desember 1011,6 1012,6 1011,2 1010,1 1009,2 1010,3 1009,8 1010,7
Rata-
Rata-Rata 1010,3 1011,0
1011,0 1010,3 1010,9
D 1010,1 1010,4 1010,3
FI
Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Tanjung Balai Karimun dalam
Karimun Dalam Angka (2002) s.d. Karimun Dalam Angka (2012)
N
Tabel 2.13
2.13. Kelembaban Udara Rata-
Rata-Rata di Kabupaten Karimun selama Tahun 2001-
2001-2011
O
Maret 84 79 84 83 84 87 82 84 83,4
April 87 78 83 86 86 85 82 83 83,8
PY
Mei 87 84 83 86 89 89 87 88 86,6
Juni 85 86 83 85 88 87 86 89 86,1
Juli 87 88 85 84 89 88 69 87 84,6
O
Agustus 88 86 83 84 88 87 68 88 84,0
September 87 85 86 83 87 87 66 89 83,8
C
Oktober 85 85 86 86 86 88 68 88 84,0
November 85 85 83 86 87 88 65 85 83,0
Desember 84 82 84 82 84 86 84 85 83,9
Rata-
Rata-rata 85 83 84 85 86 86 76 86
Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Tanjung Balai Karimun dalam
Karimun Dalam Angka (2002) s.d. Karimun Dalam Angka (2012)
Tabel 2.14
2.14. Kecepatan Angin di Kabupaten Karimun selama Tahun 2001-
2001-2011
AL
Maret 5 4 5 5 4 3 5 3 16 Utara
April 5 4 3 3 4 5 5 3 17 Utara
Mei 5 4 3 2 5 5 5 4 15 Timur Laut
TI
Juni 4 3 4 2 4 6 4 5 17 Selatan
Juli 5 4 3 5 4 5 3 3 15 Selatan
EN
Agustus 5 4 4 5 6 6 3 4 15 Timur Laut
September 5 3 2 5 3 3 3 6 12 Timur Laut
Oktober 5 3 3 4 4 3 3 3 11 Barat Daya
November
Desember
5
5
4
5
2
5
4
6
2
4
D 4
5
6
6
7
4
16
15
Barat
Utara
FI
Rata-
Rata-Rata 5 4 3 4 4 5 4 4
Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Tanjung Balai Karimun dalam
N
Tabel 2.15
2.15. Penyinaran Matahari di Kabupaten Karimun selama Tahun 2001-
2001-2011
Penyinaran Matahari
Bulan Rata-
Rata-Rata
C
Pebruari 58 53 76 88 75 84 66 77 72
Maret 70 69 64 70 57 49 64 52 62
April 51 58 75 70 50 55 67 63 61
PY
Mei 49 73 64 48 44 46 59 55 55
Juni 55 58 71 57 49 53 45 46 54
Juli 63 48 61 57 33 45 37 64 51
O
Agustus 44 58 64 51 48 47 46 56 52
September 55 42 63 53 56 46 49 42 51
C
Oktober 47 56 59 42 45 50 42 51 49
November 54 52 58 40 32 43 45 52 47
Desember 51 38 51 51 52 48 47 39 47
Rata-rata 56 55 62 57 49 53 52 53
Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Tanjung Balai Karimun dalam
Karimun Dalam Angka (2002) s.d. Karimun Dalam Angka (2012)
Tabel 2.16
2.16. Curah Hujan di Kabupaten Karimun selama Tahun 2001-
2001-2011
Curah Hujan
Bulan
2001 2003 2004 2005 2007 2008 2010 2011
Januari 224,3 139,5 272,9 129,5 263,3 30,7 129,6 229,6
Pebruari 87,8 241,1 31,8 9,5 107,8 76,2 32,5 41,0
Maret 165,4 68 297,4 136,6 52,7 128,1 102,1 180,7
AL
April 333,9 280,8 167,9 266,5 223,2 330,4 245,2 184,5
Mei 341,4 82,8 323,3 369,3 256,7 152 196,2 247,2
Juni 85,6 187 78,3 133 193,8 141,5 170,3 152,8
TI
Juli 376,0 289,4 78,3 251,8 197,1 180,3 350,5 165,1
Agustus 269,8 320,3 131,1 252,4 292,4 499,1 424,5 317,7
EN
September 264,5 267,2 79,5 220,8 418,9 287,1 167,9 382,0
Oktober 369,0 459,4 191,7 552,0 262,7 509,3 125,1 229,9
November 240,2 290,2 210,7 375,0 296,2 255,0 260,5 161,4
Desember 370,0 229,6 103,4 101,4 155,6 175,0 120,5 567,8
Rata-
Rata-rata 238,6 237,9 163,8
D
233,2 226,7 230,4 193,7 238,3
FI
Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Tanjung Balai Karimun dalam
Karimun Dalam Angka (2002) s.d. Karimun Dalam Angka (2012)
N
Kegiatan konstruksi dan operasional PT. Soma Daya Utama akan mempengaruhi
O
kualitas udara dan tingkat kebisingan di lokasi tersebut. Pada studi AMDAL
PLTU PT. Soma Daya Utama akan dilakukan pengambilan contoh kualitas udara
C
ANDAL.
PY
c. Morfologi, Geologi,
Geologi, dan Topografi
Morfologi
O
AL
b) Susunan Morfologi Perbukitan Bergelombang Lemah-Terjal (25-437 m)
Bentang alam perbukitan bergelombang lemah – sedang memiliki
TI
penghamparan cukup luas, yaitu pada bagian Barat dan Timur pulau.
Batuan penyusun morfologi ini terutama material-material hasil lapukan
EN
dan rombakan dari granit yang terakumulasi pada lembah antar bukit dan
dataran pantai. Sedangkan morfologi bergelombang sedang – terjal
umumnya dijumpai pada bagian Utara pulau. Kenampakannya dicirikan
D
dengan tonjolan-tonjolan yang memiliki ketinggian yang kontras dengan
FI
daerah sekitarnya, sebagai contoh Gunung Jantan dan Gunung Betina.
Aliran sungai yang pendek dan bersifat musiman banyak dijumpai pada
N
daerah ini. Batuan penyusun morfologi seperti ini sebagian besar adalah
granit padu.
O
C
Secara umum sedimen dasar laut Kepulauan Riau didominasi oleh pasir
kuarsa berukuran sedang hingga kerikil yang berasal dari darat dan pasir
&
PLTU PT. Soma Daya Utama secara umum berupa satuan morfologi agak
curam dengan kemiringan lereng antara 20 – 60%. Foto kondisi morfologi
O
lokasi rencana PLTU PT. Soma Daya Utama disajikan pada Gambar 2.21
2.21.
21
C
AL
TI
EN
D
FI
N
Gambar 2.21
2.21.
21. Kondisi Morfologi Lokasi Rencana Pembangunan PLTU PT. Soma Daya Utama
O
dan Sekitarnya; (Atas) Lokasi Rencana Pembangunan PLTU, (Bawah) Lahan PT. PELINDO
C
Tenggara lempeng benua Eurasia, dan merupakan hasil dari proses tektonik
mesozoikum. Batuan tertua yang membentuk daerah ini adalah Formasi
PY
Malang yang terdiri kelompok batuan gunung api riodasitik, serpih hornfels,
batu pasir, rijang, konglomerat dan batu gamping. Tingkat kelulusannya
beragam diperkirakan dari sedang hingga kedap air. Umur dari formasi ini
O
Komplek Merak, merupakan kelompok batuan beku intrusi, terdiri dari gabro
meta hornblende, ampibolit dan sekis horblende. Umumnya bersifat kedap
air, diperkirakan berumur trias akhir – tengah. Batuan intrusi ini tersingkap
secara setempat di Pulau Merak.
Satuan Granit Karimun adalah batuan intrusi pluton granit yang lebih dari
60% daerah Karimun, diperkirakan terbentuk pada kala trias akhir – tengah,
dengan hasil pelapukan berupa kasiterit, fluorit, aplit, dan pegmatit serta
AL
urat kuarsa. Satuan granit membentuk morfologi perbukitan dengan
topografi yang terjal. Batuan dalam keadaan segar, kompak, masif, keras
dan pejal, umumnya berkelulusan rendah hingga kedap air. Lapisan
TI
pembawa air di satuan ini diperkirakan hadir pada zona-zona pelapukan dan
rekahan, sehingga peresapan dan akumulasi air tanah masih mungkin bisa
EN
diharapkan dalam jumlah terbatas.
D
muda, berumur Kuarter hingga Resen berupa material-material bersifat
FI
lepas hingga semi padu dari hasil penyusun lainnya yang terdiri dari
lempung, lanau, kerikil, terumbu koral, gambut dan sisa-sisa tumbuhan.
N
Pada endapan Alluvium ini terkandung pula bijih timah yang menempati
daerah pantai yang sempit. Dari segi hidrologi material pasir berbutir kasar
O
– halus lapukan granit tersebut bersifat lulus air. Peta geologi P. Karimun
C
Topografi
Berdasarkan hasil pemetaan kondisi topografi oleh PT. Indopower
International pada dokumen FS PT. Soma Daya Utama, didapatkan informasi
PY
Gambar
Gambar 2.22
2.22.
22. Lokasi PLTU PT. SOMA DAYA UTAMA di Peta Geologi P. Karimun
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
Gambar 2.23
2.23.
23. Peta Topografi Lokasi Rencana Kegiatan PLTU PT. Soma Daya Utama
(diambil dari Buku III FS Drawing)
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
struktur ini dapat menjadi akuifer untuk air tanah di daerah ini. Untuk
pemboran-dalam, diperkirakan akuifer (lapisan pembawa air) berupa granit
Karimun dengan akuifer dari sistem rekahan.
TI
Kualitas Air Tanah
EN
Secara umum kedalaman muka air bawah tanah dangkal (sumur penduduk
Desa Pangke) pada musim hujan berkisar antara 1 - 1,5 m dari permukaan
tanah. Sedangkan pada musim kemarau permukaan air tanah bisa turun
D
mencapai 2 - 2,5 meter. Air tanah di P. Karimun Besar banyak dimanfaatkan
FI
oleh masyarakat sebagai sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari.
Disamping itu, air tanah juga digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air
N
industri melalui pembuatan sumur, baik sumur dangkal maupun sumur dalam.
O
Kegiatan PLTU PT. Soma Daya Utama menghasilkan air limbah yang
C
berpotensi mencemari air tanah, untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap
kualitas air tanah di sumur masyarakat Pantai Pelawan saat ini. Pada studi
&
AMDAL PLTU PT. Soma Daya Utama akan dilakukan pengambilan contoh
air tanah di permukiman penduduk Pantai Pelawan, data akan disajikan pada
dokumen ANDAL.
PY
e. Hidro-
Hidro-Oseanografi dan Kualitas Air Laut
O
Jawa di bagian Selatan. Pada bagian Barat pulau ini terdapat Pulau Sumatera
sedangkan di bagian Utaranya terdapat perairan Selat Malaka dan Laut
Andaman. Letak ini menggambarkan kondisi hidrooceanografi utama yang
berpengaruh berasal dari perairan Laut Cina Selatan.
Bathimetri
AL
umumnya daerah pulau-pulau kecil tidak memiliki sungai besar yang dapat
memberikan masukan air tawar ke perairan (laut).
TI
Kepulauan Riau (P. Karimun dan sekitarnya) termasuk dalam wilayah yang
landai (Paparan Sunda) dengan kedalaman rata-rata kurang dari 100 m.
EN
Kondisi ini menyebabkan perambatan massa air relatif kecil. Pergerakan
massa air maksimum terjadi saat angin bergerak ke arah Utara (Bulan
Agustus) dibandingkan dengan pergerakkan massa air dominan, juga
D
dipengaruhi oleh angin sebagai fungsi fetch. Fetch merupakan jarak (luas)
FI
yang ditempuh dalam pergerakan angin tanpa hambatan. Pantai Pelawan,
dimana PT. Soma Daya Utama akan membangun jetty memiliki kedalaman
N
laut yang rendah, yaitu antara 0 s.d -15 meter dpl. Peta bathimetri perairan
di sekitar lokasi rencana jetty PT. Soma Daya Utama telah disajikan di
O
Arus Laut
&
Arus laut adalah gerakan horizontal massa air laut yang disebabkan oleh
gaya penggerak yang bekerja pada air laut seperti stress angin, gradient
PY
OCEAN CURRENT
CURRENT RELATED
CURRENTS CAUSED CURRENTS CAUSED
TO DENSITY TIDAL CURRENT
BY SURFACE WAVES BY WIND STRESS
DISTRIBUTION
AL
ROTATING REVERSING “HYDRAULIC”
TI
DEEP WATER SHALLOW WATER
EN
MASS TRANSPORT
D
FI
ON SHORE LONG SHORE RIP
N
Gambar 2.24
2.24.
24. Klasifikasi Arus Laut
O
Arus laut di lokasi studi memiliki potensi dibentuk akibat keempat gaya
C
penggerak tersebut. Data sekunder arus laut dirujuk dari dokumen AMDAL
kegiatan oiltanking PT. Geometra (2010) yang lokasi studinya juga di
&
arus laut adalah 0,46 m/s dengan nilai maksimum arus laut 1,29 m/s. Gambar
2.25 memperlihatkan plotting arah dan magnitude kecepatan arus laut pada
2.25
O
AL
TI
EN
25. Plotting Arah dan Magnitude Arus Laut di Perairan Pangke – Meral
Gambar 2.25
2.25.
D
pada Tanggal 18 Maret 2010 (Sumber: AMDAL PT. Geometra, 2010)
FI
Berdasarkan hasil plotting dari data-data pengukuran arus laut diperoleh
informasi pada saat pasang arah arus laut cenderung ke arah Barat Daya
N
dan pada saat surut arah arus laut menuju ke arah Timur Laut.
O
Pasang Surut
C
Tabel 2.1
2.17. Komponen Pasang Surut di Perairan Sekitar Lokasi Tapak Proyek
O
Dumai 84 52 23 13 0,26
Bengkalis 76 36 26 6 0,29
Singapura 80 33 28 29 0,50
AL
Data pada Tabel 2.1
2.17 tersebut menunjukkan bahwa pasut di perairan Barat
Karimun Besar bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Hal ini
TI
dapat dilihat dari bilangan Formzahl di stasiun Pasir Panjang (Karimun
Besar) yang bernilai 0,38. Perairan di sebelah Barat Laut (terletak di Selat
EN
Malaka) juga bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol, seperti
yang ditunjukkan oleh stasiun di Dumai dan Bengkalis. Bilangan Formzahl di
kedua stasiun ini berturut-turut bernilai 0,26 dan 0,29. Demikian pula tipe
D
pasut di perairan stasiun Batu Ampar, Singapura, dan Kuala Lajau (di Muara
Indragiri), bernilai secara berturut-turut 0,54, 0,50, dan 1,12.
FI
Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi
N
Diurnal) merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
O
dalam sehari, tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda.
C
Gambar 2.26
2.26 memperlihatkan grafik pasang surut pada tanggal 1 April 2010.
C
AL
TI
EN
Gambar 2.2
2.26. Grafik Pasang Surut di Perairan Pangke – Meral
D
pada Tanggal 1 Maret 2010 (Sumber: AMDAL PT. Geometra, 2010)
FI
Gelombang Laut
N
rencana PLTU PT. Soma Daya Utama merambat dari Utara (yaitu pada
Bulan Desember sampai Januari), sedangkan dari Selatan dapat dikatakan
C
karena itu analisis kualitas air laut untuk mengetahui kualitas air laut saat ini
sangat penting dilakukan. Pada studi AMDAL PLTU PT. Soma Daya Utama
akan dilakukan pengambilan contoh kualitas air laut di perairan Pantai
Pelawan, data akan disajikan pada dokumen ANDAL.
AL
a. Listrik
Pola jaringan listrik di Kabupaten Karimun mengikuti pola jaringan jalan
TI
eksisting. Jaringan tersebut terdiri atas jaringan tegangan menengah dan
tegangan tinggi. Kebutuhan listrik di Kabupaten Karimun dipenuhi oleh PT.
EN
Perusahaan Listrik Negara (Persero), sementara belum semua ilayah di
Kabupaten Karimn telah tersambung dengan jaringan PLN. Pada tahun 2008
pasokan listrik di Kabupaten Karimun hanya 49.944.600 KWH, sementara
Tabel
Tabel 2.1
2.18. Jumlah Pelanggan dan Daya Tersambung menurut Unit di Kabupaten Karimun
Tahun 2008
(KWH)
Ranting TBK
C
AL
Durai 312 280.450
Pulau Jang 243 192.700
TI
Keban 144 116.050
Teluk Radang 677 692.550
Penarah 226 213.400
EN
JUMLAH 2008 29.573 49.944.600
JUMLAH 2007 28.821 48.764.800
JUMLAH 2006 28.787 58.639.350
JUMLAH 2005
Sumber:
D 28.701 47.898.400
FI
PLN Cabang Tanjung Pinang dalam Buku RTRW Kab. Karimun 2011-2031
N
Rencana pengembangan sistem energi listrik disusun sebagai bagian dari upaya
untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan listrik bagi kegiatan
O
PLN di Kabupaten Karimun berasal dari 2 unit, yaitu Ranting Tanjung Balai dan
Ranting Tanjung Batu. Berdasarkan standar SNI, maka prediksi kebutuhan
PY
energi listrik untuk wilayah Kabupaten Karimun sampai akhir tahun perencanaan
(2030) adalah 177.504 KVA (177,51 MW) (Sumber: RTRW Kabupaten Karimun
O
Tabel 2.1
2.19. Rencana Kebutuhan Listrik Kabupaten Karimun pada Tahun 2030
AL
TI
EN
Sumber:
Buku RTRW Kab. Karimun 2011-2031
D
FI
Pada saat ini Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau bersama dengan Pemerintah
Kabupaten Karimun membantu PLN untuk menyewa PLTD Berbahan Bakar
N
Marine Fuel Oil (MFO) yang berkapasitas 1 x 5 MW. Selain itu, tambahan daya
listrik diusulkan diambil dari jalur transmisi tegangan tinggi (30 KV) milik PT.
O
Aneka Tambang dari PLTU Peranap. Bagi keperluan penambahan daya ke Pulau
C
Karimun ini, jalur kabel listrik bawah laut perlu terlebih dulu dinaikkan ke Pulau
Karimun dan dibantu Gardu Induk baru di lokasi Semamal (berdekatan dengan
&
Selain itu juga dilakukan pembangunan PLTU Bukit Jantan Power dan PLTU di
Pulau Kundur bagi penambahan pasokan listrik di Kabupaten Karimun (Sumber:
RTRW Kabupaten Karimun 2011-2031).
O
sebagai berikut:
1) Rencana pengembangan jaringan listrik yang mengikuti rencana
pengembangan jaringan jalan dan disarankan untuk menggunakan sistem
jaringan bawah tanah dengan pertimbangan keamanan dan kenyamanan.
AL
Tenaga Surya.
(Sumber: RTRW Kabupaten Karimun 2011-2031)
TI
Pengembangan jaringan prasarana listrik di Kabupaten Karimun dilakukan
melalui:
EN
1) Pengembangan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang berada di
Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas; dan
2) Pengembangan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) di luar Kawasan
D
Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas.
FI
(Sumber: RTRW Kabupaten Karimun 2011-2031)
N
dan Kecamatan Moro. Pada Gambar 2.27 disajikan rencana jaringan listrik
C
2011-
Gambar 2.27. Rencana Jaringan Listrik Kabupaten Karimun 2011-2031 berdasarkan RTRW
Kabupaten Karimun 2011-
2011-2031
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
b. Transportasi Darat
Pembangunan sektor perhubungan mempunyai fungsi yang sangat penting untuk
memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen, serta mobilitas
manusia di seluruh daerah, terutama pada daerah pusat-pusat pengembangan
dan produksi. Pola jaringan jalan utama di P. Karimun Besar pada dasarnya
AL
adalah berbentuk koridor linier yang menghubungkan Kawasan Utara dan
Selatan (Pasir Panjang – Tanjung Balai Karimun). Namun saat ini telah terjadi
pergeseran pola jalan dari arah yang linier, menjadi berpola konsentris seiring
TI
dengan meningkatnya perkembangan pembangunan di kawasan pesisir bagian
Barat-Timur P. Karimun Besar. Adapun klasifikasi jalan yang ada di Kabupaten
EN
Karimun adalah sebagai berikut:
Jalan Kolektor Primer 1 (jalan nasional yang berada di P. Karimun Besar).
Jalan Kolektor Primer 2 (jalan provinsi)
D
Jalan Kolektor Primer 3 (jalan kabupaten)
FI
Jalan Lokal Primer (jalan kecamatan)
N
Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan jalan yang ada di Kabupaten Karimun
dapat dilihat pada Tabel 2.20
2.20.
20 Peta jaringan jalan Kabupaten Karimun disajikan
O
Tabel 2.20
2.20.
20. Panjang Jalan Kabupaten Menurut Fungsi Jalan per Kecamatan
&
c. Transportasi Laut
Aksesibilitas Kabupaten Karimun, baik lingkup internal maupun eksternal, untuk
saat ini hanya dimungkinkan melalui sistem transportasi laut dengan prasarana
transportasi laut berupa pelabuhan dan dermaga. Pelabuhan yang dapat
berhubungan langsung dengan negara lain adalah Pelabuhan Tanjung Balai
Karimun (di P. Karimun Besar) dan Pelabuhan Tanjung Batu (di P. Kundur),
AL
sedangkan pelabuhan lain merupakan pelabuhan pengumpan. Di P. Karimun
Besar, selain Pelabuhan Tanjung Balai Karimun juga terdapat transportasi laut
lokal, khusus di Kecamatan Meral terdapat Pelabuhan Parit Rampak yang
TI
tergolong Pelabuhan Utama Tersier (PUT) yang mengangkut penumpang dan
barang.
