KABUPATEN JOMBANG
BAB 4
ANALISIS BENCANA ALAM
Indonesia sendiri termasuk dalam iklim tropis basah atau daerah hangat lembab
yang ditandai dengan kelembagan udara yang relatif tinggi (mencapai diatas 90%), curah
hujan yang tinggi, suhu udara diatas 18 0C dan dapat mencapai 38 0C pada musim
kemarau. Perberdaan antar musim tidak terlalu terlihat, kecuali periode sedikit hujan dan
banyak hujan yang disertai dengan angin kencang.
Potensi kejadian angin Puting Beliung biasa terjadi pada musim peralihan, baik
peralihan musim hujan ke kemarau ataupun dari musim kemarau ke penghujan, dan
seringnya kejadian tersebut disertai hujan, karena terbentuknya daerah-daerah konvergen
atau tempat berkumpulnya massa udara yang membentuk awan konvektif (awan yang
berpotensi hujan). Awan konvektif selanjutnya menjadi awan kumulonimbus yang
menyebabkan hujan turun disertai petir.
Di bawah ini disajikan gambar tentang peta zona iklim dan peta curah hujan di
wilayah Provinsi Jawa Timur.
Besar kecilnya banjir dapat dilihat dari intensitas hujan yang terjadi. Intensitas
hujan menunjukkan besaran hujan dalam waktu tertentu. Intensitas hujan yang tinggi
berpotensi menimbulkan banjir. Di bawah ini adalah klasifikasi intensitas hujan menurut
BMKG.
Dari beberapa data curah hujan, intensitas hujan yang di wilayah Kabupaten
Jombang pada kala ulang 25 tahun sebesar 6,92 mm/jam. Berdasarkan tabel klasifikasi
tersebut, maka secara intensitas hujan yang terjadi di wilayah Kabupaten Jombang
termasuk dalam kategori hujan lebat. Intensitas hujan yang lebat ini berpotensi
menimbulkan banjir di wilayah Kabupaten Jombang.
Berdasarkan data curah hujan pada tahun 2015 tercatat pada bahwa hujan terjadi
pada bulan November-Mei, sedangkan pada bulan Juni-Oktober tidak terjadi hujan. Tidak
adanya hujan di wilayah Kabupaten Jombang ini menyebabkan beberapa wilayah
berpotensi terjadi kekeringan, yang meliputi Kecamatan Plandaan, Kecamatan Kudu, dan
Kecamatan Megaluh yang memiliki intensitas hujan kecil.
4.1.2 TOPOGRAFI
Topografi wilayah berpengaruh terhadap potensi bencana alam, terutama pada
aspek kondisi kemiringan lahan. Wilayah dengan kemiringan lahan yang lebih besar
potensinya longsor lebih tinggi daripada dataran. Tipologi daerah rawan longsor
berdasarkan kondisi kemiringan lahannya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa wilayah yang memiliki potensi bencana tanah
longsor berdasarkan kemiringan lahannya adalah wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam,
Mojoagung, Sumobito, Kudu, Ngusikan, Kabuh, dan Kecamatan Plandaan. Potensi longsor
terbesar terdapat di wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Plandaan.
4.1.3 HIDROLOGI
Aspek hidrologi tidak mengenal batas administrasi (non administrative boundry)
tetapi berdasarkan daerah tangkapan air (catchment area). Dengan demikian potensi
bencana alam berdasarkan aspek hidrologi ini tidak terlepas dari faktor ekternal yaitu
Daerah Aliran Sungai (DAS). Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang terletak di DAS
Brantas, dimana luasannya mencapai 99,2% dari luas total wilayah, dan sisanya berada di
DAS Bengawan Solo. Dalam skala yang lebih kecil, wilayah Kabupaten Jombang terdiri dari
5 Sub DAS, yaitu Sub DAS Beng, Sub DAS Konto, Sub DAS, Sub DAS Marmoyo, Sub DAS
Ngotok-Ringkanal, dan Sub DAS Gunting.
