Anda di halaman 1dari 38

Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam

KABUPATEN JOMBANG

BAB 4
ANALISIS BENCANA ALAM

4.1 ANALISIS KONDISI FISIK WILAYAH DAN POTENSI BENCANA ALAM


4.1.1 KLIMATOLOGI
Kondisi klimatologi berpengaruh terhadap potensi bencana alam pada suatu
wilayah. Berdasarkan pembagian iklim menurut Koppen, wilayah Kabupaten Jombang
termasuk Iklim Hujan Tropis (A) dengan curah hujan yang signifikan. Dalam iklim tropis ini
terdapat 2 musim, yaitu musim penghujan dan kemarau. Musim hujan menjadi ancaman
terhadap terjadinya bencana alam banjir dan memicu terjadinya tanah longsor, sedangkan
musim kemarau berpotensi menimbulkan kekeringan.

Indonesia sendiri termasuk dalam iklim tropis basah atau daerah hangat lembab
yang ditandai dengan kelembagan udara yang relatif tinggi (mencapai diatas 90%), curah
hujan yang tinggi, suhu udara diatas 18 0C dan dapat mencapai 38 0C pada musim
kemarau. Perberdaan antar musim tidak terlalu terlihat, kecuali periode sedikit hujan dan
banyak hujan yang disertai dengan angin kencang.

Potensi kejadian angin Puting Beliung biasa terjadi pada musim peralihan, baik
peralihan musim hujan ke kemarau ataupun dari musim kemarau ke penghujan, dan
seringnya kejadian tersebut disertai hujan, karena terbentuknya daerah-daerah konvergen
atau tempat berkumpulnya massa udara yang membentuk awan konvektif (awan yang
berpotensi hujan). Awan konvektif selanjutnya menjadi awan kumulonimbus yang
menyebabkan hujan turun disertai petir.

Di bawah ini disajikan gambar tentang peta zona iklim dan peta curah hujan di
wilayah Provinsi Jawa Timur.

LAPORAN AKHIR 4-1


Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Gambar 4.1 Peta Iklim Provinsi Jawa Timur

LAPORAN AKHIR 4-2


Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Gambar 4.2 Peta Curah Hujan Provinsi Jawa Timur

LAPORAN AKHIR 4-3


Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Berdasarkan peta diatas dapat dilihat bahwa wilayah Kabupaten Jombang


termasuk dalam Zona Iklim Am dan Aw. Sebagian besar wilayah Jombang memiliki iklim
Aw yang ditandai dengan suhu udara >180C dengan curah hujan tahunan tinggi. Tipe iklim
ini termasuk dalam kategori monson tropis. Pada wilayah Jombang bagian selatan, yaitu
pegunungan di Kecamatan Wonosalam memiliki iklim Am, dimana pada wilayah ini
dicirikan dengan curah hujan tahunan yang sangat tinggi. Dengan wilayah yang memiliki
curah hujan tinggi, maka potensi bencana alam yang dapat terjadi adalah banjir dan tanah
longsor.

Besar kecilnya banjir dapat dilihat dari intensitas hujan yang terjadi. Intensitas
hujan menunjukkan besaran hujan dalam waktu tertentu. Intensitas hujan yang tinggi
berpotensi menimbulkan banjir. Di bawah ini adalah klasifikasi intensitas hujan menurut
BMKG.

Tabel 4.1 Klasifikasi Intensitas Hujan


Intensitas Hujan
No Klasifikasi
(mm/hari) (mm/jam)
1 Sangat Ringan <5 <1
2 Ringan 5 – 20 1–5
3 Sedang 20 – 50 5 – 10
4 Lebat 50 – 100 10 – 20
5 Sangat Lebat > 100 > 20
Sumber : BMKG

Dari beberapa data curah hujan, intensitas hujan yang di wilayah Kabupaten
Jombang pada kala ulang 25 tahun sebesar 6,92 mm/jam. Berdasarkan tabel klasifikasi
tersebut, maka secara intensitas hujan yang terjadi di wilayah Kabupaten Jombang
termasuk dalam kategori hujan lebat. Intensitas hujan yang lebat ini berpotensi
menimbulkan banjir di wilayah Kabupaten Jombang.

Intensitas hujan pada masing-masing wilayah kecamatan di Kabupaten Jombang


bervariasi, yang dipengaruhi oleh bentang alam. Berdasarkan data curah hujan pada
masing-masing wilayah, intensitas hujan yang terjadi pada masing-masing wilayah
kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

LAPORAN AKHIR 4-4


Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Tabel 4.2 Intensitas Hujan Tiap Kecamatan di Kabupaten Jombang


Intensitas Hujan
No Kecamatan Kategori
(mm/jam)
1 Wonosalam 10,72 Lebat
2 Tembelang 12,20 Lebat
3 Sumobito 11,60 Lebat
4 Ploso 8,44 Sedang
5 Plandaan 3,21 Sangat Ringan
6 Kabuh 6,96 Sedang
7 Peterongan 13,25 Lebat
8 Perak 17,32 Lebat
9 Ngusikan * - -
10 Ngoro 13,19 Lebat
11 Mojowarno 11,66 Lebat
12 Mojoagung 9,98 Sedang
13 Megaluh 6,03 Sedang
14 Kudu 5,31 Sedang
15 Kesamben 11,85 Lebat
16 Jombang 9,02 Sedang
17 Jogoroto 10,15 Lebat
18 Gudo 9,68 Sedang
19 Diwek 9,90 Sedang
20 Bareng 11,75 Lebat
21 Bandar Kedungmulyo 16,84 Lebat
Kabupaten Jombang 6,92 Sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2017
Keterangan : * tidak ada data

Berdasarkan tabel diatas diketahui beberapa wilayah kecamatan dengan intensitas


hujan lebat, yaitu Kecamatan Wonosalam, Tembelang, Sumobito, Peterongan, Perak,
Ngoro, Mojowarno, Kesamben, Jogoroto, Bareng, dan Kecamatan Bandar Kedungmulyo.
Wilayah-wilayah tersebut memiliki potensi yang lebih besar untuk terjadi banjir jika dilihat
dari intensitas hujan yang terjadi, dan banjir tersebut dapat memicu terjadinya bencana
tanah longsor.

Berdasarkan data curah hujan pada tahun 2015 tercatat pada bahwa hujan terjadi
pada bulan November-Mei, sedangkan pada bulan Juni-Oktober tidak terjadi hujan. Tidak
adanya hujan di wilayah Kabupaten Jombang ini menyebabkan beberapa wilayah
berpotensi terjadi kekeringan, yang meliputi Kecamatan Plandaan, Kecamatan Kudu, dan
Kecamatan Megaluh yang memiliki intensitas hujan kecil.

LAPORAN AKHIR 4-5


Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

4.1.2 TOPOGRAFI
Topografi wilayah berpengaruh terhadap potensi bencana alam, terutama pada
aspek kondisi kemiringan lahan. Wilayah dengan kemiringan lahan yang lebih besar
potensinya longsor lebih tinggi daripada dataran. Tipologi daerah rawan longsor
berdasarkan kondisi kemiringan lahannya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 4.3 Tipologi Daerah Rawan Longsor


No Tipologi Keterangan

Daerah lereng gunung/pegunungan, lereng bukit/perbukitan,


1 Zona Tipe A
dan tebing sungai dengan kemiringan lereng >40%.

Daerah kaki gunung/pegunungan, kaki bukit/perbukitan, dan


2 Zona Tipe B
tebing sungai dengan kemiringan lereng antara 21 – 40%.

Daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran, tebing sungai,


3 Zona Tipe C
atau lembah sungai dengan kemiringan lereng antara 0 – 20%.
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/PRT/M/2007

Gambar 4.3 Tipologi Zona Longsor

Menurut kemiringannya, sebagian besar lahan di wilayah Kabupaten Jombang


memiliki kemiringan lereng 0-2%. Berdasarkan besar kemiringan lerengnya, maka tipologi
zona longsor di wilayah Kabupaten Jombang dirinci sebagaimana tabel berikut ini.