EN
Pulau Karimun juga berperan penting sebagai area labuh kapal, selain itu juga
berperan sebagai asset ruang kelautan untuk kepentingan air muatan dari kapal
D
ke kapal (Ship to Ship Transfer/SST). Kawasan ini difungsikan sebagai kawasan
FI
tempat kapal-kapal dengan kapasitas besar yang tidak dapat bersandar tetap
untuk melakukan bongkar muat barang di sisi perairan sehingga mengurangi
N
perairan P. Karimun juga terdapat kawasan khusus kapal rusak atau mati yang
C
dilengkapi dengan docking kapal. Kawasan kapal rusak atau mati di Kabupaten
Karimun terletak di bagian Selatan dan Barat Pulau Karimun. Kawasan tersebut
&
berada pada kawasan perairan yang dalam sehingga tidak mengganggu alur
serta rute pelayaran yang ada. Untuk lebih jelasnya pada Gambar 2.29
2.29 disajikan
peta rencana pola ruang laut berdasarkan RTRW Kabupaten Karimun 2011-
PY
2031.
O
C
Gambar 2.28
2.28. Peta Jaringan Jalan Kabupaten Karimun
(dibuat dari album peta RTRW Kab. Karimun 2011-
2011-2031)
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
Gambar 2.29
2.29. Peta Rencana Pola Ruang
Ruang Laut Kab. Karimun 2011-
2011-2031
(dibuat dari album peta RTRW Kab. Karimun 2011-
2011-2031)
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
Tabel 2.2
2.21. Jenis Flora Darat yang Terdapat di Lokasi Rencana Pembangunan PLTU PT.
Soma Daya Utama dan Sekitarnya
TI
NO. NAMA DAERAH NAMA LATIN SUKU KET.
EN
1. Jambu air Eugenia aquatic Myrtaceae TB
2. Kelapa Cocos nucifera Arecaceae TB
3. Kembang kepatu Hibiscus rosa-sinensis Malvaceae TH
4.
5.
Kumis kucing
Lengkuas merah Alpinia purpurata D
Orthosiphon stamineus Lamiaceae
Zingiberaceae
TO
TO
FI
6. Mangga Mangifera indica Anacardiaceae TB
7. Pepaya Carica papaya Caricaceae TB
Durian Durio zibethinus Bombaccaceae TB
N
8.
9. Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae TO
10. Putri malu Mimosa pudica Mimosaceae TL
O
18.
19. Waru Hibiscus tiliaceus Malvaceae TP
20. Kaktus Opuntia sp. Cactaceae TH
21. Lidah buaya Aloe vera Liliaceae TO
O
AL
36. Kantung semar Nepenthes sp. Nepenthaceae TL
37. Bakau Rhizopora sp. Rhizoporaceae TP
38. Api-Api Avicennia sp. Acanthaceae TP
TI
Sumber: Hasil pengamatan langsung pada saat pra-survei
Keterangan:
TH = Tanaman Hias, TO = Tanaman Obat, TB = Tanaman Buah, TP = Tanaman Pelindung, TL =
EN
Tumbuhan Liar.
b. Fauna Darat
D
Berdasarkan hasil inventarisasi (pengamatan, wawancara, dan pengumpulan
data sekunder) pada saat pra-survei didapatkan jenis-jenis fauna yang ada di
FI
lokasi rencana PLTU PT. Soma Daya Utama dan di permukiman Pantai Pelawan.
Data jenis fauna darat (fauna terrestrial) pada lokasi studi disajikan pada Tabel
N
2.2
2.22. Fauna darat tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok mamalia, reptil,
O
aves, amphibian dan insekta, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi..
C
Tabel 2.2
2.22. Jenis Fauna Darat yang Terdapat di Lokasi Rencana PLTU PT. Soma Daya
Utama dan Daerah Sekitarnya
&
MAMALIA :
PY
*
1. Musang Paradoxurus sp IM & DS
*
2. Tupai Tanah Tupaia sp DS
*
3. Tikus Rattus sp. KL & DS
*
Kera Ekor Panjang Macaca fascicularis
O
4. IM & DS
*
5. Kalong Pteropus vampyrus DS
*
C
3. Crocok Pycnonotus* DS
4. Walet serang-hitam Collocalia maxima DS
5. Walet sapi Collocalia esculenta DS
*
6. Murai/Kucica kampong Copsychus saularis DS
*
7. Pelatuk Celeus branchyurus DS
AL
*
8. Prinjak Prinia familiaris DS
*
9. Elang Spilornis sp. KL
Elang hitam Ictinaetus malayensis
TI
10. DS
11. Elang-ikan kepala-kelabu Ichthyophaga ichthyaetus KL
*
12. Punai gading Treron vernans IM & DS
EN
13. Burung hantu Bubo sumatrana** IM & DS
14. Beluk ketupa Ketupa ketupu DS
15. Manyar tempua Ploceus philippinus** DS
16.
17.
Burung gereja
Tiong emas D
Passer montanus
Gracula religiosa
* KL
DS
FI
18. Srigunting bukit Dirurus remifer DS
19. Layang-layang batu Hirundo tahitica KL
Layang-layang polos Hirundo concolor DS
N
20.
REPTILIA:
O
5. IM & DS
*
6. Cecak Hemidactylus frenatus KL
7. Tokek Gecko gecko* IM & DS
PY
AMPHIBIA:
1. Katak Rana campesis IM & DS
2. Kodok Bufo asper* KL
O
INSEKTA:
*
1. Lalat Muscidae KL
C
*
2. Tawon Verspidae IM & DS
*
3. Belalang Locusta sp. DS
4. Rayap Mecrotermes sp. * KL
*
5. Ngengat Xylocopa sp KL
*
6. Kumbang daun Coccinellidae DS
7. Kunang Lamphiridae* DS
*
8. Nyamuk Culicidae KL
*
9. Semut Formicidae KL
*
10. Capung hijau Aeshinidae DS
*
11. Kupu-kupu 1 Lycaenidae DS
AL
*
12. Kupu-kupu 2 Nymphalidae KL
*
13. Kupu-kupu 3 Satridae DS
TI
Keterangan:
** = dilindungi, * = tidak dilindungi,
IM = Informasi masyarakat, KL = Kenampakkan langsung, DS = Data sekunder
EN
c. Biota Akuatik
Lokasi rencana PLTU PT. Soma Daya Utama sangat berdekatan dengan laut.
D
PT. Soma Daya Utama berencana membangun TUKS untuk keperluan bongkar
FI
muat batubara, selain itu PLTU juga menggunakan air laut pada boilernya;
dengan demikian kegiatan PLTU PT. Soma Daya Utama akan sangat
N
mempengaruhi biota akuatik di perairan pesisir Pantai Pelawan. Biota laut yang
dikaji pada studi ini meliputi plankton, benthos, dan nekton.
O
C
Plankton
Plankton
Plankton merupakan mikroorganisme air yang hidup melayang mengikuti
&
arus dan gerakan air. Plankton dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
fitoplankton dan zooplankton. Dalam ekosistem perairan, fitoplankton
PY
Benthos
Benthos adalah biota air yang hidup menempel, merayap dan membuat
lubang di dasar suatu perairan. Kelompok ini hidup di dasar perairan mulai
dari garis pasang-surut (pasut) sampai dasar abisal (daerah di dalam laut
yang sudah tidak mendapatkan cahaya matahari dan terus menerus dalam
keadaan gelap (afotik) dengan kedalaman antara 4000 – 6000 m).
AL
Komposisi dan kepadatan benthos sangat ditentukan oleh kondisi fisik-
kimia-biologi suatu perairan, khususnya substrat dasar. Organisme benthos
TI
pada umumnya memiliki ukuran tubuh cukup besar sehingga mudah diamati,
pergerakan lambat, serta dapat memberikan respon terhadap perubahan
EN
kualitas suatu perairan. Berkaitan dengan hal ini organisme benthos sering
digunakan sebagai indikator biologis terhadap pencemaran suatu badan air.
Dalam studi AMDAL ini akan dilakukan pengambilan contoh dan analisis
makrozooenthos; hasil
D
identifikasi dan analisis struktur komunitas
FI
makrozoobenthos akan disajikan pada dokumen ANDAL.
N
Nekton
Nekton merupakan biota perairan yang memiliki kemampuan gerak melawan
O
arus, nekton antara lain mencakup jenis-jenis ikan, chepalopoda (cumi dan
C
IKAN
Mugil sp.
O
AL
15. Kurau Polynemus indicus IM & DS
16. Lundu Macroness IM & DS
17. Manjung Arius thallasinus IM & DS
TI
18. Parang-parang Chirocentrus dorab IM & DS
19. Pari Dasyatis sp. DS
EN
20. Perepek Leiognathus brivorotris DS
21. Pisang-pisang Caesio pisang DS
22. Puput Pollona ditchoa DS
23. Selangat Leiognathus brevirostris DS
24.
25.
Selar
Sembilang Arius canius D
Selaroides leptholepsis IM & DS
IM & DS
FI
26. Senunggang Arius sp. DS
27. Talang-talang Chorinemus tol DS
N
CRUSTACEA
Rencana PLTU PT. Soma Daya Utama berlokasi di Desa Pangke Barat Kecamatan
Meral Barat (sebelum pemekaran Januari 2013 berupakan bagian dari Desa Pangke
AL
Kecamatan Meral). Data-data sekunder terkait geografis wilayah, sosial-ekonomi-
budaya, dan kesehatan masyarakat yang dicantumkan pada dokumen KA-ANDAL
TI
ini mengacu pada Data Profil Kecamatan Meral Barat yang didapat dari Kantor
Kecamatan Meral Barat (per Juni 2013), data terbaru dari Buku Laporan Puskemas
EN
Meral 2012 (yang diperoleh bulan Maret 2013), serta publikasi terbaru Badan Pusat
Statistik (Kecamatan Meral dalam Angka 2012 dan Kabupaten Karimun dalam
Angka 2012). Beberapa data yang tidak tersedia di tingkat kecamatan menggunakan
data di tingkat kabupaten.
D
FI
a. Jumlah Penduduk,
Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk
Wilayah Kecamatan Meral Barat terdiri dari pulau-pulau dengan penyebaran
N
penduduk kurang merata. Kecamatan Meral Barat terdiri dari 2 kelurahan dan 2
O
desa, yaitu: Desa Pangke, Desa Pangke Barat, Kelurahan Pasir Panjang, dan
2
Kelurahan Darussalam. Kecamatan Meral Barat memiliki luas 403,27 km .
C
Jumlah penduduk Kecamatan Meral Barat per April 2013 adalah 12.666 jiwa;
2
dengan luas wilayah 403,27 km , maka kepadatan penduduk adalah 32,41
PY
2
jiwa/km . Jumlah penduduk Desa Pangke per tahun April 2013 adalah 2.724
jiwa, atau sekitar 21.51% dari jumlah penduduk Kecamatan Meral Barat
(Sumber: Profil Kecamatan Meral Barat).
O
Jumlah penduduk laki-laki di Kec. Meral Barat per April 2013 adalah 6.742 jiwa
C
dan jumlah penduduk perempuannya adalah 5.924 jiwa, sehingga rasio jenis
kelaminnya adalah 114 atau dapat dikatakan hampir seimbang (Sumber: Profil
Kecamatan Meral Barat). Jumlah penduduk laki-laki di Desa Pangke per April
2013 adalah 1.400 jiwa dan jumlah penduduk perempuannya adalah 1.324,
sehingga rasio jenis kelaminnya adalah 106 (Sumber: Profil Kecamatan Meral
Barat). Data jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Meral Barat
disajikan pada Tabel 2.2
2.24.
Tabel 2.24
.24. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kec. Meral Barat
AL
1. Kelurahan Pasir Panjang 2269 2011 4280 113
2. Kelurahan Darussalam 2018 1598 3616 126
3. Desa Pangke 1400 1324 2724 106
TI
4. Desa Pangke Barat 1055 991 2046 106
Kec. Meral Barat 6.742 5.924 12.666 114
EN
Sumber:
Profil Kecamatan Meral Barat (Data per April 2013)
Tabel 2.2
2.25. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kab. Karimun pada Tahun 2011
AL
70 – 74 1.408 1.340 2.748
75+ 1.067 1.261 2.328
TI
JUMLAH TOTAL 114.476 108.924 223.397
Sumber:
Kabupaten Karimun dalam Angka (2012). Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karimun.
EN
c. Ketenagakerjaan
Sebagian besar masyarakat Kabupaten Karimun bekerja di sektor perdagangan,
D
pertanian, dan jasa. Data persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang
bekerja menurut lapangan usahanya disajikan pada Tabel 2.2
2.26. Pencari kerja
FI
yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Karimun pada tahun 2011
adalah 1.404 orang, sebagian besar dari mereka adalah lulusan SLTA (Sumber:
N
Kabupaten Karimun dalam Angka 2012). Data pencari kerja menurut tingkat
O
Potensi sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Karimun dapat diserap
&
oleh industri yang ada di Kabupaten Karimun, antara lain oleh PLTU PT. Soma
Daya Utama. Dengan semakin berkembangnya kegiatan industri di Kabupaten
PY
Tabel 2.2
2.26. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Usaha di Kabupaten Karimun pada Tahun 2007 – 2011
PERSENTASE (%)
NO. LAPANGAN USAHA
2007 2008 2009 2010 2011
1. Pertanian 30,13 23,32 30,08 31,79 24,33
2. Pertambangan 5,22 4,74 2,13 4,24 4,51
3. Industri 8,60 5,62 5,42 2,72 6,29
AL
4. Listrik, Gas, dan Air 0,38 0,72 0,68 0,50 0,52
5. Konstruksi 9,08 12,96 10,06 12,03 10,64
6. Perdagangan 17.47 26,01 23,81 18,12 24,98
TI
7. Angkutan dan Komunikasi 8,41 9,42 6,89 5,81 7,13
8. Keuangan 1,01 0,71 1,07 0,63 0,39
EN
9. Jasa 19.46 16,37 18,74 20,10 21,01
10. Lainnya 0,23 0,25 1,12 4,04 0,30
JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber:
D
Kabupaten Karimun dalam Angka (2012). Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karimun.
FI
N
Tabel 2.2
2.27. Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten
Karimun pada Tahun 2007 – 2011
O
1. Tidak Tamat SD - - 1 8 2
2. SD 202 27 22 78 21
&
8. S2/S3 - - - - -
JUMLAH 4.526 1.268 965 1.534 1.404
C
Sumber:
Kabupaten Karimun dalam Angka (2012). Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karimun.
AL
Tabel 2.2
2.28. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha pada Tahun 2009 – 2011 (Juta Rp)
TI
1. Pertanian 1.040.534,44 1.144.256,47 1.247.207,74
EN
2. Pertambangan dan Penggalian 281.437,62 304.130,90 343.032,16
3. Industri Pengolahan 325.555,42 373.663,64 444.291,09
4. Listrik dan Air Bersih 12.851,57 14.621,60 16.252,45
5.
6.
Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran D 319.872,91
1.006.745,12
395.420,95
1.134.781,45
472.982,99
1.273.039,78
FI
7. Pengangkutan dan Komunikasi 514.120,32 565.032,99 619.603,84
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa 120.576,39 134.321,71 150.481,41
N
9. Jasa-Jasa 197.301,17 221.510,61 246.769,60
PDRB TOTAL 3.818.994,98 4.287.740,28 4.813.661,06
O
Sumber:
Kabupaten Karimun dalam Angka (2012). Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karimun.
C
e. Sarana Perekonomian
&
Tabel 2.29.
29. Jumlah Sarana Perekonomian per Kelurahan/Desa di Kec. Meral Barat Tahun
2011
DESA/KELURAHAN
JENIS SARANA
NO. PASIR PANGKE DAN
PEREKONOMIAN DARUSSALAM
PANJANG PANGKE BARAT
1. Koperasi 7 - -
2. Bank - - -
AL
3. Lumbung Desa - - -
4. Mini Market - - -
5. Pasar Swalayan - - -
TI
6. Toko/Warung/Kios 20 75 28
7. Terminal Bus - - -
EN
8. Pelabuhan Laut - - -
9. Telepon Umum - - -
10. Wartel 1 1 1
11. Kantor Pos/Kantor Pos Pembantu - - -
Sumber:
D
Kecamatan Meral dalam Angka (2012) dan Kecamatan Tebing dalam Angka (2012). Publikasi Badan
FI
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karimun.
N
f. Sarana Sosial
Sarana sosial di Kecamatan Meral Barat masih belum memadai, khususnya
O
sarana pendidikan. Pada tahun 2011, Kecamatan Meral Barat baru mempunyai 6
TK Swasta, 4 SD/MI Negeri, 1 SD Swasta, dan 2 SMP/MTs Negeri. Untuk Desa
C
Pangke dan Pangke Barat sarana pendidikan yang ada hanya ada 1 TK Swasta,
1 SD/MI Negeri, dan 1 SMP/MTs Negeri. Data sarana pendidikan formal yang
&
Tabel 2.30
.30. Sarana Pendidikan Formal per Desa/Kelurahan di Kec. Meral Barat Tahun 2011
1. Kel. Darussalam - 2 2 - - - - -
2. Kel. Pasir Panjang - 3 1 1 1 - - -
C
AL
Surau/Musholla, 3 Gereja, dan 3 Klenteng (Sumber: Kecamatan Meral dalam
Angka 2012 dan Kecamatan Tebing dalam Angka 2012). Data komposisi
penduduk Kec. Meral menurut agama disajikan pada Tabel 2.31
.31, dan data rumah
TI
ibadah di Kec. Meral disajikan pada Tabel 2.32
.32.
EN
Tabel 2.31
.31. Komposisi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Meral Barat Tahun 2011
AGAMA
NO. DESA/KELURAHAN
ISLAM KATOLIK PROTESTAN HINDU BUDHA
1. Kel. Darussalam 3.079
D 89 51 - 7
FI
2. Kel. Pasir Panjang 2.626 152 182 2 25
3. Desa Pangke dan Pangke 3.356 1.235 140 - 18
Barat
N
Sumber: Kecamatan Meral dalam Angka (2012) dan Kecamatan Tebing dalam Angka (2013). Publikasi
BPS Kabupaten Karimun.
C
Tabel 2.32
.32. Sarana Rumah Ibadah di Kecamatan Meral Barat Tahun 2011
RUMAH IBADAH
&
NO. DESA/KELURAHAN
MASJID MUSHALLA GEREJA VIHARA KLENTENG
1. Kel. Darussalam 7 4 - - -
PY
JUMLAH 15 11 3 - 3
Sumber: Kecamatan Meral dalam Angka (2012) dan Kecamatan Tebing dalam Angka (2013). Publikasi
C
g. Tingkat Pendidikan
Angka Partisipasi Murni (APM) berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten
Karimun telah cukup baik untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs, namun masih
kurang untuk SMU/MA. Data Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM) berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Karimun
pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.3
2.33.
AL
Tabel 2.3
2.33. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di Kabupaten Karimun Tahun 2011
TI
NO. TINGKAT PENDIDIKAN APK APM
EN
1. Sekolah Dasar/MI/Sederajat 89,91 77,56
2. SLTP/MTs/Sederajat 76,73 71,92
3. SMA/SMK/MA/Sedejarat 63,21 60,72
Sumber:
D
Kabupaten Karimun dalam Angka (2012). Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karimun.
FI
Dilihat dari ijazah tertinggi yang dimiliki penduduk Kabupaten Karimun usia 10
N
tahun ke atas dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten
Karimun cukup baik, dimana 44,37% penduduk usia 10 tahun ke atas telah
O
memiliki ijazah SMP dan atau lebih tinggi. Data rinci mengenai hal ini disajikan
pada Tabel 2.3
2.34.
C
Tabel 2.3
2.34. Prosentasi Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Berdasarkan Ijazah Tertinggi yang
&
i) Keluarga Pra-
ra-Sejahtera
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
AL
minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan, dan
kesehatan. Keluarga pra-sejahtera belum dapat memenuhi salah satu atau
lebih indikator keluarga sejahtera harapan.
TI
ii) Keluarga Sejahtera Tahap I
EN
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologis seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi
dalam keluarga, interaksi
D
dengan lingkungan tempat tinggal dan
FI
transportasi.
N
AL
Jumlah keluarga di Kecamatan Meral adalah 14.288 keluarga. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 6.735 keluarga adalah Keluarga Sejahtera III dan III+ (atau
sekitar 47,14%). Jumlah keluarga Pra-Sejahtera di Kec. Meral hanya 984
TI
keluarga (atau sekitar 6,89%). Data lengkap mengenai hal ini dapat dilihat pada
Tabel 2.35
2.35.
