2.1 DATABASE
Dengan semakin berkembangnya teknologi sistem informasi, semakin banyak
ahli yang memberikan definisi database. Menurut Anhar (2010)1, database adalah
sekumpulan tabel-tabel yang berisi data dan merupakan kumpulan dari field atau
kolom. Struktur file yang menyusun sebuah database adalah Data Record dan Field”.
Menurut Raharjo (2011)2, database adalah kumpulan data yang terintegrasi dan diatur
sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat dimanipulasi, diambil, dan dicari secara
cepat. Sedangkan menurut Kustiyaningsih (2011)3, database adalah struktur
penyimpanan data. Untuk menambah, mengakses dan memperoses data yang
disimpan dalam sebuah database komputer, diperlukan sistem manajemen database
seperti MYSQL Server.
Menurut Yakub (2012)4, basis data (database) diartikan sebagai markas atau
gudang, tempat bersarang atau berkumpul. Prinsip utama basis data adalah
pengaturan data dengan tujuan utama fleksibilitas dan kecepatan dalam pengambilan
data kembali. Adapun tujuan basis data diantaranya sebagai efisisensi yang meliputi
speed, space and accurancy, menangani data dalam jumlah besar, kebersamaan
pemakaian, dan meniadakan duplikasi.
1
Anhar. 2010. Panduan Menguasai PHP dan MySQL Secara Otodidak. Jakarta: Media Kita
2
Raharjo, Budi. 2011. Belajar Otodidak Membuat Database Menggunakan MySQL. Bandung:
Informatika.
3
Kustiyahningsih, Yeni. 2011. Pemrograman Basis Data Berbasis Web Menggunakan PHP &
MySQL. Jakarta : Graha Ilmu
4
Yakub. 2012. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pratama (2014)5 menyatakan bahwa elemen basis data pada sistem informasi
berfungsi sebagai media untuk menyimpan data dan informasi yang dimiliki oleh sistem
informasi bersangkutan. Setiap aplikasi dan sistem yang memiliki data didalamnya
(dengan disertai proses manipulasi data berupa insert, delete, edit/update), pasti
memiliki sebuah basis data.
Dari beberapa defisini diatas, secara singkat database dapat diartikan sebagai
kumpulan data yang terekam secara sistematis dalam bentuk sistem informasi yang
mudah digunakan, diolah, dianalisis dan dievaluasi untuk tujuan penggunaan tertentu.
Database yang tersusun dapat diupdate secara periodik sesuai dengan kepentingan
penggunaannnya.
5
Pratama, I Putu Agus Eka. 2014. Sistem Informasi dan Implementasinya. Bandung: BI Obses.
6
Kadir, Abdul. 2014. Pengenalan Sistem Informasi Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi
7
Candra, Benni, Jusuf Wahyudi dan Hemawansyah. Pengembangan Sistem Keamanan untuk
Toko Online Berbasis Kriptografi AES Menggunakan Bahasa Pemrograman PHP dan MYSQL.
Jurnal Media Infotama Vol.11 No.1
8
Utama, Wisnu Prasetya, Ernawati dan Desi Andreswari. 2015. Aplikasi Sebaran Objek Wisata
Di Kota Bengkulu Berbasis Android. Jurnal Rekursif Vol.3, No.1
9
Sutabri, 2005. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi
10
Shalahuddin & Rosa. 2016. Rekayasa Perangkat Lunak. Informatika: Bandung
Rumah adalah sebuah bangunan yang dijadikan tempat tinggal pada jangka
waktu tertentu. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial
kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal seperti keluarga,
tempat bertumbuh, makan, tidur, beraktivitas dll. Dilihat dari pengertiannya, jelas
bahwa rumah memiliki fungsi untuk memberikan perlindungan sebagai tempat tinggal
dan beraktivitas (Nugroho n Wahyuningrum, 2013)12.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak sedikit
rumah dijadikan sebagai indikator keberhasilan seseorang dan sebagai aset untuk
pengembangan usaha dan peningkatan nilai ekonomi pemiliknya. Keterbatasan daya
beli masyarakat yang tergolong berpenghasilan rendah lebih memilih memenuhi
kebutuhan akan rumah secara swadaya dan tak jarang mereka membangunnya di
tanah yang ilegal dan dekat dengan pusat kota dan tempat mereka bekerja. Tentu saja
hal ini yang menjadi salah satu faktor penyebab pusat kota menjadi kumuh dan
menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat perkotaan (Hutapea dan Suwandono,
2013)13.
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya,
serta aset bagi pemiliknya. Sedangkan perumahan adalah kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011)14.
11
Krisanto, 2010. Laporan Komisi WHO dalam Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Jakarta.
12
Nugroho, Satrio & Wahyuningrum, Sri Hartuti. 2013. Kesesuaian Rumah Minimalis Terhadap
Iklim Tropis. Semarang: Fakultas Teknis Universitas Diponegoro
13
Hutapea, Handayani & Suwandono, Djoko.2013. Perencanaan Pembangunan Perumahan
Baru Dan Strategi Pengadaan Tanah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan
Banyumanik. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
14
Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman. Jakarta: Sekretariat Negara Republik
Indonesia.
