MENCERDASKAN BANGSA
TEKNIK PENYUSUNAN
TABEL INPUT-OUTPUT
Nomor Katalog : 9214.
ISBN
: 979-598-628-7
Naskah
Gambar Kulit
Diterbitkan oleh :
BADAN PUSAT STATISTIK
Dicetak oleh
Kata Pengantar
Akhirnya kepada para pihak yang telah membantu dan berperan dalam
Konsep
pembangunan
ekonomi
secara
terpadu
ternyata
telah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini adalah data yang dimuat dalam
kerangka tabel input-output.
Tabel input-output sebagai sistem penyajian data sebenarnya telah mulai
meningkat
pada
dekade
1970-an.
Tabel
input-output
Tim Penyusun
BAB 4.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
BAB 1.
Halaman
i
iii
PENDAHULUAN ...................................................................
53
53
54
55
56
56
62
63
79
7
7
84
86
15
17
90
19
...................................................................................
94
104
2.2.2.
2.2.3.
21
PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK
ESTIMASI PERMINTAAN AKHIR DAN IMPOR ...................
109
110
110
120
27
27
135
141
Persiapan .................................................................
Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output .................
28
38
143
153
48
48
49
2.2.4.
BAB 5.
23
25
iii
51
iv
BAB 6.
229
230
167
230
167
232
237
238
243
169
...................................................................................
6.2. Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen ....................
173
184
BAB 7.
195
195
197
200
210
210
212
217
217
221
223
224
227
229
BAB 8.
vi
Bab 1. Pendahuluan
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Bab 1. Pendahuluan
lintas sektoral, maka sejak awal 1980-an minat terhadap model input-output
mulai meningkat.
Model-model input-output yang diimplementasikan dalam analisis
ekonomi antara lain adalah analisis dampak kegiatan pariwisata, APBN dan
ekspor terhadap perekonomian. Implementasi lain adalah untuk melakukan
analisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penggunaan sumber daya
alam, teknologi dan lingkungan.
Di tingkat internasional, BPS bekerjasama dengan IDE telah menyusun
tabel input-output bilateral Indonesia-Jepang, untuk tahun 1975, 1985 dan
1990. Dengan menggunakan tabel-tabel ini maka dapat dikembangkan model
input-output bilateral yang dapat digunakan untuk mengukur dampak
kebijaksanaan ekonomi di suatu negara terhadap perekonomian negara lain.
Bahkan sejak tahun 1999, atas kerja sama BPS dengan IDE-Jepang, telah
dikembangkan tabel input-output multilateral untuk tahun 1995, 2000 dan
2005 yang meliputi 10 negara dan rest of the world (ROW).
Pada tingkat regional, kebutuhan model input-output sebagai alat
perencanaan pembangunan dan analisis ekonomi juga mulai muncul. Kondisi
ini didukung oleh meningkatnya kebutuhan terhadap data dan alat analisis
yang memadai untuk menyusun perencanaan pembangunan regional.
Apalagi dengan semakin kuatnya arus disentralisasi melalui kebijakan
otonomi daerah, tuntutan kebutuhan terhadap alat analisis yang handal akan
semakin meningkat. Dengan demikian suka atau tidak, perencanaan
pembangunan regional harus mampu merefleksikan proses desentralisasi
perencanaan di satu pihak dan bottom-up planning di lain pihak. Tentu saja
dengan tetap memperhatikan tujuan dan sasaran pembangunan nasional.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
adalah model input-output regional. Melalui model ini antara lain dapat
dilakukan analisis terhadap struktur dan keterkaitan ekonomi antar sektor di
dalam suatu region tertentu atau keterkaitan dengan sektor di region lain
bahkan dengan luar negeri. Untuk maksud tersebut, sejumlah provinsi telah
mencoba melakukan penyusunan tabel input-output regional. Sebagian kecil
dari tabel input-output provinsi tersebut disusun dengan metode langsung
Bab 1. Pendahuluan
Selain Bab 1, buku ini memuat 8 bab lainnya. Pada Bab 2 akan diuraikan
tentang kerangka dan pendekatan dalam menyusun tabel input-output.
Pembahasan antara lain mencakup konsep dan definisi penting yang
digunakan dalam tabel input-output, jenis-jenis tabel transaksi yang biasa
disajikan dan asumsi serta keterbatasan dari model yang dikembangkan
berdasarkan suatu tabel input-output.
1.2
Sistematika Penyajian
Kerangka
Tabel Input-Output
matriks (kuadran) dengan kerangka penyajian seperti pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1
Kerangka Penyajian Tabel Input-Output
Kuadran I
(n x n)
Kuadran II
(n x m)
Kuadran III
(p x n)
Kuadran IV
(p x m)
ekonomi.
Keterangan :
Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks
pada bab ini akan diuraikan tentang kerangka dasar tabel input-output, jenisjenis tabel transaksi serta beberapa konsep dan definisi pokok yang pada
Isian dari kuadran I adalah informasi tentang transaksi barang dan jasa
2.1
data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris
menunjukkan alokasi output yang dihasilkan oleh suatu sektor dan digunakan
sebagai input oleh sektor-sektor produksi. Sedangkan isian sepanjang
kuadran ini bukan merupakan tabel pokok dan untuk beberapa alasan dalam
akhir yang dimaksudkan dalam hal ini adalah permintaan atas barang dan
menghasilkan satu jenis output dengan struktur input yang tunggal dan
tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda.
b. Proporsionalitas
yaitu
asumsi
bahwa
kenaikan
serta output dari sektor-sektor domestik. Jadi, isian sepanjang baris pada
kuadran II menunjukkan komposisi permintaan akhir dan penyediaan di suatu
sektor menurut jenis komponen. Sedangkan isian sepanjang kolom
(proportionality),
kuadran Nilai Tambah Bruto (NTB) atau input primer. Input primer adalah
input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi dan terdiri
dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Isian
tersebut antara lain adalah pada rasio input yang diasumsikan konstan
input-output.
Di samping itu, asumsi-asumsi tersebut juga menegaskan bahwa
10
digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut terdiri dari
Tabel 2.2
Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi
Alokasi
Output
Struktur
Input
Permintaan
Antara
1
1
2
3
x11
x21
x31
x12
x22
x32
x13
x23
x33
Input Primer
V1
V2
V3
Jumlah Input
X1
X2
X3
Input
Antara
Permintaan
Akhir
F1
F2
F3
Penyediaan
Impor
Jumlah
Output
M1
M2
M3
X1
X2
X3
yang sama berlaku juga untuk sektor 2 dan 3. Selanjutnya, dari uraian
tersebut maka untuk setiap baris pada tabel 2.2 dapat disusun persamaan:
11
12
x11 + x 21 + x31 + V1 = X 1
x 21 + x 22 + x 23 + F2 = X 2 + M 2
x12 + x 22 + x32 + V2 = X 2
.. (2.1)
x13 + x 23 + x33 + V3 = X 3
umum:
x
j =1
ij
.. (2.4)
+ Fi = X i + M i , untuk I = 1,2,3
j =1
.. (2.2)
atau
ij
+ V j = X j , untuk j = 1,2,3
.. (2.5)
di mana
3
X i = xij + Fi M i
..... (2.3)
Vj
j =1
di mana:
xij
Xi
Fi
Mi
X i = X j , untuk i = j atau
i =1
j =1
Xi = X j
.. (2.6)
Dengan melakukan pengamatan dari sisi kolom terhadap tabel 2.2 dapat
diperoleh gambaran susunan input di masing-masing sektor produksi.
Sebagai contoh, untuk sektor 1 jumlah input yang digunakan adalah sebesar
X 1 . Jumlah input tersebut terdiri dari input antara dan input primer. Besarnya
input antara yang diperoleh dari sektor 1, 2 dan 3 masing-masing adalah
sebesar
13
X = x + F - M
i
i=1
ij
i=1
j=1
i=1
j=1
ij
j=1 i=1
... (2.7a)
= x + V
Xj
i=1
...... (2.7b)
j=1
14
x
i
Di samping itu, penilaian atas transaksi yang disajikan dalam tabel inputn
ij
karena,
i=1
x
i
ij
i=1
ij
j=1 i=1
output dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian atas dasar harga
produsen dan atas dasar harga pembeli (konsumen). Jika penilaiannya
x + F - M = x + V
i=1 j=1
j=1
F - M = V
i
i=1
i=1
...... (2.8)
i=1
Sisi kanan pada persamaan (2.8) adalah jumlah NTB dari semua sektor
harga produsen, (c) tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dan
2.2
kuadran I, II dan III tabel input-output adalah transaksi barang dan jasa
antara sektor ekonomi. Berdasarkan hal ini maka tabel-tabel dalam ketiga
kuadran, disebut juga sebagai tabel transaksi.
Sesuai dengan lingkup pencatatannya, transaksi yang disajikan pada
tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu transaksi total dan
transaksi domestik. Transaksi total mencakup semua transaksi barang dan
jasa, baik yang berasal dari impor maupun dari produk sektor domestik.
15
16
2.2.1
Nilai transaksi yang disajikan pada tabel ini mencakup nilai transaksi dari
seluruh barang/jasa (impor dan domestik) dan menggunakan dasar penilaian
harga pembeli. Oleh karena itu pada tabel jenis ini, impor, margin
perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai kolom
penyediaan. Oleh karena margin perdagangan dan biaya pengangkutan
sudah dicakup pada setiap transaksi, maka tidak ada input antara yang
berasal dari sektor perdagangan. Begitu juga input antara dari sektor
pengangkutan, biaya pengangkutan selain biaya pengangkutan yang dicakup
adalah seluruh biaya angkutan barang dagangan, seperti angkutan umum
dan barang pindahan.
Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga pembeli dapat
dilihat pada tabel 2.3 berikut.
17
18
2.2.2
Nilai transaksi pada tabel ini juga mencakup nilai dari semua transaksi
barang/jasa baik impor maupun domestik, akan tetapi harga yang digunakan
untuk menilai transaksinya adalah harga produsen. Oleh karena setiap
transaksi hanya mencakup harga produsen, maka margin perdagangan dan
biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input antara yang berasal dari
sektor perdagangan dan biaya pengangkutan. Dengan demikian margin
perdagangan dan biaya pengangkutan di kolom penyediaan nilainya akan
sama dengan nol. Tabel transaksi total atas dasar harga produsen dapat
diperoleh dari tabel transaksi total atas dasar harga pembeli setelah margin
perdagangan dan biaya pengangkutan dikeluarkan dari setiap sel
transaksinya.
Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga produsen
disajikan pada tabel 2.4.
19
20
2.2.3
Setiap sel pada tabel jenis ini hanyalah transaksi atas barang dan jasa
yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik) dan menggunakan dasar
penilaian harga pembeli. Oleh karena setiap transaksinya hanya mencakup
barang dan jasa domestik, maka kolom penyediaan yang berasal dari impor
nilainya akan sama dengan nol. Untuk tetap menjaga keseimbangan jumlah
input dan jumlah output, maka seluruh input yang berasal dari impor disajikan
pada baris tersendiri.
Contoh penyajiannya adalah seperti pada tabel 2.5.
21
22
2.2.4
Setiap nilai transaksi pada jenis tabel ini hanya mencakup barang/jasa
domestik dan dinilai atas dasar harga produsen. Oleh karenanya kolom
penyediaan dari impor dan margin perdagangan & biaya pengangkutan
nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi domestik atas dasar harga
produsen dapat juga diperoleh dari tabel transaksi domestik atas dasar harga
pembeli dengan mengeluarkan margin perdagangan dan biaya
pengangkutan dari setiap transaksinya. Tabel transaksi domestik atas dasar
harga produsen memiliki peran penting dalam analisis dengan model yang
diturunkan dari tabel input-output, terutama karena transaksi pada jenis tabel
ini benar-benar mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah domestik
yang dinilai dengan harga produsen.
Contoh penyajian tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen
dapat dilihat pada tabel 2.6.
23
24
2.3
25
26
Diagram 3.1
Prosedur Umum Penyusunan Tabel Input-Output
3.
Persiapan:
a.
b.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
dengan tujuan ini maka pembahasan pada bab ini hanya mencakup prosedur
umum dan metode atau pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun
tabel input-output.
3.1
Estimasi:
Output
Input Antara
Input Primer
Permintaan Akhir dan Impor
Ekspor
Prosedur Umum
2.
Proses Rekonsiliasi
Penyeimbangan baris dan kolom
3.1.1
Persiapan
27
28
anggaran, sangat tergantung pada dua hal pertama, yaitu tim kerja dan
Dalam bab-bab yang lalu telah pula dijelaskan bahwa setiap sel pada
suatu tabel memiliki makna ganda, yaitu sebagai bagian output dari suatu
sektor (informasi sepanjang baris) dan sebagai bagian dari input sektor yang
untuk balas jasa anggota tim. Begitu juga semakin banyak sektor yang akan
digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan, di samping
mengetahui secara logis susunan input dari sektor yang menjadi tanggung
jawabnya. Sehingga penanggung jawab sektor yang bersangkutan dapat
dua hal pertama, yaitu penyusunan tim kerja dan klasifikasi sektor. Bagi para
memutuskan apakah susunan input dari sektor yang diolahnya sudah layak
pihak yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang penyusunan jadwal
dan anggaran dapat menggunakan bacaan lain sebagai acuan, misalnya
atau belum. Begitu juga seorang penanggung jawab sektor harus mengetahui
sektor-sektor apa saja yang menjadi konsumen dari output sektor yang
kata lain, seorang tim ahli ekonomi yang terlibat dalam proses penyusunan
tersebut jelas bahwa banyaknya anggota dari tim ahli ekonomi yang
diperlukan akan sangat tergantung dari banyaknya sektor ekonomi yang
menegaskan bahwa dalam penyusunan tabel input-output sekurangkurangnya diperlukan dua kelompok tenaga ahli, yaitu kelompok ahli
pada umumnya sekitar dua atau tiga orang. Sedangkan kualifikasi dasar
yang dibutuhkan adalah kemampuannya untuk mengolah data dalam bentuk
matriks, yaitu sistem pengolahan data yang menggunakan dua dimensi, baris
dan kolom. Dengan berkembangnya perangkat lunak komputer, terutama
29
30
Seperti
yang telah
ekonomi dalam
pada fasilitas yang disediakan oleh berbagai perangkat lunak sejenis ini,
misalnya Excel atau Mini Tab, memungkinkan untuk melakukan pengolahan
komoditi dalam perekonomian. Dalam hal ini peranan antara lain ditentukan
dengan menggunakan parameter output, nilai tambah dan atau tingkat
memiliki peranan yang sangat penting tetapi jika datanya tidak memadai akan
menimbulkan persoalan dalam proses penaksiran isian sel-sel untuk komoditi
diselesaikan dengan baik dalam tahap persiapan. Hasil dari tahap ini akan
menentukan dan mempengaruhi tahap pekerjaan berikutnya, termasuk akan
yang bersangkutan.
Selain berbagai pertimbangan seperti yang telah diuraikan, untuk
tunggal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bahwa hanya ada satu
sebelum tim kerja terbentuk. Walaupun ada juga yang melakukannya secara
simultan bersamaan dengan pembentukan tim kerja. Untuk memperoleh
teknologi atau cara yang digunakan untuk menghasilkan seluruh output oleh
suatu sektor ekonomi. Atau dengan kata lain dalam satu sektor berlaku
tabel input-output yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak,
input bersifat linier, artinya peningkatan output suatu sektor akan diikuti
dengan peningkatan input yang sebanding. Penerapan prinsip dasar tersebut
bermanfaat.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun klasifikasi
31
32
juga sangat mempengaruhi besarnya biaya, waktu dan data atau informasi
harus disediakan.
output Indonesia yang dihasilkan oleh BPS, pemberian nama sektor sejauh
mungkin diupayakan menggunakan nama komoditi, misalnya sektor industri
semen menjadi sektor semen saja, tidak lagi mengandung kata industri.
hal tersebut maka beberapa komoditi yang mempunyai sifat fisik serupa atau
diproses dengan teknologi serupa dapat digabungkan menjadi satu sektor
yang sama. Bahkan untuk beberapa sektor terpaksa tidak lagi menganut
prinsip dasar, karena eksistensinya merupakan tempat penampungan dari
komoditi atau teknologi yang heterogen sebagai sisa pilihan dari sektor-
sektor yang terbentuk sebelumnya. Sektor yang terakhir ini biasanya diberi
nama Sektor Lainnya.
syarat, yaitu
mungkin juga harus diupayakan agar klasifikasi sektor yang dihasilkan sudah
merupakan hasil optimal setelah mempertimbangkan data yang tersedia
c.
yang dibentuk.
Ada dua sistem yang dapat digunakan untuk memberikan nama atau
judul sektor dalam tabel input-output, yaitu berdasarkan nama komoditi,
berdasarkan jenis kegiatan atau aktivitas dan gabungan antara keduanya.
output dapat didasarkan pada: (a) komoditi, (b) aktivitas dan (c) gabungan
antara komoditi dan aktivitas. Cara yang paling ideal sebenarnya adalah
menempatkan satu jenis komoditi pada satu sektor. Namun hal itu tidak
mungkin dilakukan karena jumlah sektor yang akan terbentuk akan menjadi
terlalu banyak.