EN
Tabel 2.3
2.35. Banyaknya Keluarga Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Keluarga di Kabupaten
Karimun Tahun 2011
NO. KECAMATAN
PRA-
PRA-
D
KELUARGA SEJAHTERA
FI
SEJAHTERA I II III III+ JUMLAH
1. Moro 363 718 1.036 903 103 3.123
N
2. Durai 239 548 982 327 77 2.173
3. Kundur 132 2.077 5.380 2.213 1.617 11.419
O
dan tata nilai yang tinggi di masyarakat. Untuk mengetahui budaya masyarakat
setempat, agar tidak terjadi benturan dengan kegiatan yang ada di tapak
kegiatan, maka perlu dilakukan observasi ke lokasi kegiatan dan lingkungan
sekitarnya. Berdasarkan hasil observasi lapangan pada saat pra-survei
diketahui bahwa terdapat beragam norma dan tata nilai, serta terdapat
percampuran antar warga yang menciptakan norma dan tata nilai baru di
masyarakat, namun norma dan tata nilai asli tetap dipertahankan dan saling
menghargai. Masyarakat Kabupaten Karimun mayoritas adalah suku melayu,
selain itu juga masyarakat Kabupaten Karimun terdiri dari suku-suku
pendatang, antara lain: Tionghoa, Jawa, dan Minang. Masyarakat setempat dan
pendatang berbaur dengan baik sehingga tidak ada benturan-benturan sosial di
AL
antara mereka, baik antar suku maupun antar agama.
TI
a. Sarana Kesehatan
EN
Sarana kesehatan di Kecamatan Meral Barat belum memadai, yaitu hanya
tersedia 8 posyandu, 3 poliklinik/polindes, 3 pustu, 1 praktek dokter, dan 3
praktek bidan. Di Desa Pangke dan Pangke Barat sarana kesehatan yang ada
Tabel 2.36
.36. Sarana Kesehatan di Kecamatan Meral Barat per Desa/Kelurahan pada Tahun
2011
&
RUMAH
DESA/ POLIKLINIK/ PUSKESMAS/ PRAKTEK PRAKTEK TOKO
POSYANDU SAKIT APOTEK
KELURAHAN POLINDES PUSTU DOKTER BIDAN OBAT
BERSALIN
PY
Darussalam - - 1 1 - 2 - -
Pasir Panjang 3 - 1 1 1 1 - -
Pangke dan 5 - 1 1 - - - -
Pangke Barat
O
JUMLAH 8 - 3 3 1 3 - -
Sumber:
Kecamatan Meral dalam Angka (2012). Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karimun.
C
Tabel 2.37
2.37.
37. Jumlah Tenaga Medis/Kesehatan di Kecamatan Meral pada Tahun 2011
AL
2. Perawat
Umum 13
Gigi 1
TI
3. Bidan 12
4. Apoteker -
EN
JUMLAH 33
Sumber:
Kecamatan Meral dalam Angka (2012). Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karimun.
menggunakan sumur terlindung sebagai sumber air baku atau menampung air
O
hujan. Sebagian besar masyarakat juga sudah memiliki sarana Mandi, Cuci,
Kakus (MCK) yang cukup memadai.
C
Dilihat dari 10 jumlah kasus penyakit terbanyak di Kecamatan Meral pada tahun
&
2011, dua penyakit yang paling banyak diderita masyarakat adalah infeksi akut
lain pada saluran pernapasan bagian atas dan penyakit tekanan darah tinggi.
PY
Tabel 2.38
2.38.
38. Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Kecamatan Meral pada Tahun 2011
C
AL
9. Penyakit pula dan jaringan pengikat 463 1,51
10. Pneumonia 450 1,46
Sumber:
TI
Profil Kesehatan Puskesmas Meral Tahun 2011 (Buku Laporan Puskesmas Meral 2012)
EN
Tabel 2.39
2.39.
39. Proporsi Penemuan Pneumonia Terhadap ISPA Tahun 2011
PERSENTASE
JUMLAH
(%) PNEUMONIA
NO KELURAHAN / DESA
ISPA (Non
1 Meral Kota
Pneumonia)
1.019 D Pneumonia
96
Total
1.115 8,61
FI
2 Baran 4.558 172 4.730 3,64
3 Sungai Raya 786 69 855 8,07
4 Pasir Panjang 765 16 781 2,05
N
Total 7.635
7.635 450 8.085
8.085 5,57
Sumber:
C
Profil Kesehatan Puskesmas Meral Tahun 2011 (Buku Laporan Puskesmas Meral 2012)
Tabel 2.4
2.40. Jumlah Kasus Malaria di Kecamatan Meral pada Tahun 2011
&
1 Meral Kota 15 16 1
2 Baran 9 5 0
3 Sungai Raya 8 5 6
4 Pasir Panjang 5 0 1
O
5 Pangke 6 3 0
6 Luar Daerah 0 3 1
C
Total 43 32 9
Sumber:
Profil Kesehatan Puskesmas Meral Tahun 2011 (Buku Laporan Puskesmas Meral 2012)
Tabel 2.4
2.41. Persentase Kasus Malaria di Kecamatan Meral pada Tahun 2011
JUMLAH / TARGET
CAKUPAN (%)
KASUS PENEMUAN
NO KELURAHAN / DESA
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2010 2011 2010 2011
1 Meral Kota 19 12 25 25 76,00 48,00
2 Baran 8 6 21 21 38,10 28,57
3 Sungai Raya 10 8 14 14 71,43 57,14
AL
4 Pasar Panjang 5 6 7 6 71,43 33,33
5 Pangke 12 5 7 6 171,43 83,33
Total 54 33 74 72 72,97
72,97 45,83
45,83
Sumber:
TI
Profil Kesehatan Puskesmas Meral Tahun 2011 (Buku Laporan Puskesmas Meral 2012)
Tabel 2.4
2.42. Persentase Rumah yang Diperiksa Jentik Tahun 2011
EN
JUMLAH RUMAH PERSENTASE
Angka
KELURAHAN / House
NO Jentik Bebas
DESA Ada Diperiksa Diperiksa Index
82 8,32
(HI)
26,80
Jentik
(ABJ)
73,20
FI
2 Baran 3.464 239 66 6,90 27,62 72,38
3 Sungai Raya 1.889 75 63 3,97 84,00 16,00
N
4 Pasir Panjang 1.061 43 23 4,05 53,49 46,51
5 Pangke 1.162 0 0 0,00 0,00 0,00
Total 11.252
11.252 663 234 5,89
5,89 35,29
35,29 64,71
64,71
O
Sumber:
Profil Kesehatan Puskesmas Meral Tahun 2011 (Buku Laporan Puskesmas Meral 2012)
C
Tabel 2.4
2.43. Insiden DBD menurut Kelurahan/Desa Tahun 2011
&
Panjang
5 Pangke 4 1 0 0,008 0,002 0,000
Total 47 37 12 0,078 0,070
0,070 0,024
C
Sumber:
Profil Kesehatan Puskesmas Meral Tahun 2011 (Buku Laporan Puskesmas Meral 2012)
AL
TI
12
Diperiksa
EN
88 Tidak Diperiksa
D
FI
Gambar 2.30. Presentase Pemeriksaan Sanitasi Dasar Rumah Tangga Tahun 2011
N
O
Gambar 2.31
2.31. Presentase Proporsi Kepemilikan Sanitasi Dasar Tahun 2011
O
2.3. PELINGKUPAN
C
Setelah data dan informasi tentang rencana kegiatan PLTU PT. Soma Daya Utama
dan rona lingkungan hidup awal di lokasi rencana kegiatan dan sekitarnya
didapatkan, langkah yang perlu dilakukan selanjutnya adalah pelingkupan
(scoping). Pelingkupan dalam studi AMDAL adalah suatu proses untuk
mengidentifikasi dampak potensial dan menge
mengevaluasinya
valuasinya untuk mendapatkan
dampak penting hipotetik, serta klasifikasi dan prioritas dampak penting hipotetik.
Selain itu pelingkupan juga bertujuan untuk menentukan lingkup wilayah studi dan
batas waktu kajian. Pelingkupan merupakan aspek paling penting dalam
penyusunan KA-ANDAL. Proses pelingkupan dilakukan berdasarkan referensi
Panduan Pelingkupan dalam AMDAL (KLH, 2007) dan Panduan Penilaian AMDAL
atau UKL/UPL untuk Kegiatan Pembangunan PLTU Batubara (KLH, 2007) dengan
AL
beberapa penyesuaian memperhatikan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang akan dilaksanakan dan kondisi rona lingkungan hidup awal.
TI
2.3.1. Identifikasi Dampak Potensial
Pada tahap ini, kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi dampak
EN
terhadap lingkungan hidup (dampak primer, sekunder, dan seterusnya) yang
berpotensi timbul akibat adanya kegiatan. Identifikasi dampak potensial dilakukan
dengan melakukan inventarisasi dampak tanpa memperhatikan besar-kecilnya
D
dampak atau penting-tidaknya dampak. Inventarisasi tersebut dilakukan melalui
FI
diskusi antar tim studi, dengan memperhatikan tahap kegiatan yang akan
dilaksanakan, kondisi lingkungan, masukan dari masyarakat ketika konsultasi
N
publik, dan telaahaan berbagai studi sebelumnya terkait dengan studi AMDAL ini.
Identifikasi dampak potensial dilakukan dengan menggunakan matriks interaksi
O
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1.A. Pengurusan Perijinan.
C
TAHAP KONSTRUKSI
2.A. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi.
2.B. Pengadaan serta Mobilisasi Kendaraan, Alat Berat, dan Material Konstruksi.
2.C. Pembersihan dan Pematangan Lahan.
2.D. Pekerjaan Konstruksi Fasilitas Utama dan Penunjang.
2.E. Penggunaan Utilitas pada Tahap Konstruksi.
AL
TAHAP OPERASIONAL
3.A. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional.
TI
3.B. Pengadaan, Mobilisasi, dan Bongkar Muat Bahan Baku.
3.C. Operasional PLTU.
EN
3.D. Penggunaan Utilitas pada Tahap Operasional.
3.E. Penerapan CSR.
TAHAP PASCA-OPERASIONAL
D
FI
4.A. Studi Kelayakan untuk Operasional PLTU Lebih Lanjut
N
KOMPONEN GEO-FISIK-KIMIA
1) Potensi emisi gas buang dari cerobong.
&
7) Profil bathimetri.
8) Potensi getaran
C
9) Dinamika hidrooseanografi.
10) Potensi limbah padat.
11) Potensi limbah fly-ash & bottom ash.
12) Potensi air limbah domestik.
13) Potensi air limbah dari kegiatan PLTU.
AL
KOMPONEN BIOLOGI
18) Kerapatan vegetasi darat.
TI
19) Kelimpahan fauna darat.
20) Struktur komunitas biota laut.
EN
KOMPONEN SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA
21) Tingkat kesempatan kerja dan peluang berusaha.
22) Tingkat pendapatan masyarakat.
D
FI
23) Tingkat perekonomian daerah.
24) Persepsi masyarakat.
N
AL
1.D. Kegiatan pembuatan DED tidak menimbulkan dampak potensial terhadap
lingkungan.
TI
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL PADA TAHAP KONSTRUKSI
2.A. Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi menimbulkan dampak
EN
potensial berupa: (1) peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha,
(2) peningkatan pendapatan masyarakat, (3) peningkatan perekonomian
daerah, dan (4) munculnya persepsi masyarakat.
D
2.B. Kegiatan pengadaan serta mobilisasi alat berat, kendaraan, dan material
FI
konstruksi menimbulkan dampak potensial berupa: (1) penurunan kualitas
udara ambien dan peningkatan kebisingan, (2) potensi oli bekas, (3)
N
peningkatan beban lalu lintas darat, (4) peningkatan beban lalu lintas laut,
(5) peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha, (6) peningkatan
O
kebisingan, (2) perubahan profil topografi, (3) peningkatan debit air larian,
(4) terjadinya erosi, (5) potensi getaran, (6) berkurangnya kerapatan
C
2.D. Kegiatan konstruksi fisik fasilias utama dan fasilitas penunjang menimbulkan
dampak potensial berupa: (1) penurunan kualitas udara ambien (khususnya
debu) dan peningkatan kebisingan, (2) penurunan kualitas air laut
(khususnya di sekitar lokasi konstruksi jetty/TUKS), (3) perubahan profil
bathimetri, (4) perubahan dinamika hidrooseanografi (terkait pembangunan
jetty), (5) potensi limbah padat (sisa material konstruksi), (6) gangguan
AL
terhadap struktur komunitas biota laut, (7) munculnya persepsi negatif
masyarakat, (8) terjadinya konflik sosial (dampak turunan dari timbulnya
persepsi negatif masyarakat yang tidak ditangani dengan baik), (9)
TI
berkembangnya vektor penyakit (yang dipicu oleh munculnya limbat padat
yang tidak tertangani dengan baik), dan (10) peningkatan prevalensi
EN
penyakit (terutama ISPA, yang dipicu oleh penurunan kualitas udara
ambient).
2.E. Penggunaan utilitas pada tahap konstruksi menimbulkan dampak potensial
D
berupa: (1) potensi air limbah domestik, (2) potensi limbah padat (sampah),
FI
dan (3) dan potensi limbah oli bekas (dari operasional genset).
N
3.B. Kegiatan pengadaan, mobilisasi, dan bongkar muat bahan baku menimbulkan
dampak potensial berupa: (1) penurunan kualitas udara ambien dan
peningkatan kebisingan (khususnya dari pengangkutan batubara dengan
PY
(6) munculnya persepsi negatif masyarakat, dan (7) terjadinya konflik sosial
(dampak turunan dari timbulnya persepsi negatif masyarakat yang tidak
ditangani dengan baik).
3.C. Operasional PLTU dan jaringan listrik menimbulkan dampak potensial
berupa: (1) potensi emisi gas buang dari cerobong, (2) penurunan kualitas
udara ambien dan peningkatan kebisingan, (3) potensi fly-ash dan bottom
ash, (4) potensi limbah padat (berupa gypsum dan bekas kemasan), (5)
potensi air limbah dari kegiatan PLTU, (6) penurunan kualitas air laut, (7)
gangguan terhadap struktur komunitas biota laut, (8) peningkatan layanan
prasarana listrik, (9) peningkatan perekonomian wilayah (dari tersedianya
layanan listrik dengan harga yang lebih kompetitif dibandingkan PLTD), (10)
AL
munculnya persepsi masyarakat (positif ataupun negatif tergantung dampak
primer pemicunya), (11) terjadinya konflik sosial (dampak turunan dari
munculnya persepsi negatif masyarakat yang tidak ditangani dengan baik),
TI
dan (12) peningkatan prevalensi penyakit (khususnya ISPA).
3.D. Penggunaan utilitas pada tahap operasional menimbulkan dampak potensial
EN
berupa: (1) potensi air limbah domestik, (2) potensi limbah padat (sampah),
dan (3) potensi limbah oli bekas.
3.E. Kegiatan CSR diperkirakan akan menimbulkan dampak potensial berupa: (1)
D
timbulnya kesempatan berusaha dari masyarakat setempat, (2) peningkatan
FI
pendapatan masyarakat, dan (3) munculnya persepsi positif masyarakat.
N
mengetahui apakah kegiatan PLTU masih layak untuk dilanjutkan atau tidak.
C
AL
Tabel 2.4
2.44. Matriks Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU
(PLTU)
PLTU) PT. Soma Daya Utama
KOMPONEN KEGIATAN
TI
NO. KOMPONEN LINGKUNGAN PASCA-
PASCA-
PRA-
PRA-KONSTRUKSI KONSTRUKSI OPERASIONAL
OPERASIONAL
1A 1B 1C 1D 2A 2B 2C 2D 2E 3A 3B 3C 3D 3E 4A
EN
Komponen Geo-
Geo-Fisik-
Fisik-Kimia
1. Potensi emisi gas buang dari cerobong - - - - - - - - - - - √ - - -
D
4. Tingkat erosi - - - - - - √ - - - - - - - -
5. Kualitas air laut - - - - - - - √ - - √ √ - - -
6. Profil topografi - - - - - - √ - - - - - - - -
FI
7. Profil bathimetri - - - - - - - √ - - - - - - -
8. Potensi Getaran - - - - - - √ - - - - - - - -
N
9. Dinamika hidrooseanografi - - - - - - - √ - - - - - - -
O
10. Potensi limbah padat - - - - - - - √ √ - - √ √ - -
12.
13.
Potensi air limbah domestik
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
-
-
√
√
-
-
-
-
Komponen Biologi
O
AL
KOMPONEN KEGIATAN
TI
1A 1B 1C 1D 2A 2B 2C 2D 2E 3A 3B 3C 3D 3E 4A
20. Struktur komunitas biota laut - - - - - - - √ - - √ √ - - -
Komponen Sosial-
Sosial-Ekonomi-
Ekonomi-Budaya
EN
21. Tingkat kesempatan kerja dan peluang berusaha - - - - √ √ - - - √ - - - - -
22. Tingkat pendapatan masyarakat - - - - √ √ - - - √ - - - - -
23. Tingkat perekonomian daerah - - - - √ √ - - - √ - √ - - -
24. Persepsi masyarakat - √ √ - √ √ √ √ - √ √ √ - √ √
D
25. Keamanan dan ketertiban masyarakat - √ √ - - - - √ - - √ √ - - -
Komponen Kesehatan Masyarakat
FI
26. Kelimpahan vektor penyakit - - - - - - √ √ √ - - - √ - -
N
Keterangan Komponen Kegiatan:
O
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1.A. Pengurusan Perijinan.
1.B. Sosialisasi Rencana Kegiatan.
1.C. Pembebasan Lahan.
1.D. Pembuatan Detail Engineering Design (DED).
C
TAHAP KONSTRUKSI
&
2.A. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi.
2.B. Pengadaan serta Mobilisasi Kendaraan, Alat Berat, dan Material Konstruksi.
2.C. Pembersihan dan Pematangan Lahan.
PY
TAHAP OPERASIONAL
3.A. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
3.B. Pengadaan Bahan Baku
O
AL
3.D. Penggunaan Utilitas pada Tahap Operasional
3.E. Penerapan CSR
TAHAP PASCA-OPERASIONAL
TI
4.A. Studi Kelayakan untuk Operasional PLTU Lebih Lanjut
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
Proses evaluasi dampak potensial dilakukan melalui diskusi tim studi, konsultasi
dengan pakar, studi literatur yang terkait dengan permasalahan studi, kajian
TI
peraturan, konsultasi publik, hasil kunjungan lapang, dan profesional judgment
para anggota tim sesuai bidangnya masing-masing. Pada penyusunan dokumen
EN
AMDAL Kegiatan PLTU Berbahan Bakar Batubara PT. Soma Daya Utama ini,
metode evaluasi dampak potensial yang digunakan adalah metode checklist
dengan menggunakan 4 (empat) kriteria penilaian berdasarkan Panduan
D
Pelingkupan dalam Amdal (KLH, 2007), yaitu:
FI
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?
2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam:
N
lingkungan tersebut?
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh
&
dampak tersebut?
Hasil evaluasi dampak potensial kegiatan PTLU Berbahan Bakar Batubara PT.
PY
AL
Tabel 2.4
2.45. Evaluasi Dampak Potensial Kegiatan PLTU Berbahan Bakar Batubara PT. Soma Daya Utama
TI
SUMBER DAMPAK
SOSIAL,
SOSIAL, MELANGGAR DALAM KESIMPULAN
BEBAN KEKHAWATIRAN
PENERIMA DAMPAK EKONOMI, ATURAN/ ANDAL?
LINGKUNGAN MASYARAKAT
DAN KEBIJAKAN
EN
EKOLOGI
TAHAP PRA-
PRA-KONSTRUKSI
Pengurusan perizinan - - - - - - - -
Sosialisasi rencana Persepsi Munculnya persepsi masyarakat Tidak Tidak Iya Tidak Ya DPH
D
kegiatan masyarakat (positif dan/atau negatif)
Keamanan dan Konflik sosial Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
ketertiban
FI
masyarakat
Pembebasan lahan Persepsi Munculnya persepsi masyarakat Tidak Tidak Iya Tidak Iya DPH
N
masyarakat (positif dan/atau negatif)
Keamanan dan Konflik sosial Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
ketertiban
O
masyarakat
Pembuatan DED - - - - - - - -
TAHAP KONSTRUKSI
Penerimaan tenaga Tingkat
C
Peningkatan kesempatan kerja Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
kerja konstruksi kesempatan kerja dan peluang berusaha
&
dan peluang
berusaha
Tingkat Peningkatan pendapatan Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
PY
pendapatan masyarakat
masyarakat
Tingkat Peningkatan perekonomian Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
perekonomian daerah
O
daerah
C
AL
KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK KRITERIA
SUMBER DAMPAK NILAI DIKAJI
SOSIAL,
SOSIAL, MELANGGAR DALAM KESIMPULAN
BEBAN KEKHAWATIRAN
PENERIMA DAMPAK EKONOMI, ATURAN/
TI
LINGKUNGAN MASYARAKAT ANDAL?
DAN KEBIJAKAN
EKOLOGI
Persepsi Munculnya persepsi positif Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
EN
masyarakat masyarakat
Pengadaan serta Kualitas udara Penurunan kualitas udara Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
mobilisasi kendaraan, ambien dan ambien dan peningkatan
alat berat, dan tingkat kebisingan kebisingan
D
material konstruksi
Potensi limbah oli Timbulan limbah oli bekas dari Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
bekas aktivitas alat dan kendaraan
FI
berat.
