Anda di halaman 1dari 10

Citizenship and Migration

1
Mustiadi, 2Valerie Amalinda, 3Zelika Rifat Febriawati

Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa

1
6670190024@untirta.ac.id 26670190088@untirta.ac.id, 36670190034@untirta.ac.id

Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk yang nomaden cenderung tidak menetap pada satu
wilayah saja tetapi berusaha mencari wilayah lain dengan tujuan tertentu. Sejarah telah
membuktikan bahwa manusia sejak dahulu telah berpindah satu tempat ke tempat yang lain
guna mempertahankan hidupnya dan mencari tempat tinggal yang lebih aman dari
sebelumnya. Ketika zaman pra aksara (zaman sebelum mengenal tulisan) manusia telah
melakukan perpindahan untuk melindungi dirinya, mencari sumber daya alam baru yang bisa
digunakan, mencari tempat tinggal baru, dan melindungi diri dari serangan hewan buas atau
bencana alam. Peradaban manusia telah menjadi saksi bisu dari migrasi manusia ke tempat
asal menuju tempat yang baru yang dinilai dapat memberikan keamanan dan jaminan
keselamatan dan keberlangsungan hidup bagi mereka. Percampuran budaya baik oleh satu
kelompok adat dengan kelompok ada lainnya, atau kesamaan kultur kehidupan antara satu
negara dengan negara lainnya merupakan implikasi masa kini dari migrasi nenek moyang di
masa lalu. Perpindahan atau migrasi yang dilakukan pada masa lalu telah melahirkan
kebudayaan atau kultur baru bagi kehidupan generasi saat ini, maka tidak heran dan bukan
hal aneh jika di beberapa kelompok suku, wilayah domestik satu negara, atau bahkan antar
negara memiliki kebudayaan dan corak hidup yang sama meskipun berbeda wilayah atau
regional.

Dalam konteks Indonesia, nenek moyang bangsa Indonesia juga tidak lepas dari
berbagai bentuk migrasi baik tempo dulu maupun saat ini. Pada masa penjajahan bangsa
Eropa dulu, masyarakat Pulau Jawa banyak yang dipindahkan dari tempat asalnya ke daerah
yang lebih sepi untuk membuka lahan dan mengembangkan pertanian atau untuk membantu
Belanda membangun benteng pertahanan, jalan, dan saluran irigasi (waduk). Meskipun masa
1
Mahasiswa S -1 Ilmu Pemerintahan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2
Mahasiswa S -1 Ilmu Pemerintahan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3
Mahasiswa S -1 Ilmu Pemerintahan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
itu migrasi penduduk dilakukan karna “kepentingan” Belanda dan terkesan karna tindakan
“koersif” dari pemerintah kolonial, tetapi mobilitas penduduk tersebut telah dapat
dikategorikan sebagai migrasi penduduk. Mobilitas tersebut dapat dilihat dampaknya saat ini,
dan telah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat Jawa hampir tersebar di seluruh penjuru
nusantara dan bahkan terkadang jumlahnya bisa melebihi penduduk asli setempat, selain itu
pencampuran budaya yang terjadi juga berimplikasi pada faktor penamaan masyarakat
(daerah perantauan) yang sebagian besar memakai nama – nama Jawa karna banyaknya
masyarakat Jawa yang “dipindahkan” baik oleh pemerintah kolonial maupun oleh
pemerintahan Indonesia merdeka.

Sebagian besar perpindahan tersebut untuk meningkatkan faktor produksi dan


distribusi barang hasil produksi agar dapat dinikmati oleh konsumen dengan membuka lahan
baru, menempati posisi pekerjaan yang belum terorganisir dengan masyarakat setempat, atau
untuk membangun dan mengembangkan usaha pribadi baik ketika masa kolonial atau masa
Indonesia merdeka. Tetapi di samping motif ekonomi tersebut juga digalakkan motif
pemerataan kependudukan di segala aspek, seperti pelayanan publik, kepadatan penduduk,
dan penyediaan lahan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat. Motif ekonomi masih
menjadi syarat utama mobilitas masyarakat dari tempat asal ke tempat perantuan bahkan
hingga masa reformasi saat ini terutama ketika Corona telah menjadi pandemi dan menyebar
ke seluruh negara di dunia.

