Oleh :
104216003
1
STUDI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM DI
PDAM TIRTA MAHOTTAMA KABUPATEN
KLUNGKUNG
Oleh :
104216003
2
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK
Judul Kerja Praktik : Studi Instalasi Pengolahan Air di PDAM Tirta Mahottama
MENYETUJUI,
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul “STUDI INSTALASI
PENGOLAHAN AIR MINUM DI PDAM TIRTA MAHOTTAMA KABUPATEN
KLUNGKUNG” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
1. Bapak Dr. Eng. Ari Rahman, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan Universitas Pertamina.
2. Ibu Ariyanti Sarwono, Ph.D., selaku dosen pembimbing kerja praktik.
3. Bapak I Nyoman Renin Suyasa, S.Sos., selaku direktur PDAM Tirta Mahottama
4. Bapak Ida Bagus Kade Astawa, S.T., selaku Pembimbing Instansi
5. Pegawai bagian teknik PDAM Tirta Mahottama Klungkung
6. Pegawai dan staff PDAM Tirta Mahottama Klungkung
7. Kedua orang tua, keluarga, dan orang-orang terdekat yang telah memberikan
dukungan moral maupun material secara tulus dan ikhlas.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan laporan kerja
praktik ini, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan laporan kerja praktek ini.
iii
DAFTAR ISI
iv
5.1.2 Unit Disinfeksi ........................................................................................................................ 25
5.2 Instalasi Pengolahan Air Laut .................................................................................................... 25
5.2.1 Pre-treatment dalam Metode Reverse Osmosis ...................................................................... 25
5.2.2 Reverse Osmosis...................................................................................................................... 26
5.3 Syarat Kualitas Air Minum ........................................................................................................ 26
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 28
6.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 28
6.2 Saran .......................................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 29
LAMPIRAN ..................................................................................................................................... 30
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Setiap kegiatan manusia memerlukan air,
mulai dari kegiatan penyiraman, mencuci, mandi, sampai konsumsi. Hal ini menyebabkan kebutuhan
akan air bersih meningkat. Sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai air minum antara lain, air
permukaan seperti sungai, danau, laut, dan air tanah. Namun, kondisi sumber air di Indonesia
semakin lama semakin mengalami pencemaran, sehingga tidak bisa langsung dimanfaatkan.
Berdasarkan data dari Republika.com tanggal 23 Maret 2019, sebanyak 82% sungai dari 550 sungai
di Indonesia memiliki kondisi tercemar dan kritis. Sedangkan untuk kondisi air tanah sebanyak
25,1% air tanah di desa-desa Indonesia tercemar dan sebanyak 2,7% nya tercemar berat, data ini
disampaikan oleh Irwan Gunawan yang merupakan direktur WWF Indonesia dalam Republika.com.
Hal ini menunjukkan semakin berkurangnya sumber air bersih bagi masyarakat Indonesia.
Permasalahan tersebut membuat perlu adanya proses pengolahan air sebelum disalurkan atau
digunakan oleh masyarakat. Salah satu badan pemerintahan yang bertanggung jawab dalam
penyediaan air bersih di Indonesia adalah PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Pengolahan yang
dilakukan oleh pihak PDAM berbeda-beda tergantung dari kualitas sumber air yang digunakan. Salah
satu PDAM yang terdapat di Indonesia adalah PDAM Tirta Mahottama yang bertempat di Jalan
Ngurah Rai, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. PDAM ini menggunakan tiga jenis sumber air,
yaitu air tanah, air permukaan, dan air laut. Air tanah dan air permukaan digunakan di 3 kecamatan
yaitu Kecamatan Klungkung, Kecamatan Banjarangkan, dan Kecamatan Dawan. Sedangkan di
Kecamatan Nusa Penida menggunakan sumber air baku berupa air laut dan air payau yang diolah
dengan teknologi SWRO, hal ini disebabkan karena di kecamatan Nusa Penida tidak ada sungai yang
dapat menjadi sumber air baku.
Namun, selain menyediakan unit pengolahan, hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kualitas air
tetap terjamin adalah menjaga sumber air agar tetap lestari. Terdapat 3 aspek yang diharapkan dapat
dipenuhi oleh setiap PDAM di Indonesia, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Oleh karena itu,
dilakukan studi mengenai proses pengolahan dan kondisi instalasi pengolahan yang ada di PDAM
Tirta Mahottama.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai selama kegiatan kerja praktik adalah sebagai berikut :
Kegiatan kerja praktik ini dilakukan di PDAM Tirta Mahottama yang beralamat di Jalan Ngurah Rai,
Semarapura Tengah, Kabupaten Klungkung. Kegiatan ini dilaksanakan selama 7 minggu, dengan
rincian 6 minggu pelaksanaan kerja praktik, yaitu dari tanggal 10 Juni hingga 19 Juli 2019 dengan
durasi 185,25 jam, dan 1 minggu kegiatan pembuatan laporan instansi yang dilakukan dari tanggal
29 Juli sampai 3 Agustus 2019.
1
BAB II PROFIL INSTANSI
Perusahaan ini didirikan melaui Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Klungkung no 11 tahun
1990 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung.
Sebelum adanya peraturan ini PDAM Kabupaten Klungkung bernama Badan Pengelola Air Minum
Kabupaten Klungkung, namun dengan adanya peraturan ini status tersebut diubah menjadi
perusahaan, dengan nama Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung,
yang memiliki wewenang membangun, memelihara dan menjalankan operasi sarana penyediaan air
minum, membimbing, menyempurnakan, dan mengawasi pemakaian air secara merata dan efisien,
menyelenggarakan pengaturan untuk mencegah adanya pengambilan air secara liar, serta
menyelenggarakan pelayanan air minum kepada masyarakat secara tertib dan teratur. PDAM ini
kemudian mengalami perubahan nama menjadi PDAM Tirta Mahottama yang dibentuk dan
ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung no 3 tahun 2017 tentang Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Mahottama.
Daerah layanan PDAM Tirta Mahottama mencakup 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Klungkung,
Kecamatan Banjarangkan, Kecamatan Dawan, dan Kecamatan Nusa Penida. Untuk melayani
keempat kecamatan tersebut PDAM-TM memiliki 22 sumur dalam dan 7 mata air.
Menjadikan Perusahaan Yang Mandiri Dengan Pelayanan Prima Dan Kinerja Yang Sehati.
1. Mewujudkan ketersediaan air bersih kepada seluruh pelanggan dalam rangka mendukung
pembangunan daerah dalam bidang kesehatan.
2. Meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pegawai perusahaan.
3. Meningkatkan kinerja perusahaan dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan dan
efisiensi biaya.
4. Turut serta dalam upaya menjaga dan memelihara kelestarian sumber air baku.
PDAM Tirta Mahottama tergabung dalam organisasi PERPAMSI (Persatuan Perusahaan Air Minum
Seluruh Indonesia). Sehingga logo perusahaan ini mengikuti logo organisasi PERPAMSI.
2
Logo perusahaan ini memiliki makna sebagai berikut :
1. Tirta Dharma berarti pengabdian PERPAMSI berupa penyediaan air minum bagi hajat
hidup dan kesejahteraan rakyat
2. Lima bentuk yang berupa sebuah lingkaran dan empat buah lengkungan lainnya bermakna
Pancasila.
3. Bentuk lingkaran sebagai air terjun menyatakan sumber air (air baku) yang berlimpah -
limpah.
4. Bentuk lingkaran penampang pipa yang dipenuhi air minum bermakna penyaluran air minum
bagi kesejahteraan rakyat yang memperlihatkan kuantitas dan kontinuitas pelayanan.
5. Warna
a. Warna hijau pada bentuk lingkungan melambangkan kualitas air baku yang belum diolah.
b. Warna biru pada lingkaran melambangkan kualitas air yang memenuhi syarat - syarat air
minum yang disalurkan bagi kesejahteraan rakyat.
6. Rangkaian bentuk - bentuk keseluruhan mewujudkan huruf - huruf PAM yang sudah sangat
dikenal kepanjangannya oleh masyarakat.
PDAM Tirta Mahottama dipimpin oleh seorang direktur utama yang bertanggung jawab kepada
pemerintah daerah setempat, yang dalam hal ini adalah Bupati Kabupaten Klungkung. Segala
kegiatan yang terlaksana di PDAM Tirta Mahottama diawasi oleh dewan pengawas yang merupakan
perwakilan bupati untuk memantau secara langsung kinerja dan kegiatan perusahaan.
3
Bupati Klungkung
Badan Pengawas
Direktur
Seksi Adm. Umum Seksi Hub. Seksi Transmisi dan Seksi Pemel &
Seksi Keuangan Seksi Akuntansi Seksi Produksi Seksi Perencanaan
dan Pers Langganan Distribusi Perawatan
Sub Seksi
Sub Seksi Pembaca Sub Seksi Tunggakan Sub Seksi Perc Sub Seksi Perencana Sub Seksi Perawatan
Sub Seksi Personalia Sub Seksi Sumber Penyambungan dan
Meter Rekening Anggaran Teknik Mesin, Pompa
adm teknik
Sub Seksi Sub Seksi Asset dan Sub Seksi Sub Seksi
Sub Seksi Pembelian
Pengolahan Data Persediaan Pengolahan dan Lab Penyegelan
4
2.5 Penempatan Kerja Praktik
Kegiatan kerja praktik ini dilakukan pada bagian teknik khususnya pada sub bagian produksi. Sub
bagian produksi berfungsi untuk memastikan bahwa air yang diproduksi oleh PDAM Tirta
Mahottama telah memenuhi baku mutu air minum dan memastikan ketersediaan air masih dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Sub bagian produksi juga berfungsi untuk
membantu memantau kondisi sumber air dan memastikan setiap unit berfungsi dengan baik.
5
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK
Observasi ini dilakukan di beberapa titik sumber air, khususnya mata air. Kegiatan ini dilakukan
untuk melihat kondisi sumber air dan menganalisa hasil yang ditemukan untuk kemudian dilaporkan
kepada pihak PDAM. Sumber air yang telah dikunjungi adalah Mata Air Gesing yang terletak di
daerah Rendang, Kabupaten Karangasem, Mata Air Bajing yang terletak di Desa Bajing, Kabupaten
Klungkung, Mata Air Tukad Jinah yang berada di Desa Bangbang, Kabupaten Bangli, serta sumur
air asin yang berada di pulau Nusa Ceningan yang menggunakan pengolahan berupa SWRO (Sea
Water Reverse Osmosis).
3.2 Sampling
Kegiatan sampling dilakukan pada 21 sumur dan 7 mata air, serta pada pengolahan SWRO. Sampling
dilakukan dengan kurun waktu satu bulan sekali. Kegiatan sampling ini dilakukan selama 3 hari.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengehatui kualitas air influent dan effluent baik dari segi fisik, kimia,
maupun biologis. Hasil kualitas air ini kemudian dibuatkan analisis kualitas air yang didalamnya
berisi tentang dampak kesehatan dari parameter yang berlebih, kemungkinan penyebab berlebihnya
parameter tersebut, serta instalasi pengolahan yang dapat diterapkan untuk mengurangi kadar
parameter yang berlebih. Hasil analisis ini kemudian akan digunakan oleh pihak PDAM sebagai
dokumen evaluasi yang kemudian diserahkan kepada Dinas Lingkungan Hidup.
Kegiatan pengecekan sisa klor ini dilakukan di bak pengangkat tekan (BPT) dan di beberapa rumah
pelanggan. Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa sisa klor yang sampai ke pelanggan
sudah memenuhi syarat yang ditentukan.
Pertemuan dengan pihak PUPR Jakarta dilakukan di tempat pengolahan SWRO di Pulau Nusa
Ceningan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengevalusi proses pengolahan SWRO dan kondisi instalasi
pengolahan. Selain dari segi produksi, pertemuan ini juga membahas mengenai distribusi air hasil
olahan SWRO yang diperuntukan untuk pulau Nusa Ceningan, Nusa Lembongan, dan Jungut Batu.
Pertemuan dengan pihak ESDM Bali dilakukan di tempat pengolahan SWRO di Pulau Nusa
Ceningan. Kegiatan ini membahas mengenai izin pengambilan air melalui sumur yang dibangun
untuk pengolahan SWRO. Pada kesempatan ini juga dijelaskan mengenai alasan dibangunnya unit
pengolahan SWRO di daerah Nusa Ceningan.
Dalam pelaksanaan kerja praktik PDAM Tirta Mahottama memberikan beberapa tugas khusus yaitu
menganalisis hasil laboratorium air tanah, dan membuat rekomendasi pengolahan bagi parameter
yang melebihi baku mutu, khususnya aluminium karena aluminium berlebih ditemukan di seluruh
sumur dalam. Tugas ini hanya sebatas rekomendasi untuk pihak PDAM Tirta Mahottama dan hasil
dari tugas ini diajukan ke Dinas Lingkungan Hidup sebagai evaluasi dari PDAM Tirta Mahottama
terkait langkah yang diambil untuk mengatasi beberapa parameter yang melebihi baku mutu. Tugas
6
kedua yaitu membuat rekomendasi pengolahan limbah kaporit. Tugas ini juga hanya sebatas
rekomendasi tanpa uji coba. Uji coba tidak dilakukan karena terbatas dana dan waktu.