Beban lalu lintas Peningkatan beban lalu lintas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
N
darat darat tapi perlu
dikelola
Beban lalu lintas Peningkatan beban lalu lintas Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
O
laut laut
Tingkat peluang Peningkatan peluang berusaha Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
berusaha
Tingkat
pendapatan
C
Peningkatan pendapatan
masyarakat
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
&
masyarakat
Tingkat Peningkatan perekonomian Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
perekonomian daerah
PY
daerah
Persepsi Timbulnya persepsi negatif Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
masyarakat masyarakat
Prevalensi Peningkatan prevalensi penyakit Tidak Tidak Ya Tidak Ya DPH
O
AL
KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK KRITERIA
SUMBER DAMPAK NILAI DIKAJI
SOSIAL,
SOSIAL, MELANGGAR DALAM KESIMPULAN
BEBAN KEKHAWATIRAN
PENERIMA DAMPAK EKONOMI, ATURAN/
TI
LINGKUNGAN MASYARAKAT ANDAL?
DAN KEBIJAKAN
EKOLOGI
Pembersihan dan Kualitas udara Penurunan kualitas udara Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
EN
pematangan lahan ambien dan ambien dan peningkatan
tingkat kebisingan kebisingan
Debit air larian Peningkatan debit air larian Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
Tingkat erosi Peningkatan erosi Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
D
Profil topografi Perubahan profil topografi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
(bentang alam)
FI
Potensi getaran Terjadinya getaran apabila Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
kegiatan blasting (peledakan)
dilakukan saat pematangan
N
lahan.
Kerapatan Berkurangnya tutupan vegetasi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
O
vegetasi darat darat tapi perlu
dikelola
Kelimpahan fauna Berkurangnya populasi dan jenis Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
darat
Persepsi
C
fauna darat di lokasi kegiatan
Munculnya persepsi negatif Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
masyarakat masyarakat
&
Kelimpahan Berkembangnya vektor penyakit Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
vektor penyakit (khususnya nyamuk) tapi bukan
dikelola
PY
AL
KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK KRITERIA
SUMBER DAMPAK NILAI DIKAJI
SOSIAL,
SOSIAL, MELANGGAR DALAM KESIMPULAN
BEBAN KEKHAWATIRAN
PENERIMA DAMPAK EKONOMI, ATURAN/
TI
LINGKUNGAN MASYARAKAT ANDAL?
DAN KEBIJAKAN
EKOLOGI
Kualitas air laut Penurunan kualitas air laut di Tidak Ya Ya Ya Ya DPH
EN
sekitar lokasi jetty
Profil bathimetri Perubahan profil bathimetri di Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
lokasi pembangunan jetty
Dinamika Perubahan dinamika Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
D
hidrooseanografi hidrooseanografi (pola arus)
Potensi limbah Timbulnya limbah padat dari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
FI
padat berupa sisa material konstruksi tapi perlu
dikelola
Struktur Berkurangnya keanekaragaman Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
N
komunitas biota dan kelimpahan plankton,
laut benthos, dan nekton; khususnya
plankton yang merupakan pakan
O
alami ikan serta benthos dan
nekton (ikan, moluska, udang)
Persepsi
nelayan
C
yang merupakan tangkapan
AL
KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK KRITERIA
SUMBER DAMPAK NILAI DIKAJI
SOSIAL,
SOSIAL, MELANGGAR DALAM KESIMPULAN
BEBAN KEKHAWATIRAN
PENERIMA DAMPAK EKONOMI, ATURAN/
TI
LINGKUNGAN MASYARAKAT ANDAL?
DAN KEBIJAKAN
EKOLOGI
Prevalensi Peningkatan prevalensi penyakit Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
EN
penyakit (khususnya ISPA akibat debu)
Penggunaan utilitas Potensi limbah Timbulan limbah padat dari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
pada tahap konstruksi padat aktivitas para pekerja tapi perlu
D
konstruksi dikelola
Potensi air limbah Timbulan air limbah domestik Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
FI
domestik dari aktivitas para pekerja tapi perlu
konstruksi dikelola
Potensi oli bekas Timbulan oli bekas dari Tidak Ya Tidak Ya Ya DPH
N
penggunaan genset untuk
kebutuhan listrik kegiatan
konstruksi
O
Kelimpahan Peningkatan vektor penyakit Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
vektor penyakit akibat adanya sampah domestik
Prevalensi
penyakit
C
dari aktivitas para pekerja
Peningkatan prevalensi penyakit
(khususnya akibat
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
&
berkembangnya vector
pernyakit)
TAHAP OPERASIONAL
PY
Penerimaan tenaga Tingkat Peningkatan kesempatan kerja Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
kerja operasional kesempatan kerja dan peluang berusaha
dan peluang
berusaha
O
C
AL
KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK KRITERIA
SUMBER DAMPAK NILAI DIKAJI
SOSIAL,
SOSIAL, MELANGGAR DALAM KESIMPULAN
BEBAN KEKHAWATIRAN
PENERIMA DAMPAK EKONOMI, ATURAN/
TI
LINGKUNGAN MASYARAKAT ANDAL?
DAN KEBIJAKAN
EKOLOGI
Tingkat Peningkatan pendapatan Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
EN
pendapatan masyarakat
masyarakat
Tingkat Peningkatan perekonomian Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
perekonomian daerah
D
daerah
Persepsi Munculnya persepsi positif Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
masyarakat masyarakat
FI
Pengadaan, Mobilisasi, Kualitas udara Penurunan kualitas udara Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
dan Bongkar Muat ambien dan ambien dan peningkatan
N
Bahan Baku tingkat kebisingan kebisingan (khususnya dari
pengangkutan batubara dengan
conveyor)
O
Kualitas air laut Penurunan kualitas air laut dari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
aktivitas kapal pengangkut tapi perlu
nelayan
C
AL
KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK KRITERIA
SUMBER DAMPAK NILAI DIKAJI
SOSIAL,
SOSIAL, MELANGGAR DALAM KESIMPULAN
BEBAN KEKHAWATIRAN
PENERIMA DAMPAK EKONOMI, ATURAN/
TI
LINGKUNGAN MASYARAKAT ANDAL?
DAN KEBIJAKAN
EKOLOGI
Persepsi Munculnya persepsi negatif Tidak Tidak Ya Tidak Ya DPH
EN
masyarakat masyarakat
Keamanan dan Munculnya konflik sosial akibat Tidak Tidak Ya Tidak Ya DPH
ketertiban persepsi negatif yang tidak
masyarakat ditangani
D
Prevalensi Peningkatan prevalensi penyakit Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
penyakit (khususnya ISPA)
FI
Operasional PLTU dan Potensi emisi gas Timbulnya emisi gas buang Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
jaringan listrik buang dari (khususnya NOx dan SOx) serta
cerobong abu
N
Kualitas udara Penurunan kualitas udara dan Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
dan tingkat peningkatan kebisingan
kebisingan
O
Kualitas air laut Penurunan kualitas air laut dari Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
buangan air limbah dari kegiatan
Potensi limbah
padat
PLTU C
Timbulnya limbah padat yang
sifatnya non-B3 dari kegiatan
Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
&
PLTU, yaitu gipsum
Potensi fly-ash Timbulnya limbah padat yang Ya Ya Ya Ya Ya DPH
dan bottom ash sifatnya B3
PY
laboratorium, dll.
C
AL
KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK KRITERIA
SUMBER DAMPAK NILAI DIKAJI
SOSIAL,
SOSIAL, MELANGGAR DALAM KESIMPULAN
BEBAN KEKHAWATIRAN
PENERIMA DAMPAK EKONOMI, ATURAN/
TI
LINGKUNGAN MASYARAKAT ANDAL?
DAN KEBIJAKAN
EKOLOGI
Layanan Peningkatan layanan listrik Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
EN
prasarana listrik sebesar 50 MW, khususnya
untuk keperluan industri.
Struktur Berkurangnya keanekaragaman Tidak Ya Ya Ya Ya DPH
komunitas biota dan kelimpahan plankton,
D
laut benthos, dan nekton; khususnya
plankton yang merupakan pakan
alami ikan serta benthos dan
FI
nekton (ikan, moluska, udang)
yang merupakan tangkapan
nelayan
N
Tingkat Peningkatan perekonomian Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
perekonomian daerah akibat meningkatnya
O
daerah layanan prasarana listrik.
Persepsi Timbulnya persepsi masyarakat Tidak Ya Ya Tidak Ya DPH
masyarakat (baik positif maupun negatif,
Keamanan dan
pemicunya)
C
tergantung pada dampak
AL
KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK KRITERIA
SUMBER DAMPAK NILAI DIKAJI
SOSIAL,
SOSIAL, MELANGGAR DALAM KESIMPULAN
BEBAN KEKHAWATIRAN
PENERIMA DAMPAK EKONOMI, ATURAN/
TI
LINGKUNGAN MASYARAKAT ANDAL?
DAN KEBIJAKAN
EKOLOGI
Potensi air limbah Timbulnya air limbah domestik Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
EN
domestik dari aktivitas para karyawan
Potensi limbah oli Timbulnya oli bekas dari Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
bekas aktivitas kendaraan operasional
Kelimpahan Berkembangnya vektor penyakit Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
D
vektor penyakit akibat timbulan limbah yang namun perlu
tidak ditangani dengan baik. dikelola
FI
Prevalensi Peningkatan prevalensi penyakit Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Bukan DPH
penyakit akibat berkembangnya vektor
penyakit
N
Penerapan CSR Persepsi Timbulnya persepsi positif Tidak Ya Tidak Tidak Ya DPH
masyarakat masyarakat
O
TAHAP PASCA-
PASCA-OPERASIONAL
Studi kelayakan untuk Persepsi Timbulnya persepsi masyarakat Tidak Tidak Ya Tidak Ya DPH
operasional PLTU masyarakat karena keraguan apakah PLTU
lebih lanjut C
akan terus beroperasi atau tidak
AL
dampak-dampak yang akan dikaji. Setelah disusun, bagan alir dapat memunculkan
tema-tema utama yang mengikat dan mengaitkan satu dampak dengan yang
lainnya. Klasifikasi juga dapat dilakukan seputar tahapan rencana kegiatan
TI
(seperti: pra-konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca-operasi). Bagan alir
dampak penting hipotetik untuk setiap tahapan rencana kegiatan PLTU PT. Soma
EN
Daya Utama disajikan pada Gambar 2.32.
2.32
Gambar 2.32
2.32.
D
32. Bagan Alir Interaksi Dampak Penting Hipotetik
Rencana Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
FI
(a) Tahap Pra-
Pra-Konstruksi
N
Peningkatan Peningkatan
Penerimaan Tenaga Kerja Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masy.
Konstruksi Peluang Berusaha
AL
TI
Peningkatan Beban
Lalu Lintas Laut
Pengadaan serta Mobilisasi
EN
Alat Berat, Kendaraan, dan
Material Konstruksi Potensi Limbah Oli
Bekas
D
Penurunan Kualitas Struktur Komunitas Munculnya
FI
Air Laut Biota Laut Persepsi
Positif Masy.
Penurunan Kualitas
Pembersihan dan
N
Udara dan Peningkatan
Pematangan Lahan
Kebisingan
Munculnya
Persepsi
O
Negatif Masy.
Peningkatan Debit Air
Erosi
Larian
C
Prevalensi Penyakit
O
C
AL
Penerapan CSR Peningkatan Layanan Peningkatan
Perekonomian Timbulnya
Listrik
Daerah Persepsi
Positif Masy.
TI
EN
Pengadaan, Mobilisasi, dan Peningkatan Beban Gangguan thd
Bongkar Muat Bahan Baku Lalu Lintas Laut Struktur Komunitas
Biota Laut
Penurunan Kualitas
AL
Lanjut
Persepsi Negatif Masyarakat
TI
Setelah dampak diklasifikasikan, selanjutnya dilakukan prioritasi dampak. Ada 3
EN
pendekatan yang dapat digunakan untuk memprioritaskan dampak, yaitu:
1) Membuat urutan prioritas terhadap semua dampak penting hipotetik. Jika ada
8 (delapan) dampak penting hipotetik, semuanya diberikan urutan prioritas.
D
2) Membuat urutan prioritas terhadap tema-tema pangkat. Jika ada 3 tema untuk
FI
8 dampak penting hipotetik, 3 tema tersebut diberikan urutan prioritas.
3) Membuat urutan prioritas berdasarkan tahapan kegiatan. Sehingga untuk
N
Membuat urutan prioritas dampak ada banyak cara, berbagai metode atau alat
bantu berdasakan literatur bisa digunakan. Salah satu cara untuk membuat urutan
&
gradasi nilai yang mewakili gradasi peluang kejadian yang “hampir pasti” sampai
dengan “jarang terjadi”. Besarnya akibatpun dibuatkan gradasi nilai yang mewakili
O
terdiri dari 5 nilai, namun gradasi yang lebih sederhana (misalnya dengan 3 nilai)
juga dapat digunakan.
Tabel 2.4
2.46. Penilaian Prioritas Dampak Berdasarkan Probabilitas dan Konsekuensi
Kemungkinan 4 8 12 16 20
(probabilitas)
besar (4)
kejadian
AL
Sedang (3) 3 6 9 12
Kemungkinan 2 4 6 8 10
kecil (2)
TI
Jarang sekali 1 2 3 4 5
(1)
Keterangan:
EN
Angka di dalam sel merupakan hasil perkalian nilai Besarnya Peluang Kejadian dengan nilai
besarnya Akibat.
15 – 25 = prioritas tinggi
8 – 12 = prioritas menengah
D
FI
1–6 = prioritas rendah
Sumber: Panduan Pelingkupan dalam AMDAL (KLH, 2007)
N
Tabel 2.47
2.47.
47. Penentuan Prioritas Dampak Penting Hipotetik
O
TAHAP PRA-
PRA-KONSTRUKSI
1. Munculnya persepsi 5 3 15 1
masyarakat
&
4. Terjadinya getaran 3 4 12 7
5. Penurunan kualitas air laut 4 3 12 3
C
AL
12. Terjadinya konflik sosial 2 1 2 13
13. Peningkatan prevalensi 3 2 6 11
penyakit
TI
TAHAP OPERASIONAL
1. Emisi gas buang dari 5 4 20 2
cerobong
EN
2. Penurunan kualitas udara 5 4 20 5
dan peningkatan kebisingan
3. Penurunan kualitas air laut 5 4 20 6
4.
5.
Potensi limbah padat
Potensi fly-ash dan bottom
5
5 D 4
4
20
20
4
1
FI
ash
6. Potensi air limbah 3 3 9 11
domestik
N
9. Peningkatan layanan 5 3 15 7
prasarana listrik
10. Peningkatan beban lalu 3 3 9 10
&
lintas laut
11. Gangguan terhadap 3 3 9 13
struktur komunitas biota
PY
laut
12. Peningkatan kesempatan 3 3 9 14
kerja dan peluang berusaha
13. Peningkatan pendapatan 3 3 9 15
O
masyarakat
14. Peningkatan perekonomian 5 3 15 8
C
daerah
15. Munculnya persepsi 3 2 6 16
masyarakat
16. Terjadinya konflik sosial 2 1 2 17
17. Peningkatan prevalensi 3 3 9 9
penyakit
Dengan demikian urutan prioritas dampak penting hipotetik pada setiap tahap
kegiatan adalah sebagai berikut
AL
PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIK PADA TAHAP PRA-
PRA-KONSTRUKSI
TI
1. Timbulnya persepsi masyarakat
2. Terjadinya konflik sosial
EN
PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIK PADA TAHAP KONSTRUKSI
1. Peningkatan beban lalu lintas laut
2. Peningkatan debit air laut
3. Penurunan kualitas air laut
D
FI
4. Penurunan kualitas udara dan tingkat kebisingan
5. Potensi limbah oli bekas
N
6. Peningkatan erosi
O
7. Terjadinya getaran
8. Peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha
C
AL
14. Peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha
15. Peningkatan pendapatan masyarakat
16. Munculnya persepsi masyarakat
TI
17. Terjadinya konflik sosial
EN
PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIK PADA TAHAP PASCA-
PASCA-OPERASIONAL
1. Munculnya persepsi masyarakat
D
Secara keseluruhan, bagan alir proses pelingkupan disajikan pada Gambar 2.33.
2.33
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
Gambar 2.3
2.33. Bagan Alir Proses Pelingkupan Studi AMDAL PLTU Batubara PT. Soma Daya Utama
TI
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
KOMPONEN GEO-FISIK-KIMIA
1. Timbulnya persepsi masyarakat
EN
Evaluasi Dampak
kebisingan TAHAP KONSTRUKSI
Potensial 3. Peningkatan debit air larian KOMPONEN GEO-FISIK-KIMIA 1. Peningkatan beban lalu lintas laut
Potensial
4. Peningkatan erosi 1. Potensi emisi gas buang dari 2. Peningkatan debit air laut
5. Potensi getaran 3. Penurunan kualitas air laut
cerobong
6. Penurunan kualitas air laut 4. Penurunan kualitas udara dan tingkat
2. Penurunan kualitas udara dan kebisingan
7. Perubahan profil topografi peningkatan kebisingan
Rona Lingkungan Awal 5. Potensi limbah oli bekas
8. Perubahan profil bathimetri
D
3. Peningkatan debit air larian 6. Peningkatan erosi
9. Perubahan dinamika hidrooseanografi 4. Peningkatan erosi 7. Potensi getaran
Komponen Lingkungan: 10. Petensi limbah padat 5. Potensi getaran 8. Peningkatan kesempatan kerja dan peluang
11. Potensi fly-ash dan bottom-ash berusaha
FI
Geo-Fisik-Kimia, Lalu 6. Penurunan kualitas air laut
12. Potensi air limbah domestic 9. Peningkatan pendapatan masyarakat
Lintas, Biologi, Sosekbud, 7. Petensi limbah padat
13. Potensi air limbah dari kegiatan PLTU 10. Gangguan terhadap struktur komunitas biota
dan Kesmas 8. Potensi fly-ash dan bottom-ash laut
14. Potensi limbah oli bekas 9. Potensi air limbah domestic 11. Peningkatn prevalensi penyakit
N
10. Potensi air limbah dari kegiatan PLTU 12. Munculnya persepsi masyarakat
KOMPONEN PRASARANA WILAYAH
11. Potensi limbah oli bekas 13. Terjadinya konflik sosial
15. Peningkatan layanan listrik
16. Peningkatan beban lalu lintas darat
KOMPONEN PRASARANA WILAYAH
TAHAP OPERASIONAL
O
Kegiatan Pembangkit 17. Peningkatan beban lalu lintas laut 12. Peningkatan layanan listrik 1. Potensi fly-ash dan bottom-ash
Listrik Tenaga Uap (PLTU) 13. Peningkatan beban lalu lintas laut 2. Potensi air limbah dari kegiatan PLTU
KOMPONEN BIOLOGI
3. Emisi gas buang dari cerobong
18. Berkurangnya tutupan vegetasi darat KOMPONEN BIOLOGI 4. Potensi limbah padat
Komponen kegiatan :
• Pra-Konstruksi
• Konstruksi
• Operasional
19. Berkurangnya populasi dan
keanekaragaman fauna darat
C
20. Gangguan terhadap struktur komunitas
biota laut
14. Gangguan terhadap struktur
komunitas biota laut
KOMPONEN SOSIAL-EKONOMI-
5.
6.
7.
Penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan
Penurunan kualitas air laut
Peningkatan layanan prasarana listrik
BUDAYA
&
8. Peningkatan perekonomian daerah
• Pasca-Operasional KOMPONEN SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA 15. Peningkatan kesempatan kerja dan 9. Peningkatan prevalensi penyakit
21. Peningkatan kesempatan kerja dan peluang peluang berusaha 10. Peningkatan beban lalu lintas laut
berusaha 16. Peningkatan pendapatan masyarakat 11. Potensi air limbah domestik
22. Peningkatan pendapatan masyarakat 12. Potensi limbah oli bekas
17. Peningkatan perekonomian daerah
PY
AL
PLTU yang diprakarsai oleh PT. Soma Daya Utama meliputi batas wilayah proyek
yang merupakan ruang rencana kegiatan, batas wilayah ekologis yang merupakan
wilayah ekologi yang terkena dampak, batas wilayah administrasi yang
TI
merupakan batas administrasi pemerintahan, dan batas wilayah sosial yang
merupakan batas berbagai aktivitas sosial ekonomi yang terkena dampak. Batasan
EN
ruang lingkup wilayah studi ini ditetapkan dengan menggunakan metode overlay
karena wilayah studi merupakan kesatuan dari keempat wilayah tersebut, yang
disajikan pada Gambar 2.36
2.36.
36
D
FI
• Batas Wilayah Proyek
Batas wilayah proyek merupakan ruang untuk melakukan usaha dan/atau
N
•
Batas wilayah ekologis merupakan daerah yang secara ekologi terkena
dampak dari berbagai bentuk proses alam dengan memperhatikan penyebaran
O
dampak. Dalam studi ANDAL ini penetapan batas wilayah ekologi lebih
ditentukan oleh daerah sebaran vegetasi di lahan rencana PLTU, luas daerah
C
AL
• Batas Wilayah Sosial
Batas wilayah sosial adalah ruang di sekitar lokasi kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial, yang mengandung norma
TI
dan nilai tertentu yang sudah mapan sesuai dengan proses dinamika kelompok
masyarakat sekitar, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar
EN
akibat kegiatan tersebut. Batas wilayah sosial adalah permukiman di Pantai
Pelawan Desa Pangke Barat.
D
Batas ruang lingkup wilayah studi ditetapkan dengan menggunakan metode
FI
overlay karena wilayah studi merupakan kesatuan dari keempat wilayah tersebut.