4.1.4 GEOLOGI
Wilayah di Indonesia merupakan memiliki tingkat kerentanan bencana alam cukup
tinggi, hal tersebut karena letak Indonesia yang berada diantara tiga lempeng dunia
sehingga ancaman bencana sangat rentan terjadi. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya bencana alam, salah satunya adalah faktor geologi. Bencana Geologi adalah
semua peristiwa atau kejadian di alam yang berkaitan dengan siklus-siklus yang terjadi di
bumi atau segala sesuatu yang disebabkan oleh faktor-faktor geologi. Faktor geologi
tersebut meliputi struktur dan tekstur dari tanah atau batuan, jenis tanah dan batuan, pola
pengaliran sungai, topografi suatu daerah, struktur geologi (lipatan dan patahan), tektonik
maupun gunungapi.
Beberapa faktor geologi tersebut sering menjadi pemicu terjadinya bencana alam,
bencana alam bisa terjadi dengan kekuatan rendah, sedang dan besar. Faktor geologi
tersebut selain menyebabkan adanya potensi bencana, pada kenyataannya faktor-faktor
geologi tersebut memberi arti penting dalam kehidupan dan siklus kehidupan di bumi.
Jenis bencana alam yang disebabkan oleh faktor geologi diantaranya tanah longsor,
kekeringan, banjir dan banjir bandang, letusan gunungapi, gempa dan tsunami.
Tanah longsor diakibatkan oleh gerakan tanah, biasanya terjadi di daerah yang
berlereng tidak stabil dan dipicu oleh curah dan intensitas hujan. Adanya lapisan
impermeable (batuan keras kedap air, lapisan lempung) di bawah lapisan tanah sehingga
air tanah akan mengendap/mengalir di atas lapisan lapisan tersebut, pada titik jenuhnya
air tersebut akan membuburkan lapisan tanah di diatas lapisan tersebut sehingga tanah
akan bergerak sesuai dengan arah kemiringan lapisan impermeable tersebut baik seketika
maupun rayapan
Kekeringan merupakan fenomena alam yang tejadi akibat kondisi geologi suatu
wilayah, jenis dan sifat dari tanah dan batuan di suatu daerah akan sangat berpengaruh
pada asupan dan serapan air tanah. Pada daerah yang didominasi atau tersusun oleh
batuan pejal dan keras denga lapisan tanah yang tipis pada umumnya tidak menyimpan air
dalam waktu yang lama bahkan dapat langsung menjadi surface run off atau lolos ke
bawah permukaan melalui celah-celah batuan.
Banjir dan banjir bandang erat kaitannya dengan kapasitas area tangkapan air di
daerah hulu. Berkurangnya area hijau di daerah hulu akan meningkatkan ancaman banjir,
sementara itu minimnya vegetasi akan meningkatkan potensi longsor di daerah hulu,
sehingga jika terjadi longsor di sekitar badan sungai akan mengakibatkan terbentuknya
bendungan alam yang akan menjadi peluncur peluru banjir bandang.
Secara geologi, Indonesia terletak pada Segitiga Emas interaksi lempeng yang
menyebabkan Indonesia terdapat pada jalur cincin api dunia dimana pada jalur tersebut
tersebar gunungapi-gunungapi aktif. Hal ini tentu membuat Wilayah Indonesia memiliki
ancaman bencana letusan gunung api cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain.
Dengan melihat kondisi wilayah Kabupaten Jombang, potensi bencana alam yang
terjadi adalah gempa bumi, kekeringan, dan tanah longsor.
• Gempa Bumi
Jenis gempa bumi yang mungkin terjadi di wilayah Kabupaten Jombang adalah gempa
tektonik. Gempa Bumi tektonik ini merupakan jenis gempa bumi yang disebabkan oleh
pergeseran lempeng plat tektonik. Gempa ini terjadi karena besarnya tenaga yang
dihasilkan akibat adanya tekanan antar lempeng batuan dalam perut bumi.