LAPORAN AKHIR 4-6


Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Tabel 4.4 Tipologi Zona Longsor Tiap Kecamatan Di Kabupaten Jombang


No Kecamatan Tipologi Zona Longsor
1 Bandar Kedung Mulyo Tipe C
2 Perak Tipe C
3 Gudo Tipe C
4 Diwek Tipe C
5 Ngoro Tipe C
6 Mojowarno Tipe C
7 Bareng Tipe C, sebagian Tipe B dan Tipe A
8 Wonosalam Tipe C, sebagian Tipe B dan Tipe A
9 Mojoagung Tipe C, sebagian Tipe B dan Tipe A
10 Sumobito Tipe C, sebagian Tipe B dan Tipe A
11 Jogoroto Tipe C
12 Peterongan Tipe C
13 Jombang Tipe C
14 Megaluh Tipe C
15 Tembelang Tipe C
16 Kesamben Tipe C
17 Kudu Tipe C, sebagian Tipe B
18 Ngusikan Tipe C, sebagian Tipe B dan Tipe A
19 Ploso Tipe C
20 Kabuh Tipe C, sebagian Tipe B
21 Plandaan Tipe C, sebagian Tipe B dan Tipe A
Sumber : Hasil Analisis, 2017

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa wilayah yang memiliki potensi bencana tanah
longsor berdasarkan kemiringan lahannya adalah wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam,
Mojoagung, Sumobito, Kudu, Ngusikan, Kabuh, dan Kecamatan Plandaan. Potensi longsor
terbesar terdapat di wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Plandaan.

Dilihat dari ketinggian tempatnya, hampir sebagian besar wilayah Kabupaten


Jombang berupa dataran rendah dengan ketiggian <500 m, yang mencapai 95% wilayah
Kabupaten Jombang. Wilayah dengan ketinggian 500-700 m dan lebih dari >700 m berada
di Kecamatan Wonosalam. Dengan kondisi wilayah yang didominasi oleh dataran rendah
ini maka potensi banjir dimungkinkan terjadi, dimana wilayah-wilayah tersebut sebagai
penerima debit air hujan dari wilayah yang lebih tinggi, baik dari wilayah Kabupaten
Jombang atau wilayah di sekitarnya.

LAPORAN AKHIR 4-7


Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

4.1.3 HIDROLOGI
Aspek hidrologi tidak mengenal batas administrasi (non administrative boundry)
tetapi berdasarkan daerah tangkapan air (catchment area). Dengan demikian potensi
bencana alam berdasarkan aspek hidrologi ini tidak terlepas dari faktor ekternal yaitu
Daerah Aliran Sungai (DAS). Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang terletak di DAS
Brantas, dimana luasannya mencapai 99,2% dari luas total wilayah, dan sisanya berada di
DAS Bengawan Solo. Dalam skala yang lebih kecil, wilayah Kabupaten Jombang terdiri dari
5 Sub DAS, yaitu Sub DAS Beng, Sub DAS Konto, Sub DAS, Sub DAS Marmoyo, Sub DAS
Ngotok-Ringkanal, dan Sub DAS Gunting.

Secara hidrologis, Kabupaten Jombang dilewati oleh sungai utama lintas


kota/kabupaten, yaitu sungai Kali Brantas, dan beberapa sungai besar serta anak
sungainya, seperti Kali Konto, Kali Ngotok Ring Kanal, Kali Gunting, Kali Marmoyo, Kali
Pakel, Kali Kabuh, Kali Pancir, Pait Tengah, Kali Jiken, Kali Catak Banteng, Kali Jarak, Kali
Beng, dan lainnya. Semua wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Jombang terlewati
oleh satu atau beberapa sungai tersebut.

Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air


mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan. Berkaitan dengan perilaku sungai secara umum dapat
dipahami bahwa sungai akan mengalirkan debit air yang sering terjadi (frequent discharge)
pada saluran utamanya, sedangkan pada kondisi air banjir, pada saat saluran utamanya
sudah penuh, maka sebagian airnya akan mengalir ke daerah bantarannya atau meluap
yang dikenal sebagai fenomena banjir.

Mengingat wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Jombang dilewati oleh


sungai-sungai, maka potensi terjadinya banjir hampir terjadi pada tiap wilayah kecamatan
tersebut. Banjir ini terjadi tidak hanya berasal dari debit air hujan di Kabupaten Jombang,
tetapi juga dari wilayah kota/kabupaten lainnya yang dilalui sungai lintas kota/kabupaten,
yaitu Kali Brantas.

4.1.4 GEOLOGI
Wilayah di Indonesia merupakan memiliki tingkat kerentanan bencana alam cukup
tinggi, hal tersebut karena letak Indonesia yang berada diantara tiga lempeng dunia

LAPORAN AKHIR 4-8


Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

sehingga ancaman bencana sangat rentan terjadi. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya bencana alam, salah satunya adalah faktor geologi. Bencana Geologi adalah
semua peristiwa atau kejadian di alam yang berkaitan dengan siklus-siklus yang terjadi di
bumi atau segala sesuatu yang disebabkan oleh faktor-faktor geologi. Faktor geologi
tersebut meliputi struktur dan tekstur dari tanah atau batuan, jenis tanah dan batuan, pola
pengaliran sungai, topografi suatu daerah, struktur geologi (lipatan dan patahan), tektonik
maupun gunungapi.

Beberapa faktor geologi tersebut sering menjadi pemicu terjadinya bencana alam,
bencana alam bisa terjadi dengan kekuatan rendah, sedang dan besar. Faktor geologi
tersebut selain menyebabkan adanya potensi bencana, pada kenyataannya faktor-faktor
geologi tersebut memberi arti penting dalam kehidupan dan siklus kehidupan di bumi.
Jenis bencana alam yang disebabkan oleh faktor geologi diantaranya tanah longsor,
kekeringan, banjir dan banjir bandang, letusan gunungapi, gempa dan tsunami.

Tanah longsor diakibatkan oleh gerakan tanah, biasanya terjadi di daerah yang
berlereng tidak stabil dan dipicu oleh curah dan intensitas hujan. Adanya lapisan
impermeable (batuan keras kedap air, lapisan lempung) di bawah lapisan tanah sehingga
air tanah akan mengendap/mengalir di atas lapisan lapisan tersebut, pada titik jenuhnya
air tersebut akan membuburkan lapisan tanah di diatas lapisan tersebut sehingga tanah
akan bergerak sesuai dengan arah kemiringan lapisan impermeable tersebut baik seketika
maupun rayapan

Kekeringan merupakan fenomena alam yang tejadi akibat kondisi geologi suatu
wilayah, jenis dan sifat dari tanah dan batuan di suatu daerah akan sangat berpengaruh
pada asupan dan serapan air tanah. Pada daerah yang didominasi atau tersusun oleh
batuan pejal dan keras denga lapisan tanah yang tipis pada umumnya tidak menyimpan air
dalam waktu yang lama bahkan dapat langsung menjadi surface run off atau lolos ke
bawah permukaan melalui celah-celah batuan.

Banjir dan banjir bandang erat kaitannya dengan kapasitas area tangkapan air di
daerah hulu. Berkurangnya area hijau di daerah hulu akan meningkatkan ancaman banjir,
sementara itu minimnya vegetasi akan meningkatkan potensi longsor di daerah hulu,
sehingga jika terjadi longsor di sekitar badan sungai akan mengakibatkan terbentuknya
bendungan alam yang akan menjadi peluncur peluru banjir bandang.