Dengan demikian, batas wilayah studi mencakup Desa Pangke Barat.
N
Batas waktu kajian dalam studi ini ditentukan atas dasar prakiraan dampak yang
C
dampak penting sesuai dengan sifat dan karakteristik dampak penting yang
terjadi. Batas waktu kajian disajikan pada Tabel 2.48
2.48 bersama dengan tabel
C
AL
Tabel 2.48
2.48.
48. Tabel Ringkasan
Ringkasan Proses Pelingkupan AMDAL Kegiatan PLTU Berbahan Bakar Batubara PT. Soma Daya Utama
PENGELOLAAN PELINGKUPAN
TI
RENCANA KOMPONEN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
KAJIAN
EN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
TAHAP PRA-
PRA-KONSTRUKSI
1. Pengurusan - - - - - - -
perizinan
D
2. Sosialisasi Berkoordinasi dengan Persepsi Munculnya Kegiatan ini DPH Desa Pangke 1 tahun, sesuai
rencana kegiatan pemerintah daerah masyarakat persepsi menimbulkan Barat, prakiraan
FI
dan pendekatan masyarakat kekhawatiran khususnya pelaksanaan
(positif dan/atau
dengan masyarakat dari permukiman kegiatan pra-
negatif)
(khususnya tokoh masyarakat. Pantai konstruksi
N
masyarakat dan Pelawan.
pemilik tanah)
O
3. Berkoordinasi dengan Keamanan dan Konflik sosial Apabila Bukan DPH Desa Pangke 1 tahun, sesuai
pemerintah daerah ketertiban dampak Barat, prakiraan
masyarakat
dan pendekatan
dengan masyarakat
(khususnya tokoh
C persepsi
negatif tidak
ditangani
khususnya
permukiman
Pantai
pelaksanaan
kegiatan pra-
konstruksi
masyarakat dan baru akan Pelawan.
&
pemilik tanah) menimbulkan
konflik sosial
PY
4. Pembebasan Berkoordinasi dengan Persepsi Munculnya Kegiatan ini DPH Area yang 1 tahun, sesuai
lahan BPN, Camat, Kep. masyarakat persepsi menimbulkan akan prakiraan
Desa, BAPPEDA, dan masyarakat kekhawatiran dibebaskan pelaksanaan
(positif dan/atau
masyarakat dari oleh PT. kegiatan pra-
negatif)
(khususnya pemilik masyarakat. Soma Daya konstruksi
O
tanah) Utama
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
5. Berkoordinasi dengan Keamanan dan Konflik sosial Apabila Bukan DPH Area yang 1 tahun, sesuai
EN
BPN, Camat, Kep. ketertiban dampak akan prakiraan
Desa, BAPPEDA, dan masyarakat persepsi dibebaskan pelaksanaan
masyarakat negatif tidak oleh PT. kegiatan pra-
(khususnya pemilik ditangani Soma Daya konstruksi
tanah) baru akan Utama
D
menimbulkan
konflik sosial
FI
6. Pembuatan DED - - - - - - -
TAHAP KONSTRUKSI
N
1. Penerimaan Menghimbau kontraktor Tingkat kesempatan Peningkatan Berpengaruh DPH Desa Pangke 3 tahun, sesuai
tenaga kerja untuk memprioritaskan kerja dan peluang kesempatan terhadap Barat prakiraan
O
konstruksi tenaga kerja tempatan berusaha kerja dan kondisi sosial pelaksanaan
selama kualifikasinya peluang ekonomi kegiatan
sesuai, dan bekerja berusaha masyarat. konstruksi
sama dengan
masyarakat dalam
penyediaan kebutuhan
C
para pekerja (misalnya
&
tempat tinggal dan
makan)
2. Menghimbau kontraktor Tingkat pendapatan Peningkatan Berpengaruh DPH Desa Pangke 3 tahun, sesuai
PY
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
3. Menghimbau kontraktor Tingkat Peningkatan Tidak terkait Bukan DPH Desa Pangke 3 tahun, sesuai
EN
untuk memprioritaskan perekonomian perekonomian erat dengan Barat prakiraan
tenaga kerja tempatan daerah daerah beban pelaksanaan
selama kualifikasinya lingkungan, kegiatan
sesuai, dan bekerja nilai sosial- konstruksi
sama dengan ekonomi, nilai
D
masyarakat dalam ekologi. Tidak
penyediaan kebutuhan menimbulkan
para pekerja (misalnya kekhawatiran
FI
tempat tinggal dan dan tidak
makan) melanggar
aturan.
N
4. Menghimbau kontraktor Persepsi Munculnya Terkait erat DPH Desa Pangke 3 tahun, sesuai
untuk memprioritaskan masyarakat persepsi positif dengan nilai Barat prakiraan
O
tenaga kerja tempatan masyarakat sosial- pelaksanaan
selama kualifikasinya ekonomi kegiatan
sesuai, dan bekerja masyarakat konstruksi
sama dengan
masyarakat dalam
penyediaan kebutuhan
C
para pekerja (misalnya
&
tempat tinggal dan
makan)
PY
O
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
5. Pengadaan serta Menghimbau kontraktor Kualitas udara Penurunan Terkait erat DPH Tapak proyek 1 hari, dengan
EN
mobilisasi untuk menggunakan alat ambien dan tingkat kualitas udara dengan nilai konstruksi asumsi bahwa
kendaraan, alat dan kendaraan proyek kebisingan ambien dan ekologi dan hingga dalam rata-rata
berat, dan yang laik jalan. peningkatan dapat permukiman mobilisasi selama
material kebisingan menimbulkan Pantai 3 tahun
konstruksi kekhawatiran Pelawan konstruksi, ritasi
D
masyarakat mobilisasi
dianggap sama
sehingga besaran
FI
yang perlu
dikelola dan
dipantau setiap
N
harinya sama.
6. Menghimbau kontraktor Potensi limbah oli Timbulan limbah Berpengaruh DPH Tapak proyek 1 bulan, dengan
O
untuk menampung oli bekas oli bekas dari terhadap nilai konstruksi asumsi bahwa
bekas dari kendaraan aktivitas alat ekologi dan dalam rata-rata
dan alat berat dalam dan kendaraan menimbulkan volume
drum dan
menempatkannya di
ruangan khusus.
C berat. kekhawatiran
masyarakat
apabila limbah
pergantian oli
selama 3 tahun
konstruksi
ini tercecer. dianggap sama
&
sehingga besaran
yang perlu
dikelola dan
PY
dipantau setiap
bulannya sama.
O
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
7. Mobilisasi alat dan Beban lalu lintas Peningkatan Tidak terkait Bukan DPH Tapak proyek -
EN
material difokuskan darat beban lalu lintas erat dengan tapi perlu konstruksi
lewat laut, terutama darat beban dikelola
setelah temporary lingkungan,
loading jetty selesai nilai sosial-
dibangun. ekonomi, nilai
D
ekologi. Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
FI
dan tidak
melanggar
aturan.
N
8. Berkoordinasi dengan Beban lalu lintas Peningkatan Terkait DPH Perairan Desa 1 bulan, dengan
Dinas Perhubungan dan laut beban lalu lintas dengan kondisi Pangke Barat asumsi bahwa
O
Administrator Pelabuhan laut sosial- dalam rata-rata
mengenai alur pelayaran ekonomi dan ritasi mobilisasi
yang akan digunakan. menimbulkan lewa laut selama
C kekhawatiran
(khususnya
masyarakat
3 tahun
konstruksi
dianggap sama
nelayan) sehingga besaran
&
yang perlu
dikelola dan
dipantau setiap
PY
bulannya sama.
O
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
9. Menghimbau kontraktor Tingkat peluang Peningkatan Tidak terkait Bukan DPH - -
EN
untuk sebisa mungkin berusaha peluang erat dengan
mendapatkan material berusaha beban
konstruksi dari sekitar lingkungan,
lokasi proyek selama nilai sosial-
spesifikasinya sesuai. ekonomi, nilai
D
ekologi. Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
FI
dan tidak
melanggar
aturan.
N
10. Menghimbau kontraktor Tingkat pendapatan Peningkatan Tidak terkait Bukan DPH - -
untuk sebisa mungkin masyarakat pendapatan erat dengan
O
mendapatkan material masyarakat beban
konstruksi dari sekitar lingkungan,
lokasi proyek selama nilai sosial-
spesifikasinya sesuai. C ekonomi, nilai
ekologi. Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
&
dan tidak
melanggar
aturan.
PY
O
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
11. Menghimbau kontraktor Tingkat Peningkatan Tidak terkait Bukan DPH - -
EN
untuk sebisa mungkin perekonomian perekonomian erat dengan
mendapatkan material daerah daerah beban
konstruksi dari sekitar lingkungan,
lokasi proyek selama nilai sosial-
spesifikasinya sesuai. ekonomi, nilai
D
ekologi. Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
FI
dan tidak
melanggar
aturan.
N
12. Menghimbau kontraktor Persepsi Timbulnya Terkait DPH Tapak proyek 3 tahun, dengan
untuk meminimalisir masyarakat persepsi negatif dengan nilai konstruksi dan asumsi persepsi
O
timbulnya gangguan masyarakat ekologi dan permukiman masyarakat
bagi masyarakat menimbulkan Pantai selama kegiatan
setempat, khususnya kekhawatiran Pelawan konstruksi adalah
gangguan lalu lintas
laut, debu, dan
kebisingan.
C masyarakat sama.
&
13. Menghimbau kontraktor Prevalensi penyakit Peningkatan Terkait DPH Tapak proyek 1 bulan, dengan
untuk meminimalisir prevalensi dengan konstruksi dan asumsi rata-rata
dampak penyebaran penyakit kekhawatiran permukiman potensi debu dan
debu. (khususnya masyarakat Pantai penyebarannya
PY
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
14. Pembersihan dan Menghimbau kontraktor Kualitas udara Penurunan Terkait DPH Tapak proyek 1 hari, dengan
EN
pematangan lahan untuk meminimalisir ambien dan tingkat kualitas udara dengan nilai konstruksi dan asumsi bahwa
penyebaran debu kebisingan ambien dan ekologi dan permukiman di dalam rata-rata
dengan melakukan peningkatan menimbulkan Pantai sebaran debu
penyiraman; serta kebisingan kekhawatiran Pelawan. selama 3 tahun
menghimbau untuk tidak dari konstruksi
D
melakukan kegiatan masyarakat. dianggap sama
konstruksi di malam sehingga besaran
hari. yang perlu
FI
dikelola dan
dipantau setiap
harinya sama.
N
15. Menghimbau kontraktor Debit air larian Peningkatan Terkait DPH Tapak proyek 1 tahun, dengan
untuk membuat sumur debit air larian dengan nilai konstruksi dan memperhitungkan
O
resapan. ekologi dan permukiman di debit air larian
menimbulkan Pantai pada musim
kekhawatiran Pelawan. penghujan dan
C dari
masyarakat.
musim kemarau.
Kemudian
diasumsikan
bahwa debit air
&
larian hingga
tahap konstruksi
selesai sama.
PY
O
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
16. Menghimbau kontraktor Tingkat erosi Peningkatan Terkait DPH Tapak proyek 1 tahun, dengan
EN
untuk melakukan erosi dengan nilai konstruksi memperhitungkan
pematangan lahan ekologi dan curah hujan pada
secara berjenjang menimbulkan musim penghujan
kekhawatiran dan musim
masyarakat. kemarau.
D
Kemudian
diasumsikan
bahwa tingkat
FI
erosi hingga
tahap konstruksi
selesai sama.
N
17. Kegiatan pemecahan Potensi getaran Terjadinya Terkait DPH Tapak proyek 2 tahun, yaitu
batuan pada saat getaran apabila dengan nilai konstruksi memperhitungkan
O
pematangan lahan dilaksanakan ekologi dan hingga lamanya kegiatan
sebisa mungkin blasting pada menimbulkan permukiman di pematangan
dilakukan oleh hammer, saat pematangan kekhawatiran Desa Pangke lahan
apabila tidak
memungkinkan baru
menggunakan blasting
C lahan. masyarakat. Barat. berlangsung.
(peledakan). Kegiatan
&
blasting apabila perlu
dilakukan akan
dilaksanakan oleh juru
PY
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
18. - Profil topografi Perubahan profil Tidak terkait Bukan DPH - -
EN
topografi erat dengan
(bentang alam) beban
lingkungan,
nilai sosial-
ekonomi, nilai
D
ekologi. Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
FI
dan tidak
melanggar
aturan.
N
19. Menghimbau kontraktor Kerapatan vegetasi Berkurangnya Tidak terkait Bukan DPH Tapak proyek -
untuk mempertahankan darat tutupan vegetasi erat dengan tapi perlu konstruksi
O
vegetasi pada area yang darat beban dikelola
ditetapkan sebagai lingkungan,
green-belt (Ruang nilai sosial-
Terbuka Hijau),
khususnya yang berupa
pohon berkayu, kecuali
C ekonomi, nilai
ekologi. Tidak
menimbulkan
jika keberadaannya kekhawatiran
&
mengganggu bangunan dan tidak
yang akan dibangun. melanggar
aturan.
PY
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
menimbulkan
EN
kekhawatiran
dan tidak
melanggar
aturan.
21. Menjaga hubungan baik Persepsi Munculnya Terkait DPH Desa Pangke 3 tahun, yaitu
D
dengn masyarakat masyarakat persepsi negatif dengan nilai Barat, selama kegiatan
sekitar dan menjalin masyarakat sosial- khususnya konstruksi
kerja sama ekonomi dan permukiman dilaksanakan.
FI
menimbulkan Pantai
kekhawatiran Pelawan.
masyarakat
N
22. - Kelimpahan vektor Berkembangnya Tidak terkait Bukan DPH Permukiman -
penyakit vektor penyakit erat dengan tapi bukan Pantai
O
(khususnya beban dikelola Pelawan
nyamuk) lingkungan,
nilai sosial-
C ekonomi, nilai
ekologi. Tidak
menimbulkan
&
kekhawatiran
dan tidak
melanggar
aturan.
PY
O
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
23. Menghimbau kontraktor Prevalensi penyakit Peningkatan Menimbulkan DPH Tapak proyek 1 tahun, yaitu
EN
untuk meminimalisir prevalensi kekhawatiran konstruksi dan dengan
sebaran debu dengan penyakit masyarakan permukiman memperhitungkan
melakukan penyiraman (khususnya akan sebaran Pantai prevalensi
ISPA) debu yang Pelawan penyakit terkait
akan terjadi musim penghujan
D
dan kemarau.
Selanjutnya
diasumsikan
FI
sama hingga
berakhirnya
masa konstruksi
N
24. Pekerjaan Menghimbau kontraktor Kualitas udara Penurunan Terkait DPH Tapak proyek 1 hari, dengan
konstruksi untuk meminimalisir ambien dan tingkat kualitas udara dengan nilai konstruksi dan asumsi bahwa
O
fasilitas utama sebaran debu dengan kebisingan ambien dan ekologi dan permukiman dalam rata-rata
dan penunjang melakukan penyiraman peningkatan menimbulkan Pantai sebaran debu
kebisingan kekhawatiran Pelawan selama 3 tahun
C masyarakat konstruksi
dianggap sama
sehingga besaran
&
yang perlu
dikelola dan
dipantau setiap
harinya sama.
PY
25. - Kualitas air laut Penurunan Terkait DPH Tapak proyek 1 tahun, yaitu
kualitas air laut dengan nilai pembangunan dengan
di sekitar lokasi ekologi dan jetty dan memperhatikan
jetty menimbulkan radius 500 pola arus dan
O
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
tersebut, hal musim;
EN
ini terkait selanjutnya
dengan diasumsikan
potensi sama hingga
sebaran TSS konstruksi jetty
selesai.
D
26. - Profil bathimetri Perubahan profil Tidak terkait Bukan DPH - -
bathimetri di erat dengan
FI
lokasi beban
pembangunan lingkungan,
jetty nilai sosial-
ekonomi, nilai
N
ekologi. Tidak
menimbulkan
O
kekhawatiran
dan tidak
melanggar
27. -
C
Dinamika
hidrooseanografi
Perubahan
dinamika
aturan.
Tidak terkait
erat dengan
Bukan DPH - -
&
hidrooseanografi beban
(pola arus) lingkungan,
nilai sosial-
ekonomi, nilai
PY
ekologi. Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
dan tidak
O
melanggar
aturan.
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
28. Menghimbau kontraktor Potensi limbah padat Timbulnya Tidak terkait Bukan DPH Tapak proyek -
EN
untuk membangun TPS limbah padat erat dengan tapi perlu konstruksi
sampah dan bekerja dari berupa sisa beban dikelola
sama dengan instansi material lingkungan,
pengelola sampah di konstruksi nilai sosial-
Kab. Karimun ekonomi, nilai
D
ekologi. Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
FI
dan tidak
melanggar
aturan.
N
29. - Struktur komunitas Berkurangnya Terkait DPH Tapak proyek 1 tahun, yaitu
biota laut keanekaragaman dengan nilai pembangunan dengan
O
dan kelimpahan sosial- jetty dan memperhatikan
plankton, ekonomi (mata radius 500 pola arus dan
benthos, dan pencaharian meter dari sebaran sedimen
C nekton;
khususnya
plankton yang
nelayan), nilai
ekologi, dan
menimbulkan
tapak
tersebut, hal
ini terkait
pada setiap
musim;
selanjutnya
merupakan kekhawatiran dengan diasumsikan
&
pakan alami ikan masyarakat potensi sama hingga
serta benthos (khususnya sebaran TSS konstruksi jetty
dan nekton masyarakat yang selesai.
PY
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
30. Menjaga hubungan baik Persepsi Timbulnya Terkait DPH Desa Pangke 3 tahun, yaitu
EN
dengan masyarakat dan masyarakat persepsi negatif dengan nilai Barat, hingga kegiatan
selalu bekerja sama masyarakat, sosial- khususnya konstruksi
dengan masyarakat khususnya ekonomi dan permukiman selesai dilakukan
akibat adanya Pantai
penurunan kekhawatiran Pelawan
D
kualitas udara masyarakat
dan potensi tentang
turunnya hasil dampak-
FI
tangkapan dampak negatif
nelayan ketika
kegiatan
N
konstruksi
31. Menjaga hubungan baik Keamanan dan Konflik sosial Terkait DPH Desa Pangke 3 tahun, yaitu
O
dengan masyarakat ketertiban dengan nilai Barat, hingga kegiatan
sehingga konflik sosial masyarakat sosial- khususnya konstruksi
terhindar ekonomi dan permukiman selesai dilakukan
C adanya
kekhawatiran
dari
Pantai
Pelawan
masyarakat
&
32. - Kelimpahan vector Peningkatan Tidak terkait Bukan DPH - -
penyakit vektor penyakit erat dengan
akibat adanya beban
PY
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
Tidak
EN
menimbulkan
kekhawatiran
dan tidak
melanggar
aturan.
D
33. Menghimbau kontraktor Prevalensi penyakit Peningkatan Terkait DPH Tapak proyek 1 tahun, yaitu
untuk meminimalir prevalensi dengan nilai konstruksi dan dengan
sebagan debu sehingga penyakit ekologi dan permukiman memperhitungkan
FI
tidak mengganggu (khususnya menimbulkan Pantai prevalensi
masyarakat ISPA akibat kekhawatiran Pelawan penyakit terkait
debu) dari musim penghujan
N
masyarakat dan kemarau.
Selanjutnya
O
diasumsikan
sama hingga
berakhirnya
34. Penggunaan
utilitas pada tahap
Menghimbau kontraktor
untuk membangun TPS
C
Potensi limbah padat Timbulan limbah
padat dari
Tidak terkait
erat dengan
Bukan DPH
tapi perlu
Tapak proyek
konstruksi
masa konstruksi
-
&
konstruksi sampah dan bekerja aktivitas para beban dikelola
sama dengan instansi pekerja lingkungan,
pengelola sampah di konstruksi nilai sosial-
Kab. Karimun ekonomi, nilai
PY
ekologi. Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
dan tidak
melanggar
O
aturan.
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
35. Menghimbau kontraktor Potensi air limbah Timbulan air Tidak terkait Bukan DPH Tapak proyek
EN
untuk membangun WC domestik limbah domestik erat dengan tapi perlu konstruksi
dengan jumlah yang dari aktivitas beban dikelola
memadai untuk para pekerja lingkungan,
keperluan para pekerja konstruksi nilai sosial-
ekonomi, nilai
D
ekologi. Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
FI
dan tidak
melanggar
aturan.
N
36. Menghimbau kontraktor Potensi oli bekas Timbulan oli Terkait DPH Tapak proyek 1 bulan, dengan
untuk menampung oli bekas dari dengan nilai konstruksi asumsi rata-rata
O
bekas dari penggunaan penggunaan ekologi dan volume oli bekas
genset pada drum dan genset untuk kekhawatiran yang dihasilkan
menempatkannya pada kebutuhan listrik masyarakat dari operasional
ruang khusus yang
lantainya kedap air, lalu
bekerja sama dengan
C kegiatan
konstruksi
genset
selanjutnya sama
hingga kegiatan
perusahaan pengangkut konstruksi
&
dan/atau pemanfaat selesai.
limbah oli bekas
37. - Kelimpahan vektor Peningkatan Tidak terkait Bukan DPH - -
PY
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
Tidak
EN
menimbulkan
kekhawatiran
dan tidak
melanggar
aturan.
