4.1.2 GEOGRAFI
Kota Mojokerto terletak pada jalur transportasi regional lintas selatan yang
menghubungkan Surabaya–Jogjakarta–Jakarta. Kota Mojokerto memiliki posisi
strategis dalam mendukung pengembangan kegiatan pembangunan di Jawa Timur,
secara khusus menjadi penyangga bagi Kota Surabaya yang merupakan pusat
kegiatan ekonomi dan pemerintahan provinsi Jawa Timur.
4.1.3 KLIMATOLOGI
Sebagaimana pada wilayah lain yang ada di Provinsi Jawa Timur, kondisi iklim
di Kota Mojokerto adalah iklim tropis basah dengan musim hujan dan musim kemarau
yang seimbang. Pembagian iklim tersebut merupakan pembagian menurut iklim
matahari, yang didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima
permukaan bumi. Dalam hal ini wilayah Indonesia terletak di garis khatulistiwa,
sehingga pancaran sinar matahari lebih banyak diterima permukaan bumi daripada
iklim yang lainnya.
Pada wilayah yang memiliki iklim tropis, perbedaan antara rata-rata suhu
minimal dan rata-rata suhu maksimal relatif kecil. Berdasarkan data tahun 2018, suhu
maksimum berkisar antara 31,30 0C - 35,40 0C dan suhu minimum berkisar antara
19,57 0C - 24,43 0C, sedangkan suhu rata-rata berkisar antara 25,80 0C - 28,30 0C
(Gambar 4.2). Rata-rata kelembaban yang terjadi selama setahun dalam tahun 2018
berkisar antara 72% - 84%. Data mengenai suhu udara dan kelembaban udara di Kota
Mojokerto menurut bulan pada tahun 2018 terinci pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Suhu dan Kelembaban Udara di Kota Mojokerto Tahun 2018
Suhu Udara Kelembaban Udara
No Bulan Rata- Rata-
Min Max Min Max
rata rata
1 Januari 31,40 24,38 27,20 98 55 82
2 Februari 31,40 23,60 26,90 98 43 83
3 Maret 31,30 23,59 26,90 98 50 84
4 April 32,20 23,62 27,40 98 33 78
5 Mei 33,20 22,32 27,30 98 43 76
6 Juni 33,00 21,87 26,90 98 44 75
7 Juli 32,70 19,97 25,90 98 40 74
8 Agustus 32,90 19,57 25,80 98 42 74
9 September 34,50 20,55 27,00 98 30 72
10 Oktober 35,40 21,94 28,20 98 34 72
11 November 33,90 23,90 28,30 98 42 79
12 Desember 32,70 24,43 27,70 98 56 83
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2019
Curah hujan yang terjadi pada tahun 2018 tercatat sebesar 2.034,9 mm dengan
jumlah hari hujan sebanyak 77 hari. Pada tahun 2018 musim hujan terjadi pada bulan
November – April dengan curah hujan tertinggi yang terjadi pada bulan Desember
(662,2 mm). Sedangkan pada musim kemarau terjadi pada bulan Mei – Oktober,
dimana pada bulan tersebut persentase penyinaran matahari cenderung tinggi.
Gambar 4.2 Grafik Suhu Menurut Bulan di Kota Mojokerto Tahun 2018
Data mengenai jumlah hari hujan, curah hujan, penyinaran matahari, dan
radiasi matahari selengkapnya ditampilkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hari Hujan, Curah Hujan, Penyinaran Matahari, dan Radiasi Matahari di
Kota Mojokerto Tahun 2018
Hari Hujan Curah Hujan Penyinaran Radiasi
No Bulan
(hari) (mm) Matahari (%) Matahari
1 Januari 13 195,8 55,6 14,7
2 Februari 19 460,2 48,6 16,7
3 Maret 11 212,2 65,1 16,1
4 April 9 196,2 92,8 20,3
5 Mei - - 91,0 18,2
6 Juni 1 13,6 53,9 17,4
7 Juli - - 81,9 17,1
8 Agustus - - 95,2 16,6
9 September - - 94,7 17,7
10 Oktober - - 85,1 18,2
11 November 11 294,7 71,7 17,2
12 Desember 13 662,2 52,1 39,0
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2019
4.1.4 TOPOGRAFI
Dilihat dari ketiggian wilayahnya, Kota Mojokerto terletak pada ketinggian
antara 18,75 – 25 mdpl dengan rata-rata ketinggian 22 mdpl. Sebagian besar
wilayahnya berada pada ketinggian 18,75 mdpl sedangkan lainnya pada kisaran 25
mdpl. Berdasarkan tingkat kemiringan lahannya, besarnya kemiringan lahan pada
wilayah Kota Mojokerto berkisar antara 0-20%. Dengan melihat kondisi topografi
tersebut maka bentang alam Kota Mojokerto merupakan wilayah dataran rendah.