LAPORAN AKHIR 4-9


Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Secara geologi, Indonesia terletak pada Segitiga Emas interaksi lempeng yang
menyebabkan Indonesia terdapat pada jalur cincin api dunia dimana pada jalur tersebut
tersebar gunungapi-gunungapi aktif. Hal ini tentu membuat Wilayah Indonesia memiliki
ancaman bencana letusan gunung api cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain.

Gempa Bumi terjadi dengan adanya aktifitas tektonik yang berlangsung di


permukaan bumi sehingga menyebabkan adanya jalur jalur patahan yang rawan terjadi
gempa. Tsunami umum terjadi pada tipe patahan yang memiliki lentingan vertikal
(patahan naik), dimana bagian lempeng yang tertekan melenting ke atas saat terjadi
perlepasan energi saat gempa (Patahan Horizontal/Transform tidak menyebabkan
Tsunami). Beberapa daerah di Indonesia memiliki tingkat terjadinya gempa cukup besar
selain itu gempa yang terjadi sangat berpotensi terjadinya tsunami.

Dengan melihat kondisi wilayah Kabupaten Jombang, potensi bencana alam yang
terjadi adalah gempa bumi, kekeringan, dan tanah longsor.

• Gempa Bumi

Jenis gempa bumi yang mungkin terjadi di wilayah Kabupaten Jombang adalah gempa
tektonik. Gempa Bumi tektonik ini merupakan jenis gempa bumi yang disebabkan oleh
pergeseran lempeng plat tektonik. Gempa ini terjadi karena besarnya tenaga yang
dihasilkan akibat adanya tekanan antar lempeng batuan dalam perut bumi.

Wilayah Kabupaten Jombang merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam
gempa tektonik. Hal ini dipengaruhi oleh keberadaaan patahan kerak bumi atau sesar
yang ada di Kecamatan Ploso, yang dikenal dengan Sesar Ploso. Patahan ini
diperkirakan berada di belokan aliran Sungai Brantas, yang terletak di sekitar jembatan
Ploso. Dugaan ini didasari kuatnya getaran di sekitar lokasi saat terjadi gempa di
Yogjakarta dan Jawa Tengah. Sesar Ploso ini masih diperkirakan tidak aktif (Adi Susilo,
2006) sehingga potensi gempa yang terjadi relatif kecil. Meskipun demikian, wilayah
ini tetap perlu di waspadai. Menurut catatan sejarah, gempa bumi di sekitar sesar
Ploso ini terakhir terjadi pada tahun 1836 yang mencapai ukuran 8 MMI.

Wilayah-wilayah yang rawan terhadap gempa bumi tektonik tersebut meliputi


Kecamatan Ploso, Plandaan, Kabuh, Ngusikan, sebagian Kecamatan Megaluh dan
Kecamatan Bandar Kedungmulyo.

LAPORAN AKHIR 4 - 10
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

• Kekeringan

Bencana geologi kekeringan dikaitkan dengan kondisi tanah dan batuan, yaitu sifat
fisik tanah dan batuan dalam menerima atau menyerap air tanah. Berdasarkan peta
cekungan air tanah (CAT) Provinsi Jawa TImur, wilayah Kabupaten Jombang termasuk
dalam CAT Brantas. Pada wilayah Jombang bagian utara tidak terdapat potensi air
tanah sehingga wilayah-wilayah tersebut rawan terhadap kekeringan. Wilayah
tersebut meliputi Kecamatan Ngusikan, Kabuh, dan Plandaan. Cekungan air tanah di
Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada gambar.

• Tanah Longsor

Terkait dengan kondisi geologi, bencana alam tanah longsor terjadi pada daerah
dengan karakteristik lereng yang tidak stabil, adanya batuan keras kedap air dan
lapisan lempung (lapisan impermeable), sehingga tanah yang berada diatasnya dapat
bergerak karena air yang membuburkan lapisan tersebut. Dilihat dari jenis batuan dan
kemiringannya, wilayah yang memiliki potensi tanah longsor terdapat di Kecamatan
Wonosalam, Kecamatan Bareng, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Mojoagung, dan
Kecamatan Ngoro. Kelerengan pada wilayah ini cukup tinggi, yaitu 15-40% dan <40%.

Wilayah-wilayah tersebut memiliki berada pada formasi dengan jenis batuan sebagai
berikut :

– Batuan Gunungapi Anjasmara Muda (Qpva), dengan jenis batuan berupa breksi
gunungapi, tuf, dan lahar. Persebaran wilayahnya meliputi Kecamatan
Wonosalam dan sebagian Kecamatan Bareng.

– Batuan Gunungapi Anjasmara Tua (Qpat), dengan jenis batuan breksi gunungapi,
tuf, dan retas. Persebaran wilayahnya meliputi sebagian Kecamatan Wonosalam,
Kecamatan Bareng, dan Mojoawarno.

– Endapan Lahar (Qvlh), dengan jenis batuan berupa kerakal pasir gunungapi, tuf,
lempung, dan sisa tumbuhan peradaban. Persebarannya meliputi sebagian besar
Kecamatan Ngoro, sebagian Kecamatan Bareng, Kecamatan Mojowarno, dan
Kecamatan Mojoagung.

LAPORAN AKHIR 4 - 11
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Gambar 4.4 Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Jawa Timur

LAPORAN AKHIR 4 - 12
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

4.1.5 PENGGUNAAN LAHAN


Penggunaan lahan di suatu wilayah juga berpengaruh terhadap potensi terjadinya
bencana alam, yaitu banjir dan tanah longsor. Perubahan fungsi lahan untuk kepentingan
pembangunan berpengaruh terhadap perubahan koefisien pengaliran sehingga debit air
hujan menjadi besar karena kurangnya kemampuan tanah dalam penyerapan air. Pada
wilayah perkotaan, pada umumnya penggunaan lahan didominasi oleh lahan terbangun
dengan koefisien pengaliran yang tinggi. Daya serap tanah menjadi kecil dan jika dikaitkan
dengan tingginya intensitas hujan serta kurang baiknya sistem drainase perkotaan, maka
bencana banjir dapat terjadi pada wilayah tersebut di Kabupaten Jombang.

Hubungan penggunaan lahan dengan bencana tanah longsor dapat dilihat dari
erosi yang terjadi pada lahan. Wilayah-wilayah kecamatan yang memiliki Tingkat Bahaya
Erosi (TBE) berat dan sangat berat di Kabupaten Jombang secara terperinci dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5 Tingkat Bahaya Erosi Berat dan Sangat Berat di Wilayah Kabupaten Jombang
Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
No Kecamatan Total Luas (Ha)
Berat (Ha) Sangat Berat (Ha)
1 Bareng 617,41 304,35 921,76
2 Kabuh 3.386,64 696,70 4.085,34
3 Kudu 8,36 - 8,36
4 Mojoagung 302,27 19,99 322,26
5 Mojowarno 149,82 17,82 167,63
6 Plandaan 7.506,36 1.626,62 9.132,97
7 Wonosalam 1.748,60 2.058,30 3.806,90
Jumlah 13.721,44 4.723,78 18.445,22
Sumber : Rencana Teknik Lapang Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah Kabupaten Jombang, 2002

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa wilayah Kecamatan Bareng,


Kecamatan Kabuh, Kecamatan Kudu, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Mojowarno,
Kecamatan Plandaan, dan Kecamatan Wonosalam memiliki Tingkat Bahaya Erosi yang
tinggi, yang masuk dalam kategori berat dan sangat berat, sehingga wilayah-wilayah
tersebut rawan terhadap terjadinya bencana tanah longsor. Dilihat dari karakteristiknya,
wilayah-wilayah tersebut berada pada kemiringan lahan 15-40% dan <40%.

