Anda di halaman 1dari 155

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

BAB II
PELINGKUPAN
2.1. Deskripsi Rencana Kegiatan Yang Akan Dikaji
2.1.1.

Status Studi AMDAL


AMDAL merupakan salah satu instrumen pencegahan pencemaran

dan pengrusakan lingkungan hidup sebagaimana yang tertuang dalam


UU No. 32 Tahun 2009 dan pelaksanaannya diatur dalam PP No. 27
Tahun 2012. Dalam Undang-Undang tersebut, dijelaskan bahwa AMDAL
merupakan suatu kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup dan
diperlukan

pada

penyelenggaraan

proses
usaha

pengambilan

dan/atau

kegiatan.

keputusan

tentang

Penyusunan

dokumen

AMDAL rencana pembangunan Hotel Porter Makassar dilakukan setelah


kegiatan Studi Kelayakan (Feasibilty Study) dan Pembuatan Detailed
Engineering Design (DED).
2.1.2.

Kesesuaian Lokasi dengan Rencana Tata Ruang Kota


Makassar
Lokasi Pembangunan Hotel Porter Makassar secara administratif

terletak di Jalan Lamadukelleng No. 14, Kel. Maloku, Kec. Ujung Pandang,
Kota Makassar. Peta overlay lokasi kegiatan dengan Peta Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan
Gambar 2.2. Rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar telah sesuai
dengan Perda Kota Makassar No. 6 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015, dimana lokasi berada pada
Wilayah Pengembangan (WP) III Pusat Kota, dengan dasar kebijakan
utamanya mengarah pada kegiatan revitalisasi kota, pengembangan
jasa

dan

perdagangan,

PT. Porter Hotel Makassar

pusat

bisnis

dan

pemerintahan

serta
II-1

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

pengembangan kawasan pemukiman secara terbatas dan terkontrol


guna mengantisipasi semakin terbatasnya lahan kota yang tersedia
dengan tanpa mengubah dan mengganggu kawasan dan atau bangunan
cagar budaya. Lokasi rencana pembangunan hotel porter berada pada
kawasan pengembangan terpadu untuk kawasan pusat kota, yang
berada pada bagian tengah barat, tengah dan selatan kota mencakup
wilayah Kec. Wajo, Bontoala, Ujung Pandang, Mariso, Makassar, Ujung
Tanah dan Tamalate. Dengan demikian maka, lokasi Pembangunan Hotel
Porter Makassar tidak bertentangan dengan RTRW Kota Makassar.
Berdasarkan hasil analisis SIG dengan mengoverlaykan antara
rencana lokasi dengan rencana pola ruang Kota Makassar, maka lokasi
kegiatan berada pada area penggunaan lain (APL) dengan rencana pola
ruang untuk pemukiman. Sedangkan hasil overlay dengan Peta Indikatif
Penundaan Izin Baru (PIPIB), menunjukkan bahwa rencana lokasi
pembangunan hotel berada di luar Peta Indikatif Penundaan Izin Baru
(PIPIB). Hasil overlay dengan PIPIB dapat dilihat pada Gambar 2.3.

PT. Porter Hotel Makassar

II-2

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.1. Peta Rencana Lokasi Dengan Rencana Pola Ruang Kota Makassar 2005-2015
PT. Porter Hotel Makassar

II-3

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.2. Peta Overlay Rencana Lokasi Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015
PT. Porter Hotel Makassar

II-4

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.3. Peta Overlay Rencana Lokasi dengan PIPIB


PT. Porter Hotel Makassar

II-5

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

2.1.3.

KA-ANDAL

Deskripsi Rencana Kegiatan

A. Tahap Pra Konstruksi


Bentuk rencana kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar
pada tahap pra-konstruksi yaitu Survey dan Penetapan Lokasi
1) Kegiatan Survei dan Penetapan Lokasi

Sebelum penentuan lokasi terlebih dilakukan survey lokasi oleh


PT Porter Hotel Makassar untuk melihat potensi dan prospek
pembangunan hotel di Makassar. Setelah kegiatan survey dilakukan
barulah ditentukan/ditetapkan lokasi prospek pembangunan Hotel
Porter Makassar. Sehingga diperoleh lokasi yang terletak di terletak di
Jalan Lamadukelleng No. 14, Kel. Maloku, Kec. Ujung Pandang, Kota
Makassar
B. Tahap Konstruksi
Jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan pada tahap konstruksi
terdiri atas 6 kegiatan yaitu mobilisasi tenaga kerja konstruksi;
mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material; pemancangan
tiang bangunan;

konstruksi bangunan, sarana dan prasarana;

pemasangan elektrical dan mekanikal dan finishing bangunan.


1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Secara rinci mengenai jenis pekerjaan, kebutuhan personil dan
kualifikasi

pendidikan

tenaga

kerja

yang

dibutuhkan

untuk

mendukung kegiatan pada tahap konstruksi Hotel Porter Makassar


tersaji pada tabel 2.1.

PT. Porter Hotel Makassar

II-6

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

Tabel

KA-ANDAL

2.1. Kebutuhan Tenaga Kerja pada


Pembangunan Hotel Porter Makassar

Tahap

Konstruksi

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015


Jumlah tenaga kerja konstruksi yang akan direkrut oleh PT.
Porter Hotel Makassar adalah 97 orang. Tenaga kerja konstruksi ini
akan dipimpin oleh Project Director yang berpendidikan minimal S1
dan

berpengalaman

minimal

sekitar

10

tahun

dalam

bidang

manajemen proyek. Tenaga teknis ahli bangunan yang akan direkrut


sebanyak 20 orang, tukang/pekerja bangunan sebanyak 30 orang dan
tukang kayu sebanyak 20 orang.
Dengan memperhatikan komposisi pendidikan dan keahlian
tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi tersebut, dapat
dipastikan bahwa, sumberdayanya dapat tersedia secara lokal, dan
karenanya pihak pemrakarsa harus mengutamakan penduduk sekitar
lokasi kegiatan untuk direkrut sebagai pekerja. Sekiranya tenaga kerja
dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dibutuhkan tidak
PT. Porter Hotel Makassar

II-7

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

tersedia maka, barulah pihak pemrakarsa dapat merekrut tenaga dari


luar.
2. Mobilisasi/Demobilisai Peralatan dan Material
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material bangunan terdiri dari
kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan utama dilakukan
dengan menggunakan truck. Jenis peralatan yang dimobilisasi dan
demobilisasi dapat dilihat pada Tabel 2.2. Selain peralatan utama
diatas, juga dilakukan pengadaan peralatan pertukangan lainnya
yang jumlahnya disesuikan dengan kebutuhan konstruksi.
Tabel 2.2. Jenis Peralatan Utama yang Digunakan

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015


Bahan material yang akan digunakan dalam pembangunan
Hotel Porter Makassar antara lain adalah besi, beton, kayu dan
beberapa material lainnya. Material bangunan yang dimobilisasi akan
menggunakan beberapa jenis kendaraan seperti truck, dump truck
dan truck mixer. Volume material yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Volume material bangunan yang digunakan

PT. Porter Hotel Makassar

II-8

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015


3. Pemancangan Tiang Bangunan
Kegiatan pemancangan menggunakan sistem Hidrolig Hammer,
dengan kedalaman sekitar 25 meter. Kapasitas sangga tiang pancang
sekitar 120 ton/tiang, jumlah tiang pancang yang digunakan sekitar
152

batang

dengan

jumlah

titik

pancang

152

titik.

Kegiatan

pemancangan dilakukan kurang lebih satu bulan dengan rata-rata


jumlah tiang pancang yang dipasang tiap harinya sekitar 5 sampai 6
batang.
4. Konstruksi Bangunan, Sarana dan Prasarana
Kegiatan konstruksi terdiri dari konstruksi lantai basement,
lantai dasar sampai lantai 18 (lantai atap). Sebelum pembangunan
basement ini terlebih dahulu dilakukan pembangunan struktur bawah.
Lantai basement dimanfaatkan sebagai areal parkir dan ruang genset
serta louding dok, lantai dasar dan lantai dua diperuntukan untuk
lahan parkir, taman, lobby, kantor, toilet dan tangga. Pembagian luas
dan peruntukan bangunan tiap lantai dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Pembangunan ini akan tetap mengacu pada standar KDB, KLB dan
RTH yang berlaku.
Pelaksanaan

kegiatan

konstruksi

rangka

bangunan

akan

menggunakan tower grand untuk mengangkut material, setelah


konstruksi rangka selesai dilakukan maka penggunaan tower crane
sudah diganti dengan menggunakan lift barang. Kegiatan kontruksi
PT. Porter Hotel Makassar

II-9

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

juga termasuk pemasangan dinding luar dan dalam tiap lantai dan
konstruksi atap bangunan. Denah tiap lantai bangunan yang akan
dikonstruksi serta tampak depan dan potongan bangunan Hotel Porter
Makassar dapat dilihat pada Gambar 2.4 sampai dengan Gambar
2.18.
Kegiatan

konstruksi

juga

termasuk

pembangunan

system

pengolahan air limbah yang dihasilkan. Areal Sewage Treatment Plant


ditempatkan dalam areal basement dengan menggunakan system
biologis. Bangunan

Sewage Treatment Plant

(STP) terdiri

dari

beberapa tahap yaitu: Grease Trap, pada tahap ini merupakan


pengolahan dengan system pemisahan berat jenis limbah cair yang
dihasilkan. Proses pemisahan antara lapisan minyak dan lemak
dengan air dilakukan dengan cara pengendapan, dimana minyak dan
lemak akan berada pada lapisan atas dan terkumpul dalam tabung
penangkap minyak dan lemak.
Tahap kedua, dilakukan Equalizing

agar karakteristik dan laju

aliran limbah cair menjadi sama yang masuk ke tahap pengolahan


selanjutnya, tujuan dari kegiatan ini yaitu agar pengolahan limbah
pada

tahap

berikutnya

berlangsung

secara

maksimal.

Setelah

equalizasi limbah dilakukan maka dilanjutkan ke tahap ketiga dengan


cara Aeration, kegiatan aerasi bertujuan untuk memaksimalkan
proses dekomposisi bakteri aerobic dalam melakukan penguraian
bahan organik yang ada di dalam limbah cair. Aerasi yang dilakukan
menggunakan mesin aerator agar konsentrasi oksigen dalam air tetap
terpenuhi.
Tahap keempat yaitu dengan cara settling atau pengendapan.
Proses berlangsung secara alami dimana kecepatan pengendapan
akan dipengaruhi dari massa partikel dalam air limbah. Setelah terjadi
pengendapan akan dilanjutkan dengan cara pengambilan sludge dan
dialirkan masuk pada bak penampungan dan pengeringan. Sebelum
dilakukan pembuangan maka akan dilakukan chlorination untuk
mensterilkan limbah dari bakteri pathogen.
PT. Porter Hotel Makassar

II-10

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

PT. Porter Hotel Makassar

KA-ANDAL

II-11

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

PT. Porter Hotel Makassar

KA-ANDAL

II-12

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.4. Lay Out Pemanfaatan Ruang Dasar

PT. Porter Hotel Makassar

II-13

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.5. Lay Out Rencana Keseluruhan Pemanfaatan Ruang pada Lantai Satu Hotel

PT. Porter Hotel Makassar

II-14

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.6. Lay Out Rencana Pemanfaatan Lantai Satu dan Mezzanine Level

PT. Porter Hotel Makassar

II-15

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.7. Perspektif Rencana Lantai Satu

PT. Porter Hotel Makassar

II-16

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.8. Lay Out Pemanfaatan Lantai Satu dan Dinding

PT. Porter Hotel Makassar

II-17

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.9. Rencana Lobby

PT. Porter Hotel Makassar

II-18

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.10. Lighting pada Lantai satu

PT. Porter Hotel Makassar

II-19

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.11. Rencana Mezzanine

PT. Porter Hotel Makassar

II-20

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.12. Rencana Board Room

PT. Porter Hotel Makassar

II-21

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.13. Lay Out Pemanfaatan Lantai Dua dan Lantai Tiga

PT. Porter Hotel Makassar

II-22

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.14. Lay Out Pemanfaatan Lantai Empat

PT. Porter Hotel Makassar

II-23

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.15. Lay Out Pemanfaatan Lantai Lima sampai dengan Lantai Empat Belas
PT. Porter Hotel Makassar

II-24

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.16. Lay Out Pemanfaatan Lantai Lima Belas

PT. Porter Hotel Makassar

II-25

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.17. Lay Out Pemanfaatan Lantai Enam Belas


PT. Porter Hotel Makassar

II-26

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.18. Lay Out Pemanfaatan Lantai Tujuh Belas

PT. Porter Hotel Makassar

II-27

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.19. Perspektif Rencana Bangunan Hotel Porter Makassar


PT. Porter Hotel Makassar

II-28

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.20. Perspektif Rencana Bangunan Hotel Porter Makassar Tampak dari Depan
PT. Porter Hotel Makassar

II-29

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.21. Perspektif Rencana Bangunan Hotel Porter Makassar Tampak dari Belakang
PT. Porter Hotel Makassar

II-30

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

PT. Porter Hotel Makassar

KA-ANDAL

II-31

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.22. Perspektif Rencana Bangunan Hotel Porter Makassar Tampak dari Samping

PT. Porter Hotel Makassar

II-32

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Lantai dasar dan lantai 1 diperuntukkan untuk parkir, ball room,


meeting room, lantai 2 diperuntukkan untuk kolam renang, ball room,
parkir, ruang lobby, dapur, lantai 3 sampai lantai 17 diperuntukkan
untuk kamar hotel. Adapun letak dan fasilitas hotel sebagai berikut:
Tabel 2.4. Peruntukan bangunan tiap lantai

PT. Porter Hotel Makassar

II-33

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015


5. Pemasangan Electrical dan Mekanikal
Pekerjaan

electrical

dan

mekanikal

terdiri

dari

beberapa

kegiatan utama diantaranya adalah pemasangan jaringan listrik, air


conditioning dan ventilasi mekanis, plumbing, pemadam kebakaran
PT. Porter Hotel Makassar

II-34

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

dan alarm, telepon, sound sistem, serta CCTV. Bangunan hotel


menggunakan listrik dari PT. PLN dan juga disediakan mesin generator
sebanyak 1 unit dengan kapasitas 500 kVA. Sistem kelistrikan terdiri
dari panel penghubung dan pembagi, jaringan distribusi listrik, dan
perlengkapan instalasi listrik. Dalam gedung terdapat alarm tanda
kebakaran dan alat pemadam api ringan, serta sistem pemadam yang
bekerja secara aktif dan otomatis (sprinkler). Sekitar gedung juga
disediakan beberapa titik hidran untuk mengantisipasi kebakaran.
6. Finishing Bangunan
Kegiatan
membersihkan
kegiatan

finishing
semua

penataan

bangunan

ruang

dan

dilakukan

bangunan

pengecatan.

dan

Finishing

dengan

cara

fasilitasnya

serta

bangunan

juga

termasuk penataan dalam gedung dan luar gedung seperti taman,


saluran drainase dan beberapa bangunan lainnya.
c. Tahap Operasional
Kegiatan yang dikelompokkan pada tahap operasi adalah
mobilisasi tenaga kerja operasional, pengoperasian kamar hotel,
pengoperasian sarana dan prasarana hotel, pemeliharaan bangunan
dan fasilitasnya. Uraian masing-masing kegiatan adalah sebagai
berikut:
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Operasional
Jumlah tenaga kerja operasional yang digunakan pada saat
operasional sekitar 53 orang. Tenaga kerja yang direkrut terdiri dari
manager, akunting, staf dan tenaga keamanan. Pembagian jumlah
tenaga kerja dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Klasifikasi, Jumlah dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja


Operasional yang Dibutuhkan
PT. Porter Hotel Makassar

II-35

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar


2. Pengoperasian Kamar Hotel
Pengoperasian Hotel Porter Makassar terdiri dari kegiatan
pengoperasian 150 kamar hotel, pengoperasian kafe dan restoran,
kolam renang, kitchen, fitness center, spa dan salon. Kafe dan
restoran sebagian besar dimanfaatkan untuk kebutuhan tamu hotel
untuk kebutuhan makan minum, begitu juga dengan kolam renang
yang

sebagian

besar

dimanfaatkan

oleh

tamu

hotel.

Proses

operasional Hotel Porter Makassar dan fasilitasnya diperkirakan akan


menggunakan air PDAM.

PT. Porter Hotel Makassar

II-36

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Tabel 2.6. Jumlah Kebutuhan Air Operasionalisasi Hotel Porter


Makassar

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015


3. Pengoperasian Peralatan, Sarana dan Prasarana Hotel
Listrik merupakan faktor utama dalam operasional Hotel, suplay
listrik dari PT. PLN (Persero) kadang mengalami gangguan sehingga
harus ada alternatif sumber listrik yang disediakan. Mengantisipasi
kendala tersebut, Hotel Porter Makassar dilengkapi dengan mesin
generator set kapasitas 100 kVA sebanyak dua unit. Mesin generator
ini akan dioperasikan pada saat aliran listrik PT. PLN mengalami
gangguan. Mesin generator di tempatkan di lantai basement yang
menggunakan konstruksi tertutup, luas lahan yang digunakan sekitar
70 m2. Sarana dan prasarana hotel yang akan dioperasikan seperti
kolam renang, spa dan salon, fitness center dan kafe. Kapasitas
tampung air kolam renang sekitar 100 m3, air yang tertampung di
dalam kolam renang tidak pernah dilakukan penggantian mengingat
menggunakan

system

sirkulasi

yang

dilengkapi

dengan

mesin

pengisap. Areal parkiran Hotel Porter Makassar ditempatkan di lantai


basement, lantai dasar dan lantai dua dan tiga dengan luas sekitar
1162.755 m2.

PT. Porter Hotel Makassar

II-37

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Tabel 2.7. Kebutuhan Energi Listrik Pengoperasian Sarana Dan


Prasarana Hotel Porter Makassar
No.
Lantai
Kebutuhan Daya (KW)
1
Basement
62.0592
2
1st Storey
55.804
3
Mezanine
54.928
4
2 nd Storey
55.8768
5
3rd Storey
55.8768
6
4th Storey
55.8768
7
5th Storey
55.8768
8
6th Storey
55.8768
9
7th Storey
55.8768
10
8th Storey
55.8768
11
9th Storey
55.8768
12
10th Storey
55.8768
13
11th Storey
55.8768
14
12th Storey
55.8768
15
13th Storey
55.8768
16
14th Storey
55.8768
17
15th Storey
55.8768
18
16th Storey
52.928
19
Roof top Plan
52.928
1060.9224
Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015
4. Pemeliharaan Bangunan dan Fasilitasnya
Pemeliharaan bangunan meliputi pemeliharaan gedung bagian
dalam dan pemeliharaan pada bagian luar. Pemeliharaan dilakukan
secara berkala berupa pengecatan, perbaikan dan penggantian
material serta bagian-bagian tertentu yang mengalami kerusakan.
Kegiatan pemeliharaan juga termasuk pemeriksaan mesin pendukung
operasional seperti generator set, mesin pompa, mesin pendingin
(AC), alat pemanas air untuk kebutuhan mandi tamu hotel dan
beberapa fasilitas lainnya.

PT. Porter Hotel Makassar

II-38

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

2.1.5.

KA-ANDAL

Alternatif Yang Dikaji Dalam ANDAL

Kajian alternatif lokasi sudah tidak dilakukan mengingat PT.


Porter Hotel Makassar selaku pemrakarsa pembangunan Hotel Porter
Makassar sudah menetapkan lokasi pembangunan diatas lahan milik
sendiri.

Kajian

alternatif

desain

dan

proses

konstruksi

sudah

ditetapkan oleh pihak pemrakarsa sehingga alternatif ini sudah tidak


dibahas pula di dalam dokumen ANDAL.

Oleh karena itu, kajian

ANDAL Pembangunan Hotel Porter Makassar sudah tidak dilakukan


kajian alternatif.
2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal
2.2.1.

Komponen Lingkungan Yang terkena dampak

A. Geo - Fisik Kimia


1. Fisiografi dan Geologi Regional
a. Fisiografi Regional
Fisiografi merupakan bentukan alami yang di permukaan bumi,
baik di daratan maupun di bawah permukaan air yang dibedakan
berdasarkan proses-proses pembentukan dan evolusinya. Komponen
yang ditelaah meliputi topografi bentukan lahan (morfologi), struktur
geologi, jenis tanah, kelongsoran, keunikan, kerawanan bentuk lahan
dan batuan secara geologis.
Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia Lembar Ujung Pandang
(2010-54) skala 1:50.000 Edisi I 1991, secara regional fisiografi lokasi
tapak Rencana Pembangunan Hotel Porter, yang berlokasi di Jalan
Lamadukelleng,

Makassar

dan

sekitarnya

merupakan

daerah

pendataran dan sedimentasi dengan ketinggian asli 3,0 meter di


atas muka laut (dpl). Dataran daerah ini merupakan bagian dari
lembah 2 (dua) sungai, yaitu Sungai Jeneberang di selatan dan Sungai
PT. Porter Hotel Makassar

II-39

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Tallo di utara, dan kondisi sekarang merupakan daerah terbangun


padat. Daerah ini terbentuk karena proses fluvial dari bahan endapan
sungai purba dan sungai baru (resen dan sub resen) serta endapan
laut dangkal yang kemudian terangkat di atas permukaan laut.

b. Geologi Regional
Penelaahan kondisi geologi daerah studi baik di permukaan
maupun bawah permukaan didasarkan pada data sekunder
maupun primer hasil pemboran inti dan sondir. Berdasarkan Peta
Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai (Rab Sukamto
dan Supriatna, 1982), daerah studi dan sekitarnya ditutupi oleh
jenis batuan Tersier dan Kuarter, yaitu batuan gunungapi dan
endapan aluvial. Pada Peta Geologi Regional terdapat tiga satuan
batuan dan deskripsi litologi disajikan pada Gambar 1. Urutannya
dari muda ke tua adalah sebagai berikut :
1). Endapan Aluvial

Endapan Aluvial terletak tidak selaras di atas batuan yang lebih


tua (batuan Formasi Camba), penyebarannya sangat luas terutama di
lokasi tapak proyek dan sekitarnya. Batuan ini terbentuk pada zaman
Kuarter (Aluvium) dan dalam geologi regional endapan aluvial sungai,
rawa dan pantai (Qac). Berdasarkan sifat fisik litologi penyusun dan
posisi terdapatnya, endapan aluvial

merupakan batuan termuda di

kawasan ini. Umumnya satuan batuan ini terdiri atas pasir kasar, pasir
halus, lempung dan liat, serta beberapa tempat ditemukan pecahan
binatang laut.

PT. Porter Hotel Makassar

II-40

5
119020

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

119025
10

119035

20

50

Lokasi
Pembangunan

1190

119030

15

ENDAPAN ALUVIUM, RAWA dan PANTAI: Lempung, lanau, pasir, kerikil, dan
batugamping koral, terbentuk dalam lingkungan sungai, rawa, pantai dan delta, tebal
mencapai 30 meter

Tmc

BATUAN GUNUNGAPI BATURAPE-CINDAKO: Lava dan breksi, dengan sisipan sedikit


tufa dan konglomerat bersusunan basal, sebagian besar porfir dengan fenokris piroksen besarbesar sampai 1 cm dan sebagian kecil tansatmata, kelabu tua kehijauan hingga hitam
warnanya. Lava sebagian berkekar meniang dan sebagian berkekar lapis, pada umumnya
breksi berkomponen kasar, dari 16 cm sampai 60 cm, terutama basal da sedikit andesit,
dengansemen tufa berbutir kasar sampai lapili, banyak mengandung pecahan piroksen.

PT. Porter Hotel Makassar

II-41

FORMASI CAMBA : Batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir
tufaan berselingan dengan tufa, batupasir, batulempung; bersisipan napal, batugamping,
konglomerat dan breksi gunung api, dan batu bara; warna beraneka dari putih, coklat, merah,
kelabu muda samapi kehitaman, umumnya mengeras kuat; berlapis-lapis dengan tebal antara

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 1. Peta Geologi Regional, Deskripsi Litologi dan Lokasi Tapak Proyek

Gambar 2.23. Peta Geologi Kota Makassar

2). Batuan Gunungapi Baturape-Cindako


Batuan ini dijumpai di sekitar daerah Pampang, Kampus Unhas,
Pannara dan Antang. Batuannya terdiri dari lava dan breksi, dengan
sisipan sedikit tufa dan konglomerat bersusunan basal, sebagian
besar forfir dengan fenokris piroksen besar-besar (hingga 1,0 cm),
warnanya kelabu tua kehijauan hingga hitam. Lava sebagian berkekar
meniang dan sebagian lagi berkekar lapis, pada umumnya breksi
andesit, dengan semen tufa berbutir kasar sampai lapili, banyak
mengandung pecahan piroksen. Batuan ini terbentuk pada Kala
Pliosen Akhir, dan dalam geologi regional disebut sebagai Batuan
Gunungapi Baturape- Cindako (Tpbv).
3). Formasi Camba
Penyebaran Formasi Camba (Tmc) dijumpai di sekitar daerah
Sero dan Borong. Batuannya terdiri atas batuan sedimen laut
berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir tufa berselingan
dengan tufa, batupasir dan batulempung bersisipan dengan napal,
batugamping,
beraneka,

konglomerat

yaitu

coklat

dan

breksi

gunungapi.

merah,

kelabu

muda

Warnanya

sampai

hitam.

