Anda di halaman 1dari 130

DATA

MENCERDASKAN BANGSA

BADAN PUSAT STATISTIK


Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710, Kotak Pos 1003
Jakarta 10010
Telepon : (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax. :
(021) 3857046

BADAN PUSAT STATISTIK

TEKNIK PENYUSUNAN
TABEL INPUT-OUTPUT
Nomor Katalog : 9214.
ISBN

: 979-598-628-7

Nomor Publikasi: 06330.0001

Naskah

DIREKTORAT NERACA PRODUKSI


DIREKTORAT NERACA PENGELUARAN

Gambar Kulit

SUBDIREKTORAT KONSOLIDASI NERACA


PRODUKSI NASIONAL

Diterbitkan oleh :
BADAN PUSAT STATISTIK

Dicetak oleh

CV. Putra Sejati Raya.

menuangkan berbagai bahan pengajaran mereka ke dalam bentuk tulisan


diucapkan banyak terima kasih.

Kata Pengantar

Akhirnya kepada para pihak yang telah membantu dan berperan dalam
Konsep

pembangunan

ekonomi

secara

terpadu

ternyata

telah

berkembang menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Seiring


dengan hal tersebut maka kebutuhan terhadap informasi dan atau alat
analisis yang dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor
ekonomi pun menjadi semakin penting. Salah satu jenis data yang dapat

mewujudkan buku ini diucapkan terima kasih. Disadari masih banyak


kekurangan yang terdapat di dalam buku ini. Oleh karenanya kami sangat
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran untuk perbaikan. Begitu pun
diharapkan buku ini dapat bermanfaat.

digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini adalah data yang dimuat dalam
kerangka tabel input-output.
Tabel input-output sebagai sistem penyajian data sebenarnya telah mulai

Jakarta, November 2008

dikembangkan pada dekade 1930-an oleh Profesor Wasilly Leontief. Akan


tetapi minat terhadap penggunaan tabel ini berikut kerangka analisisnya baru
benar-benar

meningkat

pada

dekade

1970-an.

Tabel

input-output

sebenarnya hanyalah merupakan sistem pencatatan setiap transaksi barang


dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dan selanjutnya dapat dijadikan
sebagai dasar dalam melakukan analisis keterkaitan antar sektor dalam
melakukan kegiatan produksi. Kemampuan terakhir inilah yang merupakan
salah satu keunggulan tabel input-output.
Sampai saat ini memang masih relatif sulit untuk menemukan referensi
tentang tabel dan model input-output. Oleh karena itu salah satu tujuan dari
penulisan buku ini adalah untuk memperkaya referensi tentang tabel inputoutput, khususnya dalam hal teknik penyusunannya.
Buku ini pada dasarnya dapat dianggap sebagai pelengkap dari
Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output yang sebelumnya telah
diterbitkan oleh BPS. Bab-bab yang dimuat sebenarnya merupakan
kumpulan bahan yang telah disajikan dalam berbagai pelatihan tentang tabel
input-output, baik yang diselenggarakan di BPS maupun di instansi lain. Oleh
karena itu kepada para pengajar dari Direktorat Neraca Produksi dan
Direktorat Neraca Pengeluaran Badan Pusat Statistik yang telah

Tim Penyusun

BAB 4.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
BAB 1.

Halaman
i
iii

PENDAHULUAN ...................................................................

1.1. Latar Belakang ......................................................................

1.2. Sistematika Penyajian ...........................................................

PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK


ESTIMASI PERMINTAAN ANTARA .....................................

53

4.1. Survei yang Diperlukan .........................................................

53

4.1.1. Survei Khusus Input-Output (SKIO) .........................


4.1.2. Non-SKIO .................................................................

54
55

4.2. Estimasi Output dan Struktur Input Sektoral .........................


4.2.1. Sektor Pertanian .......................................................

56
56

4.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian .....................


4.2.3. Sektor Industri Pengolahan ......................................

62
63

4.2.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih .............................

79

BAB 2. KERANGKA TABEL INPUT-OUTPUT ..................................


2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output .....................................

7
7

4.2.5. Sektor Konstruksi ......................................................


4.2.6. Sektor Perdagangan, restoran dan hotel .................

84
86

2.2. Jenis-jenis Tabel Transaksi ..................................................


2.2.1. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli ...........

15
17

4.2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ....................


4.2.8. Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan

90

19

...................................................................................

94

4.2.9. Sektor Jasa-jasa .......................................................

104

2.2.2.

Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Konstan ...........

2.2.3.

Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga


Pembeli ....................................................................

21
PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK
ESTIMASI PERMINTAAN AKHIR DAN IMPOR ...................

109

5.1. Estimasi Permintaan Akhir dan Impor ...................................


5.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ...................

110
110

5.1.2. Konsumsi Pemerintah ...............................................

120

27
27

5.1.3. Pembentukan Modal Tetap Bruto .............................


5.1.4. Perubahan Inventori .................................................

135
141

Persiapan .................................................................
Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output .................

28
38

5.1.5. Ekspor .......................................................................


5.1.6. Impor..........................................................................

143
153

3.1.3. Rekonsiliasi ..............................................................


3.2. Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output .......................

48
48

3.2.1. Pendekatan Langsung (Metode Survei) ..................


3.2.2. Pendekatan Tak Langsung ......................................

49

2.2.4.

Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga


Produsen .................................................................

2.3. Konsep dan Definisi ..............................................................


BAB 3.

BAB 5.
23
25

PROSEDUR UMUM DAN PENDEKATAN PENYUSUNAN

TABEL INPUT-OUTPUT .......................................................


3.1. Prosedur Umum ....................................................................
3.1.1.
3.1.2.

iii

51

iv

BAB 6.

PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: PROSES


REKONSILIASI DAN PENYUSUNAN TABEL TRANSAKSI

BAB 9. TABEL INPUT-OUTPUT REGIONAL ...................................


9.1. Tabel Input-Output Satu Region ...........................................

229
230

HARGA PRODUSEN ............................................................

167

9.1.1. Teknik Penyusunan ..................................................

230

6.1. Proses Rekonsiliasi (Penyeimbang Sisi kolom dan Sisi


Baris) .....................................................................................

167

9.1.2. Permasalahan ...........................................................


9.2. Tabel Input-Output Antar Region ..........................................

232
237

9.2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Antar Region


.... ...............................................................................

238

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

243

6.1.1. Ilustrasi Proses Rekonsiliasi .....................................


6.1.2. Tahap dan Jenis Pelaksanaan Proses Rekonsiliasi

169

...................................................................................
6.2. Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen ....................

173
184

BAB 7.

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT:


METODE TIDAK LANGSUNG ..............................................

195

7.1. Metode Non-Survei ...............................................................


7.1.1. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan

195

Metode Non-Survei ...................................................

197

7.1.2. Contoh Penerapan ....................................................


7.2. Metode Semi-Survei .............................................................

200
210

7.2.1. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan


Metode Semi-Survei .................................................

210

7.2.2. Contoh Penerapan ....................................................

212

PERLAKUAN KHUSUS ........................................................

217

8.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ...............................


8.2. Konsumsi Pemerintah ...........................................................

217
221

8.3. Perlakuan Subsidi .................................................................


8.4. Produk Ikutan dan Sampingan ..............................................

223
224

8.5. Perlakuan Barang Bekas dan Apkiran ..................................


8.6. Perbedaan Statistik (Statistical Discrepancy) .......................

227
229

BAB 8.

vi

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 1. Pendahuluan

Buku ini dimaksudkan untuk membahas tentang pendekatan dan teknik


dalam menyusun suatu tabel input-output dan merupakan pelengkap dari
buku yang telah diterbitkan BPS sebelumnya mengenai kerangka teori dan
analisis tabel input-output. Berdasarkan hal ini maka pembahasan yang
dilakukan akan lebih banyak tentang prosedur dan cara melakukan
penaksiran atau estimasi dari isian sel-sel yang ada dalam suatu tabel inputoutput. Walaupun demikian kerangka teori dan pengertian dasar tabel inputoutput tetap akan dibahas secara ringkas, terutama pada beberapa bab awal.
Tabel input-output pada dasarnya hanyalah merupakan suatu sistem
pencatatan ganda (double entry system) dari neraca transaksi yang terjadi
antar produsen dalam suatu perekonomian. Jadi, tabel input-output sama
sekali bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan
informasi secara rinci tentang berbagai inventori dan arus (flow) barang dan
jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi. Akan tetapi dengan
menggunakan asumsi sederhana memang dapat disusun dan dikembangkan
suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan terakhir inilah yang
menjadikan tabel input-output diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari
sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan
suatu analisis ekonomi secara komprehensif.
Tabel input-output sebagai suatu sistem penyajian data dikembangkan
pertama kali oleh Profesor Wassily Leontief pada akhir dekade 1930-an.
Pengembangan sistem tersebut berikut kerangka analisisnya bahkan telah

menghantarkan Profesor Leontief sebagai penerima Hadiah Nobel untuk


bidang ekonomi pada tahun 1973. Berdasarkan kerangka yang
dikembangkan oleh Leontief, informasi yang dimuat dalam suatu tabel inputoutput pada hakekatnya merupakan transaksi barang dan jasa yang terjadi
antar industri atau sektor ekonomi di suatu perekonomian. Inilah yang
menyebabkan tabel input-output populer juga disebut sebagai tabel transaksi
antar industri. Pemberian nama terakhir ini sejalan dengan tujuan dasar dari
penyusunan suatu tabel input-output, yaitu untuk melakukan analisis saling
ketergantungan atau keterkaitan antar industri dalam suatu perekonomian.
Tabel input-output pada dasarnya disusun berdasarkan data ekonomi
dari suatu wilayah geografis tertentu (negara, provinsi, kabupaten/kodya dan
sejenisnya) untuk suatu periode waktu tertentu (tahun, semester, triwulan,
bulan dan sejenisnya). Informasi yang ada selanjutnya disajikan dalam
bentuk matriks dan dapat digunakan untuk mengamati suatu kegiatan atau
sekelompok kegiatan yang sekaligus bertindak sebagai produsen barang dan
jasa (output) dan sebagai konsumen dari barang dan jasa yang dihasilkan
oleh industri lain (input). Dalam praktek, banyaknya sektor atau industri yang
digunakan dalam penyusunan suatu tabel input-output dapat bervariasi,
tergantung pada ketersediaan data, dana dan waktu. Jika data yang tersedia
cukup rinci, maka dapat disusun tabel input-output dengan jumlah sektor
relatif banyak. Begitupun jika dana yang tersedia terbatas, maka jumlah
sektor tersebut harus dikurangi sesuai dengan kemampuan untuk membiayai
pengolahan datanya. Begitu pula waktu yang tersedia juga dapat
mempengaruhi penentuan jumlah sektor, karena umumnya semakin banyak
sektor yang digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk
melakukan pengolahan.
Informasi dasar yang sangat penting dalam analisis input-output adalah
tentang arus produk dari setiap sektor yang diperlakukan sebagai produsen
ke masing-masing sektor yang bertindak sebagai konsumen. Dalam tabel
input-output, informasi ini berada pada kuadran 1 atau tabel transaksi antara.
Informasi sepanjang baris pada tabel ini menjelaskan distribusi produk atau
output suatu sektor ke seluruh sektor ekonomi yang ada, sementara

Pendahuluan

1.1

Latar Belakang

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 1. Pendahuluan

kolomnya menunjukkan komposisi input yang diperlukan untuk melakukan


kegiatan produksi di suatu sektor tertentu. Berdasarkan informasi dasar inilah
kemudian dapat dikembangkan suatu model yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis saling ketergantungan antar industri. Sehingga dengan
mudah, misalnya, dapat diketahui dampak dari perubahan output (kapasitas
produksi) terhadap output sektor lain. Barangkali kenyataan inilah yang
membuat tabel input-output semakin banyak diminati oleh para analis dan
perencana ekonomi akhir-akhir ini.
Tabel input-output untuk Indonesia sebenarnya sudah dikembangkan
sejak tahun 1969, yaitu ketika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mulai
melakukan exercise untuk menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1969
melalui metode tidak langsung atau non-survey method. Selanjutnya BPS
bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Institute of Developing Economics
(IDE)-Jepang menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1971 dengan metode
langsung, yaitu pengumpulan datanya dilakukan secara langsung melalui
berbagai survei. Sejak saat itulah Tabel Input-Output secara
berkesinambungan disusun BPS untuk setiap periode lima tahunan. Jadi
sampai saat ini BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia untuk
tahun 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000 dan 2005. Disamping itu BPS
telah beberapa kali melakukan updating (penyusunan tabel input-output
melalui cara tidak langsung) yaitu tahun 1988, 1993, 1998 dan terakhir 2003.
Pada awalnya penggunaan model input-output untuk perencanaan dan
analisis ekonomi kurang diminati oleh para analis dan praktisi perencana
pembangunan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh relatif kecilnya animo
terhadap tabel-tabel input-output yang dihasilkan oleh BPS. Kebanyakan
pengguna dari tabel-tabel tersebut justru lembaga-lembaga internasional dan
konsultan asing. BPS telah melakukan berbagai upaya untuk
memperkenalkan penggunaan model input-output, antara lain dengan
menyelenggarakan berbagai pelatihan, khususnya bagi tenaga-tenaga teknis
dari departemen maupun dari BPS sendiri. Seiring dengan upaya tersebut
dan munculnya kebutuhan terhadap instrumen perencanaan yang bersifat

lintas sektoral, maka sejak awal 1980-an minat terhadap model input-output
mulai meningkat.
Model-model input-output yang diimplementasikan dalam analisis
ekonomi antara lain adalah analisis dampak kegiatan pariwisata, APBN dan
ekspor terhadap perekonomian. Implementasi lain adalah untuk melakukan
analisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penggunaan sumber daya
alam, teknologi dan lingkungan.
Di tingkat internasional, BPS bekerjasama dengan IDE telah menyusun
tabel input-output bilateral Indonesia-Jepang, untuk tahun 1975, 1985 dan
1990. Dengan menggunakan tabel-tabel ini maka dapat dikembangkan model
input-output bilateral yang dapat digunakan untuk mengukur dampak
kebijaksanaan ekonomi di suatu negara terhadap perekonomian negara lain.
Bahkan sejak tahun 1999, atas kerja sama BPS dengan IDE-Jepang, telah
dikembangkan tabel input-output multilateral untuk tahun 1995, 2000 dan
2005 yang meliputi 10 negara dan rest of the world (ROW).
Pada tingkat regional, kebutuhan model input-output sebagai alat
perencanaan pembangunan dan analisis ekonomi juga mulai muncul. Kondisi
ini didukung oleh meningkatnya kebutuhan terhadap data dan alat analisis
yang memadai untuk menyusun perencanaan pembangunan regional.
Apalagi dengan semakin kuatnya arus disentralisasi melalui kebijakan
otonomi daerah, tuntutan kebutuhan terhadap alat analisis yang handal akan
semakin meningkat. Dengan demikian suka atau tidak, perencanaan
pembangunan regional harus mampu merefleksikan proses desentralisasi
perencanaan di satu pihak dan bottom-up planning di lain pihak. Tentu saja
dengan tetap memperhatikan tujuan dan sasaran pembangunan nasional.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
adalah model input-output regional. Melalui model ini antara lain dapat
dilakukan analisis terhadap struktur dan keterkaitan ekonomi antar sektor di
dalam suatu region tertentu atau keterkaitan dengan sektor di region lain
bahkan dengan luar negeri. Untuk maksud tersebut, sejumlah provinsi telah
mencoba melakukan penyusunan tabel input-output regional. Sebagian kecil
dari tabel input-output provinsi tersebut disusun dengan metode langsung

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

(survey technique), dan sebagian besar justru masih menggunakan metode


tidak langsung. Saat ini hampir semua provinsi telah berhasil menyusun tabel
input-outputnya masing-masing, walaupun diakui masih banyak hambatan
dan keterbatasan.
Sampai saat ini penggunaan model input-output baik di tingkat nasional
maupun regional tampak masih menghadapi berbagai kendala. Pertama,
kurangnya pemahaman terhadap manfaat dan jenis-jenis model input-output
yang dapat dikembangkan telah mengakibatkan kurangnya apresiasi
terhadap model input-output. Disamping itu, sebagai produsen tabel inputoutput, BPS baik di tingkat pusat maupun daerah juga menghadapi kendala
sumber daya manusia dalam menyusun tabel input-output. Kendala lain
adalah masih adanya perbedaan dalam hal rincian dan kelengkapan data
antara nasional dan daerah. Masih dijumpai adanya ketidakseragaman dalam
penggunaan metode dan pendekatan antara satu daerah dengan daerah
lainnya dan antara daerah dengan nasional, termasuk perbedaan dalam
penggunaan data.
Salah satu tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk mengurangi
berbagai kendala yang telah disebutkan. Diharapkan buku ini dapat menjadi
salah satu referensi utama, terutama bagi para penyusun tabel input-output
atau para peminat lain. Tujuan ini penting mengingat sampai saat ini belum
banyak referensi tentang input-output, khususnya tentang cara penyusunan
tabel input-output.

Bab 1. Pendahuluan

Selain Bab 1, buku ini memuat 8 bab lainnya. Pada Bab 2 akan diuraikan
tentang kerangka dan pendekatan dalam menyusun tabel input-output.
Pembahasan antara lain mencakup konsep dan definisi penting yang
digunakan dalam tabel input-output, jenis-jenis tabel transaksi yang biasa
disajikan dan asumsi serta keterbatasan dari model yang dikembangkan
berdasarkan suatu tabel input-output.

Sementara itu Bab 3 menjelaskan tentang prosedur umum dan


pendekatan penyusunan tabel input-output. Pembahasan dimulai dengan
teknik penyusunan klasifikasi sektor dan dilanjutkan dengan cara melakukan
estimasi terhadap isian sel-sel tabel input-output. Dalam bab ini didiskusikan
pula secara ringkas beberapa metode yang biasa digunakan dalam
penyusunan tabel input-output, yaitu metode langsung dan metode tak
langsung.
Diskusi lebih jauh tentang teknik penyusunan tabel input-output dengan
metode langsung berturut-turut dilakukan pada Bab 4, 5 dan 6. Bahasan
pada Bab 4 adalah cara melakukan estimasi permintaan antara. Sementara
estimasi permintaan akhir dan impor dibahas pada Bab 5. Setelah estimasi
tersebut, maka perlu dilakukan rekonsiliasi agar diperoleh tabel input-output
yang konsisten. Pembahasan tentang teknik rekonsiliasi ini disajikan pada
Bab 6
Sementara pada Bab 7 diuraikan tentang teknik penyusunan tabel inputoutput dengan metode tak langsung. Pembahasannya antara lain mencakup
model-model yang dapat digunakan, data atau informasi yang diperlukan
serta mekanisme penyusunan tabel, baik untuk teknik non-survei maupun
semi-survei.
Bab 8 secara khusus membahas tentang beberapa perlakuan khusus
yang diperlukan sehubungan dengan alternatif yang akan ditempuh baik
dalam penyusunan maupun penyajian tabel. Perlakuan khusus dimaksud
mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pemerintah, barang
bekas dan apkiran, subsidi dan produk sampingan.
Sebagai bab terakhir, diskusi pada Bab 9 adalah tentang tabel inputoutput Regional, baik untuk tabel input-output suatu region (intra regional)
maupun tabel input-output antar region (inter regional). Walaupun secara
umum teknik penyusunan tabel input-output regional sama dengan tabel
input-output nasional, namun ada beberapa hal yang berbeda. Penekanan
bahasan pada bab ini adalah pada teknik penyusunan dan berbagai masalah
berikut upaya penyelesaiannya.

1.2

Sistematika Penyajian

Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

tabel input-output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output


yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh

Kerangka
Tabel Input-Output

sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom


menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor
dalam kegiatan produksinya.
Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang
disajikan dalam tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi 4 sub

Tabel input-output pada dasarnya merupakan sistem penyajian data


statistik tentang transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang terjadi
di suatu wilayah. Namun demikian, tabel input-output tidak mampu
memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara
rinci menurut komoditi. Semua informasi yang dimuat oleh suatu tabel inputoutput terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan
gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi atau komoditi.
Akan tetapi dengan segala keterbatasannya, tabel input-output tetap
merupakan sumber informasi yang komprehensif dalam melakukan berbagai
analisis ekonomi. Berdasarkan tabel input-output antara lain dapat
dikembangkan suatu model yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam
melakukan evaluasi, analisis dan perencanaan pembangunan di bidang

matriks (kuadran) dengan kerangka penyajian seperti pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1
Kerangka Penyajian Tabel Input-Output

Kuadran I
(n x n)

Kuadran II
(n x m)

Kuadran III
(p x n)

Kuadran IV
(p x m)

ekonomi.

Keterangan :
Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks

Untuk memberikan gambaran tentang cara penyajian dan


menginterpretasikan informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output,

pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris


dan simbol kedua adalah banyaknya kolom.

pada bab ini akan diuraikan tentang kerangka dasar tabel input-output, jenisjenis tabel transaksi serta beberapa konsep dan definisi pokok yang pada

Isian dari kuadran I adalah informasi tentang transaksi barang dan jasa

umumnya digunakan dalam penyusunan tabel input-output.

yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kuadran I sering disebut juga

2.1

sebagai input/permintaan antara untuk menegaskan bahwa semua transaksi


pada kuadran ini hanya merupakan "antara" untuk diproses lebih lanjut, dan

Kerangka Dasar Tabel Input-Output


Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian

bukan untuk keperluan konsumsi akhir. Dengan demikian jelas, bahwa


kuadran ini menunjukkan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam

data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris

melakukan kegiatan produksi. Isian sepanjang baris pada kuadran I

Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

menunjukkan alokasi output yang dihasilkan oleh suatu sektor dan digunakan
sebagai input oleh sektor-sektor produksi. Sedangkan isian sepanjang

permintaan akhir. Sedangkan informasi sepanjang kolom menunjukkan


struktur NTB untuk setiap komponen permintaan akhir. Namun demikian,

kolomnya menunjukkan struktur penggunaan/input oleh suatu sektor yang

kuadran ini bukan merupakan tabel pokok dan untuk beberapa alasan dalam

diperoleh dari output sektor lainnya.


Sedangkan dalam kuadran II sekaligus dicakup dua jenis transaksi, yaitu
transaksi permintaan akhir dan komponen penyediaan (supply). Permintaan

penyusunan tabel input-output Indonesia, kuadran ini diabaikan.


Oleh karena tabel input-output pada hakekatnya merupakan suatu sistem

akhir yang dimaksudkan dalam hal ini adalah permintaan atas barang dan

pencatatan transaksi, maka dalam proses penyusunannya digunakan


beberapa asumsi. Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan

jasa selain yang digunakan dalam kegiatan/proses produksi. Permintaan


akhir pada umumnya dirinci lebih lanjut ke dalam komponen-komponen

tabel input-output adalah:

pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan

a. Homogenitas (homogeneity), yaitu asumsi bahwa satu sektor hanya akan

modal tetap, perubahan inventori dan ekspor. Sedangkan yang dimaksud


dengan penyediaan adalah semua barang dan jasa yang digunakan untuk

menghasilkan satu jenis output dengan struktur input yang tunggal dan
tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda.

memenuhi permintaan (baik permintaan antara maupun akhir). Komponen


penyediaan terdiri dari impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan

b. Proporsionalitas

menunjukkan struktur masing-masing komponen permintaan akhir dan


penyediaan menurut sektor.
Sementara itu, informasi pada kuadaran III adalah tentang input primer
atau nilai tambah bruto (NTB), sehingga kuadran ini sering disebut sebagai

yaitu

asumsi

bahwa

kenaikan

penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan

serta output dari sektor-sektor domestik. Jadi, isian sepanjang baris pada
kuadran II menunjukkan komposisi permintaan akhir dan penyediaan di suatu
sektor menurut jenis komponen. Sedangkan isian sepanjang kolom

(proportionality),

output yang dihasilkan oleh sektor tersebut.


c.

Aditivitas (additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh dari kegiatan


produksi di berbagai sektor merupakan hasil penjumlahan dari setiap
pengaruh pada masing-masing sektor tersebut. Asumsi ini sekaligus
menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar sistem input-output
diabaikan.

kuadran Nilai Tambah Bruto (NTB) atau input primer. Input primer adalah
input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi dan terdiri
dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Isian

Berdasarkan asumsi tersebut, maka model yang dikembangkan


berdasarkan tabel input-output memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan

sepanjang baris kuadran III menunjukkan distribusi penciptaan komponen


NTB menurut sektor. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan

tersebut antara lain adalah pada rasio input yang diasumsikan konstan

komposisi penciptaan NTB menurut komponennya di suatu sektor.


Kuadran IV memuat informasi tentang input primer yang langsung

selama periode analisis. Akibatnya perubahan susunan input atau perubahan


teknologi dalam kegiatan produksi tidak dapat dideteksi menggunakan model

didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi sepanjang baris

input-output.
Di samping itu, asumsi-asumsi tersebut juga menegaskan bahwa

kuadran IV menunjukkan alokasi komponen NTB menurut komponen

pelipatgandaan input di suatu sektor akan menghasilkan pelipatgandaan

10

Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

output yang sebanding. Artinya, peningkatan output di suatu sektor hanya


disebabkan oleh peningkatan inputnya dan bukan dipengaruhi oleh faktor-

Isian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi


penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal

faktor produksi yang digunakan seperti perubahan teknologi, peningkatan

dari output domestik ( X i ) dan impor untuk produk sejenis ( M i ). Sedangkan

produktivitas faktor-faktor produksi dan lain sebagainya. Hal ini sekaligus


menunjukkan bahwa perubahan harga dan kuantitas input dalam model

permintaannya terdiri dari permintaan antara ( xij ) dan permintaan akhir

input-output akan selalu sebanding dengan perubahan harga dan kuantitas


outputnya.

( F i ). Isian sepanjang kolom tabel tersebut menunjukkan susunan input yang

Walaupun model input-output mengandung berbagai kelemahan seperti


yang telah diuraikan, namun model input-output masih tetap merupakan alat

input antara ( xij ) dan input primer ( V i ).

analisis yang handal dan bermanfaat. Terutama karena kemampuannya


untuk digunakan dalam analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif.
Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian tabel input-output,
berikut ini diberikan ilustrasi tabel input-output (Tabel 2.2) pada sistem
perekonomian yang terdiri dari 3 sektor produksi, yaitu sektor 1, 2 dan 3.

digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut terdiri dari

Sesuai dengan cara pengisian angka-angka dalam sistem matriks, maka


angka-angka setiap sel pada tabel tersebut bermakna ganda. Angka pada sel
di kuadran I (transaksi antara), misalnya

x12 , dari sisi baris angka ini

menunjukkan besarnya penyediaan di sektor 1 yang digunakan untuk


memenuhi permintaan antara oleh sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom,
angka tersebut menunjukkan besarnya input sektor 2 yang diperoleh dari
penyediaan sektor 1.
Berdasarkan cara membaca angka di setiap sel tersebut, terlihat bahwa

Tabel 2.2
Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi
Alokasi
Output
Struktur
Input

Permintaan
Antara
1

1
2
3

x11
x21
x31

x12
x22
x32

x13
x23
x33

Input Primer

V1

V2

V3

Jumlah Input

X1

X2

X3

Input
Antara

Permintaan
Akhir
F1
F2
F3

Penyediaan
Impor

Jumlah
Output

M1
M2
M3

X1
X2
X3

penyajian informasi dalam tabel input-output menunjukkan suatu jalinan yang


saling berhubungan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap sektor.
Sebagai contoh untuk sektor 1, jumlah penyediaannya adalah sebesar

X 1 + M 1 dan dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 1,


2 dan 3 masing-masing sebesar
sebesar

x11 , x12 dan x13 ; sedangkan sisanya

F 1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Cara pengamatan

yang sama berlaku juga untuk sektor 2 dan 3. Selanjutnya, dari uraian
tersebut maka untuk setiap baris pada tabel 2.2 dapat disusun persamaan:

Keterangan: 1, 2 dan 3: kode sektor produksi.

11

12

Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

x11 + x12 + x13 + F1 = X 1 + M 1

x11 + x 21 + x31 + V1 = X 1

x 21 + x 22 + x 23 + F2 = X 2 + M 2

x12 + x 22 + x32 + V2 = X 2

.. (2.1)

x31 + x32 + x33 + F3 = X 3 + M 3

x13 + x 23 + x33 + V3 = X 3

Persamaan (2.1) selanjutnya dapat dituliskan dalam bentuk persamaan

atau dalam bentuk persamaan umum:

umum:

x
j =1

ij

.. (2.4)

+ Fi = X i + M i , untuk I = 1,2,3

j =1

.. (2.2)

atau

ij

+ V j = X j , untuk j = 1,2,3

.. (2.5)

di mana
3

X i = xij + Fi M i

..... (2.3)

= Input primer (NTB) sektor j

Vj

j =1

di mana:

xij

= Penyediaan sektor i yang digunakan oleh sektor j

Xi

= Jumlah output (domestik) sektor i

Fi

= Permintaan akhir terhadap sektor i

Mi

Sesuai dengan asumsi yang digunakan, pada tabel input-output berlaku


bahwa jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor harus sama dengan

X i = X j , untuk i = j atau

jumlah outputnya. Hal ini berarti


n

i =1

j =1

Xi = X j

= Impor pada sektor i

.. (2.6)

Dengan melakukan pengamatan dari sisi kolom terhadap tabel 2.2 dapat
diperoleh gambaran susunan input di masing-masing sektor produksi.

Persamaan (2.6) tersebut merupakan persamaan dasar yang menjelaskan


hubungan antara angka-angka yang disajikan dalam tabel input-output

Sebagai contoh, untuk sektor 1 jumlah input yang digunakan adalah sebesar

dengan angka Produk Domestik Bruto (PDB).


Dari persamaan (2.3) dan (2.5) diperoleh:

X 1 . Jumlah input tersebut terdiri dari input antara dan input primer. Besarnya
input antara yang diperoleh dari sektor 1, 2 dan 3 masing-masing adalah
sebesar

x11 , x 21 dan x31 . Sedangkan input primernya adalah sebesar V 1 .

Dengan menggunakan cara yang sama dapat dilakukan pengamatan


terhadap sektor 2 dan 3. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan terhadap
kolom-kolom di tabel 2.2 dapat diturunkan persamaan aljabar:

13

X = x + F - M
i

i=1

ij

i=1

j=1

i=1

j=1

ij

j=1 i=1

... (2.7a)

= x + V
Xj

i=1

...... (2.7b)

j=1

14

Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Berdasarkan persamaan (2.6), maka

x
i

pada (2.7a) dapat di

substitusikan ke dalam (2.7b), sehingga:


n

Di samping itu, penilaian atas transaksi yang disajikan dalam tabel inputn

ij

karena,

i=1

x
i

ij

i=1

ij

j=1 i=1

output dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian atas dasar harga
produsen dan atas dasar harga pembeli (konsumen). Jika penilaiannya

x + F - M = x + V
i=1 j=1

dilakukan atas dasar harga produsen, maka nilai transaksinya hanya


mencakup harga barang/jasa yang dibayarkan kepada produsen barang/jasa

j=1

tersebut. Sedangkan nilai transaksi atas dasar harga pembeli disamping


mencakup harga yang dibayarkan kepada produsen juga mencakup margin

= xij maka diperoleh:

Sedangkan pada transaksi domestik hanya mencakup transaksi barang dan


jasa yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik).

perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dari kegiatan penyaluran


n

F - M = V
i

i=1

i=1

...... (2.8)

barang/jasa dari produsen ke konsumennya.


Berdasarkan uraian di atas, maka jenis-jenis tabel transaksi yang dapat
disajikan dalam penyusunan tabel input-output akan terdiri dari (a) tabel
transaksi total atas dasar harga pembeli, (b) tabel transaksi total atas dasar

i=1

Sisi kanan pada persamaan (2.8) adalah jumlah NTB dari semua sektor

harga produsen, (c) tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dan

perekonomian yang sebenarnya sama dengan angka Produk Domestik


Bruto. Persamaan (2.8) hanya berlaku untuk sistem perekonomian secara

(d) tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen.

keseluruhan dan tidak berlaku untuk masing-masing sektor.

Penjelasan dari masing-masing jenis tabel transaksi tersebut secara ringkas


adalah sebagai berikut

2.2

Jenis-jenis Tabel Transaksi


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, informasi yang disajikan pada

kuadran I, II dan III tabel input-output adalah transaksi barang dan jasa
antara sektor ekonomi. Berdasarkan hal ini maka tabel-tabel dalam ketiga
kuadran, disebut juga sebagai tabel transaksi.
Sesuai dengan lingkup pencatatannya, transaksi yang disajikan pada
tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu transaksi total dan
transaksi domestik. Transaksi total mencakup semua transaksi barang dan
jasa, baik yang berasal dari impor maupun dari produk sektor domestik.

15

16

Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

2.2.1

Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli

Nilai transaksi yang disajikan pada tabel ini mencakup nilai transaksi dari
seluruh barang/jasa (impor dan domestik) dan menggunakan dasar penilaian
harga pembeli. Oleh karena itu pada tabel jenis ini, impor, margin
perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai kolom
penyediaan. Oleh karena margin perdagangan dan biaya pengangkutan
sudah dicakup pada setiap transaksi, maka tidak ada input antara yang
berasal dari sektor perdagangan. Begitu juga input antara dari sektor
pengangkutan, biaya pengangkutan selain biaya pengangkutan yang dicakup
adalah seluruh biaya angkutan barang dagangan, seperti angkutan umum
dan barang pindahan.
Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga pembeli dapat
dilihat pada tabel 2.3 berikut.

17

18

Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

2.2.2

Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen

Nilai transaksi pada tabel ini juga mencakup nilai dari semua transaksi
barang/jasa baik impor maupun domestik, akan tetapi harga yang digunakan
untuk menilai transaksinya adalah harga produsen. Oleh karena setiap
transaksi hanya mencakup harga produsen, maka margin perdagangan dan
biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input antara yang berasal dari
sektor perdagangan dan biaya pengangkutan. Dengan demikian margin
perdagangan dan biaya pengangkutan di kolom penyediaan nilainya akan
sama dengan nol. Tabel transaksi total atas dasar harga produsen dapat
diperoleh dari tabel transaksi total atas dasar harga pembeli setelah margin
perdagangan dan biaya pengangkutan dikeluarkan dari setiap sel
transaksinya.
Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga produsen
disajikan pada tabel 2.4.

19

20

Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

2.2.3

Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli

Setiap sel pada tabel jenis ini hanyalah transaksi atas barang dan jasa
yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik) dan menggunakan dasar
penilaian harga pembeli. Oleh karena setiap transaksinya hanya mencakup
barang dan jasa domestik, maka kolom penyediaan yang berasal dari impor
nilainya akan sama dengan nol. Untuk tetap menjaga keseimbangan jumlah
input dan jumlah output, maka seluruh input yang berasal dari impor disajikan
pada baris tersendiri.
Contoh penyajiannya adalah seperti pada tabel 2.5.

21

22

Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

2.2.4

Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen

Setiap nilai transaksi pada jenis tabel ini hanya mencakup barang/jasa
domestik dan dinilai atas dasar harga produsen. Oleh karenanya kolom
penyediaan dari impor dan margin perdagangan & biaya pengangkutan
nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi domestik atas dasar harga
produsen dapat juga diperoleh dari tabel transaksi domestik atas dasar harga
pembeli dengan mengeluarkan margin perdagangan dan biaya
pengangkutan dari setiap transaksinya. Tabel transaksi domestik atas dasar
harga produsen memiliki peran penting dalam analisis dengan model yang
diturunkan dari tabel input-output, terutama karena transaksi pada jenis tabel
ini benar-benar mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah domestik
yang dinilai dengan harga produsen.
Contoh penyajian tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen
dapat dilihat pada tabel 2.6.

23

24

Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

2.3

Konsep dan Definisi

Permintaan Akhir dan Impor

Beberapa konsep dan definisi dasar yang diperlukan dalam membaca


informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output akan diuraikan
secara ringkas berikut ini.
Output
Output adalah nilai dari seluruh produk (barang/jasa) yang dihasilkan
oleh sektor produksi di suatu wilayah domestik. Oleh karena itu output sering
juga disebut sebagai output domestik. Penghitungan output dilakukan dengan
menjumlah nilai dari barang/jasa yang telah dihasilkan oleh suatu sektor
tanpa membedakan pelaku produksinya. Jadi pelaku produksinya dapat
berupa penduduk di wilayah domestik tersebut atau perusahaan dan
penduduk asing. Seluruh produk barang dan jasa yang telah dihasilkan
sebagai bagian dari output, tanpa memperhatikan apakah produk tersebut
terjual atau tidak.
Dalam proses penyusunan tabel input-output penghitungan output
memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai Control Total ( CT ) yang
nilainya harus dipertahankan dalam proses rekonsiliasi antar sektor. Oleh
karena itu penghitungan output harus dilakukan dengan cermat dan teliti.
Input
Input adalah seluruh barang dan jasa yang diperlukan oleh suatu sektor
dalam kegiatan produksinya. Input dibedakan menjadi dua, yaitu input antara
dan input primer. Input antara adalah seluruh barang dan jasa yang
digunakan habis dalam proses produksi. Barang dan jasa yang digunakan
dalam proses produksi tersebut dapat berupa barang/jasa hasil produksi
dalam negeri atau impor. Sedangkan input primer adalah balas jasa terhadap
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi. Input primer
dalam prakteknya berupa upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang
modal dan pajak tak langsung neto.

25

Permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa yang digunakan


untuk keperluan konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran
konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan
modal tetap, perubahan inventori dan ekspor.
Barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir
dapat berupa barang dan jasa hasil produksi domestik dan impor. Khusus
untuk permintaan ekspor hanya boleh dipenuhi dari hasil produksi domestik.
Sejalan dengan penjelasan tersebut jelas bahwa impor bukan merupakan
komponen permintaan akhir, melainkan sebagai komponen penyediaan.
Ekspor dan impor dalam konteks tabel input-output adalah transaksi yang
terjadi antara penduduk di suatu wilayah tertentu dengan penduduk di luar
wilayah tersebut. Namun demikian khusus untuk pembelian langsung yang
dilakukan oleh penduduk ada perlakuan khusus. Pembelian langsung di
pasar domestik oleh penduduk asing diperlakukan sebagai transaksi ekspor,
sebaliknya pembelian langsung oleh penduduk suatu wilayah yang dilakukan
di luar wilayah tersebut diperlakukan sebagai transaksi impor.
Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan
Dalam praktek, produk yang dihasilkan oleh produsen pada umumnya
melalui proses penyaluran terlebih dahulu agar dapat sampai ke produsen.
Akibat dari proses penyaluran tersebut maka timbul selisih dari harga produk
yang diterima oleh produsen dengan harga yang harus dibayar oleh pembeli
(konsumen). Harga yang diterima oleh produsen disebut sebagai harga
produsen dan harga yang dibayar oleh pembeli disebut harga pembeli.
Margin perdagangan dan biaya pengangkutan adalah selisih harga
pembeli dan harga produsen. Selisih tersebut mencakup keuntungan
perdagangan dan biaya pengangkutan atas barang yang diperdagangkan
dari produsen barang ke pembeli.

26

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

Diagram 3.1
Prosedur Umum Penyusunan Tabel Input-Output

Prosedur Umum dan


Pendekatan Penyusunan
Tabel Input-Output

3.

Persiapan:
a.
b.

Penyusunan Tim Kerja


Penyusunan Klasifikasi Sektor

Diskusi dan pembahasan pada bab ini hanya dimaksudkan untuk


memberikan gambaran secara umum tentang proses dan teknik yang dapat
digunakan dalam menyusun suatu tabel input-output. Sedangkan
pembahasan secara rinci akan dilakukan pada bab-bab berikutnya. Sejalan

1.

a.
b.
c.
d.
e.

dengan tujuan ini maka pembahasan pada bab ini hanya mencakup prosedur
umum dan metode atau pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun
tabel input-output.

3.1

Estimasi:
Output
Input Antara
Input Primer
Permintaan Akhir dan Impor
Ekspor

Prosedur Umum

Secara umum tahapan penyusunan suatu tabel input-output adalah


seperti yang disajikan pada diagram 3.1. Pertama, pada tahap persiapan

2.

disusun tim kerja dan klasifikasi sektor. Langkah berikutnya adalah

Proses Rekonsiliasi
Penyeimbangan baris dan kolom

melakukan penaksiran isian setiap sel dalam tabel input-output. Estimasi


akan tabel input-output pada umumnya secara kolom terlebih dahulu,
sehingga konsistensi isian secara baris belum tentu dapat terpenuhi. Untuk
itulah perlu dilakukan proses rekonsiliasi yang tujuan utamanya untuk
menyeimbangkan berbagai persamaan yang berlalu dalam suatu tabel inputoutput.

3.1.1

Persiapan

Seperti halnya kegiatan lain, penyusunan tabel input-output pun


memerlukan persiapan agar seluruh proses dapat berjalan lancar. Persiapanpersiapan yang diperlukan dalam penyusunan tabel input-output antara lain

27

28

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

mencakup penyusunan tim kerja, pembuatan klasifikasi sektor, penetapan


jadwal kegiatan dan penyusunan anggaran. Dua hal terakhir, jadwal dan

jawab sektor adalah pengetahuan tentang karakteristik dari sektor yang


bersangkutan.

anggaran, sangat tergantung pada dua hal pertama, yaitu tim kerja dan

Dalam bab-bab yang lalu telah pula dijelaskan bahwa setiap sel pada

klasifikasi sektor yang digunakan. Semakin banyak anggota tim yang


dilibatkan akan semakin besar dana yang dibutuhkan, sekurang-kurangnya

suatu tabel memiliki makna ganda, yaitu sebagai bagian output dari suatu
sektor (informasi sepanjang baris) dan sebagai bagian dari input sektor yang

untuk balas jasa anggota tim. Begitu juga semakin banyak sektor yang akan
digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan, di samping

bersangkutan (informasi menurut kolom). Sesuai dengan hal ini maka


seorang penanggung jawab sektor sekurang-kurangnya dituntut untuk

semakin banyak pula tim yang diperlukan. Berdasarkan kenyataan tersebut


maka uraian lebih lanjut tentang tahap persiapan hanya akan dibatasi pada

mengetahui secara logis susunan input dari sektor yang menjadi tanggung
jawabnya. Sehingga penanggung jawab sektor yang bersangkutan dapat

dua hal pertama, yaitu penyusunan tim kerja dan klasifikasi sektor. Bagi para

memutuskan apakah susunan input dari sektor yang diolahnya sudah layak

pihak yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang penyusunan jadwal
dan anggaran dapat menggunakan bacaan lain sebagai acuan, misalnya

atau belum. Begitu juga seorang penanggung jawab sektor harus mengetahui
sektor-sektor apa saja yang menjadi konsumen dari output sektor yang

berbagai buku yang membahas tentang manajemen proyek dan sejenisnya.

menjadi tanggung jawabnya dan diharapkan mampu menilai kelayakan dari


alokasi output sektor bersangkutan ke sektor-sektor ekonomi lain. Dengan

a. Penyusunan Tim Kerja

kata lain, seorang tim ahli ekonomi yang terlibat dalam proses penyusunan

Pada bab-bab terdahulu telah dijelaskan bahwa tabel input-output pada

tabel input-output dituntut untuk mengetahui karakteristik input dan output


dari sektor-sektor yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai dengan uraian

hakekatnya hanyalah sebuah tabel yang memuat informasi tentang transaksi


ekonomi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang disajikan dalam bentuk

tersebut jelas bahwa banyaknya anggota dari tim ahli ekonomi yang
diperlukan akan sangat tergantung dari banyaknya sektor ekonomi yang

matriks. Kenyataan tersebut menyiratkan dua hal penting yang perlu


diperhatikan dalam menyusun tim kerja dalam rangka menyusun suatu tabel
input-output, yaitu transaksi ekonomi dan bentuk matriks. Hal ini sekaligus

digunakan dalam tabel dan tingkat kapabilitas masing-masing anggota untuk


menjadi penanggung jawab sektor.

menegaskan bahwa dalam penyusunan tabel input-output sekurangkurangnya diperlukan dua kelompok tenaga ahli, yaitu kelompok ahli

penyusunan tabel input-output diperlukan juga tim ahli pengolahan data.


Banyaknya tim ahli pengolahan data untuk penyusunan tabel input-output

ekonomi dan kelompok ahli pengolahan data.


Masing-masing tim ahli ekonomi dalam penyusunan tabel input-output

pada umumnya sekitar dua atau tiga orang. Sedangkan kualifikasi dasar
yang dibutuhkan adalah kemampuannya untuk mengolah data dalam bentuk

pada umumnya mempunyai tanggung jawab terhadap suatu sektor ekonomi


tertentu, oleh karena itu mereka biasa juga disebut sebagai penanggung

matriks, yaitu sistem pengolahan data yang menggunakan dua dimensi, baris
dan kolom. Dengan berkembangnya perangkat lunak komputer, terutama

jawab sektor. Kualifikasi dasar yang diperlukan bagi seorang penanggung

untuk melakukan pengolahan data dalam bentuk lembar-lembar kerja


(spreadsheets), tuntutan kualifikasi ini relatif tidak sulit untuk dipenuhi. Sebab

29

30

Seperti

yang telah

disebutkan, disamping ahli

ekonomi dalam

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

pada fasilitas yang disediakan oleh berbagai perangkat lunak sejenis ini,
misalnya Excel atau Mini Tab, memungkinkan untuk melakukan pengolahan

komoditi dalam perekonomian. Dalam hal ini peranan antara lain ditentukan
dengan menggunakan parameter output, nilai tambah dan atau tingkat

data dalam bentuk matriks menjadi mudah.

pentingnya suatu komoditi dalam perekonomian. Namun demikian pada

b. Penyusunan Klasifikasi Sektor

umumnya pertimbangan terhadap peranan tersebut digabungkan dengn


pertimbangan tentang ketersediaan data, sebab walaupun suatu komoditi

Penyusunan klasifikasi sektor merupakan tahap penting yang harus

memiliki peranan yang sangat penting tetapi jika datanya tidak memadai akan
menimbulkan persoalan dalam proses penaksiran isian sel-sel untuk komoditi

diselesaikan dengan baik dalam tahap persiapan. Hasil dari tahap ini akan
menentukan dan mempengaruhi tahap pekerjaan berikutnya, termasuk akan

yang bersangkutan.
Selain berbagai pertimbangan seperti yang telah diuraikan, untuk

mempengaruhi besar kecilnya tim yang diperlukan, jadwal penyelesaian dan

menetapkan eksistensi suatu kegiatan dalam tabel input-output juga


mengikuti prinsip teknologi tunggal dalam proses produksi.Teknologi

anggaran yang diperlukan. Oleh karena itu penyusunan klasifikasi sektor


dalam proses penyusunan tabel input-output pada umumnya justru dilakukan

tunggal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bahwa hanya ada satu

sebelum tim kerja terbentuk. Walaupun ada juga yang melakukannya secara
simultan bersamaan dengan pembentukan tim kerja. Untuk memperoleh

teknologi atau cara yang digunakan untuk menghasilkan seluruh output oleh
suatu sektor ekonomi. Atau dengan kata lain dalam satu sektor berlaku

tabel input-output yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak,

prinsip homogenitas output. Disamping itu hubungan antara output dengan

maka dalam proses penyusunan klasifikasi sektor perlu dipertimbangkan


untuk melibatkan berbagai pihak, baik pihak penyedia data maupun pihak

input bersifat linier, artinya peningkatan output suatu sektor akan diikuti
dengan peningkatan input yang sebanding. Penerapan prinsip dasar tersebut

calon pengguna tabel. Tanpa melibatkan kedua pihak ini kemungkinan


klasifikasi sektor yang dihasilkan justru tidak operasional atau kurang

dalam penyusunan klasifikasi sektor untuk tabel input-output Indonesia


diwujudkan dalam bentuk keseragaman komoditi dan atau aktivitas ekonomi

bermanfaat.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun klasifikasi

dalam satu sektor ekonomi.