Untuk memilih dan mengelompokkan komoditi atau aktivitas menjadi
suatu sektor dengan cermat maka harus dilakukan dengan membuat daftar
atau listing dari semua jenis komoditi yang ada lengkap dengan segala sifat-
33
34
sifat fisik dan teknologi pembuatannya. Akan tetapi untuk melakukan hal ini
ternyata tidak mudah. Oleh sebab itu akan lebih mudah bila sistem klasifikasi
tabel input-output diawali dan didasarkan pada klasifikasi yang sudah ada
hanya menghasilkan satu produk utama yaitu umbi, tetapi di samping itu ada
hasil ikutan berupa daun dan batang ketela. Walaupun teknologi yang
digunakan pada usaha penanaman ketela pohon merupakan teknologi
(ISIC) dan Harmonized System (HS). Cara kedua inilah yang pada umumnya
digunakan untuk menyusun klasifikasi sektor dalam penyusunan tabel-tabel
tunggal, ternyata hasilnya tidak tunggal, yaitu terdiri tiga jenis komoditi. Ketiga
jenis komoditi tersebut dalam tabel input-output dihimpun dalam satu sektor.
input-output di Indonesia.
Struktur klasifikasi pada KBLI terdiri dari lima tingkat, tiap tingkat
Pembentukan
sektor
kadang-kadang
hanya
ditentukan
oleh
keseragaman dalam cara penggunaan satu komoditi tanpa memperhatikan
menunjukkan digit dan diberi kode nomor. Digit pertama menunjukkan sektor,
kadang mempunyai fisik yang sangat berbeda, begitu pula cara melakukan
kegiatannya. Contohnya sektor buah-buahan terdiri dari berbagai jenis
komoditi utama antara lain durian, semangka dan pepaya. Cara menanam
durian dan semangka sudah barang tentu sangat berbeda, begitu pula sifat
bertumpu pada salah satu tingkat, melainkan beranjak dari subsektor sampai
ke subgolongan.
sektor yang sama. Hal ini terpaksa dilakukan untuk menghindari terlampau
banyaknya jumlah sektor input-output.
pengganda yang dihasilkan juga menjadi kurang berdaya guna. Hal tersebut
kerapkali tidak dapat dihindari, berhubung sangat banyaknya jenis komoditi
menghasilkan satu jenis komoditi. Kalaupun hasilnya lebih dari satu jenis
hasil perkebunan lainnya terdiri dari berjenis komoditi seperti kakao, panili
Penggunaan
teknologi
tunggal
pada
proses
produksi
umumnya tidak mempunyai bobot yang sama dalam arti jika salah satu hasil
35
36
sirih, nilam dan lain-lain. Sifat fisik dan teknologi penanaman kakao jelas
berbeda dengan panili, tetapi tetap dihimpun dalam satu sektor.
kecap, tahu atau tempe yang berdiri sendiri maka sektor industri pengolahan
kedele tetap menjadi satu sektor.
Hasil dari suatu kegiatan pada umumnya terdiri dari beberapa jenis
komoditi, dan dalam proses produksinya sering kali menggunakan beberapa
f.
pembahasan tentang aktivitas selalu terkait dengan perusahaan. Produkproduk suatu perusahaan memang sangat beragam, namun tetap dapat
3.1.2
Klasifikasi Impor
impor, ditinjau dari segala aspek serupa dengan komoditi domestik, sebagian
tauco, kecap, tahu, tempe dan oncom. Sepanjang tidak ada sektor tauco,
Untuk mengisi kuadran I dan III, misalnya, diperlukan data tentang output,
input antara dan biaya primer (nilai tambah). Sedangkan untuk mengisi
37
38
kuadran III harus tersedia data tentang konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal termasuk perubahan inventori dan eksporimpor.
di mana:
X i = output sektor i
Pi = harga per unit produksi sektor i
agar semua sel tabel input-output dapat terisi. Berikut ini akan dijelaskan
secara ringkas tentang prosedur estimasi sel-sel tabel input-output beserta
pengertiannya.
a. Output
Output adalah nilai dari seluruh produksi yang dihasilkan oleh sektor-
perbulan x bulan produksi) dengan harga tertimbang dari jenis ikan yang
dibudidayakan. Secara lengkap metode estimasi penghitungan output setiap
sektor produksi di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Produk dalam
hal ini mencakup seluruh produksi yang dihasilkan tanpa memperhatikan
apakah produk tersebut terjual atau tidak dalam periode perhitungan. Output
memiliki nilai atau kuantitas yang dominan di antara produk yang dihasilkan
lainnya. Produk ikutan adalah hasil produksi yang terbentuk secara otomatis
pada saat menghasilkan produk utamanya dengan menggunakan metode
produksinya berwujud jasa sebagai sektor tersier yang antara lain mencakup
listrik yang dijual ke pihak lain, dan ini merupakan produk ikutan yang dalam
harus digunakan pendekatan lain, sebab tidak dengan mudah dapat dihitung
banyaknya jasa yang dihasilkan berikut harganya. Pendekatan yang lazim
X i = Pi Qi
digunakan untuk menghitung output dari sektor penghasil jasa adalah nilai
jual dari jasa yang dihasilkan oleh masing-masing sektor. Jika pendekatan ini
39
40
dirasa masih sulit maka digunakan pendekatan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan jasa yang bersangkutan.
c. Input Primer
Input primer adalah balas jasa atas pemakaian input yang berupa faktor
b. Input Antara
produksi, terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input
primer disebut juga nilai tambah bruto yang merupakan selisih antara output
Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan habis dalam proses
produksi berupa bahan tidak tahan lama dan jasa. Barang dan jasa tersebut
dan input antara. Komponen input primer dalam penyajian tabel input-output
adalah upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak
dapat diperoleh dari produksi dalam negeri maupun impor. Barang tidak
tahan lama berupa barang yang habis dalam sekali pakai atau barang yang
langsung neto. Pada dasarnya nilai tambah bruto yang diciptakan oleh
setiap sektor ekonomi dalam tabel input-output adalah Produk Domestik
umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Sebagai contoh adalah bahan
Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bila cakupan
antara dilakukan atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan
pada saat pembelian barang dan jasa tersebut.
1. Menurut pendekatan produksi, yaitu jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh berbagai unit/produksi di suatu wilayah dalam
balas jasa pegawai (upah dan gaji). Perbaikan ringan atas barang-barang
modal dicatat sebagai input antara, sedangkan pengeluaran untuk perbaikan
tabel input-output.
diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi
di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Komponen nilai tambah
dari pendekatan ini adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan
atas barang modal dan pajak tak langsung neto.
komposisi input suatu sektor diperoleh dengan metode tak langsung yang
41
42
konsumsi
rumah
tangga
adalah
pengeluaran
yang
dilakukan oleh rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa
dikurangi dengan penjualan neto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal
ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali
pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
dengan input antara, hanya berbeda dalam cara membacanya dalam tabel
input-output. Permintaan antara adalah input yang dibaca menurut baris
digunakan sebagai konsumsi akhir, atau dengan kata lain permintaan atas
barang dan jasa bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari
kuadran II.
konsumsi pemerintah.
43
44
pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam negeri maupun impor,
termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap
akhir tahun dengan nilai inventori pada awal tahun. Perubahan inventori
dapat digolongkan menjadi:
1. Perubahan inventori barang jadi dan barang setengah jadi yang disimpan
berikut:
Ekspor dan impor meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain. Transaksi tersebut terdiri dari
ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi,
dipotong.
5. Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan
transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak
yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya angkutan di negara
pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang
45
46
3.1.3
sektoral sehingga dapat diketahui peranan dan kaitannya satu dengan yang
c.
Rekonsiliasi
(output) yang dihasilkan dan berapa input antara yang berasal dari sektor lain
atau sektor sendiri. Demikian pula berapa input primer yang diperlukan untuk
menghasilkan output tersebut.
umumnya terjadi pada tingkat harga pasar (harga pembeli). Kegiatan sektor
perdagangan dan pengangkutan dalam transaksi menciptakan adanya
3.2
Sesuai dengan jenis data yang tersedia, maka penyusunan tabel inputoutput dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan langsung
Sedangkan
biaya
pengangkutan
yang
dikeluarkan
dalam
rangka
tidak langsung atau metode non survei dan semi survei digunakan apabila
47
48
seluruh atau sebagian data yang diperlukan diperoleh dari suatu tabel inputoutput lain yang sudah ada. Diskusi ringkas dari masing-masing pendekatan
3.2.1
karena informasi yang ingin diperoleh adalah struktur input baik input antara
maupun input primer dan indikator produksi guna estimasi output, tidak perlu
tambak dan laut. Kemudian dari kelompok tersebut dipilih masing-masing unit
sampel yaitu para nelayan/pengelola perikanan tersebut. Unit sampel bisa
tersebut kemudian diukur sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Dari
sampel yang diperoleh kita berkeinginan untuk menduga parameter yang
informasi yang akurat dan terinci sesuai penelitian, biaya lebih murah, waktu
pengukuran lebih cepat, tenaga pencacah sedikit dan terutama konsentrasi
penyusunan tabel input-output. Guna menyusun struktur di dalam tabel inputoutput, BPS melakukan Survei Khusus Input Output (SKIO) dan non-SKIO
tahun kelipatan lima seperti input-output 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000,
dan 2005 menggunakan SKIO sebagai dasar pembentukan matriks kuadran I
dan III tabel input-output. Aplikasi teknik penyusunan dengan metode ini akan
dibahas lebih lanjut pada bab IV.
49
50
3.2.2
lebih sederhana dari bentuk-bentuk yang lain. Penjelasan lebih jauh beserta
perekonomian suatu wilayah pada periode yang telah dan sedang, serta yang
akan dijalani, jika data yang diperlukan tersedia. Masalahnya, biaya, waktu
menjadi terlambat. Mengingat kendala yang ada tersebut maka ada metode
tak langsung dalam pembentukan tabel input-output di samping metode
akurasinya yaitu metode semi survei. Metode ini adalah gabungan antara
masa mendatang.
a. Metode Non-Survei
Metode ini digunakan biasanya dalam penyusunan tabel input-output updating (pemutakhiran), di mana dalam pengisian sel-sel tabel input-output
baru ke dalam input antara maka disebut sebagai metode RAS Modifikasi.
Selanjutnya
pendekatan
penyusunan
tabel
input-output
dengan
menggunakan metode ini akan dijelaskan secara rinci pada Bab 5.
51
52
Penyusunan
Tabel Input-Output:
Teknik Estimasi Permintaan
Antara
Bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan teknik estimasi terhadap
transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor produksi. Pembahasan
4.1.1
Masing-masing jenis daftar isian SKIO, secara umum, akan terdiri dari 3
blok utama, yaitu: Blok Indikator memuat pertanyaan mengenai jumlah
hal ini maka pembahasan akan mencakup survei yang diperlukan dan teknik
pekerja, jumlah bulan bekerja dan berbagai jenis indikator produksi sesuai
dengan kegiatan lapangan usahanya; Blok Output memuat pertanyaan
mengenai jenis dan nilai produksi yang dihasilkan oleh suatu unit kegiatan
4.1
Secara garis besar komponen biaya antara dibedakan menjadi: biaya antara
khusus yang merupakan pengeluaran untuk pengadaan bahan baku utama
SKIO dan non-SKIO. Kedua jenis kegiatan survei tersebut masih harus diikuti
lagi dengan kegiatan pengumpulan data sekunder lainnya yang biasanya
ganda, yaitu: (i) untuk sektor-sektor ekonomi yang data pendukung estimasi
outputnya sudah tersedia, baik dari sumber-sumber di dalam maupun di luar
53
54
data dasarnya lenperti indikator tentang jumlah dokter, jumlah notaris dan
output per gedung bioskop; (iii) untuk tahun dimana tabel input-output
disusun, SKIO bisa dimanfaatkan sebagai pengganti survei khusus
pertambangan.
4.2
4.2.1
Sektor Pertanian
yang sudah tersedia dari berbagai sumber di luar dan di lingkungan BPS, jika
mungkin kegiatan SKIO (nasional) dapat diatur waktu pelaksanaannya
sejalan dengan kebutuhan data pendukung untuk keperluan penyusunan
Sektor ini mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam dan
merupakan benda atau barang biologis (hidup). Termasuk dalam kegiatan ini
4.1.2
serta usaha memelihara atau menangkap berbagai jenis ikan. Untuk kegiatan
pengolahan sederhana seperti penumbukan beras; pembuatan gaplek; kopi
Non-SKIO
olahan; kopra; gula merah; dan sebagainya tidak digolongkan dalam sektor
jenis data pendukung yang tidak melalui SKIO. Di dalam penyusunan tabel
input-output, data yang diperoleh melalui jalur non-SKIO lebih banyak
konsumsi
SUSENAS;
Estimasi
rumahtangga
struktur
menggunakanerikut
pengeluaran
55
konsumsi
data
hasil
pemerintah
56
b. Hasil dari peternakan antara lain anak ternak dan pertambahan berat
ternak yaitu sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, itik serta ternak lainnya,
Hasil dari kehutanan berupa segala jenis kayu tebangan, rotan, arang,
bambu, getah-getahan, binatang liar hasil perburuan seperti buaya, rusa,
hasil budi daya maupun hasil tangkapan dari laut atau perairan umum,
termasuk juga disini adalah penggaraman dan pengeringan ikan.
c.
sektor. Persentase ini diperoleh dari suatu survei khusus. Karena data produk
ikutan/produk sampingan tidak tersedia maka untuk menghitungnya
Susunan input sektor pertanian dirinci atas input antara dan input primer.
Input antara adalah seluruh biaya selain biaya faktor produksi yang
dikeluarkan mulai dari mengolah tanah, menanam, memelihara, memanen
pengangkutan dan lain sebagainya. Input primer adalah balas jasa faktor
produksi berupa upah tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan serta pajak
tak langsung neto. Data susunan input bersumber pada publikasi Struktur
Ongkos Usaha Tani "Padi dan Palawija" (Survei Pertanian) BPS, serta survei
khusus (SKIO) untuk komoditi selain padi dan palawija.
57
58
b. Perkebunan
Dalam
kelompok
output, kelompok ini dipecah menjadi 4 (empat) sektor meliputi Sektor Ternak
dan Hasil-hasilnya kecuali Susu Segar; Susu Segar; Unggas dan Hasilini
mencakup
semua
jenis
kegiatan
tanaman
olahan, kopra, gula merah, teh olahan, karet asapan, karet remah, dsb,
karena kegiatan ini sudah digolongkan dalam Industri Pengolahan. Dalam
yang dipotong ditambah selisih populasi dan selisih antara ekspor dan impor.
Produksi ikutannya adalah pupuk kandang dan bulu. Sumber data diperoleh
Tanaman Serat; Tembakau; Kopi; Teh; Cengkeh; Kakao; Jambu Mete; Hasil
diperoleh dari publikasi statistik ekspor dan impor BPS dan data harga
dari survei khusus. Jika data tidak tersedia maka data dapat dilengkapi
dengan melakukan survei khusus.
d. Kehutanan
BPS. Jika terdapat data yang tidak tersedia seperti produk ikutan maka cara
mengestimasi output dengan menggunakan suatu persentase yang diperoleh
sektor ini meliputi kegiatan penebangan kayu serta pengambilan getahgetahan dan akar-akaran. Hasil penebangan yang paling utama adalah kayu
c. Peternakan
ternak, pertambahan berat, susu dan telur. Dalam penyusunan tabel input-
59
60
tersedia.
adalah bibit dan pakan ikan, alat penangkapan ikan (misal: kail),
pemeliharaan kolam, pemeliharaan kapal penangkap ikan, umpan, bahan
pembungkus dan pengikat, bahan bakar dan pelumas, bahan penolong (es
batu), pupuk dan obat-obatan.
4.2.2
pertanian/cocok tanam dan kehutanan atau bila terjadi ada satu perusahaan
memiliki dua atau lebih aktivitas pertanian dan kehutanan maka susunan
inputnya harus diproporsikan.
segala macam barang tambang, mineral, dan barang galian yang tersedia di
alam, baik berupa benda padat, cair, dan gas. Penambangan dan penggalian
ini dapat dilakukan di bawah tanah maupun di atas permukaan bumi. Sifat
Input Output.
dan tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan nilai guna barang tambang
dan galian tersebut sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual, atau
e. Perikanan
diproses lebih lanjut. Termasuk dalam sektor ini adalah kegiatan pembuatan
garam kasar dengan cara menguapkan air laut.
udang, kerang mutiara, ikan hias, dan lain-lain) baik di air tawar maupun di air
Panas Bumi, Bijih Timah, Bijih Nikel, Bijih Bauksit, Bijih Tembaga, Bijih Emas,
Bijih Perak, Bijih dan Pasir Besi, Barang Tambang Logam lainnya, Barang
Tambang Mineral Bukan Logam, Garam Kasar dan Barang Galian Segala
Hasil Perairan Darat; dan Udang. Hasil-hasil ikan yang dimaksudkan di sini
seperti telur ikan, sirip ikan dan bibit ikan. Sumber data diperoleh dari
61
62
tahun 2005 menjadi 92 sektor), dimana kilang minyak dan gas alam cair
termasuk di dalamnya.
Angka atau data dari Kanwil Pertambangan dan Energi Daerah. Sedangkan
data harga dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Survei Tahunan
4.2.3
output maupun struktur inputnya untuk tiap-tiap sektor dalam klasifikasi sektor
input-output yang dikehendaki (dalam hal ini bisa 19, 66, atau 175 sektor,
disesuaikan dengan kebutuhan).