LAPORAN AKHIR 4 - 13
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

4.1.6 HASIL EVALUASI POTENSI BENCANA BERDASARKAN KONDISI FISIK


Dilihat dari kondisi fisik alamiahnya, semua wilayah kecamatan yang ada di
Kabupaten Jombang merupakan wilayah yang berpotensi terjadi bencana alam, dengan
jenis bencana alam yang yang beravariatif. Dari hasil analisis kondisi fisik alamiahnya, maka
potensi bencana alam pada masing-masing wilayah kecamatan di Kabupaten Jombang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Kondisi Fisik Alamiah Kabupaten Jombang Terhadap Potensi
Bencana Alam
Potensi Bencana Alam Berdasarkan Kondisi Fisik
No Kecamatan Penggunaan
Klimatologi Topografi Hidrologi Geologi
Lahan
1 Bandar Kd.Mulyo BJ, TL, PB BJ BJ GT BJ
2 Perak BJ, TL, PB BJ BJ BJ
3 Gudo PB BJ BJ BJ
4 Diwek PB BJ BJ BJ
5 Ngoro BJ, TL BJ BJ TL BJ
6 Mojowarno BJ, TL BJ BJ TL BJ, TL
7 Bareng BJ, TL TL BJ TL BJ, TL
8 Wonosalam BJ, TL TL BJ TL BJ, TL
9 Mojoagung PB BJ, TL BJ TL BJ, TL
10 Sumobito BJ, TL, PB BJ, TL BJ BJ
11 Jogoroto BJ, TL, PB BJ BJ BJ
12 Peterongan BJ, TL, PB BJ BJ BJ
13 Jombang PB BJ BJ BJ
14 Megaluh PB, KR BJ BJ GT BJ
15 Tembelang BJ, TL, PB BJ BJ BJ
16 Kesamben BJ, TL, PB BJ BJ BJ
17 Kudu PB, KR BJ, TL BJ BJ, TL
18 Ngusikan TL BJ KR, GT BJ
19 Ploso PB BJ BJ GT BJ
20 Kabuh TL BJ KR, GT BJ, TL
21 Plandaan KR TL BJ KR, GT BJ, TL
Jumlah BJ, TL, PB BJ BJ GT BJ
Sumber : Hasil Analisis, 2017
Keterangan :
BJ = Banjir
TL = Tanah Longsor
PB = Puting Beliung
KR = Kekeringan
GT = Gempa Bumi (Tektonik)

LAPORAN AKHIR 4 - 14
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Tabel 4.7 Potensi Bencana Alam Tiap Kecamatan Di Kabupaten Jombang Berdasarkan
Kondisi Fisik
Jenis Bencana Alam
No Kecamatan Tanah Puting Gempa
Banjir Kekeringan
Longsor Beliung Bumi
1 Bandar Kd.Mulyo    
2 Perak   
3 Gudo  
4 Diwek  
5 Ngoro  
6 Mojowarno  
7 Bareng  
8 Wonosalam  
9 Mojoagung   
10 Sumobito   
11 Jogoroto   
12 Peterongan   
13 Jombang  
14 Megaluh    
15 Tembelang   
16 Kesamben   
17 Kudu    
18 Ngusikan     
19 Ploso   
20 Kabuh    
21 Plandaan    
Sumber : Hasil Analisis, 2017

Tabel diatas menggambarkan bahwa setiap wilayah kecamatan memiliki potensi


bencana alam karena dipengaruhi oleh kondisi alamiahnya. Wilayah Kecamatan Ngusikan
merupakan wilayah dengan jenis potensi bencana terbanyak (5 bencana alam), dimana di
wilayah ini potensi bencananya mencakup semua jenis bencana alam yang dikaji, yaitu
banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan, dan gempa bumi.

LAPORAN AKHIR 4 - 15
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

4.2 ANALISIS BENCANA ALAM YANG TERJADI


Bencana alam yang telah perlu didokumentasikan dalam bentuk informasi
kebencanaan sesuai yang mengacu pada Peaturan Kepala BNPB No. 7 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia, serta Peraturan Kepala
BNPB No. 8 Tahun 2011 Tentang Standarisasi Data Kebencanaan. Semua informasi dan
data bencana ini harus disimpan secara rapi dan baik secara elektronik maupun dalam
bentuk dokumen tertulis dalam rangka penanganan bencana. Data bencana yang
diperoleh dari berbagai sumber merupakan landasan dalam memberikan informasi ke
pihak-pihak yang membutuhkan.

Analisis bencana alam yang terjadi ini didasarkan pada data kebencanaan yang
diperoleh dari BPBD Kabupaten Jombang. Analisis bencana alam yang telah terjadi untuk
mengevaluasi kejadian bencana alam tersebut, karakteristik waktu dan tempat terjadinya
bencana, serta bencana alam, penyebab bencana alam, serta dampak atau akibat yang
ditimbulkan dari bencana alam tersebut. Analisis ini menghasilkan informasi yang berguna
dalam penyusunan langkah-langkah atau upaya penanganan bencana alam pada masa
mendatang.

4.2.1 WAKTU TERJADINYA BENCANA ALAM


Fenomena yang terjadi di bumi saat ini masih menjadi misteri yang sulit untuk
prakirakan. Adanya peristiwa bencana alam seperti letusan gunungapi, gempa bumi,
banjir, tanah longsor, dan tsunami masih sulit diprakirakan kapan akan terjadinya.
Beberapa bencana alam besar yang terjadi di bumi masih mengandung misteri yang besar
pula. Yang diharapkan pada masa mendatang adalah datangnya bencana dapat dihitung
secara ilmiah dan akurat mungkin saja bisa terjadi.

Banjir dapat diprediksi melalui prakiraan cuaca yang saat ini semakin canggih
hingga pada prakiraan kenaikan debit air. Gunung meletus dapat diprediksi dengan ilmu
vulkanologi yang juga semakin maju. Gempa bumi juga dapat diprediksi dengan ilmu
pergerakan energi dalam bumi, sehingga arah, tempat, dan waktu terjadinya gempa bisa
diprediksi. Harapan tersebut mungkin terjadi dengan memberikan perhatian khusus
terhadap prediksi bencana yang juga ditunjang dengan teknologi modern, disamping
melakukan upaya-upaya penanggulangan bencana.

LAPORAN AKHIR 4 - 16
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Bencana alam yang terjadi di Indonesia merupakan fenomena yang datang silih
berganti dalam setiap tahun dikarenakan karena kondisi fisik alamiah yang unik. Kondisi
alam terkait aspek klimatologi, topografi, hidrologi, geologi yang unik ini menjadikan
bencana alam yang seolah terulang pada tiap tahunnya. Berdasarkan pola kemunculannya,
secara garis besar bencana alam dapat dibedakan menjadi :

• Bencana alam yang terkait dengan musim

Bencana alam yang terkait musim misalnya banjir, gerakan tanah dan tanah longsor
yang selalu datang pada musim hujan, bencana kekeringan yang biasa terjadi pada
musim kemarau.

• Bencana alam yang tidak terkait dengan musim

Bencana alam yang tidak terkait dengan musim merupakan bencana geologi misalnya
erupsi gunung api, tsunami, gempa bumi. Jika dilihat dari durasi waktunya, bencana
alam ini dapat dikelompokkan menjadi :
- Bencana alam yang kemunculannya tidak dapat diprakirakan dan kapan
berhentinya tidak diketahui, seperti letusan Gunungapi Sinabung yang erupsinya
sulit diprakirakan kapan berhentinya.
- Bencana alam yang kemunculannya tidak dapat diketahui, tetapi durasinya hanya
singkat, misalnya bencana tsunami. Gelombang tsunami hanya terjadi sekali dan
berlangsung dalam waktu singkat.
- Bencana alam yang kemunculannya tidak dapat diketahui, durasinya singkat
tetapi kejadiannya sering tidak tunggal dalam waktu singkat. Misalnya gempa
bumi. Guncangan gemba berlangsung singkat tetapi ada kemungkinan terjadi
dalam satu rangkaian gempa bumi. Sehingga dikenal ada guncangan gempa
utama, dan guncangan gempa susulan.