Sayangnya, prinsip teknologi tunggal ternyata tidak selalu mudah

sektor antara lain adalah peranan suatu komoditi dalam perekonomian,

diterapkan. Penciptaan suatu produk pada kenyataannya selalu memerlukan

ketersediaan data dan berbagai kebijakan tentang komoditi strategis di


wilayah perekonomian yang akan disusun tabel input-outputnya.

teknologi tersendiri. Akibatnya jika prinsip teknologi tunggal diterapkan, maka


jumlah sektor dalam tabel input-output akan sama banyaknya dengan jenis

Pertimbangan-pertimbangan tersebut selanjutnya dapat dijadikan sebagai


dasar dalam menentukan apakah suatu komoditi dapat dijadikan suatu sektor

produk yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan produksi yang beroperasi di


suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa jumlah sektor dalam tabel input-output

ekonomi tersendiri atau harus digabungkan terlebih dahulu dengan komoditi


lain.

Indonesia harus mencapai puluhan ribu untuk mengakomodir seluruh produk


yang dihasilkan oleh seluruh perekonomian Indonesia. Sudah barang tentu

Dalam praktek penyusunan tabel input-output Indonesia yang dilakukan

kondisi ini akan sangat menyulitkan pengolahan datanya, disamping

oleh BPS, pertimbangan utama yang digunakan adalah peranan suatu

kenyataan bahwa jumlah sektor yang digunakan dalam tabel input-output

31

32

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

juga sangat mempengaruhi besarnya biaya, waktu dan data atau informasi
harus disediakan.

pengangkutan, perdagangan dan pemerintahan yang digunakan sebagai


nama sektor adalah nama kegiatannya. Namun demikian dalam tabel input-

Itulah sebabnya penerapan prinsip teknologi tunggal untuk pembentukan


sektor dalam tabel input-output harus dikompromikan dengan berbagai
kondisi seperti ketersediaan data, dana dan waktu. Sebagai konsekwensi dari

output Indonesia yang dihasilkan oleh BPS, pemberian nama sektor sejauh
mungkin diupayakan menggunakan nama komoditi, misalnya sektor industri
semen menjadi sektor semen saja, tidak lagi mengandung kata industri.

hal tersebut maka beberapa komoditi yang mempunyai sifat fisik serupa atau
diproses dengan teknologi serupa dapat digabungkan menjadi satu sektor

b.2 Prinsip Dasar Penyusunan Klasifikasi

yang sama. Bahkan untuk beberapa sektor terpaksa tidak lagi menganut
prinsip dasar, karena eksistensinya merupakan tempat penampungan dari

Disamping penggunaan prinsip teknologi tunggal, penyusunan klasifikasi

komoditi atau teknologi yang heterogen sebagai sisa pilihan dari sektor-

atau pengelompokkan komoditi/kegiatan, harus memenuhi syarat beberapa

sektor yang terbentuk sebelumnya. Sektor yang terakhir ini biasanya diberi
nama Sektor Lainnya.

syarat, yaitu

Jadi, dengan menggunakan berbagai pertimbangan, prinsip dan berbagai


kondisi lain akhirnya diharapkan dapat disusun suatu klasifikasi sektor dalam

a. Semua komoditi atau kegiatan perekonomian di suatu wilayah harus


terbagi habis ke dalam sektor. Dengan kata lain tidak boleh ada satupun

tabel input-output yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak. Baik

komoditi/kegiatan yang tidak masuk ke dalam salah satu sektor tertentu.

pihak yang menggunakan tabel input-output sebagai basis data maupun


sebagai bahan dasar untuk melakukan analisis perekonomian. Sejauh

b. Tidak ada penafsiran ganda terhadap penempatan suatu komoditi atau


kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan pencatatan ganda

mungkin juga harus diupayakan agar klasifikasi sektor yang dihasilkan sudah
merupakan hasil optimal setelah mempertimbangkan data yang tersedia

terhadap transaksi ekonomi yang terjadi.


Tidak ada keragu-raguan terhadap cakupan komoditi pada setiap sektor

c.

serta tingkat ketelitian yang ingin dicapai.

yang dibentuk.

b.1 Sistem Pemberian Nama (Judul) Sektor

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, klasifikasi sektor tabel input-

Ada dua sistem yang dapat digunakan untuk memberikan nama atau
judul sektor dalam tabel input-output, yaitu berdasarkan nama komoditi,
berdasarkan jenis kegiatan atau aktivitas dan gabungan antara keduanya.

output dapat didasarkan pada: (a) komoditi, (b) aktivitas dan (c) gabungan
antara komoditi dan aktivitas. Cara yang paling ideal sebenarnya adalah
menempatkan satu jenis komoditi pada satu sektor. Namun hal itu tidak
mungkin dilakukan karena jumlah sektor yang akan terbentuk akan menjadi

Pemberian nama sektor pada kegiatan yang termasuk dalam lapangan


usaha pertanian dan pertambangan pada umumnya didasarkan pada nama

terlalu banyak.
Untuk memilih dan mengelompokkan komoditi atau aktivitas menjadi

komoditi yang dihasilkan. Begitu juga pada sebagian lapangan usaha


bangunan dan jasa-jasa. Sedangkan pada kegiatan ekonomi industri,

suatu sektor dengan cermat maka harus dilakukan dengan membuat daftar
atau listing dari semua jenis komoditi yang ada lengkap dengan segala sifat-

33

34

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

sifat fisik dan teknologi pembuatannya. Akan tetapi untuk melakukan hal ini
ternyata tidak mudah. Oleh sebab itu akan lebih mudah bila sistem klasifikasi

merupakan produk utama, maka yang lainnya merupakan produk ikutan,


sampingan atau tambahan. Kegiatan bercocok tanam ketela pohon misalnya,

tabel input-output diawali dan didasarkan pada klasifikasi yang sudah ada

hanya menghasilkan satu produk utama yaitu umbi, tetapi di samping itu ada

seperti Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), Klasifikasi


Komoditi Indonesia (KKI), International Standard of Industrial Clasification

hasil ikutan berupa daun dan batang ketela. Walaupun teknologi yang
digunakan pada usaha penanaman ketela pohon merupakan teknologi

(ISIC) dan Harmonized System (HS). Cara kedua inilah yang pada umumnya
digunakan untuk menyusun klasifikasi sektor dalam penyusunan tabel-tabel

tunggal, ternyata hasilnya tidak tunggal, yaitu terdiri tiga jenis komoditi. Ketiga
jenis komoditi tersebut dalam tabel input-output dihimpun dalam satu sektor.

input-output di Indonesia.
Struktur klasifikasi pada KBLI terdiri dari lima tingkat, tiap tingkat

Pembentukan
sektor
kadang-kadang
hanya
ditentukan
oleh
keseragaman dalam cara penggunaan satu komoditi tanpa memperhatikan

menunjukkan digit dan diberi kode nomor. Digit pertama menunjukkan sektor,

teknologi pembuatannya. Komoditi yang tergabung dalam sektor ini kadang-

digit kedua, ketiga, keempat dan kelima berturut-turut menunjukkan


subsektor, golongan pokok, golongan dan subgolongan. Subgolongan

kadang mempunyai fisik yang sangat berbeda, begitu pula cara melakukan
kegiatannya. Contohnya sektor buah-buahan terdiri dari berbagai jenis

merupakan kelompok terkecil yang masih mencapai tingkat homogenitas.


Oleh karena klasifikasi tabel input-output didasarkan pada homogenitas

komoditi utama antara lain durian, semangka dan pepaya. Cara menanam
durian dan semangka sudah barang tentu sangat berbeda, begitu pula sifat

komoditi atau aktivitas, maka pengambilan kelompok KBLI tidak hanya

fisiknya. Namun semua jenis komoditi buah-buahan dihimpun ke dalam

bertumpu pada salah satu tingkat, melainkan beranjak dari subsektor sampai
ke subgolongan.

sektor yang sama. Hal ini terpaksa dilakukan untuk menghindari terlampau
banyaknya jumlah sektor input-output.

Untuk penyusunan sektor-sektor pertanian pada umumnya digunakan


sampai tingkat golongan. Sedangkan untuk sektor-sektor industri pengolahan

Beragamnya teknologi yang digunakan dalam suatu sektor akan


menyebabkan koefisien teknis menjadi kurang akurat, sehingga matriks

digunakan sampai pada tingkat subgolongan. Sebagai contoh, golongan


01111 KBLI adalah pertanian padi dan dalam tabel input-output menjadi
sektor padi (dalam tabel input-output Indonesia 2005 kodenya adalah 001).

pengganda yang dihasilkan juga menjadi kurang berdaya guna. Hal tersebut
kerapkali tidak dapat dihindari, berhubung sangat banyaknya jenis komoditi

Sementara subgolongan 15321 (KBLI, industri tepung terigu) menjadi sektor


industri tepung terigu (kode 058 dalam tabel input-output Indonesia 2005).

dalam suatu sektor, khususnya produk-produk industri manufaktur. Dalam


sektor kosmetik, misalnya, terdapat ratusan jenis komoditi, begitu pula pada
sektor kimia dasar, obat-obatan, tekstil, insektisida dan sebagainya.

c. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Komoditi

Di samping sektor-sektor seperti tersebut di atas yang mempunyai


bermacam-macam teknologi, terdapat pula beberapa sektor yang amat
biasanya

heterogen komoditinya baik sifat fisik maupun teknologi pembuatannya, yaitu


sektor-sektor dengan sebutan perkebunan lainnya. Contohnya adalah sektor

menghasilkan satu jenis komoditi. Kalaupun hasilnya lebih dari satu jenis

hasil perkebunan lainnya terdiri dari berjenis komoditi seperti kakao, panili

Penggunaan

teknologi

tunggal

pada

proses

produksi

umumnya tidak mempunyai bobot yang sama dalam arti jika salah satu hasil

35

36

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

sirih, nilam dan lain-lain. Sifat fisik dan teknologi penanaman kakao jelas
berbeda dengan panili, tetapi tetap dihimpun dalam satu sektor.

kecap, tahu atau tempe yang berdiri sendiri maka sektor industri pengolahan
kedele tetap menjadi satu sektor.

d. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Aktivitas

e. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Aktivitas dan Komoditi

Hasil dari suatu kegiatan pada umumnya terdiri dari beberapa jenis
komoditi, dan dalam proses produksinya sering kali menggunakan beberapa

Cara menentukan sesuatu sektor berdasarkan aktivitas dan komoditi


dilakukan apabila peran dari keduanya adalah sama. Misalnya industri semen

teknologi. Kegiatan penyulingan minyak bisa dilakukan terhadap minyak


bumi, minyak kayu putih, bahkan terhadap air. Teknologi yang digunakan

akan menghasilkan semen, sehingga semen dimunculkan menjadi sektor


karena pertimbangan kegiatan dan sekaligus komoditi.

untuk penyulingan minyak bumi, jauh berbeda dengan teknologi penyulingan


minyak kayu putih, begitu pula hasilnya amat berbeda baik sifat fisik maupun
cara penggunaannya. Bandingkan misalnya kerosin sebagai hasil dari

f.

pengilangan minyak bumi dengan minyak kayu putih.


Makna aktivitas ditinjau dari urutan proses lebih dekat dengan jenis
kegiatan
perusahaan/usaha
(enterprise,
establishment),
sehingga

Barang-barang impor dikelompokkan ke dalam suatu sektor berdasarkan


komoditi, selaras dengan komoditi-komoditi domestik. Sebagian komoditi

pembahasan tentang aktivitas selalu terkait dengan perusahaan. Produkproduk suatu perusahaan memang sangat beragam, namun tetap dapat

lainnya terdapat perbedaan-perbedaan. Pensil impor, misalnya, serupa


dengan pensil dalam negeri, tetapi buah apel impor berbeda dengan buah

ditentukan jenis komoditi tertentu sebagai produk utamanya. Komoditi di luar


produk utama harus dapat dipindahkan (transfer out) ke sektor lain sesuai

apel dalam negeri.


Barang-barang impor dapat dikenali dengan mempelajari keterangan-

dengan jenis komoditinya. Sebagai contoh, yang dihasilkan pada perusahaan


pupuk adalah pupuk, amoniak dan listrik. Dalam hal ini maka amoniak

keterangan pada klasifikasi HS, sedang barang-barang dalam negeri dikenali


melalui KBLI/KKI. Berdasarkan matching klasifikasi-klasifikasi tersebut maka

ditransfer ke sektor amoniak dan listrik ditransfer ke sektor listrik, sehingga

barang-barang impor dapat ditentukan dalam sektor input-output tertentu.

perusahaan pupuk menjadi sektor tunggal yang hanya menghasilkan


komoditi pupuk.

3.1.2

Bagi suatu kegiatan/perusahaan yang menghasilkan sejumlah komoditi


dengan sifat fisik tidak serupa dengan produk utama sektor lain, maka tidak
perlu dilakukan transfer out. Komoditi-komoditi itu tetap tergabung dalam

Klasifikasi Impor

impor, ditinjau dari segala aspek serupa dengan komoditi domestik, sebagian

Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output

Setelah klasifikasi sektor tabel input-output disusun, maka tahap kegiatan

sektor yang sama. Contohnya industri pengolahan kedele menghasilkan

berikutnya adalah mengisi sel-sel sesuai dengan kerangka tabel input-output.


Untuk keperluan tersebut maka ada beberapa informasi yang diperlukan.

tauco, kecap, tahu, tempe dan oncom. Sepanjang tidak ada sektor tauco,

Untuk mengisi kuadran I dan III, misalnya, diperlukan data tentang output,
input antara dan biaya primer (nilai tambah). Sedangkan untuk mengisi

37

38

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

kuadran III harus tersedia data tentang konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal termasuk perubahan inventori dan eksporimpor.

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

di mana:

X i = output sektor i
Pi = harga per unit produksi sektor i

Dalam praktek, seluruh data yang diperlukan tersebut tidak selalu


tersedia secara lengkap. Oleh karena itu diperlukan penaksiran atau estimasi

Qi = kuantitas (jumlah) sektor i

agar semua sel tabel input-output dapat terisi. Berikut ini akan dijelaskan
secara ringkas tentang prosedur estimasi sel-sel tabel input-output beserta

Namun demikian dalam praktek sering dijumpai masalah, yaitu jumlah


(kuantitas) produksi tidak diketahui. Untuk mengatasinya diperlukan suatu

pengertiannya.

pendekatan dengan indikator produksi. Sebagai contoh, subsektor perikanan


darat, terdapat indikator rata-rata produksi per bulan. Output perikanan darat

a. Output

dapat diperoleh dengan mengalikan produksi setahun (rata-rata produksi

Output adalah nilai dari seluruh produksi yang dihasilkan oleh sektor-

perbulan x bulan produksi) dengan harga tertimbang dari jenis ikan yang
dibudidayakan. Secara lengkap metode estimasi penghitungan output setiap

sektor produksi di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Produk dalam
hal ini mencakup seluruh produksi yang dihasilkan tanpa memperhatikan

sektor akan dibahas pada Bab 4.


Produk yang dihasilkan oleh suatu sektor dapat dibedakan menjadi tiga

apakah produk tersebut terjual atau tidak dalam periode perhitungan. Output

jenis berdasarkan teknologi yang digunakan, yaitu produk utama, produk


ikutan dan produk sampingan. Produk utama adalah hasil produksi yang

disebut sebagai output domestik karena hanya mencakup produksi dalam


suatu wilayah, tanpa melihat pelaku ekonominya.

memiliki nilai atau kuantitas yang dominan di antara produk yang dihasilkan

Produksi pada dasarnya dapat dibedakan antara produksi barang dan


produksi jasa. Sektor-sektor yang wujud produksinya berupa barang adalah

lainnya. Produk ikutan adalah hasil produksi yang terbentuk secara otomatis
pada saat menghasilkan produk utamanya dengan menggunakan metode

sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) dan sektor sekunder


(industri, listrik, gas dan air minum). Sedangkan untuk sektor-sektor yang

tunggal. Sedangkan produk sampingan adalah produk yang dihasilkan


sejalan dengan produk utama tetapi menggunakan teknologi yang terpisah.

produksinya berwujud jasa sebagai sektor tersier yang antara lain mencakup

Misalnya, industri semen, untuk memenuhi kebutuhan listrik dan penciptaan


outputnya, industri tersebut memproduksi listrik sendiri. Ada sebagian produk

kegiatan usaha perdagangan, pengangkutan, bank dan lembaga keuangan


lainnya, pemerintahan dan jasa-jasa lainnya. Oleh karena itu penghitungan

listrik yang dijual ke pihak lain, dan ini merupakan produk ikutan yang dalam

kedua wujud produksi tersebut memiliki ciri tersendiri.


Untuk sektor-sektor produksi yang menghasilkan barang, penghitungan

penyusunan input-output akan tercakup ke dalam sektor listrik.


Sementara penghitungan sektor-sektor yang produknya berupa jasa

outputnya dapat dirumuskan:

harus digunakan pendekatan lain, sebab tidak dengan mudah dapat dihitung
banyaknya jasa yang dihasilkan berikut harganya. Pendekatan yang lazim

X i = Pi Qi

digunakan untuk menghitung output dari sektor penghasil jasa adalah nilai
jual dari jasa yang dihasilkan oleh masing-masing sektor. Jika pendekatan ini

39

40

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

dirasa masih sulit maka digunakan pendekatan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan jasa yang bersangkutan.

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

c. Input Primer
Input primer adalah balas jasa atas pemakaian input yang berupa faktor

b. Input Antara

produksi, terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input
primer disebut juga nilai tambah bruto yang merupakan selisih antara output

Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan habis dalam proses
produksi berupa bahan tidak tahan lama dan jasa. Barang dan jasa tersebut

dan input antara. Komponen input primer dalam penyajian tabel input-output
adalah upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak

dapat diperoleh dari produksi dalam negeri maupun impor. Barang tidak
tahan lama berupa barang yang habis dalam sekali pakai atau barang yang

langsung neto. Pada dasarnya nilai tambah bruto yang diciptakan oleh
setiap sektor ekonomi dalam tabel input-output adalah Produk Domestik

umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Sebagai contoh adalah bahan

Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bila cakupan

baku, bahan penolong, jasa asuransi, jasa perusahaan dan sebagainya.


Penilaian atas pembelian barang dan jasa yang digunakan sebagai input

wilayahnya regional. PDB/PDRB diperoleh dengan menjumlahkan nilai


tambah sektoral dengan pajak penjualan impor dan bea masuk yang

antara dilakukan atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan
pada saat pembelian barang dan jasa tersebut.

sebenarnya merupakan bagian dari nilai tambah sektoral identik dengan


PDB/PDRB maka penghitungannya ada beberapa pendekatan:

Dalam praktek penghitungan kita harus berhati-hati memisahkan biaya


yang dikeluarkan oleh produsen, apakah termasuk dalam input antara, input
primer atau pembentukan modal. Misalnya produsen memberi cuma-cuma

1. Menurut pendekatan produksi, yaitu jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh berbagai unit/produksi di suatu wilayah dalam

atau harga lebih rendah dari pasar kepada pegawainya, sepanjang


pengeluaran tersebut untuk kesejahteraan pegawai dimasukkan sebagai

jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendekatan unit-unit


produksinya adalah setiap sektor yang tercakup dalam klasifikasi sektor

balas jasa pegawai (upah dan gaji). Perbaikan ringan atas barang-barang
modal dicatat sebagai input antara, sedangkan pengeluaran untuk perbaikan

tabel input-output.

berat atau rehabilitasi besar-besaran yang dapat memperpanjang usia

2. Menurut pendekatan pendapatan, merupakan jumlah balas jasa yang

pemakaian barang modal dikategorikan sebagai pembentukan modal bagi


produsen. Secara rinci estimasi pengisian sel-sel pada struktur input antara

diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi
di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Komponen nilai tambah

sektoral akan dibahas bab 4.


Struktur input antara di dalam kuadran I, tabel input-output dibentuk dari

dari pendekatan ini adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan
atas barang modal dan pajak tak langsung neto.

data/informasi yang diperoleh dari survei-survei yang dilakukan BPS maupun


data penunjang lainnya. Di samping dari pendekatan survei, pembentukan

3. Menurut pendekatan pengeluaran, yaitu semua komponen permintaan

komposisi input suatu sektor diperoleh dengan metode tak langsung yang

akhir, seperti: a) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga

dibahas pada Bab V.

swasta yang tidak mencari untung, b) komsumsi pemerintah, c)

41

42

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

pembentukan modal tetap bruto, d) perubahan inventori dan e) ekspor


neto, yaitu selisih ekspor dengan impor.

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

d.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga


Pengeluaran

konsumsi

rumah

tangga

adalah

pengeluaran

yang

Pembahasan secara rinci masing-masing sektor akan dijelaskan pada


bab 4.

dilakukan oleh rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa
dikurangi dengan penjualan neto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal

d. Permintaan Akhir dan Impor

ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali
pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga

Dalam tabel input-output, permintaan dikelompokkan menjadi 2 bagian,

mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Untuk


menjaga konsistensi data, maka konsumsi penduduk suatu negara yang

yaitu permintaan antara dan permintaan akhir. Permintaan antara adalah

dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya konsumsi

permintaan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang


dan jasa lainnya. Jadi pengertian permintaan antara sebenarnya sama

oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai


ekspor.

dengan input antara, hanya berbeda dalam cara membacanya dalam tabel
input-output. Permintaan antara adalah input yang dibaca menurut baris

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup juga pengeluaran yang


dilakukan oleh lembaga swasta yang tidak mencari untung, seperti lembaga

dalam tabel input-output, atau menyatakan alokasi output yang digunakan

yang memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat dan sejenisnya.

oleh sektor lain dalam proses produksi.


Permintaan akhir adalah permintaan segala jenis barang dan jasa yang

d.2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

digunakan sebagai konsumsi akhir, atau dengan kata lain permintaan atas
barang dan jasa bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran

pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan


modal tetap bruto, perubahan inventori dan ekspor. Barang dan jasa yang

barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi


pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat

tersedia untuk konsumsi permintaan akhir berasal dari dalam negeri

maupun pemerintah daerah. Pengeluaran konsumsi pemerintah terdiri dari

(domestik) dan impor. Dalam tabel input-output Indonesia impor merupakan


bagian dari penyediaan (supply), bukan bagian dari permintaan akhir.

belanja pegawai, belanja barang bukan barang modal dan penyusutan.


Pengeluaran pemerintah untuk keperluan militer baik berupa pengeluaran

Beberapa pengertian komponen-komponen permintaan akhir akan


dijelaskan di bawah ini sebagai dasar pengisian sel-sel tabel input-output di

rutin maupun pengeluaran untuk barang-barang seperti pesawat terbang,


peralatan perang dan bangunan juga merupakan bagian dari pengeluaran

kuadran II.

konsumsi pemerintah.

43

44

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

d.3 Pembentukan Modal Tetap

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

d.4 Perubahan Inventori

Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan atau

Perubahan inventori merupakan selisih antara nilai inventori barang pada

pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam negeri maupun impor,
termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap

akhir tahun dengan nilai inventori pada awal tahun. Perubahan inventori
dapat digolongkan menjadi:

yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam


negeri (domestik). Cakupan dari barang-barang modal tetap adalah sebagai

1. Perubahan inventori barang jadi dan barang setengah jadi yang disimpan

berikut:

oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas dan


barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional.

1. Barang modal baru dalam bentuk konstruksi, mesin-mesin, alat angkutan

2. Perubahan inventori bahan mentah dan bahan baku yang belum

dan perlengkapan, yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau


lebih.

digunakan oleh produsen.


3. Perubahan inventori di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-

2. Biaya untuk perubahan dan perbaikan berat barang-barang modal yang


akan meningkatkan produktivitas atau memperpanjang umur pemakaian.
3. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, perluasan

barang dagangan yang belum terjual.


d.5 Eskpor dan Impor

areal hutan dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan


tanaman keras.

Ekspor dan impor meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk

4. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan


susu, pengangkutan dan sebagainya, tidak termasuk ternak untuk

suatu negara dengan penduduk negara lain. Transaksi tersebut terdiri dari
ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi,

dipotong.
5. Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan

asuransi dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor mencakup juga


pembelian langsung di dalam negeri oleh penduduk negara lain. Sebaliknya

transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak

pembelian langsung di luar negeri oleh penduduk suatu negara dikategorikan

paten, hak cipta dan barang-barang modal bekas.

sebagai transaksi impor.


Transaksi ekspor barang dinyatakan dalam nilai free on board (f.o.b)

Dalam tabel input-output, isian pada kolom pembentukan modal tetap


hanya menggambarkan komposisi barang-barang modal yang dihasilkan oleh

yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya angkutan di negara
pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang

sektor-sektor produksi dan tidak menunjukkan pembentukan modal yang


dilakukan oleh sektor-sektor produksi.

akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dinyatakan atas dasar


biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost insurance dan
freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan pajak penjualan impor.

45

46

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

d.6 Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan

memproduksi barang itu tidak dimasukkan. Penjelasan lebih rinci akan


dibahas dalam bab IV.

Arus barang dan jasa di antara sektor-sektor ekonomi dapat terjadi


karena adanya transaksi antara produsen dan konsumen. Transaksi barang
yang berlangsung tidak selalu langsung terjadi antara produsen dengan

3.1.3

konsumen, tetapi lebih banyak melalui perantara. Perantara transaksi dalam


kegiatan ekonomi dikenal dengan kegiatan perdagangan baik pedagang

a. Dengan melakukan estimasi untuk setiap komponen, maka seluruh sel


tabel input-output dapat terisi. Masalah yang tersisa adalah memeriksa

besar maupun eceran dan sektor pengangkutan. Pencatatan transaksi


barang dan jasa dimaksudkan untuk menggambarkan arus barang dan jasa

konsistensi antar isi sel. Tabel input-output menuntut terpenuhinya


hubungan:

sektoral sehingga dapat diketahui peranan dan kaitannya satu dengan yang

b. Jumlah penyediaan (output domestik ditambah impor) harus sama

lain. Dalam rangka penyusunan tabel input-output pencatatan transaksi tidak


dilakukan melalui sektor perdagangan karena akan sulit mendapatkan

dengan jumlah permintaan (permintaan antara ditambah permintaan


akhir)

gambaran antar sektor dengan jelas. Pencatatan dilakukan langsung


terhadap sektor-sektor perekonomian, misalnya berapa besarnya produksi

c.

Rekonsiliasi

Jumlah output domestik (diperoleh dari informasi sepanjang baris) harus


sama dengan jumlah input (input antara ditambah dengan input primer,

(output) yang dihasilkan dan berapa input antara yang berasal dari sektor lain

informasi sepanjang kolom).

atau sektor sendiri. Demikian pula berapa input primer yang diperlukan untuk
menghasilkan output tersebut.

Jika kedua hubungan tersebut belum terpenuhi, maka harus dilakukan

Oleh karena tidak semua sektor melakukan transaksi langsung, tetapi


melalui pedagang dan pengangkutan, maka transaksi barang dan jasa pada

penyesuaian terhadap isian masing-masing sel sampai hubungan tersebut


dapat dipenuhi. Proses penyesuaian data inilah yang disebut sebagai

umumnya terjadi pada tingkat harga pasar (harga pembeli). Kegiatan sektor
perdagangan dan pengangkutan dalam transaksi menciptakan adanya

rekonsiliasi dalam proses penyusunan tabel input-output. Uraian rinci tentang


proses rekonsiliasi ini selanjutnya dapat diikuti dalam diskusi pada Bab IV.

margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Margin perdagangan dan


biaya pengangkutan dalam tabel input-output sangat penting dalam hal
mendapatkan tabel input-output atas harga pembeli maupun produsen.

3.2

Angka-angka atau nilai-nilai margin perdagangan dan biaya pengangkutan


menunjukkan distribusi margin perdagangan dan biaya pengangkutan di

Sesuai dengan jenis data yang tersedia, maka penyusunan tabel inputoutput dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan langsung

setiap sektor ekonomi. Biaya pengangkutan yang dimaksud di sini hanyalah


biaya untuk distribusi perdagangan barang dari satu sektor ke sektor lainnya.

dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung atau metode survei


digunakan apabila seluruh data yang diperlukan dikumpulkan secara

Sedangkan

langsung melalui survei atau penelitian lapangan, sedangkan pendekatan

biaya

pengangkutan

yang

dikeluarkan

dalam

rangka

Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

tidak langsung atau metode non survei dan semi survei digunakan apabila

47

48

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

seluruh atau sebagian data yang diperlukan diperoleh dari suatu tabel inputoutput lain yang sudah ada. Diskusi ringkas dari masing-masing pendekatan

populasi atau rata-ratanya, namun informasi mengenai struktur/komposisi


dari suatu variabel dapat diperoleh.

tersebut adalah sebagai berikut.

Dalam kaitannya dengan penyusunan tabel input-output dalam


pembentukan unit-unit statistik biasanya digunakan metode non probability
sampling atau dikenal sebagai "purposive sampling". Digunakan metode ini

3.2.1

Pendekatan Langsung (Metode Survei)

Penyusunan tabel input-output memerlukan informasi yang akurat

karena informasi yang ingin diperoleh adalah struktur input baik input antara
maupun input primer dan indikator produksi guna estimasi output, tidak perlu

terutama dalam perolehan data pendukung pembentukan matriks kuadran I,


II dan III tabel input-output. Salah satu metode guna mendapatkan data

pendugaan besarnya populasi. Sebagai contoh pemilihan sampel katakanlah


sektor pertanian subsektor perikanan. Dalam pemilihan sampel dapat

dalam penyusunan tabel input-output adalah metode survei. Metode survei

ditentukan menjadi beberapa kelompok yaitu untuk jenis perikanan kolam,

adalah suatu cara perolehan/pengumpulan data/informasi dari populasi yang


ada kemudian diambil beberapa sampel untuk diamati. Sampel yang diambil

tambak dan laut. Kemudian dari kelompok tersebut dipilih masing-masing unit
sampel yaitu para nelayan/pengelola perikanan tersebut. Unit sampel bisa

tersebut kemudian diukur sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Dari
sampel yang diperoleh kita berkeinginan untuk menduga parameter yang

sebagai perorangan maupun yang berbadan hukum. Masalah dalam survei


ini adalah bila tidak ada kerangka sampel (sample frame) atau direktori dari

menjadi tujuan pengukuran, misalkan pendugaan terhadap populasi, rata-rata

banyaknya unit sampel di suatu wilayah pencacahan. Sehingga dalam

populasi atau proporsi suatu populasi. Mengapa digunakan metode survei


daripada sensus mengingat bahwa dengan langkah ini akan didapatkan

penggantian sampel hanya digunakan alokasi secara subjektif, misalnya


dengan unit sampel yang berdekatan dengan lokasi sampel terpilih. Tetapi
dalam purposive sampling hal tersebut sah saja, karena tujuan utama adalah

informasi yang akurat dan terinci sesuai penelitian, biaya lebih murah, waktu
pengukuran lebih cepat, tenaga pencacah sedikit dan terutama konsentrasi

melihat struktur input dan indikator produksi dalam kaitannya dengan

variabel-variabel yang diukur dapat diperoleh secara rinci dengan


menggunakan sampel.
Metode survei dapat digolongkan ke dalam dua metode, yaitu "probability

penyusunan tabel input-output. Guna menyusun struktur di dalam tabel inputoutput, BPS melakukan Survei Khusus Input Output (SKIO) dan non-SKIO

sampling" dan "non-probability sampling". Metode probability sampling

tahun kelipatan lima seperti input-output 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000,
dan 2005 menggunakan SKIO sebagai dasar pembentukan matriks kuadran I

mendasarkan pada penentuan peluang (probabilitas) dalam pemilihan


sampel, seperti "simple random sampling (SRS)", "stratified random
sampling", "cluster sampling" dan lain sebagainya. Metode non-probability

sebagai data penunjang. Terutama dalam penyusunan tabel input-output

dan III tabel input-output. Aplikasi teknik penyusunan dengan metode ini akan
dibahas lebih lanjut pada bab IV.

sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang tidak mendasarkan


peluang dalam penentuan unit-unit sampel. Biasanya sebagai dasar
pemilihan sampel digunakan indikator tertentu, misalnya output, capital, asset
dan sebagainya. Di dalam metode ini kita tidak dapat menduga besarnya

49

50

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

3.2.2

Pendekatan Tak Langsung

Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output

Lagrangian, RECRAS dan RECRAS-Lagrangian. Metode yang sering


digunakan dalam penyusunan input-output up-dating adalah RAS karena

Model input-output dapat diaplikasikan untuk menerangkan keadaan

lebih sederhana dari bentuk-bentuk yang lain. Penjelasan lebih jauh beserta

perekonomian suatu wilayah pada periode yang telah dan sedang, serta yang
akan dijalani, jika data yang diperlukan tersedia. Masalahnya, biaya, waktu

aplikasinya akan diuraikan pada subbab 5.1.

dan personil yang diperlukan untuk penyusunan tabel input-output sangat


mahal dan memerlukan waktu lama, sehingga penyajian tabel input-output

b. Metode Semi Survei

menjadi terlambat. Mengingat kendala yang ada tersebut maka ada metode
tak langsung dalam pembentukan tabel input-output di samping metode

Di samping metode non-survei sebagai cara pendekatan penyusunan


tabel input-output secara tak langsung, ada metode yang lebih unggul daya

langsung. Sehingga dengan metode tak langsung ini diharapkan dapat

akurasinya yaitu metode semi survei. Metode ini adalah gabungan antara

digunakan sebagai alternatif dalam rangka penyusunan tabel input-output


dengan mengurangi kendala yang ada. Manfaat metode ini juga dapat

metode non-survei dengan survei, di mana data/informasi yang diperoleh


akan mengisi sel-sel tertentu dalam kuadran I tabel input-output. Pada

menerangkan kegiatan ekonomi pada waktu yang sedang dan telah


berlangsung, atau dapat digunakan untuk memprediksi keadaan ekonomi di

metode non-survei kadang-kadang terdapat komposisi/struktur input antara


yang janggal akibat dari iterasi yang dilakukan. Dengan memasukkan

masa mendatang.

data/informasi baru ke dalam sel-sel kuadran I akan mengurangi atau

a. Metode Non-Survei

menghilangkan keanehan struktur input antara yang diperoleh. Bila metode


non-survei digunakan metode RAS, kemudian dilakukan penambahan data

Metode ini digunakan biasanya dalam penyusunan tabel input-output updating (pemutakhiran), di mana dalam pengisian sel-sel tabel input-output

baru ke dalam input antara maka disebut sebagai metode RAS Modifikasi.
Selanjutnya
pendekatan
penyusunan
tabel
input-output
dengan
menggunakan metode ini akan dijelaskan secara rinci pada Bab 5.

tidak menggunakan metode survei. Terutama dalam menduga matriks


kuadran I atau matriks transaksi antar industri yang rumit dalam penyusunan
komponen-komponennya, karena data tidak selalu tersedia. Oleh karena itu
tujuan utama metode non-survei adalah menaksir dan memperbaiki koefisien
input antara atau koefisien teknis (A) pada tahun tabel input-output disusun.
Sedangkan pembentukan matriks di kuadran II (permintaan akhir) perolehan
datanya relatif lebih mudah, misalnya data pendapatan nasional, data ekspor
dan impor yang setiap tahunnya tersedia.
Sebagai metode yang efektif dan tepat waktu dalam penyusunan tabel
input-output, ada beberapa metode yang dikenal seperti RAS, RAS-

51

52

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Penyusunan
Tabel Input-Output:
Teknik Estimasi Permintaan
Antara
Bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan teknik estimasi terhadap
transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor produksi. Pembahasan

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

4.1.1

Survei Khusus Input-Output (SKIO)

Survei ini dirancang secara spesifik untuk mengumpulkan informasi yang


berupa output, susunan input dan beberapa jenis indikator. Daftar pertanyaan
yang dicakup di dalam SKIO lebih diarahkan kepada unit-unit kegiatan usaha
yang di dalam tabel input-output dikelompokkan menjadi sektor-sektor
ekonomi sesuai dengan karakteristik produk utamanya. Hasil SKIO sampai
saat ini lebih banyak digunakan untuk mengisi sel-sel matriks kuadran I
(susunan input antara atau permintaan antara) dan matriks kuadran III (input
primer).

didasarkan pada pendekatan penyusunan dengan metode langsung, yaitu


estimasi berdasarkan data yang dikumpulkan melalui survei. Seiring dengan

Masing-masing jenis daftar isian SKIO, secara umum, akan terdiri dari 3
blok utama, yaitu: Blok Indikator memuat pertanyaan mengenai jumlah

hal ini maka pembahasan akan mencakup survei yang diperlukan dan teknik

pekerja, jumlah bulan bekerja dan berbagai jenis indikator produksi sesuai
dengan kegiatan lapangan usahanya; Blok Output memuat pertanyaan

estimasi terhadap output dan struktur input masing-masing sektor produksi.


Dengan mengikuti uraian pada bab ini diharapkan proses estimasi kuadran I

mengenai jenis dan nilai produksi yang dihasilkan oleh suatu unit kegiatan

dan II tabel input-output dapat dilakukan dengan mudah


Uraian pada bab ini bersama-sama dengan Bab 5 dan Bab 6 pada

usaha selama setahun. Output disini mencakup produksi utama, produksi


ikutan serta produksi sampingan yang dihasilkan oleh unit kegiatan yang

dasarnya merupakan rangkaian proses penyusunan tabel input-output


dengan pendekatan survei.

bersangkutan; Blok Pengeluaran memuat pertanyaan mengenai biaya


produksi yang telah dikeluarkan selama setahun untuk menghasilkan output.

4.1

Secara garis besar komponen biaya antara dibedakan menjadi: biaya antara
khusus yang merupakan pengeluaran untuk pengadaan bahan baku utama

Survei yang Diperlukan

sesuai dengan karakteristik kegiatan usahanya, dan biaya antara lainnya


Penyusunan tabel input-output dengan pendekatan metode langsung
ditempuh dengan mempersiapkan data penunjang yang dikumpulkan melalui

yang merupakan pengeluaran untuk pengadaan berbagai jenis bahan


penolong, seperti: biaya rekening listrik, bahan bakar, administrasi dan lain-

SKIO dan non-SKIO. Kedua jenis kegiatan survei tersebut masih harus diikuti
lagi dengan kegiatan pengumpulan data sekunder lainnya yang biasanya

lainnya. Termasuk di dalam blok pengeluaran ini adalah komponen input


primer yang terdiri dari pengeluaran untuk: upah dan gaji, surplus usaha,

digunakan untuk memperoleh estimasi output. Penjelasan berikut akan

penyusutan dan pajak tak langsung serta subsidi.


Informasi yang dikumpulkan melalui SKIO memiliki beberapa tujuan

memberikan gambaran mengenai peranan mendapatkan beberapa data


pokok, seperti: susunan input, struktur pengeluaran konsumsi rumahtangga

ganda, yaitu: (i) untuk sektor-sektor ekonomi yang data pendukung estimasi
outputnya sudah tersedia, baik dari sumber-sumber di dalam maupun di luar

dan pembentukan modal sektoral.

53

54

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

BPS, SKIO lebih ditekankan sasarannya kepada upaya untuk mendapatkan


estimasi susunan input (koefisien input), (ii) untuk sektor-sektor ekonomi yang

menggunakan data realisasi APBN dan APBD tingkat I serta Statistik


Keuangan Daerah yang diolah dari daftar K1, K2 dan K3; Estimasi ekspor

data dasarnya lenperti indikator tentang jumlah dokter, jumlah notaris dan

sektoral menggunakan data Statistik Eskpor yang diolah dari dokumen

jumlah bioskop, SKIO lebih ditekankan kepada upaya untuk mendapatkan


data mengenai output per jenis indikator, misalnya output per dokter dan

pemberitahuan ekspor barang (PEB); Kemudian estimasi impor sektoral


menggunakan data Statistik Impor yang diolah dari dokumen PIUD;

output per gedung bioskop; (iii) untuk tahun dimana tabel input-output
disusun, SKIO bisa dimanfaatkan sebagai pengganti survei khusus

Selanjutnya estimasi kolom pembentukan modal menggunakan data hasil


survei khusus pembentukan modal (SKPM); Dan akhirnya estimasi

pendapatan nasional/regional yang setiap tahun dilaksanakan di daerah


dalam rangka memperoleh struktur input untuk penghitungan produk

perubahan inventori menggunakan data dasar yang berasal dari berbagai


sumber seperti: survei tahunan industri pengolahan besar/sedang dan survei

domestik regional bruto (PDRB).

pertambangan.

Pada tingkat nasional alokasi sampel SKIO ditentukan dengan


mempertimbangkan beberapa aspek teknis berikut: penyebaran unit-unit

4.2

Estimasi Output dan Struktur Input Sektoral

kegiatan usaha di masing-masing region (provinsi) untuk sektor-sektor


ekonomi yang akan disurvei, jenis indikator harga maupun produksi sektoral

4.2.1

Sektor Pertanian

yang sudah tersedia dari berbagai sumber di luar dan di lingkungan BPS, jika
mungkin kegiatan SKIO (nasional) dapat diatur waktu pelaksanaannya
sejalan dengan kebutuhan data pendukung untuk keperluan penyusunan

Sektor ini mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam dan
merupakan benda atau barang biologis (hidup). Termasuk dalam kegiatan ini

tabel input-output regional.

adalah pengolahan lahan untuk bercocok tanam; memelihara ternak dan


unggas; penebangan kayu; perburuan dan pengambilan hasil hutan lainnya;

4.1.2

serta usaha memelihara atau menangkap berbagai jenis ikan. Untuk kegiatan
pengolahan sederhana seperti penumbukan beras; pembuatan gaplek; kopi

Non-SKIO

Yang dimaksud dengan non-SKIO adalah cara pengumpulan berbagai

olahan; kopra; gula merah; dan sebagainya tidak digolongkan dalam sektor

jenis data pendukung yang tidak melalui SKIO. Di dalam penyusunan tabel
input-output, data yang diperoleh melalui jalur non-SKIO lebih banyak

ini tetapi dimasukkan ke dalam sektor Industri Pengolahan.

dimanfaatkan untuk estimasi komponen permintaan akhir dan impor yang


mengisi matriks kuadran II di dalam format tabel input-output. Beberapa jenis

Adapun komoditi yang dihasilkan oleh sektor pertanian adalah:

sumber data yang dikumpulkan melalui non-SKIO untuk masing-masing


komponen permintaan akhir adalah sebagai berikut: estimasi struktur
pengeluaran

konsumsi

SUSENAS;

Estimasi

rumahtangga
struktur

menggunakanerikut

pengeluaran

55

konsumsi

data

hasil

pemerintah

a. Komoditi hasil bercocok tanam, baik yang diusahakan oleh rakyat


maupun perkebunan besar seperti padi, jagung, umbi-umbian, kacangkacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, karet, kelapa, coklat, kelapa
sawit, kopi, teh, tembakau, tebu, rempah-rempah, tanaman serat dan
sebagainya.

56

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

b. Hasil dari peternakan antara lain anak ternak dan pertambahan berat
ternak yaitu sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, itik serta ternak lainnya,

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

angka produksi padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Sedang data


harga dapat diperoleh dari berbagai sumber publikasi harga di BPS. Karena

termasuk juga di sini telur dan susu segar.

tidak semua komoditi tersedia harga produsennya, maka dapat juga

Hasil dari kehutanan berupa segala jenis kayu tebangan, rotan, arang,
bambu, getah-getahan, binatang liar hasil perburuan seperti buaya, rusa,

digunakan data Harga Perdagangan Besar, Harga Ekspor, Harga Eceran


atau Harga Konsumen. Jika data harga yang tersedia bukan harga produsen

babi hutan, dan sebagainya.


d. Hasil perikanan yaitu berupa segala macam ikan baik yang berasal dari

maka caranya mengestimasi output masing-masing sektor dengan cara


mengalikan produksi dengan harga kemudian dikurangi margin perdagangan

hasil budi daya maupun hasil tangkapan dari laut atau perairan umum,
termasuk juga disini adalah penggaraman dan pengeringan ikan.

dan biaya pengangkutan (TTM). Besarnya margin perdagangan dan biaya


pengangkutan diperoleh dengan menggunakan persentase margin

c.

perdagangan dan biaya pengangkutan terhadap output masing-masing


Dalam penyusunan tabel input-output 2005 semua kegiatan di atas
terbagi dalam 34 sektor dengan pengelompokan sebagai berikut: Tanaman

sektor. Persentase ini diperoleh dari suatu survei khusus. Karena data produk
ikutan/produk sampingan tidak tersedia maka untuk menghitungnya

Bahan Makanan mencakup 11 (sebelas) sektor; Perkebunan mencakup 13


(tigabelas) sektor; Peternakan mencakup 4 (empat) sektor; Kehutanan

digunakan persentase dari tabel input-output, atau melalui hasil Survei


Khusus Input-Output (SKIO).

mencakup 2 (dua) sektor; Perikanan mencakup 3 (tiga) sektor dan jasa

Susunan input sektor pertanian dirinci atas input antara dan input primer.

pertanian 1 (satu sektor).

Input antara adalah seluruh biaya selain biaya faktor produksi yang
dikeluarkan mulai dari mengolah tanah, menanam, memelihara, memanen

a. Tanaman Bahan Makanan

dan mengangkut hasil produksi ke gudang petani/tempat penjualan. Biaya


antara disini misalnya bibit, pupuk, perbaikan saluran irigasi, obat-obatan,

Dalam penyusunan tabel input-output, kelompok ini dipecah ke dalam 11


(sebelas) sektor meliputi Sektor Padi; Jagung; Ketela Pohon; Ubi Jalar, Umbi-

bahan-bahan atau alat-alatnya yang digunakan (bukan barang modal), sewa


alat pertanian, bahan pengikat, pembungkus, biaya administrasi, biaya

Umbian lainnya, Kacang Tanah; Kedele; Kacang-kacangan Lainnya; Sayur-

pengangkutan dan lain sebagainya. Input primer adalah balas jasa faktor

sayuran; Buah-buahan; dan Padi-padian dan Bahan Makanan Lainnya. Tidak


termasuk di dalamnya penumbukan beras dan pembuatan gaplek karena

produksi berupa upah tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan serta pajak
tak langsung neto. Data susunan input bersumber pada publikasi Struktur

sudah dimasukkan ke dalam Sektor Industri Pengolahan.


Output diperoleh dengan menilai seluruh produksi yang dihasilkan atas

Ongkos Usaha Tani "Padi dan Palawija" (Survei Pertanian) BPS, serta survei
khusus (SKIO) untuk komoditi selain padi dan palawija.

dasar harga produsen dengan cara mengalikan produksi baik produksi


utama, produksi ikutan maupun produksi sampingan dengan harga produsen.
Data produksi dapat diperoleh dari publikasi tahunan Produksi Padi dan
Palawija Indonesia (Survei Pertanian) dari Badan Pusat Statistik berupa

57

58

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

b. Perkebunan
Dalam

kelompok

output, kelompok ini dipecah menjadi 4 (empat) sektor meliputi Sektor Ternak
dan Hasil-hasilnya kecuali Susu Segar; Susu Segar; Unggas dan Hasilini

mencakup

semua

jenis

kegiatan

tanaman

hasilnya; dan Hasil Pemeliharaan Hewan Lainnya.

perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan


perkebunan. Tidak termasuk di dalamnya hasil-hasil olahan seperti kopi

Penghitungan produksi menggunakan tiga peubah yaitu pemotongan,


kenaikan inventori dan ekspor neto dengan rumus banyaknya ternak/unggas

olahan, kopra, gula merah, teh olahan, karet asapan, karet remah, dsb,
karena kegiatan ini sudah digolongkan dalam Industri Pengolahan. Dalam

yang dipotong ditambah selisih populasi dan selisih antara ekspor dan impor.
Produksi ikutannya adalah pupuk kandang dan bulu. Sumber data diperoleh

penyusunan tabel input-output, kelompok perkebunan ini dipecah ke dalam


13 (tigabelas) sektor yaitu: Sektor Karet; Tebu; Kelapa; Kelapa Sawit; Hasil

dari Dirjen Peternakan Departemen Pertanian, berupa populasi ternak,


pemotongan ternak, produksi telur dan susu segar. Angka ekspor dan impor

Tanaman Serat; Tembakau; Kopi; Teh; Cengkeh; Kakao; Jambu Mete; Hasil

diperoleh dari publikasi statistik ekspor dan impor BPS dan data harga

Perkebunan Lainnya; dan Hasil Pertanian Lainnya.


