Anda di halaman 1dari 6

DESKRIPSI PROYEK

PT EKSPLOITASI ENERGI INDONESIA Tbk, Sedang menyelesaikan 3 proyek


pembangunan Pembnagkit Lstrik Tenaga Uap (PLTU) senilai Rp. 480 miliar. Proyek
Pembangunan PLTU antara lain bertempat di pangkalan Bun di Provinsi Kalimantan Tengah,
Rengat dan Tembilahan di Provinsi Riau, investasi atas semua proyek tersebut diperoleh dari
belanja modal dalam capes 2011 yang mencapai Rp.600 miliar. Dalam Laporan Kegiatan
Eksplorasinya, perseroan menyampaikan untuk lokasi PLTU Rengat, Perseroan telah
mengeluarkan biaya sebesar Rp. 123,5 miliar.

Tujuan Proyek Tersebut yaitu : Meningkatkan pasokan energi listrik di Rengat


(Inhu,Riau), Memberikan keuntungan bagi PT.PLN (Persero) sebagai pengelolah Kelistrikan
di daerah tersebut, meningkatan Iklim investasi didaerah tersebut, hal ini akan mendorong
peningkatan perekonomian daerah pada khususnya dan perekonomian Nasional pada
umumnya. Selnjutnya meningkatkan pendidikan didaerah dengan terpenuhinya pasokan
energi listrik daerah tersebut.

Adapun rencana proyek tersebut yaitu direncanakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) di Rengat berkapasitas 2x100 Mega Watt ini ditargetkan terealisasi pada tahun 2013.
Namun terdapat bebrapa hambatan dalam pembangunan proyek tersebut yaitu : proyek
menjadi terhambat karena terjadi perubahan design, air sungai yang digunakan untuk PLTU
terinterusi oleh air laut dan survey bahan yang kurang terencana. Untuk menekan biaya maka
perlu adanya cooling water system yang membutuhkan waktu penyelesaian. Penghambat
lainnya seperti, kondisi cuaca yang sering hujan dan menggenangnya air sungai di sekitar
lokasi proyek menghambat aktivitas proyek, terutama aktivitas pengelasan dan pengecoran.
Juga terdapat kendala teknis seperti, perubahan data Eengineering di lapangan, keterlambatan
dokumen dan drawing untuk pekerjaan sipil.

Dalam proyek tersebut juga di lakukan Audit Investigativ yaitu meupakan serangkain
kegiatan mengenali, mengidentifikasi dan menguji secara detail informasi dan fakta-fakta
yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk
mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan keuangan
perusahaan/organisasi/negara/daerah.
Owner dari proyek tersebut yaitu PLN (PERSERO) Kalimantan Tengah, Waktu
proyek : 20 November 2009 s/d sekarang , Pimpinan proyek yaitu PT Eksploitasi Energi
Iindonesia, Tbk. Adapun beberapa kontraktor yang terlibat yaitu, BlackGold Natural
Resources merupakan perusahaan tambang batu bara, yang menjadi anggota konsorsium dari
PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) sebagai kontraktor pada proyek PLTU Riau-1, bersama
perusahaan asal Tiongkok, China Huadian Engineering Co. Ltd. Adapun skema kepemilikan
saham dalam proyek ini, PLN sebesar 51 persen dan 49 persen sisa sahamnya dimiliki
konsorsium. PLTU Riau 1 dijadwalkan akan beroperasi secara komersial (Commercial
Operation Date/COD) pada 2024.

Dalam Pembangunan PLTU ini, pihak pemerintah kabupaten Inhu berperan


memberikan berbagai kemudahan perizinan namun sesuai aturan sebagai salah satu bentuk
investasinya. Namun investasi yang dilakukan bukan berupa uang karena dana APBD Inhu
masih terbatas dan berharap segera diwujudkan oleh investor sehingga masyarakat dan
Pemkab Inhu tidak menanti-nanti.
Sebagai bahan bakar yang dibutuhkan untuk PLTU ini cukup menjanjikan, batubara
di Peranap memiliki kalori cukup untuk mengoperasikan sebuah PLTU yang direncanakan
tersebut. Rencana awal akan dibangun PLTU dengan kapasitas 2X300 mega tapi rencana itu
berubah jadi 2 X 500 mega setelah melalui berbagai pertimbangan.
Kapasitas Daya PLTU yang akan dibangun itu akan menjangkau seluruh Kabupaten
Inhu bahkan diperkirakan bisa menjangkau daerah tetangga atau kabupaten lainnya,ini berarti
Inhu tidak lagi kekurangan listrik kedepannya.
Dengan terpenuhinya kebutuhan listrik di Inhu akan mengundang para investor untuk
segera berinvestasi dalam berbagai usaha, selama ini terkendala masalah penyediaan listrik
saja. Proyek yang pada awalnya dijadwalkan bisa selesai dibangun pada April 2015 juga
terhenti akibat membengkaknya biaya yang dipicu depresiasi nilai tukar rupiah. Saat ini,
Exploitasi Energi tercatat baru mengoperasikan satu pembangkit listrik, yakni PLTU
Pangkalan Bun. Selain bisnis pembangkit, perseroan juga menjalankan bisnis penjualan
batubara, sewa kapal dan jasa pelabuhan.

