Anda di halaman 1dari 31

Perencanaan Penyusunan Database

Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

4.1 KONDISI FISIK


4.1.1 ADMINISTRASI DAN GEOGRAFI
Kota Mojokerto merupakan salah satu wilayah administrasi kota di Provinsi
Jawa Timur yang terletak pada posisi koordinat 7°27’0,16” sampai dengan 7°29’37,11”
Lintang Selatan serta 112°24’14,3” sampai dengan 112°27’24” Bujur Timur. Luas
wilayah Kota Mojokerto adalah 20,21 km2, yang terbagi dalam 3 (tiga) wilayah
kecamatan, yaitu Kecamatan Prajurit Kulon, Kecamatan Magersari, dan Kecamatan
Kranggan. Wilayah ini meliputi 18 kelurahan, yang terdiri dari 6 wilayah kelurahan di
Kecamatan Prajurit Kulon, 6 wilayah kelurahan di Kecamatan Magersari, dan 6 wilayah
kelurahan di Kecamatan Kranggan.

Adapun batas-batas wilayah administrasi Kota Mojokerto dalam 4 penjuru arah


mata angin adalah sebagai berikut ini :
• Sebelah utara : Sungai Brantas
• Sebelah timur : Kecamatan Mojoanyar dan Kecamatan Puri Kabupaten
Mojokerto
• Sebelah selatan : Kecamatan Sooko dan Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto
• Sebelah barat : Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto

Persentase luas wilayah masing-masing kecamatan terhadap Kota Mojokerto


adalah 36,66% untuk Kecamatan Prajurit Kulon, 39,99% untuk Kecamatan Magersari
dan 23,36% untuk Kecamatan Kranggan. Luas wilayah masing-masing keluarahan di
Kota Mojokerto selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.

Laporan Akhir 4-1


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kelurahan di Kota Mojokerto


Luas Wilayah Persentase
No Kelurahan
(km2) (%)
A Prajurit Kulon 7,41 36,66
1 Surodinawan 1,44 7,1
2 Prajurit Kulon 1,38 6,81
3 Blooto 2,11 10,45
4 Mentikan 0,39 1,94
5 Kauman 0,26 1,27
6 Pulorejo 1,84 9,08
B Magersari 8,08 39,99
1 Gunung Gedangan 1,88 9,28
2 Kedundung 2,61 12,93
3 Balongsari 0,98 4,83
4 Gedongan 0,22 1,1
5 Magersari 0,69 3,41
6 Wates 1,71 8,44
C Kranggan 4,72 23,36
1 Kranggan 1,29 6,38
2 Meri 1,92 9,48
3 Jagalan 0,26 1,27
4 Miji 0,83 4,09
5 Sentanan 0,19 0,93
6 Purwotengah 0,25 1,21
Kota Mojokerto 20,21 100,00
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2019

4.1.2 GEOGRAFI
Kota Mojokerto terletak pada jalur transportasi regional lintas selatan yang
menghubungkan Surabaya–Jogjakarta–Jakarta. Kota Mojokerto memiliki posisi
strategis dalam mendukung pengembangan kegiatan pembangunan di Jawa Timur,
secara khusus menjadi penyangga bagi Kota Surabaya yang merupakan pusat
kegiatan ekonomi dan pemerintahan provinsi Jawa Timur.

Peran Kota Mojokerto dalam kerangka pengembangan Gerbangkertosusila


sangat strategis, karena akses ke Surabaya yang hanya berjarak 52 km, cukup
memadai dalam hal sarana dan prasarana seperti jalan antar kota, prasarana angkutan
antar kota dan sebagainya. Hal inilah yang dapat memacu perputaran ekonomi di Kota
Mojokerto. Secara regional, Kota Mojokerto berperan utama sebagai pusat aktivitas
ekonomi dan jasa bagi wilayah belakangnya (hinterland), yaitu Kabupaten Mojokerto,
masyarakat di wilayah perbatasan Jombang, Gresik, Sidoarjo dan Lamongan.

Laporan Akhir 4-2


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Gambar 4.1 Peta Wilayah Administras Kota Mojokerto

Laporan Akhir 4-3


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

4.1.3 KLIMATOLOGI
Sebagaimana pada wilayah lain yang ada di Provinsi Jawa Timur, kondisi iklim
di Kota Mojokerto adalah iklim tropis basah dengan musim hujan dan musim kemarau
yang seimbang. Pembagian iklim tersebut merupakan pembagian menurut iklim
matahari, yang didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima
permukaan bumi. Dalam hal ini wilayah Indonesia terletak di garis khatulistiwa,
sehingga pancaran sinar matahari lebih banyak diterima permukaan bumi daripada
iklim yang lainnya.

Pada wilayah yang memiliki iklim tropis, perbedaan antara rata-rata suhu
minimal dan rata-rata suhu maksimal relatif kecil. Berdasarkan data tahun 2018, suhu
maksimum berkisar antara 31,30 0C - 35,40 0C dan suhu minimum berkisar antara
19,57 0C - 24,43 0C, sedangkan suhu rata-rata berkisar antara 25,80 0C - 28,30 0C
(Gambar 4.2). Rata-rata kelembaban yang terjadi selama setahun dalam tahun 2018
berkisar antara 72% - 84%. Data mengenai suhu udara dan kelembaban udara di Kota
Mojokerto menurut bulan pada tahun 2018 terinci pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Suhu dan Kelembaban Udara di Kota Mojokerto Tahun 2018
Suhu Udara Kelembaban Udara
No Bulan Rata- Rata-
Min Max Min Max
rata rata
1 Januari 31,40 24,38 27,20 98 55 82
2 Februari 31,40 23,60 26,90 98 43 83
3 Maret 31,30 23,59 26,90 98 50 84
4 April 32,20 23,62 27,40 98 33 78
5 Mei 33,20 22,32 27,30 98 43 76
6 Juni 33,00 21,87 26,90 98 44 75
7 Juli 32,70 19,97 25,90 98 40 74
8 Agustus 32,90 19,57 25,80 98 42 74
9 September 34,50 20,55 27,00 98 30 72
10 Oktober 35,40 21,94 28,20 98 34 72
11 November 33,90 23,90 28,30 98 42 79
12 Desember 32,70 24,43 27,70 98 56 83
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2019

Curah hujan yang terjadi pada tahun 2018 tercatat sebesar 2.034,9 mm dengan
jumlah hari hujan sebanyak 77 hari. Pada tahun 2018 musim hujan terjadi pada bulan
November – April dengan curah hujan tertinggi yang terjadi pada bulan Desember
(662,2 mm). Sedangkan pada musim kemarau terjadi pada bulan Mei – Oktober,
dimana pada bulan tersebut persentase penyinaran matahari cenderung tinggi.