Pandemi virus Corona yang telah merebak ke seluruh dunia termasuk Indonesia telah
banyak membawa implikasi baik positif maupun negatif dalam struktur kehidupan
masyarakat di segala bidang bukan hanya produsen kesehatan yang dituntut untuk dapat
menyelenggarakan kesehatan dengan cepat, tepat, dan solutif tetapi, sektor kehidupan lainnya
juga mendapatkan tantangan baru sebagai dampak dari persoalan ini. Bidang ekonomi dan
kependudukan dapat terlihat dengan jelas dampaknya, seperti dua sisi mata uang yang saling
berhubungan impact positif dan negatif dari tiap fenomena sosial maupun sains pasti turut
berkaitan. Kondisi ekonomi yang tidak sehat sejak Corona meluas di Indonesia telah banyak
meruntuhkan sayap – sayap ekonomi dalam negeri dan berakhir pada pemecatan, dan bahkan
penutupan banyak sektor ekonomi. Pemecatan tersebut tentu bukan tanpa sebab, kurangnya
jam kerja yang berdampak pada jumlah produksi, jumlah penjualan yang menurun yang
berdampak pada melandainya pemasukan perusahaan, dan daya beli masyarakat yang
berkurang akibat pendapat ekonomi yang tidak stabil menjadi salah satu faktor yang
melatarbelakangi hal tersebut.
Fenomena di atas telah banyak membuat masyarakat yang dulu datang ke ibu kota
untuk mencari pekerjaan dan mengubah nasib justru kembali ke kampung halamannya akibat
keadaan ekonomi yang mencekik di kota perantauan. Masyarakat perantau kembali ke
kampung halamannya karna panceklik ekonomi sebagai salah satu bentuk mobilitas (dalam
hal ini adalah migrasi) yang didasari oleh faktor ekonomi dan akhirnya mendesak individu
atau kelompok untuk melalukan perpindahan dari daerah asal ke tempat lain. Migrasi
masyarakat ini ditengarai akibat kesulitan kehidupan ekonomi di perkotaan yang menuntut
untuk berpindah tempat dan mencari peruntungan kembali di tempat baru dalam usaha untuk
menyambung hidup mereka.

Migrasi tentu bukan saja karna latar belakang ekonomi tapi masih banyak faktor
eksternal maupun internal lainnya yang “memaksa” manusia sebagai individu maupun
kelompok untuk melakukan mobilisasi ke tempat baru yang dianggap lebih potensial,
nyaman, aman, damai, dan harmonis. Namun, tentu saja migrasi harus didasari oleh alasan
yang logis dan teoritis agar dapat bertahan hidup dengan layak di tempat yang baru. Migrasi
merupakan proses mobilitas yang lumrah terjadi dalam kehidupan masyarakat bukan hanya
masa kini tetapi telah ada bahkan ketika masa pra aksara dimana manusia belum mengenal
tulisan, agama, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Masyarakat yang melakukan migrasi
berharap akan membawa implikasi positif dalam hidup mereka, maka para migran akan
dituntut untuk dapat hidup dengan keras untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan ketika
berniat untuk melalukan migrasi baik dari antar wilayah domestik maupun antar negara dan
bahkan benua,