Output diperoleh dengan cara mengalikan produksi dengan harga

diperoleh dari Harga Perdagangan Besar BPS. Estimasi output diperoleh


dengan cara produksi dikalikan dengan harga dikurangi TTM. TTM berasal

kemudian dikurangi margin perdagangan dan biaya pengangkutan (TTM) jika


harga produsennya tidak tersedia. Tetapi jika harga produsen tersedia cukup

dari survei khusus. Jika data tidak tersedia maka data dapat dilengkapi
dengan melakukan survei khusus.

dengan mengalikan produksi dengan harga. Besarnya margin perdagangan


dan biaya pengangkutan (TTM) diperoleh dari survei khusus. Susunan
inputnya dapat berupa biaya bibit, pupuk, obat-obatan, alat pertanian, bahan

d. Kehutanan

pengikat dan sebagainya. Data produksi dapat diperoleh dari Dirjen


Perkebunan Departemen Pertanian dan dari Bagian Statistik Perkebunan

Dalam penyusunan tabel input-output, kelompok ini dipecah menjadi 2


(dua) sektor yaitu meliputi: Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya. Dalam

BPS. Jika terdapat data yang tidak tersedia seperti produk ikutan maka cara
mengestimasi output dengan menggunakan suatu persentase yang diperoleh

sektor ini meliputi kegiatan penebangan kayu serta pengambilan getahgetahan dan akar-akaran. Hasil penebangan yang paling utama adalah kayu

dari SKIO. Data susunan input juga bersumber pada SKIO.

gelondongan sedangkan hasil penebangan lainnya adalah kayu bakar, rotan,

c. Peternakan

bambu dan sebagainya. Aktivitas bercocok tanam yang dilakukan di atas


areal hutan yang merupakan tanaman tumpang sari tidak dimasukkan ke

Kelompok ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala

dalam kehutanan akan tetapi masuk dalam tanaman perkebunan. Kegiatan


perburuan dimasukkan ke dalam hasil hutan lainnya yang meliputi kegiatan

jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan,


dipotong, dan diambil hasil-hasilnya baik yang dilakukan oleh rakyat maupun

penangkapan/ perburuan binatang liar seperti buaya, babi hutan, biawak,


menjangan dan harimau baik untuk dikonsumsi dagingnya maupun diambil

oleh perusahaan peternakan. Hasil-hasil peternakan meliputi anak-anak

kulit, bulu dan tulangnya. Penangkapan untuk pelestarian, manfaat

ternak, pertambahan berat, susu dan telur. Dalam penyusunan tabel input-

pengambilan sarang burung dihitung dalam hasil buruan lainnya.

59

60

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi yaitu mengalikan


produksi dengan harga dikurangi TTM nya apabila harga produsennya tidak

Estimasi output diperoleh dari perkalian produksi dan harga dikurangi


biaya pengangkutan dan margin perdagangan, karena harga yang tersedia

tersedia.

adalah harga perdagangan besar. Sedangkan susunan input antaranya

Susunan input antara untuk pengusahaan kayu tebang meliputi benih


dan bibit pohon, bahan bakar dan pelumas, makanan dan pemeliharaan lain

adalah bibit dan pakan ikan, alat penangkapan ikan (misal: kail),
pemeliharaan kolam, pemeliharaan kapal penangkap ikan, umpan, bahan

untuk binatang/hewan penarik, bahan-bahan untuk pemeliharaan dan


perawatan jalan, peralatan tangan serta komponen-komponennya,

pembungkus dan pengikat, bahan bakar dan pelumas, bahan penolong (es
batu), pupuk dan obat-obatan.

pembayaran untuk kontrak kerja serta jasa lainnya.


Bila mesin-mesin dan hewan penarik yang digunakan tergabung dalam

4.2.2

Sektor Pertambangan dan Penggalian

pertanian/cocok tanam dan kehutanan atau bila terjadi ada satu perusahaan
memiliki dua atau lebih aktivitas pertanian dan kehutanan maka susunan
inputnya harus diproporsikan.

Ruang lingkup kegiatan pertambangan dan penggalian meliputi kegiatan


penggalian, pemboran, penyaringan, pencucian, pemilihan, dan pengambilan

Untuk perburuan, penangkapan dan penangkaran binatang liar, input


antara berupa amunisi perburuan, perbaikan peralatan berburu, perbaikan

segala macam barang tambang, mineral, dan barang galian yang tersedia di
alam, baik berupa benda padat, cair, dan gas. Penambangan dan penggalian

kendaraan berburu. Susunan input diperoleh berdasarkan Survei Khusus

ini dapat dilakukan di bawah tanah maupun di atas permukaan bumi. Sifat

Input Output.

dan tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan nilai guna barang tambang
dan galian tersebut sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual, atau

e. Perikanan

diproses lebih lanjut. Termasuk dalam sektor ini adalah kegiatan pembuatan
garam kasar dengan cara menguapkan air laut.

Kelompok ini mencakup semua kegiatan penangkapan dan pembenihan,


budi daya segala jenis ikan dan binatang air (seperti ikan tuna, ikan hiu,

Dalam penyusunan tabel input-output nasional, Sektor Pertambangan


dan Penggalian dibagi atas 14 sektor yakni Batu Bara, Minyak Bumi, Gas dan

udang, kerang mutiara, ikan hias, dan lain-lain) baik di air tawar maupun di air

Panas Bumi, Bijih Timah, Bijih Nikel, Bijih Bauksit, Bijih Tembaga, Bijih Emas,

asin. Termasuk juga disini kegiatan pengambilan hasil-hasil binatang air,


tidak termasuk disini kegiatan pemindangan ikan.

Bijih Perak, Bijih dan Pasir Besi, Barang Tambang Logam lainnya, Barang
Tambang Mineral Bukan Logam, Garam Kasar dan Barang Galian Segala

Dalam penyusunan tabel input-output, kelompok ini dipecah ke dalam 3


(tiga) sektor meliputi sektor Ikan Laut dan Hasil Laut Lainnya; Ikan Darat dan

Jenis. Dalam penyusunan tabel input-output daerah (Provinsi/Kabupaten),


pemecahan sektor Pertambangan dan Penggalian tergantung potensi barang

Hasil Perairan Darat; dan Udang. Hasil-hasil ikan yang dimaksudkan di sini
seperti telur ikan, sirip ikan dan bibit ikan. Sumber data diperoleh dari

tambang dan penggalian yang tersedia di daerah tersebut. Karena biasanya


suatu daerah belum tentu memiliki seluruh barang tambang atau galian yang

publikasi Statistik Perikanan oleh Dirjen Perikanan Departemen Pertanian.

seperti disebutkan di atas.

61

62

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi dengan mengalikan


produksi dengan harga. Data produksi dapat diperoleh dari Buku Laporan

tembakau, pembuatan kopra, gaplek & sagu serta penggaraman dan


pengeringan ikan. Penyusunan tabel input-output sektor ini dipisahkan ke

Tahunan Pertambangan Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen

dalam kelompok-kelompok komoditi (sebagai contoh dalam input-output

Pertambangan dan Energi, Survai Tahunan Perusahaan Pertambangan BPS


dan sumber lain yang mungkin tersedia di daerah misalnya Daerah Dalam

tahun 2005 menjadi 92 sektor), dimana kilang minyak dan gas alam cair
termasuk di dalamnya.

Angka atau data dari Kanwil Pertambangan dan Energi Daerah. Sedangkan
data harga dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Survei Tahunan

Penghitungan estimasi output dan nilai tambah untuk industri pengolahan


dibagi menjadi 2 (dua), yaitu estimasi output dan nilai tambah industri

Perusahaan Pertambangan BPS, publikasi Statistik Ekspor BPS, dan hasil


Survei Khusus.

pengolahan non migas dan industri migas.

Susunan input dapat diturunkan dari Survei Khusus Input-Output (SKIO).


Namun demikian, untuk beberapa komoditi, estimasi susunan inputnya dapat
juga menggunakan hasil survei tahunan BPS, asalkan komponen biaya yang

a. Industri Pengolahan Non-Migas


Pada tahap awal penyusunannya, industri pengolahan nonmigas

masih tergabung dapat dirinci.

dibedakan ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu industri besar/sedang, kecil dan


kerajinan rumah tangga. Dari masing-masing bagian tersebut dihitung baik

4.2.3

output maupun struktur inputnya untuk tiap-tiap sektor dalam klasifikasi sektor

Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang

input-output yang dikehendaki (dalam hal ini bisa 19, 66, atau 175 sektor,
disesuaikan dengan kebutuhan).

bertujuan untuk meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksinya


dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi atau proses lainnya baik

Sumber data utama penyusunan sektor ini adalah dari hasil survei
tahunan industri yang dilakukan oleh BPS baik untuk besar/sedang, kecil

menggunakan alat-alat sederhana maupun mesin-mesin. Proses tersebut


dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian,

maupun kerajinan rumahtangga yang terdiri dari kelompok 5 digit KBLI


sehingga perlu dilakukan pengelompokkan ke dalam klasifikasi sektor input-

pertambangan maupun perusahaan lainnya. Jasa-jasa yang sifatnya

output yang sama. Hal ini perlu dilakukan karena di dalam satu sektor input-

menunjang kegiatan sektor industri seperti jasa maklon, perbaikan kapal,


kereta api dan pesawat terbang termasuk juga dalam sektor ini. Jasa

output biasanya terdiri dari beberapa kelompok 5 digit KBLI.


Dari hasil pengolahan tersebut diperoleh output maupun inputnya, karena

perbaikan yang dicakup dalam sektor ini adalah perbaikan terhadap barang
modal, baik yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri maupun oleh pihak

hasil survei tersebut sudah dalam bentuk nilai rupiah. Masalahnya dari hasil
survei tersebut beberapa struktur inputnya masih dalam bentuk gabungan,

lain. Perbaikan mesin-mesin milik rumah tangga dan kendaraan bermotor


tidak dicakup disini, tetapi dimasukkan ke dalam sektor jasa-jasa. Termasuk

tidak sesuai dengan klasifikasi sektor input-output, sebagai contoh alat-alat


tulis kantor (ATK). Angka gabungan tersebut harus dipisahkan menurut

juga di sini kegiatan pengolahan sederhana seperti pembuatan minyak

banyaknya sektor input-output yang mencakup ATK. Untuk memisahkan

nabati, gula merah, pengupasan & pembersihan biji-bijian, pengirisan

angka tersebut, biasanya digunakan indikator pemisah (berupa rasio-rasio)

63

64

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

yang diperoleh dari hasil SKIO sebelum proses penyusunan tabel inputoutput atau jika tidak ada bisa juga digunakan rasio-rasio dari tabel input-

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

produk utamanya (main characteristic product). Produk utama adalah produk

output yang sudah ada sebelumnya. Hal ini berlaku pula untuk pemecahan

yang nilai outputnya paling besar dibandingkan dengan nilai produk-produk


lainnya yang dihasilkan oleh suatu establishment. Pada kenyataannya terlihat

struktur input lainnya yang sifatnya masih gabungan.

bahwa dalam satu establishment ternyata dapat menghasilkan beberapa

b. Industri Migas

jenis produk disamping produk utama tersebut. Dengan digunakannya


pendekatan establishment tersebut mengakibatkan bahwa seluruh jenis
komoditi yang dihasilkan oleh suatu establishment akan masuk ke dalam 5

Industri migas dalam tabel input-output hanya terdiri dari industri barangbarang hasil kilang minyak bumi dan gas alam cair. Bila dilihat dari

digit KBLI tertentu mengikuti produk utamanya. Oleh karena itu tidak tertutup
kemungkinan bahwa produk lainnya di luar produk utama tersebut

komoditinya maka di Indonesia komoditi tersebut hanya dihasilkan oleh

mempunyai ciri produk yang tidak sesuai lagi dengan ciri produk utamanya.

Industri besar/sedang saja. Sumber data yang digunakan diperoleh dari


Departemen Pertambangan & Energi, Pertamina dan Survei tahunan yang

Ada kemungkinan bahwa produk lainnya tersebut memiliki kode 5 digit KBLI
yang berbeda dengan produk utama. Berdasarkan uraian di atas maka dapat

dilakukan oleh BPS.


Output diperoleh dari perkalian antara kuantum dengan harga untuk

diperoleh suatu gambaran bahwa penyajian hasil survei tahunan industri


besar/sedang dan IKKR yang dirinci menurut 5 digit KBLI belum secara murni

masing-masing komoditi seperti: avtur, avigas, premium, minyak tanah,

memperlihatkan identitas dari 5 digit KBLI tertentu, karena didalamnya masih

minyak diesel, minyak bakar, LPG, dan sebagainya untuk pengilangan


minyak bumi serta gas alam cair (LNG) untuk pengilangan gas alam.

terdapat produk-produk di luar produk utama. Agar data hasil survei tahunan
industri besar/sedang dan IKKR dapat digunakan untuk kebutuhan

Struktur input diperoleh dari pengolahan hasil survei tahunan yang


dilakukan oleh BPS. Seperti halnya pada industri nonmigas, jika ditemukan

penyusunan tabel input-output perlu dilakukan proses pengolahan lebih


lanjut. Proses tersebut dilakukan dalam upaya untuk memilah-milah agar

struktur input yang sifatnya masih gabungan maka cara pemecahannya sama
seperti pada penjelasan sebelumnya.

setiap komoditi baik produk utama maupun produk lainnya dapat


dikelompokkan ke dalam 5 digit KBLI yang sesuai. Langkah pertama yang
dilakukan adalah pemberian kode 5 digit industri pada semua produk yang

c. Proses Transfer-out Transfer-in (TOTI)

dihasilkan (pengidentifikasian). Setelah proses identifikasi selesai, maka


langkah selanjutnya adalah menggabungkan produk-produk tersebut ke

Penyusunan output dan struktur input industri besar/sedang, dan industri


kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) untuk kelompok non migas

dalam kode KBLI yang sama, sehingga dalam proses ini akan terjadi
pemindahan antar kode KBLI tersebut. Perpindahan tersebut bisa berupa

berdasarkan hasil survei tahunan industri. Survei tahunan industri tersebut


dilakukan dengan pendekatan establishment, dan tabulasi akhirnya disajikan

proses keluar maupun masuk di dalam masing-masing kode KBLI utamanya.


Didalam penyusunan tabel input-output proses tersebut secara keseluruhan

secara rinci menurut kelompok komoditi berdasarkan 5 digit KBLI. Penentuan


suatu establishment masuk ke dalam 5 digit KBLI tertentu didasarkan kepada

disebut transfer-out transfer-in (TOTI). Proses TOTI tersebut tidak hanya

65

66

mencakup komponen outputnya saja, akan tetapi mencakup juga susunan

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

input untuk masing-masing komoditi baik input antara maupun input primer.
Contoh berikut menjelaskan bagaimana proses TOTI dilakukan untuk

Tabel 4.1
Industri Pengalengan Sayuran dan Buah-buahan

masing-masing kelompok komoditi menurut 5 digit KBLI suatu jenis industri,

(kode KBLI 15131)

misalnya pengalengan sayuran dan buah-buahan (15131). Prosedur kerja


yang akan dipakai didalam TOTI pada contoh ini adalah sebagai berikut:

Output

Kode

Nama Komoditi

KBLI

(2)

(3)

Input
1. Sumber data asli diperoleh dari survei tahunan industri besar/ sedang
dan IKKR yang sudah disusun di dalam suatu neraca produksi yang
disederhanakan sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1
tersebut merupakan neraca produksi dari kegiatan industri pengalengan

(1)
Biaya Antara

sayuran dan buah-buahan (kode 15131) yang menghasilkan 4 (empat)


jenis komoditi, dimana dari 4 (empat) jenis tersebut sebenarnya hanya
terdiri dari 2 (dua) jenis komoditi utama atau produk utama (sayuran
dalam kaleng dan buah-buahan dalam kaleng yang betul-betul berkode

1. Sayuran dalam kaleng

15131

2. Buah-buahan dalam
kaleng

15131

NTB

KBLI 15131) dan 2 (dua) jenis produk lain yang ternyata kode KBLInya

3. Coklat bubuk

berbeda. Sumber data dari input antara dalam proses produksi dan balas
jasa faktor-faktor produksi (NTB) juga diperoleh berdasarkan survei yang

4. Sirop

sama.

Total Input

2. Dari produk-produk yang dihasilkan seperti pada butir 1 tersebut


selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap masing-masing komoditi
menurut 5 digit KBLI. Berdasarkan pengidentifikasian tersebut dapat
dilihat bahwa di dalam kode 15131 selain komoditi sayuran dalam kaleng
dan buah-buahan dalam kaleng sebagai produk utama masih terdapat
komoditi lain yang dihasilkan yaitu komoditi coklat bubuk masuk kode
KBLI 15431 dan sirop dengan kode KBLI 15424. Hasil selengkapnya dari

Total Output

XXXXX

3. Setelah dilakukan pengidentifikasian dari kegiatan industri berkode KBLI


15131, ternyata kode KBLI 15131 tersebut produknya terdiri dari 3 (tiga)
jenis kode KBLI yang berbeda. Oleh karena produknya terdiri dari 3 (tiga)
jenis KBLI, maka tidak hanya pada outputnya saja yang dipisahkan tetapi
termasuk juga input antara dan nilai tambah brutonya (lihat Tabel 4.2).

proses identifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

67

15431
15424

68

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

Tabel 4.2
Estimasi Output dan Susunan Input Menurut 5 Digit KBLI

Misalkan data dari tiga kelompok industri yang berkode 5 digit KBLI
sebagai berikut 15131, 15432, 15541. Masing-masing kelompok industri

Kode
KBLI

Uraian

Output

IA

NTB

Input

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

tersebut disamping mempunyai produk utama juga mempunyai produk


sampingan. Proses awal yang akan dilakukan disini adalah memindahkan
data asli tersebut ke dalam Lembar Kerja (LK 1) untuk masing-masing jenis

15131
15431
15424

Industri Pengalengan
Sayuran dan Buahbuahan
Industri Bubuk Coklat
Industri Sirop

O1

IA1

NTB1

I1

kelompok 5 digit KBLI. Melalui LK 1 tersebut akan dilakukan proses

O2
O3

IA2
IA3

NTB2
NTB3

I2
I3

mengidentifikasi setiap jenis produksi yang dihasilkan oleh kelompok industri


yang bersangkutan. Proses identifikasi tersebut dilakukan dengan memberi
kode 5 digit KBLI untuk masing-masing jenis output yang dihasilkan dan

Oi

XXX

XXX

Ii

hasilnya dapat dilihat pada kolom 3 untuk setiap daftar LK 1.


LK 1 : Industri Pengalengan Sayuran & Buah-buahan (15131)

Output sayuran dalam kaleng dan output buah-buahan dalam kaleng


(lihat Tabel 4.2 kolom 2 dan kolom 3) termasuk dalam satu kode KBLI yaitu

Input (000 Rp)

Output Komoditi
(000 Rp)

Kode
KBLI

kode 15131 karena masih dalam komoditi yang sesuai dengan output

(1)

(2)

(3)

sebesar O1. Sedangkan output coklat bubuk sebesar O2 dan output sirop
sebesar O3 tidak masuk pada kode KBLI 15131 lagi akan tetapi masuk pada
kode KBLI yang lain. Kemudian input antara dan nilai tambah bruto (NTB)
diperoleh dengan cara (salah satunya) proporsional terhadap besarnya
output untuk masing-masing komoditi 5 digit KBLI tersebut. Dari output
sebesar O1 diperoleh input antara sebesar IA1 dan nilai tambah bruto sebesar
NTB1. Selengkapnya besarnya biaya antara dan nilai tambah bruto dapat
dilihat pada Tabel 4.2 kolom 4 dan kolom 5.
Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas bagaimana proses TOTI
dilakukan terhadap sumber data dari hasil survei tahunan industri
besar/sedang dan IKKR, berikut ini diberikan contoh dengan menggunakan

Input Antara:
1.Buah-buahan
2.Sayuran
3 Gula Pasir
4. Ayam, daging,
udang
5.Minyak goreng
6.Coklat biji
7.Bumbu
8.Lainnya
(Selain bahan
baku)
Komponen Biaya
Primer (NTB)
Jumlah

15.822.000
33.310.685
323.000
246.700
615
10.500
4.500
68.446.000

1 Sayur kalengan
2. Buah-buahan
Kalengan
3. Coklat bubuk
4. Sirop

15131

51.054.000
256.000
191.000

15131
15431
15424

193.236.000

XXXXX

75.072.000
193.236.000

Jumlah

data.

69

141.735.000

70

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

LK 1 : Industri makanan dari coklat dan kembang gula (31192)

Keterangan daftar LK 1 :

Input (000 Rp)

Output Komoditi (000 Rp)

Kode
KBLI

(1)

(2)

(3)

Input Antara:
1. Coklat Biji
2. Gula Pasir
3. Coklat bubuk
4. Bahan Kimia
5. Lainnya
(Selain bahan
baku)

9.877.000
520.000
269.000
1.154.000
1.284.000

Komponen Biaya
Primer (NTB)

1. Coklat segala
jenis
2. Kembang gula
kalengan

18.253.000
56.000

15432
15432

5.205.000

Jumlah

18.309.000

Jumlah

18.309.000

XXXXX

LK 1 : Industri minuman ringan (15541)


Input (000 Rp)

Output Komoditi (000 Rp)

Kode
KBLI

(1)

(2)

(3)

Input Antara:
1. Gula
2. Buah-buahan
3. A i r
4. Bahan Kimia
5. Lainnya
(Selain bahan
baku)
Komponen Biaya
Primer (NTB)
Jumlah

5.339.000
1.750.000
25.000
4.318.000
3.505.000

1. Minuman ringan
2. Sirup
3. Selai (Jam)

15.410.000
7.225.000
150.000

15541
15424
15133

7.848.000
22.785.000

Jumlah

71

22.785.000 XXXXX

1. LK 1 ini merupakan neraca produksi yang telah disederhanakan dan


datanya merupakan data asli hasil survei.
2. Susunan input yang digunakan dalam proses produksi industri berkode
15131, terlihat pada kolom 1.
3. Seluruh produk yang dihasilkan oleh kegiatan industri berkode 15131 yaitu
sayur dalam kaleng, buah-buahan dalam kaleng sebagai produk utama
dan coklat bubuk, sirup sebagai produk sampingan terlihat pada kolom 2.
4. Hasil identifikasi kedalam 5 digit KBLI dari output yang dihasilkan oleh
kegiatan industri berkode 15131, dapat dilihat pada kolom 3.
Penjelasan daftar LK 1 untuk jenis industri yang lain sama seperti
keterangan pada daftar LK 1 untuk industri berkode 5 digit KBLI 15131.
Proses selanjutnya setelah dilakukan identifikasi kode 5 digit KBLI untuk
masing-masing jenis output adalah memisahkan ke dalam kelompok 5 digit
KBLI dari masing-masing jenis output untuk setiap LK 1, yang kemudian
digabungkan menurut 5 digit KBLI yang sesuai. Sehingga melalui proses ini
akan dapat diperoleh output dan susunan input masing-masing jenis komoditi
dengan kode 5 digit KBLI yang tunggal. Proses pemisahan dan
penggabungan ini biasa disebut transfer-out transfer-in (TOTI).
Agar lebih jelas bagaimana dilakukan proses transfer-out atau transfer-in,
maka akan ditunjukkan proses tersebut dengan menggunakan daftar lembar
kerja (LK). Melalui daftar LK 2 akan dilakukan proses transfer-out dari jenis
industri yang menghasilkan produk sampingan yang sifatnya berbeda dengan
produk utama. Proses transfer-out dilakukan dengan memindahkan produk
sampingan dari jenis industri tersebut ke dalam kode 5 digit KBLI yang
sesuai. Pemindahan ke dalam kode 5 digit yang sesuai tersebut tidak hanya
pada outputnya, akan tetapi juga terhadap susunan inputnya. Susunan input
dipindahkan dengan cara proporsional terhadap besarnya output masingmasing komoditi. Input yang diproporsionalkan adalah input yang masih
gabungan dari seluruh input yang digunakan. Penjelasan mengenai
bekerjanya daftar LK 2 ini akan diperlihatkan dengan menggunakan contoh

72

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

industri yang berkode 15131 (LK 2). Dari seluruh output coklat bubuk yang
merupakan produk sampingan akan dipindahkan ke kode 15431, demikian
juga sebagian input primernya dipindahkan ke kode 15431. Cara
mendapatkan sebagian input primer adalah :
Output coklat bubuk/output keseluruhan x input primer keseluruhan
apabila dengan angka adalah :
Rp 256 000/Rp 193 236 000 x Rp 75 072 000 = Rp 99 456
Begitu juga untuk mendapatkan susunan input yang lain dilakukan dengan
cara yang sama.
LK 2 : Industri pengalengan sayuran & buah-buahan (15131)

Uraian
(1)
Output
1. Sayur kalengan
2. Buah kalengan
3. Coklat bubuk
4. Sirop
Jumlah Output
Input
1. Buah-buahan
2. Sayuran
3. Gula pasir
4. Ayam, daging, dsj
5. Minyak goreng
6. Coklat biji
7. Bumbu
8. Lainnya (selain bh
baku)
9. Komponen biaya primer
Jumlah Input

15131 keluar ke:

15131
Data Asli
(2)

141.735.000
51.054.000
256.000
191.000
193.236.000

15431

15424

(3)

(4)

256.000

191.000
191.000

256.000

15131 setelah
transfer-output

141.735.000
51.054.000
0
0
192.789.000

146.045

116.477

15.822.000
33.310.685
322.681
246.700
615
0
4.500
68.183.478

75.072.000
193.236.000

99.456
256.000

74.203
191.000

74.898.341
192.789.000

73

10.500

Uraian

15432
Data asli

(1)

(2)

Keterangan :

Output
1. Coklat segala jenis
2. Kembang gula
Jumlah

18,253,000
56,000
18,309,000

Input
1. Coklat biji
2. Gula pasir
3. Coklat bubuk
4. Bahan kimia
5. Lainnya (selain bh baku)
6. Komponen biaya primer
Jumlah

9,877,000
520,000
269,000
1,154,000
1,284,000
5,205,000
18,309,000

(5)

15.822.000
33.310.685
323.000
246.700
615
10.500
4.500
68.446.000

320

LK 2 : Industri makanan dari coklat & kembang gula (15432)

Untuk
kelompok
industri
15432
setelah
proses
identitas di LK ternyata tidak
terjadi proses transfer-out.
Oleh
karena
itu
untuk
kelompok
tersebut
data
pindahan dari LK 1 ke LK 2
tidak mengalami perubahan
sama sekali.

LK 2 : Industri minuman ringan ( 15541 )

Uraian

(1)

15541
data
asli

15133

15424

(2)

(3)

(4)

15541 pindah ke :

Output
1. Minuman ringan
2. Sirup
3. Selai (jam)
Jumlah

15,410,000
7,225,000
150,000
22,785,000

Input
1. Gula
2. Buah-buahan
3. Air
4. Bahan kimia
5. Lainnya (selain bh baku)
6. Komponen biaya primer
Jumlah

5,339,000
1,750,000
25,000
4,318,000
3,505,000
7,848,000
22,785,000

74

150.000
150.000

35.148
11.521
28.427
23.239
51.666
150.000

15541 setelah
transfer out
(5)

0
7,225,000
7,225,000

15,410,000
0
0
15,410,000

1,692,968
554,916
7,927
1,369,214
1,111,417
2,488,558
7,225,000

3,610,884
1,183,564
17,073
2,920,359
2,370,345
5,307,776
15,410,000

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

Setelah dilakukan proses transfer-out dengan menggunakan daftar LK 2,


pekerjaan selanjutnya adalah melakukan proses transfer-in. Dengan

LK 3 : Industri Pelumatan Sayuran & Buah-buahan (15133)

menggunakan daftar LK 3 akan dilakukan proses transfer-in dari jenis industri


yang mempunyai produk sampingan yang berbeda kode 5 digit KBLI dengan
produk utama. Transfer-in akan terjadi apabila produk sampingan yang
dihasilkan dari jenis industri tersebut akan masuk ke dalam suatu kelompok
industri yang mempunyai kode 5 digit KBLI sama. Pemindahan dari jenis
industri lain ke dalam 5 digit KBLI yang sesuai tidak hanya pada outputnya
saja, akan tetapi juga pada susunan inputnya. Cara memindahkan sebagian
susunan inputnya disini sama dengan pemindahan susunan input yang
dilakukan pada proses transfer-out. Hasil dari proses transfer-in dapat dilihat
pada masing-masing LK 3 berikut ini.
LK 3 : Industri Sirup (15424)

Uraian

(1)

15424
data asli
(2)

15131

15541

15424
Setelah
Transfer-in

(3)

(4)

(5)

15424 diterima dari

Output
1. Sirup
Jumlah

0
0

191.000
191.000

7.225.000
7.225.000

7.416.000
7.416.000

Input
1. Gula
2. Buah-buahan
3. Air
4. Bahan kimia
5. Lainnya
6. Biaya primer
Jumlah

0
0
0
0
0
0
0

319

1.692.968
554.916
7.927
1.369.214
1.111.417
2.488.558
7.225.000

1.693.287
554.916
7.927
1.369.214
1.227.894
2.562.762
7.416.000

116.477
74.203
191.000

75

Uraian

15133
data asli

15133
terima dari
15541

15133
Setelah
Transfer-in

(1)

(2)

(3)

(4)

Output
1. Selai (Jam)
Jumlah

0
0

150.000
150.000

150.000
150.000

Input
1. Gula
2. Buah-buahan
3. Air
4. Bahan kimia
5. lainnya
6. Komponen biaya primer
Jumlah

0
0
0
0
0
0
0

33.148
11.521
0
28.427
23.239
51.665
150.000

33.148
11.521
0
28.427
23.239
51.665
150.000

LK 3 : Industri Bubuk Coklat (15431)

Uraian

15431
data
asli

15431
terima dari
15541

15431
Setelah
Transfer-in

(1)

(2)

(3)

(4)

Output
1. Coklat bubuk
Jumlah

0
0

256.000
256.000

256.000
256.000

Input
1. Coklat biji
2. Lainnya (selain bahan baku)
3. Komponen biaya primer
Jumlah

0
0
0
0

10.500
146.045
99.455
256.000

10.500
146.045
99.455
256.000

76

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

LK 4: Sektor 052
(Buah-buahan & Sayuran Olahan dan Awetan)

1. LK 3 kode 5 digit KBLI 15424 yang muncul tersebut karena proses


transfer-in.
2. Kelompok 5 digit KBLI 15424 ini mendapat pindahan produk sirup dari
kelompok 5 digit KBLI 15131 (lihat kolom 3), juga menerima produk sirup

Uraian

15131

15133

Jumlah

dari kelompok 15541 (dapat dilihat pada kolom 4). Demikian juga

(1)

(2)

(3)

(4)

117.890.659
74.898.341
192.789.000

98.333
51.667
150.000

117.988.992
74.950.008
192.939.000

susunan inputnya sebagian dipindahkan ke sini.


3. Pada contoh ini kelompok 15424 tidak mengeluarkan produknya ke kode
5 digit KBLI yang lain.

Input Antara
Input Primer
Output

4. Hasil setelah terjadi transfer-in dari kelompok 5 digit KBLI 15424 dapat
LK 4: Sektor 064

dilihat pada kolom 5. Pada kolom tersebut sudah dapat diperoleh

(Industri Coklat & Kembang Gula)

estimasi output dan susunan input untuk masing-masing kelompok 5 digit


KBLI dari seluruh jenis komoditi.

Uraian

15431

15432

Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

156.545
99.455
256.000

3.104.000
5.205.000
18.309.000

13.260.545
5.304.455
18.565.000

Berdasarkan contoh diatas maka dapat diperlihatkan melalui daftar LK 4


penggolongan output dan susunan input untuk masing-masing kelompok 5
digit KBLI ke dalam kode sektor INPUT-OUTPUT yang sesuai. Pada daftar

Input Antara
Input Primer
Output

LK 4 tersebut disajikan susunan hanya dalam bentuk agregatif (input antara


dan input primer) sekedar untuk memperlihatkan bahwa output dan susunan

Lk 4: Sektor 071

input sektoral untuk tabel input-output sudah bisa disediakan melalui proses

(Minuman Tidak Beralkohol)

TOTI.
Uraian

15424

15541

Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

4 853 239
2 562 762
7 416 001

10.102.225
5.307.776
15.410.001

14.955.464
7.870.538
22.826.002

Input Antara
Input Primer
Output

77

78

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

4.2.4

Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Dalam penyusunan tabel input-output nasional biasanya sektor Listrik,

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

Data harga listrik PLN dan Non-PLN dapat diperoleh dari salah satu
sumber yaitu survei Tahunan BPS atau publikasi tahunan Statistik PLN yang
diterbitkan oleh PLN.

Gas, dan Air Bersih dikelompokkan menjadi dua sektor yaitu sektor Listrik
dan Gas dan sektor Air Bersih. Penggolongan sektor dalam rangka

Estimasi susunan input listrik PLN dan Non PLN dapat diperoleh
langsung melalui SKIO. Namun demikian untuk memperoleh estimasi

penyusunan tabel input-output daerah dapat dilakukan sesuai kondisi/potensi


ekonomi di masing-masing daerah. Uraian berikut ini menjelaskan bagaimana

susunan input listrik PLN dan Non PLN yang memasarkan listriknya langsung
ke konsumen dapat juga digunakan hasil survei tahunan BPS, asalkan

penyusunan estimasi output dan struktur input untuk masing-masing


komoditi.

komponen biaya yang masih tergabung dapat dirinci. Pemecahannya dapat


digunakan SKIO tahun sebelumnya (tahun sebelum periode penyusunan
tabel input-output).

a. Listrik

Melalui contoh berikut diperlihatkan bagaimana SKIO tahun sebelumnya


digunakan untuk mengalokir susunan input listrik PLN dan Non PLN yang

Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga


listrik dengan tujuan untuk dijual. Di Indonesia kegiatan ini disamping

memasarkan listriknya langsung ke konsumen hasil survei tahunan BPS,


sesuai dengan klasifikasi tabel input-output.

dilakukan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) dapat juga dilakukan

Dari Survei Tahunan BPS, dapat diperoleh output dan susunan input

oleh perusahaan Non-PLN seperti perusahaan pemerintah (BUMN dan


BUMD), perusahaan swasta, koperasi, dan perorangan. Listrik Non-PLN

listrik PLN dan Non-PLN yang memasarkan listriknya melalui PLN seperti
dapat dilihat pada Tabel 4.3.

meliputi produksi listrik perusahaan Non-PLN yang dijual ke PLN dan yang
dijual langsung ke konsumen oleh perusahaan tersebut.

Dari Tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa biaya antara untuk jasa-jasa
adalah sebesar Rp 52,0 miliar. Biaya antara jasa-jasa sebesar ini masih

Estimasi Output listrik meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang
dalam transmisi dan yang dicuri. Output listrik tersebut dihitung berdasarkan

sangat agregatif untuk digunakan dalam penyusunan tabel input-output.


Untuk memecah biaya antara jasa-jasa tersebut dapat digunakan hasil SKIO

perkalian antara produksi dan harga per satuan produksi untuk masing-

tahun 2005.

masing listrik PLN dan Non-PLN. Untuk listrik PLN, ke dalam nilai outputnya
masih harus ditambahkan lagi dengan pendapatan lainnya yang berupa
margin yang diperoleh karena mendistribusikan listrik Non-PLN.
Data produksi listrik PLN dan Non-PLN yang pemasarannya lewat PLN
dapat diperoleh dari Survei Tahunan BPS. Sedangkan data produksi listrik
Non-PLN yang pemasarannya tidak melalui PLN, seperti rumah tangga yang
membangkitkan listrik dan menjualnya langsung ke konsumen, dapat
diperoleh melalui Survei Khusus Input-Output.

79

80

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

Tabel 4.3
Susunan Output dan Input Listrik PLN

Tabel 4.4
Lembar Kerja Pemecahan Input Antara Jasa-jasa untuk Menggunakan

Hasil Survei Tahunan BPS

Hasil SKIO (Juta Rp)

(Dalam Miliar Rupiah)


SKIO
Perincian

Nilai

(%)

(1)

(2)

(3)

Biaya Antara
-

Bahan bakar dan pelumas

Alat tulis dan keperluan kantor

Suku cadang untuk perbaikan kecil

Pemeliharaan dan perbaikan kecil barang


modal

Real estat, mesin, dan alat-alat

Jasa-jasa

Listrik hilang

Upah dan Gajih

Pajak Tak Langsung Neto

Penyusutan Barang Modal

3528,3

100,00

2420,8

68,61

3. Jasa Angkutan Kereta Api

533,9

43,48

4. Jasa Angkutan Jalan Raya

2. Jasa Perhotelan

12,5

0,36

5. Jasa Angkutan Laut

195,6

5,54

6. Jasa Angkutan Sungai dan Danau

104,2

2,95

7. Jasa Angkutan Udara

1,2

0,03

8. Jasa Penunjang Angkutan

52,0

1,47

9. Jasa Komunikasi

521,4

14,78

10. Jasa Bank dan Lembaga Keuangan

1107,5

31,39

11. Jasa Asuransi

257,3

7,29

12. Jasa Perusahaan

1,8

0,05

13. Jasa Pendidikan

530,8

15,05

14. Jasa Kesehatan

317,6

9,00

Lainnya

Biaya Primer (NTB)


-

(1)
1. Jasa Restoran

Output

Surplus Usaha

15. Jasa Kemasyarakatan Lainnya


Jumlah Jasa-jasa

Berdasarkan SKIO tahun 2005 dapat diperoleh rincian biaya jasa-jasa


yang mengikuti klasifikasi tabel input-output dengan perincian seperti pada
Tabel 4.4 berikut.

Nilai

(%)

Nilai Utk
Tabel I-O

(2)

(3)

(4)

Komponen

75

1,75

910

300

6,98

3630

0,00

360

8,38

4358

0,00

125

2,91

1513

151

3,51

1825

20

0,47

244

276

6,42

3338

1350

31,42

16338

87

2,03

1056

1552

36,13

18788

0,00

0,00

0,00

4296

100,00

52000

Tabel 4.4 kolom (2) dan (3) diturunkan dari hasil pengolahan SKIO
dengan mengambil rincian-rincian yang berkaitan dengan biaya antara jasajasa. Kemudian dengan mengalikan nilai biaya antara jasa-jasa sebesar Rp

81

82

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

52,0 miliar (lihat tabel 4.3) dengan koefisien input antara jasa-jasa (Tabel 4.4
kolom 3) diperoleh rincian susunan input biaya antara jasa-jasa sektor listrik.

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

c. Air Bersih

Estimasi output dan struktur input listrik Non-PLN yang memasarkan

Sektor Air Bersih meliputi kegiatan penjernihan, penampungan dan

listriknya langsung ke konsumen dapat diperoleh dari hasil survei tahunan


industri besar/sedang khusus listrik Non-PLN yang dibangkitkan oleh

pendistribusian air bersih secara langsung melalui pipa atau mobil tangki
dengan tujuan untuk dijual. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh Perusahaan Air

perusahaan industri. Sedangkan estimasi output dan struktur input listrik Non
PLN yang dibangkitkan oleh perusahaan yang bukan industri, rumah tangga,

Bersih (PAM) maupun bukan PAM.


Output sektor Air Bersih merupakan perkalian antara produksi dengan

dan koperasi yang memasarkan listriknya langsung ke konsumen, dapat


diperoleh melalui SKIO.

harga. Data produksi dan harga sektor Air Bersih dapat diperoleh dari survei
tahunan BPS.

Output dan struktur input listrik Non PLN yang memasarkan listriknya

Estimasi susunan input Air Bersih dapat diperoleh dari SKIO atau hasil

langsung ke konsumen diperoleh dengan menjumlahkan output dan struktur


input perusahaan industri, perusahaan bukan industri, rumah tangga, dan

Survei Tahunan BPS, asalkan komponen biaya yang masih tergabung dapat
dirinci. Pemecahannya dapat menggunakan SKIO tahun sebelumnya seperti

koperasi.
Demikian pula untuk mendapatkan output dan struktur input sektor listrik

yang dicontohkan pada komoditi listrik.

diperoleh dengan menjumlahkan output dan struktur input listrik PLN dan Non

4.2.5

Kontruksi

PLN.
Sektor konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa
b. Gas
Sektor gas mencakup kegiatan penyediaan serta penyaluran gas untuk
keperluan bahan bakar rumah tangga, industri, rumah sakit, hotel, dan

bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya,


baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya. Kegiatan di
sektor ini dapat dilakukan oleh kontraktor umum (General Contractor) dan
kontraktor khusus (Special Contractor) termasuk pula kegiatan konstruksi

sebagainya. Di Indonesia kegiatan usaha ini hanya dilakukan oleh Perum

yang dilakukan oleh perseorangan/individu.

Gas Negara. Gas yang dihasilkan oleh sektor ini meliputi gas batu bara, gas
minyak, dan gas campur yang diperoleh dari proses pembakaran batu bara,

Pengertian kontraktor umum adalah perusahaan-perusahaan yang


melaksanakan pekerjaan kontruksi baik untuk pihak lain atau untuk keperluan

minyak bumi, dan cracking. Bersama dengan proses tersebut dihasilkan


produk ikutan berupa ter, kokas, dan minyak ter, Mulai tahun 1991 bahan

sendiri. Sedangkan kontraktor khusus adalah perusahaan/unit usaha yang


biasanya hanya mengerjakan sebagian dari satu pekerjaan proyek atas dasar

baku gas yang digunakan adalah gas alam tanpa produk ikutan.
Output sektor Gas dihitung berdasarkan perkalian antara produksi

suatu kontrak dengan pihak lain, Contoh: Pekerjaan pembuatan fondasi yang
dilakukan oleh PT Franky Fondation dan pekerjaan pemasangan alat

dengan harga, Data produksi dan harga diperoleh dari survei Tahunan BPS.

pendingin ruangan (AC).

83

84

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

Output sektor konstruksi adalah nilai pekerjaan yang telah dilakukan


selama satu tahun kalender (Januari-Desember) tanpa melihat apakah

Tabel 4.5
Alokasi Output Konstruksi Menggunakan Indikator
Survei AKI dan Non AKI

konstruksi tersebut sudah seluruhnya jadi atau belum pada tahun tersebut.
Pada penyusunan tabel input-output Indonesia, sektor konstruksi
dibedakan menjadi 5 sektor utama yaitu Bangunan tempat tinggal dan bukan

Survei AKI dan Non AKI

tempat tinggal; Prasarana pertanian; Jalan/jembatan dan pelabuhan;


Bangunan instalasi listrik, gas, air bersih, dan komunikasi; serta Konstruksi

Perincian

lainnya.
Estimasi output total masih dapat diperoleh melalui cara lazim yang telah

(1)

ada, yaitu pendekatan produksi. Pendekatan produksi ini lebih dikenal


dengan metode pendekatan arus barang (Commodity Flow Approach) yaitu

1. Bangunan Tempat tinggal dan

suatu metode pendugaan output sektor konstruksi berdasarkan input yang


diperoleh dari sektor lain. Untuk mendapatkan pemecahan output total sesuai
dengan klasifikasi tabel input-output di atas, digunakan indikator yang

Bukan Tempat tinggal


3. Jalan,

jembatan,

(3)

(4)

10.27

3150.130

6026833

36.23

11.112.260

1106223

6.65

2.039.180

901525

5.42

1.663.980

16.634.939

100,00

30.671.450

air Bersih, dan komunikasi


5. Bangunan lainnya

4.2.6

(2)

1708503

dan

pelabuhan

Total

41.43

4. Bangunan instalasi listrik, gas,

AKI dan Non AKI dapat memecah output total menjadi output sektor-sektor
menurut klasifikasi tabel input-output.

Nilai

6891855

2. Prasarana Pertanian

tersedia, misalnya hasil Survei Tahunan Perusahaan Konstruksi AKI


(Asosiasi Konstruksi Indonesia) dan Non AKI yang dilakukan BPS.
Tabel di bawah ini memperlihatkan contoh bagaimana indikator survei

Output

12705900

Perdagangan, Restoran dan Hotel

a. Sektor Perdagangan
Sektor
perdagangan
mencakup
kegiatan
pengumpulan
dan
pendistribusian barang baru maupun bekas, oleh para pedagang.
Pendistribusian tersebut dimulai dari tangan produsen (untuk produk dalam
negeri) dan importir (untuk produk impor) sampai ke tangan konsumen tanpa
merubah sifat dari barang tersebut. Produsen atau importir yang dimaksud
disini adalah penyedia/pemasok (supplier) pertama pada suatu periode.
Sedangkan konsumen adalah pemakai/pengguna barang tersebut yang

85

86

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

terdiri dari sektor-sektor produksi, rumah tangga, lembaga nirlaba,


pemerintah, pembentukan modal, inventori dan ekspor.
Termasuk di sini kegiatan pedagang perantara, agen dan bagian
pemasaran dari yang menghasilkan produk (barang) yang diperdagangkan
tersebut. Menurut fungsi dan tujuannya perdagangan dibedakan ke dalam 2
jenis kegiatan, yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran.
Perdagangan besar umumnya melayani penjualan dalam jumlah besar
(grosir) sedangkan perdagangan eceran dalam jumlah kecil. Pembeli pada
pedagang eceran umumnya adalah rumah tangga sedangkan pembeli pada
pedagang besar umumnya pedagang eceran, pedagang besar lainnya,
perusahaan, instansi pemerintah dan lembaga nirlaba.
Barang yang siap untuk diperdagangkan meliputi barang baru maupun
barang bekas yang berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun
luar negeri (impor). Output perdagangan merupakan jumlah margin dari nilai
barang yang diperdagangkan. Perhitungan output ini dilakukan dengan
melakukan pendekatan arus barang, yaitu total nilai barang yang
diperdagangkan dikalikan dengan rasio margin perdagangan. Data mengenai
total nilai barang diperdagangkan yang berasal dari produk domestik
diperoleh dari hasil estimasi output masing-masing komoditi, sedangkan yang
berasal dari produk impor diperoleh dari statistik impor (BPS). Sedangkan
data mengenai rasio margin perdagangan baik untuk produk domestik
maupun impor diperoleh dari survei khusus.
Struktur input kegiatan perdagangan antara lain meliputi pengeluaran
untuk bahan pembungkus dan pengepakan, biaya promosi dan periklanan,
sewa tempat, perlengkapan tulis menulis, listrik dan telepon, biaya pos dan
pengiriman, iuran dan retribusi, biaya pegawai, pajak dan pengeluaran
lainnya. Sumber data yang digunakan berasal dari SKIO, dimana dari hasil
pengolahan survei tersebut akan diperoleh data rasio masing-masing
komponen input terhadap total pendapatan/pengeluarannya.
Dalam tabel input-output sektor perdagangan mendapatkan perlakuan
khusus, yaitu sektor perdagangan dianggap tidak membeli atau menjual

barang, tetapi dianggap sebagai penyedia pelayanan penyaluran. Akibatnya


dalam tabel input-output diperlihatkan bahwa arus produksi seolah-olah
bergerak dari sektor produsen langsung ke sektor pemakai dan konsumen
akhir.