Sumber data utama penyusunan sektor ini adalah dari hasil survei
tahunan industri yang dilakukan oleh BPS baik untuk besar/sedang, kecil
output yang sama. Hal ini perlu dilakukan karena di dalam satu sektor input-
perbaikan yang dicakup dalam sektor ini adalah perbaikan terhadap barang
modal, baik yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri maupun oleh pihak
hasil survei tersebut sudah dalam bentuk nilai rupiah. Masalahnya dari hasil
survei tersebut beberapa struktur inputnya masih dalam bentuk gabungan,
63
64
yang diperoleh dari hasil SKIO sebelum proses penyusunan tabel inputoutput atau jika tidak ada bisa juga digunakan rasio-rasio dari tabel input-
output yang sudah ada sebelumnya. Hal ini berlaku pula untuk pemecahan
b. Industri Migas
Industri migas dalam tabel input-output hanya terdiri dari industri barangbarang hasil kilang minyak bumi dan gas alam cair. Bila dilihat dari
digit KBLI tertentu mengikuti produk utamanya. Oleh karena itu tidak tertutup
kemungkinan bahwa produk lainnya di luar produk utama tersebut
mempunyai ciri produk yang tidak sesuai lagi dengan ciri produk utamanya.
Ada kemungkinan bahwa produk lainnya tersebut memiliki kode 5 digit KBLI
yang berbeda dengan produk utama. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
terdapat produk-produk di luar produk utama. Agar data hasil survei tahunan
industri besar/sedang dan IKKR dapat digunakan untuk kebutuhan
struktur input yang sifatnya masih gabungan maka cara pemecahannya sama
seperti pada penjelasan sebelumnya.
dalam kode KBLI yang sama, sehingga dalam proses ini akan terjadi
pemindahan antar kode KBLI tersebut. Perpindahan tersebut bisa berupa
65
66
input untuk masing-masing komoditi baik input antara maupun input primer.
Contoh berikut menjelaskan bagaimana proses TOTI dilakukan untuk
Tabel 4.1
Industri Pengalengan Sayuran dan Buah-buahan
Output
Kode
Nama Komoditi
KBLI
(2)
(3)
Input
1. Sumber data asli diperoleh dari survei tahunan industri besar/ sedang
dan IKKR yang sudah disusun di dalam suatu neraca produksi yang
disederhanakan sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1
tersebut merupakan neraca produksi dari kegiatan industri pengalengan
(1)
Biaya Antara
15131
2. Buah-buahan dalam
kaleng
15131
NTB
KBLI 15131) dan 2 (dua) jenis produk lain yang ternyata kode KBLInya
3. Coklat bubuk
berbeda. Sumber data dari input antara dalam proses produksi dan balas
jasa faktor-faktor produksi (NTB) juga diperoleh berdasarkan survei yang
4. Sirop
sama.
Total Input
Total Output
XXXXX
67
15431
15424
68
Tabel 4.2
Estimasi Output dan Susunan Input Menurut 5 Digit KBLI
Misalkan data dari tiga kelompok industri yang berkode 5 digit KBLI
sebagai berikut 15131, 15432, 15541. Masing-masing kelompok industri
Kode
KBLI
Uraian
Output
IA
NTB
Input
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
15131
15431
15424
Industri Pengalengan
Sayuran dan Buahbuahan
Industri Bubuk Coklat
Industri Sirop
O1
IA1
NTB1
I1
O2
O3
IA2
IA3
NTB2
NTB3
I2
I3
Oi
XXX
XXX
Ii
Output Komoditi
(000 Rp)
Kode
KBLI
kode 15131 karena masih dalam komoditi yang sesuai dengan output
(1)
(2)
(3)
sebesar O1. Sedangkan output coklat bubuk sebesar O2 dan output sirop
sebesar O3 tidak masuk pada kode KBLI 15131 lagi akan tetapi masuk pada
kode KBLI yang lain. Kemudian input antara dan nilai tambah bruto (NTB)
diperoleh dengan cara (salah satunya) proporsional terhadap besarnya
output untuk masing-masing komoditi 5 digit KBLI tersebut. Dari output
sebesar O1 diperoleh input antara sebesar IA1 dan nilai tambah bruto sebesar
NTB1. Selengkapnya besarnya biaya antara dan nilai tambah bruto dapat
dilihat pada Tabel 4.2 kolom 4 dan kolom 5.
Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas bagaimana proses TOTI
dilakukan terhadap sumber data dari hasil survei tahunan industri
besar/sedang dan IKKR, berikut ini diberikan contoh dengan menggunakan
Input Antara:
1.Buah-buahan
2.Sayuran
3 Gula Pasir
4. Ayam, daging,
udang
5.Minyak goreng
6.Coklat biji
7.Bumbu
8.Lainnya
(Selain bahan
baku)
Komponen Biaya
Primer (NTB)
Jumlah
15.822.000
33.310.685
323.000
246.700
615
10.500
4.500
68.446.000
1 Sayur kalengan
2. Buah-buahan
Kalengan
3. Coklat bubuk
4. Sirop
15131
51.054.000
256.000
191.000
15131
15431
15424
193.236.000
XXXXX
75.072.000
193.236.000
Jumlah
data.
69
141.735.000
70
Keterangan daftar LK 1 :
Kode
KBLI
(1)
(2)
(3)
Input Antara:
1. Coklat Biji
2. Gula Pasir
3. Coklat bubuk
4. Bahan Kimia
5. Lainnya
(Selain bahan
baku)
9.877.000
520.000
269.000
1.154.000
1.284.000
Komponen Biaya
Primer (NTB)
1. Coklat segala
jenis
2. Kembang gula
kalengan
18.253.000
56.000
15432
15432
5.205.000
Jumlah
18.309.000
Jumlah
18.309.000
XXXXX
Kode
KBLI
(1)
(2)
(3)
Input Antara:
1. Gula
2. Buah-buahan
3. A i r
4. Bahan Kimia
5. Lainnya
(Selain bahan
baku)
Komponen Biaya
Primer (NTB)
Jumlah
5.339.000
1.750.000
25.000
4.318.000
3.505.000
1. Minuman ringan
2. Sirup
3. Selai (Jam)
15.410.000
7.225.000
150.000
15541
15424
15133
7.848.000
22.785.000
Jumlah
71
22.785.000 XXXXX
72
industri yang berkode 15131 (LK 2). Dari seluruh output coklat bubuk yang
merupakan produk sampingan akan dipindahkan ke kode 15431, demikian
juga sebagian input primernya dipindahkan ke kode 15431. Cara
mendapatkan sebagian input primer adalah :
Output coklat bubuk/output keseluruhan x input primer keseluruhan
apabila dengan angka adalah :
Rp 256 000/Rp 193 236 000 x Rp 75 072 000 = Rp 99 456
Begitu juga untuk mendapatkan susunan input yang lain dilakukan dengan
cara yang sama.
LK 2 : Industri pengalengan sayuran & buah-buahan (15131)
Uraian
(1)
Output
1. Sayur kalengan
2. Buah kalengan
3. Coklat bubuk
4. Sirop
Jumlah Output
Input
1. Buah-buahan
2. Sayuran
3. Gula pasir
4. Ayam, daging, dsj
5. Minyak goreng
6. Coklat biji
7. Bumbu
8. Lainnya (selain bh
baku)
9. Komponen biaya primer
Jumlah Input
15131
Data Asli
(2)
141.735.000
51.054.000
256.000
191.000
193.236.000
15431
15424
(3)
(4)
256.000
191.000
191.000
256.000
15131 setelah
transfer-output
141.735.000
51.054.000
0
0
192.789.000
146.045
116.477
15.822.000
33.310.685
322.681
246.700
615
0
4.500
68.183.478
75.072.000
193.236.000
99.456
256.000
74.203
191.000
74.898.341
192.789.000
73
10.500
Uraian
15432
Data asli
(1)
(2)
Keterangan :
Output
1. Coklat segala jenis
2. Kembang gula
Jumlah
18,253,000
56,000
18,309,000
Input
1. Coklat biji
2. Gula pasir
3. Coklat bubuk
4. Bahan kimia
5. Lainnya (selain bh baku)
6. Komponen biaya primer
Jumlah
9,877,000
520,000
269,000
1,154,000
1,284,000
5,205,000
18,309,000
(5)
15.822.000
33.310.685
323.000
246.700
615
10.500
4.500
68.446.000
320
Untuk
kelompok
industri
15432
setelah
proses
identitas di LK ternyata tidak
terjadi proses transfer-out.
Oleh
karena
itu
untuk
kelompok
tersebut
data
pindahan dari LK 1 ke LK 2
tidak mengalami perubahan
sama sekali.
Uraian
(1)
15541
data
asli
15133
15424
(2)
(3)
(4)
15541 pindah ke :
Output
1. Minuman ringan
2. Sirup
3. Selai (jam)
Jumlah
15,410,000
7,225,000
150,000
22,785,000
Input
1. Gula
2. Buah-buahan
3. Air
4. Bahan kimia
5. Lainnya (selain bh baku)
6. Komponen biaya primer
Jumlah
5,339,000
1,750,000
25,000
4,318,000
3,505,000
7,848,000
22,785,000
74
150.000
150.000
35.148
11.521
28.427
23.239
51.666
150.000
15541 setelah
transfer out
(5)
0
7,225,000
7,225,000
15,410,000
0
0
15,410,000
1,692,968
554,916
7,927
1,369,214
1,111,417
2,488,558
7,225,000
3,610,884
1,183,564
17,073
2,920,359
2,370,345
5,307,776
15,410,000
Uraian
(1)
15424
data asli
(2)
15131
15541
15424
Setelah
Transfer-in
(3)
(4)
(5)
Output
1. Sirup
Jumlah
0
0
191.000
191.000
7.225.000
7.225.000
7.416.000
7.416.000
Input
1. Gula
2. Buah-buahan
3. Air
4. Bahan kimia
5. Lainnya
6. Biaya primer
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
319
1.692.968
554.916
7.927
1.369.214
1.111.417
2.488.558
7.225.000
1.693.287
554.916
7.927
1.369.214
1.227.894
2.562.762
7.416.000
116.477
74.203
191.000
75
Uraian
15133
data asli
15133
terima dari
15541
15133
Setelah
Transfer-in
(1)
(2)
(3)
(4)
Output
1. Selai (Jam)
Jumlah
0
0
150.000
150.000
150.000
150.000
Input
1. Gula
2. Buah-buahan
3. Air
4. Bahan kimia
5. lainnya
6. Komponen biaya primer
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
33.148
11.521
0
28.427
23.239
51.665
150.000
33.148
11.521
0
28.427
23.239
51.665
150.000
Uraian
15431
data
asli
15431
terima dari
15541
15431
Setelah
Transfer-in
(1)
(2)
(3)
(4)
Output
1. Coklat bubuk
Jumlah
0
0
256.000
256.000
256.000
256.000
Input
1. Coklat biji
2. Lainnya (selain bahan baku)
3. Komponen biaya primer
Jumlah
0
0
0
0
10.500
146.045
99.455
256.000
10.500
146.045
99.455
256.000
76
LK 4: Sektor 052
(Buah-buahan & Sayuran Olahan dan Awetan)
Uraian
15131
15133
Jumlah
dari kelompok 15541 (dapat dilihat pada kolom 4). Demikian juga
(1)
(2)
(3)
(4)
117.890.659
74.898.341
192.789.000
98.333
51.667
150.000
117.988.992
74.950.008
192.939.000
Input Antara
Input Primer
Output
4. Hasil setelah terjadi transfer-in dari kelompok 5 digit KBLI 15424 dapat
LK 4: Sektor 064
Uraian
15431
15432
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
156.545
99.455
256.000
3.104.000
5.205.000
18.309.000
13.260.545
5.304.455
18.565.000
Input Antara
Input Primer
Output
Lk 4: Sektor 071
input sektoral untuk tabel input-output sudah bisa disediakan melalui proses
TOTI.
Uraian
15424
15541
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
4 853 239
2 562 762
7 416 001
10.102.225
5.307.776
15.410.001
14.955.464
7.870.538
22.826.002
Input Antara
Input Primer
Output
77
78
4.2.4
Data harga listrik PLN dan Non-PLN dapat diperoleh dari salah satu
sumber yaitu survei Tahunan BPS atau publikasi tahunan Statistik PLN yang
diterbitkan oleh PLN.
Gas, dan Air Bersih dikelompokkan menjadi dua sektor yaitu sektor Listrik
dan Gas dan sektor Air Bersih. Penggolongan sektor dalam rangka
Estimasi susunan input listrik PLN dan Non PLN dapat diperoleh
langsung melalui SKIO. Namun demikian untuk memperoleh estimasi
susunan input listrik PLN dan Non PLN yang memasarkan listriknya langsung
ke konsumen dapat juga digunakan hasil survei tahunan BPS, asalkan
a. Listrik
dilakukan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) dapat juga dilakukan
Dari Survei Tahunan BPS, dapat diperoleh output dan susunan input
listrik PLN dan Non-PLN yang memasarkan listriknya melalui PLN seperti
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
meliputi produksi listrik perusahaan Non-PLN yang dijual ke PLN dan yang
dijual langsung ke konsumen oleh perusahaan tersebut.
Dari Tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa biaya antara untuk jasa-jasa
adalah sebesar Rp 52,0 miliar. Biaya antara jasa-jasa sebesar ini masih
Estimasi Output listrik meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang
dalam transmisi dan yang dicuri. Output listrik tersebut dihitung berdasarkan
perkalian antara produksi dan harga per satuan produksi untuk masing-
tahun 2005.
masing listrik PLN dan Non-PLN. Untuk listrik PLN, ke dalam nilai outputnya
masih harus ditambahkan lagi dengan pendapatan lainnya yang berupa
margin yang diperoleh karena mendistribusikan listrik Non-PLN.
Data produksi listrik PLN dan Non-PLN yang pemasarannya lewat PLN
dapat diperoleh dari Survei Tahunan BPS. Sedangkan data produksi listrik
Non-PLN yang pemasarannya tidak melalui PLN, seperti rumah tangga yang
membangkitkan listrik dan menjualnya langsung ke konsumen, dapat
diperoleh melalui Survei Khusus Input-Output.
79
80
Tabel 4.3
Susunan Output dan Input Listrik PLN
Tabel 4.4
Lembar Kerja Pemecahan Input Antara Jasa-jasa untuk Menggunakan
Nilai
(%)
(1)
(2)
(3)
Biaya Antara
-
Jasa-jasa
Listrik hilang
3528,3
100,00
2420,8
68,61
533,9
43,48
2. Jasa Perhotelan
12,5
0,36
195,6
5,54
104,2
2,95
1,2
0,03
52,0
1,47
9. Jasa Komunikasi
521,4
14,78
1107,5
31,39
257,3
7,29
1,8
0,05
530,8
15,05
317,6
9,00
Lainnya
(1)
1. Jasa Restoran
Output
Surplus Usaha
Nilai
(%)
Nilai Utk
Tabel I-O
(2)
(3)
(4)
Komponen
75
1,75
910
300
6,98
3630
0,00
360
8,38
4358
0,00
125
2,91
1513
151
3,51
1825
20
0,47
244
276
6,42
3338
1350
31,42
16338
87
2,03
1056
1552
36,13
18788
0,00
0,00
0,00
4296
100,00
52000
Tabel 4.4 kolom (2) dan (3) diturunkan dari hasil pengolahan SKIO
dengan mengambil rincian-rincian yang berkaitan dengan biaya antara jasajasa. Kemudian dengan mengalikan nilai biaya antara jasa-jasa sebesar Rp
81
82
52,0 miliar (lihat tabel 4.3) dengan koefisien input antara jasa-jasa (Tabel 4.4
kolom 3) diperoleh rincian susunan input biaya antara jasa-jasa sektor listrik.
c. Air Bersih
pendistribusian air bersih secara langsung melalui pipa atau mobil tangki
dengan tujuan untuk dijual. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh Perusahaan Air
perusahaan industri. Sedangkan estimasi output dan struktur input listrik Non
PLN yang dibangkitkan oleh perusahaan yang bukan industri, rumah tangga,
harga. Data produksi dan harga sektor Air Bersih dapat diperoleh dari survei
tahunan BPS.
Output dan struktur input listrik Non PLN yang memasarkan listriknya
Estimasi susunan input Air Bersih dapat diperoleh dari SKIO atau hasil
Survei Tahunan BPS, asalkan komponen biaya yang masih tergabung dapat
dirinci. Pemecahannya dapat menggunakan SKIO tahun sebelumnya seperti
koperasi.
Demikian pula untuk mendapatkan output dan struktur input sektor listrik
diperoleh dengan menjumlahkan output dan struktur input listrik PLN dan Non
4.2.5
Kontruksi
PLN.
Sektor konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa
b. Gas
Sektor gas mencakup kegiatan penyediaan serta penyaluran gas untuk
keperluan bahan bakar rumah tangga, industri, rumah sakit, hotel, dan
Gas Negara. Gas yang dihasilkan oleh sektor ini meliputi gas batu bara, gas
minyak, dan gas campur yang diperoleh dari proses pembakaran batu bara,
baku gas yang digunakan adalah gas alam tanpa produk ikutan.
Output sektor Gas dihitung berdasarkan perkalian antara produksi
suatu kontrak dengan pihak lain, Contoh: Pekerjaan pembuatan fondasi yang
dilakukan oleh PT Franky Fondation dan pekerjaan pemasangan alat
dengan harga, Data produksi dan harga diperoleh dari survei Tahunan BPS.