Analisis waktu terjadinya bencana alam yang telah terjadi di wilayah Kabupaten
Jombang yang ini berguna untuk mengetahui kecenderungan kapan bencana alam
tersebut datang dengan pendekatan periode waktu tertentu (bulan, tahun, dsb). Dari data
kebencanaan yang telah didapat dari tahun 2012-2016 dipetakan jenis bencana yang
terjadi pada masing-masing bulan. Dengan adanya informasi ini maka diperoleh kalender
bencana alam sebagai pegangan untuk mempersiapkan langkah-langkah penanganan
bencana alam. Di bawah ini adalah tabel tentang waktu terjadinya bencana alam.

LAPORAN AKHIR 4 - 17
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Tabel 4.8 Waktu Terjadinya Bencana Alam di Kabupaten Jombang Tahun 2012-2016
Bulan Terjadinya Bencana
Jenis Bencana
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2012
Banjir      
Tanah Longsor  
Puting Beliung       
Kekeringan   
Gempa Bumi
2013
Banjir      
Tanah Longsor 
Puting Beliung    
Kekeringan  
Gempa Bumi
2014
Banjir   
Tanah Longsor 
Puting Beliung    
Kekeringan   
Gempa Bumi
2015
Banjir     
Tanah Longsor   
Puting Beliung      
Kekeringan
Gempa Bumi
2016
Banjir   
Tanah Longsor  
Puting Beliung 
Kekeringan   
Gempa Bumi
Sumber : Hasil Analisis, 2017

LAPORAN AKHIR 4 - 18
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Jenis bencana alam di wilayah Kabupaten Jombang dapat dibedakan menjadi 2,


yaitu bencana alam yang terkait dengan musim, yaitu banjir, tanah longsor, kekeringan,
dan puting beliung, serta bencana yang tidak terkait musim, yaitu gempa bumi.
Karakteristik kemunculan masing-masing bencana alam yang ada di wilayah Kabupaten
Jombang adalah sebagai berikut :

 Banjir

Kemunculan bencana banjir terjadi pada bulan Desember hingga bulan April, dimana
pada bulan tersebut merupakan musim penghujan dengan curah hujan yang cukup
tinggi terutama pada bulan Desember dan Januari atau dapat disebut sebagai bulan
banjir.

 Tanah Longsor

Kemunculan tanah longsor sering terjadi pada saat terjadi banjir pada musim
penghujan karena gerakan tanah yang terjadi akibat debit air hujan yang besar. Tanah
longsor terjadi pada bulan Desember hingga bulan April. Pada kasus gerakan tanah
yang disebabkan oleh kondisi geologi, pola kemuculannya masih belum bisa
diprakirakan.

 Puting Beliung

Angin puting beliung juga termasuk bencana yang terkait dengan musim, dimana pola
kemunculannya terjadi pada saat musim hujan dan pergantian musim. Kemunculan
angin puting beliung dapat bersamaan dengan hujan lebat. Pada saat pergantian
musim, angin puting beliung juga terjadi.

 Kekeringan

Kemunculan bencana alam kekeringan terjadi pada musim kering atau musim
kemarau yang terjadi di bulan Juni-September dengan puncak kekeringan pada bulan
Agustus.

 Gempa Bumi

Bencana gempa bumi tektonik merupakan jenis bencana yang tidak terkait dengan
musim, dan pola kemunculannya masih belum dapat diprakirakan kapan terjadinya.
Gempa bumi di wilayah Kabupaten Jombang yang dipengaruhi oleh Sesar Ploso
terakhir terjadi pada tahun 1836.

LAPORAN AKHIR 4 - 19
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Tabel 4.9 Pola Pemunculan Bencana Alam di Wilayah Kabupaten Jombang


Karakteristik Jenis Bencana
No Bulan Tanah Puting
Banjir Kekeringan Gempa Bumi
Longsor Beliung
1 Januari   
2 Februari   
3 Maret   
4 April 
5 Mei
6 Juni
7 Juli 
8 Agustus 
9 September 
10 Oktober 
11 November 
12 Desember  
Sumber : Hasil Analisis, 2017

Tabel diatas menggambarkan pola kemunculan bencana alam yang terjadi pada
tiap-tiap bulan. Pola tersebut sebagai antisipasi dalam langkah penanggulangan bencana,
serta pola tersebut dapat berubah yang dipengaruhi oleh musim dan upaya penanganan
bencana yang dilakukan.

4.2.2 LOKASI TERJADINYA BENCANA ALAM


Lokasi terjadinya bencana alam di wilayah Kabupaten Jombang pada umumnya
terjadi pada wilayah-wilayah yang memiliki potensi bencana alam sesuai dengan kondisi
fisik alamiahnya. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terdapat beberapa wilayah
kecamatan yang seakan menjadi langganan terjadinya bencana alam, seperti banjir di
wilayah Kecamatan Mojoagung, Mojowarno, Sumbito, Bandarkedung Mulyo, dan
Kesamben; tanah longsor di wilayah Kecamatan Wonosalam dan Bareng; angin puting
beliung di wilayah Kecamatan Bandar Kedungmulyo, serta kekeringan di wilayah
Kecamatan Ngusikan dan Bareng. Lokasi-lokasi kecamatan tersebut perlu mendapatkan
perhatian yang lebih penting dan upaya penanganan yang serius. Di bawah ini adalah tabel
yang merinci lokasi terjadinya bencana alam pada tiap wilayah Kecamatan di Kabupaten
Jombang, tahun 2012-2016

LAPORAN AKHIR 4 - 20
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Tabel 4.10 Lokasi Terjadinya Bencana Alam di Kabupaten Jombang Tahun 2012-2016
Lokasi Terjadinya Bencana

Bandar Kedung

Wonosalam
Mojowarno

Peterongan
Jenis Bencana

Mojoagung

Tembelang

Kesamben
Sumobito

Plandaan
Ngusikan
Jombang

Megaluh
Jogoroto
Bareng
Mulyo

Kabuh
Diwek

Ngoro
Perak

Gudo

Ploso
Kudu
Banjir
2012            
2013                
2014    
2015                
2016          
Tanah Longsor
2012  
2013 
2014 
2015   
2016     
Puting Beliung
2012              
2013       
2014     
2015        
2016 

LAPORAN AKHIR 4 - 21
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Lokasi Terjadinya Bencana

Bandar Kedung

Wonosalam
Mojowarno

Peterongan
Jenis Bencana

Mojoagung

Tembelang

Kesamben
Sumobito

Plandaan
Ngusikan
Jombang

Megaluh
Jogoroto
Bareng
Mulyo

Kabuh
Diwek

Ngoro
Perak

Gudo

Ploso
Kudu
Kekeringan
2012    
2013    
2014   
2015    
2016
Gempa Bumi
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber : Hasil Analisis, 2017

LAPORAN AKHIR 4 - 22
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Dari tabel sebelumnya dapat diperoleh informasi yang lebih ringkas tentang
kecenderungan lokasi terjadinya bencana alam di wilayah Kabupaten Jombang
sebagaimana pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.11 Kecenderungan Lokasi Terjadinya Bencana Alam di Kabupaten Jombang


Kecenderungan Terjadinya Bencana
No Kecamatan
Banjir Tanah Longsor Puting Beliung Kekeringan
1 Bandar Kd.Mulyo  
2 Perak  
3 Gudo 
4 Diwek
5 Ngoro 
6 Mojowarno  
7 Bareng  
8 Wonosalam 
9 Mojoagung 
10 Sumobito  
11 Jogoroto
12 Peterongan 
13 Jombang  
14 Megaluh
15 Tembelang
16 Kesamben  
17 Kudu 
18 Ngusikan 
19 Ploso 
20 Kabuh  
21 Plandaan 
Sumber : Hasil Analisis, 2017

Pendekatan lokasi yang dimaksud pada tabel diatas adalah pendekatan wilayah
yang lebih luas skala kecamatan. Bencana alam mungkin bisa mencapai satu wilayah
kecamatan atau lebih, atau hanya beberapa wilayah desa tertentu saja. Hal ini dipengaruhi
oleh jenis bencana serta besar kecil bencana alam yang terjadi. Dari data dan informasi
bencana alam yang telah diperoleh, dapat dipetakan persebaran lokasi bencana dengan
pendekatan perwilayahan yang lebih kecil, yaitu skala desa atau kelurahan. Di bawah ini
adalah peta lokasi terjadinya bencana alam selama kurun waktu 2012-2016.