87

88

b. Sektor Restoran dan Hotel


Kegiatan restoran mencakup kegiatan penyediaan makanan dan
bersihan jadi untuk dikonsumsi dengan jalan menghidangkan di tempat
penjualan (dikonsumsi langsung) atau tidak di tempat (dibawa pergi). Cara
penjualannya bisa dilakukan pada suatu tempat tertentu secara menetap
maupun dijajakan secara berkeliling. Contoh kegiatan ini antara lain restoran,
warung, kafe, rumah makan, kantin, katering (jasa boga) dan sejenisnya.
Termasuk disini kegiatan penyediaan makanan dan bersihan yang
merupakan satu-satuan kegiatan usaha atau usaha sampingan pada
perusahaan. Kegiatan penyediaan makanan dan bersihan yang bersifat
menunjang usaha utama dan pada umumnya biayanya sudah termasuk
dalam tarif per satuan hasil utamanya, tidak termasuk dalam kegiatan
restoran tetapi dimasukkan ke dalam kegiatan utamanya, seperti perhotelan,
angkutan bus malam, penerbangan, pengangkutan laut dan sejenisnya.
Output restoran diperoleh dengan cara mengalikan tenaga kerja dengan
rata-rata output per tenaga kerja. Data jumlah tenaga kerja diperoleh dari
Sensus Penduduk atau Survei Angkatan Kerja Nasional, sedangkan rata-rata
output per tenaga kerjanya dari Survei Khusus Input Output (SKIO). Struktur
input kegiatan restoran antara lain produk pertanian seperti jagung, kacangkacangan,
buah-buahan,
sayur-sayuran,
rempah-rempah,
produk
peternakan, kayu bakar, arang, ikan segar, hasil laut lainnya, bahan bakar,
daging dan ikan olahan, produk dari susu, buah-buahan dan sayur-sayuran
dalam kaleng, minyak goreng, beras, tepung terigu dan sejenisnya, produk
mie dan sejenisnya, gula, teh, kopi, produk bersihan lainnya, kecap dan
produk kedelai lainnya, alat dan obat-obatan pembersih, bahan-bahan yang

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

terbuat dari tekstil, bahan pembungkus dan pengikat, peralatan makanan


yang terbuat dari plastik dan kertas, biaya perjalanan, biaya pengangkutan,
pengeluaran perbaikan barang modal yang bersifat reguler, biaya pengiriman,
rekening telekomunikasi, biaya bank, real estat, jasa profesi, penyewaan alatalat, biaya promosi dan periklanan, pengeluaran pendidikan, honorarium
artis/penghibur, dan sebagainya, Sumber data struktur input berasal dari
SKIO. Melalui hasil pengolahan SKIO diperoleh data rasio dari masingmasing komponen input terhadap total pendapatan/pengeluaran.
Kegiatan hotel mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang
menggunakan satu atau sebagian dari bangunan sebagai tempat
penginapan, atas dasar suatu pembayaran, Kegiatan perhotelan yang
tujuannya hanya untuk melayani anggota dari suatu organisasi tertentu, dan
usahanya tidak bersifat komersial tidak dicakup disini, disamping data
mengenai kegiatan tersebut sulit diperoleh. Termasuk di sini kegiatan
penyediaan makanan dan bersihan serta fasilitas lain yang disediakan bagi
tamu yang menginap. Fasilitas-fasilitas yang disediakan seperti kolam
renang, fasilitas olah raga, penjemputan, discotique/bar dan sebagainya
merupakan satu-satuan usaha yang sulit untuk dipisahkan dari kegiatan
perhotelan.
Tidak termasuk di sini kegiatan yang merupakan usaha sampingan
penginapan yang berdiri sendiri dan datanya dapat dipisahkan, seperti usaha
perparkiran, penyewaan ruang perkantoran, penyelenggaraan rapat/pesta
dan sebagainya.
Output perhotelan diperoleh dengan mengalikan jumlah kamar yang
tersedia dikalikan dengan tingkat pengisian (load factor) dikali dengan ratarata output per kamar. Data mengenai jumlah kamar yang tersedia diperoleh
dari Publikasi Statistik Pariwisata (BPS) dan Dirjen Pariwisata. Data
mengenai rata-rata output per kamar diperoleh dari SKIO.
Struktur input kegiatan hotel antara lain meliputi biaya pemeliharaan dan
perbaikan, rekening listrik dan air bersih, seragam, bunga dan tanaman hias,
promosi dan periklanan, biaya telekomunikasi, jasa informasi, bahan dan alat

pembersih, barang dari tekstil, dan sebagainya. Sumber data struktur input
diperoleh dari hasil pengolahan SKIO.

89

90

4.2.7

Pengangkutan dan Komunikasi

a. Sektor Angkutan Kereta Api


Kegiatan ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan jasa kereta api, yang sepenuhnya dikelola oleh PT. Kereta Api
Indonesia secara monopoli. Dalam prakteknya, PT. Kereta Api Indonesia
hanya beroperasi di pulau Jawa dan Sumatera saja, sehingga untuk di
daerah atau pulau lainnya tidak ada jasa angkutan kereta api.
Output kegiatan ini diperoleh dari penjumlahan hasil penjualan karcis dan
kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan pengangkutan kereta
api yang bersumber dari laporan keuangan PT. Kereta Api Indonesia.
Sedangkan struktur inputnya antara lain meliputi biaya bahan bakar, bensin,
pelumas dan sejenisnya, biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin kereta api,
biaya alat tulis kantor, biaya listrik dan telepon, biaya pegawai dan biaya
sewa. Struktur input ini diperoleh berdasarkan pengolahan laporan keuangan
PT. Kereta Api Indonesia.
b. Sektor Angkutan Jalan Raya
Sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang
dengan menggunakan kendaraan umum angkutan jalan raya baik bermotor
maupun tidak bermotor. Termasuk disini kegiatan lainnya seperti
charter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi. Tidak termasuk
kegiatan lainnya yang diusahakan sebagai satu satuan usaha dengan
kegiatan ini seperti jasa bongkar muat, keagenan barang dan penumpang,
perbaikan dan pemeliharaan.

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Output sektor jalan raya diperoleh berdasarkan perkalian antara jumlah


armada dengan rata-rata output per armada untuk masing-masing jenis
angkutan. Struktur inputnya antara lain mencakup pembelian bahan bakar
minyak dan pelumas, biaya pemeliharaan dan perawatan kendaraan yang
sifatnya rutin, pembelian ban dan spare parts, biaya pegawai, pembayaran
retribusi dan pajak kendaraan. Struktur input ini diperoleh berdasarkan
perkalian antara rasio struktur input dengan output.
Data mengenai jumlah armada angkutan jalan raya diperoleh dari
DLLAJR (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya), sedangkan data mengenai
rata-rata output per kendaraan dan rasio struktur input diperoleh dari hasil
survei khusus.
c. Sektor Angkutan Laut
Kegiatan yang dicakup disini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan
penumpang
dengan
menggunakan
kapal-kapal
pelayaran
nusantara/pelayaran antar pulau dan pelayaran samudera. Tidak termasuk
kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada
dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya
menunjang dari kegiatan induknya. Data tersebut sulit untuk dipisahkan,
misalnya tangker-tangker yang diusahakan oleh Pertamina untuk angkutan di
dalam negeri, kapal milik perusahaan penangkapan ikan dan angkutan
khusus lainnya.
Output sektor ini diperoleh dengan mengalikan jumlah barang dan
penumpang yang diangkut dengan rata-rata output per barang dan
penumpang. Struktur inputnya antara lain meliputi pembelian bahan bakar,
pembelian pelumas, biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya
pelabuhan, biaya pegawai, perlengkapan ABK, suplai kapal, biaya alat tulis
kantor dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh berdasarkan
perkalian antara rasio struktur input dengan output.

91

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

Data mengenai jumlah barang dan penumpang yang diangkut diperoleh


dari Departemen Perhubungan. Sedangkan data mengenai rata-rata output
barang dan penumpang serta rasio struktur input diperoleh dari hasil survei
khusus.
d. Sektor Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang
dengan menggunakan kendaraan/kapal sungai dan danau baik bermotor
maupun tidak bermotor. Termasuk juga disini kegiatan penyewaan/ charter
kapal baik dengan maupun tanpa pengemudi. Tidak termasuk kegiatan lain
yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti pelabuhan sungai,
perbaikan dan pemeliharaan kapal, baik yang dilakukan di bawah satu satuan
usaha dengan angkutan sungai maupun secara terpisah.
Output diperoleh dengan cara mengalikan indikator produksi (jumlah
armada) dengan indikator harga (rata-rata output per armada) yang terdiri
dari angkutan sungai dan danau serta penyeberangan. Struktur inputnya
antara lain mencakup pembelian bahan bakar, pembelian pelumas, biaya
perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya pelabuhan, biaya pegawai, biaya
alat tulis kantor dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh
berdasarkan perkalian antara rasio struktur input dengan output.
Data mengenai jumlah armada kapal baik yang bermotor maupun tidak
bermotor dapat diperoleh dari PT ASDP. Sedangkan data mengenai rata-rata
output per kapal serta struktur inputnya diperoleh dari hasil survei khusus.
e. Sektor Angkutan Udara
Sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang
dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan
penerbangan nasional. Tidak termasuk disini kegiatan penerbangan yang
dilakukan oleh instansi/perkumpulan yang sifatnya tidak terbuka untuk umum.

92

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Output angkutan udara merupakan jumlah penerimaan perusahaan


angkutan udara di daerah tersebut baik yang mempunyai klasifikasi operasi
berjadwal maupun tidak berjadwal (charter). Struktur inputnya antara lain
meliputi biaya tenaga kerja, pembelian bahan bakar dan pelumas, biaya
pemeliharaan dan perbaikan rutin, biaya hanggar, biaya asuransi pesawat,
biaya stasiun dan fasilitas penerbangan, biaya pelayanan, promosi dan
penjualan, serta biaya umum dan administrasi. Struktur input ini diperoleh
berdasarkan perkalian antara rasio struktur input dengan output. Data output
serta rasio struktur input diperoleh dari hasil pengolahan Survei Angkutan
Udara, BPS.
f.

Sektor Jasa Penunjang Angkutan

Kegiatan yang dicakup di sini adalah kegiatan yang bersifat menunjang


dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu jasa terminal dan parkir,
pelabuhan laut, sungai dan udara, bongkar muat, pergudangan, keagenan
barang dan penumpang, ekspedisi muatan kapal laut dan udara, serta jalan
tol.
Pada umumnya output dari kegiatan-kegiatan ini diperkirakan
berdasarkan pendekatan produksi yaitu perkalian antara indikator produksi
dengan indikator harga. Untuk kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilakukan
pendekatan produksi, maka dilakukan pendekatan institusi yaitu berdasarkan
pengolahan laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan yang bergerak
dalam kegiatan tersebut, seperti pelabuhan laut dan keagenan. Struktur
inputnya antara lain mencakup pembelian bahan bakar, pembelian pelumas,
biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya pegawai, biaya alat tulis
kantor, biaya listrik dan telepon, biaya retribusi dan pembayaran pajak.
Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara output dengan rasio
struktur input yang diperoleh dari hasil survei khusus.
Pada dasarnya sektor pengangkutan ditujukan untuk penumpang,
angkutan barang dagangan dan angkutan barang bukan dagangan (barang

93

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

milik sendiri). Dalam tabel input-output, angkutan untuk barang dagangan


diperlakukan khusus seperti sektor perdagangan.
g. Sektor Komunikasi
Sektor ini terdiri atas dua kegiatan utama yaitu Pos dan Giro serta
Telekomunikasi. Pos dan Giro meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak
lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos. Termasuk disini
pemberian jasa kepada pihak ketiga seperti jasa giro, jasa tabungan,
pemungutan iuran radio dan televisi dan lain-lainnya yang diusahakan oleh
PT Pos Indonesia. Sedangkan telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian
jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon
dan telex yang diusahakan oleh PT Telekomunikasi, PT Indosat dan operator
swasta lainnya.
Output sektor ini merupakan penjumlahan dari penerimaan atas kegiatan
pos dan giro serta telekomunikasi yang diperoleh dari laporan keuangan
perusahaan komunikasi. Struktur inputnya antara lain meliputi pembelian
bahan bakar, pembelian pelumas, biaya perawatan dan pemeliharaan rutin,
biaya pegawai, biaya alat tulis kantor, biaya pos dan giro, biaya sewa, biaya
listrik dan telepon dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh dari
hasil pengolahan laporan keuangan ketiga perusahaan tersebut.

4.2.8

Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

Kegiatan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya mencakup usaha


perbankan dan moneter, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang
lembaga keuangan, dan usaha persewaan bangunan dan tanah. Cakupan
dari masing-masing sektor tersebut adalah sebagai berikut:

94

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

a. Usaha Perbankan dan Moneter


Usaha Jasa Perbankan dan Moneter adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan memberikan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang. Kegiatan yang dicakup dalam
subsektor ini meliputi; menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan
deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah
dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga,
mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya,
menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan sebagainya.
Dilihat dari segi fungsinya perusahaan Bank dapat merupakan Bank
Sentral, Bank Umum, Bank Devisa, Bank Pembangunan, Bank Tabungan
dan Bank Desa. Sedangkan jika ditinjau dari segi kepemilikannya dapat
merupakan Bank Pemerintah, Bank Swasta Nasional dan Bank Asing, serta
kalau ditinjau dari segi penciptaan uang giral dikenal dua jenis bank yaitu:
a. Bank Primer adalah bank yang dapat menciptakan uang giral, dan yang
tergolong dalam bank primer yaitu Bank Sentral (yang dapat menciptakan
kredit dalam bentuk uang kertas dan uang giral) dan Bank Umum (yang
dapat menciptakan uang giral).
b. Bank Sekunder adalah Bank yang bertugas sebagai perantara dalam
menyalurkan kredit. Yang tergolong dalam bank sekunder adalah Bank
Tabungan dan Bank-bank lainnya (Bank Pembangunan dan Bank
Hipotik) yang tidak menciptakan uang giral.

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

OUTPUT. Angka gabungan tersebut harus dipisahkan menurut banyaknya


sektor INPUT-OUTPUT yang mencakup dalam struktur input. Untuk
memisahkan angka gabungan tersebut biasanya digunakan indikator
pemisah (dapat berupa rasio-rasio) yang diperoleh dari hasil SKIO.
Output sektor Bank pada dasarnya bersumber pada Bank Indonesia,
namun dalam penghitungan output tersebut tidak menutup kemungkinan
adanya transfer in dan transfer out dari dan ke sektor lain. Pada umumnya
transfer in dan transfer out dilakukan baik untuk output maupun inputnya. Hal
yang sering terjadi pada sektor Bank dan lembaga keuangan lainnya adalah
transfer out ke sektor Real estat dan tanah, sedangkan transfer in yang biasa
terjadi masih pada sub sektor Bank dan lembaga keuangan lainnya.
Contohnya :

Kegiatan Dana Pensiun


1. Pendapatan operasional :
- Bunga deposito
a
- Bunga obligasi
b
- Bunga surat berharga lainnya
c
- Bunga pinjaman dari anggota
d
- Dividen
e
- Jasa giro
f
- Lainnya
g
2. Pendapatan non operasional:
- Pendapatan dari usaha persewaan:
- Bangunan / Gedung
h
- Kendaraan
I
- Mesin dan peralatannya (komputer, scanner, dan
sebagainya)
j
- Selisih kurs
k

Output dari usaha jasa perbankan meliputi penerimaan provisi dan


komisi, penerimaan neto dari transaksi devisa, pendapatan operasional
lainnya serta imputasi jasa pelayanan bank. Data perbankan, baik output
maupun struktur inputnya diperoleh langsung dari Bank Indonesia.
Masalahnya, beberapa struktur input data yang diperoleh dari Bank Indonesia
ada masih gabungan, belum sesuai dengan klasifikasi sektor INPUT-

Dari kegiatan tersebut diatas bahwa yang termasuk dalam output Dana
Pensiun adalah pendapatan operasional (rincian a s/d g), sedangkan

95

96

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

pendapatan non operasionalnya harus diperlakukan sebagai transfer out ke


sektor lainnya, yaitu:
-

Pendapatan dari usaha persewaan bangunan/gedung (rincian h) harus


ditransfer out ke sektor Real estat dan tanah.
Pendapatan dari usaha persewaan kendaraan (rincian i) harus ditransfer
out ke sektor jasa perusahaan.
Pendapatan dari usaha persewaan mesin dan peralatannya (rincian j)
harus ditransfer ke sektor jasa perusahaan.
Pendapatan dari selisih kurs (rincian k) harus ditransfer ke sektor jasa
penunjang keuangan (pedagang valuta asing).

b. Lembaga Keuangan Bukan Bank


Mencakup kegiatan Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi
Simpan Pinjam, dan Lembaga Pembiayaan (Sewa Guna Usaha, Modal
Ventura, Anjak Piutang Pembiayaan Konsumen dan Kartu Kredit).
Usaha Jasa Asuransi, mencakup asuransi jiwa dan asuransi bukan jiwa,
termasuk asuransi kerugian dan asuransi sosial yang dikelola oleh PT
Taspen, Perum Asabri, PT Astek, dan sejenisnya (broker asuransi, adjuster
asuransi).
Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan yang usaha pokoknya
menanggung resiko-resiko atas terjadinya kerugian finansial terhadap
sesuatu barang atau jiwa manusia yang disebabkan oleh terjadinya
musibah/kecelakaan atas barang atau orang tersebut (termasuk tunjangan
hari tua), sehingga mengakibatkan hancur/rusaknya barang atau
mengakibatkan terjadinya kematian.
Asuransi Jiwa adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung
resiko kematian, kecelakaan atau sakit, termasuk juga jaminan hari tua/masa
depan pihak tertanggung dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya

97

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

sudah ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan
dalam surat perjanjian.
Asuransi Kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung
resiko atas kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk
juga tanggung jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap
benda/ harta milik tertanggung karena sebab-sebab tertentu dengan suatu
nilai pertanggungan yang besarnya telah ditentukan dan disetujui oleh kedua
belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian.
Asuransi Sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha
asuransi jiwa dan bukan jiwa (kerugian) yang dibentuk pemerintah
berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak
asuransi dengan seluruh/ segolongan masyarakat untuk tujuan sosial. Pihak
asuransi akan menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari
masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan umum, seperti; jasa
angkutan, jasa kesehatan, jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan
bermotor dan pelayanan hari tua.
Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output
asuransi jiwa, asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, asuransi dan reasuransi
kerugian, serta broker asuransi). Data output kegiatan usaha jasa asuransi
diperoleh dari Departemen Keuangan yang berupa data Laporan Tahunan
Kegiatan Perasuransian di Indonesia, Namun secara teoritis perhitungan
output asuransi adalah sebagai berikut:
Asuransi Jiwa outputnya adalah premi dikurangi klaim dikurangi selisih
cadangan aktuaria. Untuk praktisnya cadangan aktuaria ini dianggap sama
dengan cadangan premi, oleh karena perusahaan asuransi seringkali
mengasuransikan kembali premi yang diterima ke perusahaan reasuransi
maka pengertian premi dan klaim di atas dalam bentuk nilai neto, sehingga:
Output = Premi neto - (klaim neto + cadangan aktuaria)
Berdasarkan data yang tersedia, konsep output ini ekivalen dengan
Surplus Underwriting untuk asuransi jiwa dan Reasuransi Umum. Sedangkan

98

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

untuk asuransi sosial (Taspen, Asabri, Astek, Askes dan sejenisnya), data
surplus underwriting tidak tersedia dan apabila rumus output diatas yang
digunakan akan diperoleh nilai negatif. Untuk itu output asuransi sosial
dianggap sama dengan premi neto dikurangi klaim neto.
Perkiraan penghitungan output asuransi bukan jiwa yang meliputi asuransi
kredit (Askrindo), asuransi dan reasuransi kerugian, broker asuransi adalah:
Output asuransi kredit = jumlah premi neto - klaim neto
Output broker asuransi = jumlah komisi yang diterima
Premi yang diterima oleh broker asuransi tidak dimasukkan sebagai bagian
output, karena premi tersebut sudah tercermin dalam premi yang diterima
asuransi lain yang mengadakan kontrak dengan broker asuransi. Sedangkan
ouput asuransi dan reasuransi kerugian adalah surplus underwriting + hasil
lainnya.
Struktur input dari usaha jasa asuransi diperoleh dari pengolahan
terhadap data yang bersumber pada Departemen Keuangan berupa Laporan
Tahunan Kegiatan Perasuransian di Indonesia, dan jika masih ditemukan
struktur input yang sifatnya masih gabungan maka cara pemecahannya sama
seperti pada penjelasan sebelumnya (lihat penjelasan pada usaha
perbankan).
Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan manfaat pensiun, yang dikelompokkan ke dalam
dua bentuk program pensiun yaitu:
a. Program pensiun manfaat pasti, yaitu program pensiun yang manfaatnya
ditetapkan dalam peraturan dana pensiun atau program pensiun lainnya
yang bukan merupakan program pensiun iuran pasti.
b. Program pensiun iuran pasti, yaitu program pensiun yang iurannya
ditetapkan dalam peraturan dana pensiun, dan seluruh iuran serta hasil

99

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta


sebagai manfaat pensiun.
Manfaat Pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada
peserta pada saat peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam
peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun terdiri dari manfaat pensiun
normal, manfaat pensiun dipercepat, manfaat pensiun cacat dan manfaat
pensiun ditunda.
Jenis dana pensiun dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja dan
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Output dan struktur input dari kegiatan Dana Pensiun diperoleh dari hasil
pengolahan laporan keuangan (Neraca Rugi/Laba) kegiatan tersebut.
Pegadaian, mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang
bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang, yang
tugasnya antara lain membina perekonomian rakyat kecil dengan
menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara yang mudah, cepat,
aman dan hemat kepada para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil
yang bersifat produktif, kaum buruh/pegawai negeri ekonomi lemah.
Tujuannya tidak lain untuk pencegahan praktek ijon, pegadaian gelap, riba
dan pinjaman tidak wajar lainnya. Kegiatan utamanya adalah memberikan
pinjaman uang kepada segolongan masyarakat dengan menerima jaminan
barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan nilai barang jaminan
yang diserahkan pihak peminjam tanpa syarat apapun mengenai
penggunaan dananya
Output dan struktur input dari kegiatan Pegadaian diperoleh dari hasil
pengolahan laporan keuangan (Neraca Rugi/Laba) Perum Pegadaian.

100

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,


beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan
tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan azas
kekeluargaan, dan berdasarkan pada Undang-undang Nomor 12 tahun 1967.
Koperasi dibagi menjadi dua yaitu: koperasi perkotaan (Non KUD) dan
koperasi pedesaan (KUD). Pembagian ini umumnya didasarkan pada wilayah
kerjanya.
Dalam penghitungan output koperasi simpan pinjam diperoleh dengan
mengalikan indikator produksi (banyaknya koperasi simpan pinjam) dan
indikator harga (rata-rata output per koperasi) dimana datanya diperoleh dari
Direktorat Jenderal Koperasi dan hasil SKIO. Sedangkan struktur input
diperoleh dari hasil pengolahan survei khusus input output.
Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di sektor
keuangan dengan melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara
langsung dari masyarakat. Pengelolaan sumber pembiayaan pembangunan
diarahkan untuk dapat lebih menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Lembaga pembiayaan ini mencakup kegiatan Sewa Guna Usaha, Modal
Ventura, Anjak Piutang, Kartu Kredit dan Pembiayaan Konsumen.
Output dan struktur input lembaga pembiayaan ini diperoleh dari
Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan (Dirjen Lembaga
Keuangan, Departemen Keuangan).

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

Pedagang Valuta Asing adalah suatu badan usaha/perusahaan yang


memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk melakukan transaksi (jual-beli)
valuta asing dan membeli travel-check. Perusahaan tersebut tidak boleh
melakukan pengiriman uang dan menagih sendiri keluar negeri.
Pasar Modal adalah tempat atau sistem yang mempertemukan penjual
dan pembeli modal/dana jangka panjang. Modal yang diperjual belikan itu
secara konkrit diwakili oleh bentuk-bentuk efek (surat berharga). Perantara
Perdagangan
Efek/Pialang/Broker
adalah
perusahaan
perantara
perdagangan efek yang berperan mempertemukan antara penjual dan
pembeli efek, menyediakan informasi bagi kepentingan para pemodal,
memberikan saran kepada para pemodal dan lain-lain. Perusahaan yang
bertindak sebagai perantara perdagangan efek dapat dilakukan oleh
perorangan atau institusi badan hukum.

Mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar modal dan jasa


penunjangnya (Perantara Perdagangan Efek/Pialang/Broker, Adjuster
(Penilai), Underwriter (Penjamin Emisi), LKPP (Lembaga Kliring Penyelesaian
dan Penyimpanan), Manajer Investasi, Penasehat Investasi, Reksa Dana
(Investment Fund), Biro Administrasi Efek, Tempat Penitipan Harta atau
Custodian, dan sejenisnya.

Underwriter (Penjamin Emisi) adalah perusahaan yang menjamin penjualan


seluruh efek yang diemisikan, baik saham maupun obligasi. Adjuster
(Perusahaan Penilai) adalah suatu lembaga yang berfungsi menilai
kewajaran harta kekayaan emiten. Penilaian khususnya meliputi tanah,
bangunan, mesin-mesin, dan sarana pelengkap lainnya. Disamping itu juga
meneliti apakah harta kekayaan tersebut digunakan sesuai dengan tujuan
semula serta mempunyai manfaat secara teknis dan ekonomis. Lembaga
Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan adalah suatu lembaga yang
menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa
efek, serta penyimpanan efek dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain.
Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola
portofolio efek untuk jasa nasabah, termasuk perusahaan asuransi, dana
pensiun atau bank dalam usaha perbankan yang diizinkan.
Penasehat Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya memberi
nasehat, membuat analisa, dan membuat laporan mengenai efek tak
terkecuali kepada sekurang-kurangnya 15 (lima belas) pihak lain tetapi tidak
termasuk: a) Penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, wakil penjamin

101

102

Jasa Penunjang Lembaga Keuangan

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

emisi efek atau wakil perantara pedagang efek, b) Pihak penyelenggara


perusahaan yang kegiataannya bukan dalam bidang efek, c) Setiap profesi
yang tidak memerlukan izin usaha sebagai penasehat investasi.
Biro Administrasi Efek (BAE) adalah pihak yang berdasarkan kontrak
dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa melaksanakan
pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian hak
opsi, emisi sertifikat atau laporan tahunan untuk emiten.
Reksa Dana (Investment Fund) adalah emiten yang kegiatan utamanya
melakukan investasi, investasi kembali atau perdagangan efek.
Tempat Penitipan Harta atau Custodian adalah perusahaan yang
menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan
pihak lain berdasarkan suatu kontrak.
Output dari pedagang valuta asing merupakan selisih penjualan valuta
asing dengan pembelian valuta asing.
Adapun output dari kegiatan-kegiatan lainnya pada umumnya merupakan
nilai dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.
Sumber data jasa penunjang lembaga keuangan lainnya seperti
pedagang valuta asing bersumber pada Bank Indonesia, Pasar modal
bersumber dari BEI (Bursa Efek Indonesia), BPI (Bursa Paralel Indonesia)
dan Bapepam. Sedangkan untuk penyusunan struktur input diperoleh dari
sumber data masing-masing kegiatan.
c. Usaha Real Estat dan Tanah
Usaha real estat dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat
tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta
usaha persewaan tanah persil.
Output untuk real estat tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara
pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita untuk sewa rumah, kontrak
rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan

103

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data


usaha real estat tempat tinggal diperoleh berdasarkan hasil Susenas (Survei
Sosial Ekonomi Nasional) dan hasil Sensus Penduduk (SP).
Sedangkan output usaha real estat bukan tempat tinggal diperoleh dari
perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan rata-rata ouput per tenaga kerja,
yang datanya diperoleh dari hasil SKIO dan Sensus Penduduk (SP). Output
real estat bukan tempat tinggal juga dapat diperoleh dari hasil perkalian
antara banyaknya perusahaan dengan rata-rata output per perusahaan, yang
datanya dapat diperoleh dari asosiasi atau instansi terkait (perusahaan REI)
dan dari hasil SKIO.
Untuk struktur input pada usaha real estat tempat tinggal dan bangunan
bukan tempat tinggal diperoleh dari hasil SKIO. Dalam klasifikasi sektor tabel
input output yang termasuk dalam klasifikasi sektor jasa bank dan lembaga
keuangan lainnya adalah kegiatan bank, lembaga keuangan bukan bank
tidak termasuk asuransi seperti dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan
pinjam dan lembaga pembiayaan (sewa guna usaha, modal ventura, anjak
piutang, pembiayaan konsumen dan kartu kredit), serta kegiatan jasa
penunjang lembaga keuangan seperti pedagang valuta asing, pasar modal
dan jasa penunjangnya.
Sedangkan kegiatan asuransi yang meliputi asuransi jiwa, asuransi
kerugian dan asuransi sosial digolongkan dalam klasifikasi sektor jasa
asuransi. Begitu juga dengan kegiatan usaha persewaan bangunan dan
tanah baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat
tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil
digolongkan dalam klasifikasi sektor real estat dan tanah.
4.2.9

Sektor Jasa-jasa

Sektor Jasa-jasa mencakup kegiatan usaha jasa perusahaan, jasa sosial


dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan, dan jasa perorangan

104

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

dan rumah tangga. Adapun cakupan dari masing-masing kegiatan tersebut


adalah sebagai berikut:

tambang/pencarian bijih logam untuk pertambangan dan jasa penyelidikan


dan sejenisnya.

a. Usaha Jasa Perusahaan

Jasa Periklanan dan Riset Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang
memberikan pelayanan kepada pihak lain (perusahaan/perseorangan) dalam
bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang bertujuan untuk
menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen
tentang produk dari suatu perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya
dapat melalui berbagai media massa seperti: audio visual (TV, bioskop),
radio, halaman surat kabar/majalah, poster dan sebagainya.
Jasa Persewaan Mesin dan Peralatan adalah usaha persewaan mesin dan
peralatannya untuk keperluan pertanian, pertambangan dan ladang minyak,
industri pengolahan, konstruksi, penjualan dan mesin-mesin keperluan
kantor.

Mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (advokat dan notaris), jasa


akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa
bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, jasa
persewaan mesin dan peralatan, Semua jasa ini biasanya diberikan
berdasarkan sejumlah bayaran atau kontrak.
Jasa Hukum (Advokat/pengacara, Notaris), yang dimaksud dengan
Advokat/pengacara adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai
penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana
maupun perdata. Sedangkan Notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi
kuasa (oleh Departemen Kehakiman) untuk mensyahkan dan menyaksikan
berbagai surat perjanjian, akte dan sebagainya.
Jasa Akuntansi dan Pembukuan adalah usaha jasa pengurusan tata buku
dan pemeriksaan pembukuan termasuk juga jasa pengolahan data dan
tabulasi yang merupakan bagian dari jasa akuntansi dan pembukuan.
Jasa Pengolahan dan Penyajian Data adalah usaha jasa pengolahan dan
penyajian data yang bersifat umum baik secara elektronik komputer maupun
manual atas dasar balas jasa atau kontrak, termasuk didalamnya adalah jasa
komputer programing dan sebagainya yang ada hubungannya dengan
kegiatan komputer.
Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik adalah usaha jasa konsultasi
bangunan arsitek/perancang bangunan, jasa survei geologi, penyelidikan

105

Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi


(jumlah perusahaan atau tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata
output per perusahaan atau rata-rata ouput per tenaga kerja).
Struktur input diperoleh dari hasil survei (SKIO). Data jumlah perusahaan
diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi. Perusahaan (asosiasi) seperti Ikatan
Akuntan Indonesia, Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo), Persatuan
Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) dan sejenisnya, serta jumlah
tenaga kerja diperoleh dari hasil Sensus Penduduk (SP).
b. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan
Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti
asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat/YPAC, rumah ibadat
dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Output jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil perkalian
antara masing-masing indikator produksi seperti jumlah murid menurut

106

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

jenjang pendidikan, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah
anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang dirawat, jumlah anak cacad
yang dirawat dengan rata-rata output per masing-masing indikator.
Struktur input sektor jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil
survei (SKIO), sedangkan data produksi diperoleh dari Departemen
Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Laporan
Kegiatan Palang Merah Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN, BPS
(Susenas, Sensus Penduduk) serta beberapa sumber lainnya.
c. Jasa Hiburan dan Kebudayaan
Meliputi kegiatan produksi dan distribusi film komersial dan dokumenter
untuk kepentingan pemerintah serta reproduksi film video, jasa bioskop dan
panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang,
gedung olah raga, kolam renang, klab malam, taman hiburan, studio televisi
dan stasiun pemancar radio yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah.
Output kegiatan produksi film diperoleh dari perkalian antara jumlah film yang
diproduksi dengan rata-rata output per film, Output kegiatan distribusi film
diperoleh dari perkalian antara rasio biaya sewa film dengan output bioskop,
sedangkan output bioskop diperoleh dari perkalian antara jumlah penonton
dengan rata-rata output per penonton. Output panggung hiburan/kesenian
dihitung berdasarkan pembagian antara pajak tontonan yang diterima
pemerintah dengan rasio pajak tontonan, kemudian dikurangi dengan output
bioskop. Output untuk jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya
didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga
kerja masing-masing dengan rata-rata outputnya.
Struktur input pada kegiatan ini didasarkan pada hasil survei (SKIO),
sedangkan indikator produksi untuk jasa hiburan dan kebudayaan diperoleh
dari Direktorat Jenderal Radio, Televisi dan Film, Statistik Keuangan Daerah,
Statistik Bioskop, Statistik Lingkungan Hidup, Direktorat Jenderal Pariwisata
dan berbagai sumber lainnya.

107

Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara

d. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga


Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani
perorangan dan rumah tangga, yang terdiri dari:
a. Jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, mencakup perbaikan
kecil-kecilan dari kendaraan roda empat, roda tiga dan dua, seperti mobil
pribadi, mobil umum, bemo, sepeda motor dan sebagainya.
b. Jasa perbengkelan/reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam,
televisi, radio, lemari es, mesin jahit, sepeda dan barang-barang rumah
tangga lainnya.
c. Jasa pembantu rumah tangga, mencakup koki, tukang kebun, penjaga
malam, pengasuh bayi dan anak, dan sejenisnya.
d. Jasa perorangan lainnya, mencakup tukang binatu, tukang cukur, tukang
jahit, tukang semir sepatu, dan sejenisnya.
Output untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan rumah tangga
diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan
rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan output jasa pembantu rumah
tangga, pengasuh bayi dan sejenisnya diperoleh dari perkalian antara
pengeluaran perkapita untuk pembantu rumah tangga dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun.
Struktur input untuk kegiatan jasa perorangan dan rumah tangga
diperoleh dari hasil survei (SKIO) yang dilengkapi dengan data pendukung
dari sumber lainnya. Indikator produksi jasa perbengkelan, jasa perorangan
dan rumah tangga adalah jumlah tenaga kerja di sektor tersebut. Angka
tenaga kerja tersebut dihitung berdasarkan pertumbuhan tenaga kerja dari
Sensus Penduduk.

108

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Penyusunan
Tabel Input-Output:
Teknik Estimasi Permintaan
Akhir dan Impor
Sama halnya dengan Bab 4, teknik estimasi yang dibahas pada bab ini
adalah berdasarkan pendekatan survei sebenarnya transaksi permintaan
akhir memiliki kharakteristik yang relatif berbeda dengan transaksi impor.
Transaksi permintaan akhir merupakan komponen permintaan terhadap

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

5.1

Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

5.1.1

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri atas pengeluaran untuk


pembelian barang dan jasa yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periode
satu tahun, dikurangi dengan hasil penjualan netto dari barang bekas atau
apkiran. Selain pengeluaran untuk makanan, minuman, pakaian, bahan
bakar, jasa-jasa termasuk juga barang yang tidak ada duanya (tidak
diproduksi kembali) seperti hasil karya seni, barang antik dan lain-lain.
Barang tahan lama yang dikonsumsi rumah tangga seperti mobil, motor,
furniture, radio, kulkas, televisi, dan lain-lain. Seandainya barang tersebut

output suatu sektor ekonomi, sedangkan transaksi impor merupakan

disamping digunakan untuk rumah tangga dipakai untuk usaha rumah


tangga, maka nilai pembelian, biaya pemeliharaan, dan lain-lain harus

komponen penyediaan dari suatu sektor ekonomi. Akan tetapi karena

dipisahkan berapa yang masuk konsumsi atau usaha rumah tangga secara

permintaan akhir dan impor dalam tabel input-output berada pada kuadran

proporsional.
Pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan, rekreasi,

yang sama (kuadran III) maka pembahasannya dilakukan pada satu bab

pengangkutan dan jasa-jasa lainnya, keperluan sewa rumah, perbaikan


rumah, rekening bank, air, telepon dan sebagainya merupakan pengeluaran

yang sama.
Seperti yang telah diuraikan pada bab terdahulu, transaksi permintaan
akhir akan mencakup semua transaksi barang dan jasa yang digunakan

konsumsi rumah tangga sedangkan pembelian rumah tidak termasuk


pengeluaran konsumsi.

untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir. Dalam bab ini permintaan akhir

Pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk pembelian alat-

dirinci menjadi pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,

alat kerja, seperti buruh tambang membeli sekop, linggis, lampu senter yang
ditanggung oleh perusahaan. Tidak termasuk konsumsi rumah tangga dari

pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori dan ekspor. Sementara


transaksi impor barang dan jasa yang diperoleh dari luar wilayah pengamatan
dalam rangka memenuhi permintaan terhadap output suatu sektor ekonomi.

buruh tambang, tetapi merupakan biaya antara perusahaan tambang tempat


buruh bekerja.
Dalam memperkirakan konsumsi rumah tangga ada hal-hal yang
menimbulkan keragu-raguan, misalnya penduduk yang sedang melakukan
perjalanan ke daerah lain (dalam atau luar negeri) baik dalam rangka
bertugas, urusan bisnis atau untuk keperluan lainnya. Biasanya penduduk

109

110

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

tersebut mengeluarkan uang untuk memenuhi konsumsinya baik berupa


barang (makanan, bukan makanan) ataupun jasa-jasa lainnya. Pengeluaran

Metode penghitungan yang biasa dipakai untuk memperkirakan


pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah metode langsung yaitu

yang dilakukan selama berada di daerah lain tersebut menurut konsep harus

berdasarkan pada hasil survei pengeluaran konsumsi rumah tangga seperti

diperhitungkan sebagai impor (barang masuk). Tetapi karena belum


tersedianya data yang mencatat berapa jumlah penduduk yang berpergian

Susenas atau Survei Biaya Hidup dan metode penilaian harga eceran.
Metode langsung ini pada pokoknya adalah untuk memperoleh perkiraan

serta jumlah biaya yang dikeluarkan selama di daerah lain, maka


pengeluaran yang semacam ini sudah terhitung di rumah tangganya yaitu

pengeluaran konsumsi rumah tangga secara keseluruhan dengan cara


mempergunakan rasio yang diperoleh dari Survei Pengeluaran Rumah

melalui konsumsi perkapita. Begitu pula sebaliknya penduduk dari daerah


lain yang berada di daerah tersebut, seharusnya diperlakukan sebagai

tangga. Data yang dikumpulkan dengan metode ini mengukur arus barang
dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga atas dasar harga pembelian. Pada

ekspor, namun karena tidak tersedianya data maka diasumsikan merupakan

dasarnya metode ini menyeluruh dalam ruang lingkup barang dan jasa yang

konsumsi rumah tangga di daerah asalnya. Contoh lain, seorang pegawai


negeri mendapat makan dari kantor sehabis rapat. Seharusnya pengeluaran

diselidiki dan dapat dipakai untuk menganalisa pengeluaran konsumsi rumah


tangga, menurut jenis barang dan tujuan pengeluaran. Metode ini

tersebut diperlakukan sebagai konsumsi makanan jadi yang berasal dari


restoran. Tetapi karena tidak tersedia data berapa banyak pegawai negeri

memungkinkan klasifikasi data pengeluaran menurut karakteristik rumah


tangga seperti tingkat pendapatan atau status ekonominya. Apabila metode

yang mendapat makanan, maka pengeluaran tersebut dimasukkan sebagai

ini dipakai, hasil yang akan diperoleh hanyalah pengeluaran konsumsi yang

pengeluaran pemerintah.

termasuk pengeluaran langsung di dalam wilayah oleh rumah tangga


penduduk, sedangkan pengeluaran oleh turis, anggota diplomatik dan lain-

Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk barang dan jasa dapat dirinci
menurut jenisnya sebagai berikut:

lain tidak termasuk dalam survei yang diadakan. Hal ini disebabkan karena:

a. Kelompok makanan, minuman dan tembakau


b. Kelompok pakaian, alas kaki dan tutup kepala

a. Survei-survei tersebut pada umumnya hanya mencakup sebagian kecil


rumah tangga atau hanya ditujukan pada kelompok tertentu dari

c.

Kelompok perumahan, bahan bakar, penerangan dan air

d. Kelompok barang-barang tahan lama dan perlengkapan rumah tangga


e. Kelompok perawatan dokter dan pengeluaran untuk obat-obatan

penduduk saja.
b. Rumah tangga khusus biasanya belum mencakup.
c. Penyimpangan-penyimpangan data yang dikumpulkan dapat terjadi

f. Kelompok transportasi dan komunikasi


g. Kelompok pengeluaran atau peralatan untuk keperluan rekreasi, hiburan,

dalam data yang diberikan oleh rumah tangga dan kesulitan-kesulitan


yang dapat dipercaya mengenai jenis-jenis pengeluaran terhadap barang

dan jasa sosial lainnya


h. Kelompok macam-macam barang dan jasa

yang jarang dibeli atau barang-barang yang terlarang diperjualbelikan.

111

112

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Data yang dipakai untuk penghitungan konsumsi rumah tangga dengan


metode ini adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Susenas. Data mengenai jumlah penjualan barang yang terkena cukai


misalnya minuman keras, rokok, dapat diperoleh dari dinas pajak.

dilakukan di daerah perkotaan dan pedesaan.

Dalam penghitungan konsumsi dengan metode ini yang digunakan

Selain penyimpangan diatas termasuk juga kelemahan ini adalah konsep


yang dipakai agak berbeda dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga

adalah data Susenas yaitu rata-rata konsumsi perkapita seminggu dalam


kuantum. Untuk mendapatkan nilai konsumsi dipakai rata-rata harga

yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pengeluaran konsumsi pada Susenas


adalah semua pembelian oleh rumah tangga untuk dikonsumsi, kalau barang

konsumen atau harga eceran yang sudah ditimbang.


Selain data hasil SUSENAS, untuk perkiraan konsumsi rumah tangga

yang telah dibeli dijual sebagian atau barang bekas yang dibeli setelah
dipakai beberapa lama dijual kembali, tidak tercakup dalam Susenas.

digunakan pula data lainnya seperti pendapatan perkapita atas dasar harga
konstan yang bersumber dari PDRB sektoral (lapangan usaha). Rata-rata

Seharusnya yang termasuk konsumsi adalah seluruh barang yang dibeli

harga eceran dan Indeks Harga Konsumen bersumber dari Statistik Harga

untuk dikonsumsi langsung, sedangkan barang bekas yang dikonsumsi


hanyalah yang benar-benar dipakai atau sebesar selisih harga pembelian

Konsumen di kota dan pedesaan. Jumlah penduduk pertengahan tahun


bersumber dari publikasi Sensus Penduduk, Survei penduduk Antar Sensus

dengan harga penjualan. Tetapi oleh karena data lain tidak tersedia maka
data Susenas dapat juga dipakai dalam penghitungan konsumsi rumah

(SUPAS) dan dari data perkiraan penduduk.


Estimasi konsumsi rumah tangga dengan metode seperti disebut diatas

tangga, dan harus dilengkapi dengan data lainnya.

dilakukan menurut kelompok pengeluaran sebagai berikut:

Metode penilaian harga eceran dipakai apabila data konsumsi rumah


tangga tersedia dalam bentuk kuantum. Nilai konsumsi rumah tangga dapat

a.

Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Makanan.

diperoleh dengan jalan mengalikan kuantum barang tersebut dengan harga


eceran yang dibayar oleh konsumen.

Perkiraan konsumsi untuk kelompok makanan ini adalah konsumsi

Dalam metode ini pembelian barang-barang dinilai langsung atas dasar


harga beli. Data kuantum yang tersedia mungkin lebih dapat dipercaya

(kuantum) yang diperoleh dari Survei Rumah Tangga (Susenas) dinilai


dengan harga eceran yaitu harga yang dibayar konsumen rumah tangga.

daripada data nilai yang dikumpulkan. Sebaliknya menghitung harga eceran

Data konsumsi perkapita (kuantum) yang dipakai adalah bersumber dari

rata-rata yang akan dipakai untuk menilai kuantum barang yang dibeli oleh
rumah tangga adalah sulit. Hal ini disebabkan tidak tersedianya penimbang

SUSENAS yaitu dalam bentuk rata-rata konsumsi perkapita dalam seminggu.


Konsumsi perkapita sebulan didapatkan dengan cara mengalikan konsumsi

yang tepat untuk menimbang harga yang berbeda-beda menurut tempat,


kualitas dan sebagainya.

perkapita seminggu dengan 30/7 (1 minggu = 7 hari ).


Namun karena modul konsumsi dalam Susenas tidak dicacah setiap

Perkiraan mengenai jumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah
tangga dapat bersumber dari data resmi penyediaan dan perubahan inventori

tahun, maka untuk memperkirakan konsumsi rumah tangga untuk


penyusunan I-O yang tahunnya tidak bertepatan dengan Susenas digunakan

barang dan jasa, dari serikat-serikat dagang atau hasil-hasil survei

analisa regresi silang. Dalam regresi ini dikaitkan antara variabel pendapatan

pengeluaran konsumsi rumah tangga antara lain konsumsi perkapita

dengan variabel konsumsi. Dari regresi ini dapat diketahui koefisien

113

114

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

elastisitas permintaan yaitu besaran yang menggambarkan perubahan


permintaan suatu barang akibat berubahnya pendapatan.

ln Y ln Q ( ln Y ln Q ) n
ln Y ( ln Y ) n

b=

pada suatu saat (titik jenuh) konsumsi tersebut mulai menurun, maka bentuk
kurvanya seperti parabola.

dimana:

( ln Q
=

Qi = Rata-rata konsumsi/kapita/sebulan (kuantum)


r=

)
(n 2)( ln Y

( ln Qi ) n b( ln Yi ln Qi ( ln Yi ln Qi ) n )
2

Sebelum digunakan untuk mengestimasi, terhadap nilai koefisien ( b ) ini


dilakukan pengujian untuk meyakinkan koefisien ini dapat dipakai atau tidak.
Syarat yang harus dipenuhi adalah nilai koefsien b harus significant/highly
significant dan mempunyai nilai koefisien regresi ( r ) yang tinggi atau
mendekati 1 (satu).
penghitungan

persamaan

eksponensial

Qi = a Yi b dibentuk dalam persamaan linier dengan melogaritmakannya.


Qi = a Yi b

t obs =
tabel

2
i

b
Sb

= 10% ; 5%

a = anti log a
Ketentuan nilai

b harus significant/super significant maksudnya adalah

sebagai berikut:
( t obs

= 10% ; = 5% > t tabel) untuk nilai t observasi positif

( t obs

= 10% ; = 5% < t tabel) untuk nilai t observasi negatif

ln Qi = ln(Yi )

Catatan

ln Qi = ln a + b ln Yi

Bentuk hipotesa adalah sebagai berikut :

( ln Yi ) n

ln Y ln Q ( ln Y ln Q ) n
ln Y ( ln Y ) n ln Q ( ln Q )
2

a = konstanta
b = koefisien elastisitas

menyederhanakan

2
i

Yi = Pendapatan/kapita/sebulan

Untuk

ln Qi b ln Yi

a=

2
b

Bentuk fungsi eksponensial tersebut adalah:

Qi = a Yi b

Model yang digunakan untuk kelompok makanan adalah Fungsi


Eksponensial. Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa setiap
penambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi, tetapi

H0 : = 0

H1 : 0

=0
115

artinya antara pengeluaran dan konsumsi tidak ada hubungan.

