Anda di halaman 1dari 55

UKL-UPL

PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT


KABUPATEN SORONG

2.1 Data Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Nama rencana usaha dan/atau kegiatan yang dikaji dalam dokumen UKL-UPL
ini adalah “Peningkatan D.I. Matawolot Kabupaten Sorong”, yang secara garis besar
kegiatan ini berupa penyediaan air untuk keperluan irigasi. Berdasarkan klasifikasi
lapangan usaha menurut Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 95 Tahun
2015 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 19 Tahun 2017, rencana
kegiatan peningkatan daerah irigasi tersebut termasuk dalam kelompok 36002
(Penampungan dan Penyaluran Air Baku).

2.1.1 Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


2.1.1.1 Letak dan Batas Rencana Kegiatan

Lokasi rencana pembangunan bendung dan jaringan irigasi ini adalah pada
wilayah D.I. Matawolot Kabupaten Sorong seluas 1.040 Ha, yang secara administrasi
terletak di Distrik Salawati, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat.

D.I. Matawolot meliputi lahan sawah dan tapak bangunan irigasi, dengan batas-
batas lokasi sebagai berikut :
‒ Sebelah utara : Hutan
‒ Sebelah timur : Hutan
‒ Sebelah selatan : Hutan
‒ Sebelah barat : Hutan

Laporan Antara 2-1


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Gambar 2.1 Peta Orientasi Lokasi Kegiatan Terhadap Kabupaten Sorong

Laporan Antara 2-2


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Gambar 2.2 Peta D.I. Matawolot Kabupaten Sorong

Laporan Antara 2-3


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.1.1.2 Lokasi Rencana Kegiatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten Sorong

Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sorong diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Sorong Nomor Peraturan Daerah Kabupaten Sorong Nomor 3 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sorong Tahun 2012-2032. Dalam
rencana struktur ruang yang tertuang dalam Pasal 15 Ayat (3) disebutkan bahwa
sistem jaringan irigasi diprioritaskan untuk mendukung kawasan pertanian lahan basah
di Distrik Aimas, Distrik Mayamuk, dan Distrik Salawati. Dalam rencana pola ruang
sebagaimana tertuang dalam Pasal 25 Ayat (2) disebutkan bahwa kawasan pertanian
tanaman pangan terdapat di Distrik Aimas, Mayamuk, Salawati, Klamono, Beraur,
Sayosa, dan Makbon.

Berdasarkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang Kabupaten


Sorong sebagaimana telah disampaikan diatas maka dapat dilihat bahwa lokasi
kegiatan peningkatan D.I. Matawolot telah memiliki kesesuaian dengan rencana tata
ruang wilayah.

2.1.1.3 Lokasi Rencana Kegiatan Terhadap Peta Indikatif Penghentian


Pemberian Izin Baru (PIPPIB)

Dalam dokumen UKL-UPL ini dilakukan analisis kesesuaian lokasi kegiatan


dengan peta indikatif pemberian izin baru yang tercantum dalam Instruksi Presiden
Nomor Tahun 2017 Tentang Penundaan dan Penyempuraan Tata Kelola Pemberian
Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Peta indikatif penundaan pemberian
izin baru ini mengacu pada Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.4945/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.8/2/2020 Tentang Peta
Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
Tahun 2020 Periode II.

Analisis spasial ini dilakukan dengan lokasi kegiatan dengan peta indikatif
penundaan pemberian izin baru sesuai dengan ketentuan peraturan yang dimaksud
diatas. Lokasi kegiatan terdapat dalam lembar 2814. Dari hasil overlay yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa lokasi kegiatan berada di luar kawasan hutan alam
primer dan lahan gambut yang tercantum dalam peta indikatif penundaan pemberian
izin baru.

Laporan Antara 2-4


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.1.2 Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


D.I. Matawolot Kabupaten Sorong merupakan salah satu daerah irigasi yang
pengelolaannya menjadi kewenangan pemerintah provinsi, yaitu Provinsi Papua Barat
sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
14/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi. Skala/besaran
kegiatan pada D.I. Matawolot Kabupaten Sorong dapat dilihat pada rincian dan tabel
sebagai berikut ini :
 Nama daerah irigasi : D.I. Matawolot
 Luas baku sawah : 1.040 Ha
 Debit total : 821 lt/det
 Luas layanan total : 430,48 Ha
 Panjang saluran total : 19.707 m
 Jumlah intake : 3 unit bendung
 Debit intake
‒ Bendung Matawolot 1 : 87 lt/det
‒ Bendung Matawolot 2 : 578 lt/det
‒ Bendung Matawolot 3 : 156 lit/det

Tabel 2.1 Skala/Layanan Daerah Irigasi


Layanan Daerah Layanan Layanan
Irigasi Bendung Saluran
Kanan
A = 34,05 Ha,
Matawolot 1
Q = 33 lt/det
A = 86,91Ha
Kiri
Q = 87 lt/det
A = 52,86 Ha
Q = 54 lt/det
Kanan
A = 141,93 Ha
D.I Matawolot Matawolot 2
Q = 353 lt/det
A = 430,48 Ha A = 243,54 Ha
Kiri
Q = 821 lt/det Q = 578 lt/det
A = 101,61 Ha
Q = 225 lt/det
Kanan
A = 5,21 Ha
Matawolot 3
Q = 21 lt/det
A = 100,03 Ha
Kiri
Q = 156 lt/det
A = 94,82 Ha
Q = 135 lt/det
Sumber : Perencanaan Teknis Berbasis Spasial D.I Matawolot Kabupaten Sorong, 2019

Laporan Antara 2-5


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.1.3 Skema Irigasi


Jenis irigasi pada D.I. Matawolot adalah irigasi permukaan yang memanfaatkan
sungai sebagai sumber air baku untuk supply air irigasi. Sungai yang diambil airnya
tersebut adalah S. Matawolot, S. Merah, dan S. Sragen, dimana ketiga sungai tersebut
menjadi satu aliran ke S. Merah yang selanjutnya bermuara ke perairan Selat Sele.
Total debit air yang digunakan adalah 821 lt/det untuk melayani petak sawah seluas
430,48 Ha. Dari total luas D.I. Matawolot (1.040 Ha), luas petak sawah yang akan
dikembangkan masih sebesar 41%.

Jenis bangunan pengambilan air pada D.I. Matawolot direncanakan berupa


bendung, yaitu sebanyak 3 unit bendung. Saat ini telah terbangun 1 unit bendung
dengan lahan fungsional seluas 22,59 Ha. Rencana peningkatan D.I. Matawolot secara
garis besar adalah peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada serta pembangunan
jaringan irigasi baru, dalam hal ini dengan membangun Bendung Matawolot 2 dan
Bendung Matawolot 3 beserta saluran irigasinya.

Harapan yang ingin dicapai dengan adanya rencana peningkatan D.I.


Matawolot Kabupaten Sorong ini adalah mampu melayani lahan pertanian seluas
430,48 Ha dengan jumlah petak sawah sebanyak kurang lebih 50 petak sawah baik
petak primer maupun petak sekunder. Untuk mencapai harapan tersebut maka dari
untuk mengalirkan debit air sebesar 821 lt/det direncanakan saluran irigasi sepanjang
39.414 m baik saluran irigasi primer maupun sekunder.

Bendung Matawolot 1 direncanakan mampu melayani 86,91Ha yang terbagi


pada 12 unit petak sawah, yang terdiri dari 8 unit petak primer dan 4 unit petak
sekunder. Bendung Matawolot 2 direnanakan melayani 243,54 Ha yang terbagi
menjadi 29 unit petak sawah, yang terdiri dari 7 unit petak primer dan 22 unit petak
sekunder. Sedangkan Bendung Matawolot 3 direncanakan melayani 100,03 Ha petak
yang terbagi pada 9 unit petak sawah yang terdiri dari 1 unit petak primer dan 8 unit
petak sekunder.

Skema irigasi pada D.I. Matawolot Kabupaten Sorong selengkapnya dapat


dilihat pada gambar berikut ini.

Laporan Antara 2-6


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Gambar 2.3 Skema Irigasi D.I Matawolot

Laporan Antara 2-7


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.1.4 Jaringan Irigasi


Jaringan irigasi pada D.I. Matawolot terdiri dari bangunan irigasi serta petak
sawah yang dilayaninya. Jenis bangunan irigasi tersebut mencakup Intake, Saluran
Irigasi, Bangunan Bagi Sadap, dan Bangunan Irigasi Lainnya.

1) Intake

Pada D.I. Matawolot telah terbangun dan beroperasi 1 unit intake, yaitu Bendung
Matawolot 1 (M1) yang terletak pada S. Matawolot dengan debit pengambilam
sebesar 87 lt/det. Pada peningkatan daerah irigasi ini direncanakan menambah 2
unit bendung, yaitu Bendung Matawolot 2 (M2) yang terletak pada S.Merah
dengan debit pengambilan air sebesar 578 lt/det, serta Bendung Matawolot 3 (M3)
pada S. Sragen dengan debit pengambilan air sebesar 156 lt/det.

Bangunan bendung ini merupakan bangunan utama yang terdiri dari beberapa
bagian, yaitu :

a) Bendung

Bangunan bendung merupakan bagian dari bangunan utama, merupakan


pembatas yang dibangun melintasi sungai. Bangunan ini diperlukan untuk
memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan
menaikkan muka air di sungai atau dengan memperlebar pengambilan di
dasar sungai.

b) Bangunan pembilas

Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas


guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran
irigasi. Bangunan pembilas direncanakan menggunakan pintu sorong atau
pintu ulir dengan jumlah dua buah pintu sorong yang menggunakan tipe pilar
berujung bulat dan pangkal tembok bulat.

c) Kantong lumpur

Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari


fraksi pasir halus tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir
berukuran 0,088 mm. Bahan-bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap
dalam kantong lumpur biasa dan harus diangkut melalui jaringan saluran ke
sawah-sawah. Bahan yang telah mengendap di dalam kantong kemudian
dibersihkan secara berkala. Pembersihan ini biasanya dilakukan dengan

Laporan Antara 2-8


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

menggunakan aliran air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan


tersebut kembali ke sungai.

d) Kolam olak

Bendung yang dibangun pada aliran sungai, maka pada hilir bendung akan
terjadi loncatan air. Kecepatan yang terjadi pada air masih terhitung tinggi dan
mampu menimbulkan gerusan. Sehingga untuk meredam tingginya energi
perlu diredam dengan bangunan peredam energy berupa kolam olak. Tipe
kolam olak yang digunakan pada bangunan Bendung Matawolot adalah tipe
kolam olak MDS. Dikatakan Bendung Matawolot menggunakan tipe kolam olak
MDS karena peredam energi ini menggunakan ambang hilir, bantalan air dan
dilengkapi dengan rip rap.

e) Perkuatan sungai

Bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan utama untuk menjaga


agar bangunan tetap berfungsi dengan baik. Bangunan ini berupa tanggul
sungai.

Informasi rencana pembangunan bendung pada D.I. Matawolot Kabupaten Sorong


dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Rencana Bendung pada D.I. Matawolot


Nama Nama Debit Intake Luas
No Kode Keterangan
Bendung Sungai (lt/det) Layanan
1 Matawolot 1 M1 S. Matawolot 86,91 87 Eksisting
2 Matawolot 2 M2 S. Merah 243,54 578 Rencana
3 Matawolot 3 M3 S. Sragen 100,03 156 Rencana
Jumlah 430,48 821
Sumber : Perencanaan Teknis Berbasis Spasial D.I Matawolot Kabupaten Sorong, 2019

2) Saluran Irigasi

Jenis saluran pada daerah irigasi secara garis besar terdiri dari saluran primer,
saluran sekunder, dan saluran tersier. Jenis saluran yang menjadi kewenangan
pengelolaan Pemrakarsa adalah saluran primer dan saluran sekunder. Saluran
primer ini mengalirkan air dari bangunan utama (intake) ke petak sawah melalui
bangunan sadap, dan mengalirkan air ke saluran sekunder melalui bangunan bagi
atau bangunan bagi sadap jika terdapat pengambilan air ke petak primer. Saluran
sekunder mengalirkan air dari saluran primer ke petak sekunder melalui bangunan
sadap, atau mengalirkan air ke saluran tersier melalui bangunan bagi.