Umumnya mengeras kuat, berlapis-lapis dengan tebal antara 4,0


cm hingga 100,0 cm. Batuan ini terbentuk pada Kala Miosen
Tengah.
2. Struktur Geologi Regional
Hasil pengamatan dan analisis data boring dan sondir di
beberapa

lokasi

tapak

proyek

dan

dikorelasikan

dengan

data

pemboran di lokasi proyek rencana Pembangunan Hotel Porter, yang


PT. Porter Hotel Makassar

II-42

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

berlokasi di Jalan Lamadukelleng, Makassar dan sekitarnya, tidak


dijumpai adanya gejala yang memberikan indikasi struktur geologi
yang dinamis dan penting, yaitu sesar (patahan), lipatan dan kekar.
Lokasi tapak proyek relatif sangat jauh dari sesar normal regional
yang terdapat di sebelah timur dan sesar geser yang terdapat di
lepas pantai pada bagian barat daya. Untuk jelas terdapat pada
Gambar 2 Peta Seismotektonik Provinsi Sulawesi Selatan. Keadaan
lingkungan geologi struktur batuan alas (bed rocks) di daerah ini
berada dalam keseimbangan, relatif sangat aman dari proses geologi
dinamis

yang

dapat

mengakibat

kerusakan

terhadap

hasil

pembangunan atau bencana geologi.

PT. Porter Hotel Makassar

II-43

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2. 24. Peta Seismotektonik Propinsi Sulawesi Selatan


Sumber: BMKG Wilayah IV Makassar

PT. Porter Hotel Makassar

II-44

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Sumber : Peta Seismotektonik Indonesia, E.K. Kertapati, A. Soehaimi


dan A. Djuhanda, (1992)
3. Morfologi dan Geologi Tapak Proyek
a. Morfologi dan Topografi Tapak Proyek
Sebagian besar lokasi tapak proyek rencana Pembangunan
Hotel Porter, yang berlokasi di Jalan Lamadukelleng, Makassar dan
sekitarnya merupakan morfologi dataran pantai yang saat ini tidak
dipengaruhi oleh sungai Jeneberang dan pasang surut laut. Lokasi
tapak proyek telah terpisah dari pengaruh pasang surut pantai akibat
adanya Jalan Somba Opu dan reklamasi pantai losari serta pembuatan
tanggul atau talud penahan gelombang.
Satuan morfologi wilayah ini dibentuk oleh bahan endapan
sungai purba dan sungai baru, sehingga terbentuk Teluk Losari.
Endapan Aluvial ini belum mencapai kestabilan tanah secara geologis,
oleh karena itu tanah termasuk masih gembur. Morfologi dan
topografi tapak proyek datar (flat), selang lereng lebih kecil dari 2%
dan perbedaan tinggi lebih kecil dari 4,0 meter.
b. Geologi Tapak Proyek
Berdasarkan sejarah geologi daerah Kota Makassar, bahwa
batuan yang mengalasi wilayah Kota Makassar adalah batuan
sedimen kompak berumur Miosen Atas ( 9 juta tahun yang lalu)
yang terdiri atas tufa, breksi tufa, batupasir, batugamping dan
konglomerat yang diendapkan pada lingkungan laut (Sukamto dan
Supriatna, 1982). Di atas batuan alas diendapkan lempung, pasir
halus, pasir sedang dan pasir kasar yang bersumber dari sungai
Jeneberang. Arah arus yang dominan ke arah utara di Selat Makassar
mengangkut

pasir

yang

telah

diendapkan

di

muara

sungai

Jeneberang, berangsur-angsur membentuk pematang sungai purba


dan pematang pantai purba, garis pantai Kota Makassar berkembang
ke arah barat sehingga terbentuk Teluk Losari dan Delta di muara
Sungai Jeneberang.

PT. Porter Hotel Makassar

II-45

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

Penelaahan

kondisi

geologi

KA-ANDAL

lokasi

tapak

proyek

rencana

Pembangunan Hotel Porter, yang berlokasi di Jalan Lamadukelleng,


Makassar

dan

sekitarnya

baik

di

permukaan

maupun

bawah

permukaan didasarkan pada data sekunder dan data primer hasil


pemboran

maupun

dari

pembuatan

sondir

(Muliadi,

1982)

disampaikan pada Gambar 3, Sejarah Geologi Purba perubahan garis


pantai Kotamadya Makassar (Hehanussa, dkk; 1983).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan
Sinjai (Rab Sukamto dan Supriatna, 1982), dan Gambar 3 BlokDiagram penampang geologi Kota Makassar (Hehanussa, dkk; 1983),
dimana skala vertikal jauh lebih besar daripada skala horizontal,
digambarkan batuan alas yang membentuk cekungan yang diisi oleh
endapan dari Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang sehingga terbentuk
Delta di muara Sungai Jeneberang dan Teluk Losari. Daerah studi
ditutupi oleh jenis batuan kuarter, yaitu endapan aluvium. Secara
regional endapan ini merupakan endapan aluvial yang menumpang
tidak selaras di atas batuan alas Batuan Gunungapi Baturape Cindako (Tpbv). Batuan alas ini kompak, keras dan mempunyai daya
dukung lebih besar dari 200 kg/cm2 (Muliadi, 1982).

PT. Porter Hotel Makassar

II-46

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.25. Blok-Diagram Penampang Geologi Kotamadya Makassar

4. Kegempaan dan Getaran


a. Kegempaan
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 (enam) wilayah gempa,
dalam hal ini wilayah gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan
paling rendah dan wilayah gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. Peta Pembagian Zona
Gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat
pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun yang
dinilai rata-ratanya untuk setiap wilayah gempa.

PT. Porter Hotel Makassar

II-47

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Tinjauan terhadap faktor kegempaan ini dimaksudkan agar struktur


bangunan yang direncanakan memiliki ketahanan gempa sesuai
dengan yang direncanakan berdasarkan standar yang berlaku dan
dapat berfungsi:

Menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya


struktur bangunan akibat gempa yang kuat.

Membatasi kerusakan struktur bangunan akibat gempa


ringan sampai sedang, sehingga masih dapat diperbaiki.

Membatasi ketidak nyamanan penghunian bagi penghuni


struktur bangunan ketika terjadi gempa ringan sampai
sedang.

Mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi struktur


bangunan.
Berdasarkan studi pustaka kegempaan yang telah dilakukan

menunjukkan, bahwa pengaruh struktur geologi seperti sesar aktif,


tidak nampak berperan terhadap kejadian gempa dan tsunami di
wilayah lokasi proyek rencana Pembangunan Hotel Porter, yang
berlokasi

di

Jalan

Lamadukelleng

Makassar

dan

sekitarnya.

Berdasarkan Peta Pembagian Zona Gempa Indonesia Gambar 4, lokasi


tapak proyek tersebut terdapat pada wilayah zona gempa A, koefisien
zona gempa (0,00 - 0,30) termasuk kriteria rendah (Pusat Litbang
Sumber Daya Air, 2004). Bila mengacu pada Peta Wilayah Gempa
Indonesia (Pekerjaan Umum, 2010) lokasi tapak proyek tersebut
terdapat pada wilayah gempa 2 (dua), berwarna biru, koefisien
daerah lokasi tapak proyek dan sekitarnya termasuk 0,10 g masih
termasuk kriteria rendah.
Lokasi tapak proyek rencana Pembangunan Hotel Porter, yang
berlokasi di Jalan Lamadukelleng Makassar tidak termasuk dalam
188 Daerah Berisiko Tsunami Indonesia atau dengan kata lain jauh
dari Lokasi Gempa Penyebab Tsunami Indonesia, untuk jelasnya
disajikan pada Gambar 5. Maka dapat disimpulkan lokasi tapak proyek
rencana

Pembangunan

PT. Porter Hotel Makassar

Hotel

Porter,

yang

berlokasi

di

Jalan
II-48

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Lamadukelleng Makassar ini sangat aman dari gempa bumi dan


tsunami. Selain itu dibagian barat lepas pantai Kota Makassar banyak
dijumpai gosong dan beberapa pulau diantaranya P. Samalona, P.
Bara Lompo, P. Khayangan dan P. Laelae yang dapat berfungsi
sebagai pemecah gelombang. Kondisi pantai aman dari pusat gempa
penyebab tsunami, inilah yang menyebabkan banyak pemodal
berlomba-lomba untuk mereklamasi dan membangun wilayah Tanjung
Bunga dan sekitarnya.

Gambar 2.26. Peta Pembagian Zona Gempa Indonesia

PT. Porter Hotel Makassar

II-49

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2012).

Gambar 2.27. Lokasi Gempa Penyebab Tsunami Indonesia dan


sekitarnya

Berdasarkan studi pustaka kegempaan yang telah dilakukan


menunjukkan, bahwa pengaruh struktur geologi seperti sesar
aktif, tidak nampak berperan terhadap kejadian gempa di daerah
Makassar dan sekitarnya, khususnya di lokasi tapak proyek. Lokasi
proyek rencana Pembangunan Hotel Porter, yang berlokasi di
Jalan Lamadukelleng Makassar dan pelengkapnya termasuk
dalam pengaruh gempa (zona sismik) dengan koefisien daerah
(zone factor) = 0,56 sama dengan lokasi Bendungan Bili-Bili,
berdasarkan Peta Zone Seismik untuk perencanaan bangunan
air

tahan

gempa

yang

diterbitkan

oleh

DPMA

(1981)

sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.


Nilai z = 0,56 termasuk sangat rendah dan menunjukkan
bahwa daerah studi jauh dari pusat gempa yang terdapat di Pulau

PT. Porter Hotel Makassar

II-50

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Sulawesi dan sekitarnya. Sejarah Data Seismik Sulawesi Selatan


menunjukkan, bahwa lokasi proyek rencana Pembangunan Hotel
Porter, yang berlokasi di Jalan Lamadukelleng Makassar dan
pelengkapnya relatif sangat aman terhadap gempa dan gejala
struktur geologi yang dapat menimbulkan bencana alam geologi
serta membahayakan hasil pembangunan Hotel Porter.
Selain itu berdasarkan historis gempa yang merusak di
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat kurun waktu 100 tahun lebih
dari

tahun 1900 hingga 2013 (Tabel 1) menunjukkan bahwa

belum pernah terjadi gempa bumi khususnya tsunami atau


gelombang pasang yang merusak pantai barat Kota Makassar.
Hasil simulasi Tsunami (Program, 2004) menunjukkan, bahwa
pusat gempa terbesar, dan dekat kota Makassar memiliki pusaran
gempa yang tidak vertikal dengan pantai kota Makassar. Hal ini
menunjukkan bahwa lokasi tapak proyek rencana Pembangunan
Hotel Porter, yang berlokasi di Jalan Lamadukelleng Makassar,
relatif sangat aman terhadap gempa bumi, tsunami dan gejala
struktur geologi dinamis yang dapat merusak Hotel Porter dan
daerah sekitarnya.
Tabel 2.8. Data Gempa dan Tsunami Provinsi Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat
No.

Tahun

Lokasi

Jenis

Kekuatan

Menimbulkan

29-12-1828

Bulukumba

Tsunami

11- 4-1967

Tinambung

Gempa Tsunami

5,3 SR

58 orang meninggal, 100 luka-luka,


dan 13 hilang dan terjadi tanah
longsor.

23- 2-1969

Majene

Gempa Tsunami

6,9 SR

64 orang meninggal, 97 luka-luka,


1.287 rumah dan mesjid rusak
berat/ringan.

PT. Porter Hotel Makassar

Kerusakan dan korban jiwa

II-51

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

6- 9 - 1972

Mamuju

Gempa

5,8 SR

Kerusakan
pada
bangunan,
getaran dirasakan sampai Majene

8 - 1 - 1984

Mamuju

Gempa

6,6 SR

2 orang meninggal, 5 luka berat, 24


luka ringan dan 70 bangunan rusak
berat dan 278 rusak ringan.

8- 4 - 1993

Ulaweng,
Mamuju

Gempa

5,3 SR

Tanah longsor, dan banguan rusak


berat dan ringan.

28- 9- 1997

Pinrang dan
Parepare

Gempa

6,0 SR

20 orang meninggal, 22 luka berat,


10 luka ringan dan berbagai
bangunan rusak berat.

Sumber: Diolah dari BMKG Balai Wilayah IV Makassar dan beberapa sumber.

PT. Porter Hotel Makassar

II-52

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar : 6
PETA
ZONA SEISMIK
PROV. SULSEL DAN PROV. SULBAR

Gambar 2.28. Zona Seismik Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi


Barat
PT. Porter Hotel Makassar

II-53

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

PT. Porter Hotel Makassar

KA-ANDAL

II-54

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

5. Getaran
Sumber

getaran

dapat

berasal

dari

kendaraan

berat

dan/atau akibat adanya pekerjaan konstruksi (pemancangan


pondasi tiang pancang). Getaran yang berasal dari kendaraan
berat, diperkirakan memiliki intensitas getaran skala kecil/rendah
dengan percepatan maksimum 0,174 0,175 gravitasi atau 3,5 4,0 skala Richter. Pada lapisan pasir berbutir halus sedang yang
terletak di bawah muka airtanah, perlu diperhatikan terjadinya
likuifaksi yang disebabkan getaran gempa bumi maupun buatan
yang melebihi ambang batas percepatan maksimum sebesar 0,30
garvitasi terutama di kedalaman 1 sampai 6 meter. Hal ini
diperlukan untuk analisis sampai sejauh mana dampak yang akan
timbul akibat adanya pekerjaan konstruksi terhadap bangunan
yang sudah ada, maupun dampak kondisi lingkungan terhadap
proyek sendiri. Hubungan intensitas getaran dengan akibat yang
ditimbulkan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.9. Hubungan
Ditimbulkan
Intensitas Getaran
3,0
3,0 - 3,4
3,5 - 4,0
4,1 - 4,4
4,5 - 4,8

Intensitas

(Skala Richter)
Sangat Lemah
Lemah
Kecil
Sedang
Agak kuat

4,9 - 5,4

Kuat

5,5 - 6,0
6,1 - 6,5
6,6

Sangat kuat
Merusak
Menghancurkan

Getaran

Dengan

Akibat

Yang

Akibat Yang ditimbulkan


Hanya terdeteksi oleh seismograf
Hanya dirasakan oleh orang peka
Sama dengan getaran akibat truk besar lewat
Benda-benda lepas dan bergoyang
Membangunkan orang tidur
Pohon bergoyang, sebagian roboh, benda-benda lepas
berjatuhan
Dinding bangunan retak
Sejumlah bangunan roboh
Sebagian besar bangunan runtuh, tanah retak dan longsor

Sumber : Shunzo Okamoto, Pengantar Teknik Gempabumi (1973)

6 Geologi Teknik
a. Kondisi dan Strata Tanah di Lokasi (Site)
Untuk mendapatkan data tanah bawah permukaan maka
dilakukan

pengeboran.

PT. Porter Hotel Makassar

Adapun

hasil

dari

penyelidikan

tanah
II-55

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

dilapangan berupa bor inti dapat dilihat pada

Tabel

3.

Hasil

pengujian lapangan dirangkumkan sebagai berikut :

Tabel 2.10. Hasil Pengeboran Tanah Tapak Proyek Rencana


Pengembangan Hotel Porter
No. Titik
Bor

Elevasi
Muka
Tanah

BH-1
BH-2

-0,42
-0,26

Kedalama
n
Maksimu
m
(m)
25,00
25,00

SPT
(Test)

Pengambilan
Sampel
Undistur
bed

Disturb
ed

2
2

Full
Full

12
12

Sumber : Laporan Akhir Penyelidikan Tanah Rencana


Pembangunan Hotel Porter, Makassar
Sulawesi
Selatan. 2014
Penerapan teknologi yang digunakan harus mempertimbangkan
kondisi lingkungan sekitarnya. Sifat fisik dan keterkaitan tanah dan
batuan di daerah studi meliputi kemantapan lereng tanah dan daya
dukung

pondasi

dari

tanah

serta

batuan

setempat.

Untuk

mendapatkan data dan informasi yang akurat keadaan tanah bawah


permukaan (subsurface soil condition) pada tapak proyek, maka telah
dilakukan penyelidikan tanah di lapangan dan laboratorium. Di
lapangan dilakukan bor inti pada 2 (dua) titik dan 4 (empat) titik
penyondiran. Data lengkap bor inti disajikan dalam Laporan Akhir
Penyelidikan Tanah Pembangunan Hotel Porter (30 Nopember 2014
s/d 6 Desember 2014). Hasil boring log dan S.P.T. Test Result disajikan
pada

gambar

dalam

Lampiran

1.

Berdasarkan

hasil

pekerjaan/penyelidikan lapangan pada 2 (dua) titik Bor Inti (BH-1 dan


BH-2) diperoleh susunan lapisan tanah bawah permukaan (stratigrafi)
tapak proyek diuraikan sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.
Keadaan

perlapisan

tanah

dilokasi

tersebut

mempunyai

kesamaan dengan tebal lapisan sedikit bervariasi, relatif datar


dengan
simplikasi

kepadatan/konsistensi
(penyederhanaan)

PT. Porter Hotel Makassar

yang

sedikit

susunan[lapisan

berbeda.

Secara

tanah

bawah

di

II-56

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

permukaan dapat dibagi menjadi 3 unit lapisan, ditabelisasikan


sebagai berikut:

Tabel 2.11. Data Pengeboran Tanah Lokasi Pembangunan Hotel Porter


Elevasi Unit Lapisan (m)
Unit I
Top Soil -0,0 s/d -1,00
Unit II
Lapisan Tanah Pasir
-1,50 - 22,00

Tebal (m)
1,0

20,5

Perkiraan Jenis
Tanah timbunan 0,60 cm selanjutnya
merupakan batu merah, tanah pasir
gampingan, coklat/abu abu, tegangan
meningkat ke bawah
Tanah lanau sedikit pasir sampai
campur lempung, warna abu-abu tua
hitam dari konsistensi medium stiff,
tebal 1,0 m di atas batuan dasar terdiri
atas batupasir padat gradasi halus
berlanau.
Batulempung berlapis, kekar rapat
dengan tingkat kekerasan 3 - 4
(permukaan) RQD : 80%.

Tegangan lapisan
Qc rata-rata
N spt
5

meningkat
12

7 meningkat 45

- 25

10 - 30

Unit III
Lapisan batuan dasar (-22,0
>22,0
30 meningkat 40
>60
m) ke bawah berdasarkan
data sekitarnya >25 m.
Sumber : Laporan Akhir Penyelidikan Tanah Pembangunan Hotel Porter Jl. Lamadukelleng Makassar
Sulawesi Selatan. 2014

Kegiatan penyondiran dilakukan pada 4 (empat) titik sondir,


hasilnya disajikan pada Tabel 2.12 dan gambar penampang vertikal
pada gambar dalam Lampiran 10..
Tabel 2.12. Hasil Penyondiran Tanah Tapak Proyek Pembangunan Hotel
Porter
No. Titik
Kedalaman
Elevasi Muka
Nilai Konus (qc)
JHP Maksimum
Sondir
Maksimum (m)
Tanah (m)
Maksimum
(kg/cm2)
S-01
20,00
-2,00
60
1094
S-02
20,00
-2,00
90
1006
S-02
20,00
-2,00
70
994
S-04
20,00
-2,00
70
1054
Sumber : Laporan Akhir Penyelidikan Tanah Pembangunan Hotel Porter Jl. Lamadukelleng Makassar Sulawesi
Selatan. 2013

b. Muka Air tanah

PT. Porter Hotel Makassar

II-57

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Muka airtanah yang diamati pada titik uji dilakukan setiap hari pada
setiap

pekerjaan

pengeboran

2 x 24 jam, dan sesudah aktivitas

pekerjaan selesai, muka airtanah dijumpai pada kedalaman 1,5 m


sampai 2,0 m di bawah permukaan tanah.

c. Kondisi Geoteknik Site


Rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar, dimana terdiri atas
struktur tinggi berupa bangunan berlantai 17 (tujuh belas), dimana
termasuk struktur beban berat, luas lahan 956 m2, luas bangunan
11.857 m2 dan menyediakan 150 kamar. Adapaun kondisi geoteknik
di site (tanah bangunan) adalah sebagai berikut:

Kondisi tanah di site (tanah bangunan) merupakan tanah


endapan sungai purba dan laut purba, dimana sudah pernah
dibebani.

Kondisi tanah di site merupakan endapan pasir setebal 15,0


meter

dengan

kepadatan

relatif

medium

dense

(agak

padat/kompak) hingga padat, selanjutnya lapisan di bawah


merupakan tanah lempung dengan kepadatan relatif meningkat
sampai dengan elevasi - 22,50 meter dan sudah mengalami
konsolidasi sekunder (OCR) sampai di atas lapisan batuan dasar
(bed-rock). Terdapat lempung padat (serphin) setebal 1,0
meter di atas batuan dasar (bed-rock).

Susunan strata perlapisan tanah dari bentuk : lepas agak


kompak kompak agak keras hingga keras (loose medium
dense dense medium stif stif).

PT. Porter Hotel Makassar

II-58

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

d. Kemantapan Lereng Tanah


Pada tempat dimana terdapat dua permukaan tanah yang
berbeda ketinggiannya, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja
mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cendrung
bergerak ke arah bawah. Di samping gaya yang mendorong ke bawah
terdapat

pula

gaya-gaya

dalam

tanah

yang

bekerja

manahan/malawan sehingga kedudukan tanah tersebut tetap stabil.


Gaya-gaya pendorong berupa gaya berat, gaya tiris/muatan dan gayagaya inilah yang dapat menyebabkan kelongsoran.
Kemantapan atau kestabilan lereng dapat diketahui berdasarkan
sudut kritis lereng, nilai berat isi, kohesi dan sudut geser dalam dari
tanah yang diuji. Sudut lereng (i) adalah sudut yang dibentuk oleh
bidang permukaan tanah dengan bidang horizontal. Oleh karena
daerah tapak proyek permukaannya relatif datar, maka sudut
lerengnya sama dengan nol derajat (i = 0o), sehingga tanahnya
sangat stabil atau tidak mungkin terjadi kelongsoran dan pondasi
duduk pada batuan dasar (bed-rock), yaitu batuan vulkanik (Formasi
Camba). Hasil analisis kemantapan lereng tanah dilakukan pada
setiap lokasi pengambilan contoh tanah tidak terganggu yang
dianggap dapat mewakili kondisi tanah setempat dengan cara
Felenius dan Bowles (1979). Hasilnya lereng mantap hingga sangat
mantap.
e. Amblesan (Subsidence)
Amblesan (penurunan muka tanah), yaitu pergerakan muka
tanah turun ke arah vertikal. Ada beberapa faktor penyebab
amblesan (subsidence) tanah yaitu :

Adanya kompaksi alamiah (proses mencapai kestabilan tanah),


terjadi pada sedimen muda (endapan baru).

Penjedotan air tanah dalam jumlah besar atau berlebihan.

Beban struktur bangunan diatasnya.

PT. Porter Hotel Makassar

II-59

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

Serta

aktivitas

teknonik,

KA-ANDAL

kegiatan

pekerjaan

konstruksi

(pemancangan pondasi tiang pancang Metode Hammer).


Kondisi sifat fisik tanah yang umumnya berdaya dukung rendah
(endapan aluvial) baru, belum mengalami kompaksi secara geologis
(kestabilan tanah). Stratigrafi litologi yang terdiri dari lempung, pasir
lepas dan batupasir tidak kompak yang mempunyai daya dukung
berbeda-beda

bila

mendapat

beban,

adanya

getaran

yang

ditimbulkan oleh kendaraan berat atau oleh kerja mesin penggerak


motor

pembangkit

listrik

dan

mesin-mesin

lainnya

dapat

menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah.


f. Pemilihan Tipe Pondasi
Untuk

mendukung

struktur

bangunan

Hotel

Porter

yang

direncanakan 17 (tujuh belas) lantai digunakan pondasi bangunan.


Beberapa pilihan sistem pondasi akan ditinjau dari berbagai aspek,
yakni

peninjauan

terhadap

aspek

kekuatan,

keadaan

tanah,

kemudahan pelaksanaan, harga/biaya, tingkat kebisingan dan getaran


yang ditimbulkan akibat pekerjaan pondasi, dan resiko lingkungan.
Pondasi dangkal berupa pondasi plat penuh tidak dapat digunakan
untuk

struktur

bangunan

Pengembangan

Hotel

Porter

yang

direncanakan 17 (tujuh belas) lantai, bangunan tinggi dimana


termasuk struktur beban berat sangat rawan terhadap bahaya
settlement (subsidence) dan umumnya hanya digunakan untuk
bangunan rendah.
Pondasi tiang pancang Metode Hammer, pondasi ini termasuk
jenis pondasi dalam, pondasi ini biasa digunakan untuk bangunan
tinggi dan cocok pada berbagai jenis tanah. Kendalanya ialah kurang
ramah lingkungan, menimbulkan kebisingan dan getaran pada saat
pelaksanaannya, karena untuk penanam tiang pancang dipukul
dengan hammer, dan resiko lingkungan cukup tinggi karena sekitar
(tanah bangunan) sudah terbangun padat dengan rumah penduduk
dan gedung bertingkat.
PT. Porter Hotel Makassar

II-60

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

Pondasi tiang pancang

KA-ANDAL

Metode Hydraulic Static Pile Driver,

pondasi ini termasuk jenis pondasi dalam, pondasi ini biasa digunakan
untuk bangunan tinggi, cocok pada berbagai jenis tanah. Pondasi
tiang pancang ini cukup kuat menahan beban besar dan biayanya
relatif cukup mahal, karena kontraktor pelaksana sangat sedikit.
Pondasi tiang pancang Metode Hydraulic Static Pile Driver ramah
lingkungan,

tidak

menimbulkan

kebisingan

dan

getaran

saat

pelaksanaannya, relatif mudah, resiko lingkungan sangat kecil.