116

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

artinya terdapat hubungan antara besarnya pengeluaran dan

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

C (n + 1) = Rata-rata konsumsi (kuantum) perkapita sebulan pada tahun

(n + 1) atau tahun disusunnya I-O

banyaknya konsumsi
Dengan bentuk hipotesa diatas, maka dalam penyajiannya digunakan uji

Cn

= Rata-rata konsumsi (kuantum) perkapita sebulan pada tahun

dua arah sebagai berikut:

dasar

dpt

(n) /data Susenas

= Perubahan pendapatan perkapita harga konstan tahun ke-n


dengan tahun ke

b
Daerah
Tolak

Daerah
Tolak
+ t tabel

- t tabel

n +1

= Koefisien elastisitas

Konsumsi makanan rumah tangga diperkirakan melalui:

C (n + 1) = C n + {(b )(dpt )(C n )}

Dari formulasi di atas didapatkan konsumsi dalam satuan kuantum,


Jika nilai tobs berada di daerah tolak berarti diterima hipotesa alternatif
( H1

: 0 ) artinya terdapat hubungan yang erat antara perubahan

konsumsi akibat perubahan pendapatan. Demikian pula sebaliknya jika nilai .


berada di daerah terima ( H 0

: = 0 ) artinya tidak terdapat hubungan antara

perubahan konsumsi dengan perubahan pendapatan.


Koefisien elastisitas ( b ) yang didapatkan dengan regresi silang tersebut

perkapita sebulan. Total konsumsi penduduk akan diperoleh bila dikalikan


dengan 12 dan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Untuk memperoleh nilai konsumsi atas dasar harga berlaku dikalikan
dengan harga konsumen atau harga eceran. Harga konsumen atau harga
eceran merupakan harga yang dibayar oleh rumah tangga konsumen yang
tujuannya untuk dikonsumsi. Harga tersebut merupakan rata-rata harga
eceran di kota dengan harga eceran di pedesaan.

digunakan untuk memperkirakan konsumsi perkapita tahun lainnya atau pada


tahun yang tidak ada data Susenasnya. Dengan menggunakan variabel lain
yaitu perubahan pendapatan perkapita (atas dasar harga konstan), konsumsi
perkapita (data Susenas), maka konsumsi perkapita tahun lainnya dapat
diperkirakan.
Formulasinya adalah :

b. Konsumsi Kelompok Rumah Tangga Bukan Makanan


Perkiraan konsumsi kelompok bukan makanan sama dengan metode
kelompok makanan yaitu dengan menghitung koefisien elastisitas ( b ) dari
masing-masing jenis pengeluaran rumah tangga, yaitu regresi linier. Regresi

C (n + 1) = C n + {(b )(dpt )(C n )}

linier tersebut adalah:

Qi = a + bYi

dimana :

117

118

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

dimana:

Ketentuan dan bentuk hipotesanya adalah sama seperti pada Elastisitas


Konsumsi Makanan.

Qi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan

Kemudian dengan menggunakan formulasi:

a = Konstanta
b = Koefisien elastisitas

C (n + 1) = C n + {(b )(dpt )(C n )}

diperoleh konsumsi pada tahun ke (n+1).

Yi = Pendapatan perkapita sebulan


Sehingga bentuk formulasinya sebagai berikut:

a=

b=

dengan mengalikan konsumsi perkapita sebulan atas dasar harga konstan


dengan 12 dan jumlah penduduk masing-masing tahunnya.

(Y ) (Q )
i

(Y )

(Q )
i

Sb =

atas dasar harga konstan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks
tersebut adalah sama dengan yang digunakan untuk menginflate konsumsi

R2 =

Nilai konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku didapatkan


dengan cara menginflate/mengalikan total nilai konsumsi

n
2
(Qi )

Dengan menggunakan penduduk pertengahan tahun maka total nilai


konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan dapat diestimasi, yaitu

b (Yi )

Yi Qi

(Y )(Q )
(Y )(Q )

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

2
(Yi )

perkapita sebulan (Susenas).

(Q )
(Q )
i

2
(Qi ) (Qi )(Yi )

5.1.2

(Q ) (Y )
i

(Y )
(Y )
(n 2) (Y )
n
2

Yang dimaksud dengan pengeluaran konsumsi akhir pemerintah


adalah nilai output pemerintahan umum baik pusat maupun daerah termasuk

angkatan bersenjata dikurangi dengan hasil penjualan barang dan jasa


(output pasar) pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

R 2 diperoleh dari koefisien korelasi r yang dikuadratkan.


t tabel = 10% ; 5%

a. Ruang Lingkup Dan Definisi

n
2
(Yi )

Konsumsi Pemerintah

pemerintah (yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah). Output pemerintah


tersebut diperoleh dengan menggunakan input yang terdiri dari biaya antara
(pembelian barang, jasa dan bantuan sosial), pembayaran balas jasa
pegawai (belanja pegawai) serta perkiraan penyusutan barang modal.
Konsumsi pemerintah disebut juga dengan output non-pasar lainnya
pemerintah.

119

120

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Sejak tahun 1995 sub sektor pemerintahan umum selain berada di


kuadran II sebagai konsumsi akhir pemerintah (terisi hanya di diagonal

dengan jasa-jasa yang telah disebutkan baik pada tingkat pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten/kota dan desa. Jasa pemerintahan lainnya ini disebut

sektor/perpotongan antar pemerintah sendiri), juga ada di kuadran I sebagai

juga sebagai jasa pemerintah yang diberikan secara individu kepada

input antara (biaya antara) dan di kuadran III sebagai input primer (balas jasa
pegawai dan penyusutan).

masyarakat. Guru/staf pengajar di sekolah pemerintah digolongkan ke dalam


jasa
pendidikan
pemerintah,
dokter/paramedis
di
rumah

Jasa Pemerintahan Umum terdiri dari:

sakit/poliklinik/klinik/rumah bersalin pemerintah dikategorikan ke dalam jasa


kesehatan pemerintah, sedangkan aparat pemerintah yang melayani

1. Jasa Pemerintahan Umum/ Jasa Administrasi Pemerintahan dan

penyuluhan keluarga berencana (KB) dan memberikan penyuluhan kepada


masyarakat terasing dan lain-lain dimasukkan sebagai jasa sosial

Pertahanan (164)

kemasyarakatan lainnya. Sedangkan pegawai pemerintah yang menjual

Jasa Pemerintahan Umum/Jasa administrasi pemerintahan dan


pertahanan
pertahanan

mencakup semua jasa administrasi pemerintahan dan


yang diberikan oleh departemen dan non departemen,

badan/lembaga tinggi Negara, kantor-kantor

dan badan-badan

yang

berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan pada


tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan desa termasuk

karcis masuk taman hiburan pemerintah, museum pemerintah atau yang


melayani masyarakat di perpustakaan pemerintah termasuk kedalam jasa
hiburan, rekreasi dan kebudayaan pemerintah. Jasa sosial kemasyarakatan
lainnya dan jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan dikelompokkan kedalam
jasa pemerintahan
Jasa pemerintahan lainnya dalam tabel IO 2005 diklasifikasikan
menjadi:

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan POLRI.


Jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan merupakan hasil

jasa pendidikan pemerintah (166),

aktivitas pemerintahan sehari-hari dalam melayani masyarakat umum/publik


dalam bidang administrasi dan pertahanan. Jasa administrasi pemerintahan

jasa pemerintahan lainnya (jasa sosial kemasyarakatan lainnya dan jasa


hiburan, rekreasi dan kebudayaan pemerintah) (168).

jasa kesehatan pemerintah (167), dan

dan pertahanan ini disebut juga dengan jasa pemerintah yang diberikan
secara kolektif kepada masyarakat.

b. Sumber Data

2.

Data realisasi APBN diperoleh dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara


(DPKN) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DPbn) Departemen Keuangan.

Jasa Pemerintahan lainnya, terdiri dari:

Jasa pemerintahan lainnya meliputi kegiatan pemerintah di bidang


jasa sosial kemasyarakatan (seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan dan

Disamping itu untuk melengkapi data ini, beberapa informasi diperoleh juga
dari sumber-sumber lain yang berhubungan seperti Direktorat Jenderal

jasa sosial kemasyarakatan lainnya) serta jasa hiburan, rekreasi dan

Anggaran (DJA). Sedangkan data realisasi APBD diperoleh dari Direktorat

kebudayaan yang diberikan oleh unit-unit pemerintah yang berhubungan

121

122

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Keuangan, TI dan Pariwisata, BPS dan Direktorat Jenderal Perimbangan


Keuangan (DJPK) Departemen Keuangan.

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Bagan Neraca Produksi Pemerintah


Input

Output

c. Metode Estimasi
c.1. Estimasi Konsumsi Pemerintah (302)
Hubungan antara Konsumsi Pemerintah dan Sub Sektor Pemerintah.
Antara Konsumsi pemerintah dan Sub Sektor Pemerintah saling terkait satu
sama lain. Sub Sektor Pemerintah merupakan bagian dari Konsumsi
Pemerintah. Untuk lebih jelasnya terlebih dahulu harus disusun neraca
produksi pemerintah. Neraca produksi pemerintah, meliputi biaya
antara/belanja barang yaitu pengeluaran pemerintah untuk pembelian
barang-barang yang tidak tahan lama dan habis dipakai dalam proses
produksi, jasa dan bantuan sosial, selain biaya antara termasuk dalam
neraca produksi yaitu balas jasa pegawai/belanja pegawai dan penyusutan
(balas jasa pegawai + penyusutan = NTB Sub Sektor Pemerintah) disisi kiri,
serta konsumsi pemerintah (output non pasar lainnya) dan penjualan dari
barang dan jasa (output pasar) disisi kanan. Konsumsi pemerintah
merupakan faktor penyeimbang antara total input disisi kiri dikurangi dengan
output pasar disisi kanan.
Bagan Neraca Produksi Pemerintah dapat dilihat pada diagram berikut
ini :

1. Biaya antara (belanja barang dan


bantuan sosial) (A) (kuadran I):
a. Biaya antara Jasa Administrasi
Pemerintahan dan Pertahanan/jasa
pemerintahan umum (164)
b. Biaya antara Jasa Pemerintahan
lainnya (165-167)
2. Nilai tambah bruto (B) = (B1)+(B2)
(kuadran III)
2.1 Belanja Pegawai (B1)
a. Belanja pegawai Jasa Administrasi
Pemerintahan dan Pertahanan/jasa
pemerintahan umum (164)
b Belanja pegawai Jasa Pemerintahan
lainnya (165-167)
2.2 Penyusutan (B2)
a. Penyusutan Jasa Administrasi
Pemerintahan dan Pertahanan/jasa
pemerintahan umum (164)
b. Penyusutan Jasa Pemerintahan
lainnya (165-167)

3.

3.1 Pengeluaran konsumsi pemerintah


(Output non pasar lainnya) (D)= (C) - (E)
(kuadran II)
a. Pengeluaran konsumsi pemerintah Jasa
Administrasi Pemerintahan dan
Pertahanan/jasa pemerintahan umum
(164)
b. Pengeluaran konsumsi pemerintah Jasa
Pemerintahan lainnya (165-167)
3.2 Penjualan barang dan jasa (Output pasar)
(E)
a. Output pasar Jasa Administrasi
Pemerintahan dan Pertahanan/jasa
pemerintahan umum (164)
b. Output pasar Jasa Pemerintahan lainnya
(165-167)

TOTAL INPUT (C) = (A) + (B)

123

Output (C)

TOTAL OUTPUT (C)

124

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Neraca Produksi Pemerintah Tahun 2005


(Juta Rp)

pendidikan, kesehatan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata, serta


BKKBN. Output jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan terdiri dari
output pasar dan output non pasar lainnya (produksi yang dikonsumsi

Input
1. Total input antara:

Output
102.279.118

4. Total Output non pasar lainnya

224.980.540

sendiri/merupakan konsumsi akhir jasa administrasi pemerintahan dan


pertahanan).
Data realisasi anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan
(APBD) secara langsung tidak dapat diidentifikasikan kedalam kode I-O.

a. Jasa Pemerintahan umum

61.028.277

(Total konsumsi pemerintah)

b. Jasa pendidikan pemerintah

27.713.200

a . Jasa Pemerintahan umum

139.509.973

c. Jasa kesehatan pemerintah

8.586.366

b. Jasa pendidikan pemerintah

58.084.282

d. Jasa pemerintahan lainnya

4.951.275

c. Jasa kesehatan pemerintah

17.572.567

Kenyataan ini disebabkan karena realisasi APBN maupun APBD tidak terinci
sampai ke rincian komoditi yang dapat diidentifikasikan dengan kode I-O.

d. Jasa pemerintahan lainnya

9.813.718

Untuk memperoleh rincian pengeluaran pemerintah menurut kode I-O

12.431.284

digunakan indikator-indikator yang dapat dipertanggungjawabkan.


Belanja Negara dan belanja daerah dirinci menurut kelompok

2. Total belanja pegawai

119.145.547

a. Jasa Pemerintahan umum

73.837.119

5. Total Output pasar

b. Jasa pendidikan pemerintah

30.791.162

a. Jasa Pemerintahan umum

5.313.819

c. Jasa kesehatan pemerintah

9.315.118

b. Jasa pendidikan pemerintah.

4.517.101

d. Jasa pemerintahan lainnya

5.202.148

c. Jasa kesehatan pemerintah

1.568.229

d. Jasa pemerintahan lainnya

1.032.135

3. Total penyusutan

15.987.159

a. Jasa Pemerintahan umum

9.958.396

b. Jasa pendidikan pemerintah

4.097.021

c. Jasa kesehatan pemerintah

1.239.312

d. Jasa pemerintahan lainnya


TOTAL INPUT

pengeluaran per mata anggaran keluaran. Prosedur pengolahan untuk


mencapai hasil pengeluaran pemerintah menurut kode I-O dilakukan secara
manual. Metode tersebut dimaksudkan untuk mencapai hasil yang maksimal,
karena dalam proses pengolahan demikian dilakukan adjustifikasi.
Ada enam tahap pengolahan untuk mendapatkan

rincian

pengeluaran pemerintah menurut kode I-O:


1. Mendapatkan rincian pengeluaran pemerintah pusat menurut mata
anggaran keluaran. Rincian ini didapat melalui indikator belanja Negara
menurut mata anggaran keluaran. (lampiran 1)

692.430
237.411.824

TOTAL OUTPUT

237.411.824

a. Estimasi Output dan Struktur Input Sektor Pemerintahan Umum


dan Jasa Pemerintahan Lainnya.
Struktur Input jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan/jasa
pemerintahan umum (164): diperoleh dari rincian APBN dan APBD per mata
anggaran keluaran, dirinci menurut departemen dan kanwil tidak termasuk
APBN dan APBD per mata anggaran keluaran dari departemen dan kanwil

125

2. Memisahkan pengeluaran pemerintah yang merupakan pengeluaran


pemerintah murni (administrasi pemerintah) dan yang menjadi bagian
dari jasa pemerintah lainnya.
3. Menguraikan masing-masing pengeluaran pemerintah menurut susunan
kode mata anggaran keluaran (MAK) kedalam kode I-O dengan indikator
rasio susunan input table I-O kuadran I.
4. Mengelompokkan pengeluaran pemerintah menurut kode I-O hasil
hitungan nomor 3. Hal ini dilakukan karena satu kode tabel I-O bisa
berasal dari lebih dari satu mata anggaran keluaran atau satu mata

126

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

anggaran keluaran bisa untuk beberapa kode tabel I-O.


5. Menyusun pengeluaran pemerintah menurut kode I-O. Dari pengolahan

Mata anggaran keluaran 522114 (belanja sewa) dapat diidentifikasikan


ke kode 8-163 real estat dan sewa tanah

ini sudah diperoleh rincian pengeluaran pemerintah menurut kode I-O.

Mata anggaran keluaran 522115 (belanja jasa profesi) dapat

diidentifikasikan ke kode 9-64 jasa sosial kemasyarakatan


Mata anggaran keluaran 52311 (belanja biaya pemeliharaan gedung

diidentifikasikan ke kode I-O, 201 upah dan gaji.


Mata anggaran keluaran 53. belanja modal administrasi pemerintahan

dan bangunan) dapat diidentifikasikan ke kode 5-52 bangunan


Mata anggaran keluaran 52312 (belanja biaya pemeliharaan peralatan

dan pertahanan/jasa pemerintahan umum, diidentifikasikan ke kode IO, 203 penyusutan, di mana nilai penyusutan diperkirakan sebesar 20

dan mesin) dapat diidentifikasikan ke kode 9-65 jasa lainnya


Mata anggaran keluaran 541 (belanja pembayaran bunga utang) dapat

Mata anggaran keluaran 51. belanja pegawai administrasi


pemerintahan dan pertahanan/jasa pemerintahan umum bisa langsung

% dari belanja modal.


-

diidentifikasikan ke kode 8-61 (lembaga keuangan)

Mata anggaran keluaran 521111 (belanja keperluan kantor) dapat


diidentifikasikan ke kode 3-38 Industri kertas, barang dari kertas dan

Mata anggaran keluaran 55 (belanja subsidi) /bantuan ke lembaga


pendidikan dan ilmu pengetahuan, sekolah dan badan keagamaan,

karton dan kode 3-50 industri barang lain yang belum digolongkan
dimanapun.

usaha social, ekonomi dan lain-lain. Oleh karena klasifikasi bantuan


tersebut, maka mata anggaran tersebut dapat diidentifikasikan ke kode

Mata anggaran keluaran 521112 (belanja pengadaan bahan makanan)

9-64 (jasa sosial kemasyarakatan).

dapat diidentifikasikan ke kode 3-27 sampai dengan kode 3-33


(industri pengolahan dan pengawetan makanan, industri minyak dan

Setelah semua pengeluaran pemerintah menurut mata anggaran


diidentifikasikan kedalam kode I-O, tahap akhir dari prosedur pengolahan

lemak, industri penggilingan padi, industri tepung segala jenis, industri


gula, industri makanan lainnya, dan industri minuman)

pengeluaran pemerintah adalah dengan mengumpulkan kode I-O yang sama.


Lampiran 4 menunjukkan hubungan antara mata anggaran dengan kode I-O.

Mata anggaran keluaran 521113 (belanja untuk menambah daya


tahan tubuh) dapat diidentifikasikan ke kode 3-27 sampai dengan kode

Lampiran 1:

3-33 (industri pengolahan dan pengawetan makanan, industri minyak

dan lemak, industri penggilingan padi, industri tepung segala jenis,


industri gula, industri makanan lainnya, dan industri minuman)

No.

51

Belanja pegawai

Mata anggaran keluaran 521114 (belanja pengiriman surat dinas pos


pusat) dapat diidentifikasikan ke kode 7-60 komunikasi

511

Belanja gaji dan tunjangan

512

Belanja honorarium/lembur/vakasi

52

Belanja barang

Mata anggaran keluaran 522111 (belanja langganan daya dan jasa)


dapat diidentifikasikan ke kode 4-51 listrik, gas dan air bersih
Mata anggaran keluaran 522113 (belanja jasa konsultan) dapat
diidentifikasikan ke kode 8-164 jasa perusahaan

127

Mata anggaran

Uraian mata anggaran

521

Belanja barang

522

Belanja jasa

523

Belanja pemeliharaan

524

Belanja perjalanan

128

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

53

Belanja modal

531

Belanja modal tanah

532

Belanja modal peralatan & mesin

533

Belanja modal gedung & bangunan

10

534

Belanja modal jalan, irigasi &

11

535

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Lampiran 2:

No.

jaringan

Jasa pemer.
umum

Belanja pemeliharaan yang

Pusat

536

Belanja modal fisik lainnya

54

Belanja pembayaran kewajiban

541

Daerah
Jasa
pendidikan

Belanja

Jumlah

Barang

Belanja pembayaran bunga utang


3

Daerah
Jasa
kesehatan

55

Belanja subsidi

14

551

Belanja subsidi perusahaan Negara

15

552

Belanja subsidi perusahaan swasta

16

56

Belanja hibah

17

561

Belanja hibah kepada pemerintah

Daerah
Jasa
pemerintahan

LN

lainnya

18

562

Belanja hibah kepada organisasi Int

Pusat

19

563

Belanja hibah kpd pemerintah

Daerah

Pasar

Jasa-jasa

9.958.396

61.028.277

144.823.792

5.313.819

139.509.973

30.791.162

4.097.021

27.713.200

62.601.383

4.517.101

58.084.282

9.315.118

1.239.312

8.586.366

19.140.796

1.568.229

17.572.567

5.202.148

692.43

4.951.275

10.845.853

1.032.135

9.813.718

Pusat

57

Belanja bantuan sosial

20

571

Belanja bantuan kompensasi sosial

21

572

Belanja bansos. lemb. Pendidikan

Mata anggaran 210 ( biaya kantor )

22

573

Belanja lembaga sosial lainnya

3-37 industri kayu, bambu dan rotan

58

Belanja lain-lain

3-38 industri kertas, barang dari kertas dan karton

581

Belanja lain-lain

3-40 industri kimia

Lampiran 3

3-42 industri barang karet dan plastik


3-43 industri barang-barang dari mineral bukan logam
3-47 industri barang dari logam
3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik
6-54 restoran dan hotel

129

Konsumsi

73.837.119

daerah

23

Output

Pusat

utang
13

Penyusutan

Pegawai
1

dikapitalisasi
12

Belanja

Uraian

130

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

7-55 angkutan kereta api

3-38 industri kertas, barang dari kertas dan karton

7-56 angkutan darat

3-40 industri kimia

7-57 angkutan air

3-42 industri barang karet dan plastik

7-58 angkutan udara

3-43 industri barang-barang dari mineral bukan logam

7-59 jasa penunjang angkutan

3-50 industri barang lain yang tidak digolongkan di mana-mana

7-60 komunikasi
8-62 usaha bangunan dan jasa perusahaan

Mata anggaran 260 ( lain-lain )


3-36 industri tekstil, pakaian dan kulit

Mata anggaran 220 ( inventaris kantor )

3-41 pengilangan minyak bumi

3-37 industri kayu, bambu dan rotan

3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik

3-42 industri barang karet dan plastik


3-43 industri barang-barang dari mineral bukan logam

Mata anggaran 285 ( angsuran hutang dalam negeri )

3-47 industri barang dari logam

4-51 listrik, gas dan air minum

3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik

7-60 komunikasi

Mata anggaran 231 ( listrik )

Mata anggaran 286 ( bunga hutang dalam negeri )

4-51 listrik, gas dan air minum

8-61 lembaga keuangan

Mata anggaran 232 ( telepon )

Mata anggaran 310 ( pemeliharaan gedung kantor )

7-60 komunikasi

5-52 bangunan
9-65 jasa lainnya

Mata anggaran 233 ( gas dan air )


Mata anggaran 320 ( pemeliharaan rumah dinas )

4-51 listrik, gas dan air minum

5-52 bangunan
9-65 jasa lainnya

Mata anggaran 240 ( lauk pauk )


1-17 tanaman lainnya
1-18 peternakan

Mata anggaran 330 ( pemeliharaan kendaraan bermotor )

6-54 restoran dan hotel

3-49 industri alat pengangkutan dan perbaikannya


9-65 jasa lainnya

Mata anggaran 250 ( bahan-bahan, alat-alat dan barang-barang lain)


3-36 industri tekstil, pakaian dan kulit

Mata anggaran 340 ( pemeliharaan inventaris kantor )

3-37 industri kayu, bambu dan rotan

3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik

131

132

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

9-65 jasa lainnya

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Lampiran 4

Mata anggaran 350 ( pemeliharaan peralatan )


3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik
9-65 jasa lainnya
Mata anggaran 360 ( pemeliharaan lain-lain )
3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik
5-52 bangunan
9-65 jasa lainnya

Kode I-O
66 x 66

1-17
1-18
3-36
3-37
3-38

Mata anggaran 410 ( perjalanan dinas biasa )=


Mata anggaran 420 ( perjalanan dinas tetap )=
Mata anggaran 440 ( biaya perjalanan dinas lain-lain )
3-41 pengilangan minyak bumi

3-40
3-41
3-42
3-43
3-47
3-48

6-54 restoran dan hotel


7-55 angkutan kereta api

3-49

7-56 angkutan darat


7-57 angkutan air

3-50

7-58 angkutan udara


7-59 jasa penunjang angkutan
8-61 lembaga keuangan
Mata anggaran 430 (biaya penampungan/uang pesangon pegawai yang dipindahkan)
6-54 restoran dan hotel
7-55 angkutan kereta api
7-56 angkutan darat
7-57 angkutan air
7-58 angkutan udara
7-59 jasa penunjang angkutan
8-61 lembaga keuangan

133

4-51
5-52
6-54
7-55
7-56
7-57
7-58
7-59
7-60
8-61
8-62
9-65

Uraian

Mata Anggaran

tanaman lainnya
peternakan
industri tekstil, pakaian dan kulit
industri kayu, bambu dan rotan
industri kertas, barang dari
kertas dan karton
industri kimia
pengilangan minyak bumi
industri barang karet dan plastik
industri
barang-barang
dari
mineral
bukan logam
industri barang dari logam
industri mesin, alat-alat dan
perlengkapan listrik
industri alat pengangkutan
dan perbaikannya
industri barang lain yang tidak
digolongkan di mana-mana
listrik, gas dan air minum
bangunan
restoran dan hotel
angkutan kereta api
angkutan darat
angkutan air
angkutan udara
jasa penunjang angkutan
komunikasi
lembaga keuangan
usaha bangunan dan jasa
perusahaan
jasa lainnya

134

240
240
250, 260
210, 220, 250
210, 250
210, 250
260, 410, 420, 440
210, 220, 250
210, 220, 250
210, 220
210, 220, 260,
340, 350, 360
330

250
231, 233, 285
310, 320, 360
210, 240, 410, 420, 430,
440
210, 410, 420, 430, 440
210, 410, 420, 430, 440
210, 410, 420, 430, 440
210, 410, 420, 430, 440
210, 410, 420, 430, 440
210, 232, 285
286, 410, 420, 430, 440
210
310, 320, 330, 340, 350,
360

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

5.1.3

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Salah satu komponen dari permintaan akhir (final demand) yang terletak
pada kuadran II dalam penyusunan I-O adalah pembentukan modal tetap
bruto yang dalam klasifikasi I-O diberi kode 303. Komponen ini bisa berasal

Bangunan atau konstruksi lainnya seperti: jalan, jembatan, irigasi,


pembangkit tenaga listrik dan jaringannya, instalasi telekomunikasi,
pemancar TV, pelabuhan terminal, jaringan pipa untuk minyak, gas

dan air, pertanian, monumen dan lain-lain.


Perbaikan besar-besaran dari bangunan di atas.

dari produksi dalam negeri atau dari luar negeri (impor). Isian di kolom
pembentukan modal tetap dalam I-O hanya menggambarkan barang-barang

Pembentukan modal berupa bangunan/konstruksi dinilai sesuai


dengan output bangunan yaitu nilai pekerjaan seluruh bangunan pada

modal yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dan bukan menunjukkan


pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor-sektor produksi. Dengan

satu tahun tertentu tanpa memperhatikan bangunan tersebut sudah


selesai atau belum.

kata lain, pembentukan modal tetap yang terdapat dalam I-O merupakan
pembentukan modal tetap yang dirinci menurut jenis komoditi.
a. Ruang lingkup dan Definisi

(ii)- Pembentukan modal tetap


perlengkapan yang terdiri dari:

berupa

mesin-mesin

dan

alat-alat

Alat-alat transpor seperti kapal laut, kapal terbang, kereta api, bus,
truk, motor dan lain-lain.

Pembentukan modal tetap bruto meliputi pengadaan, pembuatan atau

Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan untuk pertanian.

pembelian barang-barang modal baru baik yang berasal dari produksi dalam
negeri maupun impor (termasuk barang modal bekas dari luar negeri),

Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan untuk industri, listrik dan


pertambangan.

dikurangi penjualan neto barang bekas yang dilakukan oleh sektor-sektor


produksi dalam perekonomian domestik.

Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan untuk pembuatan jalan,


jembatan dan lain lain.

Yang dimaksud barang modal adalah barang-barang yang digunakan


dalam proses produksi yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau

Mesin-mesin dan perabot untuk perlengkapan kantor, toko, hotel


restoran, rumah dan lain-lain.

lebih, serta mempunyai nilai per unit relatif besar dibanding dengan output
sektor yang memakainya.

Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan yang sedang dalam proses


pembuatan tidak dimasukkan dalam pembentukan modal tetap bruto,
melainkan dimasukkan sebagai inventori dari produsennya.

Pembentukan modal tetap bruto mencakup:


(iii)- Perluasan perkebunan dan penanaman baru untuk tanaman keras. Yang
(i)- Pembentukan modal tetap berupa bangunan/konstruksi, yang terdiri dari:
- Bangunan tempat tinggal;
-

Bangunan bukan tempat tinggal;

dimaksud dengan tanaman keras disini adalah macam-macam tanaman


yang hasilnya baru akan diperoleh setelah berumur satu tahun atau lebih.
Termasuk juga disini adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan
oleh perkebunan besar selama perkebunan itu belum mendatangkan

135

136

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

hasil (berproduksi) dan kegiatan penanaman kembali (reboisasi) yang


dilakukan oleh perusahaan pemerintah dan pemerintah sendiri.
(iv)- Penambahan ternak yang khusus dipelihara untuk diambil susunya atau
bulunya atau untuk dipakai tenaganya dan sebagainya, kecuali ternak
yang dipelihara untuk dipotong.

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

mendapatkan rasio tertentu dari output/produksi suatu komoditi yang menjadi


barang modal.
Nilai barang modal yang berasal dari impor diperoleh dari Statistik impor,
dimana penilaiannya merupakan penjumlahan dari nilai cost insurance freight
(cif), bea masuk, pajak penjualan dan pajak-pajak lainnya. Dimana nilai ini
masih harus dikalikan dengan persentase alokasi komoditi impor ke
pembentukan modal, untuk memisahkan komoditi impor yang benar-benar

(v)- Margin pedagang atau makelar, service charge dan ongkos-ongkos


pemindahan hak milik dalam traksaksi jual beli tanah, sumber mineral,
hak pengusaha hutan, hak paten, hak cipta dan barang-barang modal
bekas tercakup dalam pembentukan modal tetap.

menjadi pembentukan modal. Persentase alokasi dari TTM ini diperoleh dari
survei khusus, sedangkan data cif, bea masuk, PPn dan pajak lainnya
tersedia dalam statistik perdagangan luar negeri. Data jenis komoditi yang
berasal dari impor tersebut dirinci menurut kode Harmonized System (HS).
Sehingga untuk penyusunan I-O perlu dilakukan destinasi kode HS ke dalam

b. Metode Estimasi dan Sumber Data

klasifikasi kode I-O. Hasil ini diperoleh dari destinasi komoditi impor secara
keseluruhan yang dilakukan pada subbab 4.3.6. Bila ditambah dengan

Ada dua pendekatan dalam penyusunan tabel input-output yaitu dengan

margin perdagangan dan pengangkutan (TTM) serta biaya lainnya, maka

metode langsung (menggunakan berbagai survei) dan metode tak langsung.


Estimasi data pembentukan modal dalam hal ini menggunakan kedua

akan menghasilkan nilai di lokasi pembeli.


Nilai pembentukan modal berupa bangunan diperoleh dari output sektor

pendekatan tersebut. Untuk pendekatan dengan metode langsung,


penghitungan nilai pembentukan modal dilakukan melalui pendekatan secara

bangunan, yaitu nilai output sektor bangunan yang ke pembentukan modal


tetap bruto. Proporsi yang digunakan adalah sekitar 92 persen dari output

langsung ke sektor-sektor yang memiliki barang modal. Sedangkan dengan


pendekatan metode tak langsung, penghitungan nilai pembentukan modal
menggunakan pendekatan arus barang (commodity flow approach), yaitu

bangunan yang menjadi nilai pembentukan modal tetap, sedangkan sisanya


merupakan perbaikan kecil dari sektor bangunan. Proporsi ini diperoleh dari

pendekatan melalui penyediaan barang-barang modal baik yang berasal dari


produksi dalam negeri, impor maupun yang berupa bangunan/konstruksi.

pembukaan tanah, pengembangan dan perluasan areal hutan, pertambangan


dan peremajaan tanaman hias, margin perdagangan dan biaya lain yang

Nilai barang modal produksi dalam negeri diperoleh dari berbagai


publikasi yang disajikan oleh BPS, seperti Statistik Industri Besar/Sedang,

berkaitan dengan pemindahan hak milik seperti jual beli tanah, sumber
mineral, hak pengusahaan hutan, hak paten, hak cipta dan barang-barang

Statistik Pertambangan dan Statistik Listrik/Gas/Air. Data barang modal yang


diperoleh tidak terinci kedalam semua jenis komoditi. Sehingga untuk merinci

bekas diperkirakan berdasarkan persentase tertentu dari hasil suatu survei.


Contoh Penghitungan :

hasil suatu studi. Pembentukan modal dalam bentuk pengembangan dan

kedalam semua komoditi dilakukan suatu survei ke berbagai sektor untuk

137

138

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Tabel 5.1
Estimasi Barang Modal Impor

No

Komoditi
(Kode HS)

CIF
(Juta
Rp.)

(1)

(2)

(3)

1
2
3
4
5
.
.
.

401699340
731511900
731581000
820712000
720740000
.
.
.

9
13290
1511
34750
2060
.
.
.

Tabel 5.2
Estimasi Barang Modal Produksi Dalam Negeri dan Bangunan

Nilai
Pajak
Persen
Penjuala Landed
Barang
Alokasi
Bea Masuk
Cost
n
Modal
TTM
(Juta Rp.)
Barang
(Juta (Juta Rp.)
Harga
Modal
Rp.)
Produsen
(4)

(5)
1
14
2
4
1
.
.
.

(6)

1
344
23
211
56
.
.
.

11
13648
1536
34965
2117
.
.
.

(7)
56
62
55
65
72
.
.
.

(8)
6
8462
845
22727
1524
.
.
.

(9)
1
1269
177
5682
290
.
.
.

Nilai
Barang
Modal
Harga
Pembeli

No

Komoditi

Output
(Juta Rp.)

(1)

(2)

(3)

(4)

Nilai Barang
Modal Harga
TTM
(Juta Rp.)
Pembeli
(Juta Rp.)
(5)

(6)

(10)
7
9731
1022
28409
1814
.
.
.

1
2
3
4
5
6
7
8
9

TOTAL

Persen
Alokasi
Barang
Modal

16753569
10
11

Peternakan
2 248 388
Inds. tekstil, pakaian dan kulit
10 971 070
Inds. bammbu, kayu dan rotan
9 030 376
Inds. kertas, brg dr kertas dan
4 323 467
karton
Inds. brg dr mineral bkn logam
1 638 342
Inds. brg dr logam
3 196 928
Inds. mesin, alat dan perl. listrik 7 609 972
Inds. alat pengangkutan &
6 005 865
perbaikannya
Inds. brg lain yang belum
562 805
digolongkan dimanapun
Bangunan
38 907 704
Jasa lainnya
12 746 225

0.03
0.04
2.17
0.01

46
1 109
14 640
141

639
5 514
210 813
664

0.80
14.57
31.44
24.60

36 690
338 486
1 037 113
69 220

49 798
804 341
3 429 584
1 546 605

2.06

21 290

32 882

92.15
8.39

35 854 445
1 069 187

Keterangan :
Kolom (6) = kol (3) + kol (4) + kol (5)
Kolom (8) = kol (7) x kol (6)
Kolom (10) = kol (9) + kol (8)

43 004 172

Dari hasil estimasi komoditi impor yang telah dilakukan, nilai landed cost
dikalikan dengan persentase tertentu, akan mendapat nilai komoditi tersebut
yang menjadi barang modal. Nilai barang modal yang telah diperoleh masih
berdasarkan harga produsen sehingga untuk memperoleh nilai barang modal
atas dasar harga pembeli perlu ditambahkan dengan TTM. Proses untuk
mendapatkan nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 di atas. Sedangkan
pada Tabel 5.2 ditunjukkan estimasi barang modal yang berasal dari produksi
dalam negeri dan yang berupa bangunan.

139

140

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

5.1.4

Perubahan Inventori

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

inventori. Penilaian harus berdasarkan harga yang berlaku pada waktu


penambahan inventori tersebut dilakukan.

a. Ruang Lingkup

Pengurangan terhadap inventori untuk proses produksi atau untuk dijual

Yang dimaksud dengan inventori adalah persediaan barang-barang baik

dinilai atas dasar harga produsen apabila dihasilkan sendiri dan atas harga
pembeli apabila diperoleh dari unit ekonomi lainnya. Barang-barang yang

berasal dari pembelian, yang akan dipakai sebagai input pada suatu kegiatan
ekonomi atau untuk dijual lagi, maupun barang yang dihasilkan oleh unit-unit

sedang dalam proses pengerjaan dinilai dengan harga produsen apabila ada
harganya di pasaran, akan tetapi bila tidak ada harga di pasar, maka barang

produksi yang belum terjual, baik dalam bentuk barang jadi maupun barang
setengah jadi.

tersebut dinilai berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Prinsip penilaian


perubahan inventori adalah konsisten dengan prinsip penilaian output kotor

Para pemegang inventori tersebut adalah produsen, pedagang dan

(gross output) dan biaya antara.

pemerintah. Yang disebut inventori pada pemerintah adalah barang-barang


yang dibeli untuk keperluan strategi, seperti bahan pangan dan bahan bakar

c. Klasifikasi Inventori Menurut Jenis Barang

yang disediakan guna keperluan pada waktu krisis. Alat-alat berat seperti
kapal, pesawat terbang dan lain-lain yang sedang dalam proses pengerjaan

1. Sektor

penghasil

barang

yaitu

pertanian,

kehutanan,

perikanan,

merupakan inventori pada produsen. Bangunan yang sedang dikerjakan tidak

pertambangan, industri, gas dan air minum dan bangunan/konstruksi,

termasuk inventori merupakan bagian dari pembentukan modal tetap bruto.


Dalam hal peternakan, pemeliharaan ternak untuk dipotong

dengan jenis inventori seperti:


a. Bahan baku dan bahan penolong

diklasifikasikan sebagai inventori. Dalam praktek sangat sulit memisahkan


ternak untuk dipotong dengan ternak untuk tujuan lainnya, karena pada

Semua bahan baku dan bahan penolong yang disediakan untuk


proses lebih lanjut, dirakit atau dicetak dan untuk perbaikan.

akhirnya semua ternak itu akan dipotong.


Apabila semua inventori akhir tahun yang ada pada produsen, pedagang

Termasuk barang lainnya yang digunakan untuk sektor bangunan


dan minyak, bahan bakar lainnya yang dibeli untuk keperluan

dan pemerintah tersebut dikurangi dengan inventori pada awal tahun maka

konsumsi. Tercakup pula inventori dari pupuk, pembasmi hama, bibit

akan diperoleh perubahan inventori pada tahun bersangkutan.

dan barang-barang pertanian lainnya.


b. Barang-barang yang sedang dalam proses pengerjaan dan belum

b. Penilaian Terhadap Penambahan dan Pengurangan inventori


c.
Penambahan inventori dinilai berdasarkan harga pembelian apabila
barang tersebut dibeli dari unit ekonomi lainnya dan berdasarkan harga

terjual.
Binatang ternak yang dipelihara untuk dipotong dan binatang ternak

lainnya kecuali yang termasuk dalam pembentukan modal tetap.


d. Barang-barang hasil produksi yang siap untuk dijual.

produsen jika barang tersebut merupakan hasil produksi dari si pemegang

141

142

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

2. Pedagang besar dan eceran


Barang-barang yang ada pada pedagang besar dan pedagang eceran

dalam f.o.b (free on board). Transaksi barang dan jasa pada prinsipnya

baik yang akan dijual maupun yang akan dipakai sebagai bahan baku

tersebut diberikan ke bukan penduduk. Untuk itu akan dijelaskan lebih lanjut

dan penolong untuk pembungkus, pengepak dan lain-lainnya.

mengenai transaksi barang dan jasa, penduduk dan f.o.b yang sesuai
dengan konsep SNA dan Neraca Pembayaran.

3. Sektor penghasil barang lainnya


Diantaranya mencakup inventori minyak dan bahan bakar lainnya dan
barang-barang untuk perbaikan dan pemeliharaan dan lain-lainnya.
4. Barang-barang strategi pemerintah
Inventori barang-barang strategi pemerintah seperti bahan pangan dan
bahan bakar yang disediakan untuk keperluan pada waktu kritis.
d. Metode Estimasi dan Sumber data

dicatat pada saat kepemilikan barang tersebut berpindah atau pada saat jasa

Transaksi ekonomi adalah suatu pertukaran nilai ekonomi oleh satu unit
ekonomi dengan unit ekonomi lainnya. Yang dimaksud dengan nilai ekonomi
adalah barang, jasa dan instrumen finansial. Transaksi ekonomi pada garis
besarnya dapat digolongkan atas: penjualan barang-barang untuk ditukarkan
dengan instrumen finansial, barter atau pertukaran barang dan jasa dengan
barang dan jasa lainnya dan dapat juga merupakan pemberian barang dan
jasa tanpa ada imbalan seperti hadiah, bantuan dan lain-lain.
Penduduk, yang dimaksud dengan penduduk dalam hal ini adalah
lembaga pemerintah, perorangan, perusahaan, baik perusahaan swasta
maupun perusahaan negara, serta lembaga swasta nirlaba yang berada di

Dalam penyusunan tabel input-output, data perubahan inventori diperoleh


dari berbagai survei maupun dari beberapa publikasi terbitan BPS. Data

wilayah domestik (wilayah yang berada dalam batas geografis).


- Penduduk Lembaga pemerintah terdiri atas pemerintah pusat dan daerah

perubahan inventori yang tersedia hanya beberapa sektor, serta tidak terinci
secara detail menurut komoditi yang ada pada klasifikasi input-output.

termasuk kedutaan dan konsulat di luar negeri. Badan dunia seperti IMF,
Bank Dunia dan sejenisnya serta kedutaan dan konsulat asing yang

Sehingga untuk memperoleh data perubahan inventori menurut klasifikasi


input-output dilakukan melalui proses rekonsiliasi dengan memperhatikan

berlokasi di wilayah domestik dianggap sebagai bukan penduduk.


Penduduk perorangan adalah semua orang yang tinggal di wilayah

antara alokasi penggunaan output dengan jumlah penyediaan.

domestik, kecuali:

5.1.5

a. wisatawan asing yang tinggal di wilayah domestik kurang dari satu


tahun dengan tujuan untuk bertamasya, berobat, beribadah,

Ekspor

Pengertian ekspor dalam tabel input-output adalah transaksi-transaksi

kunjungan keluarga, pertandingan olah raga, konperensi dan


sebagainya.

ekonomi yang dilakukan oleh penduduk suatu negara/region dengan pihak


luar negeri/region lain. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa

b. awak kapal/pesawat asing yang sedang singgah atau perbaikan di


wilayah domestik.

pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi dan transaksi komoditi

c.

lainnya. Penilaian ekspor barang atas dasar harga produsen dinyatakan

143

pengusaha atau pegawai perusahaan yang berlokasi di luar negeri


sedang berada di wilayah domestik kurang dari satu tahun.

144

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

d. pekerja musiman yang berada di wilayah domestik kurang dari satu


tahun.

b. Ekspor Barang Dagangan


Ekspor barang dagangan mencakup perpindahan barang dagangan dari

e. staf kedutaan/konsulat asing yang tinggal di wilayah domestik


f.
-

pegawai badan internasional bukan warga negara yang bertugas di


wilayah domestik kurang dari satu tahun.

Penduduk perusahaan adalah unit usaha yang melakukan kegiatan


produksi dan transaksi di wilayah domestik, termasuk cabang

wilayah domestik ke luar negeri, meliputi:


- penjualan kapal laut dan pesawat udara, baru maupun bekas, terlepas
-

dari apakah barang tersebut melalui bea cukai atau tidak


penjualan listrik, gas dan air

perusahaan asing.
Penduduk lembaga nirlaba terdiri atas semua lembaga nirlaba yang

penjualan emas untuk keperluan industri oleh penduduk ke bukan


penduduk

berlokasi di wilayah domestik.

penjualan bahan baku dan perbekalan lainnya untuk kapal laut, pesawat

udara dan sejenisnya oleh penduduk ke bukan penduduk


minyak dan gas bumi yang diambil oleh penduduk dari perairan nasional

negara pengekspor, yang meliputi: harga barang, pajak ekspor dan


sejenisnya, biaya pengangkutan sampai ke batas negara, biaya asuransi

atau internasional kemudian didaratkan langsung di luar negeri


ikan yang dijual langsung oleh kapal nelayan nasional di luar negeri

pengangkutan sampai ke atas kapal, komisi, biaya pembuatan dokumen,

penjualan persenjataan dan peralatan militer

biaya kontainer, biaya pengepakan, biaya


kapal/pesawat udara/alat transport lainnya.

penjualan karya seni dan koleksi barang antik


barang selundupan, ditemukan atau tidak oleh bea cukai

paket pos, selain langganan langsung surat kabar dan majalah


dan sebagainya

Harga Free on Board (f.o.b) adalah harga barang sampai di atas kapal

pemuatan

barang

ke

a. Klasifikasi Ekspor Barang dan Jasa


Jenis komoditi yang dicakup dalam transaksi ekspor barang dan jasa
dirangkum dalam suatu klasifikasi yang meliputi:
-

transaksi ekspor barang dagangan


transaksi ekspor jasa pengangkutan dan komunikasi

transaksi ekspor jasa asuransi


pembelian langsung di wilayah domestik oleh kedutaan/konsulat asing

serta badan internasional yang berada di wilayah dometik


pembelian langsung di wilayah domestik oleh rumahtangga bukan
penduduk

Yang tidak termasuk ekspor barang dagangan seperti:


-

barang transit langsung

barang keperluan sehari-hari wisatawan manca negara


barang untuk pameran, contoh atau barang yang tidak diperdagangkan,
kontainer, serta binatang-binatang untuk pengembangbiakkan dan
perlombaan

pemindahan barang ke luar negeri semata-mata untuk perbaikan


transfer mesin, peralatan dan barang lainnya (termasuk film untuk
gedung bioskop dan teknisinya) ke bukan penduduk dengan sistem sewa

ekspor barang dan jasa lainnya

145

146

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

c. Ekspor Jasa Pengangkutan dan Komunikasi


Ekspor jasa pengangkutan dan komunikasi mencakup jasa angkutan
barang (freight), jasa angkutan penumpang, serta jasa pengangkutan lainnya
dan komunikasi.
Jasa angkutan barang meliputi pengangkutan barang oleh perusahaan

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

dikeluarkan oleh bukan penduduk sehubungan penggunaan jasa dari


perusahaan penduduk.
d. Ekspor Jasa Asuransi

penduduk melalui pengoperasian alat angkutannya seperti kapal laut,

Ekspor jasa asuransi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu jasa
asuransi pengangkutan barang dan jasa asuransi lainnya. Ekspor jasa

pesawat udara dan sejenisnya.

asuransi pengangkutan barang meliputi jasa asuransi yang dihasilkan


perusahaan penduduk sehubungan dengan jaminan terhadap:

Ekspor jasa angkutan barang meliputi jasa angkutan barang yang dilakukan

ekspor barang dagangan

perusahaan penduduk, sehubungan dengan:


- pengangkutan barang dagangan

pengangkutan barang yang tidak tergolong barang dagangan dari/ke


wilayah domestik atas biaya bukan penduduk

pengangkutan barang impor ke batas bea cukai negara pengimpor


pengangkutan barang impor ke batas bea cukai negara pengekspor

pengangkutan barang transit milik bukan penduduk yang melalui wilayah


domestik

pengangkutan barang milik bukan penduduk dalam dan antar negara di

luar negeri
pengangkutan barang impor menuju batas bea cukai negara pengekspor
barang impor tersebut

barang impor tersebut.