Wilayah Kabupaten Jombang merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam
gempa tektonik. Hal ini dipengaruhi oleh keberadaaan patahan kerak bumi atau sesar
yang ada di Kecamatan Ploso, yang dikenal dengan Sesar Ploso. Patahan ini
diperkirakan berada di belokan aliran Sungai Brantas, yang terletak di sekitar jembatan
Ploso. Dugaan ini didasari kuatnya getaran di sekitar lokasi saat terjadi gempa di
Yogjakarta dan Jawa Tengah. Sesar Ploso ini masih diperkirakan tidak aktif (Adi Susilo,
2006) sehingga potensi gempa yang terjadi relatif kecil. Meskipun demikian, wilayah
ini tetap perlu di waspadai. Menurut catatan sejarah, gempa bumi di sekitar sesar
Ploso ini terakhir terjadi pada tahun 1836 yang mencapai ukuran 8 MMI.
LAPORAN AKHIR 4 - 10
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
• Kekeringan
Bencana geologi kekeringan dikaitkan dengan kondisi tanah dan batuan, yaitu sifat
fisik tanah dan batuan dalam menerima atau menyerap air tanah. Berdasarkan peta
cekungan air tanah (CAT) Provinsi Jawa TImur, wilayah Kabupaten Jombang termasuk
dalam CAT Brantas. Pada wilayah Jombang bagian utara tidak terdapat potensi air
tanah sehingga wilayah-wilayah tersebut rawan terhadap kekeringan. Wilayah
tersebut meliputi Kecamatan Ngusikan, Kabuh, dan Plandaan. Cekungan air tanah di
Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada gambar.
• Tanah Longsor
Terkait dengan kondisi geologi, bencana alam tanah longsor terjadi pada daerah
dengan karakteristik lereng yang tidak stabil, adanya batuan keras kedap air dan
lapisan lempung (lapisan impermeable), sehingga tanah yang berada diatasnya dapat
bergerak karena air yang membuburkan lapisan tersebut. Dilihat dari jenis batuan dan
kemiringannya, wilayah yang memiliki potensi tanah longsor terdapat di Kecamatan
Wonosalam, Kecamatan Bareng, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Mojoagung, dan
Kecamatan Ngoro. Kelerengan pada wilayah ini cukup tinggi, yaitu 15-40% dan <40%.
Wilayah-wilayah tersebut memiliki berada pada formasi dengan jenis batuan sebagai
berikut :
– Batuan Gunungapi Anjasmara Muda (Qpva), dengan jenis batuan berupa breksi
gunungapi, tuf, dan lahar. Persebaran wilayahnya meliputi Kecamatan
Wonosalam dan sebagian Kecamatan Bareng.
– Batuan Gunungapi Anjasmara Tua (Qpat), dengan jenis batuan breksi gunungapi,
tuf, dan retas. Persebaran wilayahnya meliputi sebagian Kecamatan Wonosalam,
Kecamatan Bareng, dan Mojoawarno.
– Endapan Lahar (Qvlh), dengan jenis batuan berupa kerakal pasir gunungapi, tuf,
lempung, dan sisa tumbuhan peradaban. Persebarannya meliputi sebagian besar
Kecamatan Ngoro, sebagian Kecamatan Bareng, Kecamatan Mojowarno, dan
Kecamatan Mojoagung.