Metode ini tidak dapat digunakan karena luas lahan lokasi sempit
sehingga

tidak memungkinkan untuk

manuper peralatan yang

digunakan,
Pondasi tiang bor (bore-pile), pondasi ini dibuat dengan
membor/membuat lubang menggunakan alat bor sampai kedalaman
lapisan

pendukung

(bed-rock)

dan

mengisinya

dengan

beton

bertulang biasa. Kontrol mutu dapat dikontrol, terutama pembersihan


dasar tiang, pengecoran tiang dan duduk datar pada lapisan
pendukung, lapangan keja relatif kotor dengan lumpur karena air
tanah bebas dangkal, serta tanah di lokasi tapak proyek pasir
sehingga mudah longsor. Pelaksanaan pekerjaan relatif lebih lama dan
biayanya lebih murah jika dibandingkan dengan pondasi tiang
pancang Metode Hydraulic Static Pile Driver. Pondasi tiang bor (borepile) dapat digunakan, karena cukup ramah lingkungan dan sangat
sesuai dengan kondisi serta situasi lingkungan lokasi tapak proyek.
Kondisi lingkung tapak proyek Pembangunan Hotel Porter, Makassar
disajikan pada Gambar 7. Jadi metode pemancangan pondasi rencana
Pembangunan Hoter Porter menggunakan Metode Pondasi Tiang Bor
(bore-pile).

PT. Porter Hotel Makassar

II-61

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.29. Kondisi lingkungan tapak proyek rencana Pembangunan


Hotel Porter, Makassar
Adapun

pertimbangan

perbandingan

kelebihan

dan

kekurangan

pelaksanaan teknis (konstruksi) dan kondisi lingkungan setempat


yang mendukung, maka dapat disimpulkan bahwa pondasi tiang
pancang

Bore-Pile

paling

layak

dipakai

untuk

proyek

Pembangunan Hotel Porter yang berlantai 17 (tujujh belas) ini, dengan


alasan seperti di bawah ini :

Mempunyai kapasitas yang memadai untuk bangunan Hotel


Porter dengan rencana bangunan berlantai 17 (tujuh belas).

Harga/biaya relatif lebih murah dibandingkan jenis sistem


pondasi tiang bor (bore-pile).

Situasi lingkungan setempat sangat memungkinkan untuk


pemancangan menggukanan Metode Bore-Pile karena tidak
menimbulkan suara dan getaran, serta ramah lingkungan.

Risiko kegagalan pondasi dan resiko lingkungan sangat kecil.

PT. Porter Hotel Makassar

II-62

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Tidak kalah pentingnya, termasuk mudah untuk mendapatkan


kontraktor pelaksana.

7. Hidrologi dan Hidrogeologi


7.1 Hidrologi
a. Sistem Sungai dan Drainase
Sebagai bagian dari Kota Makassar, secara umum daerah tapak
proyek rencana Pembangunan Hotel Porter, di Jalan Lamadukelleng
Makassar dan sekitarnya merupakan dataran yang berada diantara
dua (2) sistem sungai, yaitu sungai Tallo di bagian utara dan sungai
Jeneberang di bagian selatan. Wilayah tapak proyek merupakan
daerah relatif bebas banjir dan bebas genangan. Air permukaan
berasal dari air hujan dan luapan air dari saluran samping (side ditch)
di kedua sisi jalan banyak yang tertutup bangunan dan tersumbat
oleh sampah.
b. Drainase Eksisting
Drainase eksisting termasuk dalam drainase Kota Makassar
yang direncakan hanya untuk menampung dan mengalirkan limpasan
air hujan. Kenyataannya sekarang saluran samping (side ditch)
menerima limbah cair dari berbagai kegiatan sehingga melampaui
daya tampung dan daya dukung saluran samping jalan.
Saluran samping (side ditch) Jalan Lamadukelleng, relatif tidak
baik dan tersumbat Gambar 8. Saluran drainase ini terletak di muka
lokasi rencana Pembangunan Hotel Porter dan merupakan satusatunya saluran drainase yang tersedia. Saluran drainase ini relatif
kering, pendangkalan dan tersumbat sampah.

PT. Porter Hotel Makassar

II-63

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

a. Saluran drainase dimuka lokasi


b Saluran drainase di pertigaan Jl.
tapak proyek Hotel Porter kering dan Datumuseng
tersumbat
dan Jl. Lamadukelleng air tidak mengalir

Gambar 2.30. Saluran drainase di sekitar lokasi Rencana


Pembangunan Hotel Porter dangkal dan tersumbat sampah sehingga
air tidak mengalir
7.2. Hidrogeologi
a. Hidrogeologi Regional
Kondisi hidrogeologi regional dan lokasi tapak proyek meliputi
hidrogeologi permukaan dan bawah permukaan (air tanah) antara
lain: sistem akifer sebagai media tempat terakumulasinya air tanah,
potensi air tanah secara umum, dan macam air tanah. Kondisi fisik
daerah resapan air permukaan tergolong cukup baik, karena lapisan
(solum) tanah cukup dalam dan endapan aluvial diperkirakan berkisar
antara beberapa meter hingga 20,0 m tergantung lokasi dan
permukaan tanah setempat. Lahan terbuka (ruang terbuka hijau)
relatif sempit, karena kawasan ini terbangun padat oleh permukiman,
pertokoan,

perkantoran,

Wisma

dan

Hotel

bertingkat,

asrama,

berbagai macam rumah makan dan tempat hiburan dan lain-lain.


Peta Hidrogeologi Regional Daerah Penelitian disajikan pada
Gambar 9. Berdasarkan penelaahan dari Peta Hidrogeologi Lembar
2010 Ujung Pandang, 2109 Benteng dan 2110 Sinjai Sulawesi
(Mudiana. W, Mukna. H.S. dan Soetrisno. S, 1984), dan pengamatan
lapangan sumur gali penduduk serta sumur bor yang pernah
dilakukan, diperoleh data dan informasi bahwa sistem akifer di lokasi
tapak proyek dan sekitarnya secara regional dibentuk oleh 2 (dua)
PT. Porter Hotel Makassar

II-64

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

kelompok akifer yaitu: akifer dengan aliran melalui ruang antar butir
dan akifer bercelah atau sarang.
Akifer dengan aliran melalui ruang antar butir; akifer ini
dibentuk oleh endapan aluvial terdiri dari bahan-bahan yang bersifat
lepas. Air tanah yang tersimpan pada endapan ini akan mengisi ruang
antar butir dari batuan penyusun tersebut. Batuan sebagai penyusun
akifer pada endapan ini adalah endapan rawa, endapan sungai dan
endapan pantai terdiri dari pasir halus hingga kasar, lanau dan
lempung. Lapisan pasir atau yang bersifat pasiran merupakan lapisan
yang dominan. Pada umumnya akifer pada endapan aluvial bercirikan
sebagai akifer tidak tertekan atau akifer bebas (air tanah bebas).
Akifer bercelah atau sarang; akifer jenis ini dibentuk oleh
batuan sedimen vulkanik yang cukup kompak terdiri dari batupasir,
batulempung, batulanau, tufa dan batupasir tufaan. Umumnya
mempunyai kelulusan rendah dan pada bagian yang kurang padu
kelulusan sedang. Air tanah didapat pada pemboran dalam, yang
terdapat di antara dua lapisan kedap air disebut dengan air tanah
tertekan (artesis).
Potensi air tanah bebas regional terdapat pada jenis akifer
produktifitas sedang sampai tinggi penyebaran setempat, jenis akifer
ini keterusan sedang sampai agak tinggi, dengan debit sumur sedang
sampai tinggi (1 l/detik 5 l/detik), terdapat pada endapan aluvial
sungai dan pantai. Akifer produktifitas sedang sampai langka
penyebaran luas, jenis akifer ini tidak menerus, tipis dan keterusan
rendah, dengan debit sumur rendah terdapat pada batuan gunungapi.
Potensi air tanah tertekan (dalam) regional terdapat jenis akuifer
langka sampai sangat langka, penyebaran setempat, jenis akuifer ini
keterusannya sangat rendah, debit sangat rendah pada kedalam lebih
besar dari 60 meter di bawah permukaan tanah setempat dan
terdapat pada batuan gunungapi.

PT. Porter Hotel Makassar

II-65

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.31. Peta Hidrogeologi Regional Lokasi Tapak Pembangunan Hotel Porter Makassar dan sekitarnya

PT. Porter Hotel Makassar

II-66

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

b. Hidrogeologi Tapak Proyek

Batuan

yang

terdapat

di

lokasi

KA-ANDAL

tapak

proyek

rencana

Pembangunan HOTEL PORTER, di Jalan Lamadukelleng Makassar dan


sekitarnya adalah endapan aluvial sungai, rawa dan pantai, yang
terdiri dari pasir halus sampai kasar, lanau dan lempung. Wilayah
endapan aluvial sungai, dan pantai meliputi seluruh tapak proyek,
kelulusan sedang hingga tinggi, muka air tanah bebas pada umumnya
termasuk dangkal dan kualitas air tawar.
Sistem pemanfaatan sesuai untuk pembangunan sumurgali.
Muka airtanah bebas berdasarkan hasil pengamatan titik sondir
beberapa sumur penduduk yang tersebar di lokasi tapak proyek dan
sekitarnya berada pada kedalaman - 1,0 sampai - 2,0 meter pada
musim kemarau (akhir Desember 2014). Pada musim penghujan
permukaan airtanah bebas berkisar 1,0 meter sampai 1,5 meter di
bawah permukaan tanah setempat. Arah aliran air tanah bebas
relatif ke arah barat ke arah laut Pantai Losari. Tebal lapisan pembawa
air (akifer) yang terdiri dari lapisan pasir halus lepas jenuh air berkisar
antara 8,0 hingga 14,0 meter dan mampu menghasilkan air tanah
dengan debit antara 2 sampai 5 l/detik. Lapisan kedap air (impervious
layer) yang terletak di bawahnya merupakan lapisan lempung (liat).
Potensi sumberdaya

air tanah bebas/dangkal berkisar pada

kedudukan dari 0 sampai 20 m dari permukaan laut. Muka air tanah


berkisar dari 0,25 m sampai 1,60 m dengan jenis lapisan akifer
berupa pasir halus, pasir lempung. Untuk porositas berkisar 30 %
sampai

35

%.

Ketersediaan

air

tanah

setiap

tahunnya

akan

mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya pertumbuhan


jumlah penduduk, industri perhotelan, pembangunan rumah sakit,
mall, perumahan mewah dan sektor industri. Sebaliknya ruang
terbuka hijau (RTH) semakin berkurang dan daerah resapan air
banyak yang berubah menjadi bangunan masif, air hujan tidak dapat
masuk kedalam tanah.

PT. Porter Hotel Makassar

II-67

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Pada beberapa kecamatan hampir setiap tahunnya mengalami


keterbatasan air bersih. Suplai air dari PDAM belum mampu
mencukupi

kebutuhan

air

penduduk

Kota

Makassar.

Maka

alternatifnya penggunaan sumur resapan air hujan dan PDAM harus


dipadukan. Penggunaan air tanah tanpa pengaturan, akan dapat
menyebabkan

kerusakan

lingkungan

misal

terjadinya

amblesan

(subsidence), intrusi air laut, air tanah tercemar oleh mikrobiologi


(coliform), minyak dan lemak serta unsur lainnya. Penurunan
permukaan airtanah di beberapa kecamatan telah dirasakan oleh
penduduk. Potensi

airtanah bebas (airtanah dangkal) di Kota

Makassar dapat dilihat pada Tabel 6.


Tabel 2.13. Potensi Air tanah Bebas (Air tanah dangkal) di Kota
Makassar

Kecamatan

Luas

Kedudukan
Muka air
air muka
tanah
laut

Jenis lapisan
akifer

Porosita
s (%)

Spf
yiled
(%)

Mariso

236

0-2.70

0.45-1.2

Pasir halus
pasir lempung

30-45

15

Mamajang

199

0.5-2.86

0.3-3.2

Pasir halus
pasir lempung

30-45

15

Tamalate

583

0-2.69

0.15-2.61

Pasir halus
pasir lempung

35-55

10

Makassar

250

2.1-2.3

0.43-2.4

Pasir halus
pasir lempung

30-35

15

Ujung
Pandang

263

1.75-3.9

0.25-1.6

Pasir halus
pasir lempung

30-35

20

Wajo

252

1.7-3.8

0.2-2.1

Pasir halus
pasir lempung

35-50

15

PT. Porter Hotel Makassar

II-68

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Bontoala

125

1.6-3

0.15-1.1

Pasir halus
pasir lempung

35-55

10

Ujung tanah

125

0-2.9

0.25-0.75

Pasir halus
pasir lempung

35-55

10

2.944

0.8-20.9

0.17-2.5

Pasir halus
pasir lempung

30-45

0-4.01

0.11-0.4

Pasir halus
pasir lempung

30-35

15

0-22

0.5-15

Pasir halus
pasir lempung

35-45

Tallo

Panakkuakang 4.119

Biringkanaiya

8.006

Untuk mendapatkan data geometri cekungan dan konfigurasi


sistem akifer air tanah dalam (tertekan) serta volume air tanah yang
dapat

dieksploitasi

tanpa

menimbulkan

dampak

negatif,

perlu

dilalukan penyelidikan lanjutan yaitu mengunakan data geolistrik.


Tujuan

dari

penyelidikan

geolistrik

adalah

untuk

memberikan

informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan proyek


tersebut, yaitu pemilik proyek dan perencanaan agar pemanfaatan air
tanah tertekan dapat dilakukan secara ekonomis dan aman, serta
jumlah sumur resapan yang perlu dibuat agar airtanah terjamin
secara berkelanjutan.

8. Iklim
a. Kelembaban Udara

PT. Porter Hotel Makassar

II-69

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Sekitar lokasi kegiatan mempunyai kelembaban udara yang


relatif tinggi yaitu berkisar antara 73 sampai 87%. Kelembaban udara
tertinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari kemudian menurun
sampai terendah pada bulan September dan naik lagi sampai pada
bulan Desember. Kelembaban udara rata-rata bulanan dapat dilihat
pada Tabel 2.13 dan Gambar 2.18.
Tabel 2.14. Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan

Gambar 2.32. Kelembaban udara rata-rata bulanan selama 15 tahun


terakhir
b. Arah dan Kecepatan Angin
Data kecepatan dan arah angin tiap jam selama tahun 2013
diperoleh dari Stasiun Klimatologi Paotere melalui Badan Meteorologi
dan Geofisika Wilayah IV Makassar. Dari data angin yang diperoleh
menunjukkan bahwa kecepatan berkisar antara 1 sampai 17 knots.
PT. Porter Hotel Makassar

II-70

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Selama tahun 2013 arah angin dominan dari arah barat (35 %)
kemudian dari arah barat laut (27 %), arah timur (15 %), arah timur
laut (8%) dan sebagian kecil datang dari arah tenggara, utara, selatan
dan barat daya.

Persentase kecepatan angin yaitu 1-4 knots sebesar

64,9%, kecepatan 4-7 knots sebesar 33,4%, kecepatan 7-11 knots


sekitar 1,4% dan kecepatan 11-17 knots sekitar 0,3%. Data arah dan
kecepatan serta distribusi frequency angin dapat dilihat pada Gambar
2.19 dan Gambar 2.20.

Gambar 2.33. Wind Rose Sekitar Lokasi

Gambar 2.34. Distribusi Frequensi Angin Di sekitar Lokasi

PT. Porter Hotel Makassar

II-71

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

c. Curah Hujan dan Hari Hujan


Dari data curah hujan yang diperoleh menunjukan bahwa pada
bulan Januari merupakan bulan yang memiliki curah hujan yang tinggi
yaitu sekitar 25,55 mm per hari hujan dengan intensitas hujan tiap
hari. Jumlah air hujan terendah yang jatuh dalam wilayah satu meter
persegi terjadi pada Bulan Agustus yaitu sekitar 1,10 mm. Rata-rata
curah hujan harian yang ada di Kota Makassar selama tujuh tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.14 dan Gambar 2.21.
Tabel 2.15. Rata-Rata Curah Hujan Harian

Gambar 2.35. Rata-rata Curah Hujan Harian Selama Enam Tahun


Terakhir
9. Kondisi Lahan Bangunan
Lokasi Rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar di Jalan
Lamadukelleng No. 14, Kel. Maloku dan sekitarnya merupakan daerah
pendataran dan sedimentasi dengan ketinggian asli 7,0 meter di
PT. Porter Hotel Makassar

II-72

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

atas muka laut (dpl). Kondisi tanah di site sebagian merupakan lahan
terbuka ditumbuhi oleh semak. Di sekitar tapak proyek rencana
pembangunan Hotel Porter Makassar di Jalan Lamadukelleng No. 14,
Kel. Maloku termasuk daerah terbangun padat. Beberapa bangunan
yang terdapat di sekitarnya dan akan terkena dampak.

Gambar 2.36. Kondisi Lahan Lokasi Tapak Proyek Pembangunan Hotel


Porter Makassar
Bangunan yang berbatasan langsung dengan lokasi tapak
proyek adalah bangunan semi permanen. Bangunan permanen
sebagian besar berada di bagian sekitar lokasi kegiatan , seperti
bangunan rumah tinggal masyarakat.
10. Kualitas Air
Kegiatan

pembangunan

dan

pengoperasian

Hotel

Forter

Makassardiperkirakan akan berdampak terhadap kualitas lingkungan


perairan di sekitarnya.Dampak terhadap komponen lingkungan ini
dapat

dicermati

awalnyasaat

dari

kegiatan

perubahan

kualitas

pembangunan

dan

air

terhadap

pengoperasian

rona
hotel.

Lingkungan perairan yang berpotensi terkena dampak saatkegiatan

PT. Porter Hotel Makassar

II-73

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

ini berlangsung adalah air tanah atau air sumur penduduk yang
berada disekitar lokasi hotel.
Berkaitan dengan studi ini maka beberapa sampel air dari
wilayah studi telah dianalisis pada bulan Juli 2015 dengan parameter
uji fisika dankimia. Pengambilan sampel air dilakukan pada dua sumur
bor dalam wialayah studi dandianalisis di Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Makassar.Standar mutusampel airyang diuji mengacu pada
Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/IX/1990.Data hasil pengukuran
kualitas air disajikan dalam Tabel.
Tabel 2.16. Kualitas air Kegiatan pembangunan Hotel Porter Makassar
Hasil pemeriksaan
No.

Parameter uji

Waktu

Satuan

Suhu

1 jam

C
g/Nm

1 jam
2

Sulfur
Dioksida (SO2)

24 jam
1 thn
1 jam

Nitrogen
Dioksida (NO2)

24 jam
1 thn
1 jam

Carbon
Monoksida
(CO)

24 jam
1 thn
1 jam

Oksidan (O2)

24 jam
1 thn
24 jam

TSP (debu)
1 thn

U1

U2

U3

27.8

31.4

27.5

178.99

195.26

176.09

g/Nm
g/Nm
21.04

20.60

22.88

g/Nm
g/Nm
1501.8
0

1161.90

1584.1
0

g/Nm
g/Nm
0.843

0.953

1.063

g/Nm
g/Nm
g/Nm

100

15.24

14.75

Gravimetrik
1

Amoniak (NH3)

1 jam

ppm

0.049

0.035

0.033

Kelembaban

1 jam

%H

62

50.3

66.4

PT. Porter Hotel Makassar

Spektrofometr
ik

230
10.68

Ket: Didasarkan pada


416/MenKes/Per/IX/1990

Spektrofometr
ik

50

10.000

200

Spektrofometr
ik

1.000

g/Nm

150

30.000

Spektrofometr
ik

100

g/Nm

360

400

Thermometer

60

g/Nm

Spesifikasi
metode

900

g/Nm

Baku
mutu
penguku
ran
-

Sandar

Baku

Mutu

Permenkes

Spektrofometr
ik
Barometrik

RI

No.

II-74

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Parameter Fisik. Kekeruhan sampel air 8 20 NTU (baku mutu:


25 mg/L), kandungan TSS berkisar antara12 - 104 mg/L dan TDS<350
mg/L (baku mutu 1500 mg/L). Berdasarkan baku mutu air kelas I
sesuai Pergub Sulawesi Selatan Nomor 69 tahun 2010, maka
kandungan TSS salah satu sampel telah melampaui baku yang
ditetapkan sebesar 50 mg/L.
Parameter Kimia.Tingkat kemasaman sampel airsumur masih
berada pada kisaran baku mutu pH air tanah, yaitu 7,3 7,5(baku
mutu: 6,0 8,5).Oksigen terlarut berkisar antara 7 - 8 mg/L,
sementara nilai parameter BOD58,3 - 25 mg/L. Walaupun BOD 5tidak
dipersyaratkan untuk air minum, namun berdasarkan syarat air kelas
I, maka air sumur tersebut sudah tergolong tercemar oleh bahan
organik karena telah melampaui baku mutu yang ditetapkan sebasar
2 mg/L.Hal yang serupa terhadap kandungan nitrit yang masih
dibawah baku mutu, yakni 0,01 0,07 mg/L (baku mutu: 1 mg/L),
namun telah melibihi baku mutu untuk standar kualitas air kelas I,
yakni 0,06 mg/L. Parameter uji lainnya, seperti kandungan logam,
nitrat, detergen masih dibawah baku mutu yang ditetapkan, bahkan
beberapa diantaranya tidak terukur atau dibawah batas deteksi alat
uji atau metode uji yang digunakan.
Indeks

Pencemaran

(IP).

Indeks

ini

digunakan

untuk

menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas


air yang dipersyaratkan.Kulitas air sumur bor di wilayah studi masih
tergolong

baik

bila

didasarkan

416/MENKES/PER/IX/1990,

karena

pada
semua

standar

Permenkes

parameter

uji

No

masih

memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Namun demikian, bila


didasarkan pada persyaratan mutu air kelas I sesuai Pergub Sulawesi
Selatan Nomor 69 tahun 2010, maka kualitas air sumur bor tersebut
sudah tergolong tercemar ringan dengan IP sebesar 2,9 4,7 yang
dihitung dari nilai parameter TDS,TSS, pH, BOD 5DO dan nitrit.Status
mutu air sumur bor di wilayah studi berdasarkan IP tersebut masuk
dalam skala 4 berdasarkan skala kualitas lingkungan.
PT. Porter Hotel Makassar

II-75

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

11. Kualitas udara


Udara ambien disekitar lokasi rencana pembanguan Hotel
Forter Makassarmerupakan salah satu komponen lingkungan hidup
yang diperkirakan akan terkena dampak dari aktivitas proyek ini.
Dampak terhadap kualitas udara in dapat dicermati dari perubahan
konsentrasi

beberapa

parameter

kualitas

udara

terhadap

rona

awalnya, seperti debu (TSP), SO2, NO2, CO, O3, dan NH3.Perubahan
rona lingkungan udara dapat disebabkan oleh emisi gas buang dan
resuspensi debu saat beberapa kegiatan berlangsung. Data hasil
pengujian kualitas udara ambien di wilayah studi sebagaimana yang
terdapat dalam Tabel 2.17

Tabel 2.17. Data kualitas udara ambien pada beberapa lokasi dalam
wilayah Studi Amdal Rencana pembangunan Hotel Porter
Makassar
No

Parameter
uji

Waktu

Suhu

1 jam

Sulfur
Dioksida
(SO2)
Nitrogen
Dioksida
(NO2)
Carbon
Monoksida
(CO)

Oksidan (O2)

TSP (debu)

1 jam

g/Nm3

24 jam

g/Nm3

1 thn

g/Nm

g/Nm3

24 jam

g/Nm3

1 thn

g/Nm3

1 jam

g/Nm3
3

24 jam

g/Nm

1 thn

g/Nm3

1 jam

g/Nm3

24 jam

g/Nm3
g/Nm

24 jam

g/Nm

1 thn

g/Nm3

PT. Porter Hotel Makassar

Hasil pemeriksaan
U1

U2

U3

27.8

31.4

27.5

Baku mutu
pengukur
an

Spesifikasi
metode

Thermometer

900
178.99

195.26

176.09

1 jam

1 thn
6

Satuan

360

Spektrofometrik

60
400
21.04

20.60

22.88

150

Spektrofometrik

100
30.000
1501.8
0

1161.9
0

1584.1
0

10.000

Spektrofometrik

1.000
200
0.843

0.953

1.063

100

Spektrofometrik

50
10.68

15.24

14.75

230
1

Gravimetrik

II-76

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


7
8

KA-ANDAL

Amoniak
(NH3)

1 jam

ppm

0.049

0.035

0.033

Spektrofometrik

Kelembaban

1 jam

%H

62

50.3

66.4

Barometrik

Sumber: Hasil pengujian, 2015


U1: Dalam lokasi Rencana Hotel Porter (E119o 24 38.2 dan S05o 08 33.6)
U2: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng, Jl. Sultan Hasanuddin & Jl. Muchtar Luthfi (E119 o 17 45.8 dan 02o 04
05.8)
U3: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng dan Jl. Datu Museng (E119 o 24 39.5 dan 05o 08 35.7)
*Baku Mutu Udara Ambien sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor : 69 tahun 2010

Data dalam Tabel 2.17 menunjukkan bahwa konsentrasi semua


parameter uji kualitas udara ambien dalam wilayah studi masih
memenuhi baku mutu yang ditetapkan atau kualitas udara tersebut
masih kategori sedang atau skala 4 sesuai skala kualitas lingkungan
walaupun

terdapat

masing-masing

perbedaan

lokasi

konsentrasi

pengukuran.Secara

paramater
detail,

uji

kualitas

pada
udara

berdasarkan beberapa parameter uji diuraikan sebagaimana berikut.