83
84
Tabel 4.5
Alokasi Output Konstruksi Menggunakan Indikator
Survei AKI dan Non AKI
konstruksi tersebut sudah seluruhnya jadi atau belum pada tahun tersebut.
Pada penyusunan tabel input-output Indonesia, sektor konstruksi
dibedakan menjadi 5 sektor utama yaitu Bangunan tempat tinggal dan bukan
Perincian
lainnya.
Estimasi output total masih dapat diperoleh melalui cara lazim yang telah
(1)
jembatan,
(3)
(4)
10.27
3150.130
6026833
36.23
11.112.260
1106223
6.65
2.039.180
901525
5.42
1.663.980
16.634.939
100,00
30.671.450
4.2.6
(2)
1708503
dan
pelabuhan
Total
41.43
AKI dan Non AKI dapat memecah output total menjadi output sektor-sektor
menurut klasifikasi tabel input-output.
Nilai
6891855
2. Prasarana Pertanian
Output
12705900
a. Sektor Perdagangan
Sektor
perdagangan
mencakup
kegiatan
pengumpulan
dan
pendistribusian barang baru maupun bekas, oleh para pedagang.
Pendistribusian tersebut dimulai dari tangan produsen (untuk produk dalam
negeri) dan importir (untuk produk impor) sampai ke tangan konsumen tanpa
merubah sifat dari barang tersebut. Produsen atau importir yang dimaksud
disini adalah penyedia/pemasok (supplier) pertama pada suatu periode.
Sedangkan konsumen adalah pemakai/pengguna barang tersebut yang
85
86
87
88
pembersih, barang dari tekstil, dan sebagainya. Sumber data struktur input
diperoleh dari hasil pengolahan SKIO.
89
90
4.2.7
91
92
93
4.2.8
94
Dari kegiatan tersebut diatas bahwa yang termasuk dalam output Dana
Pensiun adalah pendapatan operasional (rincian a s/d g), sedangkan
95
96
97
sudah ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan
dalam surat perjanjian.
Asuransi Kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung
resiko atas kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk
juga tanggung jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap
benda/ harta milik tertanggung karena sebab-sebab tertentu dengan suatu
nilai pertanggungan yang besarnya telah ditentukan dan disetujui oleh kedua
belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian.
Asuransi Sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha
asuransi jiwa dan bukan jiwa (kerugian) yang dibentuk pemerintah
berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak
asuransi dengan seluruh/ segolongan masyarakat untuk tujuan sosial. Pihak
asuransi akan menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari
masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan umum, seperti; jasa
angkutan, jasa kesehatan, jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan
bermotor dan pelayanan hari tua.
Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output
asuransi jiwa, asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, asuransi dan reasuransi
kerugian, serta broker asuransi). Data output kegiatan usaha jasa asuransi
diperoleh dari Departemen Keuangan yang berupa data Laporan Tahunan
Kegiatan Perasuransian di Indonesia, Namun secara teoritis perhitungan
output asuransi adalah sebagai berikut:
Asuransi Jiwa outputnya adalah premi dikurangi klaim dikurangi selisih
cadangan aktuaria. Untuk praktisnya cadangan aktuaria ini dianggap sama
dengan cadangan premi, oleh karena perusahaan asuransi seringkali
mengasuransikan kembali premi yang diterima ke perusahaan reasuransi
maka pengertian premi dan klaim di atas dalam bentuk nilai neto, sehingga:
Output = Premi neto - (klaim neto + cadangan aktuaria)
Berdasarkan data yang tersedia, konsep output ini ekivalen dengan
Surplus Underwriting untuk asuransi jiwa dan Reasuransi Umum. Sedangkan
98
untuk asuransi sosial (Taspen, Asabri, Astek, Askes dan sejenisnya), data
surplus underwriting tidak tersedia dan apabila rumus output diatas yang
digunakan akan diperoleh nilai negatif. Untuk itu output asuransi sosial
dianggap sama dengan premi neto dikurangi klaim neto.
Perkiraan penghitungan output asuransi bukan jiwa yang meliputi asuransi
kredit (Askrindo), asuransi dan reasuransi kerugian, broker asuransi adalah:
Output asuransi kredit = jumlah premi neto - klaim neto
Output broker asuransi = jumlah komisi yang diterima
Premi yang diterima oleh broker asuransi tidak dimasukkan sebagai bagian
output, karena premi tersebut sudah tercermin dalam premi yang diterima
asuransi lain yang mengadakan kontrak dengan broker asuransi. Sedangkan
ouput asuransi dan reasuransi kerugian adalah surplus underwriting + hasil
lainnya.
Struktur input dari usaha jasa asuransi diperoleh dari pengolahan
terhadap data yang bersumber pada Departemen Keuangan berupa Laporan
Tahunan Kegiatan Perasuransian di Indonesia, dan jika masih ditemukan
struktur input yang sifatnya masih gabungan maka cara pemecahannya sama
seperti pada penjelasan sebelumnya (lihat penjelasan pada usaha
perbankan).
Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan manfaat pensiun, yang dikelompokkan ke dalam
dua bentuk program pensiun yaitu:
a. Program pensiun manfaat pasti, yaitu program pensiun yang manfaatnya
ditetapkan dalam peraturan dana pensiun atau program pensiun lainnya
yang bukan merupakan program pensiun iuran pasti.
b. Program pensiun iuran pasti, yaitu program pensiun yang iurannya
ditetapkan dalam peraturan dana pensiun, dan seluruh iuran serta hasil
99
100
101
102
103
Sektor Jasa-jasa
104
Jasa Periklanan dan Riset Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang
memberikan pelayanan kepada pihak lain (perusahaan/perseorangan) dalam
bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang bertujuan untuk
menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen
tentang produk dari suatu perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya
dapat melalui berbagai media massa seperti: audio visual (TV, bioskop),
radio, halaman surat kabar/majalah, poster dan sebagainya.
Jasa Persewaan Mesin dan Peralatan adalah usaha persewaan mesin dan
peralatannya untuk keperluan pertanian, pertambangan dan ladang minyak,
industri pengolahan, konstruksi, penjualan dan mesin-mesin keperluan
kantor.
105
106
jenjang pendidikan, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah
anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang dirawat, jumlah anak cacad
yang dirawat dengan rata-rata output per masing-masing indikator.
Struktur input sektor jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil
survei (SKIO), sedangkan data produksi diperoleh dari Departemen
Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Laporan
Kegiatan Palang Merah Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN, BPS
(Susenas, Sensus Penduduk) serta beberapa sumber lainnya.
c. Jasa Hiburan dan Kebudayaan
Meliputi kegiatan produksi dan distribusi film komersial dan dokumenter
untuk kepentingan pemerintah serta reproduksi film video, jasa bioskop dan
panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang,
gedung olah raga, kolam renang, klab malam, taman hiburan, studio televisi
dan stasiun pemancar radio yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah.
Output kegiatan produksi film diperoleh dari perkalian antara jumlah film yang
diproduksi dengan rata-rata output per film, Output kegiatan distribusi film
diperoleh dari perkalian antara rasio biaya sewa film dengan output bioskop,
sedangkan output bioskop diperoleh dari perkalian antara jumlah penonton
dengan rata-rata output per penonton. Output panggung hiburan/kesenian
dihitung berdasarkan pembagian antara pajak tontonan yang diterima
pemerintah dengan rasio pajak tontonan, kemudian dikurangi dengan output
bioskop. Output untuk jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya
didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga
kerja masing-masing dengan rata-rata outputnya.
Struktur input pada kegiatan ini didasarkan pada hasil survei (SKIO),
sedangkan indikator produksi untuk jasa hiburan dan kebudayaan diperoleh
dari Direktorat Jenderal Radio, Televisi dan Film, Statistik Keuangan Daerah,
Statistik Bioskop, Statistik Lingkungan Hidup, Direktorat Jenderal Pariwisata
dan berbagai sumber lainnya.
107
108
Penyusunan
Tabel Input-Output:
Teknik Estimasi Permintaan
Akhir dan Impor
Sama halnya dengan Bab 4, teknik estimasi yang dibahas pada bab ini
adalah berdasarkan pendekatan survei sebenarnya transaksi permintaan
akhir memiliki kharakteristik yang relatif berbeda dengan transaksi impor.
Transaksi permintaan akhir merupakan komponen permintaan terhadap
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
5.1
5.1.1
dipisahkan berapa yang masuk konsumsi atau usaha rumah tangga secara
permintaan akhir dan impor dalam tabel input-output berada pada kuadran
proporsional.
Pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan, rekreasi,
yang sama (kuadran III) maka pembahasannya dilakukan pada satu bab
yang sama.
Seperti yang telah diuraikan pada bab terdahulu, transaksi permintaan
akhir akan mencakup semua transaksi barang dan jasa yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir. Dalam bab ini permintaan akhir
alat kerja, seperti buruh tambang membeli sekop, linggis, lampu senter yang
ditanggung oleh perusahaan. Tidak termasuk konsumsi rumah tangga dari
109
110
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
yang dilakukan selama berada di daerah lain tersebut menurut konsep harus
Susenas atau Survei Biaya Hidup dan metode penilaian harga eceran.
Metode langsung ini pada pokoknya adalah untuk memperoleh perkiraan
tangga. Data yang dikumpulkan dengan metode ini mengukur arus barang
dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga atas dasar harga pembelian. Pada
dasarnya metode ini menyeluruh dalam ruang lingkup barang dan jasa yang
ini dipakai, hasil yang akan diperoleh hanyalah pengeluaran konsumsi yang
pengeluaran pemerintah.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk barang dan jasa dapat dirinci
menurut jenisnya sebagai berikut:
lain tidak termasuk dalam survei yang diadakan. Hal ini disebabkan karena:
c.
penduduk saja.
b. Rumah tangga khusus biasanya belum mencakup.
c. Penyimpangan-penyimpangan data yang dikumpulkan dapat terjadi
111
112
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
yang telah dibeli dijual sebagian atau barang bekas yang dibeli setelah
dipakai beberapa lama dijual kembali, tidak tercakup dalam Susenas.
digunakan pula data lainnya seperti pendapatan perkapita atas dasar harga
konstan yang bersumber dari PDRB sektoral (lapangan usaha). Rata-rata
harga eceran dan Indeks Harga Konsumen bersumber dari Statistik Harga
dengan harga penjualan. Tetapi oleh karena data lain tidak tersedia maka
data Susenas dapat juga dipakai dalam penghitungan konsumsi rumah
a.
rata-rata yang akan dipakai untuk menilai kuantum barang yang dibeli oleh
rumah tangga adalah sulit. Hal ini disebabkan tidak tersedianya penimbang
Perkiraan mengenai jumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah
tangga dapat bersumber dari data resmi penyediaan dan perubahan inventori
analisa regresi silang. Dalam regresi ini dikaitkan antara variabel pendapatan
113
114
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
ln Y ln Q ( ln Y ln Q ) n
ln Y ( ln Y ) n
b=
pada suatu saat (titik jenuh) konsumsi tersebut mulai menurun, maka bentuk
kurvanya seperti parabola.
dimana:
( ln Q
=
)
(n 2)( ln Y
( ln Qi ) n b( ln Yi ln Qi ( ln Yi ln Qi ) n )
2
persamaan
eksponensial
t obs =
tabel
2
i
b
Sb
= 10% ; 5%
a = anti log a
Ketentuan nilai
sebagai berikut:
( t obs
( t obs
ln Qi = ln(Yi )
Catatan
ln Qi = ln a + b ln Yi
( ln Yi ) n
ln Y ln Q ( ln Y ln Q ) n
ln Y ( ln Y ) n ln Q ( ln Q )
2
a = konstanta
b = koefisien elastisitas
menyederhanakan
2
i
Yi = Pendapatan/kapita/sebulan
Untuk
ln Qi b ln Yi
a=
2
b
Qi = a Yi b
H0 : = 0
H1 : 0
=0
115
116
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
banyaknya konsumsi
Dengan bentuk hipotesa diatas, maka dalam penyajiannya digunakan uji
Cn
dasar
dpt
b
Daerah
Tolak
Daerah
Tolak
+ t tabel
- t tabel
n +1
= Koefisien elastisitas
Qi = a + bYi
dimana :
117
118
dimana:
a = Konstanta
b = Koefisien elastisitas
a=
b=
(Y ) (Q )
i
(Y )
(Q )
i
Sb =
atas dasar harga konstan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks
tersebut adalah sama dengan yang digunakan untuk menginflate konsumsi
R2 =
n
2
(Qi )
b (Yi )
Yi Qi
(Y )(Q )
(Y )(Q )
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
2
(Yi )
(Q )
(Q )
i
2
(Qi ) (Qi )(Yi )
5.1.2
(Q ) (Y )
i
(Y )
(Y )
(n 2) (Y )
n
2
n
2
(Yi )
Konsumsi Pemerintah
119
120
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
dengan jasa-jasa yang telah disebutkan baik pada tingkat pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten/kota dan desa. Jasa pemerintahan lainnya ini disebut
input antara (biaya antara) dan di kuadran III sebagai input primer (balas jasa
pegawai dan penyusutan).
Pertahanan (164)
dan badan-badan
yang
dan pertahanan ini disebut juga dengan jasa pemerintah yang diberikan
secara kolektif kepada masyarakat.
b. Sumber Data
2.
Disamping itu untuk melengkapi data ini, beberapa informasi diperoleh juga
dari sumber-sumber lain yang berhubungan seperti Direktorat Jenderal
121
122
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Output
c. Metode Estimasi
c.1. Estimasi Konsumsi Pemerintah (302)
Hubungan antara Konsumsi Pemerintah dan Sub Sektor Pemerintah.
Antara Konsumsi pemerintah dan Sub Sektor Pemerintah saling terkait satu
sama lain. Sub Sektor Pemerintah merupakan bagian dari Konsumsi
Pemerintah. Untuk lebih jelasnya terlebih dahulu harus disusun neraca
produksi pemerintah. Neraca produksi pemerintah, meliputi biaya
antara/belanja barang yaitu pengeluaran pemerintah untuk pembelian
barang-barang yang tidak tahan lama dan habis dipakai dalam proses
produksi, jasa dan bantuan sosial, selain biaya antara termasuk dalam
neraca produksi yaitu balas jasa pegawai/belanja pegawai dan penyusutan
(balas jasa pegawai + penyusutan = NTB Sub Sektor Pemerintah) disisi kiri,
serta konsumsi pemerintah (output non pasar lainnya) dan penjualan dari
barang dan jasa (output pasar) disisi kanan. Konsumsi pemerintah
merupakan faktor penyeimbang antara total input disisi kiri dikurangi dengan
output pasar disisi kanan.
Bagan Neraca Produksi Pemerintah dapat dilihat pada diagram berikut
ini :
3.
123
Output (C)
124
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Input
1. Total input antara:
Output
102.279.118
224.980.540
61.028.277
27.713.200
139.509.973
8.586.366
58.084.282
4.951.275
17.572.567
Kenyataan ini disebabkan karena realisasi APBN maupun APBD tidak terinci
sampai ke rincian komoditi yang dapat diidentifikasikan dengan kode I-O.
9.813.718
12.431.284
119.145.547
73.837.119
30.791.162
5.313.819
9.315.118
4.517.101
5.202.148
1.568.229
1.032.135
3. Total penyusutan
15.987.159
9.958.396
4.097.021
1.239.312
rincian
692.430
237.411.824
TOTAL OUTPUT
237.411.824
125
126
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
dan pertahanan/jasa pemerintahan umum, diidentifikasikan ke kode IO, 203 penyusutan, di mana nilai penyusutan diperkirakan sebesar 20
karton dan kode 3-50 industri barang lain yang belum digolongkan
dimanapun.
Lampiran 1:
No.