LAPORAN AKHIR 4 - 11
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
LAPORAN AKHIR 4 - 12
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Hubungan penggunaan lahan dengan bencana tanah longsor dapat dilihat dari
erosi yang terjadi pada lahan. Wilayah-wilayah kecamatan yang memiliki Tingkat Bahaya
Erosi (TBE) berat dan sangat berat di Kabupaten Jombang secara terperinci dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Tingkat Bahaya Erosi Berat dan Sangat Berat di Wilayah Kabupaten Jombang
Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
No Kecamatan Total Luas (Ha)
Berat (Ha) Sangat Berat (Ha)
1 Bareng 617,41 304,35 921,76
2 Kabuh 3.386,64 696,70 4.085,34
3 Kudu 8,36 - 8,36
4 Mojoagung 302,27 19,99 322,26
5 Mojowarno 149,82 17,82 167,63
6 Plandaan 7.506,36 1.626,62 9.132,97
7 Wonosalam 1.748,60 2.058,30 3.806,90
Jumlah 13.721,44 4.723,78 18.445,22
Sumber : Rencana Teknik Lapang Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah Kabupaten Jombang, 2002
LAPORAN AKHIR 4 - 13
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Kondisi Fisik Alamiah Kabupaten Jombang Terhadap Potensi
Bencana Alam
Potensi Bencana Alam Berdasarkan Kondisi Fisik
No Kecamatan Penggunaan
Klimatologi Topografi Hidrologi Geologi
Lahan
1 Bandar Kd.Mulyo BJ, TL, PB BJ BJ GT BJ
2 Perak BJ, TL, PB BJ BJ BJ
3 Gudo PB BJ BJ BJ
4 Diwek PB BJ BJ BJ
5 Ngoro BJ, TL BJ BJ TL BJ
6 Mojowarno BJ, TL BJ BJ TL BJ, TL
7 Bareng BJ, TL TL BJ TL BJ, TL
8 Wonosalam BJ, TL TL BJ TL BJ, TL
9 Mojoagung PB BJ, TL BJ TL BJ, TL
10 Sumobito BJ, TL, PB BJ, TL BJ BJ
11 Jogoroto BJ, TL, PB BJ BJ BJ
12 Peterongan BJ, TL, PB BJ BJ BJ
13 Jombang PB BJ BJ BJ
14 Megaluh PB, KR BJ BJ GT BJ
15 Tembelang BJ, TL, PB BJ BJ BJ
16 Kesamben BJ, TL, PB BJ BJ BJ
17 Kudu PB, KR BJ, TL BJ BJ, TL
18 Ngusikan TL BJ KR, GT BJ
19 Ploso PB BJ BJ GT BJ
20 Kabuh TL BJ KR, GT BJ, TL
21 Plandaan KR TL BJ KR, GT BJ, TL
Jumlah BJ, TL, PB BJ BJ GT BJ
Sumber : Hasil Analisis, 2017
Keterangan :
BJ = Banjir
TL = Tanah Longsor
PB = Puting Beliung
KR = Kekeringan
GT = Gempa Bumi (Tektonik)
LAPORAN AKHIR 4 - 14
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Tabel 4.7 Potensi Bencana Alam Tiap Kecamatan Di Kabupaten Jombang Berdasarkan
Kondisi Fisik
Jenis Bencana Alam
No Kecamatan Tanah Puting Gempa
Banjir Kekeringan
Longsor Beliung Bumi
1 Bandar Kd.Mulyo
2 Perak
3 Gudo
4 Diwek
5 Ngoro
6 Mojowarno
7 Bareng
8 Wonosalam
9 Mojoagung
10 Sumobito
11 Jogoroto
12 Peterongan
13 Jombang
14 Megaluh
15 Tembelang
16 Kesamben
17 Kudu
18 Ngusikan
19 Ploso
20 Kabuh
21 Plandaan
Sumber : Hasil Analisis, 2017
LAPORAN AKHIR 4 - 15
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Analisis bencana alam yang terjadi ini didasarkan pada data kebencanaan yang
diperoleh dari BPBD Kabupaten Jombang. Analisis bencana alam yang telah terjadi untuk
mengevaluasi kejadian bencana alam tersebut, karakteristik waktu dan tempat terjadinya
bencana, serta bencana alam, penyebab bencana alam, serta dampak atau akibat yang
ditimbulkan dari bencana alam tersebut. Analisis ini menghasilkan informasi yang berguna
dalam penyusunan langkah-langkah atau upaya penanganan bencana alam pada masa
mendatang.
Banjir dapat diprediksi melalui prakiraan cuaca yang saat ini semakin canggih
hingga pada prakiraan kenaikan debit air. Gunung meletus dapat diprediksi dengan ilmu
vulkanologi yang juga semakin maju. Gempa bumi juga dapat diprediksi dengan ilmu
pergerakan energi dalam bumi, sehingga arah, tempat, dan waktu terjadinya gempa bisa
diprediksi. Harapan tersebut mungkin terjadi dengan memberikan perhatian khusus
terhadap prediksi bencana yang juga ditunjang dengan teknologi modern, disamping
melakukan upaya-upaya penanggulangan bencana.