7
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK
PDAM Tirta Mahottama menggunakan tiga jenis sumber air yaitu, air tanah, air permukaan, dan air
laut. Air tanah dan mata air digunakan untuk melayani daerah di Pulau Bali yang mencakup 3
kecamatan, yaitu Kecamatan Klungkung, Kecamatan Banjarangkan, dan Kecamatan Dawan.
Sedangkan air laut digunakan untuk melayani Kecamatan Nusa Penida tepatnya di Pulau Nusa
Ceningan dan Nusa Lembongan.
1. Sumur Dalam
PDAM Tirta Mahottama memiliki 21 sumur dalam dengan kapasitas produksi berbeda-beda. Berikut
daftar sumur dalam yang dimiliki oleh PDAM Tirta Mahottama.
Belum
SAB Terpasan Produksi
Dimanfaatkan Lokasi Cabang
(L/det) g (L/det) (L/det)
(L/det)
SD Semeagung 5 5 4 1 Klungkung Banjarangkan
SD Desa Pikat 4 2,5 2 2 Klungkung Dawan
SD Paksebali 10 10 7 3 Klungkung Dawan
SD RSU
10 10 4 6 Klungkung Klungkung
Klungkung
SD Tegalinggah 5 5 5 0 Klungkung Klungkung
SD Kutampi (I) 5 2,5 2 3 Klungkung Nusa Penida
SD Kutampi (II) 5 2,5 1 4 Klungkung Nusa Penida
SD Kutampi
(III) 5 2,5 2 3 Klungkung Nusa Penida
SD Dawan
Kaler 10 10 5 5 Klungkung Dawan
8
SD Kusamba 8 4 2,5 5,5 Klungkung Dawan
SD Buayang 18 15 8 10 Klungkung Dawan
SD Mincidan 18 15 8 10 Klungkung Dawan
SD Swecapura 10 5 3 7 Klungkung Klungkung
SD Sedap
Malam 7 5 5 2 Klungkung Klungkung
SD Akah 20 12 12 8 Klungkung Klungkung
SD Koripan 5 5 5 0 Klungkung Banjarangkan
SD Pura
2,5 2,5 0 2,5 Klungkung Banjarangkan
Kentelgumi
SD Balai
Budaya 12 12 9 3 Klungkung Klungkung
SD Cucukan Klungkung Klungkung
SD Besan Klungkung Dawan
SD Pesinggahan 5 5 5 0 Klungkung Dawan
Berdasarkan tabel di atas terdapat dua sumur dalam yang belum dimanfaatkan oleh pihak PDAM,
hal ini disebabkan karena kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi tanpa memanfaatkan kedua sumur
tersebut. Namun, apabila terjadi peningkatan konsumsi dari konsumen maka pihak PDAM dapat
memproduksi air di sumur tersebut atau meningkatkan produksi di sumur lain.
2. Unit Disinfeksi
Proses disinfeksi dalam pengolahan air tanah menggunakan gas klor yang dialirkan melalui pipa.
Dosis desinfektan yang digunakan berbeda-beda tergantung dari produksi sumur dalam tersebut.
9
4.1.2 Instalasi Pengolahan Air Permukaan
Sumber air permukaan yang digunakan oleh PDAM Tirta Mahottama adalah mata air. PDAM ini
memiliki tujuh mata air yang digunakan sebagai sumber air baku, yaitu sebagai berikut :
Belum
SAB Terpasang Produksi
Dimanfaatkan Lokasi Cabang
(L/det) (L/det) (L/det)
(L/det)
MA Gesing
200 176,9 162 38 Karangasem Klungkung
(rendang)
MA Bajing 40 40 16 24 Klungkung Klungkung
MA Tukad
30 10 10 20 Bangli Banjarangkan
Jinah
MA Lumbih
50 40 31 19 Klungkung Banjarangkan
(Tohpati)
MA Celing 10 5 5 5 Karangasem Klungkung
MA Penida 179 63 27 152 Klungkung Nusa Penida
MA Pesaban 15 10 8 7 Karangasem Klungkung
Adapun instalasi pengolahan yang digunakan dalam mengolah air permukaan ini adalah bangunan
intake dan unit disinfeksi, hal ini dikarenakan kualitas air yang masih terjaga, sehingga tidak
diperlukan unit yang kompleks untuk mengolah sumber air ini.
1. Bangunan Intake
Bangunan intake mata air di PDAM ini dibuat dari bahan beton yang melingkupi seluruh mata air.
Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya cemaran dari luar yang dapat merubah atau
memperburuk kualitas air.
2. Unit Disinfeksi
Proses Disinfeksi untuk mengolah mata air ini menggunakan gas klor dan kaporit. Penggunaan
kaporit hanya dilakukan pada mata air Tukad Jinah yang terletak di Desa Bangbang. Sedangkan
enam mata air lainnya menggunakan gas klor sebagai desinfektannya. Gas klor dilirkan melalui pipa
dari tabung menuju ke bangunan intake.
10
Gambar 4.4 Tabung Desinfeksi Gas Klor
Sumber: Dokumen Pribadi, 2019
Penggunaan kaporit sebagai disinfektan menyebabkan adanya timbulan limbah di mata air Tukad
Jinah. Penggunaan ini dilakukan dengan cara melarutkan padatan CaOCl ke dalam air. Dalam kondisi
setimbang reaksi kaporit dengan air merupakan reaksi bolak-balik, sehingga kaporit yang dilarutkan
dapat membentuk endapan Ca(OH)2 atau endapan CaOCl. Terbentuknya endapan ini bergantung dari
pH air. Sehingga untuk melakukan pengelolaan terhadap limbah tersebut, perlu diketahui terlebih
dahulu jenis endapan yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil pengamatan pihak PDAM limbah kaporit yang dibuang begitu saja menyebabkan
layunya pucuk tanaman singkong yang ditanam di area tersebut, selain itu juga menyebabkan
matinya rumput di sekitar tempat pembuangan. Kondisi ini meyebabkan perlunya pemulihan kondisi
tanah di sekitar tempat pembuangan. Salah satu cara pemulihan yang dapat dilakukan adalah dengan
cara fitoremediasi, yaitu menggunakan media tanaman untuk membersihkan pencemar dari tanah.