4.1.5 GEOLOGI
Kondisi lapisan batuan yang terdapat di Kota Mojokerto sebagian besar
merupakan seri batuan Aluvium, Plistosen Fasies Sedimen dan Alluvium Fasies
Gunung Api. Jenis aluvium mendominasi disebagian besar wilayah di Kota Mojokerto
seluas 980,36 Ha, Plistosen Fasies Sedimen seluas 223,40 Ha terdapat di Kelurahan
Gunung Gedangan dan Kedundung, Alluvium Fasies Gunung Api seluas 442,79 Ha
meliputi Kelurahan Surodinawan, Miji, Prajurit Kulon, Blooto, Mentikan, Kauman,
Pulorejo, Jagalan, Sentanan, Purwotengan dan Magersari. Jenis tanah di Kota
Mojokerto yaitu berupa Grumosol kelabu tua dan Asosiasi aluvial kelabu dan aluvial
coklat kekuningan. Data geologi Kota Mojokerto dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Peta geologi dan jenis tanah di wilayah Kota Mojokerto dapat dilihat pada
Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.
4.1.6 HIDROLOGI
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Nomor 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria Dan Penetapan Wilayah Sungai, wilayah Kota
Mojokerto termasuk dalam Wilayah Sungai (WS) Brantas, dengan Kode WS 02.17.A3
(Gambar 4.7 dan Gambar 4.8), dimana wilayah sungai tersebut merupakan salah satu
Wilayah Sungai Strategis Nasional. WS Brantas tersebut mencakup 220 Daerah Aliran
Sungai (DAS). Secara keseluruhan, wilayah Kota Mojokerto merupakan bagian dari
DAS Brantas.
Wilayah Kota Mojokerto dilalui oleh beberapa sungai besar, antara lain Sungai
Brantas, Sungai Brangkal, Sungai Sadar, Sungai Cemporat, Sungai Ngrayung, Watu
Dakon, Sungai Ngotok/Pulo. Sungai-sungai tersebut memegang peranan penting
dalam sistem hidrologi di Kota Mojokerto dengan segala potensi permasalahan yang
ada didalamnya. Konsekuensi dari wilayah yang dilewati beberapa sungai ini adalah
genangan di Kota Mojokerto yang tidak hanya disebabkan oleh frekuensi hujan lokal
namun juga hujan yang terjadi di wilayah upstream DAS yang ada. Data panjang dan
karakteristik sungai tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5. Sedangkan Peta Hidrologi
Kota Mojokerto dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Potensi kuantitas air tanah di wilayah Kota Mojokerto telah dilakukan dalam
Studi Potensi Air Bawah Tanah atau dalam Neraca Air Tanah, jumlah air tanah yang
masuk meliputi presipitasi dan kembalian penggunaan air sebesar ± 359.865.971,892
m3/tahun sedangkan jumlah air tanah yang hilang meliputi evapotranspirasi, aliran
sungai, penggunaan air tanah domestik dan non domestik sebesar ± 290.431.808.830
m3/tahun sehingga terdapat cadangan air tanah yang tersimpan sebesar ±
69.434.163.061 m3/tahun.