LAPORAN AKHIR 4 - 16
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Bencana alam yang terjadi di Indonesia merupakan fenomena yang datang silih
berganti dalam setiap tahun dikarenakan karena kondisi fisik alamiah yang unik. Kondisi
alam terkait aspek klimatologi, topografi, hidrologi, geologi yang unik ini menjadikan
bencana alam yang seolah terulang pada tiap tahunnya. Berdasarkan pola kemunculannya,
secara garis besar bencana alam dapat dibedakan menjadi :
Bencana alam yang terkait musim misalnya banjir, gerakan tanah dan tanah longsor
yang selalu datang pada musim hujan, bencana kekeringan yang biasa terjadi pada
musim kemarau.
Bencana alam yang tidak terkait dengan musim merupakan bencana geologi misalnya
erupsi gunung api, tsunami, gempa bumi. Jika dilihat dari durasi waktunya, bencana
alam ini dapat dikelompokkan menjadi :
- Bencana alam yang kemunculannya tidak dapat diprakirakan dan kapan
berhentinya tidak diketahui, seperti letusan Gunungapi Sinabung yang erupsinya
sulit diprakirakan kapan berhentinya.
- Bencana alam yang kemunculannya tidak dapat diketahui, tetapi durasinya hanya
singkat, misalnya bencana tsunami. Gelombang tsunami hanya terjadi sekali dan
berlangsung dalam waktu singkat.
- Bencana alam yang kemunculannya tidak dapat diketahui, durasinya singkat
tetapi kejadiannya sering tidak tunggal dalam waktu singkat. Misalnya gempa
bumi. Guncangan gemba berlangsung singkat tetapi ada kemungkinan terjadi
dalam satu rangkaian gempa bumi. Sehingga dikenal ada guncangan gempa
utama, dan guncangan gempa susulan.
Analisis waktu terjadinya bencana alam yang telah terjadi di wilayah Kabupaten
Jombang yang ini berguna untuk mengetahui kecenderungan kapan bencana alam
tersebut datang dengan pendekatan periode waktu tertentu (bulan, tahun, dsb). Dari data
kebencanaan yang telah didapat dari tahun 2012-2016 dipetakan jenis bencana yang
terjadi pada masing-masing bulan. Dengan adanya informasi ini maka diperoleh kalender
bencana alam sebagai pegangan untuk mempersiapkan langkah-langkah penanganan
bencana alam. Di bawah ini adalah tabel tentang waktu terjadinya bencana alam.
LAPORAN AKHIR 4 - 17
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Tabel 4.8 Waktu Terjadinya Bencana Alam di Kabupaten Jombang Tahun 2012-2016
Bulan Terjadinya Bencana
Jenis Bencana
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2012
Banjir
Tanah Longsor
Puting Beliung
Kekeringan
Gempa Bumi
2013
Banjir
Tanah Longsor
Puting Beliung
Kekeringan
Gempa Bumi
2014
Banjir
Tanah Longsor
Puting Beliung
Kekeringan
Gempa Bumi
2015
Banjir
Tanah Longsor
Puting Beliung
Kekeringan
Gempa Bumi
2016
Banjir
Tanah Longsor
Puting Beliung
Kekeringan
Gempa Bumi
Sumber : Hasil Analisis, 2017
LAPORAN AKHIR 4 - 18
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Banjir
Kemunculan bencana banjir terjadi pada bulan Desember hingga bulan April, dimana
pada bulan tersebut merupakan musim penghujan dengan curah hujan yang cukup
tinggi terutama pada bulan Desember dan Januari atau dapat disebut sebagai bulan
banjir.
Tanah Longsor
Kemunculan tanah longsor sering terjadi pada saat terjadi banjir pada musim
penghujan karena gerakan tanah yang terjadi akibat debit air hujan yang besar. Tanah
longsor terjadi pada bulan Desember hingga bulan April. Pada kasus gerakan tanah
yang disebabkan oleh kondisi geologi, pola kemuculannya masih belum bisa
diprakirakan.