Migrasi ini dapat diartikan sebagai gerakan pindah penduduk yang sudah terjadi sejak
lama. Perpindahan yang terjadi tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini yang mengambil
keputusan untuk mendapatkan kehidupan lebih baik, seperti halnya pendapatan di kota lebih
tinggi dan memiliki tempat tinggal yang lebih baik. Namun, perpindahan penduduk atau
migrasi ini pasti memiliki hukum yang mengatur agar tidak terjadi persoalan baru dengan
penduduk yang asli. Keputusan untuk bermigrasi seharusnya suudah dipikirkan dengan baik
oleh individu untuk dapat menempati wilayah baru, tetapi dalam kenyataan banyaknya
migran malah mengalami banyak permasalahan dalam kehidupannya. Perpindahan dari desa
ke kota yang dikenal dengan urbanisasi memang mempuyai kehidupan lebih baik, tetapi
dalam fenomena saat pandemic ini migrasi yang terjadi akibat kehidupan di kota mengalami
kesulitan hal ini dikenal dengan ruralisasi.
Terjadinya migrasi memang biasanya tanpa paksaan, karena dilakukannya didasari
tujuan hidup individu atau kelompok. Namun, dalam kenyataan yang terjadi, migrasi dapat
dijadikan kepentigan tertentu, sehingga tidak berkesinambungan dengan aturan yang
diberlakukan. Migrasi dengan kewarganegaraan menjadi suatu hal yang berhubungan dalam
suatu negara, hal ini dikarenakan sebagai warga negara akan mempunyai hak-hak yang
diberikan oleh negara dalam menjalankan kehidupan, seperti halnya warga negara yang
melakukan perpindahan tempat tinggal baik secara nasional atau internasional akan
bergantung pada keputusan yang dibuat oleh individu atau kelompok untuk tinggal menetap
atau sementara. Fenomena terkait migrasi yang terjadi ditengah pandemic covid di Indonesia
menjadi keputusan yang sudah ditentukan oleh masyarakat dengan berbagai alasan yang
dimiliki, dan juga terjadinya kasus bahwa pemain bola yang ingin menjadi WNI dengan
mengikuti aturan yang sudah ditentukan, tetapi seperti dipermudah oleh negara untuk
mendapatkannya.

Masyarakat yang memiliki hak kebebasan untuk melakukan dan bertindak apapun
dengan berpedoman norma-norma yang berlaku memang sudah dimiliki atas Hak Asasi
Manusia (HAM) dan juga diperoleh atas Negara sebagai warga negara untuk dapat hidup
damai dan sejahtera. Disaat pandemi covid-19 terjadi di Indonesia telah mengubah banyak
hal terutama kehidupan sosial masyarakat, dan jika pandemi covid ini tidak dapat
diselesaikan akan berdampak kedalam hal lain. Fenomena migrasi yang terjadi saat pandemi
covid-19, menunjukkan masyarakat telah menggunakan hak nya sebagai warga negara untuk
dapat meninggalkan tempat atas keputusan yang dibuat yaitu ketidakmampuan untuk hidup
dikota dengan adanya kondisi kebutuhan hidup yang kurang dan mengalami permasalahan
kerja yang tidak tercapai.

Aktivitas pulang kampung atau mudik di Indonesia memang menjadi budaya yang
selalu dilakukan saat menuju lebaran, karena masyarakat ini pulang ke kampung halaman
untuk merayakan disana. Hal tersebut menunjukkan bahwa, jika banyaknya masyarakat
pulang kampung atau mudik itu menandakan terjadinya migrasi dari desa ke kota dan
kembali lagi kota ke desa dengan tujuan tertentu. Namun, saat pandemi covid 19 ini
mengubah terkait migrasi yang dilakukan masyarakat untuk kembali desa mengalami
larangan ditakutkan akan menyebarkan virus covid-19.

Selain fenomena migrasi disaat pandemi covid yang dilakukan masyarakat, kasus
kewarganegaraan juga terjadi kepada pemain bola yang bermain disalah satu klub Indonesia
yang berasal dari negara luar. Kasus yang terjadi mengenai statu kewarganegaraan pemain
bola yng ingin pindah ke Indonesia untuk dapat bermain bola. Namun, sesuai dengan aturan
atau kebijakan terkait untuk bertempat tinggal di Indoesia serta mengganti kewarganegaran
ini harus mengikuti persyaratan khusus. Namun, dapat pernyataan bahwa tidak semua
masyarakat dapat menjadi warga negara yang sah harus dapan di implementasi.

Penelitian ini tentang hubungan kewarganegaraan dengan migrasi, terutama yang


terjadi di Indonesia. Begitu banyak kasus dan fenomena yang menyangkut tentang hak warga
negara yang menjadi permasalahan yang belum terselesaikan dan kembali muncul. Fenomena
migrasi ditengah pandemi

Landasan Teori

Migrasi

Fenomena mengenai gerak penduduk sudah terjadi sejak lama. Oleh karena itu,
terdapat teori tentang gerak penduduk atau dikenal migrasi yang dikenalkan oleh Ernest
Revenstein pada tahun 1889. Pada tahun 1889 ini Revenstein memunculkan sebuah teori
“Hukum-Hukum Migrasi” yang dihasilkan atas data statistik yang berasal dari berbagai
negara, baik Eropa dan Amerika Utara. Hukum migrasi tersebut menjelaskan, miigrasi dan
jarak, tahap-tahap, perbedaan, stream dan counter-stream dan kecendrungan migrasi yang
terjadi. Hukum ini dikenal oleh ahli lainnya dengan menelah gerak penduduk artinya,
memahami pergerakan penduduk dari data statistik yang dimiliki.

