Lokasi rencana pembangunan bendung dan jaringan irigasi ini adalah pada
wilayah D.I. Matawolot Kabupaten Sorong seluas 1.040 Ha, yang secara administrasi
terletak di Distrik Salawati, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat.
D.I. Matawolot meliputi lahan sawah dan tapak bangunan irigasi, dengan batas-
batas lokasi sebagai berikut :
‒ Sebelah utara : Hutan
‒ Sebelah timur : Hutan
‒ Sebelah selatan : Hutan
‒ Sebelah barat : Hutan
Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sorong diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Sorong Nomor Peraturan Daerah Kabupaten Sorong Nomor 3 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sorong Tahun 2012-2032. Dalam
rencana struktur ruang yang tertuang dalam Pasal 15 Ayat (3) disebutkan bahwa
sistem jaringan irigasi diprioritaskan untuk mendukung kawasan pertanian lahan basah
di Distrik Aimas, Distrik Mayamuk, dan Distrik Salawati. Dalam rencana pola ruang
sebagaimana tertuang dalam Pasal 25 Ayat (2) disebutkan bahwa kawasan pertanian
tanaman pangan terdapat di Distrik Aimas, Mayamuk, Salawati, Klamono, Beraur,
Sayosa, dan Makbon.
Analisis spasial ini dilakukan dengan lokasi kegiatan dengan peta indikatif
penundaan pemberian izin baru sesuai dengan ketentuan peraturan yang dimaksud
diatas. Lokasi kegiatan terdapat dalam lembar 2814. Dari hasil overlay yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa lokasi kegiatan berada di luar kawasan hutan alam
primer dan lahan gambut yang tercantum dalam peta indikatif penundaan pemberian
izin baru.
1) Intake
Pada D.I. Matawolot telah terbangun dan beroperasi 1 unit intake, yaitu Bendung
Matawolot 1 (M1) yang terletak pada S. Matawolot dengan debit pengambilam
sebesar 87 lt/det. Pada peningkatan daerah irigasi ini direncanakan menambah 2
unit bendung, yaitu Bendung Matawolot 2 (M2) yang terletak pada S.Merah
dengan debit pengambilan air sebesar 578 lt/det, serta Bendung Matawolot 3 (M3)
pada S. Sragen dengan debit pengambilan air sebesar 156 lt/det.
Bangunan bendung ini merupakan bangunan utama yang terdiri dari beberapa
bagian, yaitu :
a) Bendung
b) Bangunan pembilas
c) Kantong lumpur
d) Kolam olak
Bendung yang dibangun pada aliran sungai, maka pada hilir bendung akan
terjadi loncatan air. Kecepatan yang terjadi pada air masih terhitung tinggi dan
mampu menimbulkan gerusan. Sehingga untuk meredam tingginya energi
perlu diredam dengan bangunan peredam energy berupa kolam olak. Tipe
kolam olak yang digunakan pada bangunan Bendung Matawolot adalah tipe
kolam olak MDS. Dikatakan Bendung Matawolot menggunakan tipe kolam olak
MDS karena peredam energi ini menggunakan ambang hilir, bantalan air dan
dilengkapi dengan rip rap.
e) Perkuatan sungai
2) Saluran Irigasi
Jenis saluran pada daerah irigasi secara garis besar terdiri dari saluran primer,
saluran sekunder, dan saluran tersier. Jenis saluran yang menjadi kewenangan
pengelolaan Pemrakarsa adalah saluran primer dan saluran sekunder. Saluran
primer ini mengalirkan air dari bangunan utama (intake) ke petak sawah melalui
bangunan sadap, dan mengalirkan air ke saluran sekunder melalui bangunan bagi
atau bangunan bagi sadap jika terdapat pengambilan air ke petak primer. Saluran
sekunder mengalirkan air dari saluran primer ke petak sekunder melalui bangunan
sadap, atau mengalirkan air ke saluran tersier melalui bangunan bagi.
Pada D.I. Matawolot telah terbangun saluran yang mendistribusikan air irigasi dari
Bendung Matawolot 1, yaitu saluran sepanjang 5.837 m. Pada peningkatan D.I.