Sulfur Dioksida (SO2). Sulfur dioksida merupakan salah satu
komponen polutan udara hasil pembakaran bahan yang mengandung
sulfur seperti dari proses pembakaran pada kendaraan bermotor,
generator listrik, atau pembakaran sampah organik. Pada konsentrasi
tertentu, gas ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan,
gangguan terhadap vegetasi dan dapat meningkatkan keasaman air
hujan. Kandungan gsa SO2 dalam udara ambien di lokasi studi
berkisar antara 176 hingga 196 g/Nm 3. Konsentrasi SO2 ini masih
dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 900 g/Nm3 dan sumber
utama diperkirakan dari asap kendaraan bermotor yang beroperasi
dalam wilayah studi.
Karbon

Monoksida

(CO).Gas

CO

bersumber

dari

hasil

pembakaran tidak sempurna bahan organik, seperti bensin atau solar


pada kendaraan bermotor, batu bara, atau kayu. Pada konsentrasi
tertentu, gas ini dapat menimbulkan efek racun terhadap tubuh
manusia dengan gejala seperti sakit kepala, pusing, dan sesak nafas.
Kandungan gas ini dalam udara ambien di wilayah studi berkisar
antara 1161 hingga1584g/Nm3. Rentang konsentrasi ini masih jauh
dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 30.000 g/Nm3. Sumber

PT. Porter Hotel Makassar

II-77

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

utama gas CO ini diperkirakan dari asap kendaraan bermotor yang


beroperasi di wilayah studi dan sekitarnya.
Nitrogen Dioksida (NO2).Gas nitrogen dioksida dapat bersumber
dari alam, hasil pembakaran bahan organik atau asap kendaraan
bermotor. Pada konsentrasi tertentu, gas ini dapat menimbulkan
iritasi hingga pendarahan paru-paru pada manusia dan gangguan
terhadap vegetasi serta kerusakan bangunan fisik. Disamping itu, NO 2
berkontribusi pada penurunan tingkat keasaman air hujan. Hasil
pengujian

kualitas udara di wilayah studi menunjukkan bahwa

konsentrasi gas ini masih sangat rendah, yaitu berkisar antara kurang
dari 20 hingga 23g/Nm3.Konsentrasi NO2 yang terukur tersebut
masih jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 400
g/Nm3.Sumber

utama

gas

NO2ini

diperkirakan

dari

kegiatan

transpotasi.
Oksidan (O3).Oksidan O3 atau ozon merupakan gas yang bersifat
iritan dan oksidator kuat sehingga dapat menimbulkan produksi lendir
dan pendarahan pada paru-paru. Gas O3 dapat menyebabkan
kerusakan terhadap vegetasi berupa penampakan bintik-bintik dan
noda pucat. Kandungan gas ini dalam udara ambien di wilayah studi
hanya sekitar 1g/Nm3. Konsentrasi ozon ini masih jauh dibawah baku
mutu yang ditetapkan sebesar 230g/Nm3. Sumer utama gas ini
diperkirakan dari aksi fotokimia sinar ultraviolet terhadap gas NO 2 di
udara, proses pengelasan atau peristiwa pengapian lainnya.
Amonia (NH3). Data hasil pengujian kualitas udara ambien di
wilayah studi menunjukkan bahwa konsentrasi gas NH 3 masih relatif
rendah

dibanding

baku

mutu

yang

ditetapkan,

yaitu

berkisar

antara0,03 0,05ppm(baku mutu: 2 ppm). Gas ini diperkirakan


bersumber dari aktivitas masyarakat di sekitar lokasi pengukuran,
seperti hasil peruraian sampah padat dan limbah cairdomestik atau
proses alamiah.

PT. Porter Hotel Makassar

II-78

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Total Suspended Particulate (TSP).Partikel atau TSP di udara


atau disebut juga debu dihasilkan oleh kegiatan mekanis atau alami
berupa dispersi debu tanah oleh angin dan sebagainya. Ukuran
partikel bervariasi, mulai dari 0,1 m sampai 25 m. Debu dapat
menyebabkan

gangguan

sistem

pernafasan,

gangguan pandangan. Kandungan debu

iritasi

mata

dan

dalam udara ambien di

wilayah studi berada pada kisaran 10,215g/Nm3. Konsentrasi


partikel ini masih dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 230
g/Nm3. Kegiatan transpotasi dan peristiwa alami di wilayah studi
seperti dispersi partikel halus jalanan ke udara karena tiupan angin
diduga merupakan sumber utama debu dalam udara ambien yang
terukur di lokasi pengukuran.
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).ISPU adalah angka
yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas
udara ambien di lokasi dan waktu tertentu berdasarkan dampaknya
terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup
lainnya. Parameter ISPU meliputi: CO dan SO 2 dan TSP dengan
beberapa kategori: ISPU: 1-50 = Baik (Hijau);51-100 = Sedang (Biru);
101-199 = Tidak Sehat (Kuning); 200-299 = Sangat Tidak Sehat
(Merah);

300-Lebih

Berbahaya

(Hitam).

ISPU

yang

dapat

ditampilkan berdasarkan data hasil pengukuran kualitas udara


ambien dalam wilayah studi hanya parameter SO 2, CO dan TSP yang
diukur pada dalam rentang waktu jam 10.00 15.30 (Tabel 3.2).
Tabel 2.18 ISPU sesaat tiga parameter uji kualitas udara ambien
dalam wilayah studi Amdal Pembangunan Hotel porter
pada bulan Juli 2015
Parameter
ISPU
Kondisi udara ambien
Uji
SO2
67,0 70,4
Sedang (biru)
CO
11,6 15,8
Baik (hijau)
TSP
6,7 9,5
Baik (hijau)
Sumber: Hasil perhitungan, Agustus 2015

PT. Porter Hotel Makassar

II-79

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Data dalam Tabel 2.18 menunjukkan bahwa


parameter uji berkisar antara 12 70 atau

ISPU dari tiga

kategori baik hingga

sedang. Berdasarkan parameter SO2, kualitas udara ambien di


wilayah studi masuk dalam kateori sedang atau skala 4.Kualitas udara
dengan

kategori

sedang

tersebut

tidak

berpengaruh

terhadap

kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh terhadap


tumbuhan sensitif dan estetika.
13. Kebisingan dan Getaran
Kebisingan dalam wialayah studi amdal Pembangunan Hotel
Forter Makassar berkisar antara 48 - 63 dBA. Kebisingan tersebut
masihmemenuhi baku mutu yang ditetapkan, yakni 70 dBA untuk
jalur transportasi dan 65 dBA untuk lingkungan perkantoran dan jasa
serta 55 dBA untuk pemukiman, sesuai Pergub Sulawesi Selatan
Nomor 69 Tahun 2010 tetang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan
Lingkungan Hidup. Berdasarkan skala kualitas lingkungan, kebisingan
di wilayah studimasukskala 5. Data hasil pengukuran bising terdapat
pada table 2.20
Tabel 2.19. Hasil Pengukuran Kebisingan di Beberapa Lokasi Pada
Areal Rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar
No

Paramete
r

Kebisinga
n

Waktu

30
menit

Satua
n

dB

Hasil Pemeriksaan
P1

P2

P3

49.
2
54.
2

55.
3
60.
8

48.
3
62.
5

Baku Mutu Pengukuran


Kawasan/Kegiat
an

Tingkat
Kebisingan

Perdagangan &
Jasa

70

Industri

70

Perumahan &
Pemukiman

55

Spesifika
si
Metode

Sound
Level
Meter

Sumber: Hasil pengujian, 2015


P1: Dalam lokasi Rencana Hotel Porter (E119o 24 38.2 dan S05o 08 33.6)
P2: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng, Jl. Sultan Hasanuddin & Jl. Muchtar Luthfi (E119 o 17 45.8 dan 02o 04
05.8)
P3: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng dan Jl. Datu Museng (E119o 24 39.5 dan 05o 08 35.7)

PT. Porter Hotel Makassar

II-80

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Tabel 2.20. Hasil Pengukuran getaran di Beberapa Lokasi Pada Areal


Rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar
No

Paramete
r

Satua
n

Waktu

Getaran

mm/s

Hasil Pemeriksaan
P1

P2

P3

0
0.4

0
0.3

Spesifika
si
Metode

Baku Mutu Pengukuran

Vibratio
metrik

Sumber: Hasil pengujian, 2015


P1: Dalam lokasi Rencana Hotel Porter (E119o 24 38.2 dan S05o 08 33.6)
P2: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng, Jl. Sultan Hasanuddin & Jl. Muchtar Luthfi (E119 o 17 45.8 dan 02o 04
05.8)
P3: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng dan Jl. Datu Museng (E119o 24 39.5 dan 05o 08 35.7)

14. Transportasi
a. Kinerja lalu Lintas Eksisting
Gambaran lalu lintas berdasarkan pengamatan langsung di
lokasi pada pagi hingga sore hari selama enam hari berturut- turut
yakni hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat dan sabtu. Kondisi lalu
lintas ruas Jalan Lamadukelleng yang terkena dampak terjadi pada
hari senin- sabtu. Tujuan dari analisis dampak lalulintas ini yaitu
melihat

seberapa

jauh

pengaruh

bangkitan

dan

tarikan

yang

diakibatkan Hotel Poerte Makassar terhadap Jalan Lamadukelleng


sehingga volume lalulintas eksisting diambil dari jam 7.00 18.00
sesuai waktu rata- rata padatnya kendaraan yang lewat. Data volume
lalulintas eksisting sangat dipengaruhi oleh arus kendaraan dari Jalan
Datumuseng dan Jalan Lamadukelleng. Dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini :
Tabel 2.21. Rekapitulasi
Lamadukelleng
No
1
2

Volume

Jam
7.00 - 8.00
8.00 - 9.00

Senin
358
528

PT. Porter Hotel Makassar

Selasa
226
431

Lalulintas

smp/jam)

Volume Lalulintas ( smp/jam)


Rabu
Kamis
Jumat
427
353
285
442
478
481

Jalan

Sabtu
267
410

Minggu
912
914

II-81

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


No
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Jam
9.00 - 10.00
10.00
11.00
11.00
12.00
12.00
13.00
13.00
14.00
14.00
15.00
15.00
16.00
16.00
17.00
17.00

18.00
VOLUME
VOL. RERATA
VOL. MAKS
VOL. MIN

KA-ANDAL

Senin
516
513

Selasa
562
442

Volume Lalulintas ( smp/jam)


Rabu
Kamis
Jumat
603
696
857
609
586
894

Sabtu
702
819

Minggu
610
601

791

839

1.013

900

394

1.111

727

785

819

961

1.239

316

1.137

838

994

881

1.014

1.111

731

1.176

698

815

870

696

902

855

871

667

769

630

864

764

489

775

633

744

623

788

1.005

546

798

649

979

777

740

997

665

980

650

7.790
708
994
358

7.100
645
881
226

8.156
741
1.014
427

9.29
821
1.239
353

6.502
591
894
285

9.045
822
1.176
267

7.899
718
914
601

Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter


Makassar, 2015
Dari data volume lalulintas Jalan Lamadukelleng dapat diketahui
bahwa pada jalan ini mengalami pergerakan kendaraan yang cukup
padat. Pergerakan kendaraan yang terbesar pada jam 13.00 14.00
adalah 1176 smp/ jam yang terjadi pada hari sabtu. Sedangkan
untuk volume minimum yang terjadi pada jam 7.00 8.00 pada hari
selasa. Untuk volume maksimum rata rata yaitu 822 smp/jam,
sedangkan volume minimum rata- rata berjumlah 645 smp/jam.
Jalan Lamadukelleng sangat terkait dengan arus kendaraan dari
jalan Datumuseng sehingga kita dapat melihat arus kendaraan di
Jalan Datumuseng seperti tabel di bawah ini :
Tabel 2.22.
Datumuseng
No
1
2
3
4
5

Rekapitulasi

Jam
7.00 - 8.00
8.00 - 9.00
9.00
10.00
10.00
11.00
11.00
-

Volume

Lalulintyas

(smp/jam)

Jalan

Senin
610
902
882

Selasa
388
726
945

Volume Lalulintas ( smp/jam)


Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
724
632
493
461
750
856
831
706
1.025
1.245
1.482
1.207

Minggu
1.555
1.563
1.041

1.281

748

1.312

1.347

1.546

1.408

794

1.350

1.421

1.722

1.606

683

1.902

1.249

PT. Porter Hotel Makassar

II-82

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

6
7
8
9
10
11

12.00
12.00
13.00
13.00
14.00
14.00
15.00
15.00
16.00
16.00
17.00
17.00
18.00
VOLUME
VOL.
RERATA
VOL. MAKS
VOL. MIN

KA-ANDAL

1.338

1.392

1.639

1.992

667

1.959

1.439

1.697

1.493

1.727

1.987

1.266

1.950

1.203

1.392

1.472

1.387

1.612

1.479

1.491

1.147

1.313

1.267

1.469

1.365

1.326

1.326

1.087

1.329

1.256

1.346

1.798

1.324

1.356

874

1.672

1.315

1.262

1.784

1.255

1.675

705

13.76
6
1.251

12.245

14.363

16.225

12.353

15.442

12.656

1.130

1.306

1.475

1.123

1.404

1.151

1.697
610

1.493
388

1.727
724

1.992
632

1.546
493

1.959
461

1.563
705

Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter


Makassar, 2015
Jumlah volume arus kendaraan maksimum sebesar 1992
smp/jam dan volume arus kendaraan minimum sebesar 461 smp/jam.

b. Karakteristik Makro Lalulintas


Rona awal karakteristik lalulintas yang ditinjau pada studi ini
adalah karakteristik lalulintas meliputi karakteristik volume dan
kecepatan lalulintas pada ruas jalan yang ada di lokasi studi. Adapun
rona karakteristik jalan yang disurvei meliputi tipe jalan, lebar jalan,
kapasitas jalan, dan kondisi hambatan samping.
1) Karakteristik ruas jalan di Lokasi Studi
a. Tipe Ruas Jalan
Hotel Porter Makassar yang terletak di Jalan Lamadukelleng no.
14 Makassar, berdasarkan hasil survei di lapangan pada ruas jalan,
maka diperoleh tipe ruas jalan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.23. Tipe Ruas Jalan Lamadukelleng dan Jalan Datumuseng
Nama Jalan

Tip
e

Kiri
Trotoa

PT. Porter Hotel Makassar

Bah

Perkeras

Media

Kanan
Perkeras

Bah

Trotoa

II-83

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

Jln.
Lamadukellen
g
Jln.
Datumuseng

Jala
n
2/1

r
(m)
-

2/1

KA-ANDAL

u
(m)
1,5

an
(m)
3,5

n
(m)
-

an
(m)
3,5

u
(m)
-

1,5

3,5

3,5

1,5

r
(m)
4,5

Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter


Makassar, 2015
Berdasarkan tipe jalan yang disurvei sebagaimana disajikan
pada tabel diatas, terlihat bahwa Jalan Lamadukelleng dan Jalan
Datumuseng memiliki tipe 2 jalur 1 arah terbagi (2/1).
b. Kapasitas Ruas Jalan
Berdasarkan hasil survei di lapangan pada ruas jalan, maka
diperoleh hasil pengolahan kapasitas ruas Jalan Lamadukelleng
sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.24. Kapasitas ruas jalan Lamadukelleng
Parameter
Simbol
Nilai
Kapasitas dasar
Co
2900
Faktor koreksi terhadap lebar jalur
FCw
1
Faktor koreksi terhadap pembagian arah
FCsp
1
Faktor
koreksi
terhadap
gangguan FCsf
0,98
samping
Faktor koreksi terhadap ukuran kota
FCsc
1
KAPASITAS
C
2.842
Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter
Makassar, 2015

Tabel 2.25 Kapasitas ruas jalan Datumuseng


Parameter
Kapasitas dasar
Faktor koreksi terhadap lebar jalur
Faktor koreksi terhadap pembagian arah
Faktor
koreksi
terhadap
gangguan
samping
Faktor koreksi terhadap ukuran kota
KAPASITAS

Simbol

Nilai

Co
FCw
FCsp
FCsf

2900
1
1
0,91

FCsc
C

1
2.639

Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter


Makassar, 2015
2) Karakteristik Lalulintas

PT. Porter Hotel Makassar

II-84

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Karakteristik volume lalulintas yang disurvei adalah pada


kondisi peak day (hari sibuk), dalam hal ini adalah hari libur dan hari
kerja. Pada studi ini, volume lalulintas diambil selama satun minggu
dari jam7.00 18.00, selama pengambilan survey volume lalulintas
diambil

pada

Jalan

Lamadukelleng.

Data

volume

ini

direkap

berdasarkan jam. Dapat dilihat pada tabel


B. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya
1. Demografi
Secara administrasi lokasi pembangunan Hotel Porter Makassar
terletak di Kel. Maloku, Kec. Ujung pandang, Kota Makassar. Dalam
kurun waktu tahun 2010-2013 jumlah penduduk Kecamatan Ujung
Pandang berfluktuasi setiap tahun. Jumlah penduduk hasil sensus
penduduk tahun 2010 di Kecamatan Ujung Pandang sebanyak 26.904
jiwa, kemudian pada tahun 2013 sebanyak 27.802 jiwa. Berdasarkan
jenis kelamin tampak bahwa jumlah penduduk laki-laki sekitar 13.114
jiwa dan perempuan sekitar 14.688 jiwa. Dengan demikian rasio jenis
kelamin adalah sekitar 89,28 % yang berarti setiap 100 orang
penduduk perempuan terdapat sekitar 89 orang penduduk laki-laki.
Kelompok umur 20-24 tahun tercatat mempunyai populasi terbanyak
yaitu 3.252 jiwa, menyusul umur 25-29 tahun sebesar 2.750 jiwa
sedangkan kelompok umur 65+ tahun hanya 1.485 jiwa.
Tabel. 2.26. Jumlah rumah tangga, penduduk, dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Ujung Pandang
Tahun 2013
Desa/kelurah Luas
Rumah
Penduduk
Kepadatan Per
an
(km2)
Tangga
km2
Lae-lae
0.22
354
1727
7850
Losari
0.27
353
2055
7611
Mangkura
0.37
320
1457
3937
Pisang
0.18
811
3940
21888
Selatan
Lajangiru
0.20
1028
5966
29830
Sawerigading
041
379
1616
3941
Maloku
0.20
561
2456
12280
Bulogading
0.23
588
2704
11756
PT. Porter Hotel Makassar

II-85

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Desa/kelurah Luas
Rumah
Penduduk
Kepadatan Per
an
(km2)
Tangga
km2
Baru
0.21
415
1569
7741
Pisang utara
0.34
982
4312
12682
Kecamatan
2.63
5791
27802
10571
Sumber: Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2014
Tabel 2.18 menunjukkan Jumlah rumah tangga, penduduk, dan
kepadatan

penduduk

menurut

kelurahan

di

Kecamatan

Ujung

Pandang Tahun 2013. Jumlah penduduk Kecamatan Ujung Pandang


pada tahun 2013 adalah 27802 jiwa dengan kepadatan penduduk
sebesar 10571 jiwa/ km2. Jumlah penduduk di Kelurahan Maloku
adalah 2456 jiwa dengan kepadatan penduduk 12280jiwa/ km2.
Tabel 2.27. Banyaknya penduduk Menurut Kelurahan dan Jenis
Kelamin dan seks Rasio di Kecamatan Ujung Pandang Tahun
2013
Desa/kelurah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex Rasio
an
Lae-lae
865
862
1727
100.35
Losari
809
1246
2055
64.93
Mangkura
730
727
1457
100.41
Pisang
1914
2026
3940
94.47
Selatan
Lajangiru
2793
3173
5966
88.02
Sawerigading
750
866
1616
86.61
Maloku
1147
1309
2456
87.62
Bulogading
1245
1459
2704
85.33
Baru
792
777
1569
101.93
Pisang utara
2069
2243
4312
92.24
Kecamatan
13114
14688
27802
89.28
Sumber: Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2014
Tabel 2.19

menunjukkan

banyaknya penduduk Menurut

Kelurahan dan Jenis Kelamin dan seks Rasio di Kecamatan Ujung


Pandang Tahun 2013. Jumlah penduduk di Kecamatan Ujung Pandang
yang

berjenis

kelamin

laki-laki

adalah

13114

jiwa

sedangkan

perempuan 14688 jiwa dengan sex ratio laki-laki terhadap perempuan


adalah 89.28%. Jumlah penduduk di Kelurahan Maloku yang berjenis
kelamin laki-laki adalah 1147 jiwa sedangkan perempuan 1309 jiwa
dengan sex ratio laki-laki terhadap perempuan adalah 87.62%.

PT. Porter Hotel Makassar

II-86

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Kelompok umur penduduk di Kecamatan Maloku adalah pada


umumnya kelompok umur 20 sampai dengan 24 tahun yaitu 3252
jiwa.
Tabel. 2.28. Banyaknya Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis
Kelamin di Kecamatan Ujung Pandang Tahun 2013
Jenis Kelamin
Kelompok
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Umur
1
2
3
4
0-4
1072
1046
2117
5-9
1069
1021
2089
10-14
1018
990
2008
15-19
1193
1449
2642
20-24
1470
1781
3252
25-29
1323
1427
2750
30-34
1152
1236
2388
35-39
945
1043
1988
40-44
822
906
1728
45-49
711
807
1518
50-54
581
645
1226
55-59
397
519
916
60-64
353
445
798
65+
578
907
1485
Jumlah
12684
14220
26904
Sumber: Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2014
2. Mata Pencaharian Masyarakat
Jenis mata pencaharian responden di wilayah studi adalah
pedagang, wiraswasta, buruh, sopir/T.Becak, buruh, pegawai negeri
sipil

(PNS)

dan

usaha

membuka

warung/kios.

Data

berikut

memperlihatkan jumlah dan persentase jenis mata pencaharian


responden.
Tabel 2.29 Jenis Mata Pencaharian Responden pada Wilayah Studi
No

Jenis Mata
Pencaharian

Pedagang

Wiraswasta

Buruh

RT I
n =20
Resp
%
6
30.0
0
7
35.0
0
1
5.00

PT. Porter Hotel Makassar

RW IV Kelurahan Maloku
RT II
RT III
n =15
n = 15
Resp
%
Resp
%
2
13.33
5
33.33
5

33.33

46.67

6.67

0.00

Total
n = 50
Resp
%
13
26.00
19
2

38.00
4.00
II-87

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Sopir/T.Becak

5.00

0.00

6.67

4.00

PNS

5.00

13.33

0.00

6.00

Warung/kios

20.0
0

33.33

13.33

11

22.00

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015


Tabel

di

atas

memperlihatkan

bahwa

mata

pencaharian

tertinggi responden di lokasi studi umumnya adalah bekerja sebagai


wiraswasta sebanyak 38,00 persen, disusul dengan mata pencaharian
sebagai Pedagang sebanyak 26,00 persen, PNS sebanyak 6,00
persen, sementara memiliki mata pencaharian sebagai buruh dan
sopir/tukang becak sebanyak 4,0 %.

Untuk wiraswasta umumnya

responden di wilayah studi memiliki usaha lebih dari satu.


3. Tingkat Pendapatan Masyarakat
Tabel 2.30. Tingkat Pendapatan Responden
No

Tingkat Pendapatan
(Rp)

< Rp 500.000

500.000 1.000.000

1.000.000 2.000.000

> 2.000.000

RW IV Kelurahan Maloku
RT I
RT II
RT III
Jumlah
n =20
n =15
n = 15
n = 50
Resp
%
Res
% Resp
% Resp
%
p
1
5.00
2
13.3
1
6.67
4
8.00
3
6 30.00
4
26.6
3
20.0
13 26.00
7
0
9 45.00
7
46.6
6
40.0
22 44.00
7
0
4 20.00
2
13.3
5
33.3
11 22.00
3
3

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015


Pada Tabel 2.31. menunjukkan kisaran rata-rata pendapatan
responden per bulan di wilayah studi sangat bervariasi. Penghasilan
tertinggi

sebanyak

pendapatan antara

44,00 persen responden dengan tingkat

Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000, disusul dengan

tingkat pendapatan antara Rp. 500.000 Rp. 1.000.000,-

yaitu

sebanyak 26 persen, pendapatan di atas Rp 2.000.000,- sebanyak 22


persen dan yang terendah adalah pendapatan di bawah Rp. 500.000,juta sebanyak 8 persen.
4. Sarana Sosial
PT. Porter Hotel Makassar

II-88

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

- Status Tempat Tinggal


Status tempat tinggal responden di wilayah studi dapat
dibedakan ke dalam 3 jenis yaitu status milik, sewa dan tanah negara.
Berikut ini diperlihatkan status tempat tinggal responden pada
wilayah studi.

Tabel 2.31. Status Tempat Tinggal Responden


No
1
2
3

Status
tempat
tinggal
Milik
Sewa
Tanah negara

RT I
n = 20
Resp
%
18 90.00
2 10.00
-

RW IV Kelurahan Maloku
RT II
RT III
n = 15
n = 15
Resp
%
Resp
%
13 86.67
14
93.33
2 13.33
1
6.67
-

Jumlah
n = 50
Resp
%
45
90.00
5
10.00
-

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015


Pada Tabel 2.32. di atas menunjukkan bahwa status tempat
tinggal responden pada umumnya adalah pemilik, sebanyak 90,00
persen, responden dengan status sebagai sewa sebanyak 10,00
persen.

Sedangkan responden yang menempati rumah/tanah yang

berstatus sebagai tanah negara tidak dijumpai pada wilayah studi, hal
ini membuktikan bahwa status kepemilikan tanah pada keempat RT
ini umumnya sudah menjadi hak milik yang dibuktikan dengan
legalitas berupa sertifikat hak milik.
- Lama tinggal
Lama tinggal responden berada pada kisaran di atas 10 sampai
dengan lebih dari 30 tahun.