Selain itu, juga terdapat teori migrasi lain yaitu teori dorong tarik (push-pull theory).
Dalam penggunaan teori ini dianggap sederhana dengan adanya memperhitungkan berbagai
faktor sosial, kebudayaan dan pribadi. Menurut Todaro (2000) bahwa dalam terjadinya
migrasi perlu dorongan utama yaitu pertimbangan ekonmi yang bersifat rasional terhadap
biaya dan keuntungan, yang mengarah pada finansial maupun psikologis. Oleh karena itu,
terdapat dua alasan yang terjadinya perpindahan oleh seseorang yaitu, mempunyai harapan
untuk bekerja di kota dan berharap memiliki pendapatan yang lebih tinggi di bandingkan
daerah tempat tinggal aslinya. Sedangkan, dalam padangan Lee dalam (Mantra, 2000) bahwa
seseorang yang mengambil keputusan untuk melakukan perpindahan dipengaruhi oleh empat
faktor yaitu, (1) Upah yang tinggi dikota tujuan, (2) Adanya keterbasan yang terjadi didaerah
asal, sehingga sulit untuk mengakses, (3) Adanya faktor penghalang seperti, transportasi dan
topografi dan (4) menentukan keputusan untuk bermigrasi. Dalam pendapat Lee ini
menunjukkan bahwa keputusan individu menjadi hal terpenting dalam melakukan migrasi,
sehingga yakin untuk melewati rintangan yang dihadapi nanti. Dan, juga fenomena migrasi
yang terjadi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti faktor pendorong dan faktor penarik.
Faktor pendorong merupakan sejumlah keputusan yang mempengaruhi emigran untuk
meninggalkan negara asal, sedangkan faktor penarik yaitu yang menarik terhadap arus
masuknya imigrasi ke suatu negara.

Migrasi dan Kewarganegaraan

Keimigrasian merupakan suatu hal yang cukup penting untuk dapat diatur. Hal
tersebut dikarenakan berkaitan dengan adanya berbagai persoalan yakni seperti
kewarganegaraan, pengawasan warga negara asing diwilayah yang bersangkutan serta hal
lalu lintas bagi warga negara atau lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah di suatu
negara. Hal tersebut dapat dilihat bahwasanya imigrasi sendiri dapat dilihat sebagai identitas
yang dapat kita gunakan saat kita berada di negara lain hal sebaliknya yakni bagaimanaorang
luar juga dapat berlibur atau berkunjung ke negara lain.

Hal yang dapat membuat suatu perbedaan antara warga negara dan juga negara asing
yakni dengan adanya pengecekan di imigrasi saat kita tiba disuatu negara. Dapat kita ketahui
bahwasanya warga negara ialah masyarakat atau penduduk di suatu negara atau bangsa yang
berdasarkan dengan keturunan tenpat kelahiran dan lainnya dimana dalam sebuah negara
tersebut kita memiliki kewajiban dan hak penuh sebagai masyarakat atau warga di negara
tersebut.

Adapun kewarganegaran Republik Indonesia dalam mennetukan pengertian warga


negara yakni terdapat dalam Pasal 1 Angka 1 UU No 12 Tahun 2006 :

“ warga suatu negara yang ditetapkan bedasarkan peraturan perundang-


undangan.”

Adapun pasal lainya yang membahas mengenai warga negara Indonesia sebagaimaan hal
tersebut ada dalam Pasal 7 :

“orang yang bukan warga negara Indonesia diperlakukan sebagai orang asing.”

Sebagaiman halnya dalam penulisan diatas bahwasanya tidak semua orang dapat
menjadi warga negara di suatu negara. Orang tersebut bida saja menjadi warga negara
asalkan mereka dapat atau mampu memenuhi suatu peraturan yang ada di dalam negara
tersebut. Dalam suatau negara hak kewajiban bagi warga negara itu sendiri mendaptkan hak
dan kewajiban yang penuh berbeda dengan warga negara asing dimana mereka hanya bisa
mendapatkan secara terbatas hak dan kewajibannyan. Hal tersebut lah yang dapt dijadikan
perbedaan. Sebagai aparatur negara sendiri dapat membedakan mana warga yang dapat
mendapatkan hak yang utuh dan bukan, tidak hanya mementingkan ego dimana adanya
ketidak adilan yang didapatkan oleh warga negara sendiri.