Matawolot ini direncanakan pembangunan saluran sepanjang 13.870 m. Informasi
rencana pembangunan saluran irigasi pada D.I. Matawolot selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Saluran Q
No P (m) A (Ha) Status
Kode Jenis (lt/d)
10 M2.SR2.Ka S. Sekunder 399 15,34 15 Renc. DAK 2020
11 M2.SR3.Ka S. Sekunder 238 5,34 5 Rencana
12 M2.SR3a.Ka S. Sekunder 200 0,00 0 Rencana
13 M2.SR4.Ka S. Sekunder 230 24,40 24 Renc. DAK 2020
14 M2.SR5.Ka S. Sekunder 230 18,12 18 Renc. DAK 2020
15 M2.SR6.Ka S. Sekunder 170 12,08 12 Rencana
16 M2.SR7.Ka S. Sekunder 240 6,04 6 Rencana
17 M2.SR7a.Ka S. Sekunder 200 0,00 0 Rencana
18 M2.SR8.Ka S. Sekunder 440 24,78 199 Rencana
19 M2.SR9.Ka S. Sekunder 380 16,52 191 Rencana
20 M2.SR10.Ka S. Sekunder 520 8,26 183 Rencana
21 M2.SR10a.Ka S. Sekunder 160 0,00 175 Rencana
II Kiri
1 M2.PR1.Ki S. Primer 880 101,61 225 Renc. DAK 2019
2 M2.PR2.Ki S. Primer 1.000 76,82 201 Renc. DAK 2019
3 M2.PR3.Ki S. Primer 250 40,96 165 Renc. DAK 2019
4 M2.PR4.Ki S. Primer 181 0,00 125 Renc. DAK 2019
5 M2.SR1.Ki S. Sekunder 320 24,79 24 Renc. DAK 2019
6 M2.SR2.Ki S. Sekunder 220 12,41 12 Renc. DAK 2019
7 M2.SR3.Ki S. Sekunder 120 0,00 0 Renc. DAK 2019
8 M2.SR4.Ki S. Sekunder 270 35,86 36 Renc. DAK 2019
9 M2.SR5.Ki S. Sekunder 267 17,94 18 Renc. DAK 2019
10 M2.SR6.Ki S. Sekunder 255 0,00 0 Renc. DAK 2019
11 M2.SR7.Ki S. Sekunder 231 40,96 40 Renc. DAK 2019
12 M2.SR8.Ki S. Sekunder 240 20,50 20 Renc. DAK 2019
13 M2.SR9.Ki S. Sekunder 180 0,00 0 Renc. DAK 2019
B Bendung M3
I Kanan
1 M3.PR1.Ka S. Primer 210 5,21 21 Rencana
2 M3.PR2.Ka S. Primer 80 0,00 15 Rencana
II Kiri
1 M3.PR1.Ki S. Primer 830 94,82 135 Rencana
2 M3.PR2.Ki S. Primer 370 81,54 121 Rencana
3 M3.PR3.Ki S. Primer 450 21,33 59 Rencana
4 M3.PR4.Ki S. Primer 150 0,00 38 Rencana
5 M3.SR1.Ki S. Sekunder 110 13,28 14 Rencana
6 M3.SR1a.Ki S. Sekunder 80 0,00 0 Rencana
7 M3.SR2.Ki S. Sekunder 110 9,73 10 Rencana
8 M3.SR2a.Ki S. Sekunder 85 0,00 0 Rencana
Saluran Q
No P (m) A (Ha) Status
Kode Jenis (lt/d)
9 M3.SR3.Ki S. Sekunder 170 31,06 52 Rencana
10 M3.SR4.Ki S. Sekunder 430 25,24 26 Rencana
11 M3.SR5.Ki S. Sekunder 370 21,33 21 Rencana
Sumber : Perencanaan Teknis Berbasis Spasial D.I Matawolot Kabupaten Sorong, 2019
Bangunan Bagi merupakan bangunan pada jaringan irigasi yang berfungsi untuk
membagi aliran air pada saluran irigasi baik primer maupun sekunder. Bangunan
Sadap memiliki fungsi untuk mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke
petak primer atau sekunder. Sedangkan Bangunan Bagi Sadap disamping
membagi aliran air ke saluran, juga mengalirkan air ke petak sawah.
Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat
pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada
waktu tertentu. Pada peningkatan D.I. Matawolot ini direncanakan bangunan bagi
sadap sebanyak 46 unit, yang terdiri dari 9 unit bangunan bagi, 9 unit bangunan
bagi sadap, dan 28 unit bangunan sadap. Informasi rencana pembangunan
bangunan bagi sadap pada D.I. Matawolot selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Bangunan irigasinya lainnya yang direncanakan pada D.I. Matawolot terdiri dari 1
unit gorong-gorong, dan 11 unit talang sebagaimana terinci pada tabel yang ada di
bawah ini.