Laporan Akhir 4-4


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Gambar 4.2 Grafik Suhu Menurut Bulan di Kota Mojokerto Tahun 2018

Data mengenai jumlah hari hujan, curah hujan, penyinaran matahari, dan
radiasi matahari selengkapnya ditampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hari Hujan, Curah Hujan, Penyinaran Matahari, dan Radiasi Matahari di
Kota Mojokerto Tahun 2018
Hari Hujan Curah Hujan Penyinaran Radiasi
No Bulan
(hari) (mm) Matahari (%) Matahari
1 Januari 13 195,8 55,6 14,7
2 Februari 19 460,2 48,6 16,7
3 Maret 11 212,2 65,1 16,1
4 April 9 196,2 92,8 20,3
5 Mei - - 91,0 18,2
6 Juni 1 13,6 53,9 17,4
7 Juli - - 81,9 17,1
8 Agustus - - 95,2 16,6
9 September - - 94,7 17,7
10 Oktober - - 85,1 18,2
11 November 11 294,7 71,7 17,2
12 Desember 13 662,2 52,1 39,0
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2019

4.1.4 TOPOGRAFI
Dilihat dari ketiggian wilayahnya, Kota Mojokerto terletak pada ketinggian
antara 18,75 – 25 mdpl dengan rata-rata ketinggian 22 mdpl. Sebagian besar
wilayahnya berada pada ketinggian 18,75 mdpl sedangkan lainnya pada kisaran 25
mdpl. Berdasarkan tingkat kemiringan lahannya, besarnya kemiringan lahan pada
wilayah Kota Mojokerto berkisar antara 0-20%. Dengan melihat kondisi topografi
tersebut maka bentang alam Kota Mojokerto merupakan wilayah dataran rendah.

Laporan Akhir 4-5


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Gambar 4.3 Peta Ketinggian Kota Mojokerto

Laporan Akhir 4-6


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Gambar 4.4 Peta Kemiringan Kota Mojokerto

Laporan Akhir 4-7


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

4.1.5 GEOLOGI
Kondisi lapisan batuan yang terdapat di Kota Mojokerto sebagian besar
merupakan seri batuan Aluvium, Plistosen Fasies Sedimen dan Alluvium Fasies
Gunung Api. Jenis aluvium mendominasi disebagian besar wilayah di Kota Mojokerto
seluas 980,36 Ha, Plistosen Fasies Sedimen seluas 223,40 Ha terdapat di Kelurahan
Gunung Gedangan dan Kedundung, Alluvium Fasies Gunung Api seluas 442,79 Ha
meliputi Kelurahan Surodinawan, Miji, Prajurit Kulon, Blooto, Mentikan, Kauman,
Pulorejo, Jagalan, Sentanan, Purwotengan dan Magersari. Jenis tanah di Kota
Mojokerto yaitu berupa Grumosol kelabu tua dan Asosiasi aluvial kelabu dan aluvial
coklat kekuningan. Data geologi Kota Mojokerto dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Geologi Kota Mojokerto


Luas (Ha)
No Kelurahan Plistosen,
Alluvium
Alluvium Facies Total
Fasies
Sedimen
A Prajurit Kulon 294,85 - 328,51 623,36
1 Surodinawan - - 145,88 145,88
2 Prajurit Kulon 11,53 - 108,00 119,53
3 Blooto 123,86 - 54,21 178,07
4 Mentikan 5,67 - 13,23 18,90
5 Kauman 11,44 - 7,19 18,63
6 Pulorejo 142,35 - - 142,35
B Magersari 431,31 223,40 6,85 661,56
1 Gunung Gedangan 104,62 65,83 - 170,45
2 Kedundung 71,01 157,57 - 228,58
3 Balongsari 82,86 - - 82,86
4 Gedongan 14,55 - 0,13 14,68
5 Magersari 26,17 - 6,72 32,89
6 Wates 132,10 - - 132,10
C Kranggan 254,2 - 107,42 361,62
1 Kranggan 51,36 - 61,95 113,31
2 Meri 164,84 - - 164,84
3 Jagalan 13,44 - 3,11 16,55
4 Miji 17,74 - 21,86 39,60
5 Sentanan - - 13,85 13,85
6 Purwotengah 6,82 - 6,65 13,47
Kota Mojokerto 980,36 223,40 442,78 1,646,54
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2019

Peta geologi dan jenis tanah di wilayah Kota Mojokerto dapat dilihat pada
Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.

Laporan Akhir 4-8


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Gambar 4.5 Peta Geologi Kota Mojokerto

Laporan Akhir 4-9


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Gambar 4.6 Peta Jenis Tanah Kota Mojokerto

Laporan Akhir 4-10


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

4.1.6 HIDROLOGI
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Nomor 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria Dan Penetapan Wilayah Sungai, wilayah Kota
Mojokerto termasuk dalam Wilayah Sungai (WS) Brantas, dengan Kode WS 02.17.A3
(Gambar 4.7 dan Gambar 4.8), dimana wilayah sungai tersebut merupakan salah satu
Wilayah Sungai Strategis Nasional. WS Brantas tersebut mencakup 220 Daerah Aliran
Sungai (DAS). Secara keseluruhan, wilayah Kota Mojokerto merupakan bagian dari
DAS Brantas.