51
Belanja pegawai
511
512
Belanja honorarium/lembur/vakasi
52
Belanja barang
127
Mata anggaran
521
Belanja barang
522
Belanja jasa
523
Belanja pemeliharaan
524
Belanja perjalanan
128
53
Belanja modal
531
532
533
10
534
11
535
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Lampiran 2:
No.
jaringan
Jasa pemer.
umum
Pusat
536
54
541
Daerah
Jasa
pendidikan
Belanja
Jumlah
Barang
Daerah
Jasa
kesehatan
55
Belanja subsidi
14
551
15
552
16
56
Belanja hibah
17
561
Daerah
Jasa
pemerintahan
LN
lainnya
18
562
Pusat
19
563
Daerah
Pasar
Jasa-jasa
9.958.396
61.028.277
144.823.792
5.313.819
139.509.973
30.791.162
4.097.021
27.713.200
62.601.383
4.517.101
58.084.282
9.315.118
1.239.312
8.586.366
19.140.796
1.568.229
17.572.567
5.202.148
692.43
4.951.275
10.845.853
1.032.135
9.813.718
Pusat
57
20
571
21
572
22
573
58
Belanja lain-lain
581
Belanja lain-lain
Lampiran 3
129
Konsumsi
73.837.119
daerah
23
Output
Pusat
utang
13
Penyusutan
Pegawai
1
dikapitalisasi
12
Belanja
Uraian
130
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
7-60 komunikasi
8-62 usaha bangunan dan jasa perusahaan
7-60 komunikasi
7-60 komunikasi
5-52 bangunan
9-65 jasa lainnya
5-52 bangunan
9-65 jasa lainnya
131
132
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Lampiran 4
Kode I-O
66 x 66
1-17
1-18
3-36
3-37
3-38
3-40
3-41
3-42
3-43
3-47
3-48
3-49
3-50
133
4-51
5-52
6-54
7-55
7-56
7-57
7-58
7-59
7-60
8-61
8-62
9-65
Uraian
Mata Anggaran
tanaman lainnya
peternakan
industri tekstil, pakaian dan kulit
industri kayu, bambu dan rotan
industri kertas, barang dari
kertas dan karton
industri kimia
pengilangan minyak bumi
industri barang karet dan plastik
industri
barang-barang
dari
mineral
bukan logam
industri barang dari logam
industri mesin, alat-alat dan
perlengkapan listrik
industri alat pengangkutan
dan perbaikannya
industri barang lain yang tidak
digolongkan di mana-mana
listrik, gas dan air minum
bangunan
restoran dan hotel
angkutan kereta api
angkutan darat
angkutan air
angkutan udara
jasa penunjang angkutan
komunikasi
lembaga keuangan
usaha bangunan dan jasa
perusahaan
jasa lainnya
134
240
240
250, 260
210, 220, 250
210, 250
210, 250
260, 410, 420, 440
210, 220, 250
210, 220, 250
210, 220
210, 220, 260,
340, 350, 360
330
250
231, 233, 285
310, 320, 360
210, 240, 410, 420, 430,
440
210, 410, 420, 430, 440
210, 410, 420, 430, 440
210, 410, 420, 430, 440
210, 410, 420, 430, 440
210, 410, 420, 430, 440
210, 232, 285
286, 410, 420, 430, 440
210
310, 320, 330, 340, 350,
360
5.1.3
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Salah satu komponen dari permintaan akhir (final demand) yang terletak
pada kuadran II dalam penyusunan I-O adalah pembentukan modal tetap
bruto yang dalam klasifikasi I-O diberi kode 303. Komponen ini bisa berasal
dari produksi dalam negeri atau dari luar negeri (impor). Isian di kolom
pembentukan modal tetap dalam I-O hanya menggambarkan barang-barang
kata lain, pembentukan modal tetap yang terdapat dalam I-O merupakan
pembentukan modal tetap yang dirinci menurut jenis komoditi.
a. Ruang lingkup dan Definisi
berupa
mesin-mesin
dan
alat-alat
Alat-alat transpor seperti kapal laut, kapal terbang, kereta api, bus,
truk, motor dan lain-lain.
pembelian barang-barang modal baru baik yang berasal dari produksi dalam
negeri maupun impor (termasuk barang modal bekas dari luar negeri),
lebih, serta mempunyai nilai per unit relatif besar dibanding dengan output
sektor yang memakainya.
135
136
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
menjadi pembentukan modal. Persentase alokasi dari TTM ini diperoleh dari
survei khusus, sedangkan data cif, bea masuk, PPn dan pajak lainnya
tersedia dalam statistik perdagangan luar negeri. Data jenis komoditi yang
berasal dari impor tersebut dirinci menurut kode Harmonized System (HS).
Sehingga untuk penyusunan I-O perlu dilakukan destinasi kode HS ke dalam
klasifikasi kode I-O. Hasil ini diperoleh dari destinasi komoditi impor secara
keseluruhan yang dilakukan pada subbab 4.3.6. Bila ditambah dengan
berkaitan dengan pemindahan hak milik seperti jual beli tanah, sumber
mineral, hak pengusahaan hutan, hak paten, hak cipta dan barang-barang
137
138
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Tabel 5.1
Estimasi Barang Modal Impor
No
Komoditi
(Kode HS)
CIF
(Juta
Rp.)
(1)
(2)
(3)
1
2
3
4
5
.
.
.
401699340
731511900
731581000
820712000
720740000
.
.
.
9
13290
1511
34750
2060
.
.
.
Tabel 5.2
Estimasi Barang Modal Produksi Dalam Negeri dan Bangunan
Nilai
Pajak
Persen
Penjuala Landed
Barang
Alokasi
Bea Masuk
Cost
n
Modal
TTM
(Juta Rp.)
Barang
(Juta (Juta Rp.)
Harga
Modal
Rp.)
Produsen
(4)
(5)
1
14
2
4
1
.
.
.
(6)
1
344
23
211
56
.
.
.
11
13648
1536
34965
2117
.
.
.
(7)
56
62
55
65
72
.
.
.
(8)
6
8462
845
22727
1524
.
.
.
(9)
1
1269
177
5682
290
.
.
.
Nilai
Barang
Modal
Harga
Pembeli
No
Komoditi
Output
(Juta Rp.)
(1)
(2)
(3)
(4)
Nilai Barang
Modal Harga
TTM
(Juta Rp.)
Pembeli
(Juta Rp.)
(5)
(6)
(10)
7
9731
1022
28409
1814
.
.
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
TOTAL
Persen
Alokasi
Barang
Modal
16753569
10
11
Peternakan
2 248 388
Inds. tekstil, pakaian dan kulit
10 971 070
Inds. bammbu, kayu dan rotan
9 030 376
Inds. kertas, brg dr kertas dan
4 323 467
karton
Inds. brg dr mineral bkn logam
1 638 342
Inds. brg dr logam
3 196 928
Inds. mesin, alat dan perl. listrik 7 609 972
Inds. alat pengangkutan &
6 005 865
perbaikannya
Inds. brg lain yang belum
562 805
digolongkan dimanapun
Bangunan
38 907 704
Jasa lainnya
12 746 225
0.03
0.04
2.17
0.01
46
1 109
14 640
141
639
5 514
210 813
664
0.80
14.57
31.44
24.60
36 690
338 486
1 037 113
69 220
49 798
804 341
3 429 584
1 546 605
2.06
21 290
32 882
92.15
8.39
35 854 445
1 069 187
Keterangan :
Kolom (6) = kol (3) + kol (4) + kol (5)
Kolom (8) = kol (7) x kol (6)
Kolom (10) = kol (9) + kol (8)
43 004 172
Dari hasil estimasi komoditi impor yang telah dilakukan, nilai landed cost
dikalikan dengan persentase tertentu, akan mendapat nilai komoditi tersebut
yang menjadi barang modal. Nilai barang modal yang telah diperoleh masih
berdasarkan harga produsen sehingga untuk memperoleh nilai barang modal
atas dasar harga pembeli perlu ditambahkan dengan TTM. Proses untuk
mendapatkan nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 di atas. Sedangkan
pada Tabel 5.2 ditunjukkan estimasi barang modal yang berasal dari produksi
dalam negeri dan yang berupa bangunan.
139
140
5.1.4
Perubahan Inventori
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
a. Ruang Lingkup
dinilai atas dasar harga produsen apabila dihasilkan sendiri dan atas harga
pembeli apabila diperoleh dari unit ekonomi lainnya. Barang-barang yang
berasal dari pembelian, yang akan dipakai sebagai input pada suatu kegiatan
ekonomi atau untuk dijual lagi, maupun barang yang dihasilkan oleh unit-unit
sedang dalam proses pengerjaan dinilai dengan harga produsen apabila ada
harganya di pasaran, akan tetapi bila tidak ada harga di pasar, maka barang
produksi yang belum terjual, baik dalam bentuk barang jadi maupun barang
setengah jadi.
yang disediakan guna keperluan pada waktu krisis. Alat-alat berat seperti
kapal, pesawat terbang dan lain-lain yang sedang dalam proses pengerjaan
1. Sektor
penghasil
barang
yaitu
pertanian,
kehutanan,
perikanan,
dan pemerintah tersebut dikurangi dengan inventori pada awal tahun maka
terjual.
Binatang ternak yang dipelihara untuk dipotong dan binatang ternak
141
142
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
dalam f.o.b (free on board). Transaksi barang dan jasa pada prinsipnya
baik yang akan dijual maupun yang akan dipakai sebagai bahan baku
tersebut diberikan ke bukan penduduk. Untuk itu akan dijelaskan lebih lanjut
mengenai transaksi barang dan jasa, penduduk dan f.o.b yang sesuai
dengan konsep SNA dan Neraca Pembayaran.
dicatat pada saat kepemilikan barang tersebut berpindah atau pada saat jasa
Transaksi ekonomi adalah suatu pertukaran nilai ekonomi oleh satu unit
ekonomi dengan unit ekonomi lainnya. Yang dimaksud dengan nilai ekonomi
adalah barang, jasa dan instrumen finansial. Transaksi ekonomi pada garis
besarnya dapat digolongkan atas: penjualan barang-barang untuk ditukarkan
dengan instrumen finansial, barter atau pertukaran barang dan jasa dengan
barang dan jasa lainnya dan dapat juga merupakan pemberian barang dan
jasa tanpa ada imbalan seperti hadiah, bantuan dan lain-lain.
Penduduk, yang dimaksud dengan penduduk dalam hal ini adalah
lembaga pemerintah, perorangan, perusahaan, baik perusahaan swasta
maupun perusahaan negara, serta lembaga swasta nirlaba yang berada di
perubahan inventori yang tersedia hanya beberapa sektor, serta tidak terinci
secara detail menurut komoditi yang ada pada klasifikasi input-output.
termasuk kedutaan dan konsulat di luar negeri. Badan dunia seperti IMF,
Bank Dunia dan sejenisnya serta kedutaan dan konsulat asing yang
domestik, kecuali:
5.1.5
Ekspor
c.
143
144
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
perusahaan asing.
Penduduk lembaga nirlaba terdiri atas semua lembaga nirlaba yang
penjualan bahan baku dan perbekalan lainnya untuk kapal laut, pesawat
Harga Free on Board (f.o.b) adalah harga barang sampai di atas kapal
pemuatan
barang
ke
145
146
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Ekspor jasa asuransi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu jasa
asuransi pengangkutan barang dan jasa asuransi lainnya. Ekspor jasa
Ekspor jasa angkutan barang meliputi jasa angkutan barang yang dilakukan
luar negeri
pengangkutan barang impor menuju batas bea cukai negara pengekspor
barang impor tersebut
luar negeri, antar dan dalam negeri di luar negara. Tidak termasuk disini
sebagai ekspor komoditi dan pembelian langsung oleh konsulat negara dan
rumah tangga penduduk di luar negeri digolongkan sebagai impor komoditi.
Ekspor jasa angkutan lainnya dan komunikasi meliputi biaya carter/sewa alat
angkutan, biaya buruh dan bongkar muat lainnya dan biaya pelabuhan
(laut/udara), biaya untuk jasa kapal tunda dan sejenisnya, biaya untuk
operasi penyelamatan, jasa pos, telegram, telepon, radio dan televisi yang
147
148
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Bagian ini meliputi ekspor barang dan jasa selain dari ekspor barang
atau bukan. Sehingga jasa yang diberikan ke penduduk provinsi lain sulit
diperkirakan, misalnya jasa angkutan, jasa komunikasi dan sebagainya.
barang dan jasa yang sangat beraneka ragam seperti: (i) biaya reparasi
barang yang diterima dari luar negeri, (ii) margin perdagangan atas barang-
barang yang dibeli dari negara lain ke negara ketiga, (iii) biaya administrasi,
pengolahan dan konsultasi serta biaya kantor perusahaan cabang dan anak
perusahaan yang dibayarkan perusahaan induk serta transaksi sejenis antara
nonresiden dan residen, (iv) komisi untuk penanggung dan biaya lainnya atas
penerbitan surat-surat berharga swasta yang dijual di luar negeri, (v) biaya
g. Ekspor Barang
agen perantara yang beroperasi untuk pihak asing dan biaya yang berkaitan
Perkiraan nilai ekspor barang dagangan (merchandise) dilakukan dengan
dengan emas bukan industri, (vi) penyewaan mesin, peralatan, film, dan
sejenisnya, (vii) biaya advertensi, (viii) penyewaan ruang kantor dan
barang yang tersedia adalah nilai ekspor barang yang diolah dengan metode
"carry over". Untuk kebutuhan penyusunan tabel input-output, nilai ekspor
barang yang diolah dengan metode carry over tersebut perlu disesuaikan
penduduk, (xii) barang dan harta benda milik rumah tangga migran, dan (xiii)
tersedia pada tahun yang bersangkutan. Nilai ekspor barang yang tersedia
tersebut dirinci menurut kode Harmonized System (HS), sehingga harus
untuk memperoleh nilai ekspor barang aktual, yaitu nilai ekspor barang yang
ini adalah merupakan suatu kode klasifikasi baik untuk barang dagangan
sebagai ekspor maupun sebagai impor yang digunakan sebagai pedoman
Untuk menghitung nilai ekspor barang dan jasa dalam penyusunan tabel
input-output pada tingkat nasional permasalahan yang dihadapi tidak begitu
sulit. Pada tingkat regional atau pada tingkat provinsi penghitungan ekspor
produksi dari suatu sektor tertentu, karena itu kode HS yang digunakan harus
149
150
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
klasifikasi yang dibentuk sesuai dengan sifat atau karakteristik dari suatu
komoditi. Sehingga semua ekspor barang yang mempunyai kode HS tertentu
dapat dibagi habis ke dalam klasifikasi input-output. Tidak ada satupun kode
dari sektor padi. Pada klasifikasi input-output berkode 001. Dan selanjutnya
mengidentifikasi kode HS secara keseluruhan ke dalam klasifikasi input-
ekspor barang yang dirinci menurut kode HS masih dalam satuan dolar US,
sehingga untuk mendapatkan nilai barang dalam satuan rupiah perlu
output. Hasil dari konversi ini dapat ditunjukkan pada Tabel 5.4 Setelah
diperoleh konversi kode HS ke dalam klasifikasi input-output, sub jumlah nilai
dikalikan dengan kurs ekspor (kurs dolar US terhadap rupiah untuk barang
ekspor). Kurs tersebut diperoleh dari rata-rata kurs beli dolar US yang
FOB dari setiap kode input-output adalah merupakan ekspor barang yang
terletak pada kolom 305 pada kuadran II.
diperoleh dari BI, ditimbang dengan nilai nominal ekspor barang bulanan
dolar US. Sebagai ilustrasi dapat dilihat prosedur konversi kode HS ke dalam
kode input-output pada contoh penghitungan di bawah ini.
Tabel 5.3
Ekspor Barang (aktual) Indonesia
No
Kode HS
Uraian
Berat
Bersih
FOB
(Rp. Ribu)
Tabel 5.4
Ekspor Barang Menurut Klasifikasi input-output
Kode IO
(baris)
Kode HS
001
100610900
10.513,00
sub total
10.513,00
Harga
per Unit
(Rp)
002
87465
74562
116.864,09
13.444,05
265.081,43
9.727,22
:
dst
.
.
dst
47.490.039.119,32
1.339.733,50
1.366.959,36
29.432.546,34
sub total
32.139.239,20
10.513,00
32.139.239,20
.
.
42.490.039.119,32
9.093.215.526,82
151
Ekspor Barang
(Kode 305/kolom)
070990300
100510000
100590000
.
.
Total
Jumlah
FOB
(Rp. Ribu)
152
42.490.039.119,32
h. Ekspor Jasa
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Nilai ekspor jasa diperkirakan dari publikasi Neraca Pembayaran BI. Nilai
yang tersedia masih dalam dolar US, sehingga perlu dikalikan dengan kurs
ekspor untuk mendapatkan nilai jasa dalam rupiah. Dalam publikasi tersebut,
nilai ekspor jasa tidak tersedia secara terpisah, tetapi masih tergabung
dengan nilai impor jasa. Perkiraan nilai ekspor jasa, dihitung berdasarkan
lainnya.
5.1.6.
Impor
pembelian kapal laut dan pesawat terbang baru maupun bekas, terlepas
apakah barang tersebut melalui bea cukai atau tidak
minyak dan gas bumi milik bukan penduduk yang didaratkan langsung di
wilayah domestik
pengiriman barang titipan dari luar negeri untuk dijual atau diproses lebih
lanjut
majalah
153
154
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Tidak termasuk impor barang dagangan seperti pemasukan barangbarang yang bukan termasuk ekspor barang dagangan di atas.
dimasukkan sebagai pembelian langsung barang dan jasa di luar negara oleh
rumah tangga penduduk).
angkutan, biaya buruh dan bongkar muat lainnya dan biaya pelabuhan
dan sejenisnya.
(laut/udara), biaya untuk jasa kapal tunda dan sejenisnya, biaya untuk
operasi penyelamatan, jasa pos, telegram, telepon, radio dan televisi. Tidak
Impor jasa angkutan barang meliputi jasa angkutan barang yang dilakukan
oleh:
domestik.
4. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan barang
ekspor ke batas bea cukai negara pengekspor.
lingkup di atas.
pengeluaran
penumpang di atas kapal serta biaya lainnya (biaya bagasi atau biaya barang
yang dibawa penumpang serta mobil dan sebagainya) sehubungan dengan
pengangkutan penumpang.
Jasa
angkutan
penumpang
meliputi
155
tiket
penumpang,
156
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Impor jasa asuransi lainnya adalah jasa asuransi lainnya yang dihasilkan
oleh perusahaan bukan penduduk atas biaya penduduk.
maupun
perusahaan
penduduk
sehubungan
pengangkutan impor barang dagangan.
dengan
resiko
pengekspor.
dimasukkan.
sebagainya.
157
158
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
tersedia juga dirinci menurut kode HS serta masih dalam satuan dolar US.