5) Petak Sawah
Petak Sawah
No A (Ha) Q (lt/d)
Kode Jenis
17 M2.SB10.Ka.Ki Petak Sekunder 8,26 8
II Kiri
1 M2.SB1.Ki.Ka Petak Sekunder 6,19 6
2 M2.SB1.Ki.Ki Petak Sekunder 6,19 6
3 M2.SB2.Ki.Ka Petak Sekunder 6,22 6
4 M2.SB2.Ki.Ki Petak Sekunder 6,19 6
5 M2.SB4.Ki.Ka Petak Sekunder 8,96 9
6 M2.SB4.Ki.Ki Petak Sekunder 8,96 9
7 M2.SB5.Ki.Ka Petak Sekunder 8,96 9
8 M2.SB5.Ki.Ki Petak Sekunder 8,98 9
9 M2.SB7.Ki.Ka Petak Sekunder 10,23 10
10 M2.SB7.Ki.Ki Petak Sekunder 10,23 10
11 M2.SB8.Ki.Ka Petak Sekunder 10,24 10
12 M2.SB8.Ki.Ki Petak Sekunder 10,26 10
C Bendung Matawolot 3 (M3)
I Kanan
1 M3.PB1.Ka.Ki Petak Primer 5,21 6
II Kiri
1 M3.SB1.Ki.Ka Petak Sekunder 6,64 7
2 M3.SB1.Ki.Ki Petak Sekunder 6,64 7
3 M3.SB2.Ki.Ka Petak Sekunder 9,73 10
4 M3.SB3.Ki.Ka Petak Sekunder 12,62 13
5 M3.SB3.Ki.Ki Petak Sekunder 12,62 13
6 M3.SB4.Ki.Ka Petak Sekunder 12,62 13
7 M3.SB4.Ki.Ki Petak Sekunder 12,62 13
8 M3.SB5.Ki.Ki Petak Sekunder 21,33 21
Sumber : Perencanaan Teknis Berbasis Spasial D.I Matawolot Kabupaten Sorong, 2019
Kegiatan pada tahap pra konstruksi ini pada umumnya berisi kegiatan
perencanaan, sosialisasi, serta pengadaan lahan. Kegiatan perencanaan telah
selesai dilaksanakan, dan pada peningkatan D.I. Matawolot ini tidak ada kegiatan
pengadaan lahan. Sehingga kegiatan penyebab dampak lingkungan pada tahap ini
adalah kegiatan pemberian informasi kepada masyarakat.
b. Mekanisme kegiatan
B. TAHAP KONSTRUKSI
Prinsip dasar dalam rekruitmen tenaga kerja ini adalah dilakukan secara
profesional, yang artinya sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi yang
dipersyaratkan sebagaimana dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS).
Disamping itu juga mempertimbangkan pelibatan masyarakat setempat.
Mekanisme rekruitmen tenaga kerja akan dilakukan oleh kontraktor
pelaksana pemenang tender. Dalam RKS akan dipersyaratkan untuk
merekrut tenaga kerja lokal setempat sebagai bentuk pelibatan
masyarakat dan untuk memberikan manfaat atau dampak positif terhadap
terbukanya lapangan kerja.
a. Jenis peralatan
Jenis mesin dan peralatan konstruksi yang digunakan secara garis besar
dapat diklasfikasikan menjadi alat berat, peralatan mekanikal elektrikal,
dan alat bantu. Alat berat digunakan adalah hydraulic excavator yang
digunakan untuk pekerjaan galian. Peralatan mekanikal elektrikal yang
digunakan antara lain generator set (genset), mixer, air compressor, water
pump, peralatan safety (sepatu, helm, rompi, makser, sarung tangan) dan
lain sebagainya. Selain itu digunakan alat bantu dan alat manual seperti
ganco, cangkul, kereta dorong, cetok, martil, parang, linggis, waterpass,
amplas, kuas, gergaji, tang, amplas, bor kayu, serta alat bantu dan alat
manual lainnya.
b. Jenis material
c. Alat angkut
Truck dan dump truck digunakan untuk mengangkut material dan bahan
konstruksi, flat bed/low bed truck digunakan untuk mengangkut alat berat
agar tidak merusak badan jalan, dan water truck digunakan untuk
mengangkut air bersih yang diperlukan selama tahap konstruksi.
d. Rute mobilisasi
Mobilisasi peralatan dan material ini direncanakan melalui jalur darat yang
melalui Jalan Poros Majener yang menghubungkan wilayah perkotaan
Kabupaten Sorong, Kota Sorong dan Distrik Salawati, serta wilayah distrik
lainnya di Kabupaten Sorong.