Laporan Antara 2-9


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Pada D.I. Matawolot telah terbangun saluran yang mendistribusikan air irigasi dari
Bendung Matawolot 1, yaitu saluran sepanjang 5.837 m. Pada peningkatan D.I.
Matawolot ini direncanakan pembangunan saluran sepanjang 13.870 m. Informasi
rencana pembangunan saluran irigasi pada D.I. Matawolot selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Informasi Rencana Saluran Irigasi pada D.I. Matawolot


Saluran Q
No P (m) A (Ha) Status
Kode Jenis (lt/d)
A Bendung Matawolot 1 (M1)
I Kanan
1 M1.PR1.Ka S. Primer 460 34,05 33 Eksisting
2 M1.PR2.Ka S. Primer 130 28,74 28 Eksisting
3 M1.PR3.Ka S. Primer 680 0,00 0 Eksisting
II Kiri
1 M1.PR1.Ki S. Primer 420 52,86 54 Eksisting
2 M1.PR2.Ki S. Primer 290 41,78 43 Eksisting
3 M1.PR3.Ki S. Primer 590 32,95 34 Eksisting
4 M1.PR4.Ki S. Primer 48 18,89 20 Eksisting
5 M1.PR5.Ki S. Primer 180 6,64 8 Eksisting
6 M1.PR6.Ki S. Primer 420 3,84 4 Eksisting
7 M1.PR7.Ki S. Primer 220 0,00 0 Eksisting
8 M1.SR1.Ki S. Sekunder 60 11,08 11 Eksisting
9 M1.SR2.Ki S. Sekunder 240 10,57 10 Eksisting
10 M1.SR3.Ki S. Sekunder 320 12,38 12 Eksisting
11 M1.SR3a.Ki S. Sekunder 264 0,00 0 Eksisting
B Bendung Matawolot 2 (M2)
I Kanan
1 M2.PR1.Ka S. Primer 100 141,93 353 Renc. DAK 2019
2 M2.PR2.Ka S. Primer 600 129,70 341 Renc. DAK 2019
3 M2.PR3.Ka S. Primer 110 35,09 35 Eksisting
4 M2.PR4.Ka S. Primer 210 28,87 29 Eksisting
1 M2.PR5a.Ka S. Primer 110 82,38 294 Eksisting
2 M2.PR5.Ka S. Primer 260 94,61 306 Eksisting
3 M2.PR6.Ka S. Primer 320 77,04 289 Eksisting
4 M2.PR7.Ka S. Primer 65 49,70 262 Eksisting
5 M2.PR8.Ka S. Primer 440 24,78 237 Eksisting
6 M2.PR9.Ka S. Primer 681 0,00 38 Rencana
7 M1.SR1a.Ka S. Sekunder 537 0,00 0 Renc. DAK 2019
8 M1.SR1b.Ka S. Sekunder 475 0,00 0 Renc. DAK 2019
9 M2.SR1.Ka S. Sekunder 211 25,34 25 Renc. DAK 2020

Laporan Antara 2-10


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Saluran Q
No P (m) A (Ha) Status
Kode Jenis (lt/d)
10 M2.SR2.Ka S. Sekunder 399 15,34 15 Renc. DAK 2020
11 M2.SR3.Ka S. Sekunder 238 5,34 5 Rencana
12 M2.SR3a.Ka S. Sekunder 200 0,00 0 Rencana
13 M2.SR4.Ka S. Sekunder 230 24,40 24 Renc. DAK 2020
14 M2.SR5.Ka S. Sekunder 230 18,12 18 Renc. DAK 2020
15 M2.SR6.Ka S. Sekunder 170 12,08 12 Rencana
16 M2.SR7.Ka S. Sekunder 240 6,04 6 Rencana
17 M2.SR7a.Ka S. Sekunder 200 0,00 0 Rencana
18 M2.SR8.Ka S. Sekunder 440 24,78 199 Rencana
19 M2.SR9.Ka S. Sekunder 380 16,52 191 Rencana
20 M2.SR10.Ka S. Sekunder 520 8,26 183 Rencana
21 M2.SR10a.Ka S. Sekunder 160 0,00 175 Rencana
II Kiri
1 M2.PR1.Ki S. Primer 880 101,61 225 Renc. DAK 2019
2 M2.PR2.Ki S. Primer 1.000 76,82 201 Renc. DAK 2019
3 M2.PR3.Ki S. Primer 250 40,96 165 Renc. DAK 2019
4 M2.PR4.Ki S. Primer 181 0,00 125 Renc. DAK 2019
5 M2.SR1.Ki S. Sekunder 320 24,79 24 Renc. DAK 2019
6 M2.SR2.Ki S. Sekunder 220 12,41 12 Renc. DAK 2019
7 M2.SR3.Ki S. Sekunder 120 0,00 0 Renc. DAK 2019
8 M2.SR4.Ki S. Sekunder 270 35,86 36 Renc. DAK 2019
9 M2.SR5.Ki S. Sekunder 267 17,94 18 Renc. DAK 2019
10 M2.SR6.Ki S. Sekunder 255 0,00 0 Renc. DAK 2019
11 M2.SR7.Ki S. Sekunder 231 40,96 40 Renc. DAK 2019
12 M2.SR8.Ki S. Sekunder 240 20,50 20 Renc. DAK 2019
13 M2.SR9.Ki S. Sekunder 180 0,00 0 Renc. DAK 2019
B Bendung M3
I Kanan
1 M3.PR1.Ka S. Primer 210 5,21 21 Rencana
2 M3.PR2.Ka S. Primer 80 0,00 15 Rencana
II Kiri
1 M3.PR1.Ki S. Primer 830 94,82 135 Rencana
2 M3.PR2.Ki S. Primer 370 81,54 121 Rencana
3 M3.PR3.Ki S. Primer 450 21,33 59 Rencana
4 M3.PR4.Ki S. Primer 150 0,00 38 Rencana
5 M3.SR1.Ki S. Sekunder 110 13,28 14 Rencana
6 M3.SR1a.Ki S. Sekunder 80 0,00 0 Rencana
7 M3.SR2.Ki S. Sekunder 110 9,73 10 Rencana
8 M3.SR2a.Ki S. Sekunder 85 0,00 0 Rencana

Laporan Antara 2-11


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Saluran Q
No P (m) A (Ha) Status
Kode Jenis (lt/d)
9 M3.SR3.Ki S. Sekunder 170 31,06 52 Rencana
10 M3.SR4.Ki S. Sekunder 430 25,24 26 Rencana
11 M3.SR5.Ki S. Sekunder 370 21,33 21 Rencana
Sumber : Perencanaan Teknis Berbasis Spasial D.I Matawolot Kabupaten Sorong, 2019

3) Bangunan Bagi Sadap

Bangunan Bagi merupakan bangunan pada jaringan irigasi yang berfungsi untuk
membagi aliran air pada saluran irigasi baik primer maupun sekunder. Bangunan
Sadap memiliki fungsi untuk mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke
petak primer atau sekunder. Sedangkan Bangunan Bagi Sadap disamping
membagi aliran air ke saluran, juga mengalirkan air ke petak sawah.

Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat
pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada
waktu tertentu. Pada peningkatan D.I. Matawolot ini direncanakan bangunan bagi
sadap sebanyak 46 unit, yang terdiri dari 9 unit bangunan bagi, 9 unit bangunan
bagi sadap, dan 28 unit bangunan sadap. Informasi rencana pembangunan
bangunan bagi sadap pada D.I. Matawolot selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Laporan Antara 2-12


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Tabel 2.4 Rencana Bangunan Bagi Sadap pada D.I. Matawolot


Bangunan Areah Dari Arah Ke
No Q Q
Kode Jenis Kode Jenis A (Ha) Kode Jenis A (Ha)
(lt/det) (lt/det)
A Bendung Matawolot 1 (M1)
I Kanan
1 M1.PB1.Ka Sadap M1.PR1.Ka S.Primer 34,05 33 M1.PB1.Ka.Ki Petak Primer 5,31 5
M1.PR2.Ka S. Primer 28,74 28
2 M1.PB2.Ka Sadap M1.PR2.Ka S. Primer 28,74 28 M1.PB2.Ka.Ki Petak Primer 5,31 5
M1.PB2.Ka.Ka Petak Primer 23,43 23
M1.PR3.Ka S. Primer 0,00 0
II Kiri
1 M1.PB1.Ki Bagi M1.PR1.Ki S. Primer 52,86 54 M1.PR2.Ki S. Primer 41,78 43
M1.SR1.Ki S. Sekunder 11,08 11
2 M1.PB2.Ki Bagi Sadap M1.PR2.Ki S. Primer 11,08 11 M1.SR3a.Ki S. Sekunder 0,00 0
M1.PB2.Ki.Ka Petak Primer 8,83 9
M1.PR3.Ki S. Primer 32,95 34
3 M1.PB3.Ki Bagi Sadap M1.PR3.Ki S. Primer 32,95 34 M1.SR3.Ki S. Sekunder 12,38 12
M1.PB3.Ki.Ka Petak Sawah 1,68 2
M1.PR4.Ki S. Primer 18,89 20
4 M1.PB4.Ki Sadap M1.PR4.Ki S. Primer 18,89 20 M1.PB4.Ki.Ki Petak Primer 12,25 12
M1.PR5.Ki S. Primer 6,64 8
5 M1.PB5.Ki Sadap M1.PR5.Ki S. Primer 6,64 8 M1.PB5.Ki.Ka Petak Primer 2,80 4
M1.PR6.Ki S. Primer 3,84 4
6 M1.PB6.Ki Sadap M1.PB6.Ki.Ka Petak Primer 3,84 4
M1.PR7.Ki S. Sekunder 0,00 0

Laporan Antara 2-13


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Bangunan Areah Dari Arah Ke


No Q Q
Kode Jenis Kode Jenis A (Ha) Kode Jenis A (Ha)
(lt/det) (lt/det)
7 M1.SB1.Ki Sadap M1.SR1.Ki S. Sekunder 11,08 11 M1.SB1.Ki.Ka Petak Sekunder 0,51 1
M1.SR2.Ki S. Sekunder 10,57 10
8 M1.SB2.Ki Sadap M1.SR2.Ki S. Sekunder 10,57 10 M1.SB2.Ki.Ka Petak Sekunder 9,46 9
M1.SB2.Ki.Ki Petak Sekunder 1,11 1
9 M1.SB3.Ki Sadap M1.SR3.Ki S. Sekunder 12,38 12 M1.SB3.Ki.Ka Petak Sekunder 12,38 12
B Bendung Matawolot 2 (M2)
I Kanan
1 M2.PB1.Ka Bagi Sadap M2.PR1.Ka S. Primer 141,93 353 M2.SR1a.Ka S. Sekunder 0,00 0
M2.PB1.Ka.Ki Petak Primer 12,23 12
M2.PR2.Ka S. Primer 129,70 341
2 M2.PB2.Ka Bagi M2.PR2.Ka S. Primer 129,70 341 M2.PR3.Ka S. Primer 35,09 35
M2.PR5a.Ka S. Primer 94,61 306
3 M2.PB3.Ka Sadap M2.PR3.Ka S. Primer 35,09 35 M2.PB3.Ka.Ki Petak Primer 6,22 6
M2.PR4.Ka S. Sekunder 28,87 29
4 M2.PB4.Ka Sadap M2.PR4.Ka S. Sekunder 28,87 29 M2.PB4.Ka.Ka Petak Primer 28,87 29
5 M2.PB5b.Ka Bagi Sadap M2.PR5a.Ka S. Primer 94,61 306 M2.SR1b.Ka S. Sekunder 0,00 0
M2.PB5b.Ka.Ki Petak Primer 12,23 12
M2.PR5.Ka S. Primer 82,38 294
6 M2.PR5.Ka Sadap M2.PR5.Ka S. Primer 82,38 294 M2.PB5.Ka.Ki Petak Primer 5,34 5
M2.PR6.Ka S. Primer 77,04 289
7 M2.PB6.Ka Bagi Sadap M2.PR6.Ka S. Primer 77,04 289 M2.SR1.Ka S. Sekunder 25,34 25
M2.PB6.Ka.Ka Petak Primer 2,00 2
M2.PR7.Ka S. Primer 49,70 262

Laporan Antara 2-14


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Bangunan Areah Dari Arah Ke


No Q Q
Kode Jenis Kode Jenis A (Ha) Kode Jenis A (Ha)
(lt/det) (lt/det)
8 M2.PB7.Ka Bagi Sadap M2.PR7.Ka S. Primer 49,70 262 M2.SR4.Ka S. Sekunder 24,40 24
M2.PB7.Ka.Ka Petak Primer 0,52 1
M2.PR8.Ka S. Primer 24,78 237
9 M2.PB8.Ka Bagi M2.PR8.Ka S. Primer 24,78 237 M2.SR8.Ka S. Sekunder 24,78 199
M2.PR9.Ka S. Primer 25,02 38
10 M2.SB1.Ka Sadap M2.SR1.Ka S. Sekunder 25,34 25 M2.SB1.Ka.Ki Petak Sekunder 10,00 0
M2.SR2.Ka S. Sekunder 15,34 15
11 M2.SB2.Ka Sadap M2.SR2.Ka S. Sekunder 15,34 15 M2.SB2.Ka.Ki Petak Sekunder 10,00 0
M2.SR3.Ka S. Sekunder 5,34 5
12 M2.SB3.Ka Sadap M2.SR3.Ka S. Sekunder 5,34 5 M2.SB3.Ka.Ki Petak Sekunder 10,00 0
M2.SR3a.Ka S. Sekunder 0,00 0
13 M2.SB4.Ka Sadap M2.SR4.Ka S. Sekunder 24,40 24 M2.SB4.Ka.Ka Petak Sekunder 6,28 6
M2.SR5.Ka S. Sekunder 18,12 18
14 M2.SB5.Ka Sadap M2.SR5.Ka S. Sekunder 18,12 18 M2.SB5.Ka.Ka Petak Sekunder 6,04 6
M2.SR6.Ka S. Sekunder 12,08 12
15 M2.SB6.Ka Sadap M2.SR6.Ka S. Sekunder 12,08 12 M2.SB6.Ka.Ka Petak Sekunder 6,04 6
M2.SR7.Ka S. Sekunder 6,04 6
16 M2.SB7.Ka Sadap M2.SR7.Ka S. Sekunder 6,04 6 M2.SB7.Ka.Ka Petak Sekunder 6,04 6
M2.SR7a.Ka S. Sekunder 0,00 0
17 M2.SB8.Ka Sadap M2.SR8.Ka S. Sekunder 24,78 199 M2.SB8.Ka.Ki Petak Sekunder 8,26 8
M2.SR9.Ka S. Sekunder 16,52 191
18 M2.SB9.Ka Sadap M2.SR9.Ka S. Sekunder 16,52 191 M2.SB9.Ka.Ki Petak Sekunder 8,26 8
M2.SR10.Ka S. Sekunder 8,26 183