Wilayah Kota Mojokerto dilalui oleh beberapa sungai besar, antara lain Sungai
Brantas, Sungai Brangkal, Sungai Sadar, Sungai Cemporat, Sungai Ngrayung, Watu
Dakon, Sungai Ngotok/Pulo. Sungai-sungai tersebut memegang peranan penting
dalam sistem hidrologi di Kota Mojokerto dengan segala potensi permasalahan yang
ada didalamnya. Konsekuensi dari wilayah yang dilewati beberapa sungai ini adalah
genangan di Kota Mojokerto yang tidak hanya disebabkan oleh frekuensi hujan lokal
namun juga hujan yang terjadi di wilayah upstream DAS yang ada. Data panjang dan
karakteristik sungai tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5. Sedangkan Peta Hidrologi
Kota Mojokerto dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Tabel 4.5 Nama Sungai yang Melintasi Kota Mojokerto


Panjang
No Nama Sungai Karakteristik
(m)
1 Sungai Brantas 11.088,661 Bertanggul
2 Sungai Brangkal 7.616,542 Bertanggul
3 Sungai Sadar 7.860,713 Bertanggul
4 Sungai Cemporat 1.874,852 Bertanggul
5 Sungai Ngrayung 3.818,769 Bertanggul
6 Sungai Watu Dakon 4.211,452 Bertanggul
7 Sungai Ngotok/Pulo 4.902,914 Bertanggul
Sumber : RTRW Kota Mojokerto 2012 - 2032

Potensi kuantitas air tanah di wilayah Kota Mojokerto telah dilakukan dalam
Studi Potensi Air Bawah Tanah atau dalam Neraca Air Tanah, jumlah air tanah yang
masuk meliputi presipitasi dan kembalian penggunaan air sebesar ± 359.865.971,892
m3/tahun sedangkan jumlah air tanah yang hilang meliputi evapotranspirasi, aliran
sungai, penggunaan air tanah domestik dan non domestik sebesar ± 290.431.808.830
m3/tahun sehingga terdapat cadangan air tanah yang tersimpan sebesar ±
69.434.163.061 m3/tahun.

Laporan Akhir 4-11


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Gambar 4.7 Peta WS di Provinsi Jawa Timur

Laporan Akhir 4-12


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Gambar 4.8 Peta WS Brantas

Laporan Akhir 4-13


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Gambar 4.9 Peta Hidrologi Kota Mojokerto

Laporan Akhir 4-14


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

4.1.7 PENGGUNAAN LAHAN


Penggunaan lahan di Kota Mojokerto secara garis besar dapat diklasifikasikan
menjadi lahan sawah dan lahan bukan sawah. Lahan sawah di Kota Mojokerto terdiri
dari sawah irigasi teknis (500,78 Ha) dan sawah tadah hujan (80,0 Ha). Sedangkan
penggunaan lahan bukan sawah terdiri dari penggunaan untuk pekarangan, bangunan,
halaman (1.234,84%), penggunaan untuk tegal, kebun, ladang, huma (123,42 Ha) dan
lahan bukan sawah lainnya (114,62 Ha). Persebaran sawah irigasi terdapat di
beberapa kelurahan diantaranya Kelurahan Surodinawan, Prajurit, Blooto di
Kecamatan Prajurit Kulon; Kelurahan Gunung Gedangan, Kedundung, Balongsari, dan
Wates di Kecamatan Magersari; serta Kelurahan Kranggan dan Meri di Kecamatan
Kranggan. Luas penggunaan lahan di Kota Mojokerto selengkapnya disajikan pada
Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Penggunaan Lahan di Kota Mojokerto Tahun 2018


Luas (Ha)
Tegal, Lahan
No Kelurahan Sawah Pekarangan,
Sawah kebun, bukan
irigasi bangunan,
tadah hujan ladang, sawah
teknis halaman
huma lainnya
A Prajurit Kulon 208,92 80,00 235,30 123,07 35,42
1 Surodinawan 38,87 - 91,03 33,24 4,69
2 Prajurit Kulon 41,52 - 46,97 8,45 3,27
3 Blooto 118,53 - 57,80 38,23 3,29
4 Mentikan - - - - -
5 Kauman - - - - -
6 Pulorejo 10,00 80,00 39,50 43,15 24,17
B Magersari 228,81 - 364,47 0,15 27,54
1 Gunung Gedangan 54,81 - 93,23 - 4,37
2 Kedundung 127,50 - 115,70 - 15,94
3 Balongsari 31,00 - 40,17 0,15 0,50
4 Gedongan - - - - -
5 Magersari - - - - -
6 Wates 15,50 - 115,37 - 6,73
C Kranggan 63,05 - 635,07 0,20 51,66
1 Kranggan 1,70 - 79,80 - 6,32
2 Meri 61,35 - 519,42 0,20 41,57
3 Jagalan - - - - -
4 Miji - - 35,85 - 3,77
5 Sentanan - - - - -
6 Purwotengah - - - - -
Kota Mojokerto 500,78 80,00 1.234,84 123,42 114,62
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2019

Laporan Akhir 4-15


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

4.2 PENDUDUK DAN TENAGA KERJA


4.2.1 KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk di Kota Mojokerto pada tahun 2018 tercatat sebesar 143.377
jiwa yang terdiri dari 71.271 jiwa penduduk laki-laki dan 72.106 jiwa penduduk
perempuan, dengan sex ratio 98,8 yang artinya bahwa penduduk laki-laki lebih sedikit
2 orang dari setiap 100 orang penduduk perempuan. Jumlah penduduk dan distribusi
persentase di wilayah Kecamatan Prajurit Kulon sebanyak 42.384 jiwa (29%),
Kecamatan Magersari sebanyak 61.317 jiwa (43%), dan Kecamatan Kranggan
sebanyak 39.676 jiwa (28%). Wilayah kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak
adalah Kelurahan Wates Kecamatan Magersari (21.032 jiwa), Kelurahan Kedundung
Kecamatan Magersari (16.330 jiwa) dan Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan
(14.169 jiwa). Data jumlah penduduk pada tiap wilayah kelurahan di Kota Mojokerto
selengkapnya ditampilkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk di Kota Mojokerto Tahun 2018