Pada tabel terlihat bahwa penduduk

yang tinggal di lokasi studi lebih banyak yang bermukim antara 10


20 tahun yakni sebanyak 44 persen, kemudian antara 21 30 tahun
sebanyak 26 persen. Terutama pada pemukiman yang berada pada
pinggir jalan raya. Sedangkan pada wilayah studi yang bermukim di
atas 31 tahun sebanyak 20 persen.
Tabel 2.32. Lama Tinggal Responden di Lokasi Wilayah Studi
PT. Porter Hotel Makassar

II-89

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


Lama Tinggal
(Tahun )

No

1
2
3
4

RT I
n =20
Resp
%

< 10
11 20
21 30
>31

2
11
5
2

10.00
55.00
25.00
10.00

KA-ANDAL

RW IV Kelurahan Maloku
RT II
RT III
Total
n =15
n = 15
n = 50
Resp
%
Res
% Resp
%
p
1
6.67
2 13.33
5
10.00
4 26.67
7 46.67
22
44.00
7 46.67
1
6.67
13
26.00
3 20.00
5 33.33
10
20.00

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015


- Kualitas Rumah Tinggal
Kualitas bangunan rumah tinggal yang dimiliki atau ditinggali
responden pada ketiga RT di RW IV kelurahan Maloku, umumnya
adalah kualitas bangunan rumah permanen sebanyak 94 persen.
Bangunan ini terbuat dari bahan batu merah dan semen, terutama
pada lokasi-lakasi yang yang berada di jalan Poros Lamadukelleng,
Muktar Luthfi, dan Jl. Ali Malaka. Namun demikian masih juga terdapat
bangunan rumah yang sifatnya semi permanen sebanyak 6,00
persen.
Tabel 2.33. Kualitas Bangunan Tempat Tinggal Responden
No
1
2
3

Kualitas
Bangunan
Papan/kayu
Semi
permanen
Permanen

RT I
n = 20
Resp
%
2 10.00
18

90.00

RW IV Kelurahan Maloku
RT II
RT III
n = 15
n = 15
Resp
%
Resp
%
1
6.67
0
0.00
14

93.33

15

100.0
0

Total
n = 50
Resp
%
0.00
3
6.00
47

94.00

Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2015


5. Sosial Budaya
Penduduk yang berdomisili di wilayah studi (RW IV) berasal dari
berbagai suku, namun umumnya adalah suku Bugis Makassar dan
masyarakat Tionghoa.

Proses sosial sudah berjalan cukup lama

terutama pada pemukiman-pemukiman penduduk yang padat seperti


di RT I, dan RT II. Berbagai aktivitas yang dilakukan penduduk di

PT. Porter Hotel Makassar

II-90

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

wilayah studi seperti berdagang, wiraswasta, buruh, pegawai dan lain


sebagainya.
Masyarakat yang bermukim di wilayah studi, telah lama
bermukim secara permanen dimana lebih dari 20 tahun dan
mempunyai aktivitas perdagangan dan jasa terutama daerah sekitar
Hotel Porter. Dengan demikian telah terjalin proses sosial secara
intens dan dinamis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Konflik sosial dan kerjasama di dalam masyarakat terutama di wilayah
studi merupakan fenomena yang jarang ditemukan/terjadi.
Beberapa

nilai

yang

mengawali

pembentukan

budaya

Makassar, nilai-nilai tersebut diciptakan karena dimuliakan oleh


leluhur sebagai peletak dasar masyarakat dan kebudayaan Makassar.
Kemudian dialihkan secara turun temurun dari generasi ke generasi
dengan cara menasihatkan atau memesankannya. Nasihat tersebut
terdapat dalam Lontara-lontara yang disebut Pasang. Pasang yang
berarti wasiat yang dipertahankan, yang ditekankan pada keharusan
dan pantangan. Orang yang memeliharanya akan selalu terpandang
dalam masyarakat, sebaliknya orang yang tidak mengindahkan akan
menanggung sanksi sosial yang amat besar.
a. Adat Istiadat, Kerjasama/Gotong Royong
Berbagai etnis yang bermukim di lokasi studi secara permanen
yang melakukan berbagai aktivitas sehingga terjadi interaksi dan
komunikasi dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial maupun
ekonomi.

Proses sosial dengan berbagai etnis yang berakibat

terjadinya peleburan sistem nilai budaya baru mencakup nilai dan


norma sosial serta adat istiadat telah ditolerasi dalam sistem sosial
dalam masyarakat.
Kondisi sosial budaya di lokasi studi meliputi penduduk yang
bermukim secara permanen seperti pada RW IV terutama yan
terdapat di RT I, RT II, dan RT III di Kelurahan Maloku Kecamatan Ujung
Pandang. Pada Tabel 2.36 memperlihatkan bahwa kebiasaan atau
adat istiadat yang dianut oleh warga masih tetap dipatuhi dan
PT. Porter Hotel Makassar

II-91

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

diterapkan oleh masyarakat seperti perkawinan, demikian pula


dengan kerjasama dan gotong royong yang dilakukan oleh warga
masih tetap berlangsung di daerah ini.
Tabel 2.34. Kegiatan Sosial yang ada di Lokasi Studi
RW IV Kelurahan Maloku
RT I
RT II
RT III
Total
n=
%
n=
%
n=
%
n = 50
%
20
15
15
1. Masih ada kegiatan adat, Kerjasama & Gtg royong
a. Ya
19
95.00
13
86.67
14
93.33
46
92.00
Uraian

b. Jarang

2. Jenis-jenis kegiatan
a.
12
Perkawinan
b. Kerja
2
bakti
c. Kematian
6
d. Sunatan
-

5.00

13.33

6.67

8.00

60.00

46.67

11

73.33

30

60.00

10.00

26.67

13.33

16.00

30.00
-

4
-

26.67
-

2
-

13.33
-

12
-

24.00
-

Sumber : Data Primer diolah, Tahun 2015


b. Proses Sosial
Kegiatan pertemuan antar warga baik tingkat RW maupun
untuk tingkat kelurahan. Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang berupaya
penanggulangan

kemiskinan

melalui

konsep

memberdayakan

masyarakat, dan kelompok peduli setempat, sehingga diharapkan


dapat terbangun gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan
dan pembangunan berkelanjutan, yang bertumpu pada nilai-nilai
luhur dan prinsip-prinsip universal. Kelembagaan ini dibangun oleh
dan untuk masyarakat, yang selanjutnya dipercaya mengelola secara
partisipatif.
Pembahasan dalam pertemuan menyangkut kegiatan mengenai
lingkungan warga, hari raya keagamaan, nasional maupun hal lain
yang berkaitan dengan kepentingan umum.
proyek atau bantuan-bantuan untuk

Selain itu berbagai

masyarakat miskin seperti

bantuan dana pendidikan siswa miskin atau lebih dikenal BSM,


bantuan program simpanan keluarga sejahtera (PSKS), P2KP dan

PT. Porter Hotel Makassar

II-92

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

lainnya. Dinamika masyarakat dalam proses sosial antara kelompok


atau warga masyarakat sering terjadi.
Tabel 2.35. Proses Sosial Di Wilayah Studi Rencana Pembangunan
Hotel Porter
RW IV Kelurahan Maloku
RT I
RT II
RT III
n=
%
n=
%
n=
%
20
15
15
1. Pertemuan-pertemuan antar kelompok masyarakat
a. Ya
15
75
9 60.00
8 53.33
b. Jarang
5
25
6 40.00
7 46.67
2. Jenis pertemuan
a. Pertemuan
3 20.00
2
6.67
5 33.33
mengenai
keagaman
b. Pertemuan
13 86.67
10 66.67
9 60.00
mengenai
lingkungan warga
c . Pertemuan
4 26.67
3 20.00
1
6.67
mengenai
hari
besar RI
d. Pertemuan
mengenai
keswadayaan
3. Konflik sosial antar kelompok masyarakat sering terjadi
a. Ya
6 30.00
2 13.33
5 16.67
b. Tidak
14 70.00
13 43.33
10 33.33
4. Tindakan kriminal yang sering terjadi
a. Ya
7 35.00
4 26.67
4 26.67
b. Jarang
13 65.00
11 73.33
11 73.33
5. Penyelesaian tindakan kriminal
a. Polisi
10 50.00
10 66.67
11 73.33
b. Tokoh
agama/Tokoh
masyarakat
c. Aparat
4 20.00
3 20.00
1
6.67
Kelurahan
d.Kekeluargaan
5 25.00
2 13.33
2 13.33
e.Tidak tahu
1
5.00
0
0.00
1
6.67
Uraian

Total
n = 50
%
32
18

64.00
36.00

10

20.00

32

64.00

16.00

13
37

13
37

15
35

30.00
70.00

31

62.00
-

16.00

9
2

18.00
4.00

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015


Konflik sosial antar warga juga masih sering terjadi baik antar
anak-anak muda atau berbagai kelompok kepentingan di wilayah
studi. Tindakan kriminal lain seperti minum-minuman keras, judi dan
pencurian masih sering terjadi di daerah ini. Tindakan-tindakan
tersebut dilakukan secara spontan oleh kelompok pemuda dan tidak

PT. Porter Hotel Makassar

II-93

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

direncanakan secara terorganisasi. Penyelesaian tindak kriminal


biasanya

dilakukan

dan

diamankan

oleh

pihak

yang

berwajib

(Kepolisian) maupun secara kekeluargaan oleh aparat Kelurahan


Maloku, tokoh agama, maupun tokoh masyarakat.
6. Sikap dan Persepsi Responden
Untuk mengetahui sikap dan persepsi responden terhadap
rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar, diuraikan sebagai
berikut
a. Identitas Responden
-

Umur responden

Umur responden berada pada kisaran 20 - > 60 tahun, dimana


kisaran umur tertinggi berada pada 41 50 tahun sebanyak 49,00
persen kemudian umur antara 31 40 tahun sebanyak 26,00 persen.
Sedangkan umur 20 30 tahun hanya 12 persen.
Tabel 2.36. Umur Responden pada Lokasi Wilayah Studi
No
1
2
3
4
5

Umur
(Tahun )
20 30
31 40
41 50
51 60
> 61

RT I
n =20
Resp
%
4
20
6
30
7
35
3
15
0
0

RW IV Kelurahan Maloku
RT II
RT III
n = 15
n = 15
Resp
%
Resp
%
1
6.67
1
6.67
4
26.67
3
20.00
8
53.33
5
33.33
2
13.33
4
26.67
0
0.00
2
13.33

Total
n = 50
Resp
%
6
12.00
13
26.00
20
40.00
9
18.00
2
4.00

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015


- Jenis kelamin
Umumnya responden yang diwawancarai adalah berjenis kelamin lakilaki yaitu sebanyak 84,00 persen, dan berjenis kelamin perempuan
sebanyak 16,00 persen.

Tabel 2.37. Jenis Kelamin Responden


RW IV Kelurahan Maloku

PT. Porter Hotel Makassar

II-94

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


No

Jenis
Kelamin

1
2

Laki-laki
Perempuan

RT I
n =20
Resp
%
17
85.00
3
15.00

KA-ANDAL

RT II
n = 15
Resp
%
14
93.33
1
6.67

RT III
n = 15
Resp
%
11 73.33
4 26.67

Total
n = 50
Resp
%
42
84.00
8
16.00

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015


- Tingkat Pendidikan
Tingkat

pendidikan

responden

umumnya

berada

pada

tingkat

pendidikan SLTA (52,00 %), sedangkan responden dengan tingkat


pendidikan akademi atau perguruan tinggi hanya sebanyak 14,00
persen.
Tabel 2.38. Tingkat Pendidikan Responden
No

Tingkat
Pendidikan

SD
Tidak
tamat
SD tamat
SLTP
SLTA
Ak/PT

2
3
4
5

RW IV Kelurahan Maloku
RT II
RT III
n = 15
n = 15
Resp
%
Res
%
p
0
0.00
1
6.67

RT I
n =20
Resp
%
1

5.00

2
3
14

10.00
15.00
70.00
0.00

2
4
5
4

13.33
26.67
33.33
26.67

1
3
7
3

Total
n = 50
Resp

6.67
20.00
46.67
20.00

4.00

5
10
26
7

10.00
20.00
52.00
14.00

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015


b. Sikap dan Persepsi Responden
Sikap dan persepsi responden terhadap rencana pembangunan Hotel
Porter Makassar diperlihatkan pada Tabel berikut
Tabel 2.39. Sikap dan Persepsi responden terhadap proyek di Wilayah
Studi
No

Persepsi
Responden

1
a.

Persepsi Responden
Tahu

b
.
2.
a.

Tidak tahu

b
c.

RT I
n = 20
Resp
%
9
11

RW IV Kelurahan Maloku
RT II
RT III
Total
n = 15
n = 15
n = 50
Resp
%
Resp
%
Resp
%

60.0
0
73.3
3

7
8

Sumber Informasi
Dari mulut ke mulut

0.00

Tokoh Masyarakat

Kepala Kelurahan/Kecamatan/Pemda

35.0
0
40.0
0

PT. Porter Hotel Makassar

46.6
7
53.3
3

12

80.0
0
20.0
0

28

56.00

22

44.00

20.0
0
33.3
3
26.6
7

6.67

8.00

11

73.3
3
13.3
3

23

46.00

14

28.00

II-95

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


d

e.
3.
a.
b
.
4.
a.
b

c.
d

e.
f.

Surat kabar

Pihak Hotel Porter


1
Pendapat tentang Rencana
Pembangunan Hotel Porter
Senang/menerima
16

a.
b.

Tidak Bersedia

7.

Alasan bersedia
bekerja
Menambah pendapatan
keluarga
Memperluas kesempatan
kerja
Pekerjaan yang
ditawarkan sesuai
dengan bidang keahlian
Jika upah yang
ditawarkan cocok
Alasan tidak bersedia
bekerja
Sudah ada pekerjaan

b.
c.
6.

a.
b.
c.
d.
8.
a.

20.0
0
5.00

2
1

80.0
13
0
Tidak
senang/tidak
4 20.0
2
menerima
0
Alasan senang dengan rencana kegiatan
Terbukanya kesempatan
10
50.0
7
kerja dan berusaha
0
Sebagai tanda partisipasi
0
0.00
1
dalam pembangunan
Daerah akan semakin
0
0.00
2
ramai
Meningkatkan
moblitas
4
20.0
3
perekonomian di daerah
0
ini
Program pemerintah
0
0.00
0
Masyarakat
tidak
dirugikan
Alasan tidak senang
Menimbulkan kerusakan
lingkungan sekitar
Menimbulkan
kemacetan
Menimbulkan
pergeseran nilai budaya
Jika
ada
keluar
ga
yang
bekerj
a
Bersedia

5.
a.

KA-ANDAL

PT. Porter Hotel Makassar

30.0
0
2
2
0

16

50.0
0
50.0
0
0.00

6.67

14.00

0.00

4.00

86.6
7
13.3
3

14

93.3
3
6.67

43

86.00

14.00

46.6
7
6.67

60.00

33.3
3
6.67

6.67

13.3
3
20.0
0

6.67

6.67

26.6
7

13.33

0.00

6.67

0.00

13.3
3
6.67

6.67

0.00

57.14

42.86

0.00

100.
00
0.00

0.00

12

68.7
5
25

6.25

75

11

100.
00
0.00

80.0
0
20.0
0

13.3
3
6.67

80.0
0
20.0
0

10

41.6
7
41.6
7
33.3
3

25.0
0

100.
00

66.6
7
33.3
3

38

76

12

24

50.0
0
10.0
0
10.0
0

21

55.26

10

26.32

15.79

30.0
0

15.79

80

10

83.33

1
1

II-96

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


b.

Hanya akan melibatkan


tenaga kerja dari luar

25

KA-ANDAL
0

0.00

20

16.67

Sumber : Data Primer diolah, Tahun 2015

Sikap

dan

persepsi

masyarakat

terhadap

rencana

pembangunan Hotel Porter Makassar diwilayah studi, sebanyak 56,00


persen penduduk mengetahui akan rencana pembangunan Hotel
Porter Makassar, sedangkan yang tidak mengetahui
sebanyak 44,00 persen.

mengetahui

Sumber informasi yang diterima lebih

banyak berasal dari tokoh masyarakat (46,00 persen), dari kepala


kelurahan/kepala Kelurahan Maloku/pemda sebanyak 28,00 persen
dan melalui surat kabar sebanyak 14,00 persen. Sebanyak 86,00
persen

responden

merasa

senang/menerima

adanya

rencana

Pembangunan hotel Porter Makassar, sisanya 14,00 persen merasa


tidak

senang/tidak

menerima. Alasan yang diberikan terhadap

jawaban senang adalah jika pembangunan berjalan akan terbuka


kesempatan kerja dan berusaha (60,00 persen), meningkatkan
mobilitas perekonomian di daerah ini (13,00 persen). Responden yang
memberikan

jawaban

tidak

senang

mengatakan

jika

proyek

terlaksana khususnya pada saat konstruksi berlangsung dapat


menimbulkan kerusakan lingkungan berupa gangguan terhadap
bangunan sekitarnya atau rumah mereka bisa retak (57,14 persen)
dan akan menimbulkan kemacetan baru (42,86 persen).
Menurut responden dampak positif dari rencana pembangunan
Hotel Porter Makassar
kesempatan

berusaha

akan terbukanya kesempatan kerja dan


dan

akan

meningkatkan

mobilitas

perekonomian di daerah ini. Bagi responden yang menyatakan tidak


senang dengan rencana pembangunan Hotel Porter dengan alasan
bahwa akan menimbulkan kerusakan lingkungan sekitar.
Umumnya responden memberikan respon positif jika ada
keluarga atau anggota keluarga ingin terlibat dalam kegiatan
pembangunan dan operasional Hotel Porter Makassar (76,00 persen),
sedangkan tidak bersedia hanya sebanyak 24,00 persen.
PT. Porter Hotel Makassar

Alasan
II-97

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

bersedia

terlibat/bekerja

pada

KA-ANDAL

kegiatan

pembangunan

dan

operasional Hotel Porter sebanyak 55,00 persen memberikan jawaban


menambah

pendapatan

keluarga,

memperluas kesempatan kerja,

kemudian

26,00

persen

dan 15,79 persen memberikan

jawaban jika pekerjaan yang ditawarkan sesuai dan upah yang


ditawarkan cocok. Bagi responden yang tidak bersedia bekerja jika
kegiatan pembangunan berjalan dengan alasan, tenaga kerja yang
akan bekerja hanya akan melibatkan tenaga kerja dari luar, dan
sudah ada pekerjaan yang dikerjakan.

c. Harapan-harapan Responden
Harapan

responden jika proyek akan dilaksanakan baik pada

tahap konstruksi maupun tahap operasional seperti membuka seluasluasnya kepada masyarakat sekitar untuk membuka kesempatan
kerja dan berusaha di daerah rencana kegiatan (54,00 persen),
melibatkan tenaga kerja lokal pada saat pelaksanaan konstruksi
(30,00 persen), masyarakat sekitar lokasi rencana kegiatan dapat
memanfaatkan fasilitas umum yang dibangun oleh pihak Porter Hotel
Makssar (4,00 persen), disamping itu menciptakan pelayanan hunian
yang lebih baik dan nyaman serta tidak membuat kemacetan (4,00
persen).

Sedangkan dari sosialisasi yang telah dilaksanakan oleh

pihak Hotel Porter Makssar, masyarakat yang tinggal di sekitar


rencana

lokasi

pembangunan

Hotel

Porter

lebih

banyak

mengharapkan adanya binaan antara pihak Hotel Porter Makssar


dengan masyarakat yang tinggal sekitar rencana pembangunan Hotel
Porter.
Tabel
No

2.40. Harapan Responden Berkaitan


Pembangunan Hotel Porter Makassar

Harapan responden berkaitan


dengan pembangunan Hotel
Porter

PT. Porter Hotel Makassar

RT I
n = 20

dengan

Rencana

RW IV Kelurahan Maloku
RT II
RT III
n = 15
n = 15

Total
n = 50

II-98

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

1.

2.
3.

4.

Membuka
seluas-luasnya
kepada
masyarakat
kesempatan
kerja
dan
berusaha di sekitar rencana
kegiatan
Melibatkan tenaga kerja lokal
(penduduk sekitar )
Masyarakat sekitar dapat
menikmati fasilitas umum
dan fasilitas sosial yang
dibangun oleh pihak hotel
Porter
Meningkatkan
pelayanan
Hunian yang lebih baik dan
nyaman serta tidak membuat
kemacetan

KA-ANDAL

Resp

Resp

10

50.0
0

40.0
0

35.0
0
5.00

40.0
0
6.67

10.0
0

13.3
3

Re
sp
11

Resp

73.3
3

27

54.0
0

13.3
3
0.00

15

30.0
0
4.00

13.3
3

12.0
0

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015

7. PAD dan PDRB


Tabel 2.42 menunjukkan produk domestik regional bruto atas
dasar harga berlaku menurut lapangan usaha kota makassar tahun
2009-2013. PDRB atas dasar harga berlaku Kota Makassar pada tahun
2009 adalah Rp. 31.263.651.650.000,- dan pada tahun 2013 naik
menjadi Rp. 58.802.52.530.000,-. PDRB atas dasar harga berlaku
tertinggi terdapat pada lapangan usaha perdagangan, hotel dan
restoran dimana pada tahun 2013 sekitar Rp. 17.273.904.690.000,-.
Tabel 2.41. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Kota Makassar Tahun 2009-2013
(Juta Rp)
Lapangan
Usaha
1. Pertanian
Tanaman
Bahan
Makanan
Tanaman
Perkebunan
Peternakan
dan
Hasilhailnya
Kehutanan
Perikanan
2. Pertamban
gan
dan
penggalian

2009

2010

2011

2012

2013

256.599,79
26.413,39

271.008,77
26.783,58

288.085,27
26.617,65

300.812,67
26.263,52

321.392,22
25.810,11

23.613,81

23.293,23

23.138,37

23.274,55

24.205,53

206.572,59
2.945,54

220.931,96
2.430,86

238.329,26
1.971,79

251.274,61
1.573,13

271.376,52
1.423,46

PT. Porter Hotel Makassar

II-99

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


Lapangan
Usaha
Minyak
dan
Gas Bumi
Pertambanga
n
Bukan
Migas
Penggalian
3. Industry
Pengolaha
n
Indsutri migas
Industri Tanpa
Migas
Makanan,
minuman dan
tembakau
Tekstil,
barang
kulit
dan alas kaki
Barang kayu
dan
hasil
hutan lainnya
Kertas
dan
barang
cetakan
Pupuk, kimia
dan
barang
dari karet
Semen
dan
barang galian
bukan logam
Logam dasar
besi dan baja
Alat
angk.mesin
dan
peralatannya
Barang
lainnya
4. Listrik, Gas
dan
Air
bersih
Listrik
Gas kota
Air bersih
5. Konstruksi
6.

Perdag,Hot
el
dan
Restoran
Perdagangan
besar
dan
eceran
Hotel
Restoran

7.

Pengangku
tan
dan
Komunikasi
Pengangkutan

2009

2010

KA-ANDAL
2011

2012

2013

2.945,54
6.484.958,8
6

2.430,86
7.287.914,6
3

1.971,79
8.206.704,1
3

1.573,13
9.042.273,2
3

1.423,46
10.063.173,
23

6.484.958,8
6
4.060.454,8
3

7.287.914,6
3
4.653.924,3
7

8.206.704,1
3
5.408.363,5
7

9.042.273,2
3
5.971.396,0
3

10.063.173,
23
6.704.379,3
5

116.715,02

132.502,44

150.690,87

171.863,12

186.705,81

1.004.358,5
6

1.079.993,0
6

1.147.403,6
3

1.229.983,5
6

1.307.936,5
1

170.108,09

183.308,47

202.845,36

236.702,23

307.144,66

46.162,92

51.216,49

55.371,10

59.490,66

64.628,48

640.278,60

705.200,75

773.524,36

853.515,40

927.227,98

285.588,12

311.998,34

343.467,60

381.194,51

405.380,17

144.427,16

151.090,61

104.057,93

115.412,72

134.115,80

16.865,55

18.680,11

20.979,79

22.715,00

25.654,47

560.887,72

670.435,23

762.502,21

865.954,56

975.149,44

493.912,14
66.975,58
2.483.832,6
1
8.974.100,4
4

600.581,24
69.853,99
2.898.340,3
7
10.763.583,
18

656.530,63
105.971,59
3.356.010,0
4
12.781.102,
14

749.966,22
115.988,35
3.848.112,6
3
14.888.102,
54

842.430,52
132.718,92
4.621.583,2
7
17.273.904,
69

8.066.594,3
5

9.701.231,7
5

11.543.077,
71

13.442.030,
33

15.583.054,
28

172.594,33
734.911,75

214.225,66
848.125,78

250.315,15
987.709,28

4.356.485,7
4

5.302.664,0
6

6.236.356,1
6

294.100,13
1.151.972,0
9
7.729.553,9
9

345.572,89
1.343.277,5
2
8.984.441,9
1

3.563.415,0
6

4.368.936,0
0

5.134.626,0
6

6.369.524,7
3

7.412.209,6
9

PT. Porter Hotel Makassar

II-100

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


Lapangan
Usaha
Angkutan
jalan rel
Angkutan
jalan raya
Angkutan laut
Angkutan
sungai, danau
dan
penyebranga
n
Angkutan
Udara
Jasa
Penunjang
Angkutan
Komunikasi
Pos
dan
telekomunika
si
Jasa
penunjang
Komunikasi
8. Keu,Real
Estate dan
Jasa
Perusahaa
n
Bank
Lembaga
keuangan
bukan Bank
Jasa
penunjang
keuangan
Sewa
bangunan
Jasa
perusahaan
Jasa-jasa
Pemerintahan
umum
Adm.
Pemerintah
dan
pertahanan
Jasa
pemerintah
lainnya
Swasta
Jasa
social
kemasyarakat
an
Jasa hiburan
dan rekreasi
Jasa
perorangan