Laporan Antara 2-15


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Bangunan Areah Dari Arah Ke


No Q Q
Kode Jenis Kode Jenis A (Ha) Kode Jenis A (Ha)
(lt/det) (lt/det)
19 M2.SB10.Ka Sadap M2.SR10.Ka S. Sekunder 8,26 183 M2.SB10.Ka.Ki Petak Sekunder 8,26 8
M2.SR10a.Ka S. Sekunder 0,00 175
II Kiri
1 M2.PB1.Ki Bagi M2.PR1.Ki S. Primer 101,61 225 M2.SR1.Ki S. Sekunder 24,79 24
M2.PR2.Ki S. Primer 76,82 201
2 M2.PB2.Ki Bagi M2.PR2.Ki S. Primer 76,82 201 M2.SR4.Ki S. Sekunder 35,86 36
M2.PR3.Ki S. Primer 40,96 165
3 M2.PB3.Ki Bagi M2.PR3.Ki S. Primer 40,96 165 M2.SR7.Ki S. Sekunder 40,96 40
M2.PR4.Ki S. Primer 0,00 125
4 M2.SB1.Ki Sadap M2.SR1.Ki S. Sekunder 24,79 24 M2.SB1.Ki.Ka Petak Sekunder 6,19 6
M2.SB1.Ki.Ki Petak Sekunder 6,19 6
M2.SR2.Ki S. Sekunder 12,41 12
5 M2.SB4.Ki Sadap M2.SR4.Ki 35,86 36 M2.SB4.Ki.Ka Petak Sekunder 8,96 9
M2.SB4.Ki.Ki Petak Sekunder 8,96 9
M2.SR5.Ki S. Sekunder 17,94 18
6 M2.SB5.Ki Sadap M2.SR5.Ki S. Sekunder 17,94 18 M2.SB5.Ki.Ka Petak Sekunder 8,96 9
M2.SB5.Ki.Ki Petak Sekunder 8,98 9
M2.SR6.Ki S. Sekunder 0,00 0
7 M2.SB7.Ki Sadap M2.SR7.Ki S. Sekunder 40,96 40 M2.SB7.Ki.Ka Petak Sekunder 10,23 10
M2.SB7.Ki.Ki Petak Sekunder 10,23 10
M2.SR8.Ki S. Sekunder 20,50 20
8 M2.SB8.Ki Sadap M2.SR8.Ki S. Sekunder 20,50 20 M2.SB8.Ki.Ka Petak Sekunder 10,24 10
M2.SB8.Ki.Ki Petak Sekunder 10,26 10

Laporan Antara 2-16


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Bangunan Areah Dari Arah Ke


No Q Q
Kode Jenis Kode Jenis A (Ha) Kode Jenis A (Ha)
(lt/det) (lt/det)
M2.SR9.Ki S. Sekunder 0,00 0
C Bendung Matawolot 3 (M3)
I Kanan
1 M3.PB1.Ka Bagi Sadap M3.PR1.Ka S. Primer 5,21 21 M3.PB1.Ka.Ki Petak Primer 5,21 6
M3.PR2.Ka S. Primer 0,00 15
II Kiri
1 M3.PB1.Ki Bagi M3.PR1.Ki S. Primer 94,82 135 M3.SR1.Ki S. Sekunder 13,28 14
M3.PR2.Ki S. Primer 81,54 121
2 M3.PB2.Ki Bagi M3.PR2.Ki S. Primer 81,54 121 M3.SR2.Ki S. Sekunder 9,73 10
M3.SR3.Ki S. Sekunder 31,06 52
M3.PR3.Ki S. Primer 21,33 59
3 M3.PB3.Ki Bagi M3.PR3.Ki S. Primer 21,33 59 M3.SR5.Ki S. Sekunder 21,33 21
M3.PR4.Ki S. Primer 0,00 38
4 M3.SB1.Ki Bagi Sadap M3.SR1.Ki S. Sekunder 13,28 14 M3.SB1.Ki.Ka Petak Sekunder 6,64 7
M3.SB1.Ki.Ki Petak Sekunder 6,64 7
M3.SR1a.Ki S. Sekunder 0,00 0
5 M3.SB2.Ki Sadap M3.SR2.Ki S. Sekunder 9,73 10 M3.SB2.Ki.Ka Petak Sekunder 9,73 10
M3.SR2a.Ki S. Sekunder 0,00 0
6 M3.SB3.Ki Bagi Sadap M3.SR3.Ki S. Sekunder 31,06 52 M3.SB3.Ki.Ka Petak Sekunder 12,62 13
M3.SB3.Ki.Ki Petak Sekunder 12,62 13
M3.SR4.Ki S. Sekunder 25,24 26
7 M3.SB4.Ki M3.SR4.Ki S. Sekunder 25,24 26 M3.SB4.Ki.Ka Petak Sekunder 12,62 13
M3.SB4.Ki.Ki Petak Sekunder 12,62 13

Laporan Antara 2-17


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Bangunan Areah Dari Arah Ke


No Q Q
Kode Jenis Kode Jenis A (Ha) Kode Jenis A (Ha)
(lt/det) (lt/det)
8 M3.SB5.Ki Sadap M3.SR5.Ki S. Sekunder 21,33 21 M3.SB5.Ki.Ki Petak Sekunder 21,33 21
Sumber : Perencanaan Teknis Berbasis Spasial D.I Matawolot Kabupaten Sorong, 2019

Laporan Antara 2-18


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

4) Bangunan Irigasi Lainnya

Bangunan irigasinya lainnya yang direncanakan pada D.I. Matawolot terdiri dari 1
unit gorong-gorong, dan 11 unit talang sebagaimana terinci pada tabel yang ada di
bawah ini.

Tabel 2.5 Rencana Bangunan Irigasi Lainnya pada D.I. Matawolot


Bangunan Irigasi Lainnya Lokasi Bangunan Irigasi Lainnya
No
Kode Jenis Kode Jenis
A Bendung Matawolot 1 (M1)
I Kanan
1 M1.PB1a.Ka Talang M1.PR1.Ka S. Primer
2 M1.PB3a.Ka Talang M1.PR3.Ka S. Primer
3 M1.PB3b.Ka Gorong-gorong M1.PR3.Ka S. Primer
II Kiri
1 M1.PB3a.Ki Talang M1.PR3.Ki S. Primer
2 M1.SB1a.Ki Talang M1.SR1.Ki S. Sekunder
3 M1.SB2a.Ki Talang M1.SR2.Ki S. Sekunder
4 M1.SB3a.Ki Talang M1.SR3.Ki S. Sekunder
B Bendung Matawolot 2 (M2)
I Kanan
1 M2.PB5a.Ka Talang M2.PR5a.Ka S. Primer
2 M2.PB5c.Ka Talang M2.PR5.Ka S. Primer
3 M2.PB5d.Ka Talang M2.PR5.Ka S. Primer
4 M2.PB6a.Ka Talang M2.PR6.Ka S. Primer
5 M2.PB6b.Ka Talang M2.PR6.Ka S. Primer
II Kiri
- - - - -
C Bendung Matawolot 3 (M3)
I Kanan
- - - - -
II Kiri
- - - - -
Sumber : Perencanaan Teknis Berbasis Spasial D.I Matawolot Kabupaten Sorong, 2019

5) Petak Sawah

Rencana peningkatan D.I. Matawolot ini direncanakan untuk meningkatkan luas


layanan irigasi menjadi 430,48 Ha, yang terdiri dari 86,91Ha yang dilayani dari
Bendung Matawolot 1, petak sawah seluas 243,54 Ha yang dilayani dari Bendung
Matawolot 2, dan petak sawah seluas 100,03 Ha yang dilayani dari Bendung
Matawolot 3. Rincian petak sawah pada D.I. Matawolot disampaikan tabel berikut.

Laporan Antara 2-19


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Tabel 2.6 Rencana Petak Sawah pada D.I. Matawolot


Petak Sawah
No A (Ha) Q (lt/d)
Kode Jenis
A Bendung Matawolot 1 (M1)
I Kanan
1 M1.PB1.Ka.Ki Petak Primer 5,31 5
2 M1.PB2.Ka.Ka Petak Primer 23,43 23
3 M1.PB2.Ka.Ki Petak Primer 5,31 5
II Kiri
1 M1.PB2.Ki.Ka Petak Primer 8,83 9
2 M1.PB3.Ki.Ka Petak Primer 1,68 2
3 M1.PB4.Ki.Ki Petak Primer 12,25 12
4 M1.PB5.Ki.Ka Petak Primer 2,80 4
5 M1.PB6.Ki.Ka Petak Primer 3,84 4
6 M1.SB1.Ki.Ka Petak Sekunder 0,51 1
7 M1.SB2.Ki.Ka Petak Sekunder 9,46 9
8 M1.SB2.Ki.Ki Petak Sekunder 1,11 1
9 M1.SB3.Ki.Ka Petak Sekunder 12,38 12
B Bendung Matawolot 2 (M2)
I Kanan
1 M2.PB1.Ka.Ki Petak Primer 12,23 12
2 M2.PB5b.Ka.Ki Petak Primer 12,23 12
3 M2.PB3.Ka.Ki Petak Primer 6,22 6
4 M2.PB4.Ka.Ka Petak Primer 28,87 29
5 M2.PB5.Ka.Ki Petak Primer 5,34 5
6 M2.PB6.Ka.Ka Petak Primer 2,00 2
7 M2.PB7.Ka.Ka Petak Primer 0,52 1
8 M2.SB1.Ka.Ki Petak Sekunder 10,00 10
9 M2.SB2.Ka.Ki Petak Sekunder 10,00 10
10 M2.SB3.Ka.Ki Petak Sekunder 5,34 5
11 M2.SB4.Ka.Ka Petak Sekunder 6,28 6
12 M2.SB5.Ka.Ka Petak Sekunder 6,04 6
13 M2.SB6.Ka.Ka Petak Sekunder 6,04 6
14 M2.SB7.Ka.Ka Petak Sekunder 6,04 6
15 M2.SB8.Ka.Ki Petak Sekunder 8,26 8
16 M2.SB9.Ka.Ki Petak Sekunder 8,26 8

Laporan Antara 2-20


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Petak Sawah
No A (Ha) Q (lt/d)
Kode Jenis
17 M2.SB10.Ka.Ki Petak Sekunder 8,26 8
II Kiri
1 M2.SB1.Ki.Ka Petak Sekunder 6,19 6
2 M2.SB1.Ki.Ki Petak Sekunder 6,19 6
3 M2.SB2.Ki.Ka Petak Sekunder 6,22 6
4 M2.SB2.Ki.Ki Petak Sekunder 6,19 6
5 M2.SB4.Ki.Ka Petak Sekunder 8,96 9
6 M2.SB4.Ki.Ki Petak Sekunder 8,96 9
7 M2.SB5.Ki.Ka Petak Sekunder 8,96 9
8 M2.SB5.Ki.Ki Petak Sekunder 8,98 9
9 M2.SB7.Ki.Ka Petak Sekunder 10,23 10
10 M2.SB7.Ki.Ki Petak Sekunder 10,23 10
11 M2.SB8.Ki.Ka Petak Sekunder 10,24 10
12 M2.SB8.Ki.Ki Petak Sekunder 10,26 10
C Bendung Matawolot 3 (M3)
I Kanan
1 M3.PB1.Ka.Ki Petak Primer 5,21 6
II Kiri
1 M3.SB1.Ki.Ka Petak Sekunder 6,64 7
2 M3.SB1.Ki.Ki Petak Sekunder 6,64 7
3 M3.SB2.Ki.Ka Petak Sekunder 9,73 10
4 M3.SB3.Ki.Ka Petak Sekunder 12,62 13
5 M3.SB3.Ki.Ki Petak Sekunder 12,62 13
6 M3.SB4.Ki.Ka Petak Sekunder 12,62 13
7 M3.SB4.Ki.Ki Petak Sekunder 12,62 13
8 M3.SB5.Ki.Ki Petak Sekunder 21,33 21
Sumber : Perencanaan Teknis Berbasis Spasial D.I Matawolot Kabupaten Sorong, 2019

Rencana pembangunan D.I. Matawolot merupakan langkah yang ditempuh


oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Papua Barat dalam
rangka untuk mengoptimalkan lahan sawah potensial yang dapat dikembangkan pada
D.I. Matawolot dengan mengoptimalkan sumber daya air yang ada di wilayah Distrik
Salawati.