Penduduk (jiwa)
No Kelurahan Sex Ratio
Laki-laki Perempuan Jumlah
A Prajurit Kulon 21.156 21.228 42.384 99,7
1 Surodinawan 4.461 4.508 8.969 99,0
2 Prajurit Kulon 4.154 4.058 8.212 102,4
3 Blooto 3.460 3.448 6.908 100,3
4 Mentikan 3.389 3.409 6.798 99,4
5 Kauman 1.529 1.644 3.173 93,0
6 Pulorejo 4.163 4.161 8.324 100,0
B Magersari 30.545 30.772 61.317 99,3
1 Gunung Gedangan 3.826 3.757 7.583 101,8
2 Kedundung 8.293 8.037 16.330 103,2
3 Balongsari 4.069 4.118 8.187 98,8
4 Gedongan 1.150 1.206 2.356 95,4
5 Magersari 2.837 2.992 5.829 94,8
6 Wates 10.370 10.662 21.032 97,3
C Kranggan 19.570 20.106 39.676 97,3
1 Kranggan 6.985 7.184 14.169 97,2
2 Meri 4.538 4.553 9.091 99,7
3 Jagalan 1.530 1.585 3.115 96,5
4 Miji 4.614 4.716 9.330 97,8
5 Sentanan 1.101 1.217 2.318 90,5
6 Purwotengah 802 851 1.653 94,2
Kota Mojokerto 71.271 72.106 143.377 98,8
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2019

Laporan Akhir 4-16


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Tiap Wilayah Kelurahan Di Kota
Mojokerto Tahun 2018

Gambar 4.11 Grafik Distribusi Penduduk Tiap Wilayah Kecamatan di Kota Mojokerto
Tahun 2018
Dengan wilayah seluas 20,21 km2, kepadatan penduduk Kota Mojokerto pada
tahun 2018 sebesar 7.904 jiwa/km2, dimana kepadatan penduduk di Kecamatan
Prajurit Kulon 5.720 jiwa/km2, Kecamatan Magersari 7.589 jiwa/km2, dan Kecamatan
Kranggan 8.406 jiwa/km2. Wilayah kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk
tertinggi di Kota Mojokerto adalah Kelurahan Mentikan Kecamatan Prajurit Kulon
(17.431 jiwa/km2), sedangkan yang terendah adalah Kelurahan Blooto Kecamatan
Prajurit Kulon (3.274 jiwa/km2). Data kepadatan penduduk pada tiap wilayah kelurahan
di Kota Mojokerto secara terperinci disajikan pada Tabel 4.8.

Laporan Akhir 4-17


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Tabel 4.8 Kepadatan Penduduk di Kota Mojokerto Tahun 2018


Penduduk Kepadatan
No Kelurahan Luas (km2)
(jiwa) (jiwa/km2)
A Prajurit Kulon 42.384 7,41 5.720
1 Surodinawan 8.969 1,44 6.228
2 Prajurit Kulon 8.212 1,38 5.951
3 Blooto 6.908 2,11 3.274
4 Mentikan 6.798 0,39 17.431
5 Kauman 3.173 0,26 12.204
6 Pulorejo 8.324 1,84 4.524
B Magersari 61.317 8,08 7.589
1 Gunung Gedangan 7.583 1,88 4.034
2 Kedundung 16.330 2,61 6.257
3 Balongsari 8.187 0,98 8.354
4 Gedongan 2.356 0,22 10.709
5 Magersari 5.829 0,69 8.448
6 Wates 21.032 1,71 12.299
C Kranggan 39.676 4,72 8.406
1 Kranggan 14.169 1,29 10.984
2 Meri 9.091 1,92 4.735
3 Jagalan 3.115 0,26 11.981
4 Miji 9.330 0,83 11.241
5 Sentanan 2.318 0,19 12.200
6 Purwotengah 1.653 0,25 6.612
Kota Mojokerto 143.377 20,21 7.094
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2019

4.2.2 KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaan dapat dilihat dari beberapa parameter atau indikator
ketenagakerjaan, diantaranya dependency ratio, tingkat partisipasi angkatan kerja,
serta tingkat pengangguran terbuka atau tingkat kesempatan kerja. Kondisi
ketenagakerjaan di Kota Mojokerto dijelaskan sebagai berikut ini.

Dari 143.377 jiwa penduduk yang ada di Kota Mojokerto, sebanyak 99.015 jiwa
merupakan penduduk usia kerja, dan 44.362 jiwa penduduk bukan usia kerja.
Penduduk usia kerja tersebut terdiri dari 68.512 jiwa angkatan kerja dan 30.503 jiwa
bukan angkatan kerja. Dari jumlah angkatan kerja yang ada, sebanyak 66.833 jiwa
penduduk telah bekerja dan 1.679 jiwa penduduk masih menganggur (pengangguran
terbuka). Struktur kependudukan di Kota Mojokerto secara lebih jelas ditampikan
dalam bentuk grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 4.12.

Laporan Akhir 4-18


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Bekerja
66.833
Angkatan Kerja
68.512
Pengangguran Terbuka
1.679

Usia Kerja
99.015 jiwa Sekolah
Penduduk

9.032

Bukan Usia Kerja


44.362 Bukan Angkatan Kerja Mengurus Rumah Tangga
30.503 18.490

Lainnya
2.981

Gambar 4.12 Struktur Penduduk Kota Mojokerto Tahun 2018

Rasio ketergantungan ini (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator


yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi apakah tergolong maju atau
sedang berkembang. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan
semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan
persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya
beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa
besarnya rasio ketergantungan adalah 45%. Rasio ketergantungan sebesar 45%
menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia kerja (dianggap produktif)
mempunyai tanggungan sebanyak 45 orang penduduk yang belum produktif dan tidak
dianggap produktif lagi.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara


jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Indikator ketenagakerjaan ini
mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi
disuatu wilayah. Semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa semakin tinggi pula
pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan
jasa dalam suatu perekonomian. Berdasarkan data statistik tahun 2018 diketahui
bahwa nilai TPAK Kota Mojokerto sebesar 69,19%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
partisipasi angkatan kerja di Kota Mojokerto cukup tinggi.