2009

2010

KA-ANDAL
2011

2012

2013

745.584,94

832.727,23

945.245,47

685.276,95

751.522,26

827.038,11

1.053.655,9
4
949.914,20

1.185.664,3
2
1.100.877,0
1
-

1.814.639,0
4
317.914,13

2.412.722,2
4
371.964,26

2.935.414,6
3
426.927,85

3.892.950,9
4
473.003,64

4.500.682,0
3
624.986,33

793.070,68

933.728,06

655.630,32

774.527,61

1.101.730,1
0
913.070,58

1.360.029,2
6
1.140.372,9
9

1.572.232,2
2
1.323.346,2
0

137.440,37

159.200,45

188.659,52

219.656,27

248.886,02

3.179.778,5
3

3.793.000,0
9

4.710.227,1
9

5.724.216,6
7

7.099.179,5
8

1.735.186,0
0
222.306,28

2.091.569,0
0
261.485,66

2.705.503,4
6
302.463,83

3.426.874,1
4
364.341,97

4.342.305,9
4
447.787,92

935.669,04
286.617,22

1.116.595,4
9
323.349,82

1.325.166,5
1
377.093,39

1.507.497,2
8
425.503,28

1.811.205,6
7
497.880,05

4.964.062,4
2
4.510.529,4
4
3.259.669,8
2

6.018.074,7
5
5.465.709,6
2
3.965.035,9
3

7.065.190,8
8
6.432.878,7
8
4.663.126,7
7

8.301.801,1
5
7.541.976,6
7
5.475.712,8
3

9.462.304,7
3
8.575.265,0
6
6.216.120,2
5

1.250.859,6
32

1.503.673,6
9

1.769.752,0
1

2.066.263,8
4

2.359.144,8
1

453.532,98
229.436,34

552.365,13
266.734,90

652.312,11
318.797,93

759.824,48
373.876,24

887.039,67
430.739,57

40.234,21

70.452,71

84.459,88

102.152,60

121.884,61

183.862,44

215.177,52

249.054,30

283.795,64

334.415,49

PT. Porter Hotel Makassar

II-101

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


Lapangan
Usaha
dan
rumah
tangga
PDRB

2009

2010

31.263.651,
65

KA-ANDAL
2011

37.007.451,
94

2012

43.428.149,
82

2013

50.702.400,
57

58.802.52,5
3

Tabel 2.42 menunjukkan produk domestik regional bruto atas


dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha Kota Makassar
tahun 2009-2013. PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kota
Makassar pada tahun 2009 adalah Rp. 14.798.187.680.000,- dan
pada tahun 2013 naik menjadi Rp. 21.327.227.880.000,-.PDRB atas
dasar harga konstan 2000 tertinggi terdapat pada lapangan usaha
perdagangan, hotel dan restoran dimana pada tahun 2013 sekitar Rp.
6.366.686.380.000,Tabel 2.42. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Makassar Tahun 20092013 (Juta Rp)
LAPANGAN
USAHA
1. Pertanian
Tanaman Bahan
Makanan
Tanaman
Perkebunan
Peternakan dan
Hasil-hailnya
Kehutanan
Perikanan
2. Pertambangan
dan
penggalian
Minyak dan Gas
Bumi
Pertambangan
Bukan Migas
Penggalian
3. Industry
Pengolahan
Indsutri migas
Industri
Tanpa
Migas
Makanan,
minuman
dan
tembakau
Tekstil,
barang
kulit dan alas
kaki
Barang kayu dan
hasil
hutan

2009

2010

2011

2012

2013

100.328,28
13.414,54

102.025,94
13.032,56

103.144,16
11.653,76

104.093,67
10.817,40

105.134,45
10,078.30

11.306,55

11.072,40

10.795.58

10.616,10

10,329,46

75.607,19
1.448,83

77.920,99
1.134,69

80.694,82
874,29

82.660,18
639,64

84,726,68
537.30

1.448,83
3.289.568,8
0
3.289.568,8
0
1.832.909,1
9

1.134,69
3.485.020,6
0
3.485.020,6
0
1.970.459,2
1

874,29
3.485.020,6
0
3.485.020,6
0
2.143.756,7
0

639,64
3.703.126,2
7
3.703.126,2
7
2.286.507,2
6

537.30
3,927,943.0
7
3,927,943.0
7
2,440,828.7
6

54.345,06

58.085,67

61.942,56

67.625,98

71,066.52

498.442,02

492.030,80

496.163,86

502.339,15

499,839.29

PT. Porter Hotel Makassar

II-102

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


LAPANGAN
USAHA
lainnya
Kertas
dan
barang cetakan
Pupuk, kimia dan
barang dari karet
Semen
dan
barang
galian
bukan logam
Logam dasar besi
dan baja
Alat angk.mesin
dan peralatannya
Barang lainnya
4. Listrik,
Gas
dan Air bersih
Listrik
Gas kota
Air bersih
5. Konstruksi
6. Perdag,Hotel
dan Restoran
Perdagangan
besar dan eceran
Hotel
Restoran
7. Pengangkutan
dan
Komunikasi
Pengangkutan
Angkutan
jalan
rel
Angkutan
jalan
raya
Angkutan laut
Angkutan sungai,
danau
dan
penyebrangan
Angkutan Udara
Jasa
Penunjang
Angkutan
Komunikasi
Pos
dan
telekomunikasi
Jasa
penunjang
Komunikasi
8. Keu,Real
Estate
dan
Jasa
Perusahaan
Bank

2009

2010

KA-ANDAL
2011

2012

2013

78.352,06

80.898,09

83.910,73

95.553,02

119,001.40

25.214,12

25.926,08

26.594,51

27.162,24

27,142.49

451.768,32

465.556,00

487.811,95

524.302,06

563,223.44

120.461,88

126.248,19

130.742,62

142.481,64

145,061.44

64.764,62

62.124,81

45.454,78

48.317,72

52,623.61

7.895,15
294.421,73

8.239,95
324.183,50

8.642,88
347.049,64

8.837,20
384.518,48

9,156.12
155,984.02

261.374,50
33.047,23
1.272.509,3
6
4.374.786,7
8
3.916.831,4
4
96.750,88
361.204,46
2.393.205,0
4

290.382,44
33.801,06
1.384.442,7
7
4.869.152,6
5
4.357.280,5
7
225.024,02
396.848,07
2.780.432,9
4

310.777,90
36.271,74
1.504.473,9
6
5.361.695,7
4
4.801.357,5
9
129.232,59
431.105,56
3.139.282,3
7

345.602,83
38.915,65
1.626.027,5
0
5.847.222,8
2
5.235.926,5
5
141.828,77
469.467,50
3.653.009,2
9

507,760.47
41,908.66
1,799,090.6
0
6,366,686.3
8
7,702,941.8
9
155,984.02
507,760.47
4.032.649,1
5

1.934.344,2
9
-

2.246.729,8
0
-

2.524.718,8
7
-

2.938.980,1
4
-

3.227.225,4
5
-

420.210,06

447.357,53

473.638,01

500.785,36

526.340,06

359.372,83
-

368.041,63
-

389.691,27
-

417.888,19
-

455.436,38
-

991.559,29
163.202,09

1.251.695,8
7
179.634,77

1.465.216,0
5
196.173,54

1.810.280,3
8
210.026,20

1.988.475,0
4
256.973,96

458.860,75
390.048,43

533.703,14
454.939,93

614.563,50
524.982,48

714.029,15
616.000,64

805.423,70
696.573,12

68.812,32

78.763,21

89.581,02

98.028,51

108.850,58

1.597.185,4
3

1.788.806,4
0

2.090.233,2
0

2.424.670,2
3

2.776.899,3
1

840.357,10

960.802,36

1.185.156,0
8

1.434.483,7
2

1.693.427,4
8

PT. Porter Hotel Makassar

II-103

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


LAPANGAN
USAHA
Lembaga
keuangan bukan
Bank
Jasa
penunjang
keuangan
Sewa bangunan
Jasa perusahaan
Jasa-jasa
Pemerintahan
umum
Adm. Pemerintah
dan pertahanan
Jasa pemerintah
lainnya
Swasta
Jasa
social
kemasyarakatan
Jasa hiburan dan
rekreasi
Jasa perorangan
dan
rumah
tangga
PDRB

2009

KA-ANDAL

2010

2011

2012

2013

128.500,74

140.583,75

154.417,61

173.452,84

194.088,21

470.360,42
157.967,16
1.630.149,8
0
1.376.961,9
6
1.005.133,8
4
371.828,11

515.278,18
172.142,11
1.712.703,7
4
1.424.530,3
8
1.043.101,8
5
381.428,54

563.327,66
187.331,85
1.788.924,0
1
1.471.569,7
4
1.079.546,0
7
392.023,67

614.479,60
202.254,06
1.838.752,4
9
1.494.800,1
2
1.098.870,3
5
395.929,76

670.620,37
218.763,25
1.911.576,8
0
1.536.549,0
1
1.132.561,1
6
403.987,85

253.187,84
125.076,06

288.173,36
136.518,05

317.354,27
150.193,64

343.952,37
161.117,08

375.027,79
173.324,33

20.488,84

33.709,43

38.390,86

43.129,97

48.817,88

107.622,94

117.945,88

128.769,78

139.705,32

152.885,58

14.798.187,
68

16.252.451,
43

17.820.697,
97

19.582.060,
39

21.327.227,
88

Sumber: Makassar Dalam Angka Tahun 2014


Tabel 2.43 menunjukkan data penerimaan daerah menurut
jenisnya

di

Kota

Makassar.

Realisasi

penerimaan

daerah

Kota

Makassar pada tahun 2011 adalah Rp.1.883.077.957.274,75 dan naik


pada

tahun

2013

menjadi

sebesar

Rp.

2.601.356.102.560.

Dibandingkan dengan penerimaan daerah pada tahun 2012 sebesar


2.046.125.413.859 terdapat kenaikan sekitar 27,14%.
Tabel 2.43. Data Penerimaan Daerah Menurut Jenisnya di Kota
Makassar
Uraian
Bagian
Sisa
Perhitungan
Anggaran
Tahun
Lalu
Bagian Pendapatan
Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Bagian Laba Badan
Usaha Milik Daerah

Realisasi 2011
161.878.052.383,
75
345.350.562.825,
00
266.065.576.931,
00
58.015.145.863,0
0
6.335.200.146,00

PT. Porter Hotel Makassar

Realisasi 2012
-

Realisasi 2013
239.997.526.648

484.972.799.508,
00
388.445.926.266,
00
69.257.410.559,0
0
6.448.544.026,00

621.247.679.844,
00
518.703.083.895,
00
79.650.936.626,0
0
361.442.208,00

II-104

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


Uraian
Penerimaan
dari
Dinas-Dinas
Penerimaan
Lainlain
Dana Perimbangan
Lain-lain
Pendapatan
Sah
Penerimaan
Pembiayaan
Jumlah

Realisasi 2011

KA-ANDAL
Realisasi 2012

Realisasi 2013

Yang

14.914.639.885,0
0
905.316.278.541,
00
470.533.063.525,
00

20.820.918.657,0
0
1.105.463.603.65
4,00
455.689.010.688,
00

22.532.217.115,0
0
1.161.279.547.75
9,00
578.831.348.309,
00

dari

1.883.077.957.27
4,75

2.046.125.413.85
0,00

2.601.356.102.56
0,00

Sumber: Makassar Dalam Angka Tahun 2014


Tabel 2.44 menunjukkan Target dan Realisasi Pendapatan
Daerah Menurut Jenisnya di Kota Makassar Tahun Anggaran 2013.
Target PAD pada tahun 2013 adalah 1.004.317.927.000.-dengan
realisasi sebesar Rp.1.085.366.097.556.- atau sebesar 108.07%.
Tabel 2.44. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Menurut Jenisnya
di Kota Makassar Tahun Anggaran 2013
Jenis Penerimaan
Bagian
Sisa
Perhitungan
Anggaran
Tahun
Lalu
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Bagian Laba Badan
Usaha Milik Daerah
Penerimaan
dari
Dinas-Dinas
Penerimaan
Lainlain
Jumlah II
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Bukan
Pajak
Jumlah III
Jumlah I+II+III

Target
229.359.025.000

Realisasi
239.997.526.648

Bagian Pendapatan Asli Daerah


460.567.090.000
518.703.083.895
86.772.319.000
79.650.936.626
1.139.298.000
361.442.208

% yang dicapai
104,64

112,62
91,79
31,72

15.412.495.000

22.532.217.115

146,19

563.891.202.000
621.247.679.844
Dana Perimbangan
209.916.715.000
222.860.704.035
1.150.985.000
1.260.187.029
211.067.700.000
1.004.317.927.000

224.120.891.064
1.085.366.097.556

382,34
106,17
109,49
215,65
702,63

Sumber: Makassar Dalam Angka Tahun 2014


C. Komponen Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan data dari Puskesmas pada tahun 2013 menunjukan
sepuluh jenis penyakit yang paling banyak penderitanya adalah
penyakit penderita Akut lainnya, Gastritis, Hipertensi esensial dan
beberapa jenis penyakit lainnya. Sepuluh jenis penyakit yang paling

PT. Porter Hotel Makassar

II-105

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

dominan diderita pasien yang masuk ke Puskesmas dapat dilihat pada


Tabel 2.45 berikut ini.
Tabel 2.45. Jumlah Pengunjung pada sarana Kesehatan menurut jenis
penyakit yang diderita di Kecamatan Ujung Pandang Tahun
2013
Jenis penyakit
Jumlah Pengunjung
Infeksi pada saluran Pernafasan
1.882
Penyakit Pulpa dan Jaringan
1.638
Periapikal
Gastritis
1.157
Sakit Kepala
876
Demam
872
Hipertensi
749
Alergi
747
Diare
707
Batuk
641
Dermatitis
635
Kecamatan
9.904
Sumber: Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2014
Tabel 2.45 menunjukkan Jumlah Pengunjung pada sarana
Kesehatan menurut jenis penyakit yang diderita di Kecamatan Ujung
Pandang Tahun 2013. Jumlah kunjungan tertinggi adalah penyakit
infeksi pada saluran pernafasan (ISPA), kemudian penyakit pulpa dan
jaringan

periapikal,

gastritis

dan

sakit

kepala

dengan

jumlah

pengunjung berturut-turut 1.882; 1.638;1.157; dan 876 jiwa.


2.2.2. Kegiatan di Sekitar Lokasi Rencana Usaha
Kegiatan

disekitar

lokasi

yang

diperkirakan

mempengruhi

lingkungan sekitar lokasi yaitu :


1. Rumah Makan Resto Hade
Tepat di samping lokasi kegiatan terdapat Rumah Makan dengan
jumlah meja sekitar 17 unit, tiap meja memiliki empat kursi.
2. Pemukiman masyarakat
Lokasi kegiatan terletak di dalam wilayah administrasi Kel. Maloku,
kegiatan

pembangunan

Hotel

Porter

Makassar

berbatasan

langsung dengan rumah penduduk yang berada di belakang dan


samping lokasi kegiatan. Semua rumah penduduk yang berbatasan
langsung dengan areal proyek menggunakan konstruksi semi
PT. Porter Hotel Makassar

II-106

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

permanen, jumlah rumah penduduk yang berbatasan langsung


sekitar 5 rumah.
3. Ruang Terbuka Hijau (Taman Hasanuddin)
Di depan seberang lokasi Rencana Pembangunan Hotel Porter
Makassar terdapat Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Hasanuddin.
Taman

ini

dijadikan

sebagai

taman

rekreasi

dan

tempat

berolahraga bagi masyarakat kota Makassar

PT. Porter Hotel Makassar

II-107

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.37. Peta Kegiatan Lain di Sekitar PembangunanHotel Porter Makassar

PT. Porter Hotel Makassar

II-108

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

2.3. Hasil Pelibatan Masyarakat


Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup
dan Izin Lingkungan, adapun tujuan dilibatkannya masyarakat
dalam proses amdal dan izin lingkungan agar:
1. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana usaha
dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan.
2. Masyarakat

dapat

menyampaikan

saran,

pendapat

dan/atau

tanggapan atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang berdampak


penting terhadap lingkungan.
3. Masyarakat dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan
terkait dengan rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan atas
rencana

usaha

dan/atau

kegiatan

yang

berdampak

saran,

pendapat

penting

terhadap lingkungan.
4. Masyarakat

dapat

menyampaikan

dan/atau

tanggapan atas proses izin lingkungan.


Pemrakarsa Pembangunan Hotel Porter Makassar telah
melakukan

sosialisasi

dan

konsultasi

pengumuman

koran

dan

pengumuman

koran

dilaksanakan

masyarakat

konsultasi

publik.

dengan

melalui
Kegiatan

melakukan

pengumuman di media cetak yang dimuat pada surat kabar


lokal Berita Kota Makassar pada tanggal 26 Juni 2015
(Lampiran 7). Pelaksanaan konsultasi publik dilaksanakan pada
tanggal 06 Juli 2015. Konsultasi Masyarakat bertempat di
Balroom Restoran Pualam Kelurahan Maloku Kecamatan Ujung
Pandang Kota Makassar. Konsultasi publik ini difasilitasi oleh
Pemerintah Kelurahan Maloku Kecamatan Ujung Pandang Kota
Makassar. Peserta yang hadir dalam konsultasi publik tersebut
adalah Pemrakarsa kegiatan (Perwakilan PT. Porter Hotel
Makassar),

Konsultan

penyusun

AMDAL,

Kepala

Kantor

Kelurahan Maloku, Kepala Bidang Amdal BLHD Kota Makassar,


PT. Porter Hotel Makassar

II-109

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Ketua LPM Kelurahan Maloku, Para Kepala RW dan RT Kelurahan


Maloku, dan Masyarakat Sekitar (Lampiran 9). Beberapa pointer
penting hasil dari konsultasi publik tersebut diantaranya adalah:

Membuat Papan Pengumuman di Lokasi kegiatan dalam bentuk


banner atau baliho agar masyarakat tahu kalau dilokasi tersebut
akan dibangun hotel

Masyarakat pada umumnya setuju dengan pembangunan hotel


namun

harus

memperhatikan

lingkungan

sekitar

terutama

bangunan rumah masyarakat sekitarnya.

Mengkaji betul kegiatan ini dengan baik khususnya terkait


kemacetan dan diharapkan pemrakarsa menyiapkan lahan parkir
sehingga kendaraan tamu hotel tidak diparkir di jalan namun ada
tempat parkir yang sudah disediakan.

Untuk tahap operasional agar masyarakat di Kelurahan Maloku


menjadi prioritas sebagai tenaga kerja karena terdapat beberapa
warga khususnya pemuda-pemudi yang bisa menjadi tenaga
operasional sesuai keahlian yang dimilikinya.

Agar pemrakarsa mencantumkan alamat yang jelas dan kontak


personnya karena jika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan
bersama, misalnya ada bangunan rumah sekitar yang retak akibat
dari getaran maka dapat dengan mudah kita hubungi.

Agar mempertimbangkan jumlah air tanah yang akan digunakan


dan dikaji betul dengan baik di dalam dokumen AMDAL terkait
penggunaan air tanah karena ada kekuatiran warga air sumur
sekitarnya akan kering.

Pada saat tahap konstruksi berjalan sebaiknya pihak pemrakarsa


mempertegas tenaga kerja untuk menggunakan alat pengaman
kerja (SOP K3) di utamakan.

2.4. Dampak Penting Hipotetik


Dampak penting hipotetik yang diperoleh dari kegiatan
pembangunan dan operasional Hotel Porter Makassar akan
PT. Porter Hotel Makassar

II-110

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

ditelaah

secara

mendalam

KA-ANDAL

dalam

studi

ANDAL.

Metode

penentuan dampak penting hopotetik digunakan adalah diskusi


tim

(rapat),

telaah

pustaka

serta

berbagai

peraturan

perundang-undangan yang berlaku.


Penentuan dampak penting hipotetik dilakukan dengan
cara identifikasi dampak potensial (primer dan sekunder) yang
secara

potensial

dapat

timbul

akibat

kegiatan

yang

direncanakan. Selanjutnya dampak potendil dievaluasi untuk


mendapatkan dampak penting hipotetik (DPH). Secara rinci
proses dampak penting hipotetik diperlihatkan pada Gambar
2.24.

KEGIATAN LAIN SEKITAR

RENCANA KEGIATAN
DAMPAK POTENSIAL

RONA
LINGKUNGAN
HIDUP

IDENTIFIKASI DAMPAK
POTENSIL

DAMPAK PENTING
HIPOTETIK

EVALUASI
DAMPAK
POTENSIL

SARAN& TANGGAPAN, MASYARAKAT

Gambar 2.38. Proses Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik Rencana


Pembangunan Hotel Porter Makassar
Dampak potensial diperoleh melalui identifikasi dampak
potensial sebagai hasil kajian interaksi antar kegiatan yang
akan dilaksanakan dengan komponen lingkungan yang akan
PT. Porter Hotel Makassar

II-111

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

terkena

dampak.

Identifikasi

KA-ANDAL

dampak

potensial

diperoleh

melalui konsultasi dan diskusi dengan berbagai pihak antara


lain pakar, instansi terkait, pemrakarsa, masyarakat yang
terkait langsung dengan aktivitas serta hasil pengamatan
lapangan.
2.4.1. Identifikasi Dampak Potensil
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Survey dan Penetapan Lokasi
Kegiatan
Survey
dan
Penetapan

Lokasi

diprakirakan

menimbulkan sejumlah dampak potensil antara lain :


-

Persepsi masyarakat
Sebelum dilakukan kegiatan survey dan penetapan lokasi muncul
berbagai

persepsi

negatif

masyarakat

diantaranya

adalah

kerusakan bangunan pada saat konstruksi dan kenyamanan


masyarakat yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Setelah dilakukan
penjelasan secara rinci rencana kegiatan yang akan dilakukan
maka tanggapan atau persepsi masyarakat terhadap rencana
kegiatan menjadi positif.
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak potensil antara lain :
-

Kesempatan kerja
Kesempatan kerja akan terbuka bagi masyarakat yang ada di
sekitar lokasi kegiatan, khususnya masyarakat yang memiliki
keahlian di bidang bangunan. Kesempatan kerja yang paling
dominan direkrut adalah pekerja bangunan seperti tukang dan
buru.

Kesempatan berusaha
Selain kesempatan kerja yang muncul, kesempatan berusaha juga
akan terbuka bagi masyarakat melakukan usaha di sekitar lokasi
kegiatan seperti jual-jualan untuk kebutuhan makan minum
tenaga kerja.

PT. Porter Hotel Makassar

II-112

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Pendapatan
Diterimanya sebagai tenaga kerja akan berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan bagi masyarakat yang direkrut sebagai tenaga
kerja.

Peningkatan

pendapatan

juga

akan

dirasakan

oleh

masyarakat yang melakukan usaha di sekitar lokasi kegiatan.


-

Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi positif masyarakat akibat adanya skala
prioritas penerimaan tenaga kerja untuk tenaga lokal serta
terbukanya

kesempatan

berusaha

bagi

masyarakat,

serta

pemberian upah kerja yang sesuai atau di atas UMP yang berlaku.
2. Kegiatan Mobilisasi/Demobilisasi Peralatan dan Material
Bangunan
Kegiatan

mobilisasi/demobilisasi

peralatan

dan

material

bangunan diprakirakan menimbulkan sejumlah dampak potensil


antara lain :
-

Kualitas udara
Peningkatan SOx, NOx, CO Pada saat pengangkutan peralatan dan
material bersumber dari gas emisi kendaraan. Selain itu, juga
akan terjadi peningkatan partikel debu (TSP) di udara akibat sisa
material yang terjatuh di jalan depan lokasi kegiatan tertekan roda
kendaraan yang melintas di depan lokasi kegiatan.

Bising
Bising bersumber dari kendaraan pengangkut peralatan dan
material yang keluar masuk dari dalam lokasi tapak proyek.

Lalulintas
Meningkatnya volume lalulintas diakibatkan dari adanya kegiatan
pengangkutan

peralatan

dan

material

bangunan

yang

menggunakan truck. Kendaraan pengangkut yang digunakan juga


berpotensi

memunculkan

kerusakan

jalan

akibat

tonase

kendaraan yang keluar masuk dari dalam lokasi kegiatan.


-

Persepsi masyarakat

PT. Porter Hotel Makassar

II-113

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Persepsi negatif muncul akibat terjadinya gangguan lalulintas di


depan lokasi kegiatan dan adanya peningkatan Bising serta
polutan di udara akibat aktifitas truck pengangkut peralatan dan
material.
-

Keresahan masyarakat
Keresahan

masyarakat

merupakan

dampak

turunan

dari

munculnya persepsi negatif masyarakat sebagai dampak dari


penurunan

kualitas

lingkungan

di

sekitar

lokasi

kegiatan

pembangunan Hotel Porter Makassar.


-

Kesehatan masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak turunan
dari perubahan kualitas udara di depan lokasi tapak proyek.

3. Kegiatan Pemancangan Tiang Bangunan


Kegiatan

Pemancangan

Tiang

Bangunan

diprakirakan

menimbulkan sejumlah dampak potensil antara lain :


-

Bising
Peningkatan Bising bersumber dari suara tekanan hammer mesin
pancang pada saat dilakukan tekanan pada tiang pancang. Bising
juga bersumber dari alat berat dan mesin generator yang
digunakan sebagai sumber listrik pada saat penyambungan tiang
pancang.

Getaran
Getaran akan muncul pada saat tekanan hammer mesin pancang
menumbuk

kepala

pancang

yang

dipasang.

Getaran

akan

merambat di lingkungan sekitarnya dengan radius sesuai dengan


gelombang getaran yang dihasilkan.
-

Kualitas air
Menurunnya kualitas air bersumber dari limbah pengeboran yang
menggunakan air. Pada saat pengeboran air akan digunakan guna
mempermudah proses pengeboran.

Bangunan fisik

PT. Porter Hotel Makassar

II-114

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Getaran yang dihasilkan dari tekanan tiang pancang diperkirakan


akan mempengaruhi kondisi bangunan yang berbatasan langsung
dengan tapak proyek, dan bangunan pada radius jangkauan
getaran yang dihasilkan.
-

Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi negatif masyarakat merupakan dampak
turunan dari perubahan kualitas udara, peningkatan bising dan
getaran serta terjadinya kerusakan bangunan fisik masyarakat
yang berbatasan langsung dengan tapak proyek dan bangunan
yang ada disekitarnya.

Keresahan masyarakat
Dampak keresahan merupakan dampak lanjutan dari perubahan
kualitas udara, peningkatan bising dan getaran serta terjadinya
kerusakan bangunan fisik masyarakat yang ada di sekitar lokasi
kegiatan.

4. Kegiatan Konstruksi Bangunan, Sarana dan Prasarana


Hotel
Kegiatan

Konstruksi

Bangunan

diprakirakan

menimbulkan

sejumlah dampak potensil antara lain :


-

Kualitas udara
Meningkatnya partikel debu di udara diakibatkan oleh material
yang diangkat ke lantai atas tertiup oleh angin dan menyebar
disekitar lokasi kegiatan.

