(D P L H)
A. Identitas Penanggung Jawab Usaha dan / atau Kegiatan
1
Informatika Dan
Persandian Kabupaten
Sinjai
2
Peta Lokasi Operasional
3
Peta Administrasi Sinjai Tengah
4
3. Mulai beroperasi : Tower Menara Telekomunikasi
dioperasikan sejak tahun 2018
4. Deskripsi Usaha dan/atau Kegiatan
a) Kegiatan Utama :
a).1. Operasional Menara Telekomunikasi
Operasional Menara Telekomunikasi diartikan sebagai suatu
struktrur bangunan di suatu wilayah yang berfungsi menjembatani
perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain.
Mekanisme tower adalah menempatkan suatu antena tertentu yang
terhubung dengan perangkat telekomunikasi yang ada di shelter bawahnya.
Selain untuk menempatkan antena, tower juga dibutuhkan untuk
memasang sebuah Radio yang berfungsi untuk melewatkan sebuah
frekwensi ke radio link yang lain.
Operasional Menara Telekomunikasi PT. Inti Bangun Sejahtera
memiliki ketinggian hingga 75 meter. Menara pemancar dilengkapi dengan
peralatan sebagai berikut:
1. Transmitter produk Stratex Network X4P SERIES
Frekuensi kerja : 7/8 GHz
Typical power output transmitter : 28 dBm
2. Antena produk ANDREW 3396B Tipe VHP2-71W
Frekuensi : 7,125 – 8,500 GHz
Gain : 62 ,4 dBi
Beamwidth : 4,90
F/B ratio : 53 dB
5
yang hampir sama besar yaitu untuk antena 739160 x 1 gainnya adalah 17
dBi, sedangkan untuk antena 762 376 x 2 gainnya adalah 18,5 dBi.
Spesifikasi antena tersebut adalah sebagai berikut :
1. Horizontal beanwidth/medan listrik 63,5 degree
2. Ventrikal l beanwidth/medan listrik 6,5 degree
3. Gain 17 dBi/18,5 dBi
4. Frekwensi GSM 900S
5. Front to back dari 952,6 – 959,8 Mhz
6. Daya pancar antena / EIRP (Electrikal isotropic ratio Pattern)
Untuk tower dengan ketinggian 75 meter daya pancar adalah 65,0
dB atau sebanding dengan 398,11 watt, jarak adalah 65,0 dB atau
sebanding dengan 398,11 watt, jarak pancarnya sampai dengan besar sinyal
yang diterima pada handpone sebesar 920 dBm atau < 1 watt.
Standar besaran medan listrik dan medan magnet/daya pancar
antena yang digunakan tergantung dengan target daerah yang akan
dicakup, dimana untuk daerah perkotaan daya pancarnya akan dibuat
serendah mungkin sehingga kualitas jaringan dapat terjaga. Daya pancar ini
tidak mempengaruhi sistem radio yang lain karena GSM – CL telah
mempunyai izin pemakaian frekunesi 907,5 – 975 MHZ yang telah
direkomendasikan oleh Deparpostel. Untuk perangkat radio transmisi
frekuensi yang digunakan adalah 75 Ghz frekuensi inipun tidak menganggu
perangkat radio lain. Berdasarkan data tersebut maka level radiasi RF
dapat diprediksi sebagaimana terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini.
6
Tabel 2. Level radiasi RF Model XDC-14-65B pada bidang Horizontal
Jarak dari BTS (meter)
Sudut Gain ERP ERP
Power Density (mW/cm2)
(derajat) dBi (dBW) (Watt)
1.2 0.57 0.1 0.01 0.001
0 30.4 28.4 691.8 2.1 3.1 7.4 23.5 74.2
5 16 14.0 25.1 0.4 0.6 1.4 4.5 14.1
10 13.4 11.4 13.8 0.3 0.4 1.0 3.3 10.5
15 9.4 7.4 5.5 0.2 0.3 0.7 2.1 6.6
20 7.4 5.4 3.5 0.2 0.2 0.5 1.7 5.3
40 2.4 0.4 1.1 0.1 0.1 0.3 0.9 3.0
60 -3.6 -5.6 0.3 0.0 0.1 0.1 0.5 1.5
80 -12.6 -14.6 0.0 0.0 0.0 0.1 0.2 0.5
100 -21.6 -23.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.2
120 -21.6 -23.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.2
140 -23.6 -25.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1
160 -23.6 -25.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1
180 -23.6 -25.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1
Dari hasil yang tertera pada Tabel 2 dan 3 di atas dapat diberikan
beberapa catatan antara lain adalah :
1. Level radiasi yang ditimbulkan oleh digital radio microwave link dengan
spesifikasi teknis tersebut di atas cukup kecil, bahkan untuk arah main
7
lobe level 1,2 mW/cm2 terjadi pada jarak 2,1 m dan level 0,57 mW/cm2
terjadi pada jarak 3,1 m dari antena. Nilai tersebut merupakan nilai
batas aman yang direkomendasikan oleh kebanyakan badan standar.