Citizenship

Citizhensip (Kewarganegaraan) diartikan sebagai nasionalisme atau kebangsaaan,


tetapi secara kajian citizhensip atau dikenal kewarganegaraan lebih membahas terkait suatu
hak dan kewajiban daari seorang individu yang memiliki status warga negara secara hukum.
T.H. Marshall pada tahun 1950 menjelaskan tentang citizenship sebagai suatu kondisi
individu dengan adanya keanggotaan penuh dan setara dengan komunitas politik disebuah
negara. lalu, terdapat tiga tipologi hak yang dirumuskan oleh Marshall, yaitu Hak Sipil, Hak
Politik dan Hak Sosial. Hak sipil diartikan sebagai hak kebebasan untuk berpikir, berbicara,
beryakinan atas keadilan seorang individu, Hak politik berkaitan dengan hak individu sebagai
partisipasinya dalam pelaksanaan politik dan Hak Sosial, merupakan hak seorang individu
atas kesejahteraanya (terkait ekonomi).

Fenomena Migrasi di Lokal

“Terjadinya Migrasi ditengah Pandemi Corona”

Pada tahun 2020 hingga saat ini menjadi masa yang sulit hampir diseluruh negara,
salah satunya negara Indonesia, karena mengalami pandemi covid-19. Pandemi covid-19
merupakan persoalan negara terkait virus atau penyakit yang berbahaya bagi makhluk hidup,
sehingga dalam harus diselesaikan segera mungkin. Selama pandemi covid-19, begitu banyak
permasalahan yang muncul, terutama ekonomi dan sosial yang langsung dirasakan oleh
warga negara dalam kehidupan. Lalu, ditengah pandemi juga terjadi sebuah fenomena sosial
yaitu, terjadinya perpindahan penduduk untuk kembali ke daerah kelahiran (Pulang
Kampung) dikarenakan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup di kota. Namun, fenomena
yang terjadi di Indonesia mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah dengan mengeluarkan
kebijakan terkait larangan mudik dan pulang kampung untuk menghentikan penyebaran
covid-19. Adapun, sanksi yang diberikan kepada pelanggar aturan tersebut yaitu, sanksi
pertama, akan diminta untuk putar balik dan dikenakan denda dan sanksi kedua, denda
dengan jumlah Rp. 100 Juta atau kurungan penjara sesuai dengan Pasal 93 (UU No,6 Tahun
2018 tentang Kekarantinaan). Namun, dalam pelaksanaan kebijakan terkait larangan mudik
dan pulang kampung terdapat pertentangan oleh masyarakat, sehingga masih banyak
masyarakat yang melanggar aturan dengan nekat pulang kampung. Aktivitas pulang
kampung atau mudik memang sudah sering terjadi bagaikan budaya di Indonesia, tetapi
disaat pandemi covid mengalami perubahan dengan adanya larangan mudik atau pulang
kampung untuk dapat menghentikan penyebaran covid-19, namun budaya yang memang
sudah sering dilakukan membuat larangan pemerintah tidak dihimbaukan, sehingga
Ruralisasi memang terjadi pada Tahun 2020 dan Tahun 2021.

Fenomena diatas memang terjadi bukan tanpa sebab yang dirasakan langsung oleh
masyarakat. Permasalahan ini disebabkan oleh keterbatasan ekonomi dan kesenjangan sosial
yang menyebabkan masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup selama masa
pandemi dan mengakibatkan sebuah keputusan yang harus diambil. Keputusan yang diambil
masyarakat tersebut yaitu, pulang ke desa, karena tidak mampu tinggal hidup dikota.
Perpindahan penduduk dari kota ke desa ini dikenal dengan Ruralisasi. Ruralisasi ini
merupakan kebalikan urbanisasi yang bermaksud bahwa perpindahan penduduk dilakukan,
karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi untuk kembalinya ke desa dan
mengharapkan kehidupan lebih baik. Rurilisasi juga menjadi salah satu jenis Migrasi yang
merupakan aktivitas yang dilakukan karena adanya faktor tertentu, misalnya, ekonomi,
politik, sosial dan lingkungan. Aktivitas ini juga dapat bersifat menetap atau sementara sesuai
dengan tujuan yang diinginkan oleh individu atau kelompok tersebut.