Untuk memperoleh nilai impor barang dalam rupiah maka harus dikalikan
jasa yang sangat beraneka ragam seperti: (i) biaya reparasi barang yang
dengan kurs impor (kurs dolar US terhadap rupiah untuk barang impor). Kurs
diperoleh dari rata-rata kurs jual dolar US bulanan dari BI ditimbang dengan
nilai nominal impor barang bulanan BPS. Kemudian dilakukan konversi dari
konsultasi serta biaya kantor perusahaan cabang dan anak perusahaan yang
dibayarkan perusahaan induk serta transaksi yang sejenis antara nonresiden
dan residen, (iv) komisi untuk penanggung dan biaya lainnya atas penerbitan
surat-surat berharga swasta yang dijual di luar negeri, (v) biaya agen
Tabel 5.5
perantara yang beroperasi untuk pihak asing dan biaya lain yang berkaitan
dengan emas bukan industri, (vi) penyewaan mesin, peralatan, film, dan
sejenisnya, (vii) biaya advertensi, (viii) penyewaan ruang kantor dan
CIF
(Rp Ribu)
PPN
(Rp Ribu)
Bea Masuk
(Rp Ribu)
Landed Cost
(Rp Ribu)
100510000
100590000
060110000
260120000
061209000
720230000
.
.
425
200
165
550
350
170
50
40
30
150
25
10
25
60
20
50
25
20
500
300
215
750
400
200
Jumlah
10.000
3.000
2.000
15.000
No.
Kode HS
1
2
3
4
5
6
159
160
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Kode HS 060110000 yaitu umbi-umbian dan kode HS 061209000 yaitu umbiumbian lainnya. Keduanya tersebut pada klasifikasi INPUT-OUTPUT sesuai
pada sektor 004 yaitu umbi-umbian lainnya.
Kode HS 26120000 alat pemanggang dari besi, dan kode HS 720230000
logam besi campuran. Dilihat dari jenis komoditinya ini sesuai pada klasifikasi
input-output sektor 105 yaitu industri besi dan baja dasar.
Ini semua dilakukan untuk semua kode HS yang ada pada suatu
tahun tertentu. Untuk lebih jelasnya contoh konversi kode HS ke dalam
klasifikasi input-output dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6
Konversi Komoditi Impor Menurut Kode HS
ke Dalam Klasifikasi Input-Output
Kode
I-O
Kode
HS
CIF
(Rp Ribu)
PPN
(Rp Ribu)
Bea Masuk
(Rp Ribu)
Landed Cost
(Rp Ribu)
002
100510000
100590000
425
200
50
40
25
60
500
300
Sub Total
625
90
85
800
060110000
061209000
165
350
30
25
20
25
215
400
Sub Total
515
55
45
615
260120000
720230000
550
170
150
10
50
20
750
200
10.000
3.000
2.000
15.000
004
105
Grand
Total
161
162
Tabel 5.7
Destinasi Komoditi Impor menurut
Kode HS dan Kode Input-Output
Kode I-O(Baris)
Kode HS
100510000
002
100590000
060110000
061209000
.
.
.
260120000
105
720230000
.
.
.
.
.
.
163
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Kode I-O
(Kolom)
052
060
301
304
052
060
301
140
155
301
140
141
151
301
.
.
.
106
114
119
304
081
106
114
115
116
134
304
.
.
.
setelah tahap pertama diperoleh destinasi kode HS seperti pada Tabel 5.7,
maka nilai yang dialokasikan adalah merupakan nilai landed cost dengan
menggunakan alokasi output ke masing-masing sektor baik sebagai
permintaan antara maupun sebagai permintaan akhir. Formulasi yang
digunakan adalah sebagai berikut:
M hij =
X ij
M hi
ij
ij
Hasil destinasi nilai komoditi impor sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Tabel
5.8.
Untuk sektor industri penggunaan input antara yang bersumber dari
komoditi impor disesuaikan dengan struktur input dari statistik industri yang
berasal dari komoditi impor.
Jumlah nilai impor yang telah didistribusikan ke masing-masing sektor
(kolom) baik sebagai permintaan antara maupun sebagai permintaan akhir,
jumlah nilai tersebut merupakan jumlah permintaan/demand berkode 310.
Nilai tersebut harus sesuai dengan nilai impor dari sisi penyediaan/supply
yang merupakan nilai landed cost.
164
Tabel 5.8
Contoh Penghitungan Alokasi Nilai Impor per Kode HS Ke dalam Sektor
Input-Output yang Menggunakan (Kode Input-Output Secara Kolom)
(3)
052
060
301
304
Alokasi
Output
(Rp. Ribu)
(4)
150
200
125
300
Jumlah
775
100590000
052
060
301
150
200
125
Jumlah
475
140
155
301
140
141
155
301
75
100
125
300
25
50
45
60
180
200
100
50
50
400
Kode I-O
Baris
Kode HS
(1)
(2)
100510000
002
060110000
Jumlah
004
061209000
Kode I-O
Kolom
Jumlah
260120000
005
Jumlah
.
.
.
106
114
119
304
-
Nilai Impor
(Rp. Ribu)
(5)
97
129
81
193
500
(Nilai landed cost)
95
126
79
300
(Nilai landed cost)
54
72
89
215
55
111
100
134
400
375
187
94
94
750
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
2. Impor Jasa
Nilai impor jasa diperkirakan dengan menggunakan data dari buku yang
sama dengan ekspor jasa yaitu statistik ekonomi dan keuangan Indonesia
yang diturunkan dari neraca pembayaran yang disajikan oleh BI. Ikhtisar,
pendekatan dan metode penghitungan yang digunakan pada impor jasa
sama seperti yang dipakai pada ekspor jasa.
.
.
.
165
166
Penyusunan
Tabel Input-Output:
Proses Rekonsiliasi dan
Penyusunan Tabel Transaksi
Harga Produsen
Dengan menggunakan teknik yang telah dibahas pada Bab 5 dan 6
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
maka sudah dapat disusun kuadran I, II dan III tabel input-output. Akan tetapi
basis estimasi yang digunakan adalah untuk memperoleh estimasi kolom per
kolom, sehingga kaidah hubungan antar variabel sepanjang baris tabel inputoutput belum tentu dapat terpenuhi. Untuk itu masih diperlukan satu tahap
c.
untuk melakukan proses rekonsiliasi inilah yang akan dibahas lebih jauh pada
bab ini.
Apabila data yang tersedia dan akan digunakan dalam penyusunan tabel
input-output tidak konsisten, maka akan berpengaruh terhadap penyusunan
tabel input-output itu sendiri. Penggunaan data yang tidak konsisten akan
menyebabkan ketidak seimbangan (unbalance), baik pada sisi kolom
(struktur input) maupun sisi baris (alokasi output). Agar keseimbangan dapat
menggunakan penilaian harga produsen, sementra estimasi tabel inputoutput tahap awal adalah untuk harga pembeli sesuai dengan data yang
tersedia.
data yang dikumpulkan oleh berbagai sumber, juga dapat digunakan untuk
kepentingan-kepentingan lainnya.
Proses rekonsiliasi adalah suatu proses di mana isian data dalam sel-sel
pada matriks tabel input-output harus dibuat seimbang (balance). Tujuan
167
168
6.1.1
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
b. Perapihan Baris
bertujuan untuk meneliti isian sel-sel data yang terbentuk dari perapihan
kolom. Ditinjau dari sisi baris, isian pada setiap sel menunjukkan besaran
rekonsiliasi adalah menyamakan isian data pada sisi penyediaan dan sisi
permintaan, atau isian sisi baris sama dengan sisi kolom. Sebelum proses
rekonsiliasi, perlu dilakukan proses perapihan data baik dari sisi kolom
maupun sisi baris dengan uraian sebagai berikut:
a. Perapihan Kolom
terisi berasal dari pengisian pada sisi kolom. Bila sel terisi pada sektor
kolom dan baris yang berkode sama, maka sel tersebut biasa disebut
sebagai sel diagonal. Pengisian sel tersebut bisa dilakukan dari 2 sisi
baik dari struktur input ataupun dari alokasi output pada sektor yang
yang berkode 1 sampai dengan terakhir. Susunan input yang terdiri dari
sama.
input antara dan input primer ini akan membentuk "matriks", yang di
dalam tabel input-output merupakan isian pada kuadran I dan III.
Isian
pada
sel
yang
sama
tetapi
sumbernya
berbeda,
Kuadran I menggambarkan struktur input/permintaan antara dari masingmasing sektor, sedangkan kuadran III menggambarkan struktur input
Apabila perapihan kolom dan baris sudah selesai, maka bisa dilanjutkan
dengan proses rekonsiliasi. Proses ini bertujuan untuk memb. uat seimbang
antara isian sisi kolom dan sisi baris yang biasanya dilakukan secara
berulang kali.
kolom. Isian dari sel-sel tersebut menjadi bagian pada kuadran II. Apabila
isian kolom demi kolom tersebut sudah disusun, bukan berarti
Dari hasil perapihan kolom dan baris akan terbentuk kerangka tabel input-
169
170
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
b. Sisi baris :
Kolom
1
180
309
310
409
509
600
700
800
Baris
1
2
3
4
190
200
209
210
220
a. Secara kolom
(190)
= (1) + (2) + (3) + (4) + (5)
(209)
= (201) + (202) + (203) + (204) - (205)
(210)
= (600) = (190) + (209) ---> pada tahap awal
(220)
= (190) + (209) (Secara mekanis)
(230)
= (210) - (220)
230
a. Sisi kolom:
baris kode 1 s.d 5
baris 190
baris 200
baris 209
baris 210
baris 220
baris 230
171
b. Secara baris:
(180)
= (1) + (2) + (3) + (4) + (5)
(309)
= (301) + (302) + (303) + (304) + (305) + (306)
(310)
= (180) + (309)
(409)
= (401) + (402) + (403) + (404)
(509)
= (501) + (502) + (503)
(600)
= output (control total) diperoleh dari perhitungan
(700)
= (409) + (509) + (600) (Secara mekanis)
(800)
= (310) - (700)
172
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
6.1.2
Proses ini bertujuan untuk menyeimbangkan sisi input dan sisi output dari
masing-masing sektor pada kode yang sama. Ini mengacu kepada sistim
penyusunan neraca produksi dimana pada keseimbangan sektoral, total input
harus sama dengan total output di masing-masing sektor (domestik). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi berikut:
Dari ilustrasi tabel di atas, terlihat bahwa sisi kolom pada sektor (3), total
input yang digunakan sebesar 900, terdiri dari 500 sebagai biaya antara dan
400 sebagai biaya primer. Pada setiap perapihan kolom, komposisi isian selsel biasanya selalu dibuat dalam keadaan seimbang (230 = 0), tetapi jika
dilihat dari sisi baris pada sektor yang sama (3), jumlah output dari sektor
tersebut hanya sebesar 650. Ini tidak sama dengan jumlah susunan inputnya
(210). Padahal jumlah output harus sama dengan jumlah input pada sektor
yang sama (210 = 600). Dengan asumsi bahwa total input sebesar 900 jauh
lebih benar daripada total output sebesar 650, maka ketidak seimbangan
tersebut dapat dihilangkan dengan merubah total output menjadi 900,
disamping juga dapat menambah/ menaikkan isian pada sel-sel permintaan
baik permintaan antara maupun permintaan akhir, sehingga kondisi tabel
tersebut berubah seperti pada ilustrasi berikut:
Ilustrasi 1
Ilustrasi 2
Kolom
Kolom
1
180
309
310
409
509
600
700
800
175
175
50
50
155
25 10 125
190
180
309
310
409
509
600
700
800
350
300
750
500
1100
800
150
50
900
650
1100
850
0
(50)
Baris
Baris
25
125
50
200
300
350
200
500
150
50
400
600
(50)
3
4
75
75
190
530
500
209
200
200
210
550
209
400
220
550
210
900
230
220
930
900
230
(30)
173
60 100
50 90
174
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Ilustrasi 3
Kolom
1
175
50
3
4
75
75
190
530
180
309
310
409
509
600
700
800
350
750
1100
150
50
900
1100
(50)
Baris
25
10
155
60 100
200
209
370
400 370
210
900
220
900
230
175
176
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Ilustrasi 4
Kolom
1
180 309
310
409 509
600
700
800
Baris
1
145
175
50
25
10
155
75
75
190
500
530
60 100
50
900
1100
Pada ilustrasi 3 dan 4 terlihat bahwa posisi sektor (3) sudah seimbang
antara susunan input dan alokasi outputnya (230 = 0, 800 = 0 serta 210 =
600). Tetapi misalnya total penyediaan (700) belum seimbang dengan total
permintaan (310), maka kolom (800) masih belum = 0 (nol) seperti pada
ilustrasi berikut:
Ilustrasi 5
200
Kolom
209
210
220
230
400
370 400
180
309
310
409
509
600
700
800
350
700
1050 150
50
900
1100
-50
Baris
900
900
145
150
Tabel di atas menunjukkan bahwa secara kolom posisi sektor (3) sudah
balance (230 = 0) begitu pula sisi baris (800 = 0). Untuk itu proses
rekonsiliasi sementara dianggap selesai.
Perlu diketahui bahwa selama proses rekonsiliasi sebaiknya perubahan
output (utamanya untuk kode 210) kalau bisa dihindari, karena biasanya akan
menimbulkan banyak kesulitan dalam pelaksanaannya.
Oleh karena itu pada waktu penyusunan output (biasa disebut dengan
Control Total/CT) untuk pertama kali sebelum masuk ke dalam proses
rekonsiliasi harus dilakukan dengan secermat-cermatnya.
177
25
10
155
75
75
190
500
60 100
200
209
400
210
900
220
900
230
178
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
(304).
Ini
menggambarkan
adanya
penambahan
level
pada
permintaan akhir.
b.2 Menaikkan permintaan pada komponen permintaan antara
Ilustrasi 7
Kolom
180
309
310
409
509
600
700
800
70 115
60 100
400
350
700
1100
150
50
900
1100
0
(50)
(50)
Baris
Ilustrasi 6
145
Kolom
1
180
309
310
409
509
600
700
800
Baris
1
145
50
25
10
155
75
75
190
60 100
350
500
200
209
400
210
900
220
900
230
750
700
1100
1050
150
50
900
1100
30
25
15
10
50
170
155
75
75
190
515
209
400
210
900
220
915
230
179
180
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
(nol).
c.
Ilustrasi 8
Kolom
1
180
309
310
350
725
700
1075
1050
409
509
150
25
50
600
700
800
900
1075
1100
0
(50)
Baris
1
145
50
25
10
155
75
75
190
500
209
400
210
900
220
900
230
60 100
181
182
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
183
6.2
184
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
180
309
73,994
508,686
56,464
639,144
467,397
85,558
1,078,930
419,849
1,584,336
2,284,180
25,795
178,409
383,699
587,903
965,446
190
185,346
1,766,025
860,011
2,811,383
3,717,023
200
209
692,785
1,029,454
1,154,653
2,876,892
210
878,131
2,795,479
2,014,664
5,688,274
185
SEKTOR
310
409
501 + 502
503
600
1,106,541
104,210
103,274
20,926
878,131
3,868,516
576,388
404,545
92,103
2,795,479
1,553,349
159,533
(507,819)
(113,029)
2,014,664
190
6,528,406
840,132
5,688,274
200
209
210
Keterangan :
1
= sektor primer
2
= sektor sekunder
3
= sektor Tersier
180
= total permintaan antara
309
= total permintaan akhir
310
= total permintaan
409
= impor
501 + 502 = margin perdagangan
503
= biaya pengangkutan
600
= output
700
= total penawaran
186
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Tabel 6.2
Matriks Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan
(Milyar Rupiah)
Tabel 6.3
Tabel Input-Output Transaksi Harga Produsen
SEKTOR
4,137
40,651
12,731
57,519
66,681
12,398
141,399
55,269
209,067
287,582
(16,535)
(182,050)
(68,001)
(266,586)
(354,262)
190
200
209
210
SEKTOR
310
409
501+502
180
(Milyar Rupiah)
503
309
600
SEKTOR
180
309
69,857
468,036
43,732
581,625
400,716
73,159
937,530
364,579
1,375,269
1,996,598
42,330
360,459
451,699
854,489
1,319,708
190
185,346
1,766,025
860,011
2,811,383
3,717,023
200
209
692,785
1,029,454
1,154,653
2,876,892
210
878,131
2,795,479
2,014,664
5,688,274
700
SEKTOR
310
409
501 + 502
503
509
600
700
496,648
982,341
104,210
878,131
982,341
(620,848)
3,371,868
576,388
2,795,479
3,371,868
2,174,197
159,533
2,014,664
2,174,197
190
6,528,406
840,132
5,688,274
6,528,406
200
0
209
210
124,200
103,274
20,926
124,200
496,648
404,545
92,103
(620,848)
(507,819)
(113,029)
190
200
209
210
Tabel 6.1 adalah Tabel input-output transaksi harga pembeli tahun 2005
yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan akhir
dinilai atas dasar harga pembeli. Ini berarti dalam nilai tersebut sudah
termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Oleh sebab itu
187
188
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
dalam struktur input setiap sektor, tidak ada input yang berasal dari sektor
perdagangan serta input sektor pengangkutan hanya mencakup biaya
pengangkutan penumpang dan barang sendiri (bukan barang dagangan).
Dengan kata lain alokasi output sektor perdagangan bernilai nol dan alokasi
output sektor pengangkutan hanya untuk pengangkutan penumpang dan
barang sendiri (bukan pengangkutan barang dagangan). Selanjutnya karena
nilai transaksi dalam Tabel 6.1 sudah termasuk margin perdagangan dan
biaya pengangkutan, maka total margin perdagangan dan biaya
pengangkutan diletakkan pada kolom khusus (kolom 501 dan 502 serta 503),
dan diperhitungkan sebagai bagian dari supply bersama dengan output agar
terjadi keseimbangan pada masing-masing baris.