a. Base Camp
Pada kegiatan pengerahan tenaga kerja ini air bersih digunakan untuk
sarana sanitasi dan kebutuhan air minum 60 orang tenaga kerja. Kriteria
kebutuhan air untuk sanitasi diasumsikan sebesar 60 liter/orang/hari dan
untuk air minum sebesar 2 liter/orang/hari. Dengan menggunakan asumsi
bahwa jumlah tenaga kerja pada saat kondisi puncak (peak) sebanyak 50
orang tenaga kerja, maka kebutuhan air yang diperlukan untuk sanitasi
diprakirakan sebesar 3.000 liter/hari (3 m3/hari), sedangkan untuk air
minum diprakirakan sebesar 100 liter/hari (0,1 m3), sehingga kebutuhan
total air bersih untuk tenaga kerja konstruksi sebesar 3,1 m3/hari. Neraca
air pada tahap konstruksi ditampilkan pada gambar berikut.
Loss 20%
Water Air Bersih Tandon Air Air Bersih Air Limbah Tangki
Tank MCK
Truck 3,0 m3/hari 1 unit, 4000 L 3,0 m3/hari 2,4 m3/hari Septik
Limbah cair domestik dihasilkan dari sisa penggunaan air bersih oleh
tenaga kerja, yang bersumber dari sarana MCK. Limbah cair domestik
yang dihasilkan diprakirakan sebesar 2,4 m3/hari (80% dari penggunaan
air bersih). Pengelolaan limbah cair domestik dari pengerahan tenaga
kerja konstruksi direncanakan dengan penyediaan tangki septik sementara
(temporary septic tank) yang ada pada bangunan MCK sementara. Air
limpasan dari tangki septik ini selanjutnya meresap ke tanah. Sedangkan
lumpur tinja pada tangki septik dilakukan penyedotan berkala pada melalui
kerjasama dengan perusahaan penyedot lumpur tinja.
a. Pembersihan lahan
b. Pengaturan elevasi
1) Pekerjaan galian
2) Pekerjaan timbunan
Lokasi yang diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran sampah dan
sebagainya. Jika mempergunakan bahan timbunan dengan material
hasil galian atau dengan mendatangkan dari sekitar lokasi sesuai
petunjuk Pemrakarsa, maka harus memiliki persyaratan : 1) Tanah
harus bersih dan tidak mengandung akar, kotoran dan bahan organik
lain, 2). Terlebih dahulu harus diadakan test dari laboratorium, dan
harus tertulis serta diketahui oleh Pemrakarsa. Pada daerah timbunan
yang basah, Kontraktor harus membuat saluran-saluran drainase
sementara untuk mengeringkan lokasi tersebut.
3) Pekerjaan pemadatan
5. Demobilisasi Peralatan
a. Demobilisasi peralatan
6. Uji Coba
Setelah semua peralatan terpasang dengan benar dan lengkap, dan telah
dilakukan pemeriksaaan dan pengujian sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan,
selanjutnya memasuki tahap uji coba atau commissioning. Uji coba dilakukan
untuk menilai kinerja pengaliran air irigasi dengan membandingkan parameter
operasi pada perencanaan, yaitu kuantitas dan kualitas air irigasi. Tujuan dari
commissioning adalah menilai keandalan jaringan irigasi, serta memberikan
rekomendasi dan perbaikan apabila terdapat ketidaksesuaian untuk
operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi.
a. System cleaning
b. Commissioning test
Commissioning test ini berupa uji coba pengaturan air, yang mencakup
operasional intake, operasional bangunan pembilas, operasional kantong
lumpur, pengaliran air, operasional pintu air pada bangunan bagi sadap,
dan pembuangan air irigasi ke badan air penerima.
C. TAHAP OPERASI
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap operasi secara garis besar terdiri
dari kegiatan operasional jaringan irigasi, dan kegiatan pemeliharaan jaringan
irigasi. Pelaksanaan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi ini berpedoman
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 12/PRT/M/2015
Tentang Eksploitasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Uraian kegiatan yang
menjadi sumber dampak pada tahap operasi adalah sebagai berikut.
a. Operasional intake
Apabila pintu pengambilan lebih dari satu buah maka selama operasi
berlangsung tinggi bukaan pintu harus sama besar, kecuali ada salah satu
pintu yang sedang diperbaiki. Pada waktu banjir atau kandungan endapan
di sungai terlalu besar, pintu bangunan pengambilan harus ditutup dan
pengaliran air di saluran dihentikan. Kalau di depan pintu pengambilan di
pasang saringan sampah, pembersihan sampah dilakukan setelah pintu
pengambilan ditutup.