LAPORAN AKHIR 4 - 23
PenyusunanProfilRawanBencanaAlam
KABUPATENJOMBANG

LOKASIKEJADIANBENCANABANJIRMENURUTDESADIKABUPATENJOMBANGTAHUN2012–2016
2012 2013 2014

2015 2016 2012-2016

Gambar4.5PetaLokasiKejadianBencanaBanjirDiKabupatenJombangTahun2012

LAPORANAKHIR 4-24
PenyusunanProfilRawanBencanaAlam
KABUPATENJOMBANG

LOKASIKEJADIANBENCANATANAHLONGSORBANJIRMENURUTDESADIKABUPATENJOMBANGTAHUN2012–2016
2012 2013 2014

2015 2016 2012-2016

Gambar4.6PetaLokasiKejadianBencanaTanahLongsorDiKabupatenJombangTahun2012

LAPORANAKHIR 4-25
PenyusunanProfilRawanBencanaAlam
KABUPATENJOMBANG

LOKASIKEJADIANBENCANAANGINPUTINGBELIUNGMENURUTDESADIKABUPATENJOMBANGTAHUN2012–2016
2012 2013 2014

2015 2016 2012-2016

Gambar4.7PetaLokasiKejadianBencanaAnginPutingBeliungDiKabupatenJombangTahun2012

LAPORANAKHIR 4-26
PenyusunanProfilRawanBencanaAlam
KABUPATENJOMBANG

LOKASIKEJADIANBENCANAKEKERINGANMENURUTDESADIKABUPATENJOMBANGTAHUN2012–2016
2012 2013 2014

2015 2012-2016

Gambar4.8PetaLokasiKejadianBencanaKekeringanDiKabupatenJombangTahun2012

LAPORANAKHIR 4-27
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

Distribusi kejadian bencana alam pada wilayah desa di masing-masing kecamatan


di Kabupaten Jombang pada tahun 2012-2016 secara terperinci dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut ini.

Tabel 4.12 Lokasi Kejadian Bencana Alam di Kabupaten Jombang Tahun 2012-2016
N Lokasi Terjadinya Bencana
Kecamatan
o Banjir Tanah Longsor Puting Beliung Kekeringan
1 Bandar - Bandar Kd. Mulyo - Brangkal - Brodot -
Kd.Mulyo - Banjarsari - Pucangsimo
- Brangkal - Barongsawahan
- Brodot
- Gondangmanis
- Karangdagangan
- Kayen
- Pucangsimo
- Tinggar
2 Perak - Gadingwangu - - Cangkringrandu -
- Pagerwojo - Gadingmangu
- Perak - Pagerwojo
- Sukorejo - Perak
- Sumberagung - Sembung
- Sumberagung
- Temuwulan
3 Gudo - Pucangro - - Bagus kedaleman -
- Plumbong
gambang
4 Diwek - Kayangan - - Keras -
- Watugaluh
5 Ngoro - Genukwatu - - -
- Kauman
- Rejoagung
6 Mojowarno - Catakgayam - - Gedangan -
- Gondek - Gondek
- Grobogan - Grobogan
- Japanan - Karanglo
- Karanglo - Kedungpari
- Kedungpari - Menganto
- Mojojejer - Mojojejer
- Mojowangi - Mojowangi
- Wojowarno - Wringinpitu
- Selorejo
- Wringinpitu
7 Bareng - Bareng - Karangan - - Karangan
- Kebondalem - Ngrimbi - Nglebak
- Mojotengah - Pakel - Ngrimbi
- Mundusewu - Pulosari - Pakel
- Ngrimbi - Pulosari
- Pakel
- Pulosari
8 Wonosalam - Carangwulung - Carangwulung - Wonomerto -
- Wonosalam - Galendowo - Wonosalam
- Jarak

LAPORAN AKHIR 4 - 28
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

N Lokasi Terjadinya Bencana


Kecamatan
o Banjir Tanah Longsor Puting Beliung Kekeringan
- Wonomerto
- Wonosalam
9 Mojoagung - Betek - Betek - Kademangan -
- Dukuhmojo - Mojotrisno - Gedangan
- Gambiran
- Janti
- Johwinong
- Kademangan
- Karangwinangon
- Karobelah
- Mancilan
- Mojotrisno
- Murukan
- Selorejo
- Tangalrejo
- Tejo
10 Sumobito - Badas - - Palrejo -
- Brudu - Plemahan
- Budungsidorejo - Budugsidorejo
- Curahmalang - Gedangan
- Kedungpapar - Kendalsari
- Kendalsari - Mlaras
- Madyopuro
- Sebani
- Segodirejo
- Sumberagung
- Sumobito
- Trawasan
- Tugu
- Gedangan
11 Jogoroto - - - -
12 Peterongan - Brongkot - - Tugusumberejo -
- Dukuhdlopo
- Morosunggingan
- Ngrandu Lor
- Peterongan
- Sumberagung
- Tengaran
- Tugusumberjo
13 Jombang - Candimulyo - - Banjardowo -
- Dapurkejambon - Candimulyo
- Denanyar - Denanyar
- Jombang - Jombatan
- Pulo Lor - Kepanjen
- Sambongdukuh - Kepatihan
- Tambakrejo - Plosogeneng
14 Megaluh - Balongsari - - - Balongsari
- Sidomulyo
- Sumberagung
15 Tembelang - Kalikejambon - - Sentul -
- Kedunglosari
- Mojokrapak
- Pesantren

LAPORAN AKHIR 4 - 29
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

N Lokasi Terjadinya Bencana


Kecamatan
o Banjir Tanah Longsor Puting Beliung Kekeringan
- Tapingmojo
16 Kesamben - Jatiduwur - Jatiduwur - Jombok -
- Jombatan - Jombatan - Blimbing
- Jombok - Carangrejo
- Kedungbetik - Kedungbetik
- Kedungmlati - Kedungmlati
- Kesamben - Kesampen
- Podoroto - Pojokrejo
- Pojokkulon - Watudakon
- Pojokrejo
- Watudakon
17 Kudu - Bendungan - Menturus - Bakalanrayung -
- Katemas
- Kepuhrejo
- Kudubanjar
- Made
- Randuwatang
- Sidokaton
- Sumberteguh
- Tapen
18 Ngusikan - Asemgede - - Cupak - Cupak
- Manunggal - Manunggal - Kromong
- Mojodanu - Sumbernongko - Mojodanu
19 Ploso - Bawangan - - - Jatibanjar
- Jatigedong - Pagertanjung
- Kedungdowo
- Losari
- Pagertanjung
- Pandanblole
- Ploso
- Rejoagung
20 Kabuh - Kabuh - - Banjardowo - Mangunan
- Kauman - Kauman - Marmoyo
- Kedungjati - Pengampon
- Marmoyo - Sumberaji
- Tanjungwadung
21 Plandaan - Jipurapah - Plandaan - Klitih -
- Jatimlerek
- Klitih
- Tondowulan
Sumber : Hasil Analisis, 2017