Ekspor jasa asuransi lainnya meliputi biaya sehubungan dengan asuransi
kebakaran, kehilangan dan kerusakan barang yang tidak berkaitan dengan
pengangkutan barang, reasuransi pengangkutan barang, asuransi

Ekspor jasa angkutan penumpang meliputi semua jasa yang diberikan


perusahaan penduduk untuk pengangkutan penumpang bukan penduduk ke

kecelakaan, kerugian, kesehatan dan sejenisnya, asuransi jiwa dan


sebagainya yang dikeluarkan oleh bukan penduduk sehubungan dengan jasa

luar negeri, antar dan dalam negeri di luar negara. Tidak termasuk disini

asuransi yang dihasilkan.

pengangkutan penumpang bukan penduduk di wilayah domestik oleh


perusahaan penduduk (dimasukkan sebagai pembelian langsung barang dan

Pembelian langsung di wilayah domestik oleh kedutaan/konsulat asing,


badan internasional serta oleh rumah tangga bukan penduduk dicakup

jasa diwilayah domestik oleh rumah tangga bukan penduduk).

sebagai ekspor komoditi dan pembelian langsung oleh konsulat negara dan
rumah tangga penduduk di luar negeri digolongkan sebagai impor komoditi.

Ekspor jasa angkutan lainnya dan komunikasi meliputi biaya carter/sewa alat
angkutan, biaya buruh dan bongkar muat lainnya dan biaya pelabuhan
(laut/udara), biaya untuk jasa kapal tunda dan sejenisnya, biaya untuk
operasi penyelamatan, jasa pos, telegram, telepon, radio dan televisi yang

147

148

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

e. Ekspor Barang dan Jasa Angkutan Lainnya

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

warga negara Indonesia dengan warga negara asing dapat dibedakan


dengan jelas, namun tidak demikian halnya dengan penduduk provinsi,

Bagian ini meliputi ekspor barang dan jasa selain dari ekspor barang

sangat sulit membedakan apakah orang tersebut penduduk provinsi tersebut

dagangan, jasa pengangkutan dan komunikasi, jasa asuransi, pembelian


langsung di wilayah domestik oleh kedutaan/konsulat asing serta badan

atau bukan. Sehingga jasa yang diberikan ke penduduk provinsi lain sulit
diperkirakan, misalnya jasa angkutan, jasa komunikasi dan sebagainya.

internasional yang berada di wilayah domestik, pembelian langsung di


wilayah domestik oleh rumah tangga bukan penduduk. Bagian ini terdiri atas

Sumber data yang digunakan dalam memperkirakan nilai ekspor barang


dan jasa diperoleh dari buku Statistik Perdagangan Luar Negeri terbitan BPS,

barang dan jasa yang sangat beraneka ragam seperti: (i) biaya reparasi
barang yang diterima dari luar negeri, (ii) margin perdagangan atas barang-

Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia publikasi BI, buku Tahunan


Statistik Pertambangan Indonesia publikasi Departemen Pertambangan dan

barang yang dibeli dari negara lain ke negara ketiga, (iii) biaya administrasi,

Energi dan dari sumber data lainnya.

pengolahan dan konsultasi serta biaya kantor perusahaan cabang dan anak
perusahaan yang dibayarkan perusahaan induk serta transaksi sejenis antara

Dalam tabel Input-output transaksi ekspor barang dan ekspor jasa,


masing-masing diberi kode: 305 dan 306.

nonresiden dan residen, (iv) komisi untuk penanggung dan biaya lainnya atas
penerbitan surat-surat berharga swasta yang dijual di luar negeri, (v) biaya

g. Ekspor Barang

agen perantara yang beroperasi untuk pihak asing dan biaya yang berkaitan
Perkiraan nilai ekspor barang dagangan (merchandise) dilakukan dengan

dengan emas bukan industri, (vi) penyewaan mesin, peralatan, film, dan
sejenisnya, (vii) biaya advertensi, (viii) penyewaan ruang kantor dan

menggunakan data statistik Perdagangan Luar Negeri BPS. Nilai ekspor

pengeluaran lain yang dibayar kembali oleh perusahaan, (ix) pembayaran


langganan langsung surat kabar dan majalah, (x) keuntungan atau kerugian

barang yang tersedia adalah nilai ekspor barang yang diolah dengan metode
"carry over". Untuk kebutuhan penyusunan tabel input-output, nilai ekspor

akibat pengambilan keputusan dalam hal pembagian deviden dengan orang


asing, (xi) hadiah barang yang dikirim ke luar negeri oleh rumah tangga

barang yang diolah dengan metode carry over tersebut perlu disesuaikan

penduduk, (xii) barang dan harta benda milik rumah tangga migran, dan (xiii)

tersedia pada tahun yang bersangkutan. Nilai ekspor barang yang tersedia
tersebut dirinci menurut kode Harmonized System (HS), sehingga harus

transaksi barang dan jasa yang tidak tergolong dimana-mana.

untuk memperoleh nilai ekspor barang aktual, yaitu nilai ekspor barang yang

dilakukan konversi ke dalam klasifikasi kode input-output. Kode HS dalam hal


f.

Metode Estimasi dan Sumber Data

ini adalah merupakan suatu kode klasifikasi baik untuk barang dagangan
sebagai ekspor maupun sebagai impor yang digunakan sebagai pedoman

Untuk menghitung nilai ekspor barang dan jasa dalam penyusunan tabel
input-output pada tingkat nasional permasalahan yang dihadapi tidak begitu

dalam transaksi perdagangan internasional. Barang dagangan yang diekspor


dari suatu negara atau region adalah merupakan bagian dari output/hasil

sulit. Pada tingkat regional atau pada tingkat provinsi penghitungan ekspor

produksi dari suatu sektor tertentu, karena itu kode HS yang digunakan harus

menghadapi berbagai permasalahan, antara lain pada tingkat nasional antara

disesuaikan dengan sektor yang identik. Dalam penyusunan input-output,

149

150

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

klasifikasi yang dibentuk sesuai dengan sifat atau karakteristik dari suatu
komoditi. Sehingga semua ekspor barang yang mempunyai kode HS tertentu

kode HS ke dalam klasifikasi input-output, misalnya untuk kode HS


100610900 yang merupakan komoditi padi-padian. Dengan melihat dari jenis

dapat dibagi habis ke dalam klasifikasi input-output. Tidak ada satupun kode

komoditi dengan kode HS tersebut, ini bisa merupakan hasil produksi/output

HS yang tidak dapat disesuaikan atau dikonversi ke dalam kode input-output.


Untuk satu kode input-output bisa terdapat satu atau lebih kode HS. Nilai

dari sektor padi. Pada klasifikasi input-output berkode 001. Dan selanjutnya
mengidentifikasi kode HS secara keseluruhan ke dalam klasifikasi input-

ekspor barang yang dirinci menurut kode HS masih dalam satuan dolar US,
sehingga untuk mendapatkan nilai barang dalam satuan rupiah perlu

output. Hasil dari konversi ini dapat ditunjukkan pada Tabel 5.4 Setelah
diperoleh konversi kode HS ke dalam klasifikasi input-output, sub jumlah nilai

dikalikan dengan kurs ekspor (kurs dolar US terhadap rupiah untuk barang
ekspor). Kurs tersebut diperoleh dari rata-rata kurs beli dolar US yang

FOB dari setiap kode input-output adalah merupakan ekspor barang yang
terletak pada kolom 305 pada kuadran II.

diperoleh dari BI, ditimbang dengan nilai nominal ekspor barang bulanan
dolar US. Sebagai ilustrasi dapat dilihat prosedur konversi kode HS ke dalam
kode input-output pada contoh penghitungan di bawah ini.
Tabel 5.3
Ekspor Barang (aktual) Indonesia

No

Kode HS

Uraian

Berat
Bersih

FOB
(Rp. Ribu)

Tabel 5.4
Ekspor Barang Menurut Klasifikasi input-output
Kode IO
(baris)

Kode HS

001

100610900

10.513,00

sub total

10.513,00

Harga
per Unit
(Rp)
002

1. 060110000 Bulbs, tubus,


tubuous, roots,
couns & rhizuous,
dormant Peas
2. 070810000 fresh/chilled

87465

74562

116.864,09

13.444,05

265.081,43

9.727,22

:
dst

.
.
dst

47.490.039.119,32

1.339.733,50
1.366.959,36
29.432.546,34

sub total

32.139.239,20

10.513,00

32.139.239,20

.
.
42.490.039.119,32

9.093.215.526,82

Nilai ekspor yang telah ditransformasikan ke dalam nilai rupiah dapat


dilihat pada Tabel 5.3 kemudian dari tabel tersebut dilakukan konversi dari

151

Ekspor Barang
(Kode 305/kolom)

070990300
100510000
100590000

.
.
Total

Jumlah

FOB
(Rp. Ribu)

152

42.490.039.119,32

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

h. Ekspor Jasa

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

impor barang dagangan


impor jasa pengangkutan dan komunikasi

Nilai ekspor jasa diperkirakan dari publikasi Neraca Pembayaran BI. Nilai

Impor jasa asuransi

yang tersedia masih dalam dolar US, sehingga perlu dikalikan dengan kurs
ekspor untuk mendapatkan nilai jasa dalam rupiah. Dalam publikasi tersebut,

Pembelian langsung oleh kedutaan/konsulat negara di luar negeri


Pembelian langsung oleh rumah tangga penduduk di luar negeri

nilai ekspor jasa tidak tersedia secara terpisah, tetapi masih tergabung
dengan nilai impor jasa. Perkiraan nilai ekspor jasa, dihitung berdasarkan

Impor barang dan jasa lainnya

komponen-komponen ekspor jasa yang terdiri dari penggunaan fasilitas jasa


yang disediakan oleh penduduk Indonesia yaitu jasa perjalanan dan

1. Impor Barang Dagangan

parawisata, jasa asuransi, jasa komunikasi, jasa perusahaan, serta jasa-jasa

Impor barang dagangan mencakup pemasukan barang dagangan ke wilayah

lainnya.

domestik dari luar negeri, seperti:

5.1.6.

Impor

pembelian kapal laut dan pesawat terbang baru maupun bekas, terlepas
apakah barang tersebut melalui bea cukai atau tidak

Dalam tabel input-output transaksi impor barang dan jasa merupakan

pembelian listrik, gas dan air

bagian dari penyediaan bukan merupakan komponen permintaan akhir.


Beberapa pengertian yang berkaitan dengan transaksi ekonomi dan

pembelian emas untuk keperluan industri dari bukan penduduk


pembelian bahan bakar dan perbekalan lain untuk kapal laut, pesawat

udara dan sejenisnya


ikan yang dibeli langsung dari kapal nelayan asing

penduduk dalam cakupan impor sama halnya dengan pengertian dalam


komponen ekspor. Penilaian impor barang atas harga produsen dinilai dalam
at landed cost yaitu penjumlahan dari nilai barang cif (cost insurance freight),
pajak penjualan dan bea masuk. Yang dimaksud dengan harga cif adalah

minyak dan gas bumi milik bukan penduduk yang didaratkan langsung di
wilayah domestik

harga barang sampai di pelabuhan negara pengimpor, meliputi: harga fob,

pembelian persenjataan dan peralatan militer lainnya oleh pemerintah

biaya pengangkutan dari batas negara pengekspor ke batas negara


pengimpor, biaya bongkar barang dan biaya asuransi pengiriman barang.

bukan dari penduduk


pembelian karya seni dan koleksi barang antik dari luar negeri

pengiriman barang titipan dari luar negeri untuk dijual atau diproses lebih
lanjut

barang selundupan, apakah ditemukan atau tidak oleh bea cukai


paket pos dari luar negeri, selain langganan langsung surat kabar dan

a. Klasifikasi Impor Barang dan Jasa


Secara garis besar transaksi impor barang dan jasa dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:

majalah

153

154

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Tidak termasuk impor barang dagangan seperti pemasukan barangbarang yang bukan termasuk ekspor barang dagangan di atas.

Impor jasa angkutan penumpang meliputi semua jasa yang diberikan


perusahaan bukan penduduk untuk pengangkutan penumpang penduduk
antar negara di luar negeri, dari luar negeri ke wilayah domestik dan wilayah

2. Impor Jasa Pengangkutan dan Komunikasi

domestik. Tidak termasuk disini pengangkutan penumpang penduduk oleh


perusahaan bukan penduduk dalam suatu negara di luar negeri (akan

Impor jasa pengangkutan dan komunikasi dapat dirinci menjadi jasa


angkutan barang (freight), jasa angkutan penumpang, serta jasa

dimasukkan sebagai pembelian langsung barang dan jasa di luar negara oleh
rumah tangga penduduk).

pengangkutan lainnya dan komunikasi.


Jasa angkutan barang meliputi pengangkutan barang oleh perusahaan

Jasa angkutan lainnya dan komunikasi meliputi: biaya carter/sewa alat

melalui pengoporasian alat angkutannya seperti kapal laut, pesawat udara,

angkutan, biaya buruh dan bongkar muat lainnya dan biaya pelabuhan

dan sejenisnya.

(laut/udara), biaya untuk jasa kapal tunda dan sejenisnya, biaya untuk
operasi penyelamatan, jasa pos, telegram, telepon, radio dan televisi. Tidak

Impor jasa angkutan barang meliputi jasa angkutan barang yang dilakukan
oleh:

termasuk disini barang untuk keperluan alat pengangkutan seperti bahan


bakar dan perbekalan lain kapal laut dan pesawat udara (akan dimasukkan
sebagai barang dagangan). Termasuk jasa perbaikan dan pemeliharaan alat

1. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan impor


barang dagangan dari pelabuhan negara pengekspor.

angkutan yang diberikan oleh perusahaan pengangkutan, tetapi bila jasa


tersebut diberikan oleh perusahaan bukan pengangkutan tidak dimasukkan

2. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan barang


milik penduduk dalam dan antar negara di luar negeri.

disini (dimasukkan sebagai barang dan jasa lainnya).

3. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan barang


milik penduduk yang tidak tergolong barang dagangan ke/dari wilayah

Impor jasa pengangkutan lainnya dan komunikasi adalah besarnya


pengeluaran penduduk atas penggunaan jasa pengangkutan lainnya dan
komunikasi dari perusahaan bukan penduduk seperti tercakup dalam ruang

domestik.
4. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan barang
ekspor ke batas bea cukai negara pengekspor.

lingkup di atas.

pengeluaran

Alat angkutan yang dicarterkan/disewakan pemiliknya, sebenarnya tidak


terjadi perubahan kepemilikan. Bila pemilik alat angkutan tersebut adalah

penumpang di atas kapal serta biaya lainnya (biaya bagasi atau biaya barang
yang dibawa penumpang serta mobil dan sebagainya) sehubungan dengan

perusahaan di luar negeri sedang penggunaan atau pengoperasian alat


angkutan tersebut atas dasar carter/sewa oleh perusahaan penduduk, maka

pengangkutan penumpang.

biaya carter/sewa ini dianggap sebagai pembayaran jasa sewa oleh

Jasa

angkutan

penumpang

meliputi

155

tiket

penumpang,

156

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

penduduk dan alat angkutan tersebut diperlakukan sebagai barang modal


negara pemilik alat angkutan tersebut.

Impor jasa asuransi lainnya adalah jasa asuransi lainnya yang dihasilkan
oleh perusahaan bukan penduduk atas biaya penduduk.

Perlu dicatat bahwa apabila sewa/carter hanya untuk periode terbatas


seperti pelayaran/perjalanan satu arah dimana pemilik alat angkutan juga
sebagai operator, hal ini bukan jasa carter yang dimaksud di atas.

4. Pembelian Langsung oleh Kedutaan/Konsulat di Luar Negeri


Yang dimaksud pembelian langsung kedutaan/konsulat negara di luar
negeri adalah pembelian dikurangi penjualan barang, peralatan serta barang

3. Impor jasa Asuransi


Impor jasa asuransi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu jasa

dan jasa lainnya oleh kedutaan/konsulat negara di luar negeri. Termasuk


pengeluaran pembangunan gedung dan pekerjaan lainnya, sewa gedung dan

asuransi pengangkutan barang dan jasa asuransi lainnya.

bangunan lainnya, komisi untuk penanggung surat berharga pemerintah yang

Impor jasa asuransi pengangkutan barang mencakup:


1. Jasa asuransi baik yang dihasilkan oleh perusahaan bukan penduduk

dijual di luar negeri.


Pembelian langsung oleh kedutaan konsulat di luar negeri digolongkan

maupun
perusahaan
penduduk
sehubungan
pengangkutan impor barang dagangan.

dengan

resiko

2. Jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan bukan penduduk sehubungan

sebagai impor komoditi.


5. Pembelian Langsung oleh Rumah Tangga Penduduk di Luar negeri

dengan resiko pengangkutan barang dalam dan antar negara di luar


negeri atas biaya penduduk.

Bagian ini mencakup pengeluaran penduduk perorangan di luar negeri

3. Jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan bukan penduduk sehubungan


dengan jaminan pengangkutan bukan barang dagangan dari/ke wilayah

seperti wisatawan, pegawai pemerintah, awak kapal, pekerja perbatasan


maupun pekerja musiman, anggota korps diplomatik dan anggota militer yang

domestik atas biaya penduduk.


4. Jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan bukan penduduk sehubungan

ditempatkan di luar negeri. Pengeluaran yang dicakup termasuk pengeluaran


konsumsi rumah tangga, apakah dikonsumsi di tempat, di tempat lain, atau

dengan resiko pengangkutan barang ekspor ke batas bea cukai negara

dibawa ke negara tempat tinggal, termasuk juga jasa pengangkutan lokal.

pengekspor.

Pengeluaran wisatawan bisnis, pegawai pemerintah, awak kapal dan


sebagainya, yang diganti kembali oleh perusahaan mereka, tidak

Impor jasa asuransi lainnya meliputi biaya sehubungan dengan asuransi

dimasukkan.

kebakaran, kehilangan dan kerusakan barang yang tidak berkaitan dengan


pengangkutan barang, reasuransi pengangkutan barang, asuransi
kecelakaan, asuransi kerugian, kesehatan dan sejenisnya, asuransi jiwa, dan

6. Impor Barang dan Jasa Lainnya


Bagian ini meliputi impor barang dan jasa selain dari impor barang

sebagainya.

dagangan, jasa pengangkutan dan komunikasi, jasa asuransi, pembelian

157

158

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

langsung oleh kedutaan/konsulat di luar negeri, dan pembelian langsung di


luar negeri oleh rumah tangga penduduk. Bagian ini terdiri atas barang dan

tersedia juga dirinci menurut kode HS serta masih dalam satuan dolar US.
Untuk memperoleh nilai impor barang dalam rupiah maka harus dikalikan

jasa yang sangat beraneka ragam seperti: (i) biaya reparasi barang yang

dengan kurs impor (kurs dolar US terhadap rupiah untuk barang impor). Kurs

dikirim ke luar negeri, (ii) margin perdagangan atas barang-barang yang


dikirim atau dijual ke negara ketiga, (iii) biaya administrasi, pengolahan dan

diperoleh dari rata-rata kurs jual dolar US bulanan dari BI ditimbang dengan
nilai nominal impor barang bulanan BPS. Kemudian dilakukan konversi dari

konsultasi serta biaya kantor perusahaan cabang dan anak perusahaan yang
dibayarkan perusahaan induk serta transaksi yang sejenis antara nonresiden

kode HS kedalam klasifikasi input-output sama halnya dengan ekspor


barang. Contoh penghitungan impor barang Indonesia.

dan residen, (iv) komisi untuk penanggung dan biaya lainnya atas penerbitan
surat-surat berharga swasta yang dijual di luar negeri, (v) biaya agen

Tabel 5.5

perantara yang beroperasi untuk pihak asing dan biaya lain yang berkaitan

Impor Barang (aktual) Indonesia

dengan emas bukan industri, (vi) penyewaan mesin, peralatan, film, dan
sejenisnya, (vii) biaya advertensi, (viii) penyewaan ruang kantor dan

(Setelah dikalikan dengan kurs impor)

pengeluaran lainnya yang dibayar kembali oleh perusahaan, (ix) pembayaran


langganan surat kabar dan majalah, (x) keuntungan atau kerugian akibat
pengambilan keputusan dalam hal pembagian deviden dengan orang asing,
(xi) hadiah barang yang dikirim atau diterima dari luar negeri oleh rumah
tangga penduduk, (xii) barang dan harta benda milik rumah tangga migran,
dan (xiii) transaksi barang dan jasa yang tidak tergolong dimana-mana.
b. Metode Estimasi dan Sumber Data
1. Impor Barang Dagangan

CIF
(Rp Ribu)

PPN
(Rp Ribu)

Bea Masuk
(Rp Ribu)

Landed Cost
(Rp Ribu)

100510000
100590000
060110000
260120000
061209000
720230000
.
.

425
200
165
550
350
170

50
40
30
150
25
10

25
60
20
50
25
20

500
300
215
750
400
200

Jumlah

10.000

3.000

2.000

15.000

No.

Kode HS

1
2
3
4
5
6

Perkiraan nilai impor barang dagangan (merchandise) dilakukan dengan


menggunakan data statistik Perdagangan Luar Negeri yang diterbitkan oleh
BPS. Nilai impor barang yang tersedia adalah nilai impor barang yang diolah
dengan metode carry over seperti halnya ekspor barang. Untuk kebutuhan
penyusunan tabel input-output, nilai impor barang hasil pengolahan dengan
carry over tersebut perlu disesuaikan untuk memperoleh nilai impor barang
aktual (perlakukannya sama dengan ekspor barang). Nilai impor barang yang

159

Dari Tabel 5.5 impor barang menurut kode HS, kemudian


diidentifikasi dengan memperhatikan karakteristik atau sifat dari kode HS
tersebut ke dalam klasifikasi input-output yang sesuai. Sebagai contoh untuk
kode HS 100510000 yang merupakan komoditi biji jagung (corn seeds) dan
kode HS 100590000 biji jagung lainnya (corn other seeds) ini merupakan
komoditi yang sesuai pada sektor 002 yaitu pertanian biji-bijian jagung.

160

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Kode HS 060110000 yaitu umbi-umbian dan kode HS 061209000 yaitu umbiumbian lainnya. Keduanya tersebut pada klasifikasi INPUT-OUTPUT sesuai
pada sektor 004 yaitu umbi-umbian lainnya.
Kode HS 26120000 alat pemanggang dari besi, dan kode HS 720230000
logam besi campuran. Dilihat dari jenis komoditinya ini sesuai pada klasifikasi
input-output sektor 105 yaitu industri besi dan baja dasar.
Ini semua dilakukan untuk semua kode HS yang ada pada suatu
tahun tertentu. Untuk lebih jelasnya contoh konversi kode HS ke dalam
klasifikasi input-output dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6
Konversi Komoditi Impor Menurut Kode HS
ke Dalam Klasifikasi Input-Output

Kode
I-O

Kode
HS

CIF
(Rp Ribu)

PPN
(Rp Ribu)

Bea Masuk
(Rp Ribu)

Landed Cost
(Rp Ribu)

002

100510000
100590000

425
200

50
40

25
60

500
300

Sub Total

625

90

85

800

060110000
061209000

165
350

30
25

20
25

215
400

Sub Total

515

55

45

615

260120000
720230000

550
170

150
10

50
20

750
200

10.000

3.000

2.000

15.000

004

105
Grand
Total

Di dalam penyusunan input-output terutama yang terletak pada kuadran I


yaitu permintaan antara serta pada kuadran II yaitu mengenai permintaan

161

akhir, kedua-duanya mengandung unsur dari komoditi impor. Atau dengan


kata lain adanya alokasi komoditi impor baik yang ke permintaan antara
maupun yang ke permintaan akhir. Sehingga setelah diperoleh nilai impor
barang yang telah dikonversi dari kode HS ke dalam klasifikasi input-output
perlu dilakukan satu tahapan yang memerlukan tingkat konsentrasi yang
relatif tinggi yaitu "Destinasi Komoditi Impor". Destinasi komoditi impor
merupakan identifikasi komoditi impor yang dirinci menurut kode HS yang
telah diklasifikasikan ke dalam kode input-output untuk dialokasikan yang
sesuai dengan karakteristik klasifikasi input-output apakah sebagai input
antara pada sektoral atau sebagai permintaan akhir.
Pada tahap pertama dilakukan destinasi yang hanya mengidentifikasi
kode HS yang telah dikonversi untuk dialokasikan apakah sebagai input
antara ke masing-masing sektor atau digunakan sebagai permintaan akhir.
Misalnya sebagai contoh, dari Tabel 2 dengan kode HS 100510000 yang ada
di sektor input-output berkode (002) setelah diidentifikasi ternyata sesuai
dengan karakteristik dari komoditi impor tersebut, digunakan sebagai
permintaan antara pada sektor 052 yaitu sektor tepung lainnya selain terigu,
padi-padian giling dan umbi-umbi kupasan, dan pada sektor 060 yaitu sektor
makanan lainnya. Selain itu juga sebagai konsumsi rumah tangga (301) dan
sebagai inventori (304) pada permintaan akhir. Kode HS 060110000 yang
ada di sektor 004 digunakan sebagai permintaan antara pada sektor 140
(sektor restoran) dan sektor 155 (sektor jasa kesehatan). Begitupun
digunakan sebagai konsumsi rumah tangga (kode 301) pada permintaan
akhir.
Kode HS 260120000 yang ada pada sektor 105 bila dilihat dari
karakteristik komoditinya, ini sesuai digunakan sebagai permintaan antara
pada sektor 106 (sektor barang-barang dari besi dan baja dasar), pada sektor
114 (mesin dan perlengkapannya), sektor 119 (perlengkapan listrik lainnya)
serta sektor-sektor lainnya. Sedangkan pada permintaan akhir hanya
mungkin sebagai inventori (kode 304). Karena sesuai dengan sifat dari
komoditi tersebut tidak mungkin digunakan sebagai konsumsi maupun
sebagai pembentukan modal. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Tabel 5.7.

162

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Tabel 5.7
Destinasi Komoditi Impor menurut
Kode HS dan Kode Input-Output
Kode I-O(Baris)

Kode HS

100510000
002
100590000

060110000

061209000

.
.
.
260120000

105

720230000

.
.
.
.
.
.

163

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

Tahap selanjutnya untuk mengalokasikan nilai komoditi impor yang


digunakan ke masing-masing sektor sebagai input antara maupun ke
permintaan akhir, menggunakan proporsi alokasi output. Dengan kata lain

Kode I-O
(Kolom)
052
060
301
304
052
060
301
140
155
301
140
141
151
301
.
.
.
106
114
119
304
081
106
114
115
116
134
304
.
.
.

setelah tahap pertama diperoleh destinasi kode HS seperti pada Tabel 5.7,
maka nilai yang dialokasikan adalah merupakan nilai landed cost dengan
menggunakan alokasi output ke masing-masing sektor baik sebagai
permintaan antara maupun sebagai permintaan akhir. Formulasi yang
digunakan adalah sebagai berikut:

M hij =

X ij

M hi
ij

X ij = output sektor (baris) i yang digunakan pada sektor (kolom) j

M hi = nilai impor komoditi HS h pada sektor (baris) i


M hij = impor komoditi Hs h dari sektor (kolom) j.

ij

= jumlah output sektor (baris) i yang digunakan pada sektor (kolom) j.

Hasil destinasi nilai komoditi impor sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Tabel
5.8.
Untuk sektor industri penggunaan input antara yang bersumber dari
komoditi impor disesuaikan dengan struktur input dari statistik industri yang
berasal dari komoditi impor.
Jumlah nilai impor yang telah didistribusikan ke masing-masing sektor
(kolom) baik sebagai permintaan antara maupun sebagai permintaan akhir,
jumlah nilai tersebut merupakan jumlah permintaan/demand berkode 310.
Nilai tersebut harus sesuai dengan nilai impor dari sisi penyediaan/supply
yang merupakan nilai landed cost.

164

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Tabel 5.8
Contoh Penghitungan Alokasi Nilai Impor per Kode HS Ke dalam Sektor
Input-Output yang Menggunakan (Kode Input-Output Secara Kolom)

(3)
052
060
301
304

Alokasi
Output
(Rp. Ribu)
(4)
150
200
125
300

Jumlah

775

100590000

052
060
301

150
200
125

Jumlah

475

140
155
301
140
141
155
301

75
100
125
300
25
50
45
60
180
200
100
50
50
400

Kode I-O
Baris

Kode HS

(1)

(2)
100510000

002

060110000
Jumlah
004
061209000

Kode I-O
Kolom

Jumlah
260120000
005

Jumlah
.
.
.

106
114
119
304
-

Nilai Impor
(Rp. Ribu)
(5)
97
129
81
193
500
(Nilai landed cost)
95
126
79
300
(Nilai landed cost)
54
72
89
215
55
111
100
134
400
375
187
94
94
750

Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor

2. Impor Jasa
Nilai impor jasa diperkirakan dengan menggunakan data dari buku yang
sama dengan ekspor jasa yaitu statistik ekonomi dan keuangan Indonesia
yang diturunkan dari neraca pembayaran yang disajikan oleh BI. Ikhtisar,
pendekatan dan metode penghitungan yang digunakan pada impor jasa
sama seperti yang dipakai pada ekspor jasa.

.
.
.

165

166

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Penyusunan
Tabel Input-Output:
Proses Rekonsiliasi dan
Penyusunan Tabel Transaksi
Harga Produsen
Dengan menggunakan teknik yang telah dibahas pada Bab 5 dan 6

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

dilakukannya proses keseimbangan ini adalah untuk melihat sampai


seberapa jauh tingkat konsistensi data yang digunakan. Dengan demikian
proses rekonsiliasi ini akan membawa data ke dalam suatu sistem yang
harmonis dan sempurna.
Seperti diketahui bahwa dalam menyusun tabel Input-Output akan
menggunakan bermacam-macam data yang diperoleh dari berbagai sumber.
Meskipun data yang dikumpulkan oleh masing-masing sumber tersebut
mempunyai maksud dan tujuan yang sama, tetapi kadang kala menghasilkan
data yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan data yang
dikumpulkan menjadi tidak konsisten antara satu sumber dengan sumber

maka sudah dapat disusun kuadran I, II dan III tabel input-output. Akan tetapi
basis estimasi yang digunakan adalah untuk memperoleh estimasi kolom per

lain. Perbedaan yang mendasar antara lain disebabkan karena:

kolom, sehingga kaidah hubungan antar variabel sepanjang baris tabel inputoutput belum tentu dapat terpenuhi. Untuk itu masih diperlukan satu tahap

a. Ruang lingkup/cakupan data


b. Teknik pengumpulan dan pengolahannya

lagi dalam menyusun tabel input-output, yaitu tahapan proses rekonsiliasi.

c.

Kegiatan utama ini adalah melakukan penyeimbangan antara transaksi


sepanjang baris dengan transaksi sepanjang kolom. Pengertian dan teknik

Kepentingan penyajian dan informasi yang akan disampaikan, dan


sebagainya.

untuk melakukan proses rekonsiliasi inilah yang akan dibahas lebih jauh pada
bab ini.

Apabila data yang tersedia dan akan digunakan dalam penyusunan tabel
input-output tidak konsisten, maka akan berpengaruh terhadap penyusunan

Selain tentang rekonsiliasi, bab ini akan membahas pula tentang


penyusunan tabel transaksi harga produsen. Pokok bahasan terakhir ini

tabel input-output itu sendiri. Penggunaan data yang tidak konsisten akan
menyebabkan ketidak seimbangan (unbalance), baik pada sisi kolom

penting mengingat model input-output pada umumnya dikembangkan dengan

(struktur input) maupun sisi baris (alokasi output). Agar keseimbangan dapat

menggunakan penilaian harga produsen, sementra estimasi tabel inputoutput tahap awal adalah untuk harga pembeli sesuai dengan data yang

dicapai, maka perlu dilakukan proses rekonsiliasi dengan cara membuat


seimbang antara isian sisi baris dan sisi kolom.

tersedia.

Oleh karena itu penyusunan tabel input-output disamping sangat berguna


untuk menilai dan mengevaluasi sampai seberapa jauh tingkat konsistensi

6.1 Proses Rekonsiliasi (Penyeimbangan Sisi Kolom dan Sisi Baris)

data yang dikumpulkan oleh berbagai sumber, juga dapat digunakan untuk
kepentingan-kepentingan lainnya.

Proses rekonsiliasi adalah suatu proses di mana isian data dalam sel-sel
pada matriks tabel input-output harus dibuat seimbang (balance). Tujuan

167

168

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

6.1.1

Ilustrasi Proses Rekonsiliasi

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

b. Perapihan Baris

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam penyusunan tabel

Proses perapihan baris dilakukan setelah perapihan kolom. Proses ini

input-output ini dapat dipelajari dan disajikan keseimbangan antara


penyediaan (supply) dan permintaan (demand). Dengan kata lain proses

bertujuan untuk meneliti isian sel-sel data yang terbentuk dari perapihan
kolom. Ditinjau dari sisi baris, isian pada setiap sel menunjukkan besaran

rekonsiliasi adalah menyamakan isian data pada sisi penyediaan dan sisi
permintaan, atau isian sisi baris sama dengan sisi kolom. Sebelum proses

output dari masing-masing sektor penghasil yang menjadi input di sektor


pengguna baik sebagai permintaan antara maupun permintaan akhir.

rekonsiliasi, perlu dilakukan proses perapihan data baik dari sisi kolom
maupun sisi baris dengan uraian sebagai berikut:

Dengan membaca baris secara berurutan dari sektor kolom berkode 1


sampai dengan yang terakhir, menunjukkan alokasi/distribusi output yang
bervariasi antar sektor pengguna. Memang secara otomatis sel-sel yang

a. Perapihan Kolom

terisi berasal dari pengisian pada sisi kolom. Bila sel terisi pada sektor
kolom dan baris yang berkode sama, maka sel tersebut biasa disebut

Yang pertama kali dilakukan adalah menyusun dan mengurutkan struktur


input dari masing-masing kelompok komoditi (kolom), mulai dari kolom

sebagai sel diagonal. Pengisian sel tersebut bisa dilakukan dari 2 sisi
baik dari struktur input ataupun dari alokasi output pada sektor yang

yang berkode 1 sampai dengan terakhir. Susunan input yang terdiri dari

sama.

input antara dan input primer ini akan membentuk "matriks", yang di
dalam tabel input-output merupakan isian pada kuadran I dan III.

menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan data antara permintaan dan


penyediaan.

Isian

pada

sel

yang

sama

tetapi

sumbernya

berbeda,

Kuadran I menggambarkan struktur input/permintaan antara dari masingmasing sektor, sedangkan kuadran III menggambarkan struktur input

Apabila perapihan kolom dan baris sudah selesai, maka bisa dilanjutkan

primer/nilai tambah brutonya.


Langkah berikutnya adalah menyusun komponen konsumsi/ penggunaan

dengan proses rekonsiliasi. Proses ini bertujuan untuk memb. uat seimbang
antara isian sisi kolom dan sisi baris yang biasanya dilakukan secara

dari masing-masing kelompok permintaan/ konsumen akhir menurut

berulang kali.

kolom. Isian dari sel-sel tersebut menjadi bagian pada kuadran II. Apabila
isian kolom demi kolom tersebut sudah disusun, bukan berarti

Dari hasil perapihan kolom dan baris akan terbentuk kerangka tabel input-

penyusunan tabel input-output selesai, karena masih ada komponen


1)
impor yang masih harus ditambahkan sebagai bagian dari sisi

output dengan posisi sebagai berikut:

persediaan. Selain itu masih perlu ditambahkan pula dengan komponen


TTM (Trade and Transport Margin).
1
Total input/penggunaan di masing-masing kolom bisa berasal dari produksi domestik (dalam negeri) dan impor
(luar negeri)

169

170

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen

b. Sisi baris :

Kolom
1

180

309

310

409

509

600

700

800

Baris

1
2
3
4

kolom kode 1 s.d 5 = sektor ekonomi sebagai pengguna/ pemakai dari


sektor baris sebagai permintaan antara
kolom 180 = jumlah permintaan antara (1 s.d. 5)
kolom 309 = jumlah permintaan akhir (301 s.d. 306)
kolom 310 = jumlah permintaan (antara dan akhir)
kolom 409 = jumlah impor (401 s.d. 404)
kolom 509 = jumlah
marjin
perdagangan
dan
biaya
pengangkutan (501 s.d 503)
kolom 600 = jumlah/total output domestik
kolom 700 = jumlah penyediaan (supply)
kolom 800 = sel-sel ketidak seimbangan (unbalance)

Dengan kerangka tersebut di atas, proses rekonsiliasi dapat menggunakan


formula matematis yang dijabarkan dalam bentuk persamaan, yaitu
merupakan penjumlahan/ pengurangan pada masing-masing isian sel
kolom/baris di setiap sektor. Formula/persamaan tersebut adalah sebagai
berikut:

190
200
209
210
220

a. Secara kolom
(190)
= (1) + (2) + (3) + (4) + (5)
(209)
= (201) + (202) + (203) + (204) - (205)
(210)
= (600) = (190) + (209) ---> pada tahap awal
(220)
= (190) + (209) (Secara mekanis)
(230)
= (210) - (220)

230

a. Sisi kolom:
baris kode 1 s.d 5

baris 190
baris 200
baris 209
baris 210
baris 220
baris 230

= sektor ekonomi sebagai penghasil/ penyedia


produk yang digunakan oleh sektor lain (sektor
kolom) sebagai input antara
= jumlah input antara
= jumlah input antara barang impor
= jumlah biaya primer (nilai tambah bruto)
= jumlah/total input
= isian dari proses penjumlahan secara mekanis
= sel-sel ketidak seimbangan (unbalance)

171

b. Secara baris:
(180)
= (1) + (2) + (3) + (4) + (5)
(309)
= (301) + (302) + (303) + (304) + (305) + (306)
(310)
= (180) + (309)
(409)
= (401) + (402) + (403) + (404)
(509)
= (501) + (502) + (503)
(600)
= output (control total) diperoleh dari perhitungan
(700)
= (409) + (509) + (600) (Secara mekanis)
(800)
= (310) - (700)

172

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

6.1.2

Tahap dan Jenis Pelaksanaan Proses Rekonsiliasi

Proses ini bertujuan untuk menyeimbangkan sisi input dan sisi output dari
masing-masing sektor pada kode yang sama. Ini mengacu kepada sistim
penyusunan neraca produksi dimana pada keseimbangan sektoral, total input
harus sama dengan total output di masing-masing sektor (domestik). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi berikut:

Dari ilustrasi tabel di atas, terlihat bahwa sisi kolom pada sektor (3), total
input yang digunakan sebesar 900, terdiri dari 500 sebagai biaya antara dan
400 sebagai biaya primer. Pada setiap perapihan kolom, komposisi isian selsel biasanya selalu dibuat dalam keadaan seimbang (230 = 0), tetapi jika
dilihat dari sisi baris pada sektor yang sama (3), jumlah output dari sektor
tersebut hanya sebesar 650. Ini tidak sama dengan jumlah susunan inputnya
(210). Padahal jumlah output harus sama dengan jumlah input pada sektor
yang sama (210 = 600). Dengan asumsi bahwa total input sebesar 900 jauh
lebih benar daripada total output sebesar 650, maka ketidak seimbangan
tersebut dapat dihilangkan dengan merubah total output menjadi 900,
disamping juga dapat menambah/ menaikkan isian pada sel-sel permintaan
baik permintaan antara maupun permintaan akhir, sehingga kondisi tabel
tersebut berubah seperti pada ilustrasi berikut:

Ilustrasi 1

Ilustrasi 2

Meskipun dalam pengertian sederhana tujuan dari proses rekonsiliasi ini


adalah menyeimbangkan isian sel-sel antara kolom dan baris, tetapi secara
bertahap proses tersebut dapat dimulai dengan cara sebagai berikut:
a. Rekonsiliasi Antara Jumlah Input dan Output (210 vs 600)

Kolom

Kolom
1

180

309

310

409

509

600

700

800

175

175

50

50
155
25 10 125

190

180

309

310

409

509

600

700

800

350
300

750
500

1100
800

150

50

900
650

1100
850

0
(50)

Baris

Baris

25

125

50

200

300

350

200

500

150

50

400

600

(50)

3
4

75

75

190

530
500

209

200

200

210

550

209

400

220

550

210

900

230

220

930
900

230

(30)

173

60 100
50 90

174

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ketidak seimbangan antara


jumlah input dengan output sebesar 250 (selisih antara 900 dan 650) serta
komoditi unbalance sebesar -50 dibalancing pada sektor (3), (4), (5) dan
(309); nilai sebesar 300 (tambahnya nilai persediaan) didistribusikan dengan
menaikkan isian pada sektor-sektor tersebut. Akibat rekonsiliasi tersebut,
total input pada kolom 3 menjadi tidak seimbang (210 220). Ketidak
seimbangan pada sisi kolom tersebut sebesar -30, harus dibuat menjadi 0

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

Ilustrasi 3
Kolom
1

175

50

(nol); dimana salah satu caranya bisa dengan jalan mengurangkan


komponen nilai tambah (209) dari 400 menjadi 370. Cara lain dapat juga

3
4

75

dilakukan dengan mengurangkan struktur input yang lain pada kuadran I.

75

190

530

Dengan demikian isian sel dalam tabel menjadi sebagai berikut:

180

309

310

409

509

600

700

800

350

750

1100

150

50

900

1100

(50)

Baris

25

10

155

60 100

200

a.1 Rekonsiliasi pada kuadran III.


Penyeimbangan ini dilakukan dengan cara menurunkan komponen nilai
tambah bruto (209). Biasanya dilakukan pada kelompok surplus usaha (202).

209

370
400 370

210

900

220

900

230

a.2 Rekonsiliasi pada kuadran I.


Penyeimbangan ini dilakukan dengan cara menurunkan salah satu
komponen input pada kuadran I, baris (1) dari 175 menjadi 145.

175

176

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Ilustrasi 4
Kolom
1

180 309

310

409 509

600

700

800

Baris
1

145
175

50

25

10

155

75

75

190

500
530

Dengan adanya perubahan output akan mengakibatkan susunan input


secara keseluruhan juga berubah, akibat dari perubahan susunan input
tersebut (utamanya input antara) maka akan berdampak pada sektor baris
yang menjadi tidak seimbang (unbalance)
b. Rekonsiliasi Antara Penyediaan dan Permintaan (700 vs 310)

60 100

350 700 1100 150

50

900

1100

Pada ilustrasi 3 dan 4 terlihat bahwa posisi sektor (3) sudah seimbang
antara susunan input dan alokasi outputnya (230 = 0, 800 = 0 serta 210 =
600). Tetapi misalnya total penyediaan (700) belum seimbang dengan total
permintaan (310), maka kolom (800) masih belum = 0 (nol) seperti pada
ilustrasi berikut:
Ilustrasi 5

200
Kolom
209
210
220
230

400
370 400

180

309

310

409

509

600

700

800

350

700

1050 150

50

900

1100

-50

Baris

900
900

145

150

Tabel di atas menunjukkan bahwa secara kolom posisi sektor (3) sudah
balance (230 = 0) begitu pula sisi baris (800 = 0). Untuk itu proses
rekonsiliasi sementara dianggap selesai.
Perlu diketahui bahwa selama proses rekonsiliasi sebaiknya perubahan
output (utamanya untuk kode 210) kalau bisa dihindari, karena biasanya akan
menimbulkan banyak kesulitan dalam pelaksanaannya.
Oleh karena itu pada waktu penyusunan output (biasa disebut dengan
Control Total/CT) untuk pertama kali sebelum masuk ke dalam proses
rekonsiliasi harus dilakukan dengan secermat-cermatnya.

177

25

10

155

75

75

190

500

60 100

200
209

400

210

900

220

900

230

178

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

Menurut persamaan matematisnya, kolom (700) harus sama dengan


kolom (310). Untuk membuat komposisi tersebut seimbang, atau dengan kata
lain menghilangkan nilai -50 dari kolom (800) maka dapat dilakukan dengan
cara menaikkan permintaan (demand) secara keseluruhan sebesar 50 atau
menurunkan penyediaan (supply) sebesar 50. Selain itu bisa juga dilakukan
dengan proses kombinasi diantara keduanya, yaitu secara bersama-sama
menaikkan sebagian permintaan dan menurunkan sebagian penyediaan.
Dengan demikian maka permintaan dan penyediaan pada baris (3) dapat
dibuat seimbang dengan proses sebagai berikut:

Proses rekonsiliasi tersebut di atas akan menyebabkan ketidak


seimbangan pada kuadran II, dan biasanya bisa langsung dibalancing pada
kolom

(304).

Ini

menggambarkan

adanya

penambahan

level

pada

permintaan akhir.
b.2 Menaikkan permintaan pada komponen permintaan antara
Ilustrasi 7
Kolom

b.1 Menaikkan permintaan pada komponen permintaan akhir (kolom 309)

180

309

310

409

509

600

700

800

70 115
60 100

400
350

700

1100

150

50

900

1100

0
(50)

(5) (5) (15) (10) (15)

(50)

Baris

Ilustrasi 6

145

Kolom
1

180

309

310

409

509

600

700

800

Baris
1

145

50

25

10

155

75

75

190

60 100

350

500

200
209

400

210

900

220

900

230

750
700

1100
1050

150

50

900

1100

30
25

15
10

50
170
155

75

75

190

515

209

400

210

900

220

915

230

Proses rekonsiliasi di atas akan menyebabkan ketidak seimbangan pada


sektor dalam kuadran I, dimana semua sektor menjadi tidak seimbang
(unbalance). Untuk menyeimbangkan isian baris pada masing-masing kolom

179

180

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

tersebut dapat dilakukan proses seperti pada ilustrasi yang sebelumnya


(ilustrasi 3). Hal yang perlu diperhatikan bahwa baris (230) harus menjadi 0

c. Rekonsiliasi sektor khusus

(nol).

Proses rekonsiliasi ini dilakukan pada sektor yang pada umumnya


mempunyai perlakuan khusus seperti pada sektor perdagangan,
pengangkutan dan impor. Biasanya proses dimulai dari sisi kolom yang
kemudian dibalancing pada sisi baris. Untuk mendukung proses tersebut
diperlukan lembar kerja tambahan yang berisi data rinci dari kegiatan
tersebut (lembar kerja ini tidak dipublikasikan). Bahkan tabel transaksi atas
dasar harga pembeli harus dilampirkan secara bersama-sama dengan harga
produsen. Pada waktu melakukan rekonsiliasi ini dibutuhkan tingkat ketelitian
yang lebih tinggi, karena prosesnya terjadi secara beruntun dan
berkesinambungan.

c.