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Tiap Wilayah Kelurahan Di Kota
Mojokerto Tahun 2018
Gambar 4.11 Grafik Distribusi Penduduk Tiap Wilayah Kecamatan di Kota Mojokerto
Tahun 2018
Dengan wilayah seluas 20,21 km2, kepadatan penduduk Kota Mojokerto pada
tahun 2018 sebesar 7.904 jiwa/km2, dimana kepadatan penduduk di Kecamatan
Prajurit Kulon 5.720 jiwa/km2, Kecamatan Magersari 7.589 jiwa/km2, dan Kecamatan
Kranggan 8.406 jiwa/km2. Wilayah kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk
tertinggi di Kota Mojokerto adalah Kelurahan Mentikan Kecamatan Prajurit Kulon
(17.431 jiwa/km2), sedangkan yang terendah adalah Kelurahan Blooto Kecamatan
Prajurit Kulon (3.274 jiwa/km2). Data kepadatan penduduk pada tiap wilayah kelurahan
di Kota Mojokerto secara terperinci disajikan pada Tabel 4.8.
4.2.2 KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaan dapat dilihat dari beberapa parameter atau indikator
ketenagakerjaan, diantaranya dependency ratio, tingkat partisipasi angkatan kerja,
serta tingkat pengangguran terbuka atau tingkat kesempatan kerja. Kondisi
ketenagakerjaan di Kota Mojokerto dijelaskan sebagai berikut ini.
Dari 143.377 jiwa penduduk yang ada di Kota Mojokerto, sebanyak 99.015 jiwa
merupakan penduduk usia kerja, dan 44.362 jiwa penduduk bukan usia kerja.
Penduduk usia kerja tersebut terdiri dari 68.512 jiwa angkatan kerja dan 30.503 jiwa
bukan angkatan kerja. Dari jumlah angkatan kerja yang ada, sebanyak 66.833 jiwa
penduduk telah bekerja dan 1.679 jiwa penduduk masih menganggur (pengangguran
terbuka). Struktur kependudukan di Kota Mojokerto secara lebih jelas ditampikan
dalam bentuk grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 4.12.
Bekerja
66.833
Angkatan Kerja
68.512
Pengangguran Terbuka
1.679
Usia Kerja
99.015 jiwa Sekolah
Penduduk
9.032
Lainnya
2.981
Berdasarkan harga konstan 2010, angka PDRB juga mengalami kenaikan dari
4,460 triliun rupiah pada tahun 2017 menjadi 4,719 triliun rupiah pada tahun 2018/ Hal
ini menunjukkan selama tahun 2018 Kota Mojokerto mengalami pertumbuhan ekonomi
sekitar 5,80%, lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan PDRB ini murni
disebabkan oleh meningkatknya produksi di seluruh lapangan usaha, tidak dipengaruhi
oleh inflasi.
Struktur Ekonomi
Peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Mojokerto pada tahun 2018
dihasilkan oleh lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor, yaitu mencapai 30,11% (angka ini meningkat dari 29,50% di
tahun 2014). Selanjutnya lapangan usaha Informasi dan Komunikasi, sebesar
11,61% (turun dari 12,24% di tahun 2014), disusun oleh lapangan usaha Industri
Pengolahan sebesar 11,56% (naik dari 11,15 di tahun 2014). Berikutnya lapangan
usaha Konsruksi sebesar 10,63% (turun dari 11,26% di tahun 2014) dan lapangan
usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 8,22% (naik dari 8,09% di tahun
2014).
Salah satu penyebab menurunnya peranan Konstruksi karena lahan tempat tinggal
di Kota Mojokerto yang tidak terlalu luas dan sudah tidak ada perkembangan
pembangunan perumahan yang signifikan. Hal ini juga ditandai dengan konstribusi
lapangan usaha Real Estate yang stagnan.
PDRB Kota Mojokerto atas harga berlaku tahun 2014-2018 beserta distribusinya
secara terperinci disajikan pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.