Laporan Antara 2-21


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.1.5 Komponen Kegiatan Penyebab Dampak Lingkungan


Tahapan peningkatan D.I. Matawolot secara garis besar terdiri dari tahap pra
konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap operasi. Jenis-jenis kegiatan penyebab
dampak lingkungan pada tiap tahapan pembangunan tersebut secara garis besar
adalah sebagai berikut :
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Sosialisasi Rencana Kegiatan
B. Tahap Konstruksi
1. Penerimaan Tenaga Kerja
2. Mobilisasi Peralatan Material
3. Pengerahan Tenaga Kerja
4. Konstruksi Jaringan Irigasi
5. Demobilisasi Peralatan
6. Uji Coba
C. Tahap Operasi
1. Operasional Jaringan Irigasi
2. Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Deskripsi tiap jenis kegiatan penyebab dampak lingkungan pada rencana


peningkatan D.I. Matawolot Kabupaten Sorong secara terperinci dijelaskan pada
uraian di bawah ini.

A. TAHAP PRA KONSTRUKSI

Kegiatan pada tahap pra konstruksi ini pada umumnya berisi kegiatan
perencanaan, sosialisasi, serta pengadaan lahan. Kegiatan perencanaan telah
selesai dilaksanakan, dan pada peningkatan D.I. Matawolot ini tidak ada kegiatan
pengadaan lahan. Sehingga kegiatan penyebab dampak lingkungan pada tahap ini
adalah kegiatan pemberian informasi kepada masyarakat.

1. Sosialisasi Rencana Kegiatan

Kegiatan ini berupa penyampaian informasi rencana peningkatan daerah


irigasi kepada masyarakat sekitar yang diprakirakan terkena dampak
langsung. Tujuan dari pemberian informasi ini adalah agar masyarakat
mengetahui jenis kegiatan apa yang akan dilakukan di lokasi tapak proyek
pada tahap konstruksi selanjutnya, serta untuk menggali informasi dan
mendapatkan saran/masukan dari masyarakat.

Laporan Antara 2-22


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

a. Masyarakat yang terkena dampak

Lokasi D.I. Matawolot terletak di Distrik Salawati Kabupaten Sorong


Provinsi Papua Barat. Keseluruhan kampung yang ada pada wilayah
distrik ini diprakirakan terkena dampak oleh kegiatan peningkatan D.I.
Matawolot. Sehingga masyarakat yang diprakirakan terkena dampak
adalah masyarakat yang bermukim pada tiap wilayah kampung di Distrik
Salawati.

b. Mekanisme kegiatan

Informasi rencana yang disampaikan mencakup rencana kegiatan yang


akan dilaksanakan pada tahap konstruksi dan operasi, prakiraan dampak
yang mungkin terjadi serta pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang
akan dilakukan. Informasi ini disampaikan kepada masyarakat melalui
perangkat desa setempat atau perwakilan masyarakat, yang selanjutnya
akan teruskan ke masyarakat.

B. TAHAP KONSTRUKSI

Tahap konstruksi merupakan tahap pembangunan yang terkait dengan aktivitas


konstruksi dari persiapan konstruksi hingga penyelesaian konstruksi, termasuk
kegiatan uji coba atau commissioing untuk memastikan apakah jaringan irigasi
dapat berfungsi dengan baik. Beberapa kegiatan yang diprakirakan menjadi
penyebab dampak lingkungan pada tahap konstruksi adalah: kegiatan penerimaan
tenaga kerja, kegiatan mobilisasi peralatan dan material, kegiatan pengerahan
tenaga kerja, kegiatan konstruksi jaringan irigasi, kegiatan demobilisasi peralatan,
dan kegiatan uji coba. Deskripsi masing-masing kegiatan pada tahap konstruksi
tersebut adalah sebagai berikut.

1. Penerimaan Tenaga Kerja

Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dari pembangunan


jaringan irigasi ini adalah ketersediaan tenaga kerja yang memadai sebagai
tenaga kerja konstruksi baik dari aspek kualitas maupun kuantitas. Sebelum
pelaksanaan konstruksi fisik, Pemrakarsa mempersiapkan tenaga kerja
konstruksi melalui kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi yang akan
dilakukan oleh kontraktor pelaksana pemenang tender. Prakiraan kebutuhan
tenaga kerja konstruksi, serta mekanisme rekruitmen atau penerimaannya
adalah sebagai berikut :

Laporan Antara 2-23


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

a. Kebutuhan tenaga kerja konstruksi

Tenaga kerja yang dibutuhkan secara garis besar dikategorikan menjadi


tenaga kerja dengan softskill dan tenaga kerja dengan hardskill. Tenaga
kerja yang dibutuhkan untuk pembangunan jaringan irigasi pada D.I.
Matawolot diprakirakan sebanyak 60 orang, dengan berbagai posisi
pekerjaan.

b. Mekanisme rekruitmen tenaga kerja konstruksi

Prinsip dasar dalam rekruitmen tenaga kerja ini adalah dilakukan secara
profesional, yang artinya sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi yang
dipersyaratkan sebagaimana dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS).
Disamping itu juga mempertimbangkan pelibatan masyarakat setempat.
Mekanisme rekruitmen tenaga kerja akan dilakukan oleh kontraktor
pelaksana pemenang tender. Dalam RKS akan dipersyaratkan untuk
merekrut tenaga kerja lokal setempat sebagai bentuk pelibatan
masyarakat dan untuk memberikan manfaat atau dampak positif terhadap
terbukanya lapangan kerja.

2. Mobilisasi Peralatan Material

Kegiatan pengangkutan peralatan dan material merupakan aktivitas


pengangkutan mesin dan peralatan serta bahan dan material yang diperlukan
untuk proses konstruksi fisik, menuju lokasi tapak proyek dengan
menggunakan sarana pengangkutan. Informasi ringkas mengenai kegiatan
mobilisasi peralatan dan material sebagaimana uraian singkat dibawah ini.

a. Jenis peralatan

Jenis mesin dan peralatan konstruksi yang digunakan secara garis besar
dapat diklasfikasikan menjadi alat berat, peralatan mekanikal elektrikal,
dan alat bantu. Alat berat digunakan adalah hydraulic excavator yang
digunakan untuk pekerjaan galian. Peralatan mekanikal elektrikal yang
digunakan antara lain generator set (genset), mixer, air compressor, water
pump, peralatan safety (sepatu, helm, rompi, makser, sarung tangan) dan
lain sebagainya. Selain itu digunakan alat bantu dan alat manual seperti
ganco, cangkul, kereta dorong, cetok, martil, parang, linggis, waterpass,
amplas, kuas, gergaji, tang, amplas, bor kayu, serta alat bantu dan alat
manual lainnya.

Laporan Antara 2-24


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

b. Jenis material

Material yang digunakan untuk konstruksi bangunan irigasi yang telah


umum digunakan antara lain pasir, kerikil, semen, besi, kayu, dan batu
bata. Penyediaan material dapat dilakukan dengan pembelian langsung ke
toko bangunan atau pengusaha setempat yang ada di wilayah perkotaan
Kabupaten Sorong, Kota Sorong atau wilayah di sekitarnya.

c. Alat angkut

Jenis kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan peralatan dan


material secara umum terdiri dari truck, dump truck, flat bed/low bed truck,
dan water truck. Spesifikasi kendaraan pengangkut peralatan dan material
yang akan digunakan dirinci pada tabel berikut.

Tabel 2.7 Estimasi Kebutuhan Alat Pengangkut


No Jenis Kapasitas Power (PS)
1 Truk engkel 2–3T 110
2 Dump truck 5 – 10 T 130
3 Flat bed / Low bed truck 10 – 20 T 260
4 Water truck 3000 – 5000 L 110
Sumber : Hasil Identifikasi, 2021

Truck dan dump truck digunakan untuk mengangkut material dan bahan
konstruksi, flat bed/low bed truck digunakan untuk mengangkut alat berat
agar tidak merusak badan jalan, dan water truck digunakan untuk
mengangkut air bersih yang diperlukan selama tahap konstruksi.

d. Rute mobilisasi

Mobilisasi peralatan dan material ini direncanakan melalui jalur darat yang
melalui Jalan Poros Majener yang menghubungkan wilayah perkotaan
Kabupaten Sorong, Kota Sorong dan Distrik Salawati, serta wilayah distrik
lainnya di Kabupaten Sorong.

3. Pengerahan Tenaga Kerja

Kegiatan pengerahan tenaga kerja mencakup aktivitas tenaga kerja baik


aktivitas kerja maupun aktivitas domestik. Aktivitas kerja terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan, sedangkan aktivitas domestik terkait dengan
pemenuhan kebutuhan individu yang tempat istrahat, kebutuhan air bersih,
kebutuhan makan minum (konsumsi) dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Laporan Antara 2-25


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

a. Base Camp

Kontraktor akan membangun base camp berupa bangunan semi


permanen yang akan digunakan sebagai kantor serta tempat istirahat
pekerja. Fasilitas sementara ini akan dilengkapi dengan sarana sanitasi
berupa bangunan MCK sementara berupa bangunan atau toilet portabel.

b. Penyediaan air bersih dan pengelolaan air limbah domestik

Pada kegiatan pengerahan tenaga kerja ini air bersih digunakan untuk
sarana sanitasi dan kebutuhan air minum 60 orang tenaga kerja. Kriteria
kebutuhan air untuk sanitasi diasumsikan sebesar 60 liter/orang/hari dan
untuk air minum sebesar 2 liter/orang/hari. Dengan menggunakan asumsi
bahwa jumlah tenaga kerja pada saat kondisi puncak (peak) sebanyak 50
orang tenaga kerja, maka kebutuhan air yang diperlukan untuk sanitasi
diprakirakan sebesar 3.000 liter/hari (3 m3/hari), sedangkan untuk air
minum diprakirakan sebesar 100 liter/hari (0,1 m3), sehingga kebutuhan
total air bersih untuk tenaga kerja konstruksi sebesar 3,1 m3/hari. Neraca
air pada tahap konstruksi ditampilkan pada gambar berikut.

Loss 20%
Water Air Bersih Tandon Air Air Bersih Air Limbah Tangki
Tank MCK
Truck 3,0 m3/hari 1 unit, 4000 L 3,0 m3/hari 2,4 m3/hari Septik

Limpasan Tangki Septic


2,4 m3/hari
Air Air Minum Galon Air Minum
Di Konsumsi
Mineral 0,1 m3/hari 6 unit, @19 L 0,1 m3/hari Meresap ke
Tanah

Gambar 2.4 Neraca Air Tahap Konstruksi

Limbah cair domestik dihasilkan dari sisa penggunaan air bersih oleh
tenaga kerja, yang bersumber dari sarana MCK. Limbah cair domestik
yang dihasilkan diprakirakan sebesar 2,4 m3/hari (80% dari penggunaan
air bersih). Pengelolaan limbah cair domestik dari pengerahan tenaga
kerja konstruksi direncanakan dengan penyediaan tangki septik sementara
(temporary septic tank) yang ada pada bangunan MCK sementara. Air
limpasan dari tangki septik ini selanjutnya meresap ke tanah. Sedangkan
lumpur tinja pada tangki septik dilakukan penyedotan berkala pada melalui
kerjasama dengan perusahaan penyedot lumpur tinja.

Laporan Antara 2-26


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

c. Pengelolaan sampah domestik

Disamping menghasilkan limbah cair domestik, aktivitas tenaga kerja


konstruksi ini juga menghasilkan limbah padat berupa sampah domestik
dari sisa-sisa aktivitas yang bersifat individu. Jenis sampah yang
dihasilkan pada umumnya berupa bungkus makanan dan minuman.
Kriteria besarnya timbulan sampah tenaga kerja ini diasumsikan sama
dengan kriteria timbulan sampah domestik permukiman, yaitu sebesar
2,75 – 3,25 liter/orang/hari. Dengan asumsi bahwa timbulan sampah 2,5
liter/orang/hari, maka pada kondisi puncak konstruksi, timbulan sampah
domestik diprakirakan sebanyak 150 liter/hari (0,15 m3/hari).

Pengelolaan sampah domestik tenaga kerja dilakukan dengan penyediaan


tempat sampah kapasitas 10 L pada ruangan dalam bangunan kantor
sementra dan tempat istirahat tenaga kerja, serta mini kontainer dengan
kapasitas 600 L sebanyak 1 unit. Pengangkutan sampah dilakukan
maksimal 3 hari sekali ke lokasi TPS sampah terdekat di wilayah
Kecamatan Salawati.

d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Aktivitas konstruksi yang dilakukan oleh tenaga kerja di lokasi tapak


proyek berpotensi menyebabkan kecelakan kerja. Kecelakaan kerja
merupakan kecelakaan yang terjadi yang terkait dengan hubungan kerja,
meliputi kecelakaan pada saat aktivitas konstruksi, penyakit yang timbul
pada saat terjadi pelaksanaan pekerjaan, serta kecelakaan yang terjadi
pada saat perjalanaan dari/ke tempat kerja. Pada umumnya terjadinya
kecelakaan kerja ini disebabkan oleh humman error.

Pemrakarsa telah berkomitmen untuk melaksanakan aktivitas konstruksi


yang mengutamakan keselamatan kerja (safety first) dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja (zero accident). Upaya yang
dilakukan diantaranya dengan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri
(APD) bagi setiap tenaga kerja atau pengunjung di lokasi tapak proyek,
dengan jenis alat kerja yang sesuai dengan tingkat resiko kecelakaan
kerja, dan memberi syarat kepada Kontraktor untuk menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dngan menyusun
dan melaksanakan rencana K3.