RTLH adalah kondisi kebalikan dari rumah layak huni yaitu Rumah yang tidak
memenuhi persyaratan rumah layak huni dimana konstruksi bangunan tidak handal,
luas tidak sesuai standar per orang dan tidak menyehatkan bagi penghuninya dan atau
membahayakan bagi penghuninya. Secara sekilas kita dapat mendefinisikan bahwa
RTLH merupakan rumah yang memiliki kriteria dan persyaratan di bawah standar
hunian, sehingga pengertian dari RTLH itu sendiri terkait dengan kriteria atau standar
dari kelayakan hunian suatu bangunan rumah
15
Kementerian PUPR. 2016. Diklat Penyelenggaraan Rumah Swadaya – Modul 6 Peningkatan
Kualitas Rumah Tidak Layak Huni. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,
Permukiman dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
a. Pencahayaan
Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan lubang
cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang atau dinding ruangan.
Semakin lebar bidang cahaya (L), maka akan semakin besar nilai faktor
langitnya. Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara 70
– 80 cm dari permukaan lantai ruangan.
b. Penghawaan.
a. Pondasi
Secara umum sistem pondasi yang memikul beban < dari 2 ton (beban
kecil), yang biasa digunakan untuk rumah sederhana dapat dikelompokan
kedalam tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi langsung; pondasi setempat;
dan pondasi tidak langsung
b. Dinding
Bahan dinding yang digunakan untuk RIT (rumah inti tumbuh) dan
pertumbuhannya adalah conblock, papan, setengah conblock dan 1/2
papan atau bahan lain seperti bambu tergantung pada potensi bahan yang
dominan pada daerah dimana rumah ini akan dibangun.
– Untuk dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh,
– Untuk kerangka dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak
maksimum 100 cm. Kayu yang digunakan (baik untuk papan dan
balok) adalah kayu kelas kuat dan awet II. Apabila untuk kerangka
digunakan kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar
dipasaran dengan ukuran sepadan. Jarak tiang rangka kurang lebih
150 cm. Papan yang digunakan dengan ketebalan minimal 2 cm
setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah atau sambungan
lainnya yang menjamin kerapatan. Ring-balok dan kolom dari kayu
balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan
ukuran sepadan. Hubungan antara kolom dengan ringbalok dilengkapi
dengan sekur-sekur dari kayu 5/10 atau yang banyak beredar
dipasaran dengan ukuran sepadan. Panjang sekur maksimum 50 cm.
c. Kerangka bangunan
d. Kuda-kuda
Adapun kriteria keseharan bagi penghuni pada rumah layak huni mencakup:
a. Kecukupan pencahayaan rumah layak huni min. 50% dinding yang
berhadapan dengan ruang terbuka untuk publik (ruang tamu/keluarga) dan
min. 10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk
ruang privat (ruang tidur);
b. Kecukupan penghawaan rumah layak huni minimal 10 % dari luas lantai.
c. Penyediaan sanitasi min.1 kamar mandi dan jamban (didalam atau luar
rumah) dan dilengkapi bangunan bawah septiktank atau sanitasi komunal.
Kecukup luas minimum ruang adalah luas minimal rumah layak huni antara 7,2
m2/orang sampai dengan 12 m2/orang dengan fungsi utama sebagai hunian
yang terdiri dari ruang serbaguna/ruang tidur dan dilengkapi dengan kamar
mandi. Teknologi dan bahan bangunan rumah layak huni yang sesuai dengan
kearifan lokal disesuaikan dengan adat dan budaya daerah setempat.
d. Bahan atap berupa daun atau genteng plentong yang sudah rapuh;
e. Tidak/kurang memiliki ventilasi dan pencahayaan;
f. Ketiadaan fasilitas sanitasi dan pembuangan; dan
g. Ketiadaan/keterbatasan air minum.
f. Atap : penahan panas dari sinar matahari, melindungi dari debu, angin dan
air hujan
Di samping itu, terdapat beberapa kriteria rumah sehat dan layak huni yang
ditetapkan oleh departemen kesehatan terkait kebutuhan psikologis,
pencegahan penularan penyakit dan pencegahan terjadinya kecelakaan yakni:
a. Kebutuhan Psikologis :
– Pencahayaan dan penghawaan cukup
– Ruang gerak yang cukup
– Terhindar dari kebisingan yang menggangu
– Privacy yang cukup
b. Pencapaian persyaratan pencegahan penularan penyakit :
– Penyediaan air bersih
– Pengelolaa tinja dan limbah rumah tangga yang baik
– Cukup sinar matahari pagi
– Terlindunginya makanan dan minuman dari pencemaran
c. Pencapaian persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan :
– Sempadan jalan
– Komponen bangunan yang kuat dan tidak mudah roboh
– Tidak mudah terbakar
– Material lantai yang tidak membuat jatuh/tergelincir
Menurut Departemen Sosial, RTLH adalah rumah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan, keamanan dan sosial, dengan kondisi sebagai berikut :