Pada tahun lalu, hingga September Exploitasi membukukan pendapatan Rp1,71


triliun, naik signifikan 153 persen dibanding periode yang sama 2015 sebesar Rp678,38
miliar. Kenaikan pendapatan terutama ditopang dari penjualan batubara yang mencapai
Rp1,66 triliun dibanding sembilan bulan 2015 sebesar Rp573,55 miliar. Penjualan batubara
terbesar ditujukan ke PLN yang mencapai Rp1,46 triliun.

Pada kasusnya, bahwa ada beberapa penyebab pemadaman listrik mendadak tersebut,
pertama dikarenakan adanya gangguan mesin pada Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas
(PLTMG) di Kecamatan Lirik dan gangguan jaringan akibat dahan atau ranting pohon yang
menyentuh JTM (Jaringan Tegangan Menengah). Selanjutnya untuk gangguan mesin
pembangkit, dijelaskannya ada 3 perusahaan penyedia tenaga listrik yang dikontrak PLN
Area Rengat dilokasi PLTMG Lirik yakni PT PLN Batam yang mengelola tenaga listrik
sebesar 6 MW, PT Wika sebesar 20 MW dan PT Kerta Bumi Teknindo (KBT) sebesar 10
MW.

Dimana yang pada hari Senin kemarin tersebut telah terjadi 4 kali pemadaman
mendadak akibat gangguan, Senin pagi pemadaman akibat gangguan jaringan JTM yang
tertimpa oleh ranting pohon diwilayah Kecamatan Kelayang. Sorenya terjadi gangguan pada
mesin pembangkit di PLTMG Lirik atau black out yang mengakibatkan pemadaman
mendadak hingga malam sebanyak 4 kali. Pada hari Selasa (16/1/2018) juga terjadi 5 kali
pemadaman mendadak yang didominasi gangguan pada mesin pembangkit pada PLTMG
Lirik, black out pada mesin pembangkit Desa Kota Lama Kecamatan Rengat Barat dan pada
sore harinya terjadi gangguan jaringan akibat ranting pohon yang menyentuh JTM di Desa
Pasir Ringgit Kecamatan Lirik. Pemadaman mendadak ini lebih didominasi gangguan pada
mesin pembangkit, untuk mengantisipasi masalah ini,PLN Area Rengat terus melakukan
koordinasi dan evaluasi terhadap kontraktor penyedia tenaga listrik yang ada di PLTMG Lirik
kabupaten indragiri hulu (Inhu).

Proses pengadaan PLTU Riau 1 dimulai dengan penunjukkan langsung dari PLN ke
PJB untuk mengerjakan proyek ini. PJB kemudian memilih partner untuk menggarap proyek
yang bernilai USD 900 juta atau Rp 12,97 triliun ini. BlackGold dipilih sebagai salah satu
partner karena anak usahanya, PT Samantaka Batubara, memiliki tambang batu bara yang
cocok untuk PLTU mulut tambang. Tambang batu bara milik Samantaka telah melalui uji
tuntas yang dilakukan oleh konsultan dan dianggap sebagai yang terbaik. Selain itu,
Samantaka juga menawarkan harga yang ekonomis dan memberi kesempatan kepada PLN
untuk ikut memiliki saham di tambang batu baranya.
"Pemilihan Samantaka, sesuai hasil due diligence tambang dari konsultan tambang terhadap
long list tambang, dimana hasil terbaik adalah Samantaka baik dari aspek lokasi (dekat
pembangkit), harga dan tambang bisa diakuisisi. Sedangkan CHEC dipilih karena perusahaan
tersebut telah membuat Konsorsium dengan Samantaka. CHEC juga telah menginisiasi
proyek dan mempunyai reputasi yang baik dalam pengembangan PLTU, serta bersedia
menyiapkan pendanaan. Pertimbangan dan kriteria yang ditetapkan PJB dalam pemilihan
mitra di proyek PLTU Riau 1, kata Bardan, sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pertimbangan sesuai dengan Keppres No. 14/2017.