Tabel 6.2 memperlihatkan margin perdagangan dan biaya pengangkutan
yang terjadi dalam menyalurkan barang dari tangan produsen ke konsumen.
Dari Tabel 6.1 nilai input sektor sekunder (sektor 2) yang berasal dari sektor
primer (sektor 1) sebesar 508.686 milyar rupiah (baris dan kolom 2). Dalam
menyalurkan barang-barang sektor primer ke sektor sekunder tersebut terjadi
margin perdagangan (keuntungan pedagang) dan biaya untuk mengangkut
barang sebesar 40.651 milyar rupiah (Tabel 6.2, baris 1, kolom 2). Maka
untuk mendapatkan transaksi atas harga produsen, transaksi harga pembeli
harus dikurangi margin perdagangan dan biaya pengangkutan dan diperoleh
sebesar 468 036 milyar rupiah (Tabel 6.3, baris 1, kolom 2).
Tabel 6.3 memperlihatkan sebuah tabel input-output transaksi harga
produsen, yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan
akhir dinilai atas dasar harga produsen (dalam nilai transaksi tersebut tidak
termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan). Tetapi karena total
input antara masing-masing kolom Tabel 6.2 harus tetap sama dengan total
input antara pada Tabel 1, maka nilai margin perdagangan diperlakukan
sebagai input yang berasal dari sektor perdagangan dan nilai biaya
pengangkutan diperlakukan sebagai input yang berasal dari sektor
pengangkutan. Akibatnya, karena nilai transaksi tidak termasuk margin
perdagangan dan biaya pengangkutan maka total margin perdagangan dan
biaya pengangkutan dalam kolom 501 dan 502 serta 503 sebagai
pengimbangnya harus bernilai nol. Secara praktis, nilai transaksi pada Tabel
6.3 diperoleh dengan mengurangkan nilai transaksi atas harga pembeli pada
Tabel 6.1 dengan margin perdagangan dan biaya pengangkutan pada Tabel
6.2.
189
190
SEKTOR
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Tabel 6.3
Tabel Input-Output Transaksi Harga Produsen
(Milyar Rupiah)
Tabel 6.4
Matriks Destinasi Impor
(Milyar Rupiah)
180
309
SEKTOR
180
309
69,857
468,036
43,732
581,625
400,716
9,918
86,200
194
96,312
7,898
73,159
937,530
364,579
1,375,269
1,996,598
9,660
292,816
64,978
367,454
208,934
42,330
360,459
451,699
854,489
1,319,708
3,798
36,872
62,568
103,237
56,296
190
185,346
1,766,025
860,011
2,811,383
3,717,023
190
23,376
415,887
127,739
567,003
273,129
200
200
(23,376)
(415,887)
(127,739)
(567,003)
(273,129)
209
692,785
1,029,454
1,154,653
2,876,892
209
210
878,131
2,795,479
2,014,664
5,688,274
210
SEKTOR
310
409
501 + 502
503
600
700
SEKTOR
982,341
104,210
878,131
982,341
3,371,868
576,388
2,795,479
3,371,868
2,174,197
159,533
2,014,664
2,174,197
190
6,528,406
840,132
5,688,274
6,528,406
200
209
210
191
310
409
501+502
503
509
600
700
104,210
104,210
104,210
576,388
576,388
576,388
159,533
159,533
159,533
190
840,132
840,132
840,132
200
(840,132)
(840,132)
(840,132)
209
210
192
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Tabel 6.5
Tabel Input-Output Transaksi Domestik Harga Produsen
(Milyar Rupiah)
SEKTOR
180
309
akhir masih mengandung komponen impor. Untuk mendapatkan tabel inputoutput transaksi domestik harga produsen maka setiap transaksi yang
mengandung komponen barang impor harus dikeluarkan.
59,939
381,836
43,538
485,313
392,818
63,499
644,715
299,601
1,007,815
1,787,664
38,533
323,588
389,132
751,252
1,263,412
190
161,970
1,350,138
732,271
2,244,380
3,443,895
104.210 milyar rupiah (baris 1, kolom 409) digunakan oleh sektor 1, 2, dan 3
sebagai permintaan antara sebesar 9.918, 86.200, dan 194 milyar rupiah,
200
23,376
415,887
127,739
567,003
273,129
209
692,785
1,029,454
1,154,653
2,876,892
210
878,131
2,795,479
2,014,664
5,688,274
Tabel 6.4 memperlihatkan matriks destinasi impor dari setiap sektor. Dari
tabel ini dapat dilihat bahwa total impor sektor 1 (sektor primer) sebesar
310
409
501+502
503
600
700
878,131
878,131
878,131
2,795,479
2,795,479
2,795,479
2,014,664
2,014,664
2,014,664
190
5,688,274
5,688,274
5,688,274
200
840,132
840,132
840,132
209
210
193
harus tetap sama dengan total input antara pada Tabel 6.3, maka nilai impor
harus diletakkan pada baris khusus yaitu baris 200. Secara praktis, nilai
transaksi pada Tabel 6.5 diperoleh dengan mengurangkan nilai transaksi atas
harga produsen dengan nilai impornya.
194
Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci teknik penyusunan tabel input
output dengan metode tak langsung, yang terdiri dari metode non-survei dan
semi survei. Metode pertama benar-benar mengandalkan pendekatan
matematis untuk menghitung matriks koefisien teknis, sedangkan metode
kedua menggabungkan pendekatan secara langsung dengan metode tak
langsung, yaitu sebagian sel-sel matriks koefisien teknis diperkirakan dari
hasil survei dan sebagian lagi melalui pendekatan matematis. Disamping itu
dalam bab ini akan diuraikan pula contoh penghitungan kedua metode
tersebut dengan menggunakan data hipotesis.
7.1
cara
yang
bisa
digunakan
untuk
memperkirakan
perkembangan ekonomi suatu wilayah. Ada yang sederhana, ada pula yang
kompleks. Karena sifat variabel-variabel makro ekonomi saling berkaitan satu
pendekatan yang dapat ditempuh dengan cara (1) survei langsung untuk
sehingga
dengan
memanfaatkan kerangka
195
tersebut
akan
1
Dalam analisis I-O kedua variabel tersebut dihubungkan dengan suatu matriks multiplier Leontief "(I-A)-1" yang
merupakan alat ampuh dalam analisis dampak. Hubungan tersebut secara matematis ditulis sebagai X=(I-A)-1F.
196
survei, yaitu sebagian koefisien teknis diestimasi dengan metode tertentu dan
dibahas. Hal ini dilakukan karena metode ini dari segi metodologi cukup
sebagian lagi disurvei, (3) cara tidak langsung atau disebut juga metode non-
tetapi
memerlukan sumber daya yang cukup besar. Pendekatan kedua dan ketiga
memperkirakan matriks koefisien input yang baru pada tahun t " A(t ) "
dengan menggunakan informasi koefisien input tahun dasar " A(0 ) ", total
survei.
Pendekatan
pertama
merupakan
pendekatan
terbaik,
permintaan antara tahun t, dan total input antara tahun t. Secara matematis
3
Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode NonAndaikan matriks koefisien input pada tahun dasar adalah
Survei
{ a t (0 ) }, i,,j =1,2,...,n.
Stage RAS/Lagrangian Dalam makalah ini hanya metode RAS yang akan
elemen-elemennya
diagonal
A(0) =
yang
substitusi, dan S =
menggambarkan
pengaruh
output sektor i pada tahun dasar. Untuk menjaga konsistensi hasil estimasi
ri
Pembahasan secara matematis keseluruhan metode ini dapat dipelajari, misalnya dalam Yukio Kaneko, On the
Method of Updating and Forecasting Input Coefficients Matrix, A Quantitative Study on Medium/Long-Term
Prospect of Indonesian Economy, Bappenas, Occasional Paper l7, March l982, dan dalam An Emperical Study on
Projecting and Forecasting the Input Coefficient Matrix in Leontief Model, Discussion Paper No. 2, December
l983. Dalam paper yang disebut terakhir ini berbagai metode dibandingkan dengan menggunakan data empiris
Tabel input-output Jepang l975.
3
Penurunan metode ini mengikuti logika tulisan Kaneko, ibid halaman 1-2, dengan beberapa perubahan notasi dan
penjelasan.
197
198
dan
7.1.2
Contoh Penerapan
bawah ini.
Untuk lebih meresapi dan menghayati prosedur estimasi menggunakan
r i x ij (0 ) s j = b i , i = 1 , 2 ,..., n
n
Metode RAS Sederhana berikut ini diberikan contoh yang diambil dari hasil
i =1
dan
beberapa penyederhanaan.
r i x ij (0 ) s j = k i , i = 1, 2 ,..., n
n
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa Metode RAS
i =1
dengan
baris dan pengganda kolom untuk mendapatkan matriks kuadran I yang baru.
Apabila A adalah matriks koefisien input yang berasal dari kuadran I, dan
2 t 1 persamaan
at
yaitu:
1. Pengaruh substitusi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi i dapat
digantikan oleh komoditi lain dalam proses produksi.
2. Pengaruh fabrikasi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi j dapat
menyerap input antara dari total input yang tersedia.
jumlah seluruh permintaan antara sama dengan jumlah seluruh input antara.
Oleh karena itu kita tidak dapat secara langsung menyelesaikan sistem
sepanjang kolom j, sangat dipengaruhi oleh total input antara yang digunakan
makin
banyak jumlah iterasi yang dilakukan, makin dekat hasilnya pada suatu
angka tertentu.
ri dan pengganda
dasar (dalam kasus ini adalah tahun 2005) maka matriks koefisien input yang
199
200
200
( X ) = 0
0
Sektor Produksi
X i.
f i.
X i
160
40
200
300
150
250
400
100
200
120
180
300
350
700
X .j
100
250
80
430
470
900
250
V.j
100
150
220
470
700
X .j
200
400
300
900
X i.
f i.
Xi
50
100
150
50
200
30
50
20
100
200
20
50
30
100
X.j
100
200
50
350
V. j
100
100
150
X.j
200
300
200
400
Sektor Produksi
300
201
A(0) berikut:
202
a ij =
X ij
Xj
, i = j = 1,2,3
Hitung a11 =
X 11
50
=
= 0,250
X 1 200
Hitung r 1 i =
, i = 1,2,3
X 1i
160
r 11 =
= 0,873
183,3
150
r 12 =
= 1,184
126,7
120
r 13 =
= 0,911
131,7
X
30
Hitung a 33 = 33 =
= 0,150
X 3 200
Merupakan matriks diagonal output atau input tahun 2006
A(0 )
(3) MATRIKS
j
0,250
0,333
0,150
0,167
0,100
0,100
0,167
0,150
X i
(4) MATRIKS
j
A(0 )X
Jumlah
X .j
50
133,3
183,3
160
30
66,7
30
126,7
150
20
66,7
45
131,7
120
Jumlah
100
266,7
75
X i
100
250
80
203
0,873
1
R = 0
0
1,184
0
0,911
204
(5) MATRIKS
j
R A(0 )X
(6) MATRIKS
j
Jumlah
44,8
113,6
0,0
158,4
150,0
36,5
77,1
37,1
150,7
120,0
18,7
59,3
42,9
120,9
Jumlah
100,0
250,0
80,0
Jumlah
43,6
116,4
0,0
160,0
35,5
79,0
35,5
18,2
60,8
41,0
Jumlah
97,3
256,2
76,5
R A(0 )X S 1
p = 1, j = 1,2,3
1,010
R2 = 0
p = putaran ke p
Hitung S
S 11 =
X j
X
, j = 1,2,3
j
100
= 1,028
97,3
S 12 =
250
= 0,976
256,2
S 13 =
80
= 1,045
76,5
0
0,995
0
0,993
R 3 R 2 R 1 A(0) X S 1 S 2 S 3 .
1,027
1
R = 0
0
0,976
0
1,045
205
206
(7) MATRIKS
j
Jumlah
45,3
114,7
0,0
160,0
36,2
76,6
37,2
150,0
18,5
58,7
42,8
120,0
Jumlah
100,0
250,0
80,0
0 ,883
R =R R R = 0
0
atau
0
1,178
0
0 ,903
0
0
i =1
1, 025
S =S S S = 0
0
1 0 0
4
4
R = S = I = 0 1 0
0 0 1
R 3 = R
atau S
0
0 ,975
0
1, 053
0
0
= S
i =1
A(t ) yaitu
At = RA(0 )S
(8) MATRIKS
R 3 R 2 R 1 A(0 )X S 1 S 2 S 3
X j. .
0
0 0,250 0,333 0,000 1,025
0
0
0,883
A(t ) = RA(0 )S = 0
1,178
0 0,150 0,167 0,100 0
0,975
0
0
0,100 0,167 0,150 0
0
0
,
903
0
1
,
053
207
208
Metode Semi-Survei
Sebenarnya cara yang terbaik untuk memperkirakan matriks A adalah
Sektor Produksi
7.2
x i
f i
X i
45,3
114,7
0,0
160,0
40,0
200,0
36,2
76,6
37,2
150,0
250,0
400,0
18,5
58,7
42,8
120,0
180,0
300,0
x.j
100,0
250,0
80,0
430,0
470,0
900,0
v.j
100,0
150,0
220,0
470,0
melalui survei langsung. Tetapi mengingat biaya, waktu dan tenaga, maka
metode RAS akan sangat membantu. Untuk memaksimalkan hasil estimasi,
dapat saja dimasukkan beberapa informasi penting ke dalam beberapa
elemen matriks A yang akan diperbaharui. Misalnya untuk sektor-sektor
kunci yang datanya tersedia, seperti sektor industri pengolahan, sektor
X .j
200,0
400,0
300,0
900,0
7.2.1
dan sebagainya.
Bahan yang diberikan di sini masih bersifat pengantar dan belum
lengkap. Untuk mendalami masalah ini secara baik dapat dipelajari dari
dihasilkan oleh metode RAS, sepenuhnya diperoleh dari matriks A(0 ) dan
berbagai literatur atau paling tidak melalui referensi yang diberikan pada
catatan kaki.
209
210
matriks di kuadran I, bukan saja dipengaruhi oleh faktor teknis berupa angka
substitusi dan fabrikasi, tetapi juga oleh kejadian-kejadian sosial dan ekonomi
yang
secara
sektor kunci khususnya yang menggunakan bahan baku tertentu seperti: padi
untuk industri penggilingan beras, gandum untuk industri tepung terigu, kapas
tentunya memberikan hasil yang lebih tepat dan cepat. Dari pengamatan
besi dan baja bahan untuk industri besi dan baja, CKD dan komponen mesin
bersifat
non-teknis.
Kedua
angka
pengganda
bekerja
modifikasi, semua sel terpilih tidak diproses dan diberikan nilai nol, sehingga
antara dari sektor angkutan kereta api, sehingga seharusnya tanpa pengaruh
kolom dan baris akan berkurang sebesar nilai sel terpilih tadi. Proses
metode RAS sederhana. Setelah proses RAS selesai dilakukan, maka sel-sel
pilihan yang bernilai 0 tadi diganti dengan nilai perkiraan yang sebenarnya.
7.2.1
Contoh Penerapan
angka pilihan ini tidak diikutsertakan dalam proses RAS, dan besarnya tetap
baris ke-2 kolom ke-1 sebesar 40, maka diperoleh tabel (1) berikut.
211
212
XXXX
0000
AAAA
j
i
40
x.j
x i
f i
X i
160
40
200
150
250
400
120
180
300
470
900
100
250
80
430
v.j
100
150
220
470
X .j
200
400
300
900
Jumlah
xi.
50
133,3
183,3
160
66,7
30
96,7
110
20
66,7
45
131,7
120
Jumlah
70
266,7
75
x.j
60
250
80
( )
(2) MATRIKS
dalam
proses
RAS.
Perlu
diingat
bahwa
dengan
0 ,873
R = 0
0
0
1,138
0 , 911
0
0
lagi 100 tetapi 60 (100-40). Begitu pula jumlah permintaan antara baris ke-2
sebesar 110 (150-40). Selanjutnya, prosedur yang sama dengan RAS
sederhana dilakukan. Pada Tabel (2) berikut tampak bahwa pada (2,1) sama
dengan nol (tidak ikut dalam proses RAS) dan jumlah input antara untuk
R =S
i
i =1
=I
i =1
213
214
(5) MATRIKS
Jumlah
42,8
117,2
0,0
160,0
40,0
73,7
36,3
17,2
59,1
43,7
Jumlah
100,0
250,0
80,0
AAAA tttt
0,214
0,293
0,000
150,0
0,200
0,184
0,121
120,0
0,087
0,148
0,146
baris dan kolom tetap bekerja dan berlanjut terus sampai dipenuhi suatu
kondisi dimana jumlah input antara dan jumlah permintaan antara masing-
Sektor Produksi
x i
f i
X i
RAS modifikasi tidak bekerja secara utuh seperti pada metode RAS
42,8
117,2
0,0
160,0
40,0
200,0
40,0
73,7
36,3
150,0
250,0
400,0
pengaruh pengganda baris maupun kolom. Di lain pihak bila kedua pengaruh
17,2
59,1
43,7
120,0
180,0
300,0
x.j
tadi bekerja secara utuh, (metode RAS sederhana) maka kelemahan pun
100,0
250,0
80,0
430,0
470,0
900,0
akan timbul karena setiap sel di sepanjang baris dan kolom akan mendapat
v.j
100,0
150,0
220,0
470,0
X .j
200,0
400,0
300,0
900,0
adalah:
215
216
Perlakuan
Khusus
terbuka; Kedua sebagai produsen penghasil jasa dari faktor produksi tenaga
kerja seperti pada model input-output tertutup. Contoh model inpuI-output
terbuka ditunjukkan oleh tabel-tabel input-output pada bab-bab sebelumnya,
sedangkan contoh model input-output tertutup seperti ditunjukkan berikut ini
dengan menggunakan Tabel input-output Indonesia 2005.