Laporan Antara 2-27


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Pemerintah telah mengeluarkan banyak ketentuan yang terkait dengan


keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dalam hal ini Pemrakarsa juga
berkomitmen untuk mematuhi ketentuan tersebut, termasuk dalam
memberikan jaminan kepada tenaga kerja sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam bidang ketenagakerjaan. Dengan upaya yang dilakukan
tersebut diharapkan mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat
pelaksanaan konstruksi.

Beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang wajib dipenuhi


oleh Kontraktor adalah :
• Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/ 2014 Tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.
• Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Kep.174/MEN/1986-104/ KPTS/1986 Tentang
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan
Konstruksi.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Nomor Per01/Men/1980
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi
Bangunan.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 26 Tahun 2015 Tentang
Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta
Penerima Upah.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi
Pekerja Harian Lepas, Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Pada Sektor Usaha Konstruksi.

Laporan Antara 2-28


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

4. Konstruksi Jaringan Irigasi

Kegiatan konstruksi jaringan irigasi merupakan aktivitas pembangunan fisik


mulai dari pembersihan lahan hingga tahap akhir konstruksi. Beberapa jenis
pekerjaan pada kegiatan konstruksi jaringan irigasi adalah sebagai berikut.

a. Pembersihan lahan

Kegiatan pembersihan lahan merupakan kegiatan yang mencakup


pembersihan vegetasi (semak belukar, perdu, pohon-pohon dan akar
pohon) dan material atau benda-benda lain yang berada di lokasi tapak
proyek serta pengupasan sebagian kecil tanah pucuk (top soil). Sebelum
dilaksanakan pembersihan lahan (land clearing), batas tapak yang akan
dikerjakan ditandai dengan patok. Untuk lokasi yang berlumpur,
pengupasan dilakukan hingga lumpurnya hilang atau bersih. Hasil land
clearing dibuang keluar ke tempat yang ditentukan oleh pihak Pemrakarsa.
Tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan berikutnya jika sebelum
semua hasil land clearing dibawa keluar lokasi proyek dengan
sepengetahuan Pemrakarsa.

b. Pengaturan elevasi

1) Pekerjaan galian

Penggalian agar dilakukan pada bagian bawah dan belakang dari


pasangan batu kali dengan mengikuti level, kemiringan dan potongan
melintang yang tertera dalam gambar. Bila setelah penggalian sesuai
dengan desain sudah tercapai dan ternyata menurut pertimbangan
Pemrakarsa masih kurang stabil, Pemrakarsa akan menginstruksikan
penambahan cut hingga mencapai tanah keras dan juga ketinggian
retaining wall. Sisa galian agar dibuang ke daerah yang ditentukan
Pemrakarsa. Sisa galian juga dapat ditempatkan sementara pada area
yang ditunjuk Pemrakarsa sebagai stok, untuk digunakan kemudian
jika diperlukan.

2) Pekerjaan timbunan

Lokasi yang diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran sampah dan
sebagainya. Jika mempergunakan bahan timbunan dengan material
hasil galian atau dengan mendatangkan dari sekitar lokasi sesuai
petunjuk Pemrakarsa, maka harus memiliki persyaratan : 1) Tanah

Laporan Antara 2-29


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

harus bersih dan tidak mengandung akar, kotoran dan bahan organik
lain, 2). Terlebih dahulu harus diadakan test dari laboratorium, dan
harus tertulis serta diketahui oleh Pemrakarsa. Pada daerah timbunan
yang basah, Kontraktor harus membuat saluran-saluran drainase
sementara untuk mengeringkan lokasi tersebut.

3) Pekerjaan pemadatan

Pemadatan harus mencapai kepadatan optimal. Bahan harus diuji di


laboratorium yang disetujui Pemrakarsa. Pemadatan dilakukan lapis
demi lapis sampai mencapai peil rencana. Selama pemadatan, kadar
air bahan timbunan harus dikontrol, agar tetap dapat memenuhi kadar
air optimum yang disyaratkan. Pekerjaan pemadatan baru dianggap
cukup setelah mendapat persetujuan Pemrakarsa.

c. Pembangunan jaringan irigasi

Pembangunan jaringan irigasi ini mencakup konstruksi bangunan utama


(bendung), dan saluran irigasi, bangunan bagi sadap, talang, dan gorong-
gorong. Secara garis besar pekerjaan-pekerjaan pada tiap jenis konstruksi
bangunan tersebut meliputi :
- Pekerjaan pancang (untuk bangunan utama)
- Pekerjaan pasang
- Pekerjaan beton
- Pekerjaan mekanik (untuk bangunan utama dan bagi sadap)
- Pekerjaan dewatering
- Pekerjaan lain-lain

5. Demobilisasi Peralatan

Setelah aktivitas konstruksi selesai, selanjutnya dilakukan demobilisasi


peralatan. Pada kegiatan ini juga dilakukan pengelolaan material sisa (limbah
konstruksi), serta pembongkaran fasilitas sementara.

a. Demobilisasi peralatan

Demobilisasi peralatan merupakan kegiatan pengembalian peralatan


konstruksi yang sudah tidak dipergunakan karena aktivitas konstruksi telah
selesai dilaksanakan. Pemindahan peralatan ini diharapkan tidak akan
menggangu aktivitas di sepanjang jalan yang akan dilalui oleh peralatan.
Kegiatan demobilisasi peralatan ini akan mengurangi arus lalulintas di

Laporan Antara 2-30


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

jalan sekitar proyek dengan selesainya kegiatan konstruksi dan akan


dilakukan kegiatan perbaikan prasarana jalan setelah selesainya kegiatan
konstruksi.

b. Pengelolaan material sisa

Pada akhir konstruksi akan dihasilkan material sisa sebagai limbah


konstruksi. Limbah konstruksi ini didefinisikan sebagai material yang sudah
tidak digunakan yang dihasilkan dari proses konstruksi, perbaikan, atau
perubahan. Kegiatan konstruksi ini akan menghasilkan limbah seperti
kayu, puing, bongkaran, besi tulangan atau baja, plastik, bata, tegel,
genteng, kelebihan agregat, sisa tanah galian, dll.

c. Pembongkaran bangunan sementara

Kontraktor membongkar bangunan sementara yang dipergunakan selama


proses kontruksi dan membersihkan lahannya sesuai kebutuhan. Material
sisa (limbah kontruksi) yang dihasilkan selama proses kontruksi
dikeluarkan dari proyek atau dibuang ke tempat yang tidak menggangu
lingkungan hidup. Kontraktor harus menjamin bahwa lokasi pembuangan
material tidak mengganggu lingkungan disekitarnya, lokasi pembuangan
harus mendapatkan persetujuan Pemrakarsa. Kontraktor membersihkan
lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan buangan lain yang ditinggalkan oleh
staf Kontraktor selama proses konstruksi.

6. Uji Coba

Setelah semua peralatan terpasang dengan benar dan lengkap, dan telah
dilakukan pemeriksaaan dan pengujian sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan,
selanjutnya memasuki tahap uji coba atau commissioning. Uji coba dilakukan
untuk menilai kinerja pengaliran air irigasi dengan membandingkan parameter
operasi pada perencanaan, yaitu kuantitas dan kualitas air irigasi. Tujuan dari
commissioning adalah menilai keandalan jaringan irigasi, serta memberikan
rekomendasi dan perbaikan apabila terdapat ketidaksesuaian untuk
operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi.

Beberapa komponen kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan dalam


kegiatan commissioning adalah system cleaning, commissioning test,
pengamatan kuantitas dan kualitas air serta perbaikan jika diperlukan, dan
persiapan operasional.

Laporan Antara 2-31


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

a. System cleaning

System cleaning ini untuk membersihkan instalasi jaringan irigasi dari


material-material yang masih menempel pada peralatan tersebut, setelah
proses konstruksi atau pemasangan selesai dilakukan (mechanical
completion). Kegiatan pembersihan ini dilakukan dengan metode water
flushing. Metode ini merupakan metode pembersihan dengan
menggunakan air atau pembilasan, yaitu dengan memanfaatkan energi
kinetik atau tekanan dari air.

b. Commissioning test

Commissioning test ini berupa uji coba pengaturan air, yang mencakup
operasional intake, operasional bangunan pembilas, operasional kantong
lumpur, pengaliran air, operasional pintu air pada bangunan bagi sadap,
dan pembuangan air irigasi ke badan air penerima.

c. Pengamatan kuantitas dan kualitas air

Selama pelaksanaan uji coba ini dilakukan pemantauan terhadap


keseluruhan unit tersebut. Jika terdapat permasalahan selama uji coba,
seperti debit air yang kurang sesuai dengan desain, atau terjadi kekeruhan
pada aliran air irigasi, maka kegiatan dihentikan, selanjutnya dilakukan
perbaikan (maintenance) untuk pelaksanaan uji coba selanjutnya sampai
mencapai hasil yang sesuai dengan perencanaan.

C. TAHAP OPERASI

Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap operasi secara garis besar terdiri
dari kegiatan operasional jaringan irigasi, dan kegiatan pemeliharaan jaringan
irigasi. Pelaksanaan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi ini berpedoman
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 12/PRT/M/2015
Tentang Eksploitasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Uraian kegiatan yang
menjadi sumber dampak pada tahap operasi adalah sebagai berikut.

1. Operasional Jaringan Irigasi

Kegiatan operasional jaringan irigasi pada dasarnya merupakan supply air


irigasi dari intake (bendung) ke petak-petak sawah melalui saluran irigasi.
Secara teknis kegiatan operasional tersebut mencakup operasional intake,

Laporan Antara 2-32


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

operasional bangunan pembilas, operasional kantong lumpur, operasional


bangunan pengelak, dan pengaturan air irigasi.

a. Operasional intake

Pembukaan dan penutupan pintu pengambilan dan pintu pembilas yang


terkoordinir akan menyebabkan debit air dapat dialirkan sesuai dengan
kebutuhan. Pada saat banjir atau pada saat kandungan endapan di sungai
tinggi, pintu pengambilan ditutup. Tinggi muka air di hulu bendung tidak
boleh melampaui puncak tanggul banjir atau elevasi yang ditetapkan.
Endapan di hulu bendung sewaktu-waktu harus dibilas. Elevasi muka air di
hulu bendung dicatat dua kali sehari atau tiap jam di musim banjir. Debit
air yang masuk ke saluran dicatat setiap kali terjadi perubahan.

Bangunan pengambilan dilengkapi pintu dengan tujuan sebagai berikut :


‒ Untuk mengatur air yang masuk ke dalam saluran
‒ Untuk mencegah endapan masuk ke dalam saluran
‒ Untuk mencegah air banjir masuk ke dalam saluran

Apabila pintu pengambilan lebih dari satu buah maka selama operasi
berlangsung tinggi bukaan pintu harus sama besar, kecuali ada salah satu
pintu yang sedang diperbaiki. Pada waktu banjir atau kandungan endapan
di sungai terlalu besar, pintu bangunan pengambilan harus ditutup dan
pengaliran air di saluran dihentikan. Kalau di depan pintu pengambilan di
pasang saringan sampah, pembersihan sampah dilakukan setelah pintu
pengambilan ditutup.

b. Operasional bangunan pembilas

Operasional bangunan pembilas mencakup operasi kolam tenang,


operasi kolam semi tenang, dan operasi pengaliran terbuka.

1) Operasi kolam tenang

Pada cara ini semua pintu pembilas ditutup. Hanya jumlah air yang
diperlukan saluran yang dialirkan ke dalam kantong pembilas,
selebihnya dialirkan di bagian lain dari bangunan utama. Kecepatan air
di dalam kantong pembilas dengan demikian akan rendah, oleh karena
itu jumlah air yang masuk ke dalamnya kecil dan menyebabkan air
yang masuk ke saluran relatif bersih.

Laporan Antara 2-33


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Endapan dibiarkan mengedap di dalam kantong pembilas sampai


mencapai ketinggian kurang lebih 0,5 meter. Kemudian pintu
pengambilan ditutup dan pintu pembilas dibuka untuk membersihkan
kantong pembilas. Setelah kantong pembilas bersih, pintu pembilas
ditutup kembali dan pintu pengambilan dibuka kembali untuk
mengalirkan air ke saluran.

Cara pengoperasian ini disebut Operasi Kolam Tenang dan sangat


efektif untuk mengurangi endapan masuk ke saluran. Akan tetapi
operasi semacam ini hanya dilakukan kalau ambang pintu
pengambilan relatif tinggi di atas dasar kantong pembilas dan dapat
menyebabkan penghentian pengaliran ke saluran selama pembilasan.

2) Operasi kolam semi tenang

Pada cara ini air dialirkan ke dalam kantong pembilas lebih besar dari
debit yang dialirkan ke dalam saluran. Kelebihan air dialirkan ke hilir
melalui pintu pembilas yang dibuka sebagian. Aliran air yang masuk ke
dalam kantong pembilas dengan demikian akan terbagi dua lapisan.
Lapisan atas mengalir ke saluran melalui pintu pengambilan,
sedangkan lapisan bawah dialirkan ke hilir melalui bukaan pintu
pembilas.