Puting Beliung
Angin puting beliung juga termasuk bencana yang terkait dengan musim, dimana pola
kemunculannya terjadi pada saat musim hujan dan pergantian musim. Kemunculan
angin puting beliung dapat bersamaan dengan hujan lebat. Pada saat pergantian
musim, angin puting beliung juga terjadi.
Kekeringan
Kemunculan bencana alam kekeringan terjadi pada musim kering atau musim
kemarau yang terjadi di bulan Juni-September dengan puncak kekeringan pada bulan
Agustus.
Gempa Bumi
Bencana gempa bumi tektonik merupakan jenis bencana yang tidak terkait dengan
musim, dan pola kemunculannya masih belum dapat diprakirakan kapan terjadinya.
Gempa bumi di wilayah Kabupaten Jombang yang dipengaruhi oleh Sesar Ploso
terakhir terjadi pada tahun 1836.
LAPORAN AKHIR 4 - 19
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Tabel diatas menggambarkan pola kemunculan bencana alam yang terjadi pada
tiap-tiap bulan. Pola tersebut sebagai antisipasi dalam langkah penanggulangan bencana,
serta pola tersebut dapat berubah yang dipengaruhi oleh musim dan upaya penanganan
bencana yang dilakukan.
LAPORAN AKHIR 4 - 20
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Tabel 4.10 Lokasi Terjadinya Bencana Alam di Kabupaten Jombang Tahun 2012-2016
Lokasi Terjadinya Bencana
Bandar Kedung
Wonosalam
Mojowarno
Peterongan
Jenis Bencana
Mojoagung
Tembelang
Kesamben
Sumobito
Plandaan
Ngusikan
Jombang
Megaluh
Jogoroto
Bareng
Mulyo
Kabuh
Diwek
Ngoro
Perak
Gudo
Ploso
Kudu
Banjir
2012
2013
2014
2015
2016
Tanah Longsor
2012
2013
2014
2015
2016
Puting Beliung
2012
2013
2014
2015
2016
LAPORAN AKHIR 4 - 21
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Bandar Kedung
Wonosalam
Mojowarno
Peterongan
Jenis Bencana
Mojoagung
Tembelang
Kesamben
Sumobito
Plandaan
Ngusikan
Jombang
Megaluh
Jogoroto
Bareng
Mulyo
Kabuh
Diwek
Ngoro
Perak
Gudo
Ploso
Kudu
Kekeringan
2012
2013
2014
2015
2016
Gempa Bumi
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber : Hasil Analisis, 2017
LAPORAN AKHIR 4 - 22
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Dari tabel sebelumnya dapat diperoleh informasi yang lebih ringkas tentang
kecenderungan lokasi terjadinya bencana alam di wilayah Kabupaten Jombang
sebagaimana pada tabel di bawah ini.
Pendekatan lokasi yang dimaksud pada tabel diatas adalah pendekatan wilayah
yang lebih luas skala kecamatan. Bencana alam mungkin bisa mencapai satu wilayah
kecamatan atau lebih, atau hanya beberapa wilayah desa tertentu saja. Hal ini dipengaruhi
oleh jenis bencana serta besar kecil bencana alam yang terjadi. Dari data dan informasi
bencana alam yang telah diperoleh, dapat dipetakan persebaran lokasi bencana dengan
pendekatan perwilayahan yang lebih kecil, yaitu skala desa atau kelurahan. Di bawah ini
adalah peta lokasi terjadinya bencana alam selama kurun waktu 2012-2016.