11
Gambar 4.6 Kondisi Rumput di Sekitar Tempat Pembuangan Kaporit
Sumber: Dokumen Pribadi, 2019
Pengolahan air laut dilakukan di Kecamatan Nusa Penida, tepatnya di Pulau Nusa Ceningan dan
Nusa Lembongan. Hal ini dilakukan karena daerah tersebut tidak memiliki sumber air tawar.
Mengutip pernyataan pihak ESDM Bali, wilayah Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan tersusun dari
batuan gamping yang cenderung berongga sehingga menyebabkan mudahnya terjadi intrusi air laut.
Selain itu, di daerah Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan tidak terdapat dataran tinggi sehingga air
hujan yang terserap ke dalam tanah tidak memiliki cukup tekanan untuk melawan intrusi air laut. Hal
ini menyebabkan sumber air di daerah tersebut bersifat payau dan asin. Sehingga digunakan
pengolahan berupa SWRO (Sea Water Reverse Osmosis). Pengolahan SWRO ini terdiri dari
beberapa rangkaian yang terdiri dari pengolahan pendahuluan atau pre-treatment dan pengolahan
membran. Adapun rangkaian instalasi pengolahan unit SWRO adalah sebagai berikut:
1. Sumur dalam
Pengambilan sumber air pada pengolahan SWRO tidak langsung berasal dari air laut melainkan dari
sumur dalam yang terletak di tepi laut. Hal ini dikarenakan jika mengambil air laut secara langsung
maka akan sulit dalam penyetelan alat, karena kualitas air laut yang berubah-ubah sesuai dengan
kondisi sekitar, selain itu pengurusan perizinan untuk mengambil air langsung di laut lebih kompleks
daripada membangun sumur dalam di tepi laut. Sifat air yang terdapat di sumur dalam ini adalah air
12
asin, hal ini ditunjukkan dengan tingginya kadar TDS yang mencapai 50.000 mg/L. Sehingga
pengolahan yang digunakan berupa pengolahan air laut (salt water reverse osmosis).
Sumur dalam ini memiliki kedalaman 50 m dengan letak pompa pada kedalaman 35 m. Daya pompa
yang digunakan pada sumur ini sebesar 15 liter/detik. Jenis pompa yang digunakan adalah pompa
submersible atau pompa celup. Bangunan sumur ini dilengkapi dengan kerangka pelindung untuk
melindungi pompa dari gangguan luar yang dapat mempengaruhi kinerja pompa.
2. Clarifier
Proses ini merupakan proses pre-treatment yang berguna untuk meringankan beban pengolahan RO.
Pengolahan pada proses ini berupa proses pengadukan. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan
padatan-padatan terlarut seperti mangan (syarat konsentrasi mangan dalam air yang dapat diolah
dalam RO adalah kurang dari 5 mg/L) dengan cara membentuk flok. Pembentukan flok ini dibantu
dengan penambahan senyawa kimia koagulan.
3. Bak sedimentasi
Setelah melalui bak clarifier air dialirkan ke dalam bak sedimentasi. Di dalam bak ini terjadi proses
sedimentasi flok yang telah terbentuk pada proses sebelumnya. Pada bak sedimentasi ini dilengkapi
dengan plate settler, hal ini berfungsi untuk mempercepat proses sedimentasi, sehingga ukuran bak
dapat dibuat lebih kecil. Menurut pihak PUPR kondisi bak sedimentasi ini akan lebih baik apabila
ditambahkan atap, karena jika kondisi temperatur tinggi flok-flok yang sudah terbentuk akan
cenderung naik ke atas, sehingga menyulitkn proses sedimentasi.
13
4. Bak penampung
Bak penampung ini berfungsi untuk menampung air baku setelah melewati proses sedimentasi dan
sebelum dialirkan ke unit pengolahan selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk menyamakan karakteristik
dan debit air yang akan masuk ke membran, sehingga tidak terjadi fluktuasi debit yang dapat
mempengaruhi kinerja membran.
Pengolahan ini menggunakan alat berupa resin yang dibentuk seperti lingkaran karet, membran ini
tersusun dari ribuan lingkaran resin. Jenis pengolahan yang terjadi di unit ini adalah pertukaran ion.
Pertukaran ion terjadi antara ion-ion terlarut dalam air dengan ion yang terdapat pada resin. Jika ion
yang ingin dipertukarkan adalah ion positif maka digunakan resin penukar kation, sedangkan jika
ion yang ditukarkan adalah ion negative maka resin yang digunakan adalah resin penukar anion.
Sebelum adanya pre-treatment pembersihan membran ini dilakukan cukup sering, yaitu seminggu
sekali, namun setelah adanya pre-treatment pembersihan membran ini dapat dilakukan sebulan
sekali. Pencucian media ini dilakukan dengan bahan kimia soda kaustik dan sodium meta bisulfit,
selanjutnya membran dibilas dengan air.
14
6. Membran ultrafiltrasi
Setelah melalui membran penukar ion air langsung dialirkan ke membrane ultrafiltasi. Membran
ultrafiltrasi ini dapat menyaring molekul-molekul berukuran kecil seperti virus ataupun sel bakteri.
Pada membran ini senyawa utama yang ingin disisihkan adalah mangan. Hal ini disebabkan karena
syarat kandungan mangan sebelum masuk ke dalam membran reverse osmosis adalah 0,1 mg/L.
Keberadaan mangan dapat mengganggu proses reverse osmosis karena menyebabkan terjadinya
pengerakan pada membran.
7. Bak penampung
Bak ini berfungsi untuk menampung air hasil olahan membran ultrafiltrasi sebelum akhirnya
disalurkan ke membran reverse osmosis. Hal ini dilakukan untuk menyamakan karakteristik dan
debit air yang akan masuk ke membran reverse osmosis, sehingga tidak terjadi fluktuasi debit yang
dapat mempengaruhi kinerja membran.
Pada membran ini terjadi proses desalinasi air laut. Membran ini dapat menahan ion-ion bermuatan
satu ataupun lebih yang terkandung dalam air laut, yang sebagian besar berupa ion garam-garaman
yang menyebabkan salinitas air tinggi. Ion-ion garam hanya dapat tersisihkan pada pengolahan
15
reverse osmosis. Membran reverse osmosis ini hanya beroperasi selama 7 jam sehari. Proses
pencucian membran reverse osmosis ini menggunakan bahan kimia soda kaustik dan sodium
metabisulfit.