D
- Prevalensi penyakit Peningkatan Tidak terkait Bukan DPH - -
prevalensi erat dengan
penyakit beban
FI
(khususnya lingkungan,
akibat nilai sosial-
berkembangnya ekonomi, nilai
N
vector ekologi. Tidak
pernyakit) menimbulkan
O
kekhawatiran
dan tidak
melanggar
TAHAP OPERASIONAL
Penerimaan Memprioritaskan tenaga
C
Tingkat kesempatan Peningkatan
aturan.
pegawai yang
berhenti bekerja.
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
2. Memberikan upah Tingkat pendapatan Peningkatan Terkait DPH Desa Pangke Selama kegiatan
EN
sesuai dengan masyarakat pendapatan dengan nilai Barat operasional
ketentuan, tingkatan, masyarakat sosial ekonomi PLTU, yaitu 30
prestasi kerja, dan masa masyarakat tahun. Dengan
kerja asumsi
pemberian upah
D
akan tetap
dilakukan sesuai
ketentuan hingga
FI
30 tahun ke
depan.
3. - Tingkat Peningkatan Tidak terkait Bukan DPH - -
N
perekonomian perekonomian erat dengan
daerah daerah beban
O
lingkungan,
nilai sosial-
ekonomi, nilai
C ekologi. Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
dan tidak
&
melanggar
aturan.
PY
O
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
4. Menjalin hubungan baik Persepsi Munculnya Terkait DPH Desa Pangke 5 tahun,
EN
dengan masyarakat dan masyarakat persepsi positif dengan nilai Barat diasumsikan
saling bekerja sama masyarakat sosial- hingga 5 tahun
ekonomi ke depan bentuk
masyarakat sikap dan
perilaku
D
masyarakat Desa
Pangke Barat
tidak banyak
FI
berubah
5. Pengadaan, Menyiapkan dust Kualitas udara Penurunan Terkait DPH Jalur conveyor 1 tahun, dengan
Mobilisasi, dan suppression pada ambien dan tingkat kualitas udara dengan nilai dari jetty memperhitungkan
N
Bongkar Muat conveyor kebisingan ambien dan ekologi dan hingga arah dan
Bahan Baku peningkatan adanya stockpile dan kecepatan angin
O
kebisingan kekhawatiran permukiman yang berubah
(khususnya dari dari Pantai setiap bulannya.
pengangkutan masyarakat Pelawan Selanjutnya
C batubara dengan
conveyor)
diasumsikan
sama hingga 29
tahun ke depan.
&
6. Memastikan bahwa Kualitas air laut Penurunan Tidak terkait Bukan DPH Perairan -
kapal pengangkut kualitas air laut erat dengan tapi perlu sekitar jetty
dilengkapi dengan dari aktivitas beban dikelola
penampung air kotor kapal lingkungan,
PY
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
Tidak
EN
menimbulkan
kekhawatiran
dan tidak
melanggar
aturan.
D
7. Berkoordinasi dengan Beban lalu lintas Peningkatan Menimbulkan DPH Perairan Desa 3 tahun;
Dinas Perhubungan dan laut beban lalu kekhawatiran Pangke Barat diasumsikan
Administrator Pelabuhan lintas laut yang masyarakat, sekitar jetty hingga 3 tahun
FI
mengenai alur pelayaran juga khususnya PT. Soma ke depan beban
yang akan digunakan, berpengaruh masyarakat Daya Utama lalu lintas laut di
serta memasang rambu- terhadap nelayan. sekitar jetty PT.
N
rambu di alur masuk dan aktivitas kapal Soma Daya
alur keluar kapal. nelayan Utama tidak
O
berubah
signifikan.
8. Mencegah terjadinya Struktur komunitas Berkurangnya Tidak terkait Bukan DPH Perairan Desa -
pencemaran laut dari
aktivitas kapal
pengangkut yang dapat
C
biota laut keanekaragaman
dan kelimpahan
plankton,
erat dengan
beban
lingkungan,
tapi perlu
dikelola
Pangke Barat
sekitar jetty
PT. Soma
&
berpengaruh terhadap benthos, dan nilai sosial- Daya Utama
biota air. nekton; ekonomi, nilai
khususnya ekologi. Tidak
plankton yang menimbulkan
PY
merupakan kekhawatiran
pakan alami ikan dan tidak
serta benthos melanggar
dan nekton yang aturan.
merupakan
O
tangkapan
nelayan
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
9. Mencegah terjadinya Persepsi Munculnya Menimbulkan DPH Desa Pangke 5 tahun,
EN
pencemaran laut dan masyarakat persepsi negatif kekhawatiran Barat diasumsikan
gangguan lalu lintas masyarakat masyarakat hingga 5 tahun
pelayaran, serta (khususnya ke depan bentuk
menjaga hubungan baik masyarakat sikap dan
dengan masyarakat nelayan Desa perilaku
D
(khususnya nelayan) Pangke Barat) masyarakat Desa
Pangke Barat
tidak banyak
FI
berubah
10. Mencegah timbulnya Keamanan dan Munculnya Menimbulkan DPH Desa Pangke 5 tahun,
persepsi negatif ketertiban konflik sosial kekhawatiran Barat diasumsikan
N
masyarakat yang masyarakat akibat persepsi masyarakat hingga 5 tahun
berujung pada konflik negatif yang (khususnya ke depan bentuk
O
sosial tidak ditangani masyarakat sikap dan
nelayan Desa perilaku
Pangke Barat) masyarakat Desa
C Pangke Barat
tidak banyak
berubah
&
11. Meminimalisir sebaran Prevalensi penyakit Peningkatan Terkait DPH Permukiman 1 tahun, dengan
debu dengan memasan prevalensi dengan nilai Pantai memperhitungkan
dust suppression pada penyakit ekologi dan Pelawan arah dan
conveyor sehingga (khususnya adanya kecepatan angin
PY
sama hingga 29
tahun ke depan.
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
12. Operasional PLTU Menggunakan Potensi emisi gas Timbulnya emisi Terkait DPH Tapak PLTU 1 tahun, dengan
EN
dan jaringan Electrostatic buang dari cerobong gas buang dengan nilai dan memperhitungkan
listrik Presipitator untuk (khususnya NOx ekologi dan permukiman arah dan
menangkap abu, sistem dan SOx) serta adanya Desa Pangke kecepatan angin
low NOx burner untuk abu kekhawatiran Barat yang berubah
menghindari masyarakat setiap bulannya.
D
terbentuknya NOx, dan akan dampak Selanjutnya
penggunaan limestone emisi gas diasumsikan
(CaCO3) untuk buang dan abu sebaran emisi
FI
mengurangi mengikat dan abu sama
SOx hingga 29 tahun
ke depan.
N
13. Terkait dengan Kualitas udara dan Penurunan Terkait DPH Tapak PLTU 1 tahun, dengan
pengelolaan emisi gas tingkat kebisingan kualitas udara dengan nilai dan memperhitungkan
O
buang dan abu dari dan peningkatan ekologi dan permukiman arah dan
cerobong, serta dengan kebisingan adanya Desa Pangke kecepatan angin
menanam vegetasi yang kekhawatiran Barat yang berubah
rapat pada green belt
(misalnya bambu)
C masyarakat setiap bulannya.
Selanjutnya
diasumsikan
sebaran emisi
&
dan abu yang
berpengaruh
terhadap kualitas
PY
udara sama
hingga 29 tahun
ke depan.
Demikian juga
halnya dengan
O
dampak bising.
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
14. Memastikan bahwa air Kualitas air laut Penurunan Terkait DPH Perairan laut 3 tahun, dengan
EN
yang dibuang di laut kualitas air laut dengan nilai Desa Pangke asumsi kondisi
telah diolah di WWTP dari buangan air ekologi dan Barat perairan tidak
terlebih dahulu, limbah dari kekhawatiran berubah
kegiatan PLTU masyarakat signifikan selama
(khususnya 3 tahun ke depan.
D
masyarakat Untuk
nelayan) selanjutnya perlu
memperhatikan
FI
perkembangan
daerah dan
kegiatan lain
N
yang juga
berpotensi
menurunkan
O
kualitas air laut
15. Menyediakan tempat Potensi limbah padat Timbulnya Terkait DPH Tapak PLTU 1 bulan, dengan
penampung gypsum dan
bekerja sama dengan
pihak lain untuk
C limbah padat
yang sifatnya
non-B3 dari
dengan nilai
ekologi dan
kekhawatiran
asumsi rata-rata
jumlah gypsum
yang dihasilkan
melakukan kegiatan PLTU, masyarakat pada bulan-bulan
&
pengangkutan dan/atau yaitu gipsum akan limbah berikutnya akan
pemanfaatannya yang timbul sama selama
kapasitas PLTU
PY
tidak berubah
O
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
16. Memasang Eletrostatic Potensi fly-ash dan Timbulnya Berpotensi DPH Tapak PLTU 1 bulan, dengan
EN
Presipitator, bottom ash limbah padat memberikan dan asumsi rata-rata
menyediakan ash yang sifatnya B3 beban permukiman jumlah fly-ash
disposal area, dan terhadap Desa Pangke dan bottom-ash
bekerja sama dengan lingkungan, Barat yang dihasilkan
pihak lain untuk mengganggu pada bulan-bulan
D
mengangkut dan/atau nilai ekologi, berikutnya akan
memanfaatkan fly-ash dan sama selama
dan bottom. Pengelolaan menimbulkan kapasitas PLTU
FI
juga mengacu Per. kekhawatiran tidak berubah
MENLH No 18 tahun masyarakat
2009 dan Per. MENLH
N
No. 30 Tahun 2009
17. Membangun WWTP Potensi air limbah Timbulnya air Dikhawatirkan DPH WWTP, outlet 1 bulan, dengan
O
dengan proses fisik dari kegiatan PLTU limbah dari member beban air limbah, dan asumsi rata-rata
maupun kimia kegiatan PLTU, terhadap perairan jumlah air limbah
(oksidasi, flokulasi, yaitu dari lingkungan dan sekitar outlet. yang dihasilkan
sedimentasi, filtrasi,
dan netralisasi).
Untuk air limbah yang
C kegiatan
blowdown
boiler,
mengganggu
nilai ekologi
pada bulan-bulan
berikutnya akan
sama selama
blowdown kapasitas PLTU
&
berminyak akan cooling tower, tidak berubah
digunakan oil laboratorium,
separator. Air limbah dll.
PY
terolah yang
dihasilkan dapat
digunakan untuk
menyiram timbunan
O
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
penyebaran debu.
EN
Pengelolaan juga
mengacu pada Per.
MENLH No. 8 Tahun
2009.
DPH
D
18. Memberikan layanan Layanan prasarana Peningkatan Terkait Manfaat dapat 30 tahun, yaitu
listrik yang baik bagi listrik layanan listrik dengan nilai dirasakan oleh selama umur
para pelanggan dengan sebesar 50 MW, sosial- kegiatan teknis PLTU
FI
harga yang kompetitif. khususnya untuk ekonomi industri dan
keperluan masrakat dan masyarakat di
industri. perekonomian Tanjung Balai
N
daerah Karimun
19. Mencegah terjadinya Struktur komunitas Berkurangnya Terkait DPH Perairan Desa 3 tahun, dengan
O
pencemaran air laut biota laut keanekaragaman dengan nilai Pangke Barat asumsi kondisi
akibat pembuangan air dan kelimpahan sosial- perairan tidak
limbah dengan plankton, ekonomi, nilai berubah
membangun WWTP
C benthos, dan
nekton;
khususnya
ekologi, dan
adanya
kekhawatiran
signifikan selama
3 tahun ke depan.
Untuk
plankton yang masyarakat selanjutnya perlu
&
merupakan (khususnya memperhatikan
pakan alami ikan masyarakat perkembangan
serta benthos nelayan) daerah dan
PY
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
20. Memberikan layanan Tingkat Peningkatan Terkait DPH Manfaat dapat 30 tahun, yaitu
EN
listrik yang baik perekonomian perekonomian dengan nilai dirasakan oleh selama umur
sehingga mendorong daerah daerah akibat sosial- kegiatan teknis PLTU
perekonomian daerah meningkatnya ekonomi dan industri dan
layanan perekonomian masyarakat di
prasarana wilayah Tanjung Balai
D
listrik. Karimun
21. Mencegah timbulnya Persepsi Timbulnya Terkait DPH Desa Pangke 5 tahun,
FI
pencemaran dan masyarakat persepsi dengan nilai Barat diasumsikan
menjalin kerjasama yang masyarakat sosial- hingga 5 tahun
baik dengan masyarakat (baik positif ekonomi dan ke depan bentuk
sekitar maupun negatif, adanya sikap dan
N
tergantung pada kekhawatiran perilaku
dampak dari masyarakat Desa
O
pemicunya) masyarakat Pangke Barat
tidak banyak
berubah
22. Mencegah terjadinya
persepsi negatif
masyarakat yang
C
Keamanan dan
ketertiban
masyarakat
Terjadinya
konflik sosial
Terkait
dengan nilai
sosial-
DPH Desa Pangke
Barat
5 tahun,
diasumsikan
hingga 5 tahun
&
berujung pada konflik ekonomi dan ke depan bentuk
sosial adanya sikap dan
kekhawatiran perilaku
dari masyarakat Desa
PY
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
23. Meminimalisir emisi gas Prevalensi penyakit Peningkatan Adanya DPH Desa Pangke 1 tahun, dengan
EN
buang yang memberikan prevalensi kekhawatiran Barat memperhitungkan
dampak turunan penyakit masyarakat arah dan
terhadap peningkatan (khususnya akan adanya kecepatan angin
prevalensi penyakit ISPA) dampak ini yang berubah
ISPA; yaitu dengan: setiap bulannya.
D
memasang Electrostatic Selanjutnya
Presipitator, diasumsikan
menggunakan sistem sebaran emisi
FI
low NOx burner, dan dan abu sama
menggunakan limestone hingga 29 tahun
untuk mengikat SOx ke depan.
N
24. Penggunaan Membangun TPS Potensi limbah padat Timbulnya Terkait DPH Tapak PLTU 1 bulan, dengan
utilitas pada tahap sampah domestik limbah domestik dengan nilai asumsi rata-rata
O
operasional dari aktivitas ekologi dan volume sampah
para karyawan adanya yang dihasilkan
kekhawatiran pada bulan-bulan
C masyarakat
apabila
dampak ini
berikutnya sama;
kecuali apabila
kapasitas PLTU
tidak dikelola berubah yang
&
berkonsekwensi
pada penambahan
pekerja.
PY
O
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
25. Mengolahnya Septic Potensi air limbah Timbulnya air Terkait DPH Tapak PLTU, 1 bulan, dengan
EN
tank domestik limbah domestik dengan nilai outlet air asumsi rata-rata
dari aktivitas ekologi yang limbah debit air limbah
para karyawan akan domestik, dan domestik yang
terpengaruhi perairan dihasilkan pada
sekitar outlet bulan-bulan
D
berikutnya sama;
kecuali apabila
kapasitas PLTU
FI
berubah yang
berkonsekwensi
pada penambahan
N
pekerja.
26. - Potensi limbah oli Timbulnya oli Terkait DPH Tapak PLTU 3 bulan, dengan
O
bekas bekas dari dengan nilai asumsi rata-rata
aktivitas ekologi yang volume limbah oli
kendaraan akan bekas yang
C operasional terpengaruhi dihasilkan pada
bulan-bulan
berikutnya sama.
&
27. Membangun TPS untuk Kelimpahan vektor Berkembangnya Tidak terkait Bukan DPH - -
menampung sampah dan penyakit vektor penyakit erat dengan namun perlu
bekerja sama dengan akibat timbulan beban dikelola
instansi terkait untuk limbah yang lingkungan,
PY
vektor penyakit
C
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
Tidak
EN
menimbulkan
kekhawatiran
dan tidak
melanggar
aturan.
D
28. - Prevalensi penyakit Peningkatan Tidak terkait Bukan DPH - -
prevalensi erat dengan
penyakit akibat beban
FI
berkembangnya lingkungan,
vektor penyakit nilai sosial-
ekonomi, nilai
N
ekologi. Tidak
menimbulkan
O
kekhawatiran
dan tidak
melanggar
AL
RENCANA PENGELOLAAN KOMPONEN PELINGKUPAN
BATAS
KEGIATAN LINGKUNGAN YANG LINGKUNGAN DAMPAK EVALUASI KESIMPULAN WILAYAH
NO. WAKTU
PENYEBAB SUDAH TERKENA POTENSIAL DAMPAK DPH STUDI
TI
KAJIAN
DAMPAK DIRENCANAKAN DAMPAK POTENSIAL
TAHAP PASCA OPERASIONAL
EN
1 Persepsi - Persepsi Timbulnya Terkait DPH Terkait 1 tahun atau
masyarakat masyarakat persepsi dengan adanya dengan selama studi
masyarakat kekhawatiran cakupan kelayakan untuk
karena keraguan masyarakat layanan PLTU, operasional
apakah PLTU yaitu Tanjung PLTU lebih lanjut
D
akan terus Balai Karimun selesai
beroperasi atau
FI
tidak
N
O
C
&
PY
O
C
AL
Gambar 2.36
2.36.
36. Peta Batas Wilayah Studi ANDAL Kegiatan PLTU PT. Soma Daya Utama
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
BAB III
III
METODE STUDI
AL
Pengumpulan dan analisis data dari komponen lingkungan geo-fisik-kimia, tata
ruang dan lalu lintas, biologi, sosial, dan kesehatan masyarakat dilakukan dalam
rangka menyusun rona lingkungan hidup awal pada saat studi dilakukan. Data rona
TI
lingkungan hidup awal digunakan sebagai basis data. Selanjutnya data rona
lingkungan hidup awal yang telah tersusun ini bersama dengan deskripsi rencana
EN
kegiatan digunakan sebagai dasar untuk memprakirakan dan mengevaluasi
dampak penting rencana kegiatan terhadap komponen lingkungan. Dari hasil
evaluasi dampak tersebut di atas, selanjutnya dijadikan dasar untuk menyusun
D
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
FI
(RPL).
N
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan secara langsung di lapangan, melalui pengambilan contoh,
O
Secara lebih detail fungsi dari pengumpulan dan analisis data dapat dilihat pada
diagram alir di bawah ini.
Deskripsi Rencana
Kegiatan Prakiraan Evaluasi RKL dan
Dampak Dampak RPL
Penting Penting
Rona Lingkungan
Hidup Awal
Pengumpulan dan
AL
Analisis Data
TI
3.1.1. Komponen Geo-
Geo-Fisik-
Fisik-Kimia
EN
(1) Kualitas Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan
Data mengenai kualitas udara dan kebisingan diambil secara langsung di
D
lapangan melalui survei dan pengambilan contoh, sehingga datanya merupakan
FI
data primer. Berikut diuraikan secara detail metode studinya:
N
(TSP), SO2, NO2, CO, sedangkan data kebisingan yang dikumpulkan adalah
C
tingkat bising.
contoh, yaitu di lokasi yang rencananya akan dibangun PLTU PT. Soma Daya
Utama (sebagai rencana sumber pencemar) dan di permukiman Pantai
Pelawan (sebagai obyek terkena dampak). Pengukuran tingkat kebisingan
O
juga dilakukan pada titik pengambilan contoh yang sama dengan pengambilan
contoh kualitas udara ambien, hal ini karena kebisingan dan pencemaran
C
udara umumnya berasal dari sumber yang sama. Lokasi pengambilan contoh
kualitas udara ambien dan pengukuran tingkat kebisingan dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
3.3.
AL
dengan cara pengukuran menggunakan alat Dust Sampler atau Hi-Volt.
Data tingkat bising juga termasuk data primer yang dikumpulkan dengan
TI
cara pengukuran tingkat bising menggunakan alat Sound Level Meter.
Pengumpulan data primer kualitas udara ambien dilakukan berdasarkan
EN
metode analisis yang tercantum dalam PP No. 41 Tahun 1999 tentang
“Pengendalian Pencemaran Udara”. Pengumpulan data primer tingkat
kebisingan dilakukan berdasarkan metode yang tercantum dalam Kep.
D
MENLH No. 48 Tahun 1996 tentang “Baku Tingkat Kebisingan”; yaitu
FI
pengukuran dilakukan selama 10 menit dengan pembacaan setiap 5 detik.
Metoda analisis parameter kualitas udara ambien dan kebisingan disajikan
N
Tabel 3.1
3.1. Metode Analisis Parameter Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan
C
WAKTU METODE
NO. PARAMETER PERALATAN
PENGUKURAN ANALISIS
1. Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam Pararosanilin Spetrofotometer*
&
Sumber:
* : PP No. 41 Tahun 1999 tentang “Pengendalian Pencemaran Udara”
C
Tabel 3.2
3.2. Parameter dan Baku Mutu Kualitas Udara dan Kebisingan
AL
3
1. Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm 900 *
3
2. Karbon Monoksida (CO) µg/Nm 30.000 *
3
3. Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm 400 *
TI
3
4. Debu (TSP) µg/Nm 90 *
EN
Sumber:
* : Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999
** : KepMenLH Nomor 48 Tahun 1996
D
FI
(2) Debit Air Larian
Peningkatan debit air larian terjadi akibat pembersihan vegetasi pada saat
N
kegiatan pembersihan dan pematangan lahan. Air larian ini terbentuk pada saat
turun hujan. Dampak peningkatan debit air larian ini akan signifikan terasa,
O
terutama pada musim penghujan. Debit air larian dihitung dari data-data
2
sekunder mengenai luas areal yang dibuka (m ) dan intensitas curah hujan
C
maksimal (mm/jam). Berikut diuraikan secara rinci metode analisis air larian
tersebut:
&
Parameter yang diteliti adalah peningkatan debit air larian yang terjadi
setelah lahan dibuka/dibersihkan.