LAPORAN AKHIR 4 - 23
PenyusunanProfilRawanBencanaAlam
KABUPATENJOMBANG
LOKASIKEJADIANBENCANABANJIRMENURUTDESADIKABUPATENJOMBANGTAHUN2012–2016
2012 2013 2014
Gambar4.5PetaLokasiKejadianBencanaBanjirDiKabupatenJombangTahun2012
LAPORANAKHIR 4-24
PenyusunanProfilRawanBencanaAlam
KABUPATENJOMBANG
LOKASIKEJADIANBENCANATANAHLONGSORBANJIRMENURUTDESADIKABUPATENJOMBANGTAHUN2012–2016
2012 2013 2014
Gambar4.6PetaLokasiKejadianBencanaTanahLongsorDiKabupatenJombangTahun2012
LAPORANAKHIR 4-25
PenyusunanProfilRawanBencanaAlam
KABUPATENJOMBANG
LOKASIKEJADIANBENCANAANGINPUTINGBELIUNGMENURUTDESADIKABUPATENJOMBANGTAHUN2012–2016
2012 2013 2014
Gambar4.7PetaLokasiKejadianBencanaAnginPutingBeliungDiKabupatenJombangTahun2012
LAPORANAKHIR 4-26
PenyusunanProfilRawanBencanaAlam
KABUPATENJOMBANG
LOKASIKEJADIANBENCANAKEKERINGANMENURUTDESADIKABUPATENJOMBANGTAHUN2012–2016
2012 2013 2014
2015 2012-2016
Gambar4.8PetaLokasiKejadianBencanaKekeringanDiKabupatenJombangTahun2012
LAPORANAKHIR 4-27
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Tabel 4.12 Lokasi Kejadian Bencana Alam di Kabupaten Jombang Tahun 2012-2016
N Lokasi Terjadinya Bencana
Kecamatan
o Banjir Tanah Longsor Puting Beliung Kekeringan
1 Bandar - Bandar Kd. Mulyo - Brangkal - Brodot -
Kd.Mulyo - Banjarsari - Pucangsimo
- Brangkal - Barongsawahan
- Brodot
- Gondangmanis
- Karangdagangan
- Kayen
- Pucangsimo
- Tinggar
2 Perak - Gadingwangu - - Cangkringrandu -
- Pagerwojo - Gadingmangu
- Perak - Pagerwojo
- Sukorejo - Perak
- Sumberagung - Sembung
- Sumberagung
- Temuwulan
3 Gudo - Pucangro - - Bagus kedaleman -
- Plumbong
gambang
4 Diwek - Kayangan - - Keras -
- Watugaluh
5 Ngoro - Genukwatu - - -
- Kauman
- Rejoagung
6 Mojowarno - Catakgayam - - Gedangan -
- Gondek - Gondek
- Grobogan - Grobogan
- Japanan - Karanglo
- Karanglo - Kedungpari
- Kedungpari - Menganto
- Mojojejer - Mojojejer
- Mojowangi - Mojowangi
- Wojowarno - Wringinpitu
- Selorejo
- Wringinpitu
7 Bareng - Bareng - Karangan - - Karangan
- Kebondalem - Ngrimbi - Nglebak
- Mojotengah - Pakel - Ngrimbi
- Mundusewu - Pulosari - Pakel
- Ngrimbi - Pulosari
- Pakel
- Pulosari
8 Wonosalam - Carangwulung - Carangwulung - Wonomerto -
- Wonosalam - Galendowo - Wonosalam
- Jarak
LAPORAN AKHIR 4 - 28
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
LAPORAN AKHIR 4 - 29
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Terkait dengan kejadian bencana, wilayah desa yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penanganan bencana adalah wilayah desa yang sering terjadi bencana alam sejenis
yang berulang dalam 2-3 tahun terakhir, serta wilayah desa yang terkena beberapa jenis
bencana alam. Dari data kebencanaan yang diperoleh dari BPBD Kabupaten Jombang,
maka wilayah desa yang masuk dalam kriteria tersebut adalah :
LAPORAN AKHIR 4 - 30
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Banjir
Tanah longsor :
Puting Beliung :
LAPORAN AKHIR 4 - 31
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Kekeringan :
LAPORAN AKHIR 4 - 32
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Banjir – Kekeringan :
Dari kedua sifat bencana alam tersebut, terdapat 54 desa yang ada di 14
kecamatan di Kabupaten Jombang yang memiliki potensi bencana terbesar. Wilayah
dengan persebaran desa bencana terbanyak adalah Kecamatan Kesamben dan
Mojowarno. Secara lebi jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
LAPORAN AKHIR 4 - 33
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
maka wilayah-wilayah desa dengan potensi bencana yang cukup besar seperti
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.13 Desa Dengan Potensi Bencana Alam yang Cukup Besar
Desa Dengan Potensi Bencana Alam yang Besar
No Kecamatan
Nama Desa Jumlah Desa
11 Megaluh Balongsari 1
13 Ploso Pagertanjung 1
14 Peterongan Tugusumberejo 1
Jumlah 54
Sumber : Hasl Analisis, 2017
LAPORAN AKHIR 4 - 34
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
A. Penyebab Banjir :
a) Topografi lahan yang berupa dataran rendah, landai, atau cekungan dengan
elevasi muka tanah relatif datar dari muka air normal sungai terdekat,
sehingga aliran air di daerah tersebut lambat.
b) Berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar, dan dilalui oleh sungai
besar dengan debit >50 m3/detik.
c) Pada daerah Meander (belokan) sungai yang debit alirannya cenderung
lambat, biasanya merupakan dataran rendah, sehingga termasuk dalam
klasifikasi daerah yang potensial atau rawan banjir.
d) Pada lokasi pertemuan dua sungai besar, dapat menimbulkan arus balik (back
water) yang menyebabkan terganggunya aliran air di salah satu sungai, yang
mengakibatkan kenaikan muka air (meluap).
a) Terjadinya hujan dengan intensitas yang tinggi/lebat dengan waktu yang lama
baik hujan lokal maupun dari daerah hulu.
b) Meluapnya air sungai karena kemiringan dasar saluran kecil dan kapasitas
aliran sungai tidak memadai.
c) Terjadinya arus balik (backwater) pada pertemuan sungai, sehingga air
meluap.
d) Terjadinya penurunan muka tanah (land subsidance)
e) Terjadinya penyempitan dan pendangkalan sungai yang mengganggu aliran
air. Penyempitan sungai berakibat pada naiknya muka air di hulu. Sedangkan
pendangkalan saungai berakibat pada berkuranganya kapasitasn sungai.
f) Terjadinya pembendungan aliran sungai akibat longsor.
LAPORAN AKHIR 4 - 35
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
a) Curah hujan yang tinggi diatas 2500 mm per tahun, dan intensitas hujan lebat
masuk kategori lebat.
b) Terjadinya banjir.
c) Terjadinya pengikisan tanah atau erosi lahan.
d) Jatuhan dan robohan batuan.
e) Luncuran baik berupa luncuran batuan, luncuran tanah, maupun bahan
rombakan dengan bidang gelincir lurus, melengkung atau tidak beraturan.
f) Kombinasi antara dua atau beberapa jenis gerakan tanah dengan gerakan
relatif cepat (lebih dari 2 meter per hari hingga mencapai 25 m per menit).
a) Penggundulan hutan
b) Penggalian dan pemotongan lereng misalnya untuk jalan atau tambang tanpa
memperhatikan struktur tanah dan batuan pada lereng.
LAPORAN AKHIR 4 - 36
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Penyebab terjadinya angin puting beliung adalah faktor peristiwa alam, yang
berhubungan dengan keberadaan Cumulonimbus. angin badai merusak berbentuk
pusaran yang menerobos dari bawah awan jenis Cumulonimbus (Cb) ke permukaan
tanah, dimana bentuknya dapat berupa corong sempit, silinder panjang atau tali yang
memanjang. Angin Tornado biasanya memiliki bentangan yang sempit, dengan
diameter berkisar 50 m lebih dan kurang dari 1 km, tetapi secara lokal merupakan
badai yang paling merusak.
D. Penyebab Kekeringan
LAPORAN AKHIR 4 - 37
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG
Penyebab terjadinya gempa bumi adalah faktor peristiwa alam adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
a) Posisi geografis Indonesia yang diapit oleh dua samudera besar dunia
(samudra Hindia dan samudra Pasifik).
b) Posisi geologis Indonesia pada pertemuan tiga lempeng utama dunia
(lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik).
c) Kondisi permukaan wilayah Indonesia (relief) yang sangat beragam.
LAPORAN AKHIR 4 - 38