Bising
Kegiatan konstruksi akan menggunakan peralatan sehingga akan
memunculkan bising pada saat dioperasikan.

Hidrologi
Lahan yang akan dibanguni adalah lahan yang terbuka, setelah
konstruksi

akan

PT. Porter Hotel Makassar

terjadi

perubahan

fungsi

lahan

yang

II-115

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

mengakibatkan menurunnya infiltrasi air ke dalam tanah pada


saat terjadi hujan.
-

Limbah padat
Menurunnya estetika di dalam lokasi kegiatan diakibatkan dari
banyaknya tumpukan material dan limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan konstruksi

Bangunan fisik
Terjadinya

kerusakan

bangunan

bersumber

dari

kegiatan

konstruksi bagian atas, dimana pada tahap ini potensi material


yang jatuh dan mengenai rumah masyarakat yang berbatasan
langsung dengan lokasi kegiatan.
-

Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi negatif masyarakat merupakan dampak
turunan dari perubahan kualitas udara dan peningkatan Bising
serta terjadinya kerusakan pada bangunan yang berbatasan
langsung dengan lokasi pembangunan Hotel Porter Makassar.

Keresahan masyarakat
Dampak keresahan muncul dari masyarakat yang terkena dampak
seperti kerusakan bangunan akibat kegiatan konstruksi yang
dilakukan.

5. Kegiatan Pemasangan Electrical dan Mekanikal


Kegiatan Pemasangan Elektrical dan Mekanikal diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak potensil antara lain :
-

Bising
Meningkatnya Bising bersumber dari penggunaan peralatan pada
saat pemasangan elektrikal dan mekanikal di dalam lokasi tapak
proyek

Limbah padat
Munculnya limbah padat yang dihasilkan dalam bentuk sisa
penggunaan material mekanikal dan elektrikal.

PT. Porter Hotel Makassar

II-116

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

6. Kegiatan Finishing Bangunan


Kegiatan

Finishing

Bangunan

diprakirakan

menimbulkan

sejumlah dampak potensil antara lain:


-

Kualitas udara
Penurunan

kualitas

diakibatkan

dari

udara

kegiatan

pada

saat

penghalusan

finishing

bangunan

dinding

bangunan,

pengecetan dan pembersihan lainnya sehingga partikel debu di


udara mengalami peningkatan.
-

Bising
Peningkatan Bising pada saat finishing bangunan bersumber dari
penggunaan peralatan mesin finishing seperti gerinda, mesin bor
dan pemotong serta beberapa mesin lainnya.

Limbah padat
Kegiatan

finishing

bangunan

menggunakan

material

yang

sebagian besar menggunakan kemasan sehingga sisa kemasan


menjadi limbah padat di dalam lokasi kegiatan.
C. Tahap Operasional
1. Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Operasional
Kegiatan
menimbulkan

mobilisasi
sejumlah

tenaga
dampak

kerja

operasional

potensil

terhadap

diprakirakan
komponen

lingkungan Sosekbud di sekitar lokasi. Dampak yang ditimbulkan


antara lain :
-

Kesempatan kerja
Kesempatan kerja akan terbuka bagi masyarakat dimana pada
saat operasional akan dilakukan penerimaan tenaga kerja seperti
tenaga keamanan, tenaga kebersihan, staf kantor dan beberapa
tenaga kerja lainnya.

Pendapatan

PT. Porter Hotel Makassar

II-117

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Peningkatan pendapatan akan dirasakan oleh tenaga kerja yang


direkrut dalam bentuk penerimaan upah kerja yang diberikan.
-

Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi positif masyarakat akibat adanya penerimaan
tenaga kerja yang dilakukan terkait dengan pengoperasian Hotel
Porter Makassar. Penerimaan tenaga kerja yang memprioritaskan
tenaga kerja lokal akan berdampak terhadap persepsi positif
masyarakat disekitar lokasi kegiatan.

2. Pengoperasian Kamar Hotel


Pengoperasian hotel diperkirakan akan menimbulkan beberapa
dampak potensil diantaranya yaitu :
-

Hidrologi
Kebutuhan air bersih untuk operasional Hotel Porter Makassar
sebagian bersumber dari PDAM. Pengambilan air PDAM dapat
mempengaruhi ketersediaan air PDAM di sekitar tapak proyek.

Kualitas air
Penurunan kualitas air diakibatkan dari limbah cair yang dihasilkan
dari

penghuni

Hotel.

Parameter

yang

diperkirakan

akan

mengalami perubahan yaitu BOD, COD, TSS, MBAS, Amonia,


Minyak-Lemak, Coliform, pH dan volume limbah. Perubahan ini
diakibatkan dari meningkatnya bahan organik yang ada di dalam
limbah yang dihasilkan.
-

Limbah padat
Meningkatnya limbah padat bersumber dari pengunjung hotel
seperti kemasan, sisa makanan dan sisa-sisa produk lainnya yang
sudah tidak dimanfaatkan kembali.

Lalulintas
Gangguan Lalulintas diakibatkan dari keluar masuknya kendaraan
pengunjungyang memanfaatkan fasilitas hotel seperti kafe yang
ada di Hotel Porter Makassar.

Persepsi masyarakat

PT. Porter Hotel Makassar

II-118

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

Munculnya
gangguan

persepsi
lalulintas

negatif
yang

KA-ANDAL

masyarakat

terjadi

di

diakibatkan

Jalan

dari

Lamaddukelleng,

gangguan lalulintas dalam bentuk kemacetan akibat adanya


kendaraan yang terparkir dan keluar masuk dari dalam lokasi
Hotel Porter Makassar.
-

Keresahan masyarakat
Munculnya keresahan di lingkungan sosial sekitar lokasi kegiatan
merupakan akumulasi dampak dari gangguan lalulintas di Jalan
Lamadukelleng.

3. Pengoperasian Peralatan, Sarana dan Prasarana Hotel


Pengoperasian

Peralatan,

Sarana

dan

Prasarana

Hotel

diperkirakan akan menimbulkan dampak potensil yaitu :


-

Kualitas Udara
Peningkatan SOx, NOx dan CO bersumber dari emisi kendaraan
yang keluar masuk dari dalam areal parkir di Hotel Porter
Makassar. Parameter CO juga diperkirakan akan meningkat dari
emisi mesin generator yang dioperasikan.

Bising
Peningkatan bising bersumber dari suara mesin generator yang
dioperasikan pada saat pasokan listrik dari PT. PLN mengalami
gangguan.

Kualitas air
Meningkatnya konsentrasi BOD5, COD, TSS dan perubahan pH air
diakibatkan tingginya konsentrasi bahan organik dalam limbah
dapur, resto, dan toilet.

Limbah padat
Meningkatnya
makanan

dan

dimanfaatkan

limbah

padat

sisa-sisa
kembali.

bersumber

produk

lainnya

Limbah

padat

dari

kemasan,

yang
dari

sudah

sisa
tidak

pengoperasian

peralatan bangunan dapat berupa LB3 yang bersumber dari


kemasan cat, kemasan tinner, cat kadaluarsa, dan kimia lainnya.
PT. Porter Hotel Makassar

II-119

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

4. Kegiatan Pemeliharaan Bangunan dan Fasilitasnya


Kegiatan Pemeliharaan Bangunan Hotel Porter Makassar dan
Fasilitasnya diprakirakan menimbulkan sejumlah dampak potensil
antara lain :
-

Bising
Kegiatan pemeliharaan diperkirakan akan menimbulkan Bising
akibat penggunaan peralatan atau mesin yang digunakan.

Limbah padat
Material yang digunakan pada saat pemeliharaan sebagian besar
menggunakan kemasan yang akan menjadi limbah pada saat isi
kemasan selesai digunakan. Limbah padat dari pemeliharaan
bangunan dapat berupa limbah B3 seperti kemasan cat, kemasan
tinner, cat kadaluarsa, dan kimia lainnya.
Hasil identifikasi dampak potensil pembangunan Hotel Porter

Makassar secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2.46.

PT. Porter Hotel Makassar

II-120

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Tabel 2.46 Hasil Identifikasi Dampak Potensil

PT. Porter Hotel Makassar

II-121

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

2.4.2. Evaluasi Dampak Potensil


Uraian hasil evaluasi dampak potensil dari semua tahapan
kegiatan pembangunan Hotel Porter Makassar dapat dilihat sebagai
berikut:
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Kegiatan Survey dan Penetapan Lokasi
Kegiatan

survey

dan

penetapan

lokasi

diprakirakan

menimbulkan sejumlah dampak penting hipotetik antara lain :


-Persepsi masyarakat
Persepsi

terhadap

terjadinya

gangguan

lalulintas

dan

meningkatnya Bising akan berdampak lanjut terhadap pola


persepsi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini
tergolong dampak penting mengingat jumlah masyarakat
yang

terkena

dampak

sangat

banyak

yaitu

semua

maysarakat pengguna jalan dan masyarakat yang berbatasan


langsung dengan lokasi kegiatan, dampak ini juga akan
berpengaruh

terhadap

komponen

lingkungan

lainnya.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini


disimpulkan sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
dan akan dikaji lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
B. Tahap Konstruksi
1. Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak penting hipotetik antara lain :
-Kesempatan kerja
Kesempatan kerja akan terbuka bagi masyarakat yang ada di
Kota Makassar, khususnya masyarakat yang ada di Kelurahan
Maloku. Kesempatan kerja yang paling dominan direkrut
adalah pekerja bangunan seperti tukang dan buruh. Hasil
Konsultasi Masyarakat (PKM) yang dilakukan menunjukkan
ada sekitar 14% masyarakat berharap agar tenaga kerja yang
digunakan
PT. Porter Hotel Makassar

bersumber

dari

masyarakat

sekitar

lokasi
II-122

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

kegiatan.

Dampak

ini

KA-ANDAL

tergolong

Berdampak

Penting

Hipotetik (DPH) terhadap terbukanya kesempatan kerja,


mengingat jumlah masyarakat yang akan terkena dampak
langsung yaitu sekitar 97 orang, jumlah ini belum termasuk
masyarakat yang melakukan usaha di sekitar lokasi kegiatan.
Dampak ini berlangsung dalam waktu yang lama yaitu sekitar
18 bulan, intensitas dampak besar pada saat awal konstruksi
dan mempengaruhi komponen lingkungan sosial lainnya.
Dampak ini akan dibahas lebih lanjut di dalam kajian ANDAL.
-Kesempatan berusaha
Selain kesempatan kerja, kesempatan berusaha juga akan
terbuka bagi masyarakat yang berminat melakukan usaha di
dalam lokasi kegiatan untuk memenuhi kebutuhan makan
minum pekerja konstruksi. Jumlah masyarakat yang akan
terkena

dampak

sangat

sedikit,

tidak

mempengaruhi

komponen lingkungan lainnya sehingga dampak ini tergolong


Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) dan tidak akan
dibahas lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Pendapatan
Diterimanya

sebagai

tenaga

kerja

akan

berpengaruh

terhadap tingkat pendapatan bagi masyarakat yang direkrut


sebagai tenaga kerja. Peningkatan pendapatan bersumber
dari upah kerja yang dibayarkan tiap bulannya oleh pihak PT
Porter

Hotel

penting,

Makassar.

mengingat

Dampak

jumlah

ini

tergolong

masyarakat

yang

dampak
terkena

dampak langsung yaitu 97 orang, jika diasumsikan tiap


tenaga kerja memiliki tanggungan keluarga sebanyak 3 orang
maka ada sekitar 291 orang yang akan terkena dampak.
Dampak

ini

disimpulkan

sebagai

Dampak

Penting

Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam


dokumen ANDAL.
-Persepsi masyarakat
PT. Porter Hotel Makassar

II-123

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Munculnya persepsi positif masyarakat muncul akibat adanya


skala

prioritas

konstruksi.

tenaga

Dampak

ini

kerja

lokal

tergolong

sebagai
dampak

pekerjaan
penting

mengingat jumlah masyarakat yang akan berpersepsi positif


adalah semua tenaga kerja lokal yang direkrut. Data dari
pemrakarsa kegiatan menjelaskan bahwa penerimaan tenaga
kerja konstruksi sekitar 60% akan menggunakan tenaga lokal
atau sekitar 58 orang. Jika diasumsikan setiap tenaga kerja
memiliki tanggungan keluarga 3 orang maka ada sekitar 174
orang yang akan terkena dampak langsung, dampak ini
berlangsung sekitar 18 bulan dan akan mempengaruhi
komponen lingkungan sosial ekonomi lainnya. Hasil evaluasi
dampak persepsi masyarakat akibat kegiatan penerimaan
tenaga

kerja

konstruksi

disimpulkan

sebagai

Dampak

Penting Hipotetik (DPH) dan perlu dikaji lebih lanjut di


dalam dokumen ANDAL.
2. Kegiatan Mobilisasi/Demobilisasi Peralatan dan Material
Bangunan
Kegiatan

Mobilisasi/demobilisasi

peralatan

dan

material

bangunan diprakirakan menimbulkan sejumlah dampak potensil


hipotetik antara lain:
-Kualitas udara
Penurunan kualitas udara diakibatkan dari adanya emisi gas
buang kendaraan dan partikel debu akibat tekanan roda
kendaraan pada saat melintas di jalan depan lokasi kegiatan.
Konsentrasi partikel debu diperkirakan sangat tinggi akibat
material yang dimuat akan terjatuh di jalan dan menjadi
partikel debu pada saat ada kendaraan yang melintas,
sementara SOx, NOx dan CO masih dibawah nilai baku mutu
yang telah ditetapkan. Jumlah masyarakat yang berpotensi
terkena dampak akibat peningkatan TSP sangat banyak yaitu
semuan masyarakat pengguna yang melintas didepan lokasi
PT. Porter Hotel Makassar

II-124

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

kegiatan. Dampak ini tergolong dampak penting, sehingga


disimpulkan

kegiatan

mobilisasi

peralatan

dan

material

Berdampak Penting Hipotetik (DPH) terhadap peningkatan


TSP di udara depan lokasi kegiatan, dampak ini akan dikaji di
dalam dokumen ANDAL.
-Bising
Meningkatnya

Bising

diakibatkan

dari

suara

kendaraan

pengangkut yang keluar masuk dari lokasi kegiatan. Dampak


ini tergolong tidak penting hipotetik mengingat suara Bising
yang dihasilkan dari kendaraan pengangkut hanya menyebar
di depan lokasi kegiatan. Bising dari kendaraan hanya
berlangsung dalam waktu yang sangat singkat dan hilang
seiring

berlalunya

kendaraan,

intensitas

bising

yang

dihasilkan sangat kecil dan masyarakat yang ada disekitar


lokasi sudah terbiasa dengan suara kendaraan. Dampak
bising

dari

kegiatan

mobilisasi

disimpulkan

sebagai

dampak

material
yang

dan

tergolong

peralatan
sebagai

Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) sehingga tidak


dibahas lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Lalulintas
Gangguan Lalulintas dalam bentuk kemacetan muncul akibat
adanya kendaraan yang keluar masuk dari dalam lokasi tapak
proyek. Selain kemacetan, kerusakan jalan di depan lokasi
kegiatan

sangat

potensial

untuk

muncul.

Dampak

ini

tergolong dampak penting hipotetik mengingat dampak


yang berlangsung dalam waktu yang lama serta berlangsung
sampak tahap operasional, jumlah masyarakat yang terkena
dampak relatif banyak yaitu semua pengguna jalan yang
melintas

di

depan

lokasi

proyek,

dampak

ini

juga

mempengaruhi komponen lingkungan lainnya. Hasil evaluasi


yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan sebagai

PT. Porter Hotel Makassar

II-125

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih


lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Persepsi masyarakat
Terjadinya gangguan lalulintas dan penurunan kualitas udara
di depan lokasi kegiatan akan berdampak lanjut terhadap
pola persepsi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Dampak
ini

tergolong

dampak

penting

mengingat

jumlah

masyarakat yang terkena dampak sangat banyak yaitu


semua

maysarakat

pengguna

jalan,

intensitas

dampak

sedang dan berlangsung selama 18 bulan, dampak ini juga


akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lainnya.
Hasil evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Keresahan masyarakat
Keresahan

masyarakat

merupakan

dampak

lanjut

dari

terbentuknya persepsi negatif masyarakat di sekitar lokasi


kegiatan akibat menurunnya kualitas udara dan terjadinya
gangguan lalulintas. Dampak ini tergolong dampak penting
mengingat jumlah masyarakat yang terkena dampak sangat
banyak yaitu semua masyarakat pengguna jalan, intensitas
dampak sedang dan berlangsung selama 18 bulan. Hasil
evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Kesehatan masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat muncul akibat adanya
penurunan kualitas udara di depan lokasi kegiatan. Jenis
gangguan kesehatan yang berpotensi diderita masyarakat
yaitu gangguan pernapasan dan iritasi mata. Dampak ini
tergolong dampak penting mengingat jumlah masyarakat
yang

terkena

PT. Porter Hotel Makassar

dampak

sangat

banyak

yaitu

semua
II-126

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

masyarakat pengguna jalan, intensitas dampak sedang dan


berlangsung selama 18 bulan. Hasil evaluasi yang dilakukan
maka kegiatan ini disimpulkan sebagai Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
3. Kegiatan Pemancangan Tiang
Kegiatan

pemancangan

tiang

bangunan

diprakirakan

menimbulkan sejumlah dampak potensil hipotetik antara lain:


-

Bising
Pemancangan tiang akan menimbulkan bising dari suara
mesin bor dan pancang yang dioperasikan. Pada saat
kegiatan pemancangan dilakukan diperkirakan akan terjadi
akumulasi bising sehingga akan terjadi peningkatan terus
menerus.

Peningkatan

bising

diperkirakan

akan

mempengaruhi semua masyarakat yang tinggal di radius


perambatan suara bising. Lama dampak berlangsung sekitar
30 hari dengan intensitas dampak tiap hari. Hasil evaluasi
yang dilakukan disimpulkan kegiatan pemancangan tiang
sebagai

Dampak

Penting

Hipotetik

(DPH)

terhadap

peningkatan bising di sekitar lokasi kegiatan, dampak ini akan


dikaji lebih lanjut dalam dokumen ANDAL.
-

Getaran
Kondisi tapak proyek terdapat beberapa bangunan tinggi
masyarakat yang dimanfatkan sebagai tempat usaha dan
tempat tinggal. Getaran yang dihasilkan dari tekanan mesin
pancang akn menimbulkan dampak pada bangunan di sekitar
lokasi. Dampak ini tergolong dampak penting mengingat
jumlah masyarakat yang akan terkena dampak relatif banyak
yaitu semua masyarakat dan bangunan yang berada pada
radius penyebaran getaran. Dampak berlangsung sekitar 30
hari dengan intensitas tinggi tiap harinya, dampak ini juga
akan mempengaruhi komponen lingkungan lainnya sehingga

PT. Porter Hotel Makassar

II-127

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan sebagai Dampak


Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji dalam dokumen
ANDAL.
-

Kualitas air
Kegiatan

pemancangan

diawali

dengan

pekerjaan

pengeboran, pengeboran akan menghasilkan limbah cair


dengan tingkat kekeruhan yang tinggi. Air yang dihasilkan
tercampur lumpur sehingga diperkirakan kualitas air akan
mengalami penurunan. Dampak ini berlangsung sekitar 30
hari dengan intensitas tiap hari, dampak ini disimpulkan
sebagai dampak dampak penting hipotetik dan akan dikaji
lebih mendalam di dokumen ANDAL.
-Bangunan fisik
Kondisi

tapak

proyek

berbatasan

langsung

dengan

perumahan masyarakat, diperkirakan pada saat dilakukan


pemancangan tiang dengan akan meningkatkan getaran
disekitar lokasi kegiatan. Dampak ini akan mempengaruhi
kondisi bangunan disekitarnya. Kerusakan bangunan seperti
keretakan, jatuhnya plafon dan perhisan dinding. Dampak ini
tergolong dampak penting mengingat jumlah masyarakat
yang akan terkena dampak relative banyak yaitu semua
masyarakat pemilik bangunan yang berada pada radius
penyebaran bising dan getaran. Dampak berlangsung sekitar
30 hari dengan intensitas tinggi tiap harinya, dampak ini juga
akan mempengaruhi komponen lingkungan lainnya sehingga
hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan sebagai Dampak
Penting Hipotetik (DPH) dan akan dibahas lebih lanjut di
dalam dokumen ANDAL.
-Persepsi masyarakat
Meningkatnya kebising dan getaran yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan bangunan akan menimbulkan persepsi
negatif masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, khususnya
PT. Porter Hotel Makassar

II-128

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

yang berada di dekat tapak proyek. Dampak ini tergolong


dampak

penting

mengingat

jumlah

masyarakat

yang

terkena dampak sangat banyak yaitu semua maysarakat


yang berada di radius penyebaran dampak bising dan
getaran.

Dampak

ini

juga

akan

berpengaruh

terhadap

komponen lingkungan lainnya. Hasil evaluasi yang dilakukan


maka kegiatan ini disimpulkan sebagai Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
-Keresahan masyarakat
Keresahan

masyarakat

merupakan

dampak

lanjut

dari

terbentuknya persepsi negatif masyarakat di sekitar lokasi


kegiatan akibat meningkatnya bising dan getaran serta
kerusakan bangunan fisik. Dampak ini tergolong dampak
penting

mengingat

jumlah

masyarakat

yang

terkena

dampak sangat banyak yaitu semua maysarakat yang berada


disekitar lokasi kegiatan. Hasil evaluasi yang dilakukan maka
kegiatan

ini

disimpulkan

sebagai

Dampak

Penting

Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam


dokumen ANDAL.
-Kesehatan masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat muncul akibat adanya
peningkatan bising di sekitar lokasi kegiatan. Jenis gangguan
yang berpotensi diderita masyarakat yaitu gangguan susah
istirahat

yang

berdampak

lanjut

terhadap

kesehatan

masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini tergolong


dampak

penting

mengingat

jumlah

masyarakat

yang

terkena dampak sangat banyak yaitu semua maysarakat


yang berbatasan langsung dengan lokasi kegiatan. Hasil
evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
PT. Porter Hotel Makassar

II-129

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

4. Kegiatan Konstruksi Bangunan


Kegiatan

konstruksi

bangunan

diprakirakan

menimbulkan

sejumlah dampak potensil hipotetik antara lain:


-Kualitas udara
Kegiatan konstruksi dilakukan dalam waktu lebih satu tahun,
material yang dimobilisasi keatas sangat berpotensi tertiup
angin dan akan menjadi partikel debu di udara sekitar lokasi
kegiatan.

Dampak

ini

tergolong

dampak

penting,

mengingat dampak berlangsung lama dan jumlah manusia


yang berpotensi terkena dampak relatif banyak yaitu semua
masyarakat yang berbatasn langsung. Hasil avaluasi yang
dilakukan

disimpulkan

kegiatan

konstruksi

bangunan

Berdampak Penting Hipotetik (DPH) terhadap penurunan


kualitas udara, dampak ini akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
-Bising
Kondisi

tapak

proyek

berbatasan

langsung

dengan

perumahan masyarakat, diperkirakan pada saat dilakukan


konstruksi bangunan suara bising yang dihasilkan akan
dirasakan langsung dengan masyarakat yang ada di sekitar
lokasi. Dampak ini tergolong dampak pentingmengingat
jumlah masyarakat yang akan terkena dampak relatif banyak
yaitu

semua

masyarakat

yang

berada

pada

radius

penyebaran bising. Dampak berlangsung sekitar lama (diatas


satu tahun) dengan intensitas munculnya dampak tiap hari,
dampak ini juga akan mempengaruhi komponen lingkungan
PT. Porter Hotel Makassar

II-130

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

lainnya sehingga hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan


sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan
dibahas lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Hidrologi
Gangguan hidrologi dari kegiatan konstruksi bangunan hotel
bersumber dari perubahan fungsi lahan di dalam lokasi
kegiatan. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan,
lahan di dalam lokasi adalah lahan terbuka tanpa tertutup
konstruksi bangunan. Setelah kegiatan konstruksi dilakukan
maka diperkirakan koefisien air larian dalam lokasi kegiatan
mengalami peningkatan. Dampak ini tergolong dampak
penting, mengingat dampak ini akumulasi dari kegiatan
sekitar

lokasi

yang

sudah

tertutup

dengan

bangunan.

Peningkatan koefisien air larian akan berlangsung dalam


waktu yang sangat lama dan tidak berbalik (Irreversible)
dengan intensitas yang sangat tinggi pada saat terjadi hujan.
Hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan kegiatan ini
tergolong sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan
dikaji lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan sebagian besar bersumber dari
alat pembantu pada saat konstruksi, jenis limbah padat yang
dihasilkan

seperti

kayu,

bambu,

kemasan

semen,

sisa

material yang sudah tidak terpakai. Volume limbah padat


yang

dihasilkan

pemanfaatan

sangat

material.

ditentukan

Dampak

ini

dari

epektifitas

tergolong

negatif

mengingat komponen lingkungan ini dapat mempengaruhi


kondisi fisik lingkungan di dalam lokasi kegiatan. Dampak ini
berlangsung selama konstruksi (18 bulan) dengan intensitas
munculnya

tiap

hari.

Hasil

evaluasi

yang

dilakukan

disimpulkan bahwa kegiatan konstruksi Berdampak Penting


Hipotetik (DPH) terhadap peningkatan limbah padat di
PT. Porter Hotel Makassar

II-131

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

dalam lokasi kegiatan. Dampak ini akan dikaji lebih lanjut di


dalam dokumen ANDAL.
-Bangunan fisik
Lokasi pembangunan Hotel Porter Makassar berbatasan
langsung

dengan

pemukiman

masyarakat,

pada

saat

konstruksi potensi material bangunan sangat berpotensi jatuh


dan mengenai rumah masyarakat yang ada disekitar lokasi
kegiatan. Dampak ini tergolong negatif penting mengingat
jumlah masyarakat yang berpotensi terkena dampak adalah
semua masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan.
Dampak ini berlangsung selama konstruksi (18 bulan) dengan
intensitas munculnya tiap hari. Hasil evaluasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa kegiatan konstruksi Berdampak Penting
Hipotetik (DPH) terhadap bangunan fisik di sekitar lokasi
kegiatan. Dampak ini akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
-Persepsi masyarakat
Terjadinya kerusakan bangunan akan menimbulkan persepsi
negatif masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, khususnya
yang berada di dekat tapak proyek.
masyarakat

yang

khawatir

terkait

Ada sekitar 14%


dengan

kerusakan

bangunan akibat tertimpahnya material pada saat konstruksi


berlangsung.