Tabel 4.10 PDRB Kabupaten Mojokerto Atas Harga Berlaku Tahun 2014-2018
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 30.405,2 33.365,3 36.242,8 37.964,1 39.566,0
B Pertambangan dan Penggalian 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
C Industri Pengolahan 493.475,9 549.758,0 607.057,6 669.352,0 734.546,3
D Pengadaan Listrik dan Gas 3.245,4 3.623,4 3.896,1 4.448,0 4.766,0
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.420,0 5.607,2 5.910,3 6.376,1 6.580,3
F Konstruksi 498.294,2 541.560,9 590.293,6 635.252,4 675.545,2
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.305.946,5 1.431.175,3 1.571.236,3 1.732.507,9 1.913.304,3
H Transportasi dan Pergudangan 115.640,4 127.521,9 140.942,2 157.883,7 171.105,4
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 287.412,5 322.941,4 366.509,0 402.044,4 440.026,1
J Informasi dan Komunikasi 541.917,6 587.698,4 634.136,3 692,159,0 737.483,2
K Jasa Keuangan dan Asuransi 357.948,4 403.275,7 454.837,7 484.930,2 552.589,7
L Real Estate 126.341,7 140.016,3 151.339,6 160.951,1 174.732,6
M,N Jasa Perusahaan 34.439,7 38.193,5 42.042,4 45.875,9 50.484,1
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 206.186,2 233.319,5 257.043,4 274.567,7 302.621,6
P Jasa Pendidikan 202.236,4 226.443,7 251.738,3 266.872,9 282.483,1
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 51.391,0 56.174,6 61.711,0 69.182,2 73.291,8
R,S,T,U Jasa lainnya 166.797,7 180.913,5 195.431,6 207.967,2 224.245,0
PDRB 4.427.099,0 4.881.579,5 5.370.366,4 5.848.234,7 6.353.870,7
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto Menurut Lapangan Usaha, 2014-2018
Tabel 4.11 Distribusi PDRB Kabupaten Mojokerto Atas Harga Berlaku Tahun 2014-2018
Distribusi PDRB (%)
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,69 0,68 0,67 0,65 0,62
B Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C Industri Pengolahan 11,15 11,26 11,30 11,45 11,56
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,07 0,07 0,08 0,08
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,12 0,11 0,11 0,11 0,10
F Konstruksi 11,26 11,09 10,99 10,86 10,63
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 29,50 29,32 29,26 29,62 30,11
H Transportasi dan Pergudangan 2,61 2,61 2,62 2,70 2,69
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,49 6,62 6,82 6,87 6,93
J Informasi dan Komunikasi 12,24 12,04 11,81 11,84 11,61
K Jasa Keuangan dan Asuransi 8,09 8,26 8,47 8,29 8,22
L Real Estate 2,85 2,87 2,82 2,75 2,75
M,N Jasa Perusahaan 0,78 0,78 0,78 0,78 0,79
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,66 4,78 4,79 4,69 4,76
P Jasa Pendidikan 4,57 4,64 4,69 4,56 4,45
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,16 1,15 1,15 1,18 1,15
R,S,T,U Jasa lainnya 3,77 3,71 3,64 3,56 3,54
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto Menurut Lapangan Usaha, 2014-2018
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat kinerja
perekonomian secara riil di suatu wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi dihitung
berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga konstran yang bersangkutan
terhadap tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai
pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua lapangan usaha
kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama kurun waktu satu tahun.
Berdasarkan harga konstan 2010, nilai PDRB Kota Mojokerto pada tahun 2018
meningkat. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya produksi di
seluruh lapangan usaha yang sudah bebas dari pengaruh inflasi. Nilai PDRB Kota
Mojokerto atas dasar harga konstan 2010 mencapai 4,72 triliun rupiah. Angka
tersebut naik dari 4,46 triliun rupiah pada tahun 2017. Hal tersebut menunjukkan
bahwa selama tahun 2018 terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,80%, lebih
cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang
mencapai 5,65%.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Jasa Keuangan dan
Asuransi yaitu sebesar 47,43%. Salah satu penyebabnya adalah kebutuhan
masyarakat Kota Mojokerto akan kemudahan pembayaran, penyimpanan, dan
pengambilan uan melalui jasa keuangan dan asuransi. Dari 17 lapangan usaha
ekonomi yang ada, 10 lapangan usaha ekonomi mengalami pertumbuhan positif
hingga 40%, sedangkan 6 lapangan usaha ekonomi lainnya mengalami
pertumbuhan yang negatif.