Menaikkan permintaan akhir dan menurunkan penyediaan

Ilustrasi 8
Kolom
1

180

309

310

350

725
700

1075
1050

409

509

150

25
50

600

700

800

900

1075
1100

0
(50)

Baris
1

145

50

25

10

155

75

75

190

500

209

400

210

900

220

900

230

60 100

Proses rekonsiliasi di atas dilakukan dengan jalan misalnya menurunkan


komponen penyediaan (509) dari nilai 50 menjadi sebesar 25 sehingga total
penyediaan berubah dari 1100 menjadi 1075. Di sisi lain menaikkan total
permintaan (pada permintaan akhir) dari 700 menjadi 725. Sehingga
terjadilah keseimbangan antara sisi kolom dan sisi baris (310 = 700).

c.1 Margin Perdagangan


Rekonsiliasi pada sektor kolom 501 dan 502 ini harus diimbangi dengan
penyesuaian pada sektor perdagangan (besar maupun eceran) di sisi baris.
Secara kolom jumlah kedua sektor tersebut pada transaksi harga pembeli
maupun harga produsen harus sama dengan 0; tetapi sel pada masingmasing sektor hanya akan terisi pada transaksi harga pembeli dan kosong (0)
pada transaksi harga produsen. Supaya jumlah/total kedua sektor tersebut
menjadi 0, maka nilai penjumlahan dari masing-masing baris pada kolom
tersebut harus dibuat sama dengan nilai total margin perdagangan yang ada
pada baris sektor perdagangan; dimana isian pada baris sektor perdagangan
harus diberi tanda berlawanan (negatif). Pada transaksi atas dasar harga
produsen, kolom (501) dan kolom (502) seluruh sel baris harus berisi angka
nol (0), tetapi di sisi lain baris sektor perdagangan akan mengisi hampir
diseluruh sektor kolom.
c.2 Margin Pengangkutan
Proses rekonsiliasi pada sektor 503 ini pada prinsipnya hampir sama
dengan sektor perdagangan. Perbedaan yang terjadi hanya pada

181

182

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

penyesuaian kolom (503) dengan total margin pengangkutan yang timbul di


sektor pengangkutan. Perlu diperhatikan bahwa total output perdagangan
semua menjadi margin, tetapi tidak demikian halnya dengan margin
pengangkutan. Hanya sebagian dari output sektor pengangkutan yang
merupakan margin, sedangkan sisanya adalah biaya pengangkutan. Pada
transaksi atas dasar harga pembeli, proses rekonsiliasi hanya dilakukan pada
kolom 503 dan baris sektor pengangkutan. Pada kolom tersebut jumlah isian
dari masing-masing sel baris harus sama dengan jumlah isian pada baris
sektor pengangkutan: dimana baris sektor pengangkutan diberi tanda
berlawanan (negatif), sehingga jumlah kolom 503 menjadi 0 (nol).
Pada transaksi atas dasar harga produsen, kolom (503) seluruh sel baris
berisi angka nol (0), tetapi di sisi lain baris sektor pengangkutan akan mengisi
hampir di seluruh sektor kolom. Meskipun dasar penyelesaiannya di sini
hampir sama dengan sektor perdagangan di atas, tetapi ada perbedaan
biaya angkut yang bukan merupakan komponen margin.

merupakan penjumlahan dari nilai impor barang (401), pajak penjualan


barang impor (402), bea masuk (403) dan impor jasa (404). Sisi baris dengan
kode (200) merupakan jumlah nilai impor yang menjadi input pada masingmasing sektor kolom. Perlakuan impor ini terjadi karena adanya transaksi
total dan transaksi domestik baik atas dasar harga pembeli maupun atas
dasar harga produsen. Pada transaksi total baik atas dasar harga pembeli
maupun harga produsen kolom (409) berisi angka, sedangkan pada baris
(200) berisi angka 0 (nol). Sebaliknya pada transaksi domestik, maka kolom
(409) berisi angka 0 (nol) dan baris (200) berisi angka.
Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa pada setiap tahap rekonsiliasi,
ketidakseimbangan baik didalam sisi kolom maupun sisi baris semakin lama
harus semakin kecil; oleh sebab itu proses rekonsiliasi dianggap selesai
kalau setiap isian sel pada kolom (800) atau baris (230) berisi angka 0 (nol).
Pada prakteknya proses rekonsiliasi ini harus dilakukan berulang kali, karena
setiap melakukan penyeimbangan pada sisi baris kemungkinan akan
mengakibatkan ketidakseimbangan pada sisi lain (sisi kolom), begitu juga
sebaliknya. Setelah proses ini selesai, maka pada tahap selanjutnya tabeltabel pokok, tabel penunjang maupun tabel-tabel analisis lainnya dapat
disajikan dengan menghilangkan terlebih dahulu kolom 800 dan baris 230
yang hanya disiapkan sebagai sel pembantu dalam proses rekonsiliasi.

c.3 Matriks Impor


Tujuan dari rekonsiliasi ini adalah menyeimbangkan total nilai impor
terhadap sisi permintaan domestik. Dalam penyusunan tabel input-output
selama ini, data impor selalu dianggap mapan karena sistem pendataannya
yang cukup baik. Sistem pencatatan yang hanya menggambarkan total
kuantiti dan nilai impor tidak dapat menjelaskan alur pendistribusian barangbarang tersebut. Oleh sebab itu perlu disusun sebuah tabel penunjang yang
dikenal dengan matriks destinasi impor. Fungsi daripada matriks ini adalah
menyusun alur komponen impor dalam penggunaannya pada sektor
domestik baik sebagai permintaan antara maupun permintaan akhir.
Pada kondisi ini proses rekonsiliasi perlu dilakukan apabila pada masingmasing sel nilai pemakaian baik sebagai permintaan antara maupun
permintaan akhir secara total jauh lebih kecil daripada nilai impor yang
dialokasikan. Padahal seharusnya sel-sel tersebut berisi nilai yang lebih
besar atau sama dengan nilai impor. Proses rekonsiliasi impor ini dapat
dilakukan pada sisi kolom dan sisi baris. Sisi kolom dengan kode (409)

183

6.2

Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

Seperti telah disebutkan pada bagian terdahulu bahwa tabel-tabel dasar


yang disajikan terdiri tabel input-output transaksi harga pembeli, transaksi
harga produsen, dan transaksi domestik. Pekerjaan yang dilakukan dalam
subbab 4.1 sampai 4.4 akan menghasilkan tabel input-output transaksi harga
pembeli. Dalam tabel tersebut semua transaksi dinilai atas harga pembeli,
yang berarti dalam nilai transaksi tersebut sudah termasuk margin
perdagangan dan biaya pengangkutan.
Pada dasarnya margin perdagangan dan biaya pengangkutan merupakan
selisih antara harga pembeli atau harga konsumen dengan harga produsen,
yang mencakup keuntungan pedagang besar dan eceran serta biaya

184

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

pengangkutan yang timbul dalam menyalurkan barang dari tangan produsen


sampai ke konsumen. Jika tabel input-output transaksi harga pembeli
dikurangi margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dalam
transaksi pembeli tersebut, maka akan diperoleh tabel input-output transaksi
harga produsen. Tabel ini memperlihatkan hubungan langsung antar sektor
tanpa dipengaruhi margin perdagangan dan biaya pengangkutan.
Perkiraan margin perdagangan dan biaya pengangkutan dilakukan
dengan menggunakan metode pendekatan arus barang (commodity flow
approach), yaitu untuk setiap komoditi yang diperdagangkan diteliti besarnya
margin perdagangan dan rasio biaya pengangkutan terhadap harga
produsen. Rasio-rasio ini dapat diperoleh dari hasil survei khusus terhadap
barang-barang yang menimbulkan marjin. Untuk lebih jelasnya cara
penyusunan tabel input-output transaksi harga produsen, perhatikan contoh
berikut.
Tabel 6.1
Tabel Input-Output Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli
(Milyar Rupiah)
SEKTOR

180

309

73,994

508,686

56,464

639,144

467,397

85,558

1,078,930

419,849

1,584,336

2,284,180

25,795

178,409

383,699

587,903

965,446

190

185,346

1,766,025

860,011

2,811,383

3,717,023

200

209

692,785

1,029,454

1,154,653

2,876,892

210

878,131

2,795,479

2,014,664

5,688,274

185

SEKTOR

310

409

501 + 502

503

600

1,106,541

104,210

103,274

20,926

878,131

3,868,516

576,388

404,545

92,103

2,795,479

1,553,349

159,533

(507,819)

(113,029)

2,014,664

190

6,528,406

840,132

5,688,274

200

209
210

Keterangan :
1
= sektor primer
2
= sektor sekunder
3
= sektor Tersier
180
= total permintaan antara
309
= total permintaan akhir
310
= total permintaan
409
= impor
501 + 502 = margin perdagangan
503
= biaya pengangkutan
600
= output
700
= total penawaran

186

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

Tabel 6.2
Matriks Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan
(Milyar Rupiah)

Tabel 6.3
Tabel Input-Output Transaksi Harga Produsen

SEKTOR

4,137

40,651

12,731

57,519

66,681

12,398

141,399

55,269

209,067

287,582

(16,535)

(182,050)

(68,001)

(266,586)

(354,262)

190

200

209

210

SEKTOR

310

409

501+502

180

(Milyar Rupiah)

503

309

600

SEKTOR

180

309

69,857

468,036

43,732

581,625

400,716

73,159

937,530

364,579

1,375,269

1,996,598

42,330

360,459

451,699

854,489

1,319,708

190

185,346

1,766,025

860,011

2,811,383

3,717,023

200

209

692,785

1,029,454

1,154,653

2,876,892

210

878,131

2,795,479

2,014,664

5,688,274

700
SEKTOR

310

409

501 + 502

503

509

600

700

496,648

982,341

104,210

878,131

982,341

(620,848)

3,371,868

576,388

2,795,479

3,371,868

2,174,197

159,533

2,014,664

2,174,197

190

6,528,406

840,132

5,688,274

6,528,406

200

0
209

210

124,200

103,274

20,926

124,200

496,648

404,545

92,103

(620,848)

(507,819)

(113,029)

190

200

209

210

Tabel 6.1 adalah Tabel input-output transaksi harga pembeli tahun 2005
yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan akhir
dinilai atas dasar harga pembeli. Ini berarti dalam nilai tersebut sudah
termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Oleh sebab itu

187

188

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

dalam struktur input setiap sektor, tidak ada input yang berasal dari sektor
perdagangan serta input sektor pengangkutan hanya mencakup biaya
pengangkutan penumpang dan barang sendiri (bukan barang dagangan).
Dengan kata lain alokasi output sektor perdagangan bernilai nol dan alokasi
output sektor pengangkutan hanya untuk pengangkutan penumpang dan
barang sendiri (bukan pengangkutan barang dagangan). Selanjutnya karena
nilai transaksi dalam Tabel 6.1 sudah termasuk margin perdagangan dan
biaya pengangkutan, maka total margin perdagangan dan biaya
pengangkutan diletakkan pada kolom khusus (kolom 501 dan 502 serta 503),
dan diperhitungkan sebagai bagian dari supply bersama dengan output agar
terjadi keseimbangan pada masing-masing baris.
Tabel 6.2 memperlihatkan margin perdagangan dan biaya pengangkutan
yang terjadi dalam menyalurkan barang dari tangan produsen ke konsumen.
Dari Tabel 6.1 nilai input sektor sekunder (sektor 2) yang berasal dari sektor
primer (sektor 1) sebesar 508.686 milyar rupiah (baris dan kolom 2). Dalam
menyalurkan barang-barang sektor primer ke sektor sekunder tersebut terjadi
margin perdagangan (keuntungan pedagang) dan biaya untuk mengangkut
barang sebesar 40.651 milyar rupiah (Tabel 6.2, baris 1, kolom 2). Maka
untuk mendapatkan transaksi atas harga produsen, transaksi harga pembeli
harus dikurangi margin perdagangan dan biaya pengangkutan dan diperoleh
sebesar 468 036 milyar rupiah (Tabel 6.3, baris 1, kolom 2).
Tabel 6.3 memperlihatkan sebuah tabel input-output transaksi harga
produsen, yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan
akhir dinilai atas dasar harga produsen (dalam nilai transaksi tersebut tidak
termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan). Tetapi karena total
input antara masing-masing kolom Tabel 6.2 harus tetap sama dengan total
input antara pada Tabel 1, maka nilai margin perdagangan diperlakukan
sebagai input yang berasal dari sektor perdagangan dan nilai biaya
pengangkutan diperlakukan sebagai input yang berasal dari sektor
pengangkutan. Akibatnya, karena nilai transaksi tidak termasuk margin
perdagangan dan biaya pengangkutan maka total margin perdagangan dan
biaya pengangkutan dalam kolom 501 dan 502 serta 503 sebagai
pengimbangnya harus bernilai nol. Secara praktis, nilai transaksi pada Tabel

6.3 diperoleh dengan mengurangkan nilai transaksi atas harga pembeli pada
Tabel 6.1 dengan margin perdagangan dan biaya pengangkutan pada Tabel
6.2.

189

190

a. Penyusunan Tabel Transaksi Domestik Harga Produsen


Tabel input-output transaksi domestik harga produsen merupakan
turunan dari tabel input-output transaksi harga produsen, yaitu dengan
mengeluarkan seluruh komponen impor dari setiap transaksi. Dengan kata
lain, transaksi domestik harga produsen menunjukkan hubungan langsung
antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakai tanpa
dipengaruhi oleh komponen impor, margin perdagangan dan biaya
pengangkutan. Dalam tabel transaksi domestik harga produsen, semua nilai
transaksi hanya mencakup produksi barang dan jasa produksi dalam negeri
dan dinilai atas dasar harga produsen. Untuk menjaga keseimbangan input
setiap sektor, maka input antara yang berasal dari impor dicatat pada baris
khusus (baris 200).
Secara praktis, penyusunan tabel transaksi domestik harga produsen
diperoleh berdasarkan selisih antara tabel transaksi harga produsen dengan
matriks impor. Matriks impor tersebut diperoleh dengan menguraikan total
impor (kolom 409) pada masing-masing sektor ke dalam sektor-sektor yang
menggunakan komponen impor tersebut. Penguraian total impor masingmasing sektor tersebut dapat didasarkan pada sensus, survei, lembagalembaga terkait atau sumber-sumber lainnya. Sebagai contoh untuk sektorsektor industri, komponen impor setiap sektor diperoleh berdasarkan Survei
Industri Besar dan Sedang. Penjelasan yang lebih rinci mengenai
penguraian/destinasi impor dapat dilihat pada subbab 4.3. Untuk lebih
jelasnya penyusunan tabel transaksi domestik atas harga produsen
perhatikan contoh berikut. Tabel 6.3 diberikan lagi disini untuk memperjelas
penyusunan tabel input-output transaksi domestik harga produsen.

SEKTOR

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

Tabel 6.3
Tabel Input-Output Transaksi Harga Produsen
(Milyar Rupiah)

Tabel 6.4
Matriks Destinasi Impor
(Milyar Rupiah)

180

309

SEKTOR

180

309

69,857

468,036

43,732

581,625

400,716

9,918

86,200

194

96,312

7,898

73,159

937,530

364,579

1,375,269

1,996,598

9,660

292,816

64,978

367,454

208,934

42,330

360,459

451,699

854,489

1,319,708

3,798

36,872

62,568

103,237

56,296

190

185,346

1,766,025

860,011

2,811,383

3,717,023

190

23,376

415,887

127,739

567,003

273,129

200

200

(23,376)

(415,887)

(127,739)

(567,003)

(273,129)

209

692,785

1,029,454

1,154,653

2,876,892
209

210

878,131

2,795,479

2,014,664

5,688,274
210

SEKTOR

310

409

501 + 502

503

600

700
SEKTOR

982,341

104,210

878,131

982,341

3,371,868

576,388

2,795,479

3,371,868

2,174,197

159,533

2,014,664

2,174,197

190

6,528,406

840,132

5,688,274

6,528,406

200

209

210

191

310

409

501+502

503

509

600

700

104,210

104,210

104,210

576,388

576,388

576,388

159,533

159,533

159,533

190

840,132

840,132

840,132

200

(840,132)

(840,132)

(840,132)

209

210

192

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen

Tabel 6.5
Tabel Input-Output Transaksi Domestik Harga Produsen
(Milyar Rupiah)

Tabel 6.3 memperlihatkan sebuah tabel input-output transaksi harga


produsen yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan

SEKTOR

180

309

akhir masih mengandung komponen impor. Untuk mendapatkan tabel inputoutput transaksi domestik harga produsen maka setiap transaksi yang
mengandung komponen barang impor harus dikeluarkan.

59,939

381,836

43,538

485,313

392,818

63,499

644,715

299,601

1,007,815

1,787,664

38,533

323,588

389,132

751,252

1,263,412

190

161,970

1,350,138

732,271

2,244,380

3,443,895

104.210 milyar rupiah (baris 1, kolom 409) digunakan oleh sektor 1, 2, dan 3
sebagai permintaan antara sebesar 9.918, 86.200, dan 194 milyar rupiah,

200

23,376

415,887

127,739

567,003

273,129

serta komponen impor yang digunakan sebagai permintaan akhir sebesar

209

692,785

1,029,454

1,154,653

2,876,892

210

878,131

2,795,479

2,014,664

5,688,274

7.898 milyar rupiah.


Tabel 6.5 memperlihatkan sebuah tabel input-output transaksi domestik

Tabel 6.4 memperlihatkan matriks destinasi impor dari setiap sektor. Dari
tabel ini dapat dilihat bahwa total impor sektor 1 (sektor primer) sebesar

harga produsen, yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun


permintaan akhir merupakan produksi domestik (tidak termasuk komponen
impor). Tetapi karena total input antara masing-masing kolom Tabel 6.5
SEKTOR

310

409

501+502

503

600

700

878,131

878,131

878,131

2,795,479

2,795,479

2,795,479

2,014,664

2,014,664

2,014,664

190

5,688,274

5,688,274

5,688,274

200

840,132

840,132

840,132

209

210

193

harus tetap sama dengan total input antara pada Tabel 6.3, maka nilai impor
harus diletakkan pada baris khusus yaitu baris 200. Secara praktis, nilai
transaksi pada Tabel 6.5 diperoleh dengan mengurangkan nilai transaksi atas
harga produsen dengan nilai impornya.

194

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

menjamin hasil peramalan yang konsisten. Artinya semua persyaratan

Teknik Penyusunan Tabel


Input Output : Metode
Tidak Langsung

identitas ekonomi makro sudah terpenuhi. Misalnya jumlah penawaran sama


dengan jumlah permintaan.
Dalam tabel input-output diperoleh suatu hubungan fungsional antara
1

output ( X ) dengan permintaan akhir ( F ) ; Berdasarkan hubungan ini


misalnya, melalui tabel input-output 2005 dapat diperkirakan besarnya output
tahun 2006-2010. Dengan melakukan proyeksi tersebut berarti kita

Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci teknik penyusunan tabel input
output dengan metode tak langsung, yang terdiri dari metode non-survei dan
semi survei. Metode pertama benar-benar mengandalkan pendekatan
matematis untuk menghitung matriks koefisien teknis, sedangkan metode
kedua menggabungkan pendekatan secara langsung dengan metode tak
langsung, yaitu sebagian sel-sel matriks koefisien teknis diperkirakan dari
hasil survei dan sebagian lagi melalui pendekatan matematis. Disamping itu
dalam bab ini akan diuraikan pula contoh penghitungan kedua metode
tersebut dengan menggunakan data hipotesis.

7.1

menganggap bahwa koefisien teknis tidak banyak berubah selama kurun


waktu proyeksi. Padahal kita tahu bahwa koefisien teknis atau matriks A ini
tentunya tidak akan stabil dalam waktu yang cukup panjang. Paling tidak ada
tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu perubahan teknologi, harga, dan
klasifikasi yang digunakan. Disamping faktor tersebut, umumnya untuk
negara yang sedang berkembang mutu statistiknya kurang begitu baik,
sehingga masalah ini perlu dipertimbangkan sebagai salah satu faktor lagi
yang mempengaruhi perubahan koefisien teknis. Walaupun demikian,
menurut para ahli, untuk periode yang pendek matriks A masih dapat dipakai
untuk proyeksi. Masalahnya pengertian pendek ini sangat relatif apakah l, 2,

Metode Non Survei

3, 4, atau 5 tahun. Untuk dapat menjawab pertanyaan ini secara seksama,


Banyak

cara

yang

bisa

digunakan

untuk

memperkirakan

perkembangan ekonomi suatu wilayah. Ada yang sederhana, ada pula yang
kompleks. Karena sifat variabel-variabel makro ekonomi saling berkaitan satu

perlu dilakukan suatu penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi


perubahan koefisien teknis tersebut, terutama tingkat perkembangan
teknologi yang digunakan dalam perekonomian. Paling tidak ada tiga

dengan yang lainnya, maka dalam pemilihan metode peramalan tersebut

pendekatan yang dapat ditempuh dengan cara (1) survei langsung untuk

perlu dipikirkan unsur keterkaitannya. Tabel Input-Output secara tidak

seluruh sektor perekonomian, disebut juga metode survei, (2) setengah

langsung telah memberikan suatu kerangka analisis yang komprehensif dan


konsisten,

sehingga

dengan

memanfaatkan kerangka

195

tersebut

akan

1
Dalam analisis I-O kedua variabel tersebut dihubungkan dengan suatu matriks multiplier Leontief "(I-A)-1" yang
merupakan alat ampuh dalam analisis dampak. Hubungan tersebut secara matematis ditulis sebagai X=(I-A)-1F.

196

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

survei, yaitu sebagian koefisien teknis diestimasi dengan metode tertentu dan

dibahas. Hal ini dilakukan karena metode ini dari segi metodologi cukup

sebagian lagi disurvei, (3) cara tidak langsung atau disebut juga metode non-

sederhana, banyak dipakai dan hasilnya cukup memuaskan.

tetapi

Secara sederhana metode RAS merupakan suatu metode untuk

memerlukan sumber daya yang cukup besar. Pendekatan kedua dan ketiga

memperkirakan matriks koefisien input yang baru pada tahun t " A(t ) "

biasanya merupakan jalan kompromi yang lazim ditempuh untuk melakukan

dengan menggunakan informasi koefisien input tahun dasar " A(0 ) ", total

survei.

Pendekatan

pertama

merupakan

pendekatan

terbaik,

perbaikan (up-dating) terhadap matriks A .

permintaan antara tahun t, dan total input antara tahun t. Secara matematis
3

metode RAS dapat diuraikan sebagai berikut.


7.1.1

Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode NonAndaikan matriks koefisien input pada tahun dasar adalah

Survei

{ a t (0 ) }, i,,j =1,2,...,n.

Tabel input-output umumnya terdiri dari kuadran I, II dan III. Kuadran I


merupakan matriks input antara atau disebut juga koefisien teknis (matriks

A ). Dua kuadran berikutnya berkaitan dengan matriks permintaan akhir dan


nilai tambah yang secara praktis lebih mudah disusun dibanding matriks A ,
karena data/informasi yang tersedia seperti data pendapatan nasional,
matriks ekspor impor dan lain-lain sudah sangat membantu. Jika pendekatan
tidak langsung yang digunakan untuk memperbaiki matriks A , maka kita mau
tidak mau harus berhadapan dengan pendekatan matematis.
Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk memperbaharui matriks

A , misalnya metode RAS, RECRAS, Lagrangian, Residual Minimum, Two


2

Stage RAS/Lagrangian Dalam makalah ini hanya metode RAS yang akan

Matriks koefisien input untuk tahun proyeksi t

diperkirakan dengan rumus


yang
matriks

elemen-elemennya
diagonal

A(0) =

yang

A(t ) = R A(0) S di mana R = matriks diagonal


menunjukkan pengaruh
elemen-elemennya

substitusi, dan S =

menggambarkan

pengaruh

fabrikasi. Pengaruh substitusi menunjukkan seberapa jauh suatu komoditi


(baca menurut baris dalam tabel input-output) dapat digantikan oleh komoditi
lain dalam proses produksi. Pengaruh fabrikasi menunjukkan seberapa jauh
suatu sektor (baca menurut kolom dalam tabel input-output) dapat menyerap
input antara dari total input yang tersedia.
Andaikan

ri dan S j berturut-turut merupakan elemen matriks diagonal R

dan S. Misalkan pula

x t (0) adalah input antara sektor j yang berasal dari

output sektor i pada tahun dasar. Untuk menjaga konsistensi hasil estimasi

ri

Pembahasan secara matematis keseluruhan metode ini dapat dipelajari, misalnya dalam Yukio Kaneko, On the
Method of Updating and Forecasting Input Coefficients Matrix, A Quantitative Study on Medium/Long-Term
Prospect of Indonesian Economy, Bappenas, Occasional Paper l7, March l982, dan dalam An Emperical Study on
Projecting and Forecasting the Input Coefficient Matrix in Leontief Model, Discussion Paper No. 2, December
l983. Dalam paper yang disebut terakhir ini berbagai metode dibandingkan dengan menggunakan data empiris
Tabel input-output Jepang l975.

3
Penurunan metode ini mengikuti logika tulisan Kaneko, ibid halaman 1-2, dengan beberapa perubahan notasi dan
penjelasan.

197

198

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

dan

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

S j , perlu ditambahkan dua persamaan pembatas seperti tertera di

7.1.2

Contoh Penerapan

bawah ini.
Untuk lebih meresapi dan menghayati prosedur estimasi menggunakan

r i x ij (0 ) s j = b i , i = 1 , 2 ,..., n
n

Metode RAS Sederhana berikut ini diberikan contoh yang diambil dari hasil

i =1

Studi Penyusunan Tabel Input-Output Sektor Transportasi 2006 dengan

dan

beberapa penyederhanaan.

r i x ij (0 ) s j = k i , i = 1, 2 ,..., n
n

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa Metode RAS

i =1

dengan

merupakan suatu metode/cara untuk mencari satu set bilangan pengganda

bi = jumlah permintaan antara sektor i pada tahun t

baris dan pengganda kolom untuk mendapatkan matriks kuadran I yang baru.

k i = jumlah input antara sektor j pada tahun t.

Apabila A adalah matriks koefisien input yang berasal dari kuadran I, dan

Dengan dua persamaan pembatas tersebut diperoleh 2n persamaan


dengan 2n bilangan yang tidak diketahui ( n buah

ri dan n buah S j ). Akan

tetapi jika kita perhatikan lebih jauh, sebenarnya hanya ada

2 t 1 persamaan

yang bebas, sedangkan persamaan yang satunya bergantung dengan


persamaan lainnya. Coba tunjukkan hal ini untuk kasus n = 2 . Ingat bahwa

adalah elemennya, maka

at

a t tersebut terbentuk dari dua macam pengaruh,

yaitu:
1. Pengaruh substitusi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi i dapat
digantikan oleh komoditi lain dalam proses produksi.
2. Pengaruh fabrikasi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi j dapat
menyerap input antara dari total input yang tersedia.

jumlah seluruh permintaan antara sama dengan jumlah seluruh input antara.
Oleh karena itu kita tidak dapat secara langsung menyelesaikan sistem

Besarnya pengaruh pengganda substitusi yang bekerja di sepanjang

persamaan ini. Suatu penyelesaian yang sifatnya aproksimatif dapat

baris i sangat dipengaruhi oleh besarnya total permintaan antara sektor i.

digunakan. Lazimnya pemecahan ini menggunakan prosedur iteratif yang

Demikian pula besarnya pengaruh pengganda fabrikasi yang bekerja di

konvergen, artinya kecermatan hasil perhitungan sangat tergantung pada

sepanjang kolom j, sangat dipengaruhi oleh total input antara yang digunakan

jumlah iterasi yang dilakukan. Karena sifatnya konvergen, berarti

oleh sektor j. Apabila pengganda substitusi diberi notasi

makin

banyak jumlah iterasi yang dilakukan, makin dekat hasilnya pada suatu
angka tertentu.

fabrikasi diberi notasi S j , sedangkan

ri dan pengganda

A(0) adalah matriks koefisien input

dasar (dalam kasus ini adalah tahun 2005) maka matriks koefisien input yang

199

200

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

baru (2006) adalah

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

A(t ) = RA(0 )S . Dalam hal ini R dan S adalah matriks

diagonal yang masing-masing terbentuk dari vektor r dan s .

X . j = jumlah permintaan antara sektor i, kode l90

f i. = jumlah permintaan akhir sektor i, kode 309;

Untuk dapat menghitung besarnya vektor r dan s , terlebih dahulu harus


dihitung secara manual jumlah permintaan antara masing-masing sektor ( x i )
dan jumlah input antara masing-masing sektor ( x j ). Untuk lebih jelas tentang
proses penggunaan metode RAS, berikut ini diberikan contoh hipotetik
dengan menggunakan kerangka input-output ukuran m = n = 3 .

200

( X ) = 0
0

(1) Tabel Input-Output Dasar (Tahun 2005)

Sektor Produksi

X i.

f i.

X i

160

40

200

300

150

250

400

100

200

120

180

300

350

700

X .j

100

250

80

430

470

900

250

V.j

100

150

220

470

700

X .j

200

400

300

900

X i.

f i.

Xi

50

100

150

50

200

30

50

20

100

200

20

50

30

100

X.j

100

200

50

350

V. j

100

100

150

X.j

200

300

200

400

(2) Tabel Input-Output Hipotetik Tahun 2006

Sektor Produksi

300

X . j = jumlah input antara sektor j, kode l80

a. Sel-sel yang terisi angkanya, disiapkan secara manual dan merupakan


angka-angka tahun 2006 yang sebenarnya;

V. j = jumlah input primer (nilai tambah bruto) sektor j, kode 209


X . j = X i. = jumlah output sektor j, kode 210 = 600, untuk i = j

201

b. Sel-sel yang kosong merupakan kuadran I, yang harus diisi dengan


menggunakan matriks

A(0) berikut:

202

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

a ij =

X ij
Xj

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

X .j = output tahun 2006 sektor j

, i = j = 1,2,3

Hitung a11 =

X i = jumlah input antara tahun 2006 sektor j


x i. = jumlah permintaan antara tahun 2006 sektor i

X 11
50
=
= 0,250
X 1 200

Hitung r 1 i =

, i = 1,2,3
X 1i
160
r 11 =
= 0,873
183,3
150
r 12 =
= 1,184
126,7
120
r 13 =
= 0,911
131,7

X
30
Hitung a 33 = 33 =
= 0,150
X 3 200
Merupakan matriks diagonal output atau input tahun 2006

A(0 )

(3) MATRIKS
j

0,250

0,333

0,150

0,167

0,100

0,100

0,167

0,150

X i

Diperoleh matriks diagonal pengaruh substitusi:

(4) MATRIKS
j

A(0 )X

Jumlah

X .j

50

133,3

183,3

160

30

66,7

30

126,7

150

20

66,7

45

131,7

120

Jumlah

100

266,7

75

X i

100

250

80

203

0,873

1
R = 0

0
1,184
0

0,911

204

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

(5) MATRIKS
j

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

R A(0 )X

(6) MATRIKS
j

Jumlah

44,8

113,6

0,0

158,4

150,0

36,5

77,1

37,1

150,7

120,0

18,7

59,3

42,9

120,9

Jumlah

100,0

250,0

80,0

Jumlah

43,6

116,4

0,0

160,0

35,5

79,0

35,5

18,2

60,8

41,0

Jumlah

97,3

256,2

76,5

R A(0 )X S 1

p = 1, j = 1,2,3

1,010

R2 = 0

p = putaran ke p

Hitung S

S 11 =

X j
X

, j = 1,2,3
j

100
= 1,028
97,3

S 12 =

250
= 0,976
256,2

S 13 =

80
= 1,045
76,5

0
0,995
0

0,993

Proses penyusunan matriks dengan menggunakan matriks pengaruh


substitusi,

R dan matriks pengaruh pabrikasi S akan terus berlanjut seperti

contoh di atas sampai diperoleh R p = S p = I , p = putaran ke p.


Dari hasil perhitungan selanjutnya, akhirnya diperoleh matriks akhir yang
merupakan matriks

R 3 R 2 R 1 A(0) X S 1 S 2 S 3 .

Diperoleh matriks diagonal pengaruh fabrikasi:

1,027

1
R = 0

0
0,976
0

1,045

205

206

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

(7) MATRIKS
j

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

Jumlah

45,3

114,7

0,0

160,0

36,2

76,6

37,2

150,0

18,5

58,7

42,8

120,0

Jumlah

100,0

250,0

80,0

0 ,883

R =R R R = 0
0

atau

0
1,178
0

0 ,903
0
0

i =1
1, 025

S =S S S = 0
0

1 0 0

4
4

R = S = I = 0 1 0

0 0 1

Dari matriks akhir di atas, dapat diturunkan matriks koefisien input

R 3 = R

atau S

0
0 ,975
0

1, 053
0
0

= S

i =1

A(t ) yaitu

dengan membagi nilai pada masing-masing kolom terhadap nilai output


Untuk menghitung matriks

At = RA(0 )S

(8) MATRIKS

R 3 R 2 R 1 A(0 )X S 1 S 2 S 3

X j. .

0
0 0,250 0,333 0,000 1,025
0
0
0,883

A(t ) = RA(0 )S = 0
1,178
0 0,150 0,167 0,100 0
0,975
0

0
0,100 0,167 0,150 0

0
0
,
903
0
1
,
053

A(t ) tersebut dapat pula diturunkan melalui

0,226 0,287 0,000

= 0,181 0,191 0,124

0,093 0,147 0,143

penggunaan vektor pengganda baris r dan pengganda kolom s , sebagai


berikut:

Setelah matriks akhir selesai dikerjakan, maka Tabel input-output


updated tahun 2006 dapat disusun dengan memasukkan matriks tersebut ke
dalam kerangka tabel input-output, seperti tercantum dalam tabel di bawah
ini.

207

208

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

(9) Tabel Input-Output Tahun 2006 Updated


j

Metode Semi-Survei
Sebenarnya cara yang terbaik untuk memperkirakan matriks A adalah

Sektor Produksi

7.2

x i

f i

X i

45,3

114,7

0,0

160,0

40,0

200,0

36,2

76,6

37,2

150,0

250,0

400,0

18,5

58,7

42,8

120,0

180,0

300,0

x.j

100,0

250,0

80,0

430,0

470,0

900,0

v.j

100,0

150,0

220,0

470,0

melalui survei langsung. Tetapi mengingat biaya, waktu dan tenaga, maka
metode RAS akan sangat membantu. Untuk memaksimalkan hasil estimasi,
dapat saja dimasukkan beberapa informasi penting ke dalam beberapa
elemen matriks A yang akan diperbaharui. Misalnya untuk sektor-sektor
kunci yang datanya tersedia, seperti sektor industri pengolahan, sektor

X .j

tanaman bahan makanan dan sebagainya. Dengan memasukkan informasi


baru tersebut berarti kita tidak perlu lagi melakukan estimasi untuk elemen
bersangkutan. Konsekuensinya nilai jumlah permintaan antara ( bi ) dan input
antara ( k j ) yang terkena pengaruh tersebut harus dikurangkan sebesar

200,0

400,0

300,0

900,0

angka yang sudah dimasukkan dalam matriks A . Metode RAS tanpa


memberikan informasi baru ke dalam matriks A disebut Metode RAS

Metode RAS merupakan salah satu metode untuk memperkirakan


matriks koefisien input atau koefisien teknis yang sangat berguna bagi

Sederhana, sedangkan metode RAS yang sudah memberikan tambahan


informasi baru ke dalam matriks A disebut Metode RAS Modifikasi.

penyusunan tabel input-output dan analisis I-O lanjutan. Dengan memahami


metode ini secara baik, merupakan suatu landasan yang kuat untuk
mempelajari metode-metode yang lebih rumit seperti RECRAS, Lagrangian,

7.2.1

Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode SemiSurvei

dan sebagainya.
Bahan yang diberikan di sini masih bersifat pengantar dan belum

Jika diperhatikan secara seksama angka-angka di dalam kuadran I yang

lengkap. Untuk mendalami masalah ini secara baik dapat dipelajari dari

dihasilkan oleh metode RAS, sepenuhnya diperoleh dari matriks A(0 ) dan

berbagai literatur atau paling tidak melalui referensi yang diberikan pada
catatan kaki.

pengaruh angka-angka pengganda baris dan kolom seperti telah diuraikan


sebelumnya. Sekarang yang menjadi persoalan apakah angka-angka yang
dihasilkan tersebut sudah cukup akurat, teliti dan mampu menggambarkan
keadaan sebenarnya untuk tahun 2006.

209

210

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

Suatu perkiraan sudah barang tentu akan mengalami ketidaktepatan,


apabila diingat bahwa hubungan antar industri yang digambarkan oleh

mempengaruhi terlebih dahulu beberapa sel pada kuadran I, selanjutnya


disebut Metode RAS Modifikasi.

matriks di kuadran I, bukan saja dipengaruhi oleh faktor teknis berupa angka

Pada Tabel input-output Indonesia Sektor Transportasi tahun 2006,

substitusi dan fabrikasi, tetapi juga oleh kejadian-kejadian sosial dan ekonomi

angka-angka yang dimasukkan pada kuadran I adalah angka untuk beberapa

yang

secara

sektor kunci khususnya yang menggunakan bahan baku tertentu seperti: padi

proporsional terhadap semua angka di sepanjang baris dan kolom tanpa

untuk industri penggilingan beras, gandum untuk industri tepung terigu, kapas

pertimbangan lain, walaupun dilakukan melalui proses komputer yang

untuk industri pemintalan benang, minyak mentah untuk industri pengilangan,

tentunya memberikan hasil yang lebih tepat dan cepat. Dari pengamatan

besi dan baja bahan untuk industri besi dan baja, CKD dan komponen mesin

terhadap angka-angka di kuadran I yang dihasilkan oleh metode RAS

untuk industri mesin dan sebagainya.

bersifat

non-teknis.

Kedua

angka

pengganda

bekerja

sederhana ternyata muncul beberapa kejanggalan, seperti contoh berikut ini.

Dalam proses penghitungan dengan menggunakan metode RAS

Output dari industri perbengkelan kereta api seluruhnya merupakan input

modifikasi, semua sel terpilih tidak diproses dan diberikan nilai nol, sehingga

antara dari sektor angkutan kereta api, sehingga seharusnya tanpa pengaruh

jumlah input antara dan jumlah permintaan antara pada masing-masing

substitusi atau fabrikasi angkanya langsung dipakai. Tetapi akibat pengaruh

kolom dan baris akan berkurang sebesar nilai sel terpilih tadi. Proses

tersebut, angka akhir selalu berbeda antara jumlah penyediaan dan

penyusunan kuadran I untuk selanjutnya sama dengan proses menggunakan

permintaan. Contoh lain, minyak mentah yang dialokasikan untuk input

metode RAS sederhana. Setelah proses RAS selesai dilakukan, maka sel-sel

antara industri pengilangan minyak, angkanya terlalu besar dibandingkan

pilihan yang bernilai 0 tadi diganti dengan nilai perkiraan yang sebenarnya.

seluruh input antara industri pengilangan tersebut. Masih banyak lagi

Berikut ini adalah contoh penggunaan metode RAS modifikasi dengan

kejanggalan-kejanggalan yang ditemui seperti pada industri kendaraan

menggunakan ilustrasi angka. Untuk mudahnya ikuti lebih dahulu contoh

bermotor, bangunan tempat tinggal, angkutan udara dan sebagainya.

penggunaan metode RAS sebelumnya.

Untuk mengurangi kejanggalan-kejanggalan seperti yang disebutkan di


atas, maka harus dilakukan pengisian angka pada sel-sel tertentu di kuadran

7.2.1

Contoh Penerapan

I. Angka pada sel-sel terpilih tersebut diperkirakan secara tersendiri dan


didasarkan pada data dan informasi yang tersedia pada tahun 2006. Angka-

Dengan memanfaatkan semua data dan informasi yang ada pada

angka pilihan ini tidak diikutsertakan dalam proses RAS, dan besarnya tetap

Tabel (2) subbab (c), serta menambahkan informasi pada kuadran I,

sama hingga proses RAS selesai dikerjakan. Metoda RAS dengan

baris ke-2 kolom ke-1 sebesar 40, maka diperoleh tabel (1) berikut.

211

212

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

XXXX
0000
AAAA

(1) Tabel Input-Output yang Dihitung Tahun 2006


Sektor Produksi

j
i

40

x.j

x i

f i

X i

160

40

200

150

250

400

120

180

300

470

900

100

250

80

430

v.j

100

150

220

470

X .j

200

400

300

900

Jumlah

xi.

50

133,3

183,3

160

66,7

30

96,7

110

20

66,7

45

131,7

120

Jumlah

70

266,7

75

x.j

60

250

80

Seperti biasa, pertama-tama dicari matriks:

Angka 40 di atas merupakan angka yang ditaksir tersendiri dan tidak


diikutsertakan

( )

(2) MATRIKS

dalam

proses

RAS.

Perlu

diingat

bahwa

dengan

dimasukkannya angka 40 ini, sehingga jumlah input antara di kolom 1 tidak

0 ,873

R = 0
0

0
1,138

0 , 911
0
0

lagi 100 tetapi 60 (100-40). Begitu pula jumlah permintaan antara baris ke-2
sebesar 110 (150-40). Selanjutnya, prosedur yang sama dengan RAS
sederhana dilakukan. Pada Tabel (2) berikut tampak bahwa pada (2,1) sama
dengan nol (tidak ikut dalam proses RAS) dan jumlah input antara untuk

Setelah proses iterasi berjalan hingga dicapai:


n

R =S
i

i =1

=I

i =1

masing-masing sektor berturut-turut sebesar 60, 250 dan 80.


maka akan diperoleh matriks akhir berikut dengan memasukkan kembali
angka 40 di sel (2,1).

213

214

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung

(5) MATRIKS

Jumlah

42,8

117,2

0,0

160,0

40,0

73,7

36,3

17,2

59,1

43,7

Jumlah

100,0

250,0

80,0

AAAA tttt

(3) MATRIKS AKHIR


j

0,214

0,293

0,000

150,0

0,200

0,184

0,121

120,0

0,087

0,148

0,146

Proses penyusunan kuadran I dengan menggunakan metoda semi survei


Akhirnya dengan menambahkan data nilai tambah, permintaan akhir dan
output setiap sektor ke dalam Tabel (3), diperoleh Tabel (4) berikut:

baris dan kolom tetap bekerja dan berlanjut terus sampai dipenuhi suatu
kondisi dimana jumlah input antara dan jumlah permintaan antara masing-

(4) Tabel Input-Output Tahun 2006 Updated

masing sektor sama dengan angka "plafond" yang diberikan. Pengaruh


pengganda baris (substitusi) dan pengganda kolom (fabrikasi) pada metode

Sektor Produksi

sebenarnya sama dengan penggunaan RAS sederhana, artinya pengganda

x i

f i

X i

RAS modifikasi tidak bekerja secara utuh seperti pada metode RAS

42,8

117,2

0,0

160,0

40,0

200,0

kwadran I diperkirakan tersendiri, maka sel-sel tersebut tidak terkena

40,0

73,7

36,3

150,0

250,0

400,0

pengaruh pengganda baris maupun kolom. Di lain pihak bila kedua pengaruh

17,2

59,1

43,7

120,0

180,0

300,0

x.j

tadi bekerja secara utuh, (metode RAS sederhana) maka kelemahan pun

100,0

250,0

80,0

430,0

470,0

900,0

akan timbul karena setiap sel di sepanjang baris dan kolom akan mendapat

v.j

100,0

150,0

220,0

470,0

X .j

200,0

400,0

300,0

900,0

sederhana. Karena dalam metode RAS modifikasi sebagian sel pada

perlakuan yang homogen dan perubahannya pun akan selalu proporsional;


padahal dalam kenyataannya pengaruh tadi bisa berbeda antara satu sektor
dengan sektor lainnya. Dengan berbagai pertimbangan di atas, maka dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa tabel input-output pembaharuan yang

Matriks A setelah dilakukan perbaikan dengan pendekatan semi survei

disusun berdasarkan metoda RAS modifikasi akan lebih baik dibandingkan

adalah:

dengan tabel berdasarkan metode RAS sederhana.

215

216

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Perlakuan
Khusus

Bab 8. Perlakuan Khusus

terbuka; Kedua sebagai produsen penghasil jasa dari faktor produksi tenaga
kerja seperti pada model input-output tertutup. Contoh model inpuI-output
terbuka ditunjukkan oleh tabel-tabel input-output pada bab-bab sebelumnya,
sedangkan contoh model input-output tertutup seperti ditunjukkan berikut ini
dengan menggunakan Tabel input-output Indonesia 2005.

Perlakuan khusus dalam tabel input-output meliputi perlakuan terhadap


pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, subsidi, produk

Tabel 8.1.a
Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen
Input-Output 2005 Klasifikasi 3 Sektor Industri

ikutan dan sampingan, barang bekas dan apkiran dan perbedaan statistik.
Perlakuan khusus ini disajikan dalam kaitannya dengan model konvensional

dan Rumah tangga

yang umum dipakai di Indonesia. Oleh karena data Input-Output dapat

(Model Input-Output Tertutup)


(Milyar Rupiah)

digunakan untuk berbagai kebutuhan analisis, maka dengan perlakuanperlakuan khusus ini akan mampu mengarahkan hasil analisis yang
menggunakan model Input-Output lebih sesuai dengan tujuan-tujuannya.
Model Input-Output konvensional yang dimaksudkan adalah seperti yang

SEKTOR

301

180

ditunjukkan pada bab II, dimana konsumsi rumah tangga dan konsumsi
pemerintah ditempatkan pada kuadran II, subsidi pada kuadran I atau sektor
yang menerima subsidi, barang bekas pada sektor dummy, dan produk

1
2
3

59,939
63,499
38,533

381,836
644,715
323,588

43,538
299,601
389,132

181,118
618,376
803,457

485,313
1,007,815
88116347

ikutan dan sampingan pada sektor yang sesuai dengan ciri-ciri


(characteristics) output sektor tersebut. Penempatan semua hal tersebut

201

128,399

312,959

440,860

882,218

dapat diubah sesuai dengan tujuan dan analisis tabel input-output.

190

161,970

1,350,138

732,271

1,602,950

2,244,380

200

23,376

415,887

127,739

182,641

567,003

NTB Lain

564,386

716,495

713,794

1,994,674

210

878,131

2,795,479

2,014,664

8.1

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga


Konsumsi rumah tangga dalam tabel input-output konvensional biasanya

ditempatkan pada bagian permintaan akhir. Model ini secara implisit


menunjukkan rumah tangga sebagai pelaku eksogen atau sebagai pihak
penentu awal dalam menentukan tingkat dan struktur output seluruh sektor
ekonomi.
Dalam analisis input-output, rumah tangga dapat diperlakukan dengan 2
cara. Pertama sebagai konsumen akhir seperti pada model Input-Output

217

218

5,688,274

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

SEKTOR

PA Lain

310

409

509

Bab 8. Perlakuan Khusus

600

terutama disebabkan karena nilai input dan output kedua model tersebut

700

adalah tidak berbeda. Akan tetapi besaran pengganda yang ditunjukkan oleh
1
2
3

211,700
1,169,289
459,956

878,131
2,795,479
2,014,664

0
0
0

0
0
0

878,131
2,795,479
2,014,664

878,131
2,795,479
2,014,664

201

190

1,840,945

5,688,274

5,688,274

5,688,274

200

90,488

840,132

840,132

840,132

tabel ini adalah lebih besar dibanding dengan besaran pengganda model
input-output terbuka. Hal ini disebabkan karena peran rumah tangga dalam
proses produksi menjadi aktif sebagai pelaku ekonomi yang menghasilkan

jasa penunjang untuk menciptakan barang dan jasa.


Tabel 8.1.b
Koefisien Input Output 2005
(Model Input-Output Tertutup)

NTB Lain
210

Pada tabel di atas konsumsi rumah tangga dimasukan dalam kolom 4


dan

menggambarkan

struktur

pengeluaran

rumah

tangga

Di lain pihak baris rumah tangga (baris 4) menunjukkan sumber-sumber dana


pendapatan

rumah

tangga

yang

digunakan

untuk

301

180

1
2
3

0.06826
0.07231
0.04388

0.13659
0.23063
0.11575

0.02161
0.14871
0.19315

0.11299
0.38577
0.50124

0.08532
0.17717
0.13207

201

0.14622

0.11195

0.21883

0,00000

0.15509

190

0.18445

0.48297

0.36347

1.00000

0.39456

untuk

mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor-sektor produksi.


atau

SEKTOR

membiayai

konsumsinya. Pendapatan-pendapatan ini berasal dari upah, gaji, surplus


usaha dan pendapatan lainnya. Jumlah baris rumah tangga disamakan
dengan jumlah kolom rumah tangga, agar memenuhi konsep input sama
dengan output.
Seperti pada model input-output terbuka atau model konvensional,

Pada Tabel 8.1.c ditunjukkan pula besaran masing-masing angka

kelanjutan analisis dengan menggunakan model input-output tertutup adalah

pengganda pada setiap sel matriks. Jumlah sel dari matriks tersebut, yaitu

menghitung koefisien input, matriks pengganda dan dampak-dampak

jumlah baris dan jumlah kolom, menunjukkan angka yang lebih besar dari

ekonomi lainnya. Pada tabel berikut ditunjukkan data koefisien input dan

jumlah baris dan kolom pada matriks pengganda model input-output terbuka,

pengganda perekonomian Indonesia tahun 2005 menurut 3 sektor ekonomi

selisih masing-masing angka tersebut sebagai akibat aktifnya rumah tangga

bila rumah tangga sebagai faktor endogen. Besaran koefisien input pada

dalam kegiatan ekonomi.

sektor 1, 2 dan 3 pada Tabel 8.1.b jika dibandingkan dengan besaran


koefisien model input-output terbuka adalah sama semuanya. Kondisi ini,

219

220

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 8. Perlakuan Khusus

Tabel 8.1.c
Matriks Pengganda Input-Output 2005

Secara institusi pemerintah melakukan kegiatannya yang direalisir


melalui pengeluaran rutin dan pembangunan yang ditempatkan sebagai

(Model Input-Output tertutup)

kelompok

permintaan

akhir

dalam

model

input-output

konvensional.