Pada cara ini semua pintu pembilas ditutup. Hanya jumlah air yang
diperlukan saluran yang dialirkan ke dalam kantong pembilas,
selebihnya dialirkan di bagian lain dari bangunan utama. Kecepatan air
di dalam kantong pembilas dengan demikian akan rendah, oleh karena
itu jumlah air yang masuk ke dalamnya kecil dan menyebabkan air
yang masuk ke saluran relatif bersih.
Pada cara ini air dialirkan ke dalam kantong pembilas lebih besar dari
debit yang dialirkan ke dalam saluran. Kelebihan air dialirkan ke hilir
melalui pintu pembilas yang dibuka sebagian. Aliran air yang masuk ke
dalam kantong pembilas dengan demikian akan terbagi dua lapisan.
Lapisan atas mengalir ke saluran melalui pintu pengambilan,
sedangkan lapisan bawah dialirkan ke hilir melalui bukaan pintu
pembilas.
1) Pengurasan berkala
Agar di saat banjir air di hilir bendung tidak masuk ke dalam kantong
lumpur melalui pintu penguras, dasar kantong lumpur harus lebih
tinggi dan muka air di hilir bendung atau pada saat muka air di hilir
bendung lebih tinggi dan dasar kantong lumpur, pintu penguras ditutup
dan kalau perlu pengaliran air ke saluran dihentikan.
Apabila alur sungai pindah dan kantung pembilas, operasi kolam semi
tenang dilaksanakan agar arus kembali menuju kantong pembilas.
Pada bangunan pembilas yang dilengkapi bangunan pembersih
lumpur, debit sisa dapat diarahkan melalui bangunan tersebut
sehingga akan terjadi pembilasan yang terus menerus dengan
kecepatan antara 2,0 sampai 2,5 m/det untuk membilas lumpur dari
3,0 sampai 4,0 m/det untuk membilas pasir dan kerikil. Pada saat
tersebut, pintu pembilas dibuka sesuai dengan kebutuhan, agar
kecepatan tersebut di atas tercapai. Air yang mengalir di atas lantai
atas bangunan pembersih lumpur, masuk kedalam saluran
sedangkan debit sisa dialirkan melalui bukaan pintu pembilas sungai
atau melimpas di atas mercu bendung. Apabila pada bangunan
pembilas tidak dilengkapi dengan bangunan pembersih lumpur, akan
terjadi pengendapan di dalam kantong pembilas. Pengendapan
sedimen ini diharapkan sampai mencapai ketinggian 30 sampai 50 cm
diawal ambang pintu pengambilan, kemudian dilakukan pembilasan
dengan menutup pengambilan dan membuka pintu pembilas.
Kondisi semacam ini hampir terjadi setiap tahun dan debit sungai
mencapai banjir periode 20 tahun. Pengoperasian pintu harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah endapan masuk kedalam
saluran dan terlampau banyak terjadi pengendapan di kantong
pembilas. Apabila dalam pengamatan kegiatan operasi kolam tenang
dapat berfungsi dengan baik, maka kegiatan ini dapat diteruskan
bersamaan dengan pembilas endapan pada kantong pembilas.Apabila
ada bangunan pembersih lumpur, pintu pembilas dapat dioperasikan
sebagaimana pada pengoperasian debit normal. Bila memungkinkan
debit sungai melalui pembilas sungai, dengan debit pembilas sungai
dibuat lebih besar dan pada debit saluran ditambah debit pembilas
atau Vs / Vp>1.
Pada saat banjir seperti ini, kandungan sedimen sangat tinggi dan
dianjurkan pintu pengambilan ditutup penuh serta membuka pintu
kantong pembilas dan pintu pembilas sungai (jika ada) untuk
menghindari sedimen masuk ke dalam saluran. Pada saat itu air irigasi
tidak diperlukan di sawah dan cukup dengan air hujan. Setelah banjir
surut dan kandungan sedimen mulai rendah atau dalam batas
toleransi, pintu pengambilan dapat dibuka.Untuk mengetahui kapan
pintu pengambilan boleh ditutup dan sebagainya, pada saat banjir
sebaiknya diambil contoh air dan sungai dan saluran untuk dianalisa
kandungan endapannya.
Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus oleh dinas yang membidangi
irigasi, anggota/ pengurus P3A/GP3A/IP3A, Kelompok Pendamping
Lapangan dan seluruh masyarakat setempat. Setiap kegiatan yang dapat
membahayakan atau merusak jaringan irigasi dilakukan tindakan
pencegahan berupa pemasangan papan larangan, papan peringatan atau
perangkat pengamanan lainnya.