PDRB Kota Mojokerto atas dasar harga konstan 2010 pada tahun 2014-2018
selengkapnya disajikan pada Tabel 4.12, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi
disajikan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.12 PDRB Kota Mojokerto Atas Dasar Harga Konstan (2010) Tahun 2014-2018
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23.757,1 24.470,5 24.952,6 25.551,2 25.355,7
B Pertambangan dan Penggalian 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
C Industri Pengolahan 402.595,7 427.100,6 451.445,1 506.999,5 479.254,5
D Pengadaan Listrik dan Gas 3.633,3 3.713,0 3.835,6 4.191,6 3.996,8
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.217,7 5.346,6 5.561,1 6.085,0 5.837,9
F Konstruksi 420.012,9 434.903,6 455.974,7 511.849,4 483.704,0
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.120.277,4 1.185.370,8 1.250.937,6 1.410.378,0 1.327.943,0
H Transportasi dan Pergudangan 96.877,7 102.007,6 107.657,2 122.207,6 115.047,8
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 229.793,2 244.232,0 261.940,5 303.425,8 281.231,9
J Informasi dan Komunikasi 523.834,6 563.279,3 604.073,1 685.621,5 644.050,1
K Jasa Keuangan dan Asuransi 280.530,4 297.276,9 315.463,6 340.463,9 325.381,6
L Real Estate 109.028,1 113.705,5 119.383,6 128.755,6 123.842,6
M,N Jasa Perusahaan 28.291,5 29.865,5 31.343,7 34.764,2 33.001,9
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 173.388,4 183.381,6 192.780,7 208.050,2 199.252,2
P Jasa Pendidikan 165.026,2 175.620,9 185.641,2 200.803,1 192.720,4
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 45.870,8 47.287,7 50.010,6 55.684,8 52.714,5
R,S,T,U Jasa lainnya 146.508,6 153.812,4 160.825,9 174.401,0 167.110,0
PDRB 3.776.643,6 3.991.374,4 4.221.826,6 4.460.444,9 4.719.232,4
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto Menurut Lapangan Usaha, 2014-2018
Tabel 4.13 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Mojokerto Tahun 2014-2018
Laju Pertumbuhan (%)
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,64 3,00 1,97 1,62 0,77
B Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C Industri Pengolahan 6,01 6,09 5,70 6,16 5,79
D Pengadaan Listrik dan Gas 4,94 2,19 3,30 4,20 4,88
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang -0,20 2,47 4,01 4,98 4,23
F Konstruksi 6,02 3,55 4,85 6,08 5,82
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5,72 5,81 5,53 6,16 6,21
H Transportasi dan Pergudangan 3,89 5,30 5,54 6,86 6,22
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,26 6,28 7,25 7,36 7,89
J Informasi dan Komunikasi 7,87 7,53 7,24 6,62 6,45
K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,27 5,97 6,12 3,15 4,64
L Real Estate 4,72 4,29 4,99 3,74 3,97
M,N Jasa Perusahaan 7,09 5,56 4,95 5,29 5,34
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,90 5,76 5,13 3,36 4,42
P Jasa Pendidikan 5,09 6,42 5,71 3,81 4,19
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,32 3,09 5,76 5,41 5,63
R,S,T,U Jasa lainnya 5,53 4,99 4,56 3,91 4,36
PDRB 5,83 5,74 5,77 5,65 5,80
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto Menurut Lapangan Usaha, 2014-2018
4.3.2 KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan
memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan
menyeluruh. Dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara,
diperlukan langkah-langkah strategis dan komprehensif (TNP2K, 2015).
Garis Kemiskinan
Tabel 4.15 Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Mojokerto, 2015-2017
Jumlah Penduduk Persentase Garis
Tahun
Miskin (ribu jiwa) Miskin (%) Kemiskinan (Rp)
2015 348.670 1,08 0,26
2016 364.021 0,62 0,13
2017 391.489 0,67 0,13
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Mojokerto, 2017
Indeks kedalaman kemiskinan (P1) mecapai 1,08 pada tahun 2015. P1 menurun
pada tahun 2016, dan naik pada tahun 2017. Selama tahun 2016 sampai dengan
tahun 2017 terjadi peningkatan P1 sebesar 0,05 poin, dari 0,62 menjadi 0,67.