1. Beam axis dari main lobe antena tidak mengarah pada titik yang
memungkinkan mahluk hidup terkena radiasi main beam tersebut
pada jarak dekat (di sekitar lokasi pemancar).
2. Agar main beam dengan medan dekat tidak melewati titik yang
memungkinkan dilewati mahluk hidup bisa dilakukan dua cara:
8
a. Bila tower antena tidak bisa tinggi (di bawah 10 meter), maka
sudut elevasi main beam harus besar. Ini biasa disyaratkan untuk
antena parabola (gain tinggi) dari stasiun bumi, sehingga dengan
sudut elevasi besar maka main beam dari radiasi antena tidak
akan melewati lintasan yang memungkinkan dilalui mahluk hidup
pada jarak yang dekat dari lokasi antena.
b. Bila sudut elevasi antena tidak bisa besar (contoh untuk kasus
transmisi link microwave terestrial), maka agar main beam tidak
melintas pada titik yang dimungkinkan mahluk hidup melaluinya
adalah dengan cara memasang antena pada ketinggian yang
cukup (di atas 30 meter), sehingga daerah sekitar lokasi antena
(di bawah tower) tidak terlintasi oleh main beam radiasi. Dengan
kata lain, beam antena yang mengarah secara horisontal untuk
transmisi link microwave berada pada ketinggian yang cukup,
sehingga luberan radiasi di bawah tower menjadi sangat rendah
karena beamwidth mainlobe sangat sempit.
3. Pola radiasi antena untuk transmisi microwave harus memiliki
sidelobe yang kecil karena efek dari sidelobe yang mengarah ke
bawah harus memenuhi guidelines intensitas radiasi di bawah batas
ambang yang aman bagi kesehatan/keselamatan mahluk hidup.
9
Sebagai ringkasan tentang keamanan dan keselamatan mahluk
hidup akibat radiasi yang ditimbulkan oleh transmisi link microwave
adalah bahwa intensitas radiasi yang levelnya tinggi akibat beam
radiasi yang sempit harus diarahkan pada suatu lintasan yang tidak
memungkinkan dilalui oleh mahluk hidup di sekitar transmisi.
Lintasan microwave pada jarak yang jauh tidak menimbulkan bahaya
karena intensitas radiasi sudah kecil akibat redaman jarak (path loss)
sekali pun berada pada lintasan main beam.
D. Kapasitas
Lahan yang dimanfaatkan untuk Kapasitas tower adalah sekitar
150 m2 dari luas lahan seluruhnya + 375 m2, dan disajikan tabel luas
penggunaan lahan masing-masing bangunan dapat dilihat pada Tabel
4:
Luas Penggunaaan lahan tower Roof Top oleh PT. Inti Bangun
Sejahtera, seluas + 375 m2 diatas tanah atas nama Anisi akan tetapi
lahan yang terpakai hanya 150 m2.
E. Sarana Penunjang
10
keselamatan serta tanggap darurat.
Penggunaan Listrik
11
Tabel 6. Penggunaan Energi Listrik
No Jenis Energi Kegunaan Kapasitas Jumlah (Unit)
1. Listrik PLN penerangan& 1 KVA 1
operasional mesin
2. Battery/Accu operasional mesin 1 KVA 1
Sumber: PT. Inti Bangun Sejahtera
12
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. P.102
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah memiliki izin usaha dan/atau
kegiatan tetapi belum memiliki dokumen Lingkungan Hidup, maka pada
bagian ini akan diuraikan dampak lingkungan yang ditimbulkan, upaya
pengelolaan lingkungan hidup, dan upaya pemantauan lingkungan hidup
dari kegiatan Pembangunan tower Menara Telekomunikasi.