1) Tindakan Pencegahan
– Petugas pengelola irigasi mengontrol patok-patok batas tanah
pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.
– Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan
instansi terkait tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.
2) Tindakan Pengamanan
– Membuat bangunan pengamanan ditempat-tempat yang
berbahaya, misalnya : disekitar bangunan utama, siphon, ruas
saluran yang tebingnya curam, daerah padat penduduk dll.
– Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul
saluran berupa portal, patok.
b. Pemeliharaan Rutin
c. Pemeliharaan Berkala
d. Penanggulangan/Perbaikan Darurat
Kondisi iklim di lokasi D.I. Matawolot dan lokasi disekitarnya memiliki kondisi
iklim yang relatif sama dengan kondisi iklim di Provinsi Papua Barat, yaitu beriklim
hutan hujan tropis dengan curah hujan yang tinggi dan terjadi hujan sepanjang tahun.
Menurut data dari Stasiun Geometeorogi dan Geofisika Sorong tahun 2019, curah
hujan tercatat sebesar 2.223,4 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 141 hari. Pada
tahun ini nampaknya curah hujan tidak dipengaruhi oleh angin muson, karena curah
hujan pada bulan Desember dan Januari kurang 100 mm, sedangkan curah hujan
pada bulan April, Juni, dan Oktober cukup tinggi, yaitu masing-masing 333,9 mm,
362,0 mm, dan 360,2 mm.
Tabel 2.8 Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Stasiun Geometeorologi dan
Geofisika Sorong Tahun 2019
Curah Hujan
Bulan Hari Hujan (Hari)
(mm)
Januari 97,1 10
Februari 134,7 12
Maret 118,1 9
April 333,9 13
Mei 193,7 9
Juni 362,0 17
Juli 298,4 19
Agustus 141,1 12
September 76,7 7
Oktober 360,2 17
November 25,8 4
Desember 81,7 12
Jumlah 2.223,4 141
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020
Rata-rata suhu minimal tercatat sebesar 24,4 0C dan suhu tertinggi sebesar
31,20C, dengan rata-rata suhu tahunan sebesar 27,20C. Jika dilihat dari
kelembabannya, rata-rata kelembaban minimal sebesar 79,0%, dan rata-rata
kelembaban minimum sebesar 93,1%,, dengan rata-rata kelembaban dalam setahun
sebesar 85,2%, sehingga wilayah ini cenderung basah.
Tabel 2.9 Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Stasiun Geometeorologi
dan Geofisika Sorong Tahun 2019
Suhu (0C) Kelembaban (%)
Bulan
Min Max Ave Min Max Ave
Januari 25,0 31,6 27,9 76,0 92,0 83,1
Februari 24,7 31,3 27,6 74,0 92,0 81,6
Maret 24,7 31,6 27,8 76,0 91,0 81,5
April 25,0 32,0 27,9 75,0 92,0 85,1
Mei 24,9 31,7 27,8 80,0 95,0 86,2
Juni 24,4 30,7 26,7 84,0 94,0 89,6
Juli 23,6 29,6 25,6 83,0 97,0 89,7
Agustus 23,6 29,7 25,9 84,0 96,0 88,5
September 23,2 30,8 26,2 81,0 93,0 84,8
Oktober 24,0 31,0 26,8 83,0 93,0 88,0
November 24,5 32,4 28,0 77,0 91,0 82,7
Desember 24,7 32,4 28,0 75,0 91,0 81,7
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020
2.2.1.2 Topografi
Distrik Salawati terletak pada ketinggian 0-25 mdpl pada wilayah sebelah barat
(mengarah ke pantai) dan 25-100 mdpl pada daerah timur, serta sedikit wilayah di
bagian utara yang memiliki ketinggian 100-500 mdpl. Tingkat kelerengan lahannya
juga bervariasi, dari yang relatif datar, dan sedikit curam. Peta topografi wilayah
Kabupaten Sorong dapat dilihat pada Gambar 2.5.
2.2.1.3 Geologi
2.2.1.4 Hidrologi
Kondisi hidrologi Kabupaten Sorong jika dilihat dari pola aliran sungai terdiri
dari sungai-sungai yang mengalir ke utara (Samudera Pasifik) dan ke selatan (Laut
Seram). Salah satu sungai yang mengalir ke arah utara dan berukuran relatif besar
adalah Sungai Warsamson, dengan panjang 134,12 km. Sementara itu, sungai-sungai
yang mengalir ke arah selatan dan relatif besar antara lain Sungai Klabra yang
panjangnya sebesar 287,26 km dan Sungai Beraur yang memiliki panjang sebesar
114,61 km.