O
12,03 Ha), sedangkan data intensitas curah hujan maksimal didapatkan dari
stasiun BMG setempat.
intensitas curah hujan maksimal (mm/jam). Data luas areal yang dibuka sama
dengan luas areal jalan yang akan dibangun. Data intensitas curah hujan
maksimal didapatkan dari BMG setempat.
AL
Q=CiA
TI
dimana :
EN
3 3 -1
Q = Debit air larian (m per hari hujan atau m Jam )
C = Koefisien air larian
i = Intensitas hujan rata-rata (mm)
A =
D
Luas daerah proyek kegiatan (m )
2
FI
Nilai C dapat dipakai 0,13 – 0,17 atau dihitung dengan menggunakan rumus:
N
12
C = ∑ (dx86400 x Q ) / P / 1000) ( A)
i =1
O
dimana :
C = Koefisien air larian
C
3
Q = Debit rata-rata bulanan (m )
P = Curah hujan rata-rata setahun (mm/tahun)
&
2
A = Luas areal (m )
d = Jumlah hari dalam satu tahun
PY
(3) Erosi
Kegiatan pembersihan dan pematangan lahan dapat menimbulkan dampak
O
peningkatan erosi tanah di sekitar lokasi kegiatan, terutama pada lahan yang
C
AL
sekunder yang diperoleh dari Badan Meterologi dan Geofisika (BMG)
setempat dan kepustakaan.
TI
d. Metode Analisis Data
Pendugaan besarnya erosi tanah di lahan lokasi rencana kegiatan dilakukan
EN
dengan menggunakan rumus USLE (Universal Soil Loss Equation) dari
Wischmeier dan Smith, yaitu :
D
A = R x K x LS x C x P
FI
dimana :
A = Jumlah Tanah Tererosi (Ton/Ha/Tahun)
N
R = 0,41 x H1,09
C
dimana :
R = Indeks Daya Erosi Curah Hujan (Erosivitas Hujan)
H = Curah Hujan Bulanan (mm)
Tabel 3.3
3.3. Nilai K (Erodibilitas Tanah) untuk Beberapa Jenis Tanah di Indonesia
NO.
NO. JENIS TANAH NILAI K
AL
1. Latosol (Inceptisol, Oxic Subgroup) 0,02
Darmaga, Bahan Induk Vulkanik
2. Mediteran Merah Kuning (Alfisol) 0,05
TI
Cicalengka, Bahan Induk Vulkanik
3. Mediteran (Alfisol) 0,21
Wonosari, Bahan Induk Breksi dan Batuan Liat
EN
4. Podsolik Merah Kuning (Ultisol) 0,15
Jonggol, Bahan Induk Batuan Liat
5. Regosol (Inceptisol) 0,11
Sentolo, Bahan Induk Batuan Liat
6. Grumusol (vertisol)
Blitar, Bahan Induk Serpih (Shale)
Sumber : Arsyad (1979)
D 0,24
FI
Faktor Panjang (L) dan Curamnya (S) Lereng
N
LS =
L
100
(
0,136 + 0,097 S + 0,0139S 2 )
C
dimana :
&
Faktor Vegetasi Penutup Tanah (C) dan Perlakuan Konservasi Tanah (P)
C
Tabel 3.4
3.4. Nilai C x P dari Beberapa Tipe Hutan
Hutan dan Penggunaan Lahan
AL
6. Kebun campuran 0,07
7. Pekarangan 0,20
8. Perkebunan tanaman keras, dengan tanaman penutup tanah 0,01
TI
9. Perkebunan tanaman keras, hanya sebagian dengan penutup 0,07
lahan
10. Rumput, menutup tanah dengan baik 0,01
EN
11. Rumput alang–alang 0,02
12. Rumput, alang-alang, dibakar setiap tahun 0,06
13. Rumput,sereh wangi 0,65
14. Tanaman tegalan, umbi-umbian 0,63
15.
16.
17.
Tanaman tegalan, kekacangan
Tanaman tegalan, campuran
Tanaman tegalan, padi beririgasi
D 0,36
0,43
0,02
FI
18. Sistim berladang (shifting cultivation) :
- 1 tahun ditanami, 1 tahun diberakan 0,28
- 1 tahun ditanami, 2 tahun diberakan 0,19
N
Tabel 3.5
3.5. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi
I II III IV V
Erosi Ton/Ha/Tahun
C
AL
Perkebunan.
Keterangan :
(O) SR : Sangat Ringan (I) R : Ringan (II) S : Sedang (III) B : Berat (IV) SB : Sangat
Berat.
TI
EN
(4) Getaran
Kegiatan pembongkaran batuan saat pematangan lahan yang menggunakan bahan
peledak menimbulkan dampak getaran. Berikut adalah metode untuk mengukur
dan menganalisa dampak getaran:
D
FI
a. Parameter yang Diteliti
Parameter yang diteliti adalah tingkat getaran.
N
O
b. Lokasi Pengukuran
Pengukuran tingkat getaran dilakukan di 1 lokasi pengamatan, yaitu di jalan
C
c. Metode Pengukuran
Pengukuran tingkat getaran dilakukan menggunakan alat ukur atau alas
analisis getaran (vibration meter atau vibration analyzer). Untuk mengetahui
O
AL
yaitu data hasil pengukuran getaran dibandingkan dengan baku mutu getaran
menurut Kep. MENLH Nomor 49 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran.
Baku tingkat getaran untuk kenyamanan dan kesehatan disajikan pada Tabel
TI
3.6
3.6.
EN
Tabel 3.6
3.6. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan
-6 -6
FREKUENSI NILAI TINGKAT GETARAN,
GETARAN, DALAM MIKRON (10 METER)
(HZ) Mengganggu Mengganggu Tidak Nyaman Menyakitkan
Mengganggu
D
FI
4 < 100 100 – 500 > 500 – 1.000 > 1.000
5 < 80 80 – 350 > 350 – 1.000 > 1.000
N
6,3 < 70 70 – 275 > 275 – 1.000 > 1.000
8 < 50 50 – 160 > 160 – 500 > 500
O
AL
Persyaratan Kualitas Air Bersih”. Parameter yang dipersyaratkan dan baku
mutu untuk masing-masing jenis air menurut peraturan perundangan
Republik Indonesia (RI) tersebut disajikan pada Tabel 3.7
3.7.
TI
Tabel 3.7
3.7. Baku Mutu Kualitas Air menurut Peraturan Perundangan RI
EN
BAKU MUTU BAKU MUTU
NO. PARAMETER SATUAN I
AIR SUMUR ) AIR LAUT II)
FISIKA
1.
2.
3.
Temperatur
Residu Terlarut (TDS)
Residu Tersuspensi (TSS)
D o
mg/L
mg/L
C deviasi 3 oC
1000
-
28 – 32
-
80
FI
4. Kekeruhan NTU 5 <5
5. Rasa - Tidak berasa -
N
6. Warna TCU 15 -
7. Bau - Tidak berbau Alami
o
8. Salinitas /oo - s.d 34
O
KIMIA ANORGANIK
9. pH - 6,5 – 8,5 7 – 8,5
C
AL
38. Alumunium (Al) mg/L - -
39. Nikel mg/L - 0,05
MIKROBIOLOGI
40. Fecal Coli MPN/100 ml 0 -
TI
41. Total Coli MPN/100 ml 0 1000
KIMIA ORGANIK
42. Minyak dan Lemak μg/L - 1
EN
43. Deterjen sebagai MBAS (Methylen Blue μg/L 0,5 1
Active Substance)
44. Pentachlorophenol μg/L 0,01 -
45. Total Organik Matter/TOM mg/l 10 -
(KMnO4)
46. Pestisida Total
Keterangan: D μg/L 0,1 -
FI
i) Baku mutu Kep. MENKES No. 416 Tahun 1990, Lampiran II
ii) Baku mutu Kep. MENLH No. 51 Tahun 2004, Lampiran III
N
b. Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel air dilakukan di: 3 titik di perairan laut sepanjang Pantai
O
Pelawan (yaitu 1 titik di sebelah Utara pelantar kayu PT. Pelindo, 1 titik di
C
Pantai Wisata Pelawan, dan 1 titik di perairan laut antara pelantar kayu dan
Pantai Wisata Pelawan); dan 1 titik di sumur permukiman masyarakat Pantai
Pelawan. Lokasi pengambilan sampel air laut ditunjukkan pada Gambar 3.3.
3.3
&
Pada masing-masing titik sampling diambil minimal 2 liter air. Sampel yang
o
diambil tersebut diawetkan dengan cara didinginkan sampai suhu 4 C. Sampel
yang telah diawetkan ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
O
Metode yang digunakan untuk analisa adalah metode yang tercantum dalam
C
Tabel 3.8
3.8. Metode Analisis Kualitas Air
NO. PARAMETER SATUAN METODE/TEKNIK PENGUJIAN
FISIKA
o
1. Temperatur C APHA ed. 22th 2550 B, 2012
2. Residu Terlarut (TDS) mg/L APHA ed. 22th 2540 C, 2012
3. Residu Tersuspensi (TSS) mg/L APHA ed. 22th 2540 D, 2012
AL
4. Kekeruhan NTU APHA ed. 22th 2130 B, 2012
5. Rasa - APHA ed. 22th 2160 C, 2012
6. Warna TCU APHA ed. 22th 2120 C, 2012
7. Bau - APHA ed. 22th 2150 B, 2012
TI
o
8. Salinitas /00 APHA ed. 22th 2012
KIMIA ANORGANIK
EN
9. pH - APHA ed. 22th 4500-H + B, 2012
10. Biological Oxygen Demand (BOD5) mg/L APHA ed. 22th 5210 B, 2012
11. Chemical Oxygen Demand (COD) mg/L APHA ed. 22th 5220 C, 2012
12. Dissolved Oxygen (DO) mg/L APHA ed. 22th 4500-OG, 2012
13.
14.
15.
Total Phosphat (sebagai P)
Nitrit Nitrogen (NO2-N)
Nitrat Nitrogen (NO3-N)
D
mg/L
mg/L
mg/L
APHA ed. 22th 4500-P-D, 2012
APHA ed. 22th 4500-NO2 B, 2012
APHA ed. 22th 4500-NO3-B, 2012
FI
16. Ammonia Nitrogen (NH3-N) mg/L APHA ed. 22th 4500-NH3-C, 2012
17. Arsen (Ar) mg/L APHA ed. 22th 2012
18. Cobalt (Co) mg/L APHA ed. 22th 3111 B, 2012
N
6+
21. Chrom (VI) (Cr ) mg/L APHA ed. 22th 3500 Cr B, 2012
22. Tembaga (Cu) mg/L APHA ed. 22th 3111 B, 2012
23. Besi (Fe) mg/L APHA ed. 22th 3111 B, 2012
C
30. Sianida (Si) mg/L APHA ed. 22th 3500 CN-, 2012
31. Fluorida (F) mg/L APHA ed. 22th 4500-F-D, 2012
32. Belerang (H2S) mg/L APHA ed. 22th 4500 S2-F, 2012
33. Sulfat (SO4) mg/L APHA ed. 22th 4500 SO42-E, 2012
APHA ed. 22th 3111 B, 2012
O
43. Deterjen sebagai MBAS (Methylen Blue μg/L APHA ed. 22th 5540, 2012
Active Substance)
44. Pentachlorophenol μg/L APHA ed. 22th 5530, 2012
45. Total Organic Matter/TOM mg/L APHA ed. 22th 4500 KMnO4, 2012
(KMnO4)
46. Pestisida Total μg/L APHA ed. 22th 2012
Sumber:
AL
Standard Method for The Examination of Water and Wastewater, 21st ed. (APHA-AWWA, 2012)
TI
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis komparatif,
yaitu data kualitas air hasil pengukuran dibandingkan dengan masing-masing
EN
baku mutu air. Baku mutu kualitas air disajikan pada Tabel 3.7
3.7.
(6) Topografi
Feasibility Studi (FS) yang dilakukan oleh PT. Indopower International untuk
PT. Soma Daya Utama. Pembuatan peta topografi yang dilakukan oleh PT.
Indopower International dilakukan dengan metode pengukuran polar, dimana
O
data posisi horizontal dan vertikal diambil secara polar atau acak yang
disesuaikan dengan kondisi topografi permukaan tanah yang ada.
C
AL
b. Lokasi Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan di perairan Pantai Pelawan, tepatnya di sepanjang
perairan laut yang ditetapkan sebagai lokasi pembangunan jetty.
TI
c. Metoda Pengumpulan Data
EN
Bathimetri
Kondisi bathimetri daerah studi diperoleh dari survei batimetri.
Pengambilan data kedalaman lokasi pekerjaan dilakukan dengan
D
menggunakan alat perum gema (echosounder) digital dan mampu online
FI
serta kompatibel dengan sistem single positioning.
N
Pasang Surut (Pasut)
Pasut merupakan proses alam yang terjadi secara periodik dan
O
disebabkan oleh gelombang pasut dan arus pasut yang membawa partikel
air secara horisontal bersamaan dengan pasut (Yanagi, 1999). Pasut
merupakan superposisi dari berbagai komponen gelombang pasut.
&
dalam bagan yang khusus dibangun untuk itu. Ketinggian Pasang Surut di
ukur secara kontinyu, selama 30 hari untuk mendapatkan data selama 29
hari efektif, atau 15 hari pengamatan untuk diproses analisis harmonik 15
hari. Ketinggian muka air dicatat setiap 1 jam sekali untuk mendapatkan
angka ketinggian pasut.
AL
Data pasut hasil pengamatan kemudian dilakukan analisis harmonik
dengan menggunakan Metode Admiralty 15 hari. Untuk memeriksa
kualitas data serta ketelitian hasil analisis harmoniknya, disusun ramalan
TI
pasut untuk periode yang sama dengan waktu pengambilan data, untuk
kemudian dibandingkan dengan data pasutnya. Selain dengan dilakukan
EN
pengamatan pasang surut, data pasang surut dapat diperoleh dengan
menggunakan data pasang surut dari kegiatan yang berdekatan dengan
lokasi pekerjaan atau dengan menggunakan data hasil peramalan dari
D
Dinas Dishidors TNI-AL atau data dari peramalan Nao-Tide.
FI
Arus Laut
Kondisi arus laut yang berdekatan dengan lokasi tapak proyek diperoleh
N
dari hasil studi yang berdekatan dengan lokasi pekerjaan atau dengan
O
titik fix dari Ketinggian Datum Peta (Chart Datum Level – CDL). Setelah
dilakukan koreksi kemudian data kedalaman di olah untuk di hasilkan peta
C
batimetri.
Pasang Surut
Tinggi muka air oleh pasang surut merupakan jumlah dari banyak sekali
komponen pasang, sehingga dapat dituliskan sebagai persamaan berikut:
N
η (t) = S0 + SS0 + ∑ Ai cos (ωi t - Pi)
i =1
Dimana :
η(t) = Tinggi pasang sebagai fungsi waktu t
A1 = Amplitudo komponen pasang ke i
ωi = 2π / Ti , T : periode komponen ke i
AL
Pi = Phasa dari komponen ke i
S0 = Muka laut rata-rata (Mean Sea Level – MSL)
SS0 = Muka laut rata-rata akibat pengaruh faktor meteorologis
TI
t = Waktu
N = Jumlah komponen pembentuk tinggi pasang
EN
Analisa Harmonik akan dilakukan dengan menggunakan metoda Least
Square atau Metode Admiralty, bergantung panjangnya data yang
D
tersedia, untuk mencari solusi dari persamaan di atas, serta menghitung
FI
konstanta harmonik dari berbagai komponen pasang surut di daerah
studi. Konstanta harmonik pasang surut yang dihasilkan meliputi:
N
AL
yang direkomendasikan oleh P. van der Stock yang mengklasifikasikan
karakteristik pasut suatu daerah berdasarkan perbandingan amplitudo dari
komponen diurnal dan semidiurnalnya, yang dirumuskan sebagai:
TI
K1 + O1
F=
M 2 + S2
EN
Tipe pasang surut di suatu daerah diklasifikasikan sebagai :
• Semi Diurnal, bila
• Campuran Semidiurnal, bila D 0 < F < 0.25
0.25 < F < 1.5
FI
• Campuran Diurnal, bila 1.5 < F < 3.0
• Diurnal, bila > F > 3.0
N
O
Arus Laut
Analisis data dilakukan dengan mencari arus dominan pada saat pasang
C
AL
didapat.
TI
a. Jenis Data yang Dikumpulkan
EN
Jenis data yang dikumpulkan adalah frekuensi kendaraan dari jalan umum
yang menuju lokasi rencana PLTU PT. Soma Daya Utama di Pantai Pelawan
Desa Pangke.
tabulasi data.
&
lapangan.
Jenis data yang dikumpulkan adalah jumlah kapal yang menggunakan alur
pelayaran di Pantai Pelawan Desa Pangke.
AL
3.1.3. Komponen Biologi
TI
(1) Vegetasi Darat
EN
a. Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan adalah jenis-jenis vegetasi darat yang dijumpai
di lokasi rencana kegiatan. Jenis vegetasi yang dicatat dibatasi hanya pada
D
jenis vegetasi tingkat tinggi, khususnya untuk vegetasi yang dijumpai di
FI
sekitar lokasi kegiatan.
N
Metoda analisis terhadap flora dilakukan secara deskriptif dan tabulasi dari
data-data di lapangan, terutama jenis-jenis yang dilindungi undang-undang.
O
AL
dilakukan sebelumnya, wawancara terhadap masyarakat setempat, dan
pengamatan langsung di lapangan.
TI
d. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis fauna darat yang dapat
EN
dijumpai di sekitar lokasi rencana kegiatan. Data yang diperoleh kemudian
ditabulasi dan dicocokkan dengan daftar fauna yang dilindungi di Indonesia.
Jenis data yang dikumpulkan adalah jenis dan kelimpahan plankton, baik
fitoplankton maupun zooplankton.
O
C
sekitar lokasi pembangunan jetty yang direncanakan oleh PT. Soma Daya
Utama. Titik pengambilan contoh plankton ditetapkan 3 titik; titik tersebut
berdekatan dengan titik pengambilan contoh air laut.
PY
AL
masing jenis, kita kemudian dapat menghitung kelimpahan plankton,
komposisi jenis, keanekaragaman jenis, keseragamanan jenis, dan dominansi
jenis. Pengamatan plankton dengan mikroskop dilakukan dengan tahapan
TI
berikut: (1) Mengocok air contoh plankton dalam botol contoh agar homogen,
dan (2) Mengambil air contoh dari botol contoh dengan pipet tetes untuk
EN
kemudian diteteskan pada preparate glass. Metode pengamatan plankton
adalah sebagai berikut:
D
Pengamatan dan Perhitungan Kelimpahan Plankton
FI
Perhitungan kelimpahan jenis plankton adalah sebagai berikut:
n i Vr
Ni = ×
N
Vo V s
O
Keterangan:
Ni = kelimpahan plankton jenis ke-i (individu/liter)
C
Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis dihitung dengan menghitung Indeks Keanekaragaman
Jenis Shannon – Wienner (H’). Rumusnya adalah sebagai berikut:
ni n
H '= ∑( • ln i )
N N
Keterangan:
H’ = indeks Keanekaragaman Jenis Shannon – Wienner
ni = kelimpahan plankton jenis ke-i
N = kelimpahan total keseluruhan jenis plankton
ln = logaritma natural
kisaran nilai:
AL
0 ≤ H’ < 1 tingkat keanekaragaman jenis rendah
1 ≤ H’ < 3 tingkat keanekaragaman jenis sedang
TI
H’ ≥ 3 tingkat keanekaragaman jenis tinggi
EN
Keseragaman Jenis
Keseragaman jenis dihitung dengan menghitung Indeks Keseragaman Jenis
Evenness (E). Rumusnya adalah sebagai berikut:
D
E=
H'
ln S
FI
Keterangan:
E = indeks keseragaman Evenness
N
ln = logaritma natural
S = jumlah species plankton
C
kisaran nilai:
0 ≤ E < 0,3 tingkat keseragaman jenis rendah
&
Dominansi Jenis
O
ni 2
D = ∑( )
N
Keterangan:
D = indeks dominansi simpson
ni = kelimpahan plankton jenis ke-i
kisaran nilai:
0 ≤ D < 0,3 tingkat dominansi jenis rendah
0,3 ≤ D < 0,6 tingkat dominansi jenis sedang
0,6 ≤ D < 1 tingkat dominansi jenis tinggi
AL
e. Lokasi Pengamatan
Pengambilan contoh plankton dilakukan di perairan laut pada titik yang
TI
berdekatan dengan pengambilan contoh air laut. Peta lokasi pengamatan
disajikan pada Gambar 3.3.