Tabel 8.1.a
Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen
Input-Output 2005 Klasifikasi 3 Sektor Industri
ikutan dan sampingan, barang bekas dan apkiran dan perbedaan statistik.
Perlakuan khusus ini disajikan dalam kaitannya dengan model konvensional
digunakan untuk berbagai kebutuhan analisis, maka dengan perlakuanperlakuan khusus ini akan mampu mengarahkan hasil analisis yang
menggunakan model Input-Output lebih sesuai dengan tujuan-tujuannya.
Model Input-Output konvensional yang dimaksudkan adalah seperti yang
SEKTOR
301
180
ditunjukkan pada bab II, dimana konsumsi rumah tangga dan konsumsi
pemerintah ditempatkan pada kuadran II, subsidi pada kuadran I atau sektor
yang menerima subsidi, barang bekas pada sektor dummy, dan produk
1
2
3
59,939
63,499
38,533
381,836
644,715
323,588
43,538
299,601
389,132
181,118
618,376
803,457
485,313
1,007,815
88116347
201
128,399
312,959
440,860
882,218
190
161,970
1,350,138
732,271
1,602,950
2,244,380
200
23,376
415,887
127,739
182,641
567,003
NTB Lain
564,386
716,495
713,794
1,994,674
210
878,131
2,795,479
2,014,664
8.1
217
218
5,688,274
SEKTOR
PA Lain
310
409
509
600
terutama disebabkan karena nilai input dan output kedua model tersebut
700
adalah tidak berbeda. Akan tetapi besaran pengganda yang ditunjukkan oleh
1
2
3
211,700
1,169,289
459,956
878,131
2,795,479
2,014,664
0
0
0
0
0
0
878,131
2,795,479
2,014,664
878,131
2,795,479
2,014,664
201
190
1,840,945
5,688,274
5,688,274
5,688,274
200
90,488
840,132
840,132
840,132
tabel ini adalah lebih besar dibanding dengan besaran pengganda model
input-output terbuka. Hal ini disebabkan karena peran rumah tangga dalam
proses produksi menjadi aktif sebagai pelaku ekonomi yang menghasilkan
NTB Lain
210
menggambarkan
struktur
pengeluaran
rumah
tangga
rumah
tangga
yang
digunakan
untuk
301
180
1
2
3
0.06826
0.07231
0.04388
0.13659
0.23063
0.11575
0.02161
0.14871
0.19315
0.11299
0.38577
0.50124
0.08532
0.17717
0.13207
201
0.14622
0.11195
0.21883
0,00000
0.15509
190
0.18445
0.48297
0.36347
1.00000
0.39456
untuk
SEKTOR
membiayai
pengganda pada setiap sel matriks. Jumlah sel dari matriks tersebut, yaitu
jumlah baris dan jumlah kolom, menunjukkan angka yang lebih besar dari
ekonomi lainnya. Pada tabel berikut ditunjukkan data koefisien input dan
jumlah baris dan kolom pada matriks pengganda model input-output terbuka,
bila rumah tangga sebagai faktor endogen. Besaran koefisien input pada
219
220
Tabel 8.1.c
Matriks Pengganda Input-Output 2005
kelompok
permintaan
akhir
dalam
model
input-output
konvensional.
Pengeluaran rutin ini dapat diperlakukan dengan cara lain yaitu dengan
menempatkannya dalam kuadran I seperti sektor produsen barang dan jasa.
SEKTOR
301
180
1.08502
0.20882
0.10104
0.25380
1.64868
0.22130
1.49672
0.47430
0.84013
3.03246
0.19695
0.36411
1.52832
0.92877
3.01816
201
0.19082
0.24207
0.36661
1.29870
2.09821
190
1.69410
2.31172
2.47028
3.32141
9.79751
Pada
tabel
input-output
Indonesia
2005,
konsumsi
pemerintah
Konsumsi Pemerintah
Fg
G
Pemerintah dalam tabel input-output juga mempunyai peran ganda.
Pertama sebagai penghasil jasa dan kedua sebagai pemakai barang dan
Fgl
jasa atau sebagai bagian dari permintaan akhir. Jasa yang dihasilkan sektor
Fg
lainnya,
misalnya
jasa
kesehatan,
pendidikan
dan
sosial
NTB
Vg
Xg
= Sektor pemerintahan
cabangnya di daerah-daerah.
Fgl
221
Fgl
222
Xg
M
x
output Indonesia, subsidi dimasukkan di kuadran III (kode baris 205), dan
= Impor
= Output
besarannya sesuai dengan besarnya bantuan pemerintah terhadap masingmasing sektor. Pada beberapa tahun yang lalu, subsidi-subsidi yang
minyak. Pada tahun akhir-akhir ini subsidi pemerintah hanya terbatas untuk
pupuk. Namun demikian, subsidi ini bisa saja berkembang ke berbagai jenis
komoditi dan sangat tergantung kepada situasi dan kondisi ekonomi pada
saat ini.
konsep dasar input-output dimana jumlah input harus sama dengan output
industri pupuk, akan tetapi yang merasakan manfaat subsidi secara langsung
adalah para petani. Para petani sebagai pengguna pupuk tersebut berada
pada
menunjukkan besaran subsidi yang diterima oleh petani atau suatu industri
nilai subsidi sebagai pengurang pajak tak langsung dan harga pupuk yang
sektor-sektor
yang
menghasilkan
komoditi
pertanian.
Untuk
Kemudian sebagai faktor penyeimbang, sisa jumlah kolom dengan jasa yang
didistribusikan dimasukkan pada kolom pemerintah di permintaan akhir.
8.3
Perlakuan Subsidi
8.4
suatu kegiatan adalah hasil lain atau tambahan yang diperoleh dari kegiatan
Seperti yang dijelaskan pada uraian sektoral bahwa subsidi yang dicakup
tersebut. Hasil ini menurut sifat atau karakteristiknya berbeda dengan produk
dalam tabel input-output adalah subsidi komoditi, agar harga jual dari
komoditi yang dihasilkan oleh industri tersebut sesuai dengan harga yang
sektor lain, maka produk ikutan harus dipindahkan (transfer) ke sektor lain.
Akan tetapi jika tidak merupakan produk utama sektor lain yang menunjang,
pengurang di pajak tidak langsung (pajak tak langsung neto). Pada input-
223
224
produk utama
8.5
c.
oleh karena secara fisik barang tersebut masih dapat digunakan dan
mempengaruhi
besaran-besaran
tabel
analisis
input-output.
itu barang bekas banyak diperjualbelikan dan menjadi bahan utama dalam
dan perlakuan barang bekas dalam tabel input-output dapat dilakukan dalam
dilakukan.
3 cara:
Contoh: Perlakuan untuk Barang bekas, Sisa dan Produk Ikutan
a. Metode Biaya Negatif
Tabel 8.5.1
Metode Input Negatif
Ke
Dari
Lainnya
Output
90
90
-10
10
Lainnya
100
100
100
Input
90
100
190
225
226
Dalam
Tabel 8.5.2
Metode Transfer Output
Ke
Dari
tersebut dipilih setelah memperhitungkan data yang tersedia dan yang sesuai
dengan konsep-konsep tabel input-output.
Lainnya
Output
10
90
100
10
10
2
Lainnya
100
Input
100
ditempatkan pada bagian akhir dari kolom permintaan. Dalam tabel inputoutput Indonesia sebelumnya, besaran perbedaan statistik ini masih
100
10
100
210
Tabel 8.5.3
Metode Transfer Output dan Input
Ke
Dari
8.6
Lainnya
Output
90
90
10
10
Lainnya
90
10
Input
90
10
100
100
200
pendekatan-pendekatan
(approaches)
yang
digunakan
dalam
227
228
9.1.1
Tabel Input-Output
Regional
Dewasa ini tabel input-output telah digunakan sebagai kerangka analisis
pada tingkat regional. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya pihak yang
berminat
mendalami
masalah
tersebut.
Berbagai
studi
atau
usaha
Tabel input-output regional yang telah dikenal selama ini ada dua jenis.
Jenis yang pertama adalah tabel input-output satu region (Intra regional), dan
jenis yang kedua adalah tabel input-output antar region (Intra regional). Tabel
Input-Output satu region adalah suatu tabel yang menggambarkan arus
transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi dalam satu daerah pada
periode tertentu. Sedangkan tabel input-output regional jenis yang kedua
menggambarkan arus transaksi antar sektor antar daerah. Salah satu
keunggulan tabel input-output jenis yang kedua yaitu mampu menunjukkan
ketergantungan antar daerah.
Pada Bab ini akan dibahas kedua jenis tabel input-output regional secara
ringkas. Mengingat perbedaan antara tabel input-output nasional dan regional
hanya pada cakupan wilayah, maka pembahasan umumnya tidak dilakukan
secara rinci.
9.1.2
Teknik Penyusunan
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pada dasarnya tabel inputoutput nasional sama dengan tabel input-output regional. Sehubungan
dengan itu, maka seluruh metode yang digunakan untuk penyusunan tabel
input-output nasional juga berlaku (dapat digunakan) untuk penyusunan
input-output regional.
Teknis penyusunan tabel input-output sebagaimana yang telah
diterangkan pada bab-bab terdahulu bisa dilakukan melalui berbagai metode.
Metode tersebut bisa merupakan metode langsung (survei) maupun metode
tidak langsung (non survei dan semi survei). Berikut ini akan dibahas secara
singkat mengenai masing-masing metode tersebut.
a. Metode Langsung
1
Misalnya usaha penyusunan tabel I-O regional yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Teknologi Mineral
(PPTM), misalnya: Penyusunan Tabel Input-Output Regional Provinsi Bali 1983, PPTM, Bandung 1987.
Metode langsung atau sering juga disebut metode survei adalah suatu
metode penyusunan tabel input-output, di mana data yang digunakan untuk
mengisi sel-sel yang membentuk tabel input-output diperoleh dari penelitian
229
230
231
Permasalahan
232
233
234
235
236
9.2.1
Sebagai ilustrasi pada Tabel 9.2.1 disajikan tabel input-output dua region,
yaitu region
x12
AB
237
238
Output
Tabel 9.2.2
Kerangka Tabel Input-Output Antar Region A dan B
Dalam Bentuk Matriks
BBBB
AAAA
Tabel 9.2.1
dan
Output
Permintaan Akhir
Permintaan Antara
Permintaan Akhir
X
Region A
Input Antara
Input
Region
A
Region
B
Import
NTB
Region
A
Region B
3
Region
B
Ekspor
Output
Input
Region A
Region B
x AA
x BA
F AA
F AB
EA
x BA
x BB
F BA
F BB
EB
XB
F MA
F MB
Impor
Antara
A
B
Impor
MA
MB
NTB
VA
VB
E3 A
X3A
Input
XB
F1 BB
E1 B
X 1B
F2 BA
F2 BB
E2 B
X 2B
F MA
F MB
x11 AA
x12 AA
x13 AA x11 AB
x12 AB
F1 AA
F1 AB
E1 A
X1A
x 21 AA
x 22 AA
x 23 AA
x 21 AB
x 22 AB
F2 AA
F2 AB
E2 A
x 31 AA
x 32 AA
x 33 AA
x 31 AB
x 32 AB
F3 AA
F3 AB
x11 BA
x12 BA
x13BA
x11 BB
x12 BB
F1 BA
x 21 BA
x 22 BA
x 23
BA
x 21 BB
x 22 BB
x1 MA
x 2 MA
x 3 MA
x1 MB
x 2 MB
V1 A
V2 A
V3 A
V1 B
V2 B
X1
A
2
X3
X1
X2
produksi di region
239
240
EA
saat ini penelitian terhadap arus barang dan jasa antar wilayah sampai ke
tingkat sektor pengguna memang relatif jarang, bahkan dapat dikatakan tidak
ada. Itulah sebabnya jenis tabel input-output belum dapat disusun
berdasarkan data yang sebenanya.
Begitupun mengingat pentingnya jenis tabel ini, maka BPS bekerjasama
dengan Keiai University-Jepang pada tahun 1995 telah berusaha
mengembangkan tabel input-output antar pulau. Dalam hal ini region yang
digunakan adalah pulau. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun
4
tabel input-output antar pulau tersebut adalah sebagai berikut :
untuk E .
Dalam penyusunan tabel input-output satu region tertentu antara lain
dapat disusun sepenuhnya dengan metode tidak langsung, terutama untuk
menyusun atau mengisi sel-sel transaksi antara. Cara tak langsung ini relatif
sulit diterapkan pada penyusunan tabel input-output antar region. Sebab
untuk menyusun arus barang antar region paling tidak diperlukan survei
mendalam.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
yang diperlukan dalam penyusunan tabel input-output antar region. Pertama,
lakukan survei ke perusahaan-perusahaan di kedua wilayah untuk
mengetahui berapa banyak input yang digunakan berasal dari produk lokal
(region domisili perusahaan) dan berapa banyak yang berasal dari region
lain. Dengan cara ini maka akan diperoleh informasi sepanjang kolom-kolom
transaksi antara. Sementara untuk kolom permintaan akhir datanya dapat
dikumpulkan melalui penelitian terhadap pola konsumsi terhadap produk lokal
dan impor. Pedekatan kedua adalah dengan menanyakan pola penjualan
produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi, berapa banyak yang
dijual ke sektor produksi di region yang sama dan region lain, berapa yang
dijual ke konsumen di region yang sama dan region lain dan berapa pula di
ekspor. Dengan cara kedua ini maka diperoleh estimasi tabel input-output
antar regional menurut baris. Secara ideal kedua cara tersebut akan
memberikan hasil yang sama, walaupun dalam praktek bisa saja terjadi bias.
Kendala utama dalam penyusunan tabel input-output antar regional di
Indonesia selama ini adalah terbatasnya jenis data yang tersedia. Sampai
241
FD R , dan
diperoleh X ij .
5. Berdasarkan arus perdagangan barang dan jasa, maka secara kasar
dapat ditaksir ekspor domestik ( EDR ) dan impor domestik ( MDR ).
Domestik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dalam satu wilayah
negara. Jadi EDR dan MDR merupakan ekspor dan impor ke pulau
lain.
6. Dari langkah-langkah tersebut dapat diperoleh hubungan:
Jika
hubungan
tersebut
R
rekonsiliasi terhadap X ij ,
belum
dipenuhi,
maka
perlu
dilakukan
ED R , dan MD R .
4 Diadaptasi dari Estimation Method of The Inter Regional Input-Output Table of 5 Regions of Indonesia oleh
Prof. Koichi Nidaira.
242
Daftar Pustaka
Blin, J.M. and Cohen, C., Technological similarity ang aggregation in inputoutput system: a cluster-analytic approach, Review of economic and
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, William I., National Income and Economic Accounting, PrenticeHall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1969.
Allen, R. I. G. Some experiments with the RAS method of input-output
coefficients, Bulletin of the Oxford University Institute of Economics and
Statistics, 36, pp. 215-228, 1974.
Allen, R. I. G. and Lecomber, J. R. C., Some tests on a generalized version of
RAS, in Allen, R. I. G. and Gossling, W. F. (eds.), Estimating and
Projecting Input-Output Coefficients. London: Input-Output Publishing
Co., 1975.
Almon, C., Investment in input-output models and treatment of secondary
products, In Carter, A. and Brody, A. (eds.), Contributions to InputOutput Analysis, Vol. II. Amsterdam: North-Holland, 1970.
Ara, K., The aggregation problem in input-output analysis, Econometrica, 27,
pp. 257-262, 1959.
Armstrong, A. G., Technology assumptions in the construction of U.K. inputoutput tables, in Allen, R. I. G. and Gossling, W.F. (eds.), Estimating and
Projecting Input-Output Coefficients. London: Input-Output Publishing
Co., 1975.
Bacharach, M.,
Biproportional
Matrices
and
Input-Output
Change.
243
244
Daftar Pustaka
477-485, 1973.
Gerking, S.D., Input-output as a simple econometric model: a reply, Review
245
246
Daftar Pustaka
Holland, 1970.
Lynch, R. G., An assessment of the RAS method for updating input-output
tables, Paper presented to the Seventh International Conference on
Taylor, L., Macro Models for Developing Countries. New York: McGraw-Hill,
1979.
247
248
1. Sugito Suwito, MA
2. Kusmadi Saleh, MA
Penanggung jawab
Penanggung jawab :
Penyunting
Penyunting
Penulis
Pengetikan
Pengetikan
Busmin Oloan M
1. Supriyanto M.A.
1. Ihsanurijal, M.Si.
2. Suryadiningrat, MM
3. Eko Oesman M.Si
4. Rerta Mastiani S.Si
5. Suryadi, MM
6. Busminoloan, SE
7. Arif Maelan Khasani, S.ST
8. Ratna Sulistyowati, S.ST
9. Budi Triyanto