Akibat dari operasi ini kecepatan aliran di kantong pembilas akan


tinggi yang menyebabkan endapan melayang dan tidak mengendap,
bahkan dengan terjadinya aliran turbulen kadang-kadang dapat
menaikkan endapan dasar ke permukaan. Dengan demikian fungsi
pengendapan di kantong pembilas akan berkurang. Kelebihan dari
cara ini ialah endapan terus menerus dibilas dan saluran tidak perlu
ditutup sebagaimana yang dilakukan pada cara operasi kolam tenang.

3) Operasi pengaliran terbuka

Pengoperasian semacam ini dilakukan dengan membuka penuh pintu


pembilas. Dalam keadaan demikian akan banyak endapan masuk ke
dalam saluran, dan dianjurkan semua pintu pengambilan ditutup.

c. Operasional kantong lumpur

Operasional kantong lumpur mencakup pengurasan berkala, dan


pengurasan terus menerus.

Laporan Antara 2-34


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

1) Pengurasan berkala

Selama terjadi pengendapan di kantong lumpur kecepatan air akan


bertambah dan proses pengendapan mulai berkurang pada saat itu
endapan mulai akan masuk ke dalam saluran. Untuk menanggulangi
keadaan ini kantong lumpur harus dikuras.

Pertama-tama pintu saluran ditutup dengan demikian pengaliran di


kantong lumpur terhenti dan permukaan air berangsur-angsur naik
sampai sama dengan permukaan air di hilir bendung. Sesudah itu
bukaan pintu pengambilan diatur sedemikian agar debit yang masuk
sama dengan debit yang dibutuhkan untuk pengurasan (sekitar 0,5 -
1,0 debit rencana ruangan), kemudian pintu penguras diangkat
sepenuhnya. Dengan urutan seperti itu permukaan air di kantong
lumpur turun dan air mulai masuk ke kantong lumpur sesuai dengan
debit yang diperlukan untuk pengurasan. Akibat kecepatan air
endapan di dasar kantong lumpur mulai terkuras. Setelah pengurasan
selesai, pintu penguras ditutup, permukaan air di kantong lumpur
kemudian akan sama dengan permukaan air di hulu bendung,
selanjutnya pintu pengambilan dibuka penuh dan setelah itu pintu
saluran dibuka.

2) Pengurasan terus menerus

Dari namanya jenis kantong lumpur ini endapan tidak dibiarkan


mengendap, melainkan dikuras terus menerus melalui pintu penguras
yang dipasang di ujung kantong lumpur. Oleh karena itu debit air yang
masuk melalui pintu pengambilan harus lebih besar, sebanyak debit
saluran (Qs) ditambah debit pengurasan (Qp) dari dasar. Akan tetapi
operasi semacam ini dilakukan hanya pada saat banjir ketika
kandungan endapan dalam air sungai cukup tinggi, sedangkan di
musim kemarau dapat diadakan pengurasan berkala.

Agar di saat banjir air di hilir bendung tidak masuk ke dalam kantong
lumpur melalui pintu penguras, dasar kantong lumpur harus lebih
tinggi dan muka air di hilir bendung atau pada saat muka air di hilir
bendung lebih tinggi dan dasar kantong lumpur, pintu penguras ditutup
dan kalau perlu pengaliran air ke saluran dihentikan.

Laporan Antara 2-35


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

d. Operasional bangunan pengelak

Operasi bangunan pengelak merupakan operasi pengaliran air ke saluran


jaringan irigasi dan merupakan kombinasi kegiatan operasional dari
masing-masing bangunan seperti yang telah dijelaskan diatas. Penjelasan
mengenai berbagai operasi bangunan pengelak sebagai berikut :

1) Operasi dalam keadaan muka air normal

Operasi bangunan pengelak merupakan operasi pengaliran air ke


saluran jaringan irigasi dan merupakan kombinasi kegiatan
operasional dari tiap bangunan seperti yang telah dijelaskan diatas.
Pengoperasian selama musim kemarau pada saat debit sungai yang
disadap sama dengan debit rencana saluran, disarankan pintu
pembilas ditutup penuh. Dalarn keadaan ini dianjurkan menggunakan
operasi kolam tenang, karena air sungai relatif lebih bersih. Kelebihan
air setelah debit saluran terpenuhi, dialirkan melalui pembilas sungai
apabila bangunan utama dilengkapi dengan pembilas sungai atau
apabila tidak ada dibiarkan melimpas melalui mercu bendung.

Apabila alur sungai pindah dan kantung pembilas, operasi kolam semi
tenang dilaksanakan agar arus kembali menuju kantong pembilas.
Pada bangunan pembilas yang dilengkapi bangunan pembersih
lumpur, debit sisa dapat diarahkan melalui bangunan tersebut
sehingga akan terjadi pembilasan yang terus menerus dengan
kecepatan antara 2,0 sampai 2,5 m/det untuk membilas lumpur dari
3,0 sampai 4,0 m/det untuk membilas pasir dan kerikil. Pada saat
tersebut, pintu pembilas dibuka sesuai dengan kebutuhan, agar
kecepatan tersebut di atas tercapai. Air yang mengalir di atas lantai
atas bangunan pembersih lumpur, masuk kedalam saluran
sedangkan debit sisa dialirkan melalui bukaan pintu pembilas sungai
atau melimpas di atas mercu bendung. Apabila pada bangunan
pembilas tidak dilengkapi dengan bangunan pembersih lumpur, akan
terjadi pengendapan di dalam kantong pembilas. Pengendapan
sedimen ini diharapkan sampai mencapai ketinggian 30 sampai 50 cm
diawal ambang pintu pengambilan, kemudian dilakukan pembilasan
dengan menutup pengambilan dan membuka pintu pembilas.

Laporan Antara 2-36


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2) Operasi pada saat banjir tahunan dan banjir periode 20 tahun.

Kondisi semacam ini hampir terjadi setiap tahun dan debit sungai
mencapai banjir periode 20 tahun. Pengoperasian pintu harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah endapan masuk kedalam
saluran dan terlampau banyak terjadi pengendapan di kantong
pembilas. Apabila dalam pengamatan kegiatan operasi kolam tenang
dapat berfungsi dengan baik, maka kegiatan ini dapat diteruskan
bersamaan dengan pembilas endapan pada kantong pembilas.Apabila
ada bangunan pembersih lumpur, pintu pembilas dapat dioperasikan
sebagaimana pada pengoperasian debit normal. Bila memungkinkan
debit sungai melalui pembilas sungai, dengan debit pembilas sungai
dibuat lebih besar dan pada debit saluran ditambah debit pembilas
atau Vs / Vp>1.

Debit yang masih tersisa dibiarkan melimpas di atas mercu bendung.


Apabila tidak ada pembilas sungai, debit sisa dan debit saluran
ditambah debit pembilas dapat dibiarkan melimpas di atas mercu
bendung. Apabila dalam kenyataan cara operasi kolam tenang
rnenyebabkan terlampau banyak endapan di kantong pembilas dan di
dasar sungai atau debit yang masuk terlalu besar dan dikawatirkan
kandungan sedimen yang masuk ke dalam saluran terlalu besar,
sebaiknya pintu pengambilan ditutup penuh sementara waktu. Untuk
menetapkan prosedur operasi yang tepat, perlu dilakukan penelitian
pada berbagai ketinggian air atau berbagai kandungan endapan.

3) Operasi pada saat banjir periode 50 dan 100 tahun

Pada saat banjir seperti ini, kandungan sedimen sangat tinggi dan
dianjurkan pintu pengambilan ditutup penuh serta membuka pintu
kantong pembilas dan pintu pembilas sungai (jika ada) untuk
menghindari sedimen masuk ke dalam saluran. Pada saat itu air irigasi
tidak diperlukan di sawah dan cukup dengan air hujan. Setelah banjir
surut dan kandungan sedimen mulai rendah atau dalam batas
toleransi, pintu pengambilan dapat dibuka.Untuk mengetahui kapan
pintu pengambilan boleh ditutup dan sebagainya, pada saat banjir
sebaiknya diambil contoh air dan sungai dan saluran untuk dianalisa
kandungan endapannya.

Laporan Antara 2-37


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

e. Pengaturan air irigasi

Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian,


pemberian, dan penggunaan air irigasi. Pada dasarnya kegiatan ini adalah
penyaluran atau distribusi air irigasi dari bangunan utama ke petak-petak
sawah yang dilayani melalui saluran irigasi, dan pengaturan pintu-pintu air.
Komponen kegiatannya meliputi :

1) Pembagian dan pemberian air irigasi

Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi


dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder. Sedangkan
pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah
tertentu dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.

2) Penggunaan air irigasi

Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak


tersier untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan.
Penggunaan air irigasi dilakukan secara efektif dan efisien dan
disesuaikan dengan pola tanam yang telah disepakati.

3) Pembuangan air irigasi

Pembuangan air irigasi, adalah pengaliran kelebihan air yang sudah


tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu. Dalam
jaringan irigasi teknis ini dibedakan antara saluran irigasi dan saluran
pembuangan. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah
dan saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah ke saluran
pembuang.

2. Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan


jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan
perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan
secara terus menerus. Kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi mencakup
pengamanan jaringan irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala,
penanggulangan/perbaikan darurat, serta rehabilitasi jaringan irigasi. Deskripsi
kegiatan pemeliharaan tersebut adalah sebagai berikut.

Laporan Antara 2-38


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

a. Pengamanan Jaringan Irigasi

Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan


menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh
daya rusak air, hewan, atau oleh manusia guna mempertahankan fungsi
jaringan irigasi.

Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus oleh dinas yang membidangi
irigasi, anggota/ pengurus P3A/GP3A/IP3A, Kelompok Pendamping
Lapangan dan seluruh masyarakat setempat. Setiap kegiatan yang dapat
membahayakan atau merusak jaringan irigasi dilakukan tindakan
pencegahan berupa pemasangan papan larangan, papan peringatan atau
perangkat pengamanan lainnya.

Adapun tindakan pengamanan yang dapat dilakukan antara lain sebagai


berikut :

1) Tindakan Pencegahan
– Petugas pengelola irigasi mengontrol patok-patok batas tanah
pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.
– Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan
instansi terkait tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.

2) Tindakan Pengamanan
– Membuat bangunan pengamanan ditempat-tempat yang
berbahaya, misalnya : disekitar bangunan utama, siphon, ruas
saluran yang tebingnya curam, daerah padat penduduk dll.
– Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul
saluran berupa portal, patok.

b. Pemeliharaan Rutin

Merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi


Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada
bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharan rutin
meliputi :
1) Yang bersifat Perawatan
– Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.
– Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan
semak-semak.

Laporan Antara 2-39


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

– Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran.


– Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.
– Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar
tanggul saluran.
2) Yang bersifat Perbaikan Ringan
– Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.
– Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang
retak atau beberapa batu muka yang lepas

c. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang


dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh
dinas yang membidangi Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A /
GP3A / IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut
dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual.

Pelaksanaan pemeliharaan berkala dilaksanakan secara periodik sesuai


kondisi Jaringan Irigasinya.Setiap jenis kegiatan pemeliharaan berkala
dapat berbeda-beda periodenya, misalnya setiap tahun, 2 tahun, 3 tahun
dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal musim tanam serta waktu
pengeringan.

Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemeliharaan yang


bersifat perawatan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dan
pemeliharaan yang bersifat penggantian. Pekerjaan pemeliharaan berkala
meliputi :
1) Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan
– Pengecatan pintu
– Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran
2) Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan
– Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan
Pengatur
– Perbaikan saluran
– Perbaikan pintu-pintu air
– Perbaikan jalan inspeksi
3) Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian
– Penggantian pintu

Laporan Antara 2-40


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

– Penggantian alat ukur


– Penggantian peil schall

d. Penanggulangan/Perbaikan Darurat

Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan


berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti Pengrusakan/
penjebolan tanggul, Longsoran tebing yang menutup Jaringan, tanggul
putus dll) dan penanggulangan segera dengan konstruksi tidak permanen,
agar jaringan irigasi tetap berfungsi.

e. Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Meskipun telah dilakukan Operasi dan Pemeliharaan yang sebaik-baiknya,


secara alami jaringan irigasi cenderung mengalami penurunan tingkat
layanan akibat waktu (umur prasarana dan sarana) sampai pada tahapan
kritis tingkat layanan menurun tajam dari rencana semula yang berakibat
pada penurunan kinerja. Untuk menanggulangi hal tersebut, dalam jangka
waktu tertentu perlu dilakukan upaya-upaya rehabilitasi guna
mengembalikan kemampuan layanan jaringan irigasi sesuai dengan
desain rencana.

Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna


mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula. Rehabilitasi
jaringan irigasi dilaksanakan berdasarkan urutan prioritas kebutuhan
perbaikan irigasi dengan memperhatikan pertimbangan komisi irigasi, dan
sesuai dengan dengan norma, standar, pedoman, dan manual yang
berlaku.