Masyarakat yang tetap melakukan aktivitas pulang kampung disaat pandemic covid
memang bukan adanya dorongan paksaan orang lain dan juga keinginan untuk melanggar
aturan pemerintah, tetapi dalam nyatanya mempunyai permasalahan yang memang didasari
kehidupan individu atau kelompok yang mengharuskan untuk pulang kampung. Aktivitas
pulang kampung yang dilakukan oleh masyarakat juga didasari oleh hak-hak yang dimiliki
warga negara untuk mendapatkan kebebasan. Seperti halnya yang dijelaskan oleh T.H.
Marshall terkait hak sosial (Ekonomi-Sosial-Budaya) yang merupakan hak seorang atau
individu atau kesejahteraan dalam kebutuhan ekonomi. Fenomena yang terjadi saat pandemi
covid ini dengan munculnya kebijakan larangan mudik dan pulang kampung menjadi sebuah
pembatasan hak yang dimiliki oleh masyarakat. Pemerintah dalam menyikapi fenomena
migrasi tersebut memang harus melihat berbagi faktor yang mendasari masyarakat
melakukan tindakan tersebut. Terjadinya ruralisasi ini memang menunjukkan
ketidakmampuan negara untuk mensejahterahkan warga negara untuk mendapatkan hak-hak
dan juga masyarakat ini juga melakukan tindakan tersebut memang juga keputusan yang
mutlak, dikarenakan seperti halnya pemutusan kontrak kerja atau tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup.

Masyarakat saat pandemi covid yang mengalami permasalahan terutama sosial dan
ekonomi, seharusnya dapat diperhatikan oleh Pemerintah dalam mendapatkan hak nya untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Namun, dalam kenyataan yang terjadi Pemerintah juga tidak
dapat menyelesaikan persoalan masyarakat, sehingga terjadi penyelesaian masalah itu sendiri
oleh masyarakat yaitu untuk pulang kampung ke desa. Dalam hal ini, jika melihat teori yang
dijelaskan Marshal, bahwa negara atau pemerintah tidak bisa mengambil atau melanggar hak
social yang dimiliki oleh masyarakat , karena hal tersebut sudah melekat pada warga negara,
walaupun pada kondisi yang sedang sulit. Ruralisasi ini menjadi bentuk bahwa faktor sosial
dan ekonomi sangat mempengaruhi masyarakat untuk mengambil keputusan, sehingga dalam
hal ini negara juga pun tidak dapat melanggar hak yang sudah dimiliki oleh warga negara.
DAFTAR PUSTAKA

Haryono. 2017. “Globalisasi dan Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (Studi Deskriptif Sosiologi
Kependudukan)”. Jurnal Hermeneutika Vol.3 No. 2 Tahun 2017

Gusnelly. 2010. “Migrasi, Kewarganegaraan, dan Partisipasi Imigran : Studi Kasus Imigran
Turki di Belanda”. Jurnal Kajian Wilayah Vol. 1 No. 1 Tahun 2010

Nurmawati, Made. 2016. “Migrasi dan Kewarganegaraan”. Pengembangan Bahan Ajar


Kuliah Hukum HAM Lanjutan

Long, Katy, Elisa Mosler Vidal dkk. 2017. “Citizenship, Migration and the 2030 Agenda Fot
Sustainable Development”. Swiss Agency for Development and Cooperation SDC

Romdiati, H. 2015. “Globalisasi Migrasi dan Peran Diaspora : Suatu Kajian Pustaka”. Jurnal
Kependudukan Indonesia Vol. 10 No.2 Tahun 2015

Versatile H. Lodo. 2021. “Apa itu Mgrasi Penduduk : Jenis, Penyebab dan Dampaknya?”.
Tirto.id (diakses pada 23 Maret 2022) https://tirto.id/apa-itu-migrasi-penduduk-jenis-
penyebab-dan-dampaknya-gcdF

Anda mungkin juga menyukai