Berikut ini diuraikan jenis, Sumber, Besaran, upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, lokasi pengelolaan, periode pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang terjadi pada tahap operasional Menara
di Jalan Batu Bicara, RT01/RW01, Dusun Manubbu, Desa Pattongko,
Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan.
Tahap Operasional
13
Penurunan derajat kesehatan masyarakat karena adanya pancaran
radiasi gelombang elektromagnet di udara.
Keresahan masyarakat akibat perubahan kualitas lingkungan seperti
gangguan telekomunikasi, peralatan listrik dan elektronik masyarakat,
dan lain-lain.
b) Sumber dampak
Bersumber dari kegiatan Operasional Menara Telekomunikasi beserta
fasilitas dan peralatan pendukungnya di lokasi kegiatan.
c) Besaran dampak
Tersedianya jaringan telekomunikasi; peningkatan kualitas jaringan
telekomunikasi nirkabel karena penerimaan sinyal semakin terjamin.
Resiko tersambar petir; intensitas sambaran petir pada tower.
Interferensi gelombang radio;intensitas terjadinya gangguan sistem
komunikasi, gangguan peralatan listrik dan elektronika.
Kesehatan masyarakat; jumlah masyarakat yang mengalami gangguan
kesehatan akibat Operasional Menara Telekomunikasi.
Keresahan masyarakat; jumlah masyarakat yang mengalami keresahan
akibat akibat Operasional Menara Telekomunikasi.
d) Upaya pengelolaan lingkungan
1. Cara/ teknik pengelolaan lingkungan
Pendekatan Teknologi
Tersedianya jaringan Komunikasi
Mengoptimalkan frekuensi pancar CDMA/GSM sehingga
menghasilkan jaringan atau signal yang kuat.
Memberikan fitur-fitur yang mudah diakses oleh pengguna
jaringan CDMA/GSM dari provider tower terpasang.
Resiko Sambaran Petir
Tower dilengkapi dengan sistem penyalur arus petir (grounding
system) dan peralatan proteksi yang disebut arrester.
Memasang peralatan pelindung akibat tegangan impuls petir
(arrester) pada piranti-piranti elektronik yang menggunakan
14
suplai tegangan rendah, khususnya pada rumah-rumah
penduduk yang berdekatan langsung dengan tower.
Interferensi Gelombang
Melakukan pengamatan pemanfaatan pita frekwensi
(pergeseran pita frekwensi dapat terjadi oleh karena adanya
getaran yang cukup ekstrim, kondisi antenna yang berubah, dan
gangguan cuaca) untuk tetap berada pada kondisi yang sesuai
dengan perizinan.
Mengikuti standar spesifikasi internasional terhadap peralatan
yang diperkenankan untuk pemanfaatan frekwensi UWB (Ultra
Wide Band).
Mengumpulkan data awal tentang kualitas frekuensi TV dan
Radio masyarakat sekitar.
Pada tower menara telekomunikasi, menggunakan frekuensi
pancar antena dan BTS sistem GSM-UMTS/WCDMA pada
frekuensi 1870 – 1880 MHz dan 2110 – 2175 MHz yang tidak
akan mengganggu frekuensi TV/Radio yang berada di frekuensi
100 – 200 MHz.
Kesehatan Masyarakat
Pada tower memiliki daya pancar dari antena dan Menara
Telekomunkasi Sistem GSM-UMTS/WCDMA maksimum 20
Watt, sehingga tidak akan menimbulkan induksi/radiasi terhadap
makhluk hidup termasuk manusia.
Melengkapi tower dengan pagar yang melindungi instalasi
menara telekomunikasi dari makhluk hidup untuk mengalami
sengatan EMF (sengatan akibat piranti telekomunikasi seluler
hanya terjadi apabila makhluk hidup menyentuh bagian
antenna, perlu pula diketahui bahwa menara telekomunikasi
terdiri dari ruang piranti, menara, dan antenna).
Memasang papan peringatan dilarang memanjat pagar/ dilarang
memasuki lokasi tower.
15
Melakukan pengukuran PSD (power spectral density) secara
berkala di sekitar lokasi.
Keresahan Masyarakat
Meningkatkan layanan provider yang memanfaatkan tower.
Meningkatkan kualitas sinyal jaringan provider CDMA/GSM.