Kenaikan P1 ini dapat diartikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan semakin jauh. Indeks keparahan kemiskinan (P2) Kota Mojokerto
memiliki pola yang serupa dengan indeks kedalaman kemiskinan (P1) antar waktu.
Pada tahun 2015, P2 Kota Mojokerto sebesar 0,26 dan cukup menurun 0,13 poin
pada tahun 2016 menjadi 0,13. Sedangkan pada tahun 2017 P2 tetap sebesar
0,13. Nilai P2 yang cenderung berfluktuasi ini menandakan ketimpangan
pendapatan di antara penduduk miskin tidak menentu.
Karakteristik rumah tangga miskin dapat dilihat dari kondisi pendidikan dan
ketenagakerjaan dari anggota rumah tangga, serta kondisi perumahan rumah
tangga. Pemahaman mengenai karakteristik rumah tangga miskin penting sebagai
dasar penyusunan kebijakan dan program pengentasan kemiskinan agar lebih
tepat sasaran.
Secara umum rumah tinggal yang dapat dikategorikan ke dalam rumah yang layak
huni harus memenuhi beberapa kriteria kualitas rumah tempat tinggal seperti
memiliki lantai, dinding dan atap yang memenuhi syarat, serta mempunyai luas
Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat kualitas rumah tinggal adalah
penggunaan atap dan dinding terluas. Pada tahun 2016 rumah tempat tinggal
dengan atap beton, genteng, sirap dan asbes di Kota Mojokerto sudah 100,00%
dan pada tahun 2017 juga sebesar 100,0%.
Tabel 4.16 Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan di Kota
Mojokerto Tahun 2016 dan 2017
Indikator Kualitas Perumahan 2016 2017
Lantai bukan tanah (%) 98,65 99,61
Atap beton, genteng, sirap dan asbes (%) 100,00 100,00
Dinding terluas tembok dan kayu (%) 96,63 97,46
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Mojokerto, 2017
Pada tahun 2017 kualitas perumahan di Kota Mojokerto jika dilihat dari indikator
dinding terluas tembok dan kayu telah meningkat menjadi sebesar 97,46%
dibanding tahun 2015 yang sebesar 96,63%.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) salah satu kriteria rumah sehat adalah
rumah tinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 m². Sedangkan
Kategori rumah sehat (menurut Kemenkes, 2005), adalah rumah yang memiliki
luas lantai minimum 8 m² perkapita, mempunyai kualitas bangunan yang baik,
berada dalam lingkungan yang bersih dan bebas dari polusi, serta memiliki
penataan ventilasi yang cukup untuk keluar masuknya udara dan sinar matahari.
Fasilitas rumah tinggal seperti ketersediaan air bersih, sanitasi yang layak, serta
penerangan yang baik merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kenyamanan rumah tinggal. Salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi
rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari adalah air, sehingga ketersediaan
dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan dikonsumsi dan sanitasi
merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus
diupayakan pemerintah.
Fasilitas perumahan yang cukup penting peranannya dalam usaha sanitasi adalah
penyediaan sarana jamban. Jika dilihat dari segi kesehatan lingkungan dan
masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia dapat mencemari lingkungan
terutama tanah dan sumber air. Untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi
terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan
baik sesuai dengan ketentuan jamban yang sehat. Hal ini dapat dilihat dari
ketersediaan jamban sendiri dengan tangki septik. Pada tahun 2017, rumah
tangga yang menggunakan jamban dengan tengki septik sudah mencapai
100,00% atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 (94,41%).
Rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri akan lebih tenang
dibandingkan mereka yang menempati rumah sewa apalagi yang bebas sewa
karena telah mampu memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang terjamin dan
permanen dalam jangka panjang.
Tabel 4.18 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah Tinggal di
Kota Mojokerto Tahun 2016 dan 2017