9. Bak cleaning
Bak cleaning berfungsi sebagai tempat pencampuran bahan kimia yang akan digunakan dalam proses
pembersihan. Bahan kimia yang digunakan adalah soda kaustik dan sodium meta bisulfit. Kedua
jenis bahan kimia ini dapat meluruhkan residu-residu yang menempel pada membran sehingga
menghindari membran dari clogging (penyumbatan). Pencampuran bahan kimia ini dilakukan dalam
takaran tertentu.
Sisa bahan kimia hasil pencampuran yang dilakukan di bak cleaning ini disalurkan melalui pipa ke
saluran drainase yang ada di tempat pengolahan SWRO. Drainase ini kemudian akan terhubung
langsung ke laut.
16
Gambar 4.16 Saluran Pembuangan Bak Cleaning
Sumber: Dokumen Pribadi, 2019
10. Reservoir
Reservoir ini berfungsi untuk menampung air hasil olahan sebelum dilakukan distribusi ke
pelanggan.
Bak resapan ini berfungsi untuk menampung lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi dan
clarifier. Prinsip dari bak ini adalah lumpur akan terendapkan ke bawah sedangkan air bersih akan
keluar melalui pipa outlet. Pipa outlet dari bak resapan ini mengalir langsung ke laut.
Kualitas air yang bersumber dari air tanah masih tergolong baik. Hal ini disebabkan karena posisi
sumber air masih cukup terlindung dan jauh dari kegiatan masyarakat seperti industri maupun
kegiatan domestik. Namun masih ada beberapa parameter yang konsentrasinya melebihi baku mutu
yang disyaratkan oleh PERMENKES no 492 tahun 2010 tentang kualitas air minum. Berikut
merupakan tabel yang menyajikan data kualitas air tanah dalam:
17
Tabel 4.3 Kualitas Air Sumur Dalam (I)
Satuan Baku Mutu Kentel Gumi Kutampi I Kutampi II Kutampi III Mencidan Pesinggahan
Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
A. Parameter Kimia Anorganik
1. Nitrit (NO2) tidak tidak tidak tidak
mg/L 3 tidak terdeteksi 0,0442
terdeteksi terdeteksi terdeteksi terdeteksi
2. Nitrat (NO3) mg/L 50 1,3337 4,5521 4,2279 3,4063 1,8925 0,612
Parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan
A. Parameter Fisik
1. Bau - tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau
tidak
tidak berbau
berbau
2. Warna TCU 15 9 1 4 7 11 40
3. TDS mg/L 500 246 2740 1979 2650 327 621
4. Rasa - tidak berasa tidak berasa tidak berasa tidak berasa tidak berasa
tidak
tidak berasa
berasa
5. Suhu ᵒC
suhu udara +-
26 28 28 28 28 28
3 ᵒC
B. Parameter Kimia
1. Aluminium mg/L 0,2 0,2203 0,232 0,283 0,325 0,254 0,2
2. Besi mg/L 0,3 tidak terdeteksi
tidak
0,0258
tidak tidak
tidak terdeteksi
terdeteksi terdeteksi terdeteksi
3. Kesadahan mg/L 500 194 853,6 659,6 756,6 291 465,6
4. Klorida mg/L 250 15,27 1037,16 755,76 1157,76 16,08 60,3
5. Mangan mg/L 0,4 0,0009 0,0187 0,021 0,0184 0,0005 0,0011
6. pH - 6,5-8,5 7,9 7 7,3 7,1 7,4 7,4
7. Sulfat mg/L 250 11,315 58,353 45,718 52,434 12,897 16,45
8. Amonia mg/L 1,5 0,1008 1,9496 0,9839 1,2741 0,0442 0,5913
Sumber : Dokumen Arsip PDAM Tirta Mahottama
18
Tabel 4.4 Kualitas Air Sumur Dalam (II)
Satuan Baku Mutu Besan Cucukan Tegallinggah Sedap Malam Buayang Koripan Sema Agung
Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
A. Parameter Kimia Anorganik
1. Nitrit (NO2) mg/L 3 0,0269 0,0715
tidak
tidak terdeteksi
tidak tidak
tidak terdeteksi
terdeteksi terdeteksi terdeteksi
2. Nitrat mg/L 50 0,8788 0,6765 2,6973 0,2351 4,4202 3,4625 1,7282
(NO3)
Parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan
A. Parameter Fisik
1. Bau -
tidak tidak tidak
tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau
berbau berbau berbau
2. Warna TCU 15 40 20 40 7 20 4 3
3. TDS mg/L 500 251 194 368 247 300 224 217
4. Rasa -
tidak tidak tidak
tidak berasa tidak berasa tidak berasa tidak berasa tidak berasa
berasa berasa berasa
5. Suhu ᵒC
suhu udara
28 28 28 28 27 28 28
+- 3 ᵒC
B. Parameter Kimia
1. Aluminium mg/L 0,2 0,2432 0,2675 0,247 0,2405 0,325 0,2553 0,2553
2. Besi tidak
tidak
mg/L 0,3 terdeteks 0,3342 0,0347 0,0183 0,0183 0,0005
terdeteksi
i
3. Kesadahan mg/L 500 194 174,6 291 194 388 213,4 194
4. Klorida mg/L 250 38,59 0,0012 20,9 75,57 27,33 17,68 16,08
5. Mangan mg/L 0,4 0,0022 0,0012 tidak terdeteksi 0,0021 0,0005 tidak terdeteksi
9. pH - 6,5-8,5 10,1 7,8 7,4 7,6 7,5 7,1 7,7
10. Sulfat mg/L 250 19,447 20,562 17,627 15,724 7,7082 12,486 11,64
11. Amonia mg/L 1,5 0,2864 0,175 0,1192 0,1071 0,2606 0,1025 0,1017
Sumber : Dokumen Arsip PDAM Tirta Mahottama
19
Berdasarkan data tersebut terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu yaitu aluminium,
warna, kesadahan, TDS, klorida, dan pH. Salah satu parameter yang menjadi perhatian oleh pihak
PDAM adalah aluminium. Hal ini disebabkan karena kadar Aluminium berlebih di semua sumur
dalam yang ada. Aluminium merupakan logam yang bila dikonsumsi berlebih dapat menyebabkan
beberapa penyakit seperti alzheimer, fibrosis paru, kehilangan memori, kerusakan saraf pusat, dan
kelesuan. Sehingga pihak PDAM merencanakan untuk melakukan pengolahan yang dapat
menurunkan kadar aluminium. Kriteria pengolahan yang diinginkan PDAM adalah sebisa mungkin
tidak menambah unit, memiliki cara pengoperasian yang mudah, dan ekonomis.