Pengeluaran rutin ini dapat diperlakukan dengan cara lain yaitu dengan
menempatkannya dalam kuadran I seperti sektor produsen barang dan jasa.

SEKTOR

301

180

1.08502

0.20882

0.10104

0.25380

1.64868

0.22130

1.49672

0.47430

0.84013

3.03246

0.19695

0.36411

1.52832

0.92877

3.01816

201

0.19082

0.24207

0.36661

1.29870

2.09821

190

1.69410

2.31172

2.47028

3.32141

9.79751

Pada

tabel

input-output

Indonesia

2005,

konsumsi

pemerintah

ditempatkan dalam kuadran II, dan output sektor pemerintahan dimasukan


dalam pertemuan sel konsumsi pemerintah dan baris sektor pemerintahan.
Akibatnya isian semua kolom kecuali kolom pemerintahan pada permintaan
akhir adalah bernilai nol, dan kolom pemerintah pada kuadran I kecuali baris
nilai tambah juga bernilai nol.
Perlakuan Sektor Pemerintahan dalam
Tabel Input-Output Indonesia 2005
8.2

Konsumsi Pemerintah

Fg

G
Pemerintah dalam tabel input-output juga mempunyai peran ganda.
Pertama sebagai penghasil jasa dan kedua sebagai pemakai barang dan

Fgl

jasa atau sebagai bagian dari permintaan akhir. Jasa yang dihasilkan sektor

Fg

kepada masyarakat, jasa-jasa yang sudah dicakup oleh sektor-sektor


produksi

lainnya,

misalnya

jasa

kesehatan,

pendidikan

dan

sosial

kesejahteraan lainnya, tidak termasuk dalam jasa yang dihasilkan sektor


pemerintah dan semua jasa ini ditampung dalam sektor jasa sosial dan

NTB

Vg

Xg

kemasyarakatan. Jasa sektor pemerintahan adalah jasa umum yang


dihasilkan oleh instansi pemerintahan dan kantor perwakilan atau cabang-

= Sektor pemerintahan

cabangnya di daerah-daerah.

Fgl

= Pengeluaran konsumsi pemerintah untuk komoditi i

NTB = Nilai Tambah Bruto

221

Fgl

pemerintahan meliputi jasa pelayanan administrasi, keamanan dan lain-lain

222

Xg

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

M
x

Bab 8. Perlakuan Khusus

output Indonesia, subsidi dimasukkan di kuadran III (kode baris 205), dan

= Impor
= Output

besarannya sesuai dengan besarnya bantuan pemerintah terhadap masingmasing sektor. Pada beberapa tahun yang lalu, subsidi-subsidi yang

Pada versi lain, pengeluaran konsumsi pemerintah pada tabel hipotesis

diberikan pemerintah adalah untuk industri pupuk, gandum, beras dan

Fg dengan memindahkan isian tersebut dari

minyak. Pada tahun akhir-akhir ini subsidi pemerintah hanya terbatas untuk

di atas dapat pula diperlakukan,

permintaan akhir ke kolom permintaan antara G . Semua sel kolom dari


sektor G menjadi terisi dari baris 1 sampai dengan baris n sesuai dengan

pupuk. Namun demikian, subsidi ini bisa saja berkembang ke berbagai jenis
komoditi dan sangat tergantung kepada situasi dan kondisi ekonomi pada
saat ini.

penggunaan barang dan jasa untuk konsumsi pemerintah. Untuk memenuhi

Sebagai contoh subsidi pupuk, walaupun yang menerima subsidi adalah

konsep dasar input-output dimana jumlah input harus sama dengan output

industri pupuk, akan tetapi yang merasakan manfaat subsidi secara langsung

maka jumlah baris sektor pemerintahan harus juga bertambah sebesar

adalah para petani. Para petani sebagai pengguna pupuk tersebut berada

pertambahan jumlah kolom di sektor pemerintah. Pertambahan pada baris

pada

tersebut didistribusikan pada kolom-kolom yang terdapat pada baris sektor

menunjukkan besaran subsidi yang diterima oleh petani atau suatu industri

pemerintah sesuai dengan jasa pelayanan pemerintah terhadap sektor

maka subsidi tersebut ditempatkan pada komponen nilai tambah di sektor

produksi dan masyarakat. Oleh karena jasa keamanan pada masyarakat

industri pupuk. Akibatnya nilai tambah di sektor industri pupuk mencerminkan

memegang peranan penting dalam fungsi pemerintahan sehingga baris

nilai subsidi sebagai pengurang pajak tak langsung dan harga pupuk yang

sektor pemerintahan dan kolom konsumsi pemerintahan akan terdapat isian.

diterima petani adalah harga pupuk yang telah disubsidi.

sektor-sektor

yang

menghasilkan

komoditi

pertanian.

Untuk

Kemudian sebagai faktor penyeimbang, sisa jumlah kolom dengan jasa yang
didistribusikan dimasukkan pada kolom pemerintah di permintaan akhir.
8.3

Perlakuan Subsidi

8.4

Produk Ikutan dan Sampingan


Produk Ikutan (by product) dan produk sampingan (subsidiary product)

suatu kegiatan adalah hasil lain atau tambahan yang diperoleh dari kegiatan
Seperti yang dijelaskan pada uraian sektoral bahwa subsidi yang dicakup

tersebut. Hasil ini menurut sifat atau karakteristiknya berbeda dengan produk

dalam tabel input-output adalah subsidi komoditi, agar harga jual dari

utama dari kegiatan itu. Jika produk tersebut merupakan

komoditi yang dihasilkan oleh industri tersebut sesuai dengan harga yang

sektor lain, maka produk ikutan harus dipindahkan (transfer) ke sektor lain.

ditetapkan oleh pemerintah. Besaran subsidi tersebut sama dengan bantuan

Akan tetapi jika tidak merupakan produk utama sektor lain yang menunjang,

rutin pemerintah pada suatu industri dan diperlakukan sebagai faktor

maka produk ikutan tersebut tidak dipindahkan.

pengurang di pajak tidak langsung (pajak tak langsung neto). Pada input-

223

224

produk utama

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

8.5

Perlakuan Barang Bekas dan Apkiran

Bab 8. Perlakuan Khusus

c.

Metode Transfer Input dan Output


Metode ini menempatkan output dan input barang bekas pada sektor

Yang dimaksudkan barang bekas dan apkiran adalah barang yang


dihasilkan dan dianggap tidak bernilai bagi produsen barang tersebut dan

yang menghasilkan barang sejenisnya. Pada contoh di Tabel 8.5.3 nilai


barang bekas dimasukkan pada kolom sektor 2 dan baris sektor lainnya.

atau yang dihasilkan pada tahun-tahun sebelumnya tetapi masih bermanfaat


dan berperan dalam proses produksi.
Barang bekas dan apkiran diperlakukan khusus dalam Tabel input-output

Ketiga metode di atas mempunyai dampak terhadap besaran output


seluruh sektor dari struktur input beberapa sektor, dan pada akhirnya

oleh karena secara fisik barang tersebut masih dapat digunakan dan

mempengaruhi

besaran-besaran

tabel

analisis

input-output.

diperjualbelikan tetapi secara konsep konsumsi sudah habis dipakai. Barang

penggunanya, metode yang akan dipilih tergantung pada: peranan dari

bekas tersebut dalam kenyataannya mempunyai nilai transaksi. Disamping

barang bekas tersebut dalam perekonomian, kesepakatan atas nilai barang

itu barang bekas banyak diperjualbelikan dan menjadi bahan utama dalam

bekas (utility of the waste product), dan kegunaan barang-barang tersebut

industri daur ulang (recycling). Dengan sifat-sifat tersebut, maka penilaian

dalam ekonomi dan masyarakat, serta tujuan analisis ekonomi yang

dan perlakuan barang bekas dalam tabel input-output dapat dilakukan dalam

dilakukan.

3 cara:
Contoh: Perlakuan untuk Barang bekas, Sisa dan Produk Ikutan
a. Metode Biaya Negatif
Tabel 8.5.1
Metode Input Negatif

Cara ini adalah menempatkan pembelian barang bekas dengan nilai


negatif pada input sektor yang menggunakan barang bekas tersebut dan
baris output yang menampungnya atau pada baris dummy (biasanya
dimasukkan sebagai unclasified sector).

Ke
Dari

b. Metode Transfer Output


Metode ini menempatkan output/nilai barang bekas pada output sektor

Lainnya

Output

90

90

-10

10

Lainnya

100

100

100

Input

90

100

190

yang menghasilkan barang sejenisnya. Pada contoh di Tabel 8.5.2 nilai


barang bekas dimasukkan pada kolom sektor 2 dan baris sektor 1.

225

226

Dalam

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Bab 8. Perlakuan Khusus

Tabel 8.5.2
Metode Transfer Output
Ke

Dari

tersebut dipilih setelah memperhitungkan data yang tersedia dan yang sesuai
dengan konsep-konsep tabel input-output.

Lainnya

Secara teoritis, tabel input-output menunjukkan jumlah permintaan harus

Output

sama dengan penyediaan. Jika permintaan dan penyediaan ini diperkirakan


1

10

90

100

10

10

secara terpisah, maka seringkali besarannya menunjukkan angka yang


berbeda. Perbedaan ini dimasukan dalam kelompok perbedaan statistik dan

2
Lainnya

100

Input

100

ditempatkan pada bagian akhir dari kolom permintaan. Dalam tabel inputoutput Indonesia sebelumnya, besaran perbedaan statistik ini masih

100
10

100

tergabung dalam kolom selisih inventori dari kelompok permintaan akhir.

210

Tabel 8.5.3
Metode Transfer Output dan Input
Ke

Dari

8.6

Lainnya

Output

90

90

10

10

Lainnya

90

10

Input

90

10

100
100

200

Perbedaan Statistik (Statistical Discrepancy)


Perbedaan statistik dalam tabel input-output timbul sebagai akibat atas

pendekatan-pendekatan

(approaches)

yang

digunakan

dalam

memperkirakan output dan input setiap sektor. Pendekatan-pendekatan

227

228

Bab 9. Tabel Input-Output Regional

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

9.1.1

Tabel Input-Output
Regional
Dewasa ini tabel input-output telah digunakan sebagai kerangka analisis
pada tingkat regional. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya pihak yang
berminat

mendalami

masalah

tersebut.

Berbagai

studi

atau

usaha

penyusunan tabel input-output regional juga telah dilakukan, walaupun


1

kebanyakan masih terbatas untuk keperluan yang sifatnya khusus.

Tabel Input-Output Satu Region

Tabel input-output regional jenis yang pertama pada prinsipnya sama


dengan tabel input-output nasional. Oleh karena hal-hal yang telah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya, seperti kerangka dasar tabel input-output, konsep
dan definisi masing-masing variabel, prosedur maupun berbagai metode
pendekatan penyusunan tabel input-output nasional juga berlaku untuk inputoutput regional. Perbedaan antara tabel input-output nasional dengan tabel
input-output regional adalah pada konsep wilayah. Pada tabel input-output
nasional wilayah cakupannya meliputi negara (nasional) sedangkan pada
tabel input-output regional yang dimaksudkan dengan wilayah adalah provinsi
(daerah).

Tabel input-output regional yang telah dikenal selama ini ada dua jenis.
Jenis yang pertama adalah tabel input-output satu region (Intra regional), dan
jenis yang kedua adalah tabel input-output antar region (Intra regional). Tabel
Input-Output satu region adalah suatu tabel yang menggambarkan arus
transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi dalam satu daerah pada
periode tertentu. Sedangkan tabel input-output regional jenis yang kedua
menggambarkan arus transaksi antar sektor antar daerah. Salah satu
keunggulan tabel input-output jenis yang kedua yaitu mampu menunjukkan
ketergantungan antar daerah.
Pada Bab ini akan dibahas kedua jenis tabel input-output regional secara
ringkas. Mengingat perbedaan antara tabel input-output nasional dan regional
hanya pada cakupan wilayah, maka pembahasan umumnya tidak dilakukan
secara rinci.

9.1.2

Teknik Penyusunan

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pada dasarnya tabel inputoutput nasional sama dengan tabel input-output regional. Sehubungan
dengan itu, maka seluruh metode yang digunakan untuk penyusunan tabel
input-output nasional juga berlaku (dapat digunakan) untuk penyusunan
input-output regional.
Teknis penyusunan tabel input-output sebagaimana yang telah
diterangkan pada bab-bab terdahulu bisa dilakukan melalui berbagai metode.
Metode tersebut bisa merupakan metode langsung (survei) maupun metode
tidak langsung (non survei dan semi survei). Berikut ini akan dibahas secara
singkat mengenai masing-masing metode tersebut.
a. Metode Langsung

1
Misalnya usaha penyusunan tabel I-O regional yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Teknologi Mineral
(PPTM), misalnya: Penyusunan Tabel Input-Output Regional Provinsi Bali 1983, PPTM, Bandung 1987.

Metode langsung atau sering juga disebut metode survei adalah suatu
metode penyusunan tabel input-output, di mana data yang digunakan untuk
mengisi sel-sel yang membentuk tabel input-output diperoleh dari penelitian

229

230

Bab 9. Tabel Input-Output Regional

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

langsung di lapangan. Sehubungan dengan adanya penelitian/survei secara


langsung tersebut, maka penyusunan tabel input-output dengan metode ini
memerlukan banyak biaya, tenaga, maupun waktu yang tidak sedikit.
Misalnya untuk menyusun koefisien input (koefisien teknis) setiap sektor,
diperlukan data yang diperoleh dari hasil pencatatan mengenai masingmasing nilai pengeluaran untuk setiap kegiatan/usaha di setiap sektor. Untuk
memperoleh data pengeluaran setiap kegiatan/usaha tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian langsung di lapangan, baik melalui suatu survei khusus
2
maupun sumber-sumber lain yang mendukung. Uraian lengkap mengenai
teknis penyusunan tabel input-output melalui metode langsung ini dapat
dibaca kembali pada Bab 4, 5 dan 6.
b. Metode Tidak Langsung
Penyusunan tabel input-output regional secara langsung akan
menghasilkan data yang akurat, yang mampu mencerminkan kondisi daerah
yang sebenarnya. Namun demikian, penyusunan tabel input-output dengan
metode langsung bukan merupakan pekerjaan yang ringan. Hal ini
dikarenakan berbagai kendala, baik dari sisi tenaga, waktu maupun biaya.
Berpangkal tolak dari kendala tersebut, maka para ahli telah
mengembangkan teknik penyusunan tabel input-output melalui pendekatan
tidak langsung, baik melalui metode survei maupun metode non survei,
sebagaimana yang telah diterangkan pada Bab V buku ini.
Berbeda dengan metode penyusunan tabel input-output nasional, pada
penyusunan tabel input-output regional selain metode-metode yang telah
diterangkan di atas, juga masih terdapat metode-metode alternatif untuk
penyusunan tabel input-output regional. Metode dimaksud misalnya metode
persentase penawaran regional maupun metode koefisien lokasi.
Pembahasan kedua metode tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Bab
2
Survei yang bertujuan untuk mengatahui struktur pengeluaran setiap kegiatan usaha yang dilakukan oleh BPS,
biasanya disebut Survei Khusus Input-Output (SKIO)

231

VI buku Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output, BPS Desember


2008. Karena secara teori sudah ada pembahasan mengenai metode yang
digunakan dalam penyusunan input-output regional, maka pada bagian ini hal
tersebut tidak akan dibahas lagi. Pembahasan selanjutnya pada bab ini lebih
difokuskan kepada berbagai permasalahan yang dihadapi dalam praktek
penyusunannya.
9.1.3

Permasalahan

Penyusunan tabel input-output regional mengalami berbagai masalah.


Bahkan masalah yang ada lebih banyak dan lebih rumit dibandingkan
penyusunan tabel input-output nasional. Oleh karena itu, agar tabel inputoutput regional tetap bisa disusun, maka untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut terpaksa dikenakan suatu perlakuan-perlakuan khusus, antara lain:
a. Masalah Ekspor dan Impor
Untuk memperkirakan nilai ekspor dan impor provinsi atau lalulintas
perdagangan antar daerah jauh lebih sulit dibandingkan dengan perkiraan
perdagangan secara nasional (negara). Hal ini dikarenakan beberapa hal
yaitu:
1. Konsep ekspor & impor daerah mencakup tiga pengertian, yaitu: ekspor
luar negeri, antar pulau dan ekspor darat (antar provinsi). Sebaliknya
pada input-output nasional, konsep ekspor & impor hanya mencakup satu
pengertian saja, yaitu luar negeri.
2. Semakin kecil lingkup suatu daerah, sudah barang tentu sistem
perekonomiannya juga semakin terbuka. Dengan demikian dalam
menghitung lalu lintas perdagangannya, akan semakin banyak masalah
yang dihadapi.

232

Bab 9. Tabel Input-Output Regional

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

3. Dalam penghitungan input-output nasional, masih dapat dibedakan


antara warga negara Indonesia (WNI) dengan warga negara asing
(WNA). Demikian pula masih ada pencatatan berapa jumlah WNA yang
masuk ke Indonesia maupun WNI yang bepergian keluar negeri. Ini
berarti bahwa ekspor dan impor jasa meskipun masih mengalami banyak
kendala, namun masih bisa diperkirakan. Kondisi ini sangat berbeda
dengan keadaan di daerah. Pada tingkat provinsi, penduduk yang keluar
masuk sama sekali tidak ada pencatatannya. Berapa jumlah penduduk
luar daerah yang masuk dan berapa penduduk daerah yang
bersangkutan yang ke luar daerah. Apalagi sudah menyangkut rupiah
yang dibelanjakan di luar daerah, untuk berbagai pelayanan jasa yang
diterima. Kondisi ini lebih parah lagi terutama pada daerah-daerah
perbatasan.

Namun demikian, penggunaan masing-masing sumber data sebagai


dasar untuk mengestimasi ekspor/impor provinsi juga masih sangat lemah.
Hal ini dikarenakan dalam kenyataannya, statistik perdagangan luar negeri

yang digunakan sebagai sumber dalam mengestimasi ekspor/impor luar


negeri, datanya hanya didasarkan dari hasil pencatatan pada pelabuhan
muat (ekspor) dan pelabuhan bongkar (impor). Demikian pula statistik
bongkar muat barang di Indonesia, pencatatannya juga hanya didasarkan
pada pelabuhan di mana barang/komoditi tersebut dibongkar dan pelabuhan
di mana barang/komoditi tersebut dimuat. Akibat adanya sistem pencatatan
seperti itu, maka sangat mungkin bagi provinsi-provinsi yang tidak
mempunyai pelabuhan, maka ekspornya tidak tercatat. Sebaliknya provinsi
yang mempunyai pelabuhan, maka nilai ekspornya relatif besar. Bahkan
sangat mungkin akan banyak barang asing (barang yang tidak diproduksi di
daerah yang bersangkutan), akan tetapi muncul pada statistik ekspornya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai kemungkinan itu, perlu adanya
suatu kontrol, baik melalui jumlah produksi domestik, maupun dari data
impornya.
Selanjutnya untuk mengestimasi ekspor dan impor jasa selama ini tidak
ada sumber data yang bisa digunakan. Satu-satunya sumber yang mungkin
yaitu jumlah wisatawan. Ini hanya untuk mengestimasi ekspor jasa ke luar
negeri. Perkiraan ekspor jasa luar negeri dilakukan dengan mengalikan
berapa jumlah wisatawan asing yang datang dengan rata-rata jumlah
konsumsi (pengeluaran) setiap kunjungan. Statistik ini juga hanya didasarkan
pada pelabuhan kedatangan dan keberangkatan. Jadi sumber ini juga belum
memberikan jawaban/penyelesaian yang memuaskan. Karena kembali pada
konsep ekspor daerah, mestinya juga mencakup ekspor ke daerah/provinsi
lain. Akan tetapi karena tidak ada sumber lain, maka hal ini setidak-tidaknya
dapat memberikan gambaran, khususnya tentang ekspor jasa luar negeri
(wisman). Sedangkan untuk mengestimasi ekspor jasa ke provinsi lain, hal
yang mungkin dilakukan adalah dengan mengidentifikasi jumlah tamu hotel
yang berasal dari luar daerah. Karena jika jumlah tamu hotel yang berasal
dari luar daerah dapat diketahui, maka nilai ekspor jasanya dapat diestimasi
dengan mengalikan jumlah tamu tersebut dengan rata-rata pengeluaran per
tamu.

233

234

Sehubungan dengan adanya beberapa masalah sebagaimana


disebutkan di atas, maka untuk keperluan penghitungan/estimasi
ekspor/impor provinsi dilakukan beberapa pendekatan/perlakuan.
Sesuai dengan konsep ekspor barang provinsi yang mencakup ekspor
luar negeri, antar pulau dan antar provinsi (darat), maka untuk mengestimasi
ekspor barang dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
a

Ekspor/Impor barang luar negeri diestimasi melalui statistik perdagangan


luar negeri.
b. Ekspor/impor antar pulau diestimasi melalui statistik bongkar muat
barang di pelabuhan.c.
c. Ekspor/impor darat (antar provinsi) diestimasi melalui hasil pencatatan
barang dari DLLAJR atau jembatan timbang.

Bab 9. Tabel Input-Output Regional

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

b. Masalah Perusahaan Multi-Regional


Untuk memperkirakan output maupun struktur input suatu kegiatan/usaha
di daerah juga tidak lepas dari berbagai masalah.
Hal ini kembali pada kondisi yang ada di lapangan. Kenyataan yang ada,
sering dijumpai perusahaan-perusahaan yang bergerak di daerah merupakan
perusahaan multi-regional. Perusahaan-perusahan semacam itu biasanya
pembukuannya dilakukan secara terpusat. Hal tersebut akan menjadi suatu
masalah apabila akan dihitung secara regional. Hal ini sering dijumpai
misalnya pada perusahaan penerbangan, perusahaan angkutan darat,
angkutan laut, maupun perusahaan listrik dan sebagainya. Oleh karena itu,
untuk memperkirakan besarnya output yang ditimbulkan di suatu daerah,
serta besarnya masing-masing input yang digunakan bisa dilakukan melalui
alokasi secara proporsional sesuai dengan nilai produksi yang ada di masingmasing daerah. Namun demikian, penggunaan metode alokasi ini juga harus
memperhatikan jenis output kegiatan yang dialokasikannya. Jangan sampai
kalau outputnya sudah dialokasikan, maka struktur inputnya secara
proporsional langsung ikut dialokasikan. Karena bisa terjadi struktur input
suatu sektor di daerah yang satu berbeda dengan daerah yang lain. Misalnya
dalam penghitungan output sektor listrik, dan sektor air minum. Konsep
output pada sektor listrik adalah jumlah Kwh yang disalurkan, tanpa
memandang apakah daerah yang bersangkutan mempunyai pembangkit
sendiri atau tidak. Oleh karena itu bila penyusunan struktur inputnya
dilakukan juga secara proporsional berdasarkan jumlah Kwh yang disalurkan
itu, maka akan timbul kejanggalan (kurang sesuai). Karena struktur input
sektor listrik di daerah yang mempunyai pembangkit sendiri (baik dengan
tenaga air, generator ataupun lainnya) tentunya berbeda dengan struktur
input sektor listrik di daerah yang tidak mempunyai pembangkit. Karena pada
daerah yang tidak mempunyai pembangkit struktur inputnya hanya mencakup
biaya operasional pendistribusian saja. Oleh karena itu, walaupun dalam

235

penghitungan output boleh saja dilakukan secara proporsional, akan tetapi


dalam menyusun struktur input sektor, perlu diperhatikan jenis kegiatannya.
c. Penyusunan Matriks Impor
Untuk menyusun tabel input-output transaksi domestik, maka perlu
adanya matriks Impor. Padahal sebagaimana disebutkan di atas, untuk
mengestimasi jumlah impor masing-masing jenis barang saja sangat sulit,
apalagi untuk mencari sektor-sektor yang menggunakannya. Oleh karena itu,
untuk menghitung tabel input-output transaksi domestik tingkat provinsi
selama ini hanya dilakukan dengan suatu model. Model yang biasa
digunakan adalah model persentase suplai regional. Model ini pada dasarnya
membagi barang impor secara proporsional sesuai dengan masing-masing
jenis penggunaan input di setiap sektor pengguna. Model ini hanya
mengasumsikan bahwa setiap barang impor digunakan oleh setiap sektor
pengguna. Adanya asumsi ini mengandung beberapa kelemahan, karena
dalam kenyataannya banyak sektor-sektor yang semestinya tidak
menggunakan barang impor, tapi karena sifat dari sektor tersebut
mengandung jenis barang yang kebetulan sebagian barang tersebut
merupakan barang impor, maka terpaksa diperlakukan sama dengan barang
yang benar-benar menggunakan bahan impor.
d. Penyusunan Matriks TTM
Tabel transaksi harga produsen dapat dihitung jika ada matriks
perdagangan dan biaya pengangkutan (TTM). Sementara itu, penghitungan
matriks TTM untuk tingkat provinsi sampai sekarang juga belum pernah
dilakukan secara langsung. Karena itu, agar tabel harga produsen dapat
dihitung, maka perlu diturunkan suatu matriks TTM provinsi yang bersumber
dari TTM nasional. Penghitungan matriks TTM provinsi dilakukan dengan
mengalikan rasio TTM nasional dengan jumlah penawaran barang di provinsi.

236

Bab 9. Tabel Input-Output Regional

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Selanjutnya dari matriks TTM tersebut, dilakukan penyesuaian dengan


menggunakan kontrol output sektor pengangkutan maupun sektor
perdagangan itu sendiri. Dengan adanya kontrol dari kedua sektor tersebut,
maka matriks TTM dapat direkonsiliasi, sehingga diperoleh keseimbangan
baik menurut baris maupun menurut kolom. Di samping itu juga perlu
diperhatikan kelayakannya. Jika matriks TTM tersebut sudah diperoleh, maka
dengan mengurangkan tabel transaksi domestik dengan matriks TTM
tersebut dapat diperoleh tabel transaksi harga produsen.
9.2

Tabel Input-Output Antar Region

Semua pembahasan pada sub-bab terdahulu adalah tentang


penyusunan tabel input-output untuk suatu wilayah atau regional tertentu.
Berdasarkan tabel input-output tersebut dapat diketahui tentang keterkaitan
antar sektor ekonomi di regional yang bersangkutan. Akan tetapi akan sulit
untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi dengan wilayah lain hanya
berdasarkan tabel input-output tersebut. Seluruh sektor ekonomi di regional
tertentu seolah-olah diputuskan hubungannya dengan wilayah lain.
Untuk negara seperti Indonesia yang terdiri dari beberapa provinsi,
mengamati keterkaitan sektor-sektor industri hanya untuk lingkup regional
(provinsi) mungkin kurang memberikan hasil analisis yang tajam. Dalam
prakteknya, kebijakan ekonomi terhadap sektor ekonomi tertentu di suatu
provinsi seringkali memiliki dampak ke provinsi lainnya. Begitu juga dengan
pergeseran pola konsumsi. Peningkatan konsumsi rumah tangga untuk
produk elektronika provinsi A yang produk elektronikanya tidak terlalu kuat,
misalnya, akan mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap produk
elektronika diprovinsi B yang produk elektronikanya maju. Peningkatan
permintaan ini sudah barang tentu akan mempengaruhi sektor industri produk
elektronika di B dan pada gilirannya berpengaruh terhadap semua sektor
ekonomi di B .

Dalam rangka menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk


melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah yang berlainan tersebut
itulah, maka perlu disusun tabel input-output antar regional. Jenis tabel inputoutput ini sebenarnya telah dikembangkan oleh Isard pada tahun 1951.
Pembahasan pada bab ini hanya sebatas kerangka dan ide dasar dalam
penyusunan tabel input-output antar region. Bagi peminat yang ingin
mengetahui aspek pemodelan input-output antar region lebih jauh dapat
membaca buku yang ditulis oleh Miller dan Blair 3 (1985).

9.2.1

Kerangka Dasar Tabel Input-Output Antar Region

Sebagai ilustrasi pada Tabel 9.2.1 disajikan tabel input-output dua region,
yaitu region

A dan B . untuk penyederhanaan diandaikan bahwa di region

A hanya ada 3 sektor ekonomi dan diregion B ada 2 sektor ekonomi.


Notasi yang digunakan adalah seperti notasi pada bab-bab sebelumnya yaitu

x untuk transaksi antara, X untuk ouput, F untuk pemintaan akhir, E


untuk ekspor,

M untuk impor dan V untuk nilai tambah. Superskrip

menunjukkan kode region dan subskrip menunjukkan sektor ekonomi.


Dengan notasi tersebut maka
oleh sektor 1 di region

x12

AB

dapat dibaca sebagai transaksi antara

A dengan sektor 2 di region B .

3 Input-Output Analysis: Foundations and Extensions, Bab 3

237

238

Bab 9. Tabel Input-Output Regional

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Tabel Input-Output Antar Regional


Permintaan Antara

Output

Tabel 9.2.2
Kerangka Tabel Input-Output Antar Region A dan B
Dalam Bentuk Matriks

BBBB

AAAA

Tabel 9.2.1

dan

Output

Permintaan Akhir

Permintaan Antara

Permintaan Akhir
X

Region A

Input Antara

Input

Region
A

Region
B

Import

NTB

Region
A

Region B
3

Region
B

Ekspor

Output

Input

Region A

Region B

x AA

x BA

F AA

F AB

EA

x BA

x BB

F BA

F BB

EB

XB

F MA

F MB

Impor
Antara

A
B

Impor

MA

MB

NTB

VA

VB

E3 A

X3A

Input

XB

F1 BB

E1 B

X 1B

F2 BA

F2 BB

E2 B

X 2B

F MA

F MB

x11 AA

x12 AA

x13 AA x11 AB

x12 AB

F1 AA

F1 AB

E1 A

X1A

x 21 AA

x 22 AA

x 23 AA

x 21 AB

x 22 AB

F2 AA

F2 AB

E2 A

x 31 AA

x 32 AA

x 33 AA

x 31 AB

x 32 AB

F3 AA

F3 AB

x11 BA

x12 BA

x13BA

x11 BB

x12 BB

F1 BA

x 21 BA

x 22 BA

x 23

BA

x 21 BB

x 22 BB

x1 MA

x 2 MA

x 3 MA

x1 MB

x 2 MB

V1 A

V2 A

V3 A

V1 B

V2 B

Perhatikan bahwa ordo matriks-matriks diagonal pada transaksitransaksi,

x AA dan x BB adalah kuadrat sesuai dengan banyaknya sektor

x AA , misalnya, ordonya adalah 3 x 3


karena 3 sektor ekonomi di region A . Sementara matriks di luar diagonal
AB
BA
AB
(x
dan x ) bukan merupakan matriks kuadrat. Ordo x
adalah 3 x 2
karena ada 3 sektor ekonomi di A dan 2 sektor ekonomi di B .
pada masing-masing region. Untuk

Matriks-matriks non diagonal pada Tabel 9.2.2 sebenarnya merupakan


Output

X1

A
2

X3

X1

X2

matriks ekspor-impor antar region


ekspor dari region

Transaksi yang disajikan dalam tabel 9.2.1 menggunakan sistem


penilaian impor tidak bersaing, yaitu semua transaksi impor dikumpulkan ke
dalam satu baris tersendiri. Tabel 9.2.1 tersebut dapat pula disajikan dalam
bentuk matriks dan menjadi lebih sederhana seperti Tabel 9.2.2.

A dan B . Sebagai contoh x AB adalah

A yang digunakan sebagai input oleh sektor-sektor

B . Matriks ini secara simultan juga menunjukkan impor


region B dari region A yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sektor

produksi di region

produksi di region B. Dalam konteks tabel input-output, transaksi antara untuk


matriks-matriks non diagonal sering juga disebut sebagai perdagangan antar
region.
Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa transaksi impor pada baris
impor ( M ), hanyalah impor yang dilakukan oleh region yang bersangkutan
selain dari region yang dicakup dalam tabel. Jadi

239

240

M A adalah seluruh impor

Bab 9. Tabel Input-Output Regional

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

A selain yang berasal dari region B . Begitu juga M B adalah


seluruh impor ke B selain yang berasal dari B . hal yang sama berlaku juga
region

bagi impor yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Misalnya

F MA adalah impor yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir sektor


A selain yang berasal dari B .
Seiring dengan pengertian impor tersebut, maka ekspor pada Tabel 9.2.2
adalah ekspor selain ke region-region yang dicakup dalam tabel. Jadi
adalah seluruh ekspor dari

EA

A selain ekspor ke region B . Hal ini berlaku juga

saat ini penelitian terhadap arus barang dan jasa antar wilayah sampai ke
tingkat sektor pengguna memang relatif jarang, bahkan dapat dikatakan tidak
ada. Itulah sebabnya jenis tabel input-output belum dapat disusun
berdasarkan data yang sebenanya.
Begitupun mengingat pentingnya jenis tabel ini, maka BPS bekerjasama
dengan Keiai University-Jepang pada tahun 1995 telah berusaha
mengembangkan tabel input-output antar pulau. Dalam hal ini region yang
digunakan adalah pulau. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun
4
tabel input-output antar pulau tersebut adalah sebagai berikut :

untuk E .
Dalam penyusunan tabel input-output satu region tertentu antara lain
dapat disusun sepenuhnya dengan metode tidak langsung, terutama untuk
menyusun atau mengisi sel-sel transaksi antara. Cara tak langsung ini relatif
sulit diterapkan pada penyusunan tabel input-output antar region. Sebab
untuk menyusun arus barang antar region paling tidak diperlukan survei
mendalam.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
yang diperlukan dalam penyusunan tabel input-output antar region. Pertama,
lakukan survei ke perusahaan-perusahaan di kedua wilayah untuk
mengetahui berapa banyak input yang digunakan berasal dari produk lokal
(region domisili perusahaan) dan berapa banyak yang berasal dari region
lain. Dengan cara ini maka akan diperoleh informasi sepanjang kolom-kolom
transaksi antara. Sementara untuk kolom permintaan akhir datanya dapat
dikumpulkan melalui penelitian terhadap pola konsumsi terhadap produk lokal
dan impor. Pedekatan kedua adalah dengan menanyakan pola penjualan
produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi, berapa banyak yang
dijual ke sektor produksi di region yang sama dan region lain, berapa yang
dijual ke konsumen di region yang sama dan region lain dan berapa pula di
ekspor. Dengan cara kedua ini maka diperoleh estimasi tabel input-output
antar regional menurut baris. Secara ideal kedua cara tersebut akan
memberikan hasil yang sama, walaupun dalam praktek bisa saja terjadi bias.
Kendala utama dalam penyusunan tabel input-output antar regional di
Indonesia selama ini adalah terbatasnya jenis data yang tersedia. Sampai

241

1. Lakukan estimasi terhadap output ( X ), permintaan akhir

FD R , dan

nilai tambah ( V ) menurut sektor dan regional.


2. Lakukan survei untuk menyusun matriks arus perdagangan barang dan
jasa.
3. Estimasi ekspor ( ELR ) dan Impor ( MLR ) dan dari luar negeri.
4. Jika tabel input-output suatu region tidak tersedia, transaksi antara dapat
ditaksir dengan menggunakan koefisien input nasional, yaitu koefisien
input nasional kali output untuk regional yang bersangkutan,
R

diperoleh X ij .
5. Berdasarkan arus perdagangan barang dan jasa, maka secara kasar
dapat ditaksir ekspor domestik ( EDR ) dan impor domestik ( MDR ).
Domestik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dalam satu wilayah
negara. Jadi EDR dan MDR merupakan ekspor dan impor ke pulau
lain.
6. Dari langkah-langkah tersebut dapat diperoleh hubungan:

X ijR + FD R + ELR MLR + ED R MD R = X R .


7.

Jika

hubungan

tersebut
R

rekonsiliasi terhadap X ij ,

belum

dipenuhi,

maka

perlu

dilakukan

ED R , dan MD R .

4 Diadaptasi dari Estimation Method of The Inter Regional Input-Output Table of 5 Regions of Indonesia oleh
Prof. Koichi Nidaira.

242

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Daftar Pustaka

Blin, J.M. and Cohen, C., Technological similarity ang aggregation in inputoutput system: a cluster-analytic approach, Review of economic and

DAFTAR PUSTAKA
Abraham, William I., National Income and Economic Accounting, PrenticeHall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1969.
Allen, R. I. G. Some experiments with the RAS method of input-output
coefficients, Bulletin of the Oxford University Institute of Economics and
Statistics, 36, pp. 215-228, 1974.
Allen, R. I. G. and Lecomber, J. R. C., Some tests on a generalized version of
RAS, in Allen, R. I. G. and Gossling, W. F. (eds.), Estimating and
Projecting Input-Output Coefficients. London: Input-Output Publishing
Co., 1975.
Almon, C., Investment in input-output models and treatment of secondary
products, In Carter, A. and Brody, A. (eds.), Contributions to InputOutput Analysis, Vol. II. Amsterdam: North-Holland, 1970.
Ara, K., The aggregation problem in input-output analysis, Econometrica, 27,
pp. 257-262, 1959.
Armstrong, A. G., Technology assumptions in the construction of U.K. inputoutput tables, in Allen, R. I. G. and Gossling, W.F. (eds.), Estimating and
Projecting Input-Output Coefficients. London: Input-Output Publishing
Co., 1975.
Bacharach, M.,

Biproportional

Matrices

and

Input-Output

Change.

Cambridge: CUP, 1970.


Balderston, J.B. and Whitin, T.M., Aggregation in the input-output model, in
Morgensten, o. (ed.), Economic Activity Analysis. New York: Wiley,
1954.
Barker, T., Some experiments in projecting intermediate demand, in Allen, R.
I. G. and Gossling, W. F. (eds.), Estimating and Projecting Input-Output
Coefficients. London: Input-Output Publishing Co, 1975.
Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia 2004-2007, Jakarta.

Statistics, 60, pp. 82-91, 1977.


de Boer, P. M. C., On the relationship between production functions and
input-output analysis with fixed value shares, Weltwitschaftliches Archiv,
Band 112, pp. 754-759, 1976.
de Boer, P. M. C., "Effects of relative price changes on input-output ratios-an
empirical study for the Netherlands", Paper presented to the Seventh
International Conference on Input-Output Techniques, Innbruck, April,
1979.
Brown, D.M. and Giarratini, F., "Input-Output as a simple econometric model:
a comment", Review of Economics and statistics, 61, pp. 621-623, 1979.
Bruno, M., Dougherty, C. and Fraenkel, M, "Dynamic input-output, trade and
development", in Carter, A. P. and brody, a. (eds.), Applications of InputOutput Analysis, Vol. II. Amsterdam: North-Holland, 1972.
Bulmer-Thomas, V., "The valuation of transactions in input-output tables",
Journal of Economic Studies, 5, pp. 1-19, 1978.
Carter, A., "Incremental flow coefficients for a dynamic input-output model
with changing technology", in Barna, T. (eds.), Structural
interdependence and Economic Development. London: Macmillan, 1963.
Chenery, H.B. and Clark, P., Interindustry Economics, J. Wiley & Sons, Inc.,
New York, 1959.
Drabek, Z., "Input-output price models and their use in inter-country
comparisons", Discussion Paper No. 80-26, dept. of economics,
University of British Colombia, 1980.
Evans, W.D. and Hoffenberg, M., "The interindustry relations study for 1947",
Review of Economics and Statistics, 34, pp. 97-142, 1952.
Fisher, W., "Criteria for aggregation in input-output analysis", Review of
Economics and Statistics, 40, pp. 250-260, 1958.

Badan Pusat Statistik, Tabel Input-Output Indonesia 2005, Jakarta.

243

244

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Daftar Pustaka

Geary, R. C., "A method of estimating the elements of an interindustry matrix,


knowing the row and colomn totals". Economic and Social Review, 4, pp.

Jones, L. P. The Measurement of Hirschmanian linkages, Quartely Journal of

477-485, 1973.
Gerking, S.D., Input-output as a simple econometric model: a reply, Review

Kaneko, Yukio, Input-Output Table and Input-Output Analysis, ESD, Bank

of economics and statistics and statistics, 61, pp. 623-626, 1979.


Ghosh, A., Input-output models for planning in a mixed economy-a new
approach, Paper presented to the Seventh International Conference on
Input-Output Techniques, Innsbruck, April, 1979.
Government of Japan, 1970 Input-Output Tables, Explanatory Report, Tokyo,
1974.

Economics, 90, pp. 323-333, 1976.


Indonesia, Jakarta, 1973.
Kaneko, Yukio, On the Treatment of Imports in the Entry of the Input-Output
Table, ESD, Bank Indoseia, jakarta, 1973.
Kendrick, John, Economic accounts and Their uses, Mc. Graw Hill, New York,
1972.
Kossov, V., The theory aggregation in input-output models, in Carter, A.P.
and Brody, A. (eds.), Contributions to Input-Output Analysis, Vol. I.

Hadley, G., Linear Algebra. Reading, Mass : Addison-Wesley, 1961.


Henry, E. W., Relative efficiency of RAS versus least squares methods of

Amsterdam: North-Holland, 1970.


Kuyvenhoven, A., Planning with the semi input-output method. Leiden :

updating input-output structures, as adjudged by application to Irish data,

Martinus Nijhoff, 1978.


Lecomber, J.R.C., A generalisation of RAS, Cambridgr, Departmen of Applied

Economic and Social Review, 5, pp. 7-29, 1973.


Hoover, E., An Introduction to Regional Economics. New York : Alfred A.
Knopf, 1971.
Institute of Developing Economics, Detailed Programme of 1970 Input-Output

Economics, growth Project Paper No.196, 1964.


Lecomber, J.R.C., A critique of methods of adjusting, updating and projecting
matrices, in Allen R.I.G. and Gossling, W.F. (eds.), Estimating and

Table of Japan, Tokyo, 1974.


Institute of Developing Economics, International Input-Output Table Japan-

Projecting Input-Output Coefficientson: Input-Output Publishing Co,


1975.

Korea 1970, Tokyo, 1975.


Isard, W., International and regional input-output analysis : a model of a

LEKNAS-KYODAI, Input-Output Table of Indonesia, 1969 Inter-Industrial


Transactions Studies, Kyoto, 1973.

space economy, Review of Economics and Statistics and Statistics, 33,

Leontif, W., The Structure of american Economy 1919-1939. Cambridge,

pp. 318-328, 1951.


Isard, W. and langford, T., Regional Input-Output Study : Recollections,

Mass. : Harvard University Press, 1951.


Leontif, W., Interregional Theory, in Leontif, W. (ed.), Studies in the Structure

Reflections and Diverse Notes on the Pliladelphia Experience.


Cambridge, Mass : MIT Press, 1971.
Johansen, L., On the theory of dynamic input-output models with defferent
time profiles of capital construction and finite life-time of capital

of the United State Economy. New York, OUP, 1953.


Leontif, W., Domestic Produstion and Foreign Trade : the American capital
position re-examined, in Input-Output Economics, Oxford: Oxford
University Press, 1966.

equipment, Journal of Economic Theory, 19, pp. 513-533, 1978.

245

246

TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT

Leontif, W., The dynamic inverse, in Carter, A. and brody, A. (eds.),


Contributions to Input-Output Analysis, Vol. I. Amsterdam: North-

Daftar Pustaka

Stone, R. et al., Input-Output Relationships 1954-66. Vol. 3 of a Programme


for Growth, Cambridge, Department of Applied Economics, London :

Holland, 1970.
Lynch, R. G., An assessment of the RAS method for updating input-output
tables, Paper presented to the Seventh International Conference on

Taylor, L., Macro Models for Developing Countries. New York: McGraw-Hill,
1979.

Input-Output Techniques, Innsbruck, April, 1979.


Malinvaud, E., Aggregation problems in input-output models, in Barna, T.

United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series


F, No.2, Rev.3, New York, 1968.

(ed.), The Structural Interdependence of the Economy. New York: Wiley,


1956.

United Nations, Problems of Input-Output Tables and analysis, Studies in


Methods, Series F, No.14, Rev.1, New York, 1973.

Meirnyk, William H., The Elements of Input-Output Analysis, Random House,

United Nations, Input-Output Tables and Analysis, Studies in Methods, Series

Inc., New York, 1965.


Morimoto, Y., On aggregation problems in input-output analysis. Review of

F, No.14, Rev.1, New York, 1973.


United Nations, International standard Classification, International Standard

Economic Studies, 37, pp. 119-126, 1970.


Morimoto, Y., A note on weighted aggregation in input-output analysis,

Classification of All Goods and Services (ICGS), Draft, E/CN. 3/493,


New Delhi, 1976.
Waugh, F., Inversion of the Leontief matrix by a power series, Econometrica,

International Economic Review, 12, pp. 138-143, 1971.


O-Connor, R. and Henry, E. W., Input-Output Analysis and its Applications,
London: Charles Griffin, 1975.
Rassmussen, P., Studies in Intersectoral Relations. Amsterdam: NorthHolland, 1957.

Chapman and Hall, 1963.

18, pp. 142-154, 1950.


Yamashita, Shoishi, Elementary Mathematics for Input-Output Analysis, ESD,
Bank Indonesia, Jakarta, 1973.

Richarson, H., Input-Output and Regional Economics, London: Weidenfeld


and Nicolson, 1972.
Riefler, R. and Tiebout, C. M., International input-output: an empirical
California-Washington model. Journal of Regional Science, 10, pp. 135152, 1970.
Schaffer, W. A. and Chu, K., Non-survey techniques for constructing Regional
interindustry models, Paper and Proceedings of the Regional Science
Association, 23, pp. 83-101, 1969.
Stone, R., Input-Output and National Accounts, OEEC, Paris, June, 1961.

247

248

Tim Penyusun Buku


Pengarah

1. Sugito Suwito, MA
2. Kusmadi Saleh, MA

Penanggung jawab

Penanggung jawab :

1. DR. Komet Mangiri

Penyunting

Penyunting

1. Arie Sukarya, M.Com


2. Drs. Waris Marsisno, M.Stat
3. Budi Cahyono, SSi
4. Wikaningsih, SE

Penulis

Pengetikan

: Tim Subdit Konsolidasi Neraca


Produksi Nasional

Pengetikan

Tim Revisi Buku

Tjahyani Sudirman, BSt; Dr. Komet Mangiri;


Dr. Slamet Sutomo; Rusman Heriawan, SE;
Supriyanto, MA; Arie Sukarya, M.Com;
Drs. Waris Marsisno, M.Stat; Budi Cahyono, SSi;
Wiwiek Arumwati, M.Si; Nursinah Amal Urai, MA;
Abdul Rahman, SE; Dyan Pramono Effendi, SE;
Ir. Emil Azman, MBA; Dianawati, BSt; Sudartono

Busmin Oloan M

1. Supriyanto M.A.

1. Ihsanurijal, M.Si.
2. Suryadiningrat, MM
3. Eko Oesman M.Si
4. Rerta Mastiani S.Si
5. Suryadi, MM
6. Busminoloan, SE
7. Arif Maelan Khasani, S.ST
8. Ratna Sulistyowati, S.ST
9. Budi Triyanto

Anda mungkin juga menyukai