Laporan Akhir 4-19


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT) merupakan persentase yang


menunjukkan perbandingan antara jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan
kerja. TPT berbanding terbalik dengan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK). Indikator
ketenagakerjaan ini mengindikasikan besarnya persentase angkatan kerja yang
termasuk dalam pengangguran. Nilai TPT Kota Mojokerto tahun 2018 tercatat sebesar
2,45%, yang menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Kota Mojokerto relatif kecil
yang artinya sebagian besar penduduk telah bekerja di berbagai sektor perekonomian.
Kondisi ketenagakerjaan di Kota Mojokerto pada tahun 2018 selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Mojokerto Tahun 2018


Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah
Angkatan Kerja (jiwa) 37.729 30.783 68.512
Bekerja (jiwa) 36.856 29.977 66.833
Pengangguran Terbuka (jiwa) 873 806 1.679
Bukan Angkatan Kerja (jiwa) 10.372 20.131 30.503
Sekolah (jiwa) 4.814 4.218 9.032
Mengurus Rumah Tangga (jiwa) 3.165 15.325 18.490
Lainnya (jiwa) 2.393 588 2.981
Jumlah (jiwa) 48.101 50.914 99.015
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 78,44 60,46 69,19
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,31 2,62 2,45
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2019

4.3 SOSIAL EKONOMI


4.3.1 PEREKONOMIAN WILAYAH
Nilai PDRB Kota Mojokerto atas dasar harga berlaku pada tahun 2018
mencapai 6,353 triliun rupiah. Secara nominal, nilai PDRB ini mengalami kenaikan
sebesar 0,505 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 5,848
triliun rupiah. Naiknya nilai PDRB ini dipengaruhi oleh meningkatknya produksi di
seluruh lapangan usaha dan adanya inflasi.

Berdasarkan harga konstan 2010, angka PDRB juga mengalami kenaikan dari
4,460 triliun rupiah pada tahun 2017 menjadi 4,719 triliun rupiah pada tahun 2018/ Hal
ini menunjukkan selama tahun 2018 Kota Mojokerto mengalami pertumbuhan ekonomi
sekitar 5,80%, lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan PDRB ini murni
disebabkan oleh meningkatknya produksi di seluruh lapangan usaha, tidak dipengaruhi
oleh inflasi.

Laporan Akhir 4-20


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

 Struktur Ekonomi

Besarnya peranan berabagai lapangan usaha ekonomi dalam memproduksi


barang dan jasa sangat menentukan struktur ekonomi suatu daerah. Struktur
ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh setiap lapangan
usaha menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap
kemampuan berproduksi dari setiap lapangan usaha.

Selama 5 tahun terakhir (2014-2018) struktur perekonomian Kota Mojokerto


didominasi oleh 5 kategori lapangan usaha, diantaranya kategori Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, kategori Informasi dan
Komunikasi, kategori Industri Pengolahan, kategori Konstruksi, dan kategori Jasa
Keuangan dan Asuransi. Hal ini dapat dilihat dari peranan masing-masing
lapangan usaha terhadap pembentukkan PDRB Kota Mojokerto.

Peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Mojokerto pada tahun 2018
dihasilkan oleh lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor, yaitu mencapai 30,11% (angka ini meningkat dari 29,50% di
tahun 2014). Selanjutnya lapangan usaha Informasi dan Komunikasi, sebesar
11,61% (turun dari 12,24% di tahun 2014), disusun oleh lapangan usaha Industri
Pengolahan sebesar 11,56% (naik dari 11,15 di tahun 2014). Berikutnya lapangan
usaha Konsruksi sebesar 10,63% (turun dari 11,26% di tahun 2014) dan lapangan
usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 8,22% (naik dari 8,09% di tahun
2014).

Diantara kelima lapangan usaha tersebut, lapangan usaha Industri pengolahan


adalah kategori yang mengalami peningkatan peranan. Sebaliknya lapangan
usaha Konstruksi peranannya berangsur-angusr menurun. Sedangkan tiga
lapangan usaha lain, peranannya mengalami fluktuasi namun cenderung menurun.
Sementara itu, peranan lapangan usaha lainnya masing-masing kurang dari 7%.

Salah satu penyebab menurunnya peranan Konstruksi karena lahan tempat tinggal
di Kota Mojokerto yang tidak terlalu luas dan sudah tidak ada perkembangan
pembangunan perumahan yang signifikan. Hal ini juga ditandai dengan konstribusi
lapangan usaha Real Estate yang stagnan.

PDRB Kota Mojokerto atas harga berlaku tahun 2014-2018 beserta distribusinya
secara terperinci disajikan pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.

Laporan Akhir 4-21


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Tabel 4.10 PDRB Kabupaten Mojokerto Atas Harga Berlaku Tahun 2014-2018
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 30.405,2 33.365,3 36.242,8 37.964,1 39.566,0
B Pertambangan dan Penggalian 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
C Industri Pengolahan 493.475,9 549.758,0 607.057,6 669.352,0 734.546,3
D Pengadaan Listrik dan Gas 3.245,4 3.623,4 3.896,1 4.448,0 4.766,0
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.420,0 5.607,2 5.910,3 6.376,1 6.580,3
F Konstruksi 498.294,2 541.560,9 590.293,6 635.252,4 675.545,2
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.305.946,5 1.431.175,3 1.571.236,3 1.732.507,9 1.913.304,3
H Transportasi dan Pergudangan 115.640,4 127.521,9 140.942,2 157.883,7 171.105,4
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 287.412,5 322.941,4 366.509,0 402.044,4 440.026,1
J Informasi dan Komunikasi 541.917,6 587.698,4 634.136,3 692,159,0 737.483,2
K Jasa Keuangan dan Asuransi 357.948,4 403.275,7 454.837,7 484.930,2 552.589,7
L Real Estate 126.341,7 140.016,3 151.339,6 160.951,1 174.732,6
M,N Jasa Perusahaan 34.439,7 38.193,5 42.042,4 45.875,9 50.484,1
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 206.186,2 233.319,5 257.043,4 274.567,7 302.621,6
P Jasa Pendidikan 202.236,4 226.443,7 251.738,3 266.872,9 282.483,1
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 51.391,0 56.174,6 61.711,0 69.182,2 73.291,8
R,S,T,U Jasa lainnya 166.797,7 180.913,5 195.431,6 207.967,2 224.245,0
PDRB 4.427.099,0 4.881.579,5 5.370.366,4 5.848.234,7 6.353.870,7
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto Menurut Lapangan Usaha, 2014-2018