Salah satu cara yang dapat diterapka oleh pihak PDAM adalah dengan metode filtrasi-adsorpsi
menggunakan karbon aktif, Metode ini menggabungkan antara proses filtrasi dan adsorpsi. Metode
ini lebih ekonomis dibandingkan metode lain karena kadar aluminium yang ingin dihilangkan cukup
kecil.
Kualitas air yang bersumber dari mata air masih tergolong baik. Hal ini disebabkan karena posisi
sumber air masih cukup terlindung dan jauh dari kegiatan masyarakat seperti industri maupun,
kegiatan domestik. Namun masih ada beberapa parameter yang konsentrasinya melebihi baku mutu
yang disyaratkan oleh PERMENKES no 492 tahun 2010 tentang Kualitas Air Minum. Berikut
merupakan tabel yang menyajikan data kualitas mata air:
20
Tabel 4.5 Kualitas Air Mata Air
Baku
Satuan Bajing Celing Pesaban Lumbih Rendang Bangbang Penida
Mutu
Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
A. Parameter Kimia Anorganik
1. Nitrit (NO2) mg/L 3 ttd ttd ttd ttd ttd ttd 0,0001
2. Nitrat (NO3) mg/L 50 0,6678 0,5794 1,7081 0,0187 0,0779 0,0254 0,6341
3. Arsen mg/L 0,01 ttd ttd 0,23 0,133 ttd ttd 0,342
4. Flourida mg/L 1,5 0,764 0,701 0,0003 ttd 0,749 0,085 ttd
5. Sianida mg/L 0,07 <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 <0,002
Parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan
A. Parameter Fisik
1. Bau -
tidak
tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau
tidak tidak
berbau berbau berbau
2. Warna TCU 15 4 2 0 0 0 0 0
6. TDS mg/L 500 170 156 236 196 120 156 726
7. Kekeruhan NTU 5 3,73 1 1,5 0,54 1,42 1,63 0,62
8. Rasa -
tidak
tidak berasa tidak berasa tidak berasa tidak berasa tidak berasa
tidak tidak
berasa berasa berasa
9. Suhu suhu
ᵒC udara +- 28 29 26 25 27 27 26
3 ᵒC
B. Parameter Kimia
1. Aluminium mg/L 0,2 0,178 0,1537 0,2351 0,272 0,151 0,1537 0,1295
2. Besi mg/L 0,3 0,2645 0,2853 ttd 0,0741 0,2236 0,4093 ttd
3. Kesadahan mg/L 500 275,52 223,86 303,62 464,94 206,64 223,86 349,4
4. Klorida mg/L 250 25,83 18,33 22,58 16,67 28,72 19,16 188,28
5. Mangan mg/L 0,4 0,0007 0,0009 0,001 0,0028 0,0007 0,0008 0,001
10. pH - 6,5-8,5 7 7 7 7 7 7 8
11. Sulfat mg/L 250 19,051 20,263 18,188 10,211 16,327 7,5117 19,026
12. Amonia mg/L 1,5 0,1113 0,1075 0,1356 0,1008 0,0834 0,0776 0,2298
Sumber : Dokumen Arsip PDAM Tirta Mahottama
21
Berdasarkan tabel tersebut kualitas mata air PDAM Tirta Mahottama masih tergolong baik, hal ini
dilihat dari sedikitnya parameter yang melebihi baku mutu. Mata air ini ada yang terletak di
Kabupaten Klungkung dan beberapa teretak di Kabupaten lain. Untuk Kabupaten Klungkung
parameter yang melebihi baku mutu adalah aluminium, sedangkan untuk kabupaten lain parameter
yang melebihi baku mutu adalah besi. Sehingga dapat dikatakan bahwa kadar aluminium ini
dipengaruhi oleh batuan penyusun daerah Kabupaten Klungkung.
22
Hasil pengukuran air baku menunjukkan terdapat 5 parameter yang melebihi baku mutu, yaitu TDS,
kesadahan, klorida, kekeruhan, dan besi. Kadar TDS dalam air baku mencapai 50 kali lebih tinggi
daripada baku mutu yang diizinkan. Namun setelah dilakukan pengolahan kadar TDS berkurang
menjadi 270 mg/L. Parameter lain yang memiliki konsentrasi sangat besar adalah konduktivitas.
Nilai konduktivitas yang terukur dalam air baku adalah 45000 µMhos/Cm. Nilai konduktivitas yang
dapat dijadikan sebagai air minum berkisar antara 42-500 µMhos/Cm (Khairunnas, 2018). Namun
di Indonesia baku mutu konduktivitas belum tercantum pada permenkes 492 tahun 2010 mengenai
persyaratan air minum. Dengan menggunakan teknologi reverse osmosis nilai konduktivitas dapat
diturunkan hingga menjadi 445 µMhos/Cm. Adapun efisiensi penyisihan untuk masing-masing
parameter disajikan dalam table berikut
TDS 98,92%
Kesadahan 99,58%
Klorida 98,77%
Kekeruhan 77,74%
Konduktivitas 98,92%
Dilihat dari tabel tersebut efisiensi penyisihan kelima parameter tersebut terbilang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pengolahan dengan metode reverse osmosis efektif digunakan dalam
pengolahan air di wilayah Nusa Ceningan dengan sumber air baku air laut. Hal ini juga didukung
dengan konsentrasi dari parameter-parameter tersebut pada air efluen telah memenuhi nilai baku
mutu air minum.
Bahan kimia digunakan pada unit disinfeksi dan pengolahan secara reverse osmosis. Dalam
pengolahan RO bahan kimia cenderung digunakan sebagai bahan pendukung proses produksi, salah
satunya adalah sebagai pembersih. Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses ini
adalah sebagai berikut:
1. Gas Klor
Senyawa ini digunakan sebagai desinfektan pada pengolahan air tanah dan mata air. Dosis
penggunaan senyawa ini disesuaikan dengan kapasitas produksi masing-masing unit.
Senyawa ini digunakan sebagai disinfektan di salah satu mata air, tepatnya mata air Bangbang.
Penggunaan bahan kimia ini menimbulkan limbah berupa endapan putih.
Senyawa ini digunakan sebagai pembersih bersama dengan sodium meta bisulfit.