3.3
EN
(4) Biota Perairan: Benthos
yang paling menderita jika terjadi pencemaran di perairan. Oleh karena itu
O
2
berdiameter 2,5”, transek kuadrat 1 m , dan sekop. Contoh benthos yang
telah terambil dipisahkan dari sedimen dengan bantuan saringan kasar dan
halus. Contoh benthos yang telah dipisahkan dari sedimen, ditempatkan pada
plastik, dan diawetkan dengan cara didinginkan. Contoh benthos yang telah
diawetkan ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
AL
d. Metode Analisis Data
Macrozoobenthos yang telah diidentifikasi di laboratorium kemudian dihitung
kepadatan jenisnya dengan rumus:
TI
ni
Ni =
A
EN
Keterangan:
2
Ni = kepadatan macrozoobenthos jenis ke-i (ind/m )
ni = jumlah individu macrozoobenthos jenis ke-i (individu)
A =
D
luas area pengambilan contoh (m )
2
FI
Setelah didapatkan kepadatan masing-masing jenis benthos, dilakukan
N
Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis dihitung dengan menghitung Indeks Keanekaragaman
Jenis Shannon – Wienner (H’). Rumusnya adalah sebagai berikut:
&
ni n
H '= ∑( • log 2 i )
N N
PY
Keterangan:
H’ = indeks Keanekaragaman Jenis Shannon – Wienner
O
kisaran nilai:
0 ≤ H’ < 1 tingkat keanekaragaman jenis rendah
1 ≤ H’ < 3 tingkat keanekaragaman jenis sedang
H’ ≥ 3 tingkat keanekaragaman jenis tinggi
Keseragaman Jenis
Keseragaman jenis dihitung dengan menghitung Indeks Keseragaman Jenis
Evenness (E). Rumusnya adalah sebagai berikut:
H'
E=
log 2 S
AL
Keterangan:
E = indeks keseragaman Evenness
TI
H’ = indeks keanekaragaman Shannon – Wienner
log2 = logaritma natural
EN
S = jumlah species plankton
kisaran nilai:
0 ≤ E < 0,3 tingkat keseragaman jenis rendah
0,3 ≤ E < 0,6
0,6 ≤ E < 1
D
tingkat keseragaman jenis sedang
tingkat keseragaman jenis tinggi
FI
N
Dominansi Jenis
Dominansi jenis dihitung dengan menghitung Indeks Dominansi Simpson.
O
ni 2
C
D = ∑( )
N
Keterangan:
&
kisaran nilai:
O
Tabel 3.9
3.9. Klasifikasi Derajat Pencemaran Berdasarkan Indeks Keanekaragaman
Plankton dan Benthos
AL
NO. DERAJAT PENCEMARAN INDEKS H’
1. Belum tercemar > 2,0
2. Tercemar ringan 1,6 – 2,0
TI
3. Tercemar sedang 1,0 – 1,5
4. Tercemar berat < 1,0
EN
Sumber: Lee, et al. (1978)
udang, dan kepiting. Parameter yang diteliti adalah jenis-jenis nekton yang
O
Metoda pengumpulan dan analisis data aspek sosial akan dilakukan dengan
mengacu pada Kep. KA. BAPEDAL No. 299/1996 tentang Pedoman Teknis
Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL. Metoda pengumpulan dan
analisis data kesehatan masyarakat dalam penyusunan analisis mengenai dampak
lingkungan akan dilakukan dengan mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal
AL
No.Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat.
TI
a. Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data sosial yang dikumpulkan antara lain: kependudukan (jumlah
EN
penduduk, dan kepadatan penduduk); sosial-ekonomi (matapencaharian,
pendapatan, kesempatan kerja dan berusaha, sarana-prasarana ekonomi); dan
sosial-budaya (adat-istiadat, sikap dan persepsi masyarakat). Sedangkan data
Data-data aspek sosial dan kesehatan masyarakat meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi dan wawancara
mendalam dengan panduan kuisioner. Observasi dan wawancara dilakukan
terhadap masyarakat yang diperkirakan terkena dampak rencana kegiatan
PLTU PT. Soma Daya Utama.
AL
(kecamatan dan desa), pimpinan informal atau informal leader (tokoh
masyarakat), dan anggota masyarakat biasa.
TI
Unit analisis yang digunakan adalah Kepala Keluarga (KK), dengan jumlah
total responden 25 orang yang dipilih secara purposive, dengan distribusi
EN
responden yaitu: Formal Leader (FL) 3 responden, Informal Leader (IF) 2
responden dan Masyarakat Biasa (MB) 20 responden, sehingga totalnya
sebanyak 25 responden. Penentuan jumlah contoh didasarkan pada unsur
D
keterwakilan dari kelompok Formal Leader, Informal Leader, dan Masyarakat
FI
Biasa, serta didasarkan pada keterbatasan sumberdaya (waktu, teknis, dan
dana) dalam studi AMDAL. Data sekunder dikumpulkan antara lain dari:
N
Tabel 3.10
3.10.
10. Jumlah Responden Pengumpulan Data SOSEKBUD dan KESMAS
Jumlah Responden (orang)
Aparat
&
Tokoh Penduduk
No Desa / Kecamatan Kel/Kec
Masyarakat (Masyarakat
(Masyarakat Jumlah
(Formal
(Informal Leader) Biasa)
Leader)
1. Pantai Pelawan - Desa Pangke 1 2 20 23
PY
2. Kecamatan Meral 2 - - 2
Jumlah 3 2 20 25
Sumber: Perencanaan Konsultan (2012)
O
Tabel 3.1
3.11. Metode Pengumpulan Data SOSEKBUD dan KESMAS
AL
DIUKUR / DIAMATI / ANALISIS DIGUNAKAN
A. Sosial-
Sosial-Ekonomi-
Ekonomi-Budaya
1. Kependudukan • Struktur penduduk Pengamatan, Wawancara Kuisioner, Alat
Tulis, Alat
• Kepadatan penduduk Analisis : Data Sekunder,
TI
Rekam dan
Tabulasi dan Deskriptif
• Pertumbuhan penduduk Kamera
Kualitatif
• Ketenagakerjaan
EN
2. Sosial Ekonomi • Ekonomi rumah tangga Pengamatan, Wawancara Kuisioner, Alat
Tulis, Alat
• Ekonomi sumberdaya alam Analisis : Data Sekunder,
Rekam dan
Tabulasi dan Deskriptif
• Ekonomi lokal dan regional Kamera
Kualitatif
3. Sosial Budaya • Kebudayaan
• Pranata Sosial D Pengamatan, Wawancara
• Sumberdaya kesehatan
3. Kesehatan Kerja • Kualitas air bersih
• Suhu dan kelembaban
• Kualitas udara
O
• Kebisingan
Sumber: Perencanaan Konsultan (2012)
C
AL
n
Pt = Po (1 + r) n
Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke-t (jiwa)
TI
Po = Jumlah penduduk pada tahun ke-o (jiwa)
r = Laju pertumbuhan penduduk (%)
EN
n = Lamanya waktu antara Po dan Pt (tahun)
D
D=
E
FI
L
Keterangan:
N
2
D = Kepadatan penduduk (jiwa/km )
E = Jumlah penduduk (jiwa)
O
2
L = Laju wilayah (km )
C
L
SR = × 100
P
Keterangan:
PY
P0−14 + P55+
DR = ×K
P15−54
Keterangan:
DR = Beban tanggungan.
P>55 = Jumlah penduduk usia > 55 tahun
P15-54 = Jumlah penduduk usia 15-54 tahun
P0-14 = Jumlah penduduk usia < 15 tahun
K = Konstanta (100)
AL
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
PPe ker ja
TI
TPAK = ×K
PSiap . Be ker ja
EN
Keterangan:
TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
PPekerja = Jumlah penduduk yang bekerja
PSiap Kerja
K D
= Jumlah penduduk usia siap bekerja ( > 15 Tahun)
= Konstanta (100 %)
FI
Beban Pekerja
N
PKK
BP = ×K
O
PTotal
Keterangan:
C
Y
P=
O
A
Keterangan:
C
Rata-
Rata-Rata Pendapatan (Y)
YT
Y=
A
Keterangan :
Y = Pendapatan per-kapita per-tahun (Rp/kapita/tahun)
YT = Total pendapatan (Rp/tahun)
AL
A = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa atau kapita)
TI
e. Metode Analisis Data Kesehatan Masyarakat
Analisis data komponen kesehatan masyarakat dilakukan dengan pendekatan
EN
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan tabulasi data
dan analisis secara deskriptif terhadap data-data hasil wawancara dan data-
data sekunder.
D
Pengukuran parameter kesehatan masyarakat dan lingkungan dilakukan dengan
FI
patogenesis penyakit berupa teori simpul seperti yang digambarkan di bawah
ini:
N
O
C
&
PY
AL
akan menimbulkan outcome berupa kejadian penyakit.
TI
jamban sehat, presentasi pedapatan vektor penyakit, prevalence rate, dan
insidence rate. Adapun persamaan yang akan digunakan untuk menganalisis
EN
data kesehatan masyarakat dan lingkungan secara kuantitatif adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.3.
3.3. Titik Pengambilan Contoh Komponen Fisik-
Fisik-Kimia, Biologi,
dan Sosekbud-
Sosekbud-Kesmas
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
AL
Prakiraan adanya dampak, tidak lain adalah suatu upaya untuk mencari jawaban
atas pertanyaan tentang besarnya perubahan nilai parameter lingkungan sebagai
TI
akibat adanya rencana kegiatan.
EN
Prakiraan dampak penting merupakan proses untuk memprakirakan besaran
dampak (magnitude) dan penentuan tingkat kepentingan dampak (importance).
Besaran dampak diprakirakan dengan metoda formal dan informal. Sedangkan
D
tingkat kepentingan dampak diprakirakan dengan mengacu kepada Undang-
FI
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
pasal 22 ayat (1) yang berisi tentang kriteria dampak penting suatu usaha dan/atau
N
mempertimbangkan:
Perbedaan kondisi dengan kualitas lingkungan sebelum dan sesudah
PY
lingkungan.
C
AL
Metoda formal yang digunakan dalam prakiraan dampak merupakan pendekatan
TI
dengan model dan perhitungan matematik. Hubungan sebab akibat yang
merepresentasikan dampak rencana kegiatan terhadap parameter lingkungan
EN
dirumuskan secara kuantitatif dalam bentuk rasio-rasio kuantitatif dan model-
model matematik.
D
Perhitungan matematik yang digunakan adalah sebagai berikut:
FI
1. Kualitas Udara
Besarnya emisi sumber bergerak dapat dihitung berdasarkan faktor emisi
N
dari WHO Offset Publication No.62, 1982. Emisi polutan bahan bakar solar
O
3 3
3.12. Emisi Polutan per m Bahan Bakar
Tabel 3.1
1. SO2 7,9544
2. NO2 9,2103
PY
3. CO 36,4226
4. Partikulat/Debu 2,0095
Keterangan: Besarnya emisi = Faktor emisi x Jumlah bahan bakar
O
2. Kebisingan
C
Keterangan:
L2 = Tingkat bising pada jarak R2 dari tapak proyek, dBA
L1 = Tingkat bising sumber bising pada jarak R1, dBA
R1,R2 = Jarak dari sumber bising, m
Ae = Atenuasi bising kerena kelembaban udara, dBA
AL
Sumber: Mc. Graw Hill (1995)
TI
3. Model Hidrodinamika untuk Sebaran TSS (Peningkatan Kekeruhan Perairan)
Berdasarkan atas informasi data kedalaman, arus laut dan pola pasang surut
EN
yang mempengaruhi, maka informasi-infromasi tersebut digunakan untuk
mendesain model matematik untuk menggambarkan kondisi lingkungan pada
saat sebelum ada kegiatan maupun pada saat dilaksanakan kegiatan. Dengan
D
pemodelan matematika ini maka dapat diperkirakan besar dampak yang akan
terjadi dari kegiatan yang akan dilaksanakan.
FI
Pemodelan angkutan sedimen ditujukan untuk melakukan simulasi siklus
N
proses fisik yang terjadi pada sedimen untuk suatu wilayah pantai dengan
O
batas-batas yang tertentu dan diketahui. Siklus proses fisik yang penting
dalam pemodelan angkutan sedimen adalah: erosi, angkutan, deposisi dan
C
AL
C : konsentrasi sedimen yang dirata-ratakan terhadap kedalaman
u,v : komponen kecepatan arah x dan y yang dirata-ratakan terhadap
kedalaman
TI
t : waktu (detik)
εt : koefisen difusi dari sedimen
EN
E : laju erosi, E = γ Ws Ce
D : laju deposisi, D = γ Ws C
γ : faktor profil , γ = Cb,e / Ce
H : kedalaman total , H = h + ξ
D
FI
h : kedalaman dari titik mean sea level
N
1. Metode Analogi
Metode analogi ditetapkan berdasarkan dampak yang telah terjadi akibat
kegiatan sejenis di lokasi lain yang memiliki karakteristik sama. Dampak
tersebut digunakan sebagai dasar atau bahan pertimbangan dalam
memprakirakan dampak yang terjadi di sekitar lokasi rencana PLTU PT.
AL
2. Penilaian Ahli (Profesional Judgement)
Prakiraan dampak dengan menggunakan metode ini ditetapkan
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman para ahli. Dampak yang
TI
diprakirakan menggunakan pengalaman professional adalah peningkatan
beban lalu lintas laut.
EN
3.2.2. Metode Prakiraan Pentingnya Dampak
D
Prakiraan dampak penting terhadap komponen/parameter lingkungan dilakukan
FI
dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 pasal 22 ayat (1)
tentang Kriteria Dampak Penting sebagai berikut:
N
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
O
AL
(i) intensitas (ii) berbalik/tidaknya dampak, dan (iii) dampak kumulatifnya.
TI
Dampak dikategorikan penting bila:
Timbul perubahan mendasar dari segi intensitas, berbalik/tidak dampak, dan sifat
kumulatif dampak, berlangsung lebih dari satu tahapan kegiatan.
EN
Kategori IV Intensitas Dampak
Dampak dikategorikan penting bila:
D
Intensitas perubahan lingkungan bersifat hebat, drastis, di areal yang relatif luas dan
berlangsung singkat.
FI
Kategori V Jumlah Komponen Terkena Dampak
Dampak dikategorikan penting bila (memenuhi salah satu di bawah ini):
N
b. Kriteria yang diakui menurut pertimbangan ilmiah dan pendapat pakar telah
terlampaui
C
Gambar 3.4
3.4. Kategorisasi Tingkat Kepentingan Dampak
O
AL
Telaah secara holistik terhadap berbagai komponen lingkungan hidup yang
diprakirakan mengalami perubahan secara mendasar dilakukan dengan
TI
menggunakan Metode Bagan Alir dari Sorenson. Dari bagan alir tersebut dapat
diketahui alur dampak (primer, sekunder, tersier); penting tidaknya dampak;
EN
sifat dampak (positif atau negatif, sementara atau permanen). Selanjutnya dari
bagan alir tersebut dilakukan evaluasi secara holistik.
D
Hasil evaluasi digunakan sebagai alat pertimbangan oleh instansi yang
FI
bertanggungjawab untuk memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari rencana
kegiatan tersebut dan sebagai dasar untuk membuat arahan penyusunan
N
antara komponen kegiatan dengan dampak besar dan penting, serta hubungan
antar dampak penting. Selain rencana kegiatan PLTU PT. Soma Daya Utama
O
yang akan dievaluasi sebagai sumber dampaknya, kegiatan lain di luar rencana
kegiatan tersebut yang mempengaruhi dampak-dampak tersebut juga menjadi
C
pertimbangan tersendiri. Hasil akhir dari evaluasi dampak ini diharapkan mampu
memberikan kajian secara cermat dan mendalam terhadap dampak primer
(positif/negatif) dan dampak sekunder (positif/negatif) dari komponen lingkungan
dan sumber dampak penting dari komponen kegiatan. Jalinan hubungan sebab-
akibat antara dampak penting lingkungan ini perlu ditelaah secara mendalam
mengingat dari bahasan ini akan diperoleh masukan berupa:
AL
TI
EN
D
FI
N
O
C
&
PY
O
C
BAB IV
IV
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN STUDI
AL
b. Penanggung Jawab : Ira Augustine Kotjo
c. Jabatan : Direktur
TI
d. Alamat Kantor Pusat : Gedung Graha BIP Lt. 8, Jl. Jenderal Gatot Subroto
Kav. 23 RT 002 RW 002, Kel. Karet Semanggi
EN
Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan 12930
e. Nomor Telp/Faks. : (021) 5210564 / 2522532
f. Alamat Kantor Cabang : Jl. Kampung Ambat Jaya RT 002 / RW 003
g. Pimpinan Cabang D
Desa Pangke, Kecamatan Meral
: Bachtiar Subandryo
FI
N
c. Jabatan : Direktur
d. Alamat Kantor : Jl. D. I. Panjaitan KM IX, Taman Gurindam Blok D
&
Tim penyusun studi AMDAL rencana kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Berbahan Bakar Batubara PT. Soma Daya Utama disajikan dalam Tabel
4.1.
4.1
AL
NO. NAMA POSISI KETERANGAN
1. Lani Puspita, S.Pi, M.Si Ketua Tim / Bidang Sertifikat Kompetensi
Manajemen No.000502/SKPA/LSK-
TI
Lingkungan INTAKINDO/IX/2011
2. Zainal Arifin, S.Si, M.Si Bidang Fisika Sertifikat Kompetensi
EN
No.000562/SKPA/LSK-
INTAKINDO/IV/2012
3. Mursalin, S.Pi Bidang Perikanan dan Sertifikat Kompetensi
Kelautan No.000836/SKPA/LSK-
INTAKINDO/II/2013
4. Drs. Notowinarto, M.Si
D
Bidang Biologi -
FI
5. Bram Fatahillah, S.Si, M.T Bidang -
Hidrooseanografi
6. Sulbi Bakri, ST Bidang Teknik Mesin -
N
(Konversi Energi)
O
AL
No. Jenis Biaya Persentase (%)
1. Biaya Personil 30,89
2. Survey Lapangan 18,38
TI
3. Pengumpulan Data dan Analisis Laboratorium 15,22
EN
4. Penggandaan Laporan 14,26
5. Biaya Administrasi dan Sosialisasi 21,25
Total 100,00
D
FI
4.4. Waktu Studi
Dalam melaksanakan pekerjaan studi AMDAL, maka akan disusun rencana kerja
N
yang seefektif dan seefisien mungkin sehingga diharapkan akan diperoleh hasil
O
yang maksimal. Studi akan dilakukan secara bertahap dan direncanakan memakan
waktu selama 3 bulan dan hasilnya diserahkan kepada pemrakarsa. Jadwal waktu
C
Tabel 4.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan AMDAL Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara PT. Soma Daya Utama
AL
BULAN KE-
KE-
TI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
EN
2. Pengumuman rencana kegiatan dan konsultasi publik
3. Penyusunan dokumen KA
D
5. Penyiapan draft sidang ANDAL
FI
6. Sidang KA dengan Komisi Penilai
7. Perbaikan KA
N
8. Pengumpulan data primer dan sekunder
O
10. Asistensi dokumen ANDAL dan RKL-RPL dengan Tim Teknis
12.
13.
Sidang ANDAL dan RKL-RPL dengan Komisi Penilai
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. “Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karimun 2011-2031”.
AL
Pemerintah Kabupaten Karimun. Kabupaten Karimun.
Anonim. 2011. “Album Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karimun 2011-2031”.
Pemerintah Kabupaten Karimun. Kabupaten Karimun.
TI
Anonim. 2012. “Kabupaten Karimun dalam Angka 2012”. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karimun. Kabupaten Karimun.
EN
Anonim. 2012. “Kecamatan Meral dalam Angka 2012”. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karimun. Kabupaten Karimun.
D
Anonim. 2012. “Kecamatan Tebing dalam Angka 2012”. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karimun. Kabupaten Karimun
FI
Andrew, W.A. 1997. “A Guide to Study o Environmental Pollution”. Prentice Hall Inc. New
Jersey.
N
APHA (American Public Health Association). 2005. “Standard Method for the Examination
of Water and Wastewater”. 21th edition. APHA, AWWA (American Water Work
O
Basu P. and S. A. Fraser. 1991. “Circulating Fluidized Bed Boilers: Design and Operations”.
Butterworth-Heinemann. Boston.
&
Benefield, L. D., J. F. Judkins and B. L. Weand. 1982. “Process Chemistry for Water and
Waste Water Treatment”. Prentice – Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
PY
Capital Turbine Indonesia, PT. 2008. “UKL-UPL Kegiatan PLTU Batubara Kapasitas 2 x
20 MW di Desa Galang Batang, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan”.
O
Indorama Synthetics, Tbk. 2003. “UKL-UPL Rencana Kegiatan PLTU Batubara Kapasitas 2
x 30 MW untuk Pemakaian Sendiri. PT. Indorama Synthetics, Tbk. Purwakarta.
AL
Metcalf & Eddy Inc. 1991. “Wastewater Engineering, Treatment, Disposal and Reuse”.
Third Edition. McGraw-Hill Inc.
TI
Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2013. “Kumpulan Peraturan Perundangan Republik
Indonesia”. http://www.ri.go.id
EN
Sasongko, D.P., 1999. “Metodologi Amdal”. Prosiding Makalah Kursus Amdal, Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Diponegoro, Semarang.
Sasongko, D.P., 2000. “Metoda, Teknik Pengukuran dan Analisis Data Kebisingan”.
D
Prosiding Makalah Kursus Amdal, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
Universitas Diponegoro, Semarang.
FI
Sumarwoto, O. 1989. “Analisis Dampak Lingkungan”. Gajah Mada Univ. Press.
Yogyakarta.
N
Soma Daya Utama, PT. 2012. “Feasibility Study Report”. PT. Soma Daya Utama. Jakarta
C