Laporan Akhir 4-22


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Tabel 4.11 Distribusi PDRB Kabupaten Mojokerto Atas Harga Berlaku Tahun 2014-2018
Distribusi PDRB (%)
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,69 0,68 0,67 0,65 0,62
B Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C Industri Pengolahan 11,15 11,26 11,30 11,45 11,56
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,07 0,07 0,08 0,08
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,12 0,11 0,11 0,11 0,10
F Konstruksi 11,26 11,09 10,99 10,86 10,63
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 29,50 29,32 29,26 29,62 30,11
H Transportasi dan Pergudangan 2,61 2,61 2,62 2,70 2,69
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,49 6,62 6,82 6,87 6,93
J Informasi dan Komunikasi 12,24 12,04 11,81 11,84 11,61
K Jasa Keuangan dan Asuransi 8,09 8,26 8,47 8,29 8,22
L Real Estate 2,85 2,87 2,82 2,75 2,75
M,N Jasa Perusahaan 0,78 0,78 0,78 0,78 0,79
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,66 4,78 4,79 4,69 4,76
P Jasa Pendidikan 4,57 4,64 4,69 4,56 4,45
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,16 1,15 1,15 1,18 1,15
R,S,T,U Jasa lainnya 3,77 3,71 3,64 3,56 3,54
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto Menurut Lapangan Usaha, 2014-2018

Laporan Akhir 4-23


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat kinerja
perekonomian secara riil di suatu wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi dihitung
berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga konstran yang bersangkutan
terhadap tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai
pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua lapangan usaha
kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama kurun waktu satu tahun.

Berdasarkan harga konstan 2010, nilai PDRB Kota Mojokerto pada tahun 2018
meningkat. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya produksi di
seluruh lapangan usaha yang sudah bebas dari pengaruh inflasi. Nilai PDRB Kota
Mojokerto atas dasar harga konstan 2010 mencapai 4,72 triliun rupiah. Angka
tersebut naik dari 4,46 triliun rupiah pada tahun 2017. Hal tersebut menunjukkan
bahwa selama tahun 2018 terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,80%, lebih
cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang
mencapai 5,65%.

Pertumbuhan ekonomi selama 2018 mengalami percepatan, hal ini disebabkan


penyumbang pertumbuhan terbesar yaitu pada lapangan usaha Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mengalami kenaikan.
Selama tahun 2018 ini banyak even kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Mojokerto. Selain itu untuk kategori listrik dan gas pada tahun 2018 ada
pembangunan proyek-proyek infrastruktur seperti pemasangan pipa gas dan
terobosan dari pengelolaan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) Randegan yang
lebih baik.

Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Jasa Keuangan dan
Asuransi yaitu sebesar 47,43%. Salah satu penyebabnya adalah kebutuhan
masyarakat Kota Mojokerto akan kemudahan pembayaran, penyimpanan, dan
pengambilan uan melalui jasa keuangan dan asuransi. Dari 17 lapangan usaha
ekonomi yang ada, 10 lapangan usaha ekonomi mengalami pertumbuhan positif
hingga 40%, sedangkan 6 lapangan usaha ekonomi lainnya mengalami
pertumbuhan yang negatif.

PDRB Kota Mojokerto atas dasar harga konstan 2010 pada tahun 2014-2018
selengkapnya disajikan pada Tabel 4.12, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi
disajikan pada Tabel 4.13.

Laporan Akhir 4-24


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Tabel 4.12 PDRB Kota Mojokerto Atas Dasar Harga Konstan (2010) Tahun 2014-2018
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23.757,1 24.470,5 24.952,6 25.551,2 25.355,7
B Pertambangan dan Penggalian 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
C Industri Pengolahan 402.595,7 427.100,6 451.445,1 506.999,5 479.254,5
D Pengadaan Listrik dan Gas 3.633,3 3.713,0 3.835,6 4.191,6 3.996,8
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.217,7 5.346,6 5.561,1 6.085,0 5.837,9
F Konstruksi 420.012,9 434.903,6 455.974,7 511.849,4 483.704,0
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.120.277,4 1.185.370,8 1.250.937,6 1.410.378,0 1.327.943,0
H Transportasi dan Pergudangan 96.877,7 102.007,6 107.657,2 122.207,6 115.047,8
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 229.793,2 244.232,0 261.940,5 303.425,8 281.231,9
J Informasi dan Komunikasi 523.834,6 563.279,3 604.073,1 685.621,5 644.050,1
K Jasa Keuangan dan Asuransi 280.530,4 297.276,9 315.463,6 340.463,9 325.381,6
L Real Estate 109.028,1 113.705,5 119.383,6 128.755,6 123.842,6
M,N Jasa Perusahaan 28.291,5 29.865,5 31.343,7 34.764,2 33.001,9
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 173.388,4 183.381,6 192.780,7 208.050,2 199.252,2
P Jasa Pendidikan 165.026,2 175.620,9 185.641,2 200.803,1 192.720,4
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 45.870,8 47.287,7 50.010,6 55.684,8 52.714,5
R,S,T,U Jasa lainnya 146.508,6 153.812,4 160.825,9 174.401,0 167.110,0
PDRB 3.776.643,6 3.991.374,4 4.221.826,6 4.460.444,9 4.719.232,4
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto Menurut Lapangan Usaha, 2014-2018