Terkait dengan kejadian bencana, wilayah desa yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penanganan bencana adalah wilayah desa yang sering terjadi bencana alam sejenis
yang berulang dalam 2-3 tahun terakhir, serta wilayah desa yang terkena beberapa jenis
bencana alam. Dari data kebencanaan yang diperoleh dari BPBD Kabupaten Jombang,
maka wilayah desa yang masuk dalam kriteria tersebut adalah :

LAPORAN AKHIR 4 - 30
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

 Wilayah desa dengan bencana alam berulang :

 Banjir

− Desa Brangkal (Kecamatan Bandar Kedungmulyo : 2012, 2013, 2016


− Desa Gondangmanis (Kecamatan Bandar Kd.Mulyo : 2012, 2013, 2015, 2016
− Desa Banjarsari (Kecamatan Bandar Kedungmulyo : 2012, 2013, 2016
− Desa Pusangsimo (Kecamatan Bandar Kedungmulyo : 2013, 2015, 2016
− Desa Catakgayam (Kecamatan Mojowarno : 2012, 2013, 2014, 2015
− Desa Wringinpitu (Kecamatan Mojowarno : 2013, 2014, 2015
− Desa Betek (Kecamatan Mojoagung : 2013, 2014, 2015, 2016
− Desa Kademangan (Kecamatan Mojoagung : 2013, 2014, 2015, 2016
− Desa Mojotrisno (Kecamatan Mojoagung : 2012, 2013, 2014, 2015, 2016
− Desa Karobelah (Kecamatan Mojoagung : 2013, 2014, 2015, 2016
− Desa Janti (Kecamatan Mojoagung : 2013, 2014, 2015
− Desa Madyopuro (Kecamatan Sumobito : 2012, 2013, 2014, 2015, 2016
− Desa Trawasan (Kecamatan Sumobito : 2013, 2014, 2016
− Desa Sebani (Kecamatan Sumobito : 2012, 2013, 2016
− Desa Jombok (Kecamatan Kesamben : 2012, 2013, 2015, 2016
− Desa Kedungmlati (Kecamatan Kesamben : 2012, 2013, 2015, 2016
− Desa Watudakon (Kecamatan Kesamben : 2012, 2013, 2016
− Desa Podoroto (Kecamatan Kesamben : 2012, 2013, 2016
− Desa Kesamben (Kecamatan Kesamben : 2012, 2013, 2016
− Desa Kedungbetik (Kecamatan Kesamben : 2012, 2013, 2016
− Desa Jombok (Kecamatan Kesamben : 2012, 2013, 2016
− Desa Jombatan (Kecamatan Kesamben : 2012, 2013, 2016

 Tanah longsor :

− Relatif tidak berulang

 Puting Beliung :

− Desa Kedungmlati (Kecamatan Kesamben : 2014, 2015


− Desa Barongsawahan (Kecamatan Bandar Kedungmulyo : 2013, 2014
− Desa Tugusumberejo (Kecamatan Peterongan : 2013, 2014

LAPORAN AKHIR 4 - 31
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

 Kekeringan :

− Desa Ngrimbi (Kecamatan Bareng : 2012, 2013, 2014, 2015


− Desa Kromong (Kecamatan Ngusikan : 2012, 2013, 2014, 2015
− Desa Pakel (Kecamatan Bareng : 2012, 2013, 2015
− Desa Marmoyo (Kecamatan Kabuh : 2012, 2013, 2014
− Desa Kromong (Kecamatan Ngusikan : 2012, 2013, 2015
− Desa Nglebak (Kecamatan Bareng : 2014, 2015

 Wilayah desa dengan beberapa jenis bencana alam :

 Banjir – Tanah longsor – Kekeringan :

− Desa Ngrimbi (Kecamatan Bareng)


− Desa Pakel (Kecamatan Bareng)
− Desa Pulosari (Kecamatan Bareng)

 Banjir – Tanah Longsor :

− Desa Carangwulung (Kecamatan Wonosalam)


− Desa Wonosalam (Kecamatan Wonosalam)
− Desa Betek (Kecamatan Mojoagung)
− Desa Mojotrisno (Kecamatan Mojoagung)
− Desa Jatiduwur (Kecamatan Kesamben)
− Desa Jombatan (Kecamatan Kesamben)

 Banjir – Angin Puting Beliung :

− Desa Pucangsimo (Kecamatan Bandar Kedungmulyo)


− Desa Brodot (Kecamatan Bandar Kedungmulyo)
− Desa Gadingmangu (Kecamaan Perak)
− Desa Pagerwojo (Kecamaan Perak)
− Desa Perak (Kecamaan Perak)
− Desa Gondek (Kecamatan Mojowarno)
− Desa Grobogan (Kecamatan Mojowarno)
− Desa Karanglo (Kecamatan Mojowarno)
− Desa Kedungpari (Kecamatan Mojowarno)
− Desa Mojojejer (Kecamatan Mojowarno)

LAPORAN AKHIR 4 - 32
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

− Desa Mojowangi (Kecamatan Mojowarno)


− Desa Wringinpitu (Kecamatan Mojowarno)
− Desa Kademangan (Kecamatan Mojoagung)
− Desa Budugsidorejo (Kecamatan Sumobito)
− Desa Gedangan (Kecamaan Sumobito)
− Desa Kendalsari (Kecamatan Sumobito)
− Desa Tugusumberejo (Kecamatan Peterongan)
− Desa Denanyar (Kecamatan Jombang)
− Desa Candimulyo (Kecamatan Jombang)
− Desa Jombok (Kecamatan Kesamben)
− Desa Kedungbetik (Kecamatan Kesamben)
− Desa Kedungmlati (Kecamatan Kesamben)
− Desa Kesamben (Kecamatan Kesamben)
− Desa Pojokrejo (Kecamatan Kesamben)
− Desa Watudakon (Kecamatan Kesamben)
− Desa Manunggal (Kecamatan Ngusikan)
− Desa Kauman (Kecamatan Kabuh)

 Banjir – Kekeringan :

− Desa Balongsari (Kecamatan Megaluh)


− Desa Mojodanu (Kecamatan Ngusikan)
− Desa Pagertanjung (Kecamatan Ploso)
− Desa Marmoyo (Kecamatan Kabuh)

 Tanah Longsor – Kekeringan :

− Desa Karangan (Kecamatan Bareng)

 Puting Beliung – Kekeringan :

− Desa Cupak (Kecamatan Ngusikan)

Dari kedua sifat bencana alam tersebut, terdapat 54 desa yang ada di 14
kecamatan di Kabupaten Jombang yang memiliki potensi bencana terbesar. Wilayah
dengan persebaran desa bencana terbanyak adalah Kecamatan Kesamben dan
Mojowarno. Secara lebi jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

LAPORAN AKHIR 4 - 33
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

maka wilayah-wilayah desa dengan potensi bencana yang cukup besar seperti
pada tabel berikut ini.