Komponen-komponen kegiatan dalam rehabilitasi jaringan irigasi adalah


sebagai berikut ini :
 Perencanaan Teknis
 Rekruitmen Tenaga Kerja
 Mobilisasi Peralatan dan Material
 Pembersihan Lapang
 Pengeringan
 Pembongkaran Bangunan Lama
 Pembangunan Fisik

Laporan Antara 2-41


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.2 Data Rona Lingkungan


2.2.1 Komponen Geofisik Kimia
2.2.1.1 Klimatologi

Kondisi iklim di lokasi D.I. Matawolot dan lokasi disekitarnya memiliki kondisi
iklim yang relatif sama dengan kondisi iklim di Provinsi Papua Barat, yaitu beriklim
hutan hujan tropis dengan curah hujan yang tinggi dan terjadi hujan sepanjang tahun.
Menurut data dari Stasiun Geometeorogi dan Geofisika Sorong tahun 2019, curah
hujan tercatat sebesar 2.223,4 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 141 hari. Pada
tahun ini nampaknya curah hujan tidak dipengaruhi oleh angin muson, karena curah
hujan pada bulan Desember dan Januari kurang 100 mm, sedangkan curah hujan
pada bulan April, Juni, dan Oktober cukup tinggi, yaitu masing-masing 333,9 mm,
362,0 mm, dan 360,2 mm.

Tabel 2.8 Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Stasiun Geometeorologi dan
Geofisika Sorong Tahun 2019
Curah Hujan
Bulan Hari Hujan (Hari)
(mm)
Januari 97,1 10
Februari 134,7 12
Maret 118,1 9
April 333,9 13
Mei 193,7 9
Juni 362,0 17
Juli 298,4 19
Agustus 141,1 12
September 76,7 7
Oktober 360,2 17
November 25,8 4
Desember 81,7 12
Jumlah 2.223,4 141
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

Rata-rata suhu minimal tercatat sebesar 24,4 0C dan suhu tertinggi sebesar
31,20C, dengan rata-rata suhu tahunan sebesar 27,20C. Jika dilihat dari
kelembabannya, rata-rata kelembaban minimal sebesar 79,0%, dan rata-rata
kelembaban minimum sebesar 93,1%,, dengan rata-rata kelembaban dalam setahun
sebesar 85,2%, sehingga wilayah ini cenderung basah.

Laporan Antara 2-42


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Tabel 2.9 Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Stasiun Geometeorologi
dan Geofisika Sorong Tahun 2019
Suhu (0C) Kelembaban (%)
Bulan
Min Max Ave Min Max Ave
Januari 25,0 31,6 27,9 76,0 92,0 83,1
Februari 24,7 31,3 27,6 74,0 92,0 81,6
Maret 24,7 31,6 27,8 76,0 91,0 81,5
April 25,0 32,0 27,9 75,0 92,0 85,1
Mei 24,9 31,7 27,8 80,0 95,0 86,2
Juni 24,4 30,7 26,7 84,0 94,0 89,6
Juli 23,6 29,6 25,6 83,0 97,0 89,7
Agustus 23,6 29,7 25,9 84,0 96,0 88,5
September 23,2 30,8 26,2 81,0 93,0 84,8
Oktober 24,0 31,0 26,8 83,0 93,0 88,0
November 24,5 32,4 28,0 77,0 91,0 82,7
Desember 24,7 32,4 28,0 75,0 91,0 81,7
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

Tekanan udara berkisar antara 1.008,50 - 1.011,40 milibar, dengan penyinaran


matahari yang berkisar antara 3,90 - 7,70 jam. Sedangkan kecepatan angin berkisar
antara 4,10 - 6,50 m/s. Jika dilihat besarnya kecepatan angin, maka di wilayah ini
tergolong cukup tinggi. Di bawah ini adalah tabel yang merinci kondisi tekanan udara,
kecepatan angin, dan penyinaran matahari di wilayah Sorong menurut bulan pada
tahun 2019.
Tabel 2.10 Tekanan Udara, Kecepatan Angin, dan Penyinaran Matahari Menurut
Bulan di Stasiun Geometeorologi dan Geofisika Sorong Tahun 2019
Tekanan Udara Kecepatan Angin Penyinaran
Bulan
(mb) (m/s) Matahari (jam)
Januari 1.009,0 4,5 6,1
Februari 1.011,0 5,0 6,4
Maret 1.009,6 4,6 7,0
April 1.008,9 4,2 5,7
Mei 1.009,5 4,1 6,5
Juni 1.009,5 4,9 4,4
Juli 1.010,2 5,2 3,9
Agustus 1.010,5 6,2 4,2
September 1.011,4 6,5 6,6
Oktober 1.009,4 4,5 5,7
November 1.008,6 4,7 7,7
Desember 1.008,5 4,2 6,3
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

Laporan Antara 2-43


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.2.1.2 Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Sorong sangat bervariasi mulai dataran rendah


dan berawa. Wilayah Kabupaten Sorong hampir 60% berupa daerah pegunungan
dengan lereng-lereng yang curam seperti Makbon, Moraid, Sausafor, dan Pulau
Salawati terdapat di bagian tengah ke arah timur dan utara. Dua puluh persen topografi
Kabupaten Sorong berupa dataran rendah dan sebagian berawa yang menyebar di
bagian selatan sampai ke barat.

Secara umum berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Sorong


mengalir ke arah utara dan ke arah selatan dengan puncak pegunungan berada di
Distrik Sausafor. Wilayah yang tergenang pada saat air laut pasang adalah wilayah
pantai bagian selatan dan wilayah yang tergenang secara periodik terdapat di Distrik
Salawati dan Distrik Makbon. Beberapa sungai besar yang dapat dipergunakan untuk
kepentingan pelayaran dan tempat penangkapan ikan air tawar di Kabupaten Sorong
antara lain Werur di Distrik Sausafor, Sungai Warsamson di Distrik Makbon dan
Moraid, dan Sungai Klabra yang terdapat di Distrik Beraur.

Distrik Salawati terletak pada ketinggian 0-25 mdpl pada wilayah sebelah barat
(mengarah ke pantai) dan 25-100 mdpl pada daerah timur, serta sedikit wilayah di
bagian utara yang memiliki ketinggian 100-500 mdpl. Tingkat kelerengan lahannya
juga bervariasi, dari yang relatif datar, dan sedikit curam. Peta topografi wilayah
Kabupaten Sorong dapat dilihat pada Gambar 2.5.

2.2.1.3 Geologi

Karakteristik Tanah di Kabupaten Sorong terdiri dari tekstur halus, sedang,


kasar, dan gambut. Mayoritas tanah di wilayah Kabupaten Sorong memiliki tekstur
halus. Jenis tanah di kabupaten Sorong terdiri dari Podsolik kelabu, Podsolik Merah
Kuning, Orgonosal, Alluvial, Complex Of Soil, Renzina dan latosal. Kedalaman efektif
tanah di Kabupaten Sorong bervariasi antara kedalaman 0-25 centimeter, 25-50
centimeter, dan 51-100 centimeter. Kedalaman efektif tanah 0-25 centimeter sebagian
kecil tersebar di Distrik Sausafor, dan Moraid. Tanah dengan kedalaman 25-50
centimeter terdapat di Distrik Sausafor. Kedalaman antara 51-100 centimeter
penyebarannya sebagian besar terdapat di Distrik Makbon, Salawati, Sausafor, dan
Distrik Beraur, antara 100-105 centimeter sebagian besar ditemui Distrik Beraur dan
Seget, serta tanah dengan kedalaman 150 centimeter pada umumnya terdapat di
daerah seperti salawati. Peta geologi disampaikan pada Gambar 2.6.

Laporan Antara 2-44


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Gambar 2.5 Peta Topografi Kabupaten Sorong

Laporan Antara 2-45


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Gambar 2.6 Peta Geologi Kabupaten Sorong

Laporan Antara 2-46


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.2.1.4 Hidrologi

Secara umum kondisi hidrologi di Kabupaten Sorong terdiri dari ketersediaan


air hujan, ketersediaan air sungai, ketersediaan mata air dan ketersediaan tampungan
air. Kabupaten Sorong memiliki 11 buah Sungai besar yang di Daerah Aliran
Sungainya (DAS) terdapat beberapa jaringan sungai kecil di lingkupnya. Untuk lebih
jelasnya nama sungai dan luas DAS dapat di lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.11 Nama Sungai dan Luas DAS Kabupaten Sorong


No Nama Das Luas (Km2)
1 Beraur 1.383,93
2 Karabra 4.393,86
3 Gajah Besar 120,79
4 Klabetur 89,47
5 Kladjari 199,82
6 Klasegun 324,30
7 Klasop 1.021,12
8 Mega 352,69
9 Seremuk 578,01
10 Sorong 621,85
11 Warsamson 1.593,65
Sumber : Kementrian Kehutanan

Kondisi hidrologi Kabupaten Sorong jika dilihat dari pola aliran sungai terdiri
dari sungai-sungai yang mengalir ke utara (Samudera Pasifik) dan ke selatan (Laut
Seram). Salah satu sungai yang mengalir ke arah utara dan berukuran relatif besar
adalah Sungai Warsamson, dengan panjang 134,12 km. Sementara itu, sungai-sungai
yang mengalir ke arah selatan dan relatif besar antara lain Sungai Klabra yang
panjangnya sebesar 287,26 km dan Sungai Beraur yang memiliki panjang sebesar
114,61 km.
Tabel 2.12 Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Sorong
Panjang Panjang Panjang
No Nama Sungai No Nama Sungai No Nama Sungai
(km) (km) (km)
1 Beraur 114,61 8 Klafama 30,04 15 Waibin 17,20
2 Gajah Besar 13,79 9 Klasegun 44,72 16 Waisalawatol 30,65
3 Klabra 287,26 10 Klasigit 30,75 17 Waisibit 19,10
4 Katimin 11,13 11 Klasof 13,88 18 Wakanwai 13,30
5 Katapop 17,69 12 Makbalim 12,20 19 Wakemuk 12,89
6 Klabetur 27,37 13 Mega 55,00 20 Warsamson 134,12
7 Kladjari 27,27 14 Seremuk 72,13 21 Wasinsion 12,47

Laporan Antara 2-47


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.2.1.5 Kualitas Air Permukaan

Data kualitas air permukaan diperoleh dari hasil pengambilan sampel air
permukaan, selanjutnya dilakukan pengujian pada laboratorium penguji yang telah
terakreditasi secara nasional. Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada Bendung
Matawolot eksisting dan S. Matawolot. Hasil pengujian kualitas air permukaan
disampaikan pada tabel berikut.

Tabel 2.13 Hasil Pengujian Kualitas Air Permukaan


Baku Hasil Pengujian
No Parameter Satuan
Mutu Titik 1 Titik 2
A Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 25,1 25
2 Total PadatanTersuspensi (TSS) mg/L 400 61 20
3 Total PadatanTerlarut (TDS) mg/L 1.000 100 189
B Kimia Organik
1 pH mg/L 6–9 7,07 6,96
2 Biochemical Oxygen Demand (BOD) mg/L 6 9 3,5
3 Chemical Oxygen Demand (COD) mg/L 50 30 10,59
4 Dissolved Oxygen (DO) mg/L 3 6 6
5 PO4-P mg/L 1 <0,06 <0,06
6 NO3-N mg/L 20 1,72 0,613
7 Arsen (As) mg/L 1 <0,01 <0,01
8 Kobal (Co) mg/L 0,2 <0,008 <0,008
9 Boron (Bo) mg/L 1 <0,5 <0,5
10 Selenium (Se) mg/L 0,05 <0,01 <0,01
11 Kadmium (Cd) mg/L 0,01 <0,001 <0,001
6
12 Krom Heskavalen (Cr +) mg/L 0,05 0,01 <0,007
13 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 <0,01 <0,01
14 Timbal (Pb) mg/L 0,03 <0,027 <0,027
15 Air Raksa (Hg) mg/L 0,002 <0,001 <0,001
16 Seng (Zn) mg/L 0,05 <0,01 <0,01
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PT. Sucofindo, 2021
Keterangan :
Lokasi titik 1 = Bendung Matawolot, Titik 2 = S. Matawolot
Baku Mutu = PP No.82 Tahun 2001 (Kelas III)

Berdasarkan tabel hasil pengujian sampel tersebut dapat diketahui bahwa pada
parameter fisika, semua parameter di dua lokasi pemantauan masih memenuhi baku
mutu kualitas air permukaan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, untuk air Kelas
III. Sedangkan pada parameter kimia terlihat bahwa parameter DO di lokasi Sungai
Matawolot telah melebihi baku mutu.

Laporan Antara 2-48


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.2.2 Komponen Biologi


Kondisi lingkungan D.I. Matawolot Kabupaten Sorong dan lingkungan
sekitarnya saat ini berupa kawasan peruntukkan hutan. Ekosistem hutan alami ini
memiliki banyak keanekaragaman flora dari tingkat pohon, tingkat semak, dan tingkat
herba. Disamping keanekaragaman flora, di lokasi kegiatan dan sekitarnya juga
memiliki keanekaragaman fauna, yang berupa hewan liar, baik dari kelas mamalia,
burung, reptil, maupun serangga.