Tabel 2.12 Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Sorong
Panjang Panjang Panjang
No Nama Sungai No Nama Sungai No Nama Sungai
(km) (km) (km)
1 Beraur 114,61 8 Klafama 30,04 15 Waibin 17,20
2 Gajah Besar 13,79 9 Klasegun 44,72 16 Waisalawatol 30,65
3 Klabra 287,26 10 Klasigit 30,75 17 Waisibit 19,10
4 Katimin 11,13 11 Klasof 13,88 18 Wakanwai 13,30
5 Katapop 17,69 12 Makbalim 12,20 19 Wakemuk 12,89
6 Klabetur 27,37 13 Mega 55,00 20 Warsamson 134,12
7 Kladjari 27,27 14 Seremuk 72,13 21 Wasinsion 12,47
Data kualitas air permukaan diperoleh dari hasil pengambilan sampel air
permukaan, selanjutnya dilakukan pengujian pada laboratorium penguji yang telah
terakreditasi secara nasional. Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada Bendung
Matawolot eksisting dan S. Matawolot. Hasil pengujian kualitas air permukaan
disampaikan pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel hasil pengujian sampel tersebut dapat diketahui bahwa pada
parameter fisika, semua parameter di dua lokasi pemantauan masih memenuhi baku
mutu kualitas air permukaan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, untuk air Kelas
III. Sedangkan pada parameter kimia terlihat bahwa parameter DO di lokasi Sungai
Matawolot telah melebihi baku mutu.
Jumlah penduduk di Distrik Salawati pada tahun 2019 tercatat sebesar 12.185
jiwa penduduk, yang terdiri dari 6.457 jiwa penduduk laki-laki dan 5.728 jiwa penduduk
perempuan. Besarnya sex ratio adalah 112,73%, jumlah penduduk laki-laki 12-13 jiwa
lebih banyak dari 100 penduduk perempuan. Dibawah ini data yang merinci jumlah
penduduk di Distrik Salawati menurut kelompok umur.
Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Distrik
Salawati Tahun 2019
Kelompok Jenis Kelamin
Jumlah Sex Ratio
Umur Laki-Laki Perempuan
0–4 569 563 1132 101,07
5–9 636 597 1233 106,53
10 – 14 639 589 1228 108,49
15 – 19 520 447 967 116,33
20 – 24 429 378 807 113,49
25 – 29 509 491 1000 103,67
30 – 34 524 490 1014 106,94
35 – 39 491 441 932 111,34
40 – 44 476 340 816 140,00
45 – 49 365 341 706 107,04
50 – 54 343 335 678 102,39
55 – 59 327 277 604 118,05
60 – 64 251 177 428 141,81
65 – 69 155 114 269 135,96
70 – 74 101 68 169 148,53
75 + 122 80 202 101,07
Jumlah 6.457 5.728 12.185 112,73
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020
Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di Distrik Salawati memiliki skala
lingkungan, dimana pada tahun 2019 terdapat 2 unit pasar permanen yang terletak di
Kampung Matawolot dan Kampung Majaran, serta 1 unit pasar semi permanen di
Kampung Majaran. Di wilayah distrik ini belum terlayani oleh minimarket atau
swalayan. Data sarana perdagangan tiap desa disajikan pada tabel berikut.
Untuk sarana akomodasi, pada wilayah Distrik Salawati memiliki 1 unit rumah
makan/restoran yang terletak di Kampung Majaran, serta 40 unit warung/kedai makan
yang tersebar di seluruh kampung kecuali di Distrik Katinim. Di wilayah distrik ini belum
tersedia hotel atau penginapan. Data sarana akomodasi di Distrik Salawati pada tahun
2019 disampaikan pada tabel berikut.
2.2.3.3 Transportasi
Untuk menjangkau wilayah Distrik Salawati, dari wilayah Kota Sorong atau
perkotaan Kabupaten Sorong menggunakan akses Jalan Poros Majener. Jalan ini
merupakan jalan akses yang menghubungkan beberapa wilayah distrik di Kabupaten
Sorong. Untuk jalan lingkungan kondisinya bervariasi, dengan perkerasan aspal atau
tanah. Di bawah ini adalah kondisi jalan di Distrik Salawati pada tahun 2019.