Direncanakan, untuk tahap daya listrik dari PLTU yang akan memanfaatkan potensi
batu bara di Inhu itu akan diperuntukkan untuk tiga kabupaten, yakni Inhu, Kuansing dan
Indragiri Hilir. Hal ini disebabkan pada tahap awal ini listrik yang dihasilkan masih kecil.
Menurut rencana nantinya data listrik yang dihasilkan PLTU itu akan sebesar 2 x 40 MW
yang tentunya bisa menutupi defisit arus listrik di wilayah Riau. Setiap 1 MW dibutuhkan
dana investasi sebesar US 1 juta dolar. Jadi seluruhnya akan dibutuhkan investasi sebesar US
80 juta dolar.

Direktur Utama PT PLN, Dahlan Iskan, meninjau lokasi pembangunan Pembangkit


Listrik Tenaga Uap (PLTU) Parit 21 Tembilahan. Menurut pemantauannya lokasi ini sangat
layak untuk dibangun sebuah PLTU. Lokasi pembangunan PLTU ini sangat cocok dan layak
dibangun PLTU, karena dekat dengan sungai. Karena untuk membangun PLTU itu syaratnya
ada dua yakni ada air dan ada jalan," ungkap Dirut PT PLN, Dahlan Iskan yang didampingi
Sekdakab Inhil, H Alimuddin RM di lokasi pembangunan PLTU berkapasitas 2x7 MW
tersebut. Keberadaan PLTU dekat dengan sungai atau laut, menurutnya selain karena dalam
operasionalnya memerlukan air untuk menggerakan turbin boiler dan juga pengangkutan
batubara dan keperluan PLTU lainnya. Tapi lanjutnya, karena lokasinya agak rendah dan
tanahnya gambut, hingga harus dilakukan pengurukan sampai 6 meter, hal ini untuk
mencegah lokasi PLTU terendam banjir. Kita harus antisipasi agar jangan terendam banjir,
jangan sampai 25 tahun kemudian PLTU nya tenggelam, lokasinya harus diuruk (ditimbun,
red) setinggi 6 meter," tegasnya. Dari luas lokasi yang akan ditimbun sekitar 9 hektar, untuk
tahap awal cukup 2 hektar saja dulu yang ditimbun. Ia juga berharap pihak kontraktor dapat
menggesa pembangunan PLTU ini, sehingga segera dapat dioperasionalkan. "Sehingga
dengan keberadaan PLTU ini diharapkan dapat mengatasi kebutuhan listrik di Inhil, ditambah
pasokan listrik dari Lirik, Rengat," sebutnya.
Sementara itu Sekretaris Daerah Kabupaten Inhil, Alimuddin RM mengharapkan kedatangan
Dirut PLN ini membawa pengaruh bagi menggesa pembangunan PLTU tersebut. "Kita
harapkan pihak kontraktor dapat menyelesaikan proyek PLTU ini sesuai waktunya, sehingga
dapat segera menjamin ketersediaan pasokan listrik untuk Inhil,"imbuh Alimuddin.(Zulf).

Saat ini keoptimisan ditunjukkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) cabang
Tembilahan yang nantinya akan menjadi pihak yang mengaliri daya PLTU kepada
masyarakat, menurut pihak PLN Cabang Tembilahan. Percepatan pembangunan sudah
dilakukan dengan kondisi progres mencapai 85 persen. Untuk itu PLN optimis proyek dapat
selesai dan fungsikan pada pertengahan tahun 2017. “Progres terus berjalan, dengan daya 2 x
7 MW selain untuk wilayah Tembilahan sendiri, juga akan memperkuat sistem di Kecamatan
Batang Tuaka dan Gaung Anak Serka (GAS). Progres yang dikatakan Syaiful juga
dibenarkan oleh pihak pelaksana proyek PLTU Tembilahan dalam hal ini PT Adi Karya,
melalui Kepala Bagian Umum PT Adi Karya di lokasi pekerjaan proyek PLTU, Surya
menjelaskan, saat ini progres pekerjaan memasuki tahap persiapan hydro test untuk unit 2,
setelah sebelumnya sukses melaksanakan uji coba unit satu pada 15 november 2016 lalu dan
untuk persentase pekerjaan saat ini sudah mencapai 85 persen. “Kemarin mengundang
pengawas untuk uji coba travo masuk ke jaringan satu unit turbin dan berjalan sukses. Pada
awal desember ini rencananya akan dilaksankan hydro test jilid 2,” papar Surya yang juga
merupakan kepala Bagian Umum PT Adi Karya.

Anda mungkin juga menyukai