Pendekatan sosial ekonomi
Resiko Sambaran Petir
Membagikan dan memasangkan alat pelindung petir seperti
grounding sistem dan arrester pada rumah warga khususnya
yang berdekatan langsung dengan tower.
Interferensi Gelombang
Mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar tower bahwa
operasional tower tidak mengganggu alat elektronik masyarakat.
Memberikan bantuan atau kompensasi kepada masyarakat yang
mengalami kerusakan alat elektronik jika terjadi karena
pengoperasian tower.
Keresahan Masyarakat
Meningkatkan CSR (Corporate Social Responsibility) seperti ikut
berpartisipasi atau memberikan bantuan kegiatan masyarakat
dalam bidang lingkungan hidup.
Pendekatan institusi
Resiko Sambaran Petir
Bekerjasama dengan Dinas Komunikasi Informatika Dan
Persandian Kabupaten Sinjai dalam mensosialisasikan bahwa
dengan pemasangan alat grounding sistem dapat mengurangi
resiko sambaran petir dan daerah di sekitar tower akan aman
dari sambaran petir langsung, karena menara yang tinggi akan
memiliki radius aman yang cukup jauh.
Interferensi Gelombang
Bekerjasama dengan Dinas Komunikasi Informatika Dan
Persandian Kabupaten Sinjai dalam mensosialisasikan keberadaan
dan Operasional Menara Telekomunikasi.
16
Kesehatan Masyarakat
Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam pemeriksaan
kesehatan berkala pada masyarakat di sekitar lokasi tower.
Keresahan Masyarakat
Bekerjasama dengan Pemerintah setempat dalam melakukan
kegiatan kemasyarakatan di sekitar lokasi kegiatan.
2. Lokasi pengelolaan lingkungan
Lokasi pengelolaan lingkungan yaitu dilakukan di dalam lokasi dan
sekitar lokasi khususnya pada masyarakat yang berdekatan dengan
tower.
3. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Periode pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup adalah selama
kegiatan Operasional Menara Telekomunikasi.
17
Keresahan Masyarakat
Melakukan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara
masyarakat sekitar khususnya yang mengalami keresahan.
2. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan yaitu dilakukan di dalam lokasi dan
sekitar lokasi khususnya pada masyarakat yang berdekatan dengan
tower.
3. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup
Periode pemantauan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan
Operasional Menara Telekomunikasi. Hasil pemantauan dilaporkan
dengan penyusunan dokumen pelaporan yaitu 1 kali dalam 6 bulan.
f) Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : PT. Inti Bangun Sejahtera
Pengawas : o Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kabupaten Sinjai
o Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Sinjai
o Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai
o Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian
Kabupaten Sinjai
o Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai
o Camat Sinjai Tengah
o Lurah dan LPM Pattongko
Pelaporan : o Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kabupaten Sinjai
18
b) Jenis dampak
Estetika dan Amenitas
c) Besaran dampak
Estetika dan amenitas; jumlah volume, tumpukan dan sebaran sampah
di dalam tapak proyek dan daerah sekitarnya yang terkena dampak.
d) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pendekatan teknologi
Kaleng-kaleng cat dikumpulkan untuk dijual atau dikembalikan
kepada pihak supplier.
Sisa-sisa bahan atau sampah yang tidak bisa dipergunakan
dikumpulkan pada bak sampah untuk diangkut ke TPA.
Pendekatan institusi
Bekerjasama atau koordinasi dengan Dinas terkait Kabupaten Sinjai
dalam melakukan pengangkutan sampah (sisa bahan bangunan) ke
TPA.
2. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi pengelolaan lingkungan yaitu di dalam lokasi dan sekitar lokasi
kegiatan yang terkena dampak.
3. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Periode pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup adalah selama
kegiatan pemeliharan berkala.
e) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
1. Cara/ teknik pemantauan lingkungan yang dilakukan
Melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai sampah yang
berserakan, luas sebaran dan jenis sampah.
2. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan yaitu di dalam dalam lokasi dan sekitar
lokasi kegiatan yang terkena dampak.
3. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup
19
Periode pemantauan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan
pemeliharan berkala.
f) Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : PT. Inti Bangun Sejahtera
Pengawas : o Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kabupaten Sinjai
o Dinas Pekeerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Sinjai
o Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sinjai
o Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai
o Camat Sinjai Tengah
o Lurah dan LPM Pattongko
Pelaporan : o Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Sinjai
20