Laporan Akhir 4-25


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Tabel 4.13 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Mojokerto Tahun 2014-2018
Laju Pertumbuhan (%)
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,64 3,00 1,97 1,62 0,77
B Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C Industri Pengolahan 6,01 6,09 5,70 6,16 5,79
D Pengadaan Listrik dan Gas 4,94 2,19 3,30 4,20 4,88
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang -0,20 2,47 4,01 4,98 4,23
F Konstruksi 6,02 3,55 4,85 6,08 5,82
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5,72 5,81 5,53 6,16 6,21
H Transportasi dan Pergudangan 3,89 5,30 5,54 6,86 6,22
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,26 6,28 7,25 7,36 7,89
J Informasi dan Komunikasi 7,87 7,53 7,24 6,62 6,45
K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,27 5,97 6,12 3,15 4,64
L Real Estate 4,72 4,29 4,99 3,74 3,97
M,N Jasa Perusahaan 7,09 5,56 4,95 5,29 5,34
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,90 5,76 5,13 3,36 4,42
P Jasa Pendidikan 5,09 6,42 5,71 3,81 4,19
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,32 3,09 5,76 5,41 5,63
R,S,T,U Jasa lainnya 5,53 4,99 4,56 3,91 4,36
PDRB 5,83 5,74 5,77 5,65 5,80
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto Menurut Lapangan Usaha, 2014-2018

Laporan Akhir 4-26


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

4.3.2 KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan
memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan
menyeluruh. Dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara,
diperlukan langkah-langkah strategis dan komprehensif (TNP2K, 2015).

 Perkembangan Penduduk Miskin

Pemerintah Kota Mojokerto sebagaimana tertuang dalam misinya, Makin Mandiri


dan Sejahtera Bersama Wong Cilik, telah melakukan berbagai upaya untuk
mengurangi angka kemiskinan di Kota Mojokerto. Pemerintah terus meningkatkan
dan menyempurnakan berbagai program penanggulangan kemiskinan, terutama
program Jalinkesra. Serta meningkatkan kemampuan dan pendapatan rumah
tangga miskin melalui kemudahan akses modal.

Tabel 4.14 Perkembangan Penduduk Miskin di Kota Mojokerto, 2015 – 2017


Jumlah Penduduk Persentase Garis
Tahun
Miskin (ribu jiwa) Miskin (%) Kemiskinan (Rp)
2015 7.720 6,16 348.670
2016 7.240 5,73 364.021
2017 7.280 5,73 391.489
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Mojokerto, 2017

Selama tahun 2015-2017, persentase penduduk miskin di Kota Mojokerto


cenderung menurun seiring banyaknya program pengentasan kemiskinan yang
digalakkan oleh pemerintah. Pada tahun 2015 penduduk miskin Kota Mojokerto
sebesar 6,1%, kemudian turun menjadi 5,73%pada tahun 2016. Penurunan ini
terus berlanjut sampai tahun 2017, sehingga penduduk miskin Kota Mojokerto
mencapai 5,7%.

 Garis Kemiskinan

Garis Kemiskinan merupakan batas yang digunakan untuk mengelompokkan


penduduk miskin dan tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis
kemiskinan Kota Mojokerto mengalami peningkatan antar waktu selama 2015-
2017. Pada tahun 2016 garis kemiskinan Kota Mojokerto sebesar Rp. 364.021 dan
terus meningkat hingga mencapai Rp. 391.489 pada tahun 2017.

Kemiskinan harus dipandang secara luas agar dalam implementasi kebijakannya


dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Kemiskinan bukan hanya persoalan

Laporan Akhir 4-27


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

banyaknya penduduk miskin, tetapi juga seberapa besar jarak rata-rata


pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (tingkat kedalaman) yang
disebut sebagai P1, dan keragaman pengeluaran antar penduduk miskin (P2).

Tabel 4.15 Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Mojokerto, 2015-2017
Jumlah Penduduk Persentase Garis
Tahun
Miskin (ribu jiwa) Miskin (%) Kemiskinan (Rp)
2015 348.670 1,08 0,26
2016 364.021 0,62 0,13
2017 391.489 0,67 0,13
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Mojokerto, 2017

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) mecapai 1,08 pada tahun 2015. P1 menurun
pada tahun 2016, dan naik pada tahun 2017. Selama tahun 2016 sampai dengan
tahun 2017 terjadi peningkatan P1 sebesar 0,05 poin, dari 0,62 menjadi 0,67.
Kenaikan P1 ini dapat diartikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan semakin jauh. Indeks keparahan kemiskinan (P2) Kota Mojokerto
memiliki pola yang serupa dengan indeks kedalaman kemiskinan (P1) antar waktu.
Pada tahun 2015, P2 Kota Mojokerto sebesar 0,26 dan cukup menurun 0,13 poin
pada tahun 2016 menjadi 0,13. Sedangkan pada tahun 2017 P2 tetap sebesar
0,13. Nilai P2 yang cenderung berfluktuasi ini menandakan ketimpangan
pendapatan di antara penduduk miskin tidak menentu.

Karakteristik rumah tangga miskin dapat dilihat dari kondisi pendidikan dan
ketenagakerjaan dari anggota rumah tangga, serta kondisi perumahan rumah
tangga. Pemahaman mengenai karakteristik rumah tangga miskin penting sebagai
dasar penyusunan kebijakan dan program pengentasan kemiskinan agar lebih
tepat sasaran.

4.3.3 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


Gambaran kondisi perumahan dan permukiman di Kota Mojokerto dari aspek
kualitas rumah tinggal, fasilitas rumah tinggal, dan status kepemilikan rumah tinggal
digambarkan pada uraian berikut.