23
4. Sodium Hipoklorit (NaOCl)
Sodium hipoklorit biasa digunakan sebagi bahan disinfektan pada unit pengolahan SWRO. Hal ini
disebabkan karena adanya ion OCl- atau ion hipoklorit yang akan bereaksi dengan air membentuk
HOCl yang merupakan senyawa oksidator.
5. Antiscalant
Antiscalant merupakan bahan kmia yang digunakan untuk menghilangkan kerak yang terbentuk pada
membran reverse osmosis. Kerak ini terbentuk akibat adanya akumulasi dari senyawa anorganik
terlarut seperti garam mineral. Ketika kelarutan garam mineral ini sudah lewat jenuh, maka senyawa-
senyawa ini akan mengendap dan membentuk kerak pada membran. Adanya kerak dapat
mengakibatkan clogging atau penyumbatan, sehingga akan berdampak pada penurunan tekanan dan
memperburuk kualitas air yang dihasilkan.
6. Antifouling
Fouling terjadi ketika kontaminan terakumulasi dan menyebabkan penyumbatan pada membran.
Fouling dapat disebabkan oleh partikel koloid, senyawa organik, mikroorganisme atau bakteria.
Untuk mengurangi frekuensi terjadinya fouling maka diperlukan adanya pre-treatment. Namun,
untuk beberapa zat yang tidak bisa dihilangkan dalam pre-treatment diperlukan bahan kimia
antifouling.
Sodium meta bisulfit secara umum dikenal sebagai bahan pengawet makanan, namun dalam
pengolahan air minum senyawa ini dapat digunakan sebagai pembersih membran.
24
BAB V TINJAUAN TEORITIS
Jenis dan jumlah instalasi pengolahan air minum yang digunakan bergantung dari beberapa faktor.
Menurut Davis (2010), faktor-faktor tersebut dapat berupa karakteristik air baku, kondisi lingkungan
dan regulasi, ketersedian sumber daya, dan biaya. Karakteristik air akan berbeda-beda tergantung
dari sumber air baku berasal. Secara umum menurut Davis (2010) instalasi pengolahan air minum
umumnya terdiri dari bangunan intake, unit koagulasi, unit flokulasi, unit sedimentasi, unit filtrasi,
dan unit desinfeksi. Namun PDAM Tirta Mahottama hanya menggunakan bangunan intake dan unit
disinfeksi untuk mengolah air permukaannya. Hal ini dikarenakan sumber air PDAM Tirta
Mahottama merupakan mata air yang memiliki kualitas air baik.
Bangunan Intake merupakan bangunan yang dibuat untuk tempat penangkap air atau tempat
masuknya air sungai, danau, situ atau waduk. Syarat bangunan intake adalah memiliki ukuran yang
memadai agar dapat menampung jumlah air yang dibutuhkan, memiliki struktur yang kokoh,
diletakkan pada tempat dengan kualitas air paling baik, terlindungi dari hal-hal yang dapat merusak
peralatan, mudah dilakukan pemeliharaan, dan tidak mengganggu kehidupan akuatik (Davis, 2010).
Bangunan intake di PDAM Tirta Mahotttama dilindungi oleh broncaptering, yang berfungsi untuk
menjaga kualitas sumber air (mata air) serta menjaga peralatan pompa dari kerusakan.
Desinfeksi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme
pathogen sesuai dengan syarat yang ditetapkan (Davis, 2010). Terdapat 5 bahan yang umum
digunaakan sebagi desinfektan pada pengolahan air minum, yaitu free chlorine, combined chlorine,
ozon, klorin dioksida, dan radiasi sinar ultraviolet (Davis, 2010). PDAM Tirta Mahottama
menggunakan desinfektan berupa gas klor dan kalsium hipoklorit (Ca(OCl)2). Proses disinfeksi
dengan gas klor dilakukan dengan cara mengalirkan gas klor melalui pipa bertekanan ke dalam
bangunan intake. Sedangkan proses disinfeksi dengan menggunakan kalsium hipoklorit dilakukan
dengan melarutkan kalsium hipoklorit kemudian menyalurkan air tersebut ke reservoir untuk
dilakukan proses desinfeksi.
Pengolahan air laut umumnya dilakukan dengan proses desalinasi air laut. Desalinasi merupakan
suatu proses pengolahan air yang bertujuan untuk menghilangkan kadar garam berlebih dalam air
sehingga air dapat dikonsumsi. Salah satu metode desalinasi yang efektif untuk diterapkan adalah
metode reverse osmosis. Metode ini menggunakan media membran dengan memanfaatkan fenomena
osmosis pada air, namun dalam metode ini fenomena osmosis dibuat terbalik dari teorinya, yaitu air
dialirkan dari konsentrasi tinggi ke rendah.
Pre-treatment ini dilakukan untuk mencegah munculnya kerak pada membrane yang berasal dari
silika (SiO2) dan garam laut seperti kalsium karbonat dan kalsium sulfat (Davis, 2010). Pre-treatment
ini dapat dilakukan dengan cara konvensional maupun non konvensional. Cara konvensional dapat
dilakukan dengan metode koagulasi dan filtrasi media granular, sedangkan cara non konvensional
25
dapat dilakukan dengan menggunakan membran ultrafiltrasi atau membran microfiltrasi (Valavala,
et.al, 2011).
PDAM Tirta Mahottama menggunakan beberapa unit pre-treatment yaitu, clarifier, sedimentasi,
membrane resin, dan ultrasiltrasi. Clarifier dan sedimentasi digunakan untuk menghilangkan
padatan-padatan dengan ukuran cukup besar, seperti lumpur atau pasir. Sedangkan membrane resin
dan ultrafiltrasi digunakan untuk menghilangkan garam-garam laut. Penambahan clarifier dan
sedimentasi ini menyebabkan media membrane resin dan ultrafiltrasi dapat digunakan lebih lama.
PDAM Tirta Mahottama juga menggunakan bahan-bahan antifouling dan antiscalant untuk
mencegah terjadinya kerak baik oleh garam laut maupun oleh mikroorganisme.
Reverse Osmosis merupakan suatu cara yang digunakan untuk menghilangkan sebagian besar
kontaminan dalam air dengan cara mengalirkan air dibawah tekanan melalui membran semi
permeabel (Puretec Industrial Water). Metode reverse osmosis terdiri dari dua jenis, yaitu single
pass dan double pass. Metode single pass menggunakan 1 buah mesin RO yang menghasilkan
permeate water dan concentrate water. Pada RO single pass air concentrate water tidak
dimanfaatkan kembali. Sedangkan pada RO double pass menggunakan lebih dari 1 mesin RO. Pada
sistem double pass concentrate water yang dihasilkan oleh mesih pertama akan diolah lagi pada
mesin RO selanjutnya. Sedangkan concentrate water pada mesin RO terakhir akan dikembalikan
untuk menjadi campuran air baku (Puretec Industrial Water).