Tabel 4.13 Desa Dengan Potensi Bencana Alam yang Cukup Besar
Desa Dengan Potensi Bencana Alam yang Besar
No Kecamatan
Nama Desa Jumlah Desa

Jatiduwur, Jombatan, Jombok, Kedungbetik,


1 Kesamben Kedungmlati, Kesamben, Podoroto, Pokorejo, 9
Watudakon

Catakgayam, Gondek, Grobogan, Karanglo, Kedungpari,


2 Mojowarno 8
Mojojejer, Mojowangi, Wringinpitu

Madyopuro, Budugdiorejo, Gedangan, Kendalsari,


3 Sumobito 6
Sebani, Trawasan

Bandar Banjarsari, , Pucangsimo, Barongsawahan, Brangkal,


4 6
Kedungmulyo Brodot, Godangmanis

5 Mojoagung Betek, Janti, Kademangan, Karobelah, Mojotrisno 5

6 Bareng Ngrimbi, Pakel, Pulosari, Karangan, Nglebak 5

7 Ngusikan Cupak, Kromong, Manunggal, Mojodanu 4

8 Jombang Candimulyo, Denanyar 2

9 Wonosalam Carangwulung, Wonosalam 2

10 Kabuh Mamrmoyo, Kabuh 2

11 Megaluh Balongsari 1

12 Perak Gadingmangu, Pagerwojo 2

13 Ploso Pagertanjung 1

14 Peterongan Tugusumberejo 1

Jumlah 54
Sumber : Hasl Analisis, 2017

4.2.3 PENYEBAB BENCANA ALAM


Dengan melihat data kebencanaan dari BPBD Kabupaten Jombang, terjadinya
bencana alam di beberapa wilayah kecamatan tersebut disebabkan oleh karena faktor
alamiah, seperti intensitas hujan yang tinggi (hujan lebat) dan musim kemarau yang
panjang. Jika dilihat lebih mendalam, penyebab bencana alam tersebut secara garis besar
disebabkan oleh kondisi alam, peristiwa alam, serta aktivitas manusia. Beberapa penyebab
terjadinya bencana alam adalah sebagai berikut ini :

LAPORAN AKHIR 4 - 34
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

A. Penyebab Banjir :

1. Faktor Kondisi Alam :

a) Topografi lahan yang berupa dataran rendah, landai, atau cekungan dengan
elevasi muka tanah relatif datar dari muka air normal sungai terdekat,
sehingga aliran air di daerah tersebut lambat.
b) Berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar, dan dilalui oleh sungai
besar dengan debit >50 m3/detik.
c) Pada daerah Meander (belokan) sungai yang debit alirannya cenderung
lambat, biasanya merupakan dataran rendah, sehingga termasuk dalam
klasifikasi daerah yang potensial atau rawan banjir.
d) Pada lokasi pertemuan dua sungai besar, dapat menimbulkan arus balik (back
water) yang menyebabkan terganggunya aliran air di salah satu sungai, yang
mengakibatkan kenaikan muka air (meluap).

2. Faktor Peristiwa Alam :

a) Terjadinya hujan dengan intensitas yang tinggi/lebat dengan waktu yang lama
baik hujan lokal maupun dari daerah hulu.
b) Meluapnya air sungai karena kemiringan dasar saluran kecil dan kapasitas
aliran sungai tidak memadai.
c) Terjadinya arus balik (backwater) pada pertemuan sungai, sehingga air
meluap.
d) Terjadinya penurunan muka tanah (land subsidance)
e) Terjadinya penyempitan dan pendangkalan sungai yang mengganggu aliran
air. Penyempitan sungai berakibat pada naiknya muka air di hulu. Sedangkan
pendangkalan saungai berakibat pada berkuranganya kapasitasn sungai.
f) Terjadinya pembendungan aliran sungai akibat longsor.

3. Faktor Aktivitas Manusia :

a) Pembudidayaan daerah dataran banjir.


b) Peruntukan tata ruang di dataran banjir yang tidak sesuai.
c) Belum adanya pola pengelolaan dan pengembangan dataran banjir.
d) Permukiman di bantaran sungai.
e) Sistem drainase yang tidak memadai.

LAPORAN AKHIR 4 - 35
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

f) Terbatasnya tindakan mitigasi banjir.


g) Kurangnya kesadaran masyarakat di sepanjang alur sungai.
h) Penggundulan hutan di daerah hulu.
i) Terbatasnya upaya pemeliharaan bangunan pengendali banjir.
j) Elevasi bangunan tidak memperhatikan peil banjir.

B. Penyebab Tanah Longsor

1. Faktor Kondisi Alam :

a) Bentang alam berupa perbukitan/gunung, dengan lereng terjal, kemiringan


lahan yang cukup tinggi, <24%.
b) Lapisan tanah yang kurang padat, tanah penutup lebih dari 2 m dan bersifat
gembur dan mudah meloloskan air.
c) Jenis batuan (litologi) yang kurang kuat, yaitu batuan dengan bidang
diskontinuitas atau adanya struktur retakan (kekar) pada batuan tersebut.
d) Berada pada daerah patahan/sesar
e) Jenis vegetasi pada lereng berupa alang-alang, rumput, tumbuhan semak dan
perdu.

2. Faktor Peristiwa Alam :

a) Curah hujan yang tinggi diatas 2500 mm per tahun, dan intensitas hujan lebat
masuk kategori lebat.
b) Terjadinya banjir.
c) Terjadinya pengikisan tanah atau erosi lahan.
d) Jatuhan dan robohan batuan.
e) Luncuran baik berupa luncuran batuan, luncuran tanah, maupun bahan
rombakan dengan bidang gelincir lurus, melengkung atau tidak beraturan.
f) Kombinasi antara dua atau beberapa jenis gerakan tanah dengan gerakan
relatif cepat (lebih dari 2 meter per hari hingga mencapai 25 m per menit).

3. Faktor Aktivitas Manusia :

a) Penggundulan hutan
b) Penggalian dan pemotongan lereng misalnya untuk jalan atau tambang tanpa
memperhatikan struktur tanah dan batuan pada lereng.

LAPORAN AKHIR 4 - 36
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

c) Pembangunan atau kegiatan konstruksi dengan beban yang terlalu besar


melampaui daya dukung tanah.
d) Pola tanam pada lereng yang tidak tepat dan sangat sensitif, misalnya
ditanami tanaman yang berakar serabut, lereng dimanfaatkan untuk sawah.

C. Penyebab Angin Puting Beliung

Penyebab terjadinya angin puting beliung adalah faktor peristiwa alam, yang
berhubungan dengan keberadaan Cumulonimbus. angin badai merusak berbentuk
pusaran yang menerobos dari bawah awan jenis Cumulonimbus (Cb) ke permukaan
tanah, dimana bentuknya dapat berupa corong sempit, silinder panjang atau tali yang
memanjang. Angin Tornado biasanya memiliki bentangan yang sempit, dengan
diameter berkisar 50 m lebih dan kurang dari 1 km, tetapi secara lokal merupakan
badai yang paling merusak.

D. Penyebab Kekeringan

1. Faktor Kondisi Alam :


a) Letak geografis yang berada di garis khatulistiwa yang mengalami dua musim,
yaitu musim penghujan, dan musim kemarau atau musim kering.
b) Kondisi geologis wilayah, dimana jenis batuan yang ada bersifat sulit
menyerap atau menerima air.
c) Tidak berada dalam wilayah cekungan air tanah (CAT) sehingga sumber air
sulit ditemukan.
2. Faktor Peristiwa Alam :
a) Terjadinya penyimpangan iklim, dimana produksi uap air dan awan relatif
rendah dan berpengaruh terhadap curah hujan.
b) Terjadinya gangguan hidrologis pada DAS terutama pada daerah hulu sebagai
peresapan air tanah.
c) Fenomena El Nino.
3. Faktor Aktivitas Manusia :
a) Eksploitasi air tanah secara besar-besaran tanpa diimbangi dengan upaya
pengembalian air kedalam tanah seperti pembuatan sumur resapan.
b) Serangakain aktivitas yang menyebabkan fungsi hidrologis dalam DAS
terutama pada hulu DAS.

LAPORAN AKHIR 4 - 37
Penyusunan Profil Rawan Bencana Alam
KABUPATEN JOMBANG

E. Penyebab Gempa Bumi

Penyebab terjadinya gempa bumi adalah faktor peristiwa alam adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.

1. Faktor Kondisi Alam :

a) Posisi geografis Indonesia yang diapit oleh dua samudera besar dunia
(samudra Hindia dan samudra Pasifik).
b) Posisi geologis Indonesia pada pertemuan tiga lempeng utama dunia
(lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik).
c) Kondisi permukaan wilayah Indonesia (relief) yang sangat beragam.

2. Faktor Peristiwa Alam

Adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara


mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar.

LAPORAN AKHIR 4 - 38

Anda mungkin juga menyukai