 Kualitas Rumah Tinggal

Secara umum rumah tinggal yang dapat dikategorikan ke dalam rumah yang layak
huni harus memenuhi beberapa kriteria kualitas rumah tempat tinggal seperti
memiliki lantai, dinding dan atap yang memenuhi syarat, serta mempunyai luas

Laporan Akhir 4-28


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

lantai yang mencukupi/sebanding dengan banyaknya orang yang tinggal di


dalamnya, termasuk fasilitas penerangan, air minum dan tempat pembuangan
akhir/tinja. Selain itu kualitas bangunan tempat tinggal dapat mencerminkan
kondisi sosial ekonomi dari penghuninya. Rumah dengan bangunan yang
kualitasnya baik tentunya kondisi ekonominya juga lebih baik dibandingkan mereka
yang menempati rumah dengan kualitas bangunan yang rendah.

Berdasarkan data Susenas 2017, persentase rumah tangga di Kota Mojokerto


yang berlantaikan bukan tanah menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2017,
rumah yang berlantaikan bukan tanah meningkat menjadi sebesar 99,61%
dibandingkan tahun 2016 sebesar 98,65%.

Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat kualitas rumah tinggal adalah
penggunaan atap dan dinding terluas. Pada tahun 2016 rumah tempat tinggal
dengan atap beton, genteng, sirap dan asbes di Kota Mojokerto sudah 100,00%
dan pada tahun 2017 juga sebesar 100,0%.

Tabel 4.16 Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan di Kota
Mojokerto Tahun 2016 dan 2017
Indikator Kualitas Perumahan 2016 2017
Lantai bukan tanah (%) 98,65 99,61
Atap beton, genteng, sirap dan asbes (%) 100,00 100,00
Dinding terluas tembok dan kayu (%) 96,63 97,46
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Mojokerto, 2017

Pada tahun 2017 kualitas perumahan di Kota Mojokerto jika dilihat dari indikator
dinding terluas tembok dan kayu telah meningkat menjadi sebesar 97,46%
dibanding tahun 2015 yang sebesar 96,63%.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) salah satu kriteria rumah sehat adalah
rumah tinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 m². Sedangkan
Kategori rumah sehat (menurut Kemenkes, 2005), adalah rumah yang memiliki
luas lantai minimum 8 m² perkapita, mempunyai kualitas bangunan yang baik,
berada dalam lingkungan yang bersih dan bebas dari polusi, serta memiliki
penataan ventilasi yang cukup untuk keluar masuknya udara dan sinar matahari.

 Fasilitas Rumah Tinggal

Fasilitas rumah tinggal seperti ketersediaan air bersih, sanitasi yang layak, serta
penerangan yang baik merupakan faktor yang menentukan kualitas dan

Laporan Akhir 4-29


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

kenyamanan rumah tinggal. Salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi
rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari adalah air, sehingga ketersediaan
dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan dikonsumsi dan sanitasi
merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus
diupayakan pemerintah.

Fasilitas perumahan yang cukup penting peranannya dalam usaha sanitasi adalah
penyediaan sarana jamban. Jika dilihat dari segi kesehatan lingkungan dan
masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia dapat mencemari lingkungan
terutama tanah dan sumber air. Untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi
terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan
baik sesuai dengan ketentuan jamban yang sehat. Hal ini dapat dilihat dari
ketersediaan jamban sendiri dengan tangki septik. Pada tahun 2017, rumah
tangga yang menggunakan jamban dengan tengki septik sudah mencapai
100,00% atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 (94,41%).

Tabel 4.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Fasilitas Perumahan di


Kota Mojokerto Tahun 2016 dan 2017
Indikator Kualitas Perumahan 2016 2017
Air minum bersih (%) 99,43 100,00
Jamban sendiri (%) 84,03 87,39
Jamban sendiri dengan tangki septik (%) 94,41 95,80
Sumber penerangan listrik (%) 100,00 100,00
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Mojokerto, 2017

Sumber penerangan merupakan fasilitas perumahan yang penting. Sumber


penerangan yang ideal adalah yang berasal dari listrik (PLN dan Non PLN), karena
cahaya listrik lebih terang dibanding sumber penerangan lainnya. Rumah tangga di
Kota Mojokerto yang telah menikmati fasilitas penerangan listrik tahun 2017
sebanyak 100,00%.

 Status Kepemilikan Rumah Tinggal

Tingkat kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat dilihat


melalui salah satu indikatornya yaitu status kepemilikan rumah tinggal. Kondisi
ekonomi rumah tangga sangat berpengaruh terhadap kepemilikan rumah tinggal.
Status kepemilikan rumah tinggal yang dicakup di sini adalah rumah milik sendiri,
kontrak/sewa, bebas sewa, rumah dinas, atau status rumah kepemilikan lainnya.

Laporan Akhir 4-30


Perencanaan Penyusunan Database
Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Mojokerto

Rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri akan lebih tenang
dibandingkan mereka yang menempati rumah sewa apalagi yang bebas sewa
karena telah mampu memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang terjamin dan
permanen dalam jangka panjang.

Rumah tangga di Kota Mojokerto berdasarkan hasil Susenas 2017 yang


menempati rumah milik sendiri sebesar 78,40 persen dan sisanya sebesar 21,60%
adalah bukan milik sendiri. Kepemilikan rumah tinggal milik sendiri tahun 2017
mengalami kenaikan dibanding tahun 2016 sebesar 75,67%. Kebijakan pemerintah
mempunyai pengaruh terhadap semakin bertambahnya rumahtangga yang
memiliki rumah sendiri, seperti salah satunya kebijakan tentang penyediaan rumah
sederhana untuk masyarakat menengah ke bawah ataupun juga dari sisi
pendanaan seperti pengurangan suku bunga pinjaman, pemberian kredit ringan
dan sebagainya.

Tabel 4.18 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah Tinggal di
Kota Mojokerto Tahun 2016 dan 2017

Indikator Fasilitas Perumahan 2016 2017


Milik Sendiri 75,67 78,40
Kontrak/Sewa 13,60 12,96
Bebas Sewa 9,44 7,55
Lainnya 1,30 1,11
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Mojokerto, 2017

Laporan Akhir 4-31

Anda mungkin juga menyukai