PDAM Tirta Mahottama menggunakan metode single pass dalam pengolahannya hal ini terlihat dari
penggunaan 1 mesin RO dan concentrate water yang dihasilkan tidak digunakan kembali sebagai
campuran air baku.
Sebagai salah satu perusahaan daerah air minum, air olahan PDAM Tirta Mahottama harus
memenuhi baku mutu yang disyaratkan oleh pemerintah. Dalam hal ini baku mutu yang digunakan
adalah baku mutu air minum yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 492 tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Parameter yang dirujuk oleh PDAM Tirta Mahottama
hanyalah parameter wajib, mengingat kondisi sumber air yang masih terjaga dan jauh dari kegiatan
domestik maupun industri.
1. Parameter Mikrobiologi
a. E. Coli Jumlah per 100 ml Sampel 0
b. Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml Sampel 0
2. Kimia an-organik
a. Nitrit (NO2) mg/L 3
b. Nitrat (NO3) 50
26
B. Parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan
1. Parameter fisik
a. Bau - tidak berbau
b. Warna TCU 15
c. TDS mg/L 500
d. Rasa - tidak berasa
e. Suhu ᵒC suhu udara +- 3 ᵒC
2. Parameter Kimiawi
a. Aluminium mg/L 0,2
b. Besi mg/L 0,3
c. Kesadahan mg/L 500
d. Khlorida mg/L 250
e. Mangan mg/L 0,4
f. pH - 6,5-8,5
g. Sulfat mg/L 250
h. Ammonia mg/L 1,5
Sumber: PERMENKES no 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
Salah satu parameter yang menjadi perhatian oleh PDAM Tirta Mahottama adalah aluminium.
Aluminium merupakan logam yang dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh tubuh, bahkan
aluminium sengaja ditambahkan dalam makanan maupun air yang dikonsumsi. Namun, kelebihan
aluminium dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti kepikunan, alzheimer, dan
kelesuan.Menurut WHO konsumsi aluminium maksimal yang diperbolehkan adalah 2 mg/kg berat
badan. Kandungan aluminium di PDAM Tirta Mahottama meskipun berlebih namun tidak mencapai
angka signifikan, sehingga masih aman untuk dikonsumsi.
27
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Instalasi pengolahan yang terdapat di PDAM Tirta Mahottama dibedakan menjadi instalasi
pengolahan air tawar dan air asin. Instalasi pengolahan air tawar terdiri dari bangunan intake
dan disinfeksi, sedangkan instalasi pengolahan air laut terdiri dari sumur dalam, clarifier, bak
pengendapan, membran, bak penampung, membrane ultrafiltrasi, bak penampung, membran
reverse osmosis, bak cleaning, reservoir, dan bak resapan.
2. Kualitas air di PDAM Tirta Mahottama sudah cukup baik. Hal ini ditandai dengan sedikitnya
parameter yang melebihi baku mutu. Parameter tersebut adalah aluminium, TDS, kesadahan,
warna, pH, klorida, ammonia, dan besi. Dari parameter tersebut aluminium merupakan
parameter yang melebihi baku mutu di hampir seluruh sumur dalam, namun konsentrasinya
masih aman untuk dikonsumsi.
3. Unit pengolahan SWRO mampu menyisihkan TDS, besi, klorida, kesadahan, kekeruhan,
konduktivitas sehingga membuat air yang dihasilkan memiliki kualitas yang memenuhi
persyaratan air minum, oleh karena itu dapat dikatakan pengolahan SWRO berjalan secara
efektif
4. PDAM Tirta Mahottama menggunakan beberapa bahan kimia dalam proses produksinya. Bahan
kimia ini digunakan sebagai desinfektan dan penunjang dalam pengolahan RO. Adapun bahan
kimia yang digunakan adalah gas klor, antiscalant, antifouling, natrium hidroksida, sodium
meta bisulfit, dan sodium hipoklorit. Penggunaan kalsium hipoklorit menimbulkan limbah
berupa endapan putih pada proses pengolahan.
6.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diajukan kepada PDAM Tirta Mahottama adalah sebagai berikut:
1. Disarankan untuk lebih memperhatikan bangunan intake mata air agar tidak terdapat lubang
yang dapat menyebabkan masuknya cemaran dari luar sehingga mempengaruhi kualitas sumber
air.
2. Disarankan untuk membenahi kondisi tempat penyimpanan tabung gas klor, agar tidak
menimbulkan kecelakaan-kecelakaan yang tidak diinginkan.
3. Disarankan untuk melakukan pengolahan kepada beberapa parameter yang melebihi baku mutu
seperti aluminium, besi, warna, dan kesadahan. Pengolahan dapat dilakukan dengan metode
filtrasi-adsorpsi atau koagulasi-flokulasi.
4. Disarankan agar melakukan pengolahan atau penampungan terlebih dahulu kepada limbah-
limbah yang dihasilkan selama proses produksi, seperti limbah kaporit dan limbah sisa bahan
kimia pada proses RO.
5. Disarankan agar melakukan penataan pada lokasi pengolahan reverse osmosis dan menyediakan
APD bagi operator dan pengunjung.
28
DAFTAR PUSTAKA
Davis, Mackenzie L. 2010. Water and Wastewater Engineering. Mc Graw Hill.
Khairunnas & Mulya Gusman. 2018. Analisis Pengaruh Parameter Konduktivitas, Resistivitas dan
TDS Terhadap Salinitas Air Tanah Dangkal pada Kondisi Air Laut Pasang dan Air Laut Surut
di Daerah Pesisir Pantai Kota Padang. Jurnal Bina Tambang. Vol 3, No: 4. Diakses dari
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/mining/article/download/102295/100886 pada tanggal
30 Juli 2019
Pemerintah Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 492 Tahun 2010
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta.
Puretec Industrial Water. Basics of Reverse Osmosis. Puretec Industrial Water, puretecwater.com:
https://puretecwater.com/downloads/basics-of-reverse-osmosis.pdf pada tanggal 19 Juli 2019
Zuraya, Nidia. 2019. 82 Persen Sungai di Indonesia Tercemar dan Kritis. Diakses dari
Republika.co.id : https://m.republika.co.id/amp/porsc1383
29
LAMPIRAN
30
31
32
33
34
35
36
37
38