Tabel 2.17 Jalan Darat Antar Kampung/Kelurahan di Distrik Salawati Tahun 2019
Jenis Permukaan Jalan
Dapat Dilalui Kendaraan
Kampung/ (1 = Aspal/Beton,
No Bermotor Roda 4 atau
Kelurahan 2 = Diperkeras, 3 = Tanah,
Lebih *
4 = Lainnya)
1 Matawolot 2 1
2 Katinim 2 1
3 Majener 1 1
4 Malaus 1 1
5 Walal 2 2
6 Majaran 1 1
7 Rawasugi 2 1
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020
Karakter umum penduduk asli Pulau Papua memiliki dialek asli bernada tinggi
(bukan berarti marah) dan terkenal ramah terhadap orang asing, dimana sering
menyapa setiap bertemu meskipun belum mengenal satu sama lain. Penduduk asli
sangat mengutamakan keluarga diatas segala-galanya, dan mempunyai rasa
persatuan yang kuat dengan sesama penduduk asli, serta ikatan emosi yang kuat
dengan budaya dan tanah asalnya. Pada wilayah pedalaman, masyarakat Pulau
Papua lebih suka menyelesaikan suatu permasalahan dengan hukum adat
dibandingkan dengan hukum pidana atau perdata. Jika negosiasi antara pihak yang
bermasalah tidak mencapai kesepakatan bersama, keputusan akhir adalah perang
adat.
Dalam interaksi sosial, proses sosial yang terjadi lebih bersifat asosiatif. Proses
sosial asosiatif ini merupakan bentuk hubungan postif yang terjadi dalam masyarakat.
Proses ini bersifat membangun serta mempererat atau memperkuat hubungan jalinan
solidaritas dalam kelompok masyarakat untuk menjadi satu kesatuan yang lebih erat.
Proses asosiatif ini ditunjukkan dalam bentuk kerjasama dan gotong royong antar
anggota masyarakat di wilayah studi dalam berbagai kegiatan.
Dalam dinamika sosial yang terjadi, proses disosiatif juga terjadi selama proses
interaksi, seperti adanya persaingan dan pertentangan. Tetapi hal tersebut dapat
kendalikan dan diredam dengan cara kekeluargaan atau musyawarah. Kepemimpinan
sosial seperti kepala suku atau tokoh masyarakat memegang peranan penting dalam
penyelesaian konflik tersebut.
Sumber kebutuhan air bersih untuk keperluan minum pada semua Kampung di
Distrik Salawati diperoleh dari air hujan yang ditampung. Sedangkan untuk keperluan
MCK, disamping dari hasil tampungan air hujan, masyarakat juga memanfaatkan air
sungai, menggunakan sumur, dan sumur bor.
Tabel 2.20 Mata Air dan Asal Sumber Air Untuk Minum, Mandi, dan Cuci di Distrik
Salawati Tahun 2019
Kampung/ Asal Sumber Air
No Mata Air
Kelurahan Untuk Minum Untuk Mandi/Cuci
1 Matawolot Tidak ada Air Hujan Sungai/danau
2 Katinim Ada, dikelola Air Hujan Air Hujan
3 Majener Tidak ada Air Hujan Air Hujan
4 Malaus Tidak ada Air Hujan Sumur bor
5 Walal Ada, dikelola Air Hujan Sumur
6 Majaran Tidak ada Air Hujan Air Hujan
7 Rawasugi Ada, dikelola Air Hujan Sumur bor
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020
Distrik Salawati telah memiliki jamban sendiri. Pada aspek drainase, pengaliran air
hujan pada saluran drainase dan sebagian masuk pada tanah terbuka sebagaimana
yang ada di Kampung Walal dan Kampung Rawasugi. Dibawah ini ditampilkan tabel
yang menggambarkan kondisi pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah, dan
draianse lingkungan pada tiap kampung di Distrik Salawati.
Tabel 2.21 Fasilitas Tempat Buang Sampah, Fasilitas Buang Air Besar, dan Tempat
Pembuangan Limbah Sebagian Besar Keluarga di Distrik Salawati Tahun
2019
Tempat
Kampung/ Fasilitas Buang
Tempat Buang Sampah Pembuangan
Kelurahan Air Besar
Limbah
1 Matawolot Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Drainase
2 Katinim Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Drainase
3 Majener Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Drainase
4 Malaus Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Drainase
5 Walal Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Lubang/tanah
6 Majaran Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Drainase
7 Rawasugi Dalam lubang atau dibakar Jamban sendiri Lubang/tanah
Sumber : Kecamatan Salawati Dalam Angka, 2020