Dampak

ini

tergolong

dampak

penting

mengingat jumlah masyarakat yang terkena dampak sangat


banyak yaitu semua masyarakat yang berbatasan langsung
dengan lokasi kegiatan. Dampak ini berlangsung selama
konstruksi (18 bulan) dengan intensitas munculnya tiap hari.
Hasil evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Keresahan masyarakat

PT. Porter Hotel Makassar

II-132

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

Keresahan

masyarakat

KA-ANDAL

merupakan

dampak

lanjut

dari

terbentuknya persepsi negatif masyarakat di sekitar lokasi


kegiatan akibat terjadinya kerusakan bangunan. Dampak ini
tergolong dampak penting mengingat jumlah masyarakat
yang

terkena

dampak

sangat

banyak

yaitu

semua

masyarakat yang berada di sekitar lokasi kegiatan. Hasil


evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Kesehatan masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat muncul akibat adanya
peningkatan bising di sekitar lokasi kegiatan. Jenis gangguan
yang berpotensi diderita masyarakat yaitu gangguan susah
istirahat

yang

berdampak

lanjut

terhadap

kesehatan

masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini tergolong


dampak

penting

mengingat

jumlah

masyarakat

yang

terkena dampak sangat banyak yaitu semua maysarakat


yang berbatasan langsung dengan lokasi kegiatan. Hasil
evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.

5. Kegiatan Pemasangan Electrical dan Mekanikal


Kegiatan pemasangan elektrical dan mekanikal diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak potensil hipotetik antara lain:
-Bising
Pemasangan elektrikal dan mekanikal menggunakan alat
pemotong, mesin generator dan beberapa jenis mesin
lainnya.

Pada

saat

pengoperasian

peralatan

akan

menimbulkan bising disekitar lokasi, bising yang dihasilkan


diperkirakan hanya menyebar di dalam tapak kegiatan
PT. Porter Hotel Makassar

II-133

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

mengingat bangunan sudah tertutup dengan dinding dan


mengabsorpsi bising yang dihasilkan. Dinding bangunan
terdiri dari material bata ringan yang memiliki pori dan serat
sehingga dapat menjadi inclousure dan absorben bising yang
sangat

bagus.

Dampak

ini

tergolong

tidak

penting

mengingat jumlah masyarakat yang akan terkena dampak


tidak ada, lokasi persebaran dampak hanya terjadi di dalam
areal kegiatan, intensitas rendah dan berlangsung dalam
waktu yang sangat singkat, dampak ini berbalik secara cepat
seiring dihentikannya penggunaan alat. Hasil evaluasi yang
dilakukan disimpulkan sebagai Dampak Tidak Penting
Hipotetik (DTPH) dan tidak akan dibahas lebih lanjut di
dalam dokumen ANDAL.
-Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan sebagian besar masih dapat
dimanfaatkan kembali sehingga dampak ini tergolong sebagai
dampak negatif tidak penting. Intensitas dampak kecil dan
lama

berlangsungnya

manusia

yang

terkena

dampak
dampak

sangat
tidak

singkat.
ada

dan

Jumlah
lokasi

persebaran dampak hanya terjadi di dalam lokasi kegiatan.


Hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan ini
tidak termasuk sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
sehingga tidak akan dikaji lebih lanjut di dalam dokumen
ANDAL.

6. Kegiatan Finishing Bangunan


Kegiatan

finishing

bangunan

diprakirakan

menimbulkan

sejumlah dampak potensil hipotetik antara lain:


-Kualitas udara
PT. Porter Hotel Makassar

II-134

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Kegiatan finishing terdiri dari pekerjaan penghalusan dinding


bangunan, pembersihan dan pengecatan tembok bangunan.
Penghalusan

dinding

bangunan

dilakukan

dengan

menggunakan mesin dan akan meningkatkan konsentrasi


partikel di dalam ruang kegiatan. Dampak ini tergolong tidak
penting, mengingat jumlah masyarakat yang akan terkena
dampak tidak ada, lokasi persebaran dampak hanya terjadi di
dalam ruang kegiatan, intensitas rendah dan berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat, dampak ini berbalik secara
cepat seiring dihentikannya penggunaan alat. Hasil evaluasi
yang dilakukan disimpulkan sebagai Dampak Tidak Penting
Hipotetik (DTPH) dan tidak akan dibahas lebih lanjut di
dalam dokumen ANDAL.
-Bising
Pengoperasian peralatan seperti mesin penghalisan dinding
akan menimbulkan bising di sekitar lokasi, bising yang
dihasilkan diperkirakan hanya menyebar di dalam ruang
kegiatan

mengingat

bangunan

sudah

tertutup

dengan

dinding dan mengabsorpsi bising yang dihasilkan. Dinding


bangunan terdiri dari material bata ringan yang memiliki pori
dan serat sehingga dapat menjadi inclousure dan absorben
bising yang sangat bagus. Dampak ini tergolong tidak
penting mengingat jumlah masyarakat yang akan terkena
dampak tidak ada, lokasi persebaran dampak hanya terjadi di
dalam ruang kegiatan, intensitas rendah dan berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat, dampak ini berbalik secara
cepat seiring dihentikannya penggunaan alat. Hasil evaluasi
yang dilakukan disimpulkan sebagai Dampak Tidak Penting
Hipotetik (DTPH) dan tidak akan dibahas lebih lanjut di
dalam dokumen ANDAL.

PT. Porter Hotel Makassar

II-135

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

-Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan sebagian besar masih dapat
dimanfaatkan kembali sehingga dampak ini tergolong sebagai
dampak negatif tidak penting. Intensitas dampak kecil dan
lama

berlangsungnya

manusia

yang

dampak

terkena

sangat

dampak

tidak

singkat.
ada

Jumlah

dan

lokasi

persebaran dampak hanya terjadi di dalam lokasi kegiatan.


Hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan ini
tidak termasuk sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
sehingga tidak akan dikaji lebih lanjut di dalam dokumen
ANDAL.
C. Tahap Operasional
1. Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Operasional
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak penting hipotetik antara lain :
-Kesempatan kerja
Kesempatan kerja akan terbuka bagi masyarakat yang ada di
Kota Makassar, khususnya masyarakat yang ada di Kelurahan
Maloku. Kesempatan kerja yang paling dominan direkrut
adalah

pekerja

yang

berlatar

belakang

pendidikan

kepariwisataan. Hasil Konsultasi Masyarakat (PKM) yang


dilakukan menunjukan ada sekitar 14% masyarakat berharap
agar

tenaga

kerja

yang

digunakan

bersumber

dari

masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini tergolong


dampak penting
disimpulkan

hipotetik, hasil evaluasi yang dilakukan

bahwa

kegiatan

mobilisasi

tenaga

kerja

Berdampak Penting Hipotetik (DPH) terhadap terbukanya


kesempatan kerja, mengingat jumlah masyarakat yang akan
terkena dampak langsung yaitu sekitar 53 orang. Dampak ini
berlangsung dalam waktu yang sangat lama, intensitas
dampak

besar

PT. Porter Hotel Makassar

pada

saat

awal

operasional

dan

II-136

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

mempengaruhi komponen lingkungan sosial lainnya. Dampak


ini akan dibahas lebih lanjut di dalam kajian ANDAL.
-Pendapatan
Diterimanya

sebagai

tenaga

kerja

akan

berpengaruh

terhadap tingkat pendapatan bagi masyarakat yang direkrut


sebagai tenaga kerja. Peningkatan pendapatan bersumber
dari upah kerja yang dibayarkan tiap bulannya oleh pihak PT.
Porter

Hotel

penting,

Makassar.

mengingat

Dampak

jumlah

ini

tergolong

masyarakat

yang

dampak
terkena

dampak langsung yaitu 53 orang, jika diasumsikan tiap


tenaga kerja memiliki tanggungan keluarga sebanyak 3 orang
maka ada sekitar 159 orang yang akan terkena dampak.
Dampak

ini

disimpulkan

sebagai

Dampak

Penting

Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam


dokumen ANDAL.
-Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi positif masyarakat muncul akibat adanya
skala prioritas tenaga kerja lokal sebagai tenaga kerja.
Dampak ini tergolong dampak penting mengingat jumlah
masyarakat yang akan berpersepsi positif adalah semua
tenaga kerja lokal yang direkrut. Diasumsikan total tenaga
kerja yang diterima sebanyak 80% merupakan tenaga lokal
Kota Makassar, maka ada sekitar 42 orang yang akan terkena
dampak langsung. Jika diasumsikan setiap tenaga kerja
memiliki tanggungan keluarga 3 orang maka ada sekitar 126
orang yang akan terkena dampak langsung, dampak ini
berlangsung dalam waktu yang sangat lama dan akan
mempengaruhi komponen lingkungan sosial ekonomi lainnya.
Hasil evaluasi dampak persepsi masyarakat akibat kegiatan
penerimaan tenaga kerja operasional disimpulkan sebagai
Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan perlu dikaji lebih
lanjut di dalam dokumen ANDAL.
PT. Porter Hotel Makassar

II-137

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

2. Kegiatan Pengoperasian Kamar Hotel


Kegiatan pengoperasian kamar hotel diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak penting hipotetik antara lain :
-Hidrologi
Kebutuhan air bersih untuk operasional Hotel Porter Makassar
sebagian

bersumber

dari

air

PDAM.

Sebagian

besar

masyarakat sekitar lokasi masih menggunakan air PDAM


serta air permukaan untuk kebutuhan air bersih sehingga
kedepannya
Dampak

menimbulkan

ini

disimpulkan

persaingan
sebagai

pengambilan
Dampak

air.

Penting

Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam


dokumen ANDAL.
-Kualitas air
Menurunnya kualitas air bersumber dari limbah cair yang
dihasilkan dari kegiatan mandi, cuci dan kakus (MCK) tamu
hotel. Jumlah kamar yang akan dioperasikan sebanyak 312
kamar, limbah cair yang dihasilkan sekitar 144,3 m 3/hari.
Volume limbah yang dihasilkan semua terbuang ke saluran
kanal

dibagian

penerima

barat

dampak

lokasi
adalah

kegiatan.
saluran

Kondisi
air

perairan

yang

tidak

dimanfaatkan oleh masyarakat, aliran limbah yang dihasilkan


diperkirakan akan terakumulasi di badan air sebagai saluran
primer. Dampak ini tidak berpengaruh langsung terhadap
masyarakat, tetapi dampak ini berlangsung dalam waktu
yang

sangat

lama

dengan

intensitas

dampak

yang

berlangsung setiap hari. Limbah cair yang dihasilkan juga


tidak berpengaruh terhadap biota perairan, mengingat biota
perairan di saluran tersebut bukan sebagai produsen utama
untuk ekosistem parairan di saluran penerima dampak.
Intensitas dan dampak yang lama berlangsung sehingga
dampak ini tergolong dampak penting, hasil evaluasi yang
dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan pengoperasian kamar

PT. Porter Hotel Makassar

II-138

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

hotel Berdampak Penting Hipotetik (DPH) terhadap


penurunan kualitas air, dampak ini akan dibahas lebih lanjut
di dalam kajian ANDAL.
-Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan sebagian besar bersumber dari
sisa-sisa kemasan, jumlah limbah padat yang dihasilkan
sekitar 6,24 m3/hari. Intensitas dampak berlangsung tiap hari
dan berlangsung dalam waktu yang sangat lama, dampak ini
berpengaruh
sehingga

terhadap

komponen

dikategorikan

sebagai

lingkungan

lainnya

dampak

penting.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, disimpulkan dampak ini


sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Lalulintas
Gangguan lalulintas dalam bentuk kemacetan muncul akibat
adanya kendaraan pengunjung hotel yang keluar masuk dari
dalam lokasi hotel. Kendaraan yang keluar masuk dari Hotel
Porter Makassar akan mempengaruhi kecepatan kendaraan
yang melintas di depan tapak proyek. Jumlah masyarakat
yang terkena dampak relatif banyak dan berlangsung lama.
Dampak

ini

disimpulkan

sebagai

Dampak

Penting

Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam


dokumen ANDAL.
-

Persepsi masyarakat
Terjadinya

gangguan

lalulintas

akan

berdampak

lanjut

terhadap pola persepsi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.


Dampak ini tergolong dampak penting mengingat jumlah
masyarakat yang terkena dampak sangat banyak yaitu
semua maysarakat pengguna jalan, dampak ini juga akan
berpengaruh terhadap komponen lingkungan lainnya. Hasil
evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan

PT. Porter Hotel Makassar

II-139

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji


lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-

Keresahan masyarakat
Keresahan

masyarakat

merupakan

dampak

lanjut

dari

terbentuknya persepsi negatif masyarakat akibat terjadinya


gangguan lalulintas. Dampak ini tergolong dampak penting
mengingat jumlah masyarakat yang terkena dampak sangat
banyak yaitu semua maysarakat pengguna jalan. Intensitas
dampak sedang tetapi berlangsung dalam waktu yang sangat
lama. Hasil evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini
disimpulkan sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
dan akan dikaji lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
3. Pengoperasian Peralatan, Sarana dan Prasarana Hotel
Kegiatan pengoperasian peralatan, sarana dan prasarana hotel
diprakirakan menimbulkan sejumlah dampak yaitu:
-

Kualitas air
Jumlah limbah yang dihasilkan dari dapur sangat sedikit dan
akan dikelola di dalam Sewage treatmen Plant (STP). Dampak
ini tidak berpengaruh langsung terhadap masyarakat, limbah
yang dihasilkan juga tidak berpengaruh terhadap biota
perairan, mengingat biota perairan di saluran tersebut bukan
sebagai produsen utama untuk ekosistem parairan di saluran
penerima dampak. Dampak ini tergolong tidak penting,
hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan
pengoperasian gedung pertemuan dan fasilitas hotel sebagai
Dampak

Tidak

Penting

Hipotetik

(DTPH)

terhadap

penurunan kualitas air, dampak ini tidak akan dibahas lebih


lanjut di dalam kajian ANDAL.
-

Bising
Suara bising bersumber dari pengoperasian mesin generator
yang dimiliki. Mesin generator dioperasikan hanya pada saat
pasokan listrik dari PT. PLN mengalami gangguan. Dampak ini

PT. Porter Hotel Makassar

II-140

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

berlangsung dalam waktu yang singkat dengan intensitas


yang rendah. Dampak ini juga tidak kumulatif dan memiliki
daya lenting yang tinggi sehingga disimpulkan sebagai
dampak tidak penting hipotetik (DTPH). Dampak ini
sudah tidak dikaji lebih lanjut dalam dokumen ANDAL.
-

Limbah padat
Fasilitas hotel yang dioperasikan seperti kolam renang, spa
dan salon, fitness center dan kafe. Selain fasilitas hotel, juga
akan dioperasikan gedung pertemuan. Jenis limbah padat
yang

dihasilkan

seperti

sisa

makanan,

volume

yang

dihasilkan relatif banyak sehingga dampak yang ditimbulkan


tergolong sebagai dampak penting. Dampak berlangsung
lama

dengan

intensitas

tiap

hari,

dampak

ini

akan

mempengaruhi komponen lingkungan lainnya yang ada di


sekitar

lokasi

kegiatan.

Hasil

evaluasi

yang

dilakukan

disimpulkan bahwa kegiatan pengoperasian peralatan dan


fasilitas hotel sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
terhadap peningkatan limbah padat, dampak ini akan dibahas
lebih lanjut di dalam kajian ANDAL.
4. Kegiatan Pemeliharaan Bangunan dan Fasilitasnya
Kegiatan pemeliharaan bangunan dan fasilitasnya diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak antara lain :
-Bising
Meningkatnya bising bersumber dari suara mesin yang
digunakan

pada

saat

pekerjaan

penggantian

material

bangunan yang mengalami kerusakan. Bising yang dihasilkan


diperkirakan hanya menyebar di dalam ruang kegiatan
penggantian dan pemeliharaan yang dilakukan. Dinding
bangunan terdiri dari material bata ringan yang memiliki pori
dan serat sehingga dapat menjadi inclousure dan absorben
bising yang sangat bagus. Dampak ini tergolong dampak
tidak penting mengingat jumlah masyarakat yang akan
PT. Porter Hotel Makassar

II-141

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

terkena dampak tidak ada, lokasi persebaran dampak hanya


terjadi di dalam areal kegiatan, intensitas rendah dan
berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, dampak ini
berbalik secara cepat seiring dengan selesainya kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan. Hasil evaluasi, disimpulkan
sebagai Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) dan
tidak akan dibahas lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Limbah padat
Jenis limbah padat yang dihasilkan seperti sisa material dan
kemasan material yang digunakan termasuk limbah B3 dari
sisa lampu bekas, oli bekas, aki bekas memiliki volume yang
dihasilkan relatif sangat sedikit sehingga dampak yang
ditimbulkan tergolong sebagai negatif tidak penting. Dampak
berlangsung singkat dengan intensitas sangat kecil dan tidak
kumulatif,

dampak

ini

tidak

berpengaruh

terhadap

masyarakat dan berbalik dengan cepat. Hasil evaluasi yang


dilakukan

disimpulkan

bahwa

kegiatan

pemeliharaan

bangunan hotel bukan sebagai Dampak Penting Hipotetik


(DPH) terhadap peningkatan limbah padat, dampak ini tidak
akan dibahas lebih lanjut di dalam kajian ANDAL.
Hasil evaluasi dampak petensil yang muncul akibat kegiatan
pembangunan Hotel Porter Makassar secara ringkas dapat dilihat
pada Tabel 2.47.

PT. Porter Hotel Makassar

II-142

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Tabel 2.47. Hasil Evaluasi Dampak Potensil

Porter Hotel Makassar

II-143

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.39. Bagan Alir Evaluasi Dampak Potensil Yang Mengahasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Kegiatan
Porter Hotel Makassar

II-144

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Pembangunan Hotel Porter MakassarPada Tahap Pra Konstruksi

Gambar 2.40. Bagan Alir Evaluasi Dampak Potensil Yang Mengahasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Kegiatan
Porter Hotel Makassar

II-145

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Pembangunan Hotel Porter Makassar Pada Tahap Konstruksi

Gambar 2.41. Bagan Alir Evaluasi Dampak Potensil Yang Mengahasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Kegiatan
Porter Hotel Makassar

II-146

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Pembangunan Hotel Porter Makassar Pada Tahap Konstruksi

Porter Hotel Makassar

II-147

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.42. Bagan Alir Proses Pelingkupan Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

Porter Hotel Makassar

II-148

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

2.2. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian


Lingkup wilayah studi terdiri dari batas tapak proyek, batas
ekologi, batas sosial dan batas administrasi (Gambar 2.29), serta
batas waktu kajian. Uraian batas-batas wilayah studi adalah sebagai
berikut :
Lokasi wilayah studi AMDAL terletak di Kelurahan Maloku,
Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar. Batas wilayah studi
merupakan kesatuan dari batas wilayah proyek, batas administratif,
batas ekologi, batas sosial. Namun penentuannya disesuaikan dengan
kemampuan

pelaksanaan

yang

biasanya

memiliki

keterbatasan

sumberdaya seperti waktu, dana, tenaga, teknik dan metode


telaahan. Peta batas proyek, batas batas administratif, batas ekologi,
batas sosial dapat dilihat pada Gambar 2.29.
a. Batas Proyek
Batas proyek merupakan ruang suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan kegiatan pra konstruksi sampai dengan
operasionalisasi. Batas proyek seluas 956 m2 sesuai dengan surat
rekomendasi

izin

prinsip/rekomendasi

dari

Walikota

Makassar

No.644/70/DTRB/VII/2014 tentang Rekomendasi Peruntukan Lahan


Pembangunan Hotel atas nama PT Porter Hotel Makassar yang
terletak di Jalan Lamadukelleng No. 14, Kel. Maloku, Kec. Ujung
Pandang, Kota Makassar (Lampiran 2).
b. Batas Ekologis
Batas

ekologis

ialah

batas

ekosistem

yang

ditentukan

berdasarkan pada skala berlangsungnya proses alami dalam berbagai


bentuknya yang diprakirakan dapat terkena dampak penting dari
kegiatan

Pembangunan

Hotel

Porter

Makassar.

Batas

tersebut

mencakup wilayah saluran drainase di bagian barat lokasi kegiatan


dan pemukiman masyarakat yang ada di sekitar lokasi kegiatan.
c. Batas Administrasi
Batas
administratif

merupakan

batas

administrasi

pemerintahan yang saling berkaitan secara sosial-ekonomi dan sosialPorter Hotel Makassar

II-149

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

budaya. Batas administratif meliputi RW IV Kelurahan Maloku,


Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.

d. Batas Sosial
Ruang di sekitar rencana usaha yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma
dan nilai tertentu yang sudah mapan. Batas sosial pada dasarnya
merupakan

ruang

dimana

masyarakat

yang

terkena

dampak

lingkungan tunggal atau melakukan kegiatan kelompok masyarakat


yang akan dijadikan lokasi survey sosial ekonomi dan kesehatan.
Batas sosial ditetapkan meliputi masyarakat di Kelurahan Maloku,
Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.
2.5.1.

Batas Waktu Kajian

Waktu

kajian

dimaknai

sebagai

penetapan

tahun

yang

digunakan untuk prakiraan dan evaluasi dampak dalam ANDAL


penentuan batas waktu kajian digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya
rencana usaha dengan adanya rencana usaha. Batas waktu kajian
pada tahap konstruksi ditentukan berdasarkan lama waktu konstruksi
dilakukan. Batas waktu kajian pada tahap operasional di batasi
dengan

waktu

dioperasikannya

tahun,

Hotel

Porter

dengan

asumsi

Makassar

sudah

ditahun

ketiga

dalam

kondisi

maksimal. Pembagian batas waktu kajian masing-masing kegiatan


yang berdampak penting terhadap komponen lingkungan dapat
dilihat pada Tabel 2.38.
Tabel 2.48. Batas Waktu Kajian Rencana Pembangunan Hotel Porter
Makassar
No.
A

Kegiatan
Tahap Pra Konstruksi

Survey dan Penetapan Lokasi

Tahap Konstruksi

Mobilisasi tenaga kerja Konstruksi

Porter Hotel Makassar

Lama Waktu Kajian


Selama
berlangsung

kegiatan

Selama
konstruksi
berlangsung diprakirakan
18 bulan

II-150

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


No.
2
3
4
5
6
C
1
2
3
4

Kegiatan
Mobilisasi/ demobilisasi peralatan
dan
material
Pemancangan Tiang Bangunan
Konstruksi Bangunan, Sarana dan Prasarana
Hotel
Pemasangan Elektrikal dan Mekanikal
Finishing Bangunan
Tahap Operasional
Mobilisasi Tenaga Kerja Operasional
Pengoperasian Kamar Hotel
Pengoperasian
Peralatan,
Sarana
dan
Prasarana Hotel
Pemeliharaan Bangunan dan fasilitasnya

Porter Hotel Makassar

Lama Waktu Kajian


18 bulan
30 hari
18 bulan
12 bulan
6 bulan
3 tahun
3 tahun
3 tahun

II-151

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Tabel 2.49. Ringkasan Proses Pelingkupan Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar oleh PT Porter Hotel
Makassar

Porter Hotel Makassar

II-152

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

N
o.

Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah
Direncanakan
Sejak Awal
Sebagai Bagian
dari Rencana
Kegiatan

KA-ANDAL
Pelingkupan

Komponen
Lingkungan
Terkena Dampak

Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipoteti
k (DPH)

Wilayah
Studi

Batas Waktu Kajian


(sampaikan pula
justifikasi penentuannya)

Tahap Pra Konstruksi


1

Survey
Penetapan
Lokasi

dan

Belum ada

SOSEKBUD KESMAS

Persepsi
masyarakat

Terjadinya gangguan lalulintas


dan meningkatnya Bising akan
berdampak lanjut terhadap
pola persepsi masyarakat di
sekitar
lokasi
kegiatan.
Dampak ini tergolong dampak
penting mengingat jumlah
masyarakat
yang
terkena
dampak sangat banyak yaitu
semua maysarakat pengguna
jalan dan masyarakat yang
berbatasan langsung dengan
lokasi kegiatan, dampak ini
juga
akan
berpengaruh
terhadap
komponen
lingkungan
lainnya.
Berdasarkan
hasil
evaluasi
yang dilakukan maka kegiatan
ini
disimpulkan
sebagai
Dampak Penting Hipotetik
(DPH) dan akan dikaji lebih
lanjut di dalam dokumen
ANDAL

DPH

Keluraha
n Maloku

Selama tahap Survey dan


Penetapan Lokasi

Belum ada

SOSEKBUD KESMAS

Kesempatan
Kerja

Kesempatan kerja akan terbuka


bagi masyarakat yang ada di
Kota
Makassar,
khususnya
masyarakat
yang
ada
di
Kelurahan Maloku. Kesempatan
kerja yang paling dominan
direkrut
adalah
pekerja
bangunan seperti tukang dan
buruh.
Hasil
Konsultasi
Masyarakat
(PKM)
yang

DPH

Keluraha
n Maloku

Selama tahap konstruksi


diprakirakan 18 bulan

Tahap Konstruksi
1.

Mobilisasi
Tenaga
kerja
Konstruksi

Porter Hotel Makassar

II-153

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

Porter Hotel Makassar

KA-ANDAL

II-154

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

KA-ANDAL

Gambar 2.47. Peta Wilayah Studi Rencana Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar oleh PT Porter Hotel
Makassar

Porter Hotel Makassar

II-155

Anda mungkin juga menyukai