2.2.3 Komponen Sosial Ekonomi Budaya


2.2.3.1 Kependudukan

Jumlah penduduk di Distrik Salawati pada tahun 2019 tercatat sebesar 12.185
jiwa penduduk, yang terdiri dari 6.457 jiwa penduduk laki-laki dan 5.728 jiwa penduduk
perempuan. Besarnya sex ratio adalah 112,73%, jumlah penduduk laki-laki 12-13 jiwa
lebih banyak dari 100 penduduk perempuan. Dibawah ini data yang merinci jumlah
penduduk di Distrik Salawati menurut kelompok umur.
Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Distrik
Salawati Tahun 2019
Kelompok Jenis Kelamin
Jumlah Sex Ratio
Umur Laki-Laki Perempuan
0–4 569 563 1132 101,07
5–9 636 597 1233 106,53
10 – 14 639 589 1228 108,49
15 – 19 520 447 967 116,33
20 – 24 429 378 807 113,49
25 – 29 509 491 1000 103,67
30 – 34 524 490 1014 106,94
35 – 39 491 441 932 111,34
40 – 44 476 340 816 140,00
45 – 49 365 341 706 107,04
50 – 54 343 335 678 102,39
55 – 59 327 277 604 118,05
60 – 64 251 177 428 141,81
65 – 69 155 114 269 135,96
70 – 74 101 68 169 148,53
75 + 122 80 202 101,07
Jumlah 6.457 5.728 12.185 112,73
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

Laporan Antara 2-49


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.2.3.2 Perdagangan dan Jasa

Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di Distrik Salawati memiliki skala
lingkungan, dimana pada tahun 2019 terdapat 2 unit pasar permanen yang terletak di
Kampung Matawolot dan Kampung Majaran, serta 1 unit pasar semi permanen di
Kampung Majaran. Di wilayah distrik ini belum terlayani oleh minimarket atau
swalayan. Data sarana perdagangan tiap desa disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.15 Sarana Perdagangan di Distrik Salawati Tahun 2019


Pasar
Kampung/ Minimarket/ Toko/
No Semi Tanpa
Kelurahan Permanen Swalayan Warung
Permanen Bangunan
1 Matawolot 1 - 1 - -
2 Katinim - - - - -
3 Majener - - 1 - -
4 Malaus - - - - -
5 Walal - - - - -
6 Majaran 1 1 - - 1
7 Rawasugi - - - - -
Jumlah 2 1 2 - 1
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

Untuk sarana akomodasi, pada wilayah Distrik Salawati memiliki 1 unit rumah
makan/restoran yang terletak di Kampung Majaran, serta 40 unit warung/kedai makan
yang tersebar di seluruh kampung kecuali di Distrik Katinim. Di wilayah distrik ini belum
tersedia hotel atau penginapan. Data sarana akomodasi di Distrik Salawati pada tahun
2019 disampaikan pada tabel berikut.

Tabel 2.16 Sarana Akomodasi di Distrik Salawati Tahun 2019


Hostel/
Restoran/ Warung/
Kampung/ Motel/
No Rumah Kedai Hotel
Kelurahan Losmen/
Makan Makanan
Wisma
1 Matawolot - 3 - -
2 Katinim - - - -
3 Majener - 18 - -
4 Malaus - 2 - -
5 Walal - 2 - -
6 Majaran 1 14 - -
7 Rawasugi - 1 - -
Jumlah 1 40 - -
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

Laporan Antara 2-50


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.2.3.3 Transportasi

Untuk menjangkau wilayah Distrik Salawati, dari wilayah Kota Sorong atau
perkotaan Kabupaten Sorong menggunakan akses Jalan Poros Majener. Jalan ini
merupakan jalan akses yang menghubungkan beberapa wilayah distrik di Kabupaten
Sorong. Untuk jalan lingkungan kondisinya bervariasi, dengan perkerasan aspal atau
tanah. Di bawah ini adalah kondisi jalan di Distrik Salawati pada tahun 2019.

Tabel 2.17 Jalan Darat Antar Kampung/Kelurahan di Distrik Salawati Tahun 2019
Jenis Permukaan Jalan
Dapat Dilalui Kendaraan
Kampung/ (1 = Aspal/Beton,
No Bermotor Roda 4 atau
Kelurahan 2 = Diperkeras, 3 = Tanah,
Lebih *
4 = Lainnya)
1 Matawolot 2 1
2 Katinim 2 1
3 Majener 1 1
4 Malaus 1 1
5 Walal 2 2
6 Majaran 1 1
7 Rawasugi 2 1
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

2.2.3.4 Adat dan Budaya

Penduduk Kabupaten Sorong seperti halnya dengan beberapa wilayah


kota/kabupaten di Pulau Papua yang secara sosial budaya terdiri atas penduduk asli
dan penduduk pendatang. Suku asli yang mendiami Kabupaten Sorong adalah suku
besar Arfak, suku Wamesa, suku Samuri, Sebyar, Irarutu dan Numfor Doreri. Selain itu
terdapat suku pendatang asal Papua seperti Serui, Biak, Waropen serta beberapa
suku dari luar wilayah Papua. Wilayah Kabupaten Manokwari merupakan salah satu
daerah tujuan transmigrasi dari Pulau Jawa, sehingga di wilayah ini juga didiami oleh
banyak suku yang berasal dari Pulau Jawa.

Karakter umum penduduk asli Pulau Papua memiliki dialek asli bernada tinggi
(bukan berarti marah) dan terkenal ramah terhadap orang asing, dimana sering
menyapa setiap bertemu meskipun belum mengenal satu sama lain. Penduduk asli
sangat mengutamakan keluarga diatas segala-galanya, dan mempunyai rasa
persatuan yang kuat dengan sesama penduduk asli, serta ikatan emosi yang kuat
dengan budaya dan tanah asalnya. Pada wilayah pedalaman, masyarakat Pulau
Papua lebih suka menyelesaikan suatu permasalahan dengan hukum adat

Laporan Antara 2-51


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

dibandingkan dengan hukum pidana atau perdata. Jika negosiasi antara pihak yang
bermasalah tidak mencapai kesepakatan bersama, keputusan akhir adalah perang
adat.

2.2.3.5 Interaksi Sosial

Dalam interaksi sosial, proses sosial yang terjadi lebih bersifat asosiatif. Proses
sosial asosiatif ini merupakan bentuk hubungan postif yang terjadi dalam masyarakat.
Proses ini bersifat membangun serta mempererat atau memperkuat hubungan jalinan
solidaritas dalam kelompok masyarakat untuk menjadi satu kesatuan yang lebih erat.
Proses asosiatif ini ditunjukkan dalam bentuk kerjasama dan gotong royong antar
anggota masyarakat di wilayah studi dalam berbagai kegiatan.

Dalam dinamika sosial yang terjadi, proses disosiatif juga terjadi selama proses
interaksi, seperti adanya persaingan dan pertentangan. Tetapi hal tersebut dapat
kendalikan dan diredam dengan cara kekeluargaan atau musyawarah. Kepemimpinan
sosial seperti kepala suku atau tokoh masyarakat memegang peranan penting dalam
penyelesaian konflik tersebut.

2.2.3.6 Persepsi dan Sikap Masyarakat

Berbagai program dan kegiatan terus dilaksanakan baik oleh Pemerintah


maupun Pemerintah Daerah setempat dalam rangka memberikan pelayanan irigasi
yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya bagi para petani yang ada di wilayah
layanan D.I. Matawolot. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan pengoperasian dan
pemeliharaan jaringan irigasi D.I. Matawolot Kabupaten Sorong menunjukkan persepsi
yang positif. Masyarakat berpandangan bahwa kegiatan pengoperasian dan
pemeliharaan jaringan irigasi ini harus terus dilakukan untuk pengembangan pertanian,
serta dalam rangka untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di di Distrik Salawati.

Seluruh masyarakat yang ada di Distrik Salawati memberikan dukungan


terhadap pelaksanaan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi yang
dilakukan di D.I. Matawolot. Masyarakat di Distrik Salawati berharap bahwa kegiatan
tersebut terus ditingkatkan intensitasnya untuk memberikan manfaat yang lebih besar
bagi masyarakat petani. Pada sisi lain masyarakat juga berharap bahwa dampak-
dampak negatif yang terjadi dapat dikelola secara tepat oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah setempat agar tidak memberikan pengaruh yang buruk terhadap
lingkungan.

Laporan Antara 2-52


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

2.2.4 Komponen Kesehatan Masyarakat


2.2.4.1 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan

Untuk mendukung pelayanan kesehatan pada suatu wilayah, ketersediaan


fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan memegang peranan yang sangat penting,
termasuk aksesbilitas penduduk untuk mendapatkan layanan kesehatan tersebut. Di
wilayah Distrik Salawati belum tersedia rumah sakit dengan pelayanan skala wilayah.
Untuk mendapatkan layanan rumah sakit, penduduk di Distrik Salawati mendatangi
rumah sakit terdekat yang ada di perkotaan Kabupaten Sorong atau Kota Sorong.
Jenis fasilitas kesehatan yang ada di Distrik Salawati berupa 1 unit Puskesmas tanpa
rawat inap yang berada di Matawolot. Di bawah ini adalah tabel yang merinci
kemudahan akses penduduk terhadap sarana kesehatan di Distrik Salawati pada
tahun 2019.

Tabel 2.18 Kemudahan Akses Penduduk Terhadap Sarana Kesehatan di Distrik


Salawati Tahun 2019
Kemudahan Akses:
1 = Sangat Mudah
2 = Mudah
Kampung/ 3 = Sulit
No
Kelurahan 4 = Sangat Sulit
Poliklinik/ Puskesmas
Rumah
Balai Tanpa Apotek
Sakit Rawat Inap
Kesehatan Rawat Inap
1 Matawolot 2 3 3 - 2
2 Katinim 2 3 3 2 2
3 Majener 2 3 3 2 2
4 Malaus 2 3 3 2 2
5 Walal 2 3 3 2 2
6 Majaran 2 2 2 2 -
7 Rawasugi 2 3 3 2 2
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

Disamping belum tersedia fasilitas kesehatan yang belum memadai, wilayah


Distrik Salawati juga belum tersedia dokter. Jenis tenaga kesehatan yang di distrik ini
adalah 21 orang bidan yang tersebar di seluruh kampung kecuali Kampung Katinim, 13
orang tenaga kesehatan lainnya, dan 20 orang dukun bayi yang tersebar merata pada
seluruh kampung di Distrik Salawati. Di bawah ini disajikan tabel yang merinci tenaga
kesehatan pada masing-masing kampung yang ada di Distrik Salawati Kabupaten
Sorong pada tahun 2019.

Laporan Antara 2-53


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Tabel 2.19 Tenaga Kesehatan di Distrik Salawati Tahun 2019


Tenaga
Kampung/
No Dokter Bidan Kesehatan Dukun Bayi
Kelurahan
Lainnya
1 Matawolot - 6 3 4
2 Katinim - - 1 3
3 Majener - 6 2 4
4 Malaus - 1 - 2
5 Walal - 2 2 3
6 Majaran - 5 4 2
7 Rawasugi - 1 1 2
Jumlah - 21 13 20
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

2.2.4.2 Sanitasi Lingkungan

Disamping ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan, kondisi


kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh keberadaan sanitasi lingkungan, baik
penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, maupun pembuangan air limbah dan
drainase lingkungan.

Sumber kebutuhan air bersih untuk keperluan minum pada semua Kampung di
Distrik Salawati diperoleh dari air hujan yang ditampung. Sedangkan untuk keperluan
MCK, disamping dari hasil tampungan air hujan, masyarakat juga memanfaatkan air
sungai, menggunakan sumur, dan sumur bor.

Tabel 2.20 Mata Air dan Asal Sumber Air Untuk Minum, Mandi, dan Cuci di Distrik
Salawati Tahun 2019
Kampung/ Asal Sumber Air
No Mata Air
Kelurahan Untuk Minum Untuk Mandi/Cuci
1 Matawolot Tidak ada Air Hujan Sungai/danau
2 Katinim Ada, dikelola Air Hujan Air Hujan
3 Majener Tidak ada Air Hujan Air Hujan
4 Malaus Tidak ada Air Hujan Sumur bor
5 Walal Ada, dikelola Air Hujan Sumur
6 Majaran Tidak ada Air Hujan Air Hujan
7 Rawasugi Ada, dikelola Air Hujan Sumur bor
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

Di wilayah Distrik Salawati belum terlayani oleh jaringan pengelolaan sampah


perkotaan, sehingga pengelolaan sampah pada semua wilayah Kampung dilakukan
dengan cara dikumpulkan/ditimbun pada lubang-lubang sampah atau dibakar. Untuk
pembuangan air limbah baik untuk buang hajat besar maupun hajat kecil, penduduk di

Laporan Antara 2-54


UKL-UPL
PENINGKATAN D.I. MATAWOLOT
KABUPATEN SORONG

Distrik Salawati telah memiliki jamban sendiri. Pada aspek drainase, pengaliran air
hujan pada saluran drainase dan sebagian masuk pada tanah terbuka sebagaimana
yang ada di Kampung Walal dan Kampung Rawasugi. Dibawah ini ditampilkan tabel
yang menggambarkan kondisi pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah, dan
draianse lingkungan pada tiap kampung di Distrik Salawati.

Tabel 2.21 Fasilitas Tempat Buang Sampah, Fasilitas Buang Air Besar, dan Tempat
Pembuangan Limbah Sebagian Besar Keluarga di Distrik Salawati Tahun
2019
Tempat
Kampung/ Fasilitas Buang
Tempat Buang Sampah Pembuangan
Kelurahan Air Besar
Limbah
1 Matawolot Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Drainase
2 Katinim Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Drainase
3 Majener Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Drainase
4 Malaus Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Drainase
5 Walal Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Lubang/tanah
6 Majaran Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Drainase
7 Rawasugi Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Lubang/tanah
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020

Laporan Antara 2-55